Tesis ini telah di uji pada Tanggal 30 Desember 2014
Panitia Penguji Tesis berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No 4544/ UN.14.4/ HK/ 2014
Ketua
:
DR. Eng I Wayan Kastawan, ST., MA
Anggota
:
Dr. Ir Syamsul Alam Paturusi., MSP Prof. Ir Ngakan Putu Sueca, MT., Ph.D Gusti Ayu Made Suartika, ST., MT., Ph.D I Nyoman Widya Paramadhyaksa, ST., MT., Ph.D
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
:
Sketsa Ultra Pelangi
NIM
:
1291861009
Program Studi
:
Magister Arsitektur
Judul Tesis
: Pelestarian Yaroana Masigi Sebagai Ruang Publik Penginggalan Kesultanan Buton di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar 12 Januari 2015 yang membuat pernyataan
Sketsa Ultra Pelangi
vi
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Maha Kuasa, segala puji bagi-Nya atas segala rahmat dan karunia Nya, sehingga Tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun sebagai sebagian persyaratan untuk menyelesaikan studi di Program Magister Arsitektur Universitas Udayana. Penelitian yang bertema pelestarian ini mengambil judul “Pelestarian Yaroana Masigi sebagai Ruang Publik Peninggalan Kesultanan Buton di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara”. Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis berharap masukan dari semua pihak. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada pihakpihak yang telah membantu tersesaikannya tulisan ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: Ketua Program Magister Arsitektur Universitas Udayana, Gusti Ayu Made Suartika, ST., MEngSc., Ph.D atas motivasi dan dukungannya. DR. Eng I Wayan Kastawan, ST., MA dan Dr. Ir Syamsul Alam Paturusi., MSP sebagai dosen pembimbing selalu bersedia memberikan pengarahan dan masukan yang sangat berarti selama penyusunan tesis. Prof. Ir Ngakan Putu Sueca, MT., Ph.D, Gusti Ayu Made Suartika, ST., MT., Ph.D dan I Nyoman Widya Paramadhyaksa, ST., MT., Ph.D sebagai dosen penguji yang memberi saran membangun yang sangat berguna dalam proses penyusunan tesis. Orang tua, adik dan seluruh keluarga besar tercinta yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang, perhatian serta doa. Teman-teman PMA 2012 terima kasih atas dukungannya. Terima kasih bagi semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu-persatu disini.
Denpasar, 12 Januari 2015 Penulis
Sketsa Ultra Pelangi NIM: 1291861009
vii
ABSTRAK Ruang publik Yaroana Masigi merupakan bagian paling inti dari kawasan Benteng Keraton Buton. Kegiatan Budaya dan adat yang berlangsung di Yaroana Masigi masih terpelihara sampai saat ini. Kajian pelestarian ruang publik di kawasan Yaroana Masigi ini dilakukan, karena peneliti melihat bahwa dalam perkembangan ruang publik yang awalnya terbentuk karena sejarah dan pemaknaan tradisi dikhawatirkan akan bergeser menjadi ruang komunal yang kehilangan makna. Pelestarian ruang publik Yaroana Masigi sebagai ruang publik eks-kesultanan Buton ini ditujukan untuk mengetahui karakter fisik, nilai sejarah dan signifikansi budaya, serta bagaimana arahan pelestariannya. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa karakteristik fisik ruang publik memiliki tata letak yang dipengaruhi oleh sejarah urutan keberadaan, serta konsep kosmologis setempat. Batasan ruangnya berupa jalan dan ruang-ruang terbuka. Dari segi hirarki, ruang publik Yaroana Masigi merupakan hirarki paling inti dalam kedudukannya terhadap seluruh kawasan Benteng Keraton, sedangkan didalam ruang publik Yaroana Masigi sendiri, obyek Masjid Agung keraton yang memiliki hirarki teratas dalam ruang. Nilai sejarah dan signifikansi budaya tercermin pada sejarah yang terkandung pada tiap obyek serta aktivitas budaya yang berlangsung. Arahan pelestariannya didasarkan atas penilaian makna kultural pada ruang publik dengan mendapatkan nilai potensial tinggi, sedang hingga rendah dengan arahan pelestarian fisik berupa preservasi, konservasi, restorasi dan rekonstruksi, kemudian ada arahan pelestarian non fisik, serta arahan kebijakan yang bersifat peraturan, kesadaran, dan inisiatif. Kata Kunci : Ruang publik, Yaroana Masigi, Pelestarian
viii
