UKM Ju Jitsu Borong Medali di Kejuaraan Tingkat Nasional UNAIR NEWS – Hanya selang satu minggu sejak prestasi yang datang dari event “Yogyakarta Super Grappler Submission Challenge 2016” dan “Han Fighting Champion”, kini prestasi baru muncul dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Ju Jitsu Universitas Airlangga. Kali ini, UKM Ju Jitsu memperoleh juara pada “Kejuaraan Ju Jitsu UNESA Open ke-10” yang di selenggarakan oleh Universitas Negeri Surabaya. Kejuaraan tersebut berlangsung di Gedung Olahraga Bima UNESA, Kampus Lidah Wetan, Minggu (29/5). “Kejuaraan Ju Jitsu UNESA Open ke-10” atau yang sering dikenal dengan KJUO X diikuti oleh tak kurang dari 270 mahasiswa dari seluruh Indonesia. Pada ajang ini, 16 kontingen dari UKM Ju Jitsu berhasil membawa pulang sepuluh medali dari lima kategori yang ada. Kelima kategori tersebut terdiri dari kategori amatir, reguler, beregu, junior dan demo. Medali yang berhasil diborong berasal dari Juara I Kelas A Putra Reguler, Juara I Kelas B Putra Reguler, Juara I Kelas B Putri Reguler, Juara II Kelas A Putri Reguler, Juara II Kelas Bebas Putra, Juara III Kelas Bebas Putra, Juara III Kelas B Putra, Juara III Kelas A Putri, Juara I Beregu Putri, dan Juara I Beregu Putra. “Ketercapaian ini membuat saya bersyukur banget, bisa membawa nama UKM Ju Jitsu UNAIR ke tingkat nasional. Dan sekarang UKM Ju Jitsu lebih dikenal oleh club-club besar di Indonesia,” ujar Santoso, salah satu kontingen dari Fakultas Vokasi yang mendapatkan medali emas pada Kelas B Reguler Putra. Santoso berharap, tahun depan mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti UKM, dengan harapan ada regenerasi UKM dalam menghasilkan prestasi-prestasi baru.
Dari kejuaraan ini, UNAIR patut berbangga karena meskipun tidak memiliki fakultas dibidang olahraga, dengan fasilitas yang terbilang standart, namun tak menghalangi para atlet mempertajam softskill di bidang olahraga. Adanya kesinambungan antara fisik dan keahlian yang dimilik para atlet menjadi modal terbesar dalam menghadapi berbagai kejuaraan. Pada Agustus nanti, UKM Ju Jitsu akan mengikuti perlombaan Surabaya Open Brazilian Ju Jitsu (SOBJJ) dan Audisi One Pride. Ibnu Sina selaku ketua UKM Ju Jitsu mengatakan, para atlet Ju Jitsu harus mempersiapkan diri untuk kejuaraan tersebut. “Nanti akan diadakan latihan rutin yang lebih keras. Untuk latihannya, ditargetkan lebih banyak ke teknik dan fisik. Fisik yang kuat akan menampung teknik yang sempurna. Selain itu selalu dilakukan repetisi atau pengulangan saat latihan, karena repetisi adalah mother of skill,” ujar Ibnu. (*) Penulis : Disih Sugianti Editor : Binti Q. Masruroh
ITD UNAIR Jadi Pusat Unggulan IPTEK, Perguruan Tinggi Bidang Kesehatan dan Obat UNAIR NEWS – Pada tahun 2016, Institute of Tropical Disease (ITD) UNAIR kembali mendapatkan penghargaan dari Dirjen Kelembagaan IPTEK DIKTI. Sebelumnya, lembaga riset di bidang penyakit tropik infeksi UNAIR tersebut telah meraih penghargaan sebagai Pusat Unggulan IPTEK(PUI) sejak tahun 2012. Namun, kali ini yang membedakan adalah PUI-Perguruan Tinggi (PUI-PT) dengan ciri khas Perguruan Tingginya, dibagi
menjadi Orientasi Produk (OP) dan Orientasi Sains (OS). “2016 ini Perguruan unggulan kemudian disingkat
Kemenristekditi mengumpulkan PUI yang berasal dari Tinggi dan memisahkan orientasinya, menjadi pusat IPTEK orientasi produk yang disebut PUI-PTOP, ada pusat IPTEK yang berorientasi Sains yang PUI-PTOS,” ujar Prof. Inge Lusida, dr., Ph.D.
