565
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK METANOL Sonnerata alba TERHADAP Vibrio harveyi PADA KONSETRASI YANG BERBEDA Nurbaya dan Muliani Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Sonneratia alba adalah satu di antara beberapa jenis mangrove yang telah dilaporkan memiliki nilai potensial sebagai bakterisida dan mulai banyak diteliti, baik di bidang medis maupun di bidang akuakultur di dalam dan luar negeri. Potensi ekstrak S. alba sebagai anti vibriosis juga telah dilaporkan oleh beberapa peneliti, berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui daya hambat Sonnerata alba terhadap Vibrio harveyi penyabab penyakit pada udang pada konsentrasi yang berbeda. Penelitian ini terdiri atas beberapa tahap yaitu: (a) Pengambilan daun mangrove S. alba, (b) preparasi dan pengeringan daun mangrove S.alba, (c) pembuatan tepung daun, (d) ekstraksi menggunakan metanol 80%, (e) pengkisatan menggunakan rotatory evaporator dan (f) Uji daya hambat menggunakan paperdisk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter zona hambatan ekstrak metanol S. alba pada konsentrasi 10.000 mg/L terhadap V. harveyi relatif sama dengan konsentrasi 8000 mg/L yaitu masing-masing 1,684 cm. Penggunaan DMSO 10% tidak bersifat menghambat pertumbuhan V. harveyi sehingga pelarut ini bisa digunakan dan tidak mempengaruhi ekstrak mangrove yang dilarutkan. Hasil uji statistik terhadap daya hambat ekstrak mangrove pada beberapa konsentrasi menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0,005) antara semua konsentrasi yang digunakan, demikian pula tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap penggunaan antibiotik rifampisin 50 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak S. alba sangat potensial dijadikan sebagai anti V. harveyi untuk alternatif pengganti antibiotik yang dapat digunakan pada penanggulangan penyakit vibriosis pada udang. KATA KUNCI:
mangrove, S. alba, V. harveyi
PENDAHULUAN Serangan vibriosis baik pada budidaya udang maupun pada perbenihan merupakan masalah utama yang harus dcari jalan pemecahannya. Penyakit ini disebabkan oleh beberapa jenis bakteri vibrio seperti Vibrio harveyi, V. parahaemolyticus, V. alginolyticus, V. fischeri sampai saat ini masih merupakan kendala utama pada usaha budidaya udang, baik pada tambak pembesaran maupun pada panti perbenihan. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina (Karunasagar et al., 1994; Alapide-Tendencia & Dureza, 1997). Bakteri ini juga dilaporkan menyerang beberapa spesies ikan, kekerangan dan karang. Beberapa spesies Vibrio berpendar seperti Vibrio cholerae (biotype albensis), V. fischeri, V. harveyi, V. leognthei, V. splendidus, V. mediterranei, V. orientalis, Photobacterium leiognathi dan P. phosphoreum diketahui berhubungan erat dengan beberapa kejadian penyakit pada lingkungan pembenihan dan pembesaran hewan budidaya. Metode penanggulangan penyakit yang masih digunakan oleh petani tambak sampai saat ini adalah memanfaatkan bahan kimia, antibiotik dan pestisida, meskipun sudah dilarang oleh pemerintah. Penggunaan obat-obatan tersebut semakin menimbulkan masalah dilapangandan terjadi resistensi bakteri patogen terhadap antibiotik, akumulasi bahan kimia dan pencemaran lingkungan (Muliani et al., 2013). Oleh karena itu, merupakan suatu tantangan bagi semua pihak yang terkait untuk menyediakan alternatif obat-obatan yang dapat digunakan sebagai pengganti obat-obatan kimia dan antibiotik yang ampuh namun ramah lingkungan. Penggunaan tanaman herbal sebagai alternatif penanggulangan penyakit pada budidaya perikanan mulai dikembangkan diantaranya penanggulangan bakteri pada ikan mas (Grandiosa, 2010). Muliani et al. (2004) melaporkan bahwa tanaman mangrove dapat dimanfaatkan sebagai bioremediator
