perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UJI SIFAT FISIK DAN IRITASI SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOLIK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN BASIS HIDROKARBON DAN ABSORBSI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh AFIF FAJRI ROSYIEDI M3508001
DIPLOMA 3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UJI SIFAT FISIK DAN IRITASI SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOLIK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN BASIS HIDROKARBON DAN ABSORBSI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh AFIF FAJRI ROSYIEDI M3508001
DIPLOMA 3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 i
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diteliti oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan atau dicabut.
Surakarta, 9 Desember 2011
Afif Fajri Rosyiedi NIM . M 3508001
iii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UJI SIFAT FISIK DAN IRITASI SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOLIK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN BASIS HIDROKARBON DAN ABSORBSI
Intisari Daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki kandungan senyawa aktif yang diketahui mempunyai manfaat sebagai antibakteri, salah satunya bakteri penyebab jerawat, yaitu enzim papain dan alkaloid karpain. Berdasarkan penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka perlu dibuat suatu sediaan topikal yang mengandung ekstrak etanolik daun pepaya. Sediaan topikal yang dirasa cocok adalah sediaan salep, karena sediaan ini merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar, bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dan pengujian iritasi sediaan salep ekstrak etanolik daun pepaya yang diformulasikan dalam basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi. Pembuatan ekstrak daun papaya dilakukan dengan metode penyarian maserasi selama empat hari dengan pelarut etanol 70%. Maserat kemudian diuapkan dengan panci penangas hingga menjadi ekstrak kental daun pepaya. Ekstrak daun pepaya kemudian diformulasikan dalam sediaan salep dengan dua je nis basis salep, yaitu basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi. Pengujian sifat fisik sediaan salep meliputi pemeriksaan organoleptis, uji viskositas, uji pH, uji daya lekat, uji iritasi dan uji kesukaan. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Kolmogorov-Smirnov dan dilanjutkan uji anova serta dibandingkan dengan pustaka yang sudah ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sifat fisik salep meliputi pengamatan secara organoleptis, uji viskositas, dan uji daya lekat. Hasil uji pH dan homogenitas tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara salep basis hidrokarbon dan basis absorbsi. Salep ekstrak etanolik daun pepaya dengan basis hidrokarbon dan basis absorbsi aman untuk digunakan. Kata kunci : Ekstrak daun pepaya, sediaan salep, basis salep, uji sifat fisik salep.
iv
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PHYSICAL PROPERTIES AND IRRITATION TEST OF THE OINTMENT PREPARATIONS ETHANOLIC EXTRACT OF PAPAYA (Carica papaya L.) LEAF TO THE BASES HYDROCARBONS AND ABSORPTION
Abstract Leaves of papaya (Carica papaya L.) contain active compounds which are known to have benefits as an antibacterial, one of the bacteria that causes acne, the enzyme papain and karpain alkaloids. Based on the intensive research that has been shown that papa ya leaf extract is e ffective in inhibiting bacterial growth of Staphylococcus epidermidis and Staphylococcus aureus. Based on the results of these studies it is necessary to be a topical preparation containing ethanolic extracts of papaya leaves. Topical preparations that are deemed suitable ointment preparations, because this preparation is an easy semi-solid dosage applied and used as an external medicine, medicine materials soluble or homogeneously dispersed in a suitable ointment base. This research aims to identify the physical properties and the irritation test preparation of papaya leaves ethanolic extract ointment which is formulated in an hydrocarbon ointment bases and absorption ointment bases . Preparation of papaya leaf extract performed by the method of maceration for four days with 70% ethanol solvent. M aserat then evaporated with a pan bath until a thick extract of papaya leaves. Papaya leaf extract and then formulated in the preparation of an ointment with ointment base of two types, namely hydrocarbon ointment bases and the absorption of ointment bases. Testing the physical properties of ointment preparations include a organoleptis examination, viscosity test, pH test, adhesion test, irritation test and Hedonic test. The data obtained were analyzed statistically with the Kolmogorov-Smirnov test and anova followed and compared with existing literature. The results showed that there are differences in physical properties include ointments organoleptis observation, testing viscosity, and adhesion tests. PH and homogeneity test results showed no significant difference between hydrocarbon ointment bases and absorption bases. Ethanolic extract of papa ya leaf ointment with hydrocarbon bases and absorption bases is safe to use. Keywords : papaya leaf extract, ointment preparations, ointment base, test the physical properties of the ointment.
v
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” {Q.S. Al Baqoroh (2) : 153}
“Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” {Q.S. Al Mujadalah (58) : 11}
“Jika anda percaya sesuatu itu tidak mungkin, pikiran anda akan bekerja bagi anda untuk membuktikan mengapa hal itu tidak mungkin. Akan tetapi jika anda percaya, benar-benar percaya, sesuatu dapat dilakukan, pikiran anda bekerja bagi anda dan membantu anda mencari jalan untuk melaksanakannya” {David J. Schwartz}
“Mendapatkan sesuatu dengan tepat waktu itu baik, tetapi mendapatkan sesuatu diwaktu yang tepat jauh lebih baik” {Ibnu Suha} “ Kebanyakan orang tidak sadar, bahwa sebenarnya mereka adalah seorang pemenang dan juara” {Penulis}
vi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan dari hati teruntuk : , , , yang selalu percaya, perhatian, atas do’a dan semua pengorbanannya, the true wondermom .. … tercinta, yang sangat memahami anak lelakinya, the best father forever .. … tercinta (Mbak Anis dan Mbak Ashri).. .. . yang tak lelah meneriakiku untuk tetap semangat ketika letih … .. .. . .
vii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji dan s yukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik dan lancar tugas akhir yang berjudul “Uji Sifat Fisik Dan Iritasi Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Daun Pepaya (Carica papaya L.) dengan Basis Hidrokarbon Dan Absorbsi”. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan atas beliau suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW , keluarganya, sahabat dan orang yeng senantiasa berjuang dijalanNya. Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperole h gelar Ahli M adya Farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret. Penulisan tuga s akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh sebab itu penulis ingin menyampaikan penghargaan, penghormatan dan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1.
Bapak Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas M atematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNS Surakarta.
2.
Bapak Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt. selaku Ketua Program D3 Farmasi dan dosen pembimbing Tugas Akhir Program D3 Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNS Surakarta.
3.
Bapak W isnu Kundarto, S.Farm., Apt. selaku koordinator Tugas Akhir Program D3 Farmasi Universitas Sebelas M aret Surakarta.
4.
Bapak Anang Kuncoro RS., S.Si., Apt. selaku dosen penguji I. viii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.
Bapak Fea Prihapsara, S.Farm., Apt. selaku dosen penguji II.
6.
Seluruh Staff Pengajar Program D3 Farmasi, Ibu Rita R., Ibu Nestri H., Ibu Estu R.N., Ibu Dinar S.C.W., Bapak Saptono H., Ibu Anif N.A., Bapak Heru S., dan Ibu Yeni F., terima kasih atas bimbingan dan didikannya selama ini.
7.
Seluruh Karyawan Program D3 Farmasi, Pak W iji, Mbak Siti, dan Mbak Indah, mohon maaf dan terima kasih sudah banyak merepotkan.
8.
Ayahanda Sutrisno Hadi, S.Ip (Alm.), Ibunda Aini Surtina, S.Pd, juga kakakkakakku yang telah memberikan banyak bantuan material dan spiritual kepada penulis selama ini. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, hidayah, pertolongan, khusnul khotimah , serta jannah-Nya.
9.
Kakak-kakakku, mbak Anis dan mbak Ashri. Semoga dapat menjadi istri yang sholihah dan ibu yang bijaksana.
10. Kakak iparku, mas Irfan dan mas Sulis. Semoga dapat menjadi imam yang selalu istiqomah di jalan-Nya. 11. Keluarga besar D3 Farmasi angkatan 2008 tanpa terkecuali, yang telah banyak memberi dorongan, masukan, dan dukungan. Kalian semua sangat spesia l teman. Terima kasih buat semangat dan kebersamaannya, bangga bisa berdiri diantara kalian. Perjuangan tak kenal lelah dan benar, tak mudah menjadi yang pertama. 12. Adik-adik tingkat D3 Farmasi a ngkatan 2009, 2010, dan 2011, terima kasih buat semangatnya. Terkhusus buat yang bersedia menjadi responden penelitian ini, yaitu adik-adik putri angkatan 2010.
