UJI KANDUNGAN ASAM SIANIDA (HCN) PADA UBI TEO (Tacca leontopetaloides) YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger JURNAL Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam OLEH YAKOP UMAR NIM. 431 411 051
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA JURUSAN BIOLOGI 2015
1
PERSETUJUAN PEMBIMBING
JURNAL UJI KANDUNGAN ASAM SIANIDA (HCN) PADA UBI TEO (Tacca leontopetaloides) YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger OLEH YAKOP UMAR NIM. 431 411 051 Telah diperiksa dan disetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ani M. Hasan, M.Pd NIP. 196608201992022001
Dr. Asep S. Abdurrahmat, M.Kes NIP. 19690423 199403 1 003
Mengetahui Ketua Jurusan Biologi
Dr. Elya Nusantari, S.Pd, M.Pd NIP. 19720917 199903 2 001
2
UJI KANDUNGAN ASAM SIANIDA (HCN) PADA UBI TEO (Tacca leontopetaloides) YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger Yakop Umar1., Ani M. Hasan2., Asep S. Abdurrahmat2., 1)
Mahasiswa Jurusan Biologi,2)Dosen Jurusan Biologi,2)Dosen Jurusan Biologi, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan asam sianida (HCN) pada ubi teo (Tacca leontopetaloides) yang difermentasi Aspergillus niger dengan interval waktu 0 jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Metode penelitian yang digunakan adalah metode pra eksperimental dan analisis data merupakan analisis deskriptif kuantitatif dengan melihat kandungan asam sianida selama fermentasi kemudian dinarasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Aspergillus niger mampu menghidrolisis glukosida sianogenik dimana sebelum fermentasi sebesar 40,13 ppm setelah difermentasi selama 72 jam sebesar 16,03 ppm. Kata kunci : Asam Sianida, Tacca leontopetaloides, Fermentasi, Aspergillus niger ABSTRACT The research aimed at investigating the cyanide acid (HCN) content test on polynesian arrowroot (Tacca leontopetaloides) which was fermented with Aspergillus niger. The time interval was 0 hour, 24 hour, 48 hour and 72 hour. The method of research was pre experimental method. The data were analyzed using quantitative descriptive analysis by investigating the cyanide acid content during fermentation process and then it was being narrated. The research result showed that Aspergillus niger was able to hydrolyze the cyanogenic glucoside which before fermentation, it was 40,13 ppm after fermented 72 hours, it became 16.03 ppm Keywords: Cyanide acid, Tacca leontopetaloides, Fermentation, Aspergillus niger. Pendahuluan Pangan merupakan suatu kebutuhan sebagai sumber makanan lain seperti dasar manusia yang paling utama karena keripik, biskuit, dan lain-lain. Oleh sebagai sumber energi untuk melakukan karena itu banyak masyarakat segala aktivitas dalam hidupnya. Salah memanfaatkan umbi-umbian tersebut satu sumber energi pangan adalah mulai dari masyarakat daratan maupun karbohidrat yang terdapat pada tumbuh- masyarakat yang ada di pesisir laut. tumbuhan seperti beras, jagung, gandum, Salah satu jenis umbi-umbian yang dan umbi-umbian. dimanfaatkan adalah ubi teo (Tacca Umbi-umbian merupakan bahan leontopetaloides) pangan yang sangat dibutuhkan oleh Tacca leontopetaloides merupakan masyarakat, karena selain pengganti salah satu jenis tumbuhan berbunga yang beras umbi-umbian juga dapat diolah masih termasuk dalam keluarga talastalasan. Di Gorontalo ubi ini banyak
3
