Tunas Zaitun MAZMUR 128:1, 3b Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! ... anak-anakmu akan seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu!
Pendidikan Kristiani Anak di Tengah Keluarga, Gereja, Sekolah dan Masyarakat
Daftar Isi Kata Sambutan Ketua Sinode GKI......................................... 5 Kata Pengantar................................................................... 11 Peranan Orangtua, Guru dan Pendeta Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spritiual Anak Pra Sekolah ..................... 13
Tunas Zaitun
Mazmur 128:1,3b Pendidikan Kristiani Anak di Tengah Keluarga, Gereja, Sekolah, dan Masyarakat Penanggung jawab: Majelis Jemaat GKI Gunung Sahari Pendamping: Pdt. Suta Prawira, S.Th. Penulis: Pdt. Nurhayati Girsang, S.Th. M.Si., Pdt. David Sudarto D. Min., Pdt. Royandi Tanudjaya, M.ST., Dr. Angela Rahmi Sutanto Pekerti, M.A., Charlotte Priatna M.Pd., M. Min., Ir. Gracia Leonora SimanjuntakTelaumbanua, MACM., Haskarlianus Pasang, Ph.D., Junianawaty Suhendra Ph.D., Pdt. Kuntadi Sumadikarya, M.Th., Linayati Tjindra, S.I.Kom., Pdt. Martin Elvis, D.Min., Pdt. Melani Ajub, M.Pd., Pdt. Drs. Paulus Lie, S.Th., M.Min., Sri Mulyaningsih, S.Pd., M.M., Pdt. Tabitha Kartika Christiani, Ph.D. Editor: Yulia Desain & lay out: Dina Isyana & Irene Natalia Komala Penerbit: PT. Adhitya Andrebina Agung 2
Pendidikan Kristiani Anak di Keluarga Psikologi Pendidikan di Tengah Keluarga ........................... 31 Peran Ayah Dalam Parenting Keluarga............................... 41 Peran Orangtua Dalam Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus................................................................................ 53
Pendidikan Kristiani Anak di Gereja Desain Kurikulum Pendidikan Kristiani .............................. 71 Peran Sekolah Bina Iman (SBI) Dalam Keluarga Kristen Zaman Ini ........................................................................... 89 Terapi Musik Untuk Anak-anak Berkebutuhan Khusus .... 105 Creative Teaching for Sunday School................................ 131
Pendidikan Kristiani Anak di Sekolah Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab............... 147 3
Daftar Isi
Menyekolahkan Anak di Sekolah Negeri ......................... 181 Bagaimana Orangtua Memperlengkapi Anak-anaknya Bersekolah di Sekolah Negeri (Non Kristen)? .................. 191
Pendidikan Kristiani Anak di Masyarakat Menanamkan Nilai-nilai Pluralisme Dalam Diri Anak....... 201 Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup........ 213 Tantangan Pendidikan Anak di Tengah Berkembangnya Teknologi Informasi.......................................................... 237 It Takes the Whole Village to Raise a Child ...................... 247
Pelayanan Anak di GKI Gunung Sahari Sekilas Sejarah Sekolah Minggu GKI Gunung Sahari ........ 259 Sekolah Bina Iman (SBI) GKI Gunung Sahari .................... 265
Kata Sambutan Badan Pekerja Majelis Sinode Gereja Kristen Indonesia
Kami mengapresiasi penerbitan Buku Peringatan Emeritasi Pendeta Nurhayati Girsang, dengan judul: TUNAS ZAITUN (Mazmur 128:1 & 3b) “Pendidikan Kristiani Anak di Tengah Keluarga, Gereja, Sekolah,
Profil Pendeta Nurhayati Girsang
dan Masyarakat”
Panggilan Pelayanan Pendeta Nurhayati Girsang ............ 271 Berbicara mengenai pendidikan Kristiani anak, tentu menyangkut proses pendidikan itu sendiri. Tapi selain itu, juga ada harapan apa jadinya anak-anak kita setelah mengalami proses pendidikan tersebut. Sesuai dengan judul buku, kita berharap anak-anak kita menjadi tunas pohon zaitun. Pohon zaitun adalah pohon yang hijau dalam segala musim, dahannya banyak, dan buahnya diperas untuk diambil minyaknya. Bila pohon zaitun ditebang, maka tunas-tunas baru akan timbul dari akarnya. Dalam Mazmur 52:10, orang benar yang mengandalkan Tuhan diumpamakan seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah. Maka keturunan orang 4
5
Kata Sambutan
Kata Sambutan
benar dan yang mengandalkan Tuhan, digambarkan seperti tunas-
adalah anak menjadi pintar, tapi moral dan kehidupan sosialnya
tunas pohon zaitun yang baru.
kurang baik).
Kalau kita mengacu pada Perjanjian Baru, kita bisa melihat
Pada akhirnya, sekali lagi, kami menyambut dengan gembira
bagaimana Yesus kecil bertumbuh dan berkembang seperti tunas
dan penuh syukur penerbitan Buku Peringatan Emeritasi Pendeta
pohon zaitun. Bagaimana Yesus kecil bertumbuh dan berkembang?
Nurhayati Girsang, yang memperhatikan pendidikan Kristiani
Injil Lukas mencacat: ”Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat,
anak. Tuhan memberkati kita semua dan buku tersebut kiranya
penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. Dan Yesus
juga menjadi berkat bagi banyak orang.
makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Lukas 2:10, 52).
Soli Deo Gloria.
Tuhan Yesus kecil bertumbuh dan berkembang dalam segala aspek kehidupan manusia secara utuh (holistik), yaitu aspek: a. fisik/jasmani (bertambah besar) b. psikis: termasuk perasaan, mental, intelektual (menjadi kuat,
Pdt. Budi Cahyono Sugeng Ketua Umum BPMS GKI
bahasa aslinya: kuat di dalam roh, penuh hikmat) c. rohani/spiritual: termasuk moral (kasih karunia Allah ada pada-Nya, makin dikasihi Allah) d. sosial (makin dikasihi manusia) Para orangtua dan praktisi pendidikan Kristiani anak perlu memperhatikan keempat aspek kehidupan manusia tersebut, sehingga anak-anak kita bertumbuh dan berkembang menjadi manusia yang seutuhnya. Sebab pada masa kini, ada kecenderungan para orangtua yang hanya memperhatikan atau menekankan aspekaspek tertentu, sedangkan aspek-aspek lain kurang diperhatikan. Misalnya, hanya memperhatikan aspek intelektual dan fisik, sedangkan aspek lain kurang diperhatikan. Sehingga anak tidak bertumbuh dan berkembang secara utuh (contoh populernya
6
7
Kata Pengantar
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan yang menyatakan panggilan-Nya kepada saya melalui Gereja Kristen Indonesia khususnya jalan Gunung Sahari IV/8 Jakarta, sehingga saya dapat tiba memasuki masa emeritasi. Penulisan buku yang diberi judul “Tunas Zaitun” berlatar belakang pentingnya pendidikan spiritual anak sejak usia dini sesuai dengan panggilan khusus pelayanan saya. Di dalam rapat panitia penulisan buku emeritasi disepakati bahwa pendidikan spiritual anak yang holistik harus dilandasi pendidikan di lingkungan keluarga, gereja (Sekolah Minggu), sekolah dan masyarakat. Usia 0 – 6 tahun disebut “Golden Age” atau “Golden Years” dan anak pada usia tersebut disebut Alkitab sebagai “Tunas Zaitun” yaitu anak yang sejak usia dini telah mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan apa yang terjadi pada usia ini akan mempengaruhi perjalanan hidupnya sehingga pada masa tuanya tidak menyimpang dari jalan tersebut. Pada usia tersebut (“Golden Age” atau “Golden Years”, maupun “Tunas Zaitun”), kapasitas perkembangan kecerdasan anak
8
9
Kata Pengantar
sudah mencapai kapasitas 80% kecerdasan orang dewasa. Saya mengucapkan terima kasih kepada Pdt. Suta Prawira sebagai pendeta pendamping Panitia Emeritasi yang telah mengusulkan sistematika penulisan buku ini, serta terima kasih kepada para penulis yang berkontribusi untuk buku ini: Charlotte Priatna, M.Pd., M.Min., Pdt. David Sudarto, D.Min., Dr. Angela Rahmi Sutanto Pekerti, M.A., Ir. Gracia Leonora Simanjuntak-Telaumbanua, MACM., Junianawaty Suhendra, Ph.D., Pdt. Tabitha Kartika Christiani, Ph.D., Pdt. Drs. Paulus Lie, S.Th., M.Min., Pdt. Royandi Tanudjaya, M.ST., Sri Mulyaningsih, S.Pd., M.M., Pdt. Kuntadi Sumadikarya, M.Th., Pdt. Martin Elvis, D. Min., Lina Tjindra, S.I.Kom., Pdt. Melani Ajub, M.Pd., Haskarlianus Pasang, Ph.D. Terima kasih pula untuk Sdri. Yulia yang bekerja keras dalam melakukan editing, Sdri. Dina Isyana dengan segala kreativitasnya membuat desain buku dan juga Sdri. Irene Natalia Komala yang telah membantu lay out buku ini serta PT. Adhitya Andrebina Agung yang telah mencetak tulisan-tulisan ini menjadi sebuah buku. Tiada terhingga pula ucapan terima kasih kepada seluruh panitia khususnya Tim Buku Emeritasi yang terus menerus mengingatkan dan memperhatikan para penulis. Judul Buku Emeritasi “Tunas Zaitun” diambil dari penggalan kata dalam Mazmur 128:3b, yang menjelaskan tentang keadaan anak-anak dari orangtua yang takut akan Tuhan atau murid-murid dari guru-guru yang takut akan Tuhan (Mazmur 128:1). Anak-anak pada usia “Golden Age atau Golden Years” dilambangkan dengan “Tunas Zaitun”. Lalu mengapa memakai zaitun bukan anggur, ara, gandum, kurma atau pepohonan lainnya yang ada di Alkitab? Sebab pohon zaitun yakni tunas zaitun yang sudah tumbuh dewasa 10
Kata Pengantar
memiliki fungsi (peranan) yang sangat sentral dalam kehidupan spiritual dan sosial bangsa Israel. Beberapa fungsi batangnya diungkapkan dalam I Raja-raja 6:23-28 yaitu menjadi bahan dasar (kayu) untuk pembuatan kerub-kerub di atas tutup tabut perjanjian. yang melambangkan kehadiran Allah di Bait Allah khususnya di Ruang Maha Kudus. Kerub-kerub tersebut menyaksikan kehadiranNya, sehingga kerub-kerub tersebut dapat dianalogikan seseorang yang kehidupannya menyatakan kehadiran Allah. Pada ayat 31 disebutkan pintu masuk ruang belakang Bait Allah terbuat dari kayu minyak (kayu pohon zaitun). Pintu tersebut hanya dimasuki oleh Imam Besar, sehingga menggambarkan seseorang yang memiliki tanggung jawab untuk membawa seseorang menuju kedewasaan iman. Pada ayat 33 juga disebutkan kayu minyak (kayu pohon zaitun) merupakan bahan pembuatan pintu masuk ke ruang besar, ruang pertama atau yang paling depan dari Bait Allah, tempat dimana umat boleh melaksanakan ibadah. Apabila seseorang berperan menjadi pintu masuk ruang besar Bait Allah itu berarti seseorang berperan sebagai penginjil yang memanggil orang-orang yang berada di dunia yang gelap oleh dosa kemudian masuk pada persekutuan orang percaya (bandingkan dengan I Petrus 2:9). Minyak zaitun juga memiliki fungsi yang tidak kalah penting dengan kayunya. Pertama adalah sebagai minyak urapan. Ada tiga jabatan dalam Alkitab yang pelantikannya dengan pengurapan yakni: Imam (Imamat 8:12), Nabi (I Raja-raja 19:16), dan Raja (I Samuel 10:1). Peranan imam dan nabi yang diurapi identik dengan fungsi kayu zaitun sebagai kerub yang menyatakan kehadiran Allah dalam kehidupannya dan pintu ruang maha kudus yang menggambarkan peranan seseorang membawa orang lain menuju 11
Kata Pengantar
kedewasaan iman dan pintu ruang besar yang menggambarkan peran seseorang yang membawa orang-orang hidup dalam dosa masuk dalam persekutuan orang percaya. Sementara jabatan raja yang pelantikannya dengan pengurapan menggambarkan peranan legislator yang melantik pemimpin negara (presiden) bagi Negara Republik. Fungsi lain dari minyak zaitun adalah sebagai minyak pelita di Bait Allah agar pelita dapat tetap menyala sehingga Bait Allah tidak diliputi kegelapan. Hal ini menunjukkan peranan seseorang yang terus menjaga agar Bait Allah (persekutuan orang percaya atau gereja) tidak dikuasai oleh kegelapan dosa. Semua peranan yang disebutkan di atas adalah menggambarkan peranan
Peranan Orangtua, Guru dan Pendeta Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Pra Sekolah Pdt. Nurhayati Girsang, S.Th., M.Si.
para pemimpin sosial dan spiritual. Buku ini berisi tulisan-tulisan yang memperlengkapi para orangtua dan pendidik yang mencintai Tuhan dalam membentuk anak-anak yang berada pada usia “Golden Age” atau “Golden Years” agar menjadi “Tunas Zaitun”, yaitu sejak usia dini mencintai Tuhan sehingga saat dewasa mereka telah siap menjadi pemimpinpemimpin gereja dan bangsa yang memiliki integritas, komitmen dan loyalitas.
Pendahuluan Tulisan ini adalah teori tesis dari penulis, tanpa metode penelitian dan hasil penelitian. Berturut-turut akan diuraikan antara lain: (1) Anak pra sekolah; (2) Kecerdasan spiritual; (3) Faktor-faktor yang mendukung kecerdasan spiritual; (4) Peranan orangtua dalam mengembangkan kecerdasan spiritual; (5) Peranan guru dalam
Pdt. Nurhayati Girsang, S.Th., M.Si.
mengembangkan kecerdasan spiritual; dan (6) Peranan pendeta dalam mengembangkan kecerdasan spiritual yang dilengkapi dengan Firman Tuhan yang sesuai dengan setiap topik di atas.
A. Anak Pra Sekolah Anak adalah anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa, yang kehadirannya dinantikan setiap keluarga. Setiap anak berkembang dari hari demi hari kehidupannya. Usia dini (0-6 tahun) merupakan 12
13
Peranan Orangtua, Guru dan Pendeta Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Pra Sekolah
Peranan Orangtua, Guru dan Pendeta Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Pra Sekolah
usia kritis dan sangat menentukan dalam pembentukan karakter
seseorang yang diakui dalam kehidupan spiritual bangsa Israel
dan kepribadian seorang anak. Perkembangan yang terjadi di
dengan iman yang tertinggi. Dalam 1 Raja–raja 6:33, batang pohon
masa awal ini cenderung permanen dan mempengaruhi sikap dan
zaitun juga berfungsi menjadi pintu masuk ke ruang besar yang
perilaku anak sepanjang hidupnya. Perkembangan kecerdasan anak
juga dikenal sebagai pelataran dimana umat dapat melaksanakan
sebelum usia 4 tahun telah mencapai 50% kapabilitas orang dewasa
ibadah. Hal ini menganalogikan sebagai seseorang yang membawa
dan mengalami peningkatan menjadi 80% selama masa pra sekolah
orang yang hidup di luar persekutuan orang percaya masuk ke
(Kurikulum 2004 Pendidikan Anak Usia Dini, 2003). Sehingga dapat
dalam persekutuan orang percaya. Ketiga peranan di atas biasanya
disimpulkan bahwa masa enam tahun pertama kehidupan anak
dilakukan oleh para imam dan nabi. Sebagai contoh yang sangat
disebut masa emas (”Golden Years”) yang hanya datang sekali dan
kuat kekuatan spiritual pada usia ”Golden Years” atau ”Tunas
tidak dapat diulang lagi. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
Zaitun” adalah Musa yang mengenal Tuhan pada saat diasuh ibunya
stimulasi kecerdasan anak pra sekolah menjadi sangat penting, dan
dan tidak berubah meskipun dididik di istana Firaun dengan segala
dilakukan sedini serta seoptimal mungkin.
kemewahan pada zamannya (Keluaran 2:1–22). Demikian juga
Teori diatas didukung dengan sangat kuat oleh Firman Tuhan seperti yang terdapat dalam Mazmur 128:1 dan 3a bahwa anak –
Samuel dalam didikan Imam Eli sesudah disapih ibunya (1 Samuel 2:11–26).
anak yang takut akan Tuhan dalam usia ”Golden Years” disebut
Di dalam Perjanjian Baru ditemukan Timotius seorang
’Tunas Zaitun’ yang pada masa dewasa disebut pohon zaitun. Pohon
pemimpin gereja muda yang tangguh, berkualitas dan berintegritas
zaitun mempunyai fungsi yang sangat sentral dalam kehidupan
meskipun terlahir dari keluarga yang tidak seimbang, ayah yang
sosial maupun spiritual bangsa Israel. Dalam 1 Raja–raja 6:23,
bukan Kristen tetapi didikan ibu dan neneknya sejak usia ”Golden
batang pohon zaitun yang disebut juga kayu minyak merupakan
Years” atau ”Tunas Zaitun” sangat menentukan imannya (2 Timotius
bahan dasar kerub di atas tutup Tabut Perjanjian. Ketika Allah hadir
1:5; 2 Timotius 3:15). Minyak zaitun yang dihasilkan pohon zaitun
di Kemah Suci maka kehadiran-Nya senatiasa dinyatakan di atas
berfungsi sebagai minyak urapan, dan jabatan seseorang yang diurapi
tutup tabut Perjanjian, berarti peranan batang zaitun disini dapat
untuk pelantikannya adalah Raja (1 Samuel 10:1). Pada masa kini
menganalogikan peranan seseorang yang dalam kehidupannya
seseorang yang berperan menjadi minyak urapan (yang melantik)
senantiasa menyatakan kehadiran Allah. Sementara dalam 1 Raja-
pemimpin negara di negara republik adalah legislatif. Jabatan
raja 6:31 batang pohon zaitun berfungsi sebagai pintu masuk ke
lainnya yang diurapi adalah imam (Keluaran 29:7) dan nabi (1
ruang Maha Kudus yang menganalogikan peran seseorang yang
Raja–raja 19:16). Minyak zaitun tidak saja berfungsi sebagai minyak
membawa orang lain menuju kedewasaan iman. Hal ini mengingat
urapan, tetapi juga minyak pelita di Bait Allah yang identik dengan
yang boleh masuk ke ruang Maha Kudus hanyalah Imam Besar,
para pemimpin gereja yang berkualitas dalam hal spiritualitasnya,
14
15
Peranan Orangtua, Guru dan Pendeta Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Pra Sekolah
Peranan Orangtua, Guru dan Pendeta Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Pra Sekolah
itu sebabnya apabila tidak ada minyak zaitun yang dihasilkan pohon
(2002). Satu hal yang menarik, kecerdasan spiritual sudah disadari
zaitun, yang berasal dari ”Tunas Zaitun” (usia ”Golden Years”) maka
sebelum anak berusia empat atau lima tahun, demikian Sinetar
Bait Allah (gereja) dapat disusupi oleh kegelapan dosa karena pelita
(2001) menyebutkan kecerdasan spiritual sebagai pemikiran yang
di Bait Allah tidak menyala (Mc. Elarth dan Billy Mathias, 1985).
terilhami. Sementara Khavari (2000) mengatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah seperti intan yang perlu diasah sehingga berkilap,
B. Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang paling utama dan penting karena kecerdasan spiritual adalah kecerdasan puncak (The Ultimate Intelligence) yakni kecerdasan yang memungkinkan
dengan pengertian kecerdasan spiritual dapat distimulasi sehingga kemampuannya meningkat bahkan peningkatannya tanpa batas, sampai akhirnya krisis total dan global dapat diatasi.
interpersonal serta menjembatani kesenjangan antara diri sendiri
C. Faktor-faktor Yang Mendukung Perkembangan Kecerdasan Spritual Anak Pra Sekolah
dengan orang lain, (Zohar dan Marshall, 2003). Sukidi (2002)
a. Suasana atau lingkungan belajar yang menyenangkan sesuai
menjelaskan alasan-alasan keunggulan kecerdasan spiritual dari
dengan minat dan kegemaran anak seperti:
kita untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan
kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional, yakni: Kecerdasan spiritual mampu mengungkap segi perinial (abadi, asasi, spiritual) dalam struktur kecerdasan manusia. Kecerdasan spiritual membuat kecerdasan intelektual (IQ) menjadi ”ada” dan ”hidup”. Kecerdasan spiritual membantu menyembuhkan ’penyakit spiritual’. Kecerdasan spiritual juga membantu membimbing kita pada kedamaian dan kebahagiaan spiritual. Akirnya kecerdasan spiritual menjadikan kita menjalani hidup bersikap jujur, adil, toleran, terbuka, penuh cinta dan kasih sayang pada sesama, tetapi kenyataan saat ini begitu banyak orang yang memiliki intelektual (IQ) yang tinggi, tetapi tidak memiliki keberhasilan dalam kehidupan, justru menjadi sumber masalah karena berada dalam krisis spiritual, yakni krisis pengenalan diri terhadap yang terhadap yang absolut Tuhan, demikian pendapat Sumacher (1981) seorang pakar ekonomi pembangunan dunia, yang dikutip oleh Sukidi 16
1) Bermain Bagi anak pra sekolah bermain merupakan aktivitas yang paling banyak memakan waktu mereka (Hurlock, 1980). Bermain memberi kontribusi yang penting pada keterampilan sosial dan perkembangan emosional anak-anak, penggunakan daya imajinasi dalam bermain dapat sebagai pelepasan perasaan yang tidak menyenangkan, yakni dengan mencoba perilaku baru dan peran sosial orang dewasa secara aman (Hoffnung dan Seifert,1991), juga kemampuan berpikir dan memecahkan masalah semakin kuat dengan merencanakan, menentukan dan memulai arah permainannya (Sinetar, 2001). 2) Membaca buku dan menonton film Melalui membaca buku-buku dan menonton film yang berisi pendidikan moral dan budi pekerti yang baik, karena materi buku yang dibaca dan film yang ditonton anak akan jauh lebih 17
Peranan Orangtua, Guru dan Pendeta Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Pra Sekolah
Peranan Orangtua, Guru dan Pendeta Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Pra Sekolah
mempengaruhi perkembangan sosial anak daripada frekuensi
disebabkan oleh model pembelajaran dengan instruksi langsung.
membaca buku dan menonton film (Ahmadi, 1999), sehingga anak-
Mengingat anak pra sekolah belajar dari pengalaman-pengalaman
anak yang cerdas spiritual akan dibangkitkan untuk menghadapi
dan minat spontan yang dimilikinya, menekankan aktivitas diri
dunia batinnya sehingga secara kreatif menemukan kekuatan
dan belajar dari perbuatan, demikian pendapat Frobel (1826) yang
konstruktif dalam suatu cita-cita suci, memiliki pikiran dan hati
kemudian diperkuat oleh Montessori (dalam Smith, 1986) yang
untuk berbelas kasihan atau mencapai tujuan-tujuan yang berisiko,
menekankan adanya pemberian kebebasan pada murid-murid
tetapi bermanfaat, seperti memberikan pengampunan, bahkan
dalam memecahkan sendiri masalahnya.
cinta, bagi apapun yang pada awalnya tampak bermusuhan (Sinetar, 2001).
c. Keteladanan orangtua, guru, pendeta (orang dewasa lainnya) dalam masyarakat dengan mengajarkan keberadaan sendiri,
b. Suasana atau lingkungan belajar yang bebas dari rasa takut dan tekanan
dalam bentuk: 1) Ibadah (doa). Ibadah (doa) merupakan bentuk komunikasi
1) Membebaskan anak dari rasa takut: rasa takut yang disebabkan
spiritual ke hadirat Tuhan. Manfaat terbesar doa terletak pada
oleh tuntutan dan ancaman, seperti suara orangtua yang selalu
kekuatan ikatan cinta antara manusia dengan Tuhan. Doa menjadi
muncul dengan aturan-aturan yang menimbulkan stress, atau rasa
bukti bahwa kita selalu bersama Tuhan, sehingga menjadi kuat
takut yang timbul saat memenuhi keinginan, kebutuhan, rasa sakit
secara spiritual dan dapat menghindari penyakit-penyakit spiritual
dan kemarahan orang dewasa. Orangtua yang saling membenci,
(Khavari, 2000). Anak sunguh-sungguh memperhatikan segala
dominan dan kompetitif dapat menyebabkan terjadinya tindakan
gerak isyarat, upacara dan kata-kata yang digunakan oleh orang-
kekerasan fisik maupun emosi, atau tontonan kekerasan yang super
orang dewasa untuk mengungkapkan kepercayaan mereka.
realistis, materialisme dan eksploitasi seks yang disiarkan televisi,
Kemampuan dan minat anak terhadap misteri Yang Suci akan
eksploitasi–eksploitasi moral dan doktrinal akan merasuki imajinasi
diarahkan dan dibina oleh persepsinya mengenai pandangan dan
dan gambaran anak (Fowler, 1995). Pendidikan dalam suasana
keyakinan religius orang dewasa. Gambaran-gambaran tersebut
ketakutan seperti di atas dapat menghalangi segala jenis kecerdasan
menjadi kuat, bertahan lama dan tetap mempengaruhi secara positif
yang menyebabkan sikap apatis dan ketumpulan, sehingga anak
dan negatif seluruh khazanah emosional dan kognitif kepercayaan
kehilangan kesempatan untuk memenuhi perkembangan atau
anak di kemudian hari (Fowler, 1995).
kehilangan arah pertumbuhan (Sinetar, 2001). 2) Membebaskan anak dari tekanan yaitu tekanan yang
2) Cinta dan kebajikan. Cinta adalah perasaan yang menekankan emosi dan sekaligus energi kehidupan, artinya hidup kita energik atau tidak, sedikit banyak tergantung pada energi cinta. Cinta yang positif
18
19
Peranan Orangtua, Guru dan Pendeta Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Pra Sekolah
Peranan Orangtua, Guru dan Pendeta Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Pra Sekolah
yang didasarkan pada Tuhan akan mengalir secara konstruktif dan
Undang Sistim Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 28
dipersembahkan untuk kebajikan. Berbuat kebajikan dan berbudi
menyebutkan tentang Pendididkan Anak Usia Dini dan pasal 7
pekerti luhur dapat membawa kita pada kebenaran dan lebih
tentang hak dan kewajiban orangtua untuk mendidik anak dalam
puas secara sepiritual karena mengerjakan sesuatu secara benar.
lingkungan keluarga sebagai pendidikan jalur informal.
Salah satu bentuk kebajikan yang paling mulia adalah membantu orang lain dalam usahanya untuk menjadi manusia yang lebih baik (Khavari, 2000). Sinetar (2001) menambahkan, dengan cinta seorang anak akan menjadi produktif dan bergairah untuk gagasan yang sangat baik dan bermanfaat. Cinta memungkinkan seseorang hidup, dan menjadikan pikiran serta hati terarah kepada ketujuan lebih tinggi atau bermakna.
Pada saat sekarang ini masih banyak orangtua yang merasa tidak mengerti bagaimana membesarkan dan mendidik anak mereka, dimana banyak orangtua (suami dan istri) yang bekerja sehingga pengasuhan anak dipercayakan kepada pengasuh atau baby sitter, dan tidak jarang hanya pembantu rumah tangga saja. Kebingungan orangtua ini diperkuat oleh pendapat-pendapat yang kurang sesuai dari orang yang lebih tua, yang berpendapat bahwa orangtua
3) Mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan adalah pengungkapan
tidak perlu memberikan stimulasi (pembinaan) pada anak, bila
perasaan yang peka, seperti bidang bakat yang jelas, menyalurkan
sudah waktunya anak akan berkembang sendiri, sehingga peran
kemarahan secara konstruktif, seni berkomunikasi dan pengambilan
orangtua sebagai tokoh sentral semakin kabur. selain dipicu oleh
resiko. Ekspresi kebutuhan–kebutuhan tersebut adalah informasi
ketidaktahuan orangtua akan pentingnya pendidikan anak usia
tentang faktor-faktor yang membuat suatu tindakan berhasil atau
dini, kondisi ini semakin diperburuk dengan keterbatasan ekonomi
tidak berhasi, produktif atau kontra produktif (Sinetar, 2001).
keluarga.
Semua model pembelajaran yang disarankan di atas, sesuai
Peranan
orangtua
dalam
mengembangkan
kecerdasan
dengan apa yang dikatakan di dalam Efesus 6:4, ”Dan kamu, bapa–
spiritual anak pra sekolah adalah sebagai pengasuh dengan pola
bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu,
pengasuhan authoritatif dimana orangtua memiliki kontrol yang
tetapi dididklah mereka di dalam ajaran dan nasehat Tuhan.”
tinggi, komunikasi yang jelas, dan penuntutan kedewasaan serta pemeliharaan yang tinggi. Hal ini disebut juga dengan hubungan
d. Peranan orangtua dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak pra sekolah Peningkatan potensi kecerdasan spiritual anak pra sekolah sangat memerlukan stimulasi dari lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial yang pertama dan yang terdekat adalah orangtua, Undang20
dialektis-positif antara orangtua dan anak, sehingga mampu memfasilitasi anak dengan model pembelajaran yang memenuhi minat dan kegemaran anak melalui bermain, membaca buku dan menonton film; menjaga anak dari suasana belajar yang menekan dan mengancam; menjadi teladan bagi anak dalam ibadah; menjadi teladan dalam berbuat kebajikan, dan mengekspresikan kebutuhan21
Peranan Orangtua, Guru dan Pendeta Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Pra Sekolah
Peranan Orangtua, Guru dan Pendeta Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Pra Sekolah
kebutuhan anak yang memenuhi faktor-faktor yang mendukung
tertekan karena dipenuhi instruksi langsung, dan suasana belajar
kecerdasan spiritual anak (Sinetar , 2001).
mengancam karena tontonan kekerasan yang superrealistis dan perlakuan kekerasan fisik dan emosi. Sebagai model dalam ibadah,
e. Peranan guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual
guru berbuat kebajikan, dan mengekspresikan kebutuhan anak.
anak pra sekolah Lingkungan sosial yang kedua bagi anak adalah guru. Ketika orangtua menyadari pentingnya mengembangkan kecerdasan anak-
f. Peranan pendeta dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak pra sekolah
anak seringkali para orangtua berpendapat hal tersebut menjadi
Lingkungan sosial yang ketiga adalah masyarakat yaitu
tanggung jawab dari para pendidik (guru), sementara di lembaga
pendeta-sebagai salah satu pemuka masyarakat. Seperti yang
pra sekolah banyak anak-anak menjalani proses pembelajaran
sudah diungkapkan oleh Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI,
yang kurang tepat. Kementerian Pendidikan Nasional menyatakan
sebanyak 72% anak berusia 0–6 tahun di Indonesia belum tersentuh
bahwa hanya 9% saja Guru Taman Kanak-kanak di Indonesia yang
pendidikan usia dini. Data tersebut juga menunjukkan rendahnya
memenuhi kompetensi atau kualifikasi sebagai pendidik dan mereka
peran serta pemuka agama (pendeta) sebagai salah satu unsur
yang sedikit itu hanya berada di kota-kota besar. Berdasarkan berita
masyarakat yang penting, dimana menurut Undang-Undang Sistim
baru dari Pusat Penelitian Kependudukan–LIPI, ada 72% anak
Pendidikan Nasional (No. 20 tahun 2003 pasal 8,9 dan 28) memiliki
berusia 0–6 tahun di Indonesia belum tersentuh pendidikan usia
hak dan kewajiban sebagai perencana, pelakasana, pengawas,
dini. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.
mengevaluasi program pendidikan, dan memberi dukungan
20 tahun 2003 pasal 28 tentang Pendididkan Anak Usia Dini, guru
sumber dana dalam menyelenggarakan pendidikan anak usia dini
adalah masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban; (pasal 8 dan
yang berorientasi pengembangan kecerdasan spiritual melalui jalur
9) untuk menyelenggarakan pendidikan melalui jalur formal seperti
formal, non formal atau/dan informal seperti Sekolah Minggu.
Taman Kanak-kanak (TK), dan Kelompok Bermain (KB). Peranan guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak pra sekolah adalah sebagai motivator, konselor dan model (Djiwandono, 2004). Sebagai motivator, guru memfasilitasi anak belajar menurut minat dan kegemaran anak melalui bermain, membaca buku, menonton film yang berisi pendidikan budi pekerti. Sebagai konselor, guru menjaga anak untuk terhindar dari suasana belajar yang
22
Pendeta sebagai perencana, memberi motivasi kepada umat untuk mendidik anak-anak pra sekolah-nya di rumah, dan memberi motivasi umat untuk menjadi guru Sekolah Minggu anak pra sekolah, dalam rangka memenuhi kebutuhan aktualisasi diri (Maslow dalam Winardi, 2000), dan setiap orang harus mengetahui apa yang sebenarnya diharapkan dari mereka untuk dicapai yang menjadikan seorang bekerja lebih baik. Pendeta mengadakan rapat 23
Peranan Orangtua, Guru dan Pendeta Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Pra Sekolah
untuk perencanaan dan pengorganisasian mengingat rencana yang
Peranan Orangtua, Guru dan Pendeta Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Pra Sekolah
Pendeta sebagai pemimpin umat dalam mendukung dana dengan
baik akan menentukan hasil yang lebih baik, karena tindakan tanpa
memberi motivasi
rencana akan sulit mengadakan pengawasan (Sugandha,1981), dan
dengan mengikut sertakan umat, dana akan mudah terpenuhi
setiap orang harus mengetahui apa yang sebenarnya diharapkan
(Susabda, 1985), dan dana atau budget bukan saja sebuah rencana
dari mereka untuk dicapai yang menjadikan seorang bekerja lebih
tetapi juga merupakan sebuah kontrol (Winardi, 2000).
agar umat bersedia melakukannya, karena
baik. Pendeta sebagai pelaksana (Sugandha, 1981), menyusun kurikulum Sekolah Minggu anak pra sekolah, melatih dan mempersiapkan guru-guru Sekolah Minggu anak pra sekolah untuk mengajar, memberi saran dan nasehat yang diperlukan maupun pendampingan kegiatan-kegiatan yang ada, yang berarti melaksanakan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan perencanaan bahkan pengorganisasian (Winardi, 2000). Pendeta sebagai pengawas bertugas untuk mencocokkan hasil kerja dengan sasaran yang telah ditetapkan, dan melakukan pengamatan apakah pekerjaan dilakukan sesuai dengan cara yang ditetapkan dalam rencana (Sugandha, 1981), melalui observasi kelas-kelas Sekolah Minggu, percakapan informal dengan orangtua murid Sekolah Minggu anak pra sekolah maupun guru-guru Sekolah Minggu, dan secara formal melalui rapat.
Kesimpulan Akhirnya, apabila peranan orangtua, guru dan pendeta dilaksanakan dengan benar yakni dengan pola asuh atau proses pembelajaran yang authoritatif seperti yang disampaikan Paulus dalam Efesus 6:4, ”Dan kamu bapa–bapa, jangan bangkitkan amarah di dalam hati anak- anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasehat Tuhan”, maka perkembangan kecerdasan spiritual dapat tercapai semaksimal
mungkin, sehingga anak
pra sekolah memiliki kekuatan spiritual dan menjadi generasi penerus yang mampu mengantisipasi penyakit-penyakit spiritual yang menyebabkan krisis multidimensional. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam Amsal 22:6, ”Didiklah orang muda pada jalan menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”
Pendeta sebagai pemimpin umat dalam mengevaluasi pendidikan anak pra sekolah, melalui pengumpulan fakta-fakta yang relevan untuk pengambilan keputusan untuk ditindaklanjuti (Sugandha, 1981), Hal ini berkaitan erat dengan perencanaan yang baik, sebab perencanaan merupakan suatu syarat pokok pengawasan secara efektif, sehingga ada pengertian sebelumnya tentang hasil yang diinginkan (Winardi, 2000), apakah telah sesuai dengan perencanaan.
24
25
Peranan Orangtua, Guru dan Pendeta Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Pra Sekolah
Daftar Pustaka Ahmadi, A. dkk. 1999. Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Jakarta, PT. Rineka Cipta. Bredekap, S and Copple, C., 1998. Developmentally Appropriate Practice In Early Childhood Programs. Revised Edition. National Association For The Education of Young Children (NAEY’s). Washington DC. Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Kurikulum 2004 : Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini : Taman Kanakkanak dan Raudhatul Athal. Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional. Djiwandono, S.E.W., 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta, Grasindo.
Peranan Orangtua, Guru dan Pendeta Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Pra Sekolah
Seifert, K.L and Hoffnung, R.J., 1991. Child and Adolescent Development. Boston, Houghton Mifflin Company. Sinetar, M., 2001. Kecerdasan Spiritual: Belajar dari Anak Yang Mempunyai Kesadaran Dini. Penerjemah: Soesanto Boedidormo, Jakarta, PT. Elex Media Kamputindo. Sisdiknas, 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Yogyakarta, Absolut. Sukidi., 2002. Kecerdasan Spiritual : Mengapa SQ Lebih Penting daripada IQ dan EQ. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama. Zohar, D. dan Marshall, I2003., SQ : Memanfaatkan kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Penerjemah: Rahmani Asuti, Ahmad Nadjib Burhani, Ahmad Baiquni. Bandung, PT. Mizan Pustaka.
Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1998. Ki Hajar Dewantara. Volume 4. Jakarta, PT. Cipta Adi Pustaka. Fowler, 2003. Perkembangan Iman dan Moral. Yogyakarta, Kanisius. Katzko, M.W, and Monks, 1995. Nurturing Talent Individual Needs and Social Ability : The Fourth Conference of European Council for High Ability. The Netherlands, Van Garcum. Assen. Khavari, K.A., 2000. Spiritual Intelligence, Practical Guide to Personal Happiness. Canada, White Mountain. MC Elrath dan Billy Mathias. 1980. Ensiklopedia Alkitab Praktis. Bandung, LLB. Monroe, P., 1969. A Brief Course In The History Of Education. New York, Macmillan Company. 26
27
Pendidikan Kristiani Anak
DI KELUARGA
28
29
Psikologi Pendidikan di Tengah Keluarga Charlotte Priatna, M.Pd., M.Min.
A. Having Children vs Being a Parent? Banyak orang bisa memiliki anak tapi tidak semua orang bisa menjadi orangtua Tidak semua orangtua yang memiliki anak secara otomatis mampu berperan sebagai orangtua. Menjadi papa mama adalah sebuah “panggilan” dari Tuhan bukan sekedar sebutan dari seorang anak. Mengurus, merawat, dan mendampingi anak memang bukanlah hal yang mudah. Banyak ibu-ibu yang mengungkapkan betapa banyaknya kesenangan pribadi yang tidak bisa dia nikmati lagi sejak anaknya lahir. “Saya tidak bisa shopping seenaknya, tidak ada me time (waktu pribadi) buat diri sendiri,” keluh seorang ibu muda. Proses menjadi seorang ibu bisa jadi merupakan proses natural; sangat alami bagi sebagian perempuan. Namun tidak demikian bagi banyak perempuan pada umumnya, menjadi ibu yang sebenarnya bukanlah impiannya. Banyak yang merasa ‘terjebak’ ketika anakanak mulai mengusik hidupnya. 30
31
Psikologi Pendidikan di Tengah Keluarga
Baik bagi ibu yang secara alami mendambakan anak maupun ibu yang harus berjuang menerima kehadiran anaknya, proses menjadi
Psikologi Pendidikan di Tengah Keluarga
meniru apa yang dilakukan orangtuanya. Anak lebih banyak belajar melalui apa yang dilihat bukan hanya yang didengar.
seorang ibu adalah proses panjang untuk melepaskan ego pribadi dan penyangkalan diri. Seorang suami sedang berbincang dengan temannya di kantor. Ini adalah gambaran perbincangan mereka:
Jangan khawatir anak-anak tidak mendengarkan Anda. Namun, khawatirlah karena anak-anak itu memperhatikan Anda setiap saat. ~Robert Fulghum~
“Siapa yang mengantar anakmu ke sekolah?” “Ooo istri saya...kan dia tidak bekerja.” “Siapa yang memasak makanan di rumah?” “Ya istri saya juga...kan dia tidak bekerja.” “Siapa yang membersihkan rumah?” “Istri saya juga...kan dia tidak bekerja.” Seringkali peran ibu rumah tangga dipandang sebelah mata. Mereka bekerja 24 jam sehari dan 365 hari setahun. Tidak ada cuti, tidak boleh tidur (kalau anak sakit), dan tidak dapat digantikan tugasnya oleh siapapun (ketika harus menyusui bayi). Peran sebagai ibu rumah tangga ini bukanlah sebuah pilihan, tetapi suatu panggilan, sekaligus suatu hak istimewa yang tidak semua ibu dapat memiliki kesempatan seperti ini ketika tuntutan pekerjaan di luar sana sangat dibutuhkan atau sebaliknya menggiurkan. Ketika Tuhan mempercayakan anak dalam kehidupan keluarga, kita tidak sedang diperdaya. Justru sebaliknya, kehadiran anak
Sekedar sebagai sebuah ilustrasi ringan dari kesaksian seorang ayah: Sejak kecil, saya tidak suka makan sayur walaupun saya menyadari bahwa sayur sangat berguna bagi tubuh dan kesehatan kita. Masalahnya, ketika anak saya lahir dan mulai bertumbuh, dia melihat bahwa saya tidak pernah makan sayur. Akhirnya, dia ikutikutan tidak suka makan sayur. Berkali-kali saya dan istri saya mendorong dia untuk makan sayur, tetapi dia tetap tidak mau. Tidak ada cara lain. Akhirnya, saya memaksa diri saya untuk makan sayur. Setelah hal ini berlangsung beberapa waktu, akhirnya anak saya mulai mengikuti langkah yang saya lakukan: dia mulai mau makan sayur. Sekarang kami berdua menjadi pemakan sayur... dan lebih sehat. Mazmur 127:3 - Sesungguhnya anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah.
merupakan proses yang dipakai Tuhan untuk empowering
Menjadi orangtua adalah suatu kepercayaan yang diberikan
(memberdayakan) kehidupan kita. Mau tidak mau kita dibentuk
Tuhan kepada para pasangan dalam pernikahan. Tuhan adalah
menjadi orangtua melalui kehadiran anak- anak kita, misalnya, kita
pencipta sekaligus pemilik sejati dari anak-anak kita. Anak-anak
tidak bisa dengan seenaknya bicara atau menaruh kaki di atas meja?
adalah titipan Tuhan kepada para orangtua; dan tidak pernah
Tentunya harus berpikir ulang karena anak akan mengamati dan
berganti kepemilikan-Nya sampai kapanpun.
32
33
Psikologi Pendidikan di Tengah Keluarga
Psikologi Pendidikan di Tengah Keluarga
Kalau kita mempunyai anak, maka itu berarti Tuhan
orangtuanya, mereka disesali dan dianggap tidak berguna oleh
mempercayakan sekaligus memampukan kita untuk merawat,
orangtuanya. “Anak ini bisanya cuma malu-maluin orangtua saja,
membesarkan, dan mengelola proses tumbuh-kembang anak kita.
bikin susah orangtua.”
Orangtua bertanggung-jawab sepenuhnya kepada Tuhan Sang Pemilik.
Jika seorang anak diibaratkan dengan sebuah gedung, tugas kita sebagai orangtua adalah mengelola gedung itu sebaik-baiknya. Sang
Kalau kita diberi kepercayaan oleh orang lain merawat barang
pemilik gedung, memiliki hak untuk menentukan apakah gedung
berharga milik mereka, tentunya kita tidak bisa seenaknya
itu akan dijadikan rumah makan, klinik kesehatan, kantor, atau
menggunakan atau bahkan, ketika kita ingin melakukan sesuatu
sarana lainnya.
yang bisa membuat barang itu rusak, harus minta izin lebih dulu dari orang yang menitipkan. Itu sebabnya, dalam mendidik anakanak kita, kita tidak bisa seenaknya memakai cara kita sendiri. Kita harus sering-sering ‘berkonsultasi’ kepada Tuhan apa yang harus dilakukan? Bagaimana caranya agar anak titipan-Mu ini bisa berkembang sesuai dengan tujuan-Mu? Selain itu, ketika seorang anak dilahirkan, dia tidak dilengkapi dengan ‘buku manual/panduan’ yang khusus bagi dirinya. Padahal, ketika kita membeli benda-benda elektronik, kita akan dimudahkan untuk menggunakan alat-alat tersebut karena dilengkapi dengan buku manual yang khas untuk produk tersebut. Harus diingat oleh para orangtua bahwa proses membesarkan dan mengarahkan anak-anak kita ini bukanlah sebuah proses investasi dimana kita ingin anak menjadi apa yang kita inginkan sehingga nantinya dapat dibanggakan dan menguntungkan.Tuhan memiliki rancangan dan tujuan atas hidup anak-anak kita. Dia sendiri yang berhak menentukan apa yang akan terjadi dengan anak-anak kita nantinya. Tuhan sudah hadir di masa depan anak-anak kita. Cukup banyak kasus ketika anak gagal memenuhi ambisi 34
Ambisi orangtua bagi anak-anaknya perlu diselaraskan dengan ambisi Tuhan bagi mereka. Orangtua sebagai penatalayan harus menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama dalam fokus dan tujuan membesarkan anak agar mereka menjadi seperti yang Tuhan kehendaki. Orangtua cenderung mencetak anaknya seperti yang ia inginkan; tetapi yang berbahagia adalah anak yang orangtuanya selalu mengarahkan untuk melihat apa yang Allah inginkan. ~Benny Solihin~
B. Partner or Parent? Peran mendidik anak tidak hanya hanya menjadi tanggung jawab ibu yang melahirkan. Peran ayah sangat dibutuhkan ketika anak mulai bertumbuh. Seorang anak laki atau perempuan sangat membutuhkan sosok ayahnya untuk mengembangkan sisi maskulin dan feminin. Banyak masalah isu gender saat ini disebabkan ketidakhadiran ayah dalam proses pendidikan anak. Remaja lakilaki perlu contoh yang dilihat untuk menjadi seperti apakah dia kelak 35
Psikologi Pendidikan di Tengah Keluarga
Psikologi Pendidikan di Tengah Keluarga
(baik dalam dunia pekerjaan atau keluarga). Remaja perempuan
anak. Anak duduk di kursi depan bersama ayahnya yang menyetir
punya impian seperti apakah seorang laki-laki yang kelak menjadi
mobil, sementara ibunya di kursi belakang. Anak menjadi “dewa
pendamping hidupnya. Pendampingan seorang ayah dalam masa-
kecil” dan pusat pengendali dalam keluarga. Perasaan anak lebih
masa krusial ini menentukan kehidupan berkeluarga di masa depan.
dijaga ketimbang benar tidak perilakunya. Suami menegur istri
Saat ini masalah waktu menjadi hal yang sangat mahal di tengah
karena anak sakit sementara istri memarahi suami ketika si anak
kesibukan orangtua bekerja mencari nafkah. Hubungan ayah dan anak sebatas hubungan biologis dan pemberi nafkah. Tidak ada hubungan kepercayaan seorang anak kepada ayahnya, Kondisi ibu bekerja juga turut mempengaruhi tumbuh kembang anak. Anak diasuh oleh pihak ke-3, sehingga nilai-nilai yang
jatuh. Suami istri saling menyalahkan di depan anak. Disfunctional family ini bisa terjadi karena peran ayah lemah sehingga keluarga ini tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ayah tidak berfungsi sebagai pemimpin. Ibu tidak bergungsi sebagai penolong. Anak tidak taat kepada orangtua.
ditanamkan tidak selaras. Istri dominan terhadap suami, suami
Istri perlu menolong suami untuk berperan sebagai ayah. Secara
menjadi lemah dalam fungsinya sebagai kepala. Hal ini tercermin
biologis, seorang wanita dipersiapkan menjadi ibu selama 9 bulan
melalui sinetron di televisi yang berjudul “Suami Takut Istri”.
ketika ia mengandung bayinya. Bersamaan dengan itu pula sang Ibu
Fenomena seperti ini mengaburkan peran suami istri yang sudah
menjalin “ikatan” dengan anak yang di kandungannya. Sedangkan
diatur oleh Tuhan dimana suami sebagai kepala dan istri sebagai
ayah harus bekerja keras membangun ikatan itu setelah anak itu
penolong.
lahir. Oleh sebab itu tugas istri adalah mendukung suami dan
Istri dituntut oleh Tuhan untuk tunduk pada otoritas suaminya. Ini adalah pengaturan yang harus diterima dengan hati terbuka. Tetapi, pada sisi lain, suami juga dituntut Tuhan untuk melindungi pasangan dan anak-anaknya, untuk memimpin “perjalanan” kehidupan keluarganya, dan untuk memenuhi kebutuhan mereka (baik kebutuhan fisik, mental, dan spiritualnya). Akibat kurangnya koordinasi dan lemahnya relasi di antara suami istri, maka muncul masalah lain, yaitu terjadi kekacauan otoritas dalam pengambil keputusan. Misalnya, anaklah yang menentukan restoran yang dipilih untuk makan siang bersama. Anak tidur bersama ibunya di kamar utama sementara ayahnya tidur di kamar 36
menempatkan suami sebagai pimpinan dalam keluarga yang dapat dibanggakan dan dihormati anak-anak. Suami istri harus bekerja sama sebagai tim (tidak ada kubu/pihak) sehingga tidak dapat diadu domba oleh anak. Tidak ada ayah yang baik tanpa menjadi suami yang baik lebih dulu. Demikian juga tidak ada ibu yang baik tanpa menjadi istri yang baik lebih dulu. Kunci menjadi good parent harus menjadi good partner lebih dahulu. Sebagaimana dalam Efesus 5:21 suami istri merendahkan diri seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus. Inilah yang menjadi dasar bagi relasi suami istri dan relasi orangtua anak (Efesus 5: 22-33; 6:1-4).
