Tugas Akhir Optimasi Jaringan GSM Menggunakan Berbagai Jenis CDU Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar sarjana strata satu ( S1 )
Disusun Oleh : NAMA
: Tofian Gunardi
NIM
: 0140311-157
PEMINATAN : Teknik Telekomunikasi
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri
Universitas Mercu Buana 2007
Lembar Pengesahan Optimasi Jaringan GSM Menggunakan Berbagai Jenis CDU
Disusun Oleh : NAMA
: Tofian Gunardi
NIM
: 0140311-157
JURUSAN
: Teknik Elektro
PEMINATAN
: Teknik Telekomunikasi Menyetujui
Pembimbing
Koordinator Tugas Akhir
( Dr. Ing Mudrik Alaydrus )
( Yudhi Gunardi, ST. MT )
Mengetahui Ketua Jurusan Teknik Elektro
( Ir. Budianto Husodo, MSc )
Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmatnya, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir ini berjudul “Optimasi Jaringan GSM Menggunakan Berbagai Jenis CDU” dimaksud untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk mencapai gelar sarjana strata satu pada fakultas teknologi industri, jurusan teknik Elektro, Universitas Mercubuana. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimasih yang setulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan tugas akhir ini terutama kepada: 1. Bapak Dr. Ing Mudrik Alaydrus selaku pembimbing tugas akhir ini yang telah membimbing dan mengarahkan penulis sampai selesainya tugas akhir ini. 2. Teman teman Field Operation Tangerang yang telah membantu melakukan pengukuran dan penelitian sampai selesainya tugas akhir ini. 3. Istri dan anak yang telah mendorong dan mengingatkan untuk cepat menyelesaikian tugas akhir ini. 4. Solihin, shobat setia kami yang selalu setia mengingatkan untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini. 5. Kakak dan orang tua penulis atas dorongan moral dan do’anya hingga selesainya tugas akhir ini. 6. Teman teman semasa kuliah dan pihak pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna dan memiliki banyak kekurangan, untuk itu segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan penulis terima. Semoga hasil tugas akhir ini bisa bermanfaat bagi pihak pihak yang memerlukan, utamanya buat penulis sendiri.
Jakarta, Juni 2007 Tofian Gunardi
ii
Abstrak Performansi jaringan GSM dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal maupun external. Pengaruh external diantaranya karena cuaca, kondisi geografis sekitar BTS atau pengaruh gangguan frekwensi gelap. Sedang pengaruh internal diantaranya dipengaruhi oleh setting/penetapan parameter dari BTS tersebut atau kondisi kwalitas perangkat keras yang dipakai. Dalam kenyataannya pengaruh yang sangat signifikan bagi baik buruknya performansi jaringan GSM banyak disebabkan oleh kondisi kwalitas dari perangkat keras yang dipakai. Bagian perangkat keras yang sangat vital mempengaruhi kondisi itu adalah TRU yang berfungsi sebagai pembangkit pemancar dan penerima, CDU yang berfungsi sebagai filter dan penguatan dan Antenna yang berfungsi sebagai media pemancar dan penerima signal dari mobile phone. Pada tugas akhir ini akan dibahas secara detail tiga bagian vital tersebut utamanya pada bagian CDU, serta mengklasifikasikan tingkat efektifitas dari masing masing jenis CDU berdasarkan pengukuran dan pengujian langsung dari masing masing jenis CDU tersebut. Tujuannya untuk mengetahui jenis CDU apa yang cocok digunakam didaerah perkotaan yang padat penduduknya serta banyak pemakaian frequensi radionya dengan di daerah pedesaan yang jarang penduduknya dan pemakaian frequesi radionya sedikit. Kata kunci adalah CDU, response filter up link (UL), response filter down link (DL), optimasi dan performansi jaringan GSM900.
iii
Daftar Isi Hal i ii iii iv vi viii
Judul Kata Pengantar Abstrak Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Pokok Masalah 1.3 Maksud & Tujuan Penulisan 1.4 Batasan Masalah 1.5 Metode Pembahasan 1.6 Sistematika Penulisan
1 1 2 2 3 3
BAB II PERANGKAT KERAS DAN SPESIFIKASI RBS GSM 900 2.1 Perangkat Keras RBS GSM 900 2.1.1 TRU ( Transceiver Unit ) 2.1.2 CDU ( Combiner Distribution Unit ) 2.1.2.1 CDU-A 2.1.2.2 CDU-C 2.1.2.3 CDU-C+ 2.1.2.4 CDU-G 2.2 Perhitungan Area Cakupan ( Link Budget Calculation )
5 6 7 8 9 10 11 12
BAB III METODE PENGUKURAN DAN PENGGUNAAN ALAT UKUR 3.1 Pengukuran Performansi RBS 3.1.1 Cakupan Pancaran Radio 3.1.2 Kwalitas Suara 3.1.3 Tingkat Keberhasilan Panggilan (Call Completion Rate) 3.1.4 Tingkat terputusnya panggilan (Perceived Dropped Call Rate) 3.1.5 Tingkat terputusnya hubungan (Dropped Connection Rate) 3.2 Penggunaan Alat Ukur Performansi RBS 3.2.1 Spectrum Analyzer 3.2.2 Petunjuk Dasar Pemakaian Site master S332B 3.2.2.1 Pengukuran Keluaran Daya TRU dan CDU 3.2.2.1.1 Metode Pengukuran Tingkat Daya TRU 3.2.2.1.2 Metode Pengukuran Tingkat Daya CDU
16 16 17 17 17 18 18 19 20 20 21 22
iv
3.2.3
3.2.2.2 Pengukuran Return Loss, SWR & Cable Loss. 3.2.2.2.1 Metode Pengukuran VSWR Antenna 3.2.2.3 Pengukuran Chanel Power Meter 3.2.2.4 Pengecekan Lebar Pita Metode pengukuran Spectrum Frekwensi 3.2.2.4.1 CDU. TEMs Investigator 3.2.3.1 Pengukuran Kwalitas system RBS 3.2.3.2 Pengukuran Sensitifitas Sistem RBS
BAB IV ANALISA PERANGKAT KERAS GSM 4.1 Analisa Performansi TRU dan CDU 4.1.1 Analisa Performansi TRU 4.1.2 Analisa Performansi CDU 4.1.2.1 Performansi Perangkat Keras CDU 4.1.2.2 Performansi Filter DL CDU 4.1.2.3 Isolasi & Noise Figure DL CDU 4.2 Analisa Performansi Pancaran BTS. 4.3 Analisa Performansi Keluaran RF BTS 4.3.1 Performansi BTS menggunakan CDU-A900 4.3.2 Performansi BTS menggunakan CDU-G900 BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran Daftar Pustaka Daftar Singkatan Lampiran
24 25 26 26 27 27 27 29
31 31 33 33 37 38 40 42 43 45
50 50
v
Daftar Gambar Hal Gambar 2.1
Struktur phisik perangkat keras RBS 2206
5
Gambar 2.2
Struktur hubungan antar perangkat keras RBS 2206
6
Gambar 2.3
Blok diagram TRU dan hubungannya dengan CDU
6
Gambar 2.4
Blok diagram CDU-G dan hubungannya dengan dTRU
7
Gambar 2.5
Blok diagram CDU-A900
9
Gambar 2.6
Blok diagram CDU-C900
9
Gambar 2.7
Blok diagram CDU-C+900
10
Gambar 2.8
Blok diagram CDU-C+900 sebagai CDU-A
11
Gambar 2.9
Blok diagram CDU-G900
11
Gambar 2.10
Blok diagram sistim komunikasi MS-BTS
12
Gambar 3.1
Site Master tipe 332B
20
Gambar 3.2
Blok diagram TRU dan pengukuran performansinya
21
Hasil Pengukuran tingkat daya TRU dan dTRU900 dengan Site
22
Gambar 3.3
Master
Gambar 3.4
Blok diagram dan prosedure pengukuran CDU
22
Gambar 3.5
Hasil pengukuran daya CDU menggunakan Site Master
24
Gambar 3.6
Metode pengukuran VSWR Antenna
25
Gambar 3.7
Hasil pengukuran VSWR menggunakan Site Master
26
Gambar 3.8
Metode pengukuran spectrum frekwensi CDU
27
Gambar 3.9
Pengukuran dengan TEMs Investigator
28
Gambar 3.10
Tampilan perangkat lunak TEMS investigation
29
Gambar 3.11
Gambar Pengukuran sensitivitas RBS
29
Gambar 4.1
Blok Diagram RBS dan urutan pembahasannya.
