UJI TOKSISITAS METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK n-HEKSAN DARI DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn) TERHADAP Artemia salina Leach Yenny Febriani Yun, dan Yusi Fudiesta
ABSTRAK Isolasi awal dilakukan pada daun jambu biji (psidium guajava Linn) untuk digunakan dalam uji toksisitas. Hasil skrining daun jambu biji (psidium guajava Linn) menunjukkan adanya flavonoid, steroid, dan tanin. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan menggunakan pelarut metanol. Partisi dilakukan menggunakan pelarut n-heksan dan metilen klorida kemudian fraksinasi dilakukan menggunakan eluen metilan kloridametanol dengan metoda kromatografi Vakum Cair (KVC). Uji toksisitas menggunakan Artemia salina Leach menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan yang telah dipisahkan dengan KVC maka fraksi B1 diduga toksik dengan nilai LC50 sebesar 826 ppm dan fraksi B2 diduga tidak toksik karena memiliki nilai LC50 sebesar 1112, 28 ppm. Kata Kunci : Ekstraksi, Toksisitas, Psidium guajava Linn PENDAHULUAN Masyarakat kita telah lama mengenal dan menggunakan bahan alam atau tumbuhan untuk keperluan keluarga, salah satunya adalah tanaman Jambu biji (Psidium guajava Linn). Selama ini tanaman jambu biji (Psidium guajava Linn) banyak dimanfaatkan oleh masyarakat hanyalah pada bagian buahnya saja yang dapat dikonsumsi langsung atau melalui pengolahan, walaupun pada kenyataannya banyak manfaat yang dapat diperoleh dari bagian tanaman jambu biji lainnya seperti pada bagian daun yang bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti diare, demam berdarah, dan sariawan. Pada penelitian ini jenis tanaman jambu biji yang digunakan adalah tanaman jambu biji susu yang berdaging buah putih karena pohon jambu biji jenis ini lebih banyak ARISTOTELES VOL. 4 NO. 2, APRIL 2007 : 12 – 18
daunnya jika dibandingkan dengan tanaman jambu biji merah getas yang daging buahnya merah.(25) Jambu biji merupakan salah satu tanaman yang secara tradisional dapat dimanfaatkan untuk mencegah, mengobati dan menyembuhkan berbagai macam penyakit,(15) karena dalam daun jambu biji mengandung zat aktif yang dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit. Pada penelitian ini kita ingin mengetahui sejauh mana aktivitas suatu senyawa yang terdapat pada daun jambu biji.(25) Pengujian aktivitas pada daun jambu biji ini dilakukan melalui uji toksisitas terhadap Artemia salina Leach. Penggunaan Artemia salina Leach sebagai hewan uji yaitu karena telur dari Artemia salina Leach ini mudah didapat, murah 12
dan dapat disimpan beberapa tahun di tempat yang kering serta cara uji yang sederhana.(19) Setelah melihat penelitian yang dilakukan pada herba Edelweiss (Anaphalis javanica), ternyata ekstrak edelweiss memiliki efek toksisitas dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) yaitu memiliki harga LC50 sebesar 909 μg/mL.(9) Pengujian bioaktifitas pada daun jambu biji ini telah banyak dilakukan tetapi baru pada bakteri saja sehingga pada penelitian ini dilakukan uji hayati terhadap hewan Artemia salina Leach pada ekstrak n-heksan daun jambu biji untuk melihat efek toksisitas.