37
Psikologi Pendidikan di Tengah Keluarga
Psikologi Pendidikan di Tengah Keluarga
Suami yang takut Tuhan akan dihormati istrinya. Istri yang
mempertanyakan penyebab seorang tuna netra sejak lahir. Apakah
tunduk kepada Tuhan akan disayangi suaminya. Anak-anak akan
dosanya atau dosa orangtuanya? Namun Yesus menjawab, bukan
menaati papa dan mamanya yang takut dan tunduk kepada Tuhan.
dosa sebagai penyebab kebutaannya tetapi karena pekerjaanpekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Tuhan memiliki rencana dan tujuan atas hidupnya. Tuhan dapat memakai apa saja
C. Anugerah Atau Musibah? Kalau kita mendapatkan anak-anak yang ‘normal’ dan baik, akan lebih mudah untuk menerima mereka sebagai anugerah dari Tuhan. Tetapi, pada kenyataannya, cukup banyak anak-anak yang lahir dengan kekurangan atau kebutuhan khusus, entah itu masalah yang berkaitan dengan fisik atau non-fisik. Jika situasi seperti ini terjadi pada keluarga kita, apakah kita masih bisa terus mensyukuri anak-anak kita sebagai anugerah? Atau, kita katakan sebagai musibah? Anak adalah pemberian khusus dari Tuhan yang telah berkarya dan memilih secara rinci benih yang mana dari suami yang dipertemukan dengan sel telur istrinya. Tuhan juga terus bekerja dalam proses pertumbuhan janin yang luar biasa ajaib dalam rahim ibunya. Ketika bayi itu dilahirkan, maka itu semua adalah karya Tuhan sendiri dan kepercayaan yang diberikan kepada sang ibu dan ayahnya. Walaupun terkadang ada anak lahir dengan tidak sempurna dalam pandangan manusia, Tuhan memiliki rencana dan akan tetap memelihara mereka. Seringkali orangtua merasa kuatir dan putus asa karena membayangkan bagaimana ‘ujung kehidupan’ anak tersebut. Orangtua harus menyadari bahwa anak tersebut bukan kutukan dari Tuhan, apapun kekurangan dan masalah mereka. Dalam 38
Yohanes
9:1-3,
ketika
murid-murid
Yesus
dan siapa saja untuk pekerjaan-pekerjaan-Nya di muka bumi ini. 1 Korintus 1:27-29 - Apa yang bodoh, lemah, hina, tidak dipandang dan tidak dipilih oleh dunia namun DIPILIH ALLAH. Bayangkan Tuhan memilih anak-anak kita yang tidak masuk hitungan oleh dunia untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, yang kuat, dan meniadakan apa yang berarti bagi dunia. Jangan sampai anakanak kita memegahkan diri di hadapan Allah sehingga bukan mempermuliakan nama-Nya tapi memalukan nama-Nya. Banyak hal yang bisa dipelajari dari anak berkebutuhan khusus. Karakter gembira dan kepolosannya dalam memandang kehidupannya. Walaupun mereka mendapat hasil kurang memuaskan pada pelajarannya di kelas, mereka tetap happy. Sebaliknya, anakanak yang ‘normal’ dan ambisius, menjadi sedih ketika mendapat angka 8 atau 9 sekalipun (karena tidak mencapai angka 10). Cukup sering kita dibuat tercengang oleh anak berkebutuhan khusus yang berprestasi malampaui kemampuan anak-anak normal. Tentunya di balik prestasi mereka ada pendampingan dan pengorbanan yang luar biasa dari orang-orang terdekat dalam kehidupan mereka. Hee Ah Lee dari Korea Selatan, misalnya, telah membuat seluruh dunia terpesona. Anak perempuan yang lahir dengan keterbelakangan mental, kaki yang pendek, dan masing-masing 39
Psikologi Pendidikan di Tengah Keluarga
tangannya hanya memiliki dua jari sehingga sering dijuluki sebagai sindrom capit lobster, tumbuh menjadi pemain piano yang handal. Dia telah melakukan konser-konser di berbagai negara di dunia, termasuk di Gedung Putih bersama pianis ternama Richard
komposisi musik abadi karya Mozart, Chopin dll. Mereka semua
Peran Ayah Dalam Parenting Keluarga
pulang dengan hati penuh rasa syukur dan penuh dengan pujian
Pdt. David Sudarto, D. Min.1
Clayderman dan juga di Jakarta beberapa tahun lalu. Semua yang menonton konsernya terpesona mendengar indahnya alunan
akan kebesaran Tuhan. Tentunya prosesnya sangat tidak mudah. Di balik semuanya ada keyakinan, keteguhan hati yang luar biasa, dan pengorbanan waktu, tenaga, dan emosi bertahun-tahun dari ibunya, Woo Kap Sun. Ibunya terus berdoa dan percaya akan potensi yang diberikan Tuhan kepada anaknya. Tanpa mengenal lelah dan dengan setia mendampingi anaknya walaupun kemajuan Hee sangat lamban pada tahun-tahun awal. Kesetiaan Woo Kap Sun untuk menjalankan panggilannya sebagai seorang ibu telah membawa kemuliaan bagi Tuhan, Sang Pemilik sejati dari Hee Ah Lee.
Pengantar Beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada bulan Desember 2013, penulis melakukan sebuah penelitian kecil di jemaat di mana penulis melayani. Penelitian bertujuan untuk mengetahui model parenting keluarga. Penelitian dilakukan dengan metode angket tertutup yang melibatkan 49 orang jemaat berusia dewasa, antara 30-55 tahun. Salah satu pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah apakah di dalam keluarga, ibu adalah yang dianggap bertanggung
Tuhan punya rencana yang indah, bagaimana pun kondisi anak-
jawab mengasuh anak? Hasilnya adalah sebanyak 71,42% responden
anak kita saat lahir dan hadir dalam kehidupan keluarga kita. Mari
menjawab “Ya”, dan sisanya (28,58%) menjawab “Tidak”.2 Data
kita terus menyadari bahwa anak-anak kita bukanlah musibah;
sederhana ini mengindikasikan fakta bahwa cukup banyak orang
mereka adalah anugerah luar biasa yang diberikan Sang Pencipta
yang mewarisi pemikiran bahwa dalam keluarga, ibu adalah pihak
Maha Agung.
yang ditempatkan sebagai pihak yang bertanggungjawab dalam urusan mengasuh anak. Fakta tersebut bisa jadi memiliki korelasi 1 Tulisan ini dipersembahkan dalam rangka emeritasi Pdt. Nurhayati Girsang, dimana penulis adalah rekan yuniornya dalam pelayanan di GKI Jalan Gunung Sahari IV/8, Jakarta. 2 David Sudarto, “Menggagas Pendidikan Parenting di GKI Gunung Sahari, Jakarta: Dalam Perspektif Parenting Yang Sadar Pada Realitas Keluarga Urban Masa Kini.” (Disertasi, STTJ, 2004), 99.
40
41
Peran Ayah Dalam Parenting Keluarga
Peran Ayah Dalam Parenting Keluarga
dengan kajian Arief Budiman tahun 1985 mengenai pola pembagian
Secara psikologis, hadir memenuhi kebutuhan psikologis. Secara
kerja pada sebagian besar masyarakat Indonesia yang disebutnya
sosiologis, hadir memenuhi kebutuhan sosial. Dan secara teologis,
sebagai pembagian kerja secara gender. Pembagian kerja secara
ia hadir untuk memenuhi kebutuhan spiritual bagi sang anak.
gender tersebut menempatkan laki-laki atau suami di sektor publik dan perempuan atau istri di sektor domestik.
3
Seorang bapak, tidak memadahi disebut sebagai seorang ayah, hanya karena ia memiliki hubungan biologis dengan seorang anak.
Secara empiris memang tidak sulit menemukan fakta bahwa
Ia baru layak disebut sebagai ayah, tatkala menjadi seorang bapa
anak-anak dalam sebuah keluarga di Indonesia acapkali dibesarkan
yang sayang kepada anak-anaknya dan mengekpresikan kasih
dalam porsi keterlibatan ibu yang lebih besar dibandingkan dengan
sayangnya itu secara utuh. Utuh berarti meliputi seluruh aspek
peran ayah yang sedemikian minim. Minimnya keterlibatan ayah
kedirian seorang manusia, yang meliputi fisik, psikologi, sosial dan
disebabkan karena banyaknya anggapan bahwa jika seorang ayah
spiritual. Karena itu, kelayakan seorang ayah hanya akan ditemukan
absen dalam urusan pengasuhan anak, maka hal tersebut acapkali
jika ia benar-benar hadir dan menjadi bagian dari parenting atau
dianggap sebagai sesuatu yang lumrah saja. Memang, parenting yang
pengasuhan anak.
dikelola secara gender, memberi ruang yang amat permisif terhadap
Parenting itu sendiri sesungguhnya sebuah proses yang meliputi
alpanya kehadiran sosok ayah. Pertanyaannya adalah apakah hal
interaksi orangtua untuk membesarkan atau merawat, mengasuh,
ini benar-benar masih dapat dipertahankan sebagai sesuatu yang
melindungi, dan membimbing anak.4 Proses interaksi itu menunjuk
lumrah atau biasa untuk sebuah parenting yang sehat?
pada segala tindakan yang dilakukan orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan kepada anak-anak dalam rangka merawat, mengasuh, melindungi, mengajar, melatih kedisiplinan, serta
1. Siapakah Ayah? Dari sudut pandang pengasuhan atau parenting, seseorang disebut ayah, sesungguhnya
lebih dari sekedar karena telah
memiliki status atau predikat biologis bahwa seorang laki-laki telah dianugerahi seorang anak. Ayah sesungguhnya menunjuk pada sejumlah peran ke-ayah-an (parenting) yang dituntut untuk dipenuhi dari seorang bapak kepada anaknya. Peran itu meliputi peran
memberi bimbingan atau panduan. Ayah hadir untuk menjalankan parenting (lebih) dari sisi ‘bahasa’ maskulinitas atau kebapakan, sementara seorang ibu menjalankannya (lebih) dari sisi ‘bahasa’ feminim atau keibuan.
2. Peran Ayah Yang Diharapkan
atau kehadirannya baik secara biologis, psikologis, sosial maupun
Ada yang beranggapan bahwa seorang ayah adalah seseorang
teologis. Secara biologis, hadir memenuhi kebutuhan secara fisik.
yang harus menjalankan perannya dalam bagian tertentu dan
Arif Budiman, Pembagian Kerja Secara Seksual (Jakarta: Gramedia, 1985), 53.
3
42
4 JaneBrooks, The Process of Parenting, 7th ed. (New York: McGrow Hill, 2008), 2-3. Dalam bahasa Indonesia, pengertian parenting dekat dengan pengertian mengasuh atau pengasuhan.
43
Peran Ayah Dalam Parenting Keluarga
Peran Ayah Dalam Parenting Keluarga
seorang ibu bagian tertentu pula. Jadi, tugas parenting dibagi
Memang, baik secara fisiologis, biologis, anatomis maupun
menjadi dua wilayah yang tegas layaknya ‘garis demarkasi’, satu
psikologis antara laki-laki dan perempuan dianugerahi perbedaan
wilayah untuk ayah dan satu wilayah lagi untuk ibu. Misalnya, soal
oleh Allah. Perbedaan itu akan memberikan bentuk dan juga
ketegasan, kontrol dan urusan dalam mendisiplin anak, itu adalah
‘bahasa’ tersendiri dalam perannya sebagai ayah dan ibu dalam
bagian ayah, sementara bagian ibu adalah merawat, memberikan
parenting. Perbedaan itu secara sederhana dapat dijelaskan sebagai
hiburan atau kehangatan. Dalam pembagian wilayah yang demikian
berikut 6 :
tadi, maka jika ada urusan harus memarahi anak, maka urusan itu adalah urusan ayah, sementara ibu cukup mengadukan masalah
2.1. Perbedaan fisiologis/biologis/anatomis
anaknya kepada ayahnya. ”Ayah, ini Toki bandel, nih. Marahin, dia!” Demikianlah contohnya. Benarkah pola dikotomis yang seperti itu? Menurut penulis, anggapan tersebut perlu dilihat dengan sangat hati-hati, alasannya karena pola pengasuhan yang dikotomis tidak sehat bagi perkembangan seorang anak. Anak akan memiliki bahan (dan selalu) untuk membangun persepsi negatif terhadap sosok seorang ayah karena ayahnya adalah orang yang suka marah, suka
Pria
Wanita
Tubuh pria menonjolkan garis-garis lurus, tegak, kuat, dan penuh otototot, kekar, yang melambangkan keperkasaan dan kekuatan.
Tubuh wanita lebih menonjolkan garis-garis melingkar, bulat, lambing cinta, kelembutan, kasih, dan perasaan aman.
Dada lapang, bahunya lebar untuk bekerja dan melindungi.
Bahu relatif kecil dan melengkung, buah dada berkembang dan mengembung.
Pinggul agak kecil dibandingkan dengan bahu.
Pinggang menyempit dan pinggulnya menonjol bulat.
Kaki kokoh, kuat, dan tegak lurus.
Tulang pinggul lebih besar, paha besar dan kaki meruncing ke bawah.
Tangan penuh otot, kekar, kuat
Tangan lembut dan lemas.
menghukum atau suka memberi kontrol. Parenting yang sehat adalah parenting yang semua aspeknya seperti merawat, mengasuh, melindungi, mengajar, maupun melatih kedisiplinan dilakukan bersama-sama antara ayah dan ibu, hanya bahasanya yang mungkin berbeda. Alasan yang dibangun untuk pola dikotomis tersebut tidak memadahi juga jika didasarkan pada alasan bahwa memang
dan keras.
seorang ayah hanya dapat melakukan bagian-bagian tertentu saja. Memang ada hal-hal tertentu yang tidak dapat dilakukan oleh seorang ayah dan hanya bisa dilakukan oleh seorang ibu, namun hal-hal itu adalah hal-hal yang bersifat kodrati saja, misalnya ibu yang menyusui, hamil, atau melahirkan.5 5
Myles Munroe & David Burroes, Kingdom Parenting (Shippensburg: Destiny Image, 2007), 101
44
Suara besar, ada jakun pada leher.
Suara kecil, leher rata.
Alat kelamin tersembunyi di luar rongga tubuh.
Alat kelamin tersembunyi di dalam rongga tubuh.
Ada rambut pada muka/kumis, dada, lengan, dan kulit kaki.
Tidak ada rambut di dada dan kulit.
http://parokisantoyusuf-senaning.blogspot.co.id/2015/06/psikologi-pria-dan-wanita-materikpp. Diakses 29 Juni 2016. 6
45
Peran Ayah Dalam Parenting Keluarga
Peran Ayah Dalam Parenting Keluarga
2.2. Perbedaan psikologis
laki-laki memang masih menjadi pihak yang mendominasi sektor ekonomi dibandingkan dengan peran perempuan.
Pria
Wanita
Pandangan luas dan keluar, gemar menjelajah dan menyelidiki alam sekitarnya.
Pandangan lebih terarahkan ke dalam, gemar tinggal di rumah, mengatur dan merawat.
Suka merusak, membongkar dan membangun dunia menjadi rumah tinggal.
Suka menyayangi, merawat dan memelihara rumah, menciptakan suasana di rumah menjadi tempat tinggal yang membuat orang betah.
Mampu bekerja di luar, mencari nafkah, menguasai dunia.
Dalam bekerja, lebih perhatian untuk pribadi sesama manusia.
Suka mencoba, mencari, dan melihat-lihat.
Butuh diperhatikan, senang dilihat dan dicari.
Aktif, mengambil inisiatif, suka kritik dan protes.
Reaksi, menanggapi, lebih mudah menerima dan menyayangi.
Intelek dan rasio lebih utama.
Emosi dan perasaan lebih utama.
Ayah memenuhi peranan penting dalam pengawasan terhadap anak,
Lebih melihat garis besar.
Perhatian sampai detail-detail.
terutama begitu ada tanda-tanda awal penyimpangan, sehingga
1.1.2. Friend and play mate, teman bermain. Ayah dianggap sebagai “fun parent”
dimana tatkala bermain ayah banyak
berhubungan dengan anak dalam memberikan stimulasi yang bersifat fisik. Ayah adalah kawan bermain yang menyenangkan. 1.1.3. Caregiver, pemberi perhatian. Ayah dianggap sering memberikan stimulasi afeksi dalam berbagai bentuk, sehingga memberikan rasa nyaman dan penuh kehangatan. 1.1.4. Teacher and role model, guru dan panutan. Sebagaimana dengan ibu, ayah juga bertanggung jawab dalam hal apa saja yang dibutuhkan anak untuk masa mendatang melalui pengajaran, latihan dan teladan yang baik bagi anak. 1.1.5. Monitor and disciplinary, pengawas dan pelatih kedisiplinan.
disiplin dapat ditegakkan. Menurut beberapa ahli karena kekhasannya sebagai laki-laki, maka kehadiran ayah dalam keluarga memiliki kecenderungan peran yang khas atau menonjol pula, antara lain: 7 1.1.1. Economic provider, penyedia berbagai keperluan. Ayah dianggap sebagai pendukung finansial dan perlindungan bagi keluarga secara ekonomi. Jika diperhatikan, dalam realitas sosial, J. Hart, The Meaning of Father Involvement for Children. http://fairfield.osn.edu/parent. 1999. J. L. McAdoo, Understanding Fathers: Human Services Perspectives in Theory and Practice. http://npin.org/library/2001. R.W. Rilley & D. E Shalala, A Call Commitment: Fathers’ Involvement in Children’s Learning. http://ed.qov/pubs/parents/calltocommit.2000. Enjang Wahyuningrum, Peran Ayah Pada Pengasuhan Anak Usia Dunia. Makalah ilmiah ini dimuat dalam ris.uksw.edu.
7
46
1.1.6. Protector, pemberi perlindungan. Ayah mengontrol dan mengorganisasi lingkungan anak sehingga anak terbebas dari kesulitan/bahaya. 1.1.7. Advocate, pembela. Seorang ayah menjamin kesejahteraan anaknya dalam berbagai bentuk, terutama kebutuhan anak akan pembelaan ketika berada di institusi di luar keluarganya. 1.1.8. Resource, sumber dukungan. Dengan berbagai cara dan bentuk, ayah adalah sumber yang mendukung keberhasilan anak dengan memberikan dukungan walaupun terkadang di belakang layar.
47
Peran Ayah Dalam Parenting Keluarga
Peran Ayah Dalam Parenting Keluarga
1.1.9. Modeling adult male behaviour, model seorang laki-laki
3.2. Anak cenderung berkemampuan akademik yang lebih baik
dewasa. Ayah adalah representasi gambaran perilaku seorang lelaki
Kedekatan dengan sosok ayah yang hadir dalam proses
dewasa bagi anak.
pengasuhan, memberi dampak positif terhadap perkembangan
Kekhasan ayah dalam perilaku pengasuhan atau parenting juga
kemampuan akademik seorang anak. Hal ini dikarenakan sosok
dapat terlihat dalam beberapa hal, antara lain: interaksi ayah-anak
ayah yang adalah laki-laki, memiliki caranya yang khas dalam
berorientasi pada gerak dan bermain, membantu anak bereksplorasi
berbagai interaksi di mana intelek dan rasio lebih menonjol.
dan menyukai tantangan, mampu mengajarkan sikap agresif dan
Interaksi yang menonjol dalam hal intelektualitas itu dengan
asertif, mengajarkan kebijaksanaan serta kecepatan pengambilan
sendirinya menstimulasi perkembangan kemampuan intelektualitas
keputusan, dan sebagai pendisiplin yang tegas. Dari seorang ayah,
anak. Beberapa penelitian mengkonfirmasi bahwa anak yang
anak dapat belajar sifat maskulin sekaligus sebagai model pria
memiliki kedekatan dengan ayah cenderung memiliki kemampuan
dewasa, dan karena ayah umumnya menonjolkan rasionalitas, ayah
akademik yang lebih baik.8
merupakan peletak dasar kemampuan intelektual anak.
3.3. Anak terbekali untuk mandiri dan berani menghadapi tantangan
3. Keuntungan Hadirnya Ayah Dalam Parenting Bagi Anak Para ahli mengkonfirmasi bahwa, kehadiran dan peran yang khas seorang ayah dalam perilaku parenting ternyata memberi keuntungan atau manfaat yang sangat positif bagi perkembangan anak. 3.1. Anak memiliki dasar kejelasan model seorang laki-laki Dengan kehadiran sosok ayah dalam parenting, anak akan
Kehadiran ayah yang memiliki kekhasan dalam hal permainan yang menstimulasi fisik, proses mengambil keputusan yang lebih cepat dan tegas, sering memberikan tantangan-tantangan bahkan syarat dalam memberi, ternyata berdampak positif bagi terstimulasikannya pembentukan sifat mandiri dan berani pada pribadi anak. Apalagi terkadang ayah memiliki ‘rasa yang lebih tega’ dibanding dengan ibu, hal ini menolong anak untuk berproses memiliki sifat berani dan kompetitif. 3.4. Anak cenderung mengalami kebahagiaan yang utuh
memiliki gambaran yang amat jelas mengenai seorang laki-laki. Dan jika memiliki gambaran yang jelas, maka anak akan memiliki kejelasan pula dalam proses mengidentifikasi dirinya. Bagi anak lakilaki, ayahnya kemudian digambarkan laksana sosok pahlawan yang menginspirasi dirinya kelak, sementara bagi bagi anak perempuan, ayahnya digambarkan laksana ‘first love’. 48
Ayah adalah pelindung atau protector dan juga pembela yang turut serta menciptakan rasa aman (secure). Rasa aman ini adalah salah satu komponen dasar terbentuknya rasa percaya dan bahagia. Jika rasa aman ini absen maka digantikan oleh perasaan tidak aman, National Parent Teachers Association, What Research Tell Us: Benefit of Family Involvement in Education (2002), http://www.myschoolonline.com. 8
49
Peran Ayah Dalam Parenting Keluarga
cemas dan merasa terancam.9 3.5. Anak cenderung memiliki kepatuhan sosial yang baik Kehadiran ayah dalam parenting akan membiasakan anak memiliki kepatuhan sosial yang baik. Hal ini dikarenakan kehadiran ayah yang menonjol dalam hal ketegasan, pengawasan dan disiplin memberikan pengaruh positif untuk terbentuknya kebiasaan patuh. Jika kehadiran ayah dalam parenting itu memberi pengaruh yang positif dalam soal kepatuhan sosial, maka tidak demikian halnya jika ia absen. Beberapa penelitian mengkonfirmasi bahwa absennya sosok ayah dalam parenting dapat menjadi salah satu pintu bagi anak untuk menjadi anti sosial bahkan menjadi pelaku-pelaku kerusakan sosial.10 Selanjutnya, karena ayah adalah media penghubung keluarga dan realitas sosial di luar, karena itu kehadirannya memberi pengaruh positif yang merangsang anak berelasi secara sosial secara baik.
4. Menjadi Ayah Yang Kristiani Dari hasil penelitian sosiologis maupun psikologis, telah ditemukan data-data bahwa kehadiran ayah dalam parenting
Peran Ayah Dalam Parenting Keluarga
sungguh-sungguh. Namun demikian, secara Kristiani, kehadiran ayah dalam parenting tidak hanya karena alasan keuntungan psikologis atau sosial belaka. Kehadiran seseorang sebagai ayah dalam parenting harus bermula dari kesadaran teologis sebagai orangtua yang beriman kepada Allah mengamini bahwa parenting merupakan mandat dari Allah bagi keluarga.11 Parenting yang dikerjakan oleh keluarga, baik sebagai ayah atau sebagai ibu, bukan hanya kewajiban hukum atau mandat sosial, namun sebagai mandat Ilahi. Keluarga adalah mitra Allah di bumi untuk mengasuh, merawat, melindungi, dan membimbing anak sebagai milik Allah. Dengan posisi keluarga sebagai mitra Allah ini, menurut Andar, teks-teks Alkitab yang berisi panggilan didikmendidik seperti Ulangan 6:4-9 atau Amsal 29: 6,17; pada umumnya memiliki konteks keluarga atau rumah tangga. Meskipun demikian, jemaat yang digambarkan dalam Kisah Para Rasul 2 atau Roma 16:5; 1 Korintus 16:19; Kolose 4:15 atau Filemon 2 adalah perkumpulan dalam konteks rumah tangga atau keluarga yang berfungsi sebagai kelas katekese. Keluarga menjalankan fungsi sebagai sekolah dan rumah ibadah di mana orangtua merangkap sebagai guru dan pendeta.12
memberikan keuntungan positif bagi tumbuh kembang anak secara fisik, sosio-emosional, keterampilan kognitif, kemandirian maupun keterampilan sosial. Data-data tersebut tentu memberikan dorongan positif agar para ayah hadir dalam parenting dengan Heman Elia, “Peran Ayah Dalam Mendidik Anak,” Veritas: Jurnal Teologi SAAT 1/1 (April 2000): 105-113. 10 M. Salis Yuniardi, Penerimaan Remaja Laki-laki dengan Perilaku Antisosial Terhadap Peran Ayahnya dalam Keluarga (Penelitian Pengembangan Ipteks, Fakultas Psikologi-UMM: Malang, 2009), 89. Lihat juga, penelitian ilmiah: Amaliah Hasanah, “Chichioya Fuzai: Analisis Tentang Fenomena Ketiadaan Sosok Ayah dalam Keluarga Jepang di Daerah Perkotaan” (Skripsi S. Hum., Universitas Indonesia: Jakarta 2003), 41-45. 9
50
Parenting bagi keluarga Kristiani harus dilihat pula dalam perspektif teologis sebagai proses yang dipakai Allah untuk mengekspresikan diri-Nya dan cinta-Nya. Keluarga adalah sebuah model yang dipakai oleh Allah untuk menggambarkan relasi antara Allah dan umat-Nya.13 James C. Wilhoit & John M. Dettoni, Nurture That is Christian (Grand Rapids, Michigan: Baker Books, 1995). 11. 12 Andar Ismail, Selamat Ribut Rukun: 33 Renungan tentang Keluarga (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 87. 13 Jack O. Balswick & Judith K. Balswick, The Family A Christian Perspective on the Contemporary Home (Grand Rapids, Michigan: Baker Books, 1999), 18. 11
51
Peran Ayah Dalam Parenting Keluarga
Dengan kesadaran bahwa parenting bagi seorang ayah adalah bagian dari tanggung jawab sebagai keluarga kepada Allah, maka kegiatan mencari nafkah atau kesibukan-kesibukan sosial lainnya tidak boleh dijadikan alasan untuk melepaskan tanggung jawab pengasuhan anak. Sebab jika seseorang mengabaikan tugas pengasuhan, maka hal itu adalah bentuk pengabaian perintah Allah. Dengan menghayati bahwa kehadiran ayah dalam pengasuhan anak adalah perintah Allah sendiri, maka ia harus menjadi pekerjaan yang diberi prioritas. Dengan menghayatinya sebagai mandat Allah dan menjadikannya sebagai prioritas, maka kesungguhan dalam
Peran Orangtua Dalam Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus Dr. Angela Rahmi Sutanto Pekerti, M.A.
menyediakaan waktu, tenaga dan perhatian akan terupayakan secara layak (proper). Keunikan atau kekhasan laki-laki secara fisiologis, biologis maupun psikologis tidak dapat pula dipakai sebagai alasan untuk membatasi peran seorang ayah dalam parenting. Keunikannya sebagai laki-laki justru menjadikan kehadirannya memiliki ‘bahasa’ yang khas sebagai seorang ayah yang berbeda dengan ‘bahasa’ seorang ibu. Akhirnya setiap orangtua penting untuk mengamini Firman Tuhan ini, “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu” (Amsal 29:17).
Umumnya menjadi orangtua serta membesarkan anak dengan baik tidak mudah, apalagi bila anak membutuhkan perawatan khusus. Orangtua yang mempunyai anak dengan kebutuhan khusus jelas menghadapi tantangan-tantangan sangat berat. Menurut Mauro1, istilah kebutuhan khusus adalah suatu istilah umum yang menaungi sejumlah besar diagnosis.
Anak-anak
berkebutuhan khusus mungkin bisa menderita kesulitan belajar ringan atau gangguan kognitif berat; alergi makanan atau penyakit tak tersembuhkan; kelambatan perkembangan yang bisa segera terkejar atau kelambatan menetap; serangan panik atau masalah psikiatris yang berat. Ini berarti bahwa sebutan kebutuhan khusus ini perlu untuk memahami si anak dan mendapatkan perawatan yang dibutuhkan. Berdasarkan pemahaman itu dirumuskan sasaran dan rencana perawatan yang tepat. Progam perawatan ini perlu dipahami dan diterima oleh keluarga yang tengah menderita tekanan mental dan emosional.
52
53
Peran Orangtua Dalam Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus
Apa Artinya Mempunyai Anak Berkebutuhan Khusus? Mauro menyatakan bahwa kebutuhan khusus umumnya didefinisikan dari hal-hal yang tidak dapat dilakukan anak – fase sejarah perkembangan yang tak tercapai, misalnya, pada usia tertentu seharusnya sudah bisa bicara tetapi ternyata belum; tak bisa makan makanan tertentu; ada kegiatan yang harus dihindari; dan pengalaman berharga yang tak akan dapat dialami oleh anak-anak
Peran Orangtua Dalam Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus
kelainannya masing-masing. Namun ada kesamaan umum yang terkait dengan masalah semua orangtua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus, antara lain, a) bagaimana mendapatkan perawatan tepat dan fasilitas yang sesuai; b) usaha menganjurkan keluarga, sekolah, dan masyarakat agar bersedia menerima kondisi anaknya; c) merencanakan hari depan yang tidak pasti; dan d) menyesuaikan kegiatan-kegiatan rutin dan sasaran harapan.
ini. Semua kendala ini membuat keluarga merasa tertimpa musibah
Tanpa terkecuali apakah masalah ini berkaitan dengan
dan mungkin membuat sebutan kebutuhan khusus sebagai sesuatu
tantangan anak dalam perkembangan jasmani, pemikiran atau
yang tragis. Dengan tidak terpenuhinya fase perkembangan, pada
bidang emosi kemungkinan besar dalam waktu singkat hari-hari
awalnya, orangtua biasanya menghadapi kenyataan yang sukar
orangtua dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan
diterima.
Bersamaan dengan kenyataan ini timbul perasaan-
untuk perawatan istimewa anak berkebutuhan khusus ini. Kegiatan
perasaan yang sukar diatasi. Macam-macam perasaan akan melanda
ini, antara lain, mencakup kunjungan ke dokter spesialis, macam-
hati orangtua.
macam terapi, dan hal-hal penting lainnya. Ada pula orangtua yang
Perasaan kecewa, marah, bersalah, penasaran,
kesendirian, impian dan harapan mengenai anak yang buyar. Beberapa orangtua akan meratapi hilangnya kesanggupan
mencari pertolongan ke luar negeri. Hubungan dengan teman dan sanak keluarga sering menjadi terputus atau tersisihkan.
si anak. Pada suatu saat akan tiba masanya dimana perasaanperasaan ini harus ditanggulangi agar bisa menerima kenyataan dan mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan. Ada juga keluarga-keluarga yang sejak awal menghadapi kebutuhan khusus anak sebagai tantangan yang harus ditanggulangi. Tidak jarang mereka harus mengatasi berbagai kelemahan dengan ketabahan yang menakjubkan. Bila usaha mereka berhasil, kemenangan ini terasa lebih manis.
Perjalanan Iman Bila kehidupan berjalan seperti biasa dan kita tak pernah mengalami suatu tragedi atau penderitaan yang bersifat pribadi kita dapat menjalankan ibadah dan mempunyai kepercayaan kepada Tuhan dengan mudah. Doty2 mengisahkan bahwa tidak pernah terpikir dalam hatinya untuk mempertanyakan Tuhan atau Kekuasaan-Nya.
Ia patuh pada Firman-Nya sebelum ia
Setiap anak berkebutuhan khusus berbeda satu dengan lainnya
mendapat anaknya yang membutuhkan perawatan khusus. Pada
dan setiap keluarga adalah unik. Masalah anak unik dengan
awalnya keberadaan anaknya yang membutuhkan perawatan
54
55
Peran Orangtua Dalam Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus
Peran Orangtua Dalam Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus
khusus membawa Doty lebih dekat dengan Tuhan. Ia berdoa dan
harus menderita dalam hidupnya? Seringkali orangtua mendengar
memohon kepada Tuhan agar Ia menyembuhkan anaknya. Ia
ucapan-ucapan seperti, “Allah memberi Anda anak berkebutuhan
merasa bahwa dengan tekun dan terus-menerus berdoa Tuhan akan
khusus karena Dia tahu Anda kuat,” atau “Allah tidak memberikan
memberi kesembuhan pada anaknya. Ia bertumpu pada ayat Matius
apa-apa yang tak dapat Anda tangani.” Kata-kata tersebut yang
19:26 yang menyatakan “…bagi Allah segala sesuatu mungkin.” Ia
bermaksud memberi penghiburan malah menjadi sumber rasa
merasa bahwa dengan setia hidup menurut perintah Tuhan dan
bersalah dan menyalahkan. Bagaimanakah mungkin sesuatu yang
gigih berdoa Tuhan akan mengabulkan permohonannya. Dengan
seharusnya begitu membawa kebahagiaan dapat membawa sesuatu
berlangsungnya waktu ketika penyembuhan tak kunjung datang
yang begitu menyedihkan.
kepercayaannya mulai goyah. Ia merasa Tuhan tidak mendengar ratapannya dan telah meninggalkannya.
Goyahnya Kepercayaan
Titik Balik Ketika musibah sudah tak tertahankan, Doty mengakui bahwa beban terlalu berat dan ia membutuhkan bantuan. Pada saat-saat ini
Apa yang terjadi bila kejadian-kejadian ternyata tidak sesempurna
ia memandang dan berserah kepada Tuhan. Ia mencari penghiburan
seperti yang kita impikan? Dunia orangtua menjadi jungkir balik.
pada Tuhan yang Maha Kuasa dan memohon bimbingan-Nya.
Harapan-harapan memudar bersamaan dengan timbulnya perasaan
Tuhan tidak memberikan musibah kepada umat-Nya. Bila umat-
cemas pada hari depan yang dalam sekejap menjadi tidak pasti dan
Nya menderita Tuhan turut menderita bersama umat-Nya.
suram. Orangtua menangisi masa depan anak.
Beberapa orangtua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus
Pada saat-saat ini kepercayaan pun diuji. Kita tekun berdoa dan
memberi kesaksian bahwa Tuhan memberinya kebijakan dan
memohon tetapi ketika kesembuhan tidak kunjung datang kita mulai
kekuatan untuk menghadapi dan menerima kenyataan. Mereka
bertanya, “Di manakah Kau, Tuhan?” Kita merasa Tuhan tidak
merasa Tuhan memberi kebijakan dalam mencari informasi
mendengarkan – kita merasa sendirian dalam menghadapi musibah
sebanyak mungkin mengenai keadaan anak dan bagaimana
hidup. Kita mengambil tindakan atas dasar kekuatan sendiri. Beban
menangani tantangan-tantangan yang dihadapi anaknya.
dunia dipikul di bahu sendiri dan dalam beberapa hal kita berusaha
Tuhan memberi mereka keteguhan untuk memandang hari
menjadi tuhan kita sendiri. Kita berusaha mencari kesembuhan ke
depan dari segi positif. Tuhan memberi kesadaran bahwa Dia
mana-mana dan mengambil alih kendali keadaan. Kita kecewa pada
selama ini hadir dan menunggu. Mereka menyadari bahwa Dia
Tuhan Sang Pencipta. Mengapa Tuhan menciptakan anak kita yang
yang memegang kendali.
56
57
Peran Orangtua Dalam Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus
Peran Orangtua Dalam Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus
Mengatasi Hasil Diagnosis Bahwa Anak Berkebutuhan Khusus
khawatir bahwa mengutarakan rasa amarah, depresi atau ketakutan
Ketika mendengar hasil tes yang menyatakan bahwa anak Anda
Keluarga atau teman-teman mungkin menganjurkan agar bersikap
mempunyai kebutuhan khusus timbul dalam diri Anda macammacam emosi yang menggoncangkan. Namun demikian keadaan ini tidak usah menghancurkan hidup Anda. Sejumlah orangtua menyatakan ada tahap-tahap gelombang perasaan yang mereka lalui setelah mendengar hasil diagnosis bahwa anaknya mempunyai kebutuhan khusus. Tahap-tahap ini serupa dengan tahap-tahap perasaan orang yang mengalami kedukaan. Pada awalnya orangtua pasti akan mengalami suatu masa kedukaan. Sanford3 mengungkapkan bahwa dalam masa ini terjadi rasa penolakan ketika mendengar anaknya mempunyai kebutuhan khusus. Orangtua tidak percaya bahwa hal ini bisa terjadi pada anak mereka. Kemudian timbul rasa amarah, rasa bersalah atau
mungkin tidak disambut dengan baik atau tidak layak diutarakan. tegar dan tetap positif, namun dengan demikian pengutaraan rasa duka menjadi tidak pada tempatnya. Penting diketahui bahwa perasaan-perasaan tersebut di atas adalah wajar. Dari
pengalaman
penulis
ketika
melayani
anak-anak
berkebutuhan khusus dan pengakuan sejumlah orangtua lain, ada di antara mereka yang harus mengalami hal ini dengan lebih dari satu anak. Masa perkabungan mungkin bisa berlangsung hingga dua tahun. Namun ini tidak berarti orangtua telah selesai berduka. Rasa duka mungkin akan menyelinap lagi, misalnya antara lain ketika orangtua diundang untuk menghadiri lulusnya anak teman mereka dari universitas.
menyalahkan orang lain. Dan seringkali mereka marah pada
Masa duka ini perlu dilalui, ambillah waktu untuk bergumul
Tuhan. Setelah itu datang masa tawar-menawar. Mereka merasa
dengan pertanyaan “mengapa?” dan dengan impian yang buyar.
anak mereka dapat disembuhkan. Segala macam cara penyembuhan
Sebaiknya masa ini dijalani sambil bergantung pada Tuhan dan
dan penanganan dijalani. Lalu datang tahap masa depresi. Dengan
rahmat-Nya.
berjalannya waktu timbul rasa sedih dan rasa kehilangan.
Pertanyaan “mengapa?” sampai saat tertentu harus diubah
Angan-angan dan cita-cita mengenai anaknya sebelum lahir
dengan “Apa yang Kau kehendaki untuk aku lakukan?” Jangan
buyar. Anak yang “sempurna” telah tiada. Tahap ini dirasakan
lupa bahwa sementara kita menjadi orangtua, kita juga anak Tuhan
seperti semacam masa berkabung. Sehabisnya masa berkabung
yang Maha Pengasih dan penuh pengertian. Beberapa orangtua
datanglah masa penerimaan.
mengatakan bahwa diagnosis hari ini tidak usah berarti kehidupan
Perasaan-perasaan duka seringkali dialami orangtua tetapi jarang
anak akan tidak indah dan menarik.
diutarakan atau orangtua jarang bisa berbagi rasa. Mereka mungkin 58
59
Peran Orangtua Dalam Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus
Beberapa Usaha Membantu
Penanggulangan
Yang
Peran Orangtua Dalam Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus
Dapat
Dalam usaha orangtua menanggulangi masalah anaknya yang mempunyai kelainan, pada akhirnya merekalah yang
Pada suatu saat orangtua sudah lebih dapat menerima kenyataan yang berbeda dengan harapan-harapan mereka. Tiba masanya untuk memusatkan perhatian pada apa yang ‘ada’, bukan yang ‘tiada’. Perasaan kesendirian akan berkurang bila orangtua bergabung dengan kelompok orangtua lain yang mempunyai anak berkebutuhan khusus serupa. Di sini orangtua dapat saling berbagi pengalaman. Selain itu orangtua bisa saling tukar informasi dan berbagi sumber dimana mereka bisa mendapat bantuan atau informasi lebih banyak mengenai kebutuhan mereka. Namun perlu diingat bahwa setiap keluarga mempunyai cerita yang berbeda sehingga segala informasi harus disaring dan tidak terbawa hanyut dalam cerita anak lain. Berilah kesempatan pada orang-orang di sekitar kita dan orangorang dalam hidup kita untuk memberi uluran tangan untuk membantu. Utarakan apa dan bagaimana sebaiknya mereka bisa membantu. Kadang kala suami dan istri mungkin mengolah situasi dengan
paling mengetahui masalah anaknya.
Orangtua sebaiknya
menjadi semacam ahli dalam masalah khusus anaknya. Mereka perlu meneliti dan mengikuti perkembangan baru mengenai anak berkebutuhan khusus, terapi-terapi, macam-macam cara pembelajaran dan tehnik pendidikan. Mereka sebaiknya menjadi pendukung gigih utama anaknya. Anak-anak ini terutama memerlukan kasih sayang, dorongan dan dukungan orangtua sehingga mereka dapat memperoleh rasa harga diri, kepercayaan diri, dan mempunyai keyakinan diri dalam menghadapi keadaan yang sulit. Dalam mencari bantuan dan pendidikan perlu diingat bahwa pada akhirnya yang ingin dicapai bukan sukses akademik tetapi kemandirian anak, dan kehidupan yang bahagia dan memuaskan. Pusatkan perhatian pada kekuatan anak, jangan hanya pada kelemahannya saja. Anak berkebutuhan khusus akan bisa mengembangkan potensinya
seoptimal
mungkin
bila
mereka
memperoleh
cara yang berbeda. Keon menyatakan bahwa sang suami atau sang
pendidikan yang dapat menanggulangi kebutuhan khususnya. Ia
istri mungkin ingin melarikan diri dari situasi. Dalam hal ini pihak
mungkin dapat bersekolah di sekolah umum dengan bantuan
lainnya, istri atau suamilah yang sebaiknya tetap teguh hati. Suami
khusus dari ahli-ahli di luar waktu sekolahnya, atau sekolah umum
atau istri sama takut dan bingungnya.
yang mempunyai program intervensi atau program pengayaan
4
Kesehatan
yang melayani kebutuhan khususnya, atau mungkin ia lebih
dan kebugaran diri harus dijaga agar bisa tetap tegar menghadapi
cocok bersekolah di sekolah luar biasa yang melayani kebutuhan
masalahnya.
khususnya. Orangtua sebaiknya mengambil peran aktif dan turut
Kedua orangtua jangan melalaikan diri sendiri.
60
61
Peran Orangtua Dalam Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus
Peran Orangtua Dalam Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus
bertanggung jawab dalam pendidikan dan pertolongan yang bisa
sendiri.
diperoleh di sekolahnya, dan sebaiknya mereka juga memberi
dengan sendirinya, akan memperoleh perhatian yang lebih besar
bantuan pada anaknya di rumah.
dari orangtuanya. Situasi ini memberi tantangan dalam hidup
Bila anak telah jelas didiagnosis mempunyai kebutuhan khusus,
Anak berkebutuhan khusus yang adalah adik/kakak,
bagi kakak/adik si anak berkebutuhan khusus, tetapi juga memberi
carilah spesialis yang ahli dalam anak-anak berkebutuhan khusus.
kesempatan mengembangkan sifat-sifat yang baik.
Mereka
Dapatkan terapi-terapi yang diperlukan sedini mungkin,
mempunyai kemungkinan untuk berkembang menjadi orang
misalnya terapi wicara-bahasa, terapi okupasi, terapi fisio,
yang sabar, baik hati dan suka menolong, penuh pengertian, dapat
terapi pendidikan dan perkembangan dan sebagainya. Menurut
menerima keberbedaan, berwawasan dalam menghadapi berbagai
pengalaman penulis, perkembangan anak menjadi lebih positif bila
tantangan, handal dan bersifat setia yang mungkin akibat dari biasa
semakin dini ia memperoleh intervensi dini dan terapi-terapi yang
membela kakak/adiknya.
dibutuhkan. Kerja sama yang terpadu antara orangtua, guru, dan
Namun, anak-anak ini seringkali juga mempunyai kesulitan-
para ahli yang membantunya sangat penting dalam menunjang
kesulitan dalam mengatasi keadaan menjadi saudara dari kakak/
usaha penanggulangannya.
adik yang berkebutuhan khusus.
Mereka kadangkala merasa
khawatir dan takut kehilangan kakak/adiknya itu; mereka merasa
Kerja Sama Terpadu Suatu suasana pengertian mengenai masalah kebutuhan khusus perlu diciptakan di rumah dengan anggota keluarga lainnya, di gereja dengan guru Sekolah Minggu dan teman, dan di lingkungan teman-teman keluarga. Kerja sama yang seimbang adalah upaya terpenting dalam penanggulangan anak berkebutuhan khusus menuju keutuhan hidup bahagia dan hidup yang terpenuhi.
Di Rumah
iri atas perhatian yang diberikan pada kakak/adiknya, dan marah karena tidak ada yang memperhatikan mereka; sebal karena harus terus-menerus menjelaskan, mendukung, dan menjaga kakak/ adik mereka; sebal karena tidak bisa melakukan hal-hal tertentu atau pergi ke tempat-tempat tertentu karena hambatan kakak/adik mereka; malu atas kelainan kakak/adik mereka; merasa berbeban untuk menjadi atau melakukan sesuatu yang kakak/adiknya tidak bisa lakukan; merasa bersalah karena perasaan-perasaannya yang negatif terhadap kakak/adiknya atau merasa bersalah karena tidak mempunyai kelainan yang sama.
Masing-masing anak yang mempunyai kakak dan/atau adik yang berkebutuhan khusus juga mempunyai kebutuhan khususnya
62
63
Peran Orangtua Dalam Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus
Di Gereja5 Gereja, tempat umat Kristen beribadah mungkin adalah tempat
Peran Orangtua Dalam Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus
dilakukan di gereja-Nya – bukankah, antara lain, mereka yang berkebutuhan khusus?
yang paling, atau paling tidak, sangat menantang bagi orangtua
Di pihak lain orangtua perlu memohon hikmat Tuhan dalam
untuk membawa anaknya yang mempunyai kebutuhan khusus.
pendekatannya dengan pendeta dan majelis gereja. Gereja melalui
Pada banyak gereja, umumnya anak bisa duduk diam dan tidak
Komisi Anak perlu dengan terbuka dan jujur berdiskusi mengenai
mengganggu serta bisa berpartisipasi di Sekolah Minggu, atau mereka
pelayanan di bidang anak berkebutuhan khusus ini.
bisa beribadah bersama dengan orangtuanya. Namun, seringkali
Menurut Pendeta Luce6 yang bertugas melayani anak-anak
anak berkebutuhan khusus tidak bisa tinggal diam, guru Sekolah
di gerejanya, ada tujuh penyebab utama mengapa gereja-gereja
Minggu dan teman-temannya merasa terganggu dan seringkali
tidak mengikut-sertakan keluarga-keluarga yang mempunyai anak
marah atau mengecam orangtua karena membiarkan anaknya turut
berkebutuhan khusus;
kegiatan di Sekolah Minggu atau beribadah bersama orangtuanya.
1. Ketidaktahuan
Kalau orangtua ingin supaya anaknya yang berkebutuhan khusus ini belajar dan mendengar Firman Tuhan, seringkali guru, Komisi Anak atau pendeta memohon pada orangtua untuk mendampingi anaknya di Sekolah Minggu. Keadaan ini membuat orangtua tak bisa turut beribadah bersama umat lainnya. Sedangkan mereka, yang harus menghadapi badai hidup dengan adanya tantangan dari kebutuhan khusus anaknya, ingin sekali mendapatkan kesempatan untuk merasakan damai Tuhan dalam ibadah Minggu. Banyak pendeta, guru Sekolah Minggu atau pejabat gereja tidak sadar bahwa dengan sikap yang tidak membuka kesempatan bagi anak berkebutuhan khusus untuk belajar mengenai Firman Tuhan seperti halnya anak–anak lain, menunjukkan tiadanya rasa belas kasih pada sesamanya seperti yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus. Bila gereja mau memprioritaskan pelayanan “yang paling hina” (Matius 25:40) – sebagaimana perintah Tuhan Yesus untuk 64
Pelayan-pelayan gereja tidak tahu bagaimana mendekati masalah. Namun kemungkinan besar ada banyak gereja, pemimpin, dan keluarga dengan anak berkebutuhan khusus yang siap dan mau membantu dalam pelayanan anak-anak ini. 2. Kekhawatiran Faktor
ini
mungkin
berkenaan
dengan
kurangnya
pengetahuan. Banyak di antara kita merasa khawatir mengenai sesuatu yang tak kita ketahui. Bagaimana mengatasi kekhawatiran ini? Dengan menyadari bahwa ada kebutuhan tersebut dan melihat kehendak Tuhan. 3. Kurangnya wawasan Anda harus bisa melihat keperluannya sebelum bisa memenuhinya. Sebagai pimpinan, Anda harus membantu orang lain melihat keperluan itu sebelum melangkah menuju ke penyelesaian. 65
Peran Orangtua Dalam Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus
Peran Orangtua Dalam Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus
mengenai orang-orang berkebutuhan khusus. Untuk bisa mencapai
4. Prioritas Untuk mempunyai pelayanan yang bermutu kepada
kesadaran masyarakat ini diperlukan sejumlah besar orang dari
keluarga-keluarga dengan anak berkebutuhan khusus, hal
berbagai sektor masyarakat untuk meningkatkan pemahaman
ini harus merupakan prioritas bukan hanya dari seksi anak
mengenai apa dan siapanya yang mempunyai kebutuhan-kebutuhan
saja tetapi dari seluruh gereja. Anda harus mencurahkan
khusus tersebut. Hal ini sudah diperjuangkan di berbagai negara
waktu, uang dan talenta yang cukup berarti pada pelayanan ini.
maju sejak tahun 1982. Pengertian masyarakat mengenai orangorang berkebutuhan khusus misalnya bisa ditingkatkan, antara lain
5. Kerendahan hati Anda harus bisa cukup rendah hati untuk mengakui bahwa
melalui penggunaan aktif teknologi informasi dan media massa.
Anda tidak mengetahui segalanya dan cukup rendah hati untuk memohon bantuan dari para ahli baik dari dalam kalangan gereja maupun dari yang di luar kalangan gereja.
Daftar Pustaka 1
6. Ini tugas yang besar Banyaknya pekerjaan dan dedikasi yang harus ditumpahkan ke dalam pelayanan anak berkebutuhan khusus adalah besar sekali namun hasilnya luar biasa. 7. Kita tidak mengira bahwa satu jam bisa membuat perbedaan.
Mauro, T. “What Are ‘Special Needs’?” Link: specialchildren.
about.com 2
Doty, M.
(2011). “Why?
My Personal Journey with Faith
and Raising a Child with Special Needs.” Link: http://articles. complexchild.com/Jan2011/00265.html 3
Anak-anak berkebutuhan khusus ini sama kebutuhannya
Sanford, T. “How to Cope” Link: focusonthefamily.com
4
dengan khasnya anak-anak lain umumnya.
Keon, J. “What I Would Tell You.” Link:whatiwould tell you.com
5
Smith, J. “The Hardest Place for Us to Take Our Special Needs? Our
memerlukan
orang
lain
selain
orangtuanya
Mereka untuk
membangkitkan semangat hidup dan percaya pada dirinya, dan yang membela mereka,
Church” Link: lifenews.co 6
church leaders.com 7
Di Masyarakat7
Luce, S. “7 reasons why churches fail special needs kids” Link: “Basic Programme for Persons with Disabilities”(2002). Link: cao.
go.jp
Supaya ada kerjasama dari masyarakat, antara lain, harus ada kampanye yang dilaksanakan dengan sistematik dan efektif
66
67
Pendidikan Kristiani Anak
DI GEREJA
68
69
Desain Kurikulum Pendidikan Kristiani Pdt. Tabita Kartika Christiani, Ph.D.*
Pengantar Kurikulum disusun dengan pemikiran yang mendasar atau fundamental. Maka wujud pertama kurikulum adalah desain kurikulum, yang merupakan cetak biru (blue print) untuk program edukatif yang memiliki prinsip-prinsip mengajar dan belajar yang baik, ketentuan atau pedoman bagi berbagai aspek dari program, dan ketentuan/ketetapan tentang alat-alat bantu edukatif.1
Desain Kurikulum Desain kurikulum, yang disebut juga organisasi kurikulum, adalah pengaturan bagian-bagian dari perencanaan kurikulum. Adapun bagian-bagian atau komponen-komponen yang mesti diatur dalam desain kurikulum adalah: 1) tujuan; 2) materi/ isi mata kuliah; 3) pengalaman pembelajaran; 4) pendekatan penilaian. Keempat komponen ini berhubungan satu sama lain dan 1 Wyckoff, D. Campbell. Theory and Design of Christian Education Curriculum. Philadelphia: The Westminster Press, 1961, p. 28.
