Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kanker Payudara Wanita di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2013 Ulya Qoulan Karima1, Tri Yunis Miko Wahyono2 1
2
Program Sarjana, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
ABSTRAK Kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak diantara wanita Indonesia. Pada tahun 2013, belum diketahui faktor apa yang berhubungan dengan kanker payudara pada pasien di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr. Cipto Mangunkusumo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan kanker payudara. Desain studi yang digunakan adalah kasus kontrol. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diambil dari pasien rawat jalan RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo khususnya dari poli bedah. Sampel terdiri dari 117 kasus kanker payudara dan 119 kontrol (pasien lain di poli bedah yang tidak menderita kanker payudara). Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan risiko kanker payudara pada umur 35-44 tahun (OR=3,370, 95% CI=1,3908,170), dan 45-54 tahun (OR= 3,690, 95% CI=1,558-8,739) dibandingkan umur <35 tahun, umur menarche <12 tahun (OR=2,962, 95% CI=1,352-6,488) dibandingkan ≥12 tahun, adanya riwayat keturunan kanker payudara (OR=3,035, 95% CI=1,286-7,165) dan adanya keluarga tingkat 1 yang menderita kanker payudara (OR=3,854, 95% CI= 1,031-14,411) dibandingkan tidak ada riwayat keturunan kanker payudara sama sekali. Sementara itu efek protektif yang signifikan melindungi kanker payudara adalah menyusui anak selama ≥6 tahun (OR= 0,419, 95% CI=0,202-0,868) dibandingkan menyusui anak selama <2 tahun. Perlu adanya peningkatan promosi kesehatan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kanker payudara kepada masyarakat. Kata kunci: Faktor risiko; kanker payudara; kasus control; RSUPN dr Cipto Mangunkusumo ABSTRACT Breast cancer is the most common cancer among women in Indonesia. In 2013,it remains unknown factors that cause breast cancer on patients of Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr. Cipto Mangunkusumo. The purpose of this study is to determine what factors are associated with breast cancer. Study design was case-control. Data were collected using questionnaires from the unhospitalized patients RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo especially in Department of Surgery. Sample of 117 breast cancer cases and 119 control (other unhospitalized patients in Department of Surgery does not have breast cancer) were recruited. The results found increasing risk due to age of 35-44 (OR=3,370, 95% CI=1,3908,170), and age of 45-54 (OR= 3,690, 95% CI=1,558-8,739) compared to age of <35, age at menarche of <12 (OR=2,962, 95% CI=1,352-6,488) compared to age at menarche of ≥12, family history of breast cancer (OR=3,035, 95% CI=1,286-7,165) and family history of breast cancer in first degree relatives (OR=3,854, 95% CI= 1,031-14,411) compared to them with no family history of breast cancer. Meanwhile the significant protective effect that protect breast cancer is breastfeeding for ≥6 years (OR= 0,419, 95% CI=0,202-0,868) compared to breastfeeding for <2 years.There is need to increase health promotion regarding the factors associated with breast cancer to the public. Key words: Breast cancer; case-control stud;, risk factors; RSUPN dr Cipto Mangunkusumo 1
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013
2
PENDAHULUAN Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel kelenjar air susu (lobulus) dan saluran kelenjar air susu (duktus) dalam payudara normal menjadi sel yang bersifat buruk (Soemitro & Aksan, 2012). Pada tahun 2008 di antara wanita, kanker serviks dan kanker payudara menjadi penyebab utama 35% kematian karena kanker pada wanita di Asia Tenggara (WHO, 2011). Angka kematian karena kanker payudara yang telah distandardisasi berdasarkan umur pada wanita di Indonesia tahun 2008 adalah 18,6 per 100.000 wanita. Angka ini merupakan angka kematian terbesar apabila dibandingkan dengan angka kematian karena kanker jenis lain pada wanita (Kimman, Norman, Jan, Kingston, & Woodward, 2012). Kanker payudara menjadi masalah karena insidens dan prevalensnya yang tinggi apabila dibandingkan dengan jenis kanker lain pada wanita. Kanker payudara masih merupakan isu kesehatan masyarakat utama di negara maju. Namun kanker payudara juga mulai menjadi masalah kesehatan pada negara-negara berkembang karena insidensnya meningkat di beberapa negara berkembang dalam beberapa tahun ini (Ronco & Stefani, 2012). Selain itu di negara maju kemungkinan seseorang bertahan hidup dari kanker payudara meningkat secara perlahan yaitu sekarang mencapai 85% karena adanya perbaikan dalam skrining dan perawatan. Namun di sisi lain, kemampuan bertahan hidup dari kanker payudara di negara berkembang hanya sekitar 50-60% (WCR, 2008). Di wilayah Asia Tenggara, kanker payudara merupakan kanker dengan insiden terbanyak kedua setelah kanker serviks pada wanita (WCR, 2008). Pada tahun 2008, insiden kanker payudara merupakan insiden tertinggi dari seluruh insiden kanker pada wanita di Indonesia (36,2 per 100.000 wanita) (Kimman et al., 2012). Incidence rate dari kanker payudara pada wanita Indonesia sebenarnya masih rendah namun demikian, angka ini terus mengalami peningkatan (Wakai, 2000). Di sisi lain, kemampuan bertahan hidup dari kanker payudara di negara berkembang termasuk Indonesia hanya sekitar 50-60% (WCR, 2008). Oleh sebab itu, faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kanker payudara seperti faktor sosial demografi, reproduktif, hereditas, dan gaya hidup perlu diteliti. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr Cipto Mangunkusumo karena terjdai peningkatan insidens kanker payudara dari tahun 2011 (256 kasus) sampai tahun 2012 (406 kasus). Selain itu RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo adalah rumah sakit pusat rujukan dari seluruh Indonesia. Oleh karena itu, kasus kanker payudara akan mudah ditemui (Unit Rekam Medis RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, 2013).