(16) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman jambu biji (Psidium guajava Linn) berasal dari benua Amerika yaitu dari kawasan Meksiko Selatan dan Amerika Tengah. Tanaman ini tumbuh subur di berbagai wilayah di daerah tropis dan sub tropis. Pada daerah seperti Indonesia, tanaman ini dapat ditanam pada berbagai kondisi lingkungan, mulai di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan). Jambu biji mempunyai daya adaptasi sangat luas, karena dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropis dan sub tropis dengan tinggi pohon antara 3-10 meter.(23) Nama ilmiah Jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium guajava berasal dari bahasa Yunani yaitu Psidium yang artinya delima, sedangkan guajava berasal dari nama yang diberikan oleh orang Spanyol.(24) Taksonomi tanaman Jambu biji (Psidium guajava Linn.) (25) Kingdom : Plantae : Spermatophyta Divisi Sub divisi : Angiospermae
Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: : : : :
Dicotyledonae Myrtales Myrtaceae Psidium Psidium guajava Linn
Semua organ tumbuhan jambu biji mengandung banyak senyawa fenolik, di samping itu ditemukan pula golongan triterpen. Daun, kulit batang dan buah jambu biji mengandung tanin, namun buah muda kurang tepat digunakan sebagai sumber tanin karena kadarnya relatif kecil. Hasil skrining fitokimia Psidium guajava L. yang tumbuh di Indonesia ditemukan steroid, tanin dan flavonoid.(18) Jambu biji dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia dan lingkungan. Tanaman jambu biji dapat dimanfaatkan untuk mengobati, mencegah, dan menyembuhkan aneka penyakit.(15) Menurut pakar pengobatan tradisional Cina, jambu biji sudah sejak lama dikenal sebagai tanaman obat, khususnya di Cina dan kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Jambu biji memiliki zat aktif yang berperan sebagai antibakteri dan absorben oleh karena itu jambu biji dapat bermanfaatkan sebagai bahan obat terutama pada daunnya yaitu tanin, minyak atsiri, flavonoid serta beberapa vitamin terutama vitamin A, B, dan C.(15) Beberapa penyakit yang dapat disembuhkan dengan menggunakan tanaman jambu biji adalah (15, 25) 1. Diare, menggunakan daun tanaman jambu biji. 2. Penyakit kulit, menggunakan daun tanaman jambu biji. 3. Disentri, menggunakan akar tanaman jambu biji. 4. Demam berdarah dengue (DBD),
Uji Toksisitas Metabolit Sekunder… (Yenny Febriani Yun & Lilis Siti Aisyah)
13
menggunakan buah dan daun tanaman jambu biji. 5. Sariawan, menggunakan daun tanaman jambu biji. 6. Diabetes, menggunakan buah tanaman jambu biji. Taksonomi Artemia salina Leach(10) Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Animalia : Arthropoda : Crustacea : Branchiopoda : Anostraca : Artemiidae : Artemia : Artemia salina Leach
Artemia merupakan kelompok udang-udangan dari phylum Arthopoda. Artemia hidup di danau-danau garam (berair asin) yang ada di seluruh dunia.(13) Artemia biasanya berwarna putih kemerahan tergantung pada konsentrasi garam dan kadar oksigen. Pengujian toksisitas dengan menggunakan udang laut Artemia salina Leach merupakan suatu uji pendahuluan pada kandungan kimia aktif yang dilakukan terhadap ekstrak tanaman atau senyawa murni. Keuntungan penggunaan Artemia salina Leach sebagai hewan uji yaitu telur dari Artemia salina Leach ini mudah didapat, murah dan dapat disimpan beberapa tahun di tempat yang kering serta cara uji yang sederhana. (19) Uji toksisitas yang banyak dilakukan penelitian biasanya menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Pada metode BSLT digunakan larva Artemia salina yang berumur 48 jam dan diberi perlakuan selama 24 jam dengan larutan uji.
