14/41060.pdf
TUGAS AKHIR PROGRAM MAGISTER (TAPM)
R
BU
KA
IMPLEMENTASI PROGRAM ONE VILLAGE ONE PRODUCT (OVOP) MELALUI KOPERASI (Studi Kasus Pengembangan Produk Olahan Rosella di Kabupaten Bintan)
ER SI TA
S
TE
TAPM diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Ilmu Administrasi Bidang Minat Administrasi Publik
U
N
IV
Disusun Oleh :
MEMI LOMA NIM. 016760362
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS TERBUKA JAKARTA 2013
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
ABSTRAK Implementasi Program One Village One Product (OVOP) Melalui Koperasi (Studi Kasus Pengembangan Produk Olahan Rosella Di Kabupaten Bintan) Memi Loma Universitas Terbuka
[email protected] Kata kunci
: Implementasi, Koperasi, Komunikasi, Disposisi, Sumberdaya, Struktur Birokrasi
U
N
IV
ER SI TA
S
TE
R
BU
KA
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis bagaimana implementasi kebijakan pengembangan rosella sebagai produk unggulan di Kabupaten Bintan; 2) Menganilisis bagaimana kelayakan dan keberlangsungan OVOP di Kabupaten Bintan; 3) menganalisis dampak pengembangan rosella terhadap peningkatan pendapatan masyarakat setempat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, dengan mengambil responden sebanyak 30 orang meliputi petani dan UKM yang tergabung dalam Koperasi Asosiasi Industri Makanan dan Kerajinan Kabupaten Bintan. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, kuesioner, observasi dan kajian literatur. Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa implementasi program OVOP di Kabupaten Bintan belum berjalan maksimal. Ditinjau dari faktor komunikasi dalam pelaksanaan kebijakan pengembangan koperasi secara umum sudah cukup baik, ditinjau dari kejelasan penyampaian sasaran kebijakan, keberadaan petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan dan koordinasi dengan bagian terkait. Kondisi sumberdaya masih lemah terutama dilihat dari kualitas SDM, sumberdaya financial maupun sarana dan prasarana. Untuk aspek disposisi secara umum menunjukkan kondisi yang cukup baik, terutama dilihat dari sisi dukungan, komitmen dan transparansi. Sedangkan untuk dimensi struktur birokrasi sudah cukup baik implementasi kebijakan pengembangan OVOP melalui koperasi, terutama dilihat dari ketersediaan pola-pola hubungan antar bagian dari masing-masing pelaksana kebijakan pengembangan OVOP, sedangkan untuk SOP belum tersedia. Kelayakan dan keberlanjutan OVOP hingga menembus kompetensi inti bersaing di pasar internasional ditargetkan dapat dicapai pada tahun 2015-2016. Oleh sebab itu, semua komponen harus dilibatkan agar progam OVOP di Kabupaten Bintan tercapai sesuai waktu yang ditargetkan.
ii
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
The Implementation of One Village One Product Program by utilization of Cooperative (Koperasi) Memi Loma Universitas Terbuka
[email protected]
:
The Implementation, The Cooperation, Communication, Disposition, Resource, Beurocracy Structure
U
N
IV
Keywords
ER SI TA
S
TE
R
BU
KA
ABSTRACT The study aims at exploring the implementation of One Village One Product (OVOP) program in Bintan District. The study further examines to what extent the implementation of OVOP toward increasing the community welfare. Research utilized descriptive method and interviewed about 30 respondents including the farmers and cooperative staff affiliated by the Association of Food and Beverages in Bintan District. Data was collected by use of questionnaires, interview and observation. The study found that the implementation of OVOP program has not been optimal particularly in the area of the clarity of program, human resources capacity, financial support and infrastructures. However in terms of communication, dispossession, commitment and transparency showed satisfactory results. The bureaucratic structures also revealed a good support to the program. In order to maintain the sustainability of program it is required to upgrade the human resource capacity and improve the policy toward the market competiton in 2016.
iii
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
19£09l910 ."IN
9(';01IhJI'"
IV ER
N
U SI T
tmI'llIA~ lUi).
£IOZ!unr
.~
AS TE
'!~!IlflIII ~ '!:~
~
'"1lIJII-._p la.\WJIl u-...
R
,1I4qd) -...lit rwd
BU
J~
•
; . . . . . . .us.(S\fIPI
KA
1"flUlp ...' drln1!P Ius.('; II ~ "'" .....,pgJ..us I.Uq I'"'I~" '("""11/"" «p~ to .~. ""'PIO"~ ••11.. ~"J,I aay U"ISJ ~JiI·/~J\" (JaIOJPfI~'""O..:t.,ltl -0 ~ ~ " I I"I'ftWq ..... hodV.1
>:.119nd ISVlUSlNUiJUV lllJJ.SI~VIV :lunJS ~iJvtlOOHd
VNVrHVSV:>SVd IVYll~Hd
V>lftOllll SVJ.ISN3A ISfl
14/41060.pdf
_-:r Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
lOOlZOl66160901L61 'diN
!s"W"dlsUUjSllijn't\ Q!lt8lUllU3J!lg
-lIo.I.d aWlI!uIpl9 -.lP)l
AS
SI T
N IV ER
U
~1Ct"d ~wpy~
9OO1£OSI616111'K61 "diN
i1lS S 'SW ~3 fI!Jj"<S 'R 'l(j
KA
BU
R
d 4d "'VW -lis iJU&Hd
TE
610 I[06I6IlU0t961 ell,
[dlIlIll.lJ!.lRH £lOt llnr L: ~!lqlld !stJlS!"!llJPV ~lS!hW: !pniS UIIU2klJ.d t9£091.910: ~IN "'''''01 IVGW: Wel ....L lIlK1\.\lQd
(UIIl"!£! u~lldnq~ !a 811~H llV\fl110 llnflWd lIl!!Jufqw:llJuo\! SItS,,, !PfIIS) !ftJ;Klo)[ lnllll~~~ (dOAO) 1JN{}4JJ i1U{) ,:willA IU{) wlLl1oJ.d !U\U:MU::lldwl :
WdV.1 IolVOCR.L3SM3d lIVOJ.ll3'1 14/41060.pdf
14/41060.pdf
UNIVERSITAS TER8UKA
PROORAM PASCASARJANA
PROGRAM STlJDI: MAGISTER AOMINISl'RASII'U8UK
I'f..1"'GESAHA~
N_
MEMI LO\tA
NIM Program Studi Judul Tesis
016760362 MqiSleT" Adminisuui Publik ImDkmmwi I"roRnm Ow ~·,II~ OM ProdtIcI (OVOI') Mtlalui Kopcnsi (!>ludi Kasus Pal&cmbllnpn f'Toduk Olahan Rosella Oi Kabu..ltll BlIIWl)
Ttlah dipttUhanbn dih ad ..... SiGan& Panilia
Pmau:ii Tesi' Prop_
I"tiusalJlI\l. P1'lJpun S1udi ~ Adminisuui Publi" Uni~ Terbula
""'"
."""
10.00 WIS
BU
: 1.00
KA
: "'inp 7 Juli 20lJ
l...-wTangal
cIaIllria/I dill)"aIabn WLUS
TE
R
PA",mA PESGLJI T'ESIS
S
Iii..
Pdf. Sri IWijML -"II!. "'11' 196.."'09111911O)200~
SI
TA
"-_ Komisi Pftlpji
IV
ER
~~j-
PmCPJ, ,""Pi
i.
...
U
N
Pmcvji AII1i
PnDbimbina J
Dr H. S,,&ja! E.i. MS. r> Sol '
Panblmbl"lll
""'
-e
: Dwyono. Stlp MAw'" P MP 196407221919OJIOI9
"
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan Rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir Program Magister (TAPM) ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Penulisan TAPM dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
KA
mencapai gelar Magister Administrasi Publik Program Pasca Sarjana Universitas
BU
Terbuka. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
TE
R
pihak, dari mulai perkuliahan sampai pada penyusunnan TAPM ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan TAPM ini.
ER SI TA
S
Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr.Suciati, M.Sc selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Terbuka; 2. Florentina Ratih Wulandari, S.IP,M.Si selaku Ketua Bidang Ilmu Sosial dan
IV
Ilmu Politik Program Magister Administrasi Publik Universitas Terbuka
N
3. Paken Pandiangan,S.Si,M.Si selaku Kepala UPBJJ-UT Batam selaku
U
penyelenggara Program Pascasarjana 4. Bapak Dr.H.Syafrial Evi, MS., S.Sos, MM selaku Pembimbing I dan Bapak Daryono, SH., MA., Ph.D, selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam menyusun TAPM ini; 5. Dr.Ir.Sri Harijati,MA selaku Ketua Komisi Penguji dan Prof.Dr.Aries Djaenuri,MA selaku Penguji Ahli
vii
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
6. Kepala Bidang Koperasi dan UKM Kabupaten Bintan, Bapak Riki Rionaldi, MSi beserta seluruh jajaran, khususnya Deputi Bidang Pengkajian Kementerian Koperasi dan UKM RI Bapak I Wayan Dipta 7. Secara khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tuaku, ayahanda
Hasan Bahri (almarhum) dan Ibunda Walna, suamiku
Siswanto,AS,SH,MH dan anak-anakku tercinta beserta seluruh keluarga yang telah banyak memberikan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan studi
BU
saya yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.
KA
dengan baik, dan seluruh sahabat seperjuangan yang telah banyak membantu
R
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
TE
semua pihak yang telah membantu. Semoga TAPM ini berguna dan bermanfaat
ER SI TA
S
bagi pengembangan ilmu.
IV
Batam,
U
N
Memi Loma
viii
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Juli 2013 Penulis,
14/41060.pdf
DAFTAR ISI
R
BU
KA
Halaman Halaman Judul ........................................................................................... i Abstrak ...................................................................................................... ii Abstrack .................................................................................................... iii Lembar Pernyataan .................................................................................... iv Lembar Persetujuan ................................................................................... v Lembar Pengesahan ................................................................................... vi Kata Pengantar .......................................................................................... vii Daftar Isi ................................................................................................... ix Daftar Gambar .......................................................................................... xii Daftar Tabel .............................................................................................. xiii Daftar Lampiran ........................................................................................ xiv
ER SI TA
S
TE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... B. Batasan Masalah .................................................................................. C. Rumusan Masalah ............................................................................... D. Tujuan Penelitian ................................................................................. E. Manfaat Penelitian ...............................................................................
1 10 10 11 11
17 26 30 31 34 38 41 46
B. Kerangka Konseptual ........................................................................... 1. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 2. Kerangka Berpikir .................................................................................
47 47 51
U
N
IV
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori .......................................................................................... 1. Konsep Kebijakan Publik ..................................................................... 2. Konsep Implementasi Kebijakan Publik Dalam Penetapan Produk Unggulan .............................................................................................. 3. One Village One Product (OVOP) ....................................................... 4. Kriteria OVOP ..................................................................................... 5. OVOP dan Koperasi ............................................................................. 6. Usaha Kecil Menengah (UKM) ............................................................ 7. Tahap Pengembangan OVOP ............................................................... 8. Deskripsi Rosella .................................................................................. 9. Manajemen…………………………………………………………...
ix
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
13 13
14/41060.pdf
C. 1. 2. 3. 4.
Definisi Operasional ............................................................................. Pemberdayaan UKM Melalui Produk Unggulan Rosella ..................... Implementasi Program .......................................................................... Kelayakan Program OVOP ................................................................... Keberlangsungan Progam OVOP .........................................................
52 52 54 56 57
60 60 61
B. Populasi dan Sampel .............................................................................. 1. Populasi .................................................................................................. 2. Sampel ....................................................................................................
61 61 61
BU
KA
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian .................................................................................... 1. Jenis Penelitian ....................................................................................... 2. Lokasi Penelitian ....................................................................................
TE
R
C. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................. 1. Jenis dan sumber data ............................................................................ 2. Teknik pengumpulan data ...................................................................... D.
ER SI TA
S
rumen Penelitian ..............................................................................
62 61 63 Inst 65
68
BAB IV ANALISA DATA A. Implementasi Program OVOP di Kabupaten Bintan .............................
70
IV
E. Metode Analisis Data .............................................................................
78
N
1. Tahapan Implementasi Program OVOP di Kabupaten Bintan ..............
U
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Pengembangan Program OVOP melalui Koperasi ................................
82
3. Hasil Analisis Pengusahaan Rosella Di Bintan ......................................
88
4. Deskripsi Jawaban Responden atas Kuesioner .......................................
92
B. 1. 2. 3.
Kriteria dan pengembangan OVOP di Kabupaten Bintan ..................... Kriteria OVOP ........................................................................................ Demografi Budidaya Rosella di Kabupaten Bintan………………….. Peran Koperasi dalam Pengembangan OVOP ........................................ x
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
109 109 110 113
14/41060.pdf
C. 1. 2. 3.
Kelayakan OVOP dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat ...... Berpikir Global Bertindak Lokal ............................................................. Bebas dan Kreatif .................................................................................... Pengembangan SDM ...............................................................................
116 117 117 118
D. Strategi Pengembangan dan Keberlanjutan OVOP Melalui Koperasi dan UKM .................................................................................
120
tegi Pengembangan Koperasi ............................................................
Stra 120
musan Kebijakan Keberlanjutan Program OVOP di Bintan ..............
Ru 123
1.
KA
2.
BU
E.
Fakt 127
TE
R
or Kunci Keberlanjutan OVOP di Bintan ........................................ F.
129
S
bahasan……………………………………………………………
Pem
129
2. Kelayakan dan Keberlangsungan OVOP……………………………
130
3. Kesejahteraan Masyarakat melalui OVOP………………………….
131
IV
ER SI TA
1. Implementasi Program OVOP………………………………………
133 134
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
136
U
N
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................. B. Saran .......................................................................................................
xi
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 4.1
U
N
IV
ER SI TA
S
TE
R
BU
KA
Gambar 4.2 Gambar 4.3
Halaman Skema Tiga Prinsip OVOP ....................................................... 28 Kerangka Konseptual Pemikiran .............................................. 52 Pola Pengembangan OITA Dalam Mengembangkan OVOP ....................................................................................... 71 Konsep Dasar OVOP ................................................................ 74 Program OVOP Dengan Pendekatan Pengembangan UKM..... 119
xii
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
DAFTAR TABEL
KA
BU
R
TE
S
U
N
IV
Tabel 2.3 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 4.1 Tabel 4.2. Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11
ER SI TA
Tabel 2.1 Tabel 2.2
Halaman Kekuatan dan Kelemahan UKM.....................................................34 Rencana Pengembangan Produk Unggulan Tanaman Rosella di Kabupaten Bintan................................................ 44 Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................... 58 Desain Penelitian ........................................................................ 60 Pihak-Pihak Yang Diwawancarai .............................................. 64 Bobot Nilai Jawaban Responden ................................................. 66 Uji Realibilitas Masing-masing Variabel ................................... 67 Tahapan Pengembangan OVOP di Kabupaten Bintan........ 79 Keanggotaan Koperasi Asosiasi Makanan dan Kerajinan .......... 84 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin......... 88 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pekerjaan ............... 89 Minat Responden Melakukan Budidaya Rosella ....................... 90 Tingkat Pengenalan Responden Terhadap Rosella .................... 90 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan ............ 91 Jawaban Responden atas Implementasi Kebijakan .................... 92 Jawaban Responden untuk Kelayakan OVOP ........................... 98 Jawaban Responden untuk Keberlangsungan OVOP ................ 102 Jawaban Responden untuk Kesejahteraan Masyarakat Melalui OVOP ........................................................................... 106
xiii
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
DAFTAR LAMPIRAN
U
N
IV
ER SI TA
S
TE
R
BU
KA
Lampiran 1 Kuisioner Lampiran 2 Tabulasi Data Jawaban Responden Lampiran 3 Output Analisis Data
xiv
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep Kebijakan Publik Berbicara mengenai kebijakan (policy) hendaknya dibedakan dengan kebijaksanaan (wisdom), meskipun dalam penerapan dan penggunaan keduanya sering dipersamakan. Kebijakan merupakan kesepakatan bersama
KA
dari berbagai persoalan yang timbul dalam masyarakat dan sudah disahkan
BU
oleh masyarakat itu sendiri melalui lembaga yang berwenang untuk
R
dilaksanakan. Sedangkan kebijaksanaan merupakan suatu rangkaian tindakan
TE
dari aturan yang sudah ditetapkan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat
yang
ada
terlebih
ER SI TA
demikian,
S
oleh personal/individu pejabat yang berwenang (Syafi’i, 1999). Dengan dahulu
adalah
kebijakan,
sedangkan
kebijaksanaan ada setelah suatu kebijakan tersebut disepakati. Jadi tidak mungkin suatu kebijaksanaan timbul sebelum adanya kebijakan. mempertajam
IV
Untuk
pengertian
tentang
kebijakan,
berikut
ini
U
N
dikemukakan pendapat dari beberapa ilmuwan sebagaimana yang dikutip dari Thoha (2002). Salah satu diantaranya adalah menurut Lasswell dan Kaplan (1970) yang menyatakan bahwa kebijakan merupakan suatu program yang diproyeksikan dari tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan pratika-pratika. Selanjutnya, Eulau dan Prewitt (1973) merumuskan kebijakan sebagai suatu keputusan yang teguh dan disifati oleh adanya perilaku yang konsisten, serta pengulangan
pada
bagian
keduanya,
yakni
bagi
orang-orang
yang
membuatnya dan bagi orang-orang yang melaksanakannya. Dalam hal ini,
13 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
14
kebijakan dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh pihak-pihak lain yang melaksana-kannya dengan menekankan perilaku yang konsisten dan berulang. Dengan mengacu pada pendapat para ilmuwan di atas, Thoha (2002) merumuskan bahwa dalam arti yang luas, kebijakan mempunyai 2 (dua) aspek pokok, yaitu. a. Kebijakan merupakan pratika sosial, bukan event yang tunggal atau terisolir. Dengan demikian suatu yang dihasil-kan pemerintah berasal dari segala
KA
kejadian dalam masya-rakat dan dipergunakan pula untuk kepentingan
adalah
suatu
peristiwa
yang
ditimbulkan,
baik
untuk
R
b. Kebijakan
BU
masyarakat.