ABSTRACT Public space of Yaroana Masigi is the most central the region in Buton palace. Cultural and traditional activities that take place in Yaroana Masigi still preserved by the community until today. The reason of taking Preservation Study of public space in Yaroana Masigi is because the researcher noticed in its development, public space which was originally formed by the history and meaning of tradition is worry to be shifted into a communal space without meaning. Preservation of public space Yaroana Masigi as Buton Sultanate public space heritage is intended to determine the physical character, the value of historical and cultural significance, and how the preservation in this area can be done. Results of the study found that the physical characteristics of the public space has the particular layout setting where the laying of every object in the space influenced by the history of the order of existence, as well as local cosmological concept. Limitation of space are roads and open spaces. In terms of public space hierarchy, Yaroana Masigi is a central hierarchy of the the whole area of the Palace Fortress position, while in the public space Yaroana Masigi itself, Masjid Agung Keraton which has a top hierarchy in that space. Historical and cultural significance of the value reflected in the history contained in each object in a public space and cultural activities that always held continued. The conservation efforts were based on an assessment of cultural meaning in a public space with a value of potential wich are high, moderate,until low for every object in space with the direction of the physical preservation are preservation, conservation, restoration and reconstruction, then there are non-physical conservation directives, as well as other regulatory policy directives , awareness and initiatives. Keywords: Public Space, Yaroana Masigi, Conservation
ix
RINGKASAN Yaroana Masigi berada di dalam kompleks Benteng Keraton Buton, yaitu benteng dengan panjang keliling 2.740 m yang mengelilingi permukiman bernama Kelurahan Melai. Kelurahan Melai merupakan satusatunya permukiman tradisional peninggalan Kesultanan Buton di kota Baubau yang bertahan, eksistensinya sejak abad ke-15M, juga merupakan kawasan yang pernah menjadi pusat kota serta pusat kekuasaan di zaman pemerintahan Kesultanan Buton dan menjadi embrio dari kota Baubau. Ruang publik Yaroana Masigi dapat dikatakan sebagai bagian paling inti dari kawasan Benteng Keraton Buton. Kegiatan Budaya dan adat yang berlangsung di Yaroana Masigi masih cukup terpelihara sampai saat ini. Kajian pelestarian ruang publik di kawasan Yaroana Masigi ini dilakukan, karena peneliti melihat bahwa dalam perkembangannya ruang-ruang publik yang awalnya terbentuk karena sejarah dan pemaknaan tradisi dikhawatirkan akan bergeser menjadi ruang komunal yang kehilangan makna. Secara fisik, ruang publik Yaroana Masigi merupakan sebuah kawasan/ area terbuka yang terdiri dari beberapa obyek/ bangunan bersejarah yang berkaitan erat dengan sejarah Kesultanan Buton yang mengitarinya berupa Batu Wolio, Batu Popaua, Baruga, Masjid Agung Keraton, Kasulana Tombi (tiang bendera kerajaan) dan Makam Sultan Murhum, Karakteristik ruang publik Yaroana Masigi memiliki tata letak, hirarki, orientasi, besaran dan batasan ruang. Tata letak dan hirarkinya dipengaruhi sejarah urutan keberadaannya serta dipengaruhi oleh konsep kosmologis masyarakat Buton yang menganggap bahwa area Yaroana Masigi merupakan alam batin manusia, yang dimana alam batin merupakan inti dari kehidupan dan senantiasa berada di tengah. Baruga yang baru dibangun oleh pemerintah ditahun 2012 dinilai menyalahi arsitektur asli Baruga itu sendiri. Kondisi Baruga saat ini selain sudah lebih modern dengan lantai keramik dan tiang beton juga diketahui telah mengalami beberapa perubahan bentuk material maupun arsitektural. Perubahan Baruga pertama kali tidak diketahui dengan pasti. Dari wawancara dengan budayawan setempat Imran Kudus (2014) mengatakan bahwa bentuk Baruga yang dibangun sekarang tidak sesuai dengan arsitektur Baruga yang seharusnya, terutama pada bentuk atap, serta desain lantai. Atap Baruga yang seharusnya tanpa susun, yang bermakna bahwa atap tanpa susun milik rakyat, sedangkan yang ada sekarang berupa model atap susun dengan gaya Malige (rumah sultan). Atap susun Malige bermakna milik sultan atau pemimpin. Lantainya juga seharusnya berbentuk panggung yang tetap memiliki spasi antara lantai dan tanah, namun yang ada sekarang adalah lantai keramik yang tidak berbentuk panggung. Berubah bentuknya Baruga ini kemudian menjadi legitimasi sejumlah warga di kawasan permukiman tradisional Melai untuk merubah bentuk rumah adat mereka.