ix
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13. Skuad dan Ibu Kost An-Nur Moslem Boarding House, mas Azis, mas Zam, mas Tio, mas Ranto, Zen, Afandi dan lain-la in, terima kasih untuk semuanya. 14. Teman-teman futsal sabtu pagi dan senin malam, terima kasih untuk refreshingnya. 15. Calon ibu dari anak-anaku, tunggu aku datang untuk memintamu. 16. Terima kasih juga kepada Anda yang tidak dapat saya cantumkan namanya di sini, Anda yang telah turut berinteraksi dengan penulis sehari-hari, dan Anda yang telah, sedang, dan akan membaca karya kecil ini. Semoga Allah SW T memberikan balasan yang tak ternilai atas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, namun dengan segala kerendahan hati atas kekurangan itu, penulis menerima kritik dan saran dalam rangka perbaikan tugas akhir ini. Semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian Ahli Madya Farmasi di masyarakat pada umumnya, serta dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi. Surakarta, 13 Desember 2011 Penulis
x
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... iii INTISARI ................................................................................................. iv ABSTRACT ............................................................................................. v HALAMAN MOTTO .............................................................................. vi HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii KATA PENGANTAR .............................................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................ xi DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Perumusan M asalah ................................................................. 3 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ................................................................... 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 5 1. Uraian Tanaman .................................................................. 5 a. Klasifikasi Tanaman ....................................................... 5
xi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Nama Daerah .................................................................. 5 c. Morfologi Tanaman ........................................................ 6 d. Kandungan Kimia ........................................................... 7 e. Kegunaan Tanaman ........................................................ 8 2. Antibakteri .......................................................................... 9 3. Metode Penyarian ............................................................... 9 a. Infundasi ......................................................................... 10 b. M aserasi ......................................................................... 10 c. Perkolasi ......................................................................... 11 d. Penyarian berkesinambungan dengan Soxhlet ................. 11 4. Larutan Penyari ................................................................... 12 5. Salep ................................................................................... 12 a. Definisi Salep ................................................................. 12 b. Basis Salep ..................................................................... 13 c. Uraian Bahan Salep ........................................................ 14 d. Pembuatan Salep ............................................................ 18 B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 19 C. Hipotesis .................................................................................. 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian .............................................................. 22 1. Populasi dan Sampel ........................................................... 22 2. Variabel Penelitian .............................................................. 22 3. Klasifikasi Variabel Penelitian ............................................ 22
xii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Definisi Variabel Utama ...................................................... 23 B. Waktu dan Tempat Pene litian .................................................. 23 C. Alat dan Bahan ........................................................................ 23 1. Alat ..................................................................................... 23 2. Bahan .................................................................................. 24 D. Cara Kerja Penelitian ............................................................... 24 E. Analisis Data ........................................................................... 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 36 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 50 B. Saran ....................................................................................... 50 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 51
xiii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Rancangan Formula Salep Ekstrak Etanolik Daun Pepaya dengan Basis Salep Hidrokarbon ............................................... 25
Tabel II.
Rancangan Formula Salep Ekstrak Etanolik Daun Pepaya dengan Basis Salep Absorbsi ..................................................... 29
Tabel III.
Hasil Pengamatan Salep Secara Organoleptis ............................ 38
Tabel IV.
Hasil pengam atan uji homogenitas salep ekstrak etanolik daun pepaya (Folium Carica papaya L.) ............................................ 39
Tabel V.
Hasil pengamatan organoleptis fisik salep ................................. 40
Tabel VI.
Hasil uji viskositas salep ekstrak etanolik daun pepaya (Folium Carica papaya L.) ..................................................................... 41
Tabel VII.
Hasil uji pH salep ekstrak etanolik daun pepaya (Folium Carica papaya L.) ..................................................................... 43
Tabel VIII. Hasil uji daya lekat salep ekstrak etanolik daun pepaya (Folium Carica papaya L.) ........................................................ 45 Tabel IX.
Hasil uji iritasi salep ekstrak etanolik daun pepaya (Folium Carica papaya L. ) ...................................................................... 48
Tabel X.
Hasil uji kesukaan sa lep ekstrak etanolik daun pepaya (Folium Carica papaya L.) ..................................................................... 49
Tabel XI.
Uji viskositas salep formula A I .................................................. 55
Tabel XII.
Uji viskositas salep formula A II ................................................ 55
Tabel XIII. Uji viskositas salep formula H I ................................................. 55
xiv
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel XIV. Uji viskositas salep formula H II ................................................ 55 Tabel XV.
Uji pH salep formula A I ........................................................... 59
Tabel XVI. Uji pH salep formula A II .......................................................... 59 Tabel XVII. Uji pH salep formula H I ........................................................... 59 Tabel XVIII. Uji pH salep formula H II ........................................................... 59 Tabel XIX. Uji Daya Lekat salep formula A I ............................................... 62 Tabel XX.
Uji Daya Lekat salep formula A II .............................................. 62
Tabel XXI. Uji Daya Lekat salep formula H I ............................................... 62 Tabel XXII. Uji Daya Lekat salep formula H II .............................................. 62
xv
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman Pepaya ........................................................................... 7 Gambar 2. Daun Pepaya ................................................................................ 7 Gambar 3. Skema pembuatan salep ekstrak etanolik daun pepaya dengan basis hidrokarbon formula H I. .............................................................. 27 Gambar 4. Skema pembuatan salep ekstrak etanolik daun pepaya dengan basis hidrokarbon formula H II. ............................................................. 28 Gambar 5. Skema pembuatan salep ekstrak etanolik daun pepaya dengan basis absorbsi formula A I. .................................................................... 31 Gambar 6. Skema pembuatan salep ekstrak etanolik daun pepaya dengan basis absorbsi formula A II. ................................................................... 32 Gambar 7. Hasil formulasi salep ekstrak etanolik daun pepaya (Folium Carica papaya L.) .................................................................................... 38
xvi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Hasil Deteminasi Daun Pepaya (Folium Carica papaya L.) ..... 54
Lampiran 2.
Data Uji Viskositas ................................................................. 55
Lampiran 3.
Hasil Analisis Statistik Uji Viskositas. ...................................... 56
Lampiran 4.
Data Uji pH .............................................................................. 59
Lampiran 5.
Hasil Analisis Statistik Uji pH .................................................. 60
Lampiran 6.
Data Uji Daya Lekat................................................................. 62
Lampiran 7.
Hasil Analisis Statistik Uji Daya Lekat ..................................... 63
Lampiran 8.
Perhitungan dan Angket Uji Kesukaan ..................................... 65
Lampiran 9.
Hasil Perhitungan Rendemen Ekstrak Daun Pepaya ................. 67
Lampiran 10. Gambar Alat Uji ....................................................................... 68
xvii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia sudah mengenal dan memakai tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya penanggulangan masalah kesehatan ya ng dihadapi (Yuharmen dkk, 2002). Namun yang menjadi masalah dan kesulitan bagi para peminat obat-obatan tradisional sampai saat ini iala h kurangnya pengetahuan dan informasi yang mem adai mengenai berbagai jenis tumbuhan yang dapat dipakai sebagai ramuan obat-obatan tradisional, untuk pengobatan penyakit tertentu dan cara pembuatannya (Thomas, 1989). Seiring dengan perkembangan ilmu farmasi, beberapa obat tradisional kemudian diformulasikan secara farmasetis menjadi bentuk-bentuk sediaan obat, diantaranya berupa produk-produk topikal berbahan aktif tanaman untuk perawatan kesehatan, kosmetik dan pencegahan penyakit. Pepaya (Carica papaya L.) atau betik adalah satu-satunya jenis dalam genus Carica. Hampir semua susunan tubuh tanaman pepaya memiki daya dan hasil guna bagi kehidupan manusia. Tanaman ini layak disebut “multi guna”, yakni sebagai bahan makanan dan minuman, obat tradisional, pakan ternak, industri penyama kan kulit, pelunak daging, dan bahan kecantikan atau kosmetika (Rukmana, 1995). Manfaat dari daun pepaya yang digunakan sebagai bahan kosmetika perawatan kulit salah satunya yaitu sebagai antijerawat. Jerawat sendiri terjadi karena penyumbatan pada polisebaseus dan peradangan yang umumnya dipicu 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
oleh
bakteri
Propionibacterium
acne,
Staphylococcus epidermis,
dan
Staphylococcus aureus. Daun pepaya tua secara tradisional telah digunakan sebagai obat jerawat, yaitu dengan cara pengolesan langsung dari larutan hasil tumbukan daun yang tua. Hasil penelitian Yustine (2007) menyatakan bahwa ekstrak etanol:air (1:3) daun pepaya efektif dalam menghambat pertumbuhan bagi bakteri Staphylococcus epidermidis, sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi sekunder dan bertambah parahnya jerawat. Senyawa aktif yang terkandung pada daun pepaya dan diduga dapat berperan sebagai sediaan antijerawat yaitu papain (keratolitik, antim ikroba) dan karpain (antibakteri). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Oladimeji dkk. (2007) menyatakan ekstrak etanol daun pepaya memiliki aktivitas antibakteri secara in vitro terhadap bakteri Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella typhi, dan Klebsiella pneumoniae dengan metode difusi padat cakram berdiameter 6 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kadar 1,5% dan 3% ekstrak etanol daun pepaya mampu menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis dengan zona hambat masing-masing 12,0 mm dan 13,0 mm, pada Staphylococcus aureus memiliki zona hambat yaitu 13,0 mm dan 15,0 mm, pada Escherichia coli memiliki zona hambat yaitu 10,0 mm dan 11,0 mm, pada Salmonella typhi memiliki zona hambat yaitu 11,0 mm dan 11,5 mm, dan pada Klebsiella pneumoniae memiliki zona hambat yaitu 10,0 mm dan 10,5 mm. Berdasarkan penelitian tersebut, untuk mempermudah masyarakat mendapatkan khasiat dari daun pepaya, maka perlu dibuat dalam bentuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
sediaan topikal. Sediaan yang cocok untuk sediaan topikal adalah salep (Ansel, 1989). Pada umumnya penelitian ditujukan untuk merancang suatu bentuk sediaan yang sesuai untuk diberikan lewat kulit. Tujuan utamanya menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan bahan pembawa yang dapat mengubah struktur sawar kulit dan meningkatkan penyerapan senyawa yang terkait (Aiache, 1982). Pada formulasi sediaan topikal masing-masing pembawa memiliki keuntungan terhadap penghantaran obat. Basis salep memegang peranan yang sangat penting dalam sediaan salep sehingga perlu diperhatikan beberapa kualitas salep agar sesuai dengan tujuan pemakaiannya tidak menimbulkan efek samping. Kualitas basis salep adalah stabil, lunak, mudah dipakai, kompatibel secara fisika kim ia dan terdistribusi secara merata (Anief, 2007). Penelitia n lebih la njut yang perlu dilakukan terhadap sediaan salep yang dibuat yakni uji kualitas salep meliputi uji kestabilan fisik, uji viskositas, uji pH, uji daya lekat, uji iritasi dan uji kesukaan agar diperoleh sediaan yang stabil.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan sifat fisik salep ekstrak etanolik daun pepaya yang diformulasikan ke dalam basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
2. Apakah salep ekstrak etanolik daun pepaya yang diformulasikan ke dalam basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi mengiritasi kulit saat digunakan sebagai sediaan topikal?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan, dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Mengetahui sifat
fisik
salep
ekstrak etanolik daun
pepaya
yang
diformulasikan dalam basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi. 2. Mengetahui formula salep ekstrak etanolik daun pepaya yang tidak mengiritasi kulit sehingga aman digunakan untuk sediaan topikal.
