UJI EFEKTIVITAS TAURIN DAN Gracillaria sp. TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN HIPERKOLESTEROLEMIA Skripsi
Oleh
Icsni Poppy Resta
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRAK
UJI EFEKTIVITAS TAURIN DAN Gracillaria sp. TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN HIPERKOLESTEROLEMIA
Oleh Icsni Poppy Resta
Hiperkolesterolemia merupakan suatu kondisi saat jumlah kolesterol melebihi kadar normal dalam tubuh. Tujuan dari penelitian ini untuk menguji efektifitas taurin dan Gracillaria sp. serta menentukan penggunaan bahan yang paling efektif dalam menurunkan kadar kolesterol total pada mencit setelah efek hiperkolesterolemia. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan metode Rancangan Acak Lengkap menggunakan 30 ekor mencit jantan. Subjek penelitian dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan dengan 5 pengulangan, yaitu kontrol negatif (K-) hanya diberi pakan standar (pellet) sampai akhir masa penelitian, kontrol positif (K+) diberi diet hiperkolesterol (suspensi otak sapi 1 ml/hari) sampai akhir masa penelitian, kontrol pembanding (KP), perlakuan 1, 2, dan 3 (P1, P2, dan P3) diberi diet hiperkolesterol selama 14 hari. Kemudian 14 hari berikutnya KP diberi pakan standar, P1 diberi taurin 15,6 mg/gBB/hari, P2 diberi Gracillaria 32 mg/gBB/hari, dan P3 diberi campuran taurin 15,6 mg/gBB/hari + Gracillaria 32 mg/gBB/hari. Pengujian kolesterol dilakukan menggunakan alat tes strip kolesterol Nesco pada hari ke 0, 14, dan 28. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji LSD α = 5%. Hasil yang diperoleh menunjukkan pemberian larutan Gracillaria 32 mg/gBB/hari mampu menurunkan rata-rata kadar kolesterol tertinggi hingga 93,8 mg/dl dan pemberian kombinasi larutan taurin 15,6 mg/gBB/hari + Gracillaria 32 mg/gBB/hari menurunkan rerata kadar kolesterol sebesar 30,6 mg/dl dalam 14 hari. Kadar kolesterol keduanya lebih rendah secara nyata terhadap kadar kolesterol KP (P<0,05) dan tidak berbeda nyata terhadap kadar kolesterol mencit normal (K-) (P>0,05). Demikian juga dengan pemberian taurin 15,6 mg/gBB/hari menurunkan rerata sebesar 12,2 mg/dl meskipun tidak signifikan terhadap KP (P>0,05). Kata Kunci : Kolesterol total, mencit jantan, taurin, Gracillaria sp., hiperkolesterolemia.
UJI EFEKTIVITAS TAURIN DAN Gracillaria sp. TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN HIPERKOLESTEROLEMIA
Oleh
Icsni Poppy Resta
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA SAINS Pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Provinsi Lampung, pada tanggal 21 Mei 1994, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Tommy Sutami dan Ibu Samaria. Penulis mulai menempuh pendidikan pertamanya di Taman Kanak – Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal Panjang, Kota Bandar Lampung pada tahun 1998. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 3 Panjang Utara Kota Bandar Lampung. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 11 Kota Bandar Lampung pada tahun 2006, dan pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 6 Kota Bandar Lampung. Pada tahun 2012, penulis tercatat sebagai salah satu mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tertulis. Selama menjadi mahasiswa di Jurusan Biologi FMIPA Unila, penulis memperoleh beasiswa penuh selama 4 tahun dari Bidikmisi yang merupakan program bantuan dana kuliah dari Dikti. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah
iii
Biologi Umum Jurusan Biologi dan Fakultas Pertanian, Sains Dasar Jurusan Biologi dan Kimia, Biomedik Fakultas Kedokteran, Biosistematika Hewan, Embriologi Hewan, Fisiologi Hewan, Pengenalan Alat Laboratorium, Genetika, Algalogi, dan Planktonologi pada tahun 2014 hingga tahun 2016. Selain itu, penulis juga aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) Unila sebagai anggota Bidang Sains dan Teknologi tahun kepengurusan 2013 – 2014 dan tahun 2014 – 2015. Pada tahun 2015, penulis melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata di Desa Mulyo Dadi, Kecamatan Rawa Pitu, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Kemudian di tahun yang sama penulis melaksanakan Kerja Praktik di Balai Veteriner Lampung, Provinsi Lampung, dengan judul “Uji Angka Lempeng Total (ALT) Pada Daging Sapi (Bos sp.) di Balai Veteriner Lampung”. Pada tahun 2016, penulis melaksanakan penelitian akhir dengan judul “Uji Efektivitas Taurin dan Gracillaria sp. Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total Mencit (Mus musculus L.) Jantan Hiperkolesterolemia” di bawah bimbingan ibu Endang Linirin Widiastuti, Ph.D., ibu Dra. Sri Murwani, M.Sc., dan bapak Drs. Hendri Busman, M.Biomed..
PERSEMBAHAN
Bissmillahir Rahmaanir Rahiim Dengan mengucap syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan kasih-Nya untuk setiap nikmat kekuatan, kesabaran, kemudahan, dan kesehatan yang tak terputus. Tercurah pula shalawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada :
Almarhum Ayah dan Almarhumah Mamahku tercinta serta kedua orangtua angkatku terkasih Sebagai sumber motivasi terbesar dalam hidupku. Kakak dan adikku, Kakek, Nenek, dan seluruh keluarga besarku tercinta yang selalu ada untukku dan tak tergantikan. Guru-guru dan dosen-dosen Sahabat-sahabatku Untuk segala pelajaran hidup dan suasana bahagia yang tercipta. Almamater Tercinta.
MOTTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu sudah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. Insyirah: 6-8) Standar terbaik untuk mengukur keberhasilan anda dalam kehidupan adalah dengan menghitung jumlah orang yang telah anda buat bahagia. (Robet J. Lumsden) Hard work beats talent when talent doesn’t work hard. (Tim Notke) Jika KEYAKINAN adalah alasan terbesar untuk tetap bangkit dan berjuang meraih sesuatu, maka SABAR adalah pendampingnya. (Anonim) Your blessing aren’t dressed the same as someone else’s. Continue to work hard in your life. Continue to give thanks for your abilities. Continue to journey in your own light, that is extremely important. (Alex Elle)
vi
SANWACANA
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur atas rahmat Allah SWT dengan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan salah satu syarat dalam menempuh pendidikan strata satu (S1) atau sarjana dalam bidang sains yaitu skripsi yang berjudul “UJI EFEKTIVITAS TAURIN DAN Gracillaria sp. TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN HIPERKOLESTEROLEMIA”.
Dengan terselesaikannya skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – sebesarnya kepada: 1.
Alm. ayah (Tommy S.) dan Almh. mama (Samaria) untuk cinta kasihnya hingga akhir hayat. Kedua orangtua angkatku tercinta, bapak Yusro dan mama Ismawati, terimakasih untuk do’a, semangat, dukungan, dan pengorbanan yang besar sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
2.
Ibu Endang Linirin Widiastuti, Ph.D., selaku pembimbing I yang telah begitu sabar membimbing, menasehati, memberi saran, kritik, serta kepercayaan bagi penulis.
vii
3.
Ibu Dra. Sri Murwani, M.Sc., selaku pembimbing II, terimakasih atas bimbingan, saran, dan nasihatnya dalam menyelesaikan skripsi ini.
4.
Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Unila, terimakasih untuk setiap nasihat, saran, dan motivasi yang membangun bagi penulis.
5.
Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
6.
Bapak Drs. Hendri Busman, M.Biomed., selaku penguji skripsi, terimakasih atas bimbingan, saran, dan kritik, serta ketersediannya menjadi pembahas dalam penelitian ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
7.
Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si., selaku pembimbing akademik yang telah membimbing, memberi nasehat, saran, dan motivasi untuk penulis.
8.
Kepala Laboratorium Biologi Molekuler yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian ini serta Laboran Laboratorium Biologi Molekuler (mbak Nunung) yang telah membantu, membimbing, dan memberi nasihat kepada penulis selama penelitian.
9.
Bapak dan Ibu Dosen, laboran dan karyawan Jurusan Biologi FMIPA Unila, terimakasih atas ilmu, bimbingan, dan bantuannya kepada penulis.