x
Kawasan juga kerap menjadi tujuan wisata yang ramai terutama pada akhir pekan dan libur hari raya yang jumlah pengunjung paling ramai di tambah dengan pedagang kaki lima dadakan. Akses publik yang belum dikelola optimal dikhawatirkan dapat berdampak buruk pada obyek-obyek penting di dalam kawasan. Seiring dengan perkembangan zaman, makna kawasan sebagai ruang budaya dan sejarah akan mengalami degradasi makna. Perkembangan zaman bukanlah hal yang buruk, hanya saja perlu disikapi dengan cermat bahwa zaman membutuhkan bukti-bukti budaya dan sejarah dari masa lampau sebagai bahan pembelajaran, karena tidak akan cukup jika hanya dipelajari dari buku dan dokumen tertulis namun perlu ada bukti fisik yang saling melengkapi. Sehingga untuk mencegah degradasi yang lebih luas, ruang publik Yaroana Masigi pada kawasan permukiman tradisional Kelurahan Melai perlu dilestarikan, mengacu pada UndangUndang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya mengingat signifikansi obyek yang memuat unsur usia dan kelangkaan obyek, sejarah dan nilai budaya yang dimiliki, serta bernilai arsitektur. Sesuai dengan makna pelestarian dalam Piagam Burra (The Burra Charter, 1999) yaitu proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang ada terpelihara dengan baik sesuai situasi dan kondisi setempat. Pelestarian ruang publik Yaroana Masigi pada permukiman tradisional Buton di Kelurahan Melai ini ditujukan untuk mengetahui karakter fisik, nilai sejarah dan signifikansi budaya, serta bagaimana upaya pelestariannya. Maka disusunlah penelitian tentang „Pelestarian Ruang Publik Yaroana Masigi Sebagai Ruang Publik Peninggalan Kesultanan Buton di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara’ Dari hasil penelitian ditemukan bahwa karakteristik fisik eksisting ruang publik memiliki tata letak dan hirarki yang dipengaruhi oleh sejarah urutan keberadaannya serta oleh konsep kosmologis masyarakat Buton, besaran dan batasan ruangnya berupa jalan dan ruang-ruang terbuka tanpa batasan jarak pandang, dari segi hirarki ruang publik Yaroana masigi merupakan hirarki paling inti dalam kedudukannya terhadap kelurahan Melai. Sedangkan didalam ruang publik Yaroana Masigi, obyek Masjid Agung Keraton memiliki hirarki teratas dalam ruang. Nilai sejarah dan Signifikansi budaya tercermin pada sejarah yang terkandung pada tiap obyek dalam ruang publik serta aktivitas budaya yang berlangsung. Upaya pelestariannya didasarkan atas penilaian makna kultural pada ruang publik dengan mendapatkan nilai potensial tinggi, rendah hingga sedang untuk tiap obyek pada ruang dengan arahan pelesarian fisik berupa preservasi, konservasi, restorasi, dan rekonstruksi, arahan pelestarian non fisik berupa arahan untuk mempertahankan aktivitas budaya yang dianggap penting bagi ciri khas dan karakter ruang, serta arahan pelestarian yang bersifat peraturan, kesadaran dan inisiatif.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ...................................................................................... i PRASYARAT GELAR ................................................................................ iii LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI .......................................... v LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ......................................... vi KATA PENGANTAR ................................................................................. vii ABSTRAK ................................................................................................ viii ABSTRACT ................................................................................................ ix RINGKASAN .............................................................................................. x DAFTAR ISI ................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii BAB I 1.1 1.2 1.3 1.4
PENDAHULUAN ..................................................................... 1 Latar Belakang ........................................................................... 1 Rumusan Masalah ...................................................................... 7 Tujuan Penelitian ....................................................................... 7 Manfaat Penelitian ..................................................................... 8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN ................................................... 9 Kajian Pustaka............................................................................ 9 Kerangka Berpikir ...................................................................... 13 Konsep ....................................................................................... 14 Konsep Ruang Publik Yaroana Masigi ...................................... 14 2.3.2 Karakteristik Fisik ........................................................... 15 2.3.3 Nilai Sejarah .................................................................... 15 2.3.4 Signifikansi Budaya ......................................................... 16 2.3.5 Konsep Pelestarian .......................................................... 16 Landasan Teori ........................................................................... 17 2.4.1 Karakteristik Fisik Ruang Publik .................................... 17 2.4.2 Nilai Sejarah dan Signifikansi Budaya ............................ 23 2.4.3 Tinjauan Tentang Arahan Pelestarian.............................. 31 Model Penelitian ........................................................................ 35
2.1 2.2 2.3 2.3.1
2.4
2.5 BAB III 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6