“Proses perpindahan tersebut tidak terjadi begitu saja, namun melalui seleksi bertahap yang cukup ketat, dan akhirnya dikategorikan menjadi 3 grup berdasarkan kualitas kemampuannya,” imbuhnya. Ketua ITD UNAIR tersebut menjelaskan, bahwa kategori yang ditetapkan oleh Kemenristekdikti ini disesuaikan dengan kelayakan PUI dari suatu Perguruan Tinggi. Target kinerja bagi PUI dibenahi hingga akhirnya layak sebagai sebuah lembaga Perguruan Tinggi dengan status Pusat Unggulan. Prof Inge menekankan bahwa proses seleksi tersebut tidak mudah. Pasalnya ada beberapa tahap yang harus dilalui untuk dapat ditetapkan sebagai PUI-PT. “Jadi tahun ini pesertanya masih dibatasi dulu, berdasarkan tahun sebelumnya yang sudah ditetapkan sebagai pusat unggulan, dan ditambah beberapa perguruan tinggi yang dianggap layak untuk berkompetisi menjadi pusat unggulan. Perlu ditekankan ini bukan begitu saja, tetapi melalui seleksi,”ujar Guru Besar bidang Mikrobiologi Klinik FK UNAIR tersebut. Mengenai tahap seleksi tersebut, Dr. drh, EduardusBimoAksono, M.Kes bersama dengan Dr. Ahmad Fuad Hafid, Apt, yang ikut terlibat dalam pengisian borang assessment dan pembuatan proposal PUI-ITD UNAIR menambahkan, ada tiga tahap dalam penentuan PUI-PT. Tahap pertama, seluruh Universitas yang diundang mengisi Borang Assesment dan melaporkan capaian target kinerjanya padatahun 2015 untuk dinilai. “Lalu tahap kedua, mereka diundang untuk melakukan presentasi
proposal tahun 2016.Tahap pertama dan kedua itu sudah ada yang gugur, terus kemudian yang tidak gugur ini dikategorikan menjadi 3 cluster (kelompok,- red)), dimana ITD-UNAIR termasuk dalam cluster 1,kemudian di tahap ketiga, diundang untuk membuat proposal kegiatan tahun 2016, dimana tahap ini sangat menentukan jumlah besar dana yang akan diberikan,” ujar Sekretaris Pusat Informasi dan Humas UNAIR tersebut. Seraya mengamini penjelasan Bimo, Prof Inge menambahkan, dalam tahap pengajuan proposal, target kinerja yang diajukan harus mencakup tiga tahun.“Nah, ini arahnya semacam pembinaan menuju ke STP (Science Technology Park,-red),” imbuhnya. Dengan ditetapkannya ITD UNAIR sebagai Pusat Unggulan di bidang kesehatan dan obat pada Jumat, (3/6) lalu, Prof Inge berharap agar support dana yang diberikan dapat menunjang perkembangan ITD UNAIR, sehingga ITD UNAIR memang layak diberikan predikat internasional.
