Uji Daya Bunuh Ekstrak..................... (Rina Isnawati, et. al)
Uji Daya Bunuh Ekstrak Daun Nerium oleander L. Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus The Efficacy of Nerium oleander L. Leaves Extract Against Aedes aegypti and Culex quinquefasciatus Larvae Rina Isnawati*, Murni, Nelfita Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI Jl. Masitudju No.58 Labuan Panimba, Labuan, Donggala, Sulawesi Tengah, Indonesia
INFO ARTIKEL
ABSTRACT/ABSTRAK
Article History: Received: 28 Oct. 2015 Revised: 7 Dec.. 2015 Accepted: 10 Dec. 2015
The use of synthetic larvacide can be harmful to enviroment. It also can lead to larvacide resistance. One of the alternatives to reduce the negative impact of synthetic larvacide is organic larvacide from plant, such as Nerium oleander L. The aim of study was to determine the efficacy of N.oleander leaves extract against Aedes aegypti and Culex quinquefasciatus larvae which was measured by LC50 and LC90. The third instar larvae of Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus were used for the study which were divided into 10 groups. In addition, there were one positive control group with Bacillus thuringiensis and one negative control with water. The results showed that the LC50 and LC90 for Ae. aegypti were and 2,67% respectively whereas the LC50 and LC90 for Cx. quinquefasciatus were 0,14% and 0,71% respectively. Moreover, there was a mean difference in the death of larvae between Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus (p-value=0.006). Extract of N. oleander leaves were more effective against Cx. quinquefasciatus larvae than Ae. aegypti larvae.
Keywords: larvacide Nerium oleander Aedes aegypti Culex quinquefasciatus
Kata kunci: larvasida Nerium oleander Aedes aegypti Culex quinquefasciatus
Penggunaan larvasida sintesis sangat merugikan masyarakat seperti pencemaran lingkungan dan menyebabkan resistensi. Alternatif untuk mengurangi dampak negatif tersebut adalah dengan menggunakan larvasida nabati yang berasal dari tanaman yaitu Nerium oleander L. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan besarnya daya bunuh ekstrak daun Nerium oleander yang ditunjukkan dengan LC50 dan LC90. Larva nyamuk yang digunakan adalah larva nyamuk Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus yang telah mencapai instar III yang dibagi menjadi 10 kelompok perlakuan dengan kontrol positif (Bacillus thuringiensis) dan kontrol negatif (Air). Hasil penelitian menunjukkan bahwa LC50 dan LC90 untuk Ae. aegypti masing-masing adalah 0,68% dan 2,67%, sedangkan LC50 dan LC90 untuk Cx. quinquefasciatus masing-masing adalah 0,14% dan 0,71%, dan terdapat perbedaan kematian yang bermakna antara Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus (p-value=0.006 ). Ekstrak daun N. oleander lebih efektif terhadap larva nyamuk Cx. quinquefasciatus dari pada Ae. aegypti. © 2015 2015 Jurnal Vektor Penyakit. All rights reserved.
*Alamat Korespondensi : email :
[email protected]
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara tropis terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan adanya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk diantaranya adalah Demam Berdarah Dengue (DBD) dan 1 filariasis. Nyamuk Aedes aegypti adalah penular penyakit Demam Berdarah Dengue,2 sedangkan nyamuk sebagai vektor filariasis 3 adalah dari genus Culex dan Aedes.