TE
mendamaikan claim dari pihak-pihak yang konflik atau untuk menciptakan
S
insentif terhadap tindakan bersama bagi pihak-pihak yang ikut menciptakan
ER SI TA
tujuan, akan tetapi mendapatkan perlakuan yang tidak rasional dalam usaha bersama tersebut.
Berdasarkan kedua aspek pokok tersebut di atas dapat disim-pulkan bahwa
IV
pada satu pihak, kebijakan dapat berbentuk suatu usaha yang komplek dari
U
N
masyarakat untuk kepentingan masyarakat, di lain pihak kebijakan merupakan suatu teknik atau cara untuk mengatasi konflik yang menimbulkan insentif. Adapun kata publik (public) menurut Echols dan Shadily (1987) adalah (1) masyarakat umum, rakyat umum, atau orang banyak dan (2) rakyat. Adapun kebijakan publik sebagaimana yang dirumuskan oleh Easton dalam Thoha (2002) merupakan alokasi nilai yang otoritatif oleh seluruh masyarakat. Akan tetapi, hanya pemerintah sajalah yang berbuat secara otoritatif untuk seluruh masyarakat, dan semuanya yang dipilih oleh
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
15
pemerintah untuk dikerjakan atau untuk tidak dikerjakan adalah hasil-hasil dari nilai-nilai tersebut (the authoritative allocation of value for the whole society but turns out that only the government can authoritatively act on the whole society, and everything the government choose to do or not to do results in the allocation of values). Anderson dalam Widodo (2001) mengartikan kebijakan publik sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan
KA
dilaksanakan oleh pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan masalah
BU
tertentu. Lebih lanjut dikatakan Anderson ada elemen-elemen penting yang
R
terkandung dalam kebijakan publik antara lain mencakup hal-hal sebagai
TE
berikut.
IV
ER SI TA
S
a. Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu. b. Kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah. c. Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, dan bukan apa yang bermaksud akan dilakukan. d. Kebijakan publik bersifat positif (merupakan tindakan pemerintah mengenai suatu masalah tertentu) dan bersifat negatif (keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu). e. Kebijakan publik (positif) selalu berdasarkan pada peraturan perundangan tertentu yang bersifat memaksa (otoritatif).
U
N
Berdasarkan pengertian dan elemen yang terkandung dalam kebijakan tersebut, maka kebijakan publik dibuat adalah dalam kerangka untuk memecahkan masalah dan untuk mencapai tujuan serta sasaran tertentu yang diinginkan. Mengacu pada beberapa pendapat tentang definisi kebijakan publik diatas, maka dapat dirumuskan bahwa kebijakan publik merupakan pengetahuan tentang sebab-sebab atau permasa-lahan-permasalahan yang timbul dalam masyarakat, yang kemu-dian dianalisis, dirumuskan, disepakati bersama, dan disahkan oleh lembaga-lembaga pemerintah atau negara (state)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
16
yang sifatnya mengikat untuk dilaksanakan bersama oleh masyarakat itu sendiri, dan konsekuensi atas pelanggaran tersebut akan dikenai sanksi. Lembaga-lembaga pemerintah dimaksud adalah institusi yang membuat kebijakan-kebijakan sekaligus merupakan institusi pelaksana kebijakan. Adapun
kebijakan-kebijakan
yang
dibuat
oleh
lembaga-lembaga
pemerintah bersumber dari masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat. Agar suatu kebijakan publik akurat dan dapat diterima oleh masyarakat, maka
KA
terlebih dahulu harus dilakukan analisis kebijakan (policy analysis) yang ideal.
BU
Untuk memberikan hasil analisis yang tepat, maka lembaga-lembaga
R
pemerintah harus memiliki SDM sebagai analis kebijakan (policy analysis)
TE
yang profesional dan bermoral tinggi. Sehingga mereka mampu menyediakan
ER SI TA
diimplementasikan.
S
berbagai alternatif kebijakan sebelum menetapkan kebijakan publik yang akan
Menurut Dunn (1999) paling tidak ada lima prosedur yang lazim dilakukan dalam melakukan analisis kebijakan:
U
N
IV
a. Perumusan masalah (definisi), menghasilkan informasi mengenai kondisikondisi yang menimbulkan masalah kebijakan. b. Peramalan (prediksi), menyediakan informasi mengenai konsekuensi dimasa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan termasuk tidak melakukan sesuatu. c. Rekomendasi (preskripsi), menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan relatif dari konsekuensi dimasa depan dari suatu pemecahan masalah. d. Pemantauan (deskripsi), menghasilkan informasi tentang konsekuensi sekarang dan masa lalu dari diterapkannya anternatif kebijakan e. Evaluasi (evaluation), yang mempunyai nama sama dengan yang dipakai dalam bahasa sehari-hari, menyediakan informasi mengenai nilai atas kegunaan dari konsekuensi pemecahan atau pengatasan masalah.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
17
2. Konsep Implementasi Kebijakan Publik Dalam Penetapan Produk Unggulan Suatu kebijakan publik yang telah disahkan tidak akan bermanfaat apabila tidak diimplementasikan secara maksimal dan benar. Hal ini disebabkan karena implementasi kebijakan publik berusaha untuk mewujudkan kebijakan publik yang masih bersifat abstrak ke dalam realita nyata. Maka harus ada implementor yang konsisten dan profesional untuk mensosialisasikan isi
KA
kebijakan tersebut. Dengan kata lain, bahwa pelaksanaan kebijakan publik
BU
berusaha menimbulkan hasil (outcome) yang dapat dinikmati terutama oleh
(implementation)
menurut
TE
Implementasi
R
kelompok sasaran (target groups).
Kamus
Ilmiah
Populer
S
mempunyai arti pelaksanaan atau penerapan (Partanto dan Barry, 2001). Jones
ER SI TA
dalam Widodo (2001) mengartikan implementasi kebijakan publik sebagai “getting the job done and doing it”. Dalam melaksanakan implementasi kebijakan menuntut adanya syarat antara lain adanya orang atau pelaksana,
IV
uang, dan kemampuan organisasional. Lebih lanjut Jones (2001) merumuskan
U
N
batasan implementasi sebagai “a process of getting additional resources so as to figure out what is to be done”. Implementasi dalam hal ini merupakan proses mendapatkan sumberdaya tambahan, sehingga dapat menghitung apa yang harus dikerjakan. Apa yang dikemukakan di atas paling tidak kebijakan memerlukan dua macam tindakan berurutan: pertama, merumuskan tindakan yang akan dilakukan; dan kedua, melaksanakan tindakan apa yang telah dirumuskan tadi (Jones, Widodo, 2001).
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
18
Menurut Nugroho (2003) implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya (tidak lebih dan tidak kurang). Selanjutnya Nugroho (2003) mengemukakan bahwa perencanaan atau sebuah kebijakan yang baik akan berperan menentukan hasil yang baik. Konsep (yang didukung data dan informasi masa depan) kontribusinya mencapai proporsi sekitar 60 persen terhadap keberhasilan kebijakan tersebut dan proporsi sekitar 40 persen terhadap implementasi yang harus konsisten
KA
dengan konsep.
BU
Kebijakan pembangunan industri jangka menengah saat ini diarahkan pada
R
pengembangan dan penumbuhan kluster-kluster industri, yang sementara ini
TE
berjumlah sepuluh kelompok industri, yaitu : 1) industri makanan dan
S
minuman; 2) industri pengolahan hasil laut; 3) industri tekstil dan produk
ER SI TA
tekstil; 4) industri alas kaki; 5) industri kelapa sawit; 6) industri barang kayu (termasuk rotan); 7) industri karet dan barang karet; 8) industri pulp dan kertas; 9) industri mesin dan peralatannya; 10) serta industri petrokimia.
IV
Dalam kebijakan pembangunan industri, pengembangan sepuluh kluster
U
N
industri inti dilakukan secara komprehensif dan integratif, yang didukung secara simultan dengan pengembangan industri terkait (related industries) dan industri
penunjang
(supporting
industries).
Dalam
pelaksanaannya,
pembangunan industri dimaksud seharusnya juga dilakukan dengan sinergi dan terintegrasi dengan pembangunan sektor lain seperti pertanian dan jasa. Sebagai bagian kebijakan industri, baik untuk perencanaan maupun pelaksanaannya, telah dibentuk kelompok kerja teknis (working group) di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Kelompok kerja dimaksud
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
19
beranggotakan semua stakeholders utama yang terlibat dari unsur pemerintah, dunia usaha, maupun lembaga pendukung untuk penelitian dan pendidikan. Dengan mempertimbangkan kondisi pembangunan industri, baik di tingkat nasional maupun daerah, dalam rangka peningkatan daya saing, maka pembangunan industri dilaksanakan dengan melakukan sinergi antara perencanaan di tingkat nasional atau pusat dan perencanaan di tingkat daerah. Hal ini dilakukan dengan dua pendekatan sekaligus, yaitu pendekatan top
KA
down dan pendekatan bottom up. Pendekatan top down pembangunan industri
BU
direncanakan dengan memperhatikan prioritas yang ditentukan secara nasional
R
dan diikuti oleh partisipasi daerah. Hal ini biasa dikenal dengan pembangunan
penetapan
kompetensi
yang
merupakan
keunggulan
daerah.
S
dengan
TE
berdasarkan desain (by design) nasional. Pendekatan bottom up dilakukan
ER SI TA
Penggunaan kompetensi inti sebagai unggulan daerah ini dimaksudkan agar daerah memiliki daya saing dan meningkatkan daya saingnya. Praktek perencanaan dengan dua pendekatan ini tercermin dari
IV
pelaksanaan rencana pembangunan industri. Berdasarkan desain nasional,
U
N
kebijakan industri secara nasional dilakukan dengan menentukan prioritas, yaitu dikenalkannya 32 industri prioritas dengan pendekatan kluster. Kemudian, secara bottom up, pemerintah telah secara aktif melakukan sosialisasi
dan
mengajak
daerah
berpartisipasi
dalam
pembangunan
kompetensi inti pada setiap daerah prioritas. Konsep implementasi kebijakan daerah dalam konteks pengembangan produk unggulan adalah melalui strategi dalam menerapkan teknologi yang lebih inovatif dan unggul. Strategi ini diharapkan dapat membantu
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
20
meningkatkan kualitas produk pertanian yang selanjutnya dapat merebut pasaran. Demikian pula strategi melakukan reformasi pelayanan publik akan mendorong investasi di kabupaten tertinggal. Dengan memperbaiki kualitas produk dan jasa pelayanan publik termasuk jaminan keamanan, maka daya saing kabupaten/kota akan meningkat, menyamai kedudukan kabupaten/ kota yang tidak tertinggal. Untuk agroindustri sebagai subsistem pertanian mempunyai potensi
KA
sebagai pendorong pertumbuhan kawasan ekonomi, karena memiliki peluang
BU
pasar yang lebih luas dan nilai tambah (value added) yang besar. Disamping
R
itu pengembangan agroindustri dapat menjadi “pintu masuk” (entry point)
TE
proses transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri. Kegiatan
S
pertanian menghasilkan produk-produk yang sangat strategis bagi pemenuhan
ER SI TA
kebutuhan pokok rakyat seperti pangan, pakaian dan perumahan. Keunggulan komperatif bagi suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di daerahnya.
IV
Pengembangan produk unggulan dilakukan dengan pendekatan OVOP.
U
N
Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan dalam bentuk nilai tambah riil. Diharapkan di Indonesia model OVOP ini dapat lebih optimal dikembangkan dalam implementasi yang berkelanjutan. Dalam Upaya pembangunan ekonomi daerah, inventarisasi potensi wilayah (daerah) mutlak diperlukan agar dapat ditetapkan kebijakan pola pengembangan baik secara sektoral maupun secara multisektoral. Salah satu langkah inventarisasi potensi ekonomi daerah adalah dengan menginventarisasi produk-produk potensial, andalan dan unggulan daerah tiap-tiap sub sektor serta tingkat kabupaten.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
21
Produk
unggulan
daerah
menggambarkan
kemampuan
daerah
menghasilkan produk, menciptakan nilai, memanfaatkan sumberdaya secara nyata, memberi kesempatan kerja, mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah, memiliki prospek untuk meningkatkan produktivitas dan investasinya. Sebuah produk dikatakan unggul jika memiliki daya saing sehingga mampu untuk menangkal produk pesaing di pasar domestik dan/atau menembus pasar ekspor.
KA
Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak
BU
dimensi atau faktor, dan masing-masing dimensi tersebut saling berhubungan
R
satu sama lain. untuk memperkaya pemahaman tentang berbagai dimensi yang
TE
terlibat didalam implementasi, maka dari itu ada pembatasan dalam penelitian Edwards III
S
ini maka peneliti memilih pendekatan yang dikemukakan oleh
ER SI TA
(1984). Dalam pandangan Edwards III (1984), implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat dimensi, yakni: (1) komunikasi, (2) sumberdaya, (3) disposisi, dan (4) struktur birokrasi. Keempat dimensi tersebut juga saling
IV
berhubungan satu sama lain.
U
N
a. Komunikasi
Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuan-
tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang bertanggungjawab dalam pencapaian tujuan kebijakan. Kejelasan ukuran dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan secara tepat dengan para pelaksana. Konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan perlu dikomunikasikan sehingga implementor mengetahui secara tepat ukuran maupun tujuan kebijakan itu.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
22
Komunikasi dalam organisasi merupakan suatu proses yang amat kompleks dan rumit. Seseorang bisa menahannya hanya untuk kepentingan tertentu, atau menyebarluaskannya. Di samping itu sumber informasi yang berbeda juga akan melahirkan interpretasi yang berbeda pula. Agar implementasi berjalan efektif, siapa yang bertanggungjawab melaksanakan sebuah keputusan harus mengetahui apakah mereka dapat melakukannya. Sesungguhnya implementasi kebijakan harus diterima oleh semua personel
KA
dan harus mengerti secara jelas dan akurat mengenahi maksud dan tujuan
BU
kebijakan. Jika para aktor pembuat kebijakan telah melihat ketidakjelasan
R
spesifikasi kebijakan sebenarnya mereka tidak mengerti apa sesunguhnya
TE
yang akan diarahkan. Para implemetor kebijakan bingung dengan apa yang
S
akan mereka lakukan sehingga jika dipaksakan tidak akan mendapatkan
ER SI TA
hasil yang optimal. Tidak cukupnya komunikasi kepada para implementor secara serius mempengaruhi implementasi kebijakan. Ada tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan
IV
aspek komunikasi ini, yaitu: yaitu
penyaluran
komunikasi
yang
baik
akan
dapat
U
N
1) Transmisi,
menghasilkan suatu hasil implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam proses transmisi ini yaitu adanya salah pengertian, hal ini terjadi karena komunikasi implementasi tersebut telah melalui beberapa tingkatan birokrasi, sehingga hal yang diharapkan terdistorsi di tengah jalan.
2) Kejelasan informasi, dimana komunikasi atau informasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan haruslah jelas dan tidak membingungkan.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
23
Kejelasan informasi kebijakan tidak selalu menghalangi implementasi kebijakan, dimana pada tataran tertentu para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan, tetapi pada tataran yang lain maka hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan. 3) Konsistensi informasi yang disampaikan, yaitu perintah ataupun informasi yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi haruslah jelas dan
KA
konsisten untuk dapat diterapkan dan dijalankan. Apabila perintah yang
BU
diberikan seringkali berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan
TE
R
bagi pelaksana di lapangan.
b. Sumberdaya
ER SI TA
S
Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya dapat
berwujud
sumberdaya
manusia,
yakni
kompetensi
IV
tersebut
N
implementor dan sumberdaya finansial. Sumberdaya adalah faktor penting
U
untuk implementasi kebijakan agar efiktif. Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja. Komponen sumberdaya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan kepada sebagaimana yamg diharapkan, serta adanya fasilitas-
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
24
fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana dan sarana prasarana. Sumberdaya manusia yang tidak memadai (jumlah dan kemampuan) berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara sempurna karena mereka tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik. Jika jumlah staf pelaksana kebijakan terbatas maka hal yang harus dilakukan meningkatkan skill/kemampuan para pelaksana untuk melakukan program. Untuk itu perlu
KA
adanya manajemen SDM yang baik agar dapat meningkatkan kinerja
BU
program. Ketidakmampuan pelaksana program ini disebabkan karena
R
kebijakan konservasi energi merupakan hal yang baru bagi mereka dimana
TE
dalam melaksanakan program ini membutuhkan kemampuan yang khusus,
S
paling tidak mereka harus menguasai teknik-teknik kelistrikan.
ER SI TA
Informasi merupakan sumberdaya penting bagi pelaksanaan kebijakan. Ada dua bentuk informasi yaitu informasi mengenahi bagaimana cara menyelesaikan kebijakan/program serta bagi pelaksana harus mengetahui
IV
tindakan apa yang harus dilakukan dan informasi tentang data pendukung
U
N
kepetuhan kepada peraturan pemerintah dan undang-undang. Kenyataan dilapangan bahwa tingkat pusat tidak tahu kebutuhan yang diperlukan para pelaksana dilapangan. Kekurangan informasi/pengetahuan bagaimana melaksanakan kebijakan memiliki konsekuensi langsung seperti pelaksana tidak bertanggungjawab, atau pelaksana tidak ada di tempat kerja sehingga menimbulkan inefisien. Implementasi kebijakan membutuhkan kepatuhan organisasi dan individu terhadap peraturan pemerintah yang ada.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
25
Sumberdaya lain yang juga penting adalah kewenangan untuk menentukan
bagaimana
program
dilakukan,
kewenangan
untuk
membelanjakan/mengatur keuangan, baik penyediaan uang, pengadaan staf, maupun
pengadaan
supervisor.