31
Gambar 4.2
Titik Pengukuran perbagian pada CDU-A900
34
Gambar 4.3
Titik Pengukuran perbagian pada CDU-G900
36
Gambar 4.4
Response Filter CDU-A900
37
Gambar 4.5
Response Filter CDU-G900
38
vi
Gambar 4.6
Sistem pengukuran isolasi duplexer CDU-A
38
Gambar 4.7
Isolasi CDU-A900
39
Gambar 4.8
Sistem pengukuran isolasi duplexer CDU-G
39
Gambar 4.9
Isolasi CDU-G900
39
Gambar 4.10
Pengukuran VSWR menggunakan site Master
40
Gambar 4.11
Pengukuran VSWR Antenna site 1118
41
Gambar 4.12
Pengukuran VSWR Antenna site 3239
42
Gambar 4.13
Pengukuran Performansi keluaran RF BTS
42
Gambar 4.14
Hasil drive test di sekitar site 1118 sector 1
43
Gambar 4.15
Response Filter DL CDU-A900
44
Gambar 4.16
Response Filter UL CDU-A900
45
Gambar 4.17
Hasil drive test di sekitar site 3239 sector 1
46
Gambar 4.18
Response Filter DL CDU-G900
47
Gambar 4.19
Response Filter UL CDU-G900
48
vii
Daftar Tabel Hal Tabel 2.1
Jenis kabel penghubung antara TRU-CDU-A, CDU-C dan CDU-C+
7
Tabel 2.2
Jenis kabel penghubung antara TRU-CDUG
7
Tabel 2.3
Nilai standart deviasi fading dari beberapa tipe area
14
Tabel 2.4
Nilai Rayleigh fading dengan kecepatan rendah
14
Tabel 3.1
Kategori nilai performansi jaringan radio
18
Tabel 3.2
Spesifikasi Teknis CDU A, C & C+
23
Tabel 3.3
Hasil pengukuran keluaran daya CDU
23
Tabel 3.4
Kategori level daya terima Base Transceiver Station
30
Tabel 4.1
Hasil Pengukuran tingkat daya TRU900
31
Hasil Pengukuran performansi pada BTS yang menggunakan CDUTabel 4.2
44
A900 Hasil Pengukuran performansi pada BTS yang menggunakan CDU-
Tabel 4.3
46
G900
Tabel 4.4
Performansi Internal CDU
48
Tabel 4.5
Performansi Spektrum DL CDU
48
Tabel 4.6
Performansi BTS menggunakan CDU-A900
49
Tabel 4.7
Performansi BTS menggunakan CDU-C900
49
Tabel 4.8
Performansi BTS menggunakan CDU-C+900
49
Tabel 4.9
Performansi BTS menggunakan CDU-G900
49
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laju perkembangan teknologi telekomunikasi saat ini semakin cepat seiring dengan laju kebutuhan dan permintaan pasar mengenai layanan tersebut. Berbagai perusahaan penyedia teknologi telekomunikasi berlomba lomba untuk bisa bersaing dan memenuhi kebutuhan tersebut. Dari teknologi telekomunikasi yang berkembang saat ini, teknologi selular masih berkembang cukup pesat. Dari beberapa operator selular seperti Excelcomindo, Telkomsel dan. Indosat semuanya mengunakan teknologi dari penyedia perangkat yang berbeda beda. Pilihan penggunaan perangkat yang ada, disamping faktor harga juga tak kalah pentingnya tentang kwalitas dari perangkat yang ada. Kwalitas dari segi kekebalan terhadap kerusakan dan dari sisi pancarannya. Dalam penerapannya semakin bertambahnya pelanggan telepon selular semakin banyak pula jumlah peralatan yang digunakan, sehingga semakin komplek jaringan yang ada. Dengan semakin kompleknya jaringan maka permasalahan juga semakin komplek. Tetapi setiap penyelenggara operator selular harus tetap menjaga agar kwalitasi jaringannya tetap handal sehingga pelanggannya tidak berpaling ke operator lain yang lebih bagus performansinya.
1.2 Pokok Masalah Dengan semakin bertambahnya pelanggan telepon selular, setiap operator berlomba lomba untuk memperluas area cakupan dan memperbanyak kapasitas kanalnya. Untuk memperluas area cakupan, operator selular tidak banyak mengalami kendala, tetapi untuk memperbanyak kapasitas banyak kendala yang dihadapi. Frequensi yang terbatas dari pita GSM tidak serta merta hanya main pilih saja, tetapi perlu perencanaan yang matang sehingga antara cell tetangga frequensinya tidak sama (Co Channel) atau berdekatan (Adjacent Channel). Semakin padat BTS yang ada, semakin sempit dan sulit alokasi frequensinya. Disamping masalah tersebut masih ada kendala lainnya diantaranya dengan menambah kapasitas perlu ruang yang luas atau bila menambah BTS baru perlu areal baru lagi. Untuk daerah perkotaan semua itu akan menjadi kendala setiap
1
operator untuk memperbanyak kapasitas karena areal yang semakin sempit dan perizinan yang semakin rumit. Kendala semua itu harus secepatnya dipecahkan karena semakin meningkatnya jumlah pelanggan maka kapasitas jaringannya harus ditingkatkan pula. Bila semua itu telah teratasi, kendala didepannya sudah menunggu lagi diantaranya dropcall yang tinggi. Drop Call yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah dan kapasitas jaringan diantaranya karena Handover yang gagal karena cell dimana traffic mau berpindah telah diduduki semua atau belum di setup neighbournya, selain itu karena adanya gangguan dari sisi RF. Gangguan dari sisi RF bisa disebabkan dari internal seperti Co Channel interference atau Adjacent interference, dan gangguan dari luar, ini bisa disebabkan karena ada pemakai frequensi gelap, kebocoran filter dan lain sebagainya.
1.3 Maksud &Tujuan Penulisan 1.
Menganalisa performansi dan efektifitas dari setiap kombiner yang ada dengan menggunakan Spectrum Analyzer dan Site Master dengan dibantu dengan Hybrid Coupler dan attenuator.
2
Menganalisa jenis CDU apa yang cocok digunakam didaerah perkotaan yang padat penduduknya serta banyak pemakaian frequensi radionya dengan di daerah pedesaan yang jarang penduduknya dan pemakaian frequesi radionya sedikit.
1.4 Batasan Masalah Dalam tugas akhir ini permasalahan dibatasi oleh hal hal sebagai berikut : 1.
Perangkat keras yang digunakan adalah RBS 2202 & RBS 2206 yang ber frekwensi 900 dari productnya Erricson.
2.
Fokus pembahasan adalah tentang permasalahan filter yang ada dalam modul masing masing CDU.
3.
Pengukuran dan perbandingan RF dari masing masing CDU dengan menggunakan TEMs Investigator, Site Master & Spectrum analyzer
2
1.5 Metode Pembahasan 1.
Study literature dengan mempelajari buku manual tentang RBS, training dan buku serta majalah yang berhubungan dengan transmisi dan filter GSM.
2.
Observasi ke lapangan, dengan melakukan pengukuran menggunakan TEMs Investigator, Site Master & Spectrum Analyzer untuk membuktikan antara teori dengan aktual yang ada.
1.6 Sistematika Penulisan. Sistematika penulisan tugas akhir ini meliputi : Judul Kata Pengantar Abstrak Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Pokok Masalah 1.3 Maksud & Tujuan Penulisan 1.4 Batasan Masalah 1.5 Metode Pembahasan 1.6 Sistematika Penulisan BAB II PERANGKAT KERAS DAN SPESIFIKASI RBS GSM 900 2.1 Perangkat Keras RBS GSM 900 2.1.1 TRU ( Transceiver Unit ) 2.1.2 CDU ( Combiner Distribution Unit ) 2.1.2.1 CDU-A 2.1.2.2 CDU-C 2.1.2.3 CDU-C+ 2.1.2.4 CDU-G 2.2 Perhitungan Area Cakupan ( Link Budget Calculation ) BAB III METODE PENGUKURAN DAN PENGGUNAAN ALAT UKUR 3.1 Pengukuran Performansi RBS 3.1.1 Cakupan Pancaran Radio 3.1.2 Kwalitas Suara 3.1.3 Tingkat Keberhasilan Panggilan (Call Completion Rate)
3
3.2
3.1.4 Tingkat terputusnya panggilan (Perceived Dropped Call Rate) 3.1.5 Tingkat terputusnya hubungan (Dropped Connection Rate) Penggunaan Alat Ukur Performansi RBS 3.2.1 Spectrum Analyzer 3.2.2 Petunjuk Dasar Pemakaian Site master S332B 3.2.2.1 Pengukuran Keluaran Daya TRU dan CDU 3.2.2.1.1 Metode Pengukuran Tingkat Daya TRU 3.2.2.1.2 Metode Pengukuran Tingkat Daya CDU 3.2.2.2 Pengukuran Return Loss, SWR & Cable Loss. 3.2.2.2.1 Metode Pengukuran VSWR Antenna 3.2.2.3 Pengukuran Chanel Power Meter 3.2.2.4 Pengecekan Lebar Pita Metode pengukuran Spectrum Frekwensi 3.2.2.4.1 CDU. 3.2.3 TEMs Investigator 3.2.3.1 Pengukuran Kwalitas Sistem RBS 3.2.3.2 Pengukuran Sensitifitas Sistem RBS
BAB IV ANALISA PERANGKAT KERAS GSM 4.1 Analisa Performansi TRU dan CDU 4.1.1 Analisa Performansi TRU 4.1.2 Analisa Performansi CDU 4.1.2.1 Performansi Perangkat Keras CDU 4.1.2.2 Performansi Filter DL CDU 4.1.2.3 Isolasi & Noise Figure DL CDU 4.2 Analisa Performansi Pancaran BTS. 4.3 Analisa Performansi Keluaran RF BTS 4.3.1 Performansi BTS menggunakan CDU-A900 4.3.2 Performansi BTS menggunakan CDU-G900 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran
4
BAB II PERANGKAT KERAS DAN SPESIFIKASI RBS GSM 900 2.1
Perangkat Keras RBS GSM 900 Spesifikasi perangkat RBS GSM 900 adalah : MS transmit/Base receive/UL
: 890-915 MHz
MS receive/Base transmit/DL
: 935-960 MHz
Carrier bandwidth
: 200 KHz
Channel per Carrier
: 8 Full rate channel
Modulation methode
: GMSK
Duplex Separation
: 45 MHz
Gambar 2.1 Struktur phisik perangkat keras RBS 2206
5
Gambar 2.2 Struktur hubungan antar perangkat keras RBS 2206
2.1.1 TRU ( Transceiver Unit ) TRU adalah bagian dari RBS yang berfungsi sebagai pemancar, penerima dan pengolah signal yang diterima dari mobile phone yang selanjutnya diteruskan lewat interface RBS ke bagian selanjutnya untuk bisa berkomunikasi dengan mobile phone pasangannya, dalam module ini juga kapasitas kanal pembicaraan disediakan. Ada 2 jenis TRU sesuai kapasitasnya yaitu TRU dan dTRU ( double TRU )
Gambar 2.3 Blok diagram TRU dan hubungannya dengan CDU
6
Tabel 2.1 Jenis kabel penghubung antara TRU-CDU-A, CDU-C dan CDU-C+
No 1 2 3 4 5 6
Tipe Kabel
No
RPM 513 705 RPM 513 699 RPM 513 699 RPM 513 705 RPM 513 699 RPM 513 699
1 7 3 8 11 12
Tipe Kabel RPM 513 705 RPM 513 699 RPM 513 705 RPM 513 699 RPM 513 699 RPM 513 699
Gambar 2.4 Blok diagram CDU-G dan hubungannya dengan dTRU Tabel 2.2 Jenis kabel penghubung antara TRU-CDUG
Hubungan Kabel CDU (RX1&RX2)-CXU CDU(TX1)-dTRU(TX1) CDU(TX2)-dTRU(TX2) CXU(RX1)-dTRU(RX1) CXU(RX1)-dTRU(RX1)
Tipe Kabel RPM 513 1893/00390 RPM 513 1782/00230 RPM 513 1782/00410 RPM 513 1893/00210 RPM 513 1893/00230
2.1.2 CDU ( Combiner Distribution Unit ) CDU adalah antarmuka pemancar dan antenna. Semua sinyal disaring dengan band pass filter sebelum dipancarkan ke antenna dan sebelum masuk ke sisi penerimaan pada combiner. Di dalam CDU terdapat port yang berfungsi untuk mengukur Voltage
7
Standing Wave Ratio ( VSWR ) yaitu pada port forwarding & reflecting, ini berfungsi untuk mengontrol efektifitas dari sinyal yang ditransmisikan ke antenna oleh TRX. Fungsi dan komponen dasar CDU adalah sebagai berikut: Combiner berfungsi menggabungkan sejumlah transmitter pada TRU untuk dipancarkan ke satu antenna pemancar. RxDA berfungsi sebagai pembagi penguatan sinyal penerimaan menjadi beberapa rangkaian yang bebas untuk beroperasi dalam satu antenna. Duplexer berfungsi mengontrol sirkulasi sinyal pemancar dan penerimaan yang melewati sebuah antenna sistem dalam waktu yang bersamaan. RF Filter untuk menyaring kemungkinan interferensi akibat dari sinyal luar yang tidak dibutuhkan atau dari hasil sinyal internal yang tidak diinginkan dengan menggunakan Band Pass Filter di kedua sisi pemancar dan penerimaan sehingga sinyal akan direject diluar band pass filter tersebut.