Uji hambat ekstrak metanol Sonnerata alba ..... (Nurbaya)
566
terutama memperbaiki produktivitas tambak, menstabilkan kualitas air, serta dapat menghambat penyakit yang sifatnya patogen pada budidaya udang windu. Telah dilaporkan sebelumnya bahwa tanaman mangrove yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan telah diketahui mengandung bakterisida (Turker et al., 2009; Arivuselvan et al., 2011; Shelar et al., 2012; Mulyani et al., 2013) diantaranya adalah spesies Rhizophora mucronata (Baskaran & Mohan, 2012). Hasil penelitian sebelumnya melaporkan bahwa pada konsentrasi 100 mg/L sampai 300 mg/L ekstrak daun mangrove Rhizophora apiculata mampu menghambat pertumbuhan bakteri V. parahaemolyticus. Diameter zona hambatan yang dihasilkan pada konsentrasi 100 mg/L rata-rata sebesar 6,73 mm, sedangkan pada konsentrasi 200 mg/L sebesar 7,17 mm, dan pada konsentrasi 300 mg/L sebesar 8,53 mm (Setyaningrum, 2011). Hasil pemurnian dan penapisan dari 28 spesies tanaman mangrove yang dapat mereduksi penyakit pada budidaya udang windu khususnya penyakit vibriosis antara lain antara lain Avicenia alba, Acanthus ilicifolius,Carbera manghas, Clerodendron inerme, Euphatorium inulifolium, Exoecaria agalocha, Osbornia octodonta, dan Soneratia caseolaris (Suryati et al., 2002; 2006; 2007). Selain jenis-jenis mangrove tersebut salah satu jenis mangrove yang juga telah banyak dikaji pemanfaatannya sebagai penghasil antibakteri adalah S. alba. Berdasarkan hal tersebut di atas dicoba untuk menguji daya hambat ekstrak metanol herbal mangrove (sonneta alba) terhadap V. harveyi pada konsentrasi yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak metanol S. alba terhadap V. harveyi penyebab penyakit pada udang windu. METODE PENELITIAN Pengambilan Mangrove, S. alba Tanaman mangrove, S. alba diambil dari daerah pertambakan di Kab. Maros, Sulawesi Selatan Bagian-bagian tanaman diambil menggunakan gunting tanaman, parang, dan kampak (Gambar 1). Tanaman dimasukkan dalam kantong plastik hitam dan selanjutnya dibawah ke Laboratorium Kesehatan ikan dan Lingkungan BPPBAP untuk proses selanjutnya.
Gambar 1. Tanaman Sonneratia alba Preparasi Bahan Herbal Tanaman yang sudah dikumpulkan dibersihkan dan di pisahkan berdasarkan bagian-bagiannya, seperti, daun, bunga, buah, kelopak buah, kulit batang, dan akar. Bagian tanaman seperti daun, kulit batang, buah terlebih dahulu diiris kecil-kecil (Gambar 2) sebelum dikeringkan, hal ini untuk mepercepat proses pengeringan Pengeringan Bahan Herbal dan Pembuatan Tepung Mangrove Daun mangrove S. albadiletakkan pada baki plastik dan diberi kode, selanjutnya dikering-anginkan selama 2 minggu.Setelah bahan herbal kering selanjutnya dihaluskan menggunakan blender, dan diayak menggunakan ayakan/saringan santan selanjutnya dimasukkan dalam kantong plastik klip untuk keperluan selanjutnya.