D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan sumbangan bagi ilmu
pengetahuan
khususnya bidang
kefarmasian dalam upaya meningkatkan pela yanan kesehatan secara lebih luas dan merata. 2. Membantu meningkatkan manfaat daun pepaya secara tepat guna sebagai obat tradisional. 3. Memperoleh data adanya perbedaan sifat fisik salep ekstrak etanolik daun pepaya yang diformulasikan dalam basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Uraian Tanaman a. Klasifikasi Tanaman Pepaya (Carica papaya Linn.) Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Caricales
Famili
: Caricaceae
Spesies
: Carica papaya L. (Rukmana, 1995)
b. Nama Daerah Indonesia
: Pepaya
Mala ysia
: Betik
Tamil
: Pappali (Rukmana, 1995)
Jawa
: Kates
Belanda
: Papaja (Thomas, 1989)
Vietnam
: Du du
Thailand
: Mala kaw
5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
Pilipina
: Kapaya, lapaya
Cina
: Fan mu gua (Kalie, 2008)
c. Morfologi Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman herba dari famili Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar M exico dan Costa Rica. Bentuk dan susunan tubuh bagian luar tanaman pepaya termasuk tumbuhan perdu yang umur sampai berbunganya dikelompokkan sebagai tanaman buah-buahan semusim, namun dapat tumbuh setahun atau lebih. Sistem perakarannya memiliki akar tunggang dan akar-akar cabang ya ng tumbuh mendatar ke semua arah pada kedalam an 1 meter atau lebih dan menyebar sekitar 60-150 cm atau lebih dari pusat batang tanaman (Rukmana, 1995). Batang tanaman pepaya berbentuk bulat lurus berbuku-buku (beruasruas), di bagian tengahnya berongga, dan tidak berkayu. Ruas-ruas batang merupakan tempat melekatnya tangkai daun yang panjang, berbentuk bulat, dan berlubang. Daun pepaya bertulang menjari (palminervus) dengan warna permukaan atas hijau-tua, sedangkan warna permukaan bagian bawah hijaumuda. Bunganya terdiri dari tiga jenis, yaitu bunga jantan, betina, dan sempurna. Bentuk buah bulat sampai lonjong (Rukmana, 1995).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
Gambar 1. Tanaman Pepaya (Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pepaya)
Gambar 2. Daun Pepaya (Sumber : http://hesti.blog.uns.ac.id/2010/02/13/6/)
d. Kandungan Kimia Kandungan kimia dari tanaman pepaya (Carica papaya L) adalah sebagai berikut: Daun: enzim papain, alkaloid karpaina, pseudo-karpaina, glikosid, karposid dan saponin, sakarosa, dekstrosa, dan levulosa. Alkaloid karpaina mempunyai efek seperti digitalis. -karotena, pektin, d-galaktosa, l-arabinosa, papain, papayotimin papain, serta fitokinase.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
Biji: glukoside kakirin dan karpain. Glukoside kakirin berkhasiat sebagai obat cacing, peluruh haid, serta peluruh kentut (karminatif). Getah: papain, kemokapain, lisosim, lipase, glutamin, dan siklotransferase. (Kusuma,1994) e. Kegunaan Tanaman Akar dari pepaya dapat digunakan sebagai obat cacing keremi, penyakit ginjal dan kandung kencing (Rukmana, 1995). Biji dapat dipakai untuk obat cacing dan peluruh haid. Buah matang dapat memacu enzim pencernaan, peluruh empedu (cholagogue), menguatkan lambung (stomakik) dan antiscorbut. Buah mentah bermanfaat sebagai pencahar ringan (laxative), peluruh kencing, pelancar keluarnya ASI (galaktagog), dan abortivum. Daun dapat menambah nafsu makan, meluruhkan haid dan menghilangka n sakit (analgetik) (Kusuma,1994). Daun pepaya yang dimakan langsung dapat digunakan sebagai penambah nafsu makan, menyembuhkan penyakit beri-beri, dan sumber vitamin A. Sedangkan air perasan daun pepaya bila diminum dapat berkhasiat sebagai obat malaria, kejang perut, dan sakit panas. Getah pepaya yang sering disebut “papain” merupakan bahan yang mengandung enzim proteolitik. Papain ini berguna untuk melunakkan daging (Rukmana, 1995). Selain sebagai pelunak daging, papain juga diduga dapat berperan sebagai sediaan antijerawat yaitu bersifat keratolitik dan antimikroba serta alkaloid karpain yang juga dapat berfungsi sebagai antibakteri. Secara empiris daun pepaya yang digunakan sebagai obat jerawat dibuat dengan cara dikeringkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
kemudian ditumbuk dan ditambahkan sedikit air lalu dipakai sebagai masker (Yustine, 2007). 2. Antibakteri Antibakteri adalah suatu zat atau senyawa yang dapat menekan atau membunuh pertumbuhan atau reproduksi bakteri (Ganiswara, 1995). Suatu zat antibakteri yang ideal memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan inang. Seringkali, toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolut, ini berarti bahwa suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang, dapat merusak parasit (Jawetz et al., 2005). Toksisitas selektif dapat berupa fungsi dari suatu reseptor khusus yang dibutuhkan untuk perlekatan obat, atau dapat bergantung pada penghambatan proses biokimia yang penting untuk parasit tetapi tidak untuk inang. Mekanisme kerja sebagian besar obat antibakteri belum dimengerti secara je las. Namun, untuk mudahnya mekanisme kerja dibagi menjadi empat cara, yaitu penghambatan sintesis dinding sel, penghambatan fungsi selaput sel, penghambatan sintesis protein, dan penghambatan sintesis asam nukleat (Jawetz et al., 2005). 3. Metode Penyarian Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari, mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-la in. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara caira n penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut (Anonim, 1986). Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung (Anonim, 1979). Ada beberapa metode dasar ekstraksi yang dapat dipakai untuk penyarian yaitu metode infundasi, maserasi, perkolasi, dan soxhletasi.
Pemilihan
terhadap
metode
tersebut
disesuaikan
dengan
kepentingan dalam memperoleh sari ya ng baik (Anonim,1986). a. Infundasi Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Infundasi dilakukan dengan cara mencampur serbuk dengan air secukupnya dalam penangas air selama 15 menit yang dihitung mulai suhu di dalam panci mencapai 90°C sambil sesekali diaduk, infus diserkai sewaktu masih panas dengan menggunakan kain flanel. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh bakteri dan jamur (Anonim,1986). b. Maserasi Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak
keluar. Peristiwa tersebut berulang
commit to user
sehingga terjadi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
keseimbangan konse ntrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Anonim, 1986). c. Perkolasi Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan me ngalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi (Anonim, 1986). Istilah perkolasi berasal dari bahasa Latin per yang artinya melalui dan colare yang artinya merembes, secara umum dapat dinyatakan sebaga i proses dimana obat yang sudah halus, zat yang larutnya diekstraksi dalam pelarut yang cocok dengan cara melewatkan perlahan-la han mela lui obat dalam suatu kolom. Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang disebut perkolator, dengan ekstrak yang te lah dikumpulkan disebut perkolat. Kebanyakan ekstraksi obat dikerjakan dengan cara perkolasi (Ansel, 1989). d. Penyarian berkesinambungan dengan Soxhlet Bahan yang akan disari berada dalam sebuah kantong penyari (kertas, karton) di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu. W adah gelas yang mengandung kantung diletakkan di antara labu suling dan suatu pendingin alir balik dan dihubungkan melalui pipa pipet. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang menguap mencapai ke dalam pendingin aliran balik melalui pipa pipet, pelarut itu berkondensasi di dalamnya, menetes ke bahan yang disari. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimal secara otomatis ditarik ke dalam labu dengan demikian zat yang tersari terkumpul di dalam labu tersebut (Voight, 1994).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
4. Larutan Penyari Larutan penyari yang baik harus memenuhi kriteria : murah, mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kim ia, bereaksi netral, tidak mudah menguap, tidak mudah terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat berkhasiat, dan diperbolehkan oleh peraturan. Untuk penyarian, Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air, etanol, etanol-air atau eter (Anonim, 1986). Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar, dan klorofil. Lemak, malam, tanin, dan saponin hanya sedikit larut. Dengan demikian zat pengganggu yang larut hanya terbatas. Etanol digunakan sebagai penyari karena lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, absorbsinya baik, panas untuk pemekatan sedikit, dan mudah bercampur dengan air. Untuk meningkatka n penyarian biasanya digunakan campuran antara etanol dan air. Perbandingannya tergantung pada bahan yang akan disari (Anonim, 1986). Etanol 70% sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan balast hanya sedikit turut dalam cairan pengekstraksi (Voigt, 1994). 5. Salep a. Definisi salep Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaia n topikal pada kulit atau selaput lendir. Basis salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok: basis salep senyawa hidrokarbon, basis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
salep serap, basis salep yang dapat dicuci dengan air, dan basis salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu basis salep tersebut (Anonim, 1995). b. Basis Salep Pemilihan basis salep tergantung beberapa faktor seperti khasiat ya ng diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan
ketahanan sediaan jadi. Dalam
beberapa hal perlu
menggunakan basis salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam basis salep hidrokarbon daripada basis salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam basis salep ya ng mengandung air (Anonim, 1995). Berdasarkan komposisinya basis salep dapat digolongkan menjadi empat, yaitu basis salep hidrokarbon (berminyak), basis salep absorbsi, basis salep emulsi dan basis salep larut dalam air. Berikut ini aka n dijelaskan basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi : 1) Basis salep hidrokarbon (berminyak) Basis salep hidrokarbon (basis bersifat lemak) bebas air, preparat yang berair mungkin dapat dicampurkan hanya dalam jumlah sedikit saja, bila lebih minyak sukar bercampur. Basis hidrokarbon meninggalkan lapisa n minyak pada kulit. Basis hidrokarbon dipakai terutama untuk efek emolien. Basis salep tersebut bertahan pada kulit untuk waktu yang lama dan sukar dicuci. Kerjanya sebagai bahan penutup saja, contoh dari basis salep ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