Tipe CDU RBS 2202 dan 2206 adalah sebagai berikut: 2.1.2.1
CDU-A
Spesifikasi teknis CDU tersebut adalah : Berisi 2 RxDA yang digunakan sebagai antarmuka 2 antenna pemancar. CDU-A900 dilengkapi dengan 2 duplexer dan tanpa combiner. Mampu menghandle 2 TRU. Membutuhkan frekwensi pemisah sebesar 400 KHz Mempunya Port RF Connection sebagai berikut: 1.
2 Antenna Connection
2.
2 Transmiter Connection dan 4 Receiver Connection
8
Gambar 2.5 Blok diagram CDU-A900
2.1.2.2
CDU-C
Spesifikasi teknis CDU tersebut adalah : Berisi 1 RxDA sebagai interface dengan 6 TRU dari 1 antenna penerima. CDU-C900 dilengkapi Duplexer 1 CDU mengkombine 2 transmiter ke 1 antenna Membutuhkan frekwensi pemisah sebesar 400 KHz Mempunya Port RF Connection sebagai berikut: 1.
1 Antenna Connection.
2.
2 Transmiter Connection dan 6 Receiver Connection.
Gambar 2.6 Blok diagram CDU-C900 9
2.1.2.3
CDU-C+ CDU-C+ secara electric sama dengan CDU tipe C, CDU C+ digunakan untuk
memaksimalkan pada cell yang mempunyai kapasitas medium karena mampu menghandle lebih dari 2 TRU, maksimal 4 TRU. Spesifikasi teknis CDU tersebut adalah: CDU-C+ pada sisi penerimaan mampu digunakan untuk 2 antenna penerimaan. CDU-C+ mempunyai ekstra RxB signal Path, digunakan dalam single CDU konfigurasi. Tersedia Duplexer dan Combiner ( bisa sebagai CDU-A atau C+ ) Membutuhkan frekwensi pemisah sebesar 400 KHz Mempunya Port RF Connection sebagai berikut: 1.
2 Antenna Connection
2.
2 Antenna Connection dan 6 Receiver Connection
Gambar 2.7 Blok diagram CDU-C+900 CDU tersebut berfungsi sebagai CDU-C+ apabila duplexernya dihubungkan antara Port DPX RX dan RXinB dan sebaliknya pada port HLin & HLout.
10
Gambar 2.8 Blok diagram CDU-C+900 sebagai CDU-A CDU tersebut berfungsi sebagai CDU-A apabila duplexernya tidak dihubungkan antara Port DPX/RX dan RXinB dan sebaliknya pada Port HLout dan HLin
2.1.2.4
CDU-G
Spesifikasi teknis CDU tersebut adalah : Mampu menghandle 12TRX dalam 1 kabinet jika menggunakan hybrid di dTRU dan 6 TRX jika sebaliknya. Membutuhkan frekwensi pemisah sebesar 400 KHz. Memungkinkan konfigurasi dengan atau tanpa Hybrid Coupler.
Gambar 2.9 Blok diagram CDU-G900
11
2.2
Perhitungan Area Cakupan ( Link Budget Calculation ) Cakupan area BTS akan dianggap ideal bila cakupan sinyal up link dan down link
sama, kondisi ini dinamakan Path Balance. Dengan menganggap gain antenna dan rugi rugi kabel feeder adalah sama untuk sisi pemancar dan penerima pada BTS, maka:
Gambar 2.10 Blok diagram sistim komunikasi MS-BTS PinMS = Daya yang diterima oleh MS dBm PinBTS = Daya yang diterima BTS dBm MSsens = Tingkat kepekaan MS dBm BTSsens = Tingkat kepekaan BTS dBm PoutMS = Daya yang dipancarkan dari MS dBm PoutBTS = Daya yang dipancarkan dari BTS dBm LfBTS = Rugi rugi kabel feeder dan jumper feeder pada BTS dB LduplBTS = Rugi rugi Duplexer pada BTS dB LslantBTS = Rugi rugi polarisasi kemiringan ( 45 ) downlink dB Lp = Path loss antara MS danBTS dB GaBTS = Gain antenna pada BTS dBi GdBTS = Gain Diversity pada BTS dB Ds = MSsens BTSsens dB
Downlink budget: Downlink (DL) adalah sinyal yang dipancarkan dari BTS ke MS. DL budget ditunjukkan dengan tingkat daya yang diterima di MS, misal 2 bar atau 3 bar dan seterusnya. ”DL= PinMS = PoutBTS
LfBTS
LduplBTS + GaBTS
12
(LslantBTS)
Lp”
…………... 2.1
Uplink budget: Uplink (UL) adalah sinyal yang dipancarkan MS ke BTS. UL budget ditunjukkan dengan tingkat daya yang diterima BTS. ”UL= PinBTS = PoutMS
Lp + GaBTS + GdBTS
LfBTS
(LduplBTS)”
........................ 2.2
PinBTS didasarkan pada RX ref. point dan PoutBTS didasarkan pada TX ref. point. Dengan menganggap path loss adalah saling timbal balik maka Lpuplink = Lpdownlink, sehingga : ”PoutBTS = PoutMS + GdBTS + (LslantBTS) + PinMS
PinBTS”
........................................ 2.3
Untuk menghitung keluaran daya BTS perlu dibuat sistem yang stabil untuk memastikan kelas daya MS dengan menggunakan rumus berikut : ”PoutBTS = PoutMS + GdBTS + (LslantBTS)+ DS”
......................................................... 2.4
Dimana perbedaan antara tingkat kepekaan penerimaan BTS dan MS dirumuskan dengan: “DS = MSsens
BTSsens“
”EIRP = PoutBTS
LfBTS
......................................................................................... 2.5 LduplBTS + GaBTS
(LslantBTS)”
.................................... 2.6
Contoh: RBS 2000, mengunakan antenna X-Polarisasi ±45° dan ukuran/nilai perencanaan cellnya adalah: DS = MSsens
BTSsens = ( 104)
( 107) = 3 dB (handheld class 4 and 5)
GdBTS = 3.5 dB LslantBTS = 0.5 dB ( Loss slant antenna X-Polarisasi ±45° ) Maka keluaran daya pada titik Tx Reference Point sesui rumus 2.3 adalah :
MS Class/ Output Power
GdBTS + (LslantBTS)+ DS
PoutBTS
MS Class 4/ 33 dBm
3,5 + 0,5 + 3
41 dBm
MS Class 5/ 29 dBm
3,5 + 0,5 + 3
37 dBm
Maksimum Path Loss yang diizinkan (Lp) dapat dihitung dari DL Power budget : “Lp = PoutBTS
LduplBTS
LfBTS + GaBTS
(LslantBTS)
SSdesign“
………………. 2.7
Sensitifitas MS yang tinggi diperlukan untuk mengimbangi adanya rugi rugi akibat dari Rayleigh fading, interference dan rugi rugi badan manusia. Kekuatan sinyal dapat dirumuskan sebagai berikut:
13
“SSreq = MSsens + RFmarg + IFmarg + BL“
…………………………………………. 2.8
Dimana : MSsens = Tingkat kepekaan MS. RFmarg = Margin Rayleigh fading IFmarg =Margin Interference BL
= Rugi rugi badan manusia
Fading digambarkan dengan standart deviasi LNF(o) dan tergantung pada tipe areanya, table dibawah menampilkan nilai dari beberapa type area: Tabel 2.3 Nilai standart deviasi fading dari beberapa tipe area
Tipe Area
LNF(o)[
Dense Urban
10
Urban
8
Sub Urban
6
Rural
6
dB ]
Rayleigh fading Rayleigh fading terjadi karena adanya multipath interference and mempunyai jarak peak to peak sekitar /2. Tabel dibawah menampilkan nilai Rayleigh Fading untuk MS dengan kecepatan rendah baik yang menggunakan Frekwensi Hoping ( FH ) maupun tanpa frekwensi hopping no FH. Tabel 2.4 Nilai Rayleigh fading dengan kecepatan rendah
No FH Rayleigh fading margin (RFmarg)
3 dB
FH 0 dB
Interferensi (Interference) Batas interferensi tergantung pada frekwensi re-use, beban trafik dan prosentase area cakupan yang diinginkan. Frekwensi Hopping, dinamik power control dan pemisahan DTX akan mengurangi tingkat interferensi. Dalam keadaan normal batas intereferensi yang direkomendasikan adalah sebesar 2 dB.
