JKK, Tahun 2016, Vol 5(4), halaman 68-73
ISSN 2303-1077
UJI TOTAL FENOL, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN SITOTOKSITAS DAUN AKAR BAMBAK ( Ipomoea sp.) Dyan Fermanasari1*, Titin Anita Zahara1 , Muhamad Agus Wibowo1 1
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, *email:
[email protected]
ABSTRAK Akar bambak merupakan salah satu tumbuhan dari genus Ipomoea yang berpotensi sebagai antioksidan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan total fenol, aktivitas antioksidan dan aktivitas toksisitas ekstrak kasar metanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi metanol daun tapak kuda. Uji total fenol menggunakan metode FolinCiocalteu, aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikril-hidrazil) dan sitotoksisitas menggunakan metode BSLT (brine shrimp lethality test). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil skrining fitokimia semua fraksi mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, polifenol dan steroid. Kandungan total fenol dan aktivitas antioksidan tertinggi terdapat pada fraksi metanol yaitu sebesar 20,51 μg/mL dan nilai IC50 42,54 ppm. Uji toksisitas menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memiliki aktivitas toksisitas yang tertinggi dengan nilai LC50 93,317 ppm. Berdasarkan hasil penelitian mengindikasikan bahwa fraksi metanol daun akar bambak bersifat aktif sebagai antioksidan dan fraksi etil asetat bersifat aktif sebagai antikanker. Kata Kunci : akar bambak (Ipomoea sp.), skrinning fitokimia, total fenol, antioksidan, sitotoksitas PENDAHULUAN
ekstrak kloroform. Muthalib, dkk, (2013) mengemukakan bahwa ekstrak tumbuhan Ipomoea pes-caprae pada konsentrasi 20% efektif dalam menyembuhkan luka terbuka pada punggung kelinci (Muthalib, dkk. 2013). Sejauh ini penelitian tentang kandungan total fenolik, aktivitas antioksidan dan sitotoksitas pada spesies ini belum pernah dilakukan, sehingga perlu dilakukan uji kandungan total fenol, aktivitas antioksidan dan uji sitotoksitas. Penentuan kandungan total fenol dilakukan dengan metode Folin-Ciocalteu, aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode 2,2-difenil-1-pikril-hidrazil (DPPH) dan uji sitotoksik dilakukan dengan metode brine shrimp lethality test (BSLT).
Akar bambak merupakan salah satu tumbuhan yang termasuk ke dalam genus Ipomoea. Tumbuhan genus Ipomoea merupakan genus terbesar dalam famili Convolvulaceae yang terdistribusi didaerah tropis dan subtropis yang tersebar luas di Indonesia (Khazali et al., 1999). Daun akar bambak telah digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional untuk mengobati bisul dan penurun panas. Penelitian terhadap tumbuhan genus Ipomoea telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Menurut Hutapea (1993) Ipomoea pes-caprae mengandung metabolit sekunder berupa senyawa alkaloid, flavonoid, tanin dan steroid. Ipomoea pes-caprae juga mengandung senyawa aktif steroid, alkaloid, terpenoid dan flavonoid yang dihasilkan oleh fraksi dari ekstrak etil asetat (Souza et al,. 1999). Agustiningrum D., 2004 melaporkan bahwa uji aktivitas antioksidan menggunakan metode NBT (Nitroblue tetrazolium) ekstrak kloroform, etil asetat dan metanol dari daun Ipomoea pes-caprae diperoleh aktivitas antioksidan tertinggi pada
METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah alat rotary evaporator, blender, botol semprot, botol vial, bulb, corong pisah, kertas saring, mikropipet 1000 µL, neraca analitik , penangas air, seperangkat alat gelas,
68
JKK, Tahun 2016, Vol 5(4), halaman 68-73
ISSN 2303-1077
spektrofotometer UV-VIS, wadah plastik bersekat, dan vortex. Sampel tumbuhan yang digunakan adalah daun akar bambak. Bahan-bahan yang digunakan antara lain akuades (H2O), sampel, larva udang, asam klorida pekat (HCl), asam sulfat (H2SO4), etil asetat (CH3COOH), besi (III) klorida (Fe3Cl), 2,2difenil-1-pikril-hidrazil (DPPH), metanol (CH3OH), natrium karbonat (Na2CO3), natrium hidroksida (NaOH), n-heksana (C6H14), dimetil sulfoksida (DMSO), pereaksi Wagner, pereaksi Dragendroff, pereaksi Lieberman-Burchard,asam tanat dan reagen Folin-Ciocalteu dan vitamin C (asam askorbat). Bahan uji yang digunakan adalah daun akar bambak (Gambar 1) yang diambil dari Kawasan Taman Nasional Gunung Palung, Desa Sukadana Kabupaten Kayong Utara.