ARISTOTELES VOL. 4 NO. 2, APRIL 2007 : 12 – 18
METODOLOGI 3.1. Pengumpulan Bahan dan Determinasi Daun jambu biji (Psidium guajava L.) dikumpulkan bulan Maret 2006 diperoleh dari daerah ParongpongLembang dan di determinasi di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB. Daun jambu biji sebanyak 10 kg dikeringkan pada suhu kamar kemudian di giling hingga menjadi serbuk dan diperoleh 5 kg serbuk kering. 3.2. Ekstrak Bahan Sampel bahan daun jambu biji halus, kemudian dimaserasi menggunakan metanol. Setelah sampel dimaserasi dengan metanol yang selanjutnya dipekatkan, kemudian diekstraksi dengan menggunakan n-heksan sehingga akan menghasilkan ekstrak n-heksan. Ekstrak kembali dipekatkan lalu dilakukan KLT dan uji toksisitas. 3.3. Diagram Alir Penelitian (ada pada bagian akhir) 3.4. Uji Fitokimia 3.4.1. Pemeriksaan golongan senyawa alkaloid Empat gram sampel dipotong halus dan digerus dalam lumpang bersama dengan sedikit pasir dan dibasahi dengan 10 mL kloroform, ditambah dengan kloroform amoniak 0,05 M, digerus kembali dan disaring ke dalam tabung reaksi, tambahkan 0,5 mL asam sulfat 2 N, kocok dan biarkan terjadinya 2 lapisan. Ambil lapisan asam sulfat dan masukkan ke dalam tabung reaksi dan kemudian tambahkan 1 tetes pereaksi Meyer, Dragendorff dan Wagner. Bila terbentuk endapan, positif alkaloid. 14
3.4.2. Pemeriksaan golongan senyawa tanin Lima gram sampel dididihkan dengan 50 mL air selama 5 menit, kemudian didinginkan dan disaring. Filtrat kemudian dibagi menjadi tiga bagian: Bagian I : Filtrat ditambahkan dengan larutan FeCl3 1%. Timbulnya warna hijau violet atau hitam menunjukkan adanya tanin. Bagian II : Filtrat ditambahkan dengan gelatin, jika terbentuk endapan putih menunjukkan adanya tanin. Bagian III : Filtrat sebagai blanko. 3.4.3. Pemeriksaan golongan senyawa flavonoid Dua gram sampel dihaluskan, diekstraksi dengan etanol kemudian diuapkan di atas penangas air. Selanjutnya diekstraksi dengan n-heksan sampai ekstrak tidak berwarna. Residu diekstraksi dengan 10 mL etanol. hasil ekstraksi dibagi menjadi dua bagian, satu bagian untuk kontrol. Bagian lain di dalam tabung reaksi di tambah 0,5 mL asam klorida pekat, diamati perubahan warnanya, kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 15 menit dan warna yang timbul diamati. Jika terbentuk warna merah atau ungu maka flavonoid positif. 3.4.4. Pemeriksaan golongan senyawa terpenoid, steroid dan saponin Dua gram sampel dihaluskan, kemudian diekstraksi dengan etanol panas, selanjutnya dipekatkan. Ekstrak etanol kering diekstraksi dengan eter, kemudian dipekatkan sampai kering. Ekstrak tersebut selanjutnya diuji dengan reaksi Liebermann-Burchard (satu tetes asetat
anhidrida dan satu tetes asam sulfat pekat). Timbul warna biru atau hijau menunjukkan adanya steroid, sedangkan warna ungu, merah, dan coklat menunjukkan adanya terpenoid. Pada residu dilakukan uji busa untuk memeriksa adanya saponin. Residu dilarutkan dalam air dan di panaskan pada penangas air dan kemudian dikocok, bila terbentuk busa dan tidak hilang selama 30 menit ini menunjukkan adanya saponin. Selanjutnya jika uji busa positif maka sisa residu dilarutkan dalam HCl diekstraksi dengan eter kemudian diuji dengan LiebermannBurchard. 