14
Body loss Tubuh manusia mempunyai beberapa pengaruh terhadap performansi dari MS dibanding bila MS tersebut berdiri sendiri. Rugi rugi Body Loss yang direkomendasikan oleh ETSI adalah 3dB baik untuk frekwensi 900 maupun 1800.
Car penetration loss ( CPL ) Ketika MS ada di dalam mobil dan tanpa tambahan antenna luar, sinyal yang akan menembus MS yang ada di dalam mobil akan mengalami rugi rugi (Car Penetration Loss) dengan batas nilai yang direkomendasikan maksimal sebesar 6dB.
15
BAB III METODE PENGUKURAN DAN PENGGUNAAN ALAT UKUR 3.1 Pengukuran Performansi RBS Pengukuran ini dilakukan dengan kegunaan sebagai berikut: Mengetahui kondisi jaringan secara umum Memastikan bahwa kwalitas dari suatu perangkat yang dipasang sudah sesuai dengan yang diharapkan. Optimasi Jaringan Pengukuran perangkat keras radio dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan optimasi jaringan, dan juga digunakan sebagai panduan untuk menentukan sel yang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan optimasi. Pendeteksi kerusakan elemen – elemen jaringan Pengukuran perangkat keras radio dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan pada sistem dengan memperhatikan perubahan pada sebuah atau beberapa parameter pengukuran, atau ketika suatu parameter pengukuran melewati ambang batas tertentu.
Parameter yang dapat menunjukkan tingkat performansi perangkat keras RBS antara lain:
3.1.1 Cakupan Pancaran Radio Setiap BTS telah diatur seberapa besar daya yang harus dipancarkannya dari BSS. Tingkat efektifitas pancaran radio yang keluar tergantung dari performansi perangkat keras yang dipasang di BTS. Untuk memastikan dan membuktikan efektifitas daya pancar antenna maka perlu dilakukan pengukuran tingkat daya pancarnya. Dari pengukuran ini akan terlihat seberapa besar penguatan atau redaman dari perangkat tersebut. Pengukuran dapat dilakukan dalam keadaan terintegrasi ataupun secara partial (Standlone). Pengukuran terintegrasi dapat dilakukan dengan alat bantu TEMS Investigator. Kekuatan sinyal yang terukur pada TEMS investigator, merupakan kuat sinyal penerimaan pada perangkat telepon genggam yang digunakan untuk pengukuran. Perangkat telepon genggam yang digunakan
16
untuk melakukan pengukuran sama sekali tidak terdapat modifikasi pada sisi perangkat keras jika dibandingkan dengan telepon genggam yang ada dipasaran. Sehingga tidak diperlukan kalibrasi tambahan untuk melakukan pengukuran dengan TEMS tersebut, karena tentunya perangkat telepon genggam tersebut telah dirancang dan dikalibrasi untuk memenuhi spesifikasi GSM selama masa penggunaannya. Pada TEMS Investigator, besarnya kuat sinyal dipresentasikan dengan RxLev. Besarnya kuat sinyal dalam satuan dBm dirumuskan dengan : P(dBm) = 10log(Pin/0.001), dengan Pin dalam Watt...……………...……. 3.1 Sedangkan RxLev sendiri merupakan unit dalam GSM, dan didefinisikan sebagai: RxLev = P(dBm) + 110…………………..………………………………..... 3.2 Sedangkan pengukuran secara partial (standlone) dilakukan per bagian dengan bagian yang perlu dilakukan pengukuran adalah TRU, CDU dan antenna dengan alat bantu ukurnya Site Master dan spectrum analyzer.
3.1.2 Kwalitas Suara Kwalitas suara yang terdengar di handpone salah satunya tergantung dari performansi perangkat keras yang ada di BTS, karena perangkat keras ini yang pertama kali mengolah sinyal yang diterima MS.
3.1.3 Tingkat Keberhasilan Panggilan (Call Completion Rate) Sebuah panggilan dikatakan telah berhasil, apabila telah terjadi hubungan dengan nomor yang dituju (B number), dalam artian telah terdapat nada dering pada sisi penerima. Tingkat keberhasilan pangilan ini salah satunya juga didukung oleh kemampuan menangani trafik dari perangkat BTS yang ada.
3.1.4 Tingkat terputusnya panggilan (Perceived Dropped Call Rate) Merupakan jumlah panggilan yang terputus dengan tanpa diharapkan dikarenakan lemahnya sinyal jaringan radio atau dikarenakan kondisi jaringan yang buruk lainnya yang menggagalkan hubungan antara MS dan BTS, sebagai fungsi keseluruhan jumlah
17
panggilan yang terjadi pada jaringan. Sensitifitas dari perangkat BTS yang dipasang sangat berpengaruh terhadap kasus ini.
3.1.5 Tingkat terputusnya hubungan (Dropped Connection Rate) Kanal - kanal trafik (TCH) atau kanal – kanal pensinyalan (SDCCH) pada antarmuka radio dicoba untuk diduduki pada saat membangun panggilan ataupun pada saat terjadi handover. Jumlah panggilan yang terputus sebagai fungsi dari jumlah keberhasilan pendudukan kanal merupakan salah satu indikator performansi suatu sel. Tabel 3.1. menampilkan indikator performansi jaringan beserta ketentuan nilai indikator performansinya apakah perlu dilakukan optimasi atau tidak. Tabel 3.1 Kategori nilai performansi jaringan radio
PENGUKURAN
IDEAL
BAIK
SDCCH Dropped Rate TCH Dropped Rate Congestion Ratio Congestion Probability ICM Measurement in Band 1 ICM Measurement in Other Band
0% 0% 0% 0% 100% 0%
<2% <2% 5% <2% >99% <1%
3.2 Penggunaan Alat Ukur Performansi RBS Alat ukur diperlukan untuk mengetahui performansi dari suatu bagian RBS. Pengukuran dilakukan secara partial yaitu diukur modul per modul. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur performansi RBS dalam tugas akhir ini adalah: Spectrum Analyzer Site Master TEMs Investigator
18
3.2.1 Spectrum Analyzer Petunjuk Dasar Pemakaian Spectrum Analyzer Prosedur pengaktifan : 1.
Hidupkan Spectrum Analyzer, tunggu selama kira-kira 15 sampai dengan 30 menit, karena perangkat akan melakukan pemanasan.
2.
Agar hasil pengukuran akurat, maka pada kondisi tertentu perlu dilakukan kalibrasi alat ukur.
Prosedur pengukuran : 1.
Cari data mengenai alokasi frekuensi yang akan diukur, bila sudah didapat tekan tombol Frequency, masukkan nilai frekuensi yang diinginkan dengan menekan tombol-tombol numerik diakhiri dengan besaran frekwensi (dalam KHz, MHz, dan GHz).
2
Tentukan span (batas maksimum-minimum/lebar) frekuensi, dengan cara menekan tombol Span, lalu masukkan nilai span yang diinginkan melalui tombol numerik diakhiri KHz/MHz/GHz.
3.
RLV (Reference Level) ditentukan dengan cara menekan tombol Amplitude, lalu tekan soft key F1 (Reference Level), masukkan nilainya dengan menekan tombol numeric diakhiri tombol dBm.
4.
Log Scale adalah besarnya amplitude per div (amplitude per kotak skala)
5.
RBW (Resolution Bandwidth) adalah filter yang berada di dalam Spectrum Analyzer yang berfungsi menunjukkan resolusi (kecepatan perangkat menampilkan sinyal dalam lebar span yang dipakai). Dengan RBW yang kecil akan didapat sinyal yang lebih presisi dibanding RBW yang besar, namun memiliki waktu tunda / delay yang lebih panjang. Contoh penggunaan : 1.
Apabila ada 2 pemancar, jika kita memakai RBW besar maka tampilan sinyal akan terlihat menyatu dan apabila kita menggunkan RBW kecil maka tampilan sinyal akan terlihat ada dua sinyal
2. 6.
Apabila nilai RBW diperkecil, maka didapatkan Noise Floor akan menurun
VBW (Video Bandwidth) berfungsi sebagai filter untuk memperjelas tampilan sinyal, agar ripple terlihat lebih rata sehingga sinyal makin teredam atau rendah
19
7.
Marker, berfungsi sebagai penanda atau penunjuk pada satu titik frekuensi tertentu untuk dapat diketahui frekuensi dan kuat sinyalnya.
3.2.2 Petunjuk Dasar Pemakaian Site master S332B
Gambar 3.1 Site Master tipe 332B
Alat ini mampu untuk mengukur beberapa parameter performansi RBS yaitu:
3.2.2.1
Pengukuran Keluaran Daya TRU dan CDU
Pengukuran tersebut dapat dilakukan bila keluaran TRU dan CDU konstant dan bukan berupa burst. Daya yang konstant terdapat pada TRU yang mengandung BCCH sedang yang berupa burst terdapat pada TCH. Dalam satu sector hanya satu TRU dan satu CDU yang terukur dayanya
sedang yang lain akan menampilkan daya yang
fluktuatif. Untuk pengukuran daya pada CDU dapat dilakukan melalui port Pwfd test atau secara langsung melalui Port TX/Rx Antena (Port yang menghubungkan ke Antena). Untuk pengukuran yang langsung melalui Port yang terhubung ke Antena harus menggunakan peralatan tambahan yaitu Hybrid Combiner. Maksimum daya yang dapat diukur adalah +20 dBm dan minimum power yang dapat diukur adalah -50 dBm.
20
Setting yang perlu dilakukan dalam pengukuran mode Power Monitor : 1.
Pilih Mode Power Monitor dengan menekan Mode pada panel Site Master.
2.
Connect cable RF detector pada port RF detector.
3.
Lakukan Zeroing dengan menekan Zero pada panel sisi sebelah kanan.
4.