unggul
dalam
skala
nasional
maupun
“Ini penghargaan yang bergengsi, dengan demikian kita dapat dikenal oleh internasional dan nasional, support dana yang diberikan juga akan menunjang perkembangan kita didalam penelitian guna menghasilkan berbagai produk atau pun publikasi internasional.,” pungkasnya.(*) Penulis : Dilan Salsabila
Jas Biru Kembali Berkibar di Ajang Riset Sains UNAIR NEWS – Tim mahasiswa FKG UNAIR berhasil meraih peringkat dua dalam The 10th Dentistry Scientific Meeting pada tanggal 4
Juni di Jakarta. Tim yang digawangi oleh Aprodita Permata Yuliana, Merina Dwi Pangastuti dan Sarah Fitria Romadhoni berhasil menyisihkan 31 tim lain dari seluruh Indonesia. Judul karya tulis yang tim jas biru (julukan tim FKG UNAIR ) sampaikan dalam kesempatan itu adalah PDGF-gene released nano hydrogel scaffold sebagai advanced host modulation therapy lokal pada penyakit periodontal. Kemengan pada acara yang diadakan oleh BEM FKG UI semakin memantankan student excellence di FKG UNAIR. Yang merupakan salah satu bentuk model dasar kampus ini menuju ranking 500 besar dunia. (*) Penulis: Humas FKG Editor: Rio F. Rachman
Melatih Para Tuna Grahita agar Hidup Sehat dan Mandiri UNAIR NEWS – Barangkali sebagian masyarakat sudah mengetahui kampung tuna grahita di Kabupaten Ponorogo. Di Jawa Timur, populasi tuna grahita mencapai 500 orang, 323 diantaranya tinggal di Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon, Ponorogo. kemampuan yang terbatas baik dalam fungsi intelektual dan beradaptasi, menjadikan para tuna grahita menggantungkan diri kepada masyarakat sekitar dalam kehidupan sehari-hari. Meski keberadaan mereka dilindungi undang-undang dan mendapat dukungan dana dari berbagai pihak, para tuna grahita itu belum bisa memaksimalkan kemampuan diri mereka. Salah satunya di bidang kesehatan.
Sekelompok mahasiswa program studi S-1 Pendidikan Ners, Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga mengajak para tuna grahita itu untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Keempat mahasiswa Ners itu adalah Fitria Budiarti (ketua tim/tahun angkatan 2013), Enis Rezqi Maulida (anggota/2013), Magita Novita Sari (anggota/2013), dan Putri Mei Sundari (anggota/2014). Implementasi PHBS itu mereka wujudkan melalui program kreativitas mahasiswa bidang pengabdian masyarakat dengan proposal berjudul “INSTING (Independent Skill Training) untuk Meningkatkan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat Kampung Idiot di Desa Sidoharjo, Jambon, Ponorogo”. Proposal PKM – M ‘INSTING’ itu berhasil lolos pendanaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemenristekdikti tahun 2016. Tim INSTING memiliki delapan program kegiatan. Program-program itu diantaranya sosialisasi kegiatan, pembuatan buku sadar sehat, pemenuhan kebutuhan alat bahan sehat, pembelajaran dan pelatihan secara langsung oleh tutor, pemantauan melalui buklet, kunjungan ke rumah-rumah, dan pembuatan kaset dokumenter. Untuk
memudahkan
pelaksanaan
kegiatan,
tim
INSTING
mengaktifkan kembali kader-kader untuk mendampingi para tuna grahita. Menurut Fitria, para kader itu terdiri dari orang lanjut usia, dan anggota keluarga yang memiliki kerabat tuna grahita. Agar koordinasi dengan pejabat setempat berjalan baik dan metode pelaksanaan INSTING berjalan optimal, mereka menyasar tuna grahita dari Dusun Klitik, Sidoharjo.
Praktik bercocok tanam di salah satu tempat tinggal tuna grahita.(Foto: Istimewa) “Karena lebih banyak pejabat dan perangkat desa yang tinggal di Klitik, maka kami akhirnya memilih itu sebagai desa sasaran. Di sana, kami mendampingi sepuluh tuna grahita agar pelaksanaan lebih efektif. Kami matangkan sasaran ini. Kalau seandainya berhasil, kami berharap itu bisa menjalar ke desa lain,” tutur Fitria. Para tuna grahita itu diajari untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, bercocok tanam dan memanen sayuran untuk memenuhi kebutuhan gizi individu dan keluarga. Dengan adanya rancangan kegiatan seperti itu, tim INSTING berharap rancangan kegiatan ini diharapkan dapat membentuk sikap dan tingkah laku tuna grahita yang berkarakter mandiri sehingga kehidupan yang layak pun terwujud. “Indikator keberhasilan program kami adalah ketika ketergantungan mereka (tuna grahita) terhadap keluarga berkurang. Kami selalu mengadakan evaluasi terkait dengan program INSTING. Selain itu, ada juga program kami yang telah