antara lain vaselin, paraffin liquidum, oleum sesa mi dan sebagainya (Ansel, 1989). 2) Basis salep absorbsi Basis salep absorbsi dapat menjadi dua tipe, pertama yaitu yang memungkinkan percampuran larutan berair, hasil dari pembentukan emulsi air dan minyak, misalnya Petrolatum hidrofilik dan lanolin anhidrida. Kedua yang sudah menjadi emulsi air minyak (basis emulsi), memungkinkan bercampurnya sedikit penambahan jumlah larutan berair, misalnya lanolin dan cold cream. Basis salep ini berguna sebagai emolien walaupun tidak menyediakan derajat penutupan seperti yang dihasilkan basis salep berlemak. Basis salep ini juga tidak mudah dihilangkan dari kulit oleh pencucian air. Basis salep ini juga berfaedah dalam farmasi untuk pencampuran larutan berair ke dalam larutan berlemak. Contoh dari basis salep ini antara lain petrolatum hidrofilik, lanolin dan sebagainya (Ansel, 1989). c. Uraian Bahan Salep 1) Vaselin album Vaselin album adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon setengah padat, diperoleh dari minyak bumi dan keseluruhan atau hampir keseluruhan dihilangkan warnanya. Dapat mengandung stabilisator yang sesuai (Anonim, 1995). Pemerian massa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
dalam kloroform P, larut dalam eter P dan dalam eter minyak tana h P, larutan kadang-kadang beropalesensi lemah. M elebur pada temperatur antara 38 o C dan 58 o C (Anonim, 1979). 2) Cera alba Cera alba atau malam putih dibuat dengan memutihkan malam yang diperoleh dari sarang lebah Apis mellifera L atau spesies Apis la in. Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%) P dingin; larut dalam kloroform P, dalam eter hangat, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri. M elebur pada temperature antara 62 o C dan 64 o C (Anonim, 1979). Pemerian, padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapis tipis; bau khas lemah dan bebas bau tengik. Bobot jenis lebih kurang 0,95 (Anonim, 1995). 3) Vaselin flavum Vaselin flavum adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon setengah padat yang diperoleh dari minyak bumi. Dapat mengandung zat penstabil yang sesuai (Anonim, 1995). Pemerian massa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai kuning; sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P, larut dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P, larutan kadang-kadang beropalesensi lemah. M elebur pada temperatur antara 38 o C dan 58 o C (Anonim, 1979).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
4) Cetaceum Cetaceum adalah malam padat murni, diperoleh dari minyak lemak yang terdapat pada kepala lemak dan badan Physeter Catodon L. dan Hyperoodan costralos Muller (Billberg). Pemerian massa hablur, bening, licin; putih mutiara; bau dan rasa lemah. Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P dingin; larut dalam 20 bagian etanol (95%) P mendidih, dalam kloroform P, dalam eter P, dalam karbondisulfida P, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri. M elebur pada temperatur antara 42 o C dan 50 o C (Anonim, 1979). 5) Adeps lanae Adeps lanae atau lemak bulu domba adalah zat serupa lemak yang dimurnikan, diperoleh dari bulu domba Ovis aries Linne (Familia Bovidae) yang dibersihkan dan dihilangkan warna dan baunya. Mengandung air tidak lebih dari 0,25%. Pemerian massa seperti lema k, le ngket, warna kuning; bau khas. Tidak larut dalam air; dapat bercampur dengan air lebih kurang 2 kali beratnya; agak sukar larut dalam etanol dingin; lebih larut dalam etanol panas; mudah larut dalam eter, dan kloroform (Anonim, 1995). Yang dimaksud lanolin adalah setengah padat, bahan seperti lemak diperoleh dari bulu domba (Ovis aries), merupakan emulsi air dalam minyak yang mengandung air antara 25% dan 30%. Penambahan air dapat dicampurkan ke dalam lanolin dengan pengadukan (Ansel, 1989).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
6) Cera flava Cera flava atau malam kuning adalah malam yang diperoleh dari sarang Apis mellifera L. atau spesies Apis lainnya. Mengandung lebih kurang 70% ester terutama miristil palmitat. Disamping itu mengandung juga asam bebas, hidrokarbon, ester kolesterol dan zat warna. Praktis tidak larut dalam air; sukar larut dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P, dalam eter P hangat, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri.
Melebur pada temperatur antara 62 o C dan 65 o C
(Anonim, 1979). Pemerian padatan berwarna kuning sampai coklat keabuan; berbau enak seperti madu. Agak rapuh bila dingin, dan bila patah membentuk granul, patahan non-hablur. Menjadi lunak oleh suhu tangan. Bobot jenis lebih kurang 0,95 (Anonim, 1995). 7) Oleum sesami Oleum sesami atau minyak wijen adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan biji Sesamun indicum L. Pemerian cairan; kuning pucat; bau lemah; rasa tawar; tidak membeku pada suhu 0
o
C.
Sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P (Anonim, 1979). 8) Nipagin / Metil paraben Metil paraben atau nipagin mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C 8H8O 3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan (Anonim, 1995). Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
bagian aseton P; mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih. Pemerian serbuk hablur halus; putih ; hampir tidak berbau; tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Melebur pada suhu 125 o C sampai 128 o C (Anonim, 1979). 9) Nipasol / Propil paraben Propil paraben atau nipasol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C 10H12O 3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan (Anonim, 1995). Sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida. Pemerian serbuk hablur putih; tidak berbau; tidak berasa. Melebur pada suhu 95 o C sampai 98 o C (Anonim, 1979). 10) Aqua rosae Aqua rosae adalah hasil penjenuhan bunga m awar jenis Rosa centifolia, Linné, Nat. Ord. Rosaceae denga n m enggunakan air. Tidak berwarna dan seharusnya hanya memiliki bau dan rasa dari kelopak mawar segar (Felter, 1922). d. Pembuatan Salep Salep dibuat dengan dua metode umum, yaitu pencampuran dan peleburan. Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama-sama sampai sediaan yang homogen tercapai. Pencampuran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
dicampur dalam sebuah lumpang dengan sebuah alu untuk menggerus baha n bersama-sama. Dalam metode peleburan, semua atau beberapa kompone n dari salep dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan diaduk. Bahan-bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila temperatur dari campuran telah cukup rendah tidak menyebabkan penguraian atau penguapan dari komponen. Dalam skala kecil, peleburan dapat dilakukan pada cawan porselen atau gelas piala (Ansel, 1989).
B. Kerangka Pemikiran Pepaya merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan hidup dan penghidupan manusia, baik sebagai baha n makanan bergizi, obat tradisional, bahan baku industri dan lain-la in. Salah satu bagian dari tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan untuk obat tradisional yaitu daun pepaya. Daun pepaya dapat dimanfaatka n sebagai kosmetika perawatan kulit, yaitu sebagai anti jerawat. Jerawat sendiri merupakan penyakit kulit yang salah satunya disebabkan oleh infeksi bakteri. Daun pepaya diketahui mengandung senyawa aktif antara lain enzim papain, alka loid karpain, pseudo-karpaina, glikosid, karposid, dan saponin. Senyawa dalam daun pepaya yang telah diteliti dan diduga dapat berperan sebagai antibakteri yaitu papain dan karpain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
Penggunaan sediaan salep sebagai obat topikal memungkinkan kontak dengan tempat sasaran lebih lama sehingga pelepasan zat aktif ekstrak etanolik daun pepaya akan lebih maksimal. Salep terdiri dari basis salep yang merupakan pembawa bersama kombinasi bahan aktif dalam penyiapan salep menjadi obat. Basis salep juga turut mengambil bagian yang sangat menentukan terhadap keberhasilan atau kegagalan terapi menggunakan sediaan salep. Basis salep yang banyak digunakan adalah basis salep hidrokarbon karena mempunyai kelunakan, konsistensi dan sifat yang netral serta kemampuan menyebarnya yang mudah pada kulit. Basis ini sulit untuk dicuci dan dapat digunakan sebagai penutup oklusif yang menghambat penguapan kelembaban secara normal dari kulit. Basis salep absorbsi mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air, basis ini memiliki kemampuan menyerap kelebihan air. Basis salep absorbsi mempunyai sifat lengket yang kurang menyenangkan, tetapi mempunya i sifat yang lebih mudah tercuci dengan air dibandingkan basis salep berminyak. Uji sifat fisik sediaan salep meliputi pemeriksaan organoleptis salep, uji viskositas, uji pH, uji daya lekat, uji iritasi dan uji kesukaan. Uji sifat fisik sediaan salep ini bertujuan untuk mengetahui basis salep mana yang mempunyai sifat fisik paling baik dengan kandungan ekstrak etanolik daun pepaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
C. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, dapat disusun suatu hipotesis sebagai berikut : 1. Diduga tidak terdapat perbedaan sifat fisik salep ekstrak etanolik daun pepaya yang diformulasikan dalam basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi. 2. Salep ekstra k etanolik daun pepaya yang diformulasikan dalam basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi diduga tidak mengiritasi kulit sehingga aman digunakan untuk sediaan topikal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan adalah tanaman pepaya (Carica papaya L.). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak etanolik daun pepaya (Folium Carica papaya L.) 2. Variabel penelitian Variabel utama dalam penelitian ini adalah salep ekstrak etanolik daun pepaya (Folium Carica papaya L.) dengan basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi. 3. Klasifikasi variabel utama Variabel utama dalam penelitian ini diklasifikasikan dalam dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah variabel yang sengaja diubah-ubah untuk dipelajari pengaruhnya terhadap
variabel tergantung. Variabel tergantung dalam
penelitian ini adalah titik pusat permasalahan yang merupakan pilihan dalam penelitian ini. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan basis salep hidrokarbon dan basis salep serap dalam pembuatan salep ekstrak etanolik daun pepaya (Folium Carica pepaya L.) Variabel targantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik dan keamanan sediaan salep ekstrak etanolik daun pepaya
22
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
(Folium Carica papaya L.) dengan menggunakan basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi. 4. Definisi variabel utama Pertama, daun pepaya (Folium Carica papaya L.) adalah daun dari tanaman pepaya (Carica papaya L.). Kedua, ekstrak etanolik daun pepaya (Folium Carica papaya L.) merupakan isolat etanolik yang dilarutkan dalam etanol kemudian pelarut diuapkan dengan wajan penangas hingga terbentuk massa yang kental. Ketiga, salep ekstrak etanolik daun pepaya (Folium Carica papaya L.) adalah sediaan setengah padat yang dibuat dengan mencampurkan ekstrak etanolik daun pepaya (Folium Carica papaya L.) dengan basis salep hidrokarbon yaitu cera alba, vaselin album, vaselin flavum, dan cetaceum serta basis salep absorbsi yaitu lanolin, vaselin album, dan unguentum simplex.