Pasang Variable Attenuator, untuk menghindari over limit dari RF detector yang hanya + 20 dBm
5.
Pilih Offset sesuai Atteanuator yang terpasang
6.
Pasang Port RF detector ke Port yang akan diukur keluaran dayanya, site master akan menampilkan nilai daya dalam satuan dBm atau Watt setelah melalui Attenuator, untuk melihat nilai sebenarnya maka di set di Offset sesuai dengan nilai Attenuator yang terpasang, sebagai tambahan untuk memastikan bahwa RF detector masih bagus maka sebaiknya di test dahulu pakai Signal Generator.
3.2.2.1.1 Metode Pengukuran Tingkat Daya TRU
Blok diagram pengukuran TRU
Pengukuran permodul TRU
Gambar 3.2 Blok diagram TRU dan pengukuran performansinya Besarnya daya yang di tetapkan pada TRU tergantung pada jenis CDU yang digunakan. Prosedure pengukurannya mengunakan site master dan hybrid coupler. Gambar dibawah menampilkan hasil pengukuran tingkat daya TRU dan dTRU 900 yang diambil dari BTS XL area Serpong dan Jakarta Barat menggunakan site master.
21
Keluaran dTRU 3239-1
Keluaran TRU 1143-1
Keluaran TRU 1070-3 Keluaran TRU 1118-1 Gambar 3.3 Hasil Pengukuran tingkat daya TRU dan dTRU900 dengan Site Master
3.2.2.1.2 Metode Pengukuran Tingkat Daya CDU
Gambar 3.4 Blok diagram dan prosedure pengukuran CDU Tabel dibawah menampilkan spesifikasi dari masing masing CDU yang dikeluarkan oleh pabrikan dari perangkat tersebut.
22
Tabel 3.2 Spesifikasi Teknis CDU A, C & C Frekwensi (MHz)
Tipe CDU
935 - 960
Tx Path, Keluaran daya
Rx Path, Sensistifitas
CDU ( dBm )
CDU( dBm )
43,5 - 44,5
A
890 - 915
(- 105 ) - ( -110 )
935 - 960
40,0 - 41,0
C/C+
890 - 915
(- 105 ) - ( -110 )
Berikut merupakan hasil pengukuran keluaran daya dari beberapa jenis CDU menggunakan site Master. Tabel 3.3 Hasil pengukuran keluaran daya CDU
1
1118-Rw.Belong
CDUA900
Set Up daya di BSC +45 dBm
2
1070-Purikembangan
CDUC900
+47 dBm
+40,63 dBm
3
1143-BSD
CDUC+900
+47 dBm
+41,28 dBm
4
3239-Pakulonan SRP
CDUG900
+47 dBm
+42,05 dBm
No
Site ID
Tipe CDU
Keluaran CDU-G900 site 3239-1
Keluaran Daya CDU (dBm) +42,06 dBm
Keluaran CDU-C+ site 1143-1
23
Keluaran CDU-C900 site 1070-3 Keluaran CDUA-900 site 1118-1 Gambar 3.5 Hasil pengukuran daya CDU menggunakan Site Master
3.2.2.2
Pengukuran Return Loss, SWR & Cable Loss.
Pengukuran RL/SWR dapat dilakukan bila media transmisi atau kabel diterminasi dengan antena atau load. Suatu media transmisi yang baik akan ditunjukkaan oleh nilai Return Loss yang besar atau nilai SWR yang kecil (mendekati 1). Pengukuran Cable Loss dilakukan dengan membuka Antena/load pada ujung dari cable yang akan diukur, cable baik bilamana nila Cable Lossnya mendekati 0. Untuk pengukuran ketiga mode tersebut terlebih dahulu harus dikalibrasi dahulu. Adapun proses dari kalibrasi tersebut adalah : Proses Kalibrasi : 1.
Pilih Mode Frequency Domain
2.
Pilih Frequency Start and Frequency Stop
3.
Tekan Start Call ( Ikuti Perintah yang ada dalam tampilan Site master)
4.
Pemakaian OSL di port RF Out.
Setting yang perlu dilakukan dalam pengukuran mode SWR : 1.
Pilih Mode Frequency SWR dengan menekan Mode pada panel SM.
2.
Connect cable dan beban yang akan diukur nilai SWR nya ke Port RF out.
3.
Tekan Autoscale untuk mendapatkan gambar/nilai yang lebih presisi
4.
Pilih Marker untuk memperlihatkan nilai SWR maximum dan Limit untuk menandai apakah nilai SWR melewati batas Thresholdnya atau tidak.
Setting yang perlu dilakukan dalam pengukuran mode RL : 1.
Pilih Mode Frequency RL dengan menekan Mode pada panel SM
2.
Connect cable dan bebannya yang akan diukur nilai RL nya ke Port RF out 24
3.
Tekan Autoscale untuk mendapatkan gambar / nilai yang lebih presisi.
4.
Pilih Marker untuk memperlihatkan nilai RL dan Limit untuk menandai apakah nilai RL melewati batas Thresholdnya atau tidak.
Setting yang perlu dilakukan dalam pengukuran mode Cable Loss : 1.
Pilih Mode Frequency Cable Loss dengan menekan Mode pada panel SM
2.
Connect cable tanpa beban ke Port RF out
3.
Tekan Autoscale untuk mendapatkan gambar/nilai yang lebih presisi.
4.
Pilih Marker untuk memperlihatkan nilai Cable Loss maximum dan Limit untuk menandai apakah nilai Cable Loss melewati batas Thresholdnya atau tidak.
3.2.2.2.1 Metode Pengukuran VSWR Antenna
Gambar 3.6 Metode pengukuran VSWR Antenna Gambar 3.7 menampilkan hasil pengukuran VSWR antenna pada empat lokasi yang berbeda dan menggunakan tipe antenna yang berbeda menggunakan site master.
VSWR Antenna 3239-1
VSWR Antenna 1143-1
25
VSWR Antenna 1118-1 VSWR Antenna 1070-3 Gambar 3.7 Hasil pengukuran VSWR menggunakan Site Master
3.2.2.3
Pengukuran Chanel Power Meter
Pengukuran channel power dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Gunakan Spectrum Analyzer mode. 2. Set center freq. channel yang dimaksud. 3. Set span freq. cukup lebar sehingga meliput channel bandwidth. 4. Set RBW
kanall bandwidth.
5. Set Ref level cukup besar sehingga peak level terlihat. 6. Set VBW pada nilai yang sesuai untuk memperoleh gambar yang lebih halus. 7. Gunakan Marker untuk membaca level kanal yang dimaksud.
3.2.2.4
Pengecekan Lebar Pita
Pengukuran pada waveguide harus menggunakan waveguide adapter dan waveguide calibration kit. Pengukuran lebar pita dapat dilakukan dengan dua metode sebagai berikut: Metode 1: a.
Gunakan Spectrum Analyzer mode.
b.
Set center freq. channel.
c.
Set RBW sedemikian hingga bentuk sinyal tidak berubah (mengecil).
d.
Set VBW, span freq., Ref level yang sesuai.
e.
Gunakan Delta Marker unutk mengukur bandwidth.
26
Metode 2: a.
Gunakan Spectrum Analyzer mode.
b.
Set center freq. channel.
c.
Set RBW sedemikian hingga bentuk sinyal tidak berubah (mengecil).
d.
Set VBW, span frreq., Ref level yang sesuai.
e.
Gunakan OCC BW (x dB/ N%). X dB berarti x dB di bawah peak level, N% berarti N% dari total power.
3.2.2.4.1 Metode pengukuran Spectrum Frekwensi CDU. Gambar 3.8 dibawah menampilkan metode pengukuran spectrum CDU, dari pengukuran ini akan di dapat lebar pita filter CDU baik uplink maupun down link serta level daya frekwensi BCCH dari suatu site. Hasil selengkapnya dari pengukuran ini bisa dilihat pada gambar A.1 sampai dengan A.27
Gambar 3.8 Metode pengukuran spectrum frekwensi CDU
3.2.3 TEMs Investigator Alat ini digunakan untuk mengukur performansi RBS dalam keadaan ter integrasi. Beberapa parameter yang bisa diukur dengan alat ini antara lain:
3.2.3.1 Pengukuran Kwalitas system RBS Pengukuran dan pengetesan parameter performansi ini dengan cara melakukan drive test di sekitaran area cakupan BTS yang akan diukur performansinya.
27
Gambar 3.9 Pengukuran dengan TEMs Investigator. Secara teknis drive test berguna untuk mengukur parameter – parameter radio dan menilai kualitas percakapan, seperti : interferensi frekuensi, tingkat keberhasilan sambungan (call set-up), tingkat keberhasilan handover selama pembicaraan, level daya penerimaan (Rx Lev) dan lainnya. Pada pengukuran menggunakan TEMS investigation, digunakan 3 perangkat utama, yaitu sebuah telepon genggam dengan SIM card sesuai dengan jaringan operator yang akan diukur, sebuah GPS (Global Positioning Sistem) untuk menunjukkan posisi pengukuran, dan sebuah portable computer yang berisi program aplikasi TEMS Investigation. Pengukuran antarmuka GSM 900 yang dilakukan pada skripsi ini, menggunakan telepon genggam ericsson R520, dan GPS Garmin 12 XL. Data pengukuran yang dihasilkan TEMS Investigation dipresentasikan secara real time bersama – sama dengan informasi sel dan kanal – kanal, dengan data tersebut dapat disimpan untuk penggunaan selanjutnya.