3.4.5. Pemeriksaan golongan senyawa triterpenoid Dua gram sampel dimaserasi dengan 20 mL eter selama 2 jam, kemudian disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap lalu direaksikan dengan pereaksi Liebermann-Burchard (2 tetes asam asetat anhidrida + 1 tetes asam sulfat pekat). Adanya triterpenoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna ungu. 3.5. Uji Brine Shrimp Lethalitiy Test(11) 3.5.1. Menyemai Benur 1. Timbang 3,8 gram sea salt, larutkan dalam 100 mL akuades, lalu saring. Larutan ini dianggap sebagai “air laut”. 2. Tempatkan air laut yang telah dibuat pada 1) dalam wadah atau tangki khusus untuk menetaskan telur udang, dan tambahkan telur udang Artemia salina Leach pada sisi wadah yang tertutup. Atur pencahayaan dari bagian atas yang akan menarik benur udang yang telah menetas melalui perforasi dalam tangki penetasan. 3. Biarkan selama 2 x 24 jam sampai menetas menjadi benur (nauplii) yang matang dan siap untuk digunakan
Uji Toksisitas Metabolit Sekunder… (Yenny Febriani Yun & Lilis Siti Aisyah)
15
dalam percobaan. Nauplii dipisahkan dari telurnya dengan memipetnya 2-3 kali ke dalam beaker glass kecil yang mengandung air laut. 3.5.2. Penyiapan sampel 1. Timbang 1,0 mg sampel dalam tabung ependorf, larutkan dalam 100 µL DMSO 2. Encerkan dengan 150 µL akuades, sehingga volume total menjadi 250 µL. Ambil 200 µL lalu encerkan dengan 600 µL akuades, volume total menjadi 800 µL. Konsentrasi sampel menjadi 200/250 x1mg = 0.8 mg / 800 µL = 1µg/800 µL 3. Pengenceran dalam mikroplat. Pengukuran dilakukan triplo (tiga kali) dalam mikroplate baris A dan B diisi sample masing-masing 100 µL. 4. Baris B sampai G ditambahkan 100 µL akuades 5. Larutan pada baris B dipipet 100 µL masukkan ke baris C, dan dari C dipipet 100 µL masukkan ke D dst. 6. Terakhir, dari G dipipet 100 µL dan masukkan ke H (akuades) Cat: Kolom H tidak digunakan dalam pengukuran. 3.5.3. Blanko Perlakuan sama tetapi tanpa menggunakan sampel. 3.5.4. Memasukan Benur Udang 1. Pipet 100 µL media udang yang sudah menetas (berisi sekitas 7-15 ekor). Masukkan masing-masing ke dalam lubang baris A – G pada mikropipet yang telah diisi sampel melalui pengenceran pada B, inkubasikam selama 24 jam. 2. Selama 24 jam, dihitung jumlah udang yang mati & hidup pada tiap lubang dalam mikroplate. ARISTOTELES VOL. 4 NO. 2, APRIL 2007 : 12 – 18
3. Data yang diperoleh dihitung berdasarkan nilai probit untuk mencari LC50. 4. Pengenceran tambahan mungkin diperlukan untuk bahan yang sangat aktif. HASIL PENELITIAN 4.1. Uji Fitokimia Berdasarkan hasil skrining Senyawa Metabolit Sekunder terhadap daun jambu biji (Psidium guajava Linn) menunjukan beberapa golongan senyawa yang terdeteksi yaitu steroid, flavonoid dan tanin. Tabel 4.1 Hasil Uji Fitokimia dari daun Jambu Biji segar No
Pengujian
Hasil
1.
Alkaloid
-
2.
Fenol
-
3.
Flavonoid
+++
4.
Kuinon
-
5.
Saponin
-
6.
Steroid
+
7.
Tanin
++
8.
Triterpenoid
-
(+) = sedikit, (++) = sedang dan (+++) = banyak (-) : Tidak terdeteksi
16
Tabel 4.2. Hasil Uji Fitokimia dari daun Jambu Biji serbuk
Lapisan n-heksan hasil partisi difraksinasi dengan metode kromatografi vakum cair yang dilakukan pada silika gel Merck 60 GF 254, dan hasil fraksinasi di kontrol dengan KLT. Hasil KLT yang cukup baik ditunjukkan oleh fraksi B1 dan B2.
No.
Pengujian
Hasil
1.
Alkaloid
-
4.3. BSLT
2.
Fenol
-
3.
Flavonoid
+++
4.
Kuinon
-
5.
Saponin
-
6.
Steroid
+
7.
Tanin
++
8.