dijumpai di daerah Kabupaten Pohuwato khususnya di Kecamatan Popayato Desa Torosiaje dengan nama sehari-harinya adalah ubi teo. Tumbuhan ini masih merupakan tumbuhan liar karena belum dibudidayakan oleh masyarakat setempat dan belum mendapatkan perhatian ilmiah. Namun masyarakat Torosiaje memanfaatkan ubi teo (Tacca leontopetaloides) sebagai bahan pangan alternatif pengganti makanan pokok seperti gandum, beras dan jagung. Dari segi rasa ubi teo mempunyai rasa yang sangat pahit, dan rasa pahit tersebut setelah dianalisis mengandung Taccaline, β-sitosterol, alkohol cerylic, steroid sapogenin, Flavonoid dan Glikosida sianogenik (Ndouyang et al., 2015). Menurut Winarno (2004) bahwa glikosida sianogenik merupakan senyawa yang terdapat dalam bahan makanan nabati dan secara potensial sangat beracun karena dapat terurai dan mengeluarkan hidrogen sianida. Selanjutnya menurut Utama dalam Tintus (2008) bahwa asam sianida merupakan senyawa beracun yang dapat mengganggu kesehatan serta mengurangi bioavailabilitas nutrien didalam tubuh. Perera dalam Stephanie (2013) mengatakan cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan asam sianida adalah pencucian, pemanasan dan pengeringan dengan sinar matahari. Sementara untuk masyarakat Torosiaje biasanya menghilangkan senyawa tersebut dengan cara konvensional yaitu dengan cara mengupas kulitnya dengan pisau kemudian direndam dengan air tawar. Selain dengan cara tersebut, cara lain untuk menghilangkan atau mengeliminasi zat antinutrisi adalah
melalui teknologi fermentasi agar kandungan asam sianida (HCN) pada ubi teo menurun. Menurut Adamafio et al., (2010) proses fermentasi sangat baik digunakan sebagai upaya untuk menurunkan kandungan asam sianida yakni memanfaatkan jasa mikroorganisme seperti Aspergillus niger, karena kapang ini dapat menghasilkan enzim selulase, amilase, amiglukosidase, pektinase dan β-glukosidase. Zubaidah (2012) menyatakan bahwa kapang Aspergillus niger dikenal perananya dapat menghasilkan enzim selulase yang berperan dalam mendegradasi selulosa yang membungkus pati pada ubi, dimana kadar selulosa pada ubi cukup tinggi. Selanjutnya Aspergillus niger juga dapat menghasilkan enizm β-glukosidase yang dapat menguraikan senyawa glukosida sianogenik. Kandungan asam sianida (HCN) akan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya lama fermentasi karena semakin bertambah waktu fermentasi maka semakin meningkat pula kemampuan enzim dalam mendegradasi asam sianida menjadi senyawa yang tidak membahayakan. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zubaidah dkk., (2012) tentang penambahan kultur Aspergillus niger dan lama fermentasi terhadap karakteristik Mocaf, bahwa Aspergillus niger mampu menurunkan senyawa asam sianida dimana kadar asam sianida sebelum fermentasi sebesar 71,05 ppm setelah difermentasi menjadi 19,40 ppm. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Akuba (2014) tentang uji kadar 4
asam sianida pada umbi gadung (Dioscorea hispida Dennst) yang difermentasi dengan Aspergillus niger dan Lactobacillus plantarum, bahwa terjadi penurunan asam sianida sebelum difermentasi (119,750 ppm) dan setelah difermentasi (11,000 ppm). Hasil terebut menunjukan bahwa Aspergillus niger dapat menghasilkan enzim β-glukosidase yang mampu merombak prokursor asam sianida (HCN). Berdasarkan uraian di atas maka peneliti berinisiatif melakukan penelitian untuk mengetahui kandungan asam sianida (HCN) pada ubi teo (Tacca leontopetaloides) yang difermentasi dengan Aspergillus niger.