METODE PENELITIAN ........................................................... 37 Pendekatan Penelitian ................................................................ 37 Lokasi Penelitian ........................................................................ 37 Jenis dan Sumber Data ............................................................... 41 Instrumen Penelitian................................................................... 41 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ..................................... 42 Metode dan Teknik Analisa Data ............................................... 43 3.6.1 Analisis Deskriptif ........................................................... 43
xii
3.7 BAB IV 4.1 4.2 4.3 4.4
4.5
BAB V 5.1 5.2
3.6.2 Analisis Evaluatif ............................................................. 44 3.6.3 Analisis Development....................................................... 50 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data.................... 51 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 52 Tinjauan Umum Kawasan permukiman Tradisional Buton di Kelurahan Melai ......................................................................... 52 Ruang Publik Yaroana Masigi ................................................... 55 Karakteristik Fisik Eksisting Ruang Publik Yaroana Masigi .... 66 Nilai Sejarah dan Signifikansi Budaya pada Ruang Publik Yaroana Masigi .......................................................................... 69 4.4.1 Tinjauan Sejarah Kawasan Benteng Keraton Buton ....... 69 4.4.2 Signifikansi Budaya ....................................................... 99 4.4.3 Karakteristik Non Fisik Ruang Publik Yaroana Masigi 122 4.4.4 Peran Pemerintah dan Masyarakat saat ini terhadap Yaroana Masigi ............................................................. 125 4.4.5 Makna Kultural pada Ruang Publik Yaroana Masigi ... 127 Arahan Pelestarian pada Ruang Publik Yaroana Masigi ......... 135 4.5.1 Arahan Pelestarian Fisik ................................................ 135 4.5.2 Arahan Pelestarian Non Fisik ........................................ 141 4.5.3 Arahan Kebijakan .......................................................... 142 SIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 144 Simpulan .................................................................................. 144 Saran ......................................................................................... 148 DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 149 DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS ............................... 152 LAMPIRAN ............................................................................. 155
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 5.1 Tabel 5.2
Studi Terdahulu ............................................................................ 12 Pelestarian Fisik ............................................................................ 34 Penilaian Makna Kultural ............................................................. 35 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ....................................... 42 Kriteria Makna Kultural .............................................................. 45 Kriteria Penilaian Estetika Bangunan ........................................... 46 Kriteria Penilaian Memperkuat Karakter Bangunan .................... 46 Kriteria Penilaian Kelangkaan Bangunan ..................................... 47 Kriteria Penilaian Peranan Sejarah Bangunan .............................. 48 Kriteria Penilaian Keluarbiasaan Bangunan ................................. 48 Kriteria Penilaian Memperkuat Citra Kawasan ............................ 49 Arahan Pelestarian Fisik Berdasarkan Potensi Obyek ................. 51 Penggunaan Lahan di Kelurahan Melai........................................ 53 Daftar Sultan dalam Pemerintahan Kesultanan Buton ................. 92 Nilai Sejarah Ruang Publik Yaroana Masigi ............................... 95 Penilaian Makna Kultural Masjid Agung Keraton ....................... 128 Penilaian Makna Kultural Kasulana Tombi ................................. 129 Penilaian Makna Kultural Halaman Yaroana ............................... 130 Penilaian Makna Kultural Batu Popaua ....................................... 131 Penilaian Makna Kultural Baruga ................................................ 132 Penilaian Makna Kultural Makam Sultan Murhum ..................... 133 Penilaian Makna Kultural Batu Wolio .......................................... 133 Arahan Pelestarian Fisik Ruang Publik Yaroana Masigi ............. 140 Nilai Sejarah pada Ruang Publik Yaroana Masigi ....................... 145 Arahan Pelestarian Fisik Ruang Publik Yaroana Masigi ............. 147
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar.4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar.4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Gambar.4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18 Gambar 4.19 Gambar 4.20 Gambar 4.21 Gambar 4.22 Gambar 4.23 Gambar 4.24 Gambar 4.25 Gambar 4.26 Gambar 4.27 Gambar 4.28 Gambar 4.29 Gambar 4.30 Gambar 4.31 Gambar 4.32 Gambar 4.33