Triterpenoid
-
Pengujian aktifitas dari ekstrak nheksan pada fraksi B1 dan fraksi B2 setelah dimurnikan dua kali dengan kromatografi vakum cair kemudian dilakukan uji toksisitas dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Pada uji BSLT diperoleh nilai LC50 pada fraksi B1 adalah 826 ppm yang artinya pada fraksi B1 ini memiliki sifat toksik terhadap larva Artemia salina Leach karena mempunyai nilai LC50 kurang dari 1000 ppm dan fraksi B2 memiliki sifat tidak toksik karena mempunyai nilai LC50 lebih dari 1000 ppm yaitu 1112,28 ppm.
(+) = sedikit, (++) = sedang dan (+++) = banyak (-) : Tidak terdeteksi Penapisan fitokimia pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa aktif yang dapat diuji keaktifannya pada suatu hewan uji dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Golongan kandungan kimia yang terdapat dalam daun jambu biji adalah flavonoid, tanin, dan steroid. Berdasarkan hasil penelitian, adanya flavonoid ditunjukkan dengan adanya warna jingga kemerahan yang sangat pekat sehingga dapat diduga mengandung banyak golongan flavonoid. Identifikasi steroid ditandai dengan adanya warna hijau kebiruan dengan kadar rendah karena warnanya yang sangat muda. Identifikasi tanin yang terdapat pada daun jambu biji ini ditandai dengan warna hitam, tanin ini jumlahnya tidak terlalu banyak karena warna yang ditunjukan tidak terlalu pekat. 4.2. Fraksinasi
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : hasil penapisan fitokimia daun jambu biji (Psidium guajava Linn) mengandung flavonoid, steroid, dan tanin. Ekstrak n-heksan fraksi B1 memiliki sifat toksik dengan nilai LC50 826 ppm dan fraksi B2 memiliki sifat tidak toksik karena diperoleh nilai LC50 1112,28 ppm. Zat aktif yang terdapat dalam ekstrak n-heksan ini diduga suatu senyawa golongan flavonoid. DAFTAR PUSTAKA [1]. Achmad, S. A. 1986. “Kimia Organik Bahan Alam”. Karunika Universitas terbuka. Jakarta. [2]. Abu Sudja Wasilah. 1978. “Penuntun Percobaan Pengantar
Uji Toksisitas Metabolit Sekunder… (Yenny Febriani Yun & Lilis Siti Aisyah)
17
[3].
[4].
[5].
[6].
[7].
Kimia Organik”. Penerbit PT. Karya Nusantara. Bandung. Agustin, Rini dan Jasmansyah. 2001. “Penyarian atau Ekstraksi Sediaan Genetika”. Majalah Kartika Wijayakusuma, vol.9 No.2. Universitas Jenderal Achmad Yani. Gritter R.J, James M Bobbit & Arthur E.S. 1991. “Pengantar Kromatografi”, terjemahan Padmawinata K, Penerbit ITB, edisi kedua, Bandung. Harborne, J. B. 1897. METODE FITOKIMIA, “Penuntun cara modern menganalisa tumbuhan”. Terbitan kedua. Penerbit ITB. Bandung. Herdiantono, B. 1992. “Pedoman Praktis Budidaya Tanaman Jambu”. Mahkota. Jakarta. Markham, K.R. 1988. “Cara Mengidentifikasi Flavonoid”.
Terjemahan Padmawinata Kosasih. Penerbit ITB. Bandung. [8]. Meyer, B.N. 1982. “Brine Shrimp,A: Convenient General Bioassay for active Plant Constituent”. Planta Medica. [9]. S.P, Parimin. 2005. “Jambu Biji: Budi Daya dan Ragam Pemanfaatannya”. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. BIODATA PENULIS : Yenny Febriani Yun, Ssi. Msi Yusi Fudiesta, Dra. Adalah Dosen Biasa di Program Studi Kimia Fakultas MIPA – Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI)
--------- oo0oo ---------
ARISTOTELES VOL. 4 NO. 2, APRIL 2007 : 12 – 18
18