10. Kakak dan adikku tersayang (Hafik M. dan Mario Lan) dan keluarga besarku terimakasih atas doa, kasih sayang, kesabaran, semangat, dukungan baik moril maupun materil, dan nasehat – nasehatnya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 11. Partner penelitian Sabrina Prihantika yang selalu sabar memberikan semangat, motivasi, bantuan, dan canda tawa selama penelitian ini.
viii
12. Seluruh sahabat seperjuangan tersayang, Nora, Erika, Khorik, Henny, Mustika, Lutfi, dan keluarga Biologi angkatan 2012 lainnya yang belum penulis sebutkan, terimakasih atas dukungan, bantuan, saran, kritik, canda, tawa, dan kebersamaannya untuk penulis. 13. Annisa Rizka Amalia, S.Si., Anny Ayu Safitri, Emmy Indriawati, A.Md.AK., Fidelia Alonigratia, A.Md.Far., Revi Junita, S.Kom., Nurmala Sari, S.Pd., terimakasih untuk semangat dan persahabatan yang selalu memotivasi, always be my favorite girls. 14. Kakak tingkat 2009, 2010, 2011, adik – adik 2013, 2014, 2015 dan seluruh Wadya Ballad Himbio yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih kebersamaan dan pembelajaran yang sangat berarti bagi penulis. 15. Almamater tercinta. Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah dan barokah kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penyusunan skripsi ini dan jauh dari kesempurnaan, akan tetapi besar harapan semoga hasil tulisan ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb. Bandar Lampung, Juli 2016 Penulis,
Icsni Poppy Resta
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ................................................................ ............................................. i RIWAYAT HIDUP ...................... ......................................................................... ii PERSEMBAHAN ................................................................................................ iv MOTTO ................................................................................................................. v SANWACANA ......................................................................................................vi DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv I.
PENDAHULUAN A. B. C. D. E.
Latar Belakang ................................................................................... ........1 Tujuan Penelitian ................................................................................. ..... 4 Manfaat Penelitian ............................................................................... ......4 Kerangka Pemikiran ...................................................................................4 Hipotesis ..................................................................................... ...............5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol .................................................... ................ .............. ........ ...... 6 1. Definisi Kolesterol ..................................... ........... .............. ............... 6 2. Klasifikasi Kolesterol ............................................ .............. ................7 3. Faktor yang mempengaruhi Jumlah Kolesterol Tubuh ...................... ..9 4. Pemeriksaan Laboratorium Untuk Mengetahui Kadar Kolesterol .....10 a. Kolesterol Total ..................................... ......... .............. ............. 10 b. LDL Kolesterol ..................................... .......... .............. ............. 10 c. HDL Kolesterol ..................................... .......... .............. ............. 10 d. Rasio Kolesterol Total : HDL Kolesterol .................................... 10 e. Kadar Trigliserida ..................................... ...... .............. ............. 11 5. Biosintesis Kolesterol ........................................................................ 12 6. Hiperkolesterolemia .......................................................................... 13
x
B. Taurin ................................................................. ................. ...... ........ .....15 C. Gracillaria sp. ............................................................................... ..... .....16 1. Morfologi Gracillaria sp. ................................................................. .16 2. Klasifikasi Gracillaria sp. ................................................................. 17 3. Habitat dan Penyebaran ..................................................................... 18 4. Kandungan Nutrisi ............................................................................. 18 D. Mencit (Mus musculus L.) ......................................... ..............…….. ....20 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 23 B. Alat dan Bahan ......................................................................................... 23 C. Pelaksanaan penelitian ......................................................................... ....24 1. Persiapan Hewan Uji ......................................................................... .25 2. Pemberian Pakan Tinggi Kolesterol ................................................... 25 3. Persiapan Dosis Taurin .......................................................................26 4. Pembuatan Pakan Alga Merah Gracillaria sp. .................................. 26 5. Pemberian Perlakuan ......................................................................... .27 6. Pengambilan Sampel Darah ............................................................... 28 7. Pengukuran Kadar Kolesterol Darah Mencit Jantan .......................... 28 8. Analisis Data ......................................................................... . ...... .....29 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...................................................... .................... ........ .... 30 1. Kadar Kolesterol Total Mencit Setelah Pemberian Diet Hiperkolesterol ................................. .................................... ........ .... 30 2. Kadar Kolesterol Total Mencit Setelah Pemberian Diet Hipokolesterol ................................ .................................................... 32 3. Nilai Rerata Berat Badan Mencit (Mus musculus L.) Selama Masa Penelitian ......................................... ..................................... ........ .... 33 B. Pembahasan ........................................... ..................................... ........ .... 35 V. KESIMPULAN A. Kesimpulan ........................................... .................................... ........ .... 41 B. Saran ....………………………………………....................................... 41 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Komposisi Lipoprotein ................................................................ .............7 Tabel 2. Kadar Kolesterol Darah ... ....................................................................... 12 Tabel 3. Kandungan Nutrisi Gracillaria sp. Kering ............................................. 19 Tabel 4. Data Biologi Mencit ............................................................................... .22 Tabel 5. Rerata Kadar Kolesterol Total Pada Mencit Hiperkolesterolemia Setelah Perlakuan Diet Hipokolesterol .... ............................. ... ........ .... 32
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Struktur Kimia Kolesterol (C27H46O) . ................................................... 6 Gambar 2. Struktur Kimia Taurin (C2H7NO3S) ..... . ................................................. 15 Gambar 3. Morfologi Gracillaria verrucosa ..... ................................. .. ........ ......... 17 Gambar 4. Mencit (Mus musculus L.) ..................................................................... 20 Gambar 5. Diagram Alir Penelitian ......................................................................... 24 Gambar 6. Kadar Kolesterol Mencit Setelah Perlakuan Hiperkolesterolemia ........ 31 Gambar 7. Rerata Perkembangan Berat Badan Mencit Selama Masa Penelitian ... 34 Gambar 8. Mencit (Mus musculus L.) jantan .......................................................... 63 Gambar 9. Lab animal house ................................................................................... 63 Gambar 10. Otak sapi .............................................................................................. 63 Gambar 11. Bubuk Gracillaria sp. .......................................................................... 63 Gambar 12. Taurin ................................................................................................... 63 Gambar 13. Gelas ukur dan akuades ....................................................................... 63 Gambar 15. Tisu, spuit, dan sonde .......................................................................... 63 Gambar 14. Neraca analitik ..................................................................................... 63 Gambar 16. Tabung dan rak tabung reaksi .............................................................. 64 Gambar 17. Strip cek kolesterol .............................................................................. 64 Gambar 18. Alat tes strip kolesterol ........................................................................ 64 Gambar 19. Pengukusan otak sapi .......................................................................... 64 Gambar 20. Blanding otak sapi .............................................................................. 64 Gambar 21. Pengadukan suspensi otak sapi ............................................................ 64 Gambar 22. Pemberian suspensi otak sapi .............................................................. 64
xiii
Gambar 23. Penimbangan taurin dan bubuk Gracillaria ........................................ 64 Gambar 24. Pembuatan larutan Gracillaria ............................................................ 64 Gambar 25. Pengambilan sampel darah .................................................................. 65 Gambar 26. Pemeriksaan kadar kolesterol total ...................................................... 65 Gambar 27. Kadar kolesterol mencit hiperkolesterolemia ...................................... 65 Gambar 28. Kadar kolesterol mencit normal ........................................................... 65
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Data kadar kolesterol darah mencit selama penelitian ................
50
Lampiran 2. Data berat badan mencit selama penelitian .................................
51
Lampiran 3. Uji statistik kadar kolesterol total mencit setelah aklimasi (hari ke-0) pada seluruh perlakuan ............................................
53
Lampiran 4. Uji statistik kadar kolesterol total mencit setelah perlakuan diet hiperkolesterol (hari ke-14) pada seluruh perlakuan ...........
54
Lampiran 5. Uji statistik kadar kolesterol total mencit setelah perlakuan diet hipokolesterol (hari ke-28) pada seluruh perlakuan ............
57
Lampiran 6. Uji statistik bobot tubuh mencit setelah aklimasi (hari ke-0) pada seluruh perlakuan ..............................................................
60
Lampiran 7. Uji statistik bobot tubuh mencit setelah pemberian diet hiperkolesterol (hari ke-14) pada seluruh perlakuan .................
61
Lampiran 8. Uji statistik bobot tubuh mencit setelah pemberian diet hipokolesterol (hari ke-28) pada seluruh perlakuan ..................
62
Lampiran 9. Alat dan bahan yang digunakan dan kegiatan penelitian .............
63
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hiperkolesterolemia merupakan suatu kondisi dimana kadar kolesterol melebihi batas normal di dalam tubuh. Kolesterol adalah senyawa sterol utama yang dibutuhkan tubuh namun hanya dalam jumlah yang sedikit (Hernawati, 2011). Apabila jumlahnya berlebih dapat memicu timbulnya penyakit lain seperti penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke yang diketahui sebagai salah satu penyebab utama kematian di beberapa negara maju dan berkembang (Wikanta et al., 2003). Penyakit jantung koroner merupakan kelainan otot jantung akibat berkurangnya aliran darah karena terjadinya penyempitan (aterosklerosis) pembuluh darah koroner oleh kolesterol yang secara kompleks melapisi dinding pembuluh darah bagian dalam (Herpandi et al., 2006). Kadar kolesterol total sangat berpengaruh terhadap insiden aterosklerosis dan penyakit jantung koroner tersebut. Menurut Lutfiana (2006), penyebab yang paling prediktif adalah rasio Low Density Lipoprotein (LDL) yang tinggi dan High Density Liporotein (HDL) kolesterol yang rendah. Faktanya kondisi hiperkolesterol bersifat reversibel, dapat normal kembali apabila kadar kolesterol dalam darah berhasil dikontrol dengan baik, terutama menurunkan kadar LDL plasma dan meningkatkan HDL plasma.