567
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015
Gambar 2. Preparasi daun S. Alba sebelum dikeringkan (A), Daun S. Alba yang sudah kering (B) Ekstraksi Bahan Herbal Tepung mangrove (implisia) yang sudah tersedia ditimbang sebanyak 5 g, dimasukkan dalam gelas Erlenmeyer atau botol duran. Selanjutnya diberi larutan methanol 80% dan diaduk dengan batang pengaduk sehingga seluruh permukaan simplisia terendam. Rendaman tersebut ditutup dengan aluminium foil dan didiamkan selama 24 jam, selanjutnya disaring dengan kain saringan sehingga semua ampasnya tertahan dan yang lolos hanya cairan metanol yang sudah membawa bahan-bahan yang terlarut. Perendaman dilakukan selama 3 kali 24 jam dan setiap 24 jam dilakukan penyaringan atau tergantung tingkat kekeruhan rendaman, jika rendaman sudah terlihat jernih maka perendaman dihentikan. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan penarikan bahan-bahan aktif tanaman oleh metanol. Hasil penyaringan tersebut kemudian ditampung dalam botol sampel atau botol duran. Pengkisatan Hasil ekstraksi herbal mangrove, S. albadalam larutan metanol selanjutnya dikisatkan dengan menggunakan Rotatory evaporator. Larutan metanol diuapkan hingga tersisa bahan padatan dari biaoktif yang terkandung dalam tanaman. Jika pada saat dikeluarkan dari labu evaporator, masih tersisa larutan metanol (belum terlalu kering) maka penguapan dilanjutkan secara manual yaitu dengan cara botol yang beriisi bahan aktif dengan ditutup dengan tissu, sehingga masih ada rongga udara dan metanol dapat menguap secara otomatis. Hal ini dilakukan hingga hasil pengkisatan benarbenar kering dan tidak ada lagi larutan metanol. Uji Daya Hambat terhadap V. harveyi Ekstrak metanol dari herbal mangrove, S. alba ditimbang sebanyak 10 mg, selanjutnya dilarutkan dalam DMSO 10% sesuai konsentrasi yang diinginkan. Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini adalah (A). 2000 mg/L, (B) 4000 mg/L, (C) 6000 mg/L, (D) 8000 mg/L, (E) 10.000 mg/L, (F) pelarut (DMSO 10%), dan (G) Antibiotik rifampisin 25 mg/L. Uji daya hambat S. alba terhadap V. harveyi dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan paper disk.V. harveyi yang digunakan dalam penelitian ini diisolasi dari udang sakit (Kadriah 2012). Biakan V. harveyi yang berumur 4 jam diencerkan dalam garam fisiologis (NaCl 85%) sehigga diperoleh kepadatan 105 CFU/mL. Biakan bakteri tersebut diambil sebanyak 100 µL dan disebar di atas media Muller Hinton menggunakan batang penggerus. Selanjutnya paperdisk yang sdh steril diletakkan di atasnya dan diberi larutan ekstrak mangrove sebanyak 20 µL selanjutnya diinkubasi selama 48 jam dan selanjutnya diameter zona hambatan yang terbentuk diukur dengan mistar geser. Analisa Data Data yang diperoleh dianalisi ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (Steel & Torrie 1981).
Uji hambat ekstrak metanol Sonnerata alba ..... (Nurbaya)
568
HASIL DAN BAHASAN Uji daya hambat menggunakan paperdisk terhadap mangrove S. alba dengan konsentrasi 2000 mg/L, 4000 mg/L, 6000 mg/L,dan 8.000 mg/L, 1.000 mg/L. Hasil uji daya hambat menggunakan paperdisk menunjukkan bahwa semua konsentrasi yang digunakan menghambat pertumbuhan V. harveyi. Hasil uji daya hambat ekstrak mangrove menggunakan paperdisk disajikan pada Gambar 3. Pada gambar tersebut terlihat bahwa semua konsentrasi yang digunakan menghambat V. harveyi dengan daya hambat yang bervariasi.Pada Gambar tersebut dapat pula dilihat bahwa antibiotik yang digunakan memberikan zona hambatan yang lebih besar dibanding dengan ekstrak metanol