Uji Fitokimia Identifikasi kandungan kimia dalam ekstrak dilakukan terhadap senyawa senyawa (Harbone, 1987): a. Identifikasi alkaloid Masing-masing sampel di ambil beberapa tetes dan ditambahkan dengan pereaksi Dragendorf dan pereaksi Wagner. Jika terbentuk endapan berwarna merah jingga dan coklat maka sampel menunjukkan hasil positif adanya alkaloid b. Identifikasi flavonoid Larutan ekstrak sebanyak 2 ml ditambah dengan sedikit serbuk magnesium dan 2 ml HCl pekat. Senyawa flavonoid akan menimbulkan warna jingga, kuning sampai merah c. Identifikasi polifenol Masing-masing sampel di ambil beberapa tetes dan ditambahkan dengan 2-3 tetes larutan feriklorida (FeCl3) 5%. Terbentuknya warna hitam kebiruan atau hijau menunjukkan adanya fenol. d. Identifikasi steroid / triterpenoid Sebanyak 1 ml larutan ekstrak ditambah dengan pereaksi LiebermanBurchard. Adanya senyawa steroid ditandai timbulnya warna hijau atau biru dan triterpenoid menimbulkan warna merah atau violet. Penentuan Kandungan Total Fenol (Bhaskar et al., 2011) Penentuan Kandungan total fenol dilakukan dengan metode Folin-Ciocalteu. Sebanyak 0,5 mL larutan ekstrak 0,05% dari ekstrak metanol, fraksi metanol, fraksi kloroform dan fraksi n-heksana dan dicampurkan 0,75 mL reagen Folin-Ciocalteu 10% dan 2 mL Na2CO3 (2% w/v). Kemudian campuran dihomogenkan dengan alat vortek selama 15 detik dan dipanaskan pada suhu 45oC selama 15 menit. Absorbansi sampel diukur pada λmaks 720 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Kurva standar asam tanat ditetapkan dengan menggunakan persamaan regresi linier, yang menyatakan hubungan antara konsentrasi asam tanat (0, 20, 40, 60, 80, 100 ppm) yang dinyatakan sebagai sumbu X dengan besarnya absorbansi hasil reaksi asam tanat dengan pereaksi Folin-Ciocalteu yang dinyatakan sebagai sumbu Y.
Gambar 1. Daun akar Bambak Prosedur Kerja Ekstraksi dan Partisi Serbuk daun akar bambak sebanyak 600 gram yang telah dikeringanginkan dan dihaluskan, dimaserasi selama 3x24 jam dengan menggunakan pelarut metanol pada suhu kamar. Ekstrak metanol kemudian disaring agar diperoleh filtrat yang terpisah dari residunya. Ekstrak metanol dipartisi menggunakan pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda. Pertama, dipartisi menggunakan pelarut n-heksana sehingga diperoleh fraksi n-heksana dan fraksi metanol. Fraksi metanol kemudian dilakukan partisi kembali dengan pelarut etil asetat sehingga diperoleh fraksi metanol dan fraksi kloroform. Setiap fraksi yang diperoleh tersebut selanjutnya dipekatkan menggunakan rotary evaporator.