Natrium Karbonat 10 %, NaOH 2,5 M dan kertas label. Metode penelitian yang digunakan adalah pra eksperimental yang hanya mempergunakan kelompok eksperimen saja, tanpa ada kelompok pembanding, dan kelompok ulangan. dan data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan melihat dan mendeskripsikan kandungan asam sianida pada ubi teo yang difermentasi dengan Aspergillus niger kemudian disajikan dalam bentuk grafik lalu dinarasikan. Prosedur penelitian diawali dengan tahap persiapan sampai dengan proses fermentasi yang dilanjutkan dengan analisis asam HCNdan pengukuran derajat keasaman (pH) Proses fermentasi dilakukan dengan menambahkan starter kapang Aspergillus niger pada substrat kemudian diinkubasi pada suhu 37 oC selama 3 x 24 jam. Selama proses inkubasi berlangsung dilakukan pengukuran kandungan asam sianida yaitu pada waktu 0, 24, 48, 72 jam (Ardhianto dkk., 2013) Analisis kandungan asam sianida menggunakan alat spectrofotometer UvVis yang diawali dengan pembuatan kurva standar dan dilanjutkan dengan pengukuran kandungan asam sianida sampel. Pengukuran asam sianida (HCN) sampel dilakukan dengan cara mengukur 25 ml sampel dan diencerkan dalam aquades hingga volume mencapai 50 ml. Selanjutnya sampel disaring dengan kertas saring sampai volume yang dibutuhkan sebanyak 25 ml. Sampel yang sudah disaring kemudian dimasukkan dalam labu takar dan
Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Torosiaje untuk pengambilan sampel ubi teo dan Laboratorium Mikrobiologi untuk pembuatan starter Aspergillus niger serta Laboratorium Kimia untuk uji analisis asam sianida (HCN). Penelitian dilaksanakan selama lima bulan mulai bulan Maret sampai dengan Juli 2015. Objek penelitian kandungan asam sianida pada ubi teo yang difermentasi dengan Aspergillus niger. Alat yang digunakan Erlenmeyer, Mesin penghalus (Blender), Shaker incubator, Labu Takar 50 ml,Aluminium Foil, Pipet Tetes, Gelas Ukur, Batang Pengaduk, Tabung Reaksi, Autoclave, Jarum Ose, Pembakar Bunsen, Laminar Air Flow, Mikro Pipet, pH meter, Spektrofotometer Uv-Vis Bahan yang digunakan ubi teo (Tacca leontopetaloides), Aspergillus niger, Aquadest, Potato Dextrose Broth (PDB), larutan Ninhidrin 2 %, larutan 5
dicampurkan sebanyak 4 ml larutan ninhidrin 2 % dan 4 ml larutan natrium karbonat 10 % kemudian dihomogenkan dan didiamkan selam 30 menit untuk memberikan kompleks warna merah. Setelah itu diencerkan dengan larutan NaOH 2,5 M sampai berwarna ungu selama 30 menit (Julistiana, 2009). Selanjutnya dibaca dalam spectrofotometer dengan panjang gelombang 598-600 nm (Gandjar, 2008). Pengukuran pH dengan cara mencelupkan elektroda kedalam sampel ubi teo yang difermentasi Aspergillus niger, pengukuran pH diset dengan menekan tombol meas. Selanjutnya elektroda dibiarkan tercelup beberapa saat sampai diperoleh pembacaan stabil, kemudian dicatat pH sampel.
Gambar 4.1 menunjukan bahwa kandungan asam sianida (HCN) pada fermentasi ubi teo mengalami penurunan seiring dengan lama waktu fermentasi, dimana kandungan asam sianida pada jam ke 0 sebesar 40,13 ppm, 24 jam sebesar 25,64 ppm, 48 jam sebesar 16,87 ppm dan 72 jam sebesar 16,03 ppm. Jadi penurunan kandungan asam sianida yang paling rendah yaitu fermentasi 72 jam sedangkan pada fermentasi yang ke 24 jam mengalami penurunan asam sianida yang lebih besar. Penurunan kandungan asam sianida pada fermentasi ubi te disertai juga dengan penurunan derajat keasaman (pH). Hal ini dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme yang mampu menghasilkan asam-asam organik. Penurunan pH pada fermentasi ubi teomdapat dilihat pada Gambar 4.2.
Kandungan HCN (ppm)
60
Derajat Keasama (pH)
Hasil dan Pembahasan Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kandungan asam sianida (HCN) pada ubi teo (Tacca leontopetaloides) yang difermentasi Aspergillus niger dengan interval waktu 0, 24, 48, dan 72 jam inkubasi telah dilaksanakan di laboratorium mikrobiologi dan laboratorium kimia dengan hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.
5 4 3 2 1 0
4.31
3.03
2.42
2.25
0 Jam 24 Jam 48 Jam 72 Jam Lama Fermentasi
Gambar 4.2 Grafik penurunan derajat keasaman sebelum dan sesudah fermentasi
40,13
40
Gambar 4.2 Menunjukan bahwa penurunan derajat keasaman (pH) pada fermentasi ubi teo mengalami penurunan seiring dengan lama waktu fermentasi, dimana derajat keasaman (pH) pada jam ke 0 sebesar 4,31, 24 jam sebesar 3,03, 48 jam sebesar 2,42 dan 72 jam sebesar 2,25. Jadi penurunan pH yang paling rendah yaitu pada waktu fermentasi 72 jam sedangkan pada fermentasi yang ke
25,64 16,87
20
16,03
0 0 Jam
24 Jam 48 Jam 72 Jam Lama Fermentasi
Gambar 4.1 Grafik penurunan asam sianida sianida sebelum dan sesudah fermentasi.