2
Taurin merupakan salah satu senyawa asam sulfonat amino yang mampu mengontrol kolesterol dengan meningkatkan sintesis lipoprotein di hati. Peningkatan lipoprotein tersebut berbanding lurus dengan peningkatan kolesterol baik atau dikenal dengan HDL. HDL berfungsi menghancurkan kelebihan kolesterol jahat atau LDL yang beredar, sehingga menjadi indikator berkurangnya resiko penyakit hiperkolesterolemia (Shim et al., 2009). Selain berperan dalam proses metabolisme kolesterol, taurin juga berfungsi menstimulasi glikolisis dan glikogenesis, mengurangi resiko penyakit kardiovaskular, antihipertensi, antidiabetes, stabilitas membran, menghambat neurotransmitter, mengatur keseimbangan ion Ca⁺ dan Na- pada sel, memacu pertumbuhan, osmoregulasi, dan penglihatan (Kim et al., 2012). Upaya pencegahan, perawatan, dan pengobatan penyakit yang disebabkan kolesterol juga dapat dilakukan melalui pengobatan alternatif dengan menggunakan bahan alami. World Health Organization (WHO) sedang giat mencanangkan program back to nature (kembali ke alam) dan memperhatikan pentingnya sistem pengobatan tradisional untuk dikaji dan dikembangkan. Anjuran Departemen Kesehatan RI untuk kembali ke obat-obatan tradisional adalah suatu anjuran yang tepat karena bahannya yang mudah didapat, murah, serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Sudarsono, 2006). Rumput laut dari jenis Gracillaria sp. telah banyak dikonsumsi oleh masyarakat pesisir karena dipercaya memiliki efek pengobatan beberapa penyakit (Kang et al., 2005). Selain itu, Gracillaria sp. merupakan sumber serat pangan yang baik karena mengandung serat larut dan tak larut air yang sangat bermanfaat bagi
3
tubuh (Utomo et al., 2009). Menurut Astawan et al. (2003), mengkonsumsi makanan tinggi serat memiliki manfaat kesehatan seperti menurunkan konsentrasi kolesterol pada penderita hiperkolesterolemik, menurunkan kebutuhan insulin pada penderita diabetes, menurunkan konsentrasi trigliserida serum pada penderita hipertrigliseridemia, menurunkan resiko aterosklerosis, mengurangi resiko penyakit kanker tertentu, dan baik untuk penderita obesitas. Gracillaria sp. merupakan salah satu makro alga yang termasuk dalam kelas alga merah (Rhodophyta). Gracillaria sp. mengandung senyawa aktif yang berperan dalam menurunkan kolesterol seperti betakaroten, vitamin A dan C sebagai antioksidan, dan zat koloid hidrofilik (hidrokoloid) berupa agar dan karagenan sebagai komponen primernya (Julyasih et al., 2010 dan Hernawati et al., 2013). Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa rumput laut yang mengandung komponen agar dan karagenan mempunyai pengaruh kuat dalam menurunkan kadar kolesterol plasma. Komponen agar dalam Gracillaria sp. dapat menurunkan kolesterol darah hingga 39% (Ren et al., 1994), sedangkan kandungan karagenannya mempunyai potensi tinggi dalam menurunkan kolesterol melalui penghambatan absorpsi kolesterol di usus (Subroto, 2011). Selain kedua zat tersebut, Gracillaria juga kaya akan protein yaitu sebesar 6,59 g/100 g, karbohidrat, mineral, vitamin, dan sedikit lemak (Winarto dan Tim Lentera, 2004). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efek fisiologis dari taurin, Gracillaria sp., dan kombinasi taurin dengan Gracillaria terhadap profil total kolesterol darah pada mencit jantan.
4
B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui efektivitas taurin, Gracillaria sp., dan kombinasi taurin dengan Gracillaria sp. terhadap penurunan kadar kolesterol total mencit (Mus musculus L.) jantan setelah pemberian diet tinggi kolesterol. 2. Menentukan penggunaan bahan yang paling efektif antara taurin, Gracillaria sp., dan kombinasi taurin dengan Gracillaria sp. dalam menurunkan kolesterol total.
C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai efektivitas diet taurin dan Gracillaria sp. terhadap penurunan kadar kolesterol total sebagai pengobatan alternatif penderita hiperkolesterolemia.
D. Kerangka Pemikiran Penyakit jantung koroner dan stroke saat ini menjadi salah satu penyebab tingginya angka kematian di negara-negara maju dan berkembang. Penyakit tersebut merupakan manifestasi klinis dari penyakit hiperkolesterolemia yang disebabkan peningkatan kadar kolesterol dalam darah. Senyawa taurin dapat mengontrol kadar kolesterol dengan cara meningkatkan sintesis lipoprotein yang berperan dalam sintesis HDL dan mengontrol metabolisme lipid di hati. HDL tersebut dapat menghancurkan kelebihan LDL yang beredar. Semakin tinggi
5
kadar kolesterol HDL, merupakan indikasi berkurangnya resiko penyakit hiperkolesterolemia. Selain dengan memanfaatkan taurin, rumput laut Gracillaria sp. juga dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol darah. Kandungan serat yang tinggi pada Gracillaria diduga mempunyai sifat amba (bulky) yang dapat mengikat kolesterol dan langsung dibawa melewati sistem pencernaan yang selanjutnya dibuang bersama faeces. Semakin banyak serat yang berikatan dengan kolesterol, maka semakin banyak pula kolesterol yang dimetabolisme, sehingga pada akhirnya kadar kolesterol menurun. Pada peneletian ini dilakukan pemberian senyawa taurin dan Gracillaria sp. sebagai diet hipokolesterol mencit diharapkan dapat menurunkan kadar kolesterol total mencit setelah efek hiperkolesterolemia.
E. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pemberian taurin, Gracillaria sp., dan kombinasi taurin dengan Gracillaria sp. efektif dalam menurunkan kolesterol total mencit (Mus musculus L.) jantan hiperkolesterolemia. 2. Kombinasi taurin dengan Gracillaria sp. merupakan pengobatan yang paling efektif untuk menurunkan kadar kolesterol total pada mencit (Mus musculus L.) jantan hiperkolesterolemia.
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kolesterol 1. Definisi Kolesterol Kolesterol merupakan sterol utama dalam jaringan manusia yang mempunyai formula C27H46O, dan dapat dinyatakan sebagai 3 hidroksi-5,6 kolesten karena hanya mempunyai satu gugus hidroksil pada atom C3 dan ikatan rangkap pada C5 dan C6 serta percabangan pada C12, C13 dan C17 (Hernawati, 2011) (Gambar 1).
Gambar 1. Struktur Kimia Kolesterol (C27H46O) (Murray et al., 2003). Kolesterol adalah substansi lemak hasil metabolisme di dalam sel yang banyak ditemukan dalam struktur tubuh manusia maupun hewan. Fungsinya sebagai komponen pembentuk membran struktural sel dan komponen sel otak maupun saraf. Kolesterol diperlukan oleh tubuh namun dalam jumlah sedikit, apabila jumlah kolesterol berlebih di dalam tubuh akan membahayakan tubuh karena dapat menyebabkan berbagai penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, kanker, hipertensi, dan diabetes. Orang dewasa rata-rata membutuhkan 1,1 gr
7
kolesterol untuk memelihara dinding sel dan fungsi lain. Dari jumlah itu, 25% - 40% (200 mg – 300 mg) secara normal berasal dari makanan dan selebihnya dari endogen (biosintesis), terutama oleh hati, kemudian oleh usus kecil (Almatsier, 2004). Kolesterol darah adalah kolesterol yang terlarut dalam plasma darah yang bisa berupa kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang sebagai ester kolesterol (Murray et al., 2003). Kolesterol tidak dapat larut dalam air. Oleh karena itu, agar bisa diangkut, kolesterol harus bergabung dengan molekul lemak dan protein, sehingga gabungan ini dinamakan lipoprotein, yang kepadatannya berbeda-beda sesuai komposisi dan kekompakan kandungannya yang terdiri dari kolesterol, trigliserida, dan protein (Tabel 1). Sehingga dikenal adanya kolesterol berkepadatan rendah (LDL/low density lipoprotein), dan kolesterol berkepadatan tinggi (HDL/high density lipoprotein) (Sudoyo et al., 2007). Tabel 1. Komposisi Lipoprotein Trigliserida (%) 1 Kilomikron 80 – 90 2 VLDL 55 – 65 3 LDL 10 4 HDL 5 Sumber : Almatsier (2001) No Lipoprotein
Kolesterol (%) 2–7 10 – 15 45 20
Fosfolipida (%) 3–6 15 – 20 22 30
Protein (%) 1–2 5 – 10 25 45 – 50
2. Klasifikasi Kolesterol Berdasarkan kepadatannya, kolesterol dibedakan kolesterol berkepadatan rendah (LDL / low density lipoprotein) dan kolesterol berkepadatan tinggi (HDL / high density lipoprotein). LDL dikenal dengan kolesterol “jahat” atau
8
merugikan, beredar dalam tubuh mengangkut 60-80% kolesterol yang diperlukan oleh tubuh dan akan diserap sel-sel sebagai bahan pembuat hormon dan sel-sel tubuh. Tidak semua LDL akan digunakan sehingga sisanya terbuang dan tetap mengalir dalam darah, karena sifat kepadatan/densitinya rendah, LDL kolesterol dapat menumpuk dan menempel di dinding pembuluh darah, menjadikan pembuluh darah tersebut menyempit, sehingga mengurangi volume darah yang mengalir membawa nutrisi maupun oksigen keseluruh jaringan tubuh. Oleh karena itu, angka normal LDL paling baik adalah kurang dari 130 mg/dl (Rubenstein et al., 2007). HDL dikenal sebagai kolesterol “baik” atau menguntungkan karena terdiri dari protein dan hanya mengandung sedikit lemak. Fungsinya dapat menghancurkan kelebihan LDL yang beredar, memperbaiki kerusakan yang ditimbulkannya, termasuk merontokkan LDL yang menempel pada dinding pembuluh darah. Oleh karena itu semakin tinggi kadar kolesterol HDL, merupakan indikasi berkurangnya resiko penyakit yang disebabkan penyumbatan pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner dan stroke (serangan otak /cerebro vascular attack). Sebagai pedoman aman terhadap resiko penyakit penyempitan pembuluh darah tersebut, maka rasio perbandingan yang baik, antara HDL dan LDL agar tidak kurang dari 1 : 3. (Rubenstein et al., 2007). Selanjutnya berdasarkan sumbernya, kolesterol dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Kolesterol yang berasal dari makanan (kolesterol eksogen) 2. Kolesterol yang diproduksi sendiri oleh tubuh (kolesterol endogen)
9
Apabila kolesterol yang berasal dari makanan sedikit, untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan organ lain, maka sintesis kolesterol di dalam hati dan usus akan meningkat. Demikian juga sebaliknya, jika jumlah kolesterol dalam makanan meningkat maka sintesis kolesterol dalam hati dan usus akan menurun (Hernawati, 2011).
3. Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Kolesterol Tubuh Jumlah kolesterol dalam sel di dalam tubuh manusia dan hewan diatur oleh banyak faktor. Pada umumnya semua faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu faktor luar sel, seperti jumlah kolesterol bebas atau yang terikat dalam lipoprotein di luar sel, persediaan asam lemak bebas, dan adanya hormon tertentu. Kedua, faktor dalam sel, seperti kegiatan sistem enzim yang berperan dalam katabolisme kolesterol, jumlah persediaan terpenoida, lanosterol, dan skualen sebagai prekursor untuk sintesis kolesterol, jumlah hasil metabolisme kolesterol, adanya kegiatan pengangkutan kolesterol atau derivatnya keluar dari sel dengan mekanisme pengangkutan aktif melalui membran sel, dan pengaruh viskositas membran. Kedua macam faktor tersebut bekerja saling berhubungan dalam mengatur biosintesis kolesterol. Perubahan yang terjadi pada faktor yang satu akan mempengaruhi faktor yang lainnya, atau sebaliknya, sehingga akan mempengaruhi laju biosintesis kolesterol (kolesterogenesis) (Hernawati, 2011).
10
4. Pemeriksaan Laboratorium Untuk Mengetahui Kadar Kolesterol a. Kolesterol Total Kadar kolesterol total darah yang sebaiknya adalah < 200 mg/dl bila > 200 mg/dl berarti risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) meningkat. Bila kadar kolesterol darah berkisar antara 200-239 mg/dl, tetapi tidak ada faktor resiko lainnya untuk PJK maka biasanya tidak diperlukan penanggulangan yang intensif. Akan tetapi bila dengan kadar tersebut didapatkan PJK atau 2 faktor risiko lainnya untuk PJK maka diperlukan pengobatan yang intensif seperti halnya penderita dengan kadar kolesterol yang tinggi atau > 240 mg/dl (Anwar, 2003) (Tabel 2).
b. LDL Kolesterol Kadar LDL kolesterol lebih tepat dijadikan indikator untuk mengetahui risiko PJK dibandingkan kadar kolesterol saja (Anwar, 2003). c. HDL Kolesterol Makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar kemungkinan resiko terjadinya hiperkolesterolemia. Sehingga semakin tinggi kadar HDL maka kadar kolesterol darah semakin normal (Anwar, 2003).
d. Rasio Kolesterol Total : HDL Kolesterol Rasio kolesterol total : HDL kolesterol sebaiknya < 4,6 pada laki-laki dan < 4,0 pada perempuan. Makin tinggi rasio kolesterol total : HDL kolesterol, risiko hiperkolesterol makin meningkat. Pada beberapa orang yang mempunyai kadar kolesterol total yang normal dapat menderita hiperkolesterol juga karena disebabkan rasio kolesterol total : HDL
11
kolesterol yang meninggi. Contoh penderita dengan kolesterol total 140185 mg/dl, HDL kolesterol 20-22 mg/dl maka rasio kolesterol total : HDL kolesterol lebih besar dari 7. Jadi tidak hanya kadar kolesterol total yang meninggi saja yang berbahaya, akan tetapi rasio kolesterol total : HDL kolesterol yang meninggi juga merupakan faktor resiko terjadinya PJK (Anwar, 2003).
e. Kadar Trigliserida Trigliserida merupakan lemak di dalam tubuh yang terdiri dari 3 jenis lemak yaitu lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal, dan lemak tidak jenuh ganda. Kadar trigliserida yang tinggi merupakan faktor resiko untuk terjadinya hiperlipidemia. Kadar trigliserida perlu diperiksa pada keadaan kadar kolesterol total >200 mg/dl (Anwar, 2003) (Tabel 2). Pengukuran kadar trigliserida kadang-kadang diperlukan untuk menghitung kadar LDL kolesterol, karena pemeriksaan laboratorium biasanya langsung dapat mengukur kolesterol total, HDL kolesterol dan trigliserida sedangkan untuk mendapatkan kadar LDL kolesterol menggunakan metode Barras (1994), dengan rumus sebagai berikut: LDL = Kolesterol total – HDL – Trigliserida/5 Misalnya : bila kolesterol total 200 mg/dl, HDL kolesterol 50 mg/dl dan trigliserida 100 mg/dl, maka: LDL = 200 – 50 – 100/5 = 130 mg/dl
Untuk mengukur kadar trigliserida harus puasa 12 jam sebelum pemeriksaan darah karena kadarnya akan meningkat segera setelah makan. Tidak seperti
12
pemeriksaan kadar kolesterol, untuk mengukurnya tidak perlu puasa kadarnya tidak begitu terpengaruh setelah makan (Anwar, 2003). Tabel 2. Kadar Kolesterol Darah Jenis Kolesterol Kolesterol Total Kolesterol LDL -tanpa PJK -dengan PJK Kolesterol HDL Trigliserida -tanpa PJK -dengan PJK Sumber : Anwar (2003).
Normal (mg/dl) < 200
Hati-hati (mg/dl) 200 - 240
Bahaya (mg/dl) > 240
< 130 < 100 > 45
130 - 160 35 - 45
> 160 < 35
< 200 < 150
200 - 400 -
> 400 -
5. Biosintesis Kolesterol Kolesterol disintesis dari asetil-KoA yang dapat berasal dari perombakan karbohidrat, asam amino, dan lemak. Hati merupakan tempat utama sintesis kolesterol di samping usus dan kelenjar-kelenjar yang memproduksi hormon steroid yaitu korteks adrenal, testis, dan ovarium. Semua reaksi sintesis berlangsung dalam kompartemen sitoplasma sel (Montgomery et al., 1983). Kolesterol itu sendiri merupakan komponen utama cairan empedu, sekitar 50 mg asam empedu dibentuk dari kolesterol (Linder, 2006). Sintesis asam empedu primer dari kolesterol dimulai dengan reaksi hidroksilasi yang dikatalisis oleh enzim 7α-hidroksilase yang diaktifkan oleh vitamin C dan membutuhkan oksigen, NADPH, serta sitokrom P-450. Kolesterol bebas akan diubah menjadi 7α-hidroksikolesterol. Selanjutnya ikatan rangkapnya mengalami reduksi dan terjadi hidroksilasi tambahan sehingga dihasilkan dua asam empedu yang berbeda, yaitu asam kenodeoksikolat, yang memiliki gugus
13
A-hidroksi pada posisi 3,7, dan 12 (Marks, 1996). Menurut Stryer (2000), mekanisme sintesis kolesterol dimulai dari : Asetat (C2) Mevalonat (C30) Isopentenil pirofosfat (C5) Skualen (C30) Kolesterol (C27). Sintesis mevalonat merupakan langkah kunci dalam pengaturan sintesis kolesterol dan enzim 3-hidroksi-3-metil-glutaril CoA sebagai kontrol penting di dalam biosintesis kolesterol (Stryer, 2000). Jika diuraikan sintesis kolesterol terdiri atas tiga tingkat yaitu : 1. Asetil CoA diubah menjadi senyawa triester enam karbon, 3-hidroksi3metilglutaril CoA (HMG-CoA). Dalam uraian reaksi tersebut, asetil CoA diubah menjadi HMG-CoA. 2. HMG-CoA diubah menjadi skualen, suatu hidrokarbon asiklik yang mengandung 30 atom karbon. 3. Skualen dijadikan siklik dan diubah menjadi sterol dengan 27 atom karbon (kolesterol). Seluruh reaksi skualen menjadi kolesterol berlangsung dalam retikulum endoplasma (Stryer, 2000).