69
JKK, Tahun 2016, Vol 5(4), halaman 68-73
ISSN 2303-1077
Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH (Kekuda et al., 2009) Sebanyak 1 mL larutan dari ekstrak metanol kasar dan masing-masing fraksi (metanol, kloroform dan n-heksana) dengan konsentrasi 50, 100, 150, 200, dan 250 ppm dicampurkan dengan 2 mL larutan DPPH 0,002%, kemudian campuran didiamkan selama 30 menit. Absorbansinya diukur pada λmaks 517 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Sebagai kontrol positif digunakan vitamin C (konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm). Kekuatan inhibisinya dihitung menggunakan rumus :
heksana, fraksi kloroform dan fraksi metanol daun dan batang lakum dengan konsentrasi masing-masing 1000, 100 dan 10 ppm dalam tiga kali ulangan. Botol vial masingmasing berisi 5 mL (air laut, sampel dan 10 ekor udang), satu sebagai kontrol. Setelah 24 jam, diamati jumlah udang yang mati untuk tiap-tiap konsentrasi. Aktivitas sitotoksik ditentukan dengan analisis probit menggunakan SPSS18. Berdasarkan data probit yang diperoleh, maka dapat ditentukan aktivitas sitotoksiknya. Nilai LC50 merupakan konsentrasi dimana sampel dapat membunuh 50% larva Artemia salina. Karena skala probabilitas probit mencapai 0,990, maka nilai LC50 berada pada probabilitas 0,500.
Persamaan regresi yang diperoleh kemudian digunakan untuk mencari nilai IC 50 (konsentrasi yang diperlukan untuk menginhibisi 50% radikal bebas) dengan nilai y=50.
HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Partisi Ekstraksi daun tapak kuda dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol selama 3x24 jam. Hasil maserasi sampel dengan pelarut metanol diperoleh sekitar 35,596 gram, dengan rendeman sekitar 5,93%. Ekstrak berbentuk cairan kental dan berwarna kehijauan. Hasil partisi ekstrak daun akar bambak diperoleh tiga fraksi yaitu fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi metanol (Tabel 1).
Uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) (McLaughlin, 1998) a. Persiapan larva udang dan larutan induk Wadah disekat dua bagian, diisi dengan air laut sebanyak 1 liter. Telur Artemia salina dimasukkan pada bagian sekat yang tertutup dan sekat yang satu dibiarkan terbuka, kemudian diberi lampu diatas bagian yang terbuka untuk menarik udang Artemia salina menuju bagian yang terkena cahaya lampu sehingga terpisah dari cangkangnya. Telur-telur dari Artemia salina akan menetas menjadi larva dalam waktu 48 jam dan digunakan untuk uji toksisitas dari ekstrak metanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi metanol. Dibuat larutan induk 2000 ppm dengan melarutkan sebanyak sebanyak 0,5 g ekstrak metanol, fraksi n-heksana, fraksi kloroform dan fraksi metanol daun dan batang lakum. Dilarutkan dalam 25 mL air laut, ditambah 3 tetes DMSO, kemudian diencerkan menjadi tiga macam konsentrasi yaitu 10, 100, dan 1000 ppm.
Tabel 1.
Rendemen Fraksi n-heksana, Kloroform dan Metanol Daun Akar Bambak
Sampel Fraksi n-heksana Fraksi etil asetat Fraksi metanol
Massa Kental (gr) 2,078 4,259 9,048
Rendeman (%) 10,39 % 21,29 % 45,24 %
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada fraksi metanol memiliki nilai rendemen tertinggi dibandingkan fraksi etil asetat dan fraksi n-heksana. Hal ini dikarenakan sebagian besar daun akar bambak mengandung banyak senyawa yang bersifat polar. Uji Fitokmia Uji fitokimia dilakukan sebagai uji pendahuluan secara kualitatif untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder tanaman. Berikut adalah hasil skrining fitokimia pada berbagai fraksi daun akar bambak.
b.
Uji toksisitas Sebanyak 10 ekor udang dimasukkan ke dalam masing-masing botol vial yang telah diisi larutan ekstrak metanol, fraksi n70
JKK, Tahun 2016, Vol 5(4), halaman 68-73
ISSN 2303-1077
Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Daun Akar Bambak Ekstrak
n-
Etil
Kasar
Heksana
Asetat
-Wagner
+
+
+
+
-Dragendoff
+
+
+
+
Flavonoid
+
-
+
+
Polifenol
+
-
+
+
Steroid/Terpenoid
+
+
+
+
Fitokimia
Metanol
Alkaloid
Tabel 4.