mangrove dan pelarut yang digunakan tidak menghambat pertumbuhan V. harveyi, hal ini membuktikan bahwa zona hambatan yang terbentuk pada ekstrak mangrove dengan berbagai konsentrasi tersebut benar-benar karena bahan aktif yang terkandung dalam ekstrak mangrove. Hasil pengukuran zona hambatan yang terbentuk pada uji daya hambat ekstrak metanol dari mangrove S. Alba menggunakan paperdisk disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1 terlihat bahwa diameter zona hambatan yang terbentuk pada uji daya hambat terhadap V. harveyi menggunakan paperdisk tertinggi pada penggunaan antibiotik rifampisin 25 mg/ L yaitu 2,465 cm dan terendah pada penggunaan pelarut DMS 10% yaitu 0 cm (tidak terbentuk zona hambatan). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan DMSO 10% tidak bersifat menghambat pertumbuhan V harveyi sehingga pelarut ini bisa digunakan dan tidak mempengaruhi ekstrak mangrove yang dilarutkan. Hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) antara penggunaan antibiotik dan ekstrak mangrove dengan pelarut DMSO 10%, sehingga pelarut ini dapat digunakan untuk melarutkan ekstrak mangrove karena tidak bersifat anti V. harveyi. Pada penggunaan ekstrak S. alba diameter zona hambatan dengan konsentrasi 10.000 mg/L relatif sama dengan konsentrasi 8000 mg/L yaitu masing-masing 1,684 cm. Sedangkan pada konsentrasi 6000 mg/L zona hambatan yang terbentuk sedikit dibawah konsntrasi 4000 mg/l dan 2000 mg/L.
A= 2000 mg/L, B=4000 mg/L, C=6000 mg/L, D=8000 mg/L, E=10.000 mg/L, F1 dan F=pelarut (DMSO), G =Antibiotik Rifanpisin
Gambar 3. Uji daya hambat ekstrak mangrove S. alba terhadap V. harveyi menggunakan Metode paperdisk
569
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015 Tabel 1. Hasil pengukuran zona hambatan pada uji daya hambat ekstrak mangrove S. alba menggunakan paperdisk
Perlakuan 2000 mg/L 4000 mg/L 6000 mg/L 8000 mg/L 10.000 mg/L Pelarut (DMSO 10%) Antibiotik (Rifampisin 50 mg/L)
Ulangan 1 1,302 1,59 1,273 1,49 1,59 0 2,582
2 1,213 1,417 0,743 1,798 1,567 0 2,012
3 1,418 1,385 1,623 1,765 1,695 0 2,8
Rata-Rata (cm) 1,311±0,104ab 1,464±0,110ab 1,213±0,443bc 1,684±0,244ab 1,684±0,169ab 0c 2,465±0,406a
Huruf yang sama pada kolom yang berbeda menunjukkan tidak beda nyata
Hasil uji statistik terhadap daya hambat ekstrak mangrove pada beberapa konsentrasi menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0,005) antara semua konsentrasi yang digunakan, demikian pula tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap penggunaan antibiotik rifampisin 50 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak S. alba sangat potensial dijadikan sebagai anti V. harveyi untuk alternatif pengganti antibiotik yang dapat digunakan pada penanggulangan penyakit vibriosis pada udang. Beberapa hasil penelitian sebelumnya menunjukkan potensi ekstrak S. alba sebgaia anti bakteri. Menurut Herawati (2011) bahwa kulit batang dari S. alba (Beropa) mengandung antioksidan dan seringkali dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat pesisir sebagai pengawet minuman atau makanan dan obat anti luka. Milon et al., 2012 melaporkan bahwa diameter zona hambatan S. alba terhadap V. mimicus dan V. parahemolyticus masing-masing 7 (mm) sedangkan Muliani et al. (2014) melaporkan bahwa nilai Minimum Inhibition Concentration (MIC) dari ekstrak S. alba terhadap V. harveyi adalah 1 mg/L, hal ini menunjukkan bahwa jenis mangrove ini sangat potensial yang dapat digunakan sebagai anti V. harveyi KESIMPULAN Daya hambat ekstrak mangrove Sonneratia alba terhadap V. harveyi antara semua