6
24 jam mengalami penurunan pH yang lebih besar. Ubi teo yang dilakukan perendaman atau pada 0 jam ketika dianalisis kandungan asam sianida mempunyai kandungan sebesar 40,13 ppm. Hasil analisis tersebut menunjukan bahwa tumbuhan ini aman untuk dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mahendradatta dalam Suciati (2012) bahwa asam sianida berbahaya bagi tubuh manusia, yaitu berkisar antara 0,5-3,5 mg/kg berat badan. Asam sianida merupakan suatu zat yang dapat menyebabkan kerusakan atau kerugian pada organisme hidup. Zat beracun alami yang terdapat pada ubi teo disebut toksitan nabati. Toksitan nabati pada Tacca leontopetaloides berfungsi untuk membantu dan mengatur metabolisme serta melindungi tanaman terhadap serangan hama, tetapi jika tumbuhan Tacca leontopetaloides tersebut mengalami kerusakan berupa pengirisan maka toksitan nabati akan terhidrolisis menjadi asam sianida yang bersifat racun. Oleh karena itu tumbuhan ini tidak aman dikonsumsi jika tidak dilakukan pengolahan yang baik. Adapun salah satu pengolahan yang dilakukan pada penelitian ini adalah fermentasi. Pada waktu fermentasi menggunakan Aspergillus niger selama 24 jam terjadi penurunan kandungan asam sianida sebesar 25,64 ppm. Hal ini disebabkan karena mikroorganisme tersebut masuk pada fase pertumbuhan logaritmik atau fase eksponensial yang sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrien pada ubi teo. Sebagaimana menurut Oberman dalam Rahmawati (2006) tersedianya nutrisi yang banyak
pada substrat berupa glukosa mengakibatkan sel mikroorganisme mempunyai waktu pembelahan atau waktu regenerasi sel tercepat sehingga mengakibatkan terjadinya penambahan jumlah sel. Kandungan nutrisi yang banyak berupa glukosa pada ubi teo mengakibatkan mikroorganisme tersebut mempunyai waktu beregenerasi sel tercepat dan konstan. Kecepatan penambahan jumlah sel yang sangat cepat maka terjadi pemecahan glukosida sianogenik oleh enzim menjadi glukosa lebih banyak. Selain itu Aspergillus niger juga menggunakan pati untuk menghasilkan energi melalui jalur fermentasi. Pati yang terkandung dalam ubi teo dijadikan sebagai sumber energi dan sumber karbon dalam proses pertumbuhan, pembentukan sel, dan aktivitas kapang. Pati pada ubi teo tersusun dari komponen-komponen glukosa yang berikatan dengan ion Carbon dan Nitorgen yang membentuk senyawa glukosida sianogenik. Aktivitas Aspergillus niger dalam penggunaan pati sebagai sumber energi menyebabkan pemecahan glukosida sianogenik menjadi glukosa oleh enzim βglukosidase yang disekresikan oleh mikroorganisme tersebut. Selanjutnya glukosa akan dipecah melalui proses hidroksinitril yang akan berubah menjadi senyawa HCN yang bersifat volatil (Pambayun dalam Ardiansari, 2012). Pada waktu fermentasi 48 jam menunjukan penurunan asam sianida sebesar 16,87 ppm. Hal ini disebabkan karena mikroorganisme tersebut masuk pada fase lambat atau tidak stabil sehingga enzim yang dihasilkan oleh 7