Ket : (+) = terjadi perubahan warna, (-) = tidak terjadi perubahan warna
Aktivitas Antioksidan IC50 (ppm)
185,93 296,35 218,29 42,54 4,31
Hasil tabel 4 menunjukkan bahwa pada sampel fraksi metanol memiliki nilai IC50 terkecil dibandingkan sampel lainnya, namun masih memiliki nilai IC50 lebih besar dibandingkan nilai IC50 vitamin C. Nilai IC50 dianggap sebagai ukuran yang baik untuk efisiensi antioksidan senyawa-senyawa murni ataupun ekstrak. Menurut Molyneux (2004) semakin kecil nilai IC 50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Fraksi metanol mempunyai nilai IC50 yang lebih kecil dibanding ekstrak lainnya karena adanya kandungan senyawa fenol yang diperkirakan berasal dari golongan flavonoid yang dapat berperan sebagai antioksidan. Berdasarkan hasil skrinning fitokimia fraksi metanol juga positif mengandung flavonoid. Kuatnya aktivitas antioksidan ini didukung dengan tingginya nilai kandungan total fenol yang terdapat pada fraksi metanol (Tabel 3). Kandungan total fenol saling berhubungan dengan aktivitas antioksidan, semakin tinggi kandungan total fenol dari suatu sampel maka nilai IC50 semakin rendah. Berdasarkan Tabel 5 ditunjukkan bahwa fraksi metanol memiliki kandungan total fenol tertinggi yaitu 20,51 µg TAE/mg dan menunjukkan nilai IC50 yang paling rendah yaitu 42.54 ppm. Hasil dari regresi linier (Gambar 2) dapat dilihat bahwa nilai koefisien r =0.993. Nilai ini menunjukkan 99,3% kandungan total fenol memberikan kontribusi pada aktivitas antioksidan, sedangkan 0,7% dipengaruhi oleh senyawa lain. Hasil pengujian dengan metode korelasi pearson juga menunjukan kandungan total fenol memiliki korelasi yang signifikan dengan aktivitas antioksidan dengan nilai signifikan sebesar 0,007.
Penentuan Kandungan Total Fenol Penentuan kandungan total fenol dengan metode Folin-Ciocalteu dilakukan berdasarkan kemampuan reagen FolinCiocalteu mengoksidasi gugus hidroksil (OH-) dari senyawa golongan fenol. Senyawa fenolik mereduksi fosfomolibdat fosfotungstat dalam Folin-Ciocalteu membentuk molibdenum yang berwarna biru. Tabel 3. Kandungan Total Fenol Daun Akar Bambak Ekstrak kasar Fraksi n-heksana Fraksi etil asetat Fraksi methanol
Hasil Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Sampel Ekstrak Kasar Fraksi n-heksan Fraksi Etil Asetat Fraksi Metanol Vitamin C
Hasil tabel 2 menunjukan bahwa hampir semua hampir semua sampel mengandung alkaloid, flavonoid, polifenol, steroid dan triterpenoid. Fraksi n - heksana menunjukan hasil negatif mengandung flavonoid dan polifenol. Hal ini dikarenakan sedikitnya senyawa flavonoid dan polifenol pada fraksi n-heksana (Hayati et al., 2010).
Sampel
seberapa besar aktivitas suatu sampel untuk menghambat radikal stabil DPPH dengan cara mendonorkan atom hidrogen. Sampel yang memiliki aktivitas antioksidan akan mereduksi DPPH menjadi DPPH-H yang ditandai dengan perubahan warna ungu menjadi kuning (Molyneux, 2004).
Kandungan Total Fenol (µg TAE/mg) 9,44 3,52 7,26 20,51
Berdasarkan hasil yang diperoleh, total fenol yang paling tinggi terdapat pada fraksi metanol Hal ini terjadi karena metanol merupakan pelarut polar dan fenol bersifat polar sehingga metanol mampu melarutkan fenol lebih baik dari pelarut lainnya. Sebaliknya, fraksi n-heksana bersifat nonpolar, sehingga sedikit sekali dijumpai senyawa golongan fenol (Hayati et al, 2010). Hasil ini juga didukung dengan uji fitokimia, dimana fraksi metanol positif mengandung senyawa polifenol dan flavonoid. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DDPPH (2,2-difenil-1-pikril-hidrazil) Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dilakukan untuk menentukan 71
JKK, Tahun 2016, Vol 5(4), halaman 68-73
ISSN 2303-1077
Berdasarkan uji Korelasi Pearson, jika nilai signifikan < 0,05 maka variabel tersebut dinyatakan memiliki korelasi yang signifikan.