DBD merupakan penyakit infeksi tular vektor yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan tidak sedikit yang menyebabkan kematian. Untuk kasus DBD di Sulawesi Tengah berdasarkan hasil Riskesdas 2007 didapatkan prevalensi sebesar 1,1%, lebih tinggi dari angka prevalensi nasional (0,6%). Filariasis adalah penyakit kronik yang ditularkan melalui beberapa gigitan nyamuk, salah satunya adalah Culex quinquefasciatus
59
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 9 No. 2, 2015 : 59–64
d a n d a p a t m e nye b a b ka n ke c a c a t a n . Umumnya penyakit ini diketahui setelah timbul gejala klinis dan kronis. Prevalensi filariasis di Sulawesi Tengah berdasarkan hasil Riskesdas 2007 adalah 1,4‰, di atas angka prevalensi nasional (1,1‰).4 Pengendalian vektor telah banyak dilakukan dengan berbagai cara dan salah satu cara yang terpenting adalah dengan 5 memutus rantai penularan. Sampai saat ini pengendalian masih di titik beratkan pada penggunaan insektisida kimia karena lebih efektif, mudah aplikasinya dan hasilnya dapat diketahui dengan cepat. Seiring perkembangan jaman dan adanya penggunaan insektisida yang berulang telah menimbulkan masalah baru yaitu timbulnya resistensi vektor dan pencemaran lingkungan.6 Metode pengendalian vektor yang paling efektif adalah dengan membunuh larvanya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan usaha untuk mendapatkan larvasida alternatif yaitu menggunakan larvasida nabati dari tanaman yang mempunyai kandungan beracun terhadap serangga pada stadium larva. Beberapa penelitian tanaman sebagai larvasida telah dilakukan diantaranya adalah ekstrak biji mimba (Azadirachta indica) terhadap Ae. aegypti, ekstrak etanol minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) terhadap Ae. aegypti, Culex sp, Anopheles sundaicus, ekstrak daun teklan (Eupatorium riparium) terhadap 1,2,7 Ae. aegypti. Penelitian tanaman sebagai larvasida nabati masih perlu dikembangkan mengingat banyak tanaman yang tidak dikenal secara umum ternyata memiliki manfaat dan nilai ekonomis yang cukup tinggi.2 Tanaman Oleander N. oleander banyak dijumpai di Sulawesi Tengah sebagai tanaman hias di pekarangan rumah maupun di pinggir jalan. Tanaman tersebut berpotensi sebagai larvasida nabati karena bersifat toksik. Menurut Inchem, 2005 dalam Goktas, 2007 bahwa N. oleander banyak mengandung senyawa beracun, yang paling tinggi kandungannya adalah oleandrin dan nerin 8 sebagai glikosida jantung. Bagian tanaman N. oleander yang dapat digunakan sebagai insektisida adalah akar, 60
batang, kulit batang, daun dan bunga, tetapi yang paling sering digunakan adalah daunnya karena paling banyak mengandung oleandrin. Zat tersebut bekerja sebagai racun perut dan penghambat daya makan larva. Racun perut akan mempengaruhi metabolisme larva setelah memakan racun, kemudian racun akan masuk ke dalam tubuh dan dicerna dalam saluran tengah yang kemudian diedarkan bersama cairan yang fungsi seperti darah. Racun yang terbawa cairan tersebut akan mempengaruhi sistem saraf larva dan 9 kemudian akan menimbulkan kematian. Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap tanaman N. oleander yaitu penelitian Fakoorziba menggunakan ekstrak daun dan bunga N. oleander terhadap Anopheles stephensi, Komalamisra menggunakan ekstrak etanol daun oleander terhadap larva nyamuk Ae. aegypti diperoleh LC50 sebesar 197,97 mg/L.10,11 Penelitian yang dilakukan oleh Raveen menggunakan ekstrak hexan bunga oleander terhadap larva nyamuk Cx. quinquefasciatus hasilnya lebih tinggi dibandingkan ekstrak menggunakan air dengan nilai LC 50 setelah 24 dan 48 jam masing-masing sebesar 102,54 dan 61,11 12 ppm. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan besarnya daya bunuh ekstrak daun N. oleander sebagai larvasida nabati dengan menentukan LC50 dan LC90 terhadap larva nyamuk Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus, sehingga diharapkan dapat memberikan alternatif pengendalian vektor penyakit menggunakan larvasida nabati. BAHAN DAN METODE Penyediaan Larva Nyamuk Larva nyamuk Ae. aegypti (Instar III) diperoleh dari Instalasi Hewan Coba Balai Litbang P2B2 Donggala. Telur nyamuk Cx. quinquefasciatus diambil dari alam dan ditetaskan di laboratorium sehingga diperoleh keadaan yang stabil. Pembuatan Ekstrak Daun Oleander Daun N. oleander diperoleh dari wilayah Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense LIPI Bogor. Daun yang sudah dikeringkan dihaluskan dengan blender dan diayak