Fasilitas
yang
diperlukan
untuk
melaksanakan kebijakan/program harus terpenuhi seperti kantor, peralatan, serta dana yang mencukupi. Tanpa fasilitas ini mustahil program dapat
KA
berjalan.
BU
c. Disposisi
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor,
mempengaruhi
efektifitas
TE
R
seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Salah satu faktor yang implementasi
kebijakan
adalah
sikap
ER SI TA
S
implementor. Jika implemetor setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses
IV
implementasi akan mengalami banyak masalah.
N
Ada tiga bentuk sikap/respon implementor terhadap kebijakan, kesadaran
U
pelaksana, petunjuk/arahan pelaksana untuk merespon program kearah penerimaan atau penolakan, dan intensitas dari respon tersebut. Para pelaksana mungkin memahami maksud dan sasaran program namun seringkali mengalami kegagalan dalam melaksanakan program secara tepat karena mereka menolak tujuan yang ada didalamnya sehingga secara sembunyi mengalihkan dan menghindari implementasi program. Disamping itu dukungan para pejabat pelaksana sangat dibutuhkan dalam mencapai sasaran program.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
26
Dukungan dari pimpinan sangat mempengaruhi pelaksanaan program dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Wujud dari dukungan pimpinan ini adalah Menempatkan kebijakan menjadi prioritas program, penempatan pelaksana dengan orang-orang yang mendukung program, memperhatikan keseimbangan daerah, agama, suku, jenis kelamin dan karakteristik demografi yang lain. Disamping itu penyediaan dana yang cukup guna memberikan insentif bagi para pelaksana program agar mereka dan
bekerja
secara
total
melaksanakan
BU
kebijakan/program.
dalam
KA
mendukung
TE
R
d. Struktur birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan
ER SI TA
S
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP).
IV
SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur
N
organisasi yang panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan
U
menimbulkan red-tape yaitu prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks.ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.
3. One Village One Product (OVOP) OVOP merupakan gerakan pemerintah guna meningkatkan daya saing produk unggulan tanah air Indonesia. Definisi desa menurut Undang-Undang RI No. 5 tahun 1979 adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk didalamnya kesatuan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
27
masyarakat termasuk didalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintah terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Sugiharto dan Syamsul Rizal (2008) Gerakan OVOP adalah suatu gerakan revitalisasi Oita, Pulau Kyushu di Jepang, untuk mencari atau menciptakan apa yang menjadi keunggulan daerah atau apa yang dirasakan
KA
dan menjadi kebanggaandaerah, untuk kemudian dilakukan peningkatan
BU
keunggulan produk dan jasa yang dihasilkan serta kualitas dan pemasarannya,
R
sehingga akhirnya dapat diterima dan diakui nilainya oleh masyarakat secara
ER SI TA
a. Konsep Dasar OVOP
S
TE
nasional, regional maupun secara internasional.
Menurut Sugiharto dan Syamsul Rizal (2008) konsep dasar dari pengembangan gerakan OVOP adalah adanya interaksi antara pemerintah dan
IV
masyarakat, dimana peran masyarakat sangat dominan sebagai pihak yang
U
N
memiliki kemampuan dan keinginan untuk mengembangkan produk atau potensi daerah yang dimilikinya. Secara garis besar, latar belakang munculnya gerakan OVOP serta konsep dasarnya dapat disampaikan dalam tiga hal, yaitu sebagai berikut. 1) Adanya konsentrasi dan kepadatan populasi di perkotaan sebagai akibat pola urbanisasi dan menimbulkan menurunnya populasi penduduk di pedesaan, sehingga pedesaan menjadi kehilangan penggerak dan gairah untuk bisa menumbuhkan roda kegiatan ekonomi.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
28
2) Untuk dapat menghidupkan kembali gerakan dan pertumbuhan ekonomi di pedesaan, maka perlu dibangkitkan suatu roda kegiatan ekonomi yang sesuai dengan skala dan ukuran pedesaan dengan cara memanfaatkan para tokoh masyarakat setempat 3) Untuk mengurangi rasa ketergantungan masyarakat desa yang terlalu tinggi terhadap pemerintah maupun pemerintah pusat.
KA
b. Prinsip Gerakan OVOP
BU
Dalam upaya memulai gerakan OVOP, perlu dipahami beberapa prinsip dasar supaya gerakan OVOP tidak menjadi suatu gerakan yang timbul
TE
R
tenggelam atau hanya semangat pada awal gerakan dimulai, akan tetapi setelah itu hanya menjadi wacana atau gerakan monumental. Gerakan OVOP
ER SI TA
S
mempunyai tiga prinsip utama yang dapat diruaikan dengan skema berikut. Gambar 2.1 Skema Tiga Prinsip Ovop
IV
OVOP
Berpikir Global Bertindak Lokal
Pengembangan SDM
U
N
Bebas dan Kreatif
Dengan sumberdaya (kekayaan) dan budaya lokal yang spesifik, diciptakan produk yang dapat dipasarkan ke tingkat global
Masyarakat memilih sendiri produk unggulan yang akan dihasilkannya. Satu desa/kelurahan/ kecamatan/ nagari dapat memproduksi 2 atau 3 produk. Pemerintah memberikan bantuan teknis, keuangan, dan pemasaran
Tujuan utama gerakan OVOP adalah pembangunan SDM. Pembangunan Komonitas yang mampu memcahkan setiap tantangan.
EKONOMI DAERAH MENINGKAT Sumber: Blue print OVOP, 2010.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
29
Skema tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Berpikir global, bertindak lokal (local yet global) Komoditas atau produk yang bersifat lokal ternyata bisa menjadi komoditas atau produk yang go international. Komoditas atau produk lokal harus terus dikristalisasikan dan dijaga mutunya hingga sebaik dan sebagus mungkin serta ditingkatkan stinggi mungkin baik dari segi isi (content) maupun kemasannya (context) agar mendapat perhatian dan penilaian dunia.
KA
2) Usaha mandiri dengan inisiatif dan kreativitas (self reliance and creativity)
BU
Melalui program OVOP dapat diciptakan kemandirian dan kreativitas yang
R
sesuai dengan bidang/sektor masing-masing. Kehadiran penghela program,
TE
harus bisa datang dari warga setempat. Gerakan OVOP harus timbul dari
S
masyarakat masing-masing. Pemerintah hanya perlu memberikan fasilitas
ER SI TA
dan kemudahan supaya daerah bisa berkembang dan memanfaatkan potensi yang ada menjadi lebih baik.
3) Perkembangan sumber daya manusia (human resource development)
IV
Agar program OVOP di Indonesia dapat berkembang sesuai dengan Inpres
U
N
No. 6 tahun 2007, maka langkah-langkah pengembangan sumberdaya manusia dapat segera dilaksanakan sesuai kebutuhan setempat. Daerah/desa pertanian harus didukung oleh petani handal. Sumber daya manusia yang ada serta masyarakat harus diberikan pengetahuan mengenai gerakan OVOP serta pengenalan potensi daerah yang ada sehingga mereka bisa menjadi penggerak gerakan OVOP di daerah.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
30
4. Kriteria OVOP Penetapan kriteria di dalam pelaksanaan program OVOP sangat fundamental. Kekeliruan dalam penetapan kriteria akan menjadi penghalang pengembangan program OVOP. Kriteria penetapan komoditas/produk adalah sebagai berikut. a. Merupakan produk unggulan desa/daerah atau kompetensi inti dan telah dikembangkan secara turun-temurun
KA
b. Merupakan komoditas/produk khas dan unik dari desa/daerah setempat
BU
c. Berbasis pada sumberdaya alam (SDA) setempat/lokal
R
d. Memiliki tampilan dan kualitas produk yang baik
TE
e. Memiliki peluang pasar yang luas secara domestik maupun internasional
S
f. Memiliki nillai tambah produk yang tinggi
ER SI TA
g. Dapat menjadi penghela bagi ekonomi lokal/setempat Di Indonesia contoh-contoh produk yang menjadi ciri khas suatu desa/daerah dapat dikembangkan melalui program OVOP. Misalnya: Kopi
IV
luwak, kopi yang memiliki aroma khas dan memiliki nilai tambah. Kopi ini
U
N
terdapat di Kintamani (Bali), Lampung, Ambarawa (Jawa Tengah), Aceh dan Medan. Produk kerajinan gerabah dari Tabanan (Bali), Banyumelek (NTB), Plered (Jawa Barat), Kasongan (Yogyakarta), dan Wedi, Kabupaten Klaten (Jawa Tengah). Produk kerajinan perah dari Yogyakarta, Kendari (Sulawesi) dan Celuk (Bali). Beranekaragam jenis produk Indonesia yang layak dan dapat menjadi andalan masuk ke pasar internasional. Berbagai kekayaan alam dan karakteristik produk mampu ditawarkan di ajang internasional. Melalui
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
31
program
OVOP
diharapkan
dapat
diraih
peningkatan
kualitas
dan
keanekaragaman sebagai landasan kiprah Kementerian dan UKM.
5. OVOP dan Koperasi Kegiatan OVOP merupakan salah satu kegiatan yang harus dikembangkan karena kegiatan banyak berkaitan dengan agribisnis. Salah satu arah pengembangan koperasi di pedesaan adalah mendorong berkembangnya
KA
agribisnis, agroindustri, dan industri pedesaan. Kebijakan ini berkaitan dengan
BU
arah pembangunan di wilayah desa. (Wardoyo, 2002). Dengan demikian
R
pengembangan kegiatan koperasi juga harus diarahkan kepada kegiatan untuk
TE
memenuhi kebutuhan anggota dan masyarakat pedesaan, khususnya melalui
S
penggunaan teknologi pertanian di desa, ditambah laju pertambahan penduduk
ER SI TA
dan semakin sempitnya areal pertanian di desa, telah menyebabkan urbanisasi. Oleh sebab itu, pembangunan dan alokasi sumberdaya-sumberdaya ekonomi perlu lebih diarahkan ke pedesaan.
IV
Ada tiga alasan yang dikemukakan Raharjo (1983),
terkait dengan
U
N
pentingnya pembangunan pedesaan, yaitu: (1) diperhitungkan kemungkinan besar timbul krisis bahan pangan; (2) krisis energi dan (3) krisis tenaga kerja. Dengan demikian salah satu bagian penting dari strategi pembangunan harus menjamin adanya keseimbangan, baik keseimbangan antara kota dan desa, sehingga akibat-akibat buruk dari revolusi hijau bisa diatasi. Pemikiran yang lebih luas dikemukakan oleh Owens (1980), yaitu bahwa perubahan kelembagaan dan organisasi petani agar mereka bisa berpartisipasi dan menikmati hasil pembangunan perlu dilakukan, disamping menganjurkan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
32
pertumbuhan industri yang menyebar di desa. Dalam pemikiran ini tersimpul gagasan mendekatkan kegiatan industri dengan pertanian yang saling menunjang. Menurut Bungaran (1994), koperasi/KUD perlu mengantisipasi cara pandang baru. Pada masa lalu, pertanian cenderung dipandang dalam arti sempit, pertanian tidak hanya disisi on-farm saja tetapi juga dari sisi off-farm. Cara pandang baru ini adalah sistem agribisnis. Pendekatan sistem agribisnis
KA
merupakan salah satu kegiatan untuk mendukung membantu mengembangkan
BU
usaha tani (on-farm). Kegiatan di sektor pertanian dititikberatkan pada sisi on-
meningkat
harganya
cenderung
TE
produksinya
R
far, yang umumnya menghasilkan barang primer yang biasanya jika turun.
Hal
ini
sering
S
mengakibatkan tidak naiknya bahkan kadangkala turunnya pendapatan petani.
ER SI TA
Agribisnis mencakup tiga aspek utama, yaitu produksi pertanian, agroindustri serta jasa penunjang. Secara struktural agribisnis berarti kumpulan unit usaha atau bisnis yang melaksanakan fungsi dari masing-masing sub sistem.
IV
Pengertian sistem agribisnis tidak hanya mencakup bisnis pertanian dalam
U
N
unit skala menengah dan besar, tetapi juga dalam unit usaha skala kecil. Pengembangan agribisnis dapat mewujudkan tiga sasaran pokok, yaitu: (1) meningkatkan nilai tambah produk, (2) terciptanya lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta (3) menguatkan daya saing di pasaran dalam negeri dan pasaran internasiaonal, sehingga dengan demikian akan dapat menghasilkan devisa dari sektor non migas. Berkembangnya agribisnis, khususnya off-farm akan meningkatkan permintaan terhadap komoditi pertanian. Sebagai bisnis, sisi off-farm khususnya agroindustri memiliki
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
33
keunggulan dan prospek yang cerah. Ciri-ciri bisnis tersebut adalah memiliki elastisitas permintaan terhadap harga produk dan pendapatan yang relatif elastik, struktur pasar yang lebih kompetitif dan difersivikasi produk yang luas agar lebih luwes dalam menghadapi perubahan pasar. Keunggulan kegiatan agribisnis adalah dalam integrasi sub sistem. Jika integrasi tersebut berjalan dengan baik, maka seluruh dan setiap usaha dalam sistem akan memiliki keragaan yang baik pula, dan sebaliknya. Kegiatan
KA
agribisnis yang dominan selama ini masih berbasis perkebunan dan kehutanan.
BU
Misalnya, tebu diproses menjadi gula, kelapa sawit dan karet. Pada masa yang
R
akan datang sudah saatnya untuk juga mengembangkan agribisnis peternakan,
TE
tanaman pangan, perikanan, dan holtikultura.
S
Selain untuk lebih meningkatkan nila tambah, pengembangan ini juga
ER SI TA
akan menyebabkan diversifikasi produk. Agar dapat menikmati lebih banyak nilai tambah, petani harus berusaha sejauh mungkin memiliki dan melaksanakan kegiatan tersebut. Karena off-farm agribisnis petani umumnya
IV
berskala kecil, maka koperasi merupakan badan usaha yang layak untuk
U
N
melaksanakan kegiatan tersebut. Untuk itu koperasi harus berusaha merebut lebih banyak kegiatan off-farm agar nilai tambah yang dihasilkan juga dapat dinikmati oleh anggotanya. Berkaitan dengan pentingnya kegiatan agribisnis ditangani oleh koperasi, Amin Aziz (1993) berpendapat kegiatan agribisnis dapat meningkatkan kemampuan koperasi untuk menciptakan dan memanfaatkan peluang usaha. Bila hal ini dilakukan, koperasi dapat memberi peluang kepada anggotanya sekaligus meningkatkan skala usaha dan meningkatkan mendapatkan akses
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
34
pasar yang lebih besar. Kegiatan agribisnis dapat meningkatkan kemampuan koperasi untuk menjamin pasar dan harga, hal ini memampukan koperasi menciptakan mekanisme kegiatan usaha. Ini berarti koperasi akan mendorong produktivitas dan efisiensi usaha anggota dan masyarakat untuk memperkuat posisi koperasi dalam mekanisme pasar. Meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen yang dapat ditempuh dengan menyempurnakan struktur organisasi koperasi sehingga
KA
terwujud organisasi yang kuat dan luwes untuk dapat memanfaatkan berbagai
BU
peluang usaha yang ada. Kondisi ini akan tercipta melalui pelibatan anggota
R
dalam proses perencanaan dan pengawasan. Kondisi ini dapat dicapai melalui
TE
meningkatkan kepercayaan anggota dan masyarakat untuk menyimpan dan
S
menyertakan modal dalam koperasi, disamping merupakan modal dari dalam
ER SI TA
koperasi melalui cadangan yang lebih besar akibat meningkatnya skala usaha. Jaringan usaha merupakan wujud keterkaitan integratif atau interdependen antar koperasi maupun antara koperasi dengan Usaha Milik Swasta dan
IV
Negara. Kegiatan tersebut merupakan titik masuk bagi koperasi untuk
U
N
meningkatkan kepercayaan anggota yang untuk jangka panjang tercipta semangat kekeluargaan dalam koperasi.
6. Usaha Kecil Menengah (UKM) Usaha Kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan sebesar 1 (satu) miliar rupiah atau kurang. Sementara Usaha Menengah didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
35
dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan lebih dari 1 (satu) miliar. Ciri-ciri perusahaan kecil dan menengah di Indonesia, secara umum adalah: a. Manajemen berdiri sendiri, dengan kata lain tidak ada pemisahan yang tegas antara pemilik dengan pengelola perusahaan. Pemilik adalah sekaligus
KA
pengelola dalam UKM.
BU
b. Modal disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok kecil pemilik
R
modal.
TE
c. Daearah operasinya umumnya lokal, walaupun terdapat juga UKM yang
S
memiliki orientasi luar negeri, berupa ekspor ke negara-negara mitra
ER SI TA
perdagangan.
d. Ukuran perusahaan, baik dari segi total aset, jumlah karyawan, dan sarana prasarana yang kecil.
IV
Usaha Kecil Menengah tidak saja memiliki kekuatan dalam ekonomi,
U
N
namun juga kelemahan, berikut ini diringkas dalam bentuk tabel. Tabel 2.1. Kekuatan dan Kelemahan UKM
Kekuatan Kelemahan Kebebasan untuk bertindak Relatif lemah dalam spesialisasi Menyesuaikan kepada kebutuhan Modal dalam pengembangan terbatas setempat Peran serta dalam melakukan Sulit mendapat karyawan yang cakap tindakan/usaha
Beberapa lembaga atau instansi bahkan UU memberikan definisi Usaha Kecil Menengah (UKM), diantaranya adalah Kementrian Negara Koperasi dan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
36
Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), Badan Pusat Statistik (BPS), dan UU No. 20 Tahun 2008. Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK) adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas
KA
usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih
BU
besar dari Rp 200.000.000 s.d Rp10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan
R
bangunan. merupakan entitias usaha
TE
Pada tanggal 4 Juli 2008 telah ditetapkan Undang-undang No. 20 Tahun
S
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi UKM yang
ER SI TA
disampaikan oleh Undang-undang ini juga berbeda dengan definisi di atas. Menurut UU No 20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari
IV
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
U
N
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
37
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu : a. Livelihood
Activities,
merupakan
UKM
yang
digunakan
sebagai
kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai
KA
sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.