kadar tertentu senyawa-senyawa tersebut memiliki potensi toksisitas akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach. Menurut Andriyani S.dkk, (2006), senyawa lain yang diketahui dapat berkontribusi dalam sitotoksitas adalah golongan alkaloid dan steroid. Sitotoksitas paling tinggi berada ada fraksi etil asetat, dimana hasil penapisan fitokimia fraksi ini positif mengandung metabolit sekunder tersebut. Meskipun demikian, berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada tabel 6 menunjukkan bahwa semua ekstrak dan fraksi dari daun akar bambak bersifat aktif dan memiliki potensi sebagai antikanker karena nilai LC50 < 1000 ppm.
Tabel
5.
Hubungan Total Antioksidan
Sampel
IC50 (ppm)
Ekstrak kasar Fraksi n-heksana Fraksi etil asetat Fraksi metanol
Fenol
Total Fenol (µg TAE/mg) 9,44 3,52 7,26 20,51
dan IC50 (ppm) 185,93 296,35 218,29 42,54
y = -14.432x + 332.73 R² = 0.9868
400 200 0
0
10
20
30
Total Fenol (µg TAE/mg)
SIMPULAN Gambar 2. Korelasi kandungan total fenol dengan kekuatan antioksidan daun akar bambak
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada ekstrak dan fraksi daun akar bambak dapat disimpulkan bahwa skrining fitokimia menunjukkan semua fraksi mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, polifenol, dan steroid. Fraksi metanol pada penelitian ini telah diketahui memiliki kandungan total fenol dan IC50 paling baik yaitu sebesar 20,51 µgTAE/mg dan 42,54 ppm. Sedangkan pada fraksi etil asetat memiliki nilai LC50 paling baik yaitu sebesar 93,317 ppm. Hal ini mengindikasikan bahwa fraksi metanol daun akar bambak bersifat aktif sebagai antioksidan dan fraksi etil asetat bersifat aktif sebagai antikanker.
Uji Toksisitas dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) Brine Shrimp Lethaly Test (BSLT) dilakukan untuk menentukan aktivitas toksisitas dari suatu sampel bahan alam. Metode ini merupakan uji awal yang digunakan untuk menentukan aktivitas antikanker berdasarkan kemampuan suatu sampel untuk membunuh larva udang (Artemia salina) (Meyer, 1982). Tabel 6. Nilai LC50 Daun Akar Bambak Sampel
Nilai LC50 (ppm)
Ekstrak kasar
328,321
Fraksi n-heksana
711,638
Fraksi etil asetat
93,317
Fraksi metanol
575,889
DAFTAR PUSTAKA Agustiningrum D., 2004, Isolasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa Bioaktif Dari Daun Ipomoea pescaprae, Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Bogor, (Skripsi). Daintith J., 1994, Kamus Lengkap Kimia, AB: Suminar Achmadi, Erlangga, Jakarta. Day R A, Underwood A L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi VI. AB: Iis Sopyan. Erlangga. Jakarta. Dumitrascu, M., 2011, Artemia Salina, Balneo Research Journal, 2: 119-122 Fessenden, R. J dan Fessenden, J.S., 1999, Kimia Organik, AB. AH Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta. Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Penterjemah: K.