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013
3
TINJAUAN TEORITIS Teori dalam penelitian ini dimulai dengan teori karsinogenesis yang menyatakan bahwa proses terbentuknya kanker merupakan proses bertahap yang dimulai dari inisiasi, promosi, dan progresi (Corwin, 2009 dan Sukardja, 2000). Tidak ada faktor pasti penyebab kanker payudara, tetapi kombinasi rumit dari banyak faktor dapat meningkatkan peluang wanita terkena kanker payudara (Brown & Boatman, 2011). Beberapa literatur dan penelitian sebelumnya, faktor risiko kanker payudara dapat dikelompokkan manjadi faktor sosial demografi, reproduktif, hereditas, klinis, bentuk fisik, gaya hidup, prenatal, dan lingkungan. Faktor risiko tersebut berkaitan dengan adanya mutasi gen (inisiasi) dan paparan hormon estrogen yang memicu promosi. Faktor sosial demografi terdiri dari tingkat sosial ekonomi (Henderson et al., 1996), tingkat pendidikan (Wakai et al., 2000), jenis pekerjaan (Brophy et al., 2006), umur (ACS, 2011), dan ras (Bernstein, 2002). Faktor reproduktif terdiri dari umur menarche (Corwin, 2009), umur menopause (Henderson et al., 1996), umur pertama kali melahirkan, riwayat menyusui, penggunaan terapi sulih hormon, penggunaan kontrasepsi hormonal (Bernstein, 2002), paritas, riwayat abortus (ACS, 2011). Faktor hereditas terdiri dari riwayat keturunan kanker payudara dan kanker ovarium (ACS, 2011). Faktor klinis terdiri dari ayphical hyperplasia, kepadatan payudara, riwayat kanker payudara, ovarium, endometrium dan kolon, kepadatan tulang (ACS, 2011), riwayat tumor jinak payudara (WCR, 2008). Faktor bentuk fisik terdiri dari Indeks Massa Tubuh (IMT) wanita postmenopause, penambahan berat badan umur >18 tahun, dan tinggi badan (ACS, 2011). Faktor gaya hidup terdiri dari diet kalori dan lemak, asupan kedelai, serta asupan buah dan sayur (Park et al., 2008), aktivitas fisik (Corwin, 2009), konsumsi alkohol (ACS, 2011), merokok (Magnusson et al., 2007). Faktor prenatal yaitu paparan estrogen intrauterine (Bernstein, 2002). Faktor lingkungan terdiri dari radiasi dinding dada (ACS, 2012), xenoestrogens (Clark et al., 2002). METODOLOGI PENELITIAN Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus kontrol. Pengumpulan data berlangsung dari tanggal 22 April sampai 24 Mei 2013 di Poliklinik Bedah Unit Rawat Jalan Terpadu RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang berobat di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo. Sedangkan sampel terdiri dari kasus dan kontrol. Kasus adalah penderita kanker payudara wanita berdasarkan pengakuan bahwa mereka menderita kanker payudara, sedang menjalani rawat jalan di Poliklinik Bedah Onkologi, dan memenuhi kriteria inklusi (berusia >20 tahun dan bersedia berpartisipasi yang ditandai dengan persetujuan informed consent) dan eksklusi. Kontrol adalah pengunjung
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013
4
wanita yang menderita penyakit lain (bukan kanker payudara) yang sedang menjalani rawat jalan di Poliklinik Bedah, bebas dari gejala-gejala klinis kanker payudara, dan memenuhi kriteria inklusi (berusia >20 tahun dan bersedia berpartisipasi yang ditandai dengan persetujuan informed consent) dan ekslusi (pernah menderita tumor jinak payudara, kanker ovarium, endometrium, dan kanker kolon). Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen kuesioner. Jumlah sampel dihitung menggunaan rumus besar sampel untuk pengujian hipotesis terhadap Odds Ratio (OR) yaitu 128 kasus dan 128 kontrol. Dari jumlah tersebut peneliti hanya mampu mengumpulkan 117 kasus dan 119 kontrol karena keterbatasan waktu. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan software SPSS 13.0 for windows. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. HASIL PENELITIAN Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Faktor Sosial Demografi No
Kasus (117)
Variabel N
Kontrol (119)
%
N
%
Pendidikan Terakhir 1
Tidak Sekolah
5
4,3
6
5,0
2
Tidak Tamat SD
12
10,3
7
5,9
3
Tamat SD
19
16,2
27
22,7
4
Tamat SMP
29
24,8
20
16,8
5
Tamat SMA
39
33,3
40
33,6
6
Tamat Perguruan Tinggi/Akademi Pekerjaan
13
11,1
19
16,0
1
Tidak Kerja/Sekolah/Ibu Rumah Tangga
97
82,9
100
84,0
2
TNI/Polri/PNS/BUMN
10
8,5
9
7,6
3
Pegawai Swasta
1
0,9
3
2,5
4
Wiraswasta/Dagang/Jasa
3
2,6
5
4,2
5
Petani/Nelayan
2
1,7
2
1,7
6
Buruh/dll
4
3,4
0
0,0
Umur Diagnosis 1
<35 Tahun
10
8,5
26
21,8
2
35-44 Tahun
35
29,9
27
22,7
3
45-54 Tahun
44
37,6
31
26,1
4
≥55 Tahun
28
23,9
35
29,4
Mean (SD)
47,53
(10,21)
46,06
(12,80)
Median (Range)
47,00
(21-70)
47,00
(21-80)
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013
5 Tabel 2 Hubungan Faktor Sosial Demorafi dengan Kanker Payudara No
Variabel
Kasus (117) N
Kontrol (119)
%
N
OR (95% CI)
P-Value
%
Tingkat Pendidikan 1
Dasar
36
30,8
40
33,6
Referensi
2
Menengah
68
58,1
60
50,4
1,259 (0,713-2,224)
0,427
3
Tinggi Jenis Pekerjaan
13
11,1
19
16,0
0,760 (0,329-1,756)
0,521
1
Tidak Kerja/Ibu Rumah Tangga
97
82,9
100
84,0
Referensi
2
PNS/Pegawai Swasta/Wiraswasta
14
12,0
17
14,3
0,849 (0,397-1,816)
3
Petani/Buruh
6
5,1
2
1,7
3,093 (0,609-15,699)
0,673 0,173
Umur Diagnosis 1
<35 Tahun
10
8,5
26
21,8
Referensi
2
35-44 Tahun
35
29,9
27
22,7
3,370 (1,390-8,170)
0,007
3
45-54 Tahun
44
37,6
31
26,1
3,690 (1,558-8,739)
0,003
4
≥55 Tahun
28
23,9
35
29,4
2,080 (0,861-5,027)
0,104
Berdasarkan tabel 1, proporsi tertinggi dari pendidikan terakhir responden baik pada kelompok kasus dan kontrol adalah tamat SMA. Proporsi tertinggi dari pekerjaan responden baik pada kelompok kasus dan kontrol adalah tidak kerja/sekolah/ibu rumah tangga. Proporsi tertinggi dari umur diagnosis responden pada kelompok kasus adalah 45-54 tahun, sedangan proporsi tertinggi dari umur diagnosis responden pada kelompok kontrol adalah ≥55 tahun. Pada kelompok kasus rata-rata umur responden adalah 47,53 tahun, standar deviasi 10,21, dan median 47,00 tahun. Rentang umur pada kelompok kasus adalah 21-70 tahun. Pada kelompok kontrol, rata-rata umur responden adalah 46,06 tahun, standar deviasi 12,80, dan median 47,00 tahun. Rentang umur pada kelompok kontrol adalah 21-80 tahun Berdasarkan tabel 2, kita dapat melihat hubungan faktor sosial demografi dengan kanker payudara. Tingkat pendidikan yang pada awalnya dibagi berdasarkan Riskesdas 2007 menjadi tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan tamat perguruan tinggi/akademi. Kemudian dilakukan kategori ulang menjadi pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dibandingkan wanita dengan tingkat pendidikan dasar, wanita dengan tingkat pendidikan menengah berisiko 1,259 kali (95% CI: 0,713-2,224) untuk terkena kanker payudara (ubungan ini tidak bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,427 (>0,05)). Kemudian wanita dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki 0,760 kali (95% CI: 0,329-1,756) untuk terkena kanker payudara (hubungan ini tidak bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,521 (>0,05)).