28
Gambar 3.10 Tampilan perangkat lunak TEMS investigation Hasil selengkapnya hasil pengukuran menggunakan TEM Investigator bisa dilihat pada bagian lampiran gambar A.28 sampai dengan A.29
3.2.3.2 Pengukuran Sensitifitas Sistem RBS
Gambar 3.11 Gambar Pengukuran sensitivitas RBS Pengukuran ini akan melihat seberapa sensitif perangkat menerima dan mengolah traffik dengan level daya yang ada. Berikut merupakan beberapa paramater yang berhubungan dengan tingkat sensitivitas RBS. Idle Channel Measurement (ICM) merupakan pengukuran level daya penerimaan Base Transceiver Station (BTS) dalam kondisi kanal BTS tersebut tidak
29
sedang diduduki (idle). Pengukuran ini dilakukan pada setiap timeslot uplink BTS yang tidak sedang diduduki. Level daya penerimaan tersebut juga dijadikan indikasi tingkat interferensi pada frekuensi uplink BTS tersebut. Level daya penerimaan pada setiap timeslot yang diukur tersebut, dikategorikan dalam kelas – kelas ICM band seperti pada table 3.2. Tabel 3.4 Kategori level daya terima Base Transceiver Station
Daya Terima (dBm)
ICM Band
-110 s/d -105 Band 1 -104 s/d -99 Band 2 -99 s/d -92 Band 3 -91 s/d 84 Band 4 > -83 Band 5 Dalam suatu perioda waktu pengukuran tertentu, maka dapat ditentukan rata – rata persentase level daya penerimaan BTS berdasarkan pengelompokan ICM Band tersebut. % ICM Band N =
Jumlah ICM Band N Jumlah ICM Band 1 +…+Jumlah ICM Band 5
x100% …..3.3.
Data diatas didapat secara automatis dari rekaman yang ada di BSS dimana setiap yang terjadi di BTS akan terekam semuanya termasuk data performansinya.
30
BAB IV ANALISA PERANGKAT KERAS GSM Pada bab ini akan dibahas hal hal yang mempengaruhi keluaran daya BTS dan sensitifitasnya berdasarkan hasil pengukuran yang ada pada Bab III dengan urutan seperti gambar 4.1 dibawah.
Gambar 4.1 Blok Diagram RBS dan urutan pembahasannya.
4.1
Analisa Performansi TRU dan CDU 4.1.1 Analisa Performansi TRU Besarnya daya yang di tetapkan pada TRU tergantung pada jenis CDU yang digunakan. Tabel dibawah menampilkan hasil pengukuran tingkat daya TRU dan dTRU 900 yang diambil dari BTS XL area Serpong dan Jakarta Barat. Tabel 4.1 Hasil Pengukuran tingkat daya TRU900
1
TRU900
Set Up daya TRU (dBm) +45
2
TRU900
+47
3
TRU900
4
dTRU900
No Tipe TRU
1118
Redaman (dB) 10,5
+36,74
1070
10,26
+47
+41,28
1143
5,72
+47
+41,14
3239
5,86
31
Output daya TRU (dBm) +34,50
ID Site
Pengukuran pada bagian ini berguna untuk menghitung seberapa besar keluaran daya TRU dibandingkan dengan daya yang telah di tetapkan serta memastikan seberapa besar pengaruh dari perkabelannya yang ada. Ada 2 varian dalam pengukuran keluaran daya TRU yaitu: 1.
Pengukuran daya dengan menggunakan Hybrid Coupler.
2.
Pengukuran daya langsung dari keluaran TRU Metode-1 dilakukan di site 1118 dan 1070 sedangkan metode ke 2
dilakukan di site 1143 dan 3239. Hasil pengukuran tersebut digunakan untuk mengetahui seberapa besar keluaran dari TRU tersebut. Dari hasil pengukuran yang ada didapat nilainya sebagai berikut :
1.
Metode-1 (menggunakan hybrid coupler) Jenis kabel yang digunakan dan besar redamannya sebagai berikut: 2M kabel 1/4" FSJ2 (Flex)
= 0,372 dB
2 SMA Connector
= 0,060 dB
4 DIN Connector
= 0,188 dB +
Redaman kabel ukur
= 0, 620 dB
PoutTRU = PinTRU-[Redaman kabel +internal +Hybrid Coupler] Dari data pengukuran diatas maka: Redaman Internal+Hybrid Coupler = 45-34,50-0,620 = 9,88 dB .............( 4.1 ) 2.
Metode-2 (langsung ke alat ukur) Jenis kabel yang digunakan dan besar redamannya sebagai berikut: 1M kabel 1/4" FSJ2 (Flex)
= 0,186 dB
1 SMA Connector
= 0,030 dB
3 DIN Connector
= 0,141 dB +
Redaman kabel ukur
= 0, 357 dB
PoutTRU = PinTRU-[Redaman kabel & connector + internal TRU]. Dari data pengukuran diatas akan didapat besar redaman internalnya: Redaman internal TRU = 47-41,28-0,357 = 5,363 dB .....................( 4.2 ) Berdasarkan perhitungan 4.1 didapat redaman hybrid coupler sebesar: Redaman Internal+Hybrid Coupler = 9,88 dB Redaman Hybrid coupler = 9,88 – 5,363 = 4,517 dB ...............( 4.3 )
32
4.1.2 Analisa Performansi CDU Tingkat performansi masing masing CDU dapat dilihat dari beberapa parameter diantaranya: 1.
Response filter CDU Tingkat kemiringan filter. Semakin sempit frekwensi reject semakin baik filter tersebut karena memperkecil kemungkinan kebocoran dari frekwensi luar. Isolation filter CDU Semakin tinggi kemampuan filter me reject signal balikan semakin baik performansi CDU tersebut. Band Pass Filter. Semakin sempit dan tidak melebar dari frekwensi kerja GSM, semakin bagus filter tersebut. Fluktuasi amplitudo/ Ripple Frekwensi CDU yang bagus akan mempunyai ripple amplitudo yang kecil dan mendekati flat.
2.
Redaman dan Penguatan CDU Semakin kecil nilai redaman dan sebaliknya pada penguatan, performansi CDU bisa dikatakan baik.
3.
Sensitifitas CDU Dalam tugas akhir ini pembahasan akan dibatasi hanya untuk
frekwensi down link (DL) sedangkan untuk frekwensi up link (UL) dapat di lihat pada bagian lampiran.
4.1.2.1
Performansi Perangkat Keras CDU Jenis kabel dan connector serta redaman yang digunakan pada pengukuran ini adalah: Kabel 3/8" FSJ2 ( Flex ) sebesar 0,127 dB/m Kabel 1/4" FSJ1 ( Flex ) sebesar 0,186 dB/m Connector DIN Male-Female sebesar 0,047 dB Connector SMA Male-Female sebesar 0,03 dB Connector QMA Male-Female sebesar 0,25 dB
33
CDU-A900
Gambar 4.2 Titik Pengukuran perbagian pada CDU-A900 Dari hasil pengukuran yang ada diketahui bahwa: C=?
B=?
A=?
Pin = -74,69 dBm(Gbr. A.16)
Pin = -78,59 dBm (Gbr. A.9 )
Pin = -74,69 dBm(Gbr. A.15)
Pout = -69,90 dBm(Gbr. A.16)
Pout = -72,51 dBm (Gbr. A.9 )
Pout = -77,50 dBm(Gbr. A.15)
Penguatan = 4,79 dB
Penguatan = 6,08 dB
Redaman = -2,81 dB
D=?
Keluaran CDU (Y) = ....?
Pin = - 67,21 dBm(Gbr A.24)
45
42,06
Pout = - 69,60 dBm(Gbr A.24) Redaman = -2,39 dB
C
= A+B
4,79 = -2,81 + 6,08 4,79
3,27
Seharusnya C=A+B, ternyata hasilnya berbeda, ada 2 penyebab kenapa bisa demikian yaitu karena adanya redaman dari perkabelan yang digunakan selama pengukuran dan adanya redaman internal dari CDU tersebut. Dengan bantuan manual data dari beberapa jenis kabel dan connector yang digunakan hal tersebut dapat terungkap, perkiraan nilai redaman dari keduanya tersebut.
C = ......? Pengukuran pada bagian ini menggunakan kabel dibawah dengan nilai redaman : 1M kabel 3/8" FSJ2 (Flex)
= 0,127 dB
1M kabel 1/4" FSJ1 (Flex)
= 0,186 dB
1 SMA Connector
= 0,030 dB
3 DIN 7/16 Connector
= 0,141 dB +
34
= 0, 484 dB Penguatan
= 4,79 dB + 0,484 = 5,274dB ...................( 4.4 )
A= ......? Dengan menggunakan peralatan yang sama pada pengukuran bagian C, maka didapat sebagai berikut: Redaman Duplexer
= -2,81 dB + 0,484 = -2,326dB .............................( 4.5 )
B = ......? Pengukuran pada bagian ini menggunakan kabel dibawah dengan nilai redaman : 1M kabel 3/8" FSJ2 (Flex)
= 0,127 dB
1M kabel 1/4" FSJ1 (Flex)
= 0,186 dB
2 SMA Connector
= 0,060 dB
2 DIN Connector
= 0,094 dB+ = 0, 467 dB
Penguatan RXDA
= 6,08 dB + 0,467 = 6,547dB .................( 4.6 )
Dari perhitungan diatas maka redaman internal CDU-A adalah: C = A+B+X ( Redaman Internal CDU )
X = C-A-B = 5,274 - (-2,326 ) – 6,547 = 1,053 dB ...................( 4.7 ) Y= ......? Merujuk pada hasil pengukuran tabel 3.3 halaman 23 keluaran CDU-A900 adalah 42,06 dBm. Pengukuran pada bagian ini menggunakan kabel dibawah dengan nilai redaman : 1M kabel 1/4" FSJ2 (Flex)
= 0,186 dB
4 DIN Connector
= 0,188 dB+ = 0, 374 dB
Keluaran aktual CDU-A = 42,06 dB + 0,374 = 42,434dB ...( 4.8 )
35
CDU-G900
Gambar 4.3 Titik Pengukuran perbagian pada CDU-G900 Dari hasil pengukuran yang ada diketahui bahwa: A = Antenna VS Rx
B = Antenna VS Duplexer
Penguatan (C) = A-B =
Pin = -79,97 dBm(Gbr A.22 )
Pin = - 64,01 dBm (Gbr A.23)
26,76
Pout = - 56,70 dBm(Gbr A.22)
Pout = - 67,50 dBm (Gbr A.23)
Penguatan = 23,27 dB
Redaman = -3,49 dB
Tx VS Ant = D
Keluaran CDU (Y)=…. ?