6. Hiperkolesterolemia Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi di mana kadar kolesterol dalam darah melebihi batas yang dibutuhkan. Tingginya kadar total kolesterol di dalam serum darah disebabkan perubahan dinding pembuluh darah, peningkatan hipoksia pada jaringan usus besar, perubahan homeostasis sel-sel, umur,
14
heriditas, kesalahan pola makan, gaya hidup, polusi lingkungan, konsumsi alkohol dan rokok dalam waktu lama (Herbey et al., 2005). Peningkatan jumlah kolesterol yang dicerna setiap hari sedikit meningkatkan konsentrasi plasma, tetapi bila kolesterol diabsorbsi oleh sel-sel tubuh maka peningkatan konsentrasi kolesterol menghambat enzim 3-hidroksi-3metilglutaril KoA reduktase untuk pembentukan kolesterol dan ini menjadi sistem kontrol umpan balik intrinsik untuk mencegah peningkatan konsentrasi LDL (kolesterol jahat) yang berlebihan. Konsentrasi HDL (kolesterol baik) biasanya tidak berubah naik atau turun kurang lebih 15%, kecuali bila dilakukan pengubahan jumlah kolesterol dalam diet. Diet lemak yang sangat jenuh meningkatkan konsentrasi kolesterol LDL sebanyak 15-25% (Guyton, 2007). Kadar LDL yang meningkat dapat mempercepat terjadinya penyakit aterosklerosis vaskuler yang merupakan manifestasi klinis dari hiperkolesterolemia. Peningkatan LDL disebabkan oleh kenaikkan kolesterol yang terdapat pada very low density beta lipoprotein dan low density beta lipoprotein sekunder akibat peningkatan trigliserida/lemak yang besar dalam sirkulasi, sehingga dapat menyebabkan peningkatan asetil Ko-A dalam sel hati untuk menghasilkan kolesterol (Ganong, 2005). Oleh karena itu, untuk menurunkan konsentrasi kolesterol LDL sangat penting yaitu dengan mempertahankan diet rendah lemak jenuh dan diet rendah kolesterol (Guyton, 2007). Mekanisme penurunan kolesterol oleh obat maupun pangan fungsional ada tiga cara yaitu melalui penghambatan terhadap aktivitas enzim pembentuk
15
kolestrol, menghambat pembentukan kolesterol melalui regulasi fungsi garam empedu, serta entrapping kolesterol dengan serat. Rata-rata pengurangan kadar kolesterol dengan terapi pengaturan makanan hanya 12%. Apabila dengan terapi pengaturan makanan tidak memberikan respon positif, maka diperlukan bantuan dengan terapi obat (Simatupang, 1997).
B. Taurin Taurin (C2H7NO3S) dengan nama kimia 2-aminoethanesulfonic acid merupakan asam amino yang mengandung gugus asam sulfonat, berbeda dengan molekul asam amino lainnya yang terdapat gugus asam karboksilat (Raiha et al., 1975) (Gambar 2). Taurin dapat ditemukan dalam bentuk bebas ataupun dalam bentuk peptida sederhana yang jumlahnya melimpah di jaringan tubuh, seperti pada otot jantung, otot rangka, dan otak (Huxtable, 1992). Senyawa taurin pertama kali ditemukan pada tahun 1827 oleh dua orang ilmuwan asal Jerman, yaitu Friedrich Tiedemann dan Leopold Gmelin dalam empedu sapi jantan (Raiha et al., 1975). Taurin termasuk dalam asam amino semi-essensial karena dapat disintesis dari asam sulfonat amino lain seperti sistein dan metionin dengan bantuan vitamin B6 (Shin dan Linkswiler, 1974).
Gambar 2. Struktur Kimia Taurin (C2H7NO3S) (Birdsall, 1998)
16
Tahun 1975, taurin pertama kali diketahui memiliki manfaat penting bagi kesehatan manusia (Raiha et al., 1975). Taurin berperan penting dalam beberapa proses fisiologis dalam tubuh, seperti dalam proses detoksifikasi, stabilisasi membran, osmoregulasi, dan modulasi kadar kalsium seluler. Selain itu taurin sering digunakan dalam pengobatan beberapa penyakit, seperti penyakit kardiovaskuler, epilepsi, kelainan pada hati (liver), alzheimer, dan fibrosis sistic. Namun yang paling dikenal adalah perannya dalam meningkatkan HDL sebagai upaya mengontrol kadar LDL kolesterol darah (Birdsall, 1998). Peran taurin dalam metabolisme kolesterol merupakan fungsi terbaik dari taurin yang pernah diketahui (Truswell et al., 1965). Taurin mampu meningkatkan sintesis protein sehingga mempengaruhi kadar lipoprotein pembentuk HDL. Sedangkan kadar HDL dalam serum berbanding terbalik terhadap kadar LDL dalam serum. Semakin tinggi kadar HDL maka kadar LDL serum akan semakin menurun sehingga mengurangi resiko hiperkolesterolemia (Shim et al., 2009).
C. Gracillaria sp.
1. Morfologi Gracillaria sp. Gracillaria sp. merupakan jenis alga merah termasuk divisi Thallophyta (tumbuhan bertalus) karena memiliki struktur kerangka tubuh (morfologi) yang tidak berdaun, berbatang, dan berakar, semuanya terdiri dari talus (batang saja) (Aslan, 2003). Gracillaria sp. memiliki permukaan licin dan diameter talus berkisar antara 0,5 – 2 mm dengan bentuk talus gepeng atau silindris, sedangkan pada permukaan talusnya halus atau berbintil – bintil, talus tersusun
17
oleh jaringan yang kuat, bercabang-cabang dengan panjang kurang lebih 250 mm (Dawes, 1981). Sedangkan panjang dari Gracillaria sp. dapat mencapai 30 cm (Anggadiredja et al., 2006) (Gambar 3).
Gambar 3. Morfologi Gracillaria verrucosa (Anggadiredja et al., 2006) Gracillaria sp. memiliki percabangan berseling tidak beraturan dan memusat ke arah pangkal. Cabang lateral memanjang menyerupai ramput (Anggadireja et al., 2006). Talus menyempit pada pangkal percabangan dan meruncing pada ujung-ujungnya, sifat substansi talus Gracillaria menyerupai gel atau lunak seperti tulang rawan (Risiani, 2004). 2. Klasifikasi Gracillaria sp. Mengutip dari Jana (2006), berikut adalah klasifikasi Gracillaria sp. : Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Rhodophyta
Subdivisi
: Eurhodophyta
Kelas
: Rodhophyceae
Bangsa
: Gigartinales
Suku
: Gracilariacea
Marga
: Gracillaria
Jenis
: Gracillaria sp.
18
3. Habitat dan Penyebaran Gracillaria sp. dapat hidup dan tumbuh pada kisaran salinitas yang sempit antara 20 sampai 30 permil karena bersifat eurihalin, dan penyebarannya ada di wilayah tropis (Risiani, 2004). Gracillaria sp. tumbuh melekat pada substrat karang di terumbu karang berarus sedang, selain itu juga dapat tumbuh di sekitar muara sungai. Umumnya pertumbuhan Gracillaria sp. jauh lebih baik di daerah dangkal dibandingkan di tempat yang dalam. Alga merah ini hidup kosmopolit, karena tidak mempunyai akar sebenarnya, alga menempel pada substratnya (fitobentes) yang berupa lumpur, pasir, karang, fragmen karang mati, kulit kerang, batu dan kayu dan seluruh bagian talus mengambil makanan dari air di sekitarnya dengan cara osmosa (Mubarak et al.,1990). Sebagian besar Gracillaria sp. lebih menyukai intensitas cahaya yang tinggi dan suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Suhu optimum untuk pertumbuhan adalah antara (2028) °C (Soegiarto, 1987). 4. Kandungan Nutrisi Rumput laut dikenal sebagai sumber makanan yang mengandung serat tinggi karena mampu menghasilkan senyawa hidrokoloid sebagai komponen utamanya, begitu pula pada Gracillaria sp. yang sebagian besar kandungannya adalah zat hidrokoloid berupa agar dan karagenan, keduanya mempunyai kekuatan gel yang besar. Pada umumnya agar digunakan oleh industri makanan untuk menghasilkan produk makanan olahan seperti jelly, ice cream, makanan kaleng, roti, manisan, dan sebagainya (Atmadja, 1988). Selain itu,
19
zat hidrokoloid juga memiliki manfaat dari aspek kesehatan, salah satunya adalah untuk mereduksi lemak dan kolesterol dengan prinsip entrapping kolesterol. Serat pada Gracillaria sp. mampu mengikat kolesterol dan mengekskresikannya bersamaan dengan feses (Ren et al., 1994). Selain senyawa hidrokoloid, Gracillaria sp. juga mengandung karbohidrat (Gula Vegetable GUM), protein, sedikit lemak, abu, dan sebagian besarnya merupakan senyawa garam dan kalori. Selain itu mengandung vitamin-vitamin seperti A, B1, B2, B6, B12, dan C, betakaroten, serta mineral penting seperti kalsium, dan zat besi (Tabel 3). Bila dibandingkan dengan tanaman dan sayursayuran yang tumbuh di darat, kandungan protein rumput laut jauh lebih tinggi (Winarto dan Tim Lentera, 2004). Tabel 3. Kandungan nutrisi Gracilaria sp. kering Parameter Kalori (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Serat (g) Abu (g) Kalsium (g) Fosfor (mg) Besi (mg) Sodium (mg) Potassium (mg) Thiamin (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg) Sumber : Septian (2014).