B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Oktober tahun 2011 di Laboratorium Farmasetika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNS dan Laboratorium Formulasi Universitas Setia Budi Surakarta.
C. Alat dan Bahan 1. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik, pipet tetes, gelas ukur, spatula, water bath, kaca pengaduk, cawan porselen,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
motir dan stamper, penjepit kayu, kaca arloji, anak timbang, kertas perkamen, pot salep, pH meter Inolab pH level 1 ivo seri 03450079, viskosimeter VT-04 E-RION CO, dan alat uji daya lekat. 2. Bahan Bahan yang digunakan adalah daun pepaya yang diambil dari desa Pijilan, Sidoharjo, Kabupaten Sragen yang kemudian dibuat menjadi ekstrak daun pepaya (Folium Carica papaya L.), vaselin a lbum, vaselin flavum, la nolin, cera alba, cera flava, oleum sesami, nipagin, nipasol, dan aqua rosae.
D. Cara Kerja Penelitian 1. Determinasi Tanaman Tanaman pepaya yang akan digunakan dalam penelitian ini sebelumnya dideterminasi dahulu untuk memastikan bahwa tanam an yang diguna kan benar-benar tanaman pepaya. Determinasi dilakukan di laboratorium Morfologi Sistematik Tumbuhan Universitas Setia Budi. 2. Preparasi sampel Proses yang dilakukan pada preparasi sampel adalah pengeringan dan pembuatan serbuk. Daun pepaya yang akan dikeringkan dibuang tulang daunnya terlebih dahulu, kemudian dipotong kecil-kecil tujuannya adalah agar memudahkan proses pengeringan. Daun yang suda h dipotong selanjutnya dikeringkan agar kadar airnya berkurang. Pengeringan dilakukan dengan cara menjemur dibawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam selama 3-4 hari sampai simplisia mengandung kadar air kurang dari 10%. Daun yang telah kering diblender sehingga didapatkan serbuk dengan ukuran yang lebih kecil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
agar pada saat maserasi pelarut dapat menembus kedalam dinding sel dan mengikat senyawa aktif yang terkandung pada daun pepaya. 3. Pembuatan ekstrak Isolasi dilakukan dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70% selama 3-4 hari sampai pelarut dijenuhi zat aktif kemudian diperas menggunakan kain flannel untuk mem isahkan ampas dengan sari. Sari yang diperoleh diuapkan pelarutnya dengan wajan penangas sehingga menghasilka n ekstrak kental. Ekstra k dimasukkan ke dalam cawan porselin dan disimpan dalam lemari pendingin. 4. Pembuatan salep Pembuatan salep pada setiap formulasi dibuat sebanyak 3 (tiga) replikasi. Pembuatan salep ekstrak etanolik daun pepaya dengan konsentrasi 5% dari total bobot salep yang dibuat dalam basis salep hidrokarbon. Formula sediaan salep sebagai acuan dari Anief (2006) dengan modifikasi basis hidrokarbon yaitu : Tabel I. Rancangan formula salep ekstrak etanolik daun pepaya dengan basis salep hidrokarbon. Bahan
Formula H I (%)
Formula H II (%)
5
5
Nipagin
0,15
0,15
Nipasol
Ekstrak etanolik daun pepaya
0,05
0,05
Vaselin album
86
-
Cera alba
8,8
-
Vaselin flavum
-
90,06
Cetaceum
-
4,74
Aqua rosae
qs
qs
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Pembuatan salep ekstrak etanolik daun pepaya formula H I adalah pertama masing-masing bahan ditimbang dalam cawan porselen menggunakan neraca analitik. Untuk fase I yaitu vaselin album dan cera alba dilebur dalam cawan porselen diatas waterbath. Fase II yaitu ekstrak etanolik daun pepaya dan nipagin dicampur dan diaduk hingga homogen. Fase I dipindahkan dalam mortir lalu ditambahkan nipasol dan diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan fase II dan diaduk secara terus menerus hingga homogen. Terakhir ditambah aqua rosae secukupnya hingga berbau mawar diaduk hingga homogen. Pembuatan salep ekstrak etanolik daun pepaya formula H II adalah pertama masing-masing bahan ditimbang dalam cawan porselen menggunakan neraca analitik. Untuk fase I yaitu vaselin flavum dan cetaceum dipanaskan diatas waterbath dalam cawan porselen sampai melebur. Fase II yaitu ekstra k etanolik daun papaya dan nipagin dicampur dan diaduk hingga homogen. Fase I dipindahkan dalam mortir lalu ditambahkan nipasol dan diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahka n fase II dan diaduk secara terus menerus hingga homogen. Terakhir ditambah aqua rosae secukupnya hingga berbau mawar diaduk hingga homogen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
Skema pembuatan sediaan salep ekstrak etanolik daun pepaya dengan basis hidrokarbon formula H I dapat dirumuskan pada gambar 3. Penimbangan bahan ekstrak etanolik daun pepaya, cera alba, vaselin album, nipagin, dan nipasol.
Fase I : Vaselin album dan cera alba.
Fase II : ekstrak etanolik daun pepaya dan nipagin.
Dipanaskan diatas waterbath dalam cawan porselen.
Dicampur dan diaduk hingga homogen
Dipindahkan dalam mortir lalu ditambahkan nipasol dan diaduk hingga homogen.
Dicampur dan diaduk hingga homogen
Ditambah aqua rosae
Dicampur dan diaduk hingga homogen
Didapat sediaan salep ekstrak etanolik daun pepaya dengan basis hidrokarbon formula H I. Gambar 3. Skema pembuatan salep ekstrak etanolik daun pepaya dengan basis hidrokarbon formula H I.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Skema pembuatan sediaan salep ekstrak etanolik daun pepaya dengan basis hidrokarbon formula H II dapat dirumuskan pada gambar 4.
Penimbangan bahan ekstrak etanolik daun pepaya, vaselin flavum, cetaceum, nipagin, dan nipasol.
Fase I : vaselin flavum dan cetaceum.
Fase II : ekstrak etanolik daun pepaya dan nipagin.
Dipanaskan diatas waterbath dalam cawan porselen.
Dicampur dan diaduk hingga homogen
Dipindahkan dalam mortir lalu ditambahkan nipasol dan diaduk hingga homogen.
Dicampur dan diaduk hingga homogen
Ditambah aqua rosae
Dicampur dan diaduk hingga homogen
Didapat sediaan salep ekstrak etanolik daun pepaya dengan basis hidrokarbon formula H II. Gambar 4. Skema pembuatan salep ekstrak etanolik daun pepaya dengan basis hidrokarbon formula H II.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Pembuatan salep ekstrak etanolik daun pepaya dengan konsentrasi 5% dari total bobot salep yang dibuat dalam basis salep absorbsi. Formula sediaan salep sebagai acuan dari Anief (2006) dengan modifikasi basis absorbsi yaitu : Tabel II. Formula salep ekstrak etanolik daun pepaya dengan basis salep absorbsi. Bahan
Formula A I (%)
Formula A II (%)
5
5
Nipagin
0,15
0,15
Nipasol
0,05
0,05
Vaselin album
80,8
-
14
55,7
Ungt. Simplex
-
39,1
Aqua rosae
qs
qs
Ekstrak etanolik daun pepaya
Lanolin
Pembuatan salep ekstrak etanolik daun pepaya formula A I adalah pertama masing-masing bahan ditimbang dalam cawan porselen menggunakan neraca analitik. Untuk fase I terdiri dari vaselin album, adeps lanae, dan nipasol dicampur dan diaduk hingga homogen. Fase II yaitu ekstrak etanolik daun papaya dilarutkan dalam air, kemudian ditambahkan nipagin dicampur dan diaduk hingga homogen. Kemudian fase I dicampur dengan fase II dan diaduk secara terus menerus hingga homogen. Terakhir ditambah aqua rosae secukupnya hingga berbau mawar diaduk hingga homogen. Pembuatan salep ekstrak etanolik daun pepaya formula A II adalah pertama masing-masing bahan ditimbang dalam cawan porselen menggunakan neraca analitik. Untuk fase I terdiri dari adeps lanae, cera flava, dan oleum sesam i dipana skan diatas waterbath dalam cawan porselen sampai melebur, kemudian ditambahkan nipasol dan diaduk sampai homogen. Fase II yaitu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
ekstrak etanolik daun papa ya dilarutkan dalam air, kemudian ditambahkan nipagin dicampur dan diaduk hingga homogen. Kemudian fase I dicampur dengan fase II dan diaduk secara terus menerus hingga homogen. Terakhir ditambah aqua rosae secukupnya hingga berbau mawar diaduk hingga homogen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
Skema pembuatan sediaan salep ekstrak etanolik daun pepaya denga n basis absorbsi formula A I dapat dirumuskan pada gambar 5.