Berdasarkan hasil analisis probit diperoleh toksisitas paling tinggi terdapat pada fraksi etil asetat dengan nilai LC 50 sebesar 93,317 ppm. Kemudian diikuti dengan ekstrak kasar dan fraksi metanol dengan nilai LC50 sebesar 328,321 ppm dan 575,889 ppm. Aktivitas terendah terdapat pada fraksi n-heksana dengan nilai LC50 sebesar 711,638 ppm. Tingginya nilai toksisitas pada fraksi etil asetat dikarenakan pengaruh dari senyawa metabolit sekunder yang terkandung yaitu alkaloid, polifenol, flavonoid dan steroid yang dapat membunuh larva udang (Mutia, 2010). Dimana pada 72
JKK, Tahun 2016, Vol 5(4), halaman 68-73
ISSN 2303-1077
Daun Tapak Kuda (Ipomoea pescaprae) Dan Uji Efektivitasnya Terhadap Luka Terbuka Pada Punggung Kelinci, Program Studi Farmasi, FMIPA UNSRAT Manado, Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT. Mutia, D., 2010, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Anggur (Vitis vinera) terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BST), Universitas Diponegoro, Fakultas Kedokteran, Semarang, (Skripsi). Poejadi, A, 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UIPress, Jakarta. Prakash A, Rigelhof F, Miller, E. 2001. Antioxidant Activity. Medallion Laboratories Analytical Progress. Minnesota. Robinson., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, terjemahan Kosasih Padmawati, penerbit ITB, Bandung. Rohman, A dan Riyanto, S., 2005, Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Kemuning (Murraya paniculata (L) Jack) Secara Invitro, Majalah Farmasi Indonesia, 16(3): 136-140. Souza, M.M., Oliveira, A.M., Cechinel Filho, V., Berti, C.,Yunes, R.A., Krogh, R., 1999. Antinociceptive properties of the methanolic extract obtained from Ipomoea pes-caprae (L.) R.Br. Journal of Ethnopharmacology 69 : 85-90. Trianto A., Has Y Y., Ambariyanto., Muwarni R., 2004, Uji Toksisitas Ekstrak Gorgonian Isis Hippuris Terhadap Nauplius Artemia Salina, Ilmu Kelautan, 9(2) : 61-66. Wanasundara, P.K.J.P.D and Shahidi, F., 2005, Antioxidant: Science, Tecnology and Applications, Canada. Winarsi H., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal, Cetakan Pertama, Kanisius, Yogyakarta. Zuhra, C.F., Juliati, B.T dan Herlince, S, 2008, Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid dari Daun Katuk (Sauropus androgunus (L) Merr.), J. Bio, 3(1): 710.
Padmawinata dan I. Soediro, terbitan ke-2, Penerbit ITB, Bandung. Hardiana R., Rudiansyah., Zaharah T A., 2012, Aktivitas Antioksidan Senyawa Golongan Fenol dari Beberapa Jenis Tumbuhan Famili Malvaceae, JKK,1 (1) : 8-13 Hayati E.K., Fasyah A.G., Sa’adah L., 2010, Fraksinasi dan Identifikasi Senyawa Tanin pada Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.), Jurnal Kimia, 4(2): 193-200. Hutapea, J.R. 1993. Inventaris Tanaman Obat Indonesia,edisi II . DepkesRI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. Kekuda, T., R., Vinayaka, K., S., Kumar, S., V., Sudharshan, S., J., 2009., Antioxidant and antibacterial activity of lichen extracts, honey and their combination, Journal of Pharmacy Research, 2(12):1875-1878. Khopkar, S.M., 2008, Konsep Dasar kimia Analitik, UI Press, Jakarta. Khazali M, Suryadiputra, Yus Rusila Noor., 1999, Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia, Bogor, Ditjen PKA. Makkar, H.P.S.,Bluemmel, M., Borowy, N.K., and Becker, K., 1993, Gravimetric Determination Of Tannin An Their Correlations With Chemicalman Protein Precipitation Methods, J. Sci. Food Agric, 61: 161-165. McLaughlin J.L and Roger L.L., 1998, The Use Of Medical Assays To Evaluate Botanicals, Drug Information Journal, 32 : 513-524 Meyer B.N, Ferigni N.R, Putnam J.E, Jacobsen L.B, Nichols D.E, dan McLaughlin J.L, 1982. Brine Shrimp: A Conventient General Bioassay for Active Plant Constituent. Planta Medica, 45: 31-34. Molyneux, P., 2004, The Use of Stable Free Radical Diphenyl-picrylhydrazyl (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity, J. Sci. Tecnol, 26(2): 211219. Muthalib E.M, Fatimawali, Hosea Jaya Edy., 2013, Formulasi Salep Ekstrak Etanol
73