Uji Daya Bunuh Ekstrak..................... (Rina Isnawati, et. al)
sehingga diperoleh serbuk halus. Serbuk halus kemudian diekstraksi dengan metode perkolasi, menggunakan pelarut etanol 70% pada suhu kamar.13 Ekstrak ditampung dalam erlenmeyer, hasil ekstrak kemudian diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstraksi dilakukan di Balai Besar Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu diperoleh sebesar 15,04%. Uji Pendahuluan Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak daun oleander sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan sampai volume 100 ml masing-masing diisi 25 larva nyamuk. Percobaan dilakukan di mangkuk plastik yang telah diisi larva nyamuk instar III. 1 4 Konsentrasi yang digunakan pada larva nyamuk Ae. aegypti adalah 0.4% , 0.6%, 0.8%, 1%, 1.2%, 1.4% (b/v) diperoleh LC50:0.781% dan LC90:1.617%, sedangkan pada larva nyamuk Cx. quinquefasqiatus digunakan konsentrasi 1.4%, 1.6%, 1.8%, 2%, 2.2%, 2.4% (b/v) diperoleh LC50:0.87% dan LC90:1.31% Uji Larvasida Larva nyamuk yang dipakai adalah larva nyamuk Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus dibagi menjadi 10 kelompok perlakuan dengan kontrol positif Bacillus thuringiensis (H-14) dan air sebagai kontrol negatif. Masing-masing kelompok perlakuan terdiri dari 25 larva instar III akhir dengan konsentrasi N. oleander, untuk Ae. aegypti yaitu (0,4;0,6;0,8;1;1,2;1,4;1,6;1,8;2;2;2)%. Konsentrasi uji untuk Cx. quinquefasciatus adalah (0,2;0,4;0,6;0,8;1;1,2;1,4;1,6;1,8;2)%. Pengamatan dilakukan 24 jam setelah perlakuan. Untuk menghitung banyaknya ulangan (replikasi) di hitung menggunakan 15 rumus Federer. (t -1) (n - 1) ≥15 Keterangan: t : Jumlah perlakuan (10 konsentrasi ekstrak daun N. oleander) n : Jumlah Ulangan (diperoleh ulangan sebanyak empat kali) Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah kematian larva nyamuk setelah 24 dan 48 jam perlakuan untuk penentuan nilai LC50 dan Lc90. Uji statistik yang
digunakan adalah uji probit untuk mencari LC50 dan LC90 serta dilakukan uji T-test untuk menghitung perbedaan kematian pada larva nyamuk Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus. HASIL Hasil pengukuran suhu ruangan selama pengujian berkisar rata-rata 27oC, merupakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan larva. Sementara pH medium kontrol dan larutan uji selama pengujian rata-rata tujuh dan kelembaban 68%. Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kematian larva nyamuk Ae. aegypti dan Cx. quinquefasqiatus semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak daun N. oleander.
Gambar 1. Data Kematian Larva Nyamuk Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus Setelah 24 Jam Perlakuan Ekstrak tersebut mampu menyebabkan kematian larva Ae. aegypti sebesar 44% pada konsentrasi terendah 0,4% dan mematikan 100% hewan uji pada konsentrasi 2,2%, sedangkan rata-rata kematian larva nyamuk Cx. quinquefasqiatus sebesar 64% pada konsentrasi terendah 0,2% dan mematikan 100% pada konsentrasi 1,2%; 1,8%; 2%. Selanjutnya pada Gambar 2 dapat dilihat nilai LC50 sebesar 0,68% dan LC90 sebesar 2,67%, artinya pengaruh yang disebabkan oleh ekstrak daun N. oleander mampu menyebabkan kematian 50% larva Ae. aegypti pada konsentrasi 0,68%, ekstrak daun N. oleander juga mampu menyebabkan kematian 90% pada konsentrasi 2,67%. Hal ini berarti konsentrasi 0,68% dan 2,67% memberikan pengaruh kematian pada larva
61
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 9 No. 2, 2015 : 59–64
Ae. aegypti. Hasil uji probit pada larva nyamuk Cx. quinquefasciatus diperoleh nilai LC50 sebesar 0,14% dan LC90 sebesar 0,71%. Pengaruh yang disebabkan oleh ekstrak daun N. oleander mampu menyebabkan kematian 50% pada konsentrasi 0,14% dan juga mampu menyebabkan kematian 90% pada konsentrasi 0,71%.
Tabel 1. Kematian Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus setelah 24 Jam Perlakuan Jenis Nyamuk Mean Kematian Aedes Culex
16,8(5,1) 22,5 (2,8)
p-value
95%
0,006
1,8-9,6
Berdasarkan Tabel 1. hasil uji T-test menunjukkan adanya perbedaan kematian yang nyata antara larva nyamuk Ae. aegypti dan Cx. quinquefasqiatus dengan p-value 0,006(<0,05).