70
71
Desain Kurikulum Pendidikan Kristiani
Desain Kurikulum Pendidikan Kristiani
keempatnya semestinya ada secara seimbang dalam sebuah desain
Ranah Kognitif
Ranah Afektif
Ranah Psikomotorik
kurikulum. Keempat komponen tersebut berakar dari teori klasik
• Pengetahuan
• Penerimaan
• Gerakan reflex
Harry Giles,2 yang dapat digambarkan sebagai berikut:
• Pemahaman
• Penanggapan
• Gerakan dasar
• Penerapan
• Penilaian
• Gerakan tanggap
• Analisis
• Pengaturan
• Kegiatan fisik
• Sintesis
• Bermuatan nilai
• Komunikasi tidak
Tujuan
• Penilaian
Pengalaman pembelajaran
Materi/Isi
berwacana
Beberapa Teori Pendidikan Sebagai Pertimbangan Penyusunan Desain Kurikulum Seperti dijelaskan di atas, keempat komponen desain kurikulum
Pendekatan penilaian
Isi, sifat dan cara pengaturan keempat elemen ini dipengaruhi oleh filosofi kurikulum dan berbagai teori belajar. Maka desain kurikulum mencakup isu-isu filosofis atau teoritis dan praktis.
dapat disusun dengan berbagai cara, sesuai dengan pemahaman pendidikan yang mendasarinya. Berikut ini disajikan berbagai teori pendidikan yang dapat dijadikan pertimbangan untuk menyusun desain kurikulum: filsafat pendidikan, psikologi belajar, orientasi kurikulum, dan ideologi kurikulum. Teori-teori ini dapat dipilih, tidak harus semuanya dipakai.
Perumusan tujuan yang sangat terinci dan hati-hati menunjukkan pemikiran modern. Tujuan dapat mengontrol peserta didik agar mencapai hasil yang diharapkan. Hal ini banyak dikritik, sehingga
Secara mendasar ada empat macam filsafat pendidikan, yaitu perenialisme, esensialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme.4 •
pandangan post modern lebih menekankan undangan kepada
yang berlaku untuk semua orang tanpa terikat tempat dan
peserta didik untuk berpartisipasi dalam ketidakpastian yang
waktu. Jadi kurikulum disajikan sama untuk semua orang di
muncul; jadi lebih menekankan proses pembelajaran.
mana saja, dan kapan saja.
Dalam rangka perumusan tujuan, ranah (domain) tujuan mesti
•
dipertimbangkan. Benjamin Bloom mencetuskan teori taksonomi
Esensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya, pemberian pengetahuan dan keterampilan kepada naradidik
atau klasifikasi tujuan sebagai berikut:3 Ornstein, Allan C. Dan Francis P. Hunkins. Curriculum: Foundations, Principles, and Issues. Boston: Pearson, 2004, p. 236. 3 Ibid., p. 59-70.
Perenialisme menekankan kebenaran absolut/universal,
agar mereka menjadi anggota masyarakat yang berfungsi.
2
72
Yulaelawati, Ella. Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi, Teori dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya, 2004, p. 4-7.
4
73
Desain Kurikulum Pendidikan Kristiani
•
Desain Kurikulum Pendidikan Kristiani
Progresivisme menekankan pentingnya menghargai dan
Maka diri naradidik kurang mendapat perhatian, kecuali
melayani keistimewaan individu naradidik, sehingga
pencapaiannya dalam hal penguasaan materi pelajaran.
kurikulum berpusat pada siswa dengan berbagai variasi •
Rekonstruksivisme menekankan masa depan peradaban
pendidikan.
hasil belajar, bukan proses.
secara bertahap, sehingga proses pembelajaran sangat
Behavioris menekankan perubahan pola perilaku, yang
Michael Schiro, seorang pakar pendidikan dari Boston College,
dilakukan melalui proses pengulangan/penguatan sampai
Amerika Serikat, membagi kurikulum menjadi empat “ideologi”
menjadi otomatis.
yaitu scholar academic ideology; social efficiency ideology; child study
Kognitif menekankan proses berpikir, serta pemrosesan dan
ideology; dan social reconstruction ideology.7 Scholar academic ideology adalah kurikulum yang menekankan
pengetahuan
kemampuan akademis, intelektual, dan kognitif. Tujuan dari
berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada
pendidikan dengan ideologi kurikulum scholar academic adalah
sebelumnya
membentuk ahli-ahli yang dapat mengembangkan disiplin ilmu
Konstruktif
menekankan
pembangunan
Ada tiga macam orientasi kurikulum, yaitu kurikulum yang berorientasi pada bahan (subject matter oriented); kurikulum yang berorientasi pada tujuan (objective oriented); dan kurikulum yang berorientasi pada kompetensi (competence oriented).6 Kurikulum yang berorientasi pada bahan menekankan pentingnya pencapaian target-target materi pelajaran. Ibid., p. 50-54. Siregar, Eveline dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, p. 66-67. 5 6
74
diperhatikan karena merupakan kompetensi yang terus berkembang.
penyimpanan informasi.
•
Kurikulum yang berorientasi pada kompetensi menekankan penguasaan kompetensi naradidik. Kompetensi ini dicapai
dan konstruktif.5
•
•
dan menentukan masa depan. Maka kurikulum menekankan Secara umum ada tiga jenis psikologi belajar: behavioris, kognitif,
•
Kurikulum yang berorientasi pada tujuan menekankan pentingnya tujuan yang mengarahkan tujuan akhir
manusia yang lebih baik, sehingga pendidikan merencanakan
•
•
pengalaman dan proses belajar.
tertentu, sehingga terus menerus dapat dihasilkan penemuanpenemuan yang baru. Social efficiency ideology menekankan kemampuan siswa menerapkan berbagai keterampilan dalam praktek. Biasanya kemampuan dan keterampilan ini disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Jika diterapkan untuk tingkat sekolah menengah di 7 Schiro, Michael. Curriculum for Better Schools: The Great Ideological Debate. Englewood Cliffs: Educational Technology Publications, 1978.
75
Desain Kurikulum Pendidikan Kristiani
Desain Kurikulum Pendidikan Kristiani
Indonesia, scholar academic ideology dipakai di SMA, sedangkan social efficiency ideology diterapkan di SMK.
kognitif. •
sekolah adalah agen perubahan masyarakat, sehingga
Child study ideology menekankan kepribadian, sikap dan
kurikulum mesti berisi analisis sosial.
perilaku naradidik, yang terus berkembang ke arah ideal yang diharapkan masyarakat/institusi. Pendidikan ini berpusat pada
Society sebagai sumber desain kurikulum meyakini bahwa
•
Eternal and divine sources sebagai sumber desain kurikulum
naradidik (learner-centered). Di Indonesia akhir-akhir ini banyak
meyakini bahwa warisan tradisional dari masa lalu mesti
dikembangkan pendidikan karakter di sekolah-sekolah (dan
diteruskan dari generasi ke generasi berikut. Pada masa
juga merambah ke Sekolah Minggu di gereja-gereja). Pendidikan
kini semakin banyak orang mengaitkan pengetahuan dan
karakter menerapkan ideologi child study.
spiritualitas.
Social reconstruction ideology menekankan peran naradidik
•
Knowledge sebagai sumber desain kurikulum meyakini
dalam perubahan sosial di tengah-tengah masyarakat. Jadi mereka
bahwa disiplin ilmu memiliki struktur dan metode khusus,
belajar di sekolah sekaligus terlibat dalam transformasi sosial di
sehingga materi kurikulum mesti sesuai dengan disiplin
tengah-tengah masyarakat. Sekolah tidak terasing dari masyarakat.
ilmu tertentu.
Naradidik tidak hanya dipersiapkan untuk kehidupan di masyarakat
•
“kelak di kemudian hari” setelah lulus, melainkan kini dan di sini.
Learner sebagai sumber desain kurikulum meyakini bahwa setiap peserta didik belajar, membentuk sikap, mengembangkan minat, dan mengembangkan nilai-nilai
Sumber-sumber Desain Kurikulum
dalam dirinya. Bahkan pendidikan membantu peserta
Pemilihan teori-teori tersebut di atas sangat penting, agar desain
didik untuk terlibat dalam proses konstruksi sosial dan
kurikulum menjadi jelas dan terarah, serta tidak membingungkan atau
rekonstruksi pengetahuan.
tidak jelas identitasnya (tercampur aduk). Pemilihan teori-teori itu juga mempengaruhi dan dipengaruhi sumber-sumber desain kurikulum: science, society, eternal and divine sources, knowledge, dan learner.8 •
Science sebagai sumber desain kurikulum meyakini bahwa metode ilmiah dan hal-hal yang dapat diamati sajalah yang menjadi isi kurikulum. Peserta didik banyak berpikir secara
Ornstein, Allan C. dan Francis P. Hunkins. Curriculum: Foundations, Principles, and Issues. Boston: Pearson, 2004, p. 237-240.
8
76
Dimensi-dimensi Desain Kurikulum Desain
kurikulum
menyangkut
pola
pengorganisasian
komponen-komponen kurikulum. Apapun juga dari teori-teori tersebut di atas yang dipilih, ada dua dimensi yang mesti ada dalam penyusunannya yaitu dimensi horizontal dan dimensi vertikal: •
Dimensi horizontal atau scope (cakupan) terkait dengan 77
Desain Kurikulum Pendidikan Kristiani
Desain Kurikulum Pendidikan Kristiani
penyusunan lingkup desain kurikulum yang meliputi hal-hal
kelas/tingkat/semester berikutnya.
yang sejajar dan meluas. Menurut Ralph Tyler, scope terdiri dari seluruh isi (konten), topik, pengalaman pembelajaran.9 Scope tidak hanya menunjuk pada segi kognitif, melainkan afektif, psikomotorik, moral, dan spiritual juga. Diharapkan dalam dimensi scope ini tercapai suatu integrasi yang menghubungkan semua tipe pengetahuan dan pengalaman dalam perencanaan kurikulum. •
Dimensi vertikal atau sequence (urutan) terkait dengan kontinuitas
berdasarkan
urutan
tingkat
kesulitan.
Pengalaman memegang peranan penting dalam hal sequence, sebab manusia belajar dari pengalamannya. Semakin banyak pengalaman, semakin tinggi tingkat kesulitannya. Urutan tingkat kesulitan dapat berupa: belajar dari yang sederhana ke yang kompleks; belajar dengan prasyarat; belajar dari keseluruhan/umum ke bagian-bagian/ khusus; dan belajar secara kronologis. Diharapkan ada inter-relasi antara berbagai segi kurikulum, baik dimensi horizontal maupun dimensi vertikal. Inter-relasi ini disebut artikulasi. Artikulasi horizontal menunjuk pada inter-relasi berbagai mata pelajaran/mata kuliah yang diterima oleh seorang peserta didik pada kelas/tingkat/semester tertentu. Artikulasi vertikal menunjuk pada interrelasi suatu mata pelajaran/mata kuliah yang diterima peserta didik dari satu kelas/tingkat/semester tertentu ke Tyler, Ralph. Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago: The University of Chicago Press, 1949. 9
78
Pendekatan-pendekatan Desain Kurikulum Komponen-komponen kurikulum dapat diorganisasi dalam berbagai cara. Ada tiga macam bentuk dasar desain kurikulum, yakni subject-centered design, learner-centered design, dan problemcentered design, masing-masing terdiri atas beberapa model turunannya. 1. Subject-centered Design Pada pendekatan ini, kurikulum berpusat pada isi atau materi yang akan diajarkan. Maka kurikulum terdiri atas sejumlah mata kuliah/mata pelajaran yang terpisah, sehingga sering dsebut juga separated subject curriculum. Subject-centered design berkembang dari konsep pendidikan klasik yang menekankan pengetahuan, nilai-nilai dan warisan budaya masa lalu, dan berupaya untuk mewariskannya kepada generasi berikutnya. Jadi filosofinya perenialisme. Ada tiga variasi subject-centered design, yaitu: a. Subject Design Pada model ini materi kuliah/materi pelajaran disajikan secara terpisah-pisah dalam bentuk berbagai mata kuliah/ mata pelajaran. Materi kuliah/materi pelajaran diambil dari pengetahuan, dan nilai-nilai yang telah ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya. Peserta didik dituntut untuk menguasai semua pengetahuan yang diberikan, entah mereka 79
Desain Kurikulum Pendidikan Kristiani
menyukainya atau tidak, entah mereka membutuhkannya atau
Desain Kurikulum Pendidikan Kristiani
e. Process Design
tidak. Karena mata kuliah-mata kuliah atau mata pelajaran-
Model ini menekankan proses atau prosedur dalam
mata pelajaran diberikan secara terpisah-pisah, maka peserta
mempelajari suatu bidang studi, sebab tiap bidang studi
didik memahaminya secara terpisah-pisah pula, dan sulit
memiliki metodologinya sendiri.
menghubungkan satu mata kuliah/mata pelajaran dengan mata kuliah/mata pelajaran lain. Tidak jarang peserta didik menguasai materi hanya sebagai hafalan secara verbalistis. b. Discipline Design Pada model ini berbagai mata kuliah/mata pelajaran dibedakan secara tegas, sehingga disebut sebagai disiplin. Berbeda dari subject design yang menekankan penguasaan pengetahuan, discipline design menekankan pemahaman (understanding) atas berbagai fakta dan informasi. Peserta didik didorong untuk memahami logika atau struktur dasar suatu disiplin, memahami konsep-konsep, ide-ide dan prinsip-prinsip penting, juga didorong untuk memahami cara mencari dan menemukannya (modes of inquiry and discovery). c. Broad Fields Design (Interdisciplinary Design) Pada model ini beberapa mata kuliah/mata pelajaran yang berdekatan atau berhubungan dijadikan satu bidang studi. Dengan demikian peserta didik mendapatkan pemahaman yang menyeluruh dan tidak terspesialisasi. d. Correlation Design Model ini dikembangkan oleh mereka yang tidak ingin mempraktekkan broad fields design, tapi melihat adanya korelasi antara berbagai bidang studi. 80
2. Learner-centered Design Pendekatan ini mengutamakan peserta didikyang belajar dan berkembang. Pengajar berperan menciptakan situasi belajarmengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan, perkembangan, dan potensi peserta didik. Maka kurikulum dikembangkan dengan beranjak dari peserta didik, bukan materi pengajaran. Bahkan peserta didik dilibatkan dalam pengembangan kurikulum. Beberapa variasi pendekatan ini adalah: a. Child-centered Design Model ini berpusat pada kehidupan, kebutuhan, dan minat peserta didik. Maka pada model ini peserta didik aktif dalam lingkungan hidupnya sehari-hari. Dengan demikian pengetahuan merupakan pengalaman personal, atau hasil dari interaksi peserta didik dengan realita kehidupannya. b. Activity atau Experience-centered Design Pada model ini struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik, dan disusun bersama oleh guru dan peserta didik. Maka tujuan yang hendak dicapai, sumber-sumber belajar, kegiatan belajar dan prosedur 81
Desain Kurikulum Pendidikan Kristiani
evaluasi dirumuskan bersama oleh guru dan peserta didik.
3. Problem-centered Design
Dalam model ini peserta didik mengenali problem nyata yang
Pendekatan ini menekankan manusia dalam kesatuan sebagai
mereka hadapi, sehingga mereka melakukan proses belajar
masyarakat, yang semestinya hidup dalam kesejahteraan. Namun
yang nyata, bermakna, hidup dan relevan dengan kehidupan
dalam kenyataannya manusia menghadapi berbagai masalah
mereka. Activity design mengutamakan proses keterampilan
bersama, sehingga harus dipecahkan bersama pula. Mereka
memecahkan masalah.
berinteraksi dan bekerja sama dalam memecahkan masalah-
c. Romantic (Radical) Design
masalah sosial yang mereka hadapi, agar dapat meningkatkan
Pada model ini diyakini bahwa masyarakat masa kini
kondisi kehidupan mereka. Maka materi kurikulum adalah
bersifat korup, represif, dan tidak dapat menyembuhkan
masalah-masalah sosial yang dihadapi peserta didik sekarang dan
dirinya. Bahkan kurikulum sekolah dipakai untuk mengontrol
antisipasi masa yang akan datang. Dengan demikian pendekatan
dan mengindoktrinasi peserta didik ke arah pandangan
ini tetap memperhatikan kebutuhan, kepentingan dan kemampuan
tertentu, dan tidak mendidik mereka, serta membuat
peserta didik. Beberapa variasi model desain kurikulum ini adalah:
mereka tidak toleran terhadap perbedaan. Maka model ini
a. Life-situation Design
menekankan emansipasi peserta didik untuk mengenali
Model ini menekankan fungsi-fungsi dan situasi-
situasi mereka, serta kompetensi yang mereka miliki dan
situasi kehidupan (termasuk di dalamnya situasi kesehatan,
sikap yang dibutuhkan agar mereka dapat mengontrol hidup
pekerjaan, kewarganegaraan, rekreasi dan lain-lain). Jadi
mereka sendiri serta belajar bersifat reflektif dan kritis.
peserta didik dapat langsung menghubungkan apa yang
d. Humanistic Design
dipelajari di sekolah dengan pengalaman hidup sehari-hari,
Model ini bertujuan agar individu-individu dapat menjadi pribadi-pribadi yang berfungsi secara penuh. Maka model ini
82
Desain Kurikulum Pendidikan Kristiani
dan terlibat dalam perbaikan situasi masyarakat. b. Core Design
menekankan potensi manusia, serta memampukan peserta
Model ini berpusat pada pendidikan umum dan
didik terlibat dalam proses menjadi (becoming). Pendekatan
berbasis pada problem-problem yang muncul dari aktivitas
ini juga terbuka terhadap spiritualitas manusia, yakni
manusia pada umumnya. Sesuai dengan namanya, model
relasi kehidupan batin manusia dengan yang mahakuasa.
ini mengintegrasikan berbagai bahan ajar, dan menyusun
Spiritualitas itu dialami melalui pengalaman-pengalaman
suatu inti (core). Berbagai mata pelajaran/mata kuliah
berkualitas.
dikembangkan di sekitar core tersebut. Di Indonesia ini 83
Desain Kurikulum Pendidikan Kristiani
Desain Kurikulum Pendidikan Kristiani
disebut mata kuliah dasar/umum, yang diarahkan pada
kelompok usia. Setelah itu ditentukan proses belajar-mengajar, yang
pengembangan pribadi dan sosial (pribadi yang sehat, baik,
menggambarkan peran dan interaksi guru dan peserta didik dalam
matang, dan warga masyarakat yang mampu membina kerja
proses belajar dan mengajar. Dari proses belajar mengajar tersebut
sama, toleran dan sebagainya). Sedangkan problem-problem
ditentukan berbagai metode pembelajaran. Selanjutnya ditentukan
dalam masyarakat yang membutuhkan pemecahan anatara
konteks kegiatan belajar-mengajar dalam kegiatan-kegiatan gereja
lain adalah kemiskinan, kekerasan, konflik, kelaparan, inflasi,
yang mencakup keenam fungsi gereja (koinonia, marturia, diakonia,
rasialisme, dan sebagainya.
kerygma, didache, dan leitourgia).
c. Social Problems and Reconstructionist Designs
Desain kurikulum menjadi pedoman pengembangan dan praktik
Model ini mempelajari berbagai problem yang ada dalam
kegiatan pendidikan Kristiani di gereja, seperti Sekolah Minggu atau
masyarakat, kemudian melakukan proyek aksi sosial yang
kebaktian anak, kebaktian atau persekutuan remaja, kebaktian atau
bertujuan merekonstruksi masyarakat. Jadi kurikulum terkait
persekutuan pemuda, kebaktian atau ibadah, pemahaman Alkitab
dengan perkembangan masyarakat dalam bidang sosial,
dan diakonia, persekutuan doa, diskusi masalah aktual, dan lain-lain.
politik, ekonomi, dan sebagainya. Kurikulum bermaksud ikut
Dengan memiliki desain kurikulum yang jelas dan tepat bagi
serta melakukan perubahan sosial menuju masyarakat yang
jemaat setempat, diharapkan berbagai kegiatan dan program gereja
lebih adil.
menjadi terarah, terpadu, dan berkesinambungan. Seluruh kegiatan gereja mengarah ke tujuan yang sama, bukan berjalan sendiri-
Unsur-unsur Desain Kurikulum Desain kurikulum dimulai dengan penggambaran konteks gereja dan masyarakat, serta panggilan gereja dalam konteks itu. Kemudian disusun tujuan kurikulum, yaitu apa yang hendak dicapai oleh anggota jemaat setelah mengikuti berbagai program
sendiri. Maka anggota jemaat pun dapat bertumbuh dalam iman, yakni bertumbuh dalam segala hal ke arah Dia yang adalah kepala gereja. Unsur-unsur desain kurikulum anak dan remaja adalah sebagai berikut:
dan kegiatan gereja. Rumusan tujuan mencakup tujuan umum
•
Konteks Indonesia: lokal, nasional, global
dan tujuan tiap kelompok usia. Selanjutnya disusunlah skopa atau
•
Prinsip pengorganisasi: kata kunci kurikulum, yang
cakupan kurikulum yang menggambarkan hubungan manusia
menyangkut kehidupan kristiani dalam situasi aktual yaitu
dengan Tuhan, sesama, diri sendiri, dan alam semesta. Dari
konteks dunia
cakupan tersebut kemudian disusun materi kurikulum bagi setiap 84
•
Filsafat, pendekatan, atau model desain kurikulum 85
Desain Kurikulum Pendidikan Kristiani
Desain Kurikulum Pendidikan Kristiani
Daftar Pustaka
•
Tujuan kurikulum
•
Proses belajar mengajar
Nasution, S. 2006. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara
•
Metode pengajaran
Ornstein, Allan C. dan Francis P. Hunkins. 2004. 4th ed.
•
Pendekatan penilaian (evaluasi)
Penutup Desain kurikulum sangat dibutuhkan gereja agar pembinaan iman dapat dilakukan secara terarah dan berkesinambungan. GKI telah memiliki desain kurikulum yang dapat dipakai di segala aras, baik sinode, sinode wilayah, klasis, maupun jemaat. Diharapkan melalui desain kurikulum ini anggota jemaat dapat bertumbuh dalam iman, persekutuan, kesaksian dan pelayanan.
Curriculum: Foundations, Principles, and Issues. Boston: Pearson. Schiro, Michael. 1978. Curriculum for Better Schools. Englewood Cliffs: Educational Technology Publications Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung dan Jakarta: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia dan Rajawali Pers. Tyler, Ralph. 1949. Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago: The University of Chicago Press Wyckoff, D. Campbell, 1961. Theory and Design of Christian Education Curriculum. Philadelphia: The Westminster Press Yulaelawati, Ella. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi, Teori dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya *Dosen Pendidikan Kristen pada Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana
86
87
Peran Sekolah Bina Iman (SBI) Dalam Keluarga Kristen Zaman Ini Junianawaty Suhendra, Ph.D.
Generasi Yang Hilang David Kinnaman dalam bukunya “You Lost Me” membukakan mata banyak gereja di Amerika dan belahan dunia lainnya, bahwa gereja telah banyak kehilangan generasi muda. Selain itu, George Barna, ahli riset terkemuka di Amerika, mengemukakan dalam surveinya bahwa tidak kurang dari 50% anak muda di Amerika yang meninggalkan gereja dan bahkan imannya selepas dari SMA atau bangku kuliah. Apakah gereja-gereja di Indonesia mengalami hal tersebut? Apakah anak-anak muda kita juga berpotensi untuk meninggalkan gereja dan berbalik menolak Tuhan selepas mereka dari komisi remaja atau pemuda? Harus diakui, fenomena ini menjadi hal yang memprihatinkan para pemimpin gereja. Banyak upaya dilakukan, dan setiap gereja mempunyai berbagai macam cara untuk mempertahankan generasi muda. Upaya yang dilakukan mulai dari pembinaan kelompok kecil, kebaktian kontemporer, sampai kepada 88
89
Peran SBI Dalam Keluarga Kristen Zaman Ini
Peran SBI Dalam Keluarga Kristen Zaman Ini
berbagai macam upaya kontekstualisasi budaya anak muda. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pdt. Nurhayati Girsang adalah dengan memulai SBI (Sekolah Bina Iman) di GKI Gunung Sahari.
Mandat Penting Yang Dilupakan Firman Tuhan berkata, “Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu
Apakah Sekolah Minggu Tidak Cukup? Pertanyaan yang sering muncul di benak kita, “Apakah Sekolah Minggu tidak cukup, sehingga perlu ada SBI?” Menjawab pertanyaan ini, kita harus kembali kepada visi Sekolah Minggu itu sendiri. Robert Raikes merintis Sekolah Minggu bukan untuk keluarga Kristen, tetapi untuk anak-anak di masa depresi ekonomi di Eropa. Mereka tidak mempunyai kesempatan sekolah karena harus bekerja di pabrik-pabrik, sehingga pada hari Minggu, mereka berkeliaran di jalan-jalan. Robert Raikes terbeban untuk memberikan pendidikan sekolah di hari Minggu dan membawa mereka ke gereja untuk mengenal Tuhan dan belajar ajaran-ajaran Firman Tuhan. Setelah Sekolah Minggu diadopsi oleh gereja dan berkembang seperti sekarang ini, angka kehadiran jemaat bertambah. Namun, setelah generasi M (Millenium) muncul, ketika anak-anak ini keluar dari rumah, satu demi satu mereka memilih untuk memegang kepercayaan yang berbeda dengan pengajaran Sekolah Minggu di gereja. Mengapa? Banyak gereja-gereja di Indonesia yang juga dirintis dari Sekolah Minggu. Namun, saat ini gereja-gereja seperti GKI pada umumnya, sudah menjadi gereja yang bukan hanya dewasa, tapi sudah sangat matang. Generasi demi generasi sudah dilalui, namun apakah mandat untuk para orangtua untuk memuridkan anaknya juga sampai dan dikerjakan dengan serius? 90
sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu (perbuatan tangan Tuhan dan seluruh hukum Tuhan) hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu” (Ulangan 4:9). Dengan jelas Firman Tuhan menunjukkan bahwa yang paling bertanggung jawab dalam pendidikan iman anak adalah orangtua. Wadah pemuridan keluarga seharusnya dilakukan dalam konteks keluarga. Guru Sekolah Minggu hanyalah perpanjangan tangan. Gereja membantu orangtua untuk mengajarkan hal-hal yang mungkin sulit dilakukan oleh orangtua, misalnya: pengajaran doktrin gerejawi atau menjawab pertanyaan-pertanyaan teologis yang sulit. Namun, orangtua khususnya “ayah” mempunyai tanggung jawab untuk memimpin anak-anaknya menjadi murid Kristus. Paulus mengingatkan para ayah, “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Efesus 6:4). Pdt. Nurhayati Girsang menyadari hal ini. Dalam pelayanannya yang setia di Sekolah Minggu GKI Gunung Sahari, beliau juga melihat ada mandat penting yang dilupakan, yaitu mandat yang Allah berikan kepada orangtua. Pdt. Nur menyadari betul bahwa orangtua Kristen sekarang tidak boleh menjadikan Sekolah Minggu sebagai “Sunday child care.” Tidak cukup merasa aman ketika anakanaknya dibaptis dan masuk kelas Sekolah Minggu. Orangtua
91
Peran SBI Dalam Keluarga Kristen Zaman Ini
Peran SBI Dalam Keluarga Kristen Zaman Ini
tidak bisa hanya drop off anak-anaknya di Sekolah Minggu, dan
dimintakan jadwal anak dalam seminggu, seberapa sibukkah
menyerahkan seluruh tanggungjawab pembinaan rohani hanya
anak-anak? Dari satu les ke les lain, dari satu kegiatan ke kegiatan
kepada guru Sekolah Minggu. Apa yang bisa diharapkan dengan
lain. Seberapa banyak dalam kegiatan tersebut orangtua hadir?
hanya pengajaran “pengetahuan” tentang Allah selama kurang dari
Kadang justru orangtua memberikan kesibukan kepada anak,
2 jam seminggu? Pdt. Nur sadar, bahwa yang perlu diperlengkapi
karena orangtua sendiri sibuk. Itulah kenyataan kehidupan di kota
sesungguhnya
akan
Jakarta. Gaya hidup semacam ini yang kadang membuat sulit guru
melanjutkan pengajaran-pengajaran yang diperoleh di gereja untuk
Sekolah Minggu dan guru agama. Ibarat penabur yang menaburkan
diterapkan di rumah.
benih yang baik di tanah yang berbatu, di jalan, atau di tanah yang
adalah
“orangtua.”
Orangtualah
yang
Alasan umum yang diajukan jemaat berkenaan dengan mandat ini adalah: “Ah, kan anak-anak Sekolah Minggu banyak yang orangtuanya bukan orang Kristen”; “Aduh, orangtua sibuk”; “Rasanya pesimis sekali mengharapkan kehadiran orangtua, apalagi keterlibatan mereka”; “Mau cari guru Sekolah Minggu saja susah, apalagi ditambah dengan SBI?” “Kegiatan gereja sudah banyak, mau tambah lagi?” “Masalah di gereja kompleks, banyak pendatang, dan banyak masalah-masalah lain selain masalah keluarga muda.” Jika dirangkum dalam sebuah kalimat, kita bisa menyimpulkan bahwa, “Mandat penting tidak bisa dikerjakan karena masalah yang kompleks dan gaya hidup yang super sibuk.”
Gaya Hidup Terburu-buru Marilah kita melihat kenyataan kehidupan masyarakat, khususnya di antara jemaat yang berusia di bawah 50 tahun. Bukan hanya para pengusaha dan eksekutif yang mempunyai gaya hidup terburu-buru, bahkan anak-anak balita pun demikian. Tes yang paling mudah adalah dengan cara mengumpulkan jadwal mingguan anak-anak. Jika saja orangtua dari murid-murid Sekolah Minggu 92
bersemak duri. Sebaik-baiknya benih yang ditabur, namun karena tanahnya tidak subur, maka benih itu tidak bisa tumbuh dengan sehat. Gaya hidup semacam ini yang kadang membuat kita tidak terlalu menganggap serius pesan Paulus kepada para pemimpin gereja (yang juga sama-sama sibuk): “Diaken haruslah suami dari satu istri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik” (1 Tim. 3:12) dan “supaya engkau menetapkan penatuapenatua di setiap kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu, yakni orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya satu istri, yang anak-anaknya hidup beriman (mempunyai moral baik) dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib” (Titus 1:5-6). SBI (Sekolah Bina Iman) berperan sebagai retainer (penahan) terhadap gaya hidup terburu-buru dan gaya hidup yang tidak tertib. SBI yang seharusnya menjadi perantara antara “pengetahuan tentang iman” dan “pengalaman hidup orang beriman,” seharusnya akan menjadi pengingat bagi orangtua untuk slowing down. SBIlah yang akan mengingatkan orangtua untuk mengajarkan anakanaknya mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan. Di dalam komunitas SBI, orangtua yang “sadar pendidikan” secara 93
Peran SBI Dalam Keluarga Kristen Zaman Ini
Peran SBI Dalam Keluarga Kristen Zaman Ini
bersama-sama berjalan melawan arus budaya hurried life (hidup
diri dan anak-anak, membahas kehidupan seks anak menjelang
terburu-buru). Arus hurried life semakin hari menerpa anak-anak
masa remaja, dan mempersiapkan anak untuk keluar dari rumah
kita dengan agresif: mulai dari ipad baby, budaya akselerasi, super
sebagai orang yang dewasa rohani.
kids syndrome, generasi tween (anak-anak bergaya remaja), sampai kepada trend violent pornographic addiction di kalangan remaja.
Komunitas SBI seharusnya menjadi komunitas orangtua untuk bisa menemukan rasa ‘percaya diri’ dalam mendidik anak. Kadang
Gaya hidup terburu-buru sangat mengganggu kesempatan anak-
kala orangtua menghindari peran sebagai pendidik anak-anak
anak mengalami kehadiran Allah secara nyata dalam hidup sehari-
karena merasa tidak mampu, merasa telah gagal hidup sebagai
hari mereka. Tuntutan persaingan akademis dan prestasi, kadang
murid Kristus, tidak banyak mengerti tentang Alkitab, penuh
menggeser kepentingan anak belajar tentang “hidup” itu sendiri.
dengan kelemahan-kelemahan. Komunitas SBI-lah seharusnya
Anak-anak dipaksa dewasa secara pengetahuan, tetapi mereka
yang mengingatkan orangtua, bahwa kita semua adalah orangtua
lambat untuk dewasa secara moral dan spiritualitas. Untuk itulah
yang tidak sempurna, yang bergantung kepada kesempurnaan
SBI sangat dibutuhkan. Kegiatan-kegiatan di SBI mengingatkan
kasih Allah. Kehadiran orangtua lain dalam kehidupan anak-
orangtua untuk menempatkan Firman Tuhan sebagai poros dalam
anak, menjadi pelengkap sehingga anak-anak bisa melihat teladan
hiruk pikuk kehidupan keluarga. Tuhan Yesus menjadi Raja yang
hidup yang bermacam-macam dari keluarga lain. Kesempatan
berada sebagai pusat keluarga, dan bukan Jesus in my pocket (yang
interaksi dalam camp ayah dan anak laki-laki (father and son camp);
dikeluarkan hanya hari Minggu atau pada saat-saat dibutuhkan
aktivitas ibu dan anak perempuan; malam khusus ayah bersama
saja).
anak perempuannya (father and daughter dinner) dan pengayaan
Di SBI-lah, orangtua belajar untuk rela memaksa diri memangkas aktivitas-aktivitas yang kurang penting demi bisa pulang ke rumah lebih awal dan meluangkan waktu untuk menceritakan kisah-kisah Alkitab kepada anak, bermain dengan anak, mendoakan anak-anak sebelum tidur. Di SBI juga, orangtua bersama dengan rekan-rekan lain dalam Kelompok Tumbuh Bersama, memaksa diri untuk Saat
keluarga (family enrichment) merupakan kesempatan bagi setiap orangtua dan anak untuk meluangkan waktu bersama secara berkualitas. Yang selalu harus diingat oleh orangtua adalah bahwa waktu berkualitas tidak akan diperoleh tanpa menyediakan kuantitas waktu. Bagaimana orangtua dapat menyampaikan cinta kasihnya tanpa memberikan waktunya kepada anak?
Teduh, belajar Alkitab untuk bisa mengajarkannya kepada anakanak. Melalui SBI, orangtua diingatkan untuk tidak kehilangan kesempatan membicarakan masalah pergumulan anak di sekolah, menghitung berkat Tuhan dan mensyukurinya, melihat perbuatanperbuatan Tuhan yang ajaib dalam keluarga, menghadapi dosa-dosa 94
Love Takes Time Ada sebuah cerita tentang anak yang mempunyai ayah sangat sibuk dengan pekerjaannya. Setiap kali dia mengajak ayahnya bermain dengannya, ayahnya selalu punya alasan, “Maaf anakku, 95
Peran SBI Dalam Keluarga Kristen Zaman Ini
Peran SBI Dalam Keluarga Kristen Zaman Ini
papa harus hadir dalam rapat ini”; “Maaf anakku, lain kali ya, papa
dalam prioritas.” Ketika anak-anak masih kecil, bersama-sama
harus menyelesaikan tugas ini,” dan lain-lain. Sampai akhirnya
para ayah lain di SBI, suami saya meluangkan banyak waktu untuk
anaknya bertanya, berapa gaji papa dalam sehari. Lalu anak itu
camping, main bola bersama, menghafalkan ayat Alkitab bersama,
mulai menabung dan memberikan uang tabungannya sebesar 3
merenungkan beberapa bagian Firman Tuhan bersama, melayani
jam gaji ayahnya. Ayahnya bingung dan bertanya, “Untuk apa ini?”
dan melakukan pekerjaan misi bersama. Waktu itu sangat berharga.
Anak itu dengan penuh harap berkata, “Saya ingin membeli waktu
Ketika anak-anak sudah dewasa, mereka barulah bisa menyatakan
papa agar bisa bermain dengan saya.”
apresiasi untuk setiap pengajaran baik yang orangtua berikan pada
Anak kecil tidak bisa mengemukakan kebutuhannya. Setiap anak diberikan orangtua, karena Tuhan tahu bahwa anak-anak kecil ini butuh model, pelindung, dan pengajar kebenaran yang mengasihi tanpa syarat, yaitu orangtua. SBI-lah yang menjadi “penerjemah” request (permintaan) dari anak-anak. SBI adalah agen Allah yang mengingatkan orangtua untuk kembali kepada peran yang seharusnya, sesuai dengan rancangan Allah sejak mulanya. Dengan SBI, orangtua kembali diajak untuk terus menerus mengevaluasi diri: “Ke arah mana seharusnya saya mendidik anakanak saya?” “Apakah saya sudah memberi cukup waktu untuk membawa pasangan dan anak-anak saya mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan?” (Ulangan 6:1-9). Suami saya seringkali mengutip kalimat dari John Ortberg, “Love takes time but hurried people does not have time.” Sebagai seorang pekerja awam, suami saya juga seringkali terperangkap dalam pekerjaan yang menyita waktu keluarga. Namun, dengan adanya SBI (yang untuk Yayasan Eunike sekarang kami sebut sebagai Bina Iman Keluarga Sahabat Kristus), suami saya selalu diingatkan, “Saya tidak boleh take it for granted anugerah yang berharga yang Tuhan percayakan pada saya: keluarga. Dan berharap mereka “memaklumi” saya, dan bukannya saya yang menempatkan mereka 96
mereka. Beberapa anak yang sudah dewasa secara jujur mengatakan bahwa ketika masih kecil atau remaja, kadang mereka merasa terpaksa dan “ogah-ogahan” ketika mendengar ajaran atau nasihat orangtua. Akan tetapi ketika besar mereka mengakui bahwa itu adalah hal terbaik yang mereka dapatkan sebagai bekal kehidupan mereka sebagai orang dewasa. Ajaran dan nasihat yang disampaikan secara natural dalam faith talk (percakapan iman), bukan hanya membantu anak mengambil keputusan bijak, tapi mempersiapkan gaya komunikasi sebagai orang beriman sampai mereka dewasa dan kembali menjadi orangtua. Love takes time bukan hanya dalam hal-hal positif dan menyenangkan yang orangtua kerjakan bersama anak, tapi juga di dalam hal disiplin. Tidak banyak orangtua Kristen yang punya keberanian menghadapi dosa anak-anak. Supaya hidup aman, orangtua seringkali menghindari konflik dan membiarkan anak hidup dalam dosa. Disiplin dan memberi nasihat membutuhkan waktu dan keberanian. Orangtua yang berani mengobati anak-anak, mereka juga berani terluka. Orangtua yang berani menyelamatkan anak, mereka juga berani kehilangan nyawa. Itulah kasih Kristus. Dan hanya dengan mewujudnyatakan kasih Kristus dalam relasi dengan anak, keluarga dapat menjadi saksi Kristus bagi dunia luar. 97
Peran SBI Dalam Keluarga Kristen Zaman Ini
Time Flies Dalam perjalanan menuju kampusnya di Wheaton, Illinois, anak sulung saya menceritakan pengalamannya mengajar anakanak gangster yang ia layani di Los Angeles. Dia mulai membahas peranan pendidikan orangtua kepada anak-anak yang ia layani. Dalam kesempatan itu saya bertanya: “Hal apa yang kamu ingat dari pendidikan yang papa mama berikan padamu?” Dia terdiam dan mencoba berpikir. Hati saya gusar, lalu saya berkata, “Waduh.... kamu gak ingat? Gagal-lah sudah mama mendidik kamu selama ini.” Lalu dia mengatakan kalimat yang sangat menghibur saya, “Justru mama berhasil, karena mama sudah menanamkan nilai yang baik yang secara alami sudah menjadi identitas saya sekarang ini. Pendidikan dari papa mama-lah yang membuat saya menjadi saya sekarang ini.” Time flies. Setiap “dot” detik yang kita lalui dalam mendidik anakanak telah berbaur menjadi sebuah lukisan indah. Kita tidak bisa melihat titik-titik itu lagi karena sudah berbaur bersama dengan warna-warna lain dalam hidup anak-anak kita. Waktu terus bergerak, seiring dengan pergerakan pertumbuhan anak-anak kita. Kita tidak bisa kembali ke masa lalu, ke masa anak-anak kita masih balita. Pertumbuhan anak-anak tidak bisa menunggu. Ketika Anda ketinggalan handphone di rumah, Anda bisa kembali kapan saja, handphone Anda tidak akan mengembang atau menciut, paling buruk jika handphone tidak digunakan dalam waktu lama adalah bahwa Anda perlu recharge (mengisi) atau meng-up grade (memperbarui). Berbeda dengan anak, pada saat kita tidak mendidiknya, anak-anak kita tidak berada di dunia netral dan vacuum (kosong). Seperti mobil tanpa rem yang berada di jalan menanjak, ketika tidak ada yang menginjak gas untuk bergerak
98
Peran SBI Dalam Keluarga Kristen Zaman Ini
maju, gravitasi bumi akan menariknya mundur. Pertumbuhan anak tidak bisa menunggu dan tidak bisa dihentikan. Ketika kita berhenti berperan, mereka tetap terus bertumbuh. Piring kotor di dapur bisa menunggu, janji makan malam dengan client bisa ditunda, tapi pertumbuhan anak tidak bisa menunggu. Tanpa kita sadari bayi kecil yang belum bisa berjalan, sudah mampu mengeluarkan mobil dari garasi untuk meluangkan malam Minggu bersama kekasihnya. Setiap orangtua akan sampai kepada masa menengok lagi ke masa lalu. Dan pada masa itu ada dua hal yang mungkin dia katakan: “Saya menyesal” atau “Saya bersyukur.”
Hidup Dalam Penyesalan Atau Syukur John Izzo, menuliskan hasil penelitiannya dalam buku “Five Secrets You Must Discover Before You Die”. Dalam penelitiannya terhadap 235 orang berusia 60-106 tahun dari tukang cukur sampai orang-orang yang bertahan hidup dalam penyiksaan; dari kepala suku Aborigin sampai presiden direktur yang berhasil. Mereka adalah orang-orang yang diakui telah memiliki hidup yang berarti. Izzo menanyakan sebuah pertanyaan penting: “Bagaimana menjalani hidup yang penuh arti?” Kemudian ia menyimpulkan 5 jawaban yang sama dan salah satunya adalah “Jangan meninggalkan penyesalan.” Suatu kalimat bijaksana yang harus diperhatikan oleh semua orangtua. Para hamba Tuhan, termasuk Pdt. Nurhayati Girsang, pasti sudah bertemu banyak orang yang hidup dalam penyesalan. Sebagai hamba Tuhan atau gembala, mereka pasti mengikuti 99
Peran SBI Dalam Keluarga Kristen Zaman Ini
perjalanan hidup jemaatnya: ketika muda hidup sembarangan, setelah tua hanya memetik penyesalan. Itulah yang sering terjadi dalam kehidupan keluarga-keluarga muda. Ketika anak-anak kecil, mereka tidak menjalankan komitmen dan mandat Allah secara serius, ketika tua hanya hidup menyesali diri dan tidak bisa kembali pada masa lalu. SBI memiliki peran untuk mendampingi orangtua hidup dalam anugerah Allah. SBI tidak punya visi menjadikan anak-anak hebat, tapi mendorong orangtua untuk berlutut dan merendahkan diri menjalankan tugas tanggung jawab mendidik anak-anak yang Tuhan percayakan. Marjorie Holmes adalah salah satu penulis yang dapat menyentuh hati para orangtua untuk kembali kepada anak-anaknya. Sebuah judul “as tall as my heart” juga memberikan inspirasi pada saya untuk menuliskan puisi di bawah ini untuk anak-anak saya:
“Jadikan Impian-Mu Menjadi Impiannya” (Junianawaty Suhendra) Mendengar tangisanmu keluar dari perut mama, hati mama terharu dan ikut menangis.... tangisan bahagia Mama tidak selalu mengerti isi hatimu, dan kadang hal itu menyedihkan hatiku… Ketika kamu berteriak ketakutan melihat jarum akupuntur saat kamu sakit Bels-Palsy,.. Ingin rasanya mama menggantikan tempatmu di situ… Ketika kamu remaja dan berkata, “Mama tidak mengerti…..” kadang mama harus mengakui dan berkata, “Betul!” Dan itu menyedihkan hatiku. 100
Peran SBI Dalam Keluarga Kristen Zaman Ini
Anakku, … sejak kecil setiap malam mama menceritakan isi hati Tuhan Kamu belum mengerti…. Mama mengajak kamu melihat penderitaan orang-orang dan melayani mereka Kamu belum mengerti….. Mama menegurmu dan kadang juga menghukummu…. Kamu menangis… Kamu belum mengerti…. Kadang mama menjawab, “Tidak” untuk permintaan-permintaan yang berbahaya Kamu berkata, “Mama jahat….!!!” Hati mama sedih…. Kamu belum mengerti Anakku,… ketika kamu berbuat dosa….. Hati papa mama hancur, sehancur hati Tuhan Namun kamu belum mengerti…. Kami terus berdoa, “Jadikan hatinya mengerti hati-Mu, Tuhan” Sampai,……..suatu saat kamu datang Dan berkata, “Papa, saya berdosa dan memohon pengampunan papa dan Tuhan.” Air mata haru mengalir…. Mama berkata dalam hati,, “Akhirnya kamu mengerti….” Mama mulai berdoa, “Jadikan hatinya seperti hati-Mu, Tuhan” Karena hati kami tidak cukup bernilai kekal. Mama berbisik dalam hati, “Jadikan impian-Mu menjadi impiannya...” Suatu hari, kamu berkata… “Mama aku mau melayani orang Afrika.” Mama takut sekaligus bersyukur…. Dengan khawatir mama tetap berdoa, ‘Jadikan impian-Mu menjadi impiannya…. Karena 101
Peran SBI Dalam Keluarga Kristen Zaman Ini
impian mama tidak cukup bernilai kekal.” Suatu hari lain, kamu berkata…”Mama aku mau melayani anak jalanan.” Sekali lagi mama takut sekaligus bersyukur… dengan malu mama berdoa, “Impianku tidak cukup mulia untuk menjadi impiannya… jadikan impian-Mu menjadi impiannya, Tuhan…” Perjalanan hidup belum selesai…. Kamu masih bertumbuh terus menuju impian Tuhan Kamu ingin menjalani hidup yang bernilai kekal…. Itulah impianmu. Dan mama semakin tua dan tetap berdoa, “Jadikan impian-Mu menjadi impiannya, ya Tuhan.”
Peran SBI Dalam Keluarga Kristen Zaman Ini
gereja. Apakah kita akan membiarkan anak-anak bertumbuh sendiri, kita lepaskan “pedal gas” dan membiarkan anak-anak ditarik gravitasi dosa? Anak-anak tidak bisa menunggu untuk bertambah besar dan dewasa. Kitapun semakin tua. Suatu saat kita semua akan mengakhiri pertandingan hidup dan melihat lagi ke dalamnya: apakah kita mengakhiri dengan kemenangan iman dan syukur? Ataukah dengan penyesalan? Semoga di masa emeritus, Pdt. Nur dapat terus menjalankan passion-nya melalui SBI dan melihat generasi-generasi baru melanjutkan perjuangannya. Semoga sebagai wanita yang lebih senior, beliau dapat menjadi mentor bagi para orangtua dan guru-guru yang masih muda, dan dengan setia menjalankan Titus 3:3-8. Semoga melalui SBI tidak ada generasi
Mengakhiri Pertandingan Dengan Kemenangan Iman
muda yang berkata, “You Lost Me.”
Saya percaya, Pdt. Nurhayati Girsang adalah hamba Tuhan
Paulus mengingatkan kepada Titus bahwa kelemahan keluarga,
yang mempunyai mimpi. Saya yakin diapun punya doa yang sama,
jemaat, akan melemahkan kesaksian gereja di dalam menghadapi
“Jadikan impianMu menjadi cita-cita dan impian anak-anak.” Tidak
penyesat-penyesat. Sebaliknya: keluarga sehat, gereja kuat.
ada impian yang lebih mulia daripada impian agar anak-anak di GKI Gunung Sahari menjadi murid Kristus yang setia. Jikalau SBI adalah salah satu cita-cita dan impian Tuhan kita, sanggupkah kita membiarkan api impian ini padam? Tidakkah kita tergerak untuk
Pdt. Nur, selamat melanjutkan perjuangan sampai Tuhan mengumpulkan kita semua di rumah-Nya.
melanjutkan perjuangan yang sudah dimulai oleh Pdt. Nurhayati Girsang? Namun pertanyaannya adalah, “Siapakah yang akan melanjutkan perjuangan beliau?” Pepatah Afrika mengatakan, “Membutuhkan satu desa untuk membesarkan seorang anak” (Igbo-Yoruba); “Satu lutut tidak membesarkan seorang anak” (Tanzania); “Satu tangan tidak mengasuh seorang anak” (Swahili). Tuhan sudah mendirikan suatu komunitas yang terbaik untuk anak-anak di GKI Gunung Sahari: 102
103
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus Ir. Gracia Leonora Simanjuntak-Telaumbanua, MACM.
I. Lihatlah Sekelilingmu - Sebuah Pengantar Lihatlah sekelilingmu, pandanglah ke ladang-ladang. Yang menguning dan sudah matang, sudah matang untuk dituai!1 Tapi kapan ladang akan dituai jika tak pernah menguning dan tak pernah matang? Lihatlah sekelilingmu adalah sebuah ajakan untuk melihat bukan hanya dengan mata tapi lebih dengan hati. Untuk melihat bahwa ada anak-anak yang memerlukan perhatian, pendidikan dan perlakuan khusus, karena mereka mempunyai kebutuhan khusus. Tidak sedikit orang yang berusaha tidak menganggap kehadiran mereka, tak sedikit juga yang berusaha 1
Lihatlah Sekelilingmu (Kidung Jemaat 4281), Syair dan Lagu: HA Pandopo (1984) ber-
dasarkan Yohanes 4:35 ©Yamuger
104
105
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
menyembunyikannya. Ada beribu alasan yang diberikan,
disesuaikan dengan kondisi khusus yang dimilikinya agar
mulai dari rasa malu, merasa direpotkan dan ada juga yang
dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
merasa bahwa kehadiran mereka adalah sebuah beban. Tapi
Ada beberapa istilah yang kerap digunakan untuk
sesungguhnya mereka ada di tengah-tengah kita, dan tidak
mengartikan istilah anak dengan kebutuhan khusus
dipungkiri jumlahnya pun semakin bertambah nyata.
yaitu children with special needs atau special needs children.
Sesungguhnya kebutuhan mereka pun nyata. Kebutuhan
Secara sederhana diartikan sebagai anak yang lambat (slow)
untuk melengkapi kekurangan yang ada, dan kebutuhan untuk
atau mengalami gangguan (retarded).
mengoptimalkan kemampuan yang ada pada diri mereka.
berkebutuhan khusus
Sehingga pada saatnya, mereka juga bersama-sama dengan kita
terbelakang. Istilah ini dikenakan karena perbandingan
bergandengan tangan, melakukan bagiannya, hidup mandiri
dengan kondisi anak-anak yang tidak memiliki kekhususan
dan berbagi dengan sesama.
tersebut. Istilah cacat dan terbelakang diberikan karena
Dulu anak-anak
ini disebut anak cacat atau anak
dianggap tidak sempurna serta tidak mampu sejajar dan
II. Mereka Ada di Tengah Kita dan Bagian dari Kita 1. Istilah anak berkebutuhan khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilikinya, anak-anak ini memerlukan perlakuan, pelayanan dan pendidikan khusus sebagaimana layaknya seorang manusia untuk dapat mengembangan diri serta memaksimalkan kemampuan yang ada dalam dirinya. Dalam arti yang lebih luas, anak berkebutuhan khusus adalah anak yang perlu mendapat layanan khusus, baik bentuk layanan pendidikan, layanan sosial, bimbingan dan konseling serta bentuk layanan lainnya dimana layanan ini 106
bersaing dengan anak yang dianggap normal. Keadaan khusus dan juga cara pandang masyarakat seperti inilah yang membuat anak-anak tesebut kadang direndahkan, dikucilkan bahkan disembunyikan tanpa pertolongan. Bahkan sering dianggap aib dan beban di dalam keluarga dan di tengah masyarakat dianggap tak berguna. Tidak dapat dipungkiri tanpa penerimaan akan keadaan mereka, bantuan, perlakuan maupun pendidikan khusus maka anak-anak ini akan tumbuh menjadi manusia tak berdaya dan terlihat seperti tak mempunyai arti dan kontribusi sampai akhirnya hayatnya. Itu juga yang membuat keluarga sering menyembunyikan dan bahkan tak sedikit menolak akan kondisi kekhususan anak karena takut akan kenyataan serta kuatir akan beban dan gangguan. Ini terjadi karena 107
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
ketidaksiapan keluarga menerima keadaan khusus mereka.
Keluarga dan masyarakat diharapkan turut memberi
Padahal anak-anak inipun tidak pernah mengharapkan lahir
dukungan juga dengan memberi semangat, kesempatan,
dalam kondisi seperti itu.
rangsangan, dorongan, fasilitasi pendidikan dan memberi segala bentuk dukungan lain yang dibutuhkan untuk
Selain itu dikenal juga dalam masyarakat dipakai istilah
membantu mereka mengasah potensi yang ada, untuk
“anak luar biasa” atau “anak berkelainan” karena menekankan
berkembang optimal sehingga mereka mandiri dan bahkan
perlunya perlakuan istimewa atau tidak biasa terhadap anak-
dapat berkontribusi.
anak berkebutuhan khusus ini. Belakangan ini digunakan istilah “anak berkebutuhan khusus” (children with special needs) selain istilah diffable
2. Sikap masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus
(difference ability) yang telah berkembang luas sebelumnya.
Secara garis besar perkembangan pandangan dan sikap
Ini merupakan salah satu perubahan istilah dimana
masyarakat terhadap anak-anak berkebutuhan khusus ini
terjadi pergeseran makna yang meninggi (ameliorasi).
dapat dipaparkan seperti berikut ini:
Dengan penghargaan tinggi terhadap perbedaan anak dan
a. Masyarakat
mengabaikan
dalam
arti
anak
memusatkan perhatian pada kebutuhan anak secara khusus.
berkebutuhan khusus dianggap sebagai manusia
Sehingga tidak hanya memberikan perlakuan khusus
yang tidak berguna. Dengan demikian anak
atau pendidikan khusus, tapi juga memperhatikan segala
berkebutuhan khusus sering diabaikan, tidak dirawat,
kemungkinan potensi yang dapat digali dari kekhususan yang dimiliki oleh anak-anak tersebut. Istilah ini juga berpengaruh terhadap pandangan masyarakat secara umum terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Pandangan yang menganggap mereka adalah manusia cacat yang merupakan beban, menjadi manusia berkebutuhan khusus yang memerlukan perlakuan khusus. Citra negatif dari istilah cacat dan terbelakang, berubah lebih positif menjadi berkebutuhan khusus yang dapat berkembang optimal sesuai dengan kondisi khususnya. 108
disembunyikan bahkan mendapat perlakuan yang tidak manusiawi karena dianggap beban dan aib. b. Masyarakat melindungi anak berkebutuhan khusus dalam anggapan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah manusia yang memerlukan perlindungan karena
ketidakmampuan
akibat
kekhususan
tersebut. Sehingga perlakuan yang diberikan lebih kepada memberikan perlakuan khusus yang tidak mengupayakan kemandirian, tapi kepada pertolongan karena kasihan yang kadangkala tidak memandirikan tapi tetap membiarkan dalam ketergantungan. 109
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
c. Masyarakat merasa penting untuk memberikan
masyarakat. Anak berkebutuhan khusus seharusnya tetap
pendidikan dan mengupayakan pendidikan khusus
dianggap merupakan bagian yang sama berharga dengan
bagi anak berkebutuhan khusus. Hal ini sejalan
manusia lainnya di tengah-tengah masyarakat.
dengan kesadaran akan pentingnya mengajarkan
Untuk mendukung dan memaksimalkan pendidikan yang
kemandirian bagi anak berkebutuhan khusus, agar
diberikan, anak berkebutuhan khusus tetap memerlukan dan
tidak terus menerus tergantung pada orang lain, tapi
diberikan terapi yang dibutuhkan sesuai dengan kekhususan
sekaligus juga mengembangkan potensi diri untuk
yang mereka miliki, di antaranya adalah terapi musik.
tetap menghargai dirinya sendiri dan juga dihargai orang lain sebagai makhluk ciptaan Allah yang mulia. 3. Dukungan masyarakat bagi anak berkebutuhan khusus
1. Musik sebagai terapi Dalam upaya membantu anak-anak berkebutuhan khusus untuk dapat mengoptimalkan kemampuan atau potensi
Anak berkebutuhan khusus memiliki kecenderungan
yang ada dalam dirinya maka mereka diberikan berbagai
untuk merasa rendah diri, mudah menyerah pada keadaan,
terapi, di antaranya adalah terapi musik. Terapi musik itu
merasa kurang mampu, dan bahkan merasa tidak bisa
sendiri adalah penggunaan musik (intrumen dan nyanyian)
bertahan hidup, yang mengakibatkan mereka selalu merasa
dalam memunculkan hubungan antara anak (klien) dengan
dan berada dalam posisi inferior. Karena itu penerimaan
terapis untuk mendukung dan menguatkan anak secara fisik,
masyarakat yang terbuka terhadap keadaan khusus mereka
mental, sosial dan emosi, mengoptimalkan semua potensi,
dan pemberian pendidikan yang sesuai bagi kekhususan dan
serta mengembangkan secara maksimal semua kemampuan
kebutuhan mereka merupakan bentuk dukungan masyarakat
yang ada pada klien.
yang mereka perlukan.
110
III. Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Terapi musik sebenarnya tidak hanya diberikan untuk
Pendidikan memiliki peran penting guna mengatasi
anak-anak berkebutuhan khusus, tapi penggunaannya sudah
rasa inferior dan membangun kemampuan menyesuaikan
sangat luas, termasuk untuk orang biasa (normal) dengan
diri, juga memberi ketrampilan pada anak berkebutuhan
berbagai tujuan yang hendak dicapai. Terapi musik dapat
khusus, agar mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,
meningkatkan kualitas hidup dari manusia biasa, antara lain
serta mampu berkarya, berkreasi dan berkontribusi bagi
untuk meningkatkan kemampuan berpikir, memudahkan 111
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
pemusatan pikiran atau konsetrasi, rileksasi, mengurangi
menunjang perencanaan program dan pelaksanaan program
stress, dan sebagainya. Mengapa musik dapat digunakan
terapi sesuai dengan tujuan dari setiap program maupun
sebagai terapi?
masing-masing sesi terapi yang dilakukan.
Musik dipakai sebagai alat terapi karena manfaat musik
Pemberian terapi musik dapat dilakukan dengan dua model
yang sangat luas, antara lain: musik dapat mengubah bentuk
yaitu yaitu model aktif dan model reseptif. Dalam model
otak, musik dapat meningkatkan kemampuan berbahasa,
aktif, terapis dan klien keduanya terlibat secara aktif di dalam
musik dapat mengembangkan fungsi mental, musik dapat
kegiatan bermusik yang diprogramkan. Sedangkan dalam
menstimulasi gerakan dan mengembangkan kemampuan
model reseptif, klien tidak melakukan kegiatan bermusik,
kordinasi fisik, musik dapat mengembangkan daya ingat
kegiatan bermusik hanya dilakukan oleh terapis (terapis dapat
dan kemampuan penyimpanan informasi, musik dapat
menyanyi, memainkan alat musik atau hanya memutarkan
membantu memahami Matematika dan ilmu pengetahuan
lagu) dan klien hanya mendengar dan menganalisa, dengan
lainnya,
atau tanpa melakukan aktivitas lainnya.
mengembangkan
kemampuan
berkomunikasi
dan kemampuan mengekspresikan diri, membantu anak
Terapi musik seharusnya diberikan oleh orang yang
untuk dapat bekerjasama, membantu kesehatan emosi dan
mempunyai pendidikan khusus terapi musik dan mempunyai
fisik serta meningkatkan kreativitas, kemampuan berpikir,
sertifikasi untuk mempraktekkannya pada klien sehingga
memudahkan pemusatan pikiran atau konsetrasi, rileksasi,
semua program dan proses terapi yang dilakukan dapat
mengurangi stress, dan sebagainya.
dipertanggungjawabkan. Orang yang mempunyai keahlian
Terapi musik juga dapat meningkatkan multi kecerdasan
khusus ini disebut dengan musik terapis.
pada anak berkebutuhan khusus dan memungkinkan mereka untuk memperoleh kepercayaan diri, harga diri dan motivasi untuk hidup yang lebih baik.
3. Tujuan
dan
manfaat
terapi
musik
bagi
anak
berkebutuhan khusus Terapi musik termasuk salah satu terapi yang unik karena
2. Disiplin ilmu model terapi musik dan musik terapis Terapi musik didasarkan atas tiga disiplin ilmu yaitu psikologi, kedokteran dan musik, selain itu tentu saja tetap
menggunakan musik bukan untuk tujuan musik tapi untuk tujuan tertentu yang telah direncanakan atau diprogramkan oleh terapis sesuai kebutuhan klien.
diperlukan ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu lainnya untuk 112
113
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Jika terapi musik digunakan untuk membantu anak-anak
ritmik, ditambah dengan tempo dan dinamika yang
berkebutuhan khusus, maka tujuan terapi musik tersebut
dapat diubah dalam musik merangsang anak untuk
adalah untuk membantu mengoptimalkan seluruh potensi
melibatkan banyak hal dalam dirinya, mengajak untuk
yang ada dalam diri anak-anak tersebut agar mempunyai
berekspresi, bahkan termasuk merangsang imajinasi.
kepercayaan diri, mandiri, dapat berkarya, berkreasi dan berkontribusi.
Jika kita memainkan musik atau nyanyikan sebuah lagu yang menarik di depannya. Anak akan termotivasi
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh anak berkebutuhan khusus melalui terapi musik, antara lain: a. Musik memotivasi Anak berkebutuhan khusus cenderung pasif. Terutama di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, serta dalam inisiatif melakukan sesuatu. Dengan musik, anak-anak berkebutuhan khusus dipancing
untuk ikut terlibat secara aktif. Mungkin terlibat untuk memainkan alat musik, mencoba menyanyi, hanya konsentrasi mendengarkan, menikmati musik, sedikit bergerak, bergoyang, mencoba menari, atau cuma merasakan ada sesuatu yang sedang terjadi. b. Membangun komunikasi Bermain
musik,
termasuk
menyanyi
akan
untuk melakukan sesuatu (bermain musik setelah
menghasilkan bunyi-bunyian yang menarik perhatian
mendengar nyanyian atau musik dimainkan) dan
anak-anak berkebutuhan khusus. Melibatkan mereka
mulai menyatakan keinginannya untuk ikut terlibat
dalam menghasilkan bunyi-bunyi dengan memainkan
dalam musik tersebut dengan memainkannya. Musik
alat musik dan juga mengajak mereka bernyanyi
juga merangsang dan memotivasi anak berkebutuhan
merupakan suatu pengalaman yang menarik bagi
khusus untuk bergerak dan melibatkan kemampuan
anak-anak
geraknya, baik motorik kasar maupun motorik halus
biasanya anak berkebutuhan khusus cenderung kurang
secara bertahap.
peduli dengan lingkungannya, bahkan beberapa dari
Musik yang mengandung unsur melodi, harmoni,
tersebut.
Sebelum
mengenal
musik
mereka selalu berada dalam kondisi yang seolah-olah
juga merangsang keterlibatan hal-hal lain
terisolasi dari lingkungan sekitarnya. Sebagian dari
dari diri anak antara lain emosi, perasaan juga
mereka ada juga yang sulit untuk berkonsentrasi dan
pikiran. Alunan turun naiknya melodi, suasana yang
selalu bergerak. Dengan adanya musik yang menarik
diciptakan oleh harmoni, pergerakan ketukan dan
merhatian mereka, perhatian dan konsentrasi mereka
ritmik
114
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
115
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
mulai ditarik untuk terpusat. Karena ketika musik memperhatikan,
berkebutuhan khusus untuk dapat mengembangkan
mendekat dan mencoba memainkannya dengan cara
kemampuan bicaranya. Nyanyian mengandung kata,
mereka. Inilah cara mereka berkomunikasi.
kalimat, aksen, dinamika yang sangat membantu
diperdengarkan,
mereka
mulai
Musik juga memberi kesempatan bagi mereka untuk
anak untuk dapat memperlancar ucapan, melafalkan
berinteraksi dengan orang lain dan berkomunikasi
huruf, menambah kosa kata, mengenal aksen, bahkan
dengan cara tertentu. Mereka juga mulai belajar dan
dapat belajar berekspresi dengan adanya dinamika di
dapat mengungkapkan diri dengan segala cara, baik
dalam nyanyian. Sehingga melalui terapi musik, anak-
menggunakan anggota tubuh, suara, maupun alat
anak berkebutuhan khusus tidak hanya dibantu untuk
musik yang disediakan.
berkomunikasi non verbal tapi juga verbal.
Bagi sebagian anak-anak berkebutuhan khusus, kadang-kadang kata-kata tidak memungkinkan atau
116
Selain itu kegiatan bernyanyi menolong anak-anak
c. Musik adalah pengalaman yang melibatkan indera tubuh
tidak begitu efektif untuk dipakai berkomunikasi.
Anak belajar melalui empat cara yaitu visual
Hambatan berkata-kata pada anak-anak berkebutuhan
(melihat), auditory (mendengar), tacticle (menyentuh
khusus ini bisa terjadi karena ada kelainan fisik atau
atau meraba) dan kinestetis (melakukan). Bagi anak yang
gangguan mental, bisa juga karena trauma, stress atau
memiliki keterbatasan dan hambatan tertentu, musik
memilih tidak berbicara karena alasan tertentu. Untuk
membawa pengalaman yang melibatkan indera tubuh.
kondisi dimana kata-kata bukan menjadi pilihan utama
Melihat bagi yang dapat melihat, mendengar bagi yang
dalam berkomunikasi, maka terapi musik menolong
dapat mendengar, meraba bagi yang indera perabanya
mereka untuk berani berkomunikasi, mengungkapkan
berfungsi dengan baik, Keterlibatan banyak indera
diri dan berekspresi dengan menggunakan bunyi-
ini selain merangsang keterlibatan aktif anak, juga
bunyian yang dihasilkan oleh alat musik atau bereaksi
menolong perkembangan fungsi indera tersebut dan
terhadap bunyi-bunyian yang diperdengarkan kepada
memberikan pengalaman yang berpengaruh kepada
mereka. Ini merupakan salah satu bentuk komuniasi
sistem tubuh dan perkembangan anak berkebutuhan
non verbal yang biasa dilakukan oleh anak-anak
khusus, termasuk dalam hal mengembangkan pola
berkebutuhan khusus.
belajar kinestetiknya. 117
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
d. Melatih motorik
tangan kiri dan kanan, atau memainkan kearah yang
Anak berkebutuhan khusus umumnya memiliki adalah
melodi dan tangan kiri memainkan akord di piano,
kelemahan dalam bergerak dan mengkordinasikan
atau ketika tangan kanan memetik di badan gitar
gerakan.
Latihan-latihan yang melibatkan gerakan
dan tangan kiri menekan senar di leher gitar. Bahkan
yang dirangsang melalui musik menolong mereka
ketika memainkan drum, anak-anak akan berlatih
untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar
untuk sekaligus mengkordinasikan empat
maupun motorik halus. Salah satu diantaranya
yang berbeda, yaitu
adalah jari-jari yang terlalu rekat dan sulit untuk di
tangan kiri, memukul tom tom dan juga ride cymbal
gerakkan. Dengan bermain piano, anak-anak dilatih
oleh tangan kanan, memukul bass drum oleh kaki
untuk membuka jari-jarinya. Anak-anak yang gerakan
kanan, dan memukul hi hat oleh kaki kiri. Dan
tangannya sering tidak terkendali, dilatih dengan
umumnya dalam permainan drum, keempat bagian
memegang pemukul (stick) drum dan memukul tepat
tubuh itu memainkan bagiannya dengan pola ritmik
pada drum. Gerakan-gerakan ini akan membantu
yang berbeda.
kelemahan
fisik.
Termasuk
diantaranya
untuk mempersiapkan mereka pada gerakan motorik
Latihan-latihan
gerakan
memainkan snare drum oleh
koordinasi
motorik
dengan
yang lebih halus, misalnya untuk berhitung dengan
memainkan alat-alat musik seperti kincringan (sejenis
jari, menunjuk, bahkan menulis, mewarnai atau
tambourine), maracas, dan lain-lain seperti
menggambar. Musik yang dipadukan dengan gerakan
disebutkan sebagai contoh di atas dapat menolong
tarian juga akan menolong mereka untuk melakukan
perkembangan
beberapa hal penting misalnya gerakan teratur
mempengaruhi juga kerja otak.
mengikuti tempo yang teratur, baik tempo lambat maupun dalam variasi tempo lainnya. mengembangkan
koordinasi
motorik.
koordinasi
tubuh
anak
yang karena
e. Meredam emosi Anak berkebutuhan khusus memiliki emosi yang
Secara teknis, memainkan alat musik dapat
118
berbeda misalnya ketika tangan kanan memainkan
agak labil, bahkan kadang terlihat
seperti tidak
Misalnya
terkendali. Emosi anak berkebutuhan khusus mudah
dengan melatih gerakan tangan kanan dan tangan kiri
bergolak, mulai dari tenang hingga marah yang
secara bersamaan, dalam ritmik yang berbeda antara
meledak-ledak. Adanya musik yang didengarkan 119
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
dan dimainkan menolong mereka untuk lebih
permainan bahkan gerakan dan tarian yang dipadukan
tenang, merasa nyaman dan lebih gembira. Pada
dengan musik menolong anak untuk lebih mudah
saat mendengarkan atau
belajar akan berbagai hal.
memainkan lagu yang
disukainya, banyak dari mereka merasa nyaman dan bahagia. Bahkan mereka lebih memilih memainkan musik atau menyanyi atau bahkan hanya bergerakgerak mengikuti musik untuk menyalurkan perasaan atau emosi di dalam dirinya.
g. Meningkatkan percaya diri Setiap pencapaian yang berhasil dilakukan oleh anak adalah merupakan suatu prestasi yang bukan hanya perlu diapresiasi oleh orang lain, tapi juga sangat berarti bagi anak itu sendiri. Ketika anak berkebutuhan
f. Mengembangkan kognitif
khusus berhasil ikut bernyanyi, menghasilkan bunyidan
bunyian, mengikuti pola ritmik tertentu dan bahkan
aktivitas otak, di berbagai bagian secara simultan.
menyajikan sebuah karya musik di hadapan orang lain
Dengan banyaknya bagian otak yang dilibatkan
dan mendapat apresiasi tentu saja akan menimbulkan
ketika
melakukan
perasaan dihargai. Anak merasa bangga karena semua
beberapa kegiatan seperti ikut memainkannya,
upaya dan kerja kerasnya mendapat perhatian dan
melakukan gerakan, dan sebagainya terapi ini dapat
apresiasi orang lain. Rasa bangga dan rasa dihargai ini
mengembangkan kemampuan kognitif, antara lain
akan meningkatkan rasa percaya diri anak yang akan
seperti daya ingat, konsentrasi, pemahaman, analisa,
memberi pengaruh besar bagi perkembangan diri
konsep, dan lain-lain.
anak tersebut.
Musik
merangsang
mendengarkan
perkembangan
musik
dan
Metode atau cara-cara khusus yang diterapkan dalam program terapi musik ini juga sangat bermanfaat untuk memudahkan anak-anak belajar. Adanya tahapan dan keteraturan juga metode repetisi (pengulangan) yang ada dalam musik menolong proses peningkatan kemampuan otak anak. Penggunaan beberapa alat musik yang dapat dimainkan, alat-alat peraga, simbol-simbol, gambar, 120
IV. Terapi Musik di Sekolah Minggu 1. Pemanfaatan metode terapi musik di Sekolah Minggu Walaupun saat ini kita jarang menemukan anak-anak berkebutuhan khusus dalam Sekolah Minggu (GKI Gunung Sahari) bukan berarti tidak ada anak yang berkebutuhan khusus. Ini juga mengundang pertanyaan, “Apakah memang tidak ada atau tidak diketahui atau tidak terlihat?” Seperti 121
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
definisi tentang anak berkebutuhan khusus menurut The
Sudah saatnya kita semua semakin peka untuk melihat
National Information Center for Children and Youth with
tanda-tanda yang menunjukkan jika ada anak yang
Disabilities yaitu “children with special needs refer to children
berkebutuhan khusus. Sehingga selain menjadi tempat yang
who have disabilities or who are at risk of developing disabilities“.
ramah bagi anak-anak berkebutuhan khusus secara fisik,
Dalam definisi ini terkandung pengertian tentang resiko
dengan menyediakan fasilitas khusus untuk membantu
berkebutuhan khusus, yang dapat terjadi bila tidak disadari
keterbatasan fisik mereka, Sekolah Minggu juga dapat menjadi
maupun ditangani dengan baik sejak dini.
tempat yang ramah bagi anak-anak yang berkebutuhan
Kelainan pada anak memang tidak semuanya dapat diketahui
dengan
mudah,
terutama
kelainan
yang
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, terapi musik
menyangkut mental intelektual dan emosi serta perilaku.
bukan hanya berguna untuk anak yang berkebutuhan khusus,
Kedua jenis kelainan ini tidak terlihat dengan mudah seperti
tapi bagi semua anak. Karena tujuannya bukan hanya untuk
melihat adanya kelainan fisik. Dan kalaupun mulai terlihat
penyembuhan tetapi lebih kepada menolong mengoptimalkan
tanda-tandanya, kadangkala orangtua tidak merasa bahwa itu
kemampuan dan memaksimalkan perkembangan semua
adalah suatu kelainan yang perlu penanganan secara khusus,
anak termasuk yang berkebutuhan khusus. Metode terapi
baik secara perlakuan ataupun pendidikan. Padahal jika tidak
musik dapat diterapkan dalam penyelengggaraan Sekolah
ditangani dengan baik bukan tak mungkin pada saat dewasa
Minggu. Apalagi hampir sebagian besar kegiatan di Sekolah
anak tersebut baru menunjukkan perilaku yang diakibatkan
Minggu berupa nyanyian, yaitu
oleh kelainan tersebut. Untuk anak dengan kelainan tuna
mengumpulkan mainan sesudah free play time, mengajak
laras, sekiranya sifat pemarah, sifat tidak bisa mengendalikan
melakukan kegiatan berdoa, membaca Alkitab, memulai
emosi, sifat pembangkang, sifat agresif yang dimilikinya
cerita, semuanya dilakukan dengan nyanyian dan musik.
tidak ditangani sedini mungkin maka akan tumbuh menjadi pribadi yang mungkin dapat mengakibatkan terjadinya kekacauan, kerusakan, atau mungkin hal-hal lain yang lebih buruk. Atau jika perilaku obsesif, sulit berkomunikasi dengan orang lain, dan suka merusak pada anak dengan kelainan autis tidak ditangani sedini mungkin, anak ini mungkin saja berkembang menjadi pribadi yang sulit dan anti sosial. 122
khusus secara mental intelektual dan emosi serta perilaku.
pada saat
pra ibadah,
Guru Sekolah Minggu memang bukan terapis bagi anak berkebutuhan khusus. Tapi mereka masih dapat melakukan sesuatu untuk mendukung anak-anak berkebutuhan khusus dalam proses menggali potensi dalam diri mereka sehingga mereka bisa tumbuh lebih baik, dapat mandiri, berkarya, berkreasi dan berkontribusi. Meskipun bukan terapis, ahli 123
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
ilmu kedokteran, ahli psikis,dan ahli musik tapi Guru Sekolah
lingkungan yang terkendali dimana pengungkapan diri bisa
Minggu dapat melakukan bagiannya dengan pendekatan
terjadi”
musik termasuk nyanyian. Jika musik yang digunakan di Sekolah Minggu dapat
Untuk itulah Guru Sekolah Minggu kelas batita dipanggil untuk berperan dalam merancang dan mempersiapkan
ditata dan diprogramkan dengan baik, maka semua nyanyian
ibadah,
atau musik yang dimainkan dalam ibadah anak atau Sekolah
termasuk di dalamnya memilih nyanyian yang sesuai
Minggu dapat berfungsi seperti terapi musik yang ditujukan
serta menyajikannya dengan baik, yaitu menyanyikan dan
untuk anak-anak Sekolah Minggu. Hal ini tentu saja harus
mengiringi dengan baik, dengan instrumen, gerakan, tarian
dirancang dengan baik tanpa melupakan tujuan utama
ataupun kreativitas lainnya.
menyusun
program
nyanyian
dengan
baik,
hadirnya nyanyian dan musik dalam ibadah anak, yaitu sebagai bagian dari ibadah anak, sebagai media perjumpaan anak dan Tuhan-nya, bagian dari pengajaran juga bagian yang berperan dalam mengekspresikan iman anak pada Tuhan maupun pada sesama. Early detection saves lives! Ternyata tidak hanya berlaku bagi penderita kanker. Tapi berlaku juga untuk penanganan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Seperti yang disampaikan pada seorang ahli yang bernama Ortiz, yang mengatakan bahwa musik bagi anak-anak berusia di bawah tiga tahun memberi pengaruh sebagai berikut: “memotivasi anak untuk berlatih, meningkatkan kepekaan tubuh, mengaktifkan tumbuhnya keterampilan motorik kasar, meningkatkan kordinasi, mengembangkan rasa percaya diri, bertindak
2. Mempersiapkan ibadah kelas Sekolah Minggu Batita (Bawah Usia Tiga Tahun) berbasis metode terapi musik Love God, Love Children, Love Music! Dengan mencintai Tuhan, mencintai anak serta mencintai musik, guru dapat
mempersiapkan kelas Sekolah Minggu dengan sungguhsungguh. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun nyanyian dengan menerapkan metode terapi musik, yaitu: a. Pahami tujuan dan sasaran dari penyelenggaraan (ibadah) Sekolah Minggu hari itu (termasuk tema).
sebagai katalis dalam berimprovisasi, memperkenalkan dan
b. Kenali anak-anak murid yang terdaftar di kelas
mempertahankan struktur dalam kegiatan yang teratur,
itu beserta kekhususan dan kebutuhannya untuk
berfungsi sebagai sumber kebahagiaan dan kesenangan,
penetapan tujuan penerapan metode terapi musik.
mendorong terjadinya hubungan sosial dan menciptakan 124
125
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
c. Susun daftar nyanyian dengan berpatokan pada
sekedar gerakan atau tarian tanpa tujuan. Misalnya:
syarat-syarat berikut ini: • •
•
merancang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, bukan
Liturgi: nyanyian dipilih sesuai dengan unsur
•
liturgi yang dilayankan.
motorik kasar maupun halus dari anak- anak sesuai
Pastoral: syair nyanyian sesuai dengan Firman
dengan usianya, baik berupa gerakan bertepuk,
Tuhan, ajaran yang akandisampaikan dan tema
bergoyang, berjalan, melompat, berjinjit, mengangkat
pada hari itu.
tangan, memainkan jari-jari tangan, meniru gerakan
Musikal:
nyanyian yang dipilih harus indah
binatang dan lain-lain (contoh: lagu Happy Ya Ya Ya,
dimana
melodi, ritmik maupun harmoninya
Kling Klong, Jari-jariku Dapat Berdoa, S’lamat Pagi Tuhan, Belalai Gajah, Marilah Kita Berjinjit, dll.).
mendukung hal-hal yang hendak dicapai di dalam program terapi musik yang dirancang di
•
Koreografi gerakan yang melibatkan kerjasama
dalam program Sekolah Minggu sesuai dengan
dengan cara berjabat tangan, memegang tangan atau
kebutuhan dan kekhususan kelas tersebut.
membentuk lingkaran, atau membuat barisan sambil
d. Persiapkan dan laksanakan
memegang pundak akan menolong anak dalam
dengan baik serta
proses perkembangan sosial (contoh: lagu Senyum
lakukanlah evaluasi!
dan Bermuka Gembira, Kereta Apiku Menuju Sekolah Minggu, Jalan Serta Yesus, Lingkaran Besar-Lingkaran
3. Penggunaan gerakan, tarian dan alat peraga dalam
Kecil). Bahkan dapat merangsang perkembangan
terapi musik di Sekolah Minggu
afeksi seperti gerakan memegang tangan, merangkul
Selain mempersiapkan dan memilih nyanyian yang sesuai dalam konsep penerapan program terapi musik, guru harus sangat mempertimbangkan dan menyiapkan kreasi berupa permainan musik bersama, gerakan, tarian dan alat peraga. Mempersiapkan kreasi berupa gerakan atau tarian untuk nyanyian-nyanyian tertentu juga merupakan tantangan yang besar karena mewajibkan guru Sekolah Minggu untuk 126
Gerakan yang akan merangsang perkembangan
dan lain-lain (contoh : lagu Yesus Sayang Semua). •
Gerakan berhitung dengan melibatkan tangan dan jari ketika menyanyikan lagu yang berisi hitungan dan angka akan menolong anak-anak yang mengalami kesulitan dalam konsep menghitung (contoh: lagu Tanganku Ada Dua, Hari Penciptaan, Ada Seorang Gembala Menghitung Domba). 127
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Penggunakan alat peraga dan alat bantu lainnya seperti
V. Lihatlah Sekelilingmu - Sebuah Perenungan
gambar, kartu, boneka dan lain-lain dapat juga dilakukan ketika menyanyikan lagu-lagu tertentu. Sebagai
contoh
menggunakan kartu yang berisi tulisan nama masing-masing anak ketika menyanyikan lagu pengecekan kehadiran anak (lagu Mana-Apa Kabar?). Selain menolong anak untuk memperkenalkan diri, mengenal teman-temannya, juga belajar mengenal huruf, paling tidak huruf yang membentuk namanya sendiri. Untuk anak-anak tunanetra adanya alat peraga yang berbentuk sesuatu yang bisa diraba akan menolong mereka dalam membayangkan konsep tentang bentuk suatu benda. Selain jenis-jenis musik dan nyanyian yang melibatkan banyak gerakan sejalan dengan gerak melodi riang dan pola ritmik lincah dengan tempo cepat, guru Sekolah Minggu juga harus menyiapkan nyanyian dengan suasana lebih tenang,lambat dan lembut. Baik ketika memilih musik yang diputar pada saat pra–ibadah (free-play), saat berdoa, maupun pada saat-saat tertentu lainnya. Hal ini juga akan menolong anak-anak untuk lebih tenang, lebih fokus dan belajar berkonsentrasi. Mari kita mencoba dan terus mengembangkan pemanfaatan metode terapi musik di dalam penyelenggaraan Sekolah Minggu, sehingga semua anak-anak kita termasuk yang berkebutuhan khusus dapat berkembang dengan baik dalam segala hal.
Milik siapa ladang itu? Untuk siapa tuaiannya? Milik Allah dan untuk AllahIsi dunia kerajaan-Nya. Lihatlah sekelilingmu, pandanglah ke ladang-ladang. Yang menguning dan sudah matang, sudah matang untuk dituai!2 Ladang itu akhirnya menguning, dan siap untuk dituai karena kasih dan kemurahan Tuhan, serta untuk kemuliaan Tuhan. Kasih Tuhan juga yang menggerakkan, sehingga kita semua bergandengan tangan, ikut membantu, mendukung dan mendoakan. Marilah kita memberi perhatian bukan karena keanehan, memberi bantuan bukan karena sekedar kasihan, memberi pertolongan yang tidak menyebabkan ketergantungan, memberi pendidikan untuk mengoptimalkan kemampuan, dan memberi dukungan untuk mencapai kemandirian. Dalam kekhususan mereka, mereka juga mempunyai bagian. Berbagi keteguhan dalam ketekunan. Berbagi pengharapan dalam iman. Berbagi kasih dalam rahmat. pengampunan. 2 Lihatlah Sekelilingmu (Kidung Jemaat 428:3), Syair dan Lagu: H.A. Pandopo (1984) berdasarkan Yohanes 4:35 ©Yamuger
128
129
Terapi Musik Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Berbagi sukacita di dalam hidup penuh kedamaian. Berbagi makna dalam kehadiran. Berbagi syukur dan pujian atas kemurahan Tuhan.
Daftar Pustaka American Music Therapy Association (2016). http://www. musictherapy.org/ Capehart, Jody (2005). Teaching With Heart, a Guide to Cherishing and Challenging Children in the Christian
Creative Teaching for Sunday School Pdt. Drs. Paulus Lie, S.Th., M.Min.
Classroom, Heart Shaper Book Publisher Inc., Manila,Phil. Davis, William B., Gfeller, Kate E., Thaut, Michael H. (1999). An Introduction to Music Therapy: Theory and Practice, McGraw-Hill, New York, Ortiz, John M.(1999) Nurturing Your Child with Music, How sound awaraness creates happy,smart and confident children, Beyond Words Publishing Inc., Oregon. Sheppard, Phillip. (2007). Music Makes Your Child Smarter Peran Musik Dalam Perkembangan Anak, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Persembahan Langka, pendeta jemaat yang mau memperhatikan pelayanan anak, namun Pdt. Nurhayati Girsang termasuk salah satu pendeta yang sangat peduli pada pembinaan dan pelayanan anak, karena itulah penulis bersedia berpartisipasi dalam buku emeritasi ini, sebagai kenang-kenangan bagi Pdt. Nurhayati Girsang.
Pendahuluan Untuk membina anak-anak sangat dibutuhkan kreativitas dari para guru Sekolah Minggu (GSM), atau sering juga disebut “pelayan anak”, agar anak-anak dapat bertumbuh secara holistik melalui seluruh program pembinaan anak, khususnya melalui program Kebaktian Anak setiap hari Minggu (atau Sekolah Minggu, selanjutnya akan disebut KA) yang menyenangkan. Di satu sisi kita bersyukur karena “dunia anak” (TV/film/gadget, games, tempat bermain dll.) makin semarak dan menarik, menjadi sarana hiburan bagi anak-anak kita, namun di sisi lain kita juga
130
131
Creative Teaching for Sunday School
Creative Teaching for Sunday School
amat prihatin dengan keluhan beberapa pengurus Komisi Anak,
(1) belajar melalui kehidupan kita
“Jumlah anak SM gereja kami terus menurun dari tahun ke tahun.”
(2) belajar dalam organisasi, institusi, asosiasi, jaringan
Karena itulah topik kreativitas mengajar di Sekolah Minggu ini
(3) belajar berfokus pada kebutuhan nyata
begitu penting dibahas karena kreativitas dibutuhkan agar anak-
(4) belajar dengan seluruh kemampuan otak
anak senang-rindu-setia hadir serta bertumbuh secara holistik
(5) belajar bersama
melalui pelayanan anak di gereja-gereja kita.
(6) belajar melalui multi media, teknologi, format, dan gaya
Kreativitas makin diperlukan untuk membina Generasi Platinum/Generasi Z/Generasi Digital Native yang lahir sesudah tahun 2000. Perhatikan beberapa ciri generasi ini, mereka suka: •
Kebebasan, dan tidak suka terkekang
•
Bermain, tidak suka hanya bekerja/melakukan sesuatu
•
Ekspresif, tidak hanya reseptif
•
Cepat, mereka enggan menunggu, mereka generasi yang aktif tidak suka pasif
•
Mencari/browser, bukan tunggu instruksi
•
Unggah, bukan hanya unduh informasi
•
Interaktif, bukan hanya komunikasi searah
•
Berkolaborasi, tak hanya berkompetisi
Karena itu para pelayan anak untuk generasi Z ini perlu lebih mengerti siapa mereka dan lebih kreatif untuk melayani generasi yang sangat kreatif ini. Perhatikan juga “Megatrend Tentang Belajar”, dalam bukunya itu, Endang Abutarya (2007) mengetengahkan sepuluh megatrend tentang belajar untuk saat ini dan ke depannya. Kesepuluh trend tentang belajar yang terdapat dalam buku tersebut adalah: 132
(7) belajar langsung dari berpikir (8) belajar melalui pengajaran/pembelajaran (9) belajar melalui sistem pendidikan kita yang akan berubah cepat untuk membantu belajar sepanjang hayat dan masyarakat belajar, dan, (10) belajar bagaimana belajar Mengamati perkembangan Generasi Z dan megatrend tersebut, maka para pelayan anak perlu mengembangkan metode anak aktif dan kreatif dalam Kebaktian Anak. Metode ini melibatkan anak untuk terlibat aktif dalam keseluruhan kegiatan pelayanan anak, antara lain: Anak belajar bagaimana belajar mandiri. Misalnya anak belajar memperbaiki diri melalui sebuah renungan/cerita, anak belajar bersaat teduh dan membangun dirinya secara mandiri, anak belajar nilai-nilai iman dari seorang tokoh dan menerapkannya untuk dirinya sendiri. Anak belajar menceritakan pengalaman-pengalaman nyata hidupnya dan saling belajar mengambil hikmah dari suatu pengalaman yang terjadi dalam kehidupan nyata. Anak belajar menyatakan kebutuhan nyata apa yang ia butuhkan, 133
Creative Teaching for Sunday School
apa yang sedang dalam pergumulan diri dan keluarganya, dan menentukan sikap diri terkait hal tersebut. Anak belajar bersama, sharing, berdiskusi dalam kelompok kecil dan saling melayani. Anak belajar menghafal ayat dan intisari pengajaran, menceritakan kembali (agar seluruh kemampuan otaknya terstimulasi untuk berkembang), serta mengaplikasikannya dalam
Creative Teaching for Sunday School
anak-anak untuk hadir. Berbicara tentang kreativitias mengajar (creative teaching), maka kita berbicara tentang keseluruhan unsur Kebaktian Anak (bukan hanya bercerita), karena itu sebelum kita berbicara tentang bercerita secara kreatif, kita perlu memperhatikan seluruh unsur Kebaktian Anak yang juga membutuhkan kreativitas, misalnya: •
sehingga tidak monoton, melainkan selalu dirasakan segar
Anak dilibatkan dalam berorganisasi di kelas, maupun dalam
dan mengarahkan secara tepat pada tema dan tujuan
kepanitiaan tertentu. mendiskusikan pergumulannya menghadapi era digital, berani
liturgi
perlu disusun, dikemas dan dilayankan secara kreatif,
konteks tertentu.
Anak ikut terlibat sebagai petugas multi media di kelas,
Kreativitas dalam liturgi Kebaktian Anak,
pembelajaran minggu itu. •
Kreativitas dalam pujian, agar suasana puji-pujian membuat suasana KA menjadi hidup, menarik, dan anak-anak dapat
menceritakan pendapatnya (sikap kritis) terhadap apa yang ia lihat
mengerti makna teks dalam pujian yang dinyanyikan, dan
dan dengar.
menghayati bahwa pujian tersebut adalah untuk memuliakan
Karena itulah perlu suatu model Kebaktian Anak yang lebih
Tuhan yang kita sembah, sebagai ungkapan syukur atas
“maju” dan kreatif.
kasih dan berkat Tuhan kepada anak-anak. Juga, agar anak mengetahui bagaimana wujud konkret penerapan makna teks pujian dalam kehidupan mereka sehari-hari, karena itu
Kebaktian Anak yang kreatif… “Adik-adik, minggu depan, kita akan mengadakan pesta balon. Datang dan ajak teman, ya... Ingat, Kebaktian Anak minggu
kreasi pujian perlu dan harus tepat! •
nasihat, ajaran, motivasi, teguran, dan penghiburan melalui
depan amat istimewa, lho. Di kelas kita ini, akan kedatangan tamu istimewa, yaitu Pangeran Bungsu, seorang pangeran dari Negeri Damai. Datang dan ajak teman ya untuk menikmati kebaktian
firman Tuhan yang diceritakan dan direnungkan. •
agar anak-anak benar-benar dapat menerapkan firman yang
Contoh kreativitas di atas akan membuat Kebaktian Anak
134
Kreativitas dalam penerapan cerita dalam hidup seharihari anak-anak di masa kini, bagian inipun perlu kreativitas
istimewa tersebut....” menjadi amat menarik, ditunggu-tunggu anak dan menggerakkan
Kreativitas dalam bercerita, agar anak-anak mendapatkan
ia telah dengar dan bertumbuh secara holistik. •
Kreativitas dalam membangun karakter anak agar makin 135
Creative Teaching for Sunday School
sesuai dengan nilai-nilai Kristiani yang diajarkan Alkitab,
pujian, dll dengan mengikuti berbagai training Pemahaman
yang dalam kehidupan sehari-hari nampak melalui etika
Alkitab (PA), pelatihan, studi banding, group discussion,
dan etiket yang baik, serta nampak dari gaya hidup, nilai-
membaca buku/buku panduan mengajar, dll.
nilai, cara pandang yang benar. •
•
Creative Teaching for Sunday School
•
Kreativitas dalam membangun keakraban/kebersamaan,
kreatif dalam mengajar, usaha ini dapat diawali dengan
melalui berbagai acara kebersamaan seperti penyambutan
membaca dan “meniru” ide yang disajikan dalam berbagai
anak yang baru hadir, perayaan ulang tahun, perayaan
“situs khusus pelayanan anak” dan buku/buku panduan
kelulusan, doa bersama sebelum ujian, dan berbagai
guru (misalnya penulis dalam buku-bukunya membuat
peristiwa penting anak-anak lainnya.
“ratusan” usulan ide kreatif dalam KA). Guru kemudian
Kreativitas dalam mengajarkan bagaimana berdoa dan
mengembangkan ide-ide tersebut, sehingga menghasilkan ide-ide baru. Jika ide baru tersebut di up-load atau di share-
mengajarkan berbagai hal tentang doa, agar anak-anak
kan ke guru lain, maka ini menjadi “bank ide” yang berguna
menyukai berdoa baik di kelas, di rumah, dan dimanapun. •
Kreativitas dalam membaca Alkitab agar anak-anak suka membaca Alkitab.
•
Juga dibutuhkan kreativitas dalam: presensi, membuat publikasi, tata ruang kelas, membangun suasana kelas, dll.
Pendek kata, semua unsur liturgi KA membutuhkan kreativitas, karena kreativitas akan meningkatkan kualitas dan efektivitas mengajar, anak-anak akan menyerap lebih banyak pengajaran dan nilai-nilai melalui kreativitas yang menarik dan tepat (sesuai usia anak).
136
bagi pelayan-pelayan anak lainnya. •
Guru belajar psikologi perkembangan anak sehingga tahu apa yang dibutuhkan dan diinginkan anak-anak, dan dengan bijaksana menjawab semua kebutuhan anak tersebut melalui materi yang sesuai. Dan secara kreatif mengajarkannya kepada anak-anak, sehingga anak-anak terus bertumbuh dan berkembang secara sehat.
Pelayan anak perlu belajar berani mengembangkan sendiri ide/gagasan kreatifnya sendiri. Dapat diawali dengan belajar dari ide/gagasan orang lain, mencoba/mempraktekkannya, lalu
Bagaimana meningkatkan kreativitas seorang pelayan anak? •
Pelayan anak juga dapat belajar berbagai macam teknik
memperbaiki dan mengembangkan ide/gagasan tersebut, dengan demikian kita akan terus menerus belajar: belajar mencoba, dan belajar mengembangkan, atau belajar lebih kreatif! Karena itulah
Pelayan anak dapat belajar mengembangkan metode anak
berikut ini penulis memberikan beberapa ide untuk membuat SM
aktif: dalam bercerita, dalam berdoa, dalam memimpin
lebih kreatif. 137
Creative Teaching for Sunday School
Manajemen pelayanan anak perlu secara kreatif memberdayakan seluruh potensi jemaat
Creative Teaching for Sunday School
komisi anak menjadi hidup karena didukung (dan dicintai) semua unsur warga jemaat.
Selain kreativitas diperlukan untuk membuat Kebaktian Anak menjadi menarik, kreativitas juga sangat diperlukan untuk memanage pelayanan anak agar lebih berkualitas, misalnya melalui memberdayakan seluruh potensi jemaat, sebagai contoh di antaranya: •
Kreativitas dalam melibatkan anak-anak dalam KA,
Melalui cerita, anak-anak dapat bertumbuh tanpa merasa
pemimpin pujian, kolektan, pemerhati anak baru, penyambut
menyenangkan.
Kreativitas dalam melibatkan orangtua murid dalam pelayanan anak. Dengan mendata keahlian/keterampilan/ pengetahuan orangtua anak yang dapat dipakai mengajar di KA, misalnya: seorang dokter dapat dilibatkan memberikan cerita tentang virus flu, seorang ibu yang menceritakan fungsi garam dalam proses memasak (demo masak di kelas), seorang ahli bangunan bercerita tentang proses membangun. Mereka dapat dijadwalkan sesuai dengan tema cerita/tema minggu yang sesuai. Kreativitas dalam melibatkan sumber-sumber daya gereja lainnya untuk ikut terlibat dan mendukung pelayanan anak. Misalnya kepanitiaan camp anak, kepanitiaan Natal Anak, panitia Paskah Anak, dll.; dapat juga melibatkan semua komisi/badan pelayanan/warga jemaat/orangtua murid, juga melibatkan anak-anak sendiri, sehingga seluruh kegiatan
138
anak-anak dan untuk membentuk karakter/kepribadian anak. digurui, bertumbuh melalui proses pembelajaran dan KA yang
maupun piket kebersihan.
•
Bercerita adalah cara terbaik untuk menumbuhkan kerohanian
sehingga mereka berpartisipasi aktif, baik sebagai pendoa, tamu/teman yang datang, sebagai singers, pengurus kelas, •
Creative teaching dalam bercerita (bercerita metode anak aktif)
Beberapa kreasi berikut kiranya dapat menjadi contoh praktis membuat cerita menjadi lebih mengena dan menarik! 1. Kreasi “Siapa Penceritanya?” (Kreasi “tokoh” yang akan terlibat dalam cerita) a. Cobalah beberapa kreasi yang menantang pelayan anak untuk berani bermain peran sebagai tokoh yang akan bercerita. b. Sebagai ”tokoh dalam cerita” tersebut. Pilihlah 1 tokoh yang ada dalam suatu cerita, dan berceritalah seolah-olah Anda-lah tokoh tersebut, tentu saja lebih menarik jika kostumnya disesuaikan. c. Sebagai “tokoh di luar cerita”, misalnya Anda menjadi seorang pangeran dari negeri dongeng tertentu yang datang di kelas dan berdialog dengan anak-anak. d. Sebagai “tokoh popular” yang datang berkunjung ke KA, misalnya: sebagi seorang tokoh film, atau tokoh kartun (misalnya tokoh yang populer dalam dunia anak-anak) 139
Creative Teaching for Sunday School
e. Sebagai “tokoh imajiner” yang bercerita: • Sebuah boneka yang bercerita (misalnya boneka “kermit” dll.) • Seekor binatang yang bercerita (tentu saja persiapkan kostum atau alat peraganya) f. Sebagai “tim pencerita”, misalnya: • Drama guru-guru, atau drama anak-anak, atau drama campuran guru dengan anak • Bisa juga tim ini bersifat imajiner, misalnya guru dan boneka, atau guru dan sebuah gambar binatang 2. Kreasi “Alur cerita” Alur (atau urutan) penggambaran adegan-adegan dalam cerita akan lebih menarik jika kita kreasikan, jadi tidak harus urut mengikuti urutan cerita dalam Alkitab. Namun dapat dikreasi urutan alur ceritanya menjadi sbb., misalnya: a. mulai cerita dari bagian awal – tengah – akhir b. mulai cerita dari bagian tengah – awal – akhir c. mulai cerita dari bagian akhir – awal – tengah – akhir 3. Kreasi dekorasi, tata ruang dan perlengkapan KA akan menjadi lebih hidup dan menarik, jika dibantu dengan dekorasi dan tata ruang yang sesuai dan menarik, misal ruangan kelas dilengkapi dengan perlengkapan multimedia seperti TV/LCD, atau ruangan kelas di setting (didekor) bagaikan: 140
Creative Teaching for Sunday School
a. sebuah taman bunga (dengan menempel banyak gambar bunga di ruangan), maka pencerita dapat berperan sebagai misal sebagai pak petani perawat bunga. b. sebuah pantai (dengan gambar laut dan kapal-kapal), maka si pencerita dapat berperan sebagai seorang nelayan. c. sebuah istana (dengan gambar istana), si pencerita dapat berperan sebagai raja. d. Pengaturan dekorasi yang sesuai dengan cerita Alkitab yang akan diceritakan. 4. Metode anak aktif dalam bercerita, metode ini akan membuat efektivitas suatu cerita menjadi lebih baik. Inti dari metode anak aktif dalam bercerita adalah anak dilibatkan untuk aktif selama cerita. a. Anak diberi suatu peran/tugas tertentu selama cerita • Kreasi olah pikir, anak mendapatkan tugas/kuis kecil yang jawabannya ada dalam cerita, sehingga mereka terdorong untuk mendengarkan cerita dengan seksama. • Kreasi uji keterampilan, misalnya di tengah bercerita guru menyampaikan beberapa pertanyaan, dan anak harus menulis jawabannya di sebuah kertas. • Kreasi jajak pendapat, misalnya anak harus berdiri menghadap ke depan jika ia berpendapat “setuju” dan menghadap ke belakang jika berpendapat “tidak
141
Creative Teaching for Sunday School
Creative Teaching for Sunday School
setuju” atas jajak pendapat yang diminta guru saat
•
terang (jadilah terang dunia), lampu
bercerita.
•
miniatur, misal miniatur rumah Yahudi, miniatur Bait Allah
•
Binatang/tumbuhan yang terkait dalam cerita
•
Boneka/muppet, wayang, peraga
•
Multi media dan sarana audio visual: LCD, video/film/klip,
• Kreasi perilaku, anak diminta menirukan perilaku yang baik dari tokoh cerita. • Kreasi suara dan bunyi-bunyian, anak diminta menirukan suara/bunyi yang terkait dengan isi cerita. b. Anak dilibatkan sebagai salah satu tokoh dalam cerita • Kreasi drama: cerita Alkitab didramakan, dan anak dilibatkan sebagai salah satu tokohnya. Anak dapat diberi teks naskah cerita sebagai panduan drama. • Kreasi belajar “seandainya aku adalah dia, maka aku akan…” c. Anak mengikuti suatu simulasi/permainan sederhana • Kreasi simulasi agar melaluinya anak belajar nilainilai/pengajaran • Kreasi permainan/game
sound slide, tape/cassette Demikian beberapa contoh sederhana dan praktis dalam mengajar kreatif. Kiranya para pelayan anak berani terus belajar dan mengembangkan terus ide/gagasan kreatifnya, agar pelayanan anak semakin menjadi berkat bagi anak-anak sehingga mereka terus tumbuh dalam segala hal ke arah Kristus! “dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala” (Efesus 4:15)
Kreatif memanfaatkan media yang ada di sekitar anak sebagai alat bantu mengajar •
Barang bekas: koran/majalah bekas, barang-barang bekas
•
Tanaman hidup dan alam sekitar untuk menumbuhkan kecintaan anak pada alam
142
•
Papan tulis, papan flannel, papan flip chart
•
Peta, gambar, potret
•
Barang/model sesuai cerita, misalnya:
•
roti, makanan, garam (cerita garam dunia) 143
Creative Teaching for Sunday School
Daftar Pustaka Anderson, leith, 1998. A Church for 21st Century: Bringing Change to Your Church, Bethany House Publishers, Minneapolis, Minnesota. Endang Abutarya, 2007. Megatrend Tentang Belajar. https:// akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/02/23/10-megatrendtentang-belajar/comment-page-2/ Halim, Makmur, 2000. Gereja di Tengah-tengah Perubahan Dunia, edisi 1. Yayasan Penerbit Gandum Mas, Jawa Timur. Paulus Lie, 2006. Mereformasi Sekolah Minggu. Yayasan Andi, Yogyakarta. Paulus Lie, 2010. Mereformasi Gereja. Yayasan Andi, edisi 1. Yayasan Andi, Yogyakarta. Paulus Lie, 2003. Metode Anak Aktif Dalam Bercerita, edisi 1. Yayasan Andi, Yogyakarta.
144
Pendidikan Kristiani Anak
DI SEKOLAH
145
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen1:
Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab Pdt. Em. Kuntadi Sumadikarya, M.Th.
Pendahuluan Sub-judul yang dipilih penulis juga tak kurang ambisius dibandingkan judulnya. Di tengah ragam penghayatan dan penalaran akan Allah, yang tentu saja semua diklaim bersifat Alkitabiah, tulisan ini mencari penjelasan bahwa bukan “Allah Alkitabiah” melainkan “Allah Alkitab”. Bedanya terletak pada obyektivitas: “Allah Alkitabiah” mengindikasikan karakter doktrinal, sedangkan “Allah Alkitab” mengindikasikan karakter eksegese ilmiah. Apakah ambisi tersebut meraih maksudnya atau tidak sepenuhnya berpulang kepada pembaca. Penulis terinspirasi dan terwarnai kuat oleh tulisan-tulisan Marcus J. Borg dan metode Biblika sosio-historisnya. 1 Judul yang diberikan Panitia Emeritasi Pdt. Nurhayati Girsang “Pesan Gereja bagi Pendidikan di Sekolah Kristen” buat penulis terlalu ambisius. Ada dua sebab: pertama, penulis yang sudah pendeta emeritus tidak lagi berada dalam jajaran struktur gereja (GKI), karena itu tidak dalam posisi memberi “pesan gereja”; kedua, penulis juga tidak dalam disposisi apapun untuk memberi pesan kepada “pendidikan sekolah Kristen”
146
147
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Allah Menciptakan Manusia, Manusia Juga Menciptakan Allah
kesan bahwa kata “Allah” merujuk kepada semacam pribadi yang
Alkitab menyatakan bahwa manusia dibuat dengan “gambar
melainkan di tempat lain, “di luar sana”, melampaui dunia; maka
dan rupa Allah”. Tak hanya itu.Tanpa dapat disangkali manusia juga terus menerus menciptakan banyak “gambar dan rupa Allah”. Mulai dari penghayatan anak-anak sampai penalaran orang dewasa. Mulai dari orang sederhana sampai intelektual. Hal mana terjadi bukan saja dalam Kristianitas, melainkan dalam semua iman dan agama di dunia. Tindakan imani dan insani ini mesti dilihat sebagai upaya manusia mencari makna imannya. Pada masa silam pihak Kristiani banyak menghakimi tindakan semacam ini sebagai pemberhalaan. Itu memang bisa terjadi. Namun dewasa ini kita dituntut melihatnya secara
terpisah dari dunia. Karena “Keberadaan Agung” itu tak ada di sini Allah bukanlah realitas yang dapat dialami. Cara menalar ini disebut “Teisme Supranatural”. Bentuk teisme ini terasa akrab bagi banyak orang Kristiani. Dalam kalimat pembukaan Doa Bapa Kami, “Bapa kami yang ada di surga”, terasa dan terbayang betul Sang Bapa itu berada jauh di sana. Namun manakala ini dijadikan konsep tentang Allah ia dapat menjadi tak adekuat. Konsep ini baru separuh dari Allah Alkitab. Ia bicara hanya tentang Allah yang transenden, Allah yang di seberang sana. Allah berada dalam terang yang tak terhampiri.
baru. Dalam Kristianitas, dengan teologi yang terus berkembang,
Di pihak lain, Alkitab juga bicara tentang kehadiran Allah
bagaimana manusia membuat gambar dan rupa (penghayatan dan
di mana-mana dan di dalam segala sesuatu. Ini paling ringkas
penalaran) Allah, juga ikut berkembang. Pemahaman terhadap
diungkapkan Paulus di Areopagus: “Sebab di dalam Dia kita
Alkitab makin lama makin baik karena penelitian-penelitian obyektif
hidup, kita bergerak, kita ada” (Kis. 17:28). Perhatikanlah bahasa
teologi pendidikan religius maupun teologi Biblika sosio-historis.
ini menegaskan bahwa kita hidup di dalam Allah, kita bergerak
Sebab itu juga ada peluang menyempurnakan gambar dan rupa
di dalam Allah dan kita ada di dalam Allah. Namun banyak kali
tentang Allah yang dibuat manusia sehingga makin sejalan dan makin
kita seperti ikan yang mencari di mana adanya lautan, sementara
adekuat dengan Allah Alkitab, yakni Allah yang menyatakan diri-Nya
tanpa disadarinya ia hidup di dalam lautan itu. Jadi Allah bukan
kepada manusia.
berada di tempat lain, tetapi setepatnya di sini di sekitar, di antara dan di dalam kita, Dia merangkum segala sesuatu. Ungkapan sejajar
Paradoks Dua Kategori Penalaran Konsep Allah dalam Pengakuan Iman Rasuli, Nicea-Konstantinopel dan Athanasius2 mengalir kepada Kristianitas umumnya, memberi 2
tercatat dalam Mzm.139. Pemazmur bertanya,“Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?” Jawabannya adalah tanpa peduli ke manapun pemazmur pergi, Allah ada di sana. Pemazmur menguraikannya lagi, “Jika aku mendaki ke
Tiga Pengakuan Iman Ekumenis GKI dan umumnya gereja-gereja di dunia.
148
149
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia
saja melampaui dunia, tetapi juga hadir di dunia. Pencerahan abad
orang mati, di situpun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar,
ke-16 memperkenalkan cara berpikir baru tentang dunia-semesta,
dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu
sebagai sistem materi dan energi tertutup yang beroperasi menurut
akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku”(Mzm.
hukum alam. Akibatnya adalah Pencerahan menyingkirkan Allah
139:7-10).Sebagian besar dari kita pernah mendengar mengenai ini:
dari dunia-semesta; dunia didesakralisasi. Pengertian bahwa Allah
Allah di mana-mana, Allah Mahahadir (omnipresent). Ungkapan
“di mana-mana”, Allah immanen, dipudarkan. Panenteisme diganti
teknisnya, Allah immanent. Allah tinggal di dalam segala sesuatu
oleh Teisme Supranatural.
dan segala sesuatu tinggal di dalam Allah.
Ada lagi alasan penting tentang paradoks ini. Bagi Teisme
Kaum Kristiani sudah berabad-abad menghayati Allah adalah
Supranatural, Allah tak ada di sini oleh karena itu, Ia tak dapat
transenden sekaligus immanen; melampaui dunia semesta sekaligus
dialami atau dijumpai, kecuali dalam terobosan supranatural alias
hadir di dalamnya. Cara berpikir ini disebut Panenteisme. “Pan”
mujizat. Itu sebabnya mengapa begitu banyak orang Kristiani
adalah kata Yunani yang berarti semuanya, segalanya, teisme dari
merindukan terjadinya mujizat. Sebab Allah ini dipercaya, tapi
kata teos (Allah) dan sisipan en berarti di dalam. Panenteisme
tak dapat dijumpai. Kita hanya akan mengenal dan menjumpai
menegaskan bahwa segala sesuatu ada di dalam Allah dan juga
Allah kalau kita mati. Selama hidup di dunia ini kita hanya dapat
menegaskan bahwa Allah melebihi segala sesuatu. Seperti kita
percaya saja. Motonya terkenal sekali “nanti di sana” (ingatlah
rasakan tidaklah penting orang tahu atau tidak tentang “Teisme
nyanyian klasik yang indah “Oh Yerusalem, Kota Mulia… hatiku
Supranatural” dan “Panenteisme”, tetapi penting bahwa kedua
rindu ke sana”). Sedangkan bagi Panenteisme, Allah ada di sini, di
penalaran itu mengungkapkan “gambar dan rupa Allah Alkitab”
sekeliling dan di antara kita, sekalipun Allah melebihi segala sesuatu
yang seharusnya dihayati dan dinalar oleh manusia. Keduanya itu
(ingatlah lagu NKB 216, “Tuhan Engkaulah hadir dalam hidupku,
bukan bertentangan, melainkan paradoks.Paradoks adalah sesuatu
sama dengan udara kuhirup kasih-Mu”). Nalar ini membuka
atau situasi yang terdiri dari dua hal bertentangan dan tampaknya
peluang berjumpa dengan Allah, mengalami Allah. Dan motonya
mustahil menyatu, tetapi sesungguhnya benar dan mungkin.
menjadi “kini dan di sini”. Dalam GKI diajarkan keduanya: nanti
Marcus J. Borg mengamati bahwa dalam beberapa abad terakhir
di sana dan kini di sini. GKI menerima paradoks itu secara utuh.
banyak orang Kristiani berpikir tentang Allah yang hanya transenden.
GKI tidak berkecenderungan membuang “nanti di sana” karena
Perubahan ini disebabkan oleh pencerahan abad ke-16. Sebelum itu
GKI menghargai warisan spiritualnya, tetapi juga tidak bersikeras
orang Kristiani menghayati dan menalar tentang Allah yang bukan
hanya “kini dan di sini”. GKI tidak terjebak pada pencerahan
150
151
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
(Enlightenment) abad ke-16 karena sadar dirinya sudah berada di
orang dewasa, tak setara dengan kebutuhan SM. Namun demikian
abad ke-21.
pengaruh arsitektur batin SM justru jauh lebih kuat dan menetap ketimbang pembinaan bagi usia sesudah anak-anak.
Penghayatan Anak-anak Tentang Allah Sekolah Minggu (SM) dan sesudahnya. Di satu pihak, bangga bahwa
Terbitnya Konsep - Allah Pada Anak-anak dan Bertahannya Pada Orang Dewasa
apa yang disemai di SM begitu kuat melekat erat bahkan sampai usia
Penelitian terbatas yang dilakukan oleh Ted Slater4 mendapati
lanjut. Di lain pihak, sedih bahwa kenyataan itu sebenarnya merujuk
kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut: penelitian tersebut
kepada stagnasi, tak ada progresi yang selayaknya bagi “alumni” SM.
mengindikasikan bahwa anak-anak membentuk representasi
Penelitian Ronald Goldman, pakar pendidikan religius, menyatakan
mental akan Allah pada usia 6 tahun. Ini sejalan juga dengan hasil
bahwa sekalipun anak-anak hanya berkapasitas penghayatan non-
penelitian James Fowler.5 Para peneliti mencatat bahwa walaupun
konseptual tentang Allah, namun pada usia remaja mereka sudah
anak mungkin sudah mulai membentuk gagasan akan Allah, anak
memiliki kapasitas untuk mengembangkan penalaran tentang
tersebut bukan selalu percaya bahwa Allah ada. Banyak faktor
Allah.3 Dalam banyak hal itu umumnya kurang terjadi. Di GKI
mempengaruhi pemahaman anak akan Allah, termasuk pengaruh
kurang ada kurikulum dan guru yang adekuat bagi usia remaja
eksternal (keluarga, budaya) dan pengaruh internal (pemahaman
dan pemuda, yang dapat menolong mereka mengembangkan
batin). Sebagai contoh anak yang dibesarkan dalam keluarga
penalaran secara sinambung. Begitu pula halnya dengan orang
Protestan cenderung memiliki konsep akan Allah yang sangat
dewasa muda, dewasa dan usia lanjut. Ini disebabkan karena kita
antropomorfis. Allah antropomorfis adalah Dia yang seperti manusia
mewarisi SM model Eropa (Belanda), yang hanya untuk pedagogi
dengan tindakan insani dan keterbatasan-keterbatasan fisik, Dia
anak-anak. Kita tidak mewarisi SM model Amerika yang mencakup
hidup di tempat tertentu dan biasanya jauh, yang disebut surga.
andragogi orang dewasa. Para pemimpin di GKI, juga gereja-gereja
Sementara anak-anak dalam keluarga Yahudi cenderung memiliki
lain, belum sanggup “mematahkan” pengaruh dari guru-guru SM
konsep akan Allah yang semi-antropomorfis, atau mungkin berfokus
kita, demi menuntun orang dari penghayatan kepada penghayatan
kepada perkataan (Torah). Anak-anak Katolik Roma cenderung
plus penalaran akan Allah Alkitab. Padahal anehnya arsitektur
menghayati gambar dan rupa Allah dalam sejumlah simbol. Ini
Penulis juga mengamati dengan rasa paradoks apa yang terjadi di
gedung gereja justru umumnya dibangun sesuai dengan kebutuhan Ronald Goldman, Religious Thinking from Childhood to Adolescence, (London: Routledge and Kegan Paul, 1964). Dan Readiness for Religion, (London: Routledge and Kegan Paul, 1965)
3
152
http://www.tedslater.com/archives/personal/papers/slater_children_god_concept.pdf. Diakses 20 Maret 2016. 5 James W. Fowler, Stages of faith: The Psychology of Human Development and the Quest for Meaning, (New York, NY: Harper & Row, 1981). 4
153
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
mendukung fakta bahwa konsep anak-anak akan Allah sangatlah
pada sebagian anak, usia fisik tak selalu sejalan dengan usia
dipengaruhi oleh iman keluarga mereka dan lingkungan mereka.
spiritual, karena itu selalu ada pengecualian. Namun semua teori
Secara umum, gambar dan rupa Allah pada anak-anak berubah
perkembangan menegaskan perkembangan yang beruntun dan tak
dari fisik, antropomorfis kepada semi-fisik lalu kemudian kepada
memungkinkan loncatan tahap.
non-fisik. Ketika anak-anak menjadi remaja, konsep mereka
Tahap pertama: usia dua tahun pertama. Pada masa ini
akan Allah makin banyak kehilangan kualitas dan keterbatasan-
pemahaman anak-anak akan Allah amat kabur dan biasanya terkait
keterbatasan insani dan menjadi supranatural. Ini yang oleh Piaget
dengan orangtua. Pada tahap ini belajar berdoa dapat menjadi
disebut pergeseran dari tahap pemikiran pra-operasional ke tahap
ikatan di antara orangtua, anak dan Allah. Ini adalah tahap sensori
pemikiran formal operasional.
motorik pada teori Piaget.
Jadi para peneliti menjabarkan pergeseran ini ke dalam pelbagai
Tahap kedua: usia 10 tahun pertama. Ketika anak mencapai
tahap. Ada pakar yang membaginya menjadi lima tahap. Di
usia 30 bulan mereka biasanya mulai membedakan relasi tipe
mana di tahap pertama Allah dilihat sebagai kekuatan fisik (ingat
sebab akibat. Mereka banyak bertanya kepada orangtua, “Apa
betapa meriahnya kutipan orang dewasa, “Jika Allah di pihak
ini? Siapa yang membuat? Mengapa? Dari mana?” Jika orangtua
kita, siapakah lawan kita?”). Di tahap kedua Allah dilihat sebagai
menjawabnya, “Allah yang membuatnya. Allah adalah Pencipta”
pemberi keuntungan (ingat betapa orang dewasa mendambakan
Maka Allah dipandang oleh anak sebagai Pencipta. Dalam proses
berkat materi). Di tahap ketiga Allah dilihat sebagai sahabat pribadi
membentuk konsep akan Allah, anak-anak sering menghayati-Nya
(ingatlah betapa popular bagi orang dewasa nyanyian ‘What a friend
pertama-tama dalam rangka fisik, karena keberadaan non-fisik
we have in Jesus’). Di tahap keempat Allah dilihat sebagai pemberi
secara alamiah sulit bagi mereka memvisualisasikannya. Sebaliknya
aturan (ingatlah bagaimana orang dewasa memandang Tuhanlah
anak-anak tidak sulit memahami keberadaan tak-biasa seperti
yang menentukan segala sesuatu, entah baik maupun buruk). Lalu
monster, dan superhero, karena mereka dilihat dan dipahami sebagai
di tahap lima dan terakhir Allah dilihat sebagai pemberi energi,
makhluk fisik. Dengan asosiasi ini banyak anak melihat Allah
yang mendukung tindakan moral pribadi mandiri. Ada pula pakar
sebagai jenis superhero. Ketika anak-anak mendekati usia enam
lain yang membagi perkembangan konsep akan Allah ini dalam
atau tujuh tahun, mereka cenderung berada di tengah tahap “pra-
tiga, lima atau enam tahap. Namun dari studi-studi tersebut Slater
religius” di mana konsep Allah menjadi antropomorfis walaupun
membaginya hanya dalam empat tahap: masa bayi, masa anak-
masih keruh. Ini berkaitan dengan tahap pra-operasional Piaget.
anak, masa pra-remaja dan remaja. Boleh jadi perkembangan
Mereka cenderung melihat Allah sebagai laki-laki yang berbusana
154
155
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Palestina dengan jenggot putih, berambut panjang dan memakai
itu baik?” Mereka mungkin menjawab, “Karena Dia memberikan
sandal. Anak-anak ini juga cenderung melihat Allah identik dengan
saya benda-benda.” Bagi banyak orang dewasa, tak banyak berbeda
Yesus (ingatlah betapa banyak orang dewasa juga mengidentikkan
halnya. Allah baik kalau Dia melakukan apa yang menyenangkan
Allah dan Yesus, bahkan berdoa ‘kepada’ dan bukan hanya ‘di dalam
bagi dirinya. Bahkan ungkapan popular “menyenangkan Allah”
Yesus’). Allah ada di surga, yakni suatu tempat yang berwujud di
diam-diam berarti menyenangkan dirinya sendiri.
atas bumi ini. Allah memiliki ciri insani, seperti kelembutan dan
Tahap ketiga: usia pra-remaja. Selama tahap ini anak-anak
kebaikan. Kadang-kadang Yesus dilihat seperti anak magang
cenderung menjadi “sub-religius” dan konsep mereka akan Allah
di mana Allah pembimbingnya. Bagi tahap ini Allah itu magis.
menjadi kurang konkret.
Jika doa dipanjatkan kepada-Nya secara benar baik bentuk dan
asumsikan kini dipertanyakan (ingatlah betapa sebagian terbesar
sikap, maka doa-doa ini akan berhasil guna (ingatlah bagaimana
orang dewasa tak pernah mempertanyakan apa yang mereka
ada ajaran bagi orang dewasa yang menekankan agar memohon
miliki sebelumnya dan menerima begitu saja apa yang diajarkan
dalam doa berulang dan panjang, sejelas-jelasnya, entah mobil
kepada mereka). Ini berkaitan dengan bagian kemudian dari
atau rumah yang diminta kepada Allah). Pikiran magis ini adalah
tahap operasional-konkret Piaget. Anak-anak dalam kategori
karena keterbatasan pikiran dan juga lingkungan (ingatlah betapa
ini cenderung menjadi lebih resah akan imannya. Mereka
banyak orang dewasa yang terobsesi akan mujizat-mujizat luar
mendapatkan lebih banyak pengetahuan akan Allah dan hal-hal
biasa). Barulah kemudian anak-anak sanggup memahami bahwa
spiritual daripada anak-anak masa sebelumnya. Anak-anak tahap
Allahlah, bukan doa-doa yang memberi keajaiban. Perayaan religius
ini berusaha membuang pandangan terbatas akan Allah yang
seperti Paskah, Natal serta doa makan, doa tidur, berpengaruh
sudah mereka dapatkan. Mereka mulai membedakan antara Allah
besar pada anak di tahun-tahun ini. Anak-anak yang lebih muda
mereka dan Allah dari orangtua mereka. Anak-anak ini mungkin
dibandingkan dengan anak-anak yang lebih tua lebih cenderung
memvisualisasikan Allah melakukan sesuatu yang “suci” atau yang
memiliki kesan positif akan Allah bahkan Allah itu menyenangkan.
unik religius, seperti berdoa. Allah mungkin dilihat memiliki
Allah tersenyum dan bermain dengan hewan-hewan. Anak-anak
lingkaran suci (halo) di atas kepala-Nya dan mungkin mengambang
yang lebih muda cenderung mempunyai pandangan egosentris
di atas tanah atau berjalan di awan-awan. Mereka mungkin memiliki
akan Allah. Seandainya ditanyakan, “Mengapa menurut mereka
gambaran mental akan Allah sebagai Allah yang sangat tua dan
Allah itu ada?” Maka mereka mungkin menjawab, “Karena Dia
Yesus cenderung dilihat sebagai Pribadi yang terpisah dari Allah.
yang membuat saya.” Kalau mereka ditanyakan, “Mengapa Allah
Allah bercahaya semi-fisik. Allah digambarkan menurut tindakan-
156
Hal-hal yang sebelumnya mereka
157
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Nya seperti misalnya “Allah mengasihi”, ”Allah menolong”, “Allah
Remaja cenderung berpikir tentang kehidupan sesudah kematian
mengawasi kita”. Relasi anak-anak ini kepada Allah cenderung
dan hakikat keberadaan lebih daripada anak-anak yang lebih muda.
menjadi kurang mekanis dan makin personal.
Penulis harus segera mengingatkan di sini, bahwa semua teori
Tahap keempat: remaja dan sesudahnya. Anak-anak di usia
perkembangan disusun, seperti kata Fowler, bukan untuk menjadi
dasawarsa kedua cenderung berada di tahap “religius pribadi”.
alat penghakiman. Semua tahap absah pada tahapnya. Teori-
Di situ tahapan pemahaman spiritual lebih abstrak mencakup
teori perkembangan spiritualitas disusun untuk mendapatkan
kemungkinan tafsiran non-harfiah (ingatlah betapa banyak
peta ziarah demi menyusun pendidikan yang lebih mematangkan
orang dewasa masih tetap melekat kepada cara tafsir harfiah). Ini
peserta didiknya. Bahkan Søren Kierkegaard, teolog unik Denmark
terkait dengan tahap formal operasional-abstrak dari Piaget. Allah
yang saleh berucap, “When the believer has faith, the absurd is not
pertama-tama dilihat sebagai semi-fisik, dan ketika makin besar,
the absurd.” GKI yang menganut pandangan inklusif dan pluralis
remaja cenderung melihat-Nya makin non-fisik. Kalau mereka
juga tidak menghakimi perbedaan penghayatan dan penalaran
diminta menggambarkan Allah, misalnya, mereka mungkin
iman. Namun mengalami kemajuan (progresi) selalu adalah lebih
menjawab, “Yang benar saja, siapakah yang dapat menggambarkan
baik daripada kemandegan (stagnasi) atau kemunduran (regresi).
Roh?” Selama usia belasan ini konsep remaja akan Allah mulai kehilangan aspek materi di mana Allah dipandang semakin takterlihat dan spiritual. Remaja mulai berpikir tentang praktikpraktik simbolis makin kurang harfiah, memandang simbolsimbol makin kurang konkret dan semakin abstrak. Pra-remaja misalnya, mungkin masih memikirkan perjamuan yang diambil dari cawan plastik sebagai “meminum darah dari cawan mainan”. Sedangkan remaja di pihak lain akan cenderung mulai memandang ritus ini sebagai upacara yang lebih mistis. Remaja memandang Allah sebagai Sahabat, Kekasih, Ayah, Penolong, Penyelamat, dapat didekati, peduli, menghiburkan, Pembimbing, Guru, Pandu dan berbelarasa serta pengampun. Relasi antara Allah dan Yesus menjadi lebih jernih. Remaja cenderung menolak agama institusi. 158
Bagaimana Allah Dipahami Jika kita mendengar kata ”Allah,” sadar tak-sadar pikiran kita selalu membayangkan sesuatu. Kata “Allah” ini penting dalam Alkitab dan oleh sebab itu sentral bagi Kristiani.6 Ada dua pemahaman mengenai Allah dalam tradisi Kristiani, yakni di dalam Alkitab dan tradisi Kristiani.7 Yang pertama merujuk Allah kepada keberadaan (being) melampaui semesta, keberadaan lain di luar semesta. Rujukan ini menggambarkan keberadaan yang sangat baik, Adalah naif manakala sebagian pandangan Muslim beranggapan bahwa kata “Allah” adalah monopoli Islam hanya karena kata itu berasal dari bahasa Arab. Orang-orang Kristiani Arab menyebut Tuhan mereka adalah “Allah” dalam ungkapan-ungkapan sama dengan Muslim: “Allahuakbar,” “insyaallah,” dst. 7 Karen Armstrong, A History of God (New York: Knopf, 1994), The Case for God (New York: Knopf, 2009). 6
159
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
keberadaan tertinggi, mahakuasa dan mahatahu. Di masa silam
kurang spektakular ketimbang di zaman Alkitab. Selain itu Allah
keberadaan ini menciptakan semesta, lalu Allah dan semesta berelasi
disebutkan sebagai sosok laki-laki: Bapa, Raja, Tuan. Namun
satu dengan lainnya seperti seniman dengan seni, pematung dengan
mengingat bahwa manusia – laki-laki dan perempuan – diciptakan
patungnya, disainer dengan disainnya. Namun sekalipun berelasi
“menurut gambar-Nya” (Kej.1:26-27), tidaklah berlebihan jika
mereka terpisah satu dari lainnya, seperti pembuat dan buatannya.
Teologi Feminis mengklaim Allah juga sebagai perempuan. Jika
Yang kedua kata “Allah” tidak merujuk kepada keterpisahan dari
demikian maka dapat disimpulkan bahwa sebutan laki-laki bagi
semesta, melainkan kepada kehadiran suci di sekitar kita, yakni suatu
Allah dalam Alkitab disebabkan budaya patriarki waktu itu dan
realitas yang melampaui dunia ruang-waktu dari materi dan energi.
yang masih terus dominan sampai hari ini. Rujukan definisi dan
Bahkan Ia juga hadir di mana-mana dan menyerap segala sesuatu
kamus juga menyebutkan Allah sebagai “Yang-Nyata.” Eksistensi
ke dalam dunia ruang-waktu. Jadi Allah tidak berada di tempat lain,
Allah atau non-eksistensi Allah adalah “bukti” dari eksistensi-
atau di atas sana, di luar sana, di seberang sana; melainkan berada di
Nya. Orang Kristiani mempercayai eksistensi Allah. Orang Ateis
sini namun sekaligus lebih daripada sekadar di sini.
tidak mempercayai eksistensi Allah. Entah positif atau negatif
Dalam banyak definisi dan kamus, Allah disebutkan sebagai
kepercayaan dan ketidak-percayaan ini merujuk kepada eksistensi
“keberadaan”. Seperti dikatakan di atas, Keberadaan ini terpisah
adidaya yang bukan semesta ini, entah diakui atau tak diakui. Ketika
dari semesta, seperti semesta juga terpisah satu dari lainnya.
Borg berbicara dengan seorang Ateis yang mengatakan, “Aku tidak
Namun juga Allah adalah “keberadaan berpribadi” yang tak ada di
percaya kepada Allah.” Borg berkata, “Jelaskanlah kepada saya Allah
sini tetapi di surga. Keberadaan berpribadi bukan merujuk kepada
yang kau tidak percayai ini.” Ternyata gambaran tentang eksistensi
keberadaan saja tetapi kepada keberadaan dengan karakteristik
Allah yang nyata ini tak terlalu jauh, kecuali satu positif dan lainnya
pribadi. Allah seperti manusia, yang berpikir, berkehendak,
negatif.
mengetahui, bertindak, mencintai, peduli dan biasanya juga
Selanjutnya dalam bahasa Alkitab dan sejarah gereja,
menghakimi dan menghukum. Dari yang terakhir ini muncul
Allah sering dibicarakan seperti satu Pribadi. Dia disebutkan
rujukan akan sosok otoritatif Allah. Selain itu, juga sosok-sosok
bukan saja sebagai Bapa, Raja, Gembala, Hakim, Bunda, dst.
lain dari Allah. Intervensionis yakni Allah yang sering ikut campur
Bukankah menyebut Allah sebagai pribadi manusia (baca:
tangan atau intervensi. Intervensi itu hanya dapat dilakukan kalau
mempermanusiakan) mestinya dihindarkan? Borg mengatakan,
Allah ini terpisah dari semesta. Intervensi Allah dihayati Kristiani
“Tidak!” Tidak salah dengan mempersonifikasi Allah. Itu adalah
sampai sekarang sekalipun dalam kadar yang makin lama makin
bahasa dalam ibadah, refleksi dan relasi. Masalah menjadi timbul
160
161
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
manakala personifikasi Allah dipahami secara harfiah atau semi-
Yang-Kudus saat melihat “semak duri menyala, tetapi tidak dimakan
harfiah. Jika begitu pemahamannya, maka itu adalah paham Teisme
api,” Musa bertanya siapa nama Allah, jawab-Nya, “AKU ADALAH
Supranatural. Sebaliknya menghindari personifikasi Allah akan
AKU.” Kalimat ini adalah tautologi, bagian pertama sama dengan
cenderung merujuk Allah kepada “itu” (it), yakni realitas yang lebih
bagian kedua, jadi tak menjelaskan apa-apa kecuali bahwa Allah
rendah dari manusia. Dalam Alkitab dipakai juga kiasan-kiasan
melampaui segala nama. Kedua, Yahudi yang melarang segala
yang lebih rendah dari mempermanusiakan. Misalnya seperti
penggambaran realitas Allah merujuk kepada titik penghayatan
(maaf) “memperhewankan” Allah misalnya sebagai tanduk lembu
yang sama, sebagaimana juga larangan menyebut nama Allah.
hutan, burung rajawali, singa, domba, merpati dst. juga sejajarnya
Islam juga melarang segala bentuk penggambaran Allah, tetapi
dengan tumbuhan seperti (maaf) semak duri, bunga bakung, pokok
tidak melarang penyebutan nama-Nya. Kristianitas mistis biasa
anggur, dst. Juga seperti (maaf) “memperbendakan” Allah misalnya
menyebut Allah sebagai Yang-Satu, Yang-Kudus, tak-terungkapkan,
sebagai gunung batu, benteng, batu penjuru, terang, dst. Namun
melampaui segala bahasa. Dengan perkataan lain, dari kita dituntut
pemahaman akan Allah Alkitab mesti menyadari bahwa merujuk
kerendahan hati dan keheningan dalam berbahasa tentang Allah.
lebih rendah dari personifikasi berarti tanpa roh dan tidak hidup.
Itu yang banyak diabaikan ketika orang Kristiani merasa akrab
Untunglah gaya bahasa memperhewankan dan memperbendakan
dengan Allah, seolah-olah Allah ini “cuma” sahabat untuk disapa
hanya dipakai dalam arti metafora. Perujukan bahasa kepada Allah
dengan “Selamat pagi, selamat siang, selamat sore….”
yang melebihi personifikasi lebih tepat, ketimbang yang lebih rendah dari personifikasi.
Di atas sudah dikatakan sosok Allah sebagai sosok otoritatif, intervensionis, Bapa dan Yang-Nyata. Ada tiga lagi gambaran Allah
Dua hal lagi yang perlu dikatakan adalah sebagai berikut.
yang perlu disimak. Pertama, sosok Allah yang tak-peduli. Ratapan-
Pertama, realitas Allah melampaui segala kata-kata, melampaui
ratapan di dalam Alkitab khususnya Mazmur melihat realitas seperti
bahasa, melampaui segala konsep. Dengan bagus misalnya Lao Tzu
ini. Pada abad ke-7 dan abad ke-8 ada paradigma tentang Allah yang
filsuf China abad ke-6 SM mengungkapkan: “Tao (yang suci) yang
tak peduli ini. Pandangan ini disebut Deisme yang dipengaruhi masa
dapat diberi nama bukanlah Tao yang kekal.” Sekali kita memberi-
Pencerahan. Meskipun terus mengakui keberadaan Allah, namun
Nya nama, kita tidak bisa lagi membicarakan-Nya dengan benar,
Allah yang “pada mulanya” menciptakan segala sesuatu itu telah
karena realitas ini tidak dapat diungkapkan dalam kata-kata.
menarik Diri dan membiarkan semesta berjalan menurut hukum
Pemahaman ini berakar mendalam pada pemahaman Yahudi,
alam. Sekalipun ini bukan pandangan yang biasa pada Kristianitas
selanjutnya mengalir kepada Kristianitas. Ketika Musa mengalami
umumnya, namun dalam praktik, diam-diam itu terterapkan
162
163
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
tanpa sadar. Ketika orang percaya melakukan pekerjaannya
juga berisikan teks dan konteks dominan lain, yakni Allah sebagai
dan profesinya sehari-hari tanpa memikirkan campur-tangan
sosok Pemurah, Pencinta dan Berbela-rasa. Menjalani kehidupan
Tuhan dengan cara unik tertentu, maka pada dasarnya ia sedang
dengan paradigma ini bukanlah menjalani hidup untuk memenuhi
menganut Deisme. Allah dipisahkan dari dunia semesta sehari-
persyaratan keselamatan, melainkan dengan memperdalam relasi
hari. Seorang teolog malah lebih keras mengatakan orang Kristiani
dengan Allah. Dengan paradigma ini kita menyadari hasrat berelasi
menjadi Kristiani pada hari Minggu, tetapi menjadi Ateis dari Senin
dengan Allah. Allah bukan ditakuti dan dibuat senang, melainkan
sampai Sabtu. Borg juga menyebutnya sebagai “Ateisme praktis.”
dipeluk dan dicintai. Spiritualitas yang tak berbasis ketakutan, tetapi
Kedua, sosok Allah sebagai Pengawas dan Pengancam. Meskipun
jelas-jelas melenyapkan ketakutan terhadap apapun yang terjadi.
bahasa Kristianitas bicara tentang Allah Penyayang, banyak orang
Bukankah ada 365 kali ungkapan “jangan takut” muncul dalam PL
percaya melihat karakter Allah
dan PB. Itu cukup menegaskan bahwa bagi orang percaya ketakutan
secara berbeda. Kutukan dan
hukuman Allah begitu ditakutkan. Seorang penatua GKI pernah
dilenyapkan setiap hari sepanjang tahun.
berucap, “Saya tak pernah berani menolak tugas apapun di gereja, saya takut Tuhan akan menyentil saya.” Ayat terkenal Yoh.3:16 menegaskan “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, …” tetapi juga menegaskan “supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Begitu popularnya ayat ini sehingga kita dapat berkata dalam ayat itu kasih Allah ternyata bersyarat (conditional), yakni “kalau” percaya. Sebaliknya barangsiapa tak percaya logikanya binasa. Lebih celaka lagi, mereka yang mengikuti paham Allah Pengawas dan Pengancam ini senang dengan ancaman terhadap orang tak percaya. Penghayatan ini adalah penghayatan agama-berbasis ketakutan. Buktinya banyak tersebar dalam PL dan PB dan terasa begitu dominan. Paham seperti ini juga bergema terus menerus dari mimbar, meneror orang percaya, apalagi orang tak percaya. Sampai seorang teolog pernah berkata, “Para pendeta itu adalah kayu api yang terus menjaga panasnya neraka.” Ketiga, PL dan PB 164
Yesus Mengalami Roh dan Allah Bagaimana Yesus mengalami Allah oleh Roh, merupakan kunci penting memahami Allah Alkitab, sekaligus penting dalam mematangkan gambaran orang percaya akan Allah. Yohanes memuatkan pernyataan teologis untuk fokus seperti ini. “Tetapi Yesus berseru kata-Nya, “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku.” (Yoh.12:44-45) bahkan pernyataan yang lebih tegas lagi. “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh.14:9). Penyataan Allah dalam Kristianitas berbeda dengan agamaagama lain. Contoh terdekat adalah Yudaisme dan Islam. Penyataan Allah bagi Yahudi adalah Torah, Musa adalah pengantaranya. Penyataan Allah bagi Islam adalah Al Quran, Muhammad adalah 165
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
pengantaranya. Pengantara bukan Penyataan itu sendiri. Namun
anti kekayaan. Semua Injil membahas makna kehadirannya. Yosefus
dalam Kristianitas, penyataan Allah muncul sebagai Pribadi, yaitu
(sejarawan kuno Yahudi) memberi ruang cukup luas bagi Yohanes.8
Yesus dan bukan sebagai kitab suci. Menyebutkan hal ini sama
Pentingnya sosok ini bukan karena peran institusional, sebab
sekali bukan masalah superioritas, tetapi masalah perbedaan.
Yohanes bukan pejabat di lembaga manapun. Bahkan sebenarnya
Keunikan ini membuat fokus kita tertuju kepada Yesus dalam hal
dia anti-institusi. Menurut Injil-injil, Yohanes berpakaian seperti
memahami Allah Alkitab. Bagaimana manusia-Yesus ini mengalami
Nabi Elia, seorang nabi besar dalam Alkitab Yahudi, yang membawa
Allah menjadi pembelajaran signifikan bagaimana Allah dipahami.
keruntuhan sebuah kerajaan. Yohanes merendahkan peran Bait
Biblika sosio-historis mengabaikan cerita-cerita tentang masa bayi
Allah sebagai mediator akses kepada Allah. Dia memproklamasikan
dan masa kanak-kanak Yesus yang memang langka dalam Injil-Injil.
pertobatan dan baptisan dengan mengabaikan institusi Bait
Cara itu termasuk cerita spektakular tentang kelahiran-Nya dan
Allah. Dia mengritik secara publik Raja Herodes Antipas dengan
pengalaman usia 12 tahun-Nya di Bait Allah. Sepertinya ini sejalan
akibat dia ditangkap dan dieksekusi. Markus menjelaskan misi
dengan masalah kapasitas pembentukan kapasitas konseptual
Yohanes, yakni “baptisan pertobatan demipengampunan dosa”.
tentang Allah, sebagaimana dipaparkan di atas.
Dia mengambil-alih peran institusional Bait Allah dalam hal pengampunan dosa. Yohanes adalah nabi anti-Bait Allah, kemudian
Yesus Selaku Anak Magang Apa yang kita tahu adalah pada usia 20-an, Yesus meninggalkan Nazaret dan pergi ke padang gurun di mana bekerja seorang nabi, Yohanes Pembaptis. Ziarah Yesus ini mengasumsikan sesuatu yang bermakna guna memenuhi dan memperdalam hasrat religius-Nya. Apalagi hal lain yang menarik bagi-Nya di padang gurun sehingga meninggalkan rumah dan keluarga-Nya selain untuk bergabung
seperti kita tahu, Yesus mengikuti jejak Yohanes dalam hal ini. Yesus juga menunjukkan kadar “anti-Bait Allah.” Yang penting dijelaskan d sini adalah “baptisan pertobatan”. Dalam Kristianitas masa kini “pertobatan” dipahami sebagai penyesalan dari dosa-dosa pribadi. Namun dalam Yudaisme kuno pertobatan mempunyai dua arti. Pertama, “pertobatan” terasosiasi dengan pulang kembali dari pembuangan. Jadi pertobatan adalah kembali, mengikuti jalan
dengan seorang nabi? Mungkin ekskursi sejenak tentang Yohanes
Tuhan yang memimpin dari pembuangan ke Tanah Perjanjian.
Pembaptis berguna di sini.
Kedua, dalam akar kata Yunani “pertobatan” berarti “melampaui
Yohanes adalah sosok pesohor penting di abad pertama Yudaisme. Yohanes ini pengkhotbah KKR seperti Billy Graham abad pertama. Bedanya Billy Graham itu kaya sedangkan Yohanes 166
pikiran sendiri” atau melampaui pemahaman konvensional tentang apa artinya kehidupan dengan Allah. 8
Antiquities 18.116-19.
167
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Yohanes juga bicara tentang sosok yang akan datang yang …”lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak.” Kalimat “Dia yang akan datang” menggemakan suara Nabi Maleakhi (Mal. 3:1). Bergabung dengan Yohanes berarti Yesus bergabung dengan gerakan protes dan pembaruan (anti-establishment). Kebersamaan-Nya dengan Yohanes amat bermakna bagi Yesus. Semua Injil bercerita tentang permulaan kehidupan dewasa Yesus bersama-sama Yohanes. Terkesan sangat sekilas dan kita tak tahu berapa lama, tetapi itu membuat Yesus menjadi pengikut Yohanes. Yohanes adalah guruNya dan mentor-Nya. Yesus sangat menghargai Yohanes. Mat.11:11 dan Luk.7:28 memuat penghargaan yang sangat tinggi dari Yesus bagi Yohanes. Lalu apa pandangan Yohanes atas Yesus? Tampaknya Yohanes tidak mengira atau berpikir bahwa Yesus adalah sosok “yang akan datang” itu. Pengenalan Yohanes bahwa Yesus adalah sosok “yang akan datang” sejatinya ditambahkan oleh Matius atas Markus. Bukankah ketika Yohanes dipenjara dan mendengar aktivitas yang dikerjakan Yesus, Yohanes mengirim utusan untuk bertanya “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” (Mat.11:3, Luk.7:19). Ini mengasumsikan bahwa Yohanes tak berpikir tentang kemungkinan Yesus adalah “yang akan datang” itu, sampai dia di dalam penjara. Jadi kita dapat mengatakan dengan aman, bahwa di satu pihak Yohanes perintis jalan bagi Yesus. Di pihak lain Yohanes adalah guru Yesus dan Yesus adalah muridnya. Justru dalam kebersamaan dengan Yohanes itulah dilaporkan bahwa Yesus mengalami Allah.
168
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Yesus Mengalami Allah: Visi dan Audisi “Masa magang” Yesus kepada Yohanes, tampaknya diakhiri dengan baptisan oleh Yohanes atas Yesus. Markus bercerita ketika keluar dari air, Yesus melihat (visi) “langit terkoyak” lalu “Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya” dan Yesus mendengar audio (suara) dari langit “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Mrk.1:10-11). Langit yang terkoyak menggemakan pengalaman serupa dari Nabi Yehezkiel (Yeh. 1:1). Roh yang turun ke atas Yesus menggemakan pengalaman Trito Yesaya (Yes. 61:1). Suara Allah, “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” merupakan gejala yang cukup dikenal di kalangan Yudaisme, bahkan mereka mempunyai sebutan khusus “bath qol” atau “anak dari suara.” Suara Allah ini mengingatkan kita kepada gejala yang sama yang berbicara kepada Elia seperti “bunyi angin sepoi-sepoi basa” (1 Raj. 19:12-13). Namun pembedaan penting adalah Markus menceritakan pengalaman Yesus ini sebagai suara Allah kepada Yesus secara pribadi. Tak ada orang lain yang melihat langit terkoyak, atau Roh seperti merpati turun atau mendengar suara. Suara Allah itu sangat pribadi kepada Yesus, “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan. “Lain dengan penuturan Matius, suara Allah itu didengar secara publik, orang-orang lain ikut mendengarnya; “Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat. 3:17). Implikasinya adalah, inilah saat di mana Yesus sadar bahwa Dia diurapi Roh, dipenuhi Roh. Menurut Markus inilah permulaan cerita Yesus, pengalaman akan Roh Allah. Penelitian Biblika sosio169
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
historis tidak mempunyai keraguan akan pengalaman Yesus ini.
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
historis? Menurut Borg, dari sumber-sumber yang paling tuapun
Menyusul baptisan-Nya, Roh yang turun atas-Nya membawa
(Q dan Markus) hal mana tak dapat dipastikan. Namun semua Injil
Dia ke padang gurun di mana Dia menghabiskan 40 hari di sana.
Sinoptik9 mengisahkannya, kemungkinan sosio-historisnya tak
Padang gurun adalah kawasan yang gundul, yang terbagi oleh
dapat dipastikan namun menjadi mungkin.
lembah-lembah di antara bukit-bukit batu, dipenuhi gua-gua,
Sesudah menyelesaikan puasa 40 hari dan menepis pencobaan
bebatuan dan bermandikan teriknya matahari. Markus menulis
Iblis, Yesus mulai beraktivitas. Injil-injil Sinoptik memberitakan
singkat, “…empat puluh hari lamanya, dicobai oleh Iblis. Ia berada
aktivitas itu secara bervariasi, namun ada sejumlah kilasan yang
di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat
dapat diangkat di mana seluruh aktivitas Yesus berlandaskan
melayani Dia” (Mrk. 1:12-13). Di sana dengan pimpinan Roh, Yesus
pengalamannya dengan Roh Allah dan karena itu mengalami Allah.
berpuasa. Setelah beberapa hari hidup hanya dengan air saja, kimia
1. Yesus mengajar dengan kuasa. Ini menyebabkan para
tubuh mulai berubah dan sering berakibat kondisi kesadaran yang
pengikut-Nya “Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya,
tak-biasa, termasuk penglihatan. Di padang gurun itu ternyata
sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa,
terjadi perjumpaan Yesus dengan Iblis yang mencobai-Nya tiga
tidak seperti ahli-ahli Taurat” (Mrk.1:22). Istilah ”kuasa”
kali dan makin memuncak. Namun demikian tampaknya Roh
dalam ungkapan Yahudi adalah gevurah,10 kuasa Allah.
terus berada bersama-Nya. Yesus berhasil mematahkan pencobaan
Yesus bicara dari mulut gevurah, yakni dari mulut Roh.
Iblis yang menurut Matius dan Lukas, memakai pengandaian,
Dalam dialog imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat yang
“Jika Engkau Anak Allah, …” Bukannya Yesus menampik Dia
mempertanyakan darimana kuasa Yesus (Mrk.11:29-30),
adalah Anak Allah, tetapi menepis cobaan mendapatkan status itu
Yesus membalas dengan bertanya sekaligus menyiratkan
karena mengikuti kehendak Iblis. Yesus malahan menurut Matius
kuasa-Nya sama dengan kuasa Yohanes Pembaptis, yakni
dan Lukas menampik cobaan Iblis dengan kesetiaan-Nya kepada
dari Allah. Dalam pengajaran-Nya Yesus sering memakai
Firman Allah, “Ada tertulis …” Yesus terus mengingat pengalaman-
ungkapan “Aku berkata kepadamu…” menunjukkan kuasa
Nya yang mendengar suara Allah, “Engkaulah Anak-Ku yang
yang ada pada-Nya. Yesus juga sering mengombinasikan
Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” Apakah kisah pencobaan
ungkapan ini sebagai ungkapan lateral atau out of the box.
di padang gurun ini memiliki dasar sosio-historis? Bahwa Yesus
“Kamu telah mendengar bahwa …, tetapi Aku berkata
pergi ke padang gurun selama 40 hari? Ya. Apakah interaksi perjumpaan dengan Iblis yang mencobai juga berdasar sosio170
9 Injil-injil Sinoptik adalah Inji-injil yang memuat banyak cerita sejajar tentang Yesus, yakni Markus, Matius dan Lukas. 10 Ephraim E Urbach, The Sages, (Jerusalem: The Hebrew University Magnes Press; Reprinted 1975), pp.85-86.
171
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
kepadamu …” demi menegaskan kesadaran Yesus bahwa
Ia berdoa kepada Allah” (Luk. 6:12). Sesi doa Yesus yang
Dia mentransenden kuasa tradisi dengan bicara dari mulut
panjang bukan berbasis-kata-kata, seperti yang biasanya kita
Allah.
lakukan. Doa panjang seperti ini adalah doa kontemplatif
2. Yesus menyembuhkan oleh kuasa Roh Allah. “Tetapi
yang digenangi keheningan. Dalam doa kontemplatif
jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka
persekutuan dan persatuan dengan Allah didapatkan. Bagian
sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu”
tradisi Yahudi mengenal doa kontemplatif ini. Banyak orang
(Mat.12:28/Luk.11:20).
dewasa Kristiani tak mengenal doa kontemplatif dan masih
3. Yesus hadir dan orang merasakan kehadiran Roh padaNya. Ini sejajar dengan Musa yang turun dari Sinai dengan muka berkilauan, pertanda ada kehadiran Yang-Lain
dapat dikatakan juga berdoa dengan (maaf) pola kata dan kalimat yang klise.
bersamanya. Peristiwa transfigurasi adalah pengalaman
5. Yesus sangat akrab dengan Allah. Dia menyapaAllah
lain yang juga sama, di mana Yesus berkilau-kilauan di
dengan sebutan “Abba” kata Aram yang dipakai anak-anak
mata murid-murid terdekat-Nya. Ketiga Injil Sinoptik
menyapa bapanya. Kata ini mengandung sifat relasional,
mengungkapkan
Taurat
kekeluargaan, keakraban. Walaupun Paulus menulis dalam
mengatakan, ““Ia kerasukan Beelzebul” dan “Dengan
bahasa Yunani, tetapi dua kali ia memakai kata Aram “Abba”
penghulu setan Ia mengusir setan” (Mrk. 3:22/Mat. 12:24/
(Rom. 8:15; Gal. 4:6). Para pakar PB sepakat bahwa Paulus
Luk. 11:15). Ini adalah pengakuan mereka bahwa ada kuasa
menggunakannya dalam perspektif sapaan Yesus kepada
Yang-Lain pada Yesus, hanya menyebutnya “penghulu
Allah. Penyapaan Allah seperti ini langka dalam tradisi
Setan”.
Yahudi. Itu sejalan dengan apa yang dihayati Yesus ketika
bagaimana
Farisi
dan
ahli
4. Yesus berdoa kontemplatif. Dalam PB mudah ditemukan berita-berita pendek tentang Yesus menarik diri untuk berdoa pribadi. “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan
172
terus terobsesi dengan doa berbasis-kata-kata, malahan
mengucapkan “Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga” (Mat.23:9). Yesus mau menegaskan bahwa “Abba” hanyalah merujuk kepada Allah.
berdoa di sana” (Mrk.1:35). “Setelah Ia berpisah dari mereka,
6. Yesus adalah Nabi. Entah dari pandangan orang-orang lain
Ia pergi ke bukit untuk berdoa” (Mrk. 6:46). “Pada waktu itu
atau dari diri-Nya sendiri, Yesus adalah seorang nabi. Sebuah
pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman
sebutan bagi Yesus yang jarang dibicarakan di kalangan 173
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Kristiani sendiri. ...“Kata orang, siapakah Aku ini?” Jawab
William James mendefinisikan pengalaman mistis sebagai
mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada
“kondisi kesadaran yang tak biasa dan di atas segalanya
juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan:
ditandai oleh kesatuan (union) dan iluminasi (illumination),
seorang dari para nabi” (Mrk. 8:27-28). Ketika Yesus
rekoneksi dan melihat secara baru.12 Pertama-tama apa yang
menerima sikap bermusuhan dari orang-orang Nazaret, Dia
dimaksud dengan kesatuan dan rekoneksi paling bagus jika
berucap ““Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di
dibandingkan dengan kesadaran biasa. Kesadaran biasa
tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di
ditandai oleh keterpisahan, perbedaan diri dari realitas
rumahnya (Mrk. 6:4). Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem,
selebihnya. Kesadaran ini muncul saat lahirnya kesadaran
Yesus berkata, “Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus
diri, perasaan menjadi diri yang terpisah. Dalam kesadaran
meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya
biasa sehari-hari ini kita mengalami diri kita sebagai “di sini”
seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem” (Luk.3:33).
dan dunia sebagai “di sana.” Ini adalah dunia pembedaan
Sederhananya tugas seorang nabi adalah mengamati dan
obyek-subyek. Begitu biasanya sampai diterapkan dalam
mengatakan apa yang salah pada manusia dan dunia ini
tata-bahasa: “Aku (subyek) melihat kamu (obyek).” Ini
dari perspektif luhur serta dan memberitakan apa yang
adalah dunia batas-batas diri, yakni diri yang terpisah.
benar dan luhur untuk perubahan manusia dan dunia. Yesus
Dunia ini bisa menjadi dunia keterasingan mendalam
melakukan hal itu dengan sekuat tenaga-Nya sepanjang
atau dunia kepuasan dan kesenangan. Apapun juga
hidup-Nya selaku manusia.
kesadaran bisa ini mengandung rasa terpisah. Sebaliknya
7. Yesus adalah Mistikus Yahudi. Sekalipun dalam masyarakat
dalam pengalaman mistis, rasa terpisah ini digantikan
dan kamus-kamus serta doktrin Kristiani kata “mistik”
dengan rasa koneksi. Dalam pengalaman ini batas-batas
mendapatkan konotasi negatif terkait pedukunan dan
diri untuk sementara waktu melunak atau melenyap.
klenik, namun teologi Biblika sosio-historis memandangnya
Apa yang disebut “langit-langit ego” yakni rasa hidup di
lebih positif bertolak dari alasan yang jelas. Mistisisme`
dalam atau terselubung, menjadi runtuh. Langit-langit itu
merujuk kepada “pengetahuan yang dialami akan Allah.”
menjadi bocor dan terembesi atau bahkan lenyap sama
Ungkapan Latin untuk ini “cognitio Dei experimentalis.”11
sekali. Daripada mengalami keterpisahan, lebih baik kita
Seorang mistikus mengetahui Allah dari pengalamannya.
mengalami rekoneksi. Rasa kekhususan diri mungkin tetap
Bernard McGinn, The Foundation of Mysticism: Origins of Fifth Century (New York: Crossroad, 1991) p.289.
11
174
William James, The Varieties of Religious Experience (New York: McMillan, 1961), p.320, 328 12
175
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
176
ada di tengah rekoneksi (pengalaman persekutuan), tetapi
lainnya misalnya terperangkap oleh kelimpahan materi.
juga mungkin lenyap sama sekali (pengalaman kesatuan).
Seorang mistikus juga mengetahui lebih banyak, yakni
Semua inilah yang terjadi pada Yesus selaku mistikus, selain
mengetahui kedekatan akses kepada Allah. Kedekatan
sosok lain diri-Nya dalam tradisi. Karakteristik kedua dari
ini bukanlah kemudahan seolah-olah akses kepada Allah
pengalaman mistis menurut William James adalah adanya
itu mudah; melainkan bahwa Allah dapat diakses dengan
iluminasi, yakni suatu cara pandang baru dalam melihat.
pengalaman tanpa perantara, yakni tanpa institusi dan
Gambaran-gambaran dari buta jadi melihat, gelap menjadi
tradisi. Mistikus berdiri dalam relasi yang tak tergoyahkan
terang adalah pengalaman mistis yang teranyam dalam
dengan Allah. Mistikus tak harus menjadi anti-institusi
teks-teks kitab suci. Misalnya teriakan Ayub, “Hanya dari
atau tradisi, tetapi ia tahu bahwa institusi dan tradisi tak
kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi
memiliki monopoli atas akses kepada Allah. Seperti Yesus
sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (Ay. 42:5)
tidak meniadakan Taurat, tetapi menggenapinya. Yesus
atau ungkapan lagu “Amazing Grace” yang sangat dicintai
tidak sekedar meniadakan apa yang tertulis, melainkan
oleh umat Kristiani di seluruh dunia, “Once I was blind, but
mengemukakan esensi terdalamnya. Atas alasan-alasan
now I see” (berdasar pada Yoh. 9:25). Kita juga mengingat
inilah mistikus sering dicurigai dan dieksekusi oleh para
ungkapan lagu NKB 183 “Dulu ‘ku mencari hanya kurnia,
pemimpin institusi dan tradisi religius di mana mereka
kini ‘ku beroleh yang memb’rikannya.” Atau “Dulu ‘ku meraih
hidup. Bukankah begitu juga yang terjadi atas Yesus Sang
tangan Tuhanku, kini bahkan Dia yang menggandengku.”
Mistikus ini?
Pengalaman mistis Paulus dalam peristiwa di jalanan
Dalam makna mistik seperti inilah, Yesus disebut
Damaskus menggambarkan hal sejajar, “Dan seketika itu
mistikus Yahudi. Laporan dari Injil-injil sangat selaras
juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia
dengan profil seperti ini. Yesus bukan saja mengalami
dapat melihat lagi” (Kis. 9:18). Jadi mistikus adalah seorang
Allah, tetapi hal itu mendasari panggilan-Nya, aktivitas-
yang melihat serta sering mengalami Yang-Suci dan yang
Nya dan pengajaran-Nya. Dia bicara dan mengajar oleh
hidupnya berubah secara signifikan karenanya. Tidak semua
Roh, Dia menyembuhkan oleh Roh, Dia mengerjakan bela-
orang yang mengalami ini adalah mistikus. Sebagian tidak
rasa Allah akan keadilan. Yesus selaku mistikus Yahudi
mengintegrasikan pengalaman ini ke dalam kehidupannya,
juga berdiri dalam tradisi Alkitab Yahudi dengan hasrat
entah karena jarang mengalaminya atau karena alasan
besar akan keadilan. Allah yang Yesus alami bukan Allah 177
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
“generik” melainkan Allah Israel, Allah Torah dan Allah
selaku mistikus Yahudi sepenuhnya berdiri dalam tradisi
para nabi. Walaupun banyak mistikus hidup menyendiri
nabi-nabi Yahudi. Lukas menggambarkan dengan sangat
dengan sedikit koneksi kepada dunia, namun secara
baik bagaimana Yesus memulai pekerjaan-Nya. Pernyataan-
intrinsik dia tidak hidup di dunia lain. Otherworldly -
Nya menegaskan tradisi nabi-nabi serta sentuhan Allah
tak ada pada mistisisme. Banyak mistikus terlibat secara
pada-Nya. “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah
mendalam dengan kehidupan dunia karena pengalaman
mengurapi Aku, … “ kalimat selebihnya adalah kata-kata
mistisnya. Yesus memang sering menarik diri untuk berelasi
panggilan kenabian-Nya, “… untuk menyampaikan kabar
dan berdoa kepada Allah Bapa-Nya, tetapi Dia terlibat
baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus
langsung dalam kehidupan di dunia; bahkan bukan hanya
Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-
dunia manusia miskin-kaya, terdidik dan tak-terdidik,
orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta,
pejabat-rakyat jelata; melainkan juga dunia “burung pipit
untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk
dan bunga bakung,” dunia “kebun anggur dan domba,”
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Luk.
dunia “batu-batu yang dibuang dan bantal batu yang hilang
4:18-19). Kalimat ini terinspirasi langsung dari Trito Yesaya
daripada-Nya” dan dunia “jalan yang sempit dan pintu
(Yes. 61:1-2, 58:6).
yang sesak”. Pengalaman mistis bukan saja mengubah cara mistikus melihat. Pengalaman itu juga memberdayakan, karena dalam mengalami realitas, mistikus memiliki fondasi yang lebih besar dari dirinya atau dunia. Pemberdayaan melahirkan keberanian dan sering menjadi protes belarasa terhadap cara dunia sebagaimana adanya dan mendorong visi lain akan dunia yang seharusnya. Yesus memang terlibat mendalam dengan dunia ini, tetapi visinya adalah Kerajaan Allah. Bagi mistikus, dunia ini memiliki nilai positif. Dunia adalah ciptaan Allah yang baik dan lari dari dunia ini bukanlah pilihan. Dunia dipenuhi oleh kemuliaan Allah. Di situlah manusia hidup, namun dunia perlu diubahkan. Yesus
178
Penutup Jelajah tuturan tulisan ini jelas tidak singkat. Namun menurut hemat penulis paparan ini diperlukan untuk memperlengkapi bagaimana orang percaya boleh meraih “gambar dan rupa” Allah yang makin lama makin matang, bukan lagi hanya endapan sekolah minggu. Juga perlu bagi para pendidik membantu peserta didiknya menjalani ziarah mengalami Allah dan menciptakan “gambar dan rupa” Allah yang makin matang. Sebagaimana ungkapan pendidikan Kristiani “anak-anak bukan orang dewasa kecil,” begitu juga “orang dewasa bukan anakanak yang berbadan besar.” Orang dewasa, baik individu maupun 179
Pesan Gereja Bagi Pendidikan di Sekolah Kristen: Penghayatan dan Penalaran Akan Allah Alkitab
komunitas, ditantang untuk meninggalkan apa yang disebut second hand religion, second hand faith, dan second hand spirituality dan beranjak kepada first hand religion, first hand faith, dan first hand spirituality. Yang second hand adalah semua corak agama, iman dan spiritualitas yang dibangun atas sumber-sumber penting namun takbisa-tidak tiba pada diri kita hanya sebagai second hand,yakni agama, iman dan spiritualitas yang berasal dari orangtua, guru
Menyekolahkan Anak di Sekolah Negeri
Sekolah Minggu, pendeta, evangelis, ayat-ayat hafalan dan kutipan,
Sebuah kesaksian dan pengalaman
khotbah dan renungan, kesaksian-kesaksian hebat orang lain.
Pdt. Royandi Tanudjaya, M.ST.
Sebaliknya paparan bagaimana Yesus sendiri mengalami Allah, bertindak dan beraktivitas dengan segala kemampuan-Nya bertolak dari pengalaman dengan Allah itu, bahkan memberikan darah dan nyawa-Nya karena pengalaman-Nya akan Allah itu; itulah first hand religion, first hand faith, dan first hand spirituality.
Apa sih yang biasanya diinginkan dan dibayangkan oleh orangtua Kristen atas pendidikan anak atau anak-anaknya? Lazimnya yang diinginkan atau dibayangkan oleh orangtua Kristen adalah agar anak atau anak-anaknya bisa bersekolah di sekolah Kristen sejak usia kanak-kanak, atau jenjang Taman Kanak-kanak sampai usia remaja atau jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Setelah itu biasanya orangtua Kristen cenderung akan memberi kebebasan kepada anak atau anak-anaknya untuk meneruskan ke perguruan tinggi mana saja. Perguruan tinggi Kristen atau non Kristen tidak terlalu dipentingkan lagi. Sebab, yang lebih dipentingkan adalah perguruan tingginya bermutu, entah itu negeri atau swasta. Dan selebihnya adalah sesuai dengan minat atau bakat anak atau anak-anaknya sendiri. Alasannya? Biasanya terdengar klise, tapi bukannya tanpa kebenaran sama sekali! Yaitu, supaya iman anak atau anak-anak dari orangtua Kristen, apalagi yang sudah menerima baptis kudus
180
181
Menyekolahkan Anak di Sekolah Negeri
semasa anak, dapat tetap terpelihara dan bertumbuh seiring dengan pertumbuhan kepintaran akal budinya di sekolah. Sehingga paling tidak, sampai pada jenjang SMA biarlah anak atau anak-anak dapat mempertanggung-jawabkan sendiri imannya dalam pengakuan percaya, atau sidinya secara pribadi.
Menyekolahkan Anak di Sekolah Negeri
Internet adalah gara-garanya Siapakah yang menyangka, bahwa internet dapat menjadi salah satu faktor pembeda antar generasi orangtua dengan generasi anakanaknya? Tapi itulah yang terjadi. Saya yang – menurut teori generasi termasuk generasi “Ledakan Kelahiran Bayi” atau “Baby Boomers”
Setelah pengakuan percaya atau sidi anak atau anak-anaknya,
(lahir tahun 1946 – 1964) – mulai mengenal komputer dan internet
barulah orangtua Kristen (boleh jadi terkesan egois) merasa plong
pada tahun 1980-an, tidak sedemikian menguasai komputer dan
hatinya. Sebab, maklumlah, saat mengantar anak atau anak-anaknya
mengenal internet seperti anak-anak kami yang termasuk generasi
menerima baptis anak, orangtua diikat oleh janji mereka kepada
Y (lahir tahun 1981-1994).
Tuhan. Janji itu mengikat mereka dengan tanggung jawab untuk mendidik anak atau anak-anaknya dalam iman sampai mereka dapat mengaku percayanya sendiri. Apabila gagal memenuhi tanggung jawab ini, bukan main rasa bersalah orangtua kepada anak atau anak-anaknya dan kepada Tuhan! Saya dan istri pun sama dan tidak berbeda dengan kebanyakan orangtua Kristen pada umumnya. Malah, sebagai seorang Pendeta, saya punya rasa tanggung jawab yang lebih besar untuk memajukan Sekolah Kristen. Caranya, bukan hanya dengan mendorong agar sebanyak mungkin orang, teristimewa yang Kristen, untuk menyekolahkan anak atau anak-anak mereka di sekolah Kristen, tetapi lebih dari itu dengan memberi teladan. Maka sejak kanak-kanak, kami pun menyekolahkan kedua anak perempuan yang Tuhan percayakan kepada kami di sekolah Kristen. Semuanya tampak berjalan lancar seperti yang kami inginkan dan bayangkan sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat anak kami memasuki SMA, sesuatu yang tak pernah saya dan istri inginkan atau bayangkan justru terjadi atas salah seorang anak perempuan kami. 182
Kedua anak perempuan kami sejak bersekolah di jenjang SMP telah mengenal dan harus menggunakan komputer dan/atau memanfaatkan internet untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Namun, segera terlihat, anak bungsu kami tampaknya lebih menyukai dan menguasai komputer dan internet daripada anak sulung kami. Dan, karena internet juga, jalan hidup anak bungsu kami jadi berbeda dengan jalan hidup yang ditempuh oleh kakaknya. Selulus dari SMP Kristen, anak sulung kami meneruskan sekolahnya di SMA Kristen juga. Tidak demikian dengan adiknya. Selulus dari SMP Kristen, anak bungsu kami sebenarnya sudah diterima tanpa tes di SMA Kristen, tapi ia tidak melanjutkan sekolahnya di sana. Ia sendiri memilih untuk melanjutkan sekolahnya di SMA Negeri 8 Jakarta, jalan Taman Bukit Duri Tebet, Jakarta Selatan. Bagaimana hal itu dapat terjadi? Hal tersebut berawal mula dari internet juga. Saat browsing di internet, ia menemukan SMA Negeri 8 dan terkejut menjumpai data yang memperlihatkan bahwa sekitar 80 persen siswa lulusannya diterima di perguruan-perguruan tinggi 183
Menyekolahkan Anak di Sekolah Negeri
Menyekolahkan Anak di Sekolah Negeri
negeri ternama, seperti UI, ITB, IPB, Unpad dan UGM. Padahal
pengaruh negatif terhadap perkembangan imannya? Apakah pihak
pada masa itu (sampai kini?) persentase lulusan SMA Kristen
sekolah akan memfasilitasi dirinya untuk mendapatkan pelajaran
yang diterima di perguruan-perguruan tinggi negeri relatif kecil
agama Kristen, atau malah memaksa dirinya untuk mengikuti
jumlahnya. Rupanya ia tertarik untuk membuka peluang yang lebih
pelajaran agama bukan Kristen? Apakah pihak sekolah juga masih
besar bagi dirinya untuk bisa melanjutkan sekolahnya di salah satu
memperbolehkan dirinya mengenakan seragam sekolah yang
perguruan tinggi negeri ternama.
umum sifatnya, atau mengharuskan dirinya mengenakan seragam
Tanpa sepengetahuan kami, orangtuanya, anak bungsu kami
sekolah yang mengikuti kaidah agama tertentu?
lalu mencoba sendiri peruntungannya dengan mendaftarkan
Kami mencurahkan segala kekuatiran kami itu kepada anak
dirinya ke SMA Negeri 8. Apalagi syarat pendaftarannya ternyata
bungsu kami. Tapi ia menjelaskan kepada kami alasannya. Pertama,
relatif mudah, yaitu hanya mencantumkan namanya dan nilai hasil
memilih SMA Negeri 8 itu terkait dengan masa depannya. Ia ingin
Ujian Akhir Negeri (UAN) –nya di SMP sebelumnya. Tidak perlu
lebih berpeluang dapat melanjutkan sekolahnya nanti di salah satu
mencantumkan agamanya atau sukunya. Hanya berdasarkan nilai
perguruan tinggi negeri ternama. Bahkan, bila beruntung, selama
UAN itu maka akan dipilih dan diterima sekitar 300 orang yang
bersekolah ia masih bisa juga berpeluang untuk ikut pertukaran
nilainya lebih tinggi di atas nilai rata-rata UAN para siswa yang
siswa ke luar negeri. Kedua, SMA Negeri 8 yang dipilihnya pun
mendaftarkan diri. Dan, ternyata ia diterima!
termasuk sekolah unggulan, jika bukan sekolah yang terbaik di antara Sekolah Negeri sejenis di Jakarta. Ketiga, sebagai seorang
Antara kekuatiran dan konsistensi Ketika anak bungsu kami memberitahu, bahwa dirinya diterima di SMA Negeri 8, dan ingin melanjutkan sekolahnya di sana, kami terkejut. Langsung terlintas bayangan kekuatiran tentang apa kata orang di gereja, bila mereka mendengar dan mengetahui bahwa seorang anak Pendeta bersekolah di SMA Negeri dan bukan di SMA Kristen. Apakah sebagai keluarga Pendeta, kami tidak menjadi batu sandungan, karena kami menjadi contoh yang kurang baik? Di samping itu, sebagai orangtua, kami juga mempunyai kekuatiran yang lain. Apabila ia bersekolah di SMA Negeri, apakah teman-temannya yang mayoritas bukan Kristen nanti akan memberi 184
anak Pendeta, ia tidak ingin membebani orangtua dan gereja dengan biaya studi yang tinggi, terlebih pada saat memasuki dan menjalani studi di perguruan tinggi. Keempat, ia meyakinkan kami, bahwa hal-hal yang negatif terkait dengan iman dan agama tidak akan terjadi atas dirinya. Singkat kata, tekadnya sudah bulat untuk melanjutkan sekolahnya di sekolah negeri, dan bukan di sekolah Kristen. Sebagai orangtua, saya dan istri dalam berbagai kesempatan sering menanamkan nilai-nilai kehidupan yang bersifat Kristiani atau mulia-manusiawi. Di antaranya, kami suka mengajarkan atau mengingatkan anak-anak kami, bahwa mereka harus menjadi orang yang pintar, bahkan boleh menjadi apa saja yang baik, tetapi 185
Menyekolahkan Anak di Sekolah Negeri
Menyekolahkan Anak di Sekolah Negeri
selebihnya mereka harus menjadi seorang Kristen yang baik. Bahwa
tahunan sekolah relatif jauh lebih murah bila dibandingkan
salah satu ukuran keberhasilan dari proses belajar mereka adalah
dengan di sekolah swasta. Jumlah rupiahnya pun tidak berubah
apabila mereka tidak selalu menurut kepada orangtuanya, tetapi
selama tahun-tahun bersekolah di sana. Para orangtua yang
dapat mengemukakan alasannya yang paling bertanggung-jawab.
menyekolahkan anaknya di sana jadi tidak harus dipusingkan lagi
Bahwa semakin tambah usia, terlebih mulai usia remaja-pemuda,
dengan biaya sekolah yang biasanya terus naik setiap semester dan/
mereka akan semakin kami perlakukan sebagai teman lebih dari
atau setiap tahun, seperti biasanya terjadi di sekolah-sekolah swasta,
sebagai anak.
termasuk di sekolah-sekolah Kristen.
Justru karena semuanya itu, membuat kami tidak bisa menolak
Ketiga, pergaulan di antara sesama siswa sangat baik dan sangat
dan hanya bisa menerima, menghargai serta menghormati
multi-kultur. Barangkali juga karena SMA Negeri 8 itu adalah salah
keputusannya, dengan segala akibatnya yang bisa terjadi atas kami
satu sekolah negeri unggulan, sehingga para siswa yang bersekolah
sebagai keluarga Pendeta.
di sana pun tidak sedikit, pada umumnya berasal dari golongan kelas menengah ke atas, dan berbagai latar belakang budaya yang
Kenyataan yang dialami Selama studinya di SMA Negeri 8 ternyata inilah pelajaranpelajaran berharga yang kami dapatkan sebagai orangtua. Pertama, secara umum tidak ada diskriminasi terhadap anak kami dalam bentuk dan cara apa pun. Satu-satu bentuk diskriminasi, jika boleh disebut demikian, hanya pada masa orientasi studi. Pada masa awal sekolah, ada pembinaan “Kecerdasan Spiritual” kepada semua siswa baru selama beberapa hari. Isi pembinaan itu ternyata sangat kuat bernuansa agama tertentu. Akibatnya, sejumlah siswa yang beragama lain, termasuk anak saya, menyatakan keberatan atasnya. Keberatan mereka diterima oleh pihak sekolah. Mereka hanya mengikuti sebagian pembinaan itu pada hari pertama. Pada hari-hari berikutnya, mereka diperkenan untuk tidak harus mengikuti lagi pembinaan tersebut oleh pihak sekolah. Kedua, uang sumbangan awal sekolah dan uang bulanan atau 186
berbeda. Ada yang berasal dari keluarga dokter, pengusaha, dosen, pejabat tinggi pemerintahan, dan lain sebagainya. Status sosial dan budaya keluarga mereka tampaknya ikut mempengaruhi pola pikiran mereka yang tidak sempit, dan mempengaruhi pola perilaku mereka. Anak saya sangat akrab dengan teman-teman sekelasnya, sehingga bukan hanya selama studi, bahkan selepas studi di sana pun hingga kini, pada waktu-waktu tertentu, mereka suka membuat acara kumpul bersama. Mereka memiliki jejaring persahabatan yang terus berkelanjutan dan yang sungguh indah. Keempat, iman Kristianinya terus bertumbuh dan berkembang. Selama studinya, pihak sekolah memfasilitasi adanya pelajaran agama Kristen, dan kegiatan persekutuan sesama siswa Kristen. Sementara itu, anak kami pun tetap aktif dalam berbagai kegiatan remaja di gereja. Ia masih sempat mengikuti pelajaran katekisasi, dan mengaku percaya dalam sidi di gereja. Pendek kata, selama studi di sekolah negeri, ia nyaris tidak penah mengalami pengaruhi 187
Menyekolahkan Anak di Sekolah Negeri
Menyekolahkan Anak di Sekolah Negeri
negatif apa pun dan dari siapa pun di sekolah terhadap dirinya yang
perkembangan iman anak atau anak-anaknya yang bersekolah di
disebabkan karena perbedaan iman atau agama. Pengalaman ini
sekolah negeri dapat dikurangi sedemikian rupa, lewat pengajaran
sangat mencengangkan kami sebagai orangtuanya.
dan teladan hidup orangtua terhadap mereka melalui pelbagai
Kelima, melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia memang menjadi lebih mudah. Seluruh murid sekelas anak kami yang kebetulan adalah kelas akselerasi
aktivitas mereka di rumah (termasuk di dalamnya ibadah rutin keluarga), dan di gereja (termasuk di dalamnya keikut-sertaan dalam pelayanan).
dan jumlahnya belasan orang diterima di perguruan tinggi negeri
Dalam hal orangtua Kristen, karena berbagai faktor – termasuk
ternama, dan tidak sedikit yang diterima di beberapa perguruan
faktor ekonomi – tidak selalu dapat atau mampu menyekolahkan
tinggi negeri ternama sekaligus. Anak kami sendiri diterima di
anak atau anak-anaknya di sekolah swasta Kristen yang sungguh-
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan Universitas Indonesia,
sungguh diinginkannya, mereka tidak perlu sedemikian kecewa,
Jakarta. Niatnya untuk ikut juga ujian masuk Institut Teknologi
apa lagi berputus asa.
Bandung tidak kesampaian, karena waktu ujiannya bersamaan dengan waktu pendaftaran ulang di Universitas Indonesia. Supaya lebih aman, ia memilih mendaftarkan ulang di Universitas Indonesia yang sudah pasti menerima dirinya sebagai calon mahasiswa daripada memilih mengikuti lagi ujian masuk Institut Teknologi Bandung yang belum pasti akan menerima dirinya.
Mungkin Tuhan berkehendak lain. Sebagai salah satu (dan bukan satu-satunya) jalan keluar, mungkin Tuhan menghendaki anak atau anak-anak mereka untuk bersekolah di sekolah negeri yang sudah dikenal baik, kalau bukan yang berkategori unggulan. Semoga dengan jalan itu, anak atau anak-anak mereka tetap menemukan masa depan yang penuh pengharapan!
Akhir kata Sejauh muncul dari kesadaran dan keinginannya sendiri, membiarkan anak atau anak-anak kita bersekolah di sekolah negeri tidak selalu buruk, atau seburuk yang kita, orangtua, bisa atau biasa bayangkan dan kuatirkan. Paling tidak, dari pengalaman anak kami di SMA Negeri 8, keuntungan-keuntungannya jauh lebih banyak daripada kerugiankerugiannya yang nyaris atau bahkan tidak ada. Segala kekuatiran orangtua terhadap pertumbuhan dan 188
189
Bagaimana Orangtua Memperlengkapi Anak-Anaknya Bersekolah di Sekolah Negeri (Non Kristen)? Sri Mulyaningsih, S.Pd., M.M.
Setiap keluarga terbentuk karena anugerah Tuhan sehingga setiap hal yang dijalani harus selalu mengandalkan pimpinan Tuhan. Dan anak-anak merupakan bagian dari keluarga yang sangat penting. Melalui anak-anak, Tuhan memberikan kepercayaan kepada orangtua yang melahirkannya untuk mendidik, mengajar dan mengantar anak-anak mereka kepada masa depan yang baik serta memiliki iman yang teguh. Sebagai orangtua, baik ayah maupun ibu mempunyai tanggung jawab yang sama dalam mendidik anak-anaknya, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, pemuda bahkan sampai dewasa. Orangtua mempunyai peran dan ‘tugas’ yang berbeda-beda dalam tiap-tiap tahap tersebut. Pendidikan di rumah oleh orangtua merupakan dasar yang penting bagi anak agar anak siap dan dapat menghadapi dunia di sekelilingnya. Mendidik anak bukanlah suatu hal yang mudah dan hal ini menjadi suatu tantangan tersendiri bagi orangtua. Pada zaman dahulu, para orangtua dalam mendidik anak-anaknya lebih 190
191
Bagaimana Orangtua Memperlengkapi Anak-Anaknya Bersekolah di Sekolah Negeri (Non Kristen)?
Bagaimana Orangtua Memperlengkapi Anak-Anaknya Bersekolah di Sekolah Negeri (Non Kristen)?
mengandalkan insting dan pengalaman yang diperoleh dari nasihat
tersebut menjadi salah satu bagian yang cukup penting dalam
atau ajaran dari orangtua mereka, lingkungan dan masyarakat.
memilih sekolah bagi anak-anaknya? Hal tersebut pada umumnya
Namun kini orangtua bisa mendapatkan berbagai sarana dan
lebih banyak dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa jika anak-
sumber untuk membantu mereka dalam mendidik anak-anaknya.
anak bersekolah pada sekolah Kristen maka mereka berada pada
Saat ini banyak sekali dijumpai buku-buku, media audio visual
lingkungan yang tepat dengan teman-teman yang seiman dan
maupun seminar yang bertopik tentang pengetahuan dan cara-
pengajaran yang sesuai dengan iman Kristen. Tidak sedikit pula,
cara mendidik anak. Di dalamnya juga diberikan kiat-kiat tentang
pilihan tersebut sebenarnya dilatarbelakangi oleh kekhawatiran
bagaimana memilih lembaga pendidikan bagi anak-anak mulai dari
orangtua yang berasal dari perasaan tidak aman.
pendidikan prasekolah sampai perguruan tinggi.
Seorang teman bercerita tentang anaknya yang bersekolah di salah satu SD Katolik di Jakarta yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya. Setelah lulus anaknya memilih untuk meneruskan
Pilih Sekolah Kristen atau Sekolah Negeri? Memilih sekolah untuk anak merupakan suatu problematika tersendiri
bagi
para
orangtua.
Umumnya
para
orangtua
akan berkonsultasi terlebih dahulu sebelum memilih sekolah bagi anak-anaknya. Mereka menginginkan agar anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang terbaik, tapi juga harus memperhatikan hal-hal lain yang kadang-kadang muncul sebagai bahan pertimbangan bagi orangtua dalam memilih sekolah, antara lain kondisi keuangan keluarga, lingkungan, dan lokasi. Lokasi sekolah yang dekat dengan rumah menjadi salah satu pertimbangan karena jarak tempuh dari rumah ke sekolah yang jauh merupakan kendala yang cukup serius pada saat ini (di Jakarta) karena kemacetan sudah mulai dijumpai sejak pagi dan terus berlanjut sampai sore bahkan kadang malam hari. Pada umumnya pula orangtua Kristen akan cenderung memilih sekolah atau lembaga pendidikan yang berbasiskan pendidikan Kristen. Apakah yang melatarbelakangi para orangtua sehingga hal 192
pendidikannya di sebuah SMP Negeri dengan alasan bahwa anak ini ingin berbaur dengan anak-anak yang berbeda kepercayaan dan merasakan berbagai fasilitas di sekolah negeri yang menjadi pilihannya tersebut. Memang sekolah negeri tersebut memiliki berbagai prestasi yang dapat dinilai baik. Dengan pertimbangan jarak rumah dan sekolah yang dekat, prestasi sekolah yang baik dalam berbagai event baik secara individu maupun sekolah serta kemampuan sang anak yang memenuhi syarat untuk bersekolah di SMP Negeri tersebut, maka sang orangtua memutuskan untuk memenuhi keinginan putranya bersekolah di SMP Negeri. “Saya tidak masalah jika anak saya bersekolah di sekolah negeri ataupun non Kristen.” Begitulah kalimat yang diucapkan oleh seorang ibu yang menyekolahkan kedua putrinya di SMA negeri. Sejak kecil, kedua anaknya telah terbiasa dengan semua aktivitas di gereja, mulai dari Sekolah Minggu lalu beranjak remaja dan pemuda, setiap hari besar gerejawi selalu diikutinya. Doa dan membaca Firman Tuhan bersama-sama keluarga rutin dilakukan sehingga 193
Bagaimana Orangtua Memperlengkapi Anak-Anaknya Bersekolah di Sekolah Negeri (Non Kristen)?
iman Kristiani telah tertanam dengan kuat dalam diri kedua
putrinya. Kedua putrinya bisa mengikuti semua kegiatan di sekolah dengan baik, aktif dalam berbagai kegiatan OSIS bahkan menjadi pengurus OSIS. Kedua putrinya dapat berbaur dengan temantemannya tanpa ada sekat atau perbedaan SARA. Sang orangtua melakukan jalinan komunikasi yang baik dengan sesama orang tua dan wali kelas serta guru, aktif pula mengikuti perkembangan kegiatan-kegiatan yang dilakukan kedua putrinya. Ternyata kedua putrinya bisa berprestasi dengan baik di sekolah dan lulus serta mendapatkan Perguruan Tinggi Negeri yang baik pula.
Apa Keuntungan Menyekolahkan Anak di Sekolah Negeri?
Bagaimana Orangtua Memperlengkapi Anak-Anaknya Bersekolah di Sekolah Negeri (Non Kristen)?
dalam bidang keagamaan tentu saja. Lalu bagaimana dengan peluang untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri? Jalur masuk Perguruan Tinggi Negeri bisa dipersiapkan sejak semester 1 sampai semester 5 dengan melalui jalur undangan. Hal ini merupakan peluang yang sama bagi setiap siswa berprestasi, baik yang bersekolah di sekolah swata maupun sekolah negeri. Apabila anak-anak sejak awal sudah tekun maka peluang bisa diterima di Perguruan Tinggi Negeri sangat terbuka lebar. Oleh karena itu anak-anak harus tekun dalam belajar karena syarat utama jalur undangan untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri adalah nilai rapor yang stabil dan bagus dari semester 1 sampai semester 5, bahkan kalau mungkin terus meningkat. Dalam hal ini, sekolah juga terus memantau perkembangan dan menjaga prestasi belajar anak
Ternyata banyak keuntungan yang tidak disadari sebelumnya,
melalui guru bidang studi, wali kelas dan guru BK. Pada umumnya
yang bisa didapatkan dengan menyekolahkan anak di sekolah
sekolah negeri lebih berpartisipasi untuk mengikuti jalur undangan
negeri. Saat ini sekolah negeri mempunyai kualitas pendidikan yang
ini dibandingkan dengan sekolah swasta.
tidak kalah bersaing dengan sekolah swasta, dan yang lebih penting, sekolah negeri mendapatkan fasilitas penuh dari pemerintah dan bebas uang sekolah serta buku-buku pelajaran yang akan digunakan telah disediakan pemerintah. Hal tersebut berarti orangtua bisa mengalihkan dana yang dialokasikan untuk membayar uang sekolah dan buku kepada keperluan lain yang dapat menunjang pendidikan sang anak seperti les pelajaran tambahan atau kursus yang menunjang hobi atau bakat anak. Adanya berbagai kegiatan ektrakurikuler yang harus diikuti oleh setiap siswa memungkinkan pembauran dari anak-anak dalam pergaulan sehingga pergaulan eksklusif bisa diminimalisir kecuali 194
Bagaimana Mengatasi Kekhawatiran Akan Pergaulan dan Pendidikan Agama Anak yang Bersekolah di Sekolah Negeri? Dalam pergaulan, peran orangtua sangat diperlukan yaitu melalui komunikasi yang intens dan kedekatan dengan anaknya. Orangtua bisa berkomunikasi dengan anaknya saat mereka pulang sekolah dan bercerita tentang apa saja yang dilakukan dan dialaminya di sekolah. Salah seorang teman saya yang menyekolahkan anaknya di sekolah negeri bercerita bahwa pada setiap kesempatan, ia selalu memperbincangkan tentang Firman dan kasih Tuhan kepada 195
Bagaimana Orangtua Memperlengkapi Anak-Anaknya Bersekolah di Sekolah Negeri (Non Kristen)?
Bagaimana Orangtua Memperlengkapi Anak-Anaknya Bersekolah di Sekolah Negeri (Non Kristen)?
anaknya. “Saya dan bapaknya tidak pernah bosan menceritakan
Pengalaman lain adalah bahwa anak-anak yang berprestasi
tentang Tuhan Yesus dan Firman-Nya,” begitu katanya. Setiap
adalah mereka yang mendapatkan perhatian dan bimbingan
bangun tidur, mereka selalu berdoa bersama dan mengucap
serta bekal yang baik dari orangtuanya di rumah. Iman yang kuat
syukur demikian juga di malam hari selalu bersama-sama berdoa,
ditanamkan orangtuanya kepada mereka. Mereka aktif dalam
membaca dan merenungkan Firman Tuhan. Dengan berbekal hal
kegiatan kerohanian Kristen di sekolah dan menjadi berkat dalam
tersebut teman saya dan suaminya merasa nyaman dan aman saat
bidang musik, melalui paduan suara ataupun kegiatan ekstra
mengantarkan anaknya pergi ke sekolah. Sangatlah penting bagi
kurikuler lainnya. Perilaku merekapun telah menjadi kesaksian bagi
orangtua untuk menanamkan pendidikan agama bagi anak-anaknya
teman dan guru di sekolah. Seringkali mereka yang mempunyai
sejak kecil melalui doa, pujian, dan membaca Alkitab. Saat anak sudah memasuki masa batita dan balita, para orangtua harus sudah mulai mengenalkan Tuhan kepada anak-anaknya dengan membawa mereka untuk beribadah di gereja melalui Sekolah Minggu. Firman Tuhan yang didapatkan anak dari orangtuanya dan yang diterimanya dari guru Sekolah Minggu di gereja akan membekali anak untuk menghadapi berbagai permasalahan yang mungkin muncul saat ia bersekolah. Begitu juga dengan adanya komunikasi dan kedekatan antara orangtua dan anak akan membuat anak lebih siap, lebih kuat dan tidak mudah putus asa saat berhadapan dengan masalah ataupun komunitas yang mempunyai keragaman dan kompleksitas yang tinggi. Hal lain yang dilakukan teman saya untuk mengatasi kekhawatirannya mengenai pergaulan anaknya di sekolah negeri adalah dengan melakukan komunikasi dengan sesama orangtua murid yang beragama Kristen dan guru agama serta wali kelas. Dalam interaksi ini terjadi tukar informasi kegiatan sekolah yang diikuti anaknya, bagaimana sikap dan perilaku anak di sekolah maupun bila ada masalah maka bisa dicari pemecahannya bersama-sama. 196
prestasi luar biasa adalah mereka yang justru secara ekonomi ada di bawah yang untuk bersekolah mendapatkan bantuan dana dari pihak lain. Akan tetapi tidak menutup mata bahwa ada pula anak-anak yang justru menjadi batu sandungan dan berpredikat trouble maker. Hal ini dilatarbelakangi dari rumah antara lain karena kurangnya perhatian dari orangtua dan kebanyakan karena masalah yang terjadi di antara orang tua sendiri. Semua siswa di sekolah negeri mendapatkan hak yang sama dalam proses belajar mengajar. Dalam hal pendidikan agama, sekolah negeri memberikan fasilitas dan perhatian yang cukup baik terhadap anak-anak yang beragama non muslim yaitu jumlah jam pelajaran agama yang diterima oleh anak-anak non muslim sama dengan jumlah jam pelajaran agama Islam yang diterima anakanak yang beragama muslim. Sejak kurikulum 2006, jam pelajaran agama Kristen tidak lagi diluar jam pelajaran seperti sebelumnya misalnya di hari Jumat setelah pelajaran selesai, sehingga dalam hal ini tidak ada lagi perbedaan jam pulang bagi anak-anak. Karena jumlah siswa yang beragama muslim lebih banyak maka anakanak muslim menerima pelajaran agama langsung di kelas masingmasing, sedangkan anak-anak yang beragama Kristen/Katolik 197
Bagaimana Orangtua Memperlengkapi Anak-Anaknya Bersekolah di Sekolah Negeri (Non Kristen)?
biasanya menerima pelajaran agama di ruang/kelas khusus untuk yang beragama Kristen. Sekolah juga memberikan perhatian dan fasilitas ketika anakanak dan guru serta karyawannya yang non muslim memperingati hari besarnya atau mengadakan perayaan-perayaan seperti Natal atau Paskah. Di samping itu adapula pembinaan iman melalui retreat yang diadakan setahun sekali dengan pendampingan dari guru agama Kristen maupun guru-guru yang beragama Kristen.
Bagaimana Selanjutnya? Bagaimana selanjutnya pilihan para orangtua? Menyekolahkan anak di sekolah Kristen atau sekolah negeri pada intinya adalah sama, yaitu adalah anak perlu diperlengkapi secara rohani dan mental dalam menghadapi dunianya agar mereka tetap memelihara
Pendidikan Kristiani Anak
DI MASYARAKAT
imannya dan menjadi terang serta berkat dimanapun mereka ditempatkan – di sekolah swasta ataupun sekolah negeri. Dan itu menjadi tugas dan panggilan para orangtua.
198
199
Menanamkan Nilai-nilai Pluralisme Dalam Diri Anak Pdt. Melani Ajub, M.Pd.
Akhir-akhir ini semakin marak kita saksikan berbagai peristiwa teror dan kekerasan yang didorong oleh keyakinan atau agama yang menganggap orang yang berbeda iman/aliran dapat dijadikan sasaran kekerasan/kekejaman mereka. Begitu banyak tragedi kemanusiaan terjadi, oleh karena aksi teror dan kekerasan, sehingga terjadi gelombang migran yang mencari suaka dan kehidupan yang lebih layak di negara-negara Eropa. Semua peristiwa tragedi itu menunjukkan betapa pentingnya kita menghayati kemanusiaan dengan benar sehingga mampu bersikap bijak terhadap segala perbedaan yang ada. Tentunya bagi kita bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan latar belakang bukanlah hal yang baru bila membicarakan soal pluralisme. Namun saat ini upaya menanamkan nilai pluralisme sudah menjadi perhatian dunia yang serius mengingat kejadiankejadian mengerikan yang ada di depan mata dan terjadi di berbagai belahan dunia yang sebelumnya selalu aman dan tenteram. Untuk itu upaya menanamkan nilai pluralisme bukan hanya urusan 200
201
Menanamkan Nilai-nilai Pluralisme Dalam Diri Anak
Menanamkan Nilai-nilai Pluralisme Dalam Diri Anak
pemerintah atau sekolah semata, namun juga harus menjadi bagian
yang sehat jiwanya (well-adjusted toddlers) ternyata setelah dewasa
dari pola asuh dan didikan orangtua di rumah. Sebab rumah adalah
menjadi orang-orang yang berhasil. Itu berarti pengasuhan anak-
tempat yang paling efektif untuk menanamkan nilai-nilai, apalagi
anak pada usia dini dan penanaman nilai menjadi sangat penting
pada anak-anak usia dini mengingat lima tahun pertama dalam
dan saling berkaitan erat.
hidup anak adalah tahun-tahun keemasan oleh karena apa yang ditaburkan, pasti akan tumbuh. Oleh karena itu orangtua sangat berperan dalam menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai dalam diri anak, jauh lebih penting dibandingkan institusi sekolah, para guru, dan lain-lain.
Pentingnya Penanaman Nilai-nilai Sejak Usia Dini Ada pepatah yang mengatakan bahwa mengajarkan anak-anak kecil ibarat seperti menulis di atas batu, yang akan terus berbekas sampai tua. Karena itu penanaman nilai-nilai sejak usia dini sangat penting. Usia dini merupakan masa kritis bagi penanaman nilainilai yang akan berbuahkan karakter kuat di masa depan.
Menanamkan Nilai-nilai Pluralisme Respon
terhadap
keberagaman
dan
perbedaan
bukan
hanya mengenai kemajemukan agama saja, namun juga respon terhadap semua isu, yang dapat dibedakan dalam tiga tipologi, yaitu eksklusivisme, inklusivisme dan pluralisme. Singkatnya, ekslusivisme adalah suatu sikap satu melawan semua; inklusivisme adalah satu di atas semua, pluralisme adalah satu dengan dan di antara semua. Diana L. Eck dalam bukunya Ecountering God: A Spiritual Journey from Bozeman to Banaras, punya cara lain dalam menganalisis tiga tipologi tersebut. Pertama, ada respon yang
Thomas Lickona, pakar pendidikan mengatakan, ”A child is the
bersifat ekslusif: komunitas dan tradisi kita, pemahaman kita
only known substance from which a responsible adult can be made.”
tentang realitas, perjumpaan kita dengan Allah adalah satu-satunya
Itu berarti kegagalan penanaman nilai-nilai pada usia dini akan
kebenaran, mengesampingkan yang lain. Kedua, ada respon yang
membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak.
bersifat inklusif: cara kita melihat segala sesuatu adalah puncak dari
Melalui penelitian yang dilakukan oleh Universitas Otago, New
“yang lain” atau setidaknya cukup luas untuk mencakup “yang lain”.
Zealand pada tahun 1972, ditunjukkan bahwa anak-anak yang
Respon ketiga bersifat pluralis: kebenaran tidak secara ekslusif atau
ketika usia 3 tahun telah didiagnosa sebagai “uncontrollable toddlers”
inklusif dimiliki oleh suatu tradisi atau komunitas tertentu, namun
(anak yang sulit diatur, pemarah dan pembangkang), ternyata ketika
terbuka kesempatan untuk dialog dan keterlibatan. Ini tidak berarti
usia 18 tahun menjadi remaja yang bermasalah dan agresif, bahkan
menyerahkan komitmen kita, namun orang pluralis bersikap
terlibat dalam tindakan kriminal. Sebaliknya anak usia 3 tahun
terbuka.
202
203
Menanamkan Nilai-nilai Pluralisme Dalam Diri Anak
Menanamkan Nilai-nilai Pluralisme Dalam Diri Anak
Eck menggambarkan bagaimana orang memilih untuk berkata tentang Allah. Sikap ekslusif berkata, “Allah kami”, sikap inklusif berkata “Allah kita”. Sedangkan sikap pluralis berkata, “Allah bukanlah untuk kita miliki, karena Allah adalah cara kita berbicara mengenai suatu realitas yang tak dapat dibatasi oleh satu tradisi agama manapun, termasuk tradisi kita sendiri.”
bisa memperkaya hidup dan kebersamaan kita. Oleh karena itu dalam rangka menanamkan nilai-nilai pluralisme, perlulah dibangun suatu kebiasaan berdialog di tengah keluarga. Relasi antara orangtua dan anak bukanlah satu arah, hanya semata-mata nasihat dan instruksi, namun dua arah. Dialog yang harus dikembangkan bukan saja antara orangtua dan anak, namun
Dalam bukunya, Hope menuliskan bahwa menjadi seorang
juga dengan orang-orang yang ada di lingkungan keluarga; antara
Asia secara alami menuntut adanya dialog dengan orang-orang
anak dan anak, bahkan antara anak dengan orang lain di tengah
dari beragam warna kulit, kepercayaan, ras, bahasa dan sebagainya.
keluarga (significant other), seperti pembantu, tukang kebun, supir,
Oleh karena Asia merupakan tempat kelahiran dan kedudukan dari
dan lain-lain.
berbagai agama besar di dunia, maka menjadi orang Asia berarti berada di antara sesama dari agama-agama lain. Kebutuhan alami untuk berdialog telah menjadi jalan hidup bagi orang Asia.
Hope dalam bukunya mengambil metafora percakapan di meja makan (mealtable sharing) yang memungkinkan tidak saja terjadinya dialog, namun bahkan multilog. Bahwa suatu keluarga
Dialog yang dimaksud adalah dialoque of being, yaitu
bisa menyediakan ruang dalam percakapan di meja makan untuk
bagaimana menjadi suatu kehadiran positif di antara yang lain
berbagi kehidupan dan pengalaman hidup. Chuck Lathrop dalam
demi kebersamaan. Lalu dialoque of ideas, yaitu berbagi dan
bukunya In Search of a Round Table, mengatakan bahwa berkeliling
bertukar pikiran agar saling memahami dan memperluas wawasan.
di meja makan berarti tidak ada tempat duduk istimewa, tidak ada
Juga dialoque of doing, yaitu melakukan aksi bersama dalam
yang pertama dan yang terakhir, tidak ada yang lebih baik dan
menjawab kebutuhan dan keprihatinan yang ada di masyarakat
tidak ada yang di pojok. Berkeliling di meja makan berarti bersama
tanpa membeda-bedakan. Bahkan dialoque of experiences, yaitu
dengan, menjadi bagian dari kebersamaan dan satu.
membagikan kedalaman pengalaman kemanusiaan yang mendalam untuk saling memperkaya spiritualitas.
Tentunya tidak hanya terbatas di meja makan atau ruang makan, namun yang penting terjadi dialog, tukar pikiran, saling berbagi
Bob Mc Cahill, seorang imam dari Amerika yang pernah
pengalaman yang mengisi ruang-ruang keluarga kita, baik di ruang
melayani di Filipina dan Bangladesh, dalam bukunya Dialoque of
duduk, di ruang tamu, bahkan di ruang tidur. Percakapan orangtua
Life, menuliskan bahwa ketika kita hidup bersama dengan orang
dan anak, anak dan saudaranya di ruang tidur sangat privasi dan
lain yang berbeda dan ketika kita mengkomunikasikan harapan dan
sangat efektif untuk dipakai menanamkan nilai pluralisme ketika
ketakutan satu sama lain, maka terjadilah dialog kehidupan yang
membahas pengalaman hari ini.
204
205
Menanamkan Nilai-nilai Pluralisme Dalam Diri Anak
Menanamkan Nilai-nilai Pluralisme Dalam Diri Anak
Kisah Yesus Dalam Alkitab Yesus seringkali dikisahkan sedang bercakap-cakap dengan para murid dan orang banyak di meja makan. Bahkan oleh karena kebiasaan itulah Yesus dikritik, “Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang-orang berdosa?” Atau bahkan Yesus disebut, “Ia seorang pelahap dan peminum” (Mrk. 2:16, Luk. 7:34). Di mata orang banyak, agak mengherankan bahwa Yesus
berbagai perbedaan yang ada. Kita dipanggil untuk keluar dari zona nyaman dan mengambil resiko berada di tengah keragaman dengan berbagai persoalan yang ada. Bahkan kita dipanggil untuk memberikan inspirasi yang berlandaskan kasih Kristus, sehingga siap berbeda dari pandangan umum yang sangat diskriminatif. Bahkan terutama supaya kita memiliki kearifan hidup dan menemukan dunia yang diisi dengan keindahan.
duduk semeja dengan orang yang tidak bermoral dan berdosa. Yesus juga menjungkirbalikkan hubungan sosial tradisional di sekitar meja makan dalam percakapannya dengan Zakheus, Simon, dan perempuan yang mengurapi kepala Yesus.
Peran Orangtua Sebagai Teladan Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki nilainilai luhur bila ia tumbuh dalam lingkungan yang mempraktekkan
Yesus melakukan semua itu dengan perpektif yang baru untuk
nilai-nilai tersebut. Aristotle mengatakan, ”People do not naturally
menunjukkan bahwa orang-orang yang selama ini dikucilkan atau
or spontanesously grow up to be morally excellent or practically wise.
tidak masuk hitungan justru memperoleh bagian dalam Kerajaan
They become so, if at all, only as the result of lifelong personal and
Allah (bandingkan Mat. 22:1-10). Yesus mengasihi dan berbelas
community effort.” Keluarga adalah tempat pertama dan utama
kasih pada semua orang tanpa memandang bulu. Dengan minta
di mana seorang anak dididik dan dibesarkan. Karena itu peran
minum kepada seorang
perempuan Samaria, makan bersama
orangtua dalam penanaman nilai kepada anak sangat besar dan
Zakheus yang merupakan pemungut cukai yang dibenci, justru
akan berdampak panjang sampai pada usia dewasa di kemudian
Yesus memperlihatkan konsep inklusivisme di meja makan Allah
hari.
dalam kerajaan-Nya. Komunitas meja makan Yesus merupakan perwujudan visi social alternative yang didasarkan pada kasih yang merobohkan tembok pemisah, serta menciptakan rekonsiliasi. Yesus mematahkan batas penghalang agama dan sosial, sebab bertentangan secara spiritual dengan yang Ia ajarkan.
Pakar behavior theory, Albert Bandura mengatakan bahwa, ‘anak belajar dari contoh yang ia lihat’. Atau dengan kata lain, ‘anak adalah peniru ulung’. Contoh nyata adalah dalam diri Ahok, Gubernur DKI Jakarta. Sungguh mengherankan bagaimana seorang yang sering kali disebut ‘non pribumi’, bahkan double minority, sebagai
Teladan Yesus bagi kita sangat jelas, agar kita bersikap dan
orang Tiong Hoa Kristen justru memiliki kecintaan pada tanah air
berperilaku sama, yaitu berani menembus batas yang selama ini
yang begitu besar. Ia mau bekerja keras sebagai pemimpin sekaligus
kokoh memisahkan sebagian orang dengan orang lain oleh karena
pelayan masyarakat, dimana segala kebijakannya adalah untuk
206
207
Menanamkan Nilai-nilai Pluralisme Dalam Diri Anak
kebaikan semua kalangan, bukan hanya yang menguntungkan
Menanamkan Nilai-nilai Pluralisme Dalam Diri Anak
dirinya adalah juga anugerah di dalam memahami misteri kehidupan.
dirinya. Ternyata semua nilai-nilai yang dimiliki Ahok diajarkan oleh orangtuanya yang sangat peduli kepada rakyat kecil dan bahkan selalu mau berbagi dengan masyarakat yang membutuhkan. Apa yang dilihat dan dialami Ahok semasa dia kecil langsung melekat dan membentuk dia sampai menjadi seperti sekarang ini. Demikian juga dengan menanamkan nilai-nilai pluralisme kepada anak, sangat efektif bila dimulai dari orangtua yang mempraktekkan apa yang ia ajarkan. Misalnya orangtua mau bergaul dengan berbagai kalangan, maka anak melihat orangtuanya bercakap-cakap dengan tukang kebun, tukang koran, dsb. Atau anak menyaksikan orangtuanya memberi bantuan kepada tetangga yang berbeda agama dan latar belakang. Anak diajak orangtuanya bersilahturahmi dengan tetangga yang sedang merayakan ibadah penting agamanya. Kesempatan seperti di atas menjadi sangat berkurang ketika saat ini orang cenderung tinggal di perumahan dengan cluster yang eksklusif, tidak ada pemulung atau tukang sayur yang bisa lewat di depan rumah karena penjagaan satpam yang ketat. Lalu anak bersekolah di sekolah yang eksklusif yang hanya bertemu dengan teman-teman dari kelas menengah ke atas yang naik turun mobil dan jarang berelasi langsung dengan masyarakat kalangan bawah yang berbeda dari dirinya. Orangtua perlu menyadari hal
Orangtua Perlu Mengajarkan Prinsip-prinsip Penting Dalam Penanaman Nilai 1. Mengajarkan prinsip saling menghormati dan menghargai. Misalnya memberi salam kepada orang yang lebih tua, atau mendahului orang lain dalam memberi hormat, tidak menunggu. Juga menghormati orang lain yang memiliki keyakinan iman yang berbeda. Karena seringkali konflik yang terjadi muncul dari kesalahpahaman atau ketidakmampuan untuk menghadapi perbedaan, serta didorong oleh kecenderungan dikendalikan oleh stereotip dan prasangka yang tidak benar. 2. Mengajarkan dengan contoh. Cara yang paling efektif untuk mengajarkan anak adalah dengan memberikan contoh konkrit mengenai prilaku bagaimana seharusnya. Misalnya orangtua menegur anak bila memanggil temannya dengan nama julukan yang buruk, karena akan menyakiti hatinya. Orangtua juga tidak pernah memberi julukan tertentu kepada anak yang dapat menyinggung perasaan anaknya. 3. Mendorong anak untuk merefleksikan tindakannya.
ini dan mendorong anak masuk dalam komunitas yang beragam, agar
Ketika anak melakukan sesuatu yang tidak baik, anak perlu
anak terbiasa dengan perbedaan. Anak perlu dilatih untuk bersikap
dibimbing untuk berpikir tentang akibat dari perbuatannya.
terbuka dan toleran terhadap mereka yang berbeda. Anak juga perlu
Hal ini akan membuat anak peka akan perasaan orang lain
mengembangkan kesadaran bahwa semua orang yang berbeda dengan
dan berpikir tentang konsekuensi dari tindakannya.
208
209
Menanamkan Nilai-nilai Pluralisme Dalam Diri Anak
Menanamkan Nilai-nilai Pluralisme Dalam Diri Anak
4. Mengajarkan anak untuk mengemban tanggung jawab.
dengan demikian kita harus memperlakukan semua orang dengan
Anak yang sejak kecil diberi tanggung jawab akan berkembang
baik sebagai tanggung jawab kita kepada Tuhan.
menjadi anak yang altruistic, yaitu peduli kepada orang lain. Sifat altruistic adalah sifat yang bertentangan dengan sifat egoistic. Tanggung jawab juga bisa diajarkan orangtua dengan memperkenalkan pekerjaan sosial di luar rumah, misalnya
“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol 2:23).
mengajak anak terlibat dalam kerja bakti, dan lain-lain. Semuanya harus dimulai dari diri orangtua sendiri yang mempraktekkan apa yang ia ajarkan. Misalnya orangtua memiliki relasi yang luas dari berbagai kalangan yang beragam, tidak hanya terbatas. Anak diikutsertakan dalam berbagai kesempatan yang mempertemukannya dengan kalangan yang berbeda dan beragam dan belajar menghadapi perbedaan dengan bijak. Mother
Teresa
memiliki
kepedulian
yang
Daftar Pustaka Antone,
Hope
S.,
Pendidikan
Kristiani
Kontekstual:
mempertimbangkan realitas kemajemukan dalam pendidikan agama, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2015. Thomas, Gary, Sacred Parenting: Tanggung jawab mengasuh anak
besar
yang
menginspirasi dunia. Ternyata ia belajar dari ibunya, karena sejak kecil ibunya mengajak Agnes kecil (nama kecil Teresa) untuk
membentuk hati para orang tua, Yayasan Gloria, 2013. Megawangi Ratna, Pendidikan Karakte : Solusi yang tepat untuk membangun bangsa, Indonesia Heritage Foundation, 2004.
menengok tetangganya yang sakit terbaring sendirian di ranjang. Kemudian ibunya merawat, membersihkan luka si sakit dan menyuapinya. Agnes kecil cuma melihat dan menemani ibunya, namun ternyata apa yang dialami di masa kecil mengubahnya menjadi seorang Mother Teresa yang memilih keluar dari tembok biara dan mendirikan ordo baru untuk meraih orang-orang yang tersisih dan terabaikan. Orangtua harus mengajarkan anak untuk mempraktekkan nilainilai pluralisme, bukan hanya karena itu suatu kewajiban, namun terutama karena semua orang adalah ciptaan Tuhan yang agung dan
210
211
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup Haskarlianus Pasang, Ph.D.1
Krisis lingkungan yang melanda dunia, termasuk Indonesia saat ini sudah memasuki tahap yang mengkhawatirkan. Beberapa contoh antara lain pemanasan global - yang memicu perubahan iklim, pencemaran air, polusi udara, sampah yang tidak tertangani, kekeringan, banjir, hilangnya keanekaragaman hayati, punahnya satwa langka, dan kelaparan. Tanpa adanya pemahaman yang benar mengenai apa itu lingkungan hidup dan kaitannya dengan kehidupan manusia di bumi yang diikuti oleh perubahan mendasar dalam gaya hidup dan praktik pembangunan yang akrab lingkungan, maka kelangsungan bumi Indonesia menjadi tanda tanya besar. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan pentingnya pendidikan lingkungan bagi anak-anak sejak dini dengan memadukan antara pemahaman Kristen mengenai siapa manusia dan mandat yang 1 Haskarlianus Pasang, PhD: anggota jemaat GKI Bogor Baru, Ketua Yayasan Pendar Pagi, Trainer Langham Preaching Indonesia, bekerja di Golden Agri Resources sebagai Head of Policy and Compliance, dan penulis buku “Mengasihi Lingkungan – Bagaimana orang Kristen, Keluarga dan Gereja Mempraktikkan Kebenaran Firman Tuhan untuk Menjadi Jawaban atas Krisis Ekologi dan Perubahan Iklim di Bumi Indonesia”
212
213
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
diberikan Allah sejak penciptaan dengan pendidikan lingkungan,
lainnya. Sebab itu, dalam pendidikan lingkungan hidup, baik dalam
baik formal maupun informal untuk menghasilkan pola perilaku
pendidikan formal di sekolah maupun non-formal di rumah, gereja
yang baru. Pola perilaku yang baru itu diharapkan sejalan dengan
dan masyarakat, sangat diperlukan untuk menguraikan unsur utama
maksud semula Allah menciptakan manusia, sehingga keutuhan
lingkungan fisik dan hayati dan keterkaitan di antaranya, termasuk
ciptaan semakin terwujud sambil menantikan tibanya langit dan
peran manusia di dalamnya.
bumi baru saat Kristus datang kembali. Mari kita mulai pelajaran ini dengan terlebih dahulu memahami apa lingkungan hidup dan tujuan pendidikan lingkungan hidup.
A. Apakah Lingkungan Hidup Itu?
B. Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup Pentingnya pendidikan lingkungan hidup (PLH) lahir setelah pertemuan global mengenai Manusia dan Lingkungan tahun 1972 di Stockholm, Swedia. Desakan untuk mengembangkan pendidikan
Kita bersyukur karena definisi lingkungan hidup sudah ada
lingkungan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi
dalam undang-undang negara kita, yaitu Undang-undang No. 32
didorong oleh kenyataan terjadinya kemerosotan dan kerusakan
tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
lingkungan secara global yang dipandang akan membahayakan
Hidup. Lingkungan hidup didefinisikan sebagai “kesatuan ruang
kelangsungkan hidup manusia dan alam yang mendukungnya.
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang memengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.” Dari definisi ini ada dua unsur utama lingkungan hidup, yaitu unsur fisik (tanah, air, udara) dan unsur hayati (makhluk hidup termasuk tumbuhan, hewan dan manusia). Menariknya, manusia termasuk dalam kategori makhluk hidup, dimana perilaku manusia, baik positif maupun negatif dapat memengaruhi alam, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia itu sendiri dan makhluk hidup lain. Di sini terlihat bahwa unsur fisik, makhluk hidup lain dan manusia saling terkait, bahkan saling tergantung satu dengan 214
Dalam buku Panduan dan Materi Pendidikan Lingkungan Hidup Tingkat Pendidikan Dasar di Provinsi Gorontalo, Ani Kartikasari dan Lynn Clayton (2014) menjelaskan bahwa ada tiga tujuan utama PLH, yaitu pertama, meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai keterkaitan lingkungan hidup dengan aspek ekonomi, sosial, politik di perkotaan dan pedesaaan. Kedua, memberi kesempatan bagi setiap orang untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan sehingga dapat mengembangkan sikap/perilaku, motivasi dan komitmen untuk bekerja secara individu dan kolektif dalam mengatasi masalah lingkungan sekarang dan mencegah munculnya masalah baru. Ketiga, menciptakan kesatuan perilaku yang baru bagi individu, 215
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
dan tumbuh menjadi pencinta lingkungan apabila pendidikan
kelompok dan masyarakat yang peduli lingkungan. Untuk mencapai tiga tujuan utama di atas, menurut Kartikasari
lingkungan menggunakan kombinasi pelajaran di kelas, di luar
dan Clayton, ada empat pertimbangan yang mendasari perlunya
kelas dan pengalaman serta latihan langsung dengan menggunakan
PLH, khususnya bagi anak-anak, generasi penerus yang
lingkungan setempat sebagai wadah pendidikan.
meminjamkan bumi ini kepada kita: pertama, pertimbangan hakikat alam. Alam dengan segala isinya dan interaksi unsurunsurnya sudah ada sebelum manusia menghuni bumi. Kisah
C. Tanggung Jawab Orangtua Mendidik Anak Mencintai Lingkungan
penciptaan alam merupakan bagian penting dalam berbagai budaya
Mengingat penting dan strategisnya orangtua bagi anak-anak,
masyarakat dan tradisi berbagai agama, termasuk di Indonesia. Sebagai satu kesatuan, alam dan setiap unsur di dalamnya memiliki hak untuk ada, hak mendasar untuk hidup dan melakukan fungsinya tanpa harus bermanfaat atau tidak bagi manusia. Hak itu harus dijaga dan dipertahankan! Kedua,
kelangsungan
mendidik anak-anak: “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” Melalui ayat ini terlihat sangat jelas bahwa pendidikan anak-anak adalah tanggung jawab orangtua
manusia.
– ayah dan ibu. Sebab itu, setiap orangtua Kristen harus menyadari
Pemenuhan kebutuhan pokok manusia hanya dapat terjadi karena
bahwa Tuhan memerintahkan mereka untuk mendidik anak-anak,
adanya hubungan timbal balik antara manusia dengan alam dan
teristimewa dua aspek dari ayat diatas, yaitu pertama, ajaran
keanekaragaman hayatinya. Hubungan saling ketergantungan
Tuhan. Dari bahasa yang digunakan orangtua berperan melatih
antara unsur-unsur alam merupakan fondasi bagi suatu ekosistem,
anak-anak dengan disiplin agar mereka tumbuh sebagai anak-
dan alam yang kita nikmati saat ini adalah hasil pemeliharaan
anak yang takut akan Tuhan. Penekanan disiplin di sini bertujuan
nenek moyang kita dan diwariskannya kepada kita. Akanlah kita
untuk membimbing anak-anak agar berada pada jalan yang benar.
mewariskan alam yang utuh atau rusak kepada anak cucu kita,
Bahasa dan penekanan ini digunakan baik oleh Allah Bapa di surga
sangat tergantung pada PLH saat ini. Ketiga, pertimbangan moral
dan di bumi untuk mendidik anak-anak (Ibr. 12:5-10). Kedua,
atau etika. Pertimbangan ini sangat penting, khususnya bagi
nasihat Tuhan. Makna kata nasihat terkait dengan pendidikan
orang Kristen terkait mandat budaya dari Allah sejak penciptaan
formal, dimana orangtua berfungsi sebagai pendidik utama yang
sehingga akan dibahas secara terpisah. Keempat, pertimbangan
memfasilitasi pendidikan anak-anak agar mereka tumbuh secara
psikologis dan pengajaran. Anak-anak dapat belajar dengan cepat
mental, intelektual, sosial, dan rohani.
216
pertimbangan
maka Efesus 6:4 secara khusus menyebutkan peran ayah untuk
hidup
217
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
Dari pengajaran Alkitab, menjadi jelas bahwa orangtua
fisik manusia benar-benar sama dengan Allah. Oleh karena
adalah pendidik utama anak-anak mereka; bukan sekolah atau
itu istilah ’segambar’ dalam ayat tersebut perlu dipahami
perguruan tinggi. Dalam perspektif demikian, maka akan sangat
sebagaimana maksud awalnya dalam sejarah manusia
menggembirakan bila pelatihan dan disiplin yang diterapkan di
dimana cerita itu disampaikan. “Dicipta segambar dengan
rumah keluarga Kristen berjalan secara alami, sehingga pada
Allah” seperti diuraikan pada Kejadian 1:26 tidak berarti kita
akhirnya anak-anak menerima pelatihan dan disiplin dari Tuhan
memiliki kemiripan, apalagi kesamaan fisik dengan Allah.
Yesus Kristus sendiri. Mengingat pendidikan anak tidak semata-
Segambar dengan Allah lebih pada aspek kualitas, khususnya
mata mengajarkan nilai-nilai kehidupan, tetapi juga mengenal
karakter dan potensi ilahi. Dari sudut karakter kita mewarisi
kebenaran Allah dan membangun persekutuan dengan-Nya, maka
karakter Allah yang penuh kasih, murah hati, lemah lembut,
rumah keluarga Kristen menjadi tempat yang paling ideal dimana
sabar dan lain-lain (bandingkan dengan buah Roh di Galatia
anak-anak dapat melihat langsung bagaimana orangtua mereka
5:22-23). Sedangkan dari sudut potensi ilahi kita mewarisi
mempraktikkan apa yang mereka ajarkan dan nasihatkan. Hal ini
kuasa mencipta, menyembuhkan, memulihkan hubungan
juga berlaku dalam PLH, dimana orangtua mengajarkan kebenaran
yang rusak. Kita mencerminkan kemuliaan Allah melalui
firman Tuhan terkait penciptaan, makna manusia dicipta segambar
keserupaan dengan Allah. Artinya orang lain (seharusnya)
dengan Allah dan peran manusia dalam mengusahakan dan
dapat melihat perwujudan Allah melalui karakter orang
memelihara alam ciptaan Tuhan.
percaya yang hidup sesuai standar dan gaya hidup ilahi.
Setelah jelas bingkai dan bertanggung jawab PLH terhadap anak-anak, maka sekarang kita siap beranjak pada kerangka PLH dalam perspektif Firman Tuhan.
Ada tiga makna “dicipta segambar dengan Allah”: a. Memiliki hubungan (relationship) dengan Allah. Allah mencipta manusia untuk bersekutu dengan Dia, sehingga hubungan yang putus dengan Allah pada
D. Kerangka Pendidikan Lingkungan Dalam Perspektif Firman Tuhan 1. Siapa sebenarnya orang Kristen itu? Di antara seluruh ciptaan, hanya manusia yang disebut sebagai “diciptakan segambar dengan Allah” (Kej. 1:26,27). Pernyataan ini tentunya bukan dalam arti bahwa secara 218
dasarnya keluar dari desain awal penciptaan. Kita dengan mudah dapat melihat di sekitar kita perbedaan antara orang yang memiliki dan tidak memiliki persekutuan dengan Allah. Karena dicipta segambar dengan Allah dan memiliki persekutuan yang akrab dengan Allah seperti yang didemonstrasikan Kristus, 219
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
maka orang Kristen memiliki potensi ’mencipta’
diletakkan Allah sejak semula tetap berjalan sesuai
dengan memulihkan hubungan-hubungan yang rusak;
disain penciptanya untuk kepentingan manusia dan
sebagai pembawa damai.
seluruh ciptaan.
b. Hidup dan berperan dalam komunitas (community).
Adalah tugas orangtua Kristen untuk memahami makna
Kejadian 1:26 menyatakan ”Marilah kita mencipta
di atas, mempraktikkan dan selanjutnya mengajarkan
manusia – laki-laki dan perempuan”. Artinya Allah
kepada anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada
mencipta komunitas sejak awal yang beranggotakan
mereka. Mungkin ada yang bertanya bagaimana caranya
laki-laki dan perempuan. Karena Allah yang mencipta
mencerminkan kemuliaan Allah kalau kita mewarisi dosa
komunitas, maka laki-laki dan perempuan menemukan
turunan dan hidup dalam dosa? Karya Kristus melalui
diri dan makna dari tujuan hidupnya ketika berada
pengorbanan-Nya di kayu salib-lah yang menebus manusia
dalam komunitas.
dari kuasa dosa, sehingga setiap orang yang percaya kepada
c. Manusia diberi mandat khusus oleh Allah. Dalam
Kristus (baca: orang Kristen) akan dikembalikan kepada
Kejadian 1:28 ada dua kata kunci yang digunakan
maksud Allah mencipta manusia; persekutuan dengan Allah
Allah, yaitu ’taklukan’ dan ’berkuasa’. Yang menarik
dipulihkan. Sebab itu, orangtua Kristen harus menjadi murid
adalah kata ’berkuasa’ dari bahasa aslinya tidak
Kristus baru dapat melakukan fungsinya dengan benar
menggunakan kata ’domination’ atau dominasi, tetapi
seturut Firman Tuhan.
’dominion’. Artinya, dalam menerapkan kuasa yang diberikan Allah manusia harus melihatnya dari sisi tanggung jawab dibanding sisi penggunaan kuasa itu sendiri yang cenderung egoistis dan berpusat pada diri sendiri. Mandat yang diberikan Allah adalah sebagai perawat Taman Allah dengan mengusahakan dan memeliharanya (Kej. 2:15). Tanggung jawab merawat Taman Allah (baca: bumi) sama artinya dengan tanggung jawab menjaga keseimbangan lingkungan, agar fungsi-fungsi ekologis dan lingkungan yang 220
2. Tanggung jawab orang Kristen terhadap lingkungan Tanggung jawab orang Kristen terhadap lingkungan tercermin melalui mandat yang dipercayakan Allah sejak penciptaan. Adam dan Hawa yang mewakili manusia secara keseluruhan menerima perintah untuk ’menaklukkan’ dan ’menguasai’ bumi (Kej. 1:26-28). Mereka diberi tiga tanggung jawab khusus, yaitu a) mengolah/mengusahakan (cultivate), b) menjaga atau merawat Taman Allah, dan c) memberi nama kepada binatang-binatang yang ada di Taman Eden; Taman 221
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
222
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
Allah. Mandat budaya ini dapat diuraikan sebagai berikut:
dengan sumberdaya alam dan lingkungan, tetapi semua
• Mengolah dan mengusahakan. Kata “mengolah” dan
aspek kehidupan. Prinsip ini perlu ditanamkan dalam diri
“mengusahakan” mengindikasikan adanya: a) perubahan
anak-anak sejak dini. Hal itu akan menjadi lebih efektif
(change), b) pertumbuhan (growth) dan c) pengembangan
bila pendidik, khususnya orangtua, bersama guru sekolah
(development). Pertumbuhan dan perubahan yang
dan pemimpin rohani di gereja (GSM, majelis jemaat dan
dimaksud bersifat positif dan konstruktif bagi alam,
pendeta) membina dan memimpin dengan teladan.
artinya aktivitas mengolah atau mengusahakan alam pada
• Menjaga. Kata “menjaga” (keeping) memiliki beberapa
dasarnya bertujuan untuk mendukung kelangsungan
arti, yaitu menjaga (preserve), melindungi (protect) dan
proses alami dan pencapaian produksi lain untuk
memelihara (maintain). “Menaklukkan” Taman Eden pada
memenuhi kebutuhan sandang pangan yang tidak
dasarnya berarti menopang kebaikan dan keindahan yang
mengorbankan kepentingan ciptaan lainnya. Pengertian
telah Allah ciptakan, sambil secara aktif ‘melayani’ melalui
tentang konsep ini dalam bahasa Ibrani lebih tegas. Kata
tindakan pengelolaan untuk meningkatkan kualitas yang
mengolah atau mengusahakan berasal dari kata ’abad’
terbaik dari taman itu (baca: bumi). Kata Ibrani “samar”
dalam bahasa Ibrani yang berarti ’melayani’ (to serve) atau
diterjemahkan sebagai “keep” dalam bahasa Inggris,
lebih harfiah berarti ’menghambakan diri pada’ (to be slave
adalah kata yang sama yang digunakan dalam ucapan
to). Bagi masyarakat berbasis pertanian adalah sangat
berkat dalam Bilangan 6:22-24. Dalam konteks ini, kita
umum memikirkan terminologi “cultivate” dengan cara
melihat bahwa Tuhan menyuruh Musa untuk menyatakan
demikian, yaitu melakukan tugas pelayanan sehingga kebun
kepada Harun dan anaknya untuk memberkati bangsa
atau ternak memberikan hasil terbaik untuk memenuhi
Israel dengan ucapan: ”Tuhan memberkati engkau dan
kebutuhan manusia. Dalam konteks kita di dunia modern,
melindungi (samar) engkau. Tuhan menyinari engkau
kehadiran orang Kristen seharusnya membuat perubahan
dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia.
ke arah yang lebih baik;menghadirkan pertumbuhan dan
Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi
perkembangan; bukan sebaliknya. Orang Kristen pada
engkau damai sejahtera”. Dalam konteks kita saat ini,
dasarnya adalah agen perubahan dalam konteks masing-
Tuhan sebenarnya mengutus kita memasuki kehidupan
masing. Apapun yang dikerjakannya memiliki makna
sehari-hari setelah berjumpa dengan-Nya dalam ibadah
mengolah dan mengusahakan, bukan saja yang terkait
setiap minggu untuk menyinari, memberkati dan 223
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
menghadirkan damai sejahtera di manapun Dia mengutus
Namun setelah menciptakan manusia yang dicipta ’menurut
dan menempatkan kita. Orang Kristen adalah penjaga,
gambar dan rupa Allah’ (Kej. 1:26), ’Allah melihat segala yang
pelindung dan pemelihara sesamanya dan ciptaan lainnya
dijadikannya itu sungguh amat baik’ (Kej. 1:31). Melalui
karena memiliki hubungan khusus dengan pencipta-Nya.
ayat-ayat di atas, ada beberapa fakta yang dapat kita pelajari.
• Manusia dilibatkan dalam proses penciptaan dengan
Pertama, kualitas alam yang diciptakan Allah mencerminkan
memberi nama. Dengan memberi nama berarti Adam
Penciptanya. Walaupun dunia yang kita diami saat ini telah
memiliki pengenalan yang benar akan binatang yang diberi
rusak akibat kejatuhan manusia dalam dosa, bumi masih tetap
nama (Kej. 2:19-20). Adam juga mempraktikkan otoritas
menceritakan kemuliaan Allah sebagai Penciptanya (Mzm.
yang diberikan Tuhan kepadanya dengan memberikan
19:1-2). Tidak sulit untuk menangkap maksud Pemazmur.
nilai (value) terhadap ciptaan Allah, sehingga ciptaan
Di sekitar kita banyak pemandangan dan kejadian alam yang
itu dihargai dan diperlihara. Ini sangat penting, karena
akan merangsang respon dalam hati kita untuk mengagumi
segala sesuatu yang kita nilai berharga akan diperlakukan
sekaligus merasa takut kepada ’siapa’ yang berada di balik
khusus dan diberi perhatian. Pelajaran “memberi nilai”
semua ciptaan. Perasaan positif ini muncul karena di dalam
pada sesuatu agar dihargai perlu ditanamkan kepada
alam raya ada keteraturan, keindahan dan keunikan dan
anak-anak sejak dini.
juga karena kedahsyatan sebuah gempa bumi, banjir atau peristiwa alam lainnya. Bukankah semua itu mencerminkan kuasa dan karakter Sang Pencipta, Allah semesta alam?
3. Allah menciptakan ciptaan yang baik Melalui Kejadian 1 dan 2 kita belajar mengenai karya penciptaan, mulai dari langit dan bumi, terang, cakrawala, daratan,
tumbuh-tumbuhan,
benda-benda
penerang,
binatang-binatang di dalam air, burung-burung, binatangbinatang di darat dan manusia. Berdasarkan hubungannya dengan Allah, seluruh ciptaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu manusia dan ciptaan lainnya. Setelah Allah menciptakan ciptaan-ciptaan lainnya, ’Allah melihat bahwa semuanya itu baik’ (Kej. 1:10, 18, 21, 25). 224
Kedua, Allah menghendaki pujian dari ciptaan-Nya. Dalam konteks ini, tidak berarti bahwa Dia tidak lengkap tanpa ciptaan-ciptaan dan pujian dari ciptaan-Nya. Hal lain yang perlu diperjelas di sini adalah bahwa pujian kepada Pencipta tidak hanya terbatas diberikan oleh manusia atau ciptaan yang bernyawa, tetapi juga merupakan tugas seluruh ciptaan lainnya, seperti diungkapkan dalam Mazmur 148:713 bahwa semua yang di tempat tinggi: segala malaikat-Nya, segala tentara-Nya, matahari, bulan, bintang, langit yang 225
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
mengatasi langit, air ...... , dan semua di bumi: ular-ular
di rumah dan di kelas, maupun melalui praktik lapangan dan wisata
naga, samudera raya, api, hujan es, salju dan kabut, angin
- kepada anak-anak tentang keindahan dan wujud dari ciptaan
badai, gunung-gunung dan segala bukit, binatang-binatang
Allah yang baik sehingga mereka menghargai dan mencintainya
liar dan segala hewan, binatang melata dan burung-burung
sebagaimana Allah pencipta mencintai semua ciptaan-Nya, ada dua
yang bersayap, raja-raja di bumi, segala bangsa, pembesar-
aspek lain yang sangat penting menjadi muatan PLH, yaitu:
pembesar dan semua pemerintah dunia, teruna dan anak dara, orang tua dan muda. Mazmur 119:91 memproklamasikan bahwa ’segala sesuatu melayani Engkau’ (Tuhan), dan dalam Kitab Wahyu kita diberi penglihatan tentang surga, dimana ‘semua makhluk yang di surga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya’ bergabung memuji Allah (Why. 5:13). Kenyataan bahwa Allah menciptakan ciptaan yang baik adalah tema sentral dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Namun apa sebetulnya maksud dari ciptaan yang baik tersebut? Menurut Ron Elsdon (1992) dalam bukunya Green House Theology-Bibical Perspective on Caring for Creation, dalam Perjanjian Lama, paling sedikit terdapat lima makna yang berbeda mengenai ciptaan Allah, yaitu: 1) Ciptaan menyaksikan
Penciptanya,
2) Ciptaan
menampakkan
keanekaragaman dan saling ketergantungan, 3) Ciptaan Allah adalah ciptaan yang indah, 4) Ciptaan memberi sukacita bagi Penciptanya, 5) Ciptaan memenuhi kebutuhan manusia. Selain mengajarkan dan menunjukkan - baik melalui pelajaran 226
4. Ciptaan menampakkan keanekaragaman dan kesalingtergantungan Allah
menciptakan
keanekaragaman
sejak
ciptaan-Nya semula
dan
penuh Dia
dengan
menciptakan
kesalingtergantungan di antara berbagai ciptaan tersebut. Misalnya, antara air dan makhluk hidup di dalamnya, antara burung dan langit, antara manusia yang diciptakan dalam citra Allah dengan seluruh ciptaan lainnya (Kej. 1:20,24; Mzm. 104:24-25; Kej. 1:29-30; Mzm. 104:14-17, 21, 27, 28).
Terjemahan lama untuk kalimat: ‘dunia serta yang diam
di dalamnya’ dalam Mazmur 24:1 adalah ‘segala yang duduk di dalamnya’. Kalimat ini mengandung makna kekayaan dan keanekaragaman dari segenap ciptaan. Kondisi keanekaragaman ini telah tercermin sejak awal penciptaan dan hal itu diungkapkan antara lain sebagai berikut: a. Berfirmanlah Allah: ”Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala” (Kej. 1:20). b. Berfirmanlah Allah: ”Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang 227
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
melata dan segala jenis binatang liar” (Kej. 1:24). c. ”Lihatlah laut itu, besar dan luas wilayahnya, di situ bergerak, tidak terbilang banyaknya, binatang-binatang yang kecil dan besar” (Mzm. 104:25). Ketiga ayat di atas menunjukkan bahwa: pertama, Allah menciptakan makhluk hidup yang beraneka ragam, baik yang hidup di air, daratan maupun udara (cakrawala); kedua, ciptaan yang beraneka ragam tersebut memiliki tempat yang khusus (habitat, relung atau niche-nya) dan masing-masing melakukan fungsi yang khusus dalam tatanan ciptaan. Jadi ide penyeragaman di alam seperti budidaya tanaman monokultur atau introduksi jenis ternak atau ikan ke habitat yang samasekali berbeda pada dasarnya bertentangan dengan ide awal penciptaan. Selain
keanekaragaman,
Allah
juga
menciptakan
kesalingtergantungan di antara sesama ciptaan. Hal ini tercermin dari Kejadian 1:29,30: Berfirmanlah Allah: ”Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah yang akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung-burung di udara dan segala yang merayap di bumi, Kuberikan segala tumbuhtumbuhan hijau menjadi makanannya”. Dari ayat ini jelas bahwa manusia pada dasarnya memiliki ketergantungan dengan ciptaan lain, demikian pula sebaliknya. Dan kelanjutan hidup seluruh ciptaan di bumi hanya akan terjadi jika prinsip saling tergantung tersebut diterima, dihargai, dipelihara dan dipraktikkan. 228
Pemazmur juga memahami bahwa ada dan terjadi kesalingtergantungan di antara sesama ciptaan, dimana puncaknya adalah adanya ketergantungan dari seluruh ciptaan kepada Penciptanya. Pemazmur menguraikan kenyataan itu dalam ayat-ayat berikut: a. Mazmur 104:10-15: “Engkau yang melepas mata-mata air ke dalam lembah-lembah, mengalir di antara gununggunung, memberi minum segala binatang di padang, memuaskan haus keledai-keledai hutan, di dekatnya diam burung-burung di udara, bersiul di antara daun-daunan. Engkau memberi gunung-gunung minum dari kamarkamar loteng-Mu, bumi kenyang dari buah pekerjaanMu. Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah dan anggur yang menyukakan hati manusia, yang membuat muka berseri karena minyak dan makanan yang menyegarkan hati manusia.” b. Mazmur 104:19-21: “Engkau yang telah membuat bulan menjadi penentu waktu, matahari yang tahu akan saat terbenamnya. Apabila Engkau mendatangkan gelap, maka haripun malamlah; ketika itulah bergerak segala binatang hutan. Singa-singa muda mengaum-aum akan mangsa dan menuntut makanannya dari Allah.” c. Mazmur 104:22-23: “Apabila matahari telah terbit, berkumpullah semuanya dan berbaring di tempat 229
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
perteduhannya; manusia pun keluarlah ke tempat
berbiji, itulah yang akan menjadi makananmu’, dan ‘makanan
pekerjaannya dan ke usahanya sampai petang.”
yang menyegarkan hati manusia’ (Mzm. 104:15). Pemazmur
d. Mazmur 104:27-30: “Semua menantikan Engkau supaya
dalam Mazmur 65:10 juga menyaksikan bahwa. ‘Engkau
diberikan makanan pada waktunya. Apabila Engkau
mengindahkan tanah itu, mengaruniainya kelimpahan, dan
memberikannya, mereka memungutnya, apabila Engkau
membuatnya sangat kaya. Batang air Allah penuh air; Engkau
membuka tangaan-Mu, mereka kenyang oleh kebaikan.
mengaruniakan gandum bagi mereka ...’ dan Pengkhotbah
Apabila Engkau menyembunyikan wajah-Mu, mereka
3:11-13 mengatakan bahwa, ‘Ia membuat segala sesuatu
terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka,
indah pada waktunya .... Dan bahwa setiap orang dapat
mereka mati binasa dan kembali menjadi debu. Apabila
makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala
Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta dan Engkau
jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah’. Ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa ciptaan memiliki
membaharui muka bumi.” Ayat-ayat di atas menunjukkan dengan jelas prinsip
kapasitas untuk memenuhi kebutuhan manusia dan Pencipta
kesalingtergantungan dan keteraturan yang diletakkan Allah
mengharapkan ciptaan yang diciptakan cukup lengkap
dan berlaku sejak dunia diciptakan. Kondisi ini seharusnya
itu untuk memperkaya kehidupan manusia pada berbagai
berlangsung terus (baca: berkelanjutan) walaupun intervensi
tingkat kehidupan, mulai dari kebutuhan dasar (makanan,
manusia terjadi melalui pengelolaan dan pemeliharaan.
air, pakaian) hingga kebutuhan khusus seperti emas, damar
Pemazmur – dan seharusnya orang Kristen juga – mengakui
dan batu krisopras, dll.
dengan jujur bahwa Allah-lah pencipta, pemilik dan penentu kehidupan
seluruh
ciptaan,
termasuk
langkah-langkah
pembaruan di bumi.
Sangat
menarik
memperhatikan
urutan-urutan
penciptaan, dimana Allah mencipta segala sesuatu selama lima hari pertama sebelum manusia dicipta pada hari ke-6. Hal ini pada dasarnya hendak mengisyaratkan dua makna
5. Ciptaan memenuhi kebutuhan manusia Allah menciptakan ciptaan lain untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kejadian 1:29 menunjukkan instruksi Allah bahwa ‘Segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya 230
penting: a) Allah begitu peduli dengan manusia yang dicipta segambar dengan-Nya, sehingga Dia mempersiapkan segala sesuatunya sebelum mencipta manusia; b) Ciptaan lain yang dicipta dengan baik oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan manusia. 231
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
Dari seluruh uraian di atas, tampak jelas bahwa Allah
ada perbedaan yang nyata antara mereka yang Kristen atau dididik
yang menciptakan manusia segambar dengan-Nya adalah
secara Kristen dengan orang kebanyakan. Perusakan lingkungan
Allah yang juga menciptakan ciptaan yang beraneka ragam
terus terjadi, bahkan semakin parah. Kerusakan itu tidak langsung
dan saling bergantung satu dengan lainnya, dan yang dapat
terjadi dalam skala besar, tetapi mulai dari hal-hal kecil dan
memenuhi kebutuhan manusia.
sepele di rumah, seperti membuang sampah sembarangan, boros air dan listrik seolah-olah sumber daya tersebut tidak ada nilai
E. Membentuk Spiritualitas Ekologis Dalam Diri Anakanak Pedidikan lingkungan hidup dalam konteks pendidikan Kristen sebenarnya bertujuan untuk membentuk spiritualitas ekologis (SE) dalam diri orang Kristen, termasuk anak-anak. Karena kata “ekologi” sendiri berarti interaksi antara organisme, termasuk manusia dengan dengan lingkungan sekitarnya, maka tujuan membentuk SE pada dasarnya melampaui pendekatan yang dikedepankan selama ini, seperti konsep “go green”, “back to nature”, atau “mencintai lingkungan hidup”. Konsep SE, seperti dijelaskan pada bagian D, berawal dari kodrat manusia yang dicipta segambar dengan Allah, diberi mandat untuk “mengusahakan dan memelihara bumi” yang dicipta dengan baik, kesalingtergantungan dengan ciptaan lain dan ciptaan lain dicipta untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kegagalan PLH selama ini antara lain, karena pendidikan hanya menekankan aspek teknis, moral, aturan dan program tanpa menyentuh esensinya. Celakanya, pendidikan Kristen, baik di rumah, di gereja maupun di sekolah, seolah tidak berdaya dan sudah dicetak sama dengan dunia. Hasilnya tidak terlalu mengherankan, karena tidak 232
dan batasnya, dll. Hal yang sama terjadi juga di gereja, dimana pengelolaan sumber daya dari Tuhan melalui persembahan jemaat seolah-olah tidak terbatas jumlahnya, sehingga listrik dan AC digunakan semaunya, aset gereja ditelantarkan, dll. Kita tidak perlu heran bila anggota jemaat mempraktikkan hal yang sama, bahkan dalam skala yang lebih masif bila ada kesempatan di luar rumah dan gereja; di tempat kerja! Transformasi pola perilaku lama menjadi baru hanya mungkin terjadi kalau orang Kristen sudah lahir baru dan menjadi manusia baru (Rom. 12:1; 2 Kor. 5:17). Tanpa adanya hubungan dan persekutuan baru dengan Allah, seperti disain semula penciptaan, sangat sulit mengharapkan anak-anak Kristen mencerminkan karakter ilahi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk mencintai lingkungan hidup. Oleh sebab itu, cakupan PLH seharusnya mencakup aspek-aspek sebagai berikut: 1. Pelajaran dasar mengenai sejarah umat manusia yang memuat empat peristiwa utama, yaitu: pertama, penciptaan langit dan bumi segala isinya, termasuk manusia yang menggambarkan ’yang baik’; kedua, kejatuhan manusia dalam dosa akibat ingin seperti Allah, yang mewakili ’yang 233
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
jahat’; ketiga, penebusan melalui kematian Kristus di kayu
menjadi murid Kristus, sehingga pada waktunya mereka
salib yang menggambarkan ’yang baru’. Setelah ditebus
secara pribadi meneladani Kristus seumur hidupnya.
Kristus, kita juga harus menyelamatkan ciptaan lain.
4. Untuk menggugah dan menumbuhkan kepedulian (hati,
Keempat, akhir zaman dimana Kristus akan datang kembali
perasaan), maka dibutuhkan pelajaran mengenai alam dan
yang mencerminkan ’yang sempurna’. Keempat bingkai
bagaimana unsur-unsurnya berfungsi, serta kaitannya
tersebut adalah kerangka Firman Tuhan, dimana melalui
dengan kelangsungkan kondisi sosial dan ekonomi
masing-masing sisinya, anak-anak diajar untuk melihat sifat
masyarakat. Dengan pengetahuan ini, anak-anak akan
dasar ciptaan secara utuh dan tidak terpisahkan. Melalui
terdorong mencari solusi dan inovasi agar fungsi-fungsi
keempat realitas tersebut anak-anak akan memiliki cara
lingkungan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Dalam
pandang yang benar. Cara pandang Kristen mengenai
pelajaran anak-anak perlu belajar unsur-unsur utama
kehidupannya dalam dunia ini dengan cakrawala yang
lingkungan fisik seperti tanah, air dan udara. Demikian
benar, karena realitas tersebut menyediakan perspektif yang
pula unsur hayati seperti interaksi antar tumbuhan, hewan
benar untuk melihat seluruh proses yang terbentang antara
dan juga dengan lingkungan hidup yang menjadi tempat
dua kekekalan; antara penciptaan dan akhir zaman.
hidupnya. Tidak ketinggalan anak-anak perlu memahami
2. Dalam kerangka ini, beberapa aspek yang telah dijelaskan di
234
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
langkah-langkah
untuk
mencegah
kerusakan
dan
atas menjadi bagian yang tidak terpisahkan, termasuk siapa
mempertahankan manfaat dan fungsi lingkungan. Pelajaran
orang Kristen dan tanggung jawabnya terhadap lingkungan
seperti ini tidak selalu harus dilakukan sekolah, namun
serta keunikan dari ciptaan Allah lainnya dalam kaitannya
orangtua, guru Sekolah Minggu bahkan pendeta dapat
dengan manusia.
melakukannya. Banyak bahan pelajaran mengenai unsur-
3. Pelajaran mengenai mandat budaya seperti diuraikan
unsur di atas yang tersedia secara melimpah di toko buku
pada poin 2 di atas. Hal ini sangat penting, karena berfungsi
dan juga di internet; yang dibutuhkan hanya komitmen dan
fondasi untuk membangun dan mentransformasi pola
kemauan untuk mendidik anak.
perilaku baru yang sejalan dengan pertumbuhan iman anak-
5. Kombinasi antara pelajaran dalam ruangan dan kegiatan
anak. Transformasi itu akan terjadi dengan efektif melalui
di alam akan membuat PLH menjadi menarik dan
proses pemuridan, dimana anak-anak dididik di dalam
menginspirasi anak-anak. Dengan praktik langsung di
kelompok kecil, baik di rumah maupun di gereja dan sekolah
lapangan dan sambil bermain, anak-anak akan menyerap 235
Mendidik Anak Untuk Mencintai Lingkungan Hidup
pelajaran dengan efektif. Salah satu contoh pelajaran lingkungan yang baik adalah seperti dilakukan Nixon Watem di Raja Ampat, Papua Barat (http://video.metronews.com/ play/2016/05/03/523033/kofaduru-kofiau-2). 6. Pelajaran paling efektif adalah dengan melihat contoh dan teladan. Orangtua di rumah adalah guru dan teladan hidup yang pertama dan utama dalam PLH. Bila orangtua ingin anak-anaknya menjadi serupa dengan Kristus dan memiliki spiritualitas ekologis, maka mereka harus terus belajar dan
Tantangan Pendidikan Anak di Tengah Berkembangnya Teknologi Informasi Pdt. Martin Elvis, D. Min.
mempraktikkan mandat budaya yang dipercayakan Allah dan selanjutnya meneruskan kepada generasi berikutnya. Guru di sekolah, guru Sekolah Minggu, majelis jemaat dan
Perkembangan Teknologi Informasi Perkembangan teknologi informasi sangat pesat dan tidak
pendeta adalah pendidik lain yang memegang peranan penting dan Tuhan hadirkan dalam komunitas anak-anak.
dapat kita bendung. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, populasi pengguna internet di Indonesia telah mencapai
Sebagai penutup, Fracis Schaeffer (1912-1984) pernah berkata: “jika saya memiliki persekutuan yang benar dengan Allah, maka saya harus memperlakukan segala sesuatu yang Dia ciptakan sama seperti Dia memperlakukan mereka”. Mari kita evaluasi perlakuan kita terhadap ciptaan Allah dengan mengevaluasi persekuatan kita dengan Allah, Pencipta mereka. Selanjutnya, mari menghidupi mandat budaya yang dipercayakan Allah dan berkomitmen untuk
88,1 juta, yang terdiri dari: wilayah Sumatera mencapai 18,6 juta, Jawa-Bali mencapai 52,0 juta, Kalimantan mencapai 4,2 juta, Sulawesi mencapai 7,3 juta, Nusa Tenggara, Papua dan Maluku mencapai 5,9 juta.1 Data dari We Are Social, pada bulan Januari 2015, menunjukkan bahwa 72 juta orang di Indonesia sudah memiliki akun aktif di sosial media dan sebanyak 62 juta di antaranya telah mengakses melalui ponsel.2
membentuk spiritualitas ekologis anak yang dipercayakan Tuhan dalam keluarga dan pelayanan kita, agar mereka tumbuh menjadi murid Kristus yang memuliakan Allah, Sang Pencipta dengan mengasihi lingkungan dan sesamanya seperti Allah mengasihi mereka. 236
Profil Pengguna Internet Indonesia 2014. APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) https://beta.apjii.or.id/downfile/file/PROFILPENGGUNAINTERNETINDONESIA 2014.pdf (diakses tanggal 21 April 2016) 2 Christine Franciska: #Tren Sosial: Apa rahasia sukses di media sosial? http://www.bbc.com/ indonesia/multimedia/2015/02/150226_trensosial_viral_secret (diakses tanggal 21 April 2016) 1
237
Tantangan Pendidikan Anak di Tengah Berkembangnya Teknologi Informasi
Perkembangan teknologi informasi di satu pihak membuat komunikasi begitu cepat dan mudah dilakukan, jarak yang jauh
Tantangan Pendidikan Anak di Tengah Berkembangnya Teknologi Informasi
Pengajaran dari Kitab Suci atau Media Teknologi Informasi?
antar pulau menjadi begitu dekat, bukan hanya komunikasi audio
Kitab Suci dalam Ulangan 6:4-9 Tuhan berfirman kepada
(suara) saja, melainkan juga dapat berkomunikasi audio-visual
orangtua untuk mengajarkan berulang-ulang kepada anak-
(suara dan video) secara langsung (real-time). Dahulu memerlukan
anaknya agar mereka mengasihi TUHAN dengan segenap hati
perangkat keras yang besar seperti personal komputer, sekarang
dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap kekuatan. Itulah
dapat dilakukan melalui sebuah gadget yang kecil.
Namun
perintah yang terutama, sehingga anak-anak sejak kecil memiliki
ironisnya, komunikasi secara face to face (tatap muka) semakin
iman dan mengasihi TUHAN. Jika perintah yang penting ini
langka dan sekarang telah digantikan oleh komunikasi lewat
tidak dilaksanakan, maka akan diambil alih oleh media teknologi
aplikasi sosial media. Akibatnya keluarga dalam satu rumahpun
informasi yang setiap hari menanamkan sesuatu kepada anak-
dalam berkomunikasi menggunakan aplikasi media sosial saja,
anak kita dengan bahasa komunikasi yang menarik, tidak
sehingga tidak banyak waktu untuk bertatap muka lagi. Itulah yang
bosan-bosannya dan tidak pernah berhenti. Banyak pengajaran
kita sebut sebagai internet paradoks: ‘mendekatkan yang jauh dan
dan konsep hidup yang bertentangan dengan Firman Tuhan
menjauhkan yang dekat’.
seperti:
hedonisme,
pornografi,
kekerasan,
balas
dendam,
Dengan akses informasi yang begitu cepat, dari dalam dan
penipuan, cara bunuh diri, bullying, dan lain sebagainya.
luar negeri, serta penggunaan aplikasi dari smartphone yang
Contoh dalam sebuah games pembunuhan: pemain berusaha untuk
sangat menarik, membuat semua orang ingin memiliki perangkat
membunuh musuhnya, divisualkan dengan menembak musuh.
komunikasi smartphone, terutama anak-anak. Ketertarikan dan
Dalam permainan ini dituntut kecepatan dan kejelian untuk
saling mempengaruhi dalam komunitas mendorong mereka untuk
melihat musuh muncul dan menembaknya. Secara tidak sadar akan
meminta orangtua membelikannya bagi mereka. Begitu anak-anak
tertanam dalam diri anak-anak: konsep bunuh atau terbunuh (kill
memiliki smartphone, mereka akan masuk ke dunia maya (virtual
or be killed). Jika kemudian anak-anak ikut kelas Sekolah Minggu
world), suatu dunia baru bagi mereka, bebas mengakses apa yang
lalu guru mengajarkan kita harus mengasihi musuh, maka akan
mereka suka, menerima informasi apa saja, bisa diakses dua puluh
sulit bagi anak-anak yang sudah terbiasa main games membunuh
empat jam sehari, dan merupakan tren gaya hidup anak-anak masa
diminta untuk menerima konsep pengampunan dan mengasihi
kini.
musuh. Sebab jika itu mereka lakukan di dunia games, pastilah mereka “terbunuh” dan kalah dalam bermain.
238
239
Tantangan Pendidikan Anak di Tengah Berkembangnya Teknologi Informasi
Tantangan Pendidikan Anak di Tengah Berkembangnya Teknologi Informasi
Tantangan Anak-anak Masa Kini
Bagaimana Melayani Anak-anak Pada Masa Kini?
Dalam sebuah survei kepada anak-anak Tunas Remaja, satu dari
Pendekatan pelayanan untuk anak-anak remaja bukan dimulai
enam anak-anak sudah mengenal pornografi, bahkan seorang anak
dari pendekatan mengatur perilaku dan kebiasaan seperti yang
sempat minta dipindahkan sekolah karena teman-temannya sering
dilakukan oleh beberapa teori yang ada, tetapi dimulai dengan
berkata kasar dan sering membicarakan hal-hal porno. Ironisnya
membangun pemahaman iman Kristen yang berpusat pada
hal ini justru terjadi di sekolah Kristen.
TUHAN. Menurut Matthew Eppinette:
Dari data objektif hasil wawancara dan survei kepada orangtua maupun anak-anak ditemukan pengaruh negatif yang nyata seperti:
Amatlah penting bagi kita untuk mengenal bukan hanya terhadap
kecanduan main games, perubahan perilaku seperti suka berontak,
ancaman dari kehadiran teknologi, tetapi juga kesempatan untuk
marah-marah, berkata kasar, melalaikan tugas sekolah, tidak masuk
taat kepada mandat budaya yang Tuhan berikan. Seorang teolog
sekolah, berani berbohong, bahkan ada anak usia SD yang berani
menegaskan, “Masalah tidak terletak pada teknologi itu sendiri,
memukul ibunya. Ada juga anak-anak yang berpikir tentang bunuh
melainkan pada kerangka moral yang berkurang, yang olehnya
diri.
dapat berkata kepada kita bagaimana dengan nenar menolak atau menerimanya.”4
Sehubungan dengan pengaruh negatif multimedia, Larry W. Poland dalam pembahasan mengenai “Kristus dan Kultur: Orang Kristen dan Media” menulis sebagai berikut:
Kebanyakan pendekatan pelayanan untuk anak-anak hanya
Saya pribadi bisa membuktikan mental, fisik dan rohani yang
menyertakan kerohanian sebagai salah satu pelengkap, bukan yang
seakan mati rasa yang terjadi setelah saya menonton televisi
utama. Sedangkan Kitab Suci dalam Ulangan 6:4-9 menempatkan
untuk jangka waktu yang lama, bahkan ketika tontonannya berisi
TUHAN sebagai pusat dan yang utama. Melalui Firman Tuhan kita
hal yang menstimulir dan menegangkan . . . Saya memperhatikan
percaya bahwa semua manusia berdosa, hanya melalui penebusan di
bahwa saya mengalami efek-efek bawah sadar yang serupa setelah
dalam Kristus kita disucikan dan dibebaskan dari perhambaan dosa.
mendengar musik sekuler dan menonton film sekuler untuk
Setelah itu kita perlu hidup menaati pimpinan Roh Kudus sehingga
waktu yang lama – merasakan ketumpulan rohani dan ketiadaan
kita tidak hidup menurut keinginan daging kita. Masalah kecanduan
kehidupan.3
terhadap media teknologi informasi serta penyalahgunaannya tidak
Larry W. Poland, “God and Culture” dalam Allah dan Kebudayaan (D. A. Carson dan John D. Woodbridge, ed. Surabaya: Momentum, 324:1997).
3
240
“Human 2.0; Transhumanism as a Cultural Trend” dalam Everyday Theology (ed. Kevin J. Vanhoozer, Charles A. Anderson, Michael J. Sleasman;Grand Rapids: Baker, 204:2007).
4
241
Tantangan Pendidikan Anak di Tengah Berkembangnya Teknologi Informasi
Tantangan Pendidikan Anak di Tengah Berkembangnya Teknologi Informasi
hanya terletak pada masalah kurangnya pendidikan, kurangnya
pada pintu gerbangmu.”
perhatian, kurangnya disiplin, dan lain sebagainya, melainkan
Pendidikan yang sangat penting adalah pendidikan yang
masalah pada akar dosa dalam keinginan daging manusia yang
mengajarkan anak-anak untuk mengasihi TUHAN. Inilah yang
cenderung memuaskan dirinya sendiri dan tidak peduli dengan
menjadi fondasi dasar dari segala pengajaran di pendidikan umum
tugas dan tanggung jawabnya terhadap orangtua dan TUHAN.
di sekolah. Tugas pengajaran ini tidak dapat diserahkan kepada pendidikan umum di sekolah atau ke gereja saja, melainkan menjadi tugas orangtua pula.
Pendidikan Anak-anak Masa Kini anak-anaknya
Pengajaran agar anak-anak mengasihi TUHAN akan menjadi
mendapatkan pendidikan yang terbaik, jika memungkinkan di
fondasi iman, sehingga anak-anak dengan iman dapat menolak
sekolah internasional.
segala tantangan masa kini, termasuk tantangan dari dampak
Orangtua
masa
kini
berusaha
supaya
Pendidikan anak-anak masa kini di tengah berkembangnya teknologi informasi sebenarnya tidak dimulai dari bangku sekolah, melainkan dari rumah. Ulangan 6:4-9 menulis: “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa
perkembangan teknologi informasi, yang dapat menyeret mereka hidup di dalam dosa, hidup tidak tertib, dan melalaikan tugas dan tanggung jawabnya. Namun sebelum orangtua dapat mengajar anak-anak untuk mengasihi TUHAN, orangtua harus terlebih dahulu hidup sesuai Firman TUHAN. Ulangan 11:18-20 menulis:
yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau
“Tetapi kamu harus menaruh perkataan-Ku ini dalam hatimu
perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang
dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai
kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau
tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di
duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan,
dahimu. Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu
apabila engkau sedang berbaring dan apabila engkau bangun.
dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu
Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada
dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau
tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan
berbaring dan apabila engkau bangun.”
haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan
242
243
Tantangan Pendidikan Anak di Tengah Berkembangnya Teknologi Informasi
Anak-anak masa kini memerlukan role model, iman yang
Tantangan Pendidikan Anak di Tengah Berkembangnya Teknologi Informasi
dunia pendidikan yang tidak berpusat kepada Tuhan Yesus.
diajarkan dari orangtua kepada anak-anak seperti yang tertulis
Selain pendidikan di rumah, yang membangun fondasi iman
dalam 2 Timotius 1:5 “Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus
anak, tentunya peranan pendidikan di gereja (Sekolah Minggu),
ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois
pendidikan di sekolah, dan pendidikan berbasis masyarakat yang
dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam
juga merupakan bagian holistik dari pendidikan anak yang sangat
dirimu.”
penting. Oleh sebab itu perlu diperhatikan secara komprehensif,
Anak-anak yang tumbuh dengan kekurangan kasih sayang akan menjadi anak-anak yang bermasalah ketika mereka menginjak
mulai dari meletakkan dasar pendidikan iman lalu membangun di atasnya pendidikan umum.
usia remaja dan pemuda. Untuk mengisi kekosongan akan kasih, mereka akan mencari perhatian di luar, mengikuti pergaulan buruk demi bisa diterima oleh suatu komunitas, rentan dan tidak memiliki iman untuk menolak segala yang tidak berkenan kepada TUHAN. Apakah sedemikian penting pengajaran Firman Tuhan untuk mengasihi TUHAN dengan segenap hati, dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap kekuatan? Bukankah pendidikan tinggi di sekolah umum lebih penting?
Kesimpulan Tantangan pendidikan anak di tengah berkembangnya teknologi informasi tidak hanya berasal dari tantangan luar yang diakibatkan oleh dampak buruk berkembangnya teknologi informasi semata, melainkan juga tantangan dari dalam, yaitu orangtua yang tidak mengajarkan perintah utama TUHAN. Jika orangtua tidak mengajarkan fondasi iman yang begitu penting, maka pengajaran ini
Penulis pernah mengadakan percakapan dengan seorang remaja
akan diambil alih oleh media teknologi informasi yang sarat dengan
yang mengikuti pendidikan di salah satu sekolah internasional.
berbagai hal yang akan menyeret anak-anak kita meninggalkan
Dari percakapan itu, penulis mengetahui bahwa banyak sekali
imannya dan hidup di dalam dosa.
pemahaman yang bergeser dari iman menjadi bergantung kepada rasio. Segala sesuatu menjadi relatif dan tidak ada kebenaran yang absolut. Apa yang benar atau tidak, dinilai oleh diri sendiri, bukan berdasarkan apa yang Firman Tuhan katakan. Kalau itu adalah hasil pendidikan yang ada, maka kita akan menghasilkan anak-anak yang pintar tetapi tidak hidup dalam kebenaran. Pusat hidupnya adalah diri sendiri, bukan TUHAN. Ini adalah bahaya terbesar dalam 244
245
It Takes the Whole Village to Raise a Child Linayati Tjindra, S.I.Kom.*
Kutipan di atas, terusung popularitasnya saat Hillary Clinton di tahun 1996 (statusnya saat itu adalah Ibu Negara, sebagai istri dari Bill Clinton Presiden Amerika Serikat ke-42, periode tahun 1993-2001), menerbitkan buku berjudul “It Takes A Village”, yang berisikan nilai-nilai pengasuhan keluarga terhadap anak. Ideologi “Butuh Sekampung untuk Membesarkan Seorang Anak” diyakini berasal dari peribahasa suku Igbo dan Yoruba di Nigeria. Di budaya suku-suku Benua Hitam, metode pengasuhan anak memang tidak dimonopoli oleh satu rumah atau satu keluarga atau satu orang. Seorang anak dalam pertumbuhannya, selain dibesarkan keluarga inti, wajib “digelandang” untuk tinggal di rumah kakek nenek, paman, bibi, tetangga, tetua suku, hingga tokoh pendidik yang dihormati dan diakui keahliannya, seperti: pandai besi, peternak, peladang, pemburu, atau penenun. Dipercaya bahwa metode membesarkan anak secara “berjamaah” ini dilatarbelakangi oleh kondisi lingkungan Afrika yang ganas dan liar. Pembekalan dengan berbagai kemampuan, baik dalam hal 246
247
It Takes the Whole Village to Raise a Child
It Takes the Whole Village to Raise a Child
pengetahuan (soft skill) maupun keterampilan (hard skill), dalam
masuk bagi predator anak. Dari sejumlah kasus kekerasan anak,
diri seorang anak diharapkan dapat menjadi bekal utama baginya
orang terdekat yang dipercaya justru menjadi pelaku kekerasan
untuk menghadapi keganasan dunia. Kondisi politik, militer, konflik
anak: ayah kandung, ibu kandung, ayah tiri, ibu tiri, pacar ayah,
kelompok militan anti toleran yang mencuat di Afrika pada dekade
pacar ibu, pembantu/pengasuh anak, kakek, guru mengaji, guru di
belakangan ini kian melengkapi multi kompleksnya tantangan
sekolah, guru ekstra kurikuler, hingga tetangga.
untuk bertahan hidup bagi seorang anak di wilayah tersebut.
Perkembangan terkini dan diprediksi di hari nanti, pengasuhan anak kian “terkotak”, masuk dalam ranah eksklusivitas, baik dari
Pengasuhan Berjamaah vs Eksklusif Bagaimana di Indonesia? Sebenarnya metode pengasuhan berjamaah seorang anak juga terjadi di Indonesia. Lazim seorang anak dibesarkan tidak hanya oleh orangtua kandung, tapi juga oleh kakek-nenek, paman-bibi, saudara kandung atau tiri, sepupu, saudara jauh, hingga tetangga. Pengasuhan ‘keroyokan’ ini memiliki plus minus tersendiri. Beberapa teori dan pendapat ahli psikologi mengkhawatirkan terjadinya pengaburan nilai (value shift), seperti degradasi tanggung jawab orangtua kandung, kadar emosi yang berbeda pada pengasuh yang bukan orangtua kandung, tingkat penerimaan diri anak (minder bila mengetahui dirinya diasuh bukan orangtua kandung, atau melakukan perbandingan dengan teman sebayanya yang diasuh orangtua kandung), serta praktek perundungan (bullying) yang cenderung didapatkan anak yang diasuh bukan orangtua kandung. Nilai plus dari pengasuhan bersama – yang digemari oleh aktivis anak – adalah seorang anak diawasi bersama sehingga meminimalir terjadinya kekerasan pada anak (verbal, fisik, seksual). Namun bagai
segi strata, religi, maupun etnis. Sedari dilahirkan di rumah bersalin eksklusif, anak tumbuh besar di komplek perumahan eksklusif, bersekolah hingga kuliah di lembaga pendidikan eksklusif. Tidak sedikit ditemukan realita adanya seorang alumni baru yang masuk satu perusahaan mengalami culture shock saat mengetahui betapa beraneka rekan kerjanya yang datang dari religi berbeda, strata sosial dan etnis yang belum pernah dia ketahui sebelumnya. Ironis bila dalam dunia pekerjaan pun ia diisolasi dalam lingkungan eksklusif, hingga wafatnya pun dimakamkan di pemakaman eksklusif. Pengasuhan anak yang serba eksklusif di saat nanti, niscaya menjadikan bangsa ini rentan akan konflik horisontal di masa nanti. Sudah ada sejumlah survei dengan responden warga kota besar di negeri ini yang mencuatkan hasil memiriskan, dimana ada sejumlah penduduk dengan signifikan merasakan tidak nyaman bertetangga dengan yang berbeda agama dan memilih untuk berada di komunitas seiman. Refleksi dari kemunculan kompleks perumahan khusus penghuni seiman di beberapa tempat, sekolah apalagi, merambah hingga ke rumah sakit, restoran, salon, dan seperti yang sempat disebutkan sebelumnya: pemakaman.
dua sisi keping mata uang, pengasuhan bersama juga menjadi pintu 248
249
It Takes the Whole Village to Raise a Child
It Takes the Whole Village to Raise a Child
Perkembangan Dunia Digital Generasi anak sekarang tidak bisa dibanding-bandingkan dengan generasi terdahulu. Hentikan kata-kata seperti “Waktu ayah kecil dulu…” atau “Dulu mama mana pernah begitu...” Karena memang mereka tidak hidup di zaman itu. Anak-anak kita hidup di zaman sekarang, era digital. Televisi bukan lagi kotak ajaib sumber hiburan tunggal, tapi youtube, yang membebaskan mereka memilih apa yang ingin ditonton (tanpa harus menunggu jam acara diputar atau rebutan remote). Karir tidak lagi menjadi PNS atau pegawai
tetap terhubung dengan lingkar pertemanan maya, mengecek data, mencari referensi, menonton film, mendengar musik, dan bermain game – menjadikan anak bagai terhipnotis. Kekhawatiran muncul bahwa mereka bakal tumbuh menjadi anak asosial, tidak paham etika dalam menghadapi orang yang lebih tua, tidak peka dengan pranata masyarakat, tidak peduli dengan lingkungan sekitar, dan mengalami kelelahan fisik ataupun mental (akibat terpapar radiasi yang meski dalam kadar kecil namun bisa berakumulasi dalam hitungan tahun).
kantoran berdasi, tapi memulai bisnis online (e-commerce) atau
Juga derasnya informasi yang masuk tanpa filter, dapat
start-up. Mereka bisa berkantor di mana saja – di atas tempat tidur,
menjerumuskan anak ke dunia pornografi, perdagangan manusia
teras rumah, garasi, café, taman publik, atau kantor berbagi (sharing
(trafficking), kekerasan atau pelacuran (fisik maupun psikologis),
office) – dengan busana bebas.
dan pencucian otak (brainwashing) nilai-nilai ekstrim/militan
Berbagai sendi kehidupan diramalkan akan berubah secara masif. Segenap aktivitas akan dilakukan secara online. Belanja, sekolah, kursus bahasa, konsultasi, transaksi keuangan, kegiatan bisnis, dokumentasi, kreasi visual, transfer data, mencari referensi, hingga pemeriksaan kesehatan. Profesi yang dikejar generasi kini pun akan terdengar aneh dan dipertanyakan tingkat kesejahteraannya. Pernah mendengar istilah seiyuu? Itu adalah profesi pengisi suara untuk karakter anime Jepang yang tidak bisa dipandang sebelah
yang intoleran. Baru-baru ini pemerintah negara Amerika Serikat menggelar program kerja sama dengan negara-negara berkembang yang masuk dalam daftar area di mana simpatisan teroris atau kelompok militan berasal – dan salah satunya Indonesia –untuk melakukan sosialisasi ke anak-anak usia sekolah guna meminimalir terjadinya perekrutan via jalur maya kepada mereka yang masih gampang diperdaya dan belum kuat fondasi iman serta pengetahuan agamanya.
mata. Penghasilannya setara kepala cabang bank dan kompetisi untuk mengisi ranah pekerjaan ini sangatlah tinggi. Jadi, terimalah kenyataan bahwa zaman sudah berubah. Kita pun dituntut untuk bisa mengikuti perubahan itu tanpa harus hanyut terbawa arus.
Pendidikan Holistik Penulis setuju dengan tema besar dari penulisan buku ini, yakni “Pendidikan anak yang holistik harus dilandasi oleh pendidikan
Lagi-lagi perkembangan zaman selalu diiringi efek samping.
di lingkungan keluarga, gereja (Sekolah Minggu), sekolah, dan
Ketergantungan terhadap perangkat gawai (gadget) untuk dapat
pendidikan berbasis masyarakat (community base)”. Inilah
250
251
It Takes the Whole Village to Raise a Child
It Takes the Whole Village to Raise a Child
pemaduan metode pendidikan eksklusif dan inklusif. Orangtua
aneka komunitas, saat ini jumlah dan pergerakan swadaya publik
tetap sadar akan kewajibannya sebagai orangtua dan turut serta
dalam mengkoordinir kekuatan massa melakukan aktivitas sosial
dalam pengasuhan sang anak yang menjadi tanggung jawabnya
dengan tujuan tertentu sangat beraneka dan menghadirkan pilihan
(tidak diserahkan begitu saja ke pengasuh atau kakek nenek). Seperti
tak terbatas, mulai dari pecinta hewan, pemanfaatan lahan untuk
yang diingatkan Salomo dalam tulisannya pada Amsal pasal 29 ayat
berkebun, peminat tokoh heroik, penggemar bebatuan, hingga
17: “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketentraman
pemerhati toilet.
kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.”
Komunitas pemerhati anak-anak pun cukup banyak. Terbagi
Pendidikan berbasis masyarakat (community base) adalah
dalam spesifikasi anak difabel, buruh anak, anak korban perdagangan
satu metode pendidikan yang muncul mendampingi pendidikan
(trafficking), anak yatim piatu, anak panti asuhan, anak jalanan,
berbasis pemerintah (government base). PBM diyakini melengkapi
anak pengungsi, anak korban konflik, anak berkebutuhan khusus,
kekurangan dari pendidikan formal (sekolah), seperti pengembangan
anak dengan HIV AIDS, dan masih banyak lagi.
karakter siswa, jiwa sosial, mental kepemimpinan, kebijakan lokal (local wisdom), keagamaan, soft skill dan hard skill. PBM juga mendorong peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembentukan karakter warganya dalam skala kecil, komunitasnya dalam skala menengah, dan bangsanya dalam skala besar.
Dalam prinsip teologi, semua manusia adalah sama derajatnya, demikian juga dengan anak-anak. Mereka adalah makhluk berharga karya Tuhan yang diciptakan seturut citra-Nya (Homo Imago Dei), sebagaimana yang dituliskan dalam Kejadian 1:26. Karenanya setiap anak berharga. Satu jiwa adalah satu jiwa. Penelantaran,
Beberapa contoh pendidikan berbasis masyarakat di antaranya:
kekerasan, perundungan (bullying) terhadap satu anak – apapun
PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang ada di setiap
latar belakangnya, strata sosialnya, kelengkapan fisiknya – adalah
kelurahan dan menjadi program utama yang didanai pemerintah,
kasus yang perlu ditangani segera, bahkan harus dicegah sebelum
pesantren, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), TBM (Taman
terjadi.
Bacaan Masyarakat), kursus keterampilan bagi pemuda, kaum tani, kaum nelayan, kaum ibu, dan masih banyak lagi. Termasuk juga lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang digerakkan oleh masyarakat dan menggerakkan masyarakat.
Sehubungan dengan itu, penanaman paham inklusif, nilai pluralis, toleransi, ke-‘bhineka tunggal ika’-an, jiwa filantropi, dan keteladanan untuk merangkul semua pihak seperti yang diteladankan Yesus sendiri – dapat ditanamkan kepada anak-anak sedari dini. Salah satunya dengan program yang melibatkan anak
Anak Sekolah Minggu dan Marjinal Selini dengan perkembangan media sosial yang memunculkan 252
“normal” dengan anak “marjinal”, dalam hal ini anak-anak kita yang sebagian besar dibina di Sekolah Minggu dengan anak-anak
253
It Takes the Whole Village to Raise a Child
It Takes the Whole Village to Raise a Child
yang selama ini terpinggirkan dari masyarakat (marjin = pinggir, garis batas), seperti anak jalanan, anak pemulung, anak pengemis, anak pengamen, anak asongan, anak gerobak, anak pengungsi, anak korban konflik, dan lainnya.
Anak Kini, Pemimpin Nanti Karakter anak yang sehat jiwa sosialnya – dalam arti banyak bermain, banyak teman, banyak bersosialisasi, banyak bergerak, banyak
melihat-mendengar-meraba-mencium-merasa
(panca
Berbagai program dan aktivitas selama ini digelar bagi kedua
indra) – akan lebih sehat secara jasmani dan rohani, seimbang
kelompok anak yang kontras latarnya - baik yang bersifat momentum
(balance), dan ceria. Sensitivitasnya terbentuk agar tidak menjadi
(sekian jam) atau periodikal (1 semester atau 1 tahun) - berupa
manusia yang kaku dan apatis.
belajar bersama, penyerahan donasi, dongeng, masak bersama lalu makan bersama, karyawisata, nonton film, atau kegiatan sederhana sesuai natur anak yakni bermain.
Anak yang kerap berorganisasi, bakal terbentuk kemampuan kepemimpinannya (leadership), berani dalam menghadapi masalah, cepat menangani problema dan mengambil solusinya. Mereka tahu
Anak-anak yang dilibatkan dalam kegiatan bersama dengan
realita yang ada di lapangan. Bahwa masih ada orang-orang di
anak marjinal, diyakini dapat menumbuhkan aneka karakter positif
sekitar yang perlu penanganan, bukan dunia mimpi yang terlihat
yang berguna dalam pembentukan inner-persona mereka sebagai
begitu sempurna di layar televisi.
bekal tumbuh kembangnya menjadi manusia dewasa yang memiliki kepekaan sosial dan kepedulian lingkungan. Anak juga dilatih akan pentingnya berbagi, bagaimana berkomunikasi, dan mengenal kehidupan.
Pembentukan dan penggemblengan anak sedari dini untuk bersosialisasi serta terlibat dalam kegiatan sosial, merupakan satu upaya pembibitan jangka panjang yang berkenaan dengan kehidupan gereja. Individu yang berani bersuara, membuat program
Anak pun bisa melihat sendiri bahwa ada rekan sebayanya
yang menyentuh realita lapangan, dan memiliki toleransi tinggi
yang kurang seberuntung dia – dalam hal pendidikan, fasilitas
dengan kesadaran bahwa komunitas Kristen adalah minoritas yang
tempat tinggal, kelengkapan orangtua dan keluarga, kuantitas dan
ada di negara dengan populasi muslim terbesar di dunia.
kualitas makanan sehari-hari, penyaluran hobi, hingga akses untuk hiburan. Penulis kerap mendapat informasi dari banyak orangtua yang sepulang dari aktivitas bersama anak marjinal asuhan Sahabat Anak, bahwa anak mereka berubah. Lebih menghargai makanan, lebih menghargai mainannya, lebih menghargai sekolah, lebih menghargai kamar tidurnya, dan menghargai orangtuanya.
Kesadaran ini menentukan nasib gereja di hari nanti, karakter pemimpin Kristiani seperti apa di masa depan, dan bagaimana role model Yesus Kristus terefleksi pada para pemimpin gereja. Di sinilah korelasi pentingnya pembentukan karakter anak di masa kini – salah satunya dengan aktivitas sosial bersama kaum marjinal – memiliki kontribusi akan nasib gereja dan kekristenan di hari nanti.
254
255
It Takes the Whole Village to Raise a Child
Kiranya Tuhan senantiasa memberkati pelayanan Sekolah Minggu di gereja di manapun, karena pelayanan anak adalah pelayanan super strategis. Pelayanan hulu yang menyentuh langsung ke individu calon pemimpin masa depan. Kiranya semakin banyak juga anak-anak Tuhan yang tersentuh hatinya dan memberikan diri sepenuh hati untuk pelayanan anak, seperti yang telah ditunjukkan oleh Pdt. Nurhayati Girsang selama ini. Salam SAHABAT!
Pelayanan Anak di
*Pendiri dan pembina Yayasan Sahabat Anak
256
GKI GUNUNG SAHARI
257
Sekilas Sejarah Sekolah Minggu GKI Gunung Sahari Sekolah Minggu di GKI Gunung Sahari sudah mulai ada sekitar tahun 1947. Saat itu Sekolah Minggu Anak-Anak (waktu itu Komisi Anak-Anak) berlokasi di SR Tanah Nyonyah (sekarang SDK 3 BPK Penabur, Jl. Gunung Sahari 90A). Kemudian pada tahun 1950 ketika Gereja Senen (sekarang GKI Gunung Sahari/GKI Gunsa) sudah memiliki tempat ibadah yang tetap yaitu di jalan Laan Kadiman No.8 (sekarang jalan Gunung Sahari IV), maka pelayanan Sekolah Minggu diadakan juga di tempat tersebut. Pada awalnya jumlah Anak Sekolah Minggu (ASM) dan Guru Sekolah Minggu (GSM) masih sangat sedikit. Guru-guru yang mangajar saat itu di antaranya adalah Pdt. Lie Beng Tjoan, Lie Tji Kiet, Siem Tjien Ho, Kho Im Liam, Tio Tjing Hian, Maria Tio, Ibu Messah, Ibu Lina Halim, Ibu Ben Maleachi, Paul Kurniadi dll. Pada waktu itu Pusat Sekolah Minggu ditempatkan di SDK 3 BPK Penabur, jalan Gunung Sahari 90A, karena ruangan di GKI Gunsa IV No. 8 belum mencukupi kebutuhan yang ada seperti tempat untuk perkumpulan GSM dan kelas persiapan GSM.
258
259
Sekilas Sejarah Sekolah Minggu GKI Gunung Sahari
Sekilas Sejarah Sekolah Minggu GKI Gunung Sahari
Pada tanggal 5 Oktober 1960, Komisi Anak GKI Gunsa juga
anak-anak pulang. Pada setiap kelas ada “guru” yang memberitakan
membuka Pos PI sebagai tempat pelayanan Sekolah Minggu anak-
Firman dan memimpin puji-pujian, yang disebut Tante dan Om
anak. Awalnya rumah Pdt. Lukito Handojo (alm.) dipakai untuk
yang didampingi dengan satu orang asisten. Pada waktu itu pusat
kelas Sekolah Minggu di jalan Tanah Tinggi 1 dan kemudian dibuka
kegiatan Sekolah Minggu ditempatkan di SDK 3 BPK Penabur, Jalan
juga Pos Salemba Tengah (Matraman). Selain itu ada Sekolah
Gunung Sahari 90A, karena ruangan di GKI Gunsa IV No. 8 belum
Minggu Anak yang diadakan di rumah Ny. Tjung Kwie Lien (alm.)
mencukupi kebutuhan yang ada, seperti tempat untuk perkumpulan
di Pangarengan Kali Pasir yang pada tahun 1979 pelaksanaannya
GSM dan kelas persiapan GSM.
digabungkan dengan Sekolah Minggu Tanah Tinggi karena
Tokoh/inisiator SM adalah dr. Lukas Hartanto dan Bapak Paul
jumlah anak-anak yang hadir semakin berkurang seiring dengan
Kurniadi. Bapak Paul Kurniadi merupakan salah seorang tokoh
bertambahnya usia mereka. Para tokoh SM yang melayani dari
GSM yang sangat mengayomi guru-guru SM - sebagai orangtua
tahun 1951 – 1964 di antaranya adalah Pdt. Lie Beng Tjoan, Lie
sekaligus rekan sekerja yang mendorong dan mendukung semangat
Tji Kiet, Sim Tjin Ho, Kho Im Liam, Tio Tjing Hian dan Maria Tio.
para GSM. Beliau banyak membina dalam bercerita dan bernyanyi.
Kelas SM dimulai dari usia 4 tahun (kelas Frobel) sampai 15
Sedangkan Ibu Lina Gumulya dan Pdt Em. Flora Dharmawan
tahun dan tetap dibina untuk menjadi guru SM karena ketika itu
adalah tokoh mentor GSM yang baik. Pdt. Em. Flora Dharmawan
belum ada Komisi Remaja. Pedoman SM yang digunakan berasal
mulai aktif di SM sejak tahun 1974. Saat itu beliau mendampingi
dari Bina Warga. Sebelum seseorang melayani sebagai guru SM,
dan memimpin para guru Sekolah Minggu.
mereka dipersiapkan/dibina selama 2 tahun oleh Bapak Lie Tji
Pada tahun 1970-an jumlah ASM dan GSM mulai bertambah
Kiet. Persiapan atau pembinaan tersebut diadakan seminggu sekali
banyak. Meskipun banyak GSM, yang ada melayani akan tetapi
yaitu setiap hari Kamis selama 2 jam (pk. 15.00-17.00) dengan
hanya sedikit yang benar-benar aktif dan bertanggung jawab.
materi “Teknik mengajar/mendampingi anak kecil”. Suasana kelas
Pada waktu itu belum ada pembinaan GSM yang ada adalah kelas
persiapan yang nyaman dan akrab menyebabkan para GSM selalu
persiapan mengajar. Tuhanlah mengirimkan hamba-hamba-Nya
dengan sukacita mengharapkan datangnya hari Kamis. Setelah
untuk melayani di ladang-Nya, Tuhan pulalah yang menopang
diperbolehkan praktek di kelas Frobel, mereka sangat senang sekali
perjalanan dan keberadaan Sekolah Minggu di GKI Gunsa. Melalui
karena disebut sebagai “asisten” dengan tugasnya menyiapkan
Pdt. Nurhayati Girsang, Tuhan kembali mengirimkan hamba-
bangku-bangku kecil di sekeliling pohon mahoni di halaman SD.
Nya yang berkomitmen dalam pelayanan di SM GKI Gunsa. Pdt.
Setelah lonceng berbunyi, mereka memimpin anak-anak (ada
Nurhayati Girsang mulai terpanggil melayani di SM sejak tahun
sekitar 3 kelas dengan peserta 5 – 8 anak setiap kelasnya) berbaris
1988 dan sampai saat ini walaupun sudah memasuki masa emeritasi/
masuk kelas, melakukan absen dan membagikan gambar sebelum
pensiun, beban pelayanan di SM masih berkobar dalam diri beliau.
260
261
Sekilas Sejarah Sekolah Minggu GKI Gunung Sahari
Sekilas Sejarah Sekolah Minggu GKI Gunung Sahari
Pada tahun 1980-an, Sekolah Minggu GKI Gunsa mulai
Minggu pukul 10.00 (paralel dengan Kebaktian Umum III). Ada
mengadakan Pembinaan Guru Sekolah Minggu. Kelas pembinaan
lima kelas yang dibuka untuk batita, balita, kelas kecil (kelas 1-3
GSM sendiri baru mulai baku pada tahun 1988 dan dilakukan secara
SD) dan kelas besar (kelas 4 SD - 1 SMP). Mulai tahun 2006, Pusat
tetap sampai sekarang, yang dikenal dengan istilah kelas calon guru
Sekolah Minggu dipindahkan dari SDK 3 ke Gereja Gunung Sahari
(cagur). Pdt. Nurhayati Girsang mulai mengembangkan pembinaan
IV No. 8 yang sekaligus menjadi tempat semua GSM berkumpul
GSM pada tahun 1990 dan kemudian merintis SBI pada tahun 2003
setelah mengajar dan melakukan persiapan mengajar untuk minggu
dan terus mengembangkannya sampai saat ini.
berikutnya. Pusat Sekolah Minggu SDK 3 berganti nama menjadi
Beberapa tempat yang sempat menjadi pos/cabang SM sampai dengan tahun 2006 adalah : 1. Pusat, Jl.Gunung Sahari 90A, pukul 08.30-09.30 2. Cabang Gereja I, Jl.Gunung Sahari IV No. 8, pukul 08.00-09.00 3. Cabang Gereja II, Jl.Gunung Sahari IV No. 8, pukul 17.00-18.00 4. Cabang Thoyib, Jl. Maphar II/77A, pukul 08.30-09.30 5. Cabang Krekot, Jl. A Gg I/4-5 Karang Anyar, pukul 08.30-09.30 6. Cabang Tanah Tinggi, Jl.Tanah Tinggi 1/1, pukul 08.15-09.15 7. Cabang Pintu Air, Jl. Pintu Air V/37, pukul 08.15-09.15 8. Cabang Sumur Batu, Jl. A3/12 RT12/RW01, pukul 08.15-09.15 9. Cabang Matraman, Jl. Penegak No. 9, pukul 08.15-09.15 10. Cabang Sunter Indah, Jl. Sunter Indah Blok KA2/24, pukul
Cabang SDK 3. Hingga saat ini KA telah membuka 37 kelas SM, dengan jumlah GSM aktif melayani 117 orang dengan kehadiran rata-rata 500 ASM. Saat ini lokasi SM dan pos/cabang yang digunakan adalah: 1. Pusat, Jl. Gunung Sahari IV No. 8, pukul 08.00-09.00 dan pukul 10.00 -11.00 2. Cabang SDK 3, Jl. Gunung Sahari 90A, pukul 08.00-09.00 3. Cabang Thoyib, Jl. Maphar II/77A, pukul 08.30-09.30 Menurut Pdt. Em Flora Dharmawan, visi/misi Komisi Anak perlu dikembangkan terus mengingat The Sunday School is the Church of Tomorrow. SM di GKI Gunsa terus berproses sampai sekarang. Tantangan utama SM saat ini adalah
permasalahan
narkoba, gadget, pornografi. Harapan ke depan untuk Komisi Anak
08.15-09.15
adalah GKI Gunsa dapat mempersiapkan pemimpin-pemimpin
Seiring dengan perkembangan GKI Gunsa, pada tanggal 12 Maret
masa depan untuk gereja dan masyarakat.
2006 pusat kegiatan Sekolah Minggu mulai menempati gedung baru di jalan Gunung Sahari IV No. 8. Dengan menempati lokasi di GSP 1, 2 dan, 3 Komisi Anak membuka 21 kelas Sekolah Minggu setiap pk. 08.00 dan beberapa cabang secara bertahap ditutup. Kemudian pada tanggal 23 Juli 2006, Komisi Anak membuka kelas Sekolah 262
Narasumber: Pdt. Em. Flora Dharmawan, Ibu Annie Ting, Ibu Lily Ribrianto
263
Sekolah Bina Iman (SBI) GKI Gunung Sahari
Pada awalnya banyak orangtua serta jemaat umum yang beranggapan bahwa Sekolah Minggu (SM) tidak ubahnya sebagai tempat penitipan anak, yaitu agar para orangtua/jemaat bisa beribadah dengan baik, tidak terganggu oleh anak-anak. Namun seiring dengan berjalannya waktu, SM terus berbenah diri dalam pelayananannya, di antaranya melalui penempatan Pengerja khusus SM, memperjelas visi, misi SM, pembaharuan kurikulum serta pola rekruitmen para pengajar SM (Guru Sekolah Minggu/GSM), dsb. Melalui semua itu peran SM serta kehadirannya bagi jemaat GKI Gunung Sahari (GKI Gunsa) semakin dirasakan. Hingga pada dekade terakhir ini perkembangan teknologi yang semakin “dahsyat” melanda anak-anak usia dini antara lain adalah acara televisi yang 24 jam, gadget serta aneka games yang begitu memikat, sementara itu banyak orangtua yang terlalu sibuk bekerja. Dengan adanya tantangan yang semakin berat tersebut, gereja melihat bahwa SM saja belumlah cukup, gereja ingin mengembalikan peran orangtua dalam perkembangan spiritualitas anak.
264
265
Sekilas Sejarah Sekolah Bina Iman (SBI) GKI Gunung Sahari
Masa emas atau yang dikenal dengan istilah “Golden Age” adalah masa-masa dimana kemampuan otak anak untuk menyerap informasi sangat tinggi. Apapun informasi yang diberikan akan berdampak bagi si anak di kemudian hari. Walaupun beberapa ahli menyebutkan adanya perbedaan tentang periode waktu “Golden Age”, ada yang menyebut anak berusia di bawah 2 tahun, anak berusia di bawah 5 tahun, bahkan ada yang menyebutnya sebagai anak yang berusia di bawah 8 tahun. Namun dari berbagai periode waktu yang ada, pada umumnya mereka sepakat bahwa awal pertama kehidupan anak merupakan masa emas mereka. Oleh karena itu masa “Golden Age” sering pula dikenal dengan “masamasa penting anak yang tidak bisa diulang”. Pada masa inilah para orangtua diajak untuk dapat mendidik dan mengoptimalkan kecerdasan anak, baik secara intelektual, emosional dan terlebih secara spiritual. SBI (Sekolah Bina Iman) merupakan partner (mitra) bagi orangtua dalam hal membimbing anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang menyerupai Kristus, sehingga mereka sanggup menghadapi tantangan zaman. Dengan kata lain, idealnya semua gereja memiliki SBI, karena tujuan SBI pada dasarnya adalah mengembalikan peran orangtua dalam membimbing spiritualitas anak karena anak-anak adalah masa depan gereja (Tunas Zaitun). Visi SBI adalah menjadi sekolah bina iman yang anak didiknya memiliki karakter Kristiani yang tangguh. Sedangkan misi SBI adalah: 1. Membimbing anak untuk mengenal Kristus sedini mungkin. 2. Membina anak secara teratur agar memiliki karakter Kristiani. 266
Sekilas Sejarah Sekolah Bina Iman (SBI) GKI Gunung Sahari
3. Membina iman anak untuk mempersiapkan pemimpin masa depan yang berwatak Kristiani. 4. Membantu orangtua dalam membimbing anak melalui metode pendidikan Kristiani. SBI sendiri pada awalnya dimulai di GKI Kayu Putih pada sekitar tahun 2001. tidak lama kemudian tahun 2003 mulai dirintis di GKI Gunsa. Ketika itu Fony Salim (Ketua Komisi Anak), mengutus beberapa personil GSM untuk magang SBI di GKI Kayu Putih, di lain pihak GKI Kayu Putih justru banyak mengirimkan personil ke GKI Gunsa untuk training GSM (calon GSM) dari 1998 - 2015. Pada bulan Juli 2006, SBI di GKI Gunsa pertama kali diujicobakan pada kelas Batita Cabang SDK 3 dengan jumlah 10 anak dan 4 guru SBI. Kemudian pada bulan Juli 2007, kelas uji-coba diperluas pada kelas Batita di GKI Gunsa selama 1 tahun dengan menggunakan kurikulum SBI. Melihat antusias orangtua murid yang sangat mendukung dan melanjutkan dengan kurikulum SBI ini, serta untuk lebih memaksimalkan kegiatan belajar mengajar SBI, maka SBI secara resmi dibuka pada Juli 2008 di hari Sabtu dengan 24 murid berusia 1 – 4 tahun; dan diberi nama SBI Yesus Sahabatku. Sampai saat ini, kegiatan belajar mengajar SBI Yesus Sahabatku diadakan 1 kali dalam seminggu pada hari Sabtu jam 10.00-12.00. Kegiatan yang dilakukan di SBI antara lain free play/saat teduh, menyanyi/memuji Tuhan, mendengar cerita Firman Tuhan, berdoa, makan bersama, adapula aktivitas seperti menempel, menggunting, mewarnai dan lain-lain. Di samping kegiatan dalam kelas, SBI juga mengadakan kegiatan pembelajaran di luar kelas, Family Day, 267
Sekilas Sejarah Sekolah Bina Iman (SBI) GKI Gunung Sahari
kegiatan outing di akhir tahun ajaran, camping Jumat-Sabtu di gereja, tea party bersama orangtua, Retreat Anak usia 7-8 tahun, KTB untuk orangtua SBI yang dilakukan setiap bulan, kebaktian komitmen dan dedikasi orangtua SBI beserta guru SBI yang dilakukan setiap tahun ajaran baru. Untuk tahun ajaran 2016/2017, SBI telah memiliki 11 kelas dengan 34 pengajar, jumlah anak terdaftar adalah 105 anak, dan orangtua sebanyak 75 orang. Kita terus doakan agar SBI di GKI Gunsa akan semakin berkembang sehingga anak-anak kita bertumbuh dan memiliki karakter Kristus.
Profil
PENDETA NURHAYATI GIRSANG
268
269
Panggilan Pelayanan Pendeta Nurhayati Girsang
Panggilan Pelayanan Sekitar tahun 1976, seorang pemudi bernama Nurhayati menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Melihat kenyataan bahwa dalam kehidupan jemaat (waktu itu belum di GKI), masih banyak anggota jemaat yang belum yakin akan keselamatannya maka beliau terbeban untuk menolong mereka. Dan beliau menyadari bahwa untuk menolong mereka, beliau harus diperlengkapi dan salah satu sarananya adalah dengan masuk Sekolah Teologia. Sesungguhnya panggilan itu tanpa beliau sadari sudah ada sejak usia 5 atau 6 tahun yaitu ketika datang di Sekolah Minggu beliau sangat senang mendengar cerita Yesus menyambut anak-anak kecil dan beliau merasa iri (positif) bila melihat gambar anak-anak Yahudi yang duduk di pangkuan Tuhan Yesus. Dan saat beliau masih SD kelas 6 SD atau sekitar SMP kelas satu, beliau rindu sekali membaca firman Tuhan dan melakukannya setiap malam meskipun dengan lampu semprong karena pada waktu itu listrik belum ada di kota 270
271
Panggilan Pelayanan Pendeta Nurhayati Girsang
kelahirannya. Oleh karena itu ketika banyak teman kakaknya yang menanyakan tentang cita-citanya, beliau dengan spontan selalu mengatakan, “Cita-cita saya ingin menjadi pendeta.”
Panggilan Pelayanan Pendeta Nurhayati Girsang
untuk berjudi dan minum minuman keras. c. Tahun terakhir bekerja di Laboratorium Mikrobiologi (1977), beliau menemukan seorang anak berusia antara 11-13 tahun
Sesudah lulus SLTP dan pindah ke Jakarta pada bulan Desember
menderita penyakit kotor yang diakibatkan oleh bakteri nesseria
1967, beliau masuk Sekolah Asisten Analis Medis. Oleh karena
gonorchoe (GO) karena berhubungan seks dengan wanita tuna
pergaulan dan ketidaktahuan gereja sehingga panggilan Tuhan
susila pada malam takbiran di Puncak sementara ia meminta ijin ke
tersebut terlupakan dan setelah lulus dari SAA, beliau tidak masuk
orangtuanya bahwa ia pergi mau latihan VG di gereja. Pengalaman
Sekolah Teologia, tetapi bekerja di Laboratorium Mikrobiologi RS
ini mengubah fokus panggilan pelayanannya menjadi pelayanan
Sumber Waras.
untuk anak-anak.
Pencobaan yang berat dialami pada tahun 1976 dan dapat
Pada usia 26 tahun, beliau mengikuti pendidikan Teologi
diatasi oleh pertolongan Tuhan yaitu lewat persekutuan karyawan
Seminari Teologia Baptis Indonesia – Semarang, dan menyelesaikan
di RS Sumber Waras tempat beliau bekerja dan di asrama putri
program D3 pada usia 29 tahun. Setelah itu beliau melayani di GKI
serta perkenalan dengan Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia
Hok Im Tong Bandung pada tahun 1982-1983 kemudian kembali ke
(LPMI) yang pada waktu itu bernama Campus Cruscade. Panggilan
GKI Beringin (Sinwil Jateng) Semarang pada tahun 1984-1988 dan
Tuhan kembali dirasakan setelah terlupakan selama 9 tahun.
pada tahun 1987, beliau melanjutkan studi program S1 di STTBI
Pada saat di Sekolah Teologi, kerinduan untuk diperlengkapi agar dapat melayani Tuhan dikuatkan melalui 3 peristiwa yang terjadi di antara tahun 1976-1978: a. Ketika bercakap-cakap dengan teman-teman sesama anggota jemaat di GKPS, bahwa banyak orang yang tidak percaya atau tidak memahami keselamatan di dalam Kristus. b. Ketika adik beliau yang dulu berprofesi sebagai perawat bedah gagal menolong seorang supir metromini yang terlindas oleh bisnya sendiri ketika sedang mengganti ban bus yang kempis. Perut bapak tersebut sobek dan akhirnya meninggal, Peristiwa tersebut memotivasi beliau untuk menginjili awak bis yang seringkali tak bertanggung jawab dengan penghasilannya yang sering digunakan 272
dan menyelesaikan studinya dalam usia 38 tahun. Beliau meninggalkan Semarang pada akhir Juni 1988. Rencananya akan melayani di RS sebagai tenaga pastoral counseling oleh karena kecewa dengan intrik-intrik komunikasi di dalam gereja (keterbatasan dalam pengalaman pelayanan). Akan tetapi panggilan Tuhan tidak dapat diingkari (sesudah ada komunikasi hampir 1 tahun) kembali melayani sebagai pengerja kategorial lokal pada waktu itu di GKI Gunung Sahari IV/8 dan mulai mendampingi Komisi Anak pada bulan Agustus 1988. Sesudah 8 tahun dengan status yang belum jelas, pada bulan Januari 1996 beliau diangkat menjadi Tenaga Kategorial Sinodal (sekarang TPG) dan 1 tahun kemudian yaitu pada bulan April 1997 diteguhkan sebagai Penatua
273
Panggilan Pelayanan Pendeta Nurhayati Girsang
Panggilan Pelayanan Pendeta Nurhayati Girsang
Khusus (PntK). Sesudah itu mengikuti matrikulasi di STT Jakarta
sebabnya meskipun dalam usia yang cukup lanjut beliau mengikuti
selama 2 semester. Sesudah 2 ½ tahun melayani sebagai Penatua
studi untuk memperlengkapi diri menghadapi tantangan tersebut
Khusus, beliau ditahbiskan sebagai Pendeta pada bulan Oktober
di Fakultas Psikologi Universitas Soegijapranata program strata
1999 dengan fokus pelayanan di Komisi Anak.
dua jurusan Psikolgi Perkembangan pada tahun 2005 – 2006. Bahkan menjelang emeritasi beliau menemukan tantangan-
Tantangan Pelayanan di GKI Gunsa Pada awalnya Kak Nur (panggilan akrab Pdt. Nurhayati Girsang di kalangan GSM), mengalami kesulitan berkaitan dengan situasi KA dan para personil GSM, karena Kak Nur harus menjalani sendiri, mencari dan mempelajarinya (saat itu praktis tanpa mentor). Namun seiring dengan perjalanan waktu dan belajar dari pengalaman, saat ini hal-hal tersebut sudah hampir tidak masalah lagi. Akan tetapi tantangan yang sampai saat ini masih dirasakan berat adalah memotivasi GSM untuk memiliki data ASM yang
tantangan baru yang masih perlu dihadapi antara lain : perhatian kepada orangtua yang berusia lanjut usia (di atas 80 tahun), daftar anggota jemaat yang bermasalah, membandingkan daftar anggota jemaat anak usia Sekolah Minggu dengan daftar anak yang terdaftar di Sekolah Minggu. Dengan melihat semuanya itu tepatlah apa yang dikatakan dalam Ratapan 3:22-23 “Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-MU!” dan Firman Tuhan inilah yang menjadi ayat tema Kebaktian Emeritasi Pdt. Nurhayati Girsang.
benar dan akurat. Mengenai tantangan dari luar/eksternal yang sempat terlintas saat awal-awal adalah banyaknya jemaat yang tinggal di pinggiran kota Jakarta yang kemungkinan dapat berdampak besar pada menurunnya jumlah ASM, namun dalam perjalanan waktu ternyata hal tersebut tidak terlalu berdampak signifikan. Saat ini justru tantangan yang terberat adalah kemajuan IT yang negatif, pelecehan seksual, pornografi, pornoaksi, di lain pihak banyak para orangtua yang sibuk/tidak punya waktu dan tidak memperlengkapi diri untuk membina anak dalam hal spiritual. Selain itu dalam hal kemajuan teknologi juga ada gap antara orangtua dengan anak dalam hal pemahamannya, banyak juga orangtua yang “gaptek”, sementara disisi lain anak begitu “pintar” dalam menguasai teknologi. Itulah 274
275
Panggilan Pelayanan Pendeta Nurhayati Girsang
BIODATA Nama
: Nurhayati Girsang
Tempat/tanggal lahir
: Seribudolok, 30 September 1952
Keluarga
: Anak ketujuh dari delapan bersaudara dari
Bpk. J. Girsang dan Ibu L. Saragih
1986 – 1987
: Guru Agama Kristen SMA Negeri 1, Semarang
1988-1991
: Pembina Komisi Anak GKI Gunung Sahari
Januari 1991
: Pengerja Kategorial Anak GKI Gunung Sahari
Januari 1995
: Tenaga Kategorial SW Jabar GKI Gunung Sahari
20 April 1997 : Penatua Khusus Pendamping Komisi Anak 1999-2002
PENDIDIKAN 1982
: D3 Teologia Seminari Teologia Baptis Indonesia, Semarang
1990
: S1 Teologia Seminari Teologia Baptis Indonesia, Semarang
2007
: S2 Sains Psikologi Perkembangan Universitas Katolik Soegijapranata,
Panggilan Pelayanan Pendeta Nurhayati Girsang
Semarang
PENEGUHAN/PENAHBISAN
GKI Gunung Sahari : Bidang Pembinaan Klasis Jakarta Selatan
1999-sekarang : Pendeta Pendamping Komisi Anak
GKI Gunung Sahari
2008-2010
: Ketua Umum Majelis Jemaat GKI Gunung Sahari
2010-2011
: Pendeta Konsulen GKI Camar
2010-2012
: Ketua Bidang Pembinaan Klasis Jakarta Selatan
2015-2016
: Ketua Umum Majelis Jemaat GKI Gunung Sahari
Februari 1984 : Peneguhan Penatua di GKI Beringin Semarang 20 April 1997 : Peneguhan Penatua Khusus di GKI Gunung Sahari 25 Oktober 1999: Penahbisan Pendeta di GKI Gunung Sahari JABATAN GEREJAWI DAN PELAYANAN 1982-1983
: Pengerja Lokal GKI SW Jabar Gardujati, Bandung
1982 – 1983
: Guru Agama Kristen SMPK dan SMAK Tri Mulya, Bandung
1984-1988
: Penatua GKI SW Jateng Beringin, Semarang
1984 – 1987
: Guru Agama Kristen SMPK Yayasan Sekolah Kristen Indonesia (YSKI), Semarang
276
277
Pdt. Nurhayati Girsang, S.Th., M.Si. 278
Keluarga besar Pdt. Nurhayati Girsang
279
Pdt Nurhayati Girsang bersama rekan-rekan Pendeta GKI Gunung Sahari pada Retreat Bina Kader Aktivis.
Pdt Nurhayati Girsang dalam pelayanan Sakramen Pemberkatan Nikah.
Pdt. Nurhayati Girsang dalam pelayanan kedukaan.
Pdt. Nurhayati Girsang sebagai pembicara dalam acara Camp Anak Sekolah Minggu kelas tunas.
280
Pdt. Nurhayati Girsang dalam pelayanan Sakramen Baptis Anak.
Pdt. Nurhayati Girsang bersama-sama dengan rekan Guru Sekolah Minggu dalam acara kebersamaan Guru Sekolah Minggu.
281