BU
b. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi
R
belum memiliki sifat kewirausahaan
TE
c. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa
S
kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.
ER SI TA
d. Fast Moving Enterprise, merupakam UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan Besar(UB).
dan
akan
melakukan
transformasi
menjadi
Usaha
IV
Pemberdayaan ekonomi usaha kecil dan koperasi dilakukan Pemerintah
U
N
dengan menetapkan beberapa peraturan yang memberikan fasilitas atau kegiatan mulai dari pengkreditan sampai dengan memecahkan masalah pemasaran yaitu Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1998 tentang pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil. UKM memiliki peranan penting bagi masyarakat di tengah krisis ekonomi. Dengan memupuk UKM diyakini akan dapat dicapai pemulihan ekonomi. Hal serupa juga berlaku pada sektor informal dan tradisional, karena itu lebih
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
38
mudah dimasuki oleh pelaku-pelaku usaha yang baru. Pendapat mengenai peran UKM atau sektor informal ada benarnya bila dikaitkan dengan perannya dalam meminimalkan dampak sosial dan krisis ekonomi khususnya persoalan pengangguran dan hilangnya penghasilan masyarakat. UKM dapat dikatakan merupakan salah satu solusi masyarakat untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis yakni dengan melibatkan diri dalam aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik informal. Dengan demikian maka persoalan
KA
pengangguran sedikit banyak dapat tertolong dan implikasinya adalah juga
BU
dalam hal pendapatan.
R
UKM berperan dalam ekonomi Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah
TE
usaha (establishment) maupun dari segi penciptaan lapangan kerja. UKM
S
termasuk kelompok usaha yang penting dalam perekonomian Indonesia. Hal
ER SI TA
ini disebabkan usaha kecil, menengah dan koperasi merupakan sektor usaha yang memiliki jumlah terbesar dengan daya serap angkatan kerja yang signifikan. Oleh karena kesenjangan pendapatan yang cukup besar masih
IV
terjadi antara pengusaha besar dengan usaha kecil, menengah dan koperasi,
U
N
pengembangan daya saing UKM secara langsung merupakan upaya dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat banyak, sekaligus mempersempit kesenjangan ekonomi.
7. Tahap Pengembangan OVOP Kementerian Koperasi dan UKM mengawali kegiatan OVOP pada tahun 2008. Tahapan pengembangan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
39
a. Tahun Pertama (Koordinasi), meliputi: 1) Identifikasi potensi yang diusulkan daerah untuk dikembangkan melalui pendekatan OVOP. 2) Mengadakan
rapat
koordinasi
dan
evaluasi
penetapan
lokais
pengembangan program OVOP yang memenuhi kriteria seleksi 3) Menyusun rencana tindak pengembangan OVOP di masing-masing lokasi/daerah potensial ditetapkan
KA
4) Identifikasi peran Koperasi dan UKM penghela di daerah potensial yang
BU
sudah ditetapkan
R
5) Melakukan sosialisasi konsep pengembangan program OVOP dilokasi
TE
terpilih
S
6) Tindak lanjut rencana aksi (action plan) yang sudah ditetapkan dan
ER SI TA
mungkin dilakukan pada tahun pertama b. Tahun Kedua (Kerjasama), meliputi: 1) Peningkatan nilai tambah komoditas/produk unggullan melalui industri
IV
pengolahan (processing) agar dapat menghasilkan value chain.
U
N
2) Peningkatan akses pasar komoditas/produk yang dihasilkan melalui temu usaha (business matching) serta melakukan promosi di ajang lokal dan internasional. 3) Peningkatan supply chain produk unggulan OVOP. 4) Peningkatan kapasitas SDM melalui pendampingan, penyuluhan, pelatihan dan studi banding. c. Tahun Ketiga (Kelanjutan), meliputi:
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
40
1) Peningkatan akses pasar komoditas/produk unggulan melalui industri pengolahan (processing) yang memberikan value chain 2) Peningkatan akses pasar komoditas/produk yang dihasilkan melalui temu usaha (business matching) serta promosi produk unggulan OVOP diajang lokal dan internasional. 3) Peningkatan supply chain komoditas/produk unggulan OVOP 4) Peningkatan kapasitas SDM melalui pendampingan, penyuluhan, dan
KA
studi banding
BU
d. Tahun Keempat (Peningkatan Berkelanjutan), meliputi:
TE
sesuai potensi ekonomi daerah.
R
1) Peningkatan dan perluasan pendampingan komunitas masyarakat lokal
S
2) Peningkatan nilai tambah produk melalui industri pengolahan dan
ER SI TA
memberi nama kemasan (packaging). 3) Peningkatan promosi ekonomi masyarakat secara menyeluruh (budaya, produk, dan potensi alam) di tingkat provinsi.
IV
4) Peningkatan promosi komoditas/produk unggulan OVOP secara nasional
U
N
dan internasional (festival dan ajang pameran. e. Tahun Kelima (Lanjutan), meliputi: 1) Peningkatan dan perluasan pendampingan komunitas masyarakat lokal sesuai potensi daerah setempat. 2) Peningkatan nilai tambah produk melalui pengolahan dan memberi kemasan. 3) Peningkatan promosi ekonomi masyarakat secara menyeluruh (budaya, produk, dan potensi alam).
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
41
4) Peningkatan promosi produk unggulan OVOP secara nasional dan internasional (festival dan ajang pameran) Dari berbagai diskusi yang dilakukan tim OVOP, maka beberapa persoalan penting untuk diperhatikan agar program OVOP dapat berhasil dilaksanakan, yaitu:
U
N
IV
ER SI TA
S
TE
R
BU
KA
1) Program OVOP dapat dilaksanakan tanpa perintah atau paksaan dari pihak pemerintah, namun merupakan minat dan tekad yang datang dari masyarakat di pedesaan/daerah setempat 2) Program OVOP tidak sepenuhnya mengandalkan pembiayaan oleh subsidi atau anggaran dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah 3) Minat masyarakat pedesaan/daerah berhak memiliki inisiatif dan sukarela menentukan sendiri komoditas/produk atau kegiatan yang sesuai untuk kepentingan desa/daerahnya. Landasan ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab terhadap kegagalan atau keberhasilan usahanya. 4) Masyarakat setempat menentukan komoditas/produk khas dan sesuai untuk desa/daerahnya masing-masing. Mereka dapat mengolahnya serta meningkatkan mutu berdasarkan teknologi tepat-guna untuk meningkatkan nilai tambah (added value). 5) Nilai tambah dari hasil program OVOP perlu diilustrasikan dengan membandingkan barang-barang konsumsi lainnya, sehingga memperjelas nilai laba yang diperoleh setelah mengikuti program tersebut. 6) Pemerintah dapat memberikan bimbingan teknis untuk pengolahan produksi dan pemasaran produk sesuai kebutuhan masyarakat setempat. 7) Dalam program OVOP harus diupayakan agar tidak mengembangkan pola meniru, karena hal tersebut tidak menguntungkan. Setiap desa/daerah harus mampu menyajikan keunikan dengan ciri khas produk yang dipilihnya. Peranan pemerintah untuk dapat membuat persaingan sehat antar desa dengan memanfaatkan keunikan masing-masing desa/daerah. 8) Komoditas/produk lokal akan lebih menarik perhatian dari luar daerah mereka. Masyarakat setempat akan bangga terhadap komoditas/produk yang dikembangkannya, dan pembangunan wilayah tersebut akan menciptakan lapangan kerja, sehingga urbanisasi dapat tercegah. 9) Perlu dilakukan penyuluhan oleh tenaga ahli secara berkala untuk meningkatkan kapasitas masyarakat pelaksana program OVOP. 8. Deskripsi Rosella Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa) adalah sejenis semak (perdu) yang ada diseluruh wilayah tropis dunia. Asal Rosella Florida Cranberry adalah afrika Barat. Masyarakat pada umumnya telah mengenal kenaf atau nama lain
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
42
rosella (hibiscus cannabinus) sebagai tanaman penghasil serat karung dan kembang sepatu (hibiscus rosasinensis). Sedangkan bunga rosella merah (hibiscus sabdariffa lynn) belum begitu dikenal. Bunga rosella merah dikenal di berbagai negara dengan nama yang berbeda-beda, diantaranya di India Barat (Jamaican sorrel), Perancis (oseille rouge), Spanyol (quinbombo chino), Afrika Barat (carcade) dan Senegal (bisap), Indonesia (vinagreira, zuring, carcade atau asam citrum).
KA
Dalam bahasa Melayu, tanaman ini dikenal dengan nama asam paya, asam
R
budidaya dan manfaat yang berbeda, yaitu:
BU
kumbang atau asam susur. Tanaman rosella memiliki dua varietas dengan
TE
a. Hibiscus sabdariffa var.altisima, rosella berkelopak bunga kuning
S
b. Hibiscus sabdariffa var.sabdariffa, rosella berkelopak bunga merah yang
ER SI TA
kini mulai diminati petani dan dikembangkan untuk diambil bunga dan bijinya sebagai tanaman herbal dan bahan baku minuman kesehatan (Comojime, 2008).
IV
Di Indonesia nama rosella sudah dikenal sejak tahun 1992, tanaman rosella
U
N
tumbuh subur, terutama di musim hujan. Tanaman rosella biasanya dipakai sebagai tanaman hias dan pagar. Setelah bertahun-tahun dikenal sebagai tanaman hias dan tanaman pagar yang tidak dihiraukan, sekarang tanaman ini dikenal dengan banyak khasiat dan bermanfaat bagi manusia (Daryanto, 2006). Tanaman ini tumbuh didaerah yang beriklim tropis dan sub tropis. Tanaman ini dapat tumbuh disemua tempat dan yang paling cocok pada tanah yang subur dan gembur. Tumbuhan ini dapat tumbuh didaerah pantai sampai
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
43
dengan ketinggian 900 m diatas permukaan laut. Rosella muali berbunga pada umur 2-3 bulan, dan dapat dipanen setelah berumur 5-6 bulan. Setelah bunga dipetik kemudian dikeluarkan bijinya, lalu bunganya dijemur dibawah sinar matahari. Satu batang rosella bisa menghasilkanm 2-3 kg bunga rosella basah, dalam 100 kg bunga rosella basah bisa menghasilkan 5-6 kg rosella kering. Sejumlah produk makanan dan minuman hasil olahan dari tanaman rosella yang telah diproduksi, dikonsumsi dan dipasarkan di Kabupaten bintan dan
KA
berpotensi dapat di pasarkan keluar daerah hingga ke berbagai Negara
BU
khususnya Negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam
TE S
Teh rosella Dodol rosella Manisan rosella Sirup rosella Selai rosella
ER SI TA
1) 2) 3) 4) 5)
R
dan negara lainnya, adalah :
Adapun dalam pengembangan strategi pemasaran kedepan, produk olahan rosella tersebut diatas harus dapat disesuaikan dengan model dan bentuk
U
N
adalah :
IV
produk yang sesuai dengan pasar masa kini, contoh pengembangan dimaksud
1) Teh celup rosella (tea bag) 2) Aneka kue/cake rosella 3) Minuman siap saji dari sirup rosella (gelas/botol plastik) 4) Serbuk rosella untuk diminum siap saji, contoh ekstra joss 5) Permen rosella Pendekatan yang dapat dilakukan untuk merealisasikan rencana kerja pengembangan produk olahan rosella yang paling penting adalah mencari
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
44
informasi mengenai ketersediaan rosella dan penyuluhan tentang panen, penggunaan bibit unggul dan pasca panen tanaman rosella. Untuk memperkuat kelompok petani di Kabupaten Bintan, telah dibentuk sebuah lembaga koperasi. Dibidang usaha, kelembagaan koperasi ini berfungsi untuk memediasi akses pembiayaan, akses produksi, akses pemasaran, serta untuk memenuhi persyaratan pengucuran program pemerintah pusat maupun daerah.
SUB SISTEM
KONDISI SAAT INI
1
Bahan baku dan bahan pembantu
Bahan Rosella tersedia
2
Produksi
Jumlah produk yang dihasilkan dibandingkan dengan jumlah permintaan pasar masih kurang Produk yang dihasilkan belum bisa tahan lama
Belum teraturnya penataan siklus tanaman dengan kebutuhan produksi UMKM Kapasitas produksi rosella masih terbatas
TE
R
baku belum
PERMASALAHAN
Perlunya meningkatkan kualitas produk agar tahan lama
Pengeringan bunga rosella dan pengemasan menggunakan teknologi tepat guna agar menghasilkan produk yang tahan lama
Pembuatan produk oleh UMKM menggunakan modal sendiri dengan jumlah dana yang masih terbatas
Keterbatasan modal usaha untuk peningkatan jumlah dan kualitas produk
Meningkatkan kemitraan dalam rangka peningkatan modal usaha KUMKM dengan lembaga pembiayaan keuangan
Lemahnya akses KUMKM dalam mendapatkan fasilitas kredit perbankan
KUMKM tidak mampu memenuhi persyaratan administrative yang diminta perbankan
Membantu KUMKM dalam penyediaan jaminan tambahan melalui program sertifikasi tanah
Koperasi dan UMKM, Dinas Kesehatan, Dinas Kopeasi, UMKM dan Perindag KUMKM, Diskop, UKM dan Perindag < lembaga Keuangan < Kementeri an KUMKM Diskop, UKM dan Perindag dan Dinsos
ER SI TA
S
Koperasi dan Dinas Koperasi
N U 4
Pembiayaan
Pelatihan dan pendampingan proses pembibitan dan penanaman
PENANG GUNG JAWAB Dinas Pertanian
Peningkatan jumlah produksi rosella
IV
3
RENCANA AKSI
BU
NO
KA
Tabel 2.2 Gambaran Rencana Pengembangan Produk Unggulan Tanaman Rosella Di Kab. Bintan Provinsi Kepulauan Riau
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
45
5
SUB SISTEM Pemasaran
KONDISI SAAT INI
PERMASALAHAN
RENCANA AKSI
Pemasaran produk masih ditingakat lokal
Perlunya meningkatkan kualitas produk agar tahan lama
Meninglatkan pemasaran antar daerah dan pasar ekspor
Belum tercapainya jaringan pemasaran antar KUMKM
Kemitraan pemasaran terbatas
Memfasitasi kemitraan pemasaran antar KUMKM dengan supermarket, resort dan perhotelan Melaksanakan diklat keterampilan teknis produksi
usaha masih
Peningkatan kapasitas pelatihan
Masih kurang
Terbatasnya pengetahuan dan keterampilan teknis usaha dan pemasaran
7
Kelembagaan Koperasi
Kegiatan usaha masih dilaksanakan oleh pengurus SDM Pengurus kurang berkualitas
Belum tersedianya tenaga manager dan tenaga usaha dan pemasaran Terbatasnya pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam mengelola usaha dan pemasaran Proses produksi masih menggunakan peralatan sederhana
Sarana dan prasarana
Sarana prasarana sederhana
dan masih
U
N
IV
8
ER SI TA
S
TE
R
BU
6
9
Penelitian
KA
NO
Masih belum lengkapnya pengadaan packing yang lengkap
Modal pengadaan semua jenis packing sesuai kebutuhan KUMKM,
Belum dilaksanakan atau pengkajian terhadap pengembangan rosella
Keterbatasan anggaran dalam rangka pelaksanaan pengkajian/penelitian
Sumber: Data Sekunder KUMKM Kabupaten Bintan, 2013
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Pengurus perlu mengangkat manager
PENANG GUNG JAWAB KUMKM, Diskop,UK M dan Perindag, Lembaga Keuangan Kementeri an KUMKM Diskop, UKM dan Perindag, BPMPD, Dinas Pariwisata Diskop, UKM dan Perindag, instansi terkait Pengurus koperasi
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengurus malalui diklat
Diskop, UKM, dan Perindag, Dinas Pertanian
Meningkatkan usaha dengan menggunakan teknologi tepat guna agar produk yang dihasilkan berkualitas Membantu KUMKM dalam penyediaan sarana packing
Diskop, UKM, dan Perindag
Melaksanakan penelitian dan pengkajian dalam rangka pengembangan cakalang rosella
Koperasi dan UMKM, Diskop, UKM, dan Perindag, Perusda Deputi Pengkajian , Diskop, UKM dan Perindag, Dinas Pertanian
14/41060.pdf
46
9. Manajemen Menurut
Hendri
Fayol
(1821-1925),
yang
pertama
kali
mengembangkan mengenai teori manajemen administrative. Menurut Fayol, semua manejer menjalankan tugas perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf, pengarahan, dan pengontrolan. Bila disebutkan dalam susunan yang logis, susunan pertama adalah perencanaan apa yang harus dilakukan. Kemudian susunan organisasi yang tepat harus ditetapkan untuk pengimplementasian
KA
rencana. Manejer kemudian harus melakukan pengaturan staf untuk terjadinya
BU
aktivitas yang direncanakan dengan memperoleh sumber yang penting.
R
Sementara istilah staf ini ditujukan untuk sumber manusia, maka sumber yang
TE
lain harus disertakan juga. Bila sumber ini telah disusun, tugas selanjutnya
S
adalah mengarahkan penggunaannya untuk mengadakan aktivitas yang
ER SI TA
direncanakan. Yang terakhir manejer harus mengontrol aktivitas agar dapat mencapai tujuan yang telah dirancang. Manajemen adalah suatu proses dalam rangka mencapai tujuan dengan
IV
bekerja bersama melalui orang-orang dan sumberdaya organisasi lainnya.