mikroorganisme menurun seiring dengan mengikuti pertumbuhanya. Fase pertumbuhan lambat terjadi karena jumlah nutrisi yang sudah berkurang. Menurut Fardiaz (2001) meskipun mikroorganisme tersebut mengalami pertumbuhan lambat tetapi jumlah sel mikroorganisme ini masih tetap naik, akan tetapi jumlah kenaikan selnya tidak banyak. Keadaan ini akan berlangsung terus hingga mencapai titik nol seiring dengan menurunya kandungan nutrisi pada substrat. Karena sistem yang digunakan dalam fermentasi adalah sistem Batch culture, dimana nutrisi pada substrat fermentasi setelah inokulasi tidak ada penambahan lagi (Fadiaz, 2001). Pada waktu fermentasi 72 jam terjadi penurunan asam sianida yang paling rendah yakni sebesar 16,03 ppm. Hal ini disebabkan karena habisnya jumlah nutrisi dan energi cadangan makanan dalam substrat ubi teo yang mengakibatkan mikroorganisme tersebut tidak mengalami pertumbuhan. Selain itu juga diakibatkan banyaknya hasil metabolit yang tidak berguna yang menggangu pertumbuhan mikroorganisme, sehingga pembiakan mikroorganisme terhenti dan tidak terjadi pertumbuhan dan aktivitas sel. Menurut Wilson dalam Zubaidah (2012) kandungan HCN akan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya lama fermentasi hal ini disebabkan karena kemampuan enzim dalam mendegradasi Glukosida sianogenik menjadi senyawa yang tidak membahayakan dimana dikarenakan adanya peningkatan aktivitas enzim βglukosidase yang dihasilkan oleh Aspergillus niger sehingga terjadi
perombakan Glukosida sianogenik lebih optimal. Proses pemecahan Glukosida sianogenik yang terdapat pada ubi oleh enzim β-glukosidase menjadi glukosa dan senyawa aseton sianohidrin kemudian melepaskan asam sianida (HCN) dan aseton. Dalam proses fermentasi ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan mikroorganisme yaitu substrat, suhu, pH, oksigen, dan mikroorganisme yang digunakan (Kunaepah dalam Triyono, 2014). Salah satu faktor yang terpenting dalam proses fermentasi adalah tingkat keasaman (pH) yang secara otomatis akan berhubungan dengan jenis mikroorganisme yang digunakan. Hal ini berarti tiap jenis mikroorganisme yang digunakan memiliki pH optimal dalam fermentasi sehingga mampu dihasilkan senyawasenyawa aktif yang optimal. Semakin optimalnya pH fermentasi maka mikroorganisme akan berkembang dengan baik dan aktif, sehingga mampu menguraikan kandungan kimia dalam substrat (Triyono, 2014). Penurunan kandungan asam sianida (HCN) dalam substrat ubi teo juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan khususnya pH. Adanya aktivitas fermentasi oleh kapang Aspergillus niger menyebabkan menurunya pH dari 4,31 menjadi 2,25. Menurut Gandjar dalam Sa’adah (2010) pH substrat sangat penting untuk pertumbuhan kapang, karena adanya enzim-enzim tertentu yang akan mengurai suatu substrat sesuai dengan aktivitasnya. Pada umunya kapang dapat hidup pada pH di bawah 7 bahkan dapat tumbuh pada pH yang cukup rendah, yaitu pH di bawah 4,5. Menurut Adesok dalam Haryadi (2013) 8
nilai pH sangat berkaitan dengan kadar asam yang dihasilkan. Penurunan derajat keasaman (pH) pada fermentasi ubi teo yang menggunakan Aspergillus niger sudah terlihat selama inkubasi 72 jam. Adanya aktivitas mikroorganisme yang mampu menghasilkan asam-asam organik diekskresikan keluar sel dan akan terakumulasi dalam media fermentasi sehingga meningkatkan keasaman dan menurunkan pH substrat, yang berarti total asam akan semakin tinggi karena terjadi akumulasi asam-asam organik yang dihasilkan akibat metabolisme mikroba dimana pada tahap ini terjadi proses penguraian pati pada substrat menjadi glukosa kemudian glukosa tersebut akan diubah menjadi asam sitrat oleh Aspergillus niger.