Kandungan (100 gram kering) 312 1,3 1,2 83,5 2,7 4 756 18 7,8 115 107 0,01 0,22 0,2
20
D. Mencit (Mus musculus L.)
Mencit adalah hewan pengerat yang termasuk dalam genus Mus, subfamili Murinae, famili Muridae, dan ordo Rodentia. Mencit yang biasa digunakan dalam penelitian biomedis adalah jenis Mus musculus (Gambar 4). Berbeda dengan hewan-hewan lainnya, mencit tidak memiliki kelenjar keringat. Pada umur 4 minggu telah menjadi mencit dewasa dengan berat badan mencapai 18-20 gram. Mencit memiliki bentuk tubuh yang kecil, dengan panjang tubuh 75-100 mm, dan luas permukaan tubuh 36 cm2, sehingga dapat dipelihara dan digunakan dalam jumlah banyak (Setijono, 1985).
Gambar 4. Mencit (Mus musculus L.)
Mencit memiliki jantung yang terdiri dari empat ruangan dengan dinding atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih tebal. Peningkatan temperatur tubuh tidak mempengaruhi tekanan darah, sedangkan frekuensi jantung, cardiac output berkaitan dengan ukuran tubuhnya. Hewan ini memiliki karakter yang lebih aktif
21
pada malam hari daripada siang hari dan memiliki kadar kolesterol normal sebesar 26,0-82,4 mg/dl (Kusumawati, 2004). Di antara spesies-spesies hewan lainnya, mencitlah yang paling banyak digunakan untuk tujuan penelitian medis (60-80%) karena dapat memberikan keuntungan ganda baik dalam segi waktu, tempat, tenaga, dan biaya karena morfologinya yang kecil, konsumsi makanan yang relatif sedikit, kapasitas reproduksi yang tinggi, siklus hidupnya yang singkat, dan kelebihan lainnya (Tabel 4). Apabila menggunakan hewan ini dalam percobaan masih harus dikonversi dan dilakukan pendekatan dengan perhitungan matematik yang akurat, sebab hasilnya belum dapat persis sama jika diterapkan pada manusia atau hewan lain (Setijono, 1985). Menenurut Lane-Petter (1976) dan Ungerer (1985), klasifikasi dari mencit adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Sub phylum
: Vertebrata
Class
: Mamalia
Ordo
: Rodentia
Sub ordo
: Myomorpha
Famili
: Muridae
Sub famili
: Murinae
Genus
: Mus
Spesies
: Mus musculus L.
22
Tabel 4. Data Biologi Mencit (Mus musculus L.) Data Biologi
Keterangan
Berat badan jantan (gram)
20-40
Berat badan betina (gram)
18-35
Lama hidup (tahun)
1-3
Temperature tubuh (0C)
36,5
Kebutuhan air
Ad libitum
Kebutuhan makanan (g/hari)
4-5
Pubertas (hari)
28-49
Lama kebuntingan (hari)
17-21
Mata membuka (hari)
12-13
Tekanan darah : Sistolik (mmHg)
133-160
Diastolik (mmHg)
102-110
Kolesterol (mg/dl)
26,0-82,4
Sumber : Kusumawati (2004)
1
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biomolekuler, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, pada bulan Februari sampai dengan Maret 2016. B. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 unit kandang mencit berukuran 30 cm x 25 cm x 10 cm dilengkapi kawat kasa sebagai penutup kandang, serbuk kayu sebagai alas mencit di dalam kandang agar kotoran mencit mudah dibersihkan, tempat pakan dan botol minumnya. Kemudian neraca analitik, timbangan untuk menimbang berat badan mencit, jarum franke untuk mengambil sampel darah mencit, dan kapas. Selanjutnya mortar untuk menghaluskan Gracillaria , saringan untuk memisahkan serbuk halus Gracillaria, sonde lambung, blender, panci pengukus, beaker glass, alat cek kolesterol dan strip tes kolesterol untuk mengukur kadar kolesterol darah mencit. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah 30 ekor mencit jantan dengan berat badan 20-40 gram, taurin, rumput laut Gracillaria sp., akuades, alkohol 70%, pakan standar (pellet), dan otak sapi sebagai diet tinggi lemak.
24
C. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tahap-tahap yang ditampilkan pada Gambar 5.
Menyiapkan 30 ekor mencit jantan
Aklimasi selama 7 hari (diberi pakan standar dan air minum)
Uji kadar kolesterol normal 5 ekor mencit Kpakan standar (pellet) sampai akhir masa penelitian
5 ekor mencit K+ pakan standar + pakan tinggi kolesterol sampai akhir masa penelitian
5 ekor mencit KP
5 ekor mencit P3
5 ekor mencit P2
5 ekor mencit P1
pakan standar + diet tinggi kolesterol selama 14 hari Uji kadar kolesterol hingga mencapai ≥100 mg/dl KP : pakan standar selama 14 hari
P1 : pakan standar + taurin selama 14 hari
P2 : pakan standar + Gracillaria selama 14 hari
Mencit dipuasakan selama 8 jam
Uji kadar kolesterol total mencit
Analisis data
Gambar 5. Diagram Alir Penelitian
P3 : pakan standar + taurin + Gracillaria selama 14 hari
25
Adapun tahap-tahap penelitian lebih lengkap adalah sebagai berikut : 1. Persiapan Hewan Uji Dalam tahap ini, disiapkan mencit dengan berat berkisar 20-40 gram sebanyak 30 ekor yang diperoleh dari Balai Veteriner Lampung. Sebelum diberi perlakuan, mencit diaklimasi selama 7 hari dalam Laboratorium. Selama aklimasi semua mencit hanya diberi pakan standar (pellet) dan air. 2. Pembuatan Diet Tinggi Kolesterol Pembuatan diet tinggi kolesterol mengikuti metode yang telah dilakukan Pratama dan Probosari (2012) menggunakan suspensi otak sapi sebanyak 2 ml/hari dan terbukti dapat meningkatkan kadar kolesterol pada tikus putih secara bermakna dalam 15 hari. Pembuatan suspensi otak sapi diolah dengan cara dikukus lalu diblender dengan penambahan air dalam perbandingan 1:1. Pada penelitian ini digunakan hewan uji mencit yang memiliki range kadar kolesterol normal yang lebih rendah (26 – 82,4 mg/dl) dibandingkan kadar kolesterol normal pada tikus putih sehingga suspensi otak sapi yang diinduksikan hanya sebanyak 1 ml/hari untuk membuat mencit hiperkolesterolemia.
Diet tinggi kolesterol mulai diberikan setelah aklimasi (hari ke-0) pada kelompok K+, KP, P1, P2, dan P3 selama 14 hari atau sampai kadar kolesterol mencit ≥100 mg/dl (berdasarkan batas minimum dari kadar kolesterol yang dapat terdeteksi pada alat cek kolesterol).
26
3. Persiapan Dosis Taurin Dosis taurin yang digunakan mengikuti penelitian yang dilakukan Maysa (2015) yaitu sebanyak 15,6 mg/gBB/hari yang dilarutkan dalam 1 ml akuades terbukti mampu menyembuhkan kanker pada mencit secara signifikan. Sehingga pada penelitian ini diharapkan penggunaan dosis tersebut juga dapat menyembuhkan hiperkolesterolemia pada mencit percobaan.
4. Pembuatan Suspensi Rumput Laut Gracillaria sp. Pembuatan larutan Gracillaria sp. dilakukan dengan cara mencuci Gracillaria terlebih dulu hingga benar-benar bersih lalu keringkan matahari selama 2 hari. Selanjutnya dilakukan sortasi untuk memperoleh Gracillaria tanpa campuran bahan lain. Setelah itu digiling dan diayak untuk memisahkan Gracillaria yang masih kurang halus sehingga hanya diperoleh serbuk Gracillaria sp. yang sudah benar-benar halus saja. Untuk serbuk yang belum lolos ayakan, dapat dihancurkan lagi (Prosky et al., 1988). Pada penelitian ini digunakan diet rumput laut dalam bentuk larutan, sehingga serbuk yang sudah dibuat akan dilarutkan dengan akuades dalam dosis tertentu. Dosis Gracillaria sp. yang digunakan mengikuti dosis dalam penelitian Edriansyah (2013) sebanyak 160 mg/200g bb/hari yang dilarutkan dalam 1 ml akuades terbukti mampu menurunkan kolesterol darah hingga batas normal pada tikus putih. Pada penelitian ini digunakan mencit dengan berat badan (bb) maksimal 40 g sebagai hewan uji, sehingga dosis Gracillaria yang digunakan adalah :
27
160 mg
Dosis Gracillaria/gram bb
=
Dosis Gracillaria untuk mencit
= 0,8 mg/g x 40 g (bb mencit)
200 g
= 0,8 mg/g
= 32 mg/gBB/hari 5. Pemberian Perlakuan Setelah mencit selesai diaklimasi selama 7 hari, maka pemberian perlakuan dapat segera dimulai. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dengan masing-masing perlakuan sebanyak 5 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut :
1. Kontrol negatif (K-)
: Pakan standar berupa pellet selama masa penelitian (hari ke 0 - 28).