U
N
Handoko (2000) menyatakan fungsi-fungsi manajerial terdiri dari: a. Planning (Perencanaan) Planning atau perencanaan merupakan pemilihan atau penetapan tujuantujuan organisasi dan penentuan strategi kebijaksanaan proyek program prosedur metode sistem anggaran dan standar yg dibutuhkan utk mencapai tujuan.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
47
b. Organizing (Pengorganisasian) Organizing atau pengorganisasian ini meliputi: 1) Penentuan sumber dayasumber daya dan kegiatan-kegiatan yg dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi; 2) Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan; 3) Penugasan tanggung jawab tertentu; 4) Pendelegasian wewenang yg diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugasnya.
KA
c. Actuating (Pengarahan)
BU
Actuating atau fungsi pengarahan adalah bagaimana membuat atau
R
mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan dan harus
TE
mereka lakukan.
S
d. Controlling (Pengawasan)
ER SI TA
Controlling atau pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan alat untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah
IV
ditetapkan
U
N
B. Kerangka Konseptual 1. Penelitian Terdahulu Urgensi terhadap identifikasi, pemetaan dan penumbuh-kembangan produk unggulan di era otonomi daerah memang diyakini akan memberi banyak manfaat, yaitu tidak saja bagi masyarakat di daerah melalui peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja sehingga bisa mereduksi jumlah kemiskinan, tetapi juga bagi daerah dalam bentuk peningkatan PAD.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
48
Terkait realitas ini maka ragam penelitian tentang produk-produk unggulan menjadi semakin marak diteliti dan menjadi kajian yang sangat menarik. Temuan penelitian Tim Pusat Penelitian Pengembangan Wilayah dari Universitas Mulawarman Samarinda (2003) menunjukan bahwa peranan sektor pertanian untuk mengemban tugas peran sebagai sumber pertumbuhan ekonomi terutama memasuki era global dan otonomi daerah adalah meningkatkan
efisiensi
sumberdaya
pertanian
melalui
pendekatan
KA
perwilayahan komoditas pertanian yang mempunyai basis keunggulan
BU
komparatif dan kompetitif secara lentur dan dinamis serta bersifat jangka
R
panjang.
TE
Penelitian Martini Husaini (1987) mengembangkan konsep OVOP dalam
S
bentuk SAKA SAKTI (Satu Kabupaten/Kota satu Kompetensi Inti) yaitu suatu
ER SI TA
konsep yang dikembangkan dalam rangka membangun daya saing suatu daerah dengan menciptakan kompetensi inti bagi daerah tersebut agar dapat bersaing di tingkat global. Konsep ini sangat diperlukan agar sumberdaya dan
IV
kemampuan yang dimiliki oleh daerah diarahkan untuk menciptakan
U
N
kompetensi inti. Ada dua konsep dalam membangun kompetensi inti melalui pendekatan SAKA SAKTI, pertama: konsep membangun produk unggulan yaitu mengembangkan produk lokal yang memiliki keunggulan dari sisi keunikan, kekhasan, kemanfaatan yang lebih besar bagi pengguna produk serta memberikan keuntungan yang besar penghasil produk tersebut. Kedua, konsep membangun kompetensi inti daerah yang bersangkutan dilihat dari keunikan, kekhasan daerah, kekayaan sumberdaya alam dan peluang untuk menembus pasar internasional serta dampak yang diciptakan.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
49
Penelitian oleh Darmawansyah (2003) menegaskan bahwa sektor ekonomi unggulan Kabupaten Takalar adalah sektor pertanian karena perekonomiannya berbasis pada sektor pertanian. Pengembangan sektor unggulan dimaksudkan untuk memperbesar penerimaan daerah dari PDRB dan PAD. Hasil analisis bahwa dengan pemanfaatan lahan secara optimal, maka peran sektor pertanian atas PDRB Kabupaten Takalar akan meningkat 22,15%. Analisis atas pemanfaatan tenaga kerja memperlihatkan terjadi kelebihan penggunaan
KA
tenaga kerja pada sektor pertanian. Kebutuhan tenaga kerja yang optimal di
BU
sektor pertanian Kabupaten Takalar sebesar 19.075 orang dan tenaga kerja
R
yang terserap di tahun yang sama 45.235 orang, sehingga ada surplus 26.160
TE
orang. Hasil analisis jika lahan dimanfaatkan secara optimal, maka kontribusi
S
setiap sub sektor pertanian atas penerimaan daerah akan meningkat, terutama
ER SI TA
di sub sektor perikanan dan peternakan. Hal ini akan berdampak pada penerimaan daerah dan memperbesar kemampuan daerah dalam pembiayaan pembangunan.
IV
Penelitian Syarifudin (2003) menunjukan bahwa pemilihan subsektor jasa
U
N
unggulan didasarkan besarnya kontribusi dan laju pertumbuhan subsektor jasa di dalam PDRB kota Bandung, nilai LQ subsektor jasa, nilai proportional shift dan differential shift, besarnya nilai indeks keterkaitan ke depan, indeks keterkaitan ke belakang, dampak output (multiplier output), dan pengaruh pengganda pendapatan subsektor jasa kota Bandung sebagai alat ukur sektor unggulan. Penentuan sektor unggulan ini dilakukan dengan penyusunan indeks komposit yang mempertimbangkan 10 variabel yaitu: 1) prosentase kontribusi subsektor jasa atas PDRB; 2) laju pertumbuhan; 3) nilai LQ; 4) nilai
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
50
proportional shift; 5) nilai differential shift; 6) indeks daya penyebaran; 7) indeks derajat kepekaan; 8) multiplier output; 9) pengaruh pengganda pendapatan tipe I; 10) pengaruh pengganda pendapatan tipe II. Hasilnya ada 6 subsektor jasa unggulan kota Bandung yang memiliki indeks komposit lebih dari rata-rata yaitu: sektor perhotelan, komunikasi, pengangkutan darat, restoran, pengangkutan udara, dan perdagangan besar dan eceran. Maulud (2004) menegaskan bahwa berdasar analisis Location Quotient
KA
(LQ), sektor unggulan adalah sektor pertanian di mana LQ lebih besar dari 1
BU
(LQ>1). Berdasar analisis model rasio pertumbuhan (MRP) bahwa
R
perekonomian Kabupaten Merauke, Provinsi Papua, sektor yang dominan
TE
pertumbuhan dan kontribusi yang besar terdiri dari sektor pertanian, sektor
S
pertambangan dan penggalian, sektor listrik dan air minum, sektor
ER SI TA
perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa. Dari analisis overlay untuk mengetahui deskripsi bahwa sektor yang potensial memberikan pertumbuhan dan kontribusi yang besar
IV
adalah sektor pertanian dan sektor yang pertumbuhan besar dan kontribusi
U
N
kecil terdiri dari sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik dan air minum, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa. Hal ini bisa ditingkatkan kontribusinya untuk dipacu menjadi kegiatan yang dominan. Temuan dari M Ridwan (2005) menunjukan bahwa pengembangan ‘dangke’ sebagai produk ungulan lokal di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan harus dimulai dengan model pengembangan sektor industri peternakan sapi perah sebagai penghasil bahan baku, dengan mengacu alternative
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
51
skenario yang telah teridentifikasi dan dukungan pemerintah dengan serangkaian kebijakan untuk memberikan kepastian berusaha dan pendapatan bagi industri kecil dangke yang didukung infrastruktur yang memadai dan kelembagaan hulu - hilir. Kondisi tersebut diharapkan mampu membentuk iklim pengembangan SDM yang berkelanjutan, peningkatan skala ekonomi peternak, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produksi dan produktifitas
KA
serta meningkatkan motifasi untuk berusaha yang lebih baik.
BU
2. Kerangka Berpikir
R
Pendekatan analisis yang digunakan dalam tulisan ini adalah pendekatan
TE
analisis diskriptif diawali dengna membangun kerangka konseptual seperti
S
gambar 2.1. Pengumpulan data dilakukan dengan diskusi/temu koordinasi,
ER SI TA
wawancara, dan observasi di Kementrian Koperasi dan UKM RI (Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK) dan Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Bintan untuk mengidentifikasi masalah. Implementasi Program
IV
OVOP digunakan untuk menilai kelayakan dari produk unggulan dan
U
N
bagaimana pengembangan produk unggulan tersebut di Kabupaten Bintan yang berimbas pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas, maka dapat dibuat sebuah kerangka pemikiran kajian mengikuti alur seperti yang terlihat pada gambar 2.2 berikut ini.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
52
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Implementasi Program OVOP: 1. Komunikasi 2. Sumberdaya 3. Disposisi 4. Struktur organisasi
Keberlangsungan OVOP
TE
R
BU
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
KA
Kelayakan OVOP
S
Pengembangan ekonomi dapat dilakukan dengan melakukan pengkajian
ER SI TA
terhadap produk unggulan lokal dan UKM. Hasil dari pengkajian tersebut akan dijadikan titik tolak untuk menyusun model pemberdayaan yang ideal guna
menembus
pasar
ekspor.
Melalui
analisis
kelayakan
dan
IV
keberlangsungan OVOP yang berkelanjutan di Kabupaten Bintan diharapkan
U
N
dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
C. Definisi Operasional 1. Pemberdayaan UKM melalui Produk Unggulan Rosella Upaya pemberdayaan UKM secara keseluruhan difokuskan pada pengoptimalan pengusahaan produk unggulan terutama yang banyak melibatkan UKM. Untuk itu, perlu dilakukan inventarisasi dan deskripsi produk unggulan di Kabupaten Bintan. Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
53
adalah sejenis semak (perdu) yang ada diseluruh wilayah tropis dunia. Asal Rosella Florida Cranberry adalah afrika Barat. Masyarakat pada umumnya telah mengenal kenaf atau nama lain rosella (hibiscus cannabinus) sebagai tanaman penghasil serat karung dan kembang sepatu (hibiscus rosasinensis). Sedangkan bunga rosella merah (hibiscus sabdariffa lynn) belum begitu dikenal. Bunga rosella merah dikenal di berbagai negara dengan nama yang
KA
berbeda-beda, diantaranya di India Barat (Jamaican sorrel), Perancis (oseille
BU
rouge), Spanyol (quinbombo chino), Afrika Barat (carcade) dan Senegal
R
(bisap), Indonesia (vinagreira,zuring,carcade atau asam citrum). Dalam
TE
bahasa Melayu, tanaman ini dikenal dengan nama asam paya, asam kumbang
S
atau asam susur (mulyamin, 2009). Tanaman rosella memiliki dua varietas
ER SI TA
dengan budidaya dan manfaat yang berbeda, yaitu: 1. Hibiscus sabdariffa var.altisima, rosella berkelopak bunga kuning 2. Hibiscus sabdariffa var.sabdariffa, rosella berkelopak bunga merah yang kini
IV
mulai diminati petani dan dikembangkan untuk diambil bunga dan bijinya
U
N
sebagai tanaman herbal dan bahan baku minuman kesehatan (Comojime, 2008).
Di Indonesia nama rosella sudah dikenal sejak tahun 1992, tanaman rosella tumbuh subur, terutama di musim hujan. Tanaman rosella biasanya dipakai sebagai tanaman hias dan pagar. Setelah bertahun-tahun dikenal sebagai tanaman hias dan tanaman pagar yang tidak dihiraukan, sekarang tanaman ini dikenal dengan banyak khasiat dan brmanfaat bagi manusia (Daryanto-Agrina, 2006).
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
54
2. Implementasi Program Implementasi merupakan suatu keputusan untuk mencapai sasaran tertentu, maka untuk merealisasikan pencapaian sasaran tersebut diperlukan serangkaian aktivitas pelaksanaannya. Mengingat bahwa implementasi suatu program merupakan suatu hal yang kompleks karena banyaknya faktor yang saling mempengaruhi dan terkait, maka untuk memahami adanya perbedaan antara apa yang diharapkan tercapai dengan yang terjadi kemudian
KA
menimbulkan kesadaran mengenai pentingnya studi-studi impelementasi.
BU
Dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur yang
R
penting dan mutlak, seperti dikemukakan oleh Syukur Abdullah (1987), yaitu:
TE
a. Adanya program atau kebijakan yang dilaksanakan
S
b. Target groups, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran, dan
ER SI TA
diharapkan dapat menerima mamfaat dari program tersebut, perubahan atau peningkatan.
c. Unsur pelaksana (implementor), baik organisasi atau perorangan, yang
IV
bertanggungjawab dalam pengelolaan, pelaksanaan, dan pengawasan dari
U
N
proses implementasi tersebut. Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak
variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain. Implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu: a. Komunikasi Terdapat tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan, variabel komunikasi :
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
55
1) Transmisi 2) Kejelasan Informasi 3) Konsistensi Informasi yang disampaikan b. Faktor Sumberdaya Sumberdaya meliputi tiga komponen yaitu: 1) Staff yang cukup (jumlah dan mutu)
3) Sarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.
BU
c. Disposisi
KA
2) Informasi yang dibutuhkan
R
Disposisi meliputi dua komponen, yaitu:
TE
1) Komitmen
ER SI TA
d. Struktur Birokrasi
S
2) Insentif
Salah satu program prioritas pemerintah Indonesia adalah mengatasi kemiskinan dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program kesejahteraan
IV
peningkatan
dilakukan
dengan
meningkatkan
tingkat
U
N
pendapatan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan usaha produktif. Salah satu kegiatan dilakukan dengan meningkatkan nilai tambah produk-produk unggulan daerah yang memiliki peluang pasar di pasar domestik maupun ekspor. Kebijakan
pemerintah
tersebut
adalah
Kebijakan
Percepatan
Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, kecil dan Menengah melalui Instruksi Presiden No 6 tahun 2007, yaitu kebijakan pemerintah melaui Peningkatan Peluang Pasar Produk UKMKM dengan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
56
mencanangkan pengembangan produk unggulan daerah melalui pendekatan One Village One Product (OVOP). Melalui pendekatan OVOP ini Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah melakukan peningkatan nilai tambah produk unggulan daerah, sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatan ini kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mengikutsertakan seluruh pemangku-kepentingan (lintas-
KA
pelaku) di kalangan Instansi Pemerintah, Lembaga Riset dan Perguruan Tinggi
R
BU
serta dikalangan dunia usaha di pusat maupun di desa
TE
3. Kelayakan Program OVOP
S
Indikator lainnya dalam penelitian ini adalah kelayakan program.
ER SI TA
Kelayakan program merupakan sutau kondisi yang memungkinkan program OVOP dapat dilaksakanan. Hal ini dilakukan melalui berbagai proses dan juga melibatkan berbagai lapisan masyarakat termasuk para petani OVOP. Dalam
IV
penelitian ini yang dimaksudkan dengan kelayakan program OVOP adalah
U
N
sebagai berikut. a.
Proses pemilihan program OVOP
b.
Dukungan sumber daya alam
c.
Dukungan sumberdaya manusia Menurut Djarwanto (1993 : 1), “ kelayakan program mencakup seluruh proses kegiatan dalam merencanakan, menganalisa, memilih suatu usaha jangka panjang yang hasilnya baru akan bisa dinikmati dalam tahun-tahun mendatang “.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
57
4. Keberlangsungan program OVOP Keberlangsungan program OVOP merupakan suatu keadaan dimana suatu program dapat dengan sendirinya mampu untuk menjaga keberlangsungannya. Dalam penelitian ini keberlangsungan dipengaruhi beberapa aspek, meliputi: a. Manajemen (Planning, Organising, Actuating dan Controlling) b. Pemberdayaan OVOP Menuruti Moh. Nazir (2006), teknik membuat skala adalah cara
KA
mengubah fakta-fakta kualitatif (atribut) menjadi suatu urutan kuantitatif
BU
(variabel). Skala pengukuran dalam defenisi operasional dalam penelitian ini
R
menggunakan skala ordinal. Skala ordinal adalah skala ranking, di mana
TE
kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data, tetapi tidak
S
menunjukkan selisih yang sama dan tidak ada nol mutlak. Definisi
ER SI TA
operasional dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada tabel 2.3 berikut ini. Tabel 2.3. Definisi Operasional Penelitian Dimensi
Indikator
N
IV
Variabel
Komunikasi
U
Implementasi
1) Transmisi 2) Kejelasan Informasi 3) Konsistensi 4) Informasi yang disampaikan 1) Staff yang cukup (jumlah dan mutu) 2) Informasi yang dibutuhkan 3) Sarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan. 1) Komitmen 2) Insentif 1) SOP 2) Struktur birokrasi
Program OVOP
Sumberdaya
Disposisi Struktur birokrasi
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Skala Pengukuran
Skala Ordinal
14/41060.pdf
58
Variabel
Dimensi
Indikator
Skala Ordinal
U
N
IV
ER SI TA
S
TE
R
BU
KA
1) Seleksi produk 2) Kriteria penetapan produk Proses pemilihan 3) Memberikan program OVOP penyuluhan untuk pengembangan produk pilihan 1) Bibit unggul Dukungan sumber 2) Lahan pertanian Kelayakan daya alam 3) Penyiraman dan OVOP perawatan 1) Sumberdaya manusia yang terbatas 2) Melibatkan Dukungan masyarakat dalam sumberdaya manusia pengambilan keputusan 3) Pengembangan SDM 1) Planning 2) Organising Manajemen 3) Actuating 4) Controlling 1) Keseriusan masyarakat dalam Keberlangsungan mengembangkan OVOP OVOP Pemberdayaan 2) Komitmen OVOP masyarakat dalam memberdayakan OVOP 3) Peran serta aktif masyarakat
Skala Pengukuran
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Skala Ordinal
14/41060.pdf
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif, yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan dan memahami serta memecahkan permasalahan implementasi kebijakan-
KA
kebijakan program OVOP melalui koperasi di Kabupaten Bintan. Unit analisis
BU
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Koperasi Asosiasi Industri
R
Makanan dan Kerajinan dan Rumah Produksi (packaging house) KIKO yang
TE
berada di Kabupaten Bintan. Horizon waktu yang digunakan dalam penelitian
ER SI TA
dalam kurun waktu tertentu.
