Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
UJI ANTI INFLAMASI CAMPURAN INTERAKSI PADAT IBUPROFEN DAN KAFEIN Deni Noviza1, Erizal Zaini1, Dian Ayu Juwita1 1
Fakultas Farmasi Universitas Andalas,Kampus Unand Limau Manis Padang email:
[email protected] ABSTRACT
Solid state interaction between ibuprofen and caffeine was eutectic. The eutectic point at ibuprofen-caffeine ratio 0,4 : 0,6 in equimole. The aim of the study to observe the antiinflammatory activity of solid state interaction between ibuprofen-caffeine ratio 0,4 : 0,6 in equimole on female white rat. 0.2 ml of 5% carrageenan solution was used as inducer of paw edema. The rats were divided into three groups: control, pure ibuprofen, and melted of ibuprofen-caffeine ratio 0,4 : 0,6. The samples were administered at the dose of 5,4 mg/200 g body weight orally one hour after carrageenan induction. The volume of edema was measured in one hour interval for five hours. Percentage of edema volume was calculated on each intervals. The data were analyzed with two-way ANOVA and expressed as mean of percent changes ± standard erorr. The result showed that pure ibuprofen show significant antiinflammatory activity as compared with melted of ibuprofen-caffeine ratio 0,4 : 0,6. It can be concluded that eutectic system between ibuprofen – caffeine at ratio 0,4 : 0,6 exhibit the low anti-inflammatory activity with pure ibuprofen. Keywords: ibuprofen, caffeine, eutectic, anti-inflammatory, PENDAHULUAN Ibuprofen merupakan salah satu senyawa golongan Non-Steroid Anti Inflamasi Drug (NSAID) yang potensial dan aman. Selama 30 tahun ini, obat turunan asam fenil asetat ini digunakan secara luas karena khasiatnya. Selain digunakan untuk anti-inflamasi, obat ini juga mempunyai khasiat sebagai analgesik antipiretik (Sweetman et al, 2009). Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine bersama senyawa teofilin dan teobromin, berlaku sebagai perangsang sistem saraf pusat. Pada keadaan asal, kafein ialah serbuk putih yang pahit dengan rumus kimianya C6 H10 O2, dan struktur kimianya 1,3,7- trimetilxantin (Sweetman et al, 2009). Kafein agak sukar larut dalam air dan dalam etanol, mudah larut dalam kloroform dan sukar larut dalam eter (DepKes, 1994).
Kafein sering diberikan bersama dengan obat-obat analgetik seperti parasetamol, ibuprofen dan aspirin karena kafein dianggap dapat meningkatkan efek analgetik dari obat-obat tersebut (Derry et al, 2012). Campuran ibuprofen dan kafein yang diberikan secara bersamaan memperlihatkan efek sebagai analgetik lebih baik dibandingkan ibuprofen murni. Campuran ibuprofen kafein dapat menghilangkan sakit kepala lebih cepat dibandingkan dengan ibuprofen murni (Diamond et al, 2000) Ibuprofen dan kafein memiliki kemiripan pada struktur molekulnya. Kemiripan struktur molekul dan kisi kristal antara dua atau lebih bahan aktif yang terdapat dalam suatu sediaan, memungkinkan terjadinya interaksi fisika (Soewandhi, 2005). Dari penelitian sebelumnya didapatkan bahwa interaksi padat yang terbentuk antara ibuprofen dan
207
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
kafein adalah membentuk sistem eutetik (Noviza, 2012). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh interaksi padat antara ibuprofen dan kafein terhadap khasiat terapi dari ibuprofen, maka
dilakukan uji daya antiinflamasi dari campuran padat ibuprofen dan kafein dengan menggunakan metode pembentukan edema buatan pada telapak kaki tikus putih betina.
METODOLOGI PENELITIAN Bahan Ibuprofen (PT. Kimia Farma tbk), kafein (Brataco), aquadest, karagenan, Na CMC, Raksa. Alat Timbangan digital (SHIMADZUAUX 220), platisnometer, waterbath, dan alat gelas laboratorium. Pembuatan Leburan Ibuprofen dan Kafein Ibuprofen dan kafein masing-masing diayak dengan menggunakan pengayak ukuran 140-160 m, fraksi yang tertampung pada pengayak ukuran 140 diambil. Campurkan ibuprofen dan kafein dengan perbandingan molar 0,4 : 0,6 kemudian lebur diatas penangas air sampai melebur sempurna. Penyiapan Hewan Uji Hewan uji yang digunakan adalah tikus betina betina galur Sprague Dawley berumur 2-3 bulan dengan berat badan 200 gram. Hewan percobaan diaklimatisasi terlebih dahulu selama satu minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan percobaan. Karagenan digunakan sebagai penginduksi edema pada telapak kaki tikus. Larutan 0,5% karagenan dibuat dengan melarutkan 50 mg karagenan dalam NaCl
Kelompok I II III
Fisiologis sebanyak 10 ml. Sebanyak 0,2 ml larutan karagenan 0,5% diinjeksikan secara subplatar pada telapak kaki kiri tikus. Uji Anti Inflamasi Tikus dengan edema pada telapak kakinya dibagi atas tiga kelompok : kontrol, ibuprofen murni dan hasil leburan ibuprofen-kafein 0,4 : 0,6. Sampel diberikan dengan dosis 5,4 mg/200 mg BB tikus secara oral satu jam setelah induksi dengan karagenan. Volume edema di ukur setiap satu jam selama 5 jam menggunakan plethysmometer. Persentase volume edem dihitung untuk setiap interval waktu. Data yang didapat di tabulasi dan persentase perubahan inflamasi setiap grup di hitung menggunakan persamaan berikut: Persentase perubahan inflamasi = x 100% Keterangan: Vt: volume telapak kaki tikus pada waktu t Vo: volume telapak kaki tikus awal Persentase perubahan ukuran inflamasi dari edema kaki tikus tiap kelompok dibandingkan satu sama lain. Data dianalisa dengan analisa varian (ANOVA) dua arah dimana tingkat kebermaknaan yang digunakan 95%.
Tabel 1. Pembagian Kelompok Uji Jumlah Perlakukan Tikus 6 Kontrol Positif, yang diberikan kargenan 0,5% 6 Diberi Ibuprofen murni dalam aquadest + karagenan 0,5% 6 Diberi Hasil leburan Ibuprofen : Kafein : 0,4 : 0,6 dalam Na CMC 1 % + Karagenan 0,5% 208
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
Perhitungan Dosis Faktor konversi dosis dari manusia (70 kg) ke tikus (200 g) adalah 0,018. Dosis harian dari ibuprofen pada manusia adalah
200-400 mg. Pada penelitian ini 300 mg ibuprofen dikonversikan menjadi 0,54 mg/200 g tikus.
HASIL DAN DISKUSI Sifat antiinflamasi dari hasil leburan ibuprofen-cafein 0,4:0,6 dibandingkan dengan ibuprofen murni di amati dengan dua
parameter yaitu volume edema dan persentase inhibisi edema. Hasil nya sebagai berikut :
Gambar 1. Volume edema rata-rata pada tiap kelompok perlakuan I : Kontrol; II : Ibuprofen Murni ; III : Hasil leburan ibuprofen-kafein 0,4 : 0,6 Pada grafik terlihat bahwa kelompok kontrol memperlihatkan peningkatan volume edema dari jam pertama sampai ke lima. Hal ini membuktikan bahwa karagenan 0,5% b/v dapat menginduksi inflamasi. Metode
induksi edema pada telapak kaki tikus dengan karagenan secara luas diakui sebagai metode yang sensitif untuk mempelajari sifat antiinflamasi dari suatu zat, terutama zat-zat golongan non steroid (Vinegar et al, 1969).
Gambar 2. Persentase inhibisi radang pada tiap kelompok perlakuan I : Kontrol; II : Ibuprofen Murni ; III : Hasil leburan ibuprofen-kafein 0,4 : 0,6 209
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
Ukuran radang pada kelompok kontrol terlihat meningkat secara konstan per satuan waktu. Gambar 2 memperlihatkan bahwa sifat antiinflamasi dari ibuprofen murni lebih baik dari hasil leburan ibuprofen-kafein 0,4 : 0,6. Dari analisa statistik dengan ANOVA dua arah didapatkan bahwa sifat antiinflamasi (terlihat dari % inhibisi radang) dari ibuprofen murni sangat berbeda nyata dengan hasil leburan dari ibuprofen-kafein 0,4 : 0,6. Ibuprofen murni dan hasil leburan ibuprofen-kafein 0,4 : 0,6 memiliki pola yang sama dalam menginhibisi radang. Pada waktu pertama dan kedua, inhibisi radangnya naik, pada jam ke tiga dan ke empat menurun secara drastis kemudian pada jam ke 5 akan naik dengan signifikan. Pada tes antiinflamasi dengan menggunakan karagenan sebagai penginduksi edema pada kaki tikus, perkembangan edema (respon inflamasi) terdiri dari dua fase dengan suatu fase diantaranya (Vinegar et al, 1969). Fase
awal (1-2 jam) umumnya di timbulkan oleh histamin dan serotonin (Vinegar et al, 1969), tapi faktor pencetus platelet dan metabolisme asam arakidonat juga sangat berperan (Boughton-Smith et all, 1993).. Fase antara fase 1 dan 2 disebabkan oleh senyawa mirip kinin terutama bradikinin (Vinegar et al, 1969). Fase ke-2 dari proses inflamasi dihubungkan dengan pelepasan prostaglandin, metabolisme arakidonat, migrasi neutrofil, pelepasan radikal bebas oksigen, enzim proteolitik (Boughton-Smith et al, 1993). Ibuprofen murni maupun hasil leburan ibuprofen-kafein 0,4 : 0,6 mempunyai aktivitas yang sama dalam menginhibisi fase awal inflamasi, tidak berefek pada fase diantaranya dan aktifitasnya sangat baik pada fase ke dua. Dalam ini terlihat bahwa sifat ibuprofen sebagai antiinflamasi tidak berubah walau di lebur bersama dengan kafein dengan perbandingan molar 0,4 : 0,6.
KESIMPULAN Ibuprofen murni memiliki sifat aniinflamasi lebih baik dibandingkan dengan hasil leburan ibuprofen-kafein 0,4 : 0,6. DAFTAR PUSTAKA Adeyemi OO, Okpo SO, Ogunti OO, 2002, Analgesic and Anti-Inflammatory Effect of The Aqueous Extract of Leaves of Persea amaericana Mill (Lauraceae), Fitoterapia, 73: 375 - 380 Boughton-Smith NK, Deckin AM, Follenfant RL, Whittle BJ, Garland LG, 1993, Role of Oxygen Radicals and Arachidoni acid metabolites in The Reverse Passive Arthus Reaction and Carrageenan Paw Oedema in The Rat, Br J Pharmacol. 110: 896 – 902 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1994, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Derry CJ., Derry S, Moore RA., 2012, Caffeine as an Analgesic Adjuvant for Acute Pain in Adults, Cochrane Database Syst Rev 3. Diamond S., Balm T.K., Freitag F.G., 2000, Ibuprofen Plus Caffeine in The Treatment of Tension-Type Headache, Clin Pharmacol Ther, 68(3) Noviza, D., Erizal, I. Monalisa., 2012, Identifikasi Interaksi Fisika Ibuprofen dan Kafein Menggunakan Metode Analisa Termal dan Difraksi Sinar X, Padang: Laporan Penelitian Dosen Muda Universitas Andalas Ratnasooriya WD, Deraniyagala SA, Galhena G, Liyanage SSP, Bathige
210
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
SDNK, Jayakody JRAC, 2005, AntiInflamatory Activity of The Aqueous Leaf Extract of Ixora coccinea, Pharmaceutical Biology, 43(2): 147152 Soewandhi, S. N., 2005, Kristalografi Farmasi 2, Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung
Sweetman, S.C. Martindale, The Complete Drug Reference (36thEd). 2009. London: The Pharmaceutical Press. Vinegar CA, Schreiber W, Hugo R, 1969, Biphasic Development of Carageenon oedema in Rats, J.Pharmacol Exp Ther 166(56): 96 – 103
211