2. Kontrol positif (K+)
: Suspensi otak sapi 1ml/hari selama masa penelitian (hari ke 0 - 28).
3. Kontrol pembanding (KP) : Suspensi otak sapi 1 ml/hari (hari 0-14). Pakan standar selama 14 hari (hari ke 15–28) 4. Perlakuan 1 (P1)
: Suspensi otak sapi 1 ml/hari (hari ke 0-14). Larutan taurin 15,6 mg/gBB (hari ke 15-28).
5. Perlakuan 2 (P2)
: Suspensi otak sapi 1 ml/hari (hari ke 0-14). Larutan Gracillaria 32 mg/gBB (hari ke 15-28).
6. Perlakuan 3 (P3)
: Suspensi otak sapi 1 ml/hari (hari ke 0–14). Larutan taurin 15,6 mg/gBB + larutan Gracillaria 32 mg/gBB (hari ke 15 -28).
28
6. Pengambilan Sampel Darah Pengambilan sampel darah dilakukan setelah mencit dipuasakan selama 8 jam. Darah diambil melalui bagian ekor mencit. Sebelumnya ekor mencit dibersihkan dengan alkohol 70%, selanjutnya darah diambil secukupnya pada vena dari bagian pangkal ekor mencit menggunakan jarum franke lalu dicek secara otomatis menggunakan alat cek kolesterol. Pengambilan darah dilakukan pada tiga waktu, yaitu setelah selesai aklimasi (hari ke-0), setelah pemberian diet tinggi kolesterol (hari ke-14), dan terakhir setelah diberi perlakuan diet taurin dan rumput laut (hari ke-28). Mencit dinyatakan hiperkolesterol apabila kolesterolnya telah mencapai ≥100 mg/dl (berdasarkan batas minimum dari kadar kolesterol yang dapat terdeteksi pada alat cek kolesterol). 7. Pengukuran Kadar Kolesterol Darah Mencit Jantan Pengukuran kadar kolesterol darah dilakukan menggunakan alat cek kolesterol dan strip tes kolesterol Nesco yang dirancang untuk pengukuran kuantitatif kadar kolesterol total dalam darah. Prinsip kerja dari alat cek kolesterol ini berdasarkan reaksi kolesterol pada strip yang dapat menyebabkan perubahan arus dari reagen pada elektroda di strip tersebut (Edriansyah, 2013).
Langkah pengujian kadar kolesterol total adalah sebagai berikut: 1.
Disiapkan alat cek kolesterol dan test strip kolesterol. Dimasukkan chip warna kuning pada alat hingga muncul “OK” pada layar.
2.
Dimasukkan test strip untuk kolesterol ke dalam slot pada alat.
29
3.
Diteteskan darah mencit pada daerah uji strip target. Darah secara otomatis ditarik ke dalam zona reaksi dari strip hingga pipa kapiler berubah menjadi merah.
4.
Dibaca hasil pengujian yang ditampilkan di layar setelah alat tes kolesterol menghitung mundur 150 detik.
D. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Oneway ANOVA pada taraf α = 5% untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata kadar kolesterol diantara 6 kelompok perlakuan. Jika terdapat perbedaan yang signifikan dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference (LSD) pada taraf α = 5% untuk melihat lebih jelas perbedaan antarkelompok perlakuan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Larutan Gracillaria sp. 32 mg/gBB/hari mampu menurunkan rerata kadar kolesterol tertinggi hingga 93,8 mg/dl dan kombinasi larutan taurin 15,6 mg/gBB/hari + Gracillaria 32 mg/gBB/hari mampu menurunkan rerata kadar kolesterol 30,6 mg/dl dalam 14 hari, keduanya lebih baik dalam menurunkan kolesterol total mencit (Mus musculus L.) jantan hiperkolesterolemia hingga mendekati kadar kolesterol mencit normal. Demikian pula larutan taurin 15,6 mg/gBB/hari mampu menurunkan rerata kadar kolesterol sebesar 12,2 mg/dl. 2. Larutan Gracillaria sp. 32 mg/gBB/hari merupakan penggunaan bahan yang paling efektif dalam menurunkan kadar kolesterol total dalam penelitian ini.
B. Saran 1. Diperlukan penelitian lanjut tentang efektivitas taurin dan Gracillaria terhadap profil HDL, LDL, dan trigliserida pada mencit jantan hiperkolesterolemia. 2. Perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas taurin dan Gracillaria dalam
menurunkan kolesterol total pada mencit betina hiperkolesterolemia.
1
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi Cetakan keempat. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Anggadiredja T. J., A.Zatnika, Heri, dan P.Istini. 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta. Anonim. 2013. Langkah Menurunkan Kadar Kolesterol Jahat. Terdapat Pada: http://pengobatankolesterol.com/2013/12/langkah-menurunkan-kadarkolesterol-jahat//. Diakses 2 April 2016. Anwar, T. B. 2003. Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan. Aslan, L. M. 2003. Budidaya Rumput Laut. Penerbit kanisius. Yogyakarta. Astawan M., F.Kusnandar, dan Subarna. 2003. The addition of Eucheuma cottonii Seaweed to Increase Iodine and Dietary Fiber Contents of Noodles and Some Indonesian Traditional Snacks. Proceeding of the 8th Asean Food Conference, 8-11 October 2003. Hanoi. Vietnam. Atmadja, W.S. 1988. Rumput Laut Sebagai Obat. Oseana 17 : 1-5. Barras, F. 1994. Mencegah Serangan Jantung dengan Menekan Kolesterol. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Birdsall, T. C. 1998. Therapeutic Applications of Taurine. Altern Med Rev 3 : 128-136. Carvalho A.F.U, M.C.C.Portela, M.B.Sousa, F.S.Martins, F.C.Rocha, D.F.Farias. 2009. Physiological and physico-chemical characterization of dietary fibre from the green seaweed Ulva fasciata Delile. Braz J. Bio. 69:969-977. Dawes, C. J. 1981. Marine botany. A. Wiley – Interscience Publication. United states.