S
ini adalah cross-sectional, dimana data yang dikumpulkan hanya satu kali
Tabel 3.1. Desain Penelitian
IV
Tujuan Penelitian T-1
U
N
T-2 T-3 T-4
Jenis Penelitian
Metode Penelitian
Unit Analisis
Penelitian Deskriptif
Survei, kuewsioner dan Wawancara Survei Survei Survei
Organisasi
Penelitian Deskriptif Penelitian Deskriptif Penelitian Deskriptif
Organisasi Organisasi Organisasi
Sumber: data primer 2013
T-1 : Mengetahui implementasi kebijakan pemerintah dalam melaksanakan program OVOP ditinjau dari dimensi komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur organisasi T-2
:
Menganalisis hal-hal yang menentukan kelayakan produk unggulan OVOP di Kabupaten Bintan
T-3 : Menganalisis faktor-faktor kunci yang menentukan keberlanjutan/
59 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
60
keberlangsungan OVOP pada Sentra Industri di Kabupaten Bintan T-4 :
Menentukan rumusan kebijakan keberlanjutan program OVOP pada Sentra industri yang ada di Kabupaten Bintan
2. Lokasi Penelitian Mengingat kondisi yang akan dilihat adalah kebijakan pemerintah dalam penetapan dan pengembangan produk unggulan desa pada koperasi Bintan,
KA
maka lokasi penelitian adalah UKM-UKM yang bernaung dalam sebuah
BU
koperasi yang bernama Koperasi Asosiasi Industri Makanan dan Kerajinan (KAIMK), yang beralamat di Jalan Alumina No.1 RT/RW 001/023,
1. Populasi
ER SI TA
B. Populasi dan Sampel
S
TE
R
Kelurahan Kijang Kota, Kecamatan Bintan Timur, Bintan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelaku/anggota UKM-UKM
IV
yang tergabung dalam Koperasi Asosiasi Industri Makanan dan Kerajinan
N
(KAIMK) yang ada di Kabupaten Bintan. Anggota Koperasi Asosiasi Industri
U
Makanan dan Kerajinan berjumlah 45 orang.
2. Sampel Sampel dalam penelitian ini terdiri dari informan yang dianggap sebagai key informan, selain itu juga penulis menyebarkan kuesioner kepada 30 responden yaitu anggota Koperasi Asosiasi Industri makanan dan Kerajinan yang dianggap mewakili populasi. Informan awal dipilih secara purposif (purposive sampling). Pemilihan informan didasarkan objek penelitian yang
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
61
menguasi masalah, memiliki data, dan bersedia memberikan data. Dalam penelitian ini yang menjadi informan awal adalah Deputi bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Kementerian Koperasi dan UKM (I Wayan Dipta), Kepala Bidang Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kepulauan Riau (Riki Rionaldi, M.Si), UKM dan petani rosella yang ada di daerah Bintan.
C. Prosedur Pengumpulan Data
KA
1. Jenis dan sumber data
BU
Data yang digunakan di dalam penelitian ini merupakan data subyek (self
R
report data). Data subyek merupakan jenis data penelitian yang berupa opini,
TE
sikap, pengalaman, atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang
S
yang menjadi subyek penelitian (responden). (Indriantoro dan Supomo, 2002).
ER SI TA
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari sumber primer dan sumber sekunder. Data primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk
IV
tujuan spesifik studi. Sedangkan data sekunder mengacu pada informasi yang
U
N
dikumpulkan dari sumber yang telah ada. (Sekaran, 2006). Adapun sumber data yang dipakai dalam penelitian dapat dijelaskan
sebagai berikut. a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan cara survey ke lapangan, kuesioner, wawancara dengan beberapa pihak yang terlibat dalam pengolahan produk rosella. Data primer juga diperoleh dari: 1) Rencana strategis Kabupaten/Kota Bintan; 2) Buku Kabupaten dalam
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
62
Angka (terbitan terakhir) dan 3) Narasumber atau keyperson di daerah Bintan. b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan melakukan studi kepustakaan yang berhubungan dengan masalah yang akan dikaji lebih lanjut. Data sekunder diperoleh dari referensi-referensi misalnya dari bukubuku, internet, jurnal dan sumber-sumber lainnya yang dapat menunjang penelitian ini. Dari buku diperoleh teori-teori tentang konsep kebijakan
KA
publik, OVOP, pengembangan Usaha kecil menengah (UKM), strategi
R
BU
pemasaran dan lain-lain.
TE
2. Teknik Pengumpulan Data
S
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 cara, yaitu
ER SI TA
melalui studi lapangan dan studi kepustakaan. Berikut penjelasan dari kedua teknik pengumpulan data tersebut.
a. Studi Lapangan (Field Research)
IV
Studi lapangan yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
U
N
penelitian dan pengamatan secara langsung pada objek yang diteliti. Data tersebut penulis peroleh dengan cara : menyebarkan kuisioner untuk dijawab responden dan pertanyaan itu telah dipersiapkan sebelumnya secara sistematis. Prosedur pengumpulan data lain yang dilakukan adalah dengan teknik wawancara (interview), observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan guna memberi penjelasan kepada responden tentang isi atau maksud daftar pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, serta untuk menggali informasi atau keterangan yang berkaitan dengan variabel penelitian,
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
63
tetapi tidak tercakup dalam daftar pertanyaan kuesioner. Wawancara dilakukan terhadap 5 orang responden yang dianggap sebagai key informan yang bisa mewakili sampel yang ada. Topik dan narasumber dalam wawancara tersebut dapat disajikan pada tabel 3.2 berikut. Tabel 3.2 Pihak-pihak yang diwawancarai Topik Wawancara
Jabatan
1. Rintisan program OVOP di Indonesia dan hal-hal yang menyangkut pelaksanaan OVOP di Kabupaten Bintan khususnya
Deputi bidang Pengkajian Koperasi dan UKM RI
2. Pelaksanaan program OVOP di Kabupaten Bintan dan kendala yang dialami pemerintah daerah dalam pengembangan program OVOP
Kabid. Rencana dan Pengendalian Deputi Pengkajian Bid. Pengkajian Sumberdaya UKMK Koperasi dan UKM RI
N
IV
4. Masalah pengemasan dan pemasaran rosella hingga ke pasar global (impor)
U
5. Masalah pertanian, produksi, pengembangan produk olahan rosella di Kabupaten Bintan dan di daerah Kepulauan Riau
Ibu Christina Agustin
S
TE
R
BU
KA
Bapak I Wayan Dipta
Kepala Bidang Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bintan
ER SI TA
3. Masalah implementasi kebijakan pemerintah daearah Kabupaten Bintan dalam pengembangan program OVOP
Narasumber
Bapak Riki Rionaldi
Manager Packaging House KIKO Kabupaten Bintan
Ibu Sri Asrin
Ketua Kube Rebina (Desa Wacopek) sekaligus petani rosella
Ibu Ayik
Sumber : Data primer 2013
Penulis juga melakukan observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena atau gejala-gejala lain yang berhubungan dengan variabel penelitian, sehingga dapat melengkapi data dan pemahaman tentang variabel utama yang diteliti. Dokumentasi, dilakukan dengan cara melihat dan mempelajari berbagai dokumen dan kepustakaan serta hasil-hasil penelitian
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
64
yang berkaitan sehingga dapat memberikan perspektif yang lebih lengkap dan luas dalam memahami data variabel utama yang diteliti. Kuesioner yaitu daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya dalam alternatif yang didefinisikan
dengan
jelas.
Kuesioner
merupakan
suatu
mekanisme
pengumpulan data yang efisien jika peneliti mengetahui dengna tepat apa yang diperlukan dan bagaimana mengukur variabel penelitian. (Sekaran, 2006).
KA
Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah petani dan para petinggi
TE
b. Studi Pustaka (Library Research)
R
BU
Koperasi dan UKM kabupaten Bintan
S
Yaitu mengumpulkan data sebagai referensi sebagai landasan teori untuk
ER SI TA
melakukan penelitian dengan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan aspek permasalahan dan menunjang pembahasan dalam pembuatan
IV
tesis ini.
U
N
D. Instrumen Penelitian Instrumen utama dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner
dipersiapkan oleh penulis sebelumnya dan disususn berdasarkan permasalahan dalam indikator yang telah diuraikan dalam Bab II sebelumnya. Pengukuran variabel dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Prosedur pengukuran sebagai berikut:
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
65
1. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan dipergunakan sebagai dasar apakah responden masuk dalam kriteria atau tidak. 2. Responden diminta untuk menyatakan tingkat persetujuan terhadap pernyataan yang diajukan peneliti atas dasar persepsi masing-masing responden. Jawaban terdiri dari lima pilihan, yakni: sangat tigak penting, tidak penting, cukup penting, penting, dan sangat penting.
KA
3. Pemberian nilai (scoring). Untuk jawaban sangat penting diberikan nilai 5,
BU
dan seterusnya menurun sampai pada jawaban sangat tidak penting yang
R
diberikan nilai 1.
TE
Bobot penilaian atas jawaban responden dapat dijelaskan pada tabel 3.2
S
berikut ini:
ER SI TA
Tabel 3.2 Bobot Nilai Jawaban Responden Nilai 5 4 3 2 1
N
IV
Jawaban Sangat Penting Penting Cukup Penting Tidak Penting Sangat Tidak Penting
U
Keuntungan penggunaan format skala Likert ini adalah memungkinkan
responden membedakan jawaban mereka diantara yang tak mungkin dijawab dalam bentuk pilihan ganda sehingga dapat lebih jelas menyatakan derajat pendapat mereka atas pertanyaan, lebih dari hanya sekedar terbatas pada jawaban Ya dan Tidak (Ferdinand, 2006). Setelah kegiatan tersebut dilakukan, selanjutnya adalah melakukan uji instrumen untuk melihat reliabilitas kuisioner. Berikut penjelasan dan hasil uji reliabilitas instrumen penelitian.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
66
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat konsistensi instrumen penelitian. Dalam penelitian ini diuji melalui Analisis Faktor Konfirmatori, dan jika nilai Cronbach’s alpha lebih besar atau sama dengan 0,70 berarti instrumen tersebut reliabel (Ghozali, 2004:21). Namun demikian, alat ukur ini dapat menjadi bias dalam beberapa kondisi tertentu (Ferdinand, 2000:171) sehingga nilai di bawah 0,70 pun bisa diijinkan, terutama untuk
KA
penelitian eksploratori (Hair et al.,1998:612). Menurut Sekaran (1992:287)
BU
jika nilai Cronbach’s alpha lebih kecil dari 0,60 dikategorikan poor; dalam
R
rentang 0,70 (0,60 sampai 0,80) dikategorikan dapat diterima; dan di atas 0,80
TE
dikategorikan baik.
ER SI TA
S
Tabel 3.3 Uji Reliabilitas Masing-masing Variabel Variabel
Item
Implementasi Kelayakan Keberlanjutan Kesejahteraan Masyarakat
10 9 7 7
Koefisien Cronbach’s Alpha 0,866 0,933 0,730 0,855
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
IV
Sumber : Data Primer 2013 diolah
U
N
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, karena tidak ada nilai contruct reliability yang nilainya di bawah 0,60 maka semua konstruk dalam penelitian ini layak untuk digunakan dalam model. Maka, seluruh atribut pada variable tersebut sudah konsisten dan dapat dipercaya (reliable) serta dapat digunakan untuk proses penelitian selanjutnya. Dengan adanya uji reliabilitas ini maka diperoleh
informasi
bahwa
jawaban
responden
terhadap
kuesioner
memperlihatkan kekonsistenan, sehingga hasil perolehan skor jawaban kuesioner dapat dipergunakan dan dianalisis lebih lanjut.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
67
E. Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan sistem. Pendekatan sistem ini digunakan untuk merumuskan rekomendasi pengelolaan OVOP secara berkelanjutan. Secara garis besar, penelitian ini dibagi ke dalam empat tahapan penelitian, yaitu: 1. Analisis implementasi program OVOP 2. Analisis kelayakan program OVOP
KA
3. Analisis faktor-faktor kunci keberlanjutan program OVOP
BU
4. Analisis rumusan rekomendasi kebijakan keberlanjutan program OVOP
R
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
TE
Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menilai
S
tingkat penerimaan/persepsi anggota Koperasi Asosiasi Industri Makanan dan
ER SI TA
Kerajinan terhadap program pengembangan koperasi di Kabupaten Bintan. Selanjutnya dilakukan tabulasi data dan dilakukan analisis deskriptif berdasarkan isian kuesioner yang dibagikan kepada responden.
IV
Penelitian ini juga bersifat eksploratif dan evaluatif. Penelitian eksploratif
U
N
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui informasi yang lebih jauh dan lebih dalam mengenai konsep-konsep OVOP, baik dari sejarah awalnya di Oita, Jepang maupun perkembangan penerapannya di beberapa negara lainnya. Penelitian ini juga dilakukan karena minimnya penelitian yang menguraikan tentang penerapan OVOP di Indonesia, meskipun program ini telah banyak dilaksanakan di berbagai daerah sejak tahun 2008, khususnya untuk sektor pertanian.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
68
Penelitian evaluatif dilakukan untuk mengetahui hasil pelaksanaan OVOP yang telah dilakukan di Indonesia, dengan mengambil sebuah contoh kasus yaitu Bintan, Kepulauan Riau. Tujuan lain dari dilakukannya penelitian evaluatif ini adalah untuk mengetahui sejauh mana atau seberapa tinggi tingkat efektivitas setiap faktor, unsur, atau komponen dalam mendukung pelaksanaan program untuk mencapai tujuan dari penerapan OVOP itu sendiri. Program OVOP di Bintan yang dijadikan studi kasus pada penelitian ini
KA
merupakan program pemerintah yang dilaksanakan oleh Kementerian
BU
Koperasi dan UKM pada tahun 2012 lalu. Program ini melibatkan tiga pihak
R
utama yaitu pemerintah, tim ahli, dan masyarakat daerah itu sendiri. Oleh
TE
karena itu, maka perlu diketahui terlebih dahulu aspek-aspek yang dapat
S
mempengaruhi keterlaksanaan OVOP agar dapat dijadikan sebagai parameter
ER SI TA
pembanding. Parameter didapatkan melalui studi literatur dan hasil survey lapangan. Keberhasilan diindikasikan dengan tercapainya tujuan utama dari OVOP yaitu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
U
N
IV
pedesaan.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Implementasi pengembangan program OVOP di Kabupaten Bintan
KA
dipengaruhi oleh faktor komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur
BU
birokrasi. Faktor komunikasi secara umum sudah cukup baik. Kondisi
R
sumberdaya manusia masih lemah, terutama jika dilihat dari kualitas SDM,
TE
sumberdaya financial dan sarana dan prasarana. Aspek disposisi secara umum
S
menunjukkan kondisi yang cukup baik, terutama dilihat dari sisi dukungan,
ER SI TA
komitmen dan transparansi. Sedangkan dalam hal pemahaman masih terasa kurang memadai. Untuk faktor struktur birokrasi sudah cukup baik. 2. Kelayakan dan keberlangsungan OVOP di Kabupaten Bintan melalui
IV
beberapa tahapan, yaitu: sosialisasi OVOP, pencarian OVOP, penentuan
U
N
produk pemenang OVOP, kampanye standar, promosi pasar OVOP, pencarian OVOP unggulan hingga akhirnya OVOP menuju kompetensi inti. 3. Dampak pengembangan rosella terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dapat diuraikan dari 3 (tiga) prinsip OVOP yaitu: berpikir global bertindak local (local but global), bebas dan kreatif, pengembangan sumberdaya manusia. Dari ketiga prinsip ini, terlihat bahwa program OVOP di Kabupaten Bintan belum membawa dampak yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. 132 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
133
B. Saran Setelah meneliti dan mengetahui permasalahan dalam pengembangan produk olahan rosella sebagai produk unggulan Kabupaten Bintan, maka beberapa saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut. 1. Untuk faktor sumber daya yang terpenting dilakukan adalah meningkatkan kualitas SDM yang ada sehingga keseluruhannya memiliki kompetensi yang memadai, serta dukungan finansial dan dukungan sarana dan prasarana yang
KA
diperlukan.
BU
2. Untuk faktor disposisi terutama meningkatkan pemahaman dan penyamaan
R
persepsi pegawai Dinas Koperasi dan UKM antara lain dengan melakukan
TE
pelatihan khusus mengenai pengembangan koperasi lengkap dengan materi
S
yang relevan.
ER SI TA
3. Perlunya ditetapkan Peraturan Gubernur Kepulauan Riau atau Peraturan Bupati Bintan tentang Pengembangan Produk Unggulan Daerah (rosella), sebagai payung hukum dalam pengembangan produk unggulan daerah di
IV
Kabupaten Bintan.
U
N
4. Untuk faktor Birokrasi yang terpenting adalah perlu segera dibuat SOP yang jelas sehingga dapat dijadikan acuan tindakan standar bagi pelaksanaan kebijakan. 5. Untuk mencapai target yang telah ditetapkan dalam kelayakan dan keberlangsungan OVOP di Kabupaten Bintan, maka perlu disusun rencana tindakan (action plan) bersama antara koperasi, petani, UKM dan stakeholder lainnya.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
134
6. Agar rosella membawa dampak yang signifikan bagi peningkatan pendapatan masyarakat maka perlu lebih teliti lagi dalam memperhatikan prinsip-prinsip mendasar pelaksanaan OVOP di Kabupaten Bintan, yaitu berpikir global bertindak local (local but global) dapat dilakukan dengan berusaha menghasilkan produk-produk olahan yang dapat diterima pasar internasional, prinsip kedua yaitu bebas dan kreatif dapat ditingkatkan dengan mengembangkan kreativitas dalam hal pengembangan produk, cara yang bisa
KA
ditempuh misalnya dengan mencoba membuat produk baru yang belum
BU
banyak beredar. Prinsip ketiga yaitu pengembangan sumberdaya manusia
R
dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas SDM melalui pelaksanaan
TE
pelatihan dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan OVOP
U
N
IV
ER SI TA
S
di Kabupaten Bintan.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
DAFTAR PUSTAKA Arkeman, Y. 1999. Metode Analytical Hierarchy Process. Makalah Pelatihan Group Pengembangan Teknologi Manajemen dan Sistem Informasi Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakutas Teknologi Pertanian. IPB. Atterton, J. 2001. The Role of Civil Society and Business Community in Rural Restructuring. Arkleton Centre of Rural Development Research. University of Abardeen. Scotland. Bourgeois, R. 2002. Expert Meeting Methodology For Prospective Analysis,
KA
CIRAD Amis Ecopol.