Penimbangan bahan ekstrak etanolik daun papaya, adeps lanae, air, vaselin album, nipagin, dan nipasol.
Fase I : Vaselin album, adeps la nae, dan nipasol.
Fase II : ekstrak etanolik daun papaya, air, dan nipagin.
Dicampur dan diaduk hingga homogen.
Dicampur dan diaduk hingga homogen
Dicampur dan diaduk hingga homogen
Ditambah aqua rosae
Dicampur dan diaduk hingga homogen
Didapat sediaan salep ekstrak etanolik daun papaya dengan basis absorbsi formula A I.
Gambar 5. Skema pembuatan salep ekstrak etanolik daun pepaya dengan basis absorbsi formula A I.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Skema pembuatan sediaan salep ekstrak etanolik daun pepaya denga n basis absorbsi formula A II dapat dirumuskan pada gambar 6. Penimbangan bahan ekstrak etanolik daun pepaya, adeps lanae, air, cera fla va, oleum sesami, nipagin, dan nipasol.
Fase I : adeps lanae, cera flava, dan oleum sesami.
Fase II : ekstrak etanolik daun papaya, air, dan nipagin.
Dipanaskan diatas waterbath dalam cawan porselen.
Dicampur dan diaduk hingga homogen
Dipindahkan dalam mortir lalu ditambahkan nipasol dan diaduk hingga homogen.
Dicampur dan diaduk hingga homogen
Ditambah aqua rosae
Dicampur dan diaduk hingga homogen
Didapat sediaan salep ekstrak etanolik daun pepaya dengan basis absorbsi formula A II. Gambar 6. Skema pembuatan salep ekstrak etanolik daun pepaya dengan basis absorbsi formula A II.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
5. Pengujian Salep a. Uji sifat fisik 1) Pengamatan organoleptis fisik salep Sediaan salep diuji homogenitasnya dengan mengoleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan yang cocok. Diamati sediaan salep menunjukkan susunan yang homogen (Anonim, 1974). Selanjutnya sediaan salep diuji kestabilan fisiknya dengan cara mengamati secara organoleptis untuk mengetahui warna, bau, dan konsistensi setiap minggu selama delapan minggu pada suhu kamar (Padmadisastra et al, 2007). 2) Uji Viskositas Uji
viskositas
salep
dilakukan
dengan
menggunakan
alat
viskosimeter. Viskosimeter dipasang pada klempnya dengan arah horizontal atau tegak lurus dengan klempnya. Rotor kemudian dipasang dengan viskosimeter dengan menguncinya berlawanan arah dengan jarum jam. M angkuk diisi sampel salep yang akan diuji, motor ditempatkan tepat berada di tengah-tengah mangkuk yang berisi salep, kemudian alat dihidupkan dan ketika rotor berputar jarum penunjuk viskositas secara otomatis akan bergerak menuju kekanan kemudian setelah stabil, viskositas dibaca pada skala motor ya ng digunakan. Pengujian dilakukan setiap minggu selama delapan minggu pada suhu kamar (Padmadisastra et al, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
3) Pemeriksaan pH Uji pH dilakukan denga n cara melarutkan 0,5 gram salep kedalam 30ml akuadest dan dipanaskan diatas waterbath hingga melarut. Larutan diukur dengan menggunakan pH meter ditunggu sampai nilai pH konstan dan diperoleh nilai pH salep. Uji pH sediaan salep dilakukan setiap minggu selama delapan minggu pada suhu kamar (Padmadisastra et al, 2007). 4) Uji daya lekat Uji ini dilakukan dengan alat-alat seperti alat tes melekat salep, dua objek gelas, stopwatch, anak timbangan gram dan dilakukan dengan cara meletakkan salep secukupnya di atas objek gelas, diatas salep tersebut kemudian ditekan dengan beban 1 kg selam a 5 menit kemudian pasang objek gelas pada alat tes setelah itu lepaskan beban seberat 100 gram dan dicatat waktunya hingga kedua objek tersebut terlepas diulangi cara diatas pada setiap formula masing-masing 3 kali. Pengujian dilakukan setiap minggu selama delapan minggu pada suhu kamar. b. Pengujian Iritasi Sediaan Salep Pengujian iritasi sediaan salep yang dibuat dilakukan terhadap dua puluh orang sukarelawan dengan uji tempel terbuka (Patch test), yakni : Sejumlah sediaan uji dioleskan pada punggung tangan sukarelawa n dan dibiarkan terbuka selama lima menit. Selanjutnya perubahan warna yang terjadi pada punggung tangan masing-masing sukarelawan diamati. Jika tidak terjadi reaksi (tidak merah dan tidak bengkak) diberi tanda (-),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
jika terjadi reaksi (kulit memerah) diberi tanda (+), selanjutnya jika terjadi pembengkakan diberi tanda (++) (Padmadisastra et al, 2007). c. Pengujian Kesukaan (Hedonic test) Sediaan Salep Uji kesukaa n dilakukan terhadap kedua formula basis salep pilihan, kepada dua puluh orang responden dengan metode angket. Faktor yang menjadi e valuasi yaitu kesukaan mereka terhadap sediaan salep yang mudah dioleskan, dan tidak lengket serta memberikan kenyamanan pemakaian akan sediaan salep yang dioleska n ke permukaan kulit mereka (Padmadisastra et al, 2007).
E. Analisis Data Data yang diperoleh dari uji sifat fisik salep yang berupa: viskositas, uji daya lekat dan pH dianalisis dengan uji annova. Data uji iritasi, kestabilan fisik, dan uji kesukaan sediaan salep disajikan ke dalam tabel dan dibandingkan dengan sumber pustaka yang ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Determinasi daun pepaya (Folium Carica papaya L.) dilakukan di Laboratorium Morfologi Sistematik Tumbuhan Universitas Setia Budi. Hasil determinasi daun pepaya (Folium Carica papaya L.) secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 1.
B. Hasil Preparasi Sampel Daun pepaya segar sebanyak 7,5 kg (7500 gram) yang akan dikeringka n disortir basah, dibuang tulang daunnya terlebih dahulu, kemudian dipotong kecilkecil. Pengeringan dila kukan de ngan cara dijemur dibawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam selama 3-4 hari sampai simplisia mengandung kadar air kurang dari 10%. Setelah proses pengeringan didapatkan simpilisia kering daun pepaya seberat 625 gram.
C. Hasil Pembuatan Ekstrak Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi. M aserasi merupakan metode ekstraksi dingin yaitu proses pengekstrakan simplisia dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan, sehingga zat-zat yang terkandung di dalam simplisia relatif lebih aman jika dibandingkan dengan penggunaan ekstraksi panas. Simplisia kering daun pepaya sebanyak 600 gram diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi selama 4 hari. Pe larut 36
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
yang digunakan ialah etanol 70% dengan volume 3000 mL. M aserat kemudian diuapkan pelarutnya dengan wajan penangas hingga didapatkan ekstrak kental daun pepaya. Berat ekstrak yang didapatkan seberat 78 gram. Rendemen ekstrak daun pepaya didapat sebesar 13%. Hasil perhitungan re ndemen ekstrak daun pepaya dapat dilihat pada lampiran 9.
D. Hasil Pembuatan Salep Salep ekstrak etanolik daun pepaya diformulasikan dalam basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi. Penggunaan dan pemilihan basis salep hidrokarbon dan absorbsi dikarenakan kedua basis salep tersebut dapat bertahan lama pada kulit dan sukar dicuci dengan air sehingga kontak dengan kulit lebih lama. Basis salep hidrokarabon diketahui mempunyai derajat penutupan pada kulit lebih tinggi dibandingkan basis salep absorbsi. Metode yang digunakan dalam pembuatan salep ekstrak etanolik daun pepaya yaitu metode peleburan dan metode pencampuran. Metode peleburan digunakan pada pembuatan salep yang mengandung bahan berupa padatan dan membutuhkan pemanasan agar bahan dapat bercampur dengan bahan lain. Metode peleburan digunakan untuk formula H I (formula sa lep basis hidrokarbon 1) dimana terdapat bahan yang berupa padatan yaitu cera alba, formula H II (formula salep basis hidrokarbon 2) dimana terdapat bahan yang berupa padatan yaitu cetaceum, dan formula A II (formula salep basis absorbsi 1) dimana terdapat bahan yang berupa padatan yaitu cera flava. M etode pencampuran digunakan pada pembuatan salep
yang baha n-bahannya dapat
commit to user
langsung dicampur tanpa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
membutuhkan pemanasan. Metode pencampuran digunakan untuk formula A I (formula salep basis absorbsi 1). Sediaan salep yang dibuat diamati secara organoleptis dan hasil pengamatannya tersaji pada Gambar 7 dan Tabel III.