Diagram Kerangka Berpikir .................................................. 13 Unsur dan Wujud Kebudayaan Universal .............................. 25 Model Penelitian ..................................................................... 36 Orientasi Lokasi Studi ............................................................ 38 Lokasi Studi ............................................................................ 39 Bangunan Bersejarah pada Ruang Publik Yaroana Masigi.... 40 Kelurahan Melai yang dikelilingi oleh Benteng ..................... 52 Persentase Jenis Penggunaan Lahan di Kelurahan Melai ....... 54 Kedudukan Ruang Publik Yaroana Masigi terhadap kawasan .................................................................................. 55 Kondisi Batu Popaua saat ini ................................................ 56 Kondisi Yaroana saat ini ........................................................ 57 Kondisi Baruga pada Tahun 2007 Sebelum dipugar.............. 58 Kondisi Baruga saat ini .......................................................... 59 Masjid Agung Keraton ........................................................... 60 Penampakan Masjid Agung Keraton pada tahun 1950, 1960 dan 2012 ................................................................................. 61 Penampakan dalam Masjid Agung Keraton pada tahun ......... 62 Kasulana Tombi ................................................................... 63 Makam Sultan Murhum .......................................................... 64 Tangga di depan makam dan di samping makam................... 65 Batu Wolio .............................................................................. 65 Konsep Kosmologis pada Tata Letak Yaroana Masigi .......... 67 Tata Letak Eksisting Ruang Publik Yaroana Masigi ............. 68 Boka-Boka .............................................................................. 78 Baluara Kalau ........................................................................ 79 Lawana Waborobo ................................................................. 81 Lawana Lanto ......................................................................... 82 Batu Tondo ............................................................................. 83 Kondisi Parit saat ini............................................................... 84 Meriam.................................................................................... 85 Bentuk Baruga di era Kesultanan ........................................... 87 Periodesasi pada Ruang Publik Yaroana Masigi.................... 97 Urutan Keberadaan Obyek pada Ruang Publik Yaroana Masigi ..................................................................................... 98 Walikota dan Wakil Walikota Baubau sedang didoakan Sara Kidina di masjid Agung keraton ............................................. 99 Pelantikan Walikota Baubau dan Wakilnya di Baruga .......... 100 Prosesi Memandikan Calon Sultan ......................................... 101 Prosesi Pemutaran payung di dalam Masjid Agung Keraton . 102 Iring-iringan pengantar Sultan menuju Batu Popaua ............. 103 Prosesi pemutaran payung di Batu Popaua ............................ 104 Prosesi pelantikan Sultan Buton ke-37 Sultan Muhammad Hamidi pada tahun 1928 ......................................................... 104
xv
Gambar 4.34 Gambar 4.35 Gambar 4.36 Gambar 4.37 Gambar 4.38 Gambar 4.39 Gambar 4.40 Gambar 4.41 Gambar 4.42 Gambar 4.43 Gambar 4.44 Gambar 4.45 Gambar 4.46 Gambar 4.47 Gambar 4.48 Gambar 4.49 Gambar 4.50 Gambar 4.51 Gambar 4.52 Gambar 4.53 Gambar 4.54 Gambar 4.55 Gambar 4.56 Gambar 4.57
Suasana Yaroana Masigi saat proses pelantikan .................... 105 Sultan dibawa Menuju Baruga ............................................... 105 Sultan Menerima Ucapan Selamat di Baruga ........................ 106 Penggunaan Ruang pada Prosesi Pelantikan Walikota........... 107 Penggunaan Ruang pada Prosesi Pelantikan Sultan ............... 108 Pola ruang pelantikan Sultan Buton ....................................... 111 Suasana Qunua di Baruga ...................................................... 113 Penggunaan Ruang pada Kegiatan Adat Qunua..................... 114 Suasana Pekande-kandea ....................................................... 115 Penggunaan Ruang pada Kegiatan Jumatan, Rara-e-ya Mpu, dan Rara-e-ya Haji ................................................................. 116 Penggunaan Ruang pada Kegiatan Pekande-kandea.............. 117 Pasukan Galangi ..................................................................... 118 Tari Mangaru .......................................................................... 119 Anak-anak yang berlatih Kabanti .......................................... 119 Penggunaan Ruang pada Kegiatan Tari-tarian ....................... 120 Penggunaan Ruang pada Kegiatan Berlatih Kabanti ............. 121 Masjid Agung Keraton ........................................................... 127 Kasulana Tombi...................................................................... 128 Halaman Yaroana ................................................................... 129 Batu Popaua ........................................................................... 130 Baruga .................................................................................... 131 Makam Sultan Murhum .......................................................... 132 Batu Wolio .............................................................................. 133 Sign dipasang disepanjang jalur pelantikan sultan ................. 141
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran ............................................................................................ 157 Teknik Pencarian Data....................................................................................... 158 Panduan Wawancara.......................................................................................... 162
xvii