PEMBAHASAN Kematian larva nyamuk meningkat seiring meningkatnya konsentrasi ekstrak daun N. oleander, hal ini menunjukkan dan memastikan bahwa ekstrak tersebut bersifat toksik. Pada penelitian ini suhu, pH dan kelembaban masih pada batas normal, maka Gambar 2. Nilai LC50 dan Lc90 Ekstrak Daun kecil kemungkinan larva nyamuk dalam Oleander terhadap Larva Nyamuk penelitian ini mati disebabkan oleh pengaruh Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus luar seperti suhu, pH dan kelembaban. setelah 24 Jam Perlakuan Hal tersebut sesuai dengan penelitian Asiah yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun Nephelium lappaceum maka semakin tinggi pula rata-rata 16 kematian larva nyamuk Ae. aegypti. Adanya perbedaan atau variasi pada jumlah kematian larva nyamuk disebabkan oleh adanya variasi sensitifitas dan resistensi dari setiap larva terhadap bahan aktif yang terdapat dalam ekstrak. Senyawa bioaktif yang terkandung dalam ekstrak daun N. oleander merupakan penyebab kematian larva karena senyawa bioaktif tersebut sebagai zat toksik. Kematian larva disebabkan oleh ketidakmampuan larva Gambar 3. Nilai LC50 dan Lc90 Ekstrak Daun dalam mendetoksifikasi senyawa toksik yang N. Oleander terhadap Larva Nyamuk masuk ke dalam tubuhnya.7 Berdasarkan hasil Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus pengamatan, larva uji memperlihatkan gejala setelah 48 Jam Perlakuan kegelisahan yang ditandai dengan gerakanSelanjutnya pada Gambar 3. merupakan gerakan naik turun pada media uji, sedangkan hasil pengamatan yang dilakukan sampai 48 pada kontrol, larva menunjukkan kondisi jam setelah perlakuan. Nilai LC50 dan LC90 pada istirahat di permukaan membentuk sudut tertentu. pengamatan 48 jam lebih kecil dibandingkan Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak pada pengamatan 24 jam setelah perlakuan, daun N. oleander lebih efektif untuk artinya pengamatan setelah 48 jam perlakuan m e m b unuh larva nyamuk Cx. untuk menegaskan bahwa kematian larva quinquefasqiatus dari pada Ae. aegypti karena nyamuk yang diuji disebabkan oleh ekstrak konsentrasi yang dibutuhkan untuk daun N. oleander
62
Uji Daya Bunuh Ekstrak..................... (Rina Isnawati, et. al)
membunuh larva nyamuk Cx. quinquefasqiatus lebih kecil dibandingkan Ae. Aegypti. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Lokesh yang menyatakan bahwa d a r i t i g a l a r va nya m u k ya n g d i u j i menggunakan ekstrak daun N.oleander dan Trigonella faenum, Ae. aegypti adalah yang paling sensitif terhadap perlakuan tersebut dengan menunjukkan rata-rata kematian tertinggi dibandingkan dengan larva nyamuk 17 Cx. quinquefasqiatus dan Anopheles sp. Perbedaan tersebut disebabkan oleh kualitas ekstrak daun N. oleander yang dipengaruhi beberapa faktor seperti tempat tumbuh tanaman, metode ekstraksi dan pelarut yang digunakan, dan juga perbedaan sensitivitas 18 pada larva nyamuk yang diuji. Pengaruh perbedaan kematian antara larva nyamuk Ae. aegypti dan Cx.quinquefasqiatus tersebut juga berarti dalam ekstrak daun N. oleander terkandung senyawa yang efektif seperti oleandrin yang berpengaruh juga terhadap nyamuk An. 10 stephenai. Ekstrak daun N. oleander merupakan larvasida nabati yang bekerja sebagai racun perut dan penghambat daya makan larva. Racun perut akan mempengaruhi metabolisme larva setelah memakan racun, kemudian racun akan masuk ke dalam tubuh dan dicerna dalam saluran tengah yang kemudian diedarkan bersama cairan yang berfungsi seperti darah. Racun yang terbawa cairan tersebut akan mempengaruhi sistem saraf larva dan kemudian akan menimbulkan kematian.9 KESIMPULAN Ekstrak daun N. oleander lebih efektif membunuh larva nyamuk Cx. quinquefasciatus dari pada larva nyamuk Ae. aegypti. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap daun N. oleander sebagai larvasida nabati untuk mengendalikan atau membunuh larva nyamuk. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada Pembimbing Dra. Blondine Ch. P M.Kes
(B2B2VRP Salatiga) dan Dr. Yani Sudiyani (Puslit Kimia LIPI) atas masukan dan saran yang membangun serta Teknisi Laboratorium Galenika B2P2TOOT Tawangmangu atas bantuannya selama proses ekstraksi daun N.oleander. DAFTAR PUSTAKA 1.