Pin = - 64,66 dBm (Gbr A.27) Pout = - 67,90 dBm(Gbr A6.27) Redaman = -3,24 dB
B = ......? Pengukuran pada bagian ini menggunakan kabel dibawah dengan nilai redaman : 2M kabel 3/8" FSJ1 (Flex)
= 0,254 dB
1M kabel 1/4" FSJ2 (Flex)
= 0,186 dB
1 SMA Connector
= 0,030 dB
5 DIN Connector
= 0,235 dB + = 0, 705 dB
Redaman Duplexer
= -3,49 dB + 0,705 = -2,785dB .................( 4.9 )
D = ......? Pengukuran pada bagian ini menggunakan kabel dibawah dengan nilai redaman : 2M kabel 3/8" FSJ1 (Flex)
= 0,254 dB
1M kabel 1/4" FSJ2 (Flex)
= 0,186 dB
1 QMA Connector
= 0,250 dB
5 DIN Connector
= 0,235 dB + = 0, 925 dB
Redaman Duplexer
= -3,24 dB + 0,925 = -2,315dB ...............( 4.10 )
36
D
B
Seharusnya D=B, ternyata hasilnya berbeda, hal ini karena adanya redaman internal dari CDU tersebut dengan nilai sebesar : D = B+X(Redaman Internal CDU) X = D-B = -2,315dB – (-2,785 dB ) = 0,47 dB
Y= ......? Merujuk pada hasil pengukuran tabel 3.3 halaman 23 keluaran CDU-G900 adalah 42,05 dBm. Pengukuran pada bagian ini menggunakan kabel dibawah dengan nilai redaman : 2M kabel 3/4" FSJ1 (Flex)
= 0,254 dB
1M kabel 1/4" FSJ2 (Flex)
= 0,186 dB
1 QMA Connector
= 0,250 dB
5 DIN Connector
= 0,235 dB + = 0, 925 dB
Keluaran aktual CDU-G = 42,05 dB + 0,925 = 42,975dB ..( 4.11 ) 4.1.2.2
Performansi Filter DL CDU Untuk mendapatkan spektrum DL dari CDU ini dengan cara memasukkan signal generator pada port Txin dan mengukur responsenya di port Tx/Rx Ant. Simulasi ini dengan landasan bahwa signal yang dipancarkan BTS dipancarkan oleh TRU ke CDU lewat Port Tx kemudian diteruskan ke antenna BTS lewat Port Tx/Rx Ant.
Response Filter DL CDU-A900
Gambar 4.4 Response Filter CDU-A900 37
In
Response Filter DL CDU-G900
Gambar 4.5 Response Filter CDU-G900 Untuk mengetahui performansi filter dari masing masing CDU dapat dilihat dari nilai masing masing bagian seperti terlihat pada gambar 4.4 atau 4.5. Dengan mengacu pada ketentuan tersebut akan bisa diklasifikasikan tingkat performansi masing masing CDU.
4.1.2.3
Isolasi & Noise Figure DL CDU Untuk mendapatkan spektrum seperti ini dengan cara memasukkan signal generator pada port Txin dan mengukur responsenya di port keluaran Duplexer.
Duplexer yang baik mampu melewatkan daya yang
dipancarkan TRU ke antenna dan tidak ada kebocoran yang masuk kembali ke TRU. Batas toleransi isolasi yang bisa ditolerir dan tidak mempengaruhi performansi voice GSM sebesar -90dbM – (-110) dBm.
Gambar 4.6 Sistem pengukuran isolasi duplexer CDU-A
38
Isolasi Filter DL CDU-A900
Gambar 4.7 Isolasi CDU-A900
Isolasi Filter DL CDU-G900
Gambar 4.8 Sistem pengukuran isolasi duplexer CDU-G
Gambar 4.9 Isolasi CDU-G900
39
Dari hasil pengukuran diatas, semua bekerja di luar range frekwensi kerja GSM yaitu Up Link (UL) : 890 MHz – 915 MHz dan Down Link (DL) : 945 MHz – 960 MHz. Hanya sedikit bersinggungan pada CDU A dimana spektrum isolasinya menyentuh pada frekwensi kerja Up link (915 MHz) tetapi dengan Rx level yang rendah. Dari apa yang telah dibahas pada bagian 4.1.2 dan dengan melakukan analisa yang sama terhadap CDU-C900 dan CDU-C+900, maka dapat disimpulkan tingkat performansi masing masing CDU seperti pada tabel 4.5 dan 4.6 dibawah.
4.2
Analisa Performansi Pancaran BTS. Parameter yang menentukan tingkat performansi pancaran BTS ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya: 1.
Nilai VSWR Antenna.
2.
Performansi CDU dan TRU( Telah dibahas pada bagian 4.1)
3.
Redaman internal dan external kabel ( Telah dibahas pada bagian 4.1)
Gambar 4.10 Pengukuran VSWR menggunakan site Master Rugi rugi kabel feeder dapat dihitung berdasarkan nilai VSWR yang ada dari masing masing site menggunakan rumus dibawah. R
=
VSWR(S) = S
Log
R
=
VSWR(R) - 1 VSWR(R) + 1 1+ 1R*e
( 4.12 )
S
( 4.13 )
S -2 L
( 4.14 )
= 2 L
( 4.15 )
S
40
Log L
=
R S
( 4.16 )
2
= Koefisien Refleksi S = Koefisien Sumber = Konstanta redaman sebesar 1/8,868 Dengan menggunakan rumus diatas akan dapat dihitung besar redaman R
kabelnya.
VSWR Antenna site 1118
Gambar 4.11 Pengukuran VSWR Antenna site 1118 Site 1118 menggunakan antenna tipe X-Pole RFSDPS6016ESX-2 dengan VSWR berdasarkan data sheet 1,3. R = …….?
Berdasarkan rumus 4.12 maka
R=
[(1,3-1)/(1,3+1)] = 0,130
Dari Pengukuran diketahui VSWR antenna sebesar 1,25 S = .......? Berdasarkan rumus 4.14 maka S = [ (1,25-1)/(1,25+1)] = 0,11 Dari kedua parameter tersebut maka rugi rugi kabel feedernya adalah : Berdasarkan rumus 4.18, maka rugi rugi feeder adalah = [Log(0,130/0,11)/(2*(1/8.868)] = 0,31 dB
41
VSWR Antenna site 3239
Gambar 4.12 Pengukuran VSWR Antenna site 3239 Site 3239 menggunakan antenna tipe X-Pole FLXM 65-10-AA dengan VSWR berdasarkan data sheet 1,5. R = …….?
Berdasarkan rumus 4.12 maka
R=
[(1,5-1)/(1,5+1)] = 0,20
Dari Pengukuran diketahui VSWR antenna sebesar 1,15 S = .......? Berdasarkan rumus 4.14 maka S = [ (1,15-1)/(1,15+1)] = 0,07 Dari kedua parameter tersebut maka rugi rugi kabel feedernya adalah : Berdasarkan rumus 4.18, maka rugi rugi feeder adalah = [Log(0,20/0,07)/(2*(1/8.868)] = 2,03 dB Dengan melakukan hal yang sama terhadap 2 lokasi lainnya maka akan di dapat seperti pada tabel 4.7 sampai dengan 4.10
4.3
Analisa Performansi Keluaran RF BTS
Gambar 4.13 Pengukuran Performansi keluaran RF BTS 42
Untuk menganalisa tingkat perfomansi keluaran dan cakupan RF dari BTS diperlukan alat ukur TEMS Investigator, dari alat ini akan dapat diketahui beberapa parameter yaitu kwalitas signal dan voicenya. Kwalitas signal dan voice dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu: 1.
Kondisi lingkungan sekitar BTS [FSL ( Free Space Loss )]
2.
Kwalitas filter baik DL ( Down Link ) maupun UL ( Up Link )
4.3.1 Performansi BTS menggunakan CDU-A900
Gambar 4.14 Hasil drive test di sekitar site 1118 sector 1
43
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran performansi pada BTS yang menggunakan CDU-A900 Jarak Ukur
Rx level (dBm)
Output CDU (dBm)
10M -51 100M -55 1Km -80 2Km -85 Berdasarkan hasil
Loss Feeder (dB)
FSL (dB)
Quality Voice level
42,434 0,30877 93,1252 0 42,434 0,30877 97,1252 0 42,434 0,30877 122,125 1 42,434 0,30877 127,125 1 pengukuran diatas, beberapa faktor yang mempengaruhinya
sebagai berikut: 1.
Kondisi lingkungan sekitar BTS Merujuk pada hasil pengukuran yang ada pada table 4.2 dan gambar 4.14 di dapat Rx level pada kisaran-55 sampai dengan -70 dBm pada jarak antara 0 – 500 meter dari BTS tersebut. Fluktuasi level signal penerimaan ini di sebabkan pada kisaran jarak tersebut kepadatan rumahnya lumayan banyak sehingga memperbesar FSL ( Free Space Loss ) terhadap antenna Handphone.
2.
Kwalitas filter baik DL ( Down Link ) maupun UL ( Up Link ) Kwalitas filter DL ( Down Link ) Hasil pengukuran diatas diambil dari BTS 1118 sector satu dengan menggunakan kanal frekwensi DL 103 = 955,6MHz & 122= 959,4 MHz. Dari kanal frekwensi tersebut kanal 103 = 955,6 MHz sebagai BCCH (Broadcast Control Channel) yang berfungsi memancarkan signal secara terus menerus, dan dari pancaran ini yang terbaca di masing masing mobilephone. Merujuk hasil pengukuran pada gambar 4.15 terlihat pada frekwensi tersebut amplitude signalnya relative stabil dan berada pada puncaknya, ini meng indikasikan terjadi penguatan yang signifikan dan penerimaan signalnya pun stabil
Gambar 4.15 Response Filter DL CDU-A900
44
Kwalitas Filter UL ( Up Link ) Hasil pengukuran diatas diambil dari BTS 1118 sector satu dengan menggunakan kanal frekwensi UL 103 = 910,6 MHz & 122= 914,4 MHz. Merujuk hasil pengukuran pada gambar 4.16 terlihat pada frekwensi tersebut ada perbedaan amplitudo signalnya antara kanal 103 dan 122, imbas dari hal ini ke mobilephone adalah bila mereka pas menduduki kanal 122, terjadi pengurangan kwalitas suaranya dan ini terasa pada daerah pinggiran dari area cakupan BTS tersebut.