Daftar Pustaka Adamafio NA, Sakyiamah And M, Tettey J. 2010. Fermentation in cassava (Manihot esculenta Crantz) pulp juice improves nutritive value of cassava peel. Afr J Biochem Res. (Journal). 4(3):5156. Akuba, Ruslin. 2014. Uji Kadar Asam Sianida (CN-) pada Umbi Gadung (Dioscorea hispida Dennst) yang Difermentasi dengan Aspergillus niger dan Lactobacillus plantarum. (Skripsi). Gorontalo : Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Gorontalo. Ardiansari, Yusnita Marta. 2012. Pengaruh Jenis Gadung Dan Lama Perebusan Terhadap Kadar Sianida Gadung. Skripsi. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh bahwa kapang Aspergillus niger mampu menghidrolisis glukosida sianogenik pada ubi teo yang mengakibatkan menurunya kandungan asam sianida (HCN) dimana sebelum fermentasi sebesar 40,13 ppm setelah difermentasi selama 72 jam menjadi 16,03 ppm.
Ardhianto, Ferry Nanda, Mayang Gitta Pawitra dan Siswo Sumardjono. 2013. Konversi Asam Sianida Menjadi Protein Dalam Tepung Ubi Kayu Dengan Fermentasi Rhizopus oligosporus. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. (Jurnal). Vol. 2, No. 2, Halaman 51-55.
Saran Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan untuk analisis kuantitatif kandungan asam sianida pada ubi teo melalui penelitian eksperimental sejati (True Experiment)
Borokini, TI, EF Lawyer And AE Ayodele. 2011. In vitro propagation of Tacca leontopetaloides (L.) Kuntze in Nigeria. National Centre for Genetic Resources and 9
Biotechnology (NACGRAB), Moor Plantation, Ibadan 2 Department of Botany, University of Ibadan. Egyptian of Biology, 2011, (Journal). Vol. 13, pp 51-56.
Peternakan. Universitas Hasanudin Makasar. Haryadi. 2013. Analisis Kadar Alkohol Hasil Fermentasi Ketan Dengan Metode Kromatografi Gas Dan Uji Aktifitas Saccharomyces cereviceaae secara Mikroskopis. Jurusan Teknik Kimia. Universitas Diponegoro Semarang.
Fardiaz, Srikandi. 2001. Mikrobiologi Pangan Dasar. Universitas Terbuka : Jakarta. Ferdinand, Fictor P And Moekti Ariebowo. 2009. Praktis Belajar Biologi. Sekolah Menagah Atas/Madrasah Aliyah. Program Ilmu Pengetahuan Alam.
Haryadi, Nurliana dan Sugito. 2013. Nilai pH Dan Jumlah Bakteri Asam Laktat Kefir Susu Kambing Setelah Difermentasi Dengan Penambahan Gula Dengan Lama Inkubasi Yang Berbeda. Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Foods Standards Australia New Zealand. 2005. Cyanogenic glycosides in Cassava And Bamboo Shoots. Ters edia di http://www.foodstandards.g ov.au/srcfiles/28cyanogenic_glyco sides.pdf. (Online). Diakses tanggal 2 Februari 2015.
Hasan, Ani M. 2003. Pengaruh Daya Racun Patulin Dan Zearalenon Pada Jaringan Organ Mencit (Mus musculus). (Disertasi). Malang : Program Studi Pendidikan Biologi, PASCASARJANA, Universitas Negeri Malang.
Gandjar, Ibnu Ghalib dan Abdul Rahman. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar : Yogyakarta. Giayarto. 2010. Produksi Tannase Menggunakan Aspergillus niger Dalam Media Limbah Kulit Buah Kopi. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. (Jurnal). Vol. 4 , No. 1, 27-34.
Julistiana, Ra Erika. 2009. Pengembangan Dan Validasi Metode Pengujian Kadar Sianida Dalam Limbah Cair Secara Spektroskopi Uv-Vis. Skripsi. Departemen Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Hading, Asriyadhi Rasyid. 2014. Kandungan Protein Kasar, Lemak Kasar, Serat Kasar, Dan BETN Silase Pakan Lengkap Berbahan Dasar Rumput Gajah Dan Biomassa Murbe. Fakultas
Kuntze. O. 1891. Detil data Tacca leont opetaloides. Tersedia di http://ww w.proseanet.org/prohati2/browser. 10
Ndouyang, Collinlaw J. Nicolas Y. Njintang, Balaam Facho, Joel Scher, Carl M. Anda F. Mbofung. 2015. Effect of Processing Method on the Antinutrient Content of Tacca leontopetaloides (L.) Kuntze Flour. Faculty of Sciences, University of Ngaoundere, P.O. Box 454, Ngaoundere, Cameroon. British Applied Science & Technology (Journal) 5(3): 258269.
php?docsid=496. (Online). Diakses tanggal 02 Februari 2015. Kurniawan, Deny. 2010. Pengaruh Kepadatan Larva Aedes Aegypti Dan Kekeringan Terhadap Survival Dan Patogenesitas Cendawan Aspergillus niger. (Skripsi). Departemen Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.