Lailatul KL, K., Asep RE. Efektivitas b i o l a r va s i d a e k s t ra k e t a n o l l i m b a h penyulingan minyak akar wangi ( Vetiveria zizanoides ) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti , Culex sp ., dan Anopheles sundaicus. J Sains dan Teknol Kim. 2010;1(1):59-65. 2. Suirta IW, M PN, K GN. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Aktif Larvasida Dari Biji Mimba ( Azadirachta indika A . Juss ) Terhadap Larva Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti). J Kim. 2007;1:47-54. 3. Ardias A, Setiani O, Darundiati YH. Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat yang Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Sambas. J Kesehat Lingkung Indones. 2013;11(2):199-207. http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/a rticle/view/5032. 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Lap Nas 2007. 2008:1384. doi:1 Desember 2013. 5. Nugroho A, Setyaningrum E, Wintoko R, Kurniawan B. The influence of fruit extracts Phaleria macrocarpa against Aedes aegypti larvae development of instar III. Med J Lampung Univ. 2014:9-17. 6. Sukowati S. Masalah Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Pengendaliannya di Indonesia. Bul Jendela Epidemiol. 2010;2:5-8 7. Yunita EA, Suprapti NH, Hidayat JW. Pengaruh Ekstrak Daun Teklan (Eupatorium riparium) Terhadap Mortalitas Dan Perkembangan Larva Aedes aegypti. J Bioma. 2009;11(1). 8. Goktas O, Mammadov R, Duru ME, Ozen E, Colak AM. Application of extracts from the poisonous plant , Nerium Oleander L ., as a wood preservative. African J Biotechnol. 2007;6(September):2000-2003. 9. Wahyudi A. Nerium oleander :Pestisida Botani Untuk Pengendalian Hama. War Litbang Tanam. 2010;16 (2). 10. Fakoorziba MR, Moemenbellah-Fard MD, Azizi K, Mokhtari F. Mosquitocidal efficacy of medicinal plant, Nerium oleander (Apocynaceae), leaf and flower extracts against malaria vector, Anopheles stephensi
63
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 9 No. 2, 2015 : 59–64
11.
12.
13.
14.
64
Liston (Diptera: Culicidae) larvae. Asian Pacific J Trop Dis. 2015;5(1):33-37. doi:10.1016/S2222-1808(14)60623-X. Komalamisra N, Trongtokit Y, Rongsriyam Y, Apiwathnasorn C. Screening for larvicidal activity in some Thai. Southeast Asian J Trop Med Public Heal. 2005;36(6). Raveen R, Kamakshi KT, Deepa M, Arivoli S, Tennyson S. Larvicidal activity of Nerium oleander L . ( Apocynaceae ) flower extracts against Culex quinquefasciatus Say ( Diptera: Culicidae ). Int J Mosq Res. 2014;1(1):38-42. http://www.dipterajournal.com/vol1issue1/ mar2014/7.1.pdf. Thakur M, Pathak S. Phytochemical and AntiBacterial Activity of Eclipta Alba. Asian Reson. 2015;IV(III):108-112. WHO. Guidelines for laboratory and field testing of mosquito larvicides. World Heal Organ. 2005:1-41. doi:Ref:
WHO/CDS/WHOPES/GCDPP/2005.11. 15. Yuniarti R a., Damar TB. Efikasi Kombinasi Bacillus thuringiensis israelensis dan Mesocyclops aspericornsis Sebagai Pengendali Hayati Aedes aegypti di Gentong Air. Bul Penelit Kesehat. 2008;36:26-32. 16. Asiah S, Gama A, Ambarwati. Efektifitas ekstrak etanol daun rambutan (Nephelium lappaceum l.) terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti instar III. J Kesehat. 2009;2:103-114. 17. Lokesh R, Barnabas EL, Madhuri P, Saurav K, Sundar K. Larvicidal Activity of Trigonella foenum and Nerium oleander Leaves Against Mosquito Larvae Found in Vellore City , India. Curr Res J Biol Sci. 2010;2(3):154-160. 18. Hernani, Marwati T, Winarti C. Pemilihan Pelarut Pada Pemurnian Ekstrak Lengkuas ( Alpinia galanga ) Secara Ekstraksi. JPascapanen. 2007;4(1):1-8.