TUTORIAL ANALISIS PERANCANGAN KERJA 1 DAN STANDARISASI WAKTU CASE 1: Mengedintifikasi Penyebab Terjadinya Gerakan Tidak Efektif Pak Jack merupakan salah seorang operator rakit di PT. LEGO, ia bertugas untuk merakit beberapa bagian eskavator. Bagian-bagian eskavator tersebut terdiri dari arm (lengan), boom (bahu), bucket (alat keruk), dan trackshoe (roda rantai). Berikut adalah data yang diperoleh pada saat Pak Jack bekerja merakit bagian eskavator berdasarkan hasil pengamatan studi waktu langsung:
Dari hasil pengamatan studi selama enam hari dimana perusahaan tersebut memproduksi 10 produk eskavator setiap harinya, diperoleh data observasi aktivitas gerakan operator yang tidak efektif sebagai berikut: Observasi Aktifitas Gerakan Operator NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Gerakan Terblig (tidak efektif) Select Position Inspect Search Plan Unavoidable delay Avoidable delay Rest to overcome fatigue Hold
Banyaknya gerakan tidak efektif pada pengamatan Ke-1 2 2 9 8 6 1 9 2 9
Ke-2 3 1 6 8 4 1 5 2 5
Ke-3 2 1 4 4 2 2 4 2 2
Ke-4 1 2 3 2 1 2 4 3 1
Ke-5 2 2 2 1 1 3 3 4 3
Ke-6 1 1 2 1 1 4 1 5 2
1
CASE 2: Menentukan Waktu Baku Pak Ergo merupakan seorang pengamat yang akan melakukan pengamatan waktu pada PT. Tas Asik guna mendapatkan waktu baku pada proses produksi yang berlangsung pada PT. Tas Asik. PT. Tas Asik merupakan perusahan yang bergerak pada bidang produksi tas dimana proses pembuatan tas terbagi menjadi 2 worstation, yakni workstation pemodelan dan workstation penjahitan. Berikut merupakan data waktu proses dari masing-masing workstation yang dikumpulkan oleh Pak Ergo, dimana Pak Ergo melakukan 15 kali pengamatan untuk proses pada workstation 1, dan 35 kali pengamatan pada workstation 2. Data waktu proses workstation 1 Waktu Proses WS 1 Pengamatan 1-5 5,00
8,00
9,00
11,00
12,00
6,00
8,00
10,00
11,00
15,00
7,00
8,00
10,00
11,00
15,00
Pengamatan 6-10 Pengamatan 11-15
Data waktu proses workstation 2 Waktu Proses WS 1 Pengamatan 1-5 Pengamatan 6-10 Pengamatan 11-15 Pengamatan 16-20 Pengamatan 21-25 Pengamatan 26-30 Pengamatan 31-35
11,68
12,51
12,66
12,96
13,58
12,09
12,53
12,66
13,08
13,64
12,26
12,54
12,81
13,14
13,65
12,27
12,58
12,84
13,18
13,66
12,27
12,6
12,93
13,19
13,67
12,33
12,61
12,93
13,37
13,67
12,42
12,62
12,95
13,4
13,68
Bantulah Pak Ergo untuk mencari waktu baku dari masing-masing workstation tersebut!
2
TUTORIAL CASE 1 MEMBUAT CHECKSHEET MENGGUNAKAN MS. EXCEL Setelah didapatkan data Gerakan Therblig (tidak efektif) dalam proses peraktian sebagai berikut : Observasi Aktifitas Gerakan Operator NO. Gerakan Terblig (tidak efektif) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Select Position Inspect Search Plan Unavoidable delay Avoidable delay Rest to overcome fatigue Hold
Banyaknya gerakan tidak efektif pada pengamatan KeKe- Ke- Ke- Ke- Ke1 2 3 4 5 6 2 3 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 9 6 4 3 2 2 8 8 4 2 1 1 6 4 2 1 1 1 1 1 2 2 3 4 9 5 4 4 3 1 2 2 2 3 4 5 9 5 2 1 3 2
Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat Check Sheet berdasarkan studi kasus yang diberikan: 1.
Buatlah tabel seperti berikut: Check sheet gerakan terblig tidak efektif N O
Gerakan tidak efektif
Hari pengamatan ke1 2 3 4 5 6
Total
3
2.
Isi kolong Gerakan Terblig (tidak efektif) seperti berikut: Check sheet gerakan terblig tidak efektif NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
3.
Gerakan tidak efektif
1
Hari pengamatan ke2 3 4 5
Total
6
Select Position Inspect Search Plan Unavoidable delay Avoidable delay Rest to overcome fatigue Hold
Isi kolom hari pengamatan ke- sesuai jumlah gerakan terblig tidak efektif yang di dapat pada studi kasus Check sheet gerakan terblig tidak efektif N O 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gerakan tidak efektif Select Position Inspect Search Plan Unavoidable delay Avoidable delay Rest to overcome fatigue Hold
1 2 2 9 8 6 1 9 2 9
Hari pengamatan ke2 3 4 3 2 1 1 1 2 6 4 3 8 4 2 4 2 1 1 2 2 5 4 4 2 2 3 5 2 1
5 2 2 2 1 1 3 3 4 3
6 1 1 2 1 1 4 1 5 2
Total
4
4.
Isi kolom jumlah dengan menjumlahkan data cacat produk menggunakan rumus SUM pada excel dan memblok baris yang akan dijumlahkan.
5.
Untuk mengisi kolom total dapat dilakukan dengan mengulang langkah ke-4 untuk setiap barisnya atau menarik ujung bawah kanan sel hingga ke baris paling bawah
Hingga semua kolom total terisi seperti berikut:
5
6.
Ubahlah angka pada table pengamatan dari bentuk angka menjadi bentuk turus, seperti berikut: Check sheet gerakan terblig tidak efektif NO Gerakan tidak efektif 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Select Position Inspect
1 II II IIIIIIIII
Search
IIIIIIII
Plan Unavoidable delay Avoidable delay Rest to overcome fatigue Hold
IIIIII I IIIIIIIII
Hari pengamatan ke2 3 4 III II I I I II IIIIII IIII III IIIIIII IIII II I IIII II I I II II IIIII IIII IIII
5 II II II
6 I I II
I
I
I III III
I IIII I
II
II
II
III
IIII
IIIII
IIIIIIIII
IIIII
II
I
III
II
Total 11 9 26 24 15 13 26 18 22
MEMBUAT HISTOGRAM MENGGUNAKAN MS. EXCEL Berikut beberapa langkah membuat histogram dari checksheet yang telah dibuat: 1.
Blok kolom Gerakan tidak efektif dan kolom jumlah pada tabel check sheet.
2.
Pilih INSERT tab kemudian pilih grafik batang pada tool bar CHARTS dan pilih more column charts.
6
3.
Setelah itu akan muncul sebagai berikut:
Kemudian pilihlah table histogram yang berada di sebelah kanan, maka akan muncul table sebagai berikut:
HISTOGRAM 30 25 20 15 10 5 0 1 Select
Position
Inspect
Search
Plan
Unavoidable delay
Avoidable delay
Rest to overcome fatigue
Hold
7
MEMBUAT DIAGRAM PARETO a. Buat tabel yang berisi data produk cacat yang telah diurutkan dari frekuensi yang terbesar ke terkecil.
b. Jumlah akumulatif merupakan penjumlahan nilai sel pada kolom jumlah dengan nilai sel pada kolom jumlah sebelumnya. Pada sel pertama kolom jumlah akumulatif, dituliskan jumlah akumulatif sama dengan kolom jumlahnya. Pada baris kedua dan selanjutnya menggunakan rumus penjumlahan kemudian ditarik hingga sel gerakan tidak efektif terakhir.
8
c. Pilih sel jumlah total kemudian ubah nama sel di kiri atas untuk mempermudah saat pemanggilan sel.
Ubah sel D15 menjadi sel “jumlah” seperti gambar dibawah ini.
9
d. Untuk mengisi kolom persentase, menggunakan rumus di excel dengan membagi nilai sel gerakan tidak efektif pada kolom jumlah akumulatif dengan jumlah seluruhnya.
Kemudan drag ujung kanan bawah sel hingga baris jenis cacat terakhir.
10
e. Untuk mengubah nilai pada kolom persentase menjadi dalam bentuk persen, blok kolom persentase kemudian klik kanan dan pilih FORMAT CELLS.
f. Akan tampil dialog box seperti gambar dibawah ini, kemudian ubah kategori NUMBER PERCENTAGE pada tab number.
11
g. Blok kolom jenis cacat, jumlah, dan persentase kecuali baris total. Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah.
h. Klik Insert Insert Column or Bar Chart Column (2-D Column) Clustered Column untuk menampilkan grafik batang.
Secara default grafik batang akan terlihat seperti berikut :
GERAKAN THERBLIG TIDAK EFEKTIF 30 25 20 15 10 5 0
Jumlah
Persentase
12
i. Klik kanan pada grafik batang berwarna merah pilih Format Data Series dan rubah PRIMARY AXIS SECONDARY AXIS. Grafik warna oranye akan berubah menjadi Secondary dan muncul skala nilai data di sisi kanan grafik.
Secara default grafik akan terlihat seperti berikut :
GERAKAN THERBLIG TIDAK EFEKTIF 30
120%
25
100%
20
80%
15
60%
10
40%
5
20%
0
0%
Jumlah
Persentase
13
j. Klik kanan pada grafik batang oranye kemudian pilih CHANGE SERIES CHART TYPE. Kemudian akan tampil dialog box seperti gambar dibawah.
Ubah chart type pada series name persentase dari CLUSTERED COLUMN LINE WITH MARKERS kemudian klik OK.
14
Maka akan tampil grafik seperti gambar dibawah ini.
GERAKAN THERBLIG TIDAK EFEKTIF 30
120%
25
100%
20
80%
15
60%
10
40%
5
20%
0
0%
Jumlah
Persentase
k. Klik kanan pada angka 30 dan pilih Format Axis. Pada Axis Option, set nilai pada grafik
Maximum dengan nilai Total defect : 164 dan Minimum : 0
15
Klik kanan pada angka 120%, pilih Format Axis. Di Axis Option, set nilai maximum : 1.0 dan minimum : 0.
Jika berhasil, maka secara default hasilnya akan seperti gambar dibawah. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
160 140 120 100 80 60 40 20 0
Jumlah
Persentase
16
l. Untuk menampilkan nilai pada masing-masing grafik batang dan titik pada grafik garis, klik kanan pada grafik batang atau grafik garis kemudian pilih ADD DATA LABELS ADD DATA LABELS.
Jika berhasil, maka akan tampil gambar seperti gambar dibawah ini. Gambar dibawah sudah menunjukkan diagram pareto. 160 140 120 100 80 60 40 20 0
70.73%
79.88%
87.80%
59.76% 46.34% 26
26 15.85%
31.71% 24
22
Jumlah
18
15
13
11
100% 100.00% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 9 10% 0%
94.51%
Persentase
17
MEMBUAT FISHBONE Berikut uraian pembuatan fishbone diagram: Langkah 1: Menyepakati Masalah Sepakati sebuah pernyataan masalah (problem statement). Pernyataan masalah ini diinterpretasikan sebagai “effect”, atau secara visual dalam fishbone seperti “kepala ikan”. Penentuan kepala fishbone dapat dibantu dengan pareto, dimana permasalahan yang termasuk dalam 20% pertama merupakan permasalahan yang akan dijadikan kepala ikan (prinsip diagram pareto). Pada kasus pertama kita dapatkan dari hasil diagram pareto bahwa permasalahan yang termasuk dalam 20% pertama yakni inspect dan avoidable delay, sehingga nantinya akan dibuat 2 diagram fishbone dengan kepala ikan inspect dan avoidable delay.
Effect fishbone 1
Effect fishbone 2 Langkah 2: Mengidentifikasi kategori-kategori Dari garis horisontal utama, buat garis diagonal yang menjadi “cabang”.Setiap cabang mewakili “sebab utama” dari masalah yang ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai “cause”, atau secara visual dalam fishbone seperti “tulang ikan”. Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal dengan situasi. Kategorikategori ini antara lain: Kategori 6M yang biasa digunakan dalam industri manufaktur: 1.
Machine (mesin atau teknologi),
2.
Method (metode atau proses),
3.
Material (termasuk raw material, consumption, dan informasi),
4.
Man Power (tenaga kerja atau pekerjaan fisik) / Mind Power (pekerjaan pikiran: kaizen, saran, dan sebagainya),
5.
Measurement (pengukuran atau inspeksi), dan
6.
Milieu / Mother Nature (lingkungan).
18
Kategori 8P yang biasa digunakan dalam industri jasa: 1.
Product (produk/jasa),
2.
Price (harga),
3.
Place (tempat),
4.
Promotion (promosi atau hiburan),
5.
People (orang),
6.
Process (proses),
7.
Physical Evidence (bukti fisik), dan
8.
Productivity & Quality (produktivitas dan kualitas).
Kategori 5S yang biasa digunakan dalam industri jasa: 1.
Surroundings (lingkungan),
2.
Suppliers (pemasok),
3.
Systems (sistem),
4.
Skills (keterampilan), dan
5.
Safety (keselamatan).
Kategori di atas hanya sebagai saran, kita bisa menggunakan kategori lain yang dapat membantu mengatur gagasan-gagasan. Jumlah kategori biasanya sekitar 4 sampai dengan 6 kategori.
Langkah 3: Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming 1.
Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.
2.
Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama di mana sebab tersebut harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu tentukan di bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan.
19
3.
Sebab-sebab ditulis dengan garis horisontal sehingga banyak “tulang” kecil keluar dari garis diagonal.
4.
Satu sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut berhubungan dengan beberapa kategori.
Langkah 4: Mengkaji dan Menyepakati sebab-sebab paling mungkin 1.
Setelah setiap kategori diisi carilah sebab yang paling mungkin di antara semua sebabsebab dan sub-subnya.
2.
Jika ada sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori, kemungkinan merupakan petunjuk sebab yang paling mungkin.
3.
Kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang tampaknya paling memungkinkan) dan tanyakan , “Mengapa ini sebabnya?”
4.
Pertanyaan “Mengapa?” akan membantu kita sampai pada sebab pokok dari permasalahan teridentifikasi.
5.
Tanyakan “Mengapa ?” sampai saat pertanyaan itu tidak bisa dijawab lagi. Jika sudah sampai tahap ini, maka sebab pokok telah terindentifikasi.
20
Berikut ini merupakan contoh hasil jadi fishbone diagram untuk case 1.
Kemampuan kurang sehingga kurang yakin dalam pengerjaan dan melakukan inspeksi terus menerus
Prosedur pengerjaan membingungkan
Tidak mengetahui prosedur kapan harus melakukan inspeksi
Inspect Terdapat material yang salah sehingga harus diperiksa berkala
Kualitas material yang diolah rendah
Penempatan tools yang salah sehingga harus mengecek terlebih dahulu apakah tools sudah sesuai atau belum
FISHBONE 1
Kelelahan sehingga terkadang istirahat sebelum waktunya Prosedur pengerjaan membingungkan Jenuh sehingga bekerja sambil mengobrol
Avoidable Delay Udara terlalu panas dan pengap sehingga operator melakukan gerakan tidak perlu seperti mengipas-ngipas
Beberapa material rusak sehingga perlu gerakan tambahan berupa penggantian material
FISHBONE 2
21
Berikut uraian pembuatan fishbone menggunakan Ms. Visio Ada beberapa langkah membuat fishbone menggunakan Ms. Visio. Buka aplikasi Ms. Visio > Pilih Template “Business” pada tampilan awal visio
Pilih Cause and Effect Diagram> Ubah satuan menjadi “Metric Units” >Create
22
Setelah itu akan muncul tools yang digunakan dalam membuat fishbone diagram pada kiri layar, seperti gambar di bawah. Diagram dapat digunakan hanya dengan men-drag tool tersebut ke area kerja visio.
a. Effect Tool “effect” digunakan untuk membuat pernyataan masalah utama yang secara visual diinterpretasikan seperi “kepala ikan”. b. Category Tool “Category 1” dan “Category 2” digunakan untuk membuat kategori sebab utama.Perbedaan “Category 1” dan “Category 2” hanya terdapat pada posisi arahnya saja. Tool Category ini secara visual diinterpretasikan sebagai tulang ikan. c. Fish frame Tool fish frame digunakan untuk memberi bingkai bentuk ikan pada diagram fishbone. d. Primary Cause Tool primary cause digunakan untuk membuat sebab-sebab potensial dari penguraian kategori sebab utama. Perbedaan primary cause 1 & 2 adalah pada arah panahnya e. Secondary Cause Tool secondary cause digunakan untuk memperjelas sebabsebab dari primary cause.Perbedaan secondary cause 1-6 adalah hanya penempatan tulisan teks.
TUTORIAL CASE 2
23
Secara umum, alur pengerjaan perhitungan waktu baku adalah sebagai berikut:
Tutorial ini berfokus pada perhitungan waktu siklus, waktu normal, dan waktu baku. Adapun untuk uji kenormalan, keseragaman, serta kecukupan data, praktikan diperbolehkan melakukan ketiga uji tersebut dengan media apapun (perhitungan secara manual, perhitungan dengan software Microsoft Excel, perhitungan dengan software SPSS, perhitungan dengan aplikasi di internet, dst), sehingga tidak dicantumkan secara spesifik langkah-langkah tutorialnya. Metode uji yang dipakai adalah sebagai berikut 1.
Uji kenormalan dengan metode Kolmogorov-Smirnov.
2.
Uji keseragaman data berdasarkan metode pada buku Teknik Perancangan Sistem Kerja karangan Sutalaksana halaman 149-151.
3.
Uji keseragaman data berdasarkan metode pada buku Teknik Perancangan Sistem Kerja karangan Sutalaksana halaman 152.
PERHITUNGAN WAKTU BAKU WORKSTATION 1 Waktu Proses WS 1 Pengamatan 1-5 Pengamatan 6-10 Pengamatan 11-15
1.
5,00
8,00
9,00
11,00
12,00
6,00
8,00
10,00
11,00
15,00
7,00
8,00
10,00
11,00
15,00
Uji kenormalan dengan metode Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan uji KolmogorovSmirnov, data waktu proses pada workstation 1 adalah normal.
24
2.
Uji keseragaman data. Dengan metode pengujian keseragaman data yang mengacu pada buku Teknik Perancangan Sistem Kerja karangan Sutalaksana, data waktu proses pada workstation 1 adalah seragam.
3.
Uji kecukupan data. Dengan metode pengujian kecukupan data yang mengacu pada buku Teknik Perancangan Sistem Kerja karangan Sutalaksana, data waktu proses pada workstation 1 adalah tidak cukup.
Berdasarkan hasil uji kenormalan, keseragaman data, serta kecukupan data maka data tidak dapat diolah untuk mencari waktu bakunya (cara pengujian terlampir pada file excel). Harus dilakukan pengamatan kembali dikarenakan data yang tersedia masih tidak cukup. Dalam case ini perhitungan akan tetap dilakukan untuk memahami pengolahan waktu bakunya. Perhitungan waktu siklus (cycle time) Waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan pekerja/mesin menyelesaikan pekerjaannya. Rumus waktu siklus adalah:
Dimana : CT = waktu siklus 𝑥𝑖 = waktu proses pada pengamatan ke – i N = jumlah pengamatan CT =
∑(5.00+8.00+9.00+11.00+12.00+⋯+11.00+15.00) 15
CT = 9,73 menit Penentuan waktu normal (normal time) Waktu normal (normal time) adalah waktu yang dibutuhkan bagi pekerja rata-rata dan terlatih untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam kondisi kerja normal serta bekerja dalam kondisi wajar (tidak ada faktor kelonggaran pribadi dan delay). NT = CT x PRF
Dimana: NT = waktu normal CT = waktu siklus PRF = Performance Rating Factor
25
Adapun beberapa metode penentuan PRF adalah sebagai berikut: Performance Rating Factor Definisi Cara Penentuan Beserta Contohnya
Nama Persentasi
Penentuan persentasi performa Asumsi secara subjektif. Misal PRF = 110% kecepatan pekerja berdasarkan NT = CT x PRF hasil observasi NT = 9,73 x 115% NT = 11,193 menit
Shumard
Perbandingan antara indeks pekerja yang diamati dengan indeks pekerja normal berdasarkan tabel Shumard (lihat Tabel Shumard). PRF =
Diasumsikan pekerja yang diamati masuk dalam kategori excellent. NT = CT x PRF 80
NT = 9,73 x 60
PRF pekerja yang diamati
NT = 12,98 menit Westinghouse Penentuan PRF berdasarkan Diasumsikan pekerja yang diamati memiliki penjumlahan indeks-indeks pada Indeks skill C1 faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks effort C1 kinerja. Lihat Tabel Indeks conditions C Westinghouse Indeks consistency E PRF = 1 + skill + effort + NT = CT x PRF conditions + consistency NT = 9,73 x (0,06 + 0,05 + 0,02 + (-0,02)) NT = 9,73 x 1,10 NT = 10,70 menit PRF pekerja normal
Pada tutorial ini, kita memakai metode westinghouse. Sehingga didapat NT = 10,70 menit Penentuan waktu baku (standard time) Waktu yg dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya yg dikerjakan dalam sistem kerja terbaik saat itu. ST = NT x (1+AF) Dimana : ST = waktu baku NT = waktu nornal AF = allowance factor (Lihat tabel AF)
26
Karena pada soal tidak dideskripsikan, maka diasumsikan, pekerjaan pada workstation 2 dilakukan oleh operator pria, keadaannya adalah sebagai berikut:
Tenaga yang dikeluarkan: Kategori 1
Sikap kerja: Kategori 1
Gerakan kerja: Kategori 1
Kelelahan mata: Kategori 1, pencahayaan baik
Keadaan suhu tempat kerja: Kategori 4, kelelahan normal
Keadaan atmosfer: Kategori 1
Kelonggaran 1%
Maka AF = (3 + 0 + 0 + 2 + 4 + 0 + 1)% = 10% = 0,1 Maka ST = NT x (1+AF) ST = 10,70 x (1+0,1) ST = 10,70 x 1,01 ST = 10,81menit
27
PERHITUNGAN WAKTU BAKU WORKSTATION 2 Waktu Proses WS 1 Pengamatan 1-5
11,68
12,51
12,66
12,96
13,58
Pengamatan 6-10 Pengamatan 11-15
12,09
12,53
12,66
13,08
13,64
12,26
12,54
12,81
13,14
13,65
Pengamatan 16-20
12,27
12,58
12,84
13,18
13,66
Pengamatan 21-25
12,27
12,6
12,93
13,19
13,67
Pengamatan 26-30 Pengamatan 31-35
12,33 12,42
12,61 12,62
12,93 12,95
13,37 13,4
13,67 13,68
Uji kenormalan, keseragaman, dan kecukupan 1.
Uji kenormalan dengan metode Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan uji KolmogorovSmirnov, data waktu proses pada workstation 2 adalah normal.
2.
Uji keseragaman data. Dengan metode pengujian keseragaman data yang mengacu pada buku Teknik Perancangan Sistem Kerja karangan Sutalaksana, data waktu proses pada workstation 2 adalah seragam.
3.
Uji kecukupan data. Dengan metode pengujian kecukupan data yang mengacu pada buku Teknik Perancangan Sistem Kerja karangan Sutalaksana, data waktu proses pada workstation 2 adalah cukup.
4.
Karena data waktu proses workstation 2 normal, seragam, dan cukup, maka data waktu proses workstation 2 valid dan dapat diproses untuk menentukan waktu siklus, waktu normal, dan waktu baku (keterangan pengujian terdapat pada file excel terlampir).
Perhitungan waktu siklus (cycle time) Waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan pekerja/mesin menyelesaikan pekerjaannya. Rumus waktu siklus adalah:
Dimana CT = waktu siklus 𝑥𝑖 = waktu proses pada pengamatan ke – i N = jumlah pengamatan CT =
∑(11,68 + 12,51+ 12,66 +12,96+ 13,58 +⋯+13,4 +13,68) 35
CT = 12,88 menit
28
Penentuan waktu normal (normal time) Waktu normal (normal time) adalah waktu yang dibutuhkan bagi pekerja rata-rata dan terlatih untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam kondisi kerja normal serta bekerja dalam kondisi wajar (tidak ada faktor kelonggaran pribadi dan delay). NT = CT x PRF Dimana NT = waktu normal CT = waktu siklus PRF = Performance Rating Factor Adapun beberapa metode penentuan PRF adalah sebagai berikut: Performance Rating Factor Nama Persentasi
Shumard
Definisi
Cara Penentuan Beserta Contohnya
Penentuan persentasi performa Asumsi secara subjektif. Misal PRF = 110% kecepatan pekerja berdasarkan NT = CT x PRF hasil observasi NT = 12,88 x 110% NT = 14,17 menit Perbandingan antara indeks Diasumsikan pekerja yang diamati masuk dalam pekerja yang diamati dengan kategori excellent. indeks pekerja normal NT = CT x PRF berdasarkan tabel Shumard (lihat 80 Tabel Shumard). NT = 12,88 x 60
PRF =
PRF pekerja yang diamati
NT = 17,17 menit Westinghouse Penentuan PRF berdasarkan Diasumsikan pekerja yang diamati memiliki penjumlahan indeks-indeks pada Indeks skill A1 faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks effort E1 kinerja. Lihat Tabel Indeks conditions B Westinghouse Indeks consistency D PRF = 1 + skill + effort + NT = CT x PRF conditions + consistency PRF pekerja normal
NT = 12,92 x (1 + (-0,04) + 0,04 + 0) NT = 12,88 x 1 NT = 12,88 menit Pada tutorial ini, kita memakai metode westinghouse. Sehingga didapat NT = 12,88 menit Penentuan waktu baku (standard time)
29
Waktu yg dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya yg dikerjakan dalam sistem kerja terbaik saat itu. ST = NT x (1+AF) Dimana ST = waktu baku NT = waktu nornal AF = allowance factor (Lihat tabel AF) Karena pada soal tidak dideskripsikan, maka diasumsikan, pekerjaan pada workstation 2 dilakukan oleh operator pria, keadaannya adalah sebagai berikut:
Tenaga yang dikeluarkan: Kategori 1
Sikap kerja: Kategori 1
Gerakan kerja: Kategori 1
Kelelahan mata: Kategori 1, pencahayaan baik
Keadaan suhu tempat kerja: Kategori 4, kelelahan normal
Keadaan atmosfer: Kategori 1
Kelonggaran 1%
Maka AF = (3 + 0 + 0 + 2 + 4 + 0 + 1)% = 10% = 0,1 Maka ST = NT x (1+AF) ST = 12,88 x (1+0,1) ST = 12,88 x 1,01 ST = 13,01 menit
30
Tabel Shumard
Tabel Westinghouse
31
Tabel AF
32