44
Edriansyah. 2013. Uji Aktivitas Ekstrak Ethanol 70% Ganggang Merah (Gracillaria verrucosa) Terhadap Penurunan Kolesterol Total Pada Tikus Putih Jantan. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. Ganong, W. F. 2005. Review Of Medical Physiology 22nd ed. Mc Graw Hill. Singapore. Guyton, A. C. 1991. Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Adji Dharmadan P. Lukmanto. [Ed]. EGC. Jakarta. Hartoyo A., dan M. Astuti. 2002. Aktivitas Antioksidatif dan Hipokolesterolemik Ekstrak Teh Hijau dan Teh Wangi pada Tikus yang diberi Ransum Kaya Asam Lemak Tidak Jenuh Ganda. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. XIII(1). Herbey I.I., N.V. Ivankova, V.R. Katkoori, dan O.A. Mamaeva. 2005. Experimental Oncology. 27 : 166-178. Hernawati. 2011. Peranan Berbagai Sumber Serat dalam Dinamika Kolesterol Pada Individu Hiperkolesterolemia dan Normokolesterolemia. [Artikel]. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Hernawati, W. Manalu, A. Suprayogi, D.A. Astuti. 2013. Suplementasi Serat Pangan Keragenan dalam Diet untuk Memperbaiki Parameter Lipid Darah Mencit Hiperkolesterolemia. Makara Seri Kesehatan. 17:1-9. Herpandi, M. Astawan, T. Wresdiyati, N.S. Palupi. 2006. Perubahan Profil Lipida, Kolesterol Digesta, dan Asam Propionat Pada Tikud dengan Diet Tepung Rumput Laut. Jurnal Teknol. dan Industri Pangan. 17:227-232. Huxtable, R. J. 1992. Physiological Actions Of Taurine. Physiol Rev. 72:101-163. Jana, T. 2006. Rumput laut. Penebar Swadaya. Jakarta. Jae, K.W. 2008. Kolesterol. [Internet]. Terdapat pada: Yayasan Jantung Indonesia. URL: http://www.heartinfo.org. Diakses: 23 Desember 2015. Jenkins A., D. Jenkins, U. Zdravkovic, P. Wursch, V.Vuksan. 2002. Depression of glycemic index by high levels of β-glucan fiber in two functional foods tested in type 2 diabetes. Eur J Clin Nutr. 56:622-628. Jiao G., G. Yu, J. Zhang, H.S. Ewart. 2011. Chemical structures and bioactivities of sulfated polysaccharides from marine algae. Mar Drugs. 9:196-223. Julyasih K.S.M, I.G.P. Wirawan, W. Widajati, W.S. Harijani. 2010. Aktivitas Antioksidan Beberapa Jenis Rumput Laut (Seaweeds) Komersial di Bali dan Potensinya dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Darah. [Artikel]. Seminar
45
Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Oleh LPPM-UPN Veteran. Surabaya. Julyasih, K.S.M. 2012. Tepung Rumput Laut Menurunkan Kadar LDL (Low Density Lipoprotein) Plasma Tikus Wistar Hiperkolesterolemia. Rekapangan. 6:8-12. Kang K.A., H.D. Bu, D.S. Park, G.M. Go, Y. Jee, T. Shin, dan J.W. Hyun. 2005. Antioxidant Activity of Ethanol Extract of Callophyllis japonica. Phytother Res 19 : 506-510. Kim K.S., D.H.Oh, J.Y.Kim, B.G.Lee, J.S.You, K.J.Chang, H.Chung, M.C.Yoo, H.I.Yang, J.H.Kang, Y.C.Hwang, K.J.Ahn, H.Y.Chung, dan I.K.Jeong. 2012. Taurine Ameliorates Hyperglycemia and Dyslipidemia By Reducing Insulin Resistance and Leptin Level in Otsuka Long-Evans Tokushima Fatty (OLETF) Rats with Long-Term Diabetes. Experimental and Molecular Medicine. 44:665-673. Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Lane-Petter, W. 1976. The Laboratory Mouse. In : C. W. Hume. The UFAW Handbook on the Care and Management of Laboratory Animals. Churchill Livingstone. Edinburg, New York. Linder, M. C. 1985. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme Ed ke-1. Aminuddin Parakkasi. [Ed]. Univ. Indonesia Press. Jakarta. Lutfiana, S. 2006. Pengaruh Pemberian Virgin Coconut Oil Terhadap Kadar Kolesterol HDL Serum Tikus Wistar Setelah Diinduksi Aterogenesis. Fakultas Kedokteran UNDIP. Semarang. Marks, D. B. 1996. Biokimia Kedokteran Dasar : Sebuah Pendekatan Klinis. Joko Suyono. [Ed]. EGC. Jakarta. Maryanto S, S. Fatimah, Sugiri, Y. Marsono. 2013. Efek pemberian buah jambu biji merah terhadap produksi SCFA dan kolesterol dalam caecum tikus hiperkolesterolemia. Agritech. 33:334-339. Maysa, A. 2015. Uji Senyawa Taurin Sebagai Antikanker Terhadap Jumlah SelSel Leukosit dan Sel-Sel Eritrosit Mencit (Mus musculus L.) yang Diinduksi Benzo α Pyren Secara In Vitro. [Skripsi]. Universitas Lampung. Lampung. Montgomery R., R.L.Dryer, T.W.Conway, dan A.A.Spector. 1993. Biokimia : Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
46
Mubarak H., S.Ilyas, W.Ismail, dan I.S.Wahyuni. 1990. Petunjuk Teknik Budidaya Rumput Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta. 94 hal. Muchtadi D., N.S.Palupi, dan M.Astawan. 1993. Metabolisme Zat Gizi : Sumber, Fungsi, dan Kebutuhan Bagi Manusia. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Murakami S., I.Yamagishi, Y.Asami, Y.Ohta, Y.Toda, Y.Nara,Y.Yamori. 1996. Hypolipidemic effect of taurine in stroke-prone spontaneously hypersensitive rats. Pharmacology. 52:303-13. Murray R.K., D.K.Granner, P.A.Mayes, dan V.W.Rodwell. 2003. Biokimia Klinik Edisi 4. EGC. Jakarta. Myers, S. 2005. The Carotenoids Palette. An array of colors, researched health benefits and formulation challengers highlight the future of carotenoids. Terdapat di: http:// www.naturalproductsinsider.com. Diakses 5 April 2016. Nakaya Y., A.Minami, N.Harada, S.Sakamoto, Y.Niwa, M.Ohnaka. 2000. Taurine Improves Insulin Sensitivity in the Otsuka Long-Evans Tokushima Fatty Rat, a model of spontaneous type 2 diabetes. Am J Clin Nutr. 71:54-8. Panlasigui LN, O.Q.Baello, J.M.Dimatangal, B.D.Dumelod. 2003. Blood cholesterol and lipid-lowering effect of carrageenan in animal experiments. Environ. Health Perspect. 109:983-994. Pratama S.E., dan E.Probosari. 2012. Pengaruh Pemberian Kefir Susu Sapi Terhadap Kadar Kolesterol LDL Tikus Jantan Sprague Dawley Hiperkolesterolemia. Semarang. Journal of nutrition college. 1 : 358-364. Prosky, L., Asp N. G., Scheweizer T. F., De Vries J. W., dan Furda I. 1988. Determination Of Insoluble And Soluble, And Total Dietary Fibre In Foods And Food Products: Interlaboratory Study. Journal Association of Official Analytical Chemists. 71 : 1017–1023. Raiha, N., Rassin D., Heinonen K., Gaull G.E. 1975. Milk Protein Quality And Quantity: Biochemical And Growth Effects In Low Birth Weight Infants (LBWI). Pediatr Res. 9 : 370. Ren D., H.Noda, H.Amano, T.Nishino, dan K.Nishizawa. 1994. Study On Antihypertensive And Hyperlipidemic Effects Of Marine Algae. J Fisheries Sci 60:83-88. Risiani, Y. 2004. Potensi Sumber Daya Rumput Laut di Jawa Timur dan JenisJenis Ekonomi Penting. Universitas Brawijaya. Malangi. Rubenstein D., W.David, dan B.John. 2007. Lecture Notes: Kedokteran Klinis. Ed VI. Erlangga. Jakarta.
47
Sekhon S. dan Loodu. 2012. Antioxidan, Anti-inflammatory and Hypolipidemic Properties of Apple Flavanols. Departement Environmental of Science Dalhaousie University. p 57-62. Septian. 2014. http://septians09.student.ipb.ac.id/. Diakses pada hari selasa, tanggal 15 desember 2015 pukul 16.50 WIB. Setijono, M. M. 1985. Mencit (Mus musculus) Sebagai Hewan Percobaan. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Shim, K.S., H.J.Jung, C.S.Na, C.Yoon, dan G.H.Park. 2009. Effect of Taurine on Lipid Metabolism and Protein Synthesis in Poultry and Mice. J.Anim.Sci. 22:865-870. Shin H.K., dan H.M.Linkswiler. 1974. Tryptophan And Methionine Metabolism Of Adult Females As Affected By Vitamin B6 Deficiency. J Nutr. 104 : 1348-1355. Simatupang, A. 1997. Cholesterol, Hypercholesterolemia And The Drugs Against It - a review. Cermin Dunia Kedokteran. 116 : 5-12. Soegiarto A., Sulistijo, W.S.Atmaja, dan H.Mubarak. 1978. Rumput Laut (Alga), Manfaat, Potensi, dan Usaha Budidayanya. LON_LIPI. Jakarta. Stryer, L. 2000. Biokimia. Edisi IV, Volume 2. EGC. Jakarta. Subroto, T. 2011. Efek Anti Hiperkolesterolemik Karagenan Rumput Laut dalam Diet Terhadap Plasma Lipid Tikus Putih. Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik. 13:58-65. Sudarsono. 2006. Prospek Pengembangan Obat Bahan Alami Di Bidang Kesehatan, Seminar Nasional Prospek Obat Tradisional dalam Prospektif Kesehatan. Fakultas Kedokteran UNISSULA. Semarang. Sudoyo A.W., B.Setiyohadi, I.Alwi, M.Simadibrata, dan S.Setiati. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid 1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. Sugiyama K., A.Ohishi, K.Muramatsu. 1989. Comparison between the plasma cholesterol-elevating effects of caffeine and methionine in rats on a high cholesterol diet. Agricultural and Biological Chemistry. 53:3101-3103. Suzuki T, K.Nakai, Y.Yoshie, T.Shirai, T.Hirano. 1993. Effect Of Sodium Alginates Rich In Guluronic And Mannuronic Acids On Cholesterol Levels And Digestive Organs Of High-Cholesterol-Fed Rats. Nippon Suisan Gakkaishi 59:545-551.
48
Truswell A.S., S.Mcveigh, W.D.Mitchell, B.Brontest. 1965. Effect In Man Of Feeding Taurine on Bile Acid Conjugation and Serum Cholesterol Level. Journal of atherosclerosis research 5 : 526-529. Ungerer, T. 1985. Biologi Reproduksi Hewan Percobaan Laboratorium dalam Rangka Pengadaan dan Pengembangan Sarana Penelitian serta Pendayagunaan Scanning Electron Microscope. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Ditjen Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Utomo R.D.S., E.M.Lubis, D.Marisa, Y.Zega, dan N.Afiandi. 2009. One stop seaweed: Konsep Pemasaran Produk - Produk Olahan Rumput Laut. [Laporan Akhir Program Kreatifitas Bidang Kewirausahaan]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wikanta T, RR.Nasution, dan L.Rahayu. 2003. Pengaruh Pemberian Natrium Alginat Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total Darah dan Bobot Badan Tikus. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 9 : 23-31. Winarto W.P. dan Tim Lentera. 2004. Memanfaatkan Tanaman Sayur Untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Agromedia Pustaka. Jakarta.