BU
BPS Kabupaten Bintan. 2011. Kabupaten Bintan Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan.
Terjemahan. Jakarta : UI-Press.
TE
R
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleed dan M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan.
S
Bungaran, Saragih, Mec. 2001. Suara dari Bogor : Membangun Sistem Agribisnis.
ER SI TA
Bogor : Pustaka Wirausaha Muda. Edisi Kedua. Carmencita T., dkk . 1994. Prospek Pengambangan Makanan Tradisional Rakyat Jawa Barat. Buletin PANGAN No. 19 Vol. V-1994. Bandung : Fakultas
IV
Teknologi.
N
Comojime. 2008. Apa Itu Tanaman Obat. www.famfajfijaiofja.com. Diakses pada
U
tanggal 15 Maret 2013 Craig & Grant, 2002, Manajemen Strategi (Alih Bahasa : Tjipto Wardoyo), Jakarta : Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Irwan. D. 1999. Bagaimana Memperbaiki Pemasaran Usaha Anda. Jakarta : Grafika Desa Putera. David, F. R. 2002. Konsep Manajemen Strategis. Edisi Indonesia. Jakarta : PT. Prehalindo. Daryanto, A. and J. Morison. 1992. Structural Interdependence in the Indonesian Economy, with Emphasis on the Agricultural Sector, 1971-1985 : An InputOutput Analysis. Mimbar Sosial Ekonomi 6 (1) : 74-99.
135 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
136
__________. 2001. Social Accounting Matrix Model for Development Policy Analysis. Mimbar Sosial Ekonomi, 3(74) : 64-87. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Defining a Policy Framework for Maine. Maine Rural Development Councol. Maine. USA. Departemen Perdagangan dan Perndustrian RI. 2002. Pedoman Pembinaan Industri Kecil, Menengah dan Koperasi, Penerbit Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Dagang Kecil, Departemen Perindustrian dan
KA
Perdagangan. Jakarta. _________, 2002. Kebijakan dan Pengembangan Industri Nasional. Jakarta:
BU
Penerbit Direktorat Jenderal Industri Kecil. Departemen Perindustrian dan
R
Perdagangan.
TE
__________, 2002. Pola Pembinaan dan Pengembangan Industri Kecil. Jakarta : Penerbit Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Dagang Kecil, Departemen
ER SI TA
S
Perindustrian dan Perdagangan.
Didu, S. M. 2000. Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Pengembangan Agoindustri Kelapa Sawit Untuk Perekonomian Daerah. Disertasi. Bogor : Sekolah Pascasarjana Teknologi Industri Pertanian, IPB.
IV
David, F.R. 2002. Strategic Manajemen. New Jersey : Prentice Hall.
U
N
Dorothea, W. A. 1999. Manajemen Kualitas. Yogyakarta: Universitas Atmajaya. Dunn, William. (1999). Analisa Kebijakan Publik. (Samodra Wibawa, Penerjemah).Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Echols, J.M. and Shadily, 1976. Kamus Indonesia Inggris. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Eula, Heinz & K. Prewitt. 1973. Labyrinths of Democracy, Indianopolis; BobbsMerrill. Edward III, George C. 1980. Implementing Public Policy. Washington DC : Congressional Quarterly Press.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
137
Erianto.
2009.
Budidaya
Rosella
(terhubung
berkala).
http://makalahbudidayarosela<
KA
Goetsch, D. L. 2000. Quality Management : Introduction to Total Quality Management for Production, Processing, and Service. Prentice Hall, Upper
BU
Saddle River, New Jersey Colombus, Ohio.
R
Gunawan, 1991. Pengaruh Penggunaan Garam dan Kemasan Terhadap Daya
TE
Simpan Dali (Produk Olahan Susu Tradisional). Skripsi Fakultas
S
Teknologi Industri Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
ER SI TA
Hanan, A. M. 2003. Sambutan Menteri Negara Koperasi Uasaha Kecil dan Menengah. Makalah pada Seminar sehari “Alih Teknologi Dalam Pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Agrobisnis”. Jakarta , 26 mei. Hardjomidjojo, H. 2002. Metode Analisis Prospektif. Jurusan Teknologi Industri
IV
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
U
N
Hubeis, M. 1997. Menuju Industri Kecil Profesional di Era Globalisasi Melalui Pemberdayaan Manajemen Industri. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Inpres No.6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro Keci dan Menengah (UMKM) dan Inpres No.5 Tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009. Ikhsan, A. 2001. Pola Pembinaan Industri Kecil Menengah; Makalah Seminar Nasional Teknik Industri “Peran dan Profesi Pendidikan teknik Industri dalam Mewujudkan Kemandirian Usaha Kecil dan Menengah”. Jakarta. Irzan. A. S. 1986. Industri Kecil Sebuah Tinjauan dan Perbandingan. Jakarta : Penerbit LP3ES.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
138
ISEI, 1998. Hasil Konfrensi Nasional Usaha Kecil yang Pertama , Kerjasama Kadin Indonesia dan The Asian Foundation. Cipanas – Jawa Barat. Iskandar, S. 2007. Strategi Pengembangan Kewirausahaan Nasional: Sebuah Rekomendasi Operasional (Vol. 19-Juli 2011). Jakarta Jumhur, A. A. 2001. Model Pengembangan Industri Kecil; Makalah Seminar Nasional Teknik Industri “ Peran dan Profesi Pendidikan teknik Industri dalam Mewujudkan Kemandirian Usaha Kecil dan Menengah”. Jakarta. Kartajaya, H., Hermawan, M., Yuswohady, Taufik, Sonni, Anwar,H., Joewono,
KA
H.H., dan Mussrj, J. 2003. Mark Plus on Strategy. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
R
Kontrol. Jilid I. Jakarta : PT Prenhallindo.
BU
Kotler. P. 1997. Manajemen Pemasaran. : Analisa, Perencanaan, Implikasi dan
S
Haven: Yale University Press.
TE
Lasswell, D. Harold., & Kaplan, Abraham. (1970). Power and Society. New
ER SI TA
Nugroho, D. Riant. 2003. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Formulasi. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Owen, 0. S. 1980. Natural Resources Conservation. McMillan Publ. Co. New York.
IV
Peraturan Menteri Perindustrian No.78/M-IND/PER/9/2007 tentang peningkatan
U
N
efektifitas pengembangan industry kecil dan menengah (IKM) melalui pendekatan satu desa satu produk (OVOP)
Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha kecil Partanto, A. Pius & Al-Barry Dahlan. 2001. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola Peppard, Joe dan Rowland, Philip. 1997. The Essence of Business Process ReEngineering. Diterjemahkan oleh Fandy Tjiptono. Yogyakarta : ANDI. Porter, M.E. 1990. Competitive Advantage of Nations. Canada : Mass Free Press.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
139
__________ 1995. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing, Jakarta : Erlangga. Prawirosentono, S. 2001. Filosofi Baru Manajemen Mutu Terpadu. Quality Management Abad 21. Jakarta : PT. Bina Aksara. Raharjo, Dawam. 1983. Esai-esai Ekonomi Politik. Jakarta : LP2ES. Rebecca, M. Winders. 1997. Small Business Creation and Economic Well-Being of Non Metropolitan Countries : The Case of Georgia. TUA Rural Studies Programe. University of Kentucky. USA.
KA
Rhodant, 1983. Manajemen sumber Daya Manusia. California Manajemen.
BU
Review.
Robert Ho & Pactricis Kontur. 2001. “Enterprenership” as A Rural Development
TE
R
Strategy.
Rolstadas. 1995. Performance Management : A Business Process Benchmarking
S
Approach. London : Chapman n Hall.
ER SI TA
Rustiani, Frida. Pengembangan Ekonomi Rakyat dalam Era Globalisasi : Masalah, Peluang dan Strategi Praktis. 1996. AKTIGA Bandung dan YAPIKA Jakarta.
Sanim, B. 2000. Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi dalam Mewujudkan
IV
Sistem Ekonomi Kerakyatan Menanggulangi Krisis Nasional. MMA-IPB.
U
N
Bogor.
Saharuddin dan Sumardjo. 2002. Metode-metode Partisipatif dan Pengembangan Masyarakat. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Sugiharto, Yanto & Syamsul, Rizal. 2008. Gerakan One Village One Product (OVOP). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Suryadi, Ace. 1995. Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
140
Swasta, Basu & Irawan 1990. Manajemen Pemasaran Modern. Cetakan Keempat. Yogyakarta : Liberty Offset. Swasta, Basu & Sukotjo, Ibnu W. 2000. Pengantar Bisnis Modern. Yogyakarta : Penerbit BPFE. Syafi’i, M. Antonio. 1999. Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum. Yogyakarta : BI dan Tazkia Institute. T. Hani Handoko. 1992. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Kesatu, Cetakan Kesatu. Yogyakarta : Penerbit BPFE.
KA
Undang-undang Republik Indonesia Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan
BU
Undang-undang No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil
Undang-undang No.20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
TE
R
Tambunan, T. 2001. Peranan UKM bagi Perekonomian Indonesia dan Prospeknya. Makalah Presentasi pada Seminar “Strategi Bisnis dan Peluang
S
Usaha bagi Pengusaha Kecil dan Menengah” IFMS dan Lab. Ilmu
ER SI TA
Administrasi FISIP UI. Jakarta.
Thoha, Miftah. 2002. Perspektif Perilaku Birokrasi: Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara (Jilid II). Jakarta : PT. Raja Grapindo Perkasa. Widodo, Joko 2001, Good Governance Telaah Dari Dimensi Akuntabilitas,
IV
Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi Dan Otonomi Daerah, Insan
U
N
Cendekia, Surabaya. Winardi. 2000. Manajer dan Manajemen. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
1
Kepada : Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i diKabupaten Bintan Teriring salam dan do’a Saya haturkan semoga Bapak/Ibu/Saudara berada
KA
dalam lindungan Allah SWT. Amin.
BU
Berdasarkan ketentuan Akademik Program Studi Magister Administrasi
R
Publik Program Pasca Sarjana Universitas Terbuka, bahwa setiap mahasiswa yang
TE
akan menyelesaikan pendidikan diwajibkan mengadakan penelitian sebagai bahan dalam penulisan tesis. Sehubungan dengan penulisan tesis dimaksud, Saya : : MEMI LOMA
ER SI TA
S
Nama NIM
: 016760362
Melakukan penelitian tentang “Implementasi Program One Village One Product (OVOP) Melalui Koperasi (Studi Kasus Pengembangan Produk Olahan
IV
Rosella di Kabupaten Bintan”.
N
Dalam rangka melengkapi data penelitian ini, Saya mohon kesediaan
U
Bapak/Ibu/Saudara untuk memberikan jawaban yang sejujurnya terhadap sejumlah pertanyaan berikut ini. Demikian
disampaikan,
atas
kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara
menjawab kuesioner ini Saya haturkan terima kasih.
Hormat Saya,
MEMI LOMA (NIM. 016760362)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
dalam
14/41060.pdf
2
A. DATA RESPONDEN Sebelum menjawab pertanyaan kuisioner ini, mohon Bapak/Ibu/Saudara mengisi data terlebih dahulu (data yang diberikan akan diperlakukan secara rahasia). 1. Nama Lengkap
: ......................................................... (diisi jika tidak keberatan)
2. Pekerjaan
: a. Karyawan b. Wirausaha
KA
c. Pensiunan
e. Petani
BU
d. Ibu Rumah Tangga
TE
R
f. Lain-lain :
4. Jenis Kelamin
: Laki-Laki/Perempuan
ER SI TA
: a. SMP-SMA sederajat b. Diploma c. Strata 1 d. Strata 2
N
IV
5. Tingkat Pendidikan
.............. tahun
S
3. Lama bekerja
U
6. Minat melakukan budidaya rosella : a. Berminat b. Tidak berminat
7. Tingkat pengenalan terhadap rosella : a/ Baru mnegenal b. Mengenal 1-2 tahun c. Mengenal 3-5 tahun d. Mengenal 5-10 tahun
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
3
B. PETUNJUK PENGISIAN Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda (3) pada salah satu angka yang ada pada kotak jawaban. Diharapkan jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara berikan sesuai dengan kondisi atau kenyataan yang sebenarnya. Penjelasan untuk masing-masing jawaban adalah sebagai berikut: 1. Skor 1 untuk jawaban : Sangat Tidak Penting/Sangat Tidak Setuju 2. Skor 2 untuk jawaban : Tidak Penting/Tidak Setuju 3. Skor 3 untuk jawaban : Cukup Penting/Cukup Setuju 4. Skor 4 untuk jawaban : Penting/Setuju
BU
KA
5. Skor 5 untuk jawaban : Sangat Penting/Sangat Setuju
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM OVOP
PEMERINTAH
TERHADAP
TE
I.
R
C. KUISIONER
PERTANYAAN
ER SI TA
S
NO
U
N
IV
A. Komunikasi 1 Pemerintah Kabupaten Bintan mentransmisikan Program OVOP ke seluruh lapisan (masyarakat, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan maupun pihak lainnya) dengan mengeluarkan suatu peraturan yang menyangkut program OVOP 2 Pemerintah membentuk saluran komunikasi bagi masyarakat/petani yang akan menyampaikan ide/gagasan demi kemajuan OVOP di Kabupaten Bintan. 3 Informasi yang anda peroleh tentang pelaksanaan program OVOP di Kabupaten Bintan selalu konsisten B. Sumberdaya 4 Adanya staff/pekerja/karyawan yang cukup dalam pelaksanaan program OVOP di Kabupaten Bintan 5 Informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan rosella sebagai produk unggulan Bintan dapat diperoleh dengan mudah
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
1
2
JAWABAN 3 4
5
14/41060.pdf
4
C. 7
8
D. 9 10
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program OVOP tersedia dengan lengkap di masing-masing kube (kumpulan usaha bersama) Disposisi Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan dan seluruh masyarakat berkomitmen dalam pengembangan program OVOP Pemerintah memberikan insentif dan penghargaan kepada masyarakat (petani rosella) yang berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik. Struktur Birokrasi Produk-produk olahan rosella sudah memenuhi Standard Operating Procedure (SOP) Struktur birokrasi pada Dinas Koperasi dan UKM di Kabupaten Bintan jelas dan terorganisir dengan baik
PERTANYAAN
ER SI TA
S
NO
TE
R
II. KELAYAKAN OVOP (VARIABEL X2)
BU
6
KA
U
N
IV
A. Proses Pemilihan Program OVOP 11 Pemerintah memilih rosella sebagai produk unggulan Kabupaten Bintan dengan menyeleksi berbagai produk-produk lainnya 12 Pemerintah menetapkan rosella sebagai produk unggulan Kabupaten Bintan karena rosella dinilai sudah memiliki kriteria yang sesuai dengan Standard OVOP 13 Pemerintah serius mengembangkan rosella dengan cara memberikan penyuluhan kepada petani rosella. B. Dukungan Sumber Daya Alam 14 Bibit unggul rosella selalu tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar. 15 Lahan pertanian yang luas sehingga mampu memenuhi permintaan rosella yang tinggi sewaktu-waktu. 16 Masyarakat melakukan pembibitan dan penyiraman secara teratur agar diperoleh rosella yang berkualitas
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
STS 1
JAWABAN TS CS S 2 3 4
SS 5
14/41060.pdf
5
KA
C. Dukungan Sumber Daya Manusia 17 Sumberdaya manusia yang terbatas dalam bidang pertanian (pengolahan rosella) menjadi faktor penghambat kemajuan program OVOP 18 Pemerintah melibatkan semua masyarakat dalam pengambilan keputusan 19 Pengembangan SDM dilakukan agar mempunyai motivasi tinggi untuk mentransformasikan tantangan menjadi peluang pada berbagai bidang dan sektor yang potensial di Kabupaten Bintan
R
PERTANYAAN
TE
NO
BU
III. KEBERLANGSUNGAN OVOP
STS 1
JAWABAN TS CS S 2 3 4
U
N
IV
ER SI TA
S
A. Pengorganisasian 20 Pemerintah melakukan pengawasan terhadap kinerja pelaku OVOP di setiap desa. 21 Pemerintah membuat struktur organisasi Koperasi Asosisasi Makanan dan Kerajainan sesuai dengan kebutuhan program OVOP 22 Agar organisasi Koperasi Asosiasi Makanan dan Kerajinan berorientasi pada kualitas, maka visi, misi dan strategi ditetapkan bersama-sama. 23 Pelaksanaan program OVOP dievaluasi secara rutin. B. Pemberdayaan OVOP 24 Masyarakat serius dalam pengembangan produk-produk OVOP 25 Masyarakat berkomitmen untuk memberdayakan produk-produk OVOP 26 Masyarakat secara bersama-sama saling membantu demi kemajuan program OVOP IV. PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM OVOP NO
PERTANYAAN
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
JAWABAN
SS 5
14/41060.pdf
6
A. 27
28
29
TS 2
CS 3
S 4
SS 5
JAWABAN TS CS S 2 3 4
SS 5
BU
KA
B. 30
STS 1 Partisipasi Masyarakat Terhadap Program OVOP Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan produk-produk unggulan OVOP telah teridentifikasi dengan baik. Masyarakat terlibat langsung dalam program OVOP yang dicanangkan pemerintah daearah Kabupaten Bintan Mekanisme organisasi pelibatan masyarakat secara proporsional melalui UKM-UKM yang tergabung dalam Koperasi Asosiasi Makanan dan Kerajinan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kesejahteraan masyarakat (khususnya masyarakat pedesaan) semakin meningkat dengan adanya Program OVOP di Kabupaten Bintan. PERTANYAAN
31
Masyarakat bersikap proaktif dalam pengembangan produk olahan rosella Masyarakat menjamin keberlangsungan proses pertanian di daerahnya dapat berjalan dengan baik Produk-produk hasil olahan rosella memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan dapat bersaing dengan produk impor.