FAI
F A II
Gambar 7. Hasil formulasi salep Carica papaya L.) Keterangan : F A I F A II FHI F H II
FHI
F H II
ekstrak etanolik daun pepaya (Folium : Formula salep basis absorbsi 1 : Formula salep basis absorbsi 2 : Formula salep basis hidrokarbon 1 : Formula salep basis hidrokarbon 2
Tabel. III Hasil pengamatan salep secara organoleptis Formula
Homogenitas
FAI
Homogen
F A II
Warna
Bau
Konsistensi
Hijau tua pekat
Khas daun pepaya dan mawar
Massa lebih kental
Homogen
Hijau muda pekat
Khas daun pepaya dan mawar
Massa kental
FHI
Homogen
Hijau tua pekat
Khas daun pepaya dan mawar
Massa lebih kental
F H II
Homogen
Hijau tua pekat
Khas daun pepaya dan mawar
Massa lebih kental
Keterangan : F A I F A II FHI F H II
: Formula salep basis absorbsi 1 : Formula salep basis absorbsi 2 : Formula salep basis hidrokarbon 1 : Formula salep basis hidrokarbon 2
Konsistensi salep F A II memiliki perbedaan paling mencolok dibandingkan dengan tiga salep yang lain, ini dikarenakan salep F A II dalam formulanya tidak menggunakan basis salep berupa vaselin seperti pada formula lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
E. Hasil Uji Sifat Fisik Salep Ekstrak Etanolik Daun Pepaya a. Uji sifat fisik 1. Pengamatan organoleptis fisik salep Pengamatan pada salep yang pertama yaitu uji homogenitas salep. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui homogenitas dari formula salep yang diteliti. Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi III, konsistensi salep harus homogen. Salep harus menunjukkan susunan yang homogen karena salep digunakan dengan cara dioleskan pada kulit. Pengujian dilakuka n setiap minggu selama delapan minggu untuk mengetahui ke stabilan homogenitas salep. Hasil uji homogenitas sa lep dapat dilihat di Tabel IV. Tabel IV. Hasil pengamatan uji homogenitas salep ekstrak etanolik daun pepaya (Folium Carica papaya L.) Homogenitas salep minggu keFormula 1
2
3
4
5
6
7
8
FAI
-
-
-
-
-
-
-
-
F A II
-
-
-
-
-
-
-
-
FHI
-
-
-
-
-
-
-
-
F H II
-
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan : F A I F A II FHI F H II + -
: Formula salep basis absorbsi 1 : Formula salep basis absorbsi 2 : Formula salep basis hidrokarbon 1 : Formula salep basis hidrokarbon 2 : Ada perubahan : Tidak ada perubahan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari empat formulasi salep tidak ada yang mengalami perubahan homogenitas selama rentang waktu delapan minggu pengujian. Ha l ini dapat diartika n bahwa semua sediaan salep
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
mempunyai homogenitas yang baik dan memenuhi persyaratan apa yang disyaratkan dalam Farmakope Indonesia edisi III. Pengamatan organoleptis fisik salep yang meliputi warna, bau, dan konsistensi dari tiap-tiap formula selama delapan minggu dapat dilihat pada tabel V. Tabel V. Hasil pengamatan organoleptis fisik salep Waktu Penyimpanan (minggu) Pengamatan
Warna
Bau
Konsistensi
Formula 1
2
3
4
5
6
7
8
FAI
-
-
-
-
-
-
-
-
F A II
-
-
-
-
-
-
-
-
FHI
-
-
-
-
-
-
-
-
F H II
-
-
-
-
-
-
-
-
FAI
-
-
-
-
-
-
-
-
F A II
-
-
-
-
-
-
-
-
FHI
-
-
-
-
-
-
-
-
F H II
-
-
-
-
-
-
-
-
FAI
-
-
-
-
-
-
-
-
F A II
-
-
-
-
-
-
-
-
FHI
-
-
-
-
-
-
-
-
F H II
-
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan : F A I F A II FHI F H II + -
: Formula salep basis absorbsi 1 : Formula salep basis absorbsi 2 : Formula salep basis hidrokarbon 1 : Formula salep basis hidrokarbon 2 : Ada perubahan : Tidak ada perubahan
Dari pengamatan selama delapan minggu, diketahui tidak ada perubahan yang berarti pada sifat fisik salep meliputi warna, bau, dan konsistensi. Hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
pengamatan yang ada sama dengan penelitian dari Padmadisastra dkk (2007) bahwa tidak ada perubahan warna, bau, dan konsistensi pada formulasi salep antikeloidal dengan menggunakan basis hidrokarbon dan absorbsi. 2. Uji Viskositas Viskositas adalah suatu sifat dari cairan yang lebih bertahan untuk mengalir (Ansel, 1989). Hasil pengamatan dari uji viskositas salep selama 8 minggu didapatkan rata-rata viskositas salep. Viskositas salep dapat dilihat pada Tabel VI. Tabel VI.
Hasil uji viskositas salep ekstrak etanolik daun pepaya (Folium Carica papaya L.) Viskositas (dPas) Formula
Minggu ke FAI
F A II
FHI
F H II
1
196.67±5.77
268.33±7.64
296.67±5.77
366.67±20.82
2
170.00±10.00
250.00±10.00
291.67±14.43
356.67±11.55
3
156.67±5.77
250.00±10.00
288.33±12.58
356.67±11.55
4
161.67±7.64
246.67±11.55
275.00±25.00
343.33±5.77
5
146.67±5.77
243.33±15.27
278.33±20.21
333.33±15.27
6
133.33±5.77
243.33±5.77
270.00±26.46
333.33±15.27
7
133.33±5.77
240.00±10.00
260.00±26.46
316.67±23.09
8
130.00±5.77
240.00±10.00
251.67±20.21
313.33±20.82
Keterangan : F A I F A II FHI F H II
: Formula salep basis absorbsi 1 : Formula salep basis absorbsi 2 : Formula salep basis hidrokarbon 1 : Formula salep basis hidrokarbon 2
Data hasil pengamatan yang tersaji dalam tabel menunjukkan bahwa salep yang menggunakan basis hidrokarbon (formula H I dan formula H II) mempunyai viskositas yang lebih besar dibandingkan denga n salep yang menggunakan basis absorbsi (formula A I dan formula A II). Semua formulasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
salep mengalami perubahan nilai viskositas setiap minggunya. Menurut penelitian yang dilakukan Padmadisastra dkk, (2007) menyebutkan bahwa penurunan viskositas salep disebabkan oleh perubahan suhu serta kondisi pada saat penyimpanan. Viskositas formula A II dirasa paling baik, karena tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah atau dengan kata lain sedang. Viskositas yang sedang pada formula A II dikarenakan perpaduan penggunaan basis yang memiliki konsistensi sem ipadat dan cair, yaitu lanolin dan unguentum simplex. Viskositas yang sedang dinilai akan menghasilkan daya sebar dan daya lekat salep yang baik. Viskositas sendiri sangat berpengaruh terhadap daya menyebar sa lep pada kulit dan kenyamanan pada waktu pemakaian. Semakin besar viskositas maka daya menyebarnya menjadi semakin kecil. Konsistensi salep yang lunak atau viskositas rendah akan memudahkan saat pemakaian dan pengambilan dari wadah salep. Daya melekat dari suatu sediaan salep juga sangat dipengaruhi oleh viskositas salep tersebut, karena semakin tinggi viskositas suatu salep maka kemampuan salep untuk melekat juga semakin lama. Sehingga untuk sediaan salep yang paling optimal pada saat pemakaian adalah yang memiliki viskositas sedang. Data pengujian viskositas salep ya ng didapat kemudian diuji statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, yang berfungsi untuk mengetahui data hasil pengujian tersebut terdistribusi secara normal atau tidak. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,323 dan dapat disimpulkan data terdistribusi secara normal, karena mempunyai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
nilai > 0,05. Uji statistik kemudian dilanjutkan menggunakan uji Anova satu ja lan, yang berfungsi untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perbedaan tipe basis terhadap viskositas. Hasil yang didapat dari uji Anova yaitu nilai F hitung sebesar 157,363 dengan signifikan 0,000. Untuk nilai F tabel (df 3-28) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 2,95. Nila i F hitung (157,363) > F tabel (2,95), ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna dalam hal viskositas salep antar formulasi salep ekstrak etanolik daun pepaya yang diformulasikan dalam basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi. Pengujian kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test yang berfungsi untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang terjadi antar ke lompok variabel. Hasil analisis dari Post Hoc Test menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antar kelompok variabel. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu terdapat perbedaan viskositas salep ekstrak etanolik daun pepaya yang diformulasika n dalam basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi. Hasil uji viskositas tiap minggu dapat dilihat pada lampiran 2 dan hasil analisis statistik uji viskositas dapat dilihat pada lampiran 3. 3. Uji pH Pemeriksaan pH adalah sa lah satu bagian dari kriteria pemeriksaan sifat fisika-kimia dalam memprediksi kestabilan sediaan salep. Hasil pengamatan dari uji pH salep selama 8 minggu didapatkan rata-rata pH salep. Data pH salep dapat dilihat pada Tabel VII.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
Tabel VII. Hasil uji pH salep ekstrak etanolik daun pepaya (Folium Carica papaya L.) Minggu ke
pH Formula FAI
F A II
FHI
F H II
1
6.53±0.08
6.90±0.18
6.83±0.02
6.62±0.25
2
6.33±0.10
6.73±0.18
6.57±0.08
6.63±0.06
3
6.24±0.15
6.80±0.18
6.61±0.09
6.70±0.24
4
6.30±0.07
6.62±0.19
6.48±0.16
6.54±0.15
5
6.48±0.05
6.52±0.09
6.66±0.11
6.32±0.18
6
6.60±0.16
6.41±0.06
6.71±0.12
6.41±0.03
7
6.49±0.20
6.22±0.06
6.57±0.13
6.52±0.23
8
6.53±0.045
6.32±0.20
6.30±0.16
6.39±0.15
Keterangan : F A I F A II FHI F H II
