UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK AIR UMBI BAWANG TIWAI (ELEUTHERINE BULBOSA (MILL) URB PADA MENCIT PUTIH JANTAN (MUS MUSCULUS) Eka Siswanto Syamsul Akademi Farmasi Samarinda Jl. A.Wahab Sjahranie No.226 Samarinda, Kalimantan Timur *Koresponden email:
[email protected] ABSTRAK Inflamasi atau radang adalah suatu respon protektif tubuh terhadap cedera. Reaksi ini merupakan upaya pertahanan tubuh untuk menghilangkan penyebab cedera. Umbi bawang tiwai mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder seperti fenolik, triterpenoid, dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekstrak air umbi bawang tiwai sebagai antiinflamasi pada mencit putih. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dibagi dalam 5 kelompok yaitu kelompok perlakuan kontrol positif (Kalium Diklofenak 50 mg), kontrol negatif (Na CMC 0,5%), dosis I (50 mg/kgBB), dosis II (100 mg/kgBB) dan dosis III (200 mg/kgBB). Ekstraksi dilakukan dengan metode infusa sehingga diperoleh ekstrak kering. Pemberian senyawa uji dilakukan dengan cara peroral. Setelah 30 menit kaki mencit diinduksi dengan menggunakan karagenin 1% sebagai zat pembuat udem. Hasil penelitian pemberian ekstrak air umbi bawang tiwai dosis 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB memiliki efek antiinflamasi terhadap mencit putih. Berdasarkan perhitungan persen inhibsi pada menit ke 30’ sampai ke 300’ pada kelompok dosis 200 mg/kgBB memiliki persen inhibisi lebih kuat dibanding dengan dosis 50 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB. Namun tidak lebih kuat dibandingkan dengan kontrol positif. Berdasarkan hasil pada analisis dengan one way ANOVA persen radang menunjukkan bahwa ekstrak air umbi bawang tiwai dosis 200mg/kgBB tidak berbeda signifikan (P > 0,05) dengan kontrol positif pada menit ke 30’ sampai ke 300’ menunjukkan bahwa dosis 200 mg/kgBB sama kuat dengan kontrol positif. Kata kunci: Antiinflamasi, Ekstrak air umbi bawang tiwai, persen inhibisi. ABSTRACT Inflammatory or chafe is a response protective the body to injury .This reaction is an effort defense of the body for removing the causes injury .Tubers onions tiwai containing several compounds of a metabolite secondary as phenolic , triterpenoid , and flavonoid .Research aims to understand extracts moisture tubers onions tiwai as antiinflamasi in mice white. The research is research experimental which are divided into 5 group that is the treatment group control positive ( potassium diklofenak 50 mg ) , control negative ( na cmc 0.5 % ) , doses i ( 50 mg / kgbb ) , doses ii ( 100 mg / kgbb ) and dosage of iii ( 200 mg / kgbb ) .Extraction done with the methods infusa order to obtain extract dry .The provision of compound test done by means of peroral .After 30 minutes feet mice induced by using karagenin 1 percent as a udem maker . The results of the study the provision of extracts moisture tubers onions tiwai doses mg / kgbb 100 and 200 mg / kgbb have the effect of antiinflamasi to mice white . Based on the calculation of percent inhibsi in the to 30 up to 300 in the doses 200 mg / kgbb having percent inhibition stronger compared to doses 50 mg / kgbb and 100 mg / kgbb .But not stronger compared to the positive .Based on the results in the analysis with one way anova percent inflammation of shows that extracts moisture tubers onions tiwai doses 200mg / kgbb no different significant ( p & gt; 0.05 ) and control positive in the to 30 up to 300 shows that doses 200 mg / kgbb as strong and control positive . Keywords: antiinflamasi , extracts moisture tubers onions tiwai , percent inhibition.
PENDAHULUAN Inflamasi atau radang adalah suatu respon protektif tubuh terhadap cedera. Reaksi ini merupakan upaya pertahanan tubuh untuk menghilangkan penyebab cedera (Pringgoutomo dkk, 2002). Respon inflamasi ditandai dengan adanya aliran darah yang berlebihan pada daerah cedera, panas yang merupakan respon inflamasi pada permukaan tubuh dan rasa nyeri karena adanya penekanan jaringan akibat edema. Selain itu menimbulkan bengkak (edema) (Dyatmiko, 2003). Edema adalah cairan berlebih di sela–sela jaringan. Edema yang terjadi biasanya sangat mengganggu pasien, oleh karena itu perlu dicari pengobatan alternatif untuk menurunkan edema misalnya obat yang berasal dari tanaman. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat obat adalah umbi bawang tiwai. umbi bawang tiwai mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder seperti fenolik, triterpenoid, flavonoid, dan juga mengandung minyak atsiri. Umbi bawang tiwai berkhasiat sebagai obat kanker, tumor, antiinflamasi (anti radang), menghentikan pendarahan (hemostatik), dan memperlancar air seni (diuretik), analgesik, disentri, sedangkan daunnya berkhasiat sebagai obat bagi wanita nifas (Galingging, 2009). Salah satu kandungan umbi bawang tiwai adalah flavonoid, dimana flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti hepatoprotektif, antitrombotik, antiinflamasi, dan antivirus. Senyawa flavonoid yang dapat berfungsi sebagai antiinflamasi adalah toksifolin, biazilin, haematoksilin, gosipin, prosianidin, nepritin, dan lain-lain. Kandungan flavonoid ini berpotensi untuk mengurangi atau menghilangkan edema. Penelitian Saleh (2010), menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol bawang tiwai dengan dosis 50 mg/kg BB memperlihatkan efek hipoglikemik yang efektif yang hampir sama dengan glibenklamid dan menurut penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2008), daun jambu biji mempunyai efek antiinflamasi pada dosis 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB karena adanya senyawa flavonoid yang terkandung didalamnya, sedangkan Reynertson (2007) menyatakan bahwa flavonoid memiliki potensi dalam menghambat enzim siklooksigenase sehingga
pembentukan prostaglandin pun terhambat. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui ekstrak air bawang tiwai bisa berkhasiat antiinflamasi. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu percobaan laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul akibat dari adanya perlakuan tertentu. Penelitian yang akan dilakukan mengenai pengujian aktivitas antiinflamasi ekstrak air umbi bawang tiwai. Tahap penelitian ini dimulai dengan pengumpulan sampel, determinasi tanaman, pengolahan sampel, ekstraksi simplisia umbi bawang tiwai, skrining fitokimia, dan pengujian ekstrak air umbi bawang tiwai dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol (positif dan negatif) dan perlakuan dengan 3 peringkat dosis ekstrak air umbi bawang tiwai. Pengujian dilakukan terhadap telapak kaki mencit yang disuntikkan karagenin sebagai iritan pembuat inflamasi. A. Sampel Dan Teknik Sampling Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bawang tiwai. Teknik sampling yang digunakan yaitu Purposive Sampling dimana pengambilan sampel yang disesuaikan dengan pertimbangan tertentu dan keperluan peneliti. Bawang tiwai yang didapat dari daerah Jalan Kadrie Oening Samarinda. B. Bahan, alat, dan hewan percobaan Bahan yang diteliti adalah umbi bawang tiwai. Bahan–bahan kimia yang digunakan adalah kalium diklofenak, karagenin, NaCl 0,9%, Na CMC 0,5%, amil alkohol, HCl 2 N, besi (III) klorida, n-heksana, pereaksi mayer, pereaksi dragendrof, pereaksi bouchardat, serbuk Mg, dan aquades. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang mencit, mortir, stamper, sonde oral, jarum, pletsimometer, spuit 1 ml dan 5 ml, timbangan analitik, dan alat-alat gelas lainnya. Hewan yang digunkan dalam penelitian ini adalah mencit putih jantan galur Wistar yang sehat, berumur 2–3 bulan dengan berat badan berkisar 20-30 g.
C. Prosedur penelitian 1. Determinasi tanaman 2. Pembuatan Ekstrak Aquades sebanyak 1,5 L dipanaskan hingga mendidih. Setelah mendidih, masukkan 150 g umbi bawang tiwai yang telah di potong kecil- kecil ke dalam air mendidih dan diamkan selama 15 menit. Setelah 15 menit, cairan disaring menggunakan saringan dan ampas dipisahkan. Ampas hasil saringan diproses kembali sebanyak 2 kali menggunakan pelarut dan cara yang sama. Hasil saringan dikumpulkan dan dipanaskan di atas panci kaca sehingga diperoleh ekstrak kering. 3. Skrining Fitokimia a. Uji Alkaloid (Depkes RI, 1989) Ekstrak ditimbang 0,5 gram kemudian ditambahkan 1 ml HCl 2 N dan 9 ml aquades, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, dinginkan dan disaring. Filtrat dipakai dengan pereaksi Mayer, Bouchardat, dan Dragendrof. Bila sedikitnya 2 dari 3 pereaksi di atas positif maka sampel mengandung alkaloid. b. Uji Flavonoid (Depkes RI, 1989) Ekstrak umbi bawang tiwai dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambahkan beberapa ml air panas, didihkan selama beberapa menit dan disaring dalam keadaan panas. Filtrat yang diperoleh diambil tambahkan serbuk Mg dan beberapa tetes HCl pekat dan amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Bila terbentuk warna kuning, merah, orange pada lapisan amil alkohol memberikan indikasi adanya flavonoid. c. Uji Tanin Ekstrak umbi bawang tiwai ditambahkan dengan 10 ml air suling, disaring lalu filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 ml larutan lalu tambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida. Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin. d. Uji Triterpenoid/Steroida Sebanyak 1 g ekstrak umbi bawang tiwai dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam, lau saring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap, pada sisa tambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam
sulfat pekat. Bila timbul warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi hijau biru menunjukkan adanya triterpenoid/steroida. 4. Pembuataan Bahan-Bahan Uji Pembuatan larutan Na CMC 0,5%, Suspensi Ekstrak Air Umbi Bawang Tiwai dosis 50 mg/kgBB, dosis 100 mg/kgBB, dan dosis 200 mg/kgBB, Suspensi Kalium Diklofenak, larutan NaCl 0,9% dan suspense Karagenin 1% 5. Pengujian Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Umbi Bawang Tiwai Sebelum itu volume telapak kaki mencit diukur dan dicatat sebagai volume dasar telapak kaki mencit, masing-masing kelompok diberi perlakuan sebagai berikut : a. Kelompok negatif diberi Na CMC 0,5% b. Kelompok kontrol positif diberi kalium diklofenak 50 mg/kgBB yang disuspensikan dengan Na CMC 0,5%. c. Kelompok uji 1 diberi ekstrak air umbi bawang tiwai 50 mg/kgBB yang disuspensikan dengan Na CMC 0,5%. d. Kelompok uji 2 diberi ekstrak air umbi bawang tiwai 100 mg/kgBB yang disuspensikan dengan Na CMC 0,5%. e. Kelompok uji 3 diberi ekstrak air umbi bawang tiwai 200 mg/kgBB yang disuspensikan dengan Na CMC 0,5%. f. 30 menit kemudian setelah pemberian kelompok uji dan kontrol, disuntikkan karagenin 1% 0,2 ml. g. 30 menit kemudian volume kaki diukur. Pengukuran volume udema dilakukan 12 kali setiap 30 mencit setelah dengan menggunakan alat pletsimometer yang didalamnya ada air raksa. h. Perhitungan Persen Radang Persen radang dapat dihitung dengan rumus berikut
Keterangan Vt = volume radang setelah t waktu Vo = volume awal kaki tikus. Pada inhibisi radang dihitung dengan rumus berikut:
Keterangan a = persen radang rata-rata kelompok kontrol.
b = persen radang rata-rata kelompok perlakuan bahan uji atas obat pembanding. Data yang diperoleh dianalisis secara statistika menggunakan metode ANOVA (Analisa Variansi) dengan program SPSS dengan tingkat kepercayaan 95%. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi tanaman Berdasarkan determnasi tumbuhan yang dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman Samarinda. Hasil determinasi tumbuhan menunjukkan bahwa sampel yang digunakan adalah bawang tiwai (Eleutherine bulbosa (Mill) Urb). B. Ekstraksi Umbi Bawang Tiwai Bawang tiwai yang telah diperoleh diambil bagian umbinya. Umbi dibersihkan kemudian dicuci dan ditiriskan. Umbi diiris dengan ketebalan yang hampir sama, Berat basah umbi bawang tiwai 1,5kg, pengeringan dilakukan dengan cara dianginanginkan ditempat teduh hingga kering. Umbi yang telah kering ditimbang dan diperoleh hasil sebanyak 325g. Dari hasil penimbangan berat basah dan berat kering simplisia dapat dihitung susut pengeringan pada simplisia sebesar 21,66 %. Simplisia umbi bawang tiwai selanjutnya akan dilakukan proses ekstraksi dengan menggunakan metode infusa untuk memperoleh ekstrak air umbi bawang tiwai. Pada penelitian uji antinflamasi ini pelarut yang digunakan untuk ekstraksi adalah aquadest. Aquadest dipilih sebagai pelarut karena sebagai alternatif atau mengacu pada penggunaan masyarakat untuk mempermudah dalam mengolahnya dan Tabel 1. Persen Inhibisi Udema
memperolehnya. Air merupakan penyari yang murah, mudah diperoleh, tidak beracun, dan alami (DepKes RI, 1986).Ekstrak kering yang diperoleh berwarna coklat. Hilangnya komponen air setelah pemanasan hingga diperoleh ektrak kering memungkinkan terhindarnya ekstrak dari kerusakan dikarenakan pertumbuhan jamur. Hasil ekstrrak kering yang diperoleh dari 150 g simplisia sebanyak 67,38 g sehingga rendemen yang diperoleh sebesar 44,92 %. C. Skrining Fitokimia Umbi Bawang Tiwai Hasil skrining fitokimia ekstrak air umbi bawang tiwai pada pengujian alkaloid, tanin, terpenoid/steroida dan flavonoid sampel menunjukkan positif. Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui berbagai macam zat kandungan yang terdapat pada ekstrak air umbi bawang tiwai. D. Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Umbi Bawang Tiwai Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek antiinflamasi ekstrak air umbi bawang tiwai terhadap hewan uji dengan berbagai tingkat dosis yang ditentukan. Ekstrak air umbi bawang tiwai dibuat dalam berbagai tingkat dosis dengan tujuan melihat hubungan antara kenaikan dosis dengan efek antiinflamasi kalium diklofenak yang ditimbulkan pada hewan uji. Metode yang digunakan yaitu, pembentukan edema buatan pada telapak kaki mencit putih jantan dengan menggunakan karagenin sebagai penginduksi udem. Metode ini dipilih karena merupakan metode yang umum digunakan dalam uji antiinflamasi, murah, dan sederhana. Persen inhibisi bisa dilihat pada Tabel 1.
Gambar 1. Grafik persen inhibisi Penginduksi udem yang dipilih yaitu, karagenin karena dapat menimbulkan gejala antiinflamasi akut selain itu pembentukan udem dengan karagenin tidak menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan sekitar inflamasi, tidak menimbulkan bekas dan memberika respons lebih peka terhadap obat antiinflamasi. Namun penginduksi karegenin dengan subplantar volume tidak semua masuk dikarenakan ukuran partikel lebih besar dari pada yang disuntikkan. Mekanisme aksi karagenin dalam menimbulkan radang yaitu dengan merangsang lisisnya sel mast dan melepaskan mediator-mediator radang yang dapat mengakibatkan vasodilatasi sehingga menimbulkan eksudasi dinding kapiler dan migrasi fagosit ke daerah radang akibatnya terjadi pembengkakan pada daerah tersebut. Tabel 1 dan gambar 1 menunjukkan bahwa persen inhibisi radang kontrol positif lebih kuat dibandingkan dengan dosis (50, 100, dan 200)mg/kgBB. Tetapi dosis 200mg/kgBB lebih kuat dibandingkan dengan dosis lainnya. Persen inhibisi
terbesar terdapat pada dosis 200 mg/kgBB sebesar 62,5% pada menit ke 30’ dan 60% pada menit ke 300’. Dari hasil uji statistik pada menit ke 30’ sampai menit ke 300’ menunjukkan bahwa ekstrak air umbi bawang tiwai pada dosis 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB berbeda signifikan dengan kontrol negatif, dan pada menit ke 30’ sampai menit ke 300’ dosis 200 mg/kgBB tidak berbeda signifikan dengan kontrol positif. Data yang diperoleh dari pengujian ini, ekstrak air umbi bawang tiwai memiliki efek antiinflamasi karena bawang tiwai memiliki kandungan flavonoid terbukti dari hasil skrining fitokimia. Flavonoid yang diketahui mempunyai berbagai aktivitas, termasuk dalam menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase (Reynertson, 2007). Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak air umbi bawang tiwai mempunyai efek antiinflamasi. KESIMPULAN 1. Pemberian ekstrak air umbi bawang tiwai dosis 100 dan 200 mg/kgBB memiliki efek antiinflamasi terhadap mencit putih. 2. Hasil skrining fitokimia menunjukkan ekstrak air umbi bawang tiwai memiliki kandungan flavonoid, tanin, alkaloid dan triterpenoid/steroida.
DAFTAR PUSTAKA Anggraini, W. 2008. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol DaunJambu Biji (Psidium guajava L.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar [skripsi]. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Departemen Kesehatan RI, 1986. Sediaan Galenik. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI, 1989. Materi Medika Indonesia Edisi IV, Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Dyatmiko, W. 2003. Efek Antiinflamasi Perasan Kering Buah Morinda Citrifolia Linn Secara Peroral Pada Tikus Putih. Berk. Penel. Hayati 9: 53-55. Galingging, RY . 2009. Bawang Dayak. BPTP. : Kalimantan Tengah. Pringgoutomo, S., S. Himawan, dan A. Tjarta. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum).Edisi ke-1. Sagung Seto, Jakarta. Reynertson. 2007. Di dalam Sutrisna, EM., Widyasari, D. F., Suprapto. 2010. Uji Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etil Asetat Buah Semu Jambu Mete (Anacardium occidentale L.) Terhadap Edema Pada Telapak Kaki Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar yang Diindusi Karagenin. Biomedika. Saleh, C. 2010. Uji Hipoglikemik Ekstrak Etanol Umbi Bawang Tiwai Eleutherine amricana Merr. Karya Tulis Ilmiah. Samarinda : Universitas Mulawarman