Gambar 4.16 Response Filter UL CDU-A900
4.3.2
Performansi BTS menggunakan CDU-G900
45
Gambar 4.16 Hasil drive test di sekitar site 3239 sector 1 Tabel 4.3 Hasil Pengukuran performansi pada BTS yang menggunakan CDU-G900 Jarak Ukur
Rx level (dBm)
10M 100M 1Km 2Km Berdasarkan
Output CDU (dBm)
Loss Feeder (dB)
-37 42,05 -41 42,05 -53 42,05 -70 42,05 hasil pengukuran diatas
FSL (dB)
Quality Voice level
1,60754 77,4425 0 1,60754 81,4425 0 1,60754 93,4425 0 1,60754 110,442 0 dapat disimpulkan beberapa factor yang
mempengaruhinya sebagai berikut: 1.
Kondisi lingkungan sekitar BTS Merujuk pada hasil pengukuran yang ada pada table 4.3 dan gambar 4.16 di dapat Rx level actual pada kisaran-55 sampai dengan -70 dBm pada jarak antara 0 – 500 meter dari BTS tersebut. Fluktuasi level signal penerimaan ini di sebabkan pada kisaran jarak tersebut kepadatan rumahnya lumayan banyak sehingga memberbesar FSL ( Free Space Loss ) terhadap antenna Handphone.
46
2.
Kwalitas filter baik DL ( Down Link ) maupun UL ( Up Link ) Kwalitas filter DL ( Down Link ) Hasil pengukuran diatas diambil dari BTS 3239 sector satu dengan menggunakan kanal frekwensi DL 100 = 955,0 MHz & 109= 956,8 MHz. Dari kanal frekwensi tersebut kanal 100 = 955,0 MHz sebagai BCCH (Broadcast Control Channel) yang berfungsi memancarkan signal secara terus menerus, dan dari pancaran ini yang terbaca di masing masing mobilephone. Merujuk hasil pengukuran pada gambar 4.17 terlihat pada frekwensi tersebut amplitude signalnya relative stabil dan berada pada puncaknya, ini meng indikasikan terjadi penguatan yang signifikan dan penerimaan signalnya pun stabil
Gambar 4.17 Response Filter DL CDU-G900 Kwalitas Filter UL ( Up Link ) Hasil pengukuran diatas diambil dari BTS 3239 sector satu dengan menggunakan kanal frekwensi UL 100 = 910,0 MHz & 109= 911,8 MHz. Merujuk hasil pengukuran pada gambar 4.18 terlihat pada frekwensi tersebut amplitudo signalnya relative stabil antara kanal 100 dan 109 tetapi alokasi frekwensinya sangat dekat ( adjacent Channel ), imbas dari hal ini ke mobilephone adalah terjadi pengurangan kwalitas suaranya dan ini terasa pada ruang atau celah yang rapat atau banyak gedungnya.
47
Gambar 4.18 Response Filter UL CDU-G900 Berikut merupakan kumpulan data hasil pengukuran BTS dengan berbagai kombinasi CDU untuk mendapatkan parameter yang bisa dijadikan tolok ukur performansi dari masing masing CDU yang telah dibahas pada bagian 4.1 sampai dengan 4.3 Tabel 4.4 Performansi Internal CDU
!
%
" #$
" #$ CDU-A900
1,053
6,543
1
4,40
922,58-918,18
Jelek
CDU-C900
0,114
4,677
½
4,35
922,58-918,23
Jelek
CDU-C+900
2,398
12,326
½
3,26
921,80-918,54
Bagus
CDU-G900
0,47
26,76
¼
2,58
920,40-917,82
Bagus
Tabel 4.5 Performansi Spektrum DL CDU
& % '
!
%
" #$
" #$ CDU-A900
0,554
42,434
1
6,10
969,57-963,47
Jelek
CDU-C900
0,071
40,817
1
5,42
968,68-963,26
Jelek
CDU-C+900
0,027
41,374
½
4,5
969,01-964,51
Bagus
CDU-G900
0,524
42,974
½
1,7
967,33-965,63
Bagus
48
Tabel 4.6 Performansi BTS menggunakan CDU-A900 Jarak Ukur
Rx level (dBm)
Output CDU (dBm)
Loss Feeder (dB)
FSL (dB)
Quality Voice level
10M 100M 1Km 2Km
-51 -55 -80 -85
42,434 42,434 42,434 42,434
0,30877 0,30877 0,30877 0,30877
93,1252 97,1252 122,125 127,125
0 0 1 1
Tabel 4.7 Performansi BTS menggunakan CDU-C900 Jarak Ukur 10M 100M 1Km 2Km
Rx level (dBm) -44 -48 -58 -72
Output CDU (dBm) 40,63 40,63 40,63 40,63
Loss Feeder (dB) 0,69519 0,69519 0,69519 0,69519
FSL (dB)
Quality Voice level
83,935 87,935 97,935 111,935
0 0 0 1
Tabel 4.8 Performansi BTS menggunakan CDU-C+900 Jarak Ukur 10M 100M 1Km 2Km
Rx level (dBm) -52 -61 -68 -72
Output CDU (dBm) 41,28 41,28 41,28 41,28
Loss Feeder (dB) 1,60754 1,60754 1,60754 1,60754
91,672 100,672 107,672 111,672
Quality Voice level 0 0 0 1
FSL Actual (dB) 77,4425 81,4425 93,4425 110,442
Quality Voice level 0 0 0 0
FSL (dB)
Tabel 4.9 Performansi BTS menggunakan CDU-G900 Jarak Ukur 10M 100M 1Km 2Km
Rx level Aktual (dBm) -37 -41 -53 -70
Output CDU (dBm) 42,05 42,05 42,05 42,05
Loss Feeder (dB) 1,60754 1,60754 1,60754 1,60754
49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Diperlukan CDU dengan penguatan yang lebih besar untuk daerah pedesaan,
tetapi kriteria ini masih kurang untuk daerah perkotaan, disamping mempunyai penguatan yang besar perlu performansi lain yang lebih baik seperti response filter CDU, mengingat tingkat gangguan yang tinggi di daerah perkotaan. Merujuk pada hasil pengukuran dan analisa yang ada di bab III dan IV, urutan CDU yang cocok dipasang di daerah pedesaan adalah: 1. CDU G900 2. CDU A900 3. CDU-C+900 4. CDU-C900 Sedang CDU yang cocok dipasang didaerah perkotaan adalah : 1. CDU G900 2. CDU C+900 3. CDU-C900 4. CDU-A900
5.2
Saran Setelah melihat secara jelas hasil dari pengukuran serta performansi masing
masing CDU, penulis memberikan beberapa saran untuk lebih meng optimalkan dan meningkatkan kwalitas dari jaringan GSM sebagai berikut: 1. Segera mengganti CDU menjadi CDU-G900 atau minimal menjadi C+ 2. Apabila karena alasan tertentu tidak bisa dilakukan pergantian CDU, untuk meng optimalkan dan meningkatkan kwalitas jaringan dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya : A.
Meletakkan/ set up frekwensi pada daerah optimum sesuai karakteristik dari spectrum masing masing CDU.
B.
Menggunakan Antenna dengan kwalitas lebih baik sehingga rugi rugi karena performansi CDU bisa sedikit di imbangi.
50
C.
Memperkecil rugi rugi sambungan baik antar antenna maupun antar modul dengan cara meningkatkan kekencangan sambungannya serta memilih jenis kabel dengan rugi rugi yang kecil.
3. Apapun jenis CDUnya. hindari menempatkan frekwensi pada daerah reject frekwensi. 4. Apabila diketahui daya pancar signal tidak stabil perlu segera dilakukan pengecekan response Filter UL & DL bila diketahui Rx Level naik turun terus perlu segera ganti CDU 5. Disarankan untuk di daerah perkotaan ditempatkan CDU dengan perfomansi filter yang tinggi untuk menghindari dan mengurangi gangguan frekwensi luar. 6. Diperlukan CDU dengan penguatan yang besar untuk di daerah pinggiran kota untuk dapat menjangkau area yang luas.
51
Daftar Pustaka
"Radio Network Tuning series EN/LZU 108 3298 R2A" Modul training oleh PT Erricson Indonesia, 2003 "RBS2000 series EN/LZT 123 2684 R7A" Modul training oleh PT.Erricson Indonesia, 1997 "RBS2000 series EN/LZT 720 0024 R2A" Modul training oleh PT.Erricson Indonesia, 2004 "TEMs Measurement series EN/LZT 102 080 P3B" Modul training oleh PT.Excelcomindo Pratama, 2003 "Spectrum Analyzer Operation series MS2665C/67C/68C" Operation Manual oleh PT. Anritsu Corporation "Site Master series 332C” Operation Manual oleh PT. Anritsu Corporation Bernard Sklar, "Rayleigh Fading Channel in Mobile Digital Communication Systems PartI: Characterization, oleh IEEE Communication Magazine July 1997, page 90-100 Bernard Sklar, "Rayleigh Fading Channel in Mobile Digital Communication Systems PartII: Mitigation, oleh IEEE Communication Magazine July 1997, page 102-109 Tjipto Handoyo, "Antenna & Propagation" Modul training oleh PT.Femacon Putra Jaya Mandiri, 2002 Tjipto Handoyo, "Amplifier & Filter" Modul training oleh PT Femacon Putra Jaya Mandiri, 2002 Tjipto Handoyo, "RF Serial Measurement" Modul training oleh PT Femacon Putra Jaya Mandiri, 2002 Bambang S Hutomo, Ir. Bc.TT "Saluran Transmisi" Materi Kuliah Program PKSM UMB Dr. Ing Mudrik Alaydrus "Antenna & Propagation" Materi Kuliah Program PKSM UMB