S
IV
33
STS 1
ER SI TA
32
TE
R
NO
U
N
Kritik dan Saran : ......................................................................................................... .................................................................................................................... .............................................................................................................. ........................................................................................................ Bintan, April 2013 Responden,
( ....................................... )
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
LAMPIRAN II (OUTPUT JAWABAN RESPONDEN ATAS KUESIONER) Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Gender Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Pria
14
46,7
46,7
46,7
Wanita
16
53,3
53,3
100,0
Total
30
100,0
100,0
KA
Responden berdasarkan Pekerjaan
Frequency
Percent
Valid Percent
3
10,0
wirausaha
4
ibu rumah tangga
9
10,0
13,3
13,3
23,3
30,0
30,0
53,3
46,7
46,7
100,0
100,0
100,0
TE
S
14
ER SI TA
Total
30
Percent
10,0
R
karyawan
petani
Cumulative
BU
Pekerjaan
Valid
Percent
Responden berdasarkan Minat Budiddaya
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
26
86,7
86,7
86,7
4
13,3
13,3
100,0
Total
30
100,0
100,0
N
berminat
Cumulative
U
Valid
IV
MinatBudidaya
tidak berminat
Responden berdasarkan Pengenalan Rosella PengenalanRosella Cumulative Frequency Valid
baru mengenal
Percent
Valid Percent
Percent
6
20,0
20,0
20,0
mengenal 1-2 tahun
18
60,0
60,0
80,0
mengenal 3-5 tahun
3
10,0
10,0
90,0
mengenal 5-10 tahun
3
10,0
10,0
100,0
30
100,0
100,0
Total
7 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
Responden berdasarkan Jenjang Pendidikan Pendidikan Cumulative Frequency Valid
SMP-SMA sederajat
Valid Percent
76,7
76,7
76,7
7
23,3
23,3
100,0
30
100,0
100,0
Uji Reliabilitas Implementasi Kebijakan Reliability Statistics
KA
Cronbach's
Standardized
Alpha
Items
N of Items ,878
10
TE
R
,866
BU
Alpha Based on Cronbach's
Uji Reliabilitas Kelayakan OVOP
ER SI TA
S
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items
N of Items
,929
9
IV
,933
N
Uji Reliabilitas Keberlanjutan OVOP
U
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on
Cronbach's
Standardized
Alpha
Items ,730
N of Items ,737
7
Uji Reliabilitas Kesejahteraan Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items ,855
N of Items ,570
7
8 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Percent
23
Diploma Total
Percent
14/41060.pdf
Deskriptif jawaban responden atas kuesioner Butir1 Cumulative Frequency
Valid Percent
Percent
1,00
5
16,7
16,7
16,7
2,00
1
3,3
3,3
20,0
3,00
1
3,3
3,3
23,3
4,00
19
63,3
63,3
86,7
5,00
4
13,3
13,3
100,0
Total
30
100,0
100,0
KA
Valid
Percent
BU
Butir2
Cumulative
3,3
2,00
5
16,7
3,00
6
20,0
4,00
15
50,0
5,00
N U
Valid
3,3
3,3
16,7
20,0
20,0
40,0
50,0
90,0 100,0
3
10,0
10,0
30
100,0
100,0
Butir3
IV
Total
Percent
R
1
S
1,00
Valid Percent
ER SI TA
Valid
Percent
TE
Frequency
Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
1,00
2
6,7
6,7
6,7
2,00
1
3,3
3,3
10,0
3,00
5
16,7
16,7
26,7
4,00
18
60,0
60,0
86,7
5,00
4
13,3
13,3
100,0
Total
30
100,0
100,0
9 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
Butir4 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
2,00
5
16,7
16,7
16,7
3,00
3
10,0
10,0
26,7
4,00
17
56,7
56,7
83,3
5,00
5
16,7
16,7
100,0
Total
30
100,0
100,0
KA
Butir5 Cumulative Percent
BU
Valid Percent
1,00
5
16,7
16,7
16,7
2,00
2
6,7
6,7
23,3
3,00
6
20,0
43,3
4,00
16
53,3
5,00
1
3,3
Total
30
100,0
TE
20,0
S
ER SI TA
Valid
Percent
R
Frequency
53,3
96,7
3,3
100,0
100,0
Butir6
Frequency 2,00
Valid Percent
Percent
2
6,7
6,7
6,7
6
20,0
20,0
26,7
4,00
18
60,0
60,0
86,7
5,00
4
13,3
13,3
100,0
Total
30
100,0
100,0
U
N
3,00
IV
Valid
Percent
Cumulative
Butir7 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1,00
4
13,3
13,3
13,3
2,00
1
3,3
3,3
16,7
3,00
3
10,0
10,0
26,7
4,00
20
66,7
66,7
93,3
5,00
2
6,7
6,7
100,0
10 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
Butir7 Cumulative Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
1,00
4
13,3
13,3
13,3
2,00
1
3,3
3,3
16,7
3,00
3
10,0
10,0
26,7
4,00
20
66,7
66,7
93,3
5,00
2
6,7
6,7
100,0
Total
30
100,0
100,0
KA
Butir8 Cumulative Valid Percent
Percent
2
6,7
6,7
6,7
2,00
1
3,3
3,3
10,0
3,00
4
13,3
13,3
23,3
4,00
19
63,3
63,3
86,7
5,00
4
13,3
13,3
100,0
Total
30
100,0
100,0
S
TE
R
1,00
ER SI TA
Valid
Percent
BU
Frequency
Butir9
1,00
Percent
Valid Percent
Percent
2
6,7
6,7
6,7
1
3,3
3,3
10,0
3,00
2
6,7
6,7
16,7
4,00
18
60,0
60,0
76,7
5,00
7
23,3
23,3
100,0
Total
30
100,0
100,0
N
Valid
IV
Frequency
Cumulative
U
2,00
11 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
Butir10 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1,00
2
6,7
6,7
6,7
2,00
1
3,3
3,3
10,0
3,00
1
3,3
3,3
13,3
4,00
22
73,3
73,3
86,7
5,00
4
13,3
13,3
100,0
Total
30
100,0
100,0
Butir11
1,00
2
6,7
6,7
KA
Cumulative
2,00
2
6,7
6,7
13,3
4,00
17
56,7
56,7
70,0
5,00
9
30,0
Total
30
100,0
Percent
R
BU
Valid Percent
30,0
6,7
100,0
100,0
S
Valid
Percent
TE
Frequency
ER SI TA
Butir12
Frequency Valid
1,00
Percent
Cumulative Valid Percent
Percent
2
6,7
6,7
6,7
1
3,3
3,3
10,0
2
6,7
6,7
16,7
18
60,0
60,0
76,7
5,00
7
23,3
23,3
100,0
Total
30
100,0
100,0
3,00
U
N
4,00
IV
2,00
Butir13 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1,00
2
6,7
6,7
6,7
2,00
1
3,3
3,3
10,0
3,00
1
3,3
3,3
13,3
4,00
22
73,3
73,3
86,7
5,00
4
13,3
13,3
100,0
Total
30
100,0
100,0
12 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
Butir14 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1,00
3
10,0
10,0
10,0
2,00
1
3,3
3,3
13,3
4,00
19
63,3
63,3
76,7
5,00
7
23,3
23,3
100,0
Total
30
100,0
100,0
Butir15
1,00
2
6,7
6,7
KA
Cumulative
3,00
2
6,7
6,7
13,3
4,00
17
56,7
56,7
70,0
5,00
9
30,0
30,0
100,0
Total
30
100,0
Percent
R
BU
Valid Percent
6,7
100,0
S
Valid
Percent
TE
Frequency
ER SI TA
Butir16
Frequency Valid
1,00
4,00
N
5,00
IV
3,00
U
Total
Percent
Cumulative Valid Percent
Percent
3
10,0
10,0
10,0
1
3,3
3,3
13,3
18
60,0
60,0
73,3
8
26,7
26,7
100,0
30
100,0
100,0
Butir17 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1,00
2
6,7
6,7
6,7
2,00
1
3,3
3,3
10,0
3,00
1
3,3
3,3
13,3
4,00
21
70,0
70,0
83,3
5,00
5
16,7
16,7
100,0
Total
30
100,0
100,0
13 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
Butir18 Cumulative Frequency
Valid Percent
Percent
1,00
1
3,3
3,3
3,3
2,00
1
3,3
3,3
6,7
3,00
2
6,7
6,7
13,3
4,00
21
70,0
70,0
83,3
5,00
5
16,7
16,7
100,0
Total
30
100,0
100,0
KA
Valid
Percent
BU
Butir19
Cumulative
6,7
2,00
3
10,0
3,00
5
16,7
4,00
17
5,00
6,7
10,0
16,7
16,7
33,3
56,7
56,7
90,0
3
10,0
10,0
100,0
30
100,0
100,0
IV
Total
Butir20
N U Valid
Percent
6,7
TE
2
S
1,00
Valid Percent
ER SI TA
Valid
Percent
R
Frequency
Cumulative Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
1,00
2
6,7
6,7
6,7
2,00
3
10,0
10,0
16,7
3,00
5
16,7
16,7
33,3
4,00
17
56,7
56,7
90,0
5,00
3
10,0
10,0
100,0
Total
30
100,0
100,0
14 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
Butir21 Cumulative Frequency
Valid Percent
Percent
1,00
2
6,7
6,7
6,7
2,00
1
3,3
3,3
10,0
3,00
8
26,7
26,7
36,7
4,00
15
50,0
50,0
86,7
5,00
4
13,3
13,3
100,0
Total
30
100,0
100,0
BU
KA
Valid
Percent
2
6,7
S
1,00
Valid Percent
ER SI TA
Valid
Percent
TE
Frequency
R
Butir22
2,00 3,00 4,00 5,00
Percent
6,7
6,7
1
3,3
3,3
10
4
13,3
13,3
23,3
18
60,0
60,0
83,3
5
16,7
16,7
100,0
30
100,0
100,0
U
N
IV
Total
Cumulative
Butir23 Cumulative Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1,00
3
10,0
10,0
10,0
2,00
13
43,3
43,3
53,3
3,00
5
16,7
16,7
70,0
4,00
8
26,7
26,7
96,7
5,00
1
3,3
3,3
100,0
Total
30
100,0
100,0
15 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
Butir23 Cumulative Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
1,00
3
10,0
10,0
10,0
2,00
13
43,3
43,3
53,3
3,00
5
16,7
16,7
70,0
4,00
8
26,7
26,7
96,7
5,00
1
3,3
3,3
100,0
KA
Butir24 Cumulative Valid Percent
Percent
2
6,7
6,7
6,7
2,00
3
10,0
10,0
16,7
3,00
1
3,3
3,3
20,0
4,00
19
63,3
63,3
93,3
5,00
5
16,7
16,7
100,0
S
TE
R
1,00
ER SI TA
Valid
Percent
BU
Frequency
Total
30
100,0
100,0
IV
Butir25
1,00
Percent
Valid Percent
Percent
4
13,3
13,3
13,3
2,00
1
3,3
3,3
16,7
3,00
4
13,3
13,3
30,0
4,00
17
56,7
56,7
86,7
5,00
4
13,3
13,3
100,0
Total
30
100,0
100,0
U
Valid
N
Frequency
Cumulative
Butir26 Cumulative Frequency Valid
1,00
Percent
2
Valid Percent
6,7
6,7
16 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Percent 6,7
14/41060.pdf
Butir25 Cumulative Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
4
13,3
13,3
13,3
2,00
1
3,3
3,3
16,7
3,00
4
13,3
13,3
30,0
4,00
17
56,7
56,7
86,7
5,00
4
13,3
13,3
100,0
2,00
2
6,7
6,7
13,3
3,00
2
6,7
6,7
20,0
4,00
18
60,0
60,0
80,0
5,00
6
20,0
20,0
100,0
Total
30
100,0
100,0
1,00
Valid Percent
2,00 4,00 5,00
10,0
10,0
1
3,3
3,3
13,3
17
56,7
56,7
70,0
9
30,0
30,0
100,0
30
100,0
100,0
Butir28
N U Valid
Percent
10,0
IV
Total
Cumulative
3
ER SI TA
Valid
Percent
S
Frequency
TE
Butir27
R
BU
KA
1,00
Cumulative Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
1,00
2
6,7
6,7
6,7
2,00
2
6,7
6,7
13,3
3,00
4
13,3
13,3
26,7
4,00
15
50,0
50,0
76,7
5,00
7
23,3
23,3
100,0
Total
30
100,0
100,0
Butir29 Cumulative Frequency
Percent
Valid Percent
17 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Percent
14/41060.pdf
Valid
1,00
3
10,0
10,0
10,0
2,00
1
3,3
3,3
13,3
3,00
2
6,7
6,7
20,0
4,00
18
60,0
60,0
80,0
5,00
6
20,0
20,0
100,0
Total
30
100,0
100,0
Butir30 Cumulative Valid Percent
Percent
1,00
5
16,7
16,7
16,7
2,00
13
43,3
43,3
3,00
6
20,0
20,0
4,00
4
13,3
13,3
93,3
5,00
2
6,7
6,7
100,0
Total
30
100,0
60,0
R
BU
80,0
100,0
TE
Valid
Percent
KA
Frequency
ER SI TA
S
Butir31
Frequency Valid
1,00 2,00
4,00
N
5,00
IV
3,00
U
Total
Percent
Cumulative
Valid Percent
Percent
3
10,0
10,0
10,0
17
56,7
56,7
66,7
3
10,0
10,0
76,7
5
16,7
16,7
93,3
2
6,7
6,7
100,0
30
100,0
100,0
Butir32 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1,00
3
10,0
10,0
10,0
2,00
11
36,7
36,7
46,7
3,00
6
20,0
20,0
66,7
4,00
6
20,0
20,0
86,7
18 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41060.pdf
5,00
4
13,3
13,3
Total
30
100,0
100,0
100,0
Butir33 Cumulative Frequency
Valid Percent
Percent
2
6,7
6,7
6,7
2,00
2
6,7
6,7
13,3
3,00
10
33,3
33,3
46,7
4,00
12
40,0
40,0
5,00
4
13,3
13,3
Total
30
100,0
100,0
BU
TE S ER SI TA IV N U
19 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
KA
1,00
R
Valid
Percent
86,7
100,0
14/41060.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
12 4 4 4 1 1 5 2 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 3 3 4 4 4
13 4 5 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 2 3 4 4 4
14 4 5 4 1 1 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 2 1 4 4 4
Kelayakan OVOP 15 16 17 4 4 4 5 5 5 4 4 4 1 1 1 1 1 1 5 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 5 2 5 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
18 4 4 4 4 4 4 4 2 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 5 5 4 4 1 5 3 4 4
17 4 3 4 3 3 3 2 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 5 4 5 4 4 4 1 1 4 4 5
18 3 3 4 1 1 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 5 3 3 4 4 4 5 4 4 4 2 2 4 4 5
19 3 3 4 1 1 3 3 2 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 3 3 4 5
20 2 2 3 2 2 1 3 2 1 3 4 2 4 2 4 4 2 2 2 4 4 4 2 4 4 5 5 3 4 2
21 2 2 3 4 4 2 3 4 1 3 4 2 1 2 4 5 2 2 2 1 2 2 2 2 4 4 3 3 4 2
Keberlangsungan OVOP 22 23 24 25 3 3 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 2 5 2 1 3 1 3 3 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4
KA
11 5 5 5 1 1 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 2 2 4 4 4
BU
10 4 5 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 2 3 4 4 4
R
9 4 4 4 1 1 5 2 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 3 3 4 4 4
TE
8 3 3 4 1 1 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4
AS
Implementasi Kebijakan 4 5 6 7 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 2 1 3 1 2 1 3 1 4 1 5 5 3 4 4 3 2 4 2 4 4 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 3 4 2 1 4 4 5 5 5 5 5 2 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 1 5 4 3 1 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3
SI T
3 3 3 4 1 1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 5 5 5 5 4 4 4 4 2 3 4 4 4
IV ER
2 3 3 3 2 2 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 2 3 3 5 2 5 4 4 4 4 1 2 4 4 4
N
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 4 3 4 4 4 4 4 1 1 5 4 4 4 4 4 1 4 4 5 1 5 4 5 4 4 2 1 4 4 4
U
NO
26 2 5 4 1 1 4 3 4 4 5 4 4 4 4 3 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 3 3 2 4 4
27 4 4 5 1 1 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 1 5 2 4 4
Kesejahteraan Masyarakat 28 29 30 31 32 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 4 3 3 5 5 1 1 3 5 5 1 1 2 2 2 3 2 4 3 3 3 4 2 2 2 4 4 5 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 2 2 3 4 3 1 1 1 3 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 5 4 5 5 4 2 2 3 4 3 4 2 4 4 4 2 2 2 5 5 2 2 2 3 2 2 2 2 5 5 2 2 2 5 5 2 2 2 4 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 1 2 5 2 2 1 2 4 2 1 2 2 2 3 3 4 4 4 4 4 1 1 1 4 3
33 3 3 2 3 3 2 3 2 4 3 4 3 3 3 2 5 3 4 5 2 5 2 2 4 4 3 3 2 4 2