: Formula salep basis absorbsi 1 : Formula salep basis absorbsi 2 : Formula salep basis hidrokarbon 1 : Formula salep basis hidrokarbon 2
Data hasil pengamatan yang tersaji dalam tabel diatas menunjukkan bahwa perubahan nilai pH semua formulasi salep dari minggu ke minggu tidak mengalam i perubahan yang berarti. Nilai pH dari semua formulasi telah memenuhi persyaratan nila i pH basis salep yang baik yaitu 5,5 hingga 7 dan persyaratan nilai pH yang aman bagi kulit yaitu pH 5 hingga 10 (Troy et al, 2005). Pengujian pH pada salep perlu dilakukan untuk mengetahui stabilitas pH salep. Nilai pH salep sendiri diusahakan a gar mendekati dengan nilai pH kulit untuk mencegah terjadinya iritasi di kulit pada saat pemakaian salep. Nilai pH diharapkan stabil dari minggu ke minggu agar didapatkan nilai rentang pH salep yang aman digunakan pada kulit. Data pengujian nilai pH salep yang didapat kemudian diuji statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, yang berfungsi untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
mengetahui data hasil pengujian tersebut terdistribusi secara normal atau tidak. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,950 dan dapat disimpulkan data terdistribusi secara normal, karena mempunyai nilai > 0,05. Uji statistik kemudian dilanjutkan menggunakan uji Anova satu ja lan, yang berfungsi untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perbedaan tipe basis terhadap nilai pH. Hasil yang didapat dari uji Anova yaitu nilai F hitung sebesar 1,250 dengan signifikan 0,311. Untuk nilai F tabel (df 3-28) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 2,95. Nilai F hitung (1,250) < F tabel (2,95), ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna dala m hal pH salep pada salep ekstrak etanolik daun pepaya yang diformulasikan dalam basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi. Hasil uji Anova ini menunjukkan kesamaan rata-rata nilai pH maka tidak dilakukan uji lanjutan. Kesimpulan ya ng dapat diambil yaitu tidak terdapat perbedaan nilai pH salep ekstrak etanolik daun pepaya yang diformulasikan dalam basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi. Hasil uji pH tiap minggu dapat dilihat pada lampiran 4 dan hasil analisis statistik uji pH dapat dilihat pada lampiran 5. 4. Uji daya lekat Pengujian daya lekat berfungsi untuk mengetahui kemampuan salep untuk menempel pada permukaan kulit setelah dioleskan. Semakin besar daya le kat salep dimungkinka n absorbsi obat oleh kulit akan semakin besar pula. Ini dikarenakan kontak yang terjadi antara salep dengan kulit juga semakin lama, sehingga pelepasan obat oleh basis dapat lebih optimal. Data uji daya lekat salep dapat dilihat pada Tabel VIII.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
Tabel VIII. Hasil uji daya lekat salep ekstrak etanolik daun pepaya (Folium Carica papaya L.)
Minggu ke
Daya Lekat (detik) Formula FAI
F A II
FHI
F H II
1
1.07±0.15
1.02±0.03
1.39±0.20
3.97±1.38
2
1.05±0.16
1.36±0.16
1.31±0.38
4.13±2.13
3
1.05±0.17
1.69±0.42
1.61±0.42
2.74±0.05
4
1.47±1.15
1.08±0.31
1.33±0.19
2.36±0.86
5
1.45±0.50
1.12±0.08
1.24±0.37
2.54±0.57
6
1.06±0.07
1.05±0.04
1.22±0.46
3.34±1.39
7
0.94±0.03
1.41±0.35
1.72±0.85
3.04±1.38
8
1.09±0.33
1.41±0.30
1.44±0.70
2.51±0.59
Data hasil pengamatan yang tersaji dalam tabel menunjukkan bahwa salep yang menggunakan basis hidrokarbon (formula H I dan formula H II) mempunyai daya lekat yang lebih besar dibandingkan dengan salep yang menggunakan basis absorbsi (formula A I dan formula A II). Hasil uji daya le kat salep ini berbanding lurus dengan viskositas dari salep, dimana semakin besar nilai viskositas suatu salep maka semakin besar atau tinggi pula daya le kat salep tersebut. Data pengujian daya lekat salep yang didapat kemudian diuji statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, yang berfungsi untuk mengetahui data hasil pengujian tersebut terdistribusi secara normal atau tidak. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal, ini bisa dilihat dari nilai signifikan yang hanya sebesar 0,018 atau kurang dari probabilitas 0,05. Uji statistik kemudian dilanjutkan menggunakan uji Kruskal-Wallis, yang berfungsi untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perbedaan tipe basis terhadap daya lekat salep. Hasil yang didapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
dari uji Kruskal-W allis yaitu nilai Chi-Square hitung sebesar 19,964 dengan signifikan 0,000. Untuk nilai Chi-Square tabel (df 3) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 7,81. Nila i Chi-Square hitung (19,964) > Chi-Square tabel (7,81), ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna dalam hal daya le kat salep pada salep ekstrak etanolik daun pepaya yang diformulasikan dalam basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi. Hasil uji daya lekat tiap minggu dapat dilihat pada lampiran 6 dan hasil analisis statistik uji daya lekat dapat dilihat pada lampiran 7. d. Pengujian Iritasi Sediaan Salep Pengujian iritasi sediaan salep bertujuan untuk mengetahui keamanan sediaan salep pada penggunaan. Iritasi yang menimbulkan reaksi pada kulit sesaat setelah pelekatan pada kulit disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit disebut iritasi sekunder. Tanda-tanda ya ng ditimbulkan reaksi kulit tersebut umumnya sama, yaitu kulit akan tampak kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak (Soekarto, 1981). Uji iritasi dilakukan kepada 20 orang sukarelawan. Salep dengan basis hidrokarbon (formula H I dan formula H II) dibandingkan dengan salep basis absorbsi (formula A I dan formula A II). Data hasil uji iritasi dapat dilihat pada Tabel IX.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
Tabel IX. Hasil uji iritasi salep ekstrak etanolik daun pepaya (Folium Carica papaya L.) Formula Sukarelawan ke-
FAI
F A II
FHI
F H II
1
–
–
–
–
2
–
–
–
–
3
–
–
–
–
4
–
–
–
–
5
–
–
–
–
6
–
–
–
–
7
–
–
–
–
8
–
–
–
–
9
–
–
–
–
10
–
–
–
–
11
–
–
–
–
12
–
–
–
–
13
–
–
–
–
14
–
–
–
–
15
–
–
–
–
16
–
–
–
–
17
–
–
–
–
18
–
–
–
–
19
–
–
–
–
20
–
–
–
–
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa dari 20 orang sukarelawan yang telah mencoba semua formulasi tidak ditemui adanya yang efek yang tidak diinginkan atau iritasi pada kulit. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa salep ekstrak etanolik daun pepaya yang diformulasikan dalam basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi aman untuk digunakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
e. Pengujian Kesukaan (Hedonic test) Sediaan Salep Uji Kesukaan (Hedonic Test) adalah pengujian terhadap kesan subyektif yang sifatnya suka atau tidak suka terhadap suatu produk (Soekarto, 1981). Fungsi dari uji kesukaan yaitu untuk mengetahui formula salep mana yang paling disukai oleh sukarelawan. Uji kesukaan ini dilakukan kepada 20 orang sukarelawan. Data hasil uji kesukaan dapat dilihat pada Tabel X. Perhitungan uji kesukaan dapat dilihat di Lampiran 8. Tabel X. Hasil uji kesukaan salep ekstrak etanolik daun pepaya (Folium Carica papaya L.) Pertanyaan
FAI (%)
F A II (%)
FHI (%)
F H II (%)
Total (%)
Mudah tersebar saat dioleskan
65
10
25
0
100
Mudah dicuci dengan air
50
5
25
20
100
Kelengketan dikulit
40
15
25
20
100
Kenyamanan dikulit
55
5
25
15
100
Pada uji kesukaan ini diajukan empat pertanyaan kepada sukarelawan antara lain kemudahan tersebarnya salep pada saat dioleskan, kemudahan dicuci dengan air, kelengketan dikulit, dan kenyamaan pada saat pemakaian dikulit. Dari uji kesukaan ini didapatkan hasil bahwa sebanyak 52,5 % sukarelawan lebih memilih formula A I dengan basis vaselin album dan la nolin, dimana formula ini tergolong kedalam jenis basis absorbsi. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Padmadisastra dkk, (2007) dan Mayasari (2011) menunjukkan bahwa sukarelawan atau responden lebih menyukai formula salep yang diformulasikan kedalam basis absorbsi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaaan sifat fisik salep ekstrak etanolik daun pepaya yang diformulasikan dalam basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi baik secara organoleptis, viskositas, pH, dan daya lekat. Secara organoleptis massa salep dengan basis hidrokarbon mempunyai warna hijau ya ng lebih tua dan pekat serta konsistensi salep yang lebih kental. Salep dengan basis hidrokarbon juga mempunyai nilai yang lebih tinggi baik dari nilai viskositas maupun daya lekatnya. Nilai pH tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kedua basis salep yang digunaka n. Salep ekstrak etanolik daun pepaya yang diformulasikan dalam basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi tidak menimbulkan iritasi sehingga la yak digunakan untuk sediaan topikal. B. Saran Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk me ngetahui keefektifan terapi dari sediaan produk salep yang telah dibuat terhadap aktivitas antibakteri dan daya sebar salep ekstrak etanolik daun pepaya yang diformulasikan dalam basis salep hidrokarbon dan basis salep absorbsi.
50
commit to user