konsentrasi yang digunakanan tidak berbeda nyata (P<0,05), demikian pula tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap penggunaan antibiotik rifampisin 50 mg/L. Ekstrak S. alba potensial digunakan sebagai alternatif penanggulangan V. harveyi penyebab penyakit pada udang UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih atas bimbingan Ir. Muharijadi Atmomarsono serta rekan-rekan peneliti dan teknisi yang penuh dedikasi dan tanggungjawab membantu terlaksananya penelitian ini. Penelitian ini dibiayai dari dana DIPA BPPBAP Maros tahun anggaran. DAFTAR ACUAN Arivuselvan, N., Jagadeesan, D., Govindan, T., Khatiresan, K., & Anantharaman, T. (20110. In Vitro antibacterial activity of leaf and bark extracts of selected mangroves against fish and shrimp pathogens. Global Journal of Pharmacology, 5(2), 112-116. Baskaran, R., & Mohan, P.M. (2012). In vitro antibacterial activity of leaf extracts of Rhizophora mucronata L. against multi drug resisten Vibrio spp. isolated from marine water lobster’s larvae hatcheries.Indian Journal of Geo-Marine Science, 41(3), 218-222. Grandiosa, R. (2010). Efektivitas penggunaan larutan filtrat jintan hitam (nigella sativa) dengan konsentrasi berbeda terhadap pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila secara in-vitro dan uji toksisitasnya terhadap ikan mas (Cyprinus carpio). Laporan Hasil Penelitian Mandiri. Universitas Padjadjaran, 16 hlm.
Uji hambat ekstrak metanol Sonnerata alba ..... (Nurbaya)
570
Herawati, Netti, Jalaluddin, N., La Daha, & Zenta, F. (2011). Potensi Antioksidan Ekstrak Metanol Kulit Batang Tumbuhan Mangrove Sonneratia alba. Jurnal. Universitas Hasanudin. Makassar. Khadriah, I.A.K. (2012). Pengembangan Metode Deteksi Cepat Vibrio Berpendar Patogenik Pada Udang Panaeid. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Karunasagar, I., Pai, R., Malathi, G.R., & Karunasagar, I. (1994). Mass mortality of Penaeus monodon larvae due to antibiotic-resistant Vibrio harveyi infection. Aquaculture, 128, 203–209. Millon, M. A., Muhit, M. A., Goshwami, D., Masud, M. M., & Begum, B. (2012). Antioxidant, cytotoxic and antimicrobial activity of Sonneratia alba bark. IJPSR, 3(7), 2233-2237. Muliani, Nurbaya, Tompo, A., & Atmomarsono, M. (2004). Eksplorasi Bakteri filosfer dari tanaman mangrove sebagai Bakteri Probiotik pada Budidaya Udang Windu Penaeus monodon, J. Pen. Perik. Ind., 2, 47-57. Muliani, Nurhaidayah, & Kurniawan, K. (2014). Skreening herbal tanaman mangrove dari beberapa lokasi di Sulawesi Selatan sebagai sumber anti bakteri V. harveyi penyebab penyakit pada udang windu Penaeus mondon (JRA in Press) Mulyani, Y., Bachtiar, E., & Kurnia, A.M.U. (2013). Peranan Senyawa Metabolit Sekunder Tumbuhan Mangrove Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Jurnal Akuatika. Universitas Padjajaran. Bandung, 4(1), 1-9. Suryati, E., & Hala, Y. (2002). Isolasi bioaktif Hydrozoan Lytocarpus philippinus sebagai bakterisida pada udang. MarinaChimica Acia, 1(1), 4-8. Suryati, E., Gunarto, & Sulaeman. (2006). Analisis Bioaktif Tanaman Mangrove yang Efektif Mereduksi Penyakit Bakteri pada Budidaya Udang Windu. Jurnal Riset Akuakultur, 1(1), 96-104. Suryati, E., Rosmiati, & Tenrulo, A. (2007). Penanggulangan penyakit bakteri pada udang windu (Penaeus monodon) menggunakan bioaktif tanman mangrove Avicenia alba. Marina Chimica Acta, 2(2), 1923. Turker, H., Yildirim, A.B., & Karakas, F.P. (2009). Sensitivity of Bacteria isolated from fish to some medicinal plant. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences, 9, 181-186.