diadopsi oleh warga setempat. Karena kader juga terus melatih tuna grahita itu untuk menjadi mandiri. Dan, angka kesehatan juga meningkat,” imbuh Fitria. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan
Gandeng Pertamina, Mahasiswa UNAIR Kembangkan Software Pengukur Kadar Busa Pelumas UNAIR NEWS – Dengan mendapat dukungan pendanaan dari DIKTI, lima mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga, bekerjasama dengan PT Pertamina Persero kini sedang mengembangkan software pengukur kadar busa minyak pelumas. Hal baru ini dikembangkan, sebab selama ini alat uji kebusaan pada laboratorium PT Pertamina Persero masih dilakukan manual dan rentan terhadap ketidakakuratan pembacaan dan memungkinkan terdapat perbedaan persepsi hasil pengukuran yang berpengaruh pada standar kualitas uji suatu pelumas. Nadifah Taqwina Hartrining Pangestuti, ketua tim Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKM-T) FST UNAIR, mengatakan, kadar busa itu sendiri menjadi parameter dalam quality control pelumas, karena sangat berpengaruh terhadap keausan mesin. ”Jadi pengujian busa ini sangat penting untuk produk-produk pelumas yang digunakan pada kapal laut, misalnya,” kata Nadifa kepada pewarta, kemarin. Bersama
empat
temannya
yaitu
Andin
Istiqomatul
Husnia,
Mokhammad Deny Basri, Mokhammad Dedy Bastomi, dan Akhmad Afrizal Rizqi sepakat mengembangkan software ini karena terlecut oleh keadaan bahwa sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), dari tahun ke tahun jumlah kendaraan bermotor terus meningkat. Ini kabar gembira bagi perusahaan yang bergerak di bidang transportasi bermotor, termasuk PT Pertamina Lubricants Gresik.
Hasil uji coba di lab sedang dipresentasikan (Foto: Dok Tim) Apalagi dalam meningkatkan performa mesin kendaraan, sebagai perusahaan minyak terbesar di Indonesia, PT Pertamina dituntut menghasilkan produk pelumas berkualitas tinggi. Sehingga diperlukan pengujian parameter uji pelumas secara cepat dan akurat. Sehingga setelah mempelajari permasalahan dan praktik di lapangan, akhirnya dijalin kerja sama dengan Laboratorium quality control pelumas PT Pertamina Lubricants Gresik (PUG) dalam menginovasi salah satu alat parameter uji pelumas yakni foaming test. Sejalan hadirnya ajang tahunan program PKM-Penerapan Teknologi, lima mahasiswa UNAIR itu menjadikan pengembangan ini sebagai proposalnya yang diberi judul “Sistem Segmentasi Citra Sebagai Pengukuran Tendensi dan Stability Volume Busa
pada Foaming Test Pelumas di Laboratorium PT. Pertamina Lubricants Gresik Berbasis Borland Delphi 7”. Proposal ini berhasil diterima dan dinilai layak untuk menerima dana hibah dari Dirjen DIKTI. Diterangkan Nadifa, alat pengukuran kadar busa pelumas ini diberi nama “FoamLab” dimana software ini menggunakan sistem image processing sebagai salah satu teknik pengukuran volume busanya. Jadi FoamLab merupakan software yang dirancang khusus untuk keperluan pengukuran tendensi dan stabiliti pelumas yang memanfaatkan kamera sebagai sensor dengan bahasa pemrograman delphi sebagai pengolah gambar dan video. Tendensi dan stability itu merupakan parameter uji kebusaan. Tendensi sendiri adalah volume busa yang terbentuk saat 10 menit pertama, sedangkan stability merupakan volume busa yang tersisa saat lima menit dari pengukuran tendensi pada kondisi suhu dan sistem diffuser yang terkontrol. Diakui oleh Nadifa Dkk, software ini masih harus melalui uji sertifikasi dan standardisasi pengukuran untuk dapat diterapkan di seluruh Lab. quality control PT. Pertamina di Indonesia. Sehingga saat tim ini sedang meng-kalibrasi FoamLab ini, dimana mereka yakin bahwa software FoamLab ini akan sangat membantu dalam uji kebusaan pelumas. “Dengan alat ini maka hasil pengukuran uji busa menjadi akurat, saya tidak lagi berdebat dengan teman saat menentukan hasil. Apalagi alatnya bisa berjalan otomatis tanpa ditunggui, dan sangat mudah dioperasikan,” kata Komarudin, seorang analis laboratorium di PT Pertamina PUG ketika dimintai komentarnya. (*) Penulis : Bambang Bes