Rahmawati, R.D. 2006. Studi Viabilitas dan Aktivitas Antimikrobial Bakteri Probiotik (Lactobacillus acidophillus) dalam Medium Fermentasi Berbasis Susu dan Bekatul Selama Proses Fermentasi. Skripsi. Jurusan THP. Universitas Brawijaya. Malang.
Meena, K.L. and B.L. Yadaf. 2010. Tacca leontopetaloides (Linn) O Luntze (Taccaceae). New Rocord to the Flora of Rajhastam Indian Journal Of Nature Products and Resources. Vol. 1 (4) : 512-514. Mustafa, Hestin. 2015. Deskripsi Tumbuhan Ubi Teo (Tacca leontopetaloides) Di Pulau Besar Desa Torosiaje Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato. Skripsi. Gorontalo : Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Gorontalo.
Sa’adah, Zulfatus dan Noviana Ika S., Abdullah. 2010. Produksi Enzim Selulase oleh Aspergillus niger Menggunakan Substrat Jerami dengan Sistem Fermentasi Padat. Artikel ilmiah. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNDIP Semarang.
Murugan K, Yasotha, Sekar K, AlSohaibani S. 2012. Detoxification Of Cyanides In Cassava Flour By Linamarase Of Bacillus Subtilis Km05 Isolated From Cassava Peel. Afr J Biotechnol. 11:72327237
Sinukaban, Jacki E. 2011. Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) yang Difermentasi Aspergilus niger dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Kelinci Jantan Umur 8-18 Minggu. Medan : Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Mursyidi, Achmad. 2000. Bioteknologi dan Masalah Makanan, Minuman, Dan Obat. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. (Jurnal). Vol. 1, No. 1.
Stephanie dan Purwadaria. 2013. Fermentasi Substrat Pada Kulit 11
Singkong Sebagai Bahan Pakan Ternak Unggas. Fakultas Teknobiologi, Prodi Master Bioteknologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. (Jurnal). Vol. 23 No. 1.
Tintus, H Libertus. 2008. Dosis efektif kombinasi natrium tiosulfat dan natrium Nitrit sebagai antidot keracunan sianida akut pada Mencit jantan galur swiss. (Skripsi). Fakultas Farmasi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Suciati, Andi. 2012. Pengaruh Lama Perendaman Dan Fermentasi Terhadap Kandungan HCN Pada Tempe Kacang Koro (Canavalia Ensiformis L). (Skripsi). Makasar. Jurusan teknologi pertanian, Fakultas pertanian Universitas Hasanuddin Makassar.
Ubawa, S.T, B.A. Anhwange and J.T. Chia. Chemical Analysis of Tacca leontopetalides Peels. Departmen of Chemistry, Benue State University. American of Food Technology (Journal). 6. ISSN 1557-4571. Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia.
Sundari, Retna. 2008. Evaluasi Pemanfaatan Laboratorium Dalam Pembelajaran Biologi di Madrasah Aliyah Negeri Sekabupaten Sleman. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. (Jurnal). Nomor 2. Tahun XII.
Zubaidah, Elok dan Noviatul Irawati. 2012. Pengaruh Penambahan Kultur (Aspergillus niger, Lactobacillus plantarum) dan lama fermentasi terhadap karakteristik Mocaf. Penelitian. Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP, UB : Staf Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP, UB.
Triyono A, Sri Kumalaningsih, Wignyanto, Vitta Rizky Permatasari. 2014. Pengaruh Jenis Mikroorganisme dan pH Terhadap Kualitas Probiotik dari Ampas Tahu. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya Tampoebolon, Baginda Iskandar Moeda. 2009. Kajian Perbedaan Aras Dan Lama Pemeraman Fermentasi Ampas Sagu Dengan Aspergillus niger terhadap Kandungan Protein Kasar Dan Serat Kasar. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro.
12