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013
6
Pengelompokan jenis pekerjaan pada awalnya adalah berdasarkan Riskesdas 2007. Kemudian dikelompokkan kembali berdasarkan asumsi keterpaparan wanita terhadap zat-zat karsinogen di lingkungan menjadi. Namun, karena dari seluruh responden ternyata tidak ada yang masih sekolah, TNI, Polri, BUMN, dan Nelayan, maka pengelompokan ulang ini dilakukan juga dengan mengeluarkan jenis pekerjaan berupa masih sekolah, TNI, Polri, BUMN, dan Nelayan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dibandingkan wanita yang jenis Tidak Kerja/Ibu Rumah Tangga, risiko wanita yang bekerja sebagai PNS/Pegawai Swasta/Wiraswasta adalah 0,849 kali (95% CI: 0,397-1,816). Sedangkan risiko wanita yang bekerja sebagai Petani atau buruh adalah 3,093 kali (95% CI: 0,609-15,699). Untuk hubungan umur dengan kanker payudara, dibandingkan wanita berumur <35 tahun, risiko kanker payudara pada wanita berumur 35-44 tahun 3,370 kali (95% CI: 1,3908,170) (hubungan ini bermakna secara statistik) dan risiko wanita berumur 45-54 tahun 3,690 kali (95% CI: 1,558-8,739) (hubungan ini bermakna secara statistik). Namun pada umur ≥55 tahun, risiko tersebut menurun menjadi 2,080 kali (95% CI: 0,861-5,027) (hubungan ini tidak bermakna secara statistik). Tabel 3 Hubungan Umur Menarche dengan Kanker Payudara No
Variabel
Kasus (117) N
%
Kontrol (119) N
OR (95% CI)
P-Value
%
Umur Menarche 1
≥12 Tahun
92
78,6
109
91,6
2
<12 Tahun
25
21,4
10
8,4
Referensi 2,962 (1,352-6,488)
0,006
Berdasarkan tabel 3, dari nilai OR, wanita yang mengalami menarche <12 tahun berisiko 2,962 kali (95% CI: 1,352-6,488) untuk terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang mengalami menarche ≥12 tahun. Hubungan ini bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,006 (<0,05). Tabel 4 Hubungan Paritas dengan Kanker Payudara No
Variabel
Kasus (117)
Kontrol (119)
N
N
%
OR (95% CI)
P-Value
%
Status Melahirkan 1
Nulipara
2
Pernah Melahirkan Paritas
1
Referensi
9
7,7
7
5,9
108
92,3
112
94,1
Nulipara
9
7,7
7
5,9
2
1-3 Anak
78
66,7
71
59,7
0,854 (0,302-2,414)
0,767
3
≥4 Anak
30
25,6
41
34,5
0,569 (0,191-1,700)
0,313
0,750 (0,270-2,085)
0,614
Referensi
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013
7
Berdasarkan tabel 4, untuk status melahirkan, wanita yang pernah melahirkan memiliki kecenderungan 0,750 kali (95% CI: 0,270-2,085) untuk terkena kanker payudara dibandingkan wanita Nulipara. Hal ini berarti bahwa pernah melahirkan merupakan faktor protektif terhadap kejadian kanker payudara. Hubungan ini tidak bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,614 (>0,05). Untuk paritas, dibandingkan wanita nulipara, wanita yang melahirkan
1-3 anak
memiliki kecenderungan 0,854 kali (95% CI: 0,302-2,414) untuk terkena kanker payudara. Hubungan ini tidak bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,767 (>0,05). Wanita yang melahirkan ≥4 anak memiliki kecenderungan 0,569 kali (95% CI: 0,191-1,700) untuk terkena kanker payudara. Hubungan ini tidak bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,313 (>0,05). Tabel 5 Hubungan Umur Pertama Kali Melahirkan dengan Kanker Payudara No
Variabel
Kasus (117)
Kontrol (119)
N
N
%
OR (95% CI)
P-Value
%
Umur Pertama Kali Melahirkan 1
≤20 Tahun
31
26,5
44
37,0
Referensi
2
21-30 Tahun
67
57,3
62
52,1
1,534 (0,863-2,726)
0,145
3
≥31 Tahun
10
8,5
6
5,0
2,366 (0,778-7,189)
0,129
4
Nulipara
9
7,7
7
5,9
1,825 (0,614-5,425)
0,279
Berdasarkan tabel 5, dibandingkan wanita yang melahirkan pertama pada umur ≤20 tahun, wanita yang melahirkan pertama kali pada umur 21-30 tahun berisiko 1,534 kali (95% CI: 0,863-2,726) untuk terkena kanker payudara. Hubungan ini tidak bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,145 (>0,05). Kemudian wanita yang melahirkan pertama kali pada umur ≥31 tahun berisiko 2,366 kali (95% CI: 0,778-7,189) untuk terkena kanker payudara. Hubungan ini tidak bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,129 (>0,05). Sedangkan wanita nulipara berisiko 1,825 kali (95% CI: 0,614-5,425) untuk terkena kanker payudara. Hubungan ini tidak bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,279 (>0,05)
Tabel 6 Hubungan Riwayat Menyusui dengan Kanker Payudara No
Variabel
Kasus (117)
Kontrol (119)
N
N
%
OR (95% CI)
P-Value
%
Status Menyusui 1
Tidak Pernah
2
Pernah
15
12,8
14
11,8
102
87,2
105
88,2
Referensi 0,907 (0,417-1,973)
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013
0,845
8 Lama Menyusui 1
<2 Tahun
35
29,9
26
21,8
2
2-3,9 Tahun
37
31,6
29
24,4
0,948 (0,469-1,914)
0,881
3
4-5,9 Tahun
23
19,7
25
21,0
0,683 (0,319-1,462)
0,327
32,8
0,419 (0,202-0,868)
0,019
4
≥6 Tahun
22
18,8
39
Referensi
Berdasarkan tabel 6, untuk status menyusui, wanita yang pernah menyusui memiliki kecenderungan 0,907 kali (95% CI: 0,417-1,973) untuk terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak pernah menyusui. Hubungan ini tidak bermakna karena p value sebesar 0,845 (>0,05). Untuk lama menyusui, dibandingkan wanita yang menyusui selama <2 tahun, wanita yang menyusui selama 2-3,9 tahun memiliki kecenderungan 0,948 kali (95% CI: 0,4691,914) untuk terkena kanker payudara (p value >0,05). Wanita yang menyusui selama 4-5,9 tahun
memiliki kecenderungan 0,683 kali (95% CI: 0,319-1,462) untuk terkena kanker
payudara (p value > 0,05). Wanita yang menyusui selama ≥6 tahun tahun
memiliki
kecenderungan 0,419 kali (95%CI: 0,202-0,868) untuk terkena kanker payudara (p value <0,05). Hanya wanita yang menyusui selama ≥6 tahun yang memiliki efek protektif secara bermakna terhadap kejadian kanker payudara. Tabel 7 Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Oral dengan Kanker Payudara No
Variabel
Kasus (117) N
%
Kontrol (119) N
OR (95% CI)
P-Value
%
Status Penggunaan Kontrasespsi Oral 1
Tidak Pernah
59,0
75
63,0
2
Pernah 48 Lama Penggunaan Kontrasepsi Oral
41,0
44
37,0
1
Tidak Pernah
69
59,0
75
63,0
2
<10 Tahun
37
31,6
37
31,1
1,087 (0,620-1,905)
0,771
3
≥10 Tahun
11
9,4
7
5,9
1,708 (0,627-4,654)
0,295
69
Referensi 1,186 (0,702-2,002)
0,594
Referensi
Umur Pertama Kali Menggunakan Kontrasepsi Oral 1
Tidak Pernah
2
≥30 Tahun
3 4
Referensi
69
59,0
75
63,0
8
6,8
8
6,8
1,087 (0,387-3,054)
0,874
25-29 Tahun
14
12,0
15
12,6
1,014 (0,457-2,254)
0,972
<25 Tahun
26
22,2
21
17,6
1,346 ((0,695-2,608)
0,379
Waktu Penggunaan Kontrasepsi Oral Sebelum Kehamilan Pertama 1
Tidak Pernah
69
59,0
75
63,0
Reference
2
Tidak
43
36,8
42
35,3
1,113 (0,651-1,903)
0,696
3
Ya
5
4,3
2
1,7
2,717 (0,510-14,466)
0,241
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013
9
Berdasarkan tabel 7, untuk status penggunaan kontrasepsi oral, wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi oral berisiko 1,186 kali (95% CI: 0,702-2,002) untuk terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral. Hubungan ini tidak bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,594 (>0,05). Untuk lama penggunaan kontrasepsi oral, dibandingkan wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama <10 tahun berisiko
1,087 kali (95% CI: 0,620-1,905) untuk terkena kanker payudara. Hubungan ini
tidak bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,771 (>0,05). Kemudian wanita menggunakan kontrasepsi oral selama ≥10 tahun berisiko 1,708 kali (95% CI: 0,627-4,654) untuk terkena kanker payudara. Hubungan ini tidak bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,295 (>0,05) Untuk umur pertama kali menggunakan kontrasepsi oral, dibandingkan wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan kontrasepsi oral pertama kali pada kategori usia paling muda yaitu umur <25 tahun berisiko 1,346 kali (95% CI: 0,695-2,608) untuk terkena kanker payudara. Hubungan ini tidak bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,972 (>0,05). Namun bila dibandingkan dengan kategori usia yang lebih tua, OR pada wanita yang pertama kali menggunakan kontrasepsi oral pada umur yang muda menunjukkan angka yang paling besar (OR umur 25-29 tahun adalah 1,014, OR umur ≥30 tahun adalah 1,087). Untuk waktu penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan pertama, dibandingkan wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral, wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi oral sebelum kehamilan pertama berisiko 1,113 kali (95% CI: 0,651-1,903) untuk terkena kanker payudara. Hubungan ini tidak bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,696 (>0,05). Wanita menggunakan kontrasepsi oral sebelum kehamilan pertama berisiko 2,717 kali (95% CI: 0,510-14,466) untuk terkena kanker payudara. Hubungan ini tidak bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,241 (>0,05). Tabel 8 Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik dengan Kanker Payudara No
Variabel
Kasus (117) N
%
Kontrol (119) N
OR (95% CI)
P-Value
%
Status Penggunaan Kontrasepsi Suntik 1
Tidak Pernah
66
56,4
68
57,1
2
Pernah
51
43,6
51
42,9
Referensi 1,030 (0,616-1,725)
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013
1,000
10
Berdasarkan tabel 8, wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi oral berisiko 1,030 kali (95% CI: 0,616-1,725) untuk terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi suntik. Hubungan ini tidak bermakna secara statistik karena p value sebesar 1,000 (>0,05). Tabel 9 Hubungan Riwayat Keturunan Kanker dengan Kanker Payudara No
Variabel
Kasus (117)
Kontrol (119)
N
N
%
OR (95% CI)
P-Value
%
Status Riwayat Keturunan Kanker Payudara 1
Tidak Ada
2
Ada 21 17,9 8 Tingkat Keluarga yang Menderita Kanker Payudara
1
Tidak Ada
96
82,1
111
93,3
2
Tingkat 2 Atau 3
11
9,4
5
4,2
2,544 (0,854-7,580)
0,094
3
Tingkat 1
10
8,5
3
2,5
3,854 (1,031-14,411)
0,045
96
82,1
111
93,3 6,7
Referensi 3,035 (1,286-7,165)
0,010
Referensi
Status Riwayat Keturunan Kanker Ovarium 1
Tidak Ada
2
Ada
105
89,7
112
94,1
12
10,3
7
5,9
Referensi 1,829 (0,694-4,821)
0,240
Berdasarkan tabel 9, untuk status riwayat keturunan kanker payudara, wanita yang memiliki riwayat keturunan kanker payudara berisiko 3,035 kali (95% CI: 1,286-7,165) untuk terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak memiliki riwayat keturunan kanker payudara. Perbedaan ini bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,010 (<0,05). Untuk tingkat keluarga yang menderita kanker payudara, dibandingkan wanita yang tidak memiliki riwayat keturunan kanker payudara, wanita yang memiliki riwayat keturunan kanker payudara pada keluarga tingkat 2 atau 3 berisiko 2,544 kali (95% CI: 0,854-7,580) untuk terkena kanker payudara. Hubungan ini tidak bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,094 (>0,05). Wanita yang memiliki riwayat keturunan kanker payudara pada keluarga tingkat 1 berisiko 3,854 kali (95% CI: 1,031-14,411) untuk terkena kanker payudara. Hubungan ini bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,045 (<0,05). Untuk status riwayat keturunan kanker ovarium, wanita yang memiliki riwayat keturunan kanker ovarium berisiko 1,829 kali (95% CI: 0,694-4,821) untuk terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak memiliki riwayat keturunan kanker ovarium. Namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,240 (>0,05).
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013
11 Tabel 10 Hubungan Aktivitas Fisik Berat yang Rutin dengan Kanker Payudara No
Kasus (117)
Variabel
N % Lama Aktivitas Fisik Berat yang Rutin
Kontrol (119) N
OR (95% CI)
P-Value
%
1
Tidak Rutin
54
46,2
50
42,0
Referensi
2
<4 Jam/minggu
59
50,4
63
52,9
0,867 (0,514-1,464)
0,594
3
≥4 Jam/Minggu
4
3,4
6
5,0
0,617 (0,165-2,316)
0,475
Berdasarkan tabel 10, dibandingkan wanita yang tidak pernah melakukan aktivitas fisik berat secara rutin, wanita yang melakukan aktivitas fisik berat selama <4 jam/minggu memiliki kecenderungan 0,867 kali (95% CI: 0,514-1,464) untuk terkena kanker payudara. Hubungan ini tidak bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,594 (>0,05). Wanita yang melakukan aktivitas fisik berat selama ≥4 jam/minggu memiliki kecenderungan 0,617 kali (95% CI: 0,165-2,316) untuk terkena kanker payudara. Hubungan ini tidak bermakna secara statistik karena p value sebesar 0,475 (>0,05). Tabel 11 Hubungan Merokok Aktif dengan Kanker Payudara No
Variabel
Kasus (117)
Kontrol (119)
N
N
%
OR (95% CI)
P-Value
%
Status Merokok Aktif 1
Tidak Pernah
94,0
113
95,0
2
Pernah/Masih 7 6,0 Umur Pertama Kali Merokok Aktif
6
5,0
1
Tidak Pernah
2 3
110
Referensi 1,198 (0,390-3,679)
0,783
Referensi
110
94,0
113
95,0
≥20 Tahun
5
4,3
5
4,2
1,027 (0,289-3,647)
0,967
<20 Tahun
2
1,7
1
0,8
2,055 (0,184-22,985)
0,559
Berdasarkan tabel 11, untuk status merokok aktif, risiko wanita yang pernah/masih merokok adalah 1,198 kali (95% CI: 0,390-3,679) dibandingkan wanita yang tidak pernah merokok aktif samasekali (hubungan ini tidak bermakna). Untuk umur pertama kali merokok aktif, dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah merokok aktif, risiko wanita yang pertama kali merokok pada usia <20 tahun 2,055 kali (95% CI: 0,184-22,985) (hubungan ini tidak bermakna. Kemudian, risiko wanita yang pertama kali merokok aktif pada usia ≥20 tahun 1,027 kali (95% CI: 0,289-3,647) (hubungan ini tidak bermakna).
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013
12 Tabel 12 Hubungan Merokok Pasif dengan Kanker Payudara No
Kasus
Variabel
Kontrol
OR (95% CI)
N
%
N
%
18
15,4
19
16,0
P-Value
Lama Merokok Pasif 1
Tidak Pernah
Referensi
2
1-6 Tahun
5
4,3
3
2,5
1,759 (0,366-8,455)
0,481
3
7-16 Tahun
9
7,7
9
7,6
1,056 (0,342-3,257)
0,925
4
17-21 Tahun
11
9,4
17
14,3
0,683 (0,252-1,848)
0,453
5
22-35 Tahun
27
23,1
37
31,1
0,770 (0,341-1,737)
0,529
6
≥36 Tahun
47
40,2
34
28,6
1,459 (0,668-3,187)
0,343
Berdasarkan tabel 12, tidak ada perbedaan yang bermakna antara lamanya merokok pasif dan kanker payudara. Apabila dilihat dari nilai ORnya pun, tidak menunjukkan dose response yang jelas. Justru risiko tertinggi ada pada kategori lama merokok pasif yang paling sebentar yaitu 1-6 tahun (OR: 1,759; 95% CI: 0,366-8,455). Kemudian risiko tertinggi kedua ada pada kategori lama merokok yang paling panjang yaitu ≥36 tahun (OR: 1,459; 95% CI: 0,668-3,187). Sedangkan kategori lama merokok pasif yang lainnya justru menunjukkan hubungan protektif. Tabel 13 Hubungan Status Penggunaan Kontrasepsi Oral dengan Kanker Payudara Berdasarkan Riwayat Keturunan Kanker Payudara Riwayat Keturunan Kanker Payudara
Ada
Tidak Ada
Variabel
Kasus N
Kontrol
OR (95% CI)
%
N
%
Status Penggunaan Kontrasepsi Oral 71,4 Tidak Pernah 15
7
87,5
Pernah
6
28,6
1
12,5
Total
21
100,0
8
100,0
Tidak Pernah
54
56,3
66
59,5
Pernah
42
43,7
45
40,5
100,0
111
100,0
Total 96 Tests of Homogeneity of the Odds Ratio = 0,443
P-Value
2,800 (0,281-27,907)
1,141 (0,656-1,984)
Berdasarkan tabel 13, responden yang memiliki riwayat keturunan kanker payudara wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi oral berisiko 2,800 kali (95% CI: 0,28127,907) untuk terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral. Hubungan ini tidak bermakna karena p value sebesar 0,673 (>0,05). Sedangkan pada responden yang tidak memiliki riwayat keturunan kanker payudara wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi oral berisiko 1,141 kali (95% CI: 0,656-1,984)
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013
0,673
0,635
13
untuk terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral. Hubungan ini tidak bermakna karena p value sebesar 0,635 (>0,05). PEMBAHASAN Desain studi dalam penelitian ini adalah kasus kontrol khususnya Hospital-based Case-control Study karena populasi sumber kasus dan kontrol berasal dari rumah sakit (hospital based). Kekuatan penelitian ini adalah desain kasus kontrol merupakan desain yang efektif unutk meneliti penyakit langka (insidensnya rendah), memiliki periode laten panjang, dan penyakit yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Selain itu, studi ini relatif murah dan mudah dilakukan dibandingkan rancangan studi analitik lainnya (cukup mengidentifikasi subyek yang telah mengalami penyakit dan tidak mengalami penyakit, lalu mencatat riwayat paparan mereka). Kemudian sumber kasus dan kontrol yang diambil dari rumah sakit yang sama meminimalisir adanya ketidaksetaraan karakteristik pasien. Pertanyaan untuk mengetahui faktor-faktor tertentu juga disusun secara terstruktur sehingga memudahkan responden untuk menjawab. Sedangkan kelemahan penelitian ini adalah adanya berbagai macam bias. Dalam penelitian ini rentan terjadi bias seleksi terutama pada kelompok kontrol. Kerugian memilih kontrol dari pasien rumah sakit adalah mereka cenderung berbeda dari individu-individu sehat dalam beberapa hal. Kebiasaan-kebiasaan tertentu, lebih banyak dijumpai pada pasien rumah sakit, daripada individu-individu sehat, misalnya kebiasaan merokok, penggunaan kontrasepsi oral, dan kebiasaan minum alkohol (Murti, 1997). Kemudian bias informasi dapat terjadi karena recall bias. Penelitian kasus kontrol sangat mudah terpengaruh oleh recall bias, karena paparan biasanya terjadi pada masa yang sudah lampau mengingat kasus kanker payudara merupakan kasus dengan manifestasi yang lama. Hal ini menyebabkan informasi yang valid sukar diperoleh. Pengingatan kembali pada peristiwa-peristiwa masa lampau mungkin tidak akurat atau informasi yang dikumpulkan oleh pengumpul data mungkin berupa dugaan (Morton & Hebel, 1986). Selain itu, kriteria diagnosis kanker payudara dalam penelitian ini tidak berdasarkan hasil patologi dan anatomi yang, melainkan hanya berdasarkan pengakuan responden. Menurut Wakai et al. (1999) tingkat pendidikan merupakan indikasi untuk tingkat sosial ekonomi. Wanita dengan status sosial ekonomi yang tinggi memiliki risiko sebesar 1,12,0 kali daripada wanita dengan status sosial rendah (ACS, 2011). Hal ini berhubungan dengan perbedaan dalam faktor reproduktif. Berdasarkan nilai ORnya, hasil penelitian antara
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013
14
pendidikan tinggi bila dibandingkan pendidikan rendah, seharusnya risiko kanker payudara meningkat. Adanya hubungan yang terbalik dengan teori mungkin disebabkan karena kurangnya jumlah sampel. Jenis pekerjaan sebagai salah satu elemen dari faktor sosial demografi, dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Risiko tersebut berhubungan dengan paparan estrogen lingkungan atau zat karsinogenik di lingkungan (Brophy et al., 2006). Wanita yang Tidak kerja/ Ibu Rumah Tangga diasumsikan tidak terpapar oleh zat-zat karsinogen dari tempat kerja. Wanita yang bekerja sebagai PNS/Pegawai Swasta/Wiraswasta diasumsikan lebih cenderung terpapar oleh zat-zat karsinogen daripada wanita yang Tidak kerja/Ibu Rumah Tangga. Sedangkan yang paling mempunyai kecenderungan terpapar oleh zat-zat karsinogen diasumsikan adalah wanita yang bekerja sebagai Petani/Buruh. Keterbatasan dalam menganalisis hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian kanker payudara yaitu jenis pekerjaan yang dimaksud adalah jenis pekerjaan yang sekarang, bukan jenis pekerjaan yang dulu. Menurut ACS (2011), peningkatan penemuan kasus kanker payudara seiring dengan peningkatan umur, kemungkinan terjadi karena umur harapan hidup yang semakin panjang seiring dengan peningkatan insiden kanker payudara karena perubahan pola reproduktif, penggunaan terapi sulih hormon, peningkatan prevalens obesitas, dan peningkatan kemampuan deteksi dini kanker payudara. Dalam penelitian ini, pada umur ≥55 tahun, risiko tersebut menurun menjadi 2,080 kali (95% CI: 0,861-5,027) dibandingkan dengan wanita berumur <35 tahun (hubungan ini tidak bermakna secara statistik). Hal ini sesuai dengan penelitian Levi, Pasche, Lucchini, dan Vecchia (1999). Menurut Bernstein (2002), apabila dilihat berdasarkan umur yang spesifik, peningkatan tidak terjadi secara konstan. Insiden mengalami penurunan setelah sekitar 45-50 tahun. Pola umur di negara-negara berisiko rendah, menunjukkan hal yang sama. Setelah risiko mencapai puncaknya pada umur 45-50 tahun, risiko kanker payudara menunjukkan penurunan beberapa tahun setelahnya. Penurunan itu terjadi karena adanya menopause. Menarche yang datang secara dini (<12 tahun) meningkatkan risiko kanker payudara pada wanita karena semakin lama wanita tersebut terpapar dengan hormon reproduktif dari tubuhnya (ACS, 2011). Estrogen dapat berfungsi sebagai promotor bagi kanker tertentu seperti kanker payudara. Karena kadar estrogren tinggi pada wanita yang mengalami haid, maka risiko terbentuknya kanker payudara meningkat pada wanita yang mendapat haid lebih awal dan mencapai menopause lambat (Corwin, 2009). Hasil penelitian ini sejalan dengan Meshram et al. (2009).
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013
15
Wanita yang tidak pernah mengalami kehamilan penuh berisiko 1,1-2,0 kali untuk terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang pernah mengalami kehamilan penuh dan melahirkan anak (ACS, 2011). Dalam penelitian ini, walupun tidak bermakna secara statistik, namun dilihat dari nilai OR, wanita yang pernah melahirkan memiliki kecenderungan 0,750 kali (95% CI: 0,270-2,085) untuk terkena kanker payudara. Wanita yang hamil beberapa kali akan mengalami penurunan risiko terkena kanker payudara. Temuan ini mungkin berkaitan dengan jumlah daur haid yang dialami wanita tersebut. Hal ini menjelaskan mengapa wanita yang pernah hamil beberapa kali berisiko rendah terhadap kanker payudara (Corwin, 2009). Jika dilihat dari nilai ORnya hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anak yang dilahirkan, semakin rendah risiko terkena kanker payudara. Hasil penelitian Minami et al. (1997) menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anak, semakin rendah risiko kanker payudara. Bernstein (2002) menyatakan bahwa umur yang muda pada saat melahirkan anak pertama (20 tahun atau kurang), mempunyai kecenderungan 0,5 kali untuk terkena kanker payudara daripada wanita yang melahirkan anak pertama pada saat umur 30 tahun atau lebih. Wanita yang mempunyai anak pertama namun pada umur yang terlambat risiko kanker payudara lebih besar daripada wanita yang tidak memiliki anak (MacMahon et al., 1970 dalam Henderson et al., 1996). Hal tersebut mungkin dapat dijelaskan berdasarkan Fact Sheet dari Program on Breast Cancer and Environmental Risk Factors (BCERF) yang diterbitkan tahun 2004, menyebutkan bahwa kehamilan menyebabkan proliferasi sel payudara. Proliferasi sel payudara dapat meningkatkan risiko kanker payudara terutama untuk wanita yang sudah tua (WCR, 2008). Walaupun tidak bermakna, dalam penelitian ini apabila dilihat dari nilai ORnya, semakin tua umur melahirkan pertama, semakin tinggi risiko kanker payudara. Wanita yang tidak pernah menyusui memiliki risiko 1,1-2,0 kali dibandingkan wanita yang pernah menyusui (ACS, 2011). Bernstein (2002) menyatakan bahwa menyusui akan menurunkan jumlah siklus menstruasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efek protektif dari pernah menyusui hanya sebesar 0,907 kali dan hubungan ini pun tidak bermakna. Hal ini mungkin disebabkna karena jumlah sampel yang terlalu kecil. Dalam penelitian ini batasan lama menyusui yang dipakai mengacu pada ACS (2012) yang menyatakan bahwa wanita yang menyusui selama 2 tahun akan mengurangi risko kanker payudara. Namun karena kelompok kasus dan kontrol sebagian besar memiliki riwayat lama menyusui yang panjang, maka batasan tersebut di tambah untuk setiap kenaikan 2 tahun. Batasan ini juga digunakan dalam penelitian Meshram et al. (2009). Dalam penelitian ini
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013
16
hubungan protektif yang signifikan hanya terlihat pada lama menyusui ≥6 tahun dibandingkan <2 tahun. Dalam penelitian ini, tidak ada perbedaan yang signifikan dari semua variabel terkait kontrasepsi hormonal dengan kejadian kanker payudara. Kerugian memilih kontrol dari pasien rumah sakit adalah mereka cenderung berbeda dari individu-individu sehat dalam beberapa hal. Kebiasaan-kebiasaan tertentu, lebih banyak dijumpai pada pasien rumah sakit, daripada individu-individu sehat, misalnya kebiasaan merokok, penggunaan kontrasepsi oral, dan kebiasaan minum alkohol (Murti, 1997). Hal ini mungkin menjelaskan mengapa perbedaan yang terlihat menjadi tidak signifikan. Namun apabila dilihat dari nilai ORnya, terdapat nilai OR yang cukup besar pada variabel lama penggunaan kontrasepsi oral >10 tahun dibandingkan tidak pernah menggunakannya samasekali (OR=1,708), waktu penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan pertama (OR=2,717). Kontrasepsi oral menghambat sekresi gonadotropin, sehingga mengurangi produksi hormon ovarium. Keadaan ini mendukung tingginya tingkat estrogen dan progestin selama penggunaan kontrasepsi oral khususnya jika kontrasepsi oral digunakan sejak umur muda dibandingkan tingkat estrogen dan progestin pada wanita yang mengalami siklus menstruasi dengan ovulasi yang normal (Bernstein, 2002). Adanya riwayat keluarga yang mengidap kanker, akan meningkatkan risiko terkena kanker. Kecenderungan genetik untuk mengalami karsinogenesis mungkin disebabkan oleh kerapuhan atau mutasi gen penekan tumor, kerentanan terhadap mutagen atau promotor tertentu, kesalahan enzim pengoreksi, atau gagalnya fungsi sistem imun. (Corwin, 2009). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa wanita yang memiliki riwayat keturunan kanker payudara berisiko 3,035 kali terkena kanker payudara dibandingkan yang tidak memiliki riwaat keturnan kanker payudara (hubungan ini bermakna secara statistik). Wanita yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan penderita kanker payudara memiliki risiko yang lebih besar, terutama jika hubungannya dekat (ibu, saudara perempuan, anak perempuan). Alasan meningkatnya risiko ini adalah karena mutasi gen yang mungkin diwarisi keluarga dekatnya (Brown & Boatman, 2011). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin dekat hubungan keluarga yang menderita kanker payudara, semakin tinggi risiko kanker payudara. Riwayat keturunan dari kanker ovarium juga berhubungan dengan peningkatan risiko kanker payudara. Wanita yang memiliki keluarga dengan kanker ovarium (ibu, saudara perempuan, anak perempuan, bibi, atau nenek) meningkatkan risiko kanker payudara (ACS, 2011). Walaupun tidak bermakna, apabila diluhat dari nilai ORnya, wanita dengan riwayat
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013
17
keturunan kanker ovarium berisiko 1,829 kali terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak memiliki riwayat keturunan kanker ovarium. Rendahnya aktivitas fisik akan meningkatkan risiko kanker payudara (Park et al., 2008). Mekanisme yang mendasari efek perlindungan ini berhubungan dengan masa tubuh, keseimbangan hormon, dan keseimbangan energi (ACS, 2011). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa apabila dilihat dari nilai OR, terlihat bahwa semakin lama aktivitas fisik berat rutin dilakukan, semakin menurunkan risiko kanker payudara Merokok dapat menginisiasi karsinogenesis payudara melalui dampak genotoksik dari komponen yang berhubungan dengan tembakau (Magnusson, Edren, & Rosenberg, 2007). Dalam penelitian ini, ditemukan nilai OR yang kecil antara wanita yang pernah merokok dibandingkan yang tidak pernah merokok (hubungan ini pun tidak bermakna secara statistik). Hal ini mungkin disebabkan kurangnya jumlah sampel. Epitel payudara akan berproliferasi secara cepat selama periode antara menarche dan kehamilan pertama, dan periode itu menjadi sangat rentan terhadap perubahan kearah keganasan (Magnusson et al., 2007). Sehingga semakin muda usia pertama kali seseorang merokok aktif, maka risiko kanker payudara juga semakin tinggi. Walupun tidak bermakna, dalam penelitian ini, nilai OR antara wanita yang merokok pertama kali saat umur <20 tahun 2,055 kali dibandingkan wanita yang tidak pernah merokok aktif sama sekali. Pembatasan lama merokok pasif dalam penelitian ini mengacu pada Johnson (2000). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara lamanya merokok pasif dan kanker payudara. Apabila dilihat dari nilai ORnya pun, tidak menunjukkan dose response yang jelas. Justru risiko tertinggi ada pada kategori lama merokok pasif yang paling sebentar yaitu 1-6 tahun (OR: 1,759; 95% CI: 0,366-8,455). Kemudian risiko tertinggi kedua ada pada kategori lama merokok yang paling panjang yaitu ≥36 tahun (OR: 1,459; 95% CI: 0,668-3,187). Sedangkan kategori lama merokok pasif yang lainnya justru menunjukkan hubungan protektif. Sebagian besar penelitian mengenai prokok pasif menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara perokok pasif dengan kanker payudara. Hanya sedikit penelitian yang menemukan peningkatan risiko kanker payudara diantara perokok pasif (Rollison et al., 2008). Risiko penggunaan kontrasepsi oral lebih tinggi pada wanita yang memiliki riwayat keturunan kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak memiliki riwayat kanker payudara (Casey, Cerhan, & Pruthim, 2008). Berdasarkan nilai OR, terlihat bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker payudara apabila mempunyai riwayat keturunan kanker payudara.
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013
18
Walaupun besarnya OR pada masing-masing strata berbeda, melalui Tests of Homogeneity of the Odds Ratio, ternyata perbedaan OR tersebut bukanlah perbedaan yang bermakna. Jadi tidak ada interaksi antara variabel riwayat keturunan kanker payudara dengan penggunaan pil KB dalam menghasilkan kanker payudara. Hal ini mungkin disebabkan karena jumlah sampel yang kurang banyak. KESIMPULAN Ada hubungan yang bermakna antara faktor-faktor berikut dengan kanker payudara: 1. Umur 35-44 tahun (OR=3,370, 95% CI=1,390-8,170), dan 45-54 tahun (OR= 3,690, 95% CI=1,558-8,739) dibandingkan umur <35 tahun. 2. Umur menarche <12 tahun (OR=2,962, 95% CI=1,352-6,488) dibandingkan ≥12 tahun 3. Riwayat keturunan kanker payudara (OR=3,035, 95% CI=1,286-7,165) dibandingkan tidak ada riwayat keturunan kanker payudara sama sekali. 4. Keluarga tingkat 1 yang menderita kanker payudara (OR=3,854, 95% CI= 1,031-14,411) dibandingkan tidak ada riwayat keturunan kanker payudara sama sekali. 5. Menyusui anak selama ≥6 tahun (OR= 0,419, 95% CI=0,202-0,868) dibandingkan menyusui anak selama <2 tahun. SARAN 1. Bagi RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo dengan melakukan edukasi mengenai faktor risiko yang penting dalam kejadian kanker payudara (umur menarche yang terlalu muda, umur yang semakin tua, adanya riwayat keturunan kanker payudara terutama pada keluarga tingkat pertama) dan promosi kesehatan mengenai cara pencegahannya seperti memperlama durasi menyusui dan skrining guna mendeteksi kanker payudara secara dini untuk wanita yang berisiko. 2. Bagi masyarakat agar waspada terhadap risiko kanker payudara yang dimilikinya (umur menarche yang terlalu muda, umur yang semakin tua, adanya riwayat keturunan kanker payudara terutama pada keluarga tingkat pertama) dan segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan bila terdapat gejala awal. Selain itu bagi wanita yang menyusui anaknya agar memperpanjang lama menyusui 3. Bagi penelitian selanjutnya, yaitu penggunaan jumlah sampel yang lebih besar dan menggunakan kriteria diagnosis yang pasti (dengan menggunakan hasil patologi anatomi). DAFTAR REFERENSI
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013
19
American Cancer Society. (2011). Breast cancer:Facts and figures 2011-2012. Bernstein, L., Henderson, B.E. (1996). Exogeneous hormones. In D. Schottenfeld & J.F. Fraumeni (Ed.). Cancer epidemiology and prevention (pp. 462-482). New York: Oxford University Press. Brophy, J.T., Keith, M.M., Watterson, A., Park, R., Gilbertson, M., Maticka-Tyndale, E., Beck, M., Abu-Zahra, H., Schneider, K., Reinhartz, A., DeMatteo, R., Luginaah, I. (2012). Breast cancer risk in relation to occupations with exposure to carcinogens and endocrine disruptors: a Canadian case control study. BioMed Central, 11(87), 1-17. Brown, Z.K., & Boatman, K.K. (2011). 100 tanya jawab mengenai kanker payudara (3rd ed., Shantyana, Penerjemah). Jakarta: PT Indeks. Casey, P.M., Cerhan, J.R., Pruthim S. (2008, January). Oral contraceptive use and the risk of breast cancer,Mayo Clinic Proceedings, 83(1), 86-91. Clark, R.A., Snedeker, S., Devine, C. (2002, July). Estrogen and breast cancer risk: What factors might affect a woman’s exposure to estrogen. Cornell University. Corwin, E.J., (2009). Buku saku patofisiologi (3rd ed., Egi Komara Yudha, Esty Wahyuningsih, Evi Yulianti, & Pamilih Eko Karyuni, Penerjemah). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Henderson, B.E., Pike, M.C., , Bernstein, L., & Ross R.K. (1996). Breast cancer. In D. Schottenfeld & J.F. Fraumeni (Ed.). Cancer epidemiology and prevention (pp. 1022-1035). New York: Oxford University Press. International Agency for Research on Cancer. (2008). World cancer report 2008. Jemal, A., Center, M.M., DeSantis, C., Ward, E.M. (2010), July 20). Global patterns of cancer incidence and mortality rates and trends. Cancer Epidemiology, Biomarker & Prevention, 19, 1893-1907. Johnson, K.C., Hu, J., Mao, Y. (2000). Passive and active smoking and breast cancer risk in Canada, 1994-97. Cancer Causes and Control, 11, 211-221. Kimman, M., Norman, R., Jan, S., Kingston, D., Woodward, M. (2012). The burden of cancer in member countries of the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Asian Pasific Journal Cancer Prevention, 13, 411-420. Levi, F., Pasche, C., Lucchini, F., Vecchia, C.L., (1999). Occupational and leisure time physical activity and the risk of breast cancer. European Journal of Cancer, 35(5), 775778.
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013
20
Magnusson, C., Edren, S., Rosenberg, L.U. (2007, October 2). Cigarette smoking and breast cancer risk: A population-based study in Sweden. British Journal of Cancer, 97, 12871290. Meshram I.I., Hiwarkar P.A., Kulkarni P.N. (2009, October 15). Reproductive risk factors for breast cancer: A case control study. Online Journal of Health and Allied Sciences, 8(3), 14. Minami, Y., Ohuchi, N., Fukao, A., Hisamichi, S. (1997). Risk factors for breast cancer: a case-control study of screen-detected breast cancer in Miyagi Prefecture, japan. Kluwer Academic Publishers, 44, 225-233. Morton, R., Hebel, R. (1986). Bimbingan studi tentang epidemiologi dan biostatistika (Runizar Roesin, Penerjemah.). Jakarta: Djambatan. Murti, B. (1997). Prinsip dan metode riset epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Park, S., Bae, J., Nam, B., Yoo, K. (2008). Aetiology of cancer in Asia. Asian Pasific Journal of Cancer Prevention, 9, 371-380. Rollison, D.E., Brownson, R.C., Hathcock, H.L., Newschaffer, C.J. (2008, June 12). Casecontrol study of tobacco smoke exposure and breast cancer risk in Delaware. Biomed Central, 8(157). Ronco, A.L., & Stefani, E.D. (2012). Nutritional epidemiology of breast cancer. New York: Springer. Soemitro, M.P., & Aksan, H. (2012). Blak-blakan kanker payudara. Bandung: PT Mizan Pustaka. Park, S., Bae, J., Nam, B., Yoo, K. (2008). Aetiology of cancer in Asia. Asian Pasific Journal cancer Prevention, 9, 371-380. Sukardja, I.D.G. (2000). Onkologi klinik (3rd ed.). Surabaya: Airlangga
University Press.
Wakai, K., Dillon, D., Ohno, Y., Prihartono, J., Budiningsih, S., Ramli, M., Darwis, I., Tjindarbumi, D., Tjahjadi, G., Soetrisno, E., Roostini, E., Sukamoto, G., Herman, S., Cornain, S. (2000). Fat intake and breast cancer risk in an area where fat intake is low: a case-control study in Indonesia. International Journal of Epidemiology, 29, 20-28. World Health Organization Regional Office for South-East Asia. (2011). Noncommunicable diseases in the South-East Asia Region 2011: Situation and response.
Faktor-faktor yang berhubungan…, Ulya Qoulan Karima, FKM UI, 2013