OPTIMASI PRODUKSI DENGAN MENGEVALUASI JARINGAN PIPA PERMUKAAN MENGGUNAKAN SIMULATOR PIPESIM PADA LAPANGAN UNIFORM BP INDONESIA
Tugas Akhir
Oleh: INDRA FAJRI NIM 12204036
Diajukan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar SARJANA TEKNIK pada Program Studi Teknik Perminyakan
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2009
OPTIMASI PRODUKSI DENGAN MENGEVALUASI JARINGAN PIPA PERMUKAAN MENGGUNAKAN SIMULATOR PIPESIM PADA LAPANGAN UNIFORM BP INDONESIA
Tugas Akhir
Oleh: INDRA FAJRI NIM 12204036
Diajukan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar SARJANA TEKNIK pada Program Studi Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung
Disetujui oleh: Pembimbing Tugas Akhir,
_____________________________________ Dr. Ir. Leksono Mucharram, M. Sc
OPTIMASI PRODUKSI DENGAN MENGEVALUASI JARINGAN PIPA PERMUKAAN MENGGUNAKAN SIMULATOR PIPESIM PADA LAPANGAN UNIFORM BP INDONESIA Oleh: Indra Fajri*
Pembimbing: Dr. Ir. Leksono Mucharram, M.Sc Sari Lapangan Uniform merupakan lapangan migas lepas pantai yang terletak di laut utara pulau jawa yang telah beroperasi sejak 1972. Sejak mencapai puncak produksi pada tahun 1975 produksinya terus menurun salah satunya dikarenakan oleh fasilitas permukaan yang saat ini sudah sangat tua. Fasilitas permukaan mengalami penurunan kualitas diantaranya disebabkan oleh terjadinya erosi pada pipa, penyempitan akibat adanya scale di sepanjang pipa dan fasilitas separasi yang tidak berfungsi di beberapa anjungan yang menyebabkan fluida tidak terpisahkan secara sempurna. Akibat dari restriksi yang besar dan separasi yang kurang optimal menyebabkan tekanan balik dan kehilangan tekanan yang besar di sepanjang pipa sehingga menurunkan laju produktifitas lapangan. Dengan demikian diperlukan studi untuk mengevaluasi penurunan produksi akibat kehilangan tekanan yang tinggi di sepanjang pipa. Studi evaluasi pada jaringan pipa di lapangan uniform menggunakan simulator pipesim yang dapat mengintegrasikan jaringan gas dan minyak yang bertujuan mengidentifikasi kemungkinan adanya permasalahan secara lebih terintegrasi. Dengan demikian dapat dikembangkan strategi optimasi dengan mengatasi permasalahan yang ditemukan di lapangan dan mengembangkan skenario improvisasi jaringan permukaan agar diperoleh produksi minyak dan gas yang optimum. Kata kunci: fasilitas permukaan, kehilangan tekanan, simulator pipesim, penyempitan, tekanan balik, jaringan pipa.
Abstract Uniform field as an oil and gas field which located in north Java Sea has been produce since 1972. In time of reached on pick production on 1975 the production is being decline because of the surface facilities are being old. The bad performance affected by pipe erosion, bottleneck due to scaling along pipe, and malfunction of separation facility in several Platforms which consequence high pressure loss along pipa and give any back pressure to another line. Because of that, it could increase pressure loss along pipe which decreases the productivity. So that, there are some study to evaluate lost production because of high pressure lost along pipe. Pipeline study at Uniform field use pipesim simulator which can integrate gas and oil line so that problem analysis can be determine integrately. So, it may develop some optimization strategies which cure all any problem which found and do improvisation scenario to have optimum oil and gas rate. Keyword: surface facilities, pressure lost, pipesim simulator, bottleneck, back pressure, pipeline *Mahasiswa Teknik Perminyakan
1
Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Lapangan Uniform ditemukan pada tahun 1972 oleh sumur eksplorasi U-1. Lapangan ini terletak di bagian selatan dari lapangan migas lepas pantai milik BP Indonesia di kawasan Laut Jawa bagian barat (Gambar-1). Infrastruktur lapangan Uniform di bangun diatas laut lepas dengan ratarata kedalaman laut sebesar 100 feet. Lapangan ini mulai diproduksikan pada tahun 1975 dan mencapai puncak produksi pada tahun yang sama yaitu sebesar 24 MBOEPD. Namun seiring dengan waktu produksi, semakin lama produksi lapangan uniform semakin menurun karena diakibatkan oleh menurunnya tekanan reservoir dan kapasitas fasilitas permukaan yang semakin tua.
reservoir dan memiliki total sumur sebanyak 36 buah. Lapangan ini juga dilengkapi 2 flow stasion sebagai junction untuk beberapa manifold, diantaranya UPRO dan UWJ (Gambar-2). Tipe komplesi yang terdapat pada sumur-sumur di lapangan ini umumnya adalah dual string completion yang dilengkapi dengan gas lift mandrel sebagai pengembangan untuk pengangkatan buatan dengan menggunakan metode gas lift. Lapangan uniform juga dilengkapi dengan sistem separator yang terdapat pada masing-masing anjungan dan total keseluruhannya sebanyak 7 buah dengan 2 diantanya terdapat pada UPRO dan UWJ. To
B1C Ex G/L (MOL to B1C)
UR
To B1C UA
UV UY
UWJ
UC
UX UWA U-Pro
UB
: MOL Leaking : MGL Leaking : MOL active : MGL active
Gambar 2- Jaringan Pipa Uniform Gambar 1- Lapangan Uniform Tinjauan Reservoir Lapangan Uniform Lapangan uniform terdiri atas 8 struktur reservoir yang saling terpisah seperti ditunjukkan pada Gambar-1. Reservoir tersebut memiliki nilai porositas yang bervariasi dari 20% sampai 30%, saturasi air mencapai 30-60% dari total kandungan volume reservoir, dan nilai permeabilitas menyebar mulai 50 md hingga 200 md. Tipe fluids hidrokarbon yang terkandung dalam reservoir lapangan uniform dapat dikatagorikan sebagai minyak berat (API 36-45) dan terdapat pula kandungan wet gas dengan spesifik grafity antara 0.7-1.2. Sementara tekanan reservoir bervariasi tergantung pada kedalaman reservoir yaitu antara 850-1850 psia. Mekanisme pendorongan yang terjadi pada umumnya reservoir di lapangan ini adalah depletion drive dan water drive yang sedang hingga kuat. Fasilitas Permukaan Lapangan Uniform terdiri atas 8 struktur reservoir yang terpisah. Diantaranya terdapat reservoir UA, UB, UC, URA, UWA, UXA dan UYA. Dengan demikian lapangan ini mengembangkan pembangunan 8 buah anjungan produksi yang memproduksi dari masing-masing 2
Saat ini hanya terdapat 5 anjungan produksi yang masing dalam kondisi aktif, yaitu UA, UB, UC, UYA dan UXA. Dan dikarenakan oleh kemampuan separator yang semakin menurun, hanya terdapat 4 separator yang dapat diaktifkan. Fluida dari UB dan UC dipisahkan oleh separator yang terdapat di UPRO. Fluida dari UXA menggunakan separtor produksi di UWJ, sementara UYA dan UA memanfaatkan separator produksi pada masing-masing anjungan tersebut (Gambar-3). Jaringan pipa permukaan pada lapangan uniform terdiri dari riser yang berupa pipa vertikal yang mengantarkan fluida dari anjungan ke dasar laut atau sebaliknya dan pipa yang tidur (laydown) pada dasar laut. Jaringan permukaan ini saling terhubung satu sama lain sehingga fluida dapat ditansportasikan ke stasiun penerima atau receiver. Terdapat 3 stasiun penerima yaitu JUCTION, B1C MOL dan B1C MGL (B1C MGL/MOL terletak pada satu anjungan). JUNCTION menerima liquid hasil separasi dari anjungan UB, UC dan UXA. B1C MOL menerima liquid hasil separasi dari UA dan UYA, sedangkan B1C MGL sebagai stasiun penerima produksi gas dari semua anjungan produksi. Aliran gas dari masing-masing separator saling terkait hingga Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
bertemu pada UWJ dan ditransportasikan menuju B1C MGL. Jaringan yang secara aktual masih aktif dapat dilihat pada Gambar-4. Isu Operasi Saat ini lapangan uniform mengalami penurunan produksi diantaranya disebabkan oleh keterbatasan fasilitas produksi di permukaan karena faktor usia yang sudah sangat tua. Ratarata sumur-sumur pada lapangan ini sudah mencapai 30 tahun, sedangkan fasilitas permukaan seperti jaringan pipa dan separator telah berumur 25-30 tahun tanpa penggantian. Isu yang saat ini ditemukan diantaranya: 1. Fasilitas produksi yang telah berusia sangat tua dan memungkinkan terjadi perubahan volume dan kapasitas. Selain itu sistem jaringan yang dibangun di waktu sebelumnya sudah tidak relevan bila masih digunakan pada saat ini. Sehingga frekuensi buka-tutup jaringan sangat tinggi yang dapat menurunkan tingkat productivitas. 2. Pressure drop yang sangat tinggi di beberapa jaringan pipa, diantaranya MOL UWJ-B1C, MOL UA-UWJ. 3. Back pressure yang saling mempengaruhi sehingga dapat menyebabkan matinya sumur-sumur dengan tekanan rendah, khususnya sumur-sumur pada anjungan UB dan UC. 4. Ketersediaan separator yang terbatas menyebakan sistem separasi yang kurang optimal sehingga menghasilkan kehilangan tekanan yang besar pada jaringan yang mengangkut fluida 3 fasa seperti pada UCUPRO dan UXA-UWA 5. Aliran tidak stabil di beberapa pipa (slug flow, intermittent) yang dapat menghasilkan back pressure pada jaringan yang lain. 6. Terdapat kandungan CO 2 yang dapat merusak alat produksi serta proses. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah: 1. Membangun jaringan pipa produksi permukaan dengan menggunakan software pipesim dengan melakukan history matching terhadap data peta tekanan dan laju alir sehingga diperoleh kondisi simulasi representatif. 2. Evaluasi terhadap kehilangan tekanan yang tinggi di setiap jaringan pipa dan mengidentifikasi penyebabnya 3. Melakukan optimasi produksi pada kondisi sekarang dengan tetap mempertimbangkan fenomena bottleneck dan back pressure. 4. Melakukan analisa efektifitas jaringan pipa dan improvisasi guna mendapatkan produksi yang lebih tinggi.
3
1.3 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Analisa data produksi dari hasil daily reading dan separator test seperti laju produksi, pressure incoming dan outgoing di setiap manifold serta komposisi fluida dari masing-masing source. 2. Studi literatur yang berkitan dengan mekanika fluida dalam pipa (fenomena bottleneck dan back pressure), sistem jaringan transportasi dan sistem operasi di lapangan. 3. Melakukan observasi langsung ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang lebih aktual terkait tentang isu operasi dan data lapangan. 4. Mengembangkan model jaringan Pipeline dengan menggunakan software pipesim sehingga merepresentasikan kondisi jaringan pipa di lapangan. 5. Melakukan optimasi produksi dari hasil evaluasi dengan mengembangkan skenarioskenario optimasi. 1.4 Batasan Penelitian Dalam penelitian tugas akhir ini, cakupan masalah yang akan diteliti memiliki batasan diantaranya: 1. Lingkup tinjauan penelitian dibatasi pada aliran di permukaan saja. Pengamatan dan evaluasi dilakukan dari manifold di kepala sumur hingga ditransportasikan ke stasiun penerima. 2. Dalam penelitian ini hal yang menjadi fokus utama adalah dalam membangun model jaringan yang aktual, jadi dalam melakukan history matching digunakan satu tinjauan data produksi dan pressure map pada tanggal 24 juni 2008. 3. Model yang dikembangkan adalah Black Oil model dengan aliran gas merupakan hasil pemisahan dari GLR. 4. Studi history matching yang dilakukan dengan batasan satu tekanan gas lift dan suction pressure di masing-masing stasiun penerima. 5. Masing-masing header memiliki tekanan balik maksimum yang dapat menyebabkan aliran terhambat. II. ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA 2.1 Teori Dasar Kehilangan Tekanan Aliran fluida dalam pipa sangat erat kaitannya dengan kesetimbangan masa dan energi. Masa yang masuk sama dengan masa yang keluar dikurangi masa yang terakumulasi. Sedangkan energi yang diperlukan untuk Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
mentransportasikan fluida harus sama jumlahnya terhadap energi yang tersisa pada keluaran ditambah dengan kehilangan energi akibat faktor grafitasi dan friksi. Dalam suatu sistem tekanan pada setiap titik dapat di determinasi dari Hukum Bernauli jika tekanan pada titik yang lain diketahui. Teorema Bernauli merupakan penurunan dari Teori Konservasi Energi yang ditunjukkan:
Z1 +
p1
ρ1
2
+
2
v1 p v = Z 2 + 2 + 2 + Z fl ..........(2.1) ρ2 2g 2g
Untuk aliran turbulen (Re ≥ 4000)
2ε 18.7 ..........(2.7) f 0.5 = 1.74 − 2 log + 0.5 d R f e
2.2 Kehilangan Tekanan pada Liquid Line Kehilangan tekanan pada pipa liquid dapat di determinasi dengan menurunkan persamaan 2.1 sehingga menjadi:
∆p = Dimana, darcy menunjukkan bahwa (Z fl ) merupakan head loss yang disebabkan oleh faktor gesekan pada satu titik dan titik yang lain yang ditunjukkan dengan persamaan:
Z fl =
2
f l v ..................................................(2.2) 2 g di
Friction factor merupakan fungsi dari bilangan Reynold yang tidak berdimensi:
N Re =
ρ d v ................................................ (2.3) µ
Dari persamaan 2.1 kehilangan tekanan pada satu fasa fluida dapat diturunkan menjadi persamaan di bawah ini:
dp dp dp dp = + + ...................... (2.4) dl dl elev dl fric dl acc Atau penurunan secara rinci bangan energi menjadi:
dari kesetim-
dp ρ g sin θ f ρ v ρ v dv + − × …… + − = − dl gc elev 2 gc d fric gc dl acc 2
…………………………………………….. (2.5) Untuk mendapatkan nilai f (friction factor ) dapat dihitung dengan memperhatikan regim aliran dan kecepatan aliran dengan menghitung nilai Reynold Number seperti ditunjukkan pada persamaan 2.3. Untuk aliran laminer (Re < 2000)
f =
4
64 .........................................................(2.6) Re
0.0000115 f (q L ) 2 γ L L di
5
.....................(2.8)
2.3 Kehilangan Tekanan pada Gas Line Aliran dalam pipa pada fasa gas memiliki efek thermal. Hal ini memungkinkan terjadinya perpindahan panas antara fluida dengan lingkungan sekitarnya baik terhadap udara, air dan tanah maupun terhadap faktor gesekan yang dapat menimbulkan transfer panas. Jika mengasumsikan aliran gas steady-state dan gas merupakan gas ideal dan memiliki friction factor konstant di sepanjang pipa, persamaan 2.1 dapat diturunkan menjadi:
p 2 − p1 = 25.2 2
2
γ g (q g ) 2 T f L di
5
............. (2.9)
Namun persamaan 2.9 dapat disederhanakan menjadi:
∆p = 12.6
γ g (q g ) 2 T f L p1 d i
5
......................... (2.10)
Saat:
p1 − p 2 〈 0.1 p1 Weymounth juga mengembangkan persamaan pressure loss dengan Reynold number yang besar dan friction factor mengikuti ukuran diameter pipa di dalam persamaan. Persamaan Weymouth setelah diturunkan dapat dilihat pada:
p 2 − p1 = 0.81 2
2
γ g (q g ) 2 T L di
5.33
.............. (2.11)
Persamaan Weymoth hanya dapat diaplikasikan secara effektif pada pipa yang relatif pendek dengan kecepatan aliran yang tinggi dan nilai Reynold Number yang tinggi. Pada pipa yang relatif panjang, dimana kecepatan aliran fluida relatif kecil, persamaan yang dapat digunakan Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
adalah persamaan Panhandle. Friction factor pada persamaan ini tergantung pada ukuran pipa dan regim aliran fluida di dalam pipa. Persamaan Panhendle yang telah diturunkan adalah:
p 2 − p1 = 0.2 2
2
γg
0.96
(q g )
Ed i
1.96
4.96
TL
.....(2.12)
Dimana E merupakan konstanta flow efficiency dengan nilai 1 untuk pipa yang relatif baru, 0.92 untuk pipa dengan kondisi menengah dan 0.85 untuk pipa dengan kondisi yang relatif kurang baik. Persamaan-persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi pressure loss di sepanjang pipa transportasi hidrokarbon di permukaan, sehingga memudahkan dalam analisa permasalahan yang terjadi akibat pressure loss yang tinggi dan juga dapat membantu dalam dalam menentukan friction factor pada suatu pipa pada tahap studi sensitivitas.
history matching terhadap data produksi dan pressure map yang terekam secara lengkap di lapangan. Model yang telah sesuai dengan keadaan sebenarnya kemudian digunakan untuk mengembangkan studi optimasi dan kalkulasi kapasitas optimum pada jaringan yang telah mengalami penurunan kualitas akibat usia yang sudah tua. Secara lengkap metodologi pengembangan model jaringan pipeline dapat dilihat pada Gambar-3. Operation and Facilities
Dalam pengembangan model jaringan Pipeline di lapangan Uniform digunakan software pipesim 2007.1. Software ini merupakan simulator yang mengakomodasi sitem produksi minyak dan gas dari dasar sumur hingga stasiun penerima (receiver). Namun sesuai batasan pada penelitian ini model jaringan yang dibangun hanya dari manifold di kepala sumur hingga receiver. Hal ini tidak mengurangi ketelitian dalam memperoleh model yang sama dengan sebenarnya, namun analisa hanya dapat dilakukan secara umum pada masing-masing manifold, tidak berdasarkan per sumur. Worksheet yang dipakai adalah network dengan black oil model sebagai model fluida yang dikembangkan. Keunggulan software pipesim seri baru ini adalah terdapat in line separator sehingga memungkinkan pengem-bangan model yang terintegrasi antara jaringan liquid dan gas. Data-data yang diperlukan dalam mengembangkan model diantaranya data properti fluida, data laju produksi, data suction pressure, dan data profil dan geometri pipeline. Pengembangan model jaringan pipa yang menggunakan simulator disesuaikan dengan pipeline diagram yang terdapat di lapangan sehingga diperoleh model simulasi yang serupa dengan kondisi di lapangan. Dengan melengkapi data-data yang diperlukan, maka diperoleh model yang sesuai dengan profil dan geometri serta fasilitas produksi di lapangan. Model yang didapat dari pengembangan data tersebut baru berupa inisialisasi dan masih diperlukan studi 5
Fluids Composition
Data Gathering
Actual Field Observation Model Development
First Validation
No
III. MODEL JARINGAN PILELINE 3.1 Metodologi
Production Data
No
Yes
Second Validation
Sensitivity Analysis Matching Yes Process Optimization
Process Improvement
Recommendation
Gambar 3- Metodologi Penelitian 3.2 Peta Jaringan Pipeline Uniform Model jaringan pada simulasi dibuat berdasarkan peta jaringan pipa transportasi di lapangan. Dari hasil observasi di lapangan peta jaringan pipa yang masih aktif dapat dilihat pada Gambar-4. Terdapat 5 buah anjungan produksi yang masih aktif, UA, UB, UC, UXA, dan UYA dan 2 anjungan junction, UPRO dan UWA. Pada saat melakukan penelitian ini sumur-sumur yang aktif mengalir hanya 14 sumur (Tabel-1). Fluida dari UB dan UC ditransportasikan ke production separator (P/S) di flow stasion (F/S) UPRO dalam kondisi tiga fasa. Dari P/S di UPRO, liquid masuk lagi ke atmosferik separator dan kemudian di pompakan ke UWA. Sementara gas hasil separasi di P/S UPRO ditransport ke UYA dan gas dari atmosferik separator di bakar (flared). Fluida dari UYA dipisahkan oleh P/S kemudian gas UYA bergabung dengan gas UPRO dan ditransportasikan ke UA. Sementara liquid juga ditransportasikan secara terpisah ke Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
UA. Fluida dari UA di pisahkan oleh P/S UA kemudian gas bergabung dengan gas dari UYA dan UPRO, sementara liquid bergabung dengan liquid dari UYA. Gas dan liquid yang telah bergabung di UA ditansportasikan secara terpisah ke UWJ. Di UWJ liquid dari UA by pass menuju stasiun penerima B1C MOL. Masih terdapat satu anjungan aktif yaitu UXA yang mentransportasikan fluida ke P/S di UWJ dalam kondisi 3 fasa. Liquid dari UXA bergabung dengan liquid dari UPRO kemudian ditransportasikan ke stasiun Penerima JUNCTION, sementara hasil pemisahan gas bergabung dengan gas dari UA, UYA, UB dan UC untuk di alirkan ke B1C MGL.
Gambar 4 – Jaringan aktif pada Lapangan Uniform
UA
Tabel 1- Sumur-sumur aktif UB UC UYA UXA On Line Well (current date)
UA-5ST UB-3L
UC-3S UYA-3L UXA-1S
UA-7L
UB-4L
UC-4S
UXA-3ST
UA-7S
UB-4S
UC-5
UXA 4L UXA 4S
3.3 Asumsi dan Data Masukan Data Konstant Untuk membangun model jaringan pada simulator diperlukan asumsi dan data masukan sehingga model dapat dikembangkan secara sederhana namun tetap dapat merepresentasikan jaringan yang sebenarnya seperti di lapangan. Data utama yang dibutuhkan dalam pembuatan model adalah profil dan geometri jaringan pipa yang masih aktif (Tabel 8 dan 10), properti black oil model pada masing-masing manifold (Tabel 7), data produksi (Tabel 9) dan pressure map pada satu waktu produksi (Gambar 23). Asumsi Lapangan Lapangan uniform telah mengalami declining sehingga saat ini sistem produksi menggunakan 6
pengangkatan buatan berupa gas lift. Dalam penelitian ini, fasilitas yang akan dievaluasi adalah fasilitas produksi di permukaan dan mengabaikan sistem produksi masing-masing sumur. Dengan demikian tidak dilakukan sensitivitas terhadap laju injeksi gas lift dan diasumsikan bahwa laju injeksi gas lift adalah konstant pada tekanan 625 psi dan konsumsi gas pada masing-masing sumur adalah konstant. Data produksi yang digunakan adalah data pada masing-masing anjungan dengan asumsi bahwa bukaan choke dan control valve tetap. Dengan demikian model yang dibuat akan berdasarkan inflow performance di manifold yang tetap. PQ curve data di masing-masing header terlampir pada Tabel 11. Data tersebut sangat minim karena data harus divalidasi terhadap sumursumur yang hidup pada tanggal 24 juni 2008 dan bergantung pada ada dan tidaknya pembacaan pressure map dari operator. Hal ini dikarenakan operator tidak setiap hari melakukan daily reading ke semua header. Sumur-sumur yang dibuka pun tidak seterusnya sama. Data PQ curve yang minim tersebut harus di ekstrapolasi sehingga diperoleh performa aliran pada setiap tekanan. Sehingga diperlukan pula asumsi tekanan maksimum di masing-masing manifold yang dapat menyebabkan manifold tidak dapat mengalir lagi. Data tekanan maksimum di header yang dapat menyebabkan sumur-sumur tidak dapat mengalir lagi terdapat dapat dilihat pada Tabel 2. Sebagai bentuk inisialisasi dalam pembuatan model, digunakan satu data produksi dan data pressure map pada tanggal yang sama yaitu 24 juni 2008. Sedangkan suction pressure di receiver juga diasumsikan sesuai penunjukan pressure gauge pada tanggal yang sama (Tabel 3). Tabel 2- Tekanan Maksimum di Header yang menyebabkan Back pressure Platform Max P @Header UA 200 UB 150 UC 150 UXA 170 UYA 195 UWA P/S 110 UV-1 UPRO P/S 120 Tabel 3- Tekanan bacaan pada pressure gauge di masing-masing receiver B1C B1C JUNCTION MGL MOL (NGL) Psig Pressure
60
30
11
Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
Asumsi Pipesim Dalam membangun jaringan pipa permukaan menggunakan pipesim, digunakan asumsi korelasi sehingga model yang dibangun diharapkan sesuai dengan korelasi fluida dan pipa di lapangan. Tabel 4- Korelasi yang digunakan pada Pipesim Worksheet
Network
Model Solution Gas Correlation
Black Oil
Dead Oil Viscosity Live Oil Viscosity Undersaturated Oil Viscosity Single Face
Lasater Beggs & Robinson Chew & Connally Vasques &Beggs Moody
3.4 Inisialisasi Tahapan selanjutnya adalah membangun model dengan menggunakan simulator sesuai dengan peta jaringan aktif di permukaan, dan memasukkan data-data yang diperlukan. Model yang telah dikembangkan, kemudian disimulasikan untuk mendapatkan peta penyebaran tekanan pada setiap junction dan header. Peta jaringan beserta penyebaran tekanan yang diperoleh dari hasil simulasi menunjukkan kondisi ideal dari sistem dengan tanpa mempertimbangkan keadaan jaringan yang sudah tua, dimana terdapat distorsi-distorsi pada sistem jaringan. Model inisialisasi ini berguna untuk membandingkan antara model aktual di lapangan dengan model ideal dalam simulasi (Gambar 24). Dari hasil inisialisasi ditunjukkan bahwa penyebaran tekanan pada jaringan Uniform berbeda jauh dengan data aktual di lapangan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5- Perbandingan Pressure drop antara keadaan ideal dan aktual Nama Pressure drop Status Pipa (psi) Ideal Aktual MOL 1 34 UWA - Junction MOL 1 15 UPRO - UWA MOL 0 10 UYA - UA MOL 0 60 UA - UWJ MOL 6 55 UWJ-B1C MGL 23 35 UWA - B1C MGL 5 5 UA - UWJ MGL 2 5 UYA - UA MGL 0 5 UPRO - UYA 3 Fasa 3 20 UXA - UWJ 7
UC - UPRO UB - UPRO
3 Fasa 3 Fasa
1 2
20 3
Dari hasil analisa terhadap model simulasi, diketahui bahwa pressure drop yang terjadi di sepanjang beberapa pipa sangat tinggi. Namun kondisi ini masih tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain yang menyebabkan kehilangan tekanan yang besar seperti friksi, kekasaran pipa dan persamaan aliran dalam pipa. Pada tahap inisialisasi, model yang dibuat menggunakan persamaan aliran yang umumnya digunakan oleh pipesim yaitu menggunakan korelasi Beggs and Brill dengan friction factor satu dan roughness pipa 0.0001. Dengan demikian untuk melakukan evaluasi terhadap jaringan pipa pada kondisi sekarang, diperlukan studi sensitivitas terhadap persamaan aliran pada masing-masing pipa, estimasi friction factor dan roughness utnuk setiap pipa sehingga akan dapat dievaluasi permasalahan-permasalahan yang mungkin terdapat di lapangan. IV. STUDI SENSITIVITAS 4.1 Metodologi Studi sensitivitas merupakan aktualisasi model jaringan dari hasil simulasi menjadi model yang representatif seperti keadaan di lapangan. Model yang telah dibangun pada tahap sebelumnya baru merupakan gambaran ideal kondisi jaringan pipa di lapangan bila tidak menemukan masalah seperti penyempitan, back pressure, non separating fluida, dll. Secara ideal semakin kecil tekanan yang sampai ke manifold akibat adanya kehilangan tekanan di sepanjang pipa maka semakin besar laju alir yang dapat ditarik dari reservoir, sehingga meningkatkan productivity index. Keadaan ini dapat digambarkan dalam kurva IPR (Gambar 5) atau PQ curve bila curva produksi diletakkan di titik manifold (kepala sumur). Pada tahap awal, sensitivitas dilakukan untuk satu waktu produksi yaitu tanggal 24 Juni 2008. Sensitivitas dilakukan untuk satu waktu peta tekanan di permukaan dan satu laju alir fluida beserta properti-propertinya seperti GLR dan BS & W. Hal ini untuk mempermudah dalam memperoleh model yang representatif sebab pada kondisi lapangan data-data seperi laju alir dan penyebaran tekanan selalu berubah-ubah sesuai pembukaan control valve. Model jaringan yang telah representatif dan mewakili permasalaha-permasalahan yang mungkin terjadi di lapangan baru kemudian dilakukan sinsitivity terhadap laju alir untuk setiap perubahan tekanan di header dengan melengkapi PQ curve pada masing-masing header.
Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
pressure loss pada pipa gas umumnya masih dalam batasan yang wajar. Dengan demikian sinsitivitas yang dilakukan hanya terhadap pipapipa liquid dan pipa-pipa fluida 3 fasa. Dengan menggunakan system analysis, diperoleh grafik pembacaan diameter dalam pipa yang diprediksi oleh simulator berdasarkan pressure loss yang terjadi pada pipa tersebut (Gambar 2532). Diameter masing-masing pipa hasil prediksi dapat dilihat pada Tabel 6.
Gambar 5- IPR di Bottom hole 4.2 Sensitivitas Cabang
Terhadap
Diameter Sensitivitas terhadap diameter dalam (inside diameter) pada masing-masing pipa dilakukan dengan menggunakan simulator pipesim. Jaringan dibuat dalam bentuk satu cabang dan dibangun satu-per-satu (Gambar 6). Dengan memasukkan data laju alir fluida, properti fluida dan pressure incoming-outgoing di sepanjang pipa, simulator akan menganalisa diameter dalam pipa yang kemungkinan masih terdapat secara aktual di lapangan. Sehingga dapat disimpulkan apakah pipa mengalami degradasi ukuran diameter atau masih dalam kondisi baik.
Pipeline
OUTPUT
Gambar 6- Jaringan per Cabang Dari analisa sebelumnya diketahui bahwa pressure loss yang tinggi terdapat pada pipa-pipa yang mengalirkan liquid (MOL) dan pipa-pipa yang mengalirkan fluida tiga fasa. Sedangkan 8
Nama Pipa
Status
UWA - Junction UPRO - UWA UYA - UA UA - UWJ UWJ-B1C UWA - B1C UA - UWJ UYA - UA UPRO - UYA UXA - UWJ UC - UPRO UB - UPRO
MOL MOL MOL MOL MOL MGL MGL MGL MGL 3 Fasa 3 Fasa 3 Fasa
Masing-Masing
Pada tahapan pertama dalam melakukan sensitivitas, analisa dilakukan per masingmasing pipa (cabang). Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan trial and error agar didapat kondisi aktual. Sensitivitas pada tiap cabang ini dilakukan terhadap diameter dalam pipa.
INPUT
Tabel 6- Perbandingan antara diameter dalam pipa aktual dan hasil prediksi pipesim (ketebalan pipa=0.5 inch) ID Design (inch) 15 15 5 9 11 15 15 11.75 11.75 11.75 11.75 8
ID Pipesim (inch) 13 12 2.7 5.85 7.85 15 15 11.75 11.75 11.7 11 8
Dari pengamatan terhadap hasil prediksi yang dilakukan oleh simulator, ditemukan bahwa terdapat perbedaan keadaan pipa antara kondisi aktual dan perhitungan hasil simulasi. Khusunya pada Pipa UYA-UA, UA-UWJ, dan UWJ-B1C, perbedaan diameter dalam pipa antara kondisi aktual dengan hasil simulasi menunjukkan perbedaan yang besar. Begitu pula pada pipa UPRO-UWJ dan UWJ-JUCTION juga menunjukkan perbedaan keadaan antara kondisi pipa aktual dan simulasi. Sebagai analisa awal, dapat disimpulkan bahwa pada pipa-pipa tersebut terdapat permasalahan mekanik yang menyebabkan pipa bertambah sempit. Hal ini dapat disebabkan oleh scalling, unseparated fluids, ataupun restriksi lainnya. Sehingga diperlukan perhatian khusus agar analisa yang dihasilkan menunjukkan jawaban atas permasalahn yang terjadi pada kondisi yang sebenarnya. Panjang Equifalen Analisa terhadap panjang pipa transportasi juga merupakan faktor penting dalam melakukan studi sensitivitas. Terlebih lagi, pada penelitian ini, data profil pipa yang terbenam di dasar laut hanya mengikuti bentuk seperti letter U dan tidak dilengkapi data undulasi yang lengkap (Gambar 7). Dengan demikian perlu ditambahkan equivalen length sehingga diharapkan model yang dibangun mendekati keadaan di lapangan. Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
Input Flow
Output Flow
Riser
Riser Laydown Pipe
Gambar 7- Skematik profil pipa di dasar laut yang membentuk letter U Panjang equivalent yang ditambahkan pada studi sensitivitas ini maksimum 1/3 dari jarak pipa antar Platform. Hal ini disesuaikan juga dengan pressure drop yang terjadi pada masing-masing pipa. Jika untuk mendapatkan peta tekanan yang match dengan lapangan, penambahan panjang pipa lebih dari 1/3 nya, maka penambahan hanya dilakukan hingga maksimum 1/3 dan pressure loss yang tinggi tersebut disesuaikan dengan sensitivitas yang lain. Dan dapat dipastikan bahwa memang terdapat permasalahan mekanis pada pipa maupun fluida itu sendiri. Penambahan panjang equivalen dapat dilihat pada Tabel 12. Korelasi Aliran Pada tahapan inisialisasi, korelasi aliran dalam pipa yang digunakan adalah korelasi Beggs and Brill Original. Korelasi ini dipakai untuk semua pipa dengan asumsi friction factor sama dengan satu dan hold up factor sama dengan satu. Sensitivitas korelasi aliran disesuaikan dengan pressure loss yang terjadi di sepanjang pipa. Dengan melakukan flow correlation mathcing pada pipesim, maka didapat korelasai yang paling mendekati dengan tekanan di sepanjang pipa.
Korelasi TBB Tekanan Outlet 110 psig
Gambar 8- Flow correlation Matching
9
Sebagai contoh pada Gambar 8, dilakukan flow correlation matching pada jaringan UXA, tekanan aktual inlet 130 psig dan tekanan outlet 110 psig dengan laju alir 2458 BFPD. Sensitivitas dilakukan terhadap beberapa flow correlation dan dari pengamatan terhadap hasil sensitivitas flow correlation yang paling mendekati adalah TBB (Tulsa Begss and Brill). Untuk semua pipa, dilakukan hal yang sama sehingga didapat korelasi yang tepat untuk masing-masing pipa. 4.3 Sensitivitas Jaringan Jaringan yang dibangun pada tahap sebelumnya hanya dilakukan terhadap satu waktu produksi dan dilakukan per masing-masing bagian pipa. Hasil sensitivitas tersebut dimasukkan ke dalam properti jaringan yang terintegrasi dan dianalisa apakah model tetap representatif dengan keadaan aktual. Pada saat jaringan dibangun secara integrasi, terdapat efek-efek back pressure yang saling berhubungan sehingga sensitivitas pada masing-masing bagian di tahap sebelumnya tidak sepenuhnya benar. Untuk itu perlu dilakukan sensitivitas terhadap jaringan yang telah terintegrasi. Sensitivitas dilakukan antara lain dengan menganalisa kembali diameter dalam pipa, flow correlation dan friction factor dari masing-masing pipa. Selain itu dilakukan juga sensitivitas terhadap control valve di jaringan outgoing pipa gas dan memasukkan data PQ curve sehingga laju alir menjadi representatif terhadap perubahan tekanan. Geometri Pipa Pada saat sensitivitas terhadap diameter, ditemukan beberapa pipa dianggap mengalami penurunan ID diindikasikan dari kebutuhan tekanan yang besar pada inlet untuk menghantarkan fluida ke outlet karena pressure drop yang tinggi di sepanjang pipa. Namun hal ini tidak sepenuhnya dapat dipakai ketika dimasukkan ke dalam properti pipa yang telah terintegrasi menjadi jaringan yang kompleks dan saling berhubungan. Ketika nilai geometri yang diperoleh dari sensitivitas per segmen tersebut dimasukkan ke dalam jaringan yang didapatkan adalah pressure loss melebihi keadaan di lapangan. Oleh karena itu diameter pipa yang mengalami dianggap mengalami pengurangan dikembalikan pada nilai semula dan diamati kesamaan model dengan keadaan aktual. Diantara pipa yang mengalami perubahan dari tahap sensitivitas per segmen ke sesitivitas jaringan adalah UYA-UA, UA-UWJ dan UWJB1C. Perubahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.
Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
Choke Sensitivitas Choke sensitivitas dilakukan pada setiap pipa outgoing gas di separator. Hal ini untuk memberikan keadaan pada simulator untuk memperhitungkan control valve yang ada di separator. Selain itu choke sensitivitas digunakan untuk mewakilkan adanya penyempitan di sepanjang pipa-pipa tertentu atau kehilangan tekanan yang tinggi akibat faktor lain berupa aliran fluida yang tak terseparasi dengan baik.
dijadikan acuan dalam peramalan optimasi produksi. PQ curve yang dibangun bertujuan untuk memberikan persamaan aliran di setiap header dan juga sebagai acuan bagi simulator untuk menentukan tekanan maksimum dan laju alir maksimum. Karena keterbatasan data, ekstrapolasi yang dilakukan disesuaikan dengan asumsi batasan tekanan maksimum di header. Preliminary IPR 160
140
y = -6E-09x 3 + 5E-05x 2 - 0.128x + 251.55 R2 = 0.8058
130
y = -0.0073x + 148.53 R2 = 0.9401
UA
Psig
UB UC
120
UXA UYA 110
y = -0.0164x + 155.17 R2 = 0.996
100
90
80 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
BFPD
Gambar 9- PQ curve dari data lapangan IPR at Manifold 180
160
140
120 UA 100
UB
psig
Penambahan choke diaplikasikan pada semua pipa outgoing gas pada separator. Ukuran choke disesuaikan dengan tekanan kerja separator di lapangan, sebab dari hasil pengamatan di lapangan antara tekanan kerja separator dan perssure gauge di outgoing pipa gas mengalami pressure drop beberapa psig. Choke juga diaplikasikan di pipa liquid UA-UWJ dan UWJB1C sebab pada pipa ini pressure drop sangat tinggi dan tidak mungkin dilakukan pengurangan ID mengingat pipa ini merupakan pipa baru yang pengerjaannya baru dilakukan pada tahun 2007. Jadi kecil kemungkinan pressure drop yang tinggi akibat restriksi atau penyempitan namun lebih dikarenakan terdapat gas yang masih dapat release di dalam pipa akibat sistem separasi yang kurang optimal.
y = -2E-06x 2 + 0.0045x + 149.41 R2 = 0.9962
y = -0.1765x + 160.65 R2 = 1
150
UC UXA
80
UYA 60
PQ curve Pada studi sensitivitas baik yang dilakukan per segmen maupun secara terintegrasi, data laju produksi yang digunakan hanya pada satu waktu tertentu yaitu pada tanggal 24 Juni 2008. Model yang telah matching tersebut harus dapat digunakan dalam proses peramalan dimana harus akan dilakukan minimalisasi kehilangan tekanan di sepanjang pipa sehingga laju produksi yang dapat dibawa menjadi besar. Laju produksi merupakan elemen dependet terhadap tekanan. Semakin kecil tekanan yang sampai di kepala sumu, maka semakin besar differential pressure ke dalsar sumur sehingga dapat meningkatkan laju alir fluida. Untuk itu diperlukan data IPR ata PQ curve di masing-masing header sehingga memberikan persamaan pada laju alir terhadap tekanan. Data laju alir fluida diperoleh dari observasi di lapangan dan harus disesuaikan dengan asumsi model yang dibangun. Tidak semua data dapat dipakai mengingat jumlah sumur yang hidup sering mengalami perubahan. Demikian pula dengan pembacaan tekanan, operator di lapangan tidak setiap hari melakukan pembacaan pressure gauge di semua header. Dengan demikian dengan data yang terbatas, harus dilakukan sensitivitas terhadap laju alir dan tekanan sehingga model tetap representatif dan dapat 10
40
20
0 0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
BFPD
Gambar 10- Ekstrapolasi PQ curve dari data lapangan
Gambar 11- Ekstrapolasi PQ curve disesuaikan dengan data tekanan maksimum di header Gambar 9 merupakan grafik dari data lapangan yang terbatas, kemudian dilakukan ekstrapolasi terhadap data tersebut (Gambar 10) dan diperoleh tekanan maksimum yang masih dapat bekerja melebihi tekanan maksimum header dan separator. Dengan demikian ekstrapolasi tersebut harus dibatasi pada tekanan maksimum pada Tabel 2. Maka data dari ekstrapolasi pada Gambar 11 inilah yang dijadikan acuan dalam Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
mendapatkan model dan proses optimasi produksi. Namun perlu diketahui, dengan memasukkan data dari Grafik pada gambar 11 akan terjadi penyimpangan laju produksi dari data history matching. 4.4 Validasi Model yang telah dibangun dan dinyatakan representatif terhadap peta tekanan dan laju alir harus di validasi untuk membuktikan bahwa model yang dibangun representatif dengan keadaan aktual dan aplikatif terhadap perubahanperubahan yang terjadi di lapangan. Validasi dilakukan terhadap 3 waktu produksi, yaitu pada tanggal 24 Juni 2008, 23 Juli 2008 dan 18 Agustus 2008. Tabel hasil validasi dilampirkan pada Tabel 11. Validasi pertama terhadap waktu yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan model yaitu 24 Juni 2008, namun dengan validasi dilakukan setelah dimasukkan persamaan PQ curve. Validasi kedua dilakukan terhadap kondisi lapangan pada tanggal 23 Juli 2008. Pada saat itu UB dan UC dalam keadaan tidak mengalir (shut in) karena terdapat pekerjaan penggantial spool yang bocor. Validasi kedua ini membuktikan bahwa dengan melakukan shut in pada simulasi, tekanan di header UA dan UXA mirip dengan keadaan lapangan dengan error 8 %. Validasi ketiga yaitu terhadap data lapangan pada tanggal 18 Agustus 2008, dimana semua Platform dalam keadaan mengalir kecuali UYA. Dengan melakukan shut in UYA pada simulasi, hasil peta tekanan menunjukkan keadaan yang hampir sama dengan error 1-11 %. Validasi yang diamati hanya terhadap peta tekanan yang sampai ke header.Sementara validasi laju alir dapat diabaikan karena tidak sepenuhnya keadaan di lapangan pada tanggaltanggal tersebut sama dengan batasan pada penelitian ini yaitu jumlah sumur-sumur yang mengalir sama sehingga PQ curve tidak berubah. Dan hal ini pula lah yang menyebabkan terjadinya error pada proses validasi, namun nilai error dapat dikategorikan pada taraf wajar. Dengan demikian model yang dibangun dapat dinyatakan valid dan dapat digunakan pada tahap selanjutnya yaitu optimasi. 4.5 Evaluasi Model yang dibangun telah dinyatakan representatif dengan keadaan sebenarnya dan valid terhadap peramalan. Dengan menganalisa model yang telah dibangun, didapatkan kondisi yang mewakili keadaan sesungguhnya di lapangan. Pressure drop yang tinggi tersebut diantaranya karena disebabkan oleh restriksi 11
yang besar di beberapa pipa akibat adanya penyempitan, fluida di transportasikan dalam keadaan 3 fasa dan juga dapat disebabkan oleh fluida yang flush atau tidak terseparasi secara sempurna sehingga memungkinkan munculnya aliran 3 fasa dalam pipa. Pada stuid sensitivitas pipa-pipa yang dianggap mengalami permasalahan diantaranya UWJ-Juction, UPROUWA, UYA-UA, UA-UWJ dan UWJ-B1C. Semau pipa pengangkut liquid tersebut dilakukan sensitivitas diameter seperti ditunjukkan pada Tabel 6. Pengurangan Diameter Dalam Pada umumnya kondisi pipa pada lapangan Uniform dalam keadaan baik dimana pipa yang mengalami pengurangan ID hanya di beberapa pipa saja. Pada tahapan studi sensitivitas pipa yang dinyatakan mengalami pengurangan ID diantaranya pipa liquid UPRO-UWJ dan UWJJUNCTION. Unseparatesed Fluids Salah satu yang menyebabkan pressure loss yang tinggi di sepanjang pipa di lapangan Uniform adalah fluida tidak terseparasi menjadi satu fasa, namun karena keterbatasan areal maupun fasilitas sistem, dewatering di lokalisasikan pada central plan di B1C. Liquid 2 fasa tersebut tentunya memberikan pressure loss yang tinggi sehingga tekanan header ikut tinggi yang mengakibatkan menurunnya tingkat produktivitas aliran. Pressure loss ini dialami oleh hampir semua pipa transportasi liquid. Khusus untuk pipa UXA-UWJ atau UC-UPRO, pressure loss menjadi lebih besar karena fluida di transportasikan dalam keadaan 3 fasa. Oleh karenannya, pada dasarnya pressure loss tersebut diakibatkan bukan oleh permasalahan mekanis dari pipa namun oleh fluida itu sendiri. Flushing Gas Dari hasil sensitivitas yang dilakukan pipa liquid UA-UWJ dan UWJ-B1C mengalami ekstrim sensitivity, dimana sensitivitas ID dilakukan sangat berbeda jauh dengan keadaan aktual. Sebagai catatan bahwa, pipa UA-UWJ merupakan pipa yang baru saja dilakukan replasement job atau penggantian pipa yang dilakukan pada tahun 2007, sementara pipa UWJ-B1C merupakan pipa ex-gas lift yang dijadikan pipa transportasi liquid dari UWJ menuju B1C. Sangat kecil kemungkinan telah terjadi kesalahan dalam pemasangan pipa atau timbulnya penyempitan karena pipa-pipa ini baru beroperasi selama kurang dari 1 tahun. Analisa terhadap jaringan ini lebih dikarenakan oleh tingginya tekanan separator di UA yang menyebabkan fluida tidak terseparasi secara sempurna dan memungkinkan munculnya Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
flushing gas saat ditransportasikan sehingga meningkatkan pressure loss di sepanjang pipa. V. OPTIMASI PRODUKSI 5.1 Analisa Kapasitas Lapangan Uniform merupakan lapangan tua yang telah dibangun sejak 1975, hingga saat ini banyak fasilitas yang telah mengalami penurunan kualitas bahkan beberapa fasilitas produksi seperti separator sudah tidak berfungsi lagi. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah menghitung kapasitas optimum yang masih dapat ditampung atau dialirkan pada fasilitas produksi. Metode dalam penghitungan kapasitas optimum ini yaitu dengan melakukan penambahan laju alir secara bertahap di setiap Platform. Laju alir yang di tambahkan nantinya akan mencapai optimum bila jumlah produksi tidak mampu lagi naik atau bahkan menjadi menurun. Dalam menghitung kapasitas optimum yang harus diperhatikan juga adalah tekanan maksimum yang masih mampu di tahan oleh peralatan tersebut. Tekanan tinggi yang dicapai oleh peralatan selain diakibatkan oleh penambahan laju produksi di Platform tersebut, juga dapat disebabkan oleh naiknya produksi di Platform yang lain sehingga memberikan efek back pressure. Model yang dibangun telah dinyatakan representatif dan mampu mengakomodasi perhitungan kapasitas optimum ini.
Dari data yang diperoleh ditunjukkan bahwa kapasitas optimum dari masing-masing Platform meningkat bila UYA di shut in. Kapasitas optimum ini sebagai konsederasi dari adanya back pressure yang dapat membuat sumur-sumur tak mampu mengalir dan tekanan yang masing mampu ditahan oleh separator di masing-masing Platform. Kapsitas UA 2000 BFPD, UB 3000 BFPD, UC 2800 BFPD, UXA 2400 BFPD. Sementara UYA tidak dilakukan tunning mengingat kenaikan produksi di UYA akan mengakibatkan matinya sumur-sumur pada Platform yang lain. Jika UYA di shut in, kapasitas optimum yang dapat dicapai oleh masing-masing Platform meningkat, UA 2700 BFPD, UB 6000 BFPD, UC 7000 BFPD, UXA 2900 BFPD. Lebih dari itu, total produksi di lapangan ini akan menurun karena separator produksi dengan sendirinya akan mati sehingga menurunkan jumlah produksi. Namun jika jaringan produksi ini dialirkan fluida dalam keadaan bersamaan maka jalu optimum yang mampu di tampung adalah 14682 BFPD dengan masing-masing laju produksi UA 2033 BFPD, UB 3018 BFPD, UC 7000 BFPD, UXA 2635 BFPD, dengan catatan UYA di shut in. Pembukaan yang lebih dari yang disebutkan diatas akan menyebabkan back pressure pada platform yang lain atau dapat mengakibatkan matinya separator produksi. Hasil tunning secara lengkap ditunjukkan oleh grafik pada Gambar 12. Recapitulation Tunning
12
9000
50
8000
45 40
7000
35 6000
5000 25 4000
MMSCFPD
30 BFPD
Perhitungan optimum dilakukan sebanyak total 62 kali penambahan, dengan rincian UA sebanyak 13 kali penambahan bertahap, UB sebanyak 18 kali penambahan bertahap, UC sebanyak 15 kali penambahan bertahap, UXA sebanyak 10 kali penambahan bertahap, dan UYA sebanyak 6 kali penambahan bertahap dan masing masing dilakukan tiap-tiap Platform dengan interval jalu produksi 500 BFPD, namun UYA dengan interval 25 BFPD mengingat back pressure yang diakibatkan oleh pletform ini sangat besar. Tunning laju produksi dimulai dari 1000 BFPD hingga 7000 BFPD tergantung pada kapasitas yang mampu ditahan oleh vessel dan tidak menyebabkan Platform yang lain menjadi mati. Pada saat melakukan tunning di salah satu Platform, maka Platform yang lain dibiarkan secara otomatis memberikan laju produksinya sesuai tekanan yang sampai pada masing-masing header. Hal ini dilakukan satu-persatu dan begitu seterusnya. Maka diperoleh Tabel produksi (Tabel 14)yang banyak, namun yang ditampilakan pada penelitian ini hanya laju-laju produksi yang kritis, diantaranya yang menyebabkan back pressure atau pada saat vessel sudah tidak mampu menahan besarnya laju alir yang ditambahkan.
OIL GAS
20 3000 15 2000
10
1000
5
0
0 1 3 5 7 9
12 14
17 19 21 23 25 27
30 32 34 35 37 39 41 43 45 47 48 50 51 53 55
58 60
63 65 67
Scenario
Gambar 12- Tunning produksi 5.2 Pengembangan Permukaan
Scenario
Jaringan
Base Case Base Case merupakan model jaringan awal yang telah matching dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Model jaringan ini telah memberikan peta tekanan dan laju alir yang representatif terhadap kondisi aktual. Model ini akan digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan skenario produksi dan akan dibandingkan dengan skenario-skenario optimasi sehingga Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
dapat dipastikan skenario mana yang memiliki tingkat produktivitas tertinggi. 145# 101#
145# 1968 BFPD 140#
155#
107#
110# 130# 2488 BFPD
32 BFPD
109#
85#
94#
155#
135# 2523 BFPD
46#
61#
114#
5#
119# 3223 BFPD
11# 8221 BFPD; WC: 61 %
60#
30#
20 MM
0#
2000 BFPD; WC: 9 %
Gambar 13- Base Case Skenario ke-1: Pigging Dari hasil analisa terhadap studi sensitivitas, ditemukan bahwa telah terjadi pengurangan diameter dalam pipa khususnya pada pipa liquid UPRO-UWJ dan UWJ-JUCTION. Sebagai bentuk analisa daripengurangan ID ini, dapat disimpulkan bahwa kondisi ini disebabkan oleh telah terjadinya restriksi yang cukup besar di sepanjang pipa. Dengan demikian dikembangkan skenario untuk dilakukannya pigging di jaringan tersebut dengan harapan penyempitan yang terjadi dapat di kurangi.
Setiap Platform di lapangan Uniform pada dasarnya dilengkapi oleh separator produksi yang memisahkan liquid dan gas. Separator produksi di UXA dalam beberapa kurun waktu terakhir mengalami kebocoran dan tidak aktif lagi. Skenario ini dikembangkan untuk melihat kembali seberapa besar laju produksi yang dapat dihasilkan jika separator produksi di UXA di aktifkan kembali. Dan hasilnya adalah tekanan outgoing di UXA berkurang sebagai akibat dari pressure loss yang rendah karena fluida ditransportasikan dalam fasa yang terpisah. Dengan demikian laju produksi di UXA dengan sendirinya meningkat sebesar 2196 BOPD atau mengalami kenaikan sebesar1158 BOPD dari Base Case.
147# 1899 156# 31 BFPD
139# 2241
110# 5229
122# 10512 BFPD; WC:
22
1930 BFPD;
3042
Gambar 15- Aktivasi P/S di UXA 100#
145# 1967 BFPD
106#
130# 2485 BFPD
28#
155# 32 BFPD
95# 135# 2521 BFPD 33# 118# 3245 BFPD
8253 BFPD; WC: 61 %
20 MM
2000 BFPD; WC: 9 %
Gambar 14- Pigging Dari hasil yang ditunjukkan, skanario ini sama sekali tidak memberikan peningkatan laju produksi. Hal ini lebih dikarenakan oleh tidak terpengaruhnya header meskipun pressure loss yang besar di sepanjang pipa tersebut dapat dikurangi. UB dan UC yang diharapkan dapat memberikan laju alir yang lebih besar tidak mengalami perubahan tekanan karena sistem produksi di UPRO dilengkapi dengan atmosferik separator dan pompa. Sedangkan UXA, yang juga diharapkan dapat memberikan laju produksi yang lebih besar ternyata tidak memberikan hasil yang signifikan. Hal ini dikarenakan tekanan header di UXA merupakan hasil delivery pressure di Separator UWJ yang dikendalikan oleh control valve gas. Jadi, meskipun restriksi dapat dikurangi, namun tidak mampu meningkatkan laju produksi. Skenario ke-2: Aktivasi P/S di UXA 13
Skenario ke-3: Skenario 2, UYA S/I Dari hasil analisa terhadap perhitungan kapasitas pada pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa tekanan tinggi yang sampai pada header juga diakibatkan oleh back pressure akibat header yang lain yang saling berhubungan. Back pressure pada lapangan Uniform diakibatkan oleh aliran pada pipa gas yang kemudian memberikan Back pressure pada sistem separator yang lain. Dengan demikian tekanan outgoing yang dibutuhkan header menjadi lebih besar untuk dapat ditransportasikan ke separator yang mengalami back pressure tersebut. Platform penghasil gas yang terbesar adalah UYA, oleh sebab itu UYA sangat berpotensi menyebabkan back pressure ke semua Platform, sehingga dapat menaikkan tekanan operasi separator di UPRO, UA dan UXA. Dengan demikian, dikembangkan pula skenario produksi seperti skenario II namun UYA sengaja di shut in. Hasil menunjukkan bahwa dengan melakukan shut in terhadap UYA, pressure outgoing di beberapa Platform dapat menurun khususnya di UPRO P/S sehingga tekanan yang sampai di UB dan UC menurun dan meningkatkan laju produksi hingga 70 BOPD dari Base case. UXA mengalami kenaikan dari skenario II sebesar 300 BOPD menjadi 2425 BOPD sedangkan UA Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
meningkat menjadi 1813 BOPD atau mengalami kenaikan sebesar 26 BOPD dari Base case.
140# 2071 BFPD
140#
S/I
2239 BFPD
S/I
130# 2719 BFPD
139# 2589 BFPD 90# 5773 BFPD
20 MM 8692 BFPD; WC: 60 %
100# 11782 BFPD; WC: 60 %
20 MM
1994 BFPD; WC: 9 %
3740 BFPD 118#
115# 3113 BFPD
Gambar 18- Skenario IV dengan shut in UYA
3413 BFPD
2239 BFPD; WC: 9 %
Gambar 16- Skenario II dengan UYA di shut in Skenario ke-4: Aktivasi P/S di UC Skenario aktivasi P/S juga dilakukan di UC dan tampak bahwa pressure outgoing yang dibutuhkan menjadi lebih kecil dari Base case. Hal ini akibat dari fluida terseparasi dengan baik sehingga pressure loss menjadi lebih rendah. Skenario ini juga memberikan hasil yang baik dalam peningkatan laju produksi dimana UC dapat meningkatkan produksi hingga 1970 BOPD atau naik 280 BOPD dibandingkan Base case.
Skenario ke-6: Skenario 2 dan 4 Dengan melakukan aktivasi separator produksi di masing-masing Platform UC dan UXA, didapat peningkatan produksi yang signifikan. Dengan demikian dikembangkan pula skenario dengan melakukan aktivasi separator produksi sekaligus di kedua tempat tersebut. Hasilnya adalah laju produksi meningkat tajam khususnya di UXA dan UC yaitu UXA sebesar 2175 BOPD dan UC sebesar 1910 BOPD. Jika diperhatikan jumlah produksi yang dihasilkan pada masing-masing Platform tidak sebesar peningkatan pada skenario 2 dan 4. Hal ini disebabkan oleh faktor penggabungan skenario sehingga menimbulkan back pressure yang saling berhubungan antar Platform.
145# 1862 147# 1892 155# 32 BFPD 156# 31 BFPD
130# 2471 111# 5180
20 8692 BFPD; WC: 60 %
1994 BFPD; WC:
118#
115# 2941
3275
Gambar 17- Penambahan UC P/S Skenario ke-5: Skenario 4, UYA S/I Shut in UYA juga dilakukan pada skenario ini. Seperti halnya pada penjelasan skenario III, UYA memberikan efek back pressure yang besar sehingga dengan melakukan shut in pada UYA dapat pula mengingkatkan produksi khususnya di UC yang telah terpasang P/S. Hasil yang ditunjukkan juga memberikan peningkatan produksi sebagai akibat dari menurunya tekanan operasi separator di UPRO sehingga UC meningkat menjadi 2086 BOPD atau meningkat 116 BOPD dari skenario IV dan meningkat 396 BOPD dari Base case.
14
22 11101 BFPD; WC: 60 %
1923 BFPD; WC:
121#
119# 2852
3069
Gambar 19- Penambahan P/S di UC dan UXA Skenario ke-7: Skenario 6, UYA S/I Seperti pada skenario-skenari yang lain, shut in UYA juga di aplikasikan pada sekanrio ini. Dari hasil yang ditunjukkan pada skenario VI laju produksi meningkat tajam namun hal itu masih dipengaruhi oleh back pressure yang besar dari UYA. Pada skenario VII, UYA di shut in dan peningkatan produksi menunjukkan angka yang tinggi. Dengan dilakukannya pemisahan di masing-masing Platform dan menghilangkan efek back pressure dari UYA, laju produksi lapangan Uniform dapat meningkat tajam.
Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
147# 2230 BFPD
S/I
111# 5730
22 MM
12219 BFPD; WC: 60 %
2230 BFPD; WC: 9%
121#
119# 3023 BFPD
3466
Gambar 20- Skenario VI dengan shut in UYA Skenario ke-8: Diskoneksi UPRO-UYA Efek back pressure yang diakibatkan oleh UYA yang memproduksi gas dengan besar menyebabkan turunnya tingkat produksivitas dari beberapa anjuang produksi khususnya UC dan UB. Dengan demikian sebagai bentuk analisa terhadap back pressure tersebut, maka harus diusahakan agar pengaruh UYA terhadap UB dan UC dihilangkan dengan tanpa melakukan shut in di UYA. Hal ini diaplikasikan dengan memutuskan hubungan aliran gas dari UPRO menuju UYA dan dialihalirkan langsung ke UWJ.
Hasilnya, skenario ini sangat efektif meningkatkan laju produksi liquid dengan tanpa mematikan UYA. Laju produksi liquid dapat diangkat sesuai dengan tekanan operasi separator yang di aplikasikan. Semakin kecil tekanan produksi separator, maka semakin besar laju alir yang dapat ditarik dari sumu-sumur di UB dan UC. Pada skenario ini, tekanan operasi separator produksi yang dipakai adalah sebesar 50 psia. Gas yang dibakar dibagi menjadi 2 tahap pembakaran, yaitu gas dari UPRO P/S dan gas dari UPRO Atm/S. Namun operasi ini beresiko tinggi karena gas yang dibakar berkisar antara 46 MMSCFD.
144# 2087
152# 34 BFPD
50#
128# 2751
75# 3647
81# 5527 11926 BFPD; WC: 63 %
17
2121 BFPD; WC:
121# 3069
Gambar 22- Gas dari UPRO di bakar Hasilnya tidak cukup baik karena hanya terdapat 1 pipa transportasi antara UPRO-UWJ. Fluida dari UC dan UB terpaksa langsung dialirkan sejauh 11.2 mil menuju UWJ dalam keadaan 3 fasa. Hal ini menyebabkan pressure loss yang tinggi dan meningkatkan pressure outgoing di UB dan UC sehingga menyebabkan produksi menurun. Jadi, skenario ini dapat dikatagorikan sangat tidak efektif.
VI. KESIMPULAN 1.
Model jaringan pipa permukaan yang dibangun menggunakan simulator pipesim sudah representative dengan keadaan aktual di lapangan dan dapat digunakan pada kondisi produksi yang lain.
2.
Secara umum, jaringan pipa di lapangan Uniform sudah efisien. Namun masih terdapat pressure drop yang tinggi dikarenakan oleh restriksi yang besar akibat penyempitan di UPRO-UWJ dan UWJJUCTION, fluida tidak terpisah secara sempurna yaitu di UA, dan pressure drop yang tinggi karena aliran 3 fasa di UC dan UXA sehingga tingkat produktivitas di UC dan UXA tidak mencapai optimum. UYA merupakan platform yang memberikan efek back pressure terbesar selain UA. Hal ini dikarenakan tingginya GLR di UYA dan UA yang menyebabkan back pressure ke separator produksi di UPRO dan UWJ. Untuk mendapatkan jumlah produksi minya yang optimum, sebaiknya UYA di offlinekan sedangkan jumlah produksi fluida di UA dibatasi maksimum 2000 BFPD, karena bila lebih besar dari itu akan memberikan efek back pressure yang dapat menurunkan tingkat produktivitas platform yang lain.
143#
2187 Back Press
Back Press 134# 1934 133#
2326
22 MM 11101 BFPD; WC: 60 %
3.
1923 BFPD; WC:
Gambar 21- Pengalihan aliran gas UPROUYA menjadi UPRO-UWJ (3 fasa) Skenario ke 9: Gas UB & UC Flared Skenario IX juga dilakukan untuk menjawab tantangan back pressure yang diakibatkan oleh UYA. Aliran gas UPRO-UYA yang memberikan efek back pressure terhadap UC dan UB dihingankan. Gas hasil separasi di UPRO tidak ditransportasikan lagi namun dibakar ke atmosferi, mengingat pipa yang tersedia menuju UPRO hanya 1 pipa. 15
4.
Kapasitas maksimum dari masing-masing platform pada lapangan Uniform
Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
berdasarkan analisa back pressure dan separator reliability adalah; UA: 2700 BFPD, UB:6000 BFPD, UC:7000 BFPD, UXA: UXA:2900 BFPD dan UYA: 50 BFPD. Bila produksi melebihi nilai tersebut akan menyebabkan separator menjadi shut off dