TUGAS AKHIR – RC09-1380
IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO KONSTRUKSI DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR NAGREG V BANDUNG
RAHMI DEWI OCTAVIA NRP 3109 106 001
Dosen Pembimbing Trijoko Wahyu Adi, ST, MT, Ph.D. Farida Rahmawati, ST, MT.
JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012
IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO KONSTRUKSI DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR NAGREG V BANDUNG Nama Mahasiswa NRP Jurusan Dosen Pembimbing
: Rahmi Dewi Octavia : 3109 106 001 : Teknik Sipil FTSP – ITS : Trijoko Wahyu Adi, ST. MT. Ph.D Farida Rahmawati, ST. MT
Abstrak Proses konstruksi pada proyek jalan memiliki berbagai macam ketidakpastian yang pada akhirnya akan memunculkan berbagai macam risiko. Risiko adalah efek kumulasi dari peluang kejadian yang tidak pasti yang mempengaruhi sasaran dan tujuan proyek. Dampak risiko dapat mempengaruhi produktivitas, prestasi (performance), kualitas dan anggaran biaya proyek. Oleh karena itu, Tugas Akhir ini meneliti tentang identifikasi dan analisa risik, menggunakan dua metode, yaitu metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan metode Fault Tree Analysis (FTA). Identifikasi dimulai studi literatur dan survey pendahuluan. Responden penelitian ini adalah Project Manager, Site Engineeering Manager, Site Operational Manager, dan K3LM yang menangani Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung. Identifikasi risiko dilakukan dengan cara mencari failure mode pada tipa proses pekerjaan. Untuk mengetahui penyebab dari failure mode tersebut digunakan metode Fault Tree Analysis (FTA) sedangkan untuk mengetahui efek dari failure mode dgunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Dari FTA akan didapatkan nilai probability kejadian risikosedangkan dari FMEA akan diketahui nilai dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut. Untuk menilai tingkat risiko dilakukan dengan cara mengalikan nilai dari tingkat Severity dan Probability untuk mencari risiko yang paling dominan. Sebagai langkah terakhir dari Tugas Akhir ini adalah menentukan tindak mitigasi yang tepat terhadap risiko yang dominan. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa risiko-risiko yang relevan terjadi adalah kelongsoran, keterlambatan, retak, keruntuhan, material hilang lampu tidak nyala atau mati dan data tidak sesuai dokumen kontak. Risiko yang dominan terhadap proyek adalah kelongsoran pada pekerjaan Timbunan Tanah, terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Galian Tanah, kelongsoran pada pekerjaan Pengecoran Lereng, Terjadinya keruntuhan akibat pergeseran tanah pada pekerjaan Bronjong dan keterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah. Sedangkan tindak mitigasi yang dapat digunakan adalah selalu mengamati prakiraan cuaca, menggunakan staf berpengalaman, memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, dan memperpendek jarak quarry tanah. Kata Kunci : Identifikasi Risiko, Analisa Risiko, Failure Mode and Effect Analysis, Fault Tree Analysis, Jalan Lingkar, Nagreg
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disetiap proses pekerjaan konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dapat menimbulkan berbagai macam risiko baik dari metode pelaksanaan, alat, material dan sumber daya manusia yang dapat memepengaruhi kelancaran proyek, baik dari segi pelaksanaan, biaya dan waktu. Oleh karena itu, perlu adanya analisa terhadap risiko apa saja yang akan terjadi dan seberapa besar dampak (severity), dan kemungkinan (probability) kejadian risiko tersebut terjadi agar dapat menentukan strategi mitigasi yang tepat untuk menangani risiko tersebut. Akan tetapi, selama ini penelitian yang dilakukan hanya pada identifikasi atau analisa risiko saja, dimana analisa risiko yang digunakan bersifat kualitatif dengan menggunakan metode analisa probability impact matrix. Pada penelitian ini dilakukan penggabungan identifikasi dan analisa risiko, dimana analisa ini bersifat kuantitatif. Penelitian ini juga menggunakan dua metode, yaitu metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk mengidentifikasi failure mode dari tiap proses pekerjaan dan efek dari failure mode tersebut. Sedangkan untuk mencari sumber penyebab dari failure mode yang terjadi digunakan metode Fault Tree Analysis (FTA). FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode). Suatu mode kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam kecacatan, kondisi diluar spesifikasi yang ditetapkan, atau perubahan dalam produk yang menyebabkan terganggunya fungsi dari produk (Gasperz, 2002). Sedangkan FTA adalah metode analisis yang bersifat deduktif, dimulai dengan menetapkan kejadian puncak (top event) yang mungkin terjadi dalam sistem atau operasi (Ramli, 2010). 1.2 Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apa saja risiko (failure mode) yang terjadi pada pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung? 2. Apa saja yang menjadi sumber penyebab dan efek dari risiko yang terjadi? 3. Apa saja risiko yang paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan? 4. Bagaimana strategi mitigasi yang tepat untuk mengatasi risiko yang paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan?
1.3 Tujuan Tugas Akhir 1. Mengidentifikasi risiko apa saja yang terjadi pada pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung 2. Mengidentifikasi sumber penyebab dan efek dari risiko yang terjadi. 3. Mengetahui risiko yang apa saja yang paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan. 4. Menentukan strategi mitigasi yang tepat untuk mengatasi risiko paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan. 1.4 Batasan Masalah 1. Risiko yang diteliti adalah risiko pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dari sudut pandang kontraktor. 2. Variabel risiko merupakan risiko teknis pada proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi. 3. Mengidentifikasi risiko-risiko yang berpotensi terjadi di proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dengan responden para engineer di PT. Hutama Karya (Persero) sebagai kontraktor.
METODOLOGI Latar Belakang Perumusan Masalah
Identifikasi Risiko: - Membuat daftar variabel risiko berdasarkan studi literatur dan risk register - Memvalidasi variabel risiko dengan melakukan survey pendahululuan - Mengidentifikasi sumber penyebab terjadinya failure mode berdasarkan metode FTA - Mengidentifikasi severity/efek terjadinya failure mode berdasarkan metode FMEA Analisa Risiko: - Menilai tingkat keparahan/severity risiko - Menilai probability terjadinya risiko - Menentukan risiko yang paling dominan terhadap proses pelaksanaan
Mitigasi Risiko (Optional) : - Menentukan strategi mitigasi risiko yang paling sering terjadi dan berdampak paling besar
Kesimpulan dan Saran
1.
3.1 Konsep Penelitian
DATA DAN ANALISA
4.1 Penilaian Risiko 4.1.1 Penilaian Risiko Berdasarkan Perhitungan Probability Langkah Pada saat dilakukan survey kuisioner probability risiko kepada responden, peneliti menggunakan nilai prosentase untuk mengukur tingkat probability pada basic event tiap kejadian variabel risiko yang relevan pada proyek Pembangunan Jalan Lingkar ini. Selanjutnya dilakukan perhitungan probability untuk masingmasing failure di tiap proses pekerjaan seperti pada contoh perhitungan dibawah ini :
Menetukan nilai Basic event : a. Cuaca (P1) = 0.1 b. Gambar tidak jelas (P2) = 0.1 c. Human eror (P3) = 0.1 d. Macet (P4) = 0.2 e. Elevasi jalan >10% (P5) = 0.3 f. Kelebihan muatan (P6) = 0.1 2. Mencari nilai probability pada Gate E (AND Gate) PE = P6 x P5 = 0.1 x 0.3 = 0.03 3. Mencari nilai probability pada Gate D (OR Gate) PD = 1 - [(1-PE) (1-P4)] = 1 - [(1-0.03) (1-0.2)] = 0.224 4. Mencari nilai probability pada Gate C (AND Gate) PC = P3 x P2 = 0.1 x 0.1 = 0.01 5. Mencari nilai probability pada Gate B (OR Gate) PB = 1 - [(1-PD) (1-PC)] = 1 - [(1-0.224) (1-0.01)] = 0.232 6. Mencari nilai probability pada Gate A (OR Gate) PA = 1 - [(1-PB) (1-P1)] = 1 - [(1-0.232) (1-0.1)] = 0.309 7. PA merupakan Top Event, maka nilai dari failure Terlambat dari proses Pekerjaan Timbunan adalah 0.309 x 100% = 30.9% Penetuan penyebab utama terjadinya failure disebut minimal cut set. Minimal cut set adalah sebuah grup paling dominan dari pohon kegagalan yang jika semua terjadi akan menyebabkan bagian atas (top even) terjadi. Contoh minimal cut set dari failure terlambat pada pekerjaan timbunan adalah sebagai berikut : 1. Minimal cut set pada Gate A Gate A dapat terjadi jika Gate 1 atau Gate B terjadi. Gate A 1 B 2. Minimal cut set pada Gate B Gate B dapat terjadi jika Gate C atau Gate D terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate B berubah. Gate B 1 C D 3. Minimal cut set pada Gate C Gate C dapat terjadi jika Gate 2 dan Gate 3 terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate C berubah. Gate C 1 2 3 D
4.
5.
Minimal cut set pada Gate D Gate D dapat terjadi jika Gate 4 atau Gate E terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate D berubah. Gate D 1 2 3 4 E Minimal cut set pada Gate E Gate E dapat terjadi jika Gate 5 dan Gate 6 terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate E berubah. Gate E 1 2 3 4 5 6
1. 2.
Tabel 4.2 Tabel antara Skala, Jumlah Responden dan Nilai Persentase Skala 1 2 3 4 5 Jml Responden (org) 3 2 0 0 0 % 60 40 0 0 0 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa kemungkinan nilai severity terjadi pada skala 1 s/d 2 dengan rentang 60% + 40% = 100%, seperti pada gambar 4.1
Berdasarkan langkah minimal cut set diatas, diketahui bahwa failure terlambat pada pekerjaan timbunan terjadi apabila : 1. Tejadinya hujan (cuaca), atau 2. Gambar tidak jelas dan human eror, atau 3. Terjadi kemacetan, atau 4. Elevasi jalan >10% dan kelebihan muatan
Skala 1
Skala 2
60%
40%
Rp. 2,064,748,806
Skala 3
Skala 4
Skala 5
Rp. 6,194,246,419
Gambar 4.1 Rentang Kemungkinan Terjadinya Nilai Severity 3.
Penilaian Risiko Berdasarkan Tingkat Severity Pada saat dilakukan survey kuisioner severity risiko kepada responden, peneliti menggunakan metode skala untuk mengukur tingkat severity kejadian variabel risiko yang relevan pada proyek Pembangunan Jalan Lingkar ini. Dimana skala tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 :
Membuat tabel antara skala dengan jawaban responden, seperti pada tabel 4.2 Memberikan nilai persentase dari jawaban responden. Oleh karena reponden ada 5 orang, maka setiap orang memiliki nilai 20%, seperti pada tabel 4.2
4.1.2
4.
Membuat simulasi angka random sebanyak 100x menggunakan uniform distribusi U[Rp. 2,064,748,806, Rp. 6,194,246,419], dengan proporsi seperti pada gambar 4.2 Membuat grafik dari hasil simulasi angka random seperti pada gambar 4.3
Tabel 4.1Tingkat Keparahan (Severity) Risiko Interval 5 4 3 2 1
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
Keparahan dari Biaya > Rp. 10,323,744,030.93 8,258,995,224.74 Rp. 10,323,744,030.93 6,194,246,418.56 Rp. 8,258,995,224.74 4,129,497,612.37 Rp. 6,194,246,418.56 2,064,748,806.19 Rp. 4,129,497,612.37
Kriteria penetapan skala pada tingkat severity ini dilakukan sendiri oleh peneliti. Kriteria biaya ini dibuat berdasarkan biaya kontinjensi atau biaya yang khusus yang telah disiapkan oleh kontraktor jika terjadi risiko/failure mode. Biaya ini diambul dari biaya langsung proyek (± 10%). Berdasarkan hasil kuisioner diketahui bahwa terlambatnya pekerjaan timbunan dapat mengakibatkan pekerjaan setelahnya (pekerjaan lapisan berbutir dan aspal) terlambat dilaksanakan. Akan tetapi, penilaian yang diberikan masingmasing responden berbeda, untuk itu perlu adanya penyesuaian nilai dengan menggunakan random persentase. Adapun langkahnya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.2 Grafik Random Nilai Severity Berdasarkan gambar diatas, didapatkan nilai rata-rata sebesar Rp. 4,261,600,115 4.1.3
Perhitungan Nilai Probability x Severity Berdasarkan nilai hasil perhitungan probability dan severity masing-masing risiko yang telah didapatkan, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan nilai probability x severity untuk dapat menentukan risiko yang paling dominan. Untuk failure terlambat pada pekerjaan Timbunan adalah sebagai berikut : Risk Value = Probability x Saverity = 30.9% x Rp. 4,261,600,115 = Rp 1,316,834,435.54
Nilai ini adalah E(Risk) atau perkiraan biaya (rugi) yang harus ditanggung oleh kontraktor jika failure keterlambatan pada pekerjaan timbunan terjadi. 4.1.4
Tindak Mitigasi Dari analisa risiko yang telah dilakukan, telah didapatkan enam risiko dari lima proses yang berbeda berdasarkan nilai 5 teratas. Risiko pertama adalah risiko longsor yang terjadi pada proses pekerjaan galian tanah dengan nilai risk Rp.3,379,460,951. Risiko tersebut disebabkan oleh hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbuti dan Aspal) terlambat mulai. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko kedua adalah risiko longsor yang terjadi pada proses pekerjaan timbunan tanah dengan nilai risk Rp3,065,276,679. Risiko tersebut disebabkan oleh hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko ketiga adalah risiko longsor yang terjadi pada proses pekerjaan pengecoran lereng dengan nilai risk Rp2,449,277,988. Risiko ini disebabkan oleh hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan, gambar tidak jelas serta segregasi beton sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerjadan penambahan waktu akibat perbaikan. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko keempat adalah terjadinya keruntuhan pada proses pekerjaan bronjong dengan nilai risk Rp1,573,469,522. Risiko tersebut disebabkan oleh pergeseran tanah yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan kegagalan konstruksi sehingga pelaksana perlu kerja ulang (penambahan waktu dan biaya pekerjaan). Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah menghitung kemungkinan terjadinya pergeseran tanah, memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko yang kelima adalah risiko keterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah dengan nilai risk Rp.1,316,834,435. Risiko ini disebabkan oleh hujan, material kurang di
lapangan, material terlambat datang akibat macet dan truk yang tidak mampu mendaki sehingga dapat pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbuti dan Aspal) terlambat mulai. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan mengamati prakiraan cuaca, menggunakan staf berpengalaman dan memperpendek jarak quarry tanah.
KESIMPULAN Dalam perencanaan Tugas Akhir ini dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Didapatkan beberapa variabel risiko yang relavan pada proses pelaksanaan pekerjaan proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V, yaitu: a. Longsor b. Terlambat c. Retak d. Runtuh e. Material hilang f. Lampu tidak menyala atau mati g. Data tidak sesuai dokumen kontrak 2. Berdasarkan hasil identifikasi dengan menggunakan metode FTA didapatkan beberapa hal yang menjadi sumber penyebab terjadinya risko, yaitu : a. Hujan b. Human eror c. Macet d. Gambar tidak jelas e. Salah perhitungan f. Kesalahan pelaksanaan g. Kelebihan muatan h. Truk tidak mampu mendaki i. Elevasi jalan >10% j. Material hilang k. Material kurang l. Material terlambat datang m. Segregasi beton n. Material rusak o. Alat belum terkalibrasi p. Titik sampel tidak mewakili q. Kesalahan instalasi r. Kabel putus Adapun efek yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya risiko adalah sebagai berikut : a. Penambahan waktu kerja (Schedule) b. Kecelakaan kerja (Personel) c. Berkurangnya produktifitas kerja (Productivity) d. Penambahan biaya pekerjaan (Cost)
a. 3.
4.
Berdasarkan hasil analisa probability x severity didapatkan 5 risiko dari proses pekerjaan yang berbeda yang memiliki peringkat teratas yaitu, risiko-risiko tersebut adalah : a. Terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Galian Tanah dengan nilai risk Rp.3,379,460,951 yang disebabkan hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai b. Terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Timbunan Tanah dengan nilai risk Rp3,065,276,679 yang disebabkan hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai c. Terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Pengecoran Lereng dengan nilai risk Rp2,449,277,988 yang disebabkan hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja, penambahan waktu dan biaya pekerjaan d. Terjadinya keruntuhan akibat pergeseran tanah pada pekerjaan Bronjong dengan nilai risk Rp1,573,469,522 yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan kegagalan konstruksi sehingga pelaksana perlu kerja ulang (penambahan waktu dan biaya pekerjaan) e. Keterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah dengan nilai risk Rp.1,316,834,435 yang disebabkan hujan, material kurang di lapangan, material terlambat datang akibat macet dan truk yang tidak mampu mendaki sehingga dapat pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai Tindak mitigasi dari masing-masing risiko yang dominan adalah :
b.
c.
d.
e.
Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pada pekerjaan Galian Tanah adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pekerjaan Timbunan Tanah adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf perbengalaman Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pada pekerjaan Pengecoran Lereng adalah dengan memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pada pekerjaan Bronjong adalah menghitung kemungkinan terjadinya pergeseran tanah, memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan akibat eterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah adalah dengan mengamati prakiraan cuaca, menggunakan staf berpengalaman dan memperpendek jarak quarry tanah
DAFTAR PUSTAKA Ervianto, W. I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Andi Offset, Yogyakarta. Flanagan, R. dan Norman, G. 1993. Risk Management and Construction. Blackwell Science, London. Gaspersz, V. 2002. Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta . Geraldin, L. H., I. N. Pujawan, dan D. S. Dewi. 2007. “Manajemen Risiko dan Aksi Mitigasi untuk Menciptakan Rantai Pasok yang Robust”. Jurnal Teknologi dan Rekayasa Teknik Sipil. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Gray, C. F. dan E. W. Larson. 2006. Project Management : The Managerial Process 3th Edition. Andi Offset, Yogyakarta. Hoseynabadi, H. A., H. Oraee, dan P. J. Tavner. 2010. “Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) for wind turbines”. Electrical Power and Energy Systems, 32, 817–824 Hu K-Y dan W-Y Cheng. 2009. “Integrating Fuzzy Inference And FMEA TO Prioritize Service Failure Risk”. ACME Proceeding. Taiwan
Kangari,
Rozzbegh.1995. Managment Risk Perceptions and Trends of U.S. Constructions. Journal of Constructions Engineering and Management, 19(6), 325-335. Kerzner, H. 2002. Project Management: A Systems Approach to Planning, Scheduling, and Controlling 8th Edition. John Wiley & Sons, Inc., New York. Manggala, D. 2005. Mengenal Six Sigma Secara Sederhana.
. Patterson, F D dan Neailey K. 2002. “A Risk Register Database System to Aid The Management of Project Risk”. International Journal of Project Management, 20, 365–374. Project Management Institute, 2008. A Guide to the Project Management Body of Knowledge, 4th Edition. USA Ramli, S. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management. PT. Dian Rakyat, Jakarta. Simmons, R. J. 2010. System Safety Analysis Techniques for Engineers, Manager and Ocupational Safety and Health Progessionals. System Safety Society, Siangapore Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional). Erlangga, Jakarta. Soemarno, M. S. 2007. Risiko Dan Analisanya. Smith, G. R. dan C. M. Bohn. 1999. Journal of Construction Engineering and Management : Small to Medium Contractor Contingency and Assumption of Risk. Co-pricipal Author. Susilo, L. J. dan V. R. Kaho. 2010. Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000 Untuk Industri Non Perbankan. PPM, Jakarta. Tah, J. H. dan V. Car. 2001. “Knowledge-Base approach to construction project risk management”. Journal of Computing in Civil Engineering, 15(3), 170-177 Wang M.T dan H-Y Chou (2003) " Risk Allocation and Risk Handling of Highway Project in Taiwan". Journal of Management in Engineering, 0742-597. Zeng, S. X., C. M. Tam, dan V. W. Y Tam,. 2010. “Integrating Safety, Environmental and Quality Risks for Project Management Using a FMEA Method”. Inzinerine Ekonomika-Engineering Economics, 21(1), ISSN 1392 – 2785. Wikipedia. 2011. Pengertian Jalan Lingkar.
TUGAS AKHIR – RC09-1380
IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO KONSTRUKSI DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR NAGREG V BANDUNG
RAHMI DEWI OCTAVIA NRP 3109 106 001
Dosen Pembimbing Trijoko Wahyu Adi, ST, MT, Ph.D. Farida Rahmawati, ST, MT.
JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012
IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO KONSTRUKSI DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR NAGREG V BANDUNG Nama Mahasiswa NRP Jurusan Dosen Pembimbing
: Rahmi Dewi Octavia : 3109 106 001 : Teknik Sipil FTSP – ITS : Trijoko Wahyu Adi, ST. MT. Ph.D Farida Rahmawati, ST. MT
Abstrak Proses konstruksi pada proyek jalan memiliki berbagai macam ketidakpastian yang pada akhirnya akan memunculkan berbagai macam risiko. Risiko adalah efek kumulasi dari peluang kejadian yang tidak pasti yang mempengaruhi sasaran dan tujuan proyek. Dampak risiko dapat mempengaruhi produktivitas, prestasi (performance), kualitas dan anggaran biaya proyek. Oleh karena itu, Tugas Akhir ini meneliti tentang identifikasi dan analisa risik, menggunakan dua metode, yaitu metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan metode Fault Tree Analysis (FTA). Identifikasi dimulai studi literatur dan survey pendahuluan. Responden penelitian ini adalah Project Manager, Site Engineeering Manager, Site Operational Manager, dan K3LM yang menangani Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung. Identifikasi risiko dilakukan dengan cara mencari failure mode pada tipa proses pekerjaan. Untuk mengetahui penyebab dari failure mode tersebut digunakan metode Fault Tree Analysis (FTA) sedangkan untuk mengetahui efek dari failure mode dgunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Dari FTA akan didapatkan nilai probability kejadian risikosedangkan dari FMEA akan diketahui nilai dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut. Untuk menilai tingkat risiko dilakukan dengan cara mengalikan nilai dari tingkat Severity dan Probability untuk mencari risiko yang paling dominan. Sebagai langkah terakhir dari Tugas Akhir ini adalah menentukan tindak mitigasi yang tepat terhadap risiko yang dominan. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa risiko-risiko yang relevan terjadi adalah kelongsoran, keterlambatan, retak, keruntuhan, material hilang lampu tidak nyala atau mati dan data tidak sesuai dokumen kontak. Risiko yang dominan terhadap proyek adalah kelongsoran pada pekerjaan Timbunan Tanah, terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Galian Tanah, kelongsoran pada pekerjaan Pengecoran Lereng, Terjadinya keruntuhan akibat pergeseran tanah pada pekerjaan Bronjong dan keterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah. Sedangkan tindak mitigasi yang dapat digunakan adalah selalu mengamati prakiraan cuaca, menggunakan staf berpengalaman, memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, dan memperpendek jarak quarry tanah. Kata Kunci : Identifikasi Risiko, Analisa Risiko, Failure Mode and Effect Analysis, Fault Tree Analysis, Jalan Lingkar, Nagreg
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disetiap proses pekerjaan konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dapat menimbulkan berbagai macam risiko baik dari metode pelaksanaan, alat, material dan sumber daya manusia yang dapat memepengaruhi kelancaran proyek, baik dari segi pelaksanaan, biaya dan waktu. Oleh karena itu, perlu adanya analisa terhadap risiko apa saja yang akan terjadi dan seberapa besar dampak (severity), dan kemungkinan (probability) kejadian risiko tersebut terjadi agar dapat menentukan strategi mitigasi yang tepat untuk menangani risiko tersebut. Akan tetapi, selama ini penelitian yang dilakukan hanya pada identifikasi atau analisa risiko saja, dimana analisa risiko yang digunakan bersifat kualitatif dengan menggunakan metode analisa probability impact matrix. Pada penelitian ini dilakukan penggabungan identifikasi dan analisa risiko, dimana analisa ini bersifat kuantitatif. Penelitian ini juga menggunakan dua metode, yaitu metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk mengidentifikasi failure mode dari tiap proses pekerjaan dan efek dari failure mode tersebut. Sedangkan untuk mencari sumber penyebab dari failure mode yang terjadi digunakan metode Fault Tree Analysis (FTA). FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode). Suatu mode kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam kecacatan, kondisi diluar spesifikasi yang ditetapkan, atau perubahan dalam produk yang menyebabkan terganggunya fungsi dari produk (Gasperz, 2002). Sedangkan FTA adalah metode analisis yang bersifat deduktif, dimulai dengan menetapkan kejadian puncak (top event) yang mungkin terjadi dalam sistem atau operasi (Ramli, 2010). 1.2 Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apa saja risiko (failure mode) yang terjadi pada pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung? 2. Apa saja yang menjadi sumber penyebab dan efek dari risiko yang terjadi? 3. Apa saja risiko yang paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan? 4. Bagaimana strategi mitigasi yang tepat untuk mengatasi risiko yang paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan?
1.3 Tujuan Tugas Akhir 1. Mengidentifikasi risiko apa saja yang terjadi pada pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung 2. Mengidentifikasi sumber penyebab dan efek dari risiko yang terjadi. 3. Mengetahui risiko yang apa saja yang paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan. 4. Menentukan strategi mitigasi yang tepat untuk mengatasi risiko paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan. 1.4 Batasan Masalah 1. Risiko yang diteliti adalah risiko pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dari sudut pandang kontraktor. 2. Variabel risiko merupakan risiko teknis pada proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi. 3. Mengidentifikasi risiko-risiko yang berpotensi terjadi di proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dengan responden para engineer di PT. Hutama Karya (Persero) sebagai kontraktor.
METODOLOGI Latar Belakang Perumusan Masalah
Identifikasi Risiko: - Membuat daftar variabel risiko berdasarkan studi literatur dan risk register - Memvalidasi variabel risiko dengan melakukan survey pendahululuan - Mengidentifikasi sumber penyebab terjadinya failure mode berdasarkan metode FTA - Mengidentifikasi severity/efek terjadinya failure mode berdasarkan metode FMEA Analisa Risiko: - Menilai tingkat keparahan/severity risiko - Menilai probability terjadinya risiko - Menentukan risiko yang paling dominan terhadap proses pelaksanaan
Mitigasi Risiko (Optional) : - Menentukan strategi mitigasi risiko yang paling sering terjadi dan berdampak paling besar
Kesimpulan dan Saran
1.
3.1 Konsep Penelitian
DATA DAN ANALISA
4.1 Penilaian Risiko 4.1.1 Penilaian Risiko Berdasarkan Perhitungan Probability Langkah Pada saat dilakukan survey kuisioner probability risiko kepada responden, peneliti menggunakan nilai prosentase untuk mengukur tingkat probability pada basic event tiap kejadian variabel risiko yang relevan pada proyek Pembangunan Jalan Lingkar ini. Selanjutnya dilakukan perhitungan probability untuk masingmasing failure di tiap proses pekerjaan seperti pada contoh perhitungan dibawah ini :
Menetukan nilai Basic event : a. Cuaca (P1) = 0.1 b. Gambar tidak jelas (P2) = 0.1 c. Human eror (P3) = 0.1 d. Macet (P4) = 0.2 e. Elevasi jalan >10% (P5) = 0.3 f. Kelebihan muatan (P6) = 0.1 2. Mencari nilai probability pada Gate E (AND Gate) PE = P6 x P5 = 0.1 x 0.3 = 0.03 3. Mencari nilai probability pada Gate D (OR Gate) PD = 1 - [(1-PE) (1-P4)] = 1 - [(1-0.03) (1-0.2)] = 0.224 4. Mencari nilai probability pada Gate C (AND Gate) PC = P3 x P2 = 0.1 x 0.1 = 0.01 5. Mencari nilai probability pada Gate B (OR Gate) PB = 1 - [(1-PD) (1-PC)] = 1 - [(1-0.224) (1-0.01)] = 0.232 6. Mencari nilai probability pada Gate A (OR Gate) PA = 1 - [(1-PB) (1-P1)] = 1 - [(1-0.232) (1-0.1)] = 0.309 7. PA merupakan Top Event, maka nilai dari failure Terlambat dari proses Pekerjaan Timbunan adalah 0.309 x 100% = 30.9% Penetuan penyebab utama terjadinya failure disebut minimal cut set. Minimal cut set adalah sebuah grup paling dominan dari pohon kegagalan yang jika semua terjadi akan menyebabkan bagian atas (top even) terjadi. Contoh minimal cut set dari failure terlambat pada pekerjaan timbunan adalah sebagai berikut : 1. Minimal cut set pada Gate A Gate A dapat terjadi jika Gate 1 atau Gate B terjadi. Gate A 1 B 2. Minimal cut set pada Gate B Gate B dapat terjadi jika Gate C atau Gate D terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate B berubah. Gate B 1 C D 3. Minimal cut set pada Gate C Gate C dapat terjadi jika Gate 2 dan Gate 3 terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate C berubah. Gate C 1 2 3 D
4.
5.
Minimal cut set pada Gate D Gate D dapat terjadi jika Gate 4 atau Gate E terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate D berubah. Gate D 1 2 3 4 E Minimal cut set pada Gate E Gate E dapat terjadi jika Gate 5 dan Gate 6 terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate E berubah. Gate E 1 2 3 4 5 6
1. 2.
Tabel 4.2 Tabel antara Skala, Jumlah Responden dan Nilai Persentase Skala 1 2 3 4 5 Jml Responden (org) 3 2 0 0 0 % 60 40 0 0 0 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa kemungkinan nilai severity terjadi pada skala 1 s/d 2 dengan rentang 60% + 40% = 100%, seperti pada gambar 4.1
Berdasarkan langkah minimal cut set diatas, diketahui bahwa failure terlambat pada pekerjaan timbunan terjadi apabila : 1. Tejadinya hujan (cuaca), atau 2. Gambar tidak jelas dan human eror, atau 3. Terjadi kemacetan, atau 4. Elevasi jalan >10% dan kelebihan muatan
Skala 1
Skala 2
60%
40%
Rp. 2,064,748,806
Skala 3
Skala 4
Skala 5
Rp. 6,194,246,419
Gambar 4.1 Rentang Kemungkinan Terjadinya Nilai Severity 3.
Penilaian Risiko Berdasarkan Tingkat Severity Pada saat dilakukan survey kuisioner severity risiko kepada responden, peneliti menggunakan metode skala untuk mengukur tingkat severity kejadian variabel risiko yang relevan pada proyek Pembangunan Jalan Lingkar ini. Dimana skala tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 :
Membuat tabel antara skala dengan jawaban responden, seperti pada tabel 4.2 Memberikan nilai persentase dari jawaban responden. Oleh karena reponden ada 5 orang, maka setiap orang memiliki nilai 20%, seperti pada tabel 4.2
4.1.2
4.
Membuat simulasi angka random sebanyak 100x menggunakan uniform distribusi U[Rp. 2,064,748,806, Rp. 6,194,246,419], dengan proporsi seperti pada gambar 4.2 Membuat grafik dari hasil simulasi angka random seperti pada gambar 4.3
Tabel 4.1Tingkat Keparahan (Severity) Risiko Interval 5 4 3 2 1
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
Keparahan dari Biaya > Rp. 10,323,744,030.93 8,258,995,224.74 Rp. 10,323,744,030.93 6,194,246,418.56 Rp. 8,258,995,224.74 4,129,497,612.37 Rp. 6,194,246,418.56 2,064,748,806.19 Rp. 4,129,497,612.37
Kriteria penetapan skala pada tingkat severity ini dilakukan sendiri oleh peneliti. Kriteria biaya ini dibuat berdasarkan biaya kontinjensi atau biaya yang khusus yang telah disiapkan oleh kontraktor jika terjadi risiko/failure mode. Biaya ini diambul dari biaya langsung proyek (± 10%). Berdasarkan hasil kuisioner diketahui bahwa terlambatnya pekerjaan timbunan dapat mengakibatkan pekerjaan setelahnya (pekerjaan lapisan berbutir dan aspal) terlambat dilaksanakan. Akan tetapi, penilaian yang diberikan masingmasing responden berbeda, untuk itu perlu adanya penyesuaian nilai dengan menggunakan random persentase. Adapun langkahnya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.2 Grafik Random Nilai Severity Berdasarkan gambar diatas, didapatkan nilai rata-rata sebesar Rp. 4,261,600,115 4.1.3
Perhitungan Nilai Probability x Severity Berdasarkan nilai hasil perhitungan probability dan severity masing-masing risiko yang telah didapatkan, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan nilai probability x severity untuk dapat menentukan risiko yang paling dominan. Untuk failure terlambat pada pekerjaan Timbunan adalah sebagai berikut : Risk Value = Probability x Saverity = 30.9% x Rp. 4,261,600,115 = Rp 1,316,834,435.54
Nilai ini adalah E(Risk) atau perkiraan biaya (rugi) yang harus ditanggung oleh kontraktor jika failure keterlambatan pada pekerjaan timbunan terjadi. 4.1.4
Tindak Mitigasi Dari analisa risiko yang telah dilakukan, telah didapatkan enam risiko dari lima proses yang berbeda berdasarkan nilai 5 teratas. Risiko pertama adalah risiko longsor yang terjadi pada proses pekerjaan galian tanah dengan nilai risk Rp.3,379,460,951. Risiko tersebut disebabkan oleh hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbuti dan Aspal) terlambat mulai. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko kedua adalah risiko longsor yang terjadi pada proses pekerjaan timbunan tanah dengan nilai risk Rp3,065,276,679. Risiko tersebut disebabkan oleh hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko ketiga adalah risiko longsor yang terjadi pada proses pekerjaan pengecoran lereng dengan nilai risk Rp2,449,277,988. Risiko ini disebabkan oleh hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan, gambar tidak jelas serta segregasi beton sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerjadan penambahan waktu akibat perbaikan. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko keempat adalah terjadinya keruntuhan pada proses pekerjaan bronjong dengan nilai risk Rp1,573,469,522. Risiko tersebut disebabkan oleh pergeseran tanah yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan kegagalan konstruksi sehingga pelaksana perlu kerja ulang (penambahan waktu dan biaya pekerjaan). Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah menghitung kemungkinan terjadinya pergeseran tanah, memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko yang kelima adalah risiko keterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah dengan nilai risk Rp.1,316,834,435. Risiko ini disebabkan oleh hujan, material kurang di
lapangan, material terlambat datang akibat macet dan truk yang tidak mampu mendaki sehingga dapat pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbuti dan Aspal) terlambat mulai. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan mengamati prakiraan cuaca, menggunakan staf berpengalaman dan memperpendek jarak quarry tanah.
KESIMPULAN Dalam perencanaan Tugas Akhir ini dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Didapatkan beberapa variabel risiko yang relavan pada proses pelaksanaan pekerjaan proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V, yaitu: a. Longsor b. Terlambat c. Retak d. Runtuh e. Material hilang f. Lampu tidak menyala atau mati g. Data tidak sesuai dokumen kontrak 2. Berdasarkan hasil identifikasi dengan menggunakan metode FTA didapatkan beberapa hal yang menjadi sumber penyebab terjadinya risko, yaitu : a. Hujan b. Human eror c. Macet d. Gambar tidak jelas e. Salah perhitungan f. Kesalahan pelaksanaan g. Kelebihan muatan h. Truk tidak mampu mendaki i. Elevasi jalan >10% j. Material hilang k. Material kurang l. Material terlambat datang m. Segregasi beton n. Material rusak o. Alat belum terkalibrasi p. Titik sampel tidak mewakili q. Kesalahan instalasi r. Kabel putus Adapun efek yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya risiko adalah sebagai berikut : a. Penambahan waktu kerja (Schedule) b. Kecelakaan kerja (Personel) c. Berkurangnya produktifitas kerja (Productivity) d. Penambahan biaya pekerjaan (Cost)
a. 3.
4.
Berdasarkan hasil analisa probability x severity didapatkan 5 risiko dari proses pekerjaan yang berbeda yang memiliki peringkat teratas yaitu, risiko-risiko tersebut adalah : a. Terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Galian Tanah dengan nilai risk Rp.3,379,460,951 yang disebabkan hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai b. Terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Timbunan Tanah dengan nilai risk Rp3,065,276,679 yang disebabkan hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai c. Terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Pengecoran Lereng dengan nilai risk Rp2,449,277,988 yang disebabkan hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja, penambahan waktu dan biaya pekerjaan d. Terjadinya keruntuhan akibat pergeseran tanah pada pekerjaan Bronjong dengan nilai risk Rp1,573,469,522 yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan kegagalan konstruksi sehingga pelaksana perlu kerja ulang (penambahan waktu dan biaya pekerjaan) e. Keterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah dengan nilai risk Rp.1,316,834,435 yang disebabkan hujan, material kurang di lapangan, material terlambat datang akibat macet dan truk yang tidak mampu mendaki sehingga dapat pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai Tindak mitigasi dari masing-masing risiko yang dominan adalah :
b.
c.
d.
e.
Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pada pekerjaan Galian Tanah adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pekerjaan Timbunan Tanah adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf perbengalaman Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pada pekerjaan Pengecoran Lereng adalah dengan memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pada pekerjaan Bronjong adalah menghitung kemungkinan terjadinya pergeseran tanah, memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan akibat eterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah adalah dengan mengamati prakiraan cuaca, menggunakan staf berpengalaman dan memperpendek jarak quarry tanah
DAFTAR PUSTAKA Ervianto, W. I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Andi Offset, Yogyakarta. Flanagan, R. dan Norman, G. 1993. Risk Management and Construction. Blackwell Science, London. Gaspersz, V. 2002. Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta . Geraldin, L. H., I. N. Pujawan, dan D. S. Dewi. 2007. “Manajemen Risiko dan Aksi Mitigasi untuk Menciptakan Rantai Pasok yang Robust”. Jurnal Teknologi dan Rekayasa Teknik Sipil. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Gray, C. F. dan E. W. Larson. 2006. Project Management : The Managerial Process 3th Edition. Andi Offset, Yogyakarta. Hoseynabadi, H. A., H. Oraee, dan P. J. Tavner. 2010. “Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) for wind turbines”. Electrical Power and Energy Systems, 32, 817–824 Hu K-Y dan W-Y Cheng. 2009. “Integrating Fuzzy Inference And FMEA TO Prioritize Service Failure Risk”. ACME Proceeding. Taiwan
Kangari,
Rozzbegh.1995. Managment Risk Perceptions and Trends of U.S. Constructions. Journal of Constructions Engineering and Management, 19(6), 325-335. Kerzner, H. 2002. Project Management: A Systems Approach to Planning, Scheduling, and Controlling 8th Edition. John Wiley & Sons, Inc., New York. Manggala, D. 2005. Mengenal Six Sigma Secara Sederhana. . Patterson, F D dan Neailey K. 2002. “A Risk Register Database System to Aid The Management of Project Risk”. International Journal of Project Management, 20, 365–374. Project Management Institute, 2008. A Guide to the Project Management Body of Knowledge, 4th Edition. USA Ramli, S. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management. PT. Dian Rakyat, Jakarta. Simmons, R. J. 2010. System Safety Analysis Techniques for Engineers, Manager and Ocupational Safety and Health Progessionals. System Safety Society, Siangapore Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional). Erlangga, Jakarta. Soemarno, M. S. 2007. Risiko Dan Analisanya. Smith, G. R. dan C. M. Bohn. 1999. Journal of Construction Engineering and Management : Small to Medium Contractor Contingency and Assumption of Risk. Co-pricipal Author. Susilo, L. J. dan V. R. Kaho. 2010. Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000 Untuk Industri Non Perbankan. PPM, Jakarta. Tah, J. H. dan V. Car. 2001. “Knowledge-Base approach to construction project risk management”. Journal of Computing in Civil Engineering, 15(3), 170-177 Wang M.T dan H-Y Chou (2003) " Risk Allocation and Risk Handling of Highway Project in Taiwan". Journal of Management in Engineering, 0742-597. Zeng, S. X., C. M. Tam, dan V. W. Y Tam,. 2010. “Integrating Safety, Environmental and Quality Risks for Project Management Using a FMEA Method”. Inzinerine Ekonomika-Engineering Economics, 21(1), ISSN 1392 – 2785. Wikipedia. 2011. Pengertian Jalan Lingkar.
TUGAS AKHIR – RC09-1380
IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO KONSTRUKSI DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR NAGREG V BANDUNG
RAHMI DEWI OCTAVIA NRP 3109 106 001
Dosen Pembimbing Trijoko Wahyu Adi, ST, MT, Ph.D. Farida Rahmawati, ST, MT.
JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012
IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO KONSTRUKSI DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR NAGREG V BANDUNG Nama Mahasiswa NRP Jurusan Dosen Pembimbing
: Rahmi Dewi Octavia : 3109 106 001 : Teknik Sipil FTSP – ITS : Trijoko Wahyu Adi, ST. MT. Ph.D Farida Rahmawati, ST. MT
Abstrak Proses konstruksi pada proyek jalan memiliki berbagai macam ketidakpastian yang pada akhirnya akan memunculkan berbagai macam risiko. Risiko adalah efek kumulasi dari peluang kejadian yang tidak pasti yang mempengaruhi sasaran dan tujuan proyek. Dampak risiko dapat mempengaruhi produktivitas, prestasi (performance), kualitas dan anggaran biaya proyek. Oleh karena itu, Tugas Akhir ini meneliti tentang identifikasi dan analisa risik, menggunakan dua metode, yaitu metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan metode Fault Tree Analysis (FTA). Identifikasi dimulai studi literatur dan survey pendahuluan. Responden penelitian ini adalah Project Manager, Site Engineeering Manager, Site Operational Manager, dan K3LM yang menangani Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung. Identifikasi risiko dilakukan dengan cara mencari failure mode pada tipa proses pekerjaan. Untuk mengetahui penyebab dari failure mode tersebut digunakan metode Fault Tree Analysis (FTA) sedangkan untuk mengetahui efek dari failure mode dgunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Dari FTA akan didapatkan nilai probability kejadian risikosedangkan dari FMEA akan diketahui nilai dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut. Untuk menilai tingkat risiko dilakukan dengan cara mengalikan nilai dari tingkat Severity dan Probability untuk mencari risiko yang paling dominan. Sebagai langkah terakhir dari Tugas Akhir ini adalah menentukan tindak mitigasi yang tepat terhadap risiko yang dominan. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa risiko-risiko yang relevan terjadi adalah kelongsoran, keterlambatan, retak, keruntuhan, material hilang lampu tidak nyala atau mati dan data tidak sesuai dokumen kontak. Risiko yang dominan terhadap proyek adalah kelongsoran pada pekerjaan Timbunan Tanah, terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Galian Tanah, kelongsoran pada pekerjaan Pengecoran Lereng, Terjadinya keruntuhan akibat pergeseran tanah pada pekerjaan Bronjong dan keterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah. Sedangkan tindak mitigasi yang dapat digunakan adalah selalu mengamati prakiraan cuaca, menggunakan staf berpengalaman, memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, dan memperpendek jarak quarry tanah. Kata Kunci : Identifikasi Risiko, Analisa Risiko, Failure Mode and Effect Analysis, Fault Tree Analysis, Jalan Lingkar, Nagreg
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disetiap proses pekerjaan konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dapat menimbulkan berbagai macam risiko baik dari metode pelaksanaan, alat, material dan sumber daya manusia yang dapat memepengaruhi kelancaran proyek, baik dari segi pelaksanaan, biaya dan waktu. Oleh karena itu, perlu adanya analisa terhadap risiko apa saja yang akan terjadi dan seberapa besar dampak (severity), dan kemungkinan (probability) kejadian risiko tersebut terjadi agar dapat menentukan strategi mitigasi yang tepat untuk menangani risiko tersebut. Akan tetapi, selama ini penelitian yang dilakukan hanya pada identifikasi atau analisa risiko saja, dimana analisa risiko yang digunakan bersifat kualitatif dengan menggunakan metode analisa probability impact matrix. Pada penelitian ini dilakukan penggabungan identifikasi dan analisa risiko, dimana analisa ini bersifat kuantitatif. Penelitian ini juga menggunakan dua metode, yaitu metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk mengidentifikasi failure mode dari tiap proses pekerjaan dan efek dari failure mode tersebut. Sedangkan untuk mencari sumber penyebab dari failure mode yang terjadi digunakan metode Fault Tree Analysis (FTA). FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode). Suatu mode kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam kecacatan, kondisi diluar spesifikasi yang ditetapkan, atau perubahan dalam produk yang menyebabkan terganggunya fungsi dari produk (Gasperz, 2002). Sedangkan FTA adalah metode analisis yang bersifat deduktif, dimulai dengan menetapkan kejadian puncak (top event) yang mungkin terjadi dalam sistem atau operasi (Ramli, 2010). 1.2 Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apa saja risiko (failure mode) yang terjadi pada pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung? 2. Apa saja yang menjadi sumber penyebab dan efek dari risiko yang terjadi? 3. Apa saja risiko yang paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan? 4. Bagaimana strategi mitigasi yang tepat untuk mengatasi risiko yang paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan?
1.3 Tujuan Tugas Akhir 1. Mengidentifikasi risiko apa saja yang terjadi pada pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung 2. Mengidentifikasi sumber penyebab dan efek dari risiko yang terjadi. 3. Mengetahui risiko yang apa saja yang paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan. 4. Menentukan strategi mitigasi yang tepat untuk mengatasi risiko paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan. 1.4 Batasan Masalah 1. Risiko yang diteliti adalah risiko pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dari sudut pandang kontraktor. 2. Variabel risiko merupakan risiko teknis pada proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi. 3. Mengidentifikasi risiko-risiko yang berpotensi terjadi di proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dengan responden para engineer di PT. Hutama Karya (Persero) sebagai kontraktor.
METODOLOGI Latar Belakang Perumusan Masalah
Identifikasi Risiko: - Membuat daftar variabel risiko berdasarkan studi literatur dan risk register - Memvalidasi variabel risiko dengan melakukan survey pendahululuan - Mengidentifikasi sumber penyebab terjadinya failure mode berdasarkan metode FTA - Mengidentifikasi severity/efek terjadinya failure mode berdasarkan metode FMEA Analisa Risiko: - Menilai tingkat keparahan/severity risiko - Menilai probability terjadinya risiko - Menentukan risiko yang paling dominan terhadap proses pelaksanaan
Mitigasi Risiko (Optional) : - Menentukan strategi mitigasi risiko yang paling sering terjadi dan berdampak paling besar
Kesimpulan dan Saran
1.
3.1 Konsep Penelitian
DATA DAN ANALISA
4.1 Penilaian Risiko 4.1.1 Penilaian Risiko Berdasarkan Perhitungan Probability Langkah Pada saat dilakukan survey kuisioner probability risiko kepada responden, peneliti menggunakan nilai prosentase untuk mengukur tingkat probability pada basic event tiap kejadian variabel risiko yang relevan pada proyek Pembangunan Jalan Lingkar ini. Selanjutnya dilakukan perhitungan probability untuk masingmasing failure di tiap proses pekerjaan seperti pada contoh perhitungan dibawah ini :
Menetukan nilai Basic event : a. Cuaca (P1) = 0.1 b. Gambar tidak jelas (P2) = 0.1 c. Human eror (P3) = 0.1 d. Macet (P4) = 0.2 e. Elevasi jalan >10% (P5) = 0.3 f. Kelebihan muatan (P6) = 0.1 2. Mencari nilai probability pada Gate E (AND Gate) PE = P6 x P5 = 0.1 x 0.3 = 0.03 3. Mencari nilai probability pada Gate D (OR Gate) PD = 1 - [(1-PE) (1-P4)] = 1 - [(1-0.03) (1-0.2)] = 0.224 4. Mencari nilai probability pada Gate C (AND Gate) PC = P3 x P2 = 0.1 x 0.1 = 0.01 5. Mencari nilai probability pada Gate B (OR Gate) PB = 1 - [(1-PD) (1-PC)] = 1 - [(1-0.224) (1-0.01)] = 0.232 6. Mencari nilai probability pada Gate A (OR Gate) PA = 1 - [(1-PB) (1-P1)] = 1 - [(1-0.232) (1-0.1)] = 0.309 7. PA merupakan Top Event, maka nilai dari failure Terlambat dari proses Pekerjaan Timbunan adalah 0.309 x 100% = 30.9% Penetuan penyebab utama terjadinya failure disebut minimal cut set. Minimal cut set adalah sebuah grup paling dominan dari pohon kegagalan yang jika semua terjadi akan menyebabkan bagian atas (top even) terjadi. Contoh minimal cut set dari failure terlambat pada pekerjaan timbunan adalah sebagai berikut : 1. Minimal cut set pada Gate A Gate A dapat terjadi jika Gate 1 atau Gate B terjadi. Gate A 1 B 2. Minimal cut set pada Gate B Gate B dapat terjadi jika Gate C atau Gate D terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate B berubah. Gate B 1 C D 3. Minimal cut set pada Gate C Gate C dapat terjadi jika Gate 2 dan Gate 3 terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate C berubah. Gate C 1 2 3 D
4.
5.
Minimal cut set pada Gate D Gate D dapat terjadi jika Gate 4 atau Gate E terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate D berubah. Gate D 1 2 3 4 E Minimal cut set pada Gate E Gate E dapat terjadi jika Gate 5 dan Gate 6 terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate E berubah. Gate E 1 2 3 4 5 6
1. 2.
Tabel 4.2 Tabel antara Skala, Jumlah Responden dan Nilai Persentase Skala 1 2 3 4 5 Jml Responden (org) 3 2 0 0 0 % 60 40 0 0 0 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa kemungkinan nilai severity terjadi pada skala 1 s/d 2 dengan rentang 60% + 40% = 100%, seperti pada gambar 4.1
Berdasarkan langkah minimal cut set diatas, diketahui bahwa failure terlambat pada pekerjaan timbunan terjadi apabila : 1. Tejadinya hujan (cuaca), atau 2. Gambar tidak jelas dan human eror, atau 3. Terjadi kemacetan, atau 4. Elevasi jalan >10% dan kelebihan muatan
Skala 1
Skala 2
60%
40%
Rp. 2,064,748,806
Skala 3
Skala 4
Skala 5
Rp. 6,194,246,419
Gambar 4.1 Rentang Kemungkinan Terjadinya Nilai Severity 3.
Penilaian Risiko Berdasarkan Tingkat Severity Pada saat dilakukan survey kuisioner severity risiko kepada responden, peneliti menggunakan metode skala untuk mengukur tingkat severity kejadian variabel risiko yang relevan pada proyek Pembangunan Jalan Lingkar ini. Dimana skala tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 :
Membuat tabel antara skala dengan jawaban responden, seperti pada tabel 4.2 Memberikan nilai persentase dari jawaban responden. Oleh karena reponden ada 5 orang, maka setiap orang memiliki nilai 20%, seperti pada tabel 4.2
4.1.2
4.
Membuat simulasi angka random sebanyak 100x menggunakan uniform distribusi U[Rp. 2,064,748,806, Rp. 6,194,246,419], dengan proporsi seperti pada gambar 4.2 Membuat grafik dari hasil simulasi angka random seperti pada gambar 4.3
Tabel 4.1Tingkat Keparahan (Severity) Risiko Interval 5 4 3 2 1
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
Keparahan dari Biaya > Rp. 10,323,744,030.93 8,258,995,224.74 Rp. 10,323,744,030.93 6,194,246,418.56 Rp. 8,258,995,224.74 4,129,497,612.37 Rp. 6,194,246,418.56 2,064,748,806.19 Rp. 4,129,497,612.37
Kriteria penetapan skala pada tingkat severity ini dilakukan sendiri oleh peneliti. Kriteria biaya ini dibuat berdasarkan biaya kontinjensi atau biaya yang khusus yang telah disiapkan oleh kontraktor jika terjadi risiko/failure mode. Biaya ini diambul dari biaya langsung proyek (± 10%). Berdasarkan hasil kuisioner diketahui bahwa terlambatnya pekerjaan timbunan dapat mengakibatkan pekerjaan setelahnya (pekerjaan lapisan berbutir dan aspal) terlambat dilaksanakan. Akan tetapi, penilaian yang diberikan masingmasing responden berbeda, untuk itu perlu adanya penyesuaian nilai dengan menggunakan random persentase. Adapun langkahnya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.2 Grafik Random Nilai Severity Berdasarkan gambar diatas, didapatkan nilai rata-rata sebesar Rp. 4,261,600,115 4.1.3
Perhitungan Nilai Probability x Severity Berdasarkan nilai hasil perhitungan probability dan severity masing-masing risiko yang telah didapatkan, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan nilai probability x severity untuk dapat menentukan risiko yang paling dominan. Untuk failure terlambat pada pekerjaan Timbunan adalah sebagai berikut : Risk Value = Probability x Saverity = 30.9% x Rp. 4,261,600,115 = Rp 1,316,834,435.54
Nilai ini adalah E(Risk) atau perkiraan biaya (rugi) yang harus ditanggung oleh kontraktor jika failure keterlambatan pada pekerjaan timbunan terjadi. 4.1.4
Tindak Mitigasi Dari analisa risiko yang telah dilakukan, telah didapatkan enam risiko dari lima proses yang berbeda berdasarkan nilai 5 teratas. Risiko pertama adalah risiko longsor yang terjadi pada proses pekerjaan galian tanah dengan nilai risk Rp.3,379,460,951. Risiko tersebut disebabkan oleh hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbuti dan Aspal) terlambat mulai. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko kedua adalah risiko longsor yang terjadi pada proses pekerjaan timbunan tanah dengan nilai risk Rp3,065,276,679. Risiko tersebut disebabkan oleh hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko ketiga adalah risiko longsor yang terjadi pada proses pekerjaan pengecoran lereng dengan nilai risk Rp2,449,277,988. Risiko ini disebabkan oleh hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan, gambar tidak jelas serta segregasi beton sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerjadan penambahan waktu akibat perbaikan. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko keempat adalah terjadinya keruntuhan pada proses pekerjaan bronjong dengan nilai risk Rp1,573,469,522. Risiko tersebut disebabkan oleh pergeseran tanah yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan kegagalan konstruksi sehingga pelaksana perlu kerja ulang (penambahan waktu dan biaya pekerjaan). Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah menghitung kemungkinan terjadinya pergeseran tanah, memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko yang kelima adalah risiko keterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah dengan nilai risk Rp.1,316,834,435. Risiko ini disebabkan oleh hujan, material kurang di
lapangan, material terlambat datang akibat macet dan truk yang tidak mampu mendaki sehingga dapat pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbuti dan Aspal) terlambat mulai. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan mengamati prakiraan cuaca, menggunakan staf berpengalaman dan memperpendek jarak quarry tanah.
KESIMPULAN Dalam perencanaan Tugas Akhir ini dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Didapatkan beberapa variabel risiko yang relavan pada proses pelaksanaan pekerjaan proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V, yaitu: a. Longsor b. Terlambat c. Retak d. Runtuh e. Material hilang f. Lampu tidak menyala atau mati g. Data tidak sesuai dokumen kontrak 2. Berdasarkan hasil identifikasi dengan menggunakan metode FTA didapatkan beberapa hal yang menjadi sumber penyebab terjadinya risko, yaitu : a. Hujan b. Human eror c. Macet d. Gambar tidak jelas e. Salah perhitungan f. Kesalahan pelaksanaan g. Kelebihan muatan h. Truk tidak mampu mendaki i. Elevasi jalan >10% j. Material hilang k. Material kurang l. Material terlambat datang m. Segregasi beton n. Material rusak o. Alat belum terkalibrasi p. Titik sampel tidak mewakili q. Kesalahan instalasi r. Kabel putus Adapun efek yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya risiko adalah sebagai berikut : a. Penambahan waktu kerja (Schedule) b. Kecelakaan kerja (Personel) c. Berkurangnya produktifitas kerja (Productivity) d. Penambahan biaya pekerjaan (Cost)
a. 3.
4.
Berdasarkan hasil analisa probability x severity didapatkan 5 risiko dari proses pekerjaan yang berbeda yang memiliki peringkat teratas yaitu, risiko-risiko tersebut adalah : a. Terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Galian Tanah dengan nilai risk Rp.3,379,460,951 yang disebabkan hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai b. Terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Timbunan Tanah dengan nilai risk Rp3,065,276,679 yang disebabkan hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai c. Terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Pengecoran Lereng dengan nilai risk Rp2,449,277,988 yang disebabkan hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja, penambahan waktu dan biaya pekerjaan d. Terjadinya keruntuhan akibat pergeseran tanah pada pekerjaan Bronjong dengan nilai risk Rp1,573,469,522 yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan kegagalan konstruksi sehingga pelaksana perlu kerja ulang (penambahan waktu dan biaya pekerjaan) e. Keterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah dengan nilai risk Rp.1,316,834,435 yang disebabkan hujan, material kurang di lapangan, material terlambat datang akibat macet dan truk yang tidak mampu mendaki sehingga dapat pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai Tindak mitigasi dari masing-masing risiko yang dominan adalah :
b.
c.
d.
e.
Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pada pekerjaan Galian Tanah adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pekerjaan Timbunan Tanah adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf perbengalaman Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pada pekerjaan Pengecoran Lereng adalah dengan memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pada pekerjaan Bronjong adalah menghitung kemungkinan terjadinya pergeseran tanah, memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan akibat eterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah adalah dengan mengamati prakiraan cuaca, menggunakan staf berpengalaman dan memperpendek jarak quarry tanah
DAFTAR PUSTAKA Ervianto, W. I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Andi Offset, Yogyakarta. Flanagan, R. dan Norman, G. 1993. Risk Management and Construction. Blackwell Science, London. Gaspersz, V. 2002. Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta . Geraldin, L. H., I. N. Pujawan, dan D. S. Dewi. 2007. “Manajemen Risiko dan Aksi Mitigasi untuk Menciptakan Rantai Pasok yang Robust”. Jurnal Teknologi dan Rekayasa Teknik Sipil. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Gray, C. F. dan E. W. Larson. 2006. Project Management : The Managerial Process 3th Edition. Andi Offset, Yogyakarta. Hoseynabadi, H. A., H. Oraee, dan P. J. Tavner. 2010. “Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) for wind turbines”. Electrical Power and Energy Systems, 32, 817–824 Hu K-Y dan W-Y Cheng. 2009. “Integrating Fuzzy Inference And FMEA TO Prioritize Service Failure Risk”. ACME Proceeding. Taiwan
Kangari,
Rozzbegh.1995. Managment Risk Perceptions and Trends of U.S. Constructions. Journal of Constructions Engineering and Management, 19(6), 325-335. Kerzner, H. 2002. Project Management: A Systems Approach to Planning, Scheduling, and Controlling 8th Edition. John Wiley & Sons, Inc., New York. Manggala, D. 2005. Mengenal Six Sigma Secara Sederhana. . Patterson, F D dan Neailey K. 2002. “A Risk Register Database System to Aid The Management of Project Risk”. International Journal of Project Management, 20, 365–374. Project Management Institute, 2008. A Guide to the Project Management Body of Knowledge, 4th Edition. USA Ramli, S. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management. PT. Dian Rakyat, Jakarta. Simmons, R. J. 2010. System Safety Analysis Techniques for Engineers, Manager and Ocupational Safety and Health Progessionals. System Safety Society, Siangapore Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional). Erlangga, Jakarta. Soemarno, M. S. 2007. Risiko Dan Analisanya. Smith, G. R. dan C. M. Bohn. 1999. Journal of Construction Engineering and Management : Small to Medium Contractor Contingency and Assumption of Risk. Co-pricipal Author. Susilo, L. J. dan V. R. Kaho. 2010. Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000 Untuk Industri Non Perbankan. PPM, Jakarta. Tah, J. H. dan V. Car. 2001. “Knowledge-Base approach to construction project risk management”. Journal of Computing in Civil Engineering, 15(3), 170-177 Wang M.T dan H-Y Chou (2003) " Risk Allocation and Risk Handling of Highway Project in Taiwan". Journal of Management in Engineering, 0742-597. Zeng, S. X., C. M. Tam, dan V. W. Y Tam,. 2010. “Integrating Safety, Environmental and Quality Risks for Project Management Using a FMEA Method”. Inzinerine Ekonomika-Engineering Economics, 21(1), ISSN 1392 – 2785. Wikipedia. 2011. Pengertian Jalan Lingkar.
TUGAS AKHIR – RC09-1380
IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO KONSTRUKSI DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR NAGREG V BANDUNG
RAHMI DEWI OCTAVIA NRP 3109 106 001
Dosen Pembimbing Trijoko Wahyu Adi, ST, MT, Ph.D. Farida Rahmawati, ST, MT.
JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012
IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO KONSTRUKSI DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR NAGREG V BANDUNG Nama Mahasiswa NRP Jurusan Dosen Pembimbing
: Rahmi Dewi Octavia : 3109 106 001 : Teknik Sipil FTSP – ITS : Trijoko Wahyu Adi, ST. MT. Ph.D Farida Rahmawati, ST. MT
Abstrak Proses konstruksi pada proyek jalan memiliki berbagai macam ketidakpastian yang pada akhirnya akan memunculkan berbagai macam risiko. Risiko adalah efek kumulasi dari peluang kejadian yang tidak pasti yang mempengaruhi sasaran dan tujuan proyek. Dampak risiko dapat mempengaruhi produktivitas, prestasi (performance), kualitas dan anggaran biaya proyek. Oleh karena itu, Tugas Akhir ini meneliti tentang identifikasi dan analisa risik, menggunakan dua metode, yaitu metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan metode Fault Tree Analysis (FTA). Identifikasi dimulai studi literatur dan survey pendahuluan. Responden penelitian ini adalah Project Manager, Site Engineeering Manager, Site Operational Manager, dan K3LM yang menangani Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung. Identifikasi risiko dilakukan dengan cara mencari failure mode pada tipa proses pekerjaan. Untuk mengetahui penyebab dari failure mode tersebut digunakan metode Fault Tree Analysis (FTA) sedangkan untuk mengetahui efek dari failure mode dgunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Dari FTA akan didapatkan nilai probability kejadian risikosedangkan dari FMEA akan diketahui nilai dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut. Untuk menilai tingkat risiko dilakukan dengan cara mengalikan nilai dari tingkat Severity dan Probability untuk mencari risiko yang paling dominan. Sebagai langkah terakhir dari Tugas Akhir ini adalah menentukan tindak mitigasi yang tepat terhadap risiko yang dominan. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa risiko-risiko yang relevan terjadi adalah kelongsoran, keterlambatan, retak, keruntuhan, material hilang lampu tidak nyala atau mati dan data tidak sesuai dokumen kontak. Risiko yang dominan terhadap proyek adalah kelongsoran pada pekerjaan Timbunan Tanah, terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Galian Tanah, kelongsoran pada pekerjaan Pengecoran Lereng, Terjadinya keruntuhan akibat pergeseran tanah pada pekerjaan Bronjong dan keterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah. Sedangkan tindak mitigasi yang dapat digunakan adalah selalu mengamati prakiraan cuaca, menggunakan staf berpengalaman, memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, dan memperpendek jarak quarry tanah. Kata Kunci : Identifikasi Risiko, Analisa Risiko, Failure Mode and Effect Analysis, Fault Tree Analysis, Jalan Lingkar, Nagreg
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disetiap proses pekerjaan konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dapat menimbulkan berbagai macam risiko baik dari metode pelaksanaan, alat, material dan sumber daya manusia yang dapat memepengaruhi kelancaran proyek, baik dari segi pelaksanaan, biaya dan waktu. Oleh karena itu, perlu adanya analisa terhadap risiko apa saja yang akan terjadi dan seberapa besar dampak (severity), dan kemungkinan (probability) kejadian risiko tersebut terjadi agar dapat menentukan strategi mitigasi yang tepat untuk menangani risiko tersebut. Akan tetapi, selama ini penelitian yang dilakukan hanya pada identifikasi atau analisa risiko saja, dimana analisa risiko yang digunakan bersifat kualitatif dengan menggunakan metode analisa probability impact matrix. Pada penelitian ini dilakukan penggabungan identifikasi dan analisa risiko, dimana analisa ini bersifat kuantitatif. Penelitian ini juga menggunakan dua metode, yaitu metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk mengidentifikasi failure mode dari tiap proses pekerjaan dan efek dari failure mode tersebut. Sedangkan untuk mencari sumber penyebab dari failure mode yang terjadi digunakan metode Fault Tree Analysis (FTA). FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode). Suatu mode kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam kecacatan, kondisi diluar spesifikasi yang ditetapkan, atau perubahan dalam produk yang menyebabkan terganggunya fungsi dari produk (Gasperz, 2002). Sedangkan FTA adalah metode analisis yang bersifat deduktif, dimulai dengan menetapkan kejadian puncak (top event) yang mungkin terjadi dalam sistem atau operasi (Ramli, 2010). 1.2 Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apa saja risiko (failure mode) yang terjadi pada pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung? 2. Apa saja yang menjadi sumber penyebab dan efek dari risiko yang terjadi? 3. Apa saja risiko yang paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan? 4. Bagaimana strategi mitigasi yang tepat untuk mengatasi risiko yang paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan?
1.3 Tujuan Tugas Akhir 1. Mengidentifikasi risiko apa saja yang terjadi pada pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung 2. Mengidentifikasi sumber penyebab dan efek dari risiko yang terjadi. 3. Mengetahui risiko yang apa saja yang paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan. 4. Menentukan strategi mitigasi yang tepat untuk mengatasi risiko paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan. 1.4 Batasan Masalah 1. Risiko yang diteliti adalah risiko pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dari sudut pandang kontraktor. 2. Variabel risiko merupakan risiko teknis pada proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi. 3. Mengidentifikasi risiko-risiko yang berpotensi terjadi di proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dengan responden para engineer di PT. Hutama Karya (Persero) sebagai kontraktor.
METODOLOGI Latar Belakang Perumusan Masalah
Identifikasi Risiko: - Membuat daftar variabel risiko berdasarkan studi literatur dan risk register - Memvalidasi variabel risiko dengan melakukan survey pendahululuan - Mengidentifikasi sumber penyebab terjadinya failure mode berdasarkan metode FTA - Mengidentifikasi severity/efek terjadinya failure mode berdasarkan metode FMEA Analisa Risiko: - Menilai tingkat keparahan/severity risiko - Menilai probability terjadinya risiko - Menentukan risiko yang paling dominan terhadap proses pelaksanaan
Mitigasi Risiko (Optional) : - Menentukan strategi mitigasi risiko yang paling sering terjadi dan berdampak paling besar
Kesimpulan dan Saran
1.
3.1 Konsep Penelitian
DATA DAN ANALISA
4.1 Penilaian Risiko 4.1.1 Penilaian Risiko Berdasarkan Perhitungan Probability Langkah Pada saat dilakukan survey kuisioner probability risiko kepada responden, peneliti menggunakan nilai prosentase untuk mengukur tingkat probability pada basic event tiap kejadian variabel risiko yang relevan pada proyek Pembangunan Jalan Lingkar ini. Selanjutnya dilakukan perhitungan probability untuk masingmasing failure di tiap proses pekerjaan seperti pada contoh perhitungan dibawah ini :
Menetukan nilai Basic event : a. Cuaca (P1) = 0.1 b. Gambar tidak jelas (P2) = 0.1 c. Human eror (P3) = 0.1 d. Macet (P4) = 0.2 e. Elevasi jalan >10% (P5) = 0.3 f. Kelebihan muatan (P6) = 0.1 2. Mencari nilai probability pada Gate E (AND Gate) PE = P6 x P5 = 0.1 x 0.3 = 0.03 3. Mencari nilai probability pada Gate D (OR Gate) PD = 1 - [(1-PE) (1-P4)] = 1 - [(1-0.03) (1-0.2)] = 0.224 4. Mencari nilai probability pada Gate C (AND Gate) PC = P3 x P2 = 0.1 x 0.1 = 0.01 5. Mencari nilai probability pada Gate B (OR Gate) PB = 1 - [(1-PD) (1-PC)] = 1 - [(1-0.224) (1-0.01)] = 0.232 6. Mencari nilai probability pada Gate A (OR Gate) PA = 1 - [(1-PB) (1-P1)] = 1 - [(1-0.232) (1-0.1)] = 0.309 7. PA merupakan Top Event, maka nilai dari failure Terlambat dari proses Pekerjaan Timbunan adalah 0.309 x 100% = 30.9% Penetuan penyebab utama terjadinya failure disebut minimal cut set. Minimal cut set adalah sebuah grup paling dominan dari pohon kegagalan yang jika semua terjadi akan menyebabkan bagian atas (top even) terjadi. Contoh minimal cut set dari failure terlambat pada pekerjaan timbunan adalah sebagai berikut : 1. Minimal cut set pada Gate A Gate A dapat terjadi jika Gate 1 atau Gate B terjadi. Gate A 1 B 2. Minimal cut set pada Gate B Gate B dapat terjadi jika Gate C atau Gate D terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate B berubah. Gate B 1 C D 3. Minimal cut set pada Gate C Gate C dapat terjadi jika Gate 2 dan Gate 3 terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate C berubah. Gate C 1 2 3 D
4.
5.
Minimal cut set pada Gate D Gate D dapat terjadi jika Gate 4 atau Gate E terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate D berubah. Gate D 1 2 3 4 E Minimal cut set pada Gate E Gate E dapat terjadi jika Gate 5 dan Gate 6 terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate E berubah. Gate E 1 2 3 4 5 6
1. 2.
Tabel 4.2 Tabel antara Skala, Jumlah Responden dan Nilai Persentase Skala 1 2 3 4 5 Jml Responden (org) 3 2 0 0 0 % 60 40 0 0 0 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa kemungkinan nilai severity terjadi pada skala 1 s/d 2 dengan rentang 60% + 40% = 100%, seperti pada gambar 4.1
Berdasarkan langkah minimal cut set diatas, diketahui bahwa failure terlambat pada pekerjaan timbunan terjadi apabila : 1. Tejadinya hujan (cuaca), atau 2. Gambar tidak jelas dan human eror, atau 3. Terjadi kemacetan, atau 4. Elevasi jalan >10% dan kelebihan muatan
Skala 1
Skala 2
60%
40%
Rp. 2,064,748,806
Skala 3
Skala 4
Skala 5
Rp. 6,194,246,419
Gambar 4.1 Rentang Kemungkinan Terjadinya Nilai Severity 3.
Penilaian Risiko Berdasarkan Tingkat Severity Pada saat dilakukan survey kuisioner severity risiko kepada responden, peneliti menggunakan metode skala untuk mengukur tingkat severity kejadian variabel risiko yang relevan pada proyek Pembangunan Jalan Lingkar ini. Dimana skala tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 :
Membuat tabel antara skala dengan jawaban responden, seperti pada tabel 4.2 Memberikan nilai persentase dari jawaban responden. Oleh karena reponden ada 5 orang, maka setiap orang memiliki nilai 20%, seperti pada tabel 4.2
4.1.2
4.
Membuat simulasi angka random sebanyak 100x menggunakan uniform distribusi U[Rp. 2,064,748,806, Rp. 6,194,246,419], dengan proporsi seperti pada gambar 4.2 Membuat grafik dari hasil simulasi angka random seperti pada gambar 4.3
Tabel 4.1Tingkat Keparahan (Severity) Risiko Interval 5 4 3 2 1
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
Keparahan dari Biaya > Rp. 10,323,744,030.93 8,258,995,224.74 Rp. 10,323,744,030.93 6,194,246,418.56 Rp. 8,258,995,224.74 4,129,497,612.37 Rp. 6,194,246,418.56 2,064,748,806.19 Rp. 4,129,497,612.37
Kriteria penetapan skala pada tingkat severity ini dilakukan sendiri oleh peneliti. Kriteria biaya ini dibuat berdasarkan biaya kontinjensi atau biaya yang khusus yang telah disiapkan oleh kontraktor jika terjadi risiko/failure mode. Biaya ini diambul dari biaya langsung proyek (± 10%). Berdasarkan hasil kuisioner diketahui bahwa terlambatnya pekerjaan timbunan dapat mengakibatkan pekerjaan setelahnya (pekerjaan lapisan berbutir dan aspal) terlambat dilaksanakan. Akan tetapi, penilaian yang diberikan masingmasing responden berbeda, untuk itu perlu adanya penyesuaian nilai dengan menggunakan random persentase. Adapun langkahnya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.2 Grafik Random Nilai Severity Berdasarkan gambar diatas, didapatkan nilai rata-rata sebesar Rp. 4,261,600,115 4.1.3
Perhitungan Nilai Probability x Severity Berdasarkan nilai hasil perhitungan probability dan severity masing-masing risiko yang telah didapatkan, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan nilai probability x severity untuk dapat menentukan risiko yang paling dominan. Untuk failure terlambat pada pekerjaan Timbunan adalah sebagai berikut : Risk Value = Probability x Saverity = 30.9% x Rp. 4,261,600,115 = Rp 1,316,834,435.54
Nilai ini adalah E(Risk) atau perkiraan biaya (rugi) yang harus ditanggung oleh kontraktor jika failure keterlambatan pada pekerjaan timbunan terjadi. 4.1.4
Tindak Mitigasi Dari analisa risiko yang telah dilakukan, telah didapatkan enam risiko dari lima proses yang berbeda berdasarkan nilai 5 teratas. Risiko pertama adalah risiko longsor yang terjadi pada proses pekerjaan galian tanah dengan nilai risk Rp.3,379,460,951. Risiko tersebut disebabkan oleh hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbuti dan Aspal) terlambat mulai. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko kedua adalah risiko longsor yang terjadi pada proses pekerjaan timbunan tanah dengan nilai risk Rp3,065,276,679. Risiko tersebut disebabkan oleh hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko ketiga adalah risiko longsor yang terjadi pada proses pekerjaan pengecoran lereng dengan nilai risk Rp2,449,277,988. Risiko ini disebabkan oleh hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan, gambar tidak jelas serta segregasi beton sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerjadan penambahan waktu akibat perbaikan. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko keempat adalah terjadinya keruntuhan pada proses pekerjaan bronjong dengan nilai risk Rp1,573,469,522. Risiko tersebut disebabkan oleh pergeseran tanah yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan kegagalan konstruksi sehingga pelaksana perlu kerja ulang (penambahan waktu dan biaya pekerjaan). Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah menghitung kemungkinan terjadinya pergeseran tanah, memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko yang kelima adalah risiko keterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah dengan nilai risk Rp.1,316,834,435. Risiko ini disebabkan oleh hujan, material kurang di
lapangan, material terlambat datang akibat macet dan truk yang tidak mampu mendaki sehingga dapat pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbuti dan Aspal) terlambat mulai. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan mengamati prakiraan cuaca, menggunakan staf berpengalaman dan memperpendek jarak quarry tanah.
KESIMPULAN Dalam perencanaan Tugas Akhir ini dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Didapatkan beberapa variabel risiko yang relavan pada proses pelaksanaan pekerjaan proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V, yaitu: a. Longsor b. Terlambat c. Retak d. Runtuh e. Material hilang f. Lampu tidak menyala atau mati g. Data tidak sesuai dokumen kontrak 2. Berdasarkan hasil identifikasi dengan menggunakan metode FTA didapatkan beberapa hal yang menjadi sumber penyebab terjadinya risko, yaitu : a. Hujan b. Human eror c. Macet d. Gambar tidak jelas e. Salah perhitungan f. Kesalahan pelaksanaan g. Kelebihan muatan h. Truk tidak mampu mendaki i. Elevasi jalan >10% j. Material hilang k. Material kurang l. Material terlambat datang m. Segregasi beton n. Material rusak o. Alat belum terkalibrasi p. Titik sampel tidak mewakili q. Kesalahan instalasi r. Kabel putus Adapun efek yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya risiko adalah sebagai berikut : a. Penambahan waktu kerja (Schedule) b. Kecelakaan kerja (Personel) c. Berkurangnya produktifitas kerja (Productivity) d. Penambahan biaya pekerjaan (Cost)
a. 3.
4.
Berdasarkan hasil analisa probability x severity didapatkan 5 risiko dari proses pekerjaan yang berbeda yang memiliki peringkat teratas yaitu, risiko-risiko tersebut adalah : a. Terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Galian Tanah dengan nilai risk Rp.3,379,460,951 yang disebabkan hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai b. Terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Timbunan Tanah dengan nilai risk Rp3,065,276,679 yang disebabkan hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai c. Terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Pengecoran Lereng dengan nilai risk Rp2,449,277,988 yang disebabkan hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja, penambahan waktu dan biaya pekerjaan d. Terjadinya keruntuhan akibat pergeseran tanah pada pekerjaan Bronjong dengan nilai risk Rp1,573,469,522 yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan kegagalan konstruksi sehingga pelaksana perlu kerja ulang (penambahan waktu dan biaya pekerjaan) e. Keterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah dengan nilai risk Rp.1,316,834,435 yang disebabkan hujan, material kurang di lapangan, material terlambat datang akibat macet dan truk yang tidak mampu mendaki sehingga dapat pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai Tindak mitigasi dari masing-masing risiko yang dominan adalah :
b.
c.
d.
e.
Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pada pekerjaan Galian Tanah adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pekerjaan Timbunan Tanah adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf perbengalaman Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pada pekerjaan Pengecoran Lereng adalah dengan memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pada pekerjaan Bronjong adalah menghitung kemungkinan terjadinya pergeseran tanah, memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan akibat eterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah adalah dengan mengamati prakiraan cuaca, menggunakan staf berpengalaman dan memperpendek jarak quarry tanah
DAFTAR PUSTAKA Ervianto, W. I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Andi Offset, Yogyakarta. Flanagan, R. dan Norman, G. 1993. Risk Management and Construction. Blackwell Science, London. Gaspersz, V. 2002. Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta . Geraldin, L. H., I. N. Pujawan, dan D. S. Dewi. 2007. “Manajemen Risiko dan Aksi Mitigasi untuk Menciptakan Rantai Pasok yang Robust”. Jurnal Teknologi dan Rekayasa Teknik Sipil. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Gray, C. F. dan E. W. Larson. 2006. Project Management : The Managerial Process 3th Edition. Andi Offset, Yogyakarta. Hoseynabadi, H. A., H. Oraee, dan P. J. Tavner. 2010. “Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) for wind turbines”. Electrical Power and Energy Systems, 32, 817–824 Hu K-Y dan W-Y Cheng. 2009. “Integrating Fuzzy Inference And FMEA TO Prioritize Service Failure Risk”. ACME Proceeding. Taiwan
Kangari,
Rozzbegh.1995. Managment Risk Perceptions and Trends of U.S. Constructions. Journal of Constructions Engineering and Management, 19(6), 325-335. Kerzner, H. 2002. Project Management: A Systems Approach to Planning, Scheduling, and Controlling 8th Edition. John Wiley & Sons, Inc., New York. Manggala, D. 2005. Mengenal Six Sigma Secara Sederhana. . Patterson, F D dan Neailey K. 2002. “A Risk Register Database System to Aid The Management of Project Risk”. International Journal of Project Management, 20, 365–374. Project Management Institute, 2008. A Guide to the Project Management Body of Knowledge, 4th Edition. USA Ramli, S. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management. PT. Dian Rakyat, Jakarta. Simmons, R. J. 2010. System Safety Analysis Techniques for Engineers, Manager and Ocupational Safety and Health Progessionals. System Safety Society, Siangapore Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional). Erlangga, Jakarta. Soemarno, M. S. 2007. Risiko Dan Analisanya. Smith, G. R. dan C. M. Bohn. 1999. Journal of Construction Engineering and Management : Small to Medium Contractor Contingency and Assumption of Risk. Co-pricipal Author. Susilo, L. J. dan V. R. Kaho. 2010. Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000 Untuk Industri Non Perbankan. PPM, Jakarta. Tah, J. H. dan V. Car. 2001. “Knowledge-Base approach to construction project risk management”. Journal of Computing in Civil Engineering, 15(3), 170-177 Wang M.T dan H-Y Chou (2003) " Risk Allocation and Risk Handling of Highway Project in Taiwan". Journal of Management in Engineering, 0742-597. Zeng, S. X., C. M. Tam, dan V. W. Y Tam,. 2010. “Integrating Safety, Environmental and Quality Risks for Project Management Using a FMEA Method”. Inzinerine Ekonomika-Engineering Economics, 21(1), ISSN 1392 – 2785. Wikipedia. 2011. Pengertian Jalan Lingkar.
TUGAS AKHIR – RC09-1380
IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO KONSTRUKSI DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR NAGREG V BANDUNG
RAHMI DEWI OCTAVIA NRP 3109 106 001
Dosen Pembimbing Trijoko Wahyu Adi, ST, MT, Ph.D. Farida Rahmawati, ST, MT.
JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012
IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO KONSTRUKSI DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR NAGREG V BANDUNG Nama Mahasiswa NRP Jurusan Dosen Pembimbing
: Rahmi Dewi Octavia : 3109 106 001 : Teknik Sipil FTSP – ITS : Trijoko Wahyu Adi, ST. MT. Ph.D Farida Rahmawati, ST. MT
Abstrak Proses konstruksi pada proyek jalan memiliki berbagai macam ketidakpastian yang pada akhirnya akan memunculkan berbagai macam risiko. Risiko adalah efek kumulasi dari peluang kejadian yang tidak pasti yang mempengaruhi sasaran dan tujuan proyek. Dampak risiko dapat mempengaruhi produktivitas, prestasi (performance), kualitas dan anggaran biaya proyek. Oleh karena itu, Tugas Akhir ini meneliti tentang identifikasi dan analisa risik, menggunakan dua metode, yaitu metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan metode Fault Tree Analysis (FTA). Identifikasi dimulai studi literatur dan survey pendahuluan. Responden penelitian ini adalah Project Manager, Site Engineeering Manager, Site Operational Manager, dan K3LM yang menangani Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung. Identifikasi risiko dilakukan dengan cara mencari failure mode pada tipa proses pekerjaan. Untuk mengetahui penyebab dari failure mode tersebut digunakan metode Fault Tree Analysis (FTA) sedangkan untuk mengetahui efek dari failure mode dgunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Dari FTA akan didapatkan nilai probability kejadian risikosedangkan dari FMEA akan diketahui nilai dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut. Untuk menilai tingkat risiko dilakukan dengan cara mengalikan nilai dari tingkat Severity dan Probability untuk mencari risiko yang paling dominan. Sebagai langkah terakhir dari Tugas Akhir ini adalah menentukan tindak mitigasi yang tepat terhadap risiko yang dominan. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa risiko-risiko yang relevan terjadi adalah kelongsoran, keterlambatan, retak, keruntuhan, material hilang lampu tidak nyala atau mati dan data tidak sesuai dokumen kontak. Risiko yang dominan terhadap proyek adalah kelongsoran pada pekerjaan Timbunan Tanah, terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Galian Tanah, kelongsoran pada pekerjaan Pengecoran Lereng, Terjadinya keruntuhan akibat pergeseran tanah pada pekerjaan Bronjong dan keterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah. Sedangkan tindak mitigasi yang dapat digunakan adalah selalu mengamati prakiraan cuaca, menggunakan staf berpengalaman, memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, dan memperpendek jarak quarry tanah. Kata Kunci : Identifikasi Risiko, Analisa Risiko, Failure Mode and Effect Analysis, Fault Tree Analysis, Jalan Lingkar, Nagreg
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disetiap proses pekerjaan konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dapat menimbulkan berbagai macam risiko baik dari metode pelaksanaan, alat, material dan sumber daya manusia yang dapat memepengaruhi kelancaran proyek, baik dari segi pelaksanaan, biaya dan waktu. Oleh karena itu, perlu adanya analisa terhadap risiko apa saja yang akan terjadi dan seberapa besar dampak (severity), dan kemungkinan (probability) kejadian risiko tersebut terjadi agar dapat menentukan strategi mitigasi yang tepat untuk menangani risiko tersebut. Akan tetapi, selama ini penelitian yang dilakukan hanya pada identifikasi atau analisa risiko saja, dimana analisa risiko yang digunakan bersifat kualitatif dengan menggunakan metode analisa probability impact matrix. Pada penelitian ini dilakukan penggabungan identifikasi dan analisa risiko, dimana analisa ini bersifat kuantitatif. Penelitian ini juga menggunakan dua metode, yaitu metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk mengidentifikasi failure mode dari tiap proses pekerjaan dan efek dari failure mode tersebut. Sedangkan untuk mencari sumber penyebab dari failure mode yang terjadi digunakan metode Fault Tree Analysis (FTA). FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode). Suatu mode kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam kecacatan, kondisi diluar spesifikasi yang ditetapkan, atau perubahan dalam produk yang menyebabkan terganggunya fungsi dari produk (Gasperz, 2002). Sedangkan FTA adalah metode analisis yang bersifat deduktif, dimulai dengan menetapkan kejadian puncak (top event) yang mungkin terjadi dalam sistem atau operasi (Ramli, 2010). 1.2 Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apa saja risiko (failure mode) yang terjadi pada pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung? 2. Apa saja yang menjadi sumber penyebab dan efek dari risiko yang terjadi? 3. Apa saja risiko yang paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan? 4. Bagaimana strategi mitigasi yang tepat untuk mengatasi risiko yang paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan?
1.3 Tujuan Tugas Akhir 1. Mengidentifikasi risiko apa saja yang terjadi pada pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung 2. Mengidentifikasi sumber penyebab dan efek dari risiko yang terjadi. 3. Mengetahui risiko yang apa saja yang paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan. 4. Menentukan strategi mitigasi yang tepat untuk mengatasi risiko paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan. 1.4 Batasan Masalah 1. Risiko yang diteliti adalah risiko pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dari sudut pandang kontraktor. 2. Variabel risiko merupakan risiko teknis pada proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi. 3. Mengidentifikasi risiko-risiko yang berpotensi terjadi di proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dengan responden para engineer di PT. Hutama Karya (Persero) sebagai kontraktor.
METODOLOGI Latar Belakang Perumusan Masalah
Identifikasi Risiko: - Membuat daftar variabel risiko berdasarkan studi literatur dan risk register - Memvalidasi variabel risiko dengan melakukan survey pendahululuan - Mengidentifikasi sumber penyebab terjadinya failure mode berdasarkan metode FTA - Mengidentifikasi severity/efek terjadinya failure mode berdasarkan metode FMEA Analisa Risiko: - Menilai tingkat keparahan/severity risiko - Menilai probability terjadinya risiko - Menentukan risiko yang paling dominan terhadap proses pelaksanaan
Mitigasi Risiko (Optional) : - Menentukan strategi mitigasi risiko yang paling sering terjadi dan berdampak paling besar
Kesimpulan dan Saran
1.
3.1 Konsep Penelitian
DATA DAN ANALISA
4.1 Penilaian Risiko 4.1.1 Penilaian Risiko Berdasarkan Perhitungan Probability Langkah Pada saat dilakukan survey kuisioner probability risiko kepada responden, peneliti menggunakan nilai prosentase untuk mengukur tingkat probability pada basic event tiap kejadian variabel risiko yang relevan pada proyek Pembangunan Jalan Lingkar ini. Selanjutnya dilakukan perhitungan probability untuk masingmasing failure di tiap proses pekerjaan seperti pada contoh perhitungan dibawah ini :
Menetukan nilai Basic event : a. Cuaca (P1) = 0.1 b. Gambar tidak jelas (P2) = 0.1 c. Human eror (P3) = 0.1 d. Macet (P4) = 0.2 e. Elevasi jalan >10% (P5) = 0.3 f. Kelebihan muatan (P6) = 0.1 2. Mencari nilai probability pada Gate E (AND Gate) PE = P6 x P5 = 0.1 x 0.3 = 0.03 3. Mencari nilai probability pada Gate D (OR Gate) PD = 1 - [(1-PE) (1-P4)] = 1 - [(1-0.03) (1-0.2)] = 0.224 4. Mencari nilai probability pada Gate C (AND Gate) PC = P3 x P2 = 0.1 x 0.1 = 0.01 5. Mencari nilai probability pada Gate B (OR Gate) PB = 1 - [(1-PD) (1-PC)] = 1 - [(1-0.224) (1-0.01)] = 0.232 6. Mencari nilai probability pada Gate A (OR Gate) PA = 1 - [(1-PB) (1-P1)] = 1 - [(1-0.232) (1-0.1)] = 0.309 7. PA merupakan Top Event, maka nilai dari failure Terlambat dari proses Pekerjaan Timbunan adalah 0.309 x 100% = 30.9% Penetuan penyebab utama terjadinya failure disebut minimal cut set. Minimal cut set adalah sebuah grup paling dominan dari pohon kegagalan yang jika semua terjadi akan menyebabkan bagian atas (top even) terjadi. Contoh minimal cut set dari failure terlambat pada pekerjaan timbunan adalah sebagai berikut : 1. Minimal cut set pada Gate A Gate A dapat terjadi jika Gate 1 atau Gate B terjadi. Gate A 1 B 2. Minimal cut set pada Gate B Gate B dapat terjadi jika Gate C atau Gate D terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate B berubah. Gate B 1 C D 3. Minimal cut set pada Gate C Gate C dapat terjadi jika Gate 2 dan Gate 3 terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate C berubah. Gate C 1 2 3 D
4.
5.
Minimal cut set pada Gate D Gate D dapat terjadi jika Gate 4 atau Gate E terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate D berubah. Gate D 1 2 3 4 E Minimal cut set pada Gate E Gate E dapat terjadi jika Gate 5 dan Gate 6 terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate E berubah. Gate E 1 2 3 4 5 6
1. 2.
Tabel 4.2 Tabel antara Skala, Jumlah Responden dan Nilai Persentase Skala 1 2 3 4 5 Jml Responden (org) 3 2 0 0 0 % 60 40 0 0 0 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa kemungkinan nilai severity terjadi pada skala 1 s/d 2 dengan rentang 60% + 40% = 100%, seperti pada gambar 4.1
Berdasarkan langkah minimal cut set diatas, diketahui bahwa failure terlambat pada pekerjaan timbunan terjadi apabila : 1. Tejadinya hujan (cuaca), atau 2. Gambar tidak jelas dan human eror, atau 3. Terjadi kemacetan, atau 4. Elevasi jalan >10% dan kelebihan muatan
Skala 1
Skala 2
60%
40%
Rp. 2,064,748,806
Skala 3
Skala 4
Skala 5
Rp. 6,194,246,419
Gambar 4.1 Rentang Kemungkinan Terjadinya Nilai Severity 3.
Penilaian Risiko Berdasarkan Tingkat Severity Pada saat dilakukan survey kuisioner severity risiko kepada responden, peneliti menggunakan metode skala untuk mengukur tingkat severity kejadian variabel risiko yang relevan pada proyek Pembangunan Jalan Lingkar ini. Dimana skala tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 :
Membuat tabel antara skala dengan jawaban responden, seperti pada tabel 4.2 Memberikan nilai persentase dari jawaban responden. Oleh karena reponden ada 5 orang, maka setiap orang memiliki nilai 20%, seperti pada tabel 4.2
4.1.2
4.
Membuat simulasi angka random sebanyak 100x menggunakan uniform distribusi U[Rp. 2,064,748,806, Rp. 6,194,246,419], dengan proporsi seperti pada gambar 4.2 Membuat grafik dari hasil simulasi angka random seperti pada gambar 4.3
Tabel 4.1Tingkat Keparahan (Severity) Risiko Interval 5 4 3 2 1
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
Keparahan dari Biaya > Rp. 10,323,744,030.93 8,258,995,224.74 Rp. 10,323,744,030.93 6,194,246,418.56 Rp. 8,258,995,224.74 4,129,497,612.37 Rp. 6,194,246,418.56 2,064,748,806.19 Rp. 4,129,497,612.37
Kriteria penetapan skala pada tingkat severity ini dilakukan sendiri oleh peneliti. Kriteria biaya ini dibuat berdasarkan biaya kontinjensi atau biaya yang khusus yang telah disiapkan oleh kontraktor jika terjadi risiko/failure mode. Biaya ini diambul dari biaya langsung proyek (± 10%). Berdasarkan hasil kuisioner diketahui bahwa terlambatnya pekerjaan timbunan dapat mengakibatkan pekerjaan setelahnya (pekerjaan lapisan berbutir dan aspal) terlambat dilaksanakan. Akan tetapi, penilaian yang diberikan masingmasing responden berbeda, untuk itu perlu adanya penyesuaian nilai dengan menggunakan random persentase. Adapun langkahnya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.2 Grafik Random Nilai Severity Berdasarkan gambar diatas, didapatkan nilai rata-rata sebesar Rp. 4,261,600,115 4.1.3
Perhitungan Nilai Probability x Severity Berdasarkan nilai hasil perhitungan probability dan severity masing-masing risiko yang telah didapatkan, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan nilai probability x severity untuk dapat menentukan risiko yang paling dominan. Untuk failure terlambat pada pekerjaan Timbunan adalah sebagai berikut : Risk Value = Probability x Saverity = 30.9% x Rp. 4,261,600,115 = Rp 1,316,834,435.54
Nilai ini adalah E(Risk) atau perkiraan biaya (rugi) yang harus ditanggung oleh kontraktor jika failure keterlambatan pada pekerjaan timbunan terjadi. 4.1.4
Tindak Mitigasi Dari analisa risiko yang telah dilakukan, telah didapatkan enam risiko dari lima proses yang berbeda berdasarkan nilai 5 teratas. Risiko pertama adalah risiko longsor yang terjadi pada proses pekerjaan galian tanah dengan nilai risk Rp.3,379,460,951. Risiko tersebut disebabkan oleh hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbuti dan Aspal) terlambat mulai. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko kedua adalah risiko longsor yang terjadi pada proses pekerjaan timbunan tanah dengan nilai risk Rp3,065,276,679. Risiko tersebut disebabkan oleh hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko ketiga adalah risiko longsor yang terjadi pada proses pekerjaan pengecoran lereng dengan nilai risk Rp2,449,277,988. Risiko ini disebabkan oleh hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan, gambar tidak jelas serta segregasi beton sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerjadan penambahan waktu akibat perbaikan. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko keempat adalah terjadinya keruntuhan pada proses pekerjaan bronjong dengan nilai risk Rp1,573,469,522. Risiko tersebut disebabkan oleh pergeseran tanah yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan kegagalan konstruksi sehingga pelaksana perlu kerja ulang (penambahan waktu dan biaya pekerjaan). Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah menghitung kemungkinan terjadinya pergeseran tanah, memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko yang kelima adalah risiko keterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah dengan nilai risk Rp.1,316,834,435. Risiko ini disebabkan oleh hujan, material kurang di
lapangan, material terlambat datang akibat macet dan truk yang tidak mampu mendaki sehingga dapat pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbuti dan Aspal) terlambat mulai. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan mengamati prakiraan cuaca, menggunakan staf berpengalaman dan memperpendek jarak quarry tanah.
KESIMPULAN Dalam perencanaan Tugas Akhir ini dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Didapatkan beberapa variabel risiko yang relavan pada proses pelaksanaan pekerjaan proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V, yaitu: a. Longsor b. Terlambat c. Retak d. Runtuh e. Material hilang f. Lampu tidak menyala atau mati g. Data tidak sesuai dokumen kontrak 2. Berdasarkan hasil identifikasi dengan menggunakan metode FTA didapatkan beberapa hal yang menjadi sumber penyebab terjadinya risko, yaitu : a. Hujan b. Human eror c. Macet d. Gambar tidak jelas e. Salah perhitungan f. Kesalahan pelaksanaan g. Kelebihan muatan h. Truk tidak mampu mendaki i. Elevasi jalan >10% j. Material hilang k. Material kurang l. Material terlambat datang m. Segregasi beton n. Material rusak o. Alat belum terkalibrasi p. Titik sampel tidak mewakili q. Kesalahan instalasi r. Kabel putus Adapun efek yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya risiko adalah sebagai berikut : a. Penambahan waktu kerja (Schedule) b. Kecelakaan kerja (Personel) c. Berkurangnya produktifitas kerja (Productivity) d. Penambahan biaya pekerjaan (Cost)
a. 3.
4.
Berdasarkan hasil analisa probability x severity didapatkan 5 risiko dari proses pekerjaan yang berbeda yang memiliki peringkat teratas yaitu, risiko-risiko tersebut adalah : a. Terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Galian Tanah dengan nilai risk Rp.3,379,460,951 yang disebabkan hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai b. Terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Timbunan Tanah dengan nilai risk Rp3,065,276,679 yang disebabkan hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai c. Terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Pengecoran Lereng dengan nilai risk Rp2,449,277,988 yang disebabkan hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja, penambahan waktu dan biaya pekerjaan d. Terjadinya keruntuhan akibat pergeseran tanah pada pekerjaan Bronjong dengan nilai risk Rp1,573,469,522 yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan kegagalan konstruksi sehingga pelaksana perlu kerja ulang (penambahan waktu dan biaya pekerjaan) e. Keterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah dengan nilai risk Rp.1,316,834,435 yang disebabkan hujan, material kurang di lapangan, material terlambat datang akibat macet dan truk yang tidak mampu mendaki sehingga dapat pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai Tindak mitigasi dari masing-masing risiko yang dominan adalah :
b.
c.
d.
e.
Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pada pekerjaan Galian Tanah adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pekerjaan Timbunan Tanah adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf perbengalaman Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pada pekerjaan Pengecoran Lereng adalah dengan memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pada pekerjaan Bronjong adalah menghitung kemungkinan terjadinya pergeseran tanah, memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan akibat eterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah adalah dengan mengamati prakiraan cuaca, menggunakan staf berpengalaman dan memperpendek jarak quarry tanah
DAFTAR PUSTAKA Ervianto, W. I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Andi Offset, Yogyakarta. Flanagan, R. dan Norman, G. 1993. Risk Management and Construction. Blackwell Science, London. Gaspersz, V. 2002. Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta . Geraldin, L. H., I. N. Pujawan, dan D. S. Dewi. 2007. “Manajemen Risiko dan Aksi Mitigasi untuk Menciptakan Rantai Pasok yang Robust”. Jurnal Teknologi dan Rekayasa Teknik Sipil. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Gray, C. F. dan E. W. Larson. 2006. Project Management : The Managerial Process 3th Edition. Andi Offset, Yogyakarta. Hoseynabadi, H. A., H. Oraee, dan P. J. Tavner. 2010. “Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) for wind turbines”. Electrical Power and Energy Systems, 32, 817–824 Hu K-Y dan W-Y Cheng. 2009. “Integrating Fuzzy Inference And FMEA TO Prioritize Service Failure Risk”. ACME Proceeding. Taiwan
Kangari,
Rozzbegh.1995. Managment Risk Perceptions and Trends of U.S. Constructions. Journal of Constructions Engineering and Management, 19(6), 325-335. Kerzner, H. 2002. Project Management: A Systems Approach to Planning, Scheduling, and Controlling 8th Edition. John Wiley & Sons, Inc., New York. Manggala, D. 2005. Mengenal Six Sigma Secara Sederhana. . Patterson, F D dan Neailey K. 2002. “A Risk Register Database System to Aid The Management of Project Risk”. International Journal of Project Management, 20, 365–374. Project Management Institute, 2008. A Guide to the Project Management Body of Knowledge, 4th Edition. USA Ramli, S. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management. PT. Dian Rakyat, Jakarta. Simmons, R. J. 2010. System Safety Analysis Techniques for Engineers, Manager and Ocupational Safety and Health Progessionals. System Safety Society, Siangapore Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional). Erlangga, Jakarta. Soemarno, M. S. 2007. Risiko Dan Analisanya. Smith, G. R. dan C. M. Bohn. 1999. Journal of Construction Engineering and Management : Small to Medium Contractor Contingency and Assumption of Risk. Co-pricipal Author. Susilo, L. J. dan V. R. Kaho. 2010. Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000 Untuk Industri Non Perbankan. PPM, Jakarta. Tah, J. H. dan V. Car. 2001. “Knowledge-Base approach to construction project risk management”. Journal of Computing in Civil Engineering, 15(3), 170-177 Wang M.T dan H-Y Chou (2003) " Risk Allocation and Risk Handling of Highway Project in Taiwan". Journal of Management in Engineering, 0742-597. Zeng, S. X., C. M. Tam, dan V. W. Y Tam,. 2010. “Integrating Safety, Environmental and Quality Risks for Project Management Using a FMEA Method”. Inzinerine Ekonomika-Engineering Economics, 21(1), ISSN 1392 – 2785. Wikipedia. 2011. Pengertian Jalan Lingkar.
TUGAS AKHIR – RC09-1380
IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO KONSTRUKSI DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR NAGREG V BANDUNG
RAHMI DEWI OCTAVIA NRP 3109 106 001
Dosen Pembimbing Trijoko Wahyu Adi, ST, MT, Ph.D. Farida Rahmawati, ST, MT.
JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012
IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO KONSTRUKSI DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR NAGREG V BANDUNG Nama Mahasiswa NRP Jurusan Dosen Pembimbing
: Rahmi Dewi Octavia : 3109 106 001 : Teknik Sipil FTSP – ITS : Trijoko Wahyu Adi, ST. MT. Ph.D Farida Rahmawati, ST. MT
Abstrak Proses konstruksi pada proyek jalan memiliki berbagai macam ketidakpastian yang pada akhirnya akan memunculkan berbagai macam risiko. Risiko adalah efek kumulasi dari peluang kejadian yang tidak pasti yang mempengaruhi sasaran dan tujuan proyek. Dampak risiko dapat mempengaruhi produktivitas, prestasi (performance), kualitas dan anggaran biaya proyek. Oleh karena itu, Tugas Akhir ini meneliti tentang identifikasi dan analisa risik, menggunakan dua metode, yaitu metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan metode Fault Tree Analysis (FTA). Identifikasi dimulai studi literatur dan survey pendahuluan. Responden penelitian ini adalah Project Manager, Site Engineeering Manager, Site Operational Manager, dan K3LM yang menangani Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung. Identifikasi risiko dilakukan dengan cara mencari failure mode pada tipa proses pekerjaan. Untuk mengetahui penyebab dari failure mode tersebut digunakan metode Fault Tree Analysis (FTA) sedangkan untuk mengetahui efek dari failure mode dgunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Dari FTA akan didapatkan nilai probability kejadian risikosedangkan dari FMEA akan diketahui nilai dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut. Untuk menilai tingkat risiko dilakukan dengan cara mengalikan nilai dari tingkat Severity dan Probability untuk mencari risiko yang paling dominan. Sebagai langkah terakhir dari Tugas Akhir ini adalah menentukan tindak mitigasi yang tepat terhadap risiko yang dominan. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa risiko-risiko yang relevan terjadi adalah kelongsoran, keterlambatan, retak, keruntuhan, material hilang lampu tidak nyala atau mati dan data tidak sesuai dokumen kontak. Risiko yang dominan terhadap proyek adalah kelongsoran pada pekerjaan Timbunan Tanah, terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Galian Tanah, kelongsoran pada pekerjaan Pengecoran Lereng, Terjadinya keruntuhan akibat pergeseran tanah pada pekerjaan Bronjong dan keterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah. Sedangkan tindak mitigasi yang dapat digunakan adalah selalu mengamati prakiraan cuaca, menggunakan staf berpengalaman, memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, dan memperpendek jarak quarry tanah. Kata Kunci : Identifikasi Risiko, Analisa Risiko, Failure Mode and Effect Analysis, Fault Tree Analysis, Jalan Lingkar, Nagreg
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disetiap proses pekerjaan konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dapat menimbulkan berbagai macam risiko baik dari metode pelaksanaan, alat, material dan sumber daya manusia yang dapat memepengaruhi kelancaran proyek, baik dari segi pelaksanaan, biaya dan waktu. Oleh karena itu, perlu adanya analisa terhadap risiko apa saja yang akan terjadi dan seberapa besar dampak (severity), dan kemungkinan (probability) kejadian risiko tersebut terjadi agar dapat menentukan strategi mitigasi yang tepat untuk menangani risiko tersebut. Akan tetapi, selama ini penelitian yang dilakukan hanya pada identifikasi atau analisa risiko saja, dimana analisa risiko yang digunakan bersifat kualitatif dengan menggunakan metode analisa probability impact matrix. Pada penelitian ini dilakukan penggabungan identifikasi dan analisa risiko, dimana analisa ini bersifat kuantitatif. Penelitian ini juga menggunakan dua metode, yaitu metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk mengidentifikasi failure mode dari tiap proses pekerjaan dan efek dari failure mode tersebut. Sedangkan untuk mencari sumber penyebab dari failure mode yang terjadi digunakan metode Fault Tree Analysis (FTA). FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode). Suatu mode kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam kecacatan, kondisi diluar spesifikasi yang ditetapkan, atau perubahan dalam produk yang menyebabkan terganggunya fungsi dari produk (Gasperz, 2002). Sedangkan FTA adalah metode analisis yang bersifat deduktif, dimulai dengan menetapkan kejadian puncak (top event) yang mungkin terjadi dalam sistem atau operasi (Ramli, 2010). 1.2 Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apa saja risiko (failure mode) yang terjadi pada pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung? 2. Apa saja yang menjadi sumber penyebab dan efek dari risiko yang terjadi? 3. Apa saja risiko yang paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan? 4. Bagaimana strategi mitigasi yang tepat untuk mengatasi risiko yang paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan?
1.3 Tujuan Tugas Akhir 1. Mengidentifikasi risiko apa saja yang terjadi pada pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung 2. Mengidentifikasi sumber penyebab dan efek dari risiko yang terjadi. 3. Mengetahui risiko yang apa saja yang paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan. 4. Menentukan strategi mitigasi yang tepat untuk mengatasi risiko paling dominan pada proses pelaksanaan pekerjaan. 1.4 Batasan Masalah 1. Risiko yang diteliti adalah risiko pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dari sudut pandang kontraktor. 2. Variabel risiko merupakan risiko teknis pada proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi. 3. Mengidentifikasi risiko-risiko yang berpotensi terjadi di proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dengan responden para engineer di PT. Hutama Karya (Persero) sebagai kontraktor.
METODOLOGI Latar Belakang Perumusan Masalah
Identifikasi Risiko: - Membuat daftar variabel risiko berdasarkan studi literatur dan risk register - Memvalidasi variabel risiko dengan melakukan survey pendahululuan - Mengidentifikasi sumber penyebab terjadinya failure mode berdasarkan metode FTA - Mengidentifikasi severity/efek terjadinya failure mode berdasarkan metode FMEA Analisa Risiko: - Menilai tingkat keparahan/severity risiko - Menilai probability terjadinya risiko - Menentukan risiko yang paling dominan terhadap proses pelaksanaan
Mitigasi Risiko (Optional) : - Menentukan strategi mitigasi risiko yang paling sering terjadi dan berdampak paling besar
Kesimpulan dan Saran
1.
3.1 Konsep Penelitian
DATA DAN ANALISA
4.1 Penilaian Risiko 4.1.1 Penilaian Risiko Berdasarkan Perhitungan Probability Langkah Pada saat dilakukan survey kuisioner probability risiko kepada responden, peneliti menggunakan nilai prosentase untuk mengukur tingkat probability pada basic event tiap kejadian variabel risiko yang relevan pada proyek Pembangunan Jalan Lingkar ini. Selanjutnya dilakukan perhitungan probability untuk masingmasing failure di tiap proses pekerjaan seperti pada contoh perhitungan dibawah ini :
Menetukan nilai Basic event : a. Cuaca (P1) = 0.1 b. Gambar tidak jelas (P2) = 0.1 c. Human eror (P3) = 0.1 d. Macet (P4) = 0.2 e. Elevasi jalan >10% (P5) = 0.3 f. Kelebihan muatan (P6) = 0.1 2. Mencari nilai probability pada Gate E (AND Gate) PE = P6 x P5 = 0.1 x 0.3 = 0.03 3. Mencari nilai probability pada Gate D (OR Gate) PD = 1 - [(1-PE) (1-P4)] = 1 - [(1-0.03) (1-0.2)] = 0.224 4. Mencari nilai probability pada Gate C (AND Gate) PC = P3 x P2 = 0.1 x 0.1 = 0.01 5. Mencari nilai probability pada Gate B (OR Gate) PB = 1 - [(1-PD) (1-PC)] = 1 - [(1-0.224) (1-0.01)] = 0.232 6. Mencari nilai probability pada Gate A (OR Gate) PA = 1 - [(1-PB) (1-P1)] = 1 - [(1-0.232) (1-0.1)] = 0.309 7. PA merupakan Top Event, maka nilai dari failure Terlambat dari proses Pekerjaan Timbunan adalah 0.309 x 100% = 30.9% Penetuan penyebab utama terjadinya failure disebut minimal cut set. Minimal cut set adalah sebuah grup paling dominan dari pohon kegagalan yang jika semua terjadi akan menyebabkan bagian atas (top even) terjadi. Contoh minimal cut set dari failure terlambat pada pekerjaan timbunan adalah sebagai berikut : 1. Minimal cut set pada Gate A Gate A dapat terjadi jika Gate 1 atau Gate B terjadi. Gate A 1 B 2. Minimal cut set pada Gate B Gate B dapat terjadi jika Gate C atau Gate D terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate B berubah. Gate B 1 C D 3. Minimal cut set pada Gate C Gate C dapat terjadi jika Gate 2 dan Gate 3 terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate C berubah. Gate C 1 2 3 D
4.
5.
Minimal cut set pada Gate D Gate D dapat terjadi jika Gate 4 atau Gate E terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate D berubah. Gate D 1 2 3 4 E Minimal cut set pada Gate E Gate E dapat terjadi jika Gate 5 dan Gate 6 terjadi. Gate 1 tetap sedangkan Gate E berubah. Gate E 1 2 3 4 5 6
1. 2.
Tabel 4.2 Tabel antara Skala, Jumlah Responden dan Nilai Persentase Skala 1 2 3 4 5 Jml Responden (org) 3 2 0 0 0 % 60 40 0 0 0 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa kemungkinan nilai severity terjadi pada skala 1 s/d 2 dengan rentang 60% + 40% = 100%, seperti pada gambar 4.1
Berdasarkan langkah minimal cut set diatas, diketahui bahwa failure terlambat pada pekerjaan timbunan terjadi apabila : 1. Tejadinya hujan (cuaca), atau 2. Gambar tidak jelas dan human eror, atau 3. Terjadi kemacetan, atau 4. Elevasi jalan >10% dan kelebihan muatan
Skala 1
Skala 2
60%
40%
Rp. 2,064,748,806
Skala 3
Skala 4
Skala 5
Rp. 6,194,246,419
Gambar 4.1 Rentang Kemungkinan Terjadinya Nilai Severity 3.
Penilaian Risiko Berdasarkan Tingkat Severity Pada saat dilakukan survey kuisioner severity risiko kepada responden, peneliti menggunakan metode skala untuk mengukur tingkat severity kejadian variabel risiko yang relevan pada proyek Pembangunan Jalan Lingkar ini. Dimana skala tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 :
Membuat tabel antara skala dengan jawaban responden, seperti pada tabel 4.2 Memberikan nilai persentase dari jawaban responden. Oleh karena reponden ada 5 orang, maka setiap orang memiliki nilai 20%, seperti pada tabel 4.2
4.1.2
4.
Membuat simulasi angka random sebanyak 100x menggunakan uniform distribusi U[Rp. 2,064,748,806, Rp. 6,194,246,419], dengan proporsi seperti pada gambar 4.2 Membuat grafik dari hasil simulasi angka random seperti pada gambar 4.3
Tabel 4.1Tingkat Keparahan (Severity) Risiko Interval 5 4 3 2 1
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
Keparahan dari Biaya > Rp. 10,323,744,030.93 8,258,995,224.74 Rp. 10,323,744,030.93 6,194,246,418.56 Rp. 8,258,995,224.74 4,129,497,612.37 Rp. 6,194,246,418.56 2,064,748,806.19 Rp. 4,129,497,612.37
Kriteria penetapan skala pada tingkat severity ini dilakukan sendiri oleh peneliti. Kriteria biaya ini dibuat berdasarkan biaya kontinjensi atau biaya yang khusus yang telah disiapkan oleh kontraktor jika terjadi risiko/failure mode. Biaya ini diambul dari biaya langsung proyek (± 10%). Berdasarkan hasil kuisioner diketahui bahwa terlambatnya pekerjaan timbunan dapat mengakibatkan pekerjaan setelahnya (pekerjaan lapisan berbutir dan aspal) terlambat dilaksanakan. Akan tetapi, penilaian yang diberikan masingmasing responden berbeda, untuk itu perlu adanya penyesuaian nilai dengan menggunakan random persentase. Adapun langkahnya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.2 Grafik Random Nilai Severity Berdasarkan gambar diatas, didapatkan nilai rata-rata sebesar Rp. 4,261,600,115 4.1.3
Perhitungan Nilai Probability x Severity Berdasarkan nilai hasil perhitungan probability dan severity masing-masing risiko yang telah didapatkan, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan nilai probability x severity untuk dapat menentukan risiko yang paling dominan. Untuk failure terlambat pada pekerjaan Timbunan adalah sebagai berikut : Risk Value = Probability x Saverity = 30.9% x Rp. 4,261,600,115 = Rp 1,316,834,435.54
Nilai ini adalah E(Risk) atau perkiraan biaya (rugi) yang harus ditanggung oleh kontraktor jika failure keterlambatan pada pekerjaan timbunan terjadi. 4.1.4
Tindak Mitigasi Dari analisa risiko yang telah dilakukan, telah didapatkan enam risiko dari lima proses yang berbeda berdasarkan nilai 5 teratas. Risiko pertama adalah risiko longsor yang terjadi pada proses pekerjaan galian tanah dengan nilai risk Rp.3,379,460,951. Risiko tersebut disebabkan oleh hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbuti dan Aspal) terlambat mulai. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko kedua adalah risiko longsor yang terjadi pada proses pekerjaan timbunan tanah dengan nilai risk Rp3,065,276,679. Risiko tersebut disebabkan oleh hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko ketiga adalah risiko longsor yang terjadi pada proses pekerjaan pengecoran lereng dengan nilai risk Rp2,449,277,988. Risiko ini disebabkan oleh hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan, gambar tidak jelas serta segregasi beton sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerjadan penambahan waktu akibat perbaikan. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko keempat adalah terjadinya keruntuhan pada proses pekerjaan bronjong dengan nilai risk Rp1,573,469,522. Risiko tersebut disebabkan oleh pergeseran tanah yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan kegagalan konstruksi sehingga pelaksana perlu kerja ulang (penambahan waktu dan biaya pekerjaan). Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah menghitung kemungkinan terjadinya pergeseran tanah, memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Risiko yang kelima adalah risiko keterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah dengan nilai risk Rp.1,316,834,435. Risiko ini disebabkan oleh hujan, material kurang di
lapangan, material terlambat datang akibat macet dan truk yang tidak mampu mendaki sehingga dapat pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbuti dan Aspal) terlambat mulai. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan mengamati prakiraan cuaca, menggunakan staf berpengalaman dan memperpendek jarak quarry tanah.
KESIMPULAN Dalam perencanaan Tugas Akhir ini dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Didapatkan beberapa variabel risiko yang relavan pada proses pelaksanaan pekerjaan proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V, yaitu: a. Longsor b. Terlambat c. Retak d. Runtuh e. Material hilang f. Lampu tidak menyala atau mati g. Data tidak sesuai dokumen kontrak 2. Berdasarkan hasil identifikasi dengan menggunakan metode FTA didapatkan beberapa hal yang menjadi sumber penyebab terjadinya risko, yaitu : a. Hujan b. Human eror c. Macet d. Gambar tidak jelas e. Salah perhitungan f. Kesalahan pelaksanaan g. Kelebihan muatan h. Truk tidak mampu mendaki i. Elevasi jalan >10% j. Material hilang k. Material kurang l. Material terlambat datang m. Segregasi beton n. Material rusak o. Alat belum terkalibrasi p. Titik sampel tidak mewakili q. Kesalahan instalasi r. Kabel putus Adapun efek yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya risiko adalah sebagai berikut : a. Penambahan waktu kerja (Schedule) b. Kecelakaan kerja (Personel) c. Berkurangnya produktifitas kerja (Productivity) d. Penambahan biaya pekerjaan (Cost)
a. 3.
4.
Berdasarkan hasil analisa probability x severity didapatkan 5 risiko dari proses pekerjaan yang berbeda yang memiliki peringkat teratas yaitu, risiko-risiko tersebut adalah : a. Terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Galian Tanah dengan nilai risk Rp.3,379,460,951 yang disebabkan hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai b. Terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Timbunan Tanah dengan nilai risk Rp3,065,276,679 yang disebabkan hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja, dan dapat menyebabkan pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai c. Terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Pengecoran Lereng dengan nilai risk Rp2,449,277,988 yang disebabkan hujan dan human eror akibat kurangnya perkuatan serta gambar yang tidak jelas sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja, penambahan waktu dan biaya pekerjaan d. Terjadinya keruntuhan akibat pergeseran tanah pada pekerjaan Bronjong dengan nilai risk Rp1,573,469,522 yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan kegagalan konstruksi sehingga pelaksana perlu kerja ulang (penambahan waktu dan biaya pekerjaan) e. Keterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah dengan nilai risk Rp.1,316,834,435 yang disebabkan hujan, material kurang di lapangan, material terlambat datang akibat macet dan truk yang tidak mampu mendaki sehingga dapat pekerjaan selanjutnya (pekerjaan Perkersan Berbutir dan Aspal) terlambat mulai Tindak mitigasi dari masing-masing risiko yang dominan adalah :
b.
c.
d.
e.
Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pada pekerjaan Galian Tanah adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pekerjaan Timbunan Tanah adalah dengan selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf perbengalaman Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pada pekerjaan Pengecoran Lereng adalah dengan memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman Tindak mitigasi yang dapat dilakukan pada pekerjaan Bronjong adalah menghitung kemungkinan terjadinya pergeseran tanah, memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan akibat eterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah adalah dengan mengamati prakiraan cuaca, menggunakan staf berpengalaman dan memperpendek jarak quarry tanah
DAFTAR PUSTAKA Ervianto, W. I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Andi Offset, Yogyakarta. Flanagan, R. dan Norman, G. 1993. Risk Management and Construction. Blackwell Science, London. Gaspersz, V. 2002. Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta . Geraldin, L. H., I. N. Pujawan, dan D. S. Dewi. 2007. “Manajemen Risiko dan Aksi Mitigasi untuk Menciptakan Rantai Pasok yang Robust”. Jurnal Teknologi dan Rekayasa Teknik Sipil. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Gray, C. F. dan E. W. Larson. 2006. Project Management : The Managerial Process 3th Edition. Andi Offset, Yogyakarta. Hoseynabadi, H. A., H. Oraee, dan P. J. Tavner. 2010. “Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) for wind turbines”. Electrical Power and Energy Systems, 32, 817–824 Hu K-Y dan W-Y Cheng. 2009. “Integrating Fuzzy Inference And FMEA TO Prioritize Service Failure Risk”. ACME Proceeding. Taiwan
Kangari,
Rozzbegh.1995. Managment Risk Perceptions and Trends of U.S. Constructions. Journal of Constructions Engineering and Management, 19(6), 325-335. Kerzner, H. 2002. Project Management: A Systems Approach to Planning, Scheduling, and Controlling 8th Edition. John Wiley & Sons, Inc., New York. Manggala, D. 2005. Mengenal Six Sigma Secara Sederhana. . Patterson, F D dan Neailey K. 2002. “A Risk Register Database System to Aid The Management of Project Risk”. International Journal of Project Management, 20, 365–374. Project Management Institute, 2008. A Guide to the Project Management Body of Knowledge, 4th Edition. USA Ramli, S. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management. PT. Dian Rakyat, Jakarta. Simmons, R. J. 2010. System Safety Analysis Techniques for Engineers, Manager and Ocupational Safety and Health Progessionals. System Safety Society, Siangapore Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional). Erlangga, Jakarta. Soemarno, M. S. 2007. Risiko Dan Analisanya. Smith, G. R. dan C. M. Bohn. 1999. Journal of Construction Engineering and Management : Small to Medium Contractor Contingency and Assumption of Risk. Co-pricipal Author. Susilo, L. J. dan V. R. Kaho. 2010. Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000 Untuk Industri Non Perbankan. PPM, Jakarta. Tah, J. H. dan V. Car. 2001. “Knowledge-Base approach to construction project risk management”. Journal of Computing in Civil Engineering, 15(3), 170-177 Wang M.T dan H-Y Chou (2003) " Risk Allocation and Risk Handling of Highway Project in Taiwan". Journal of Management in Engineering, 0742-597. Zeng, S. X., C. M. Tam, dan V. W. Y Tam,. 2010. “Integrating Safety, Environmental and Quality Risks for Project Management Using a FMEA Method”. Inzinerine Ekonomika-Engineering Economics, 21(1), ISSN 1392 – 2785. Wikipedia. 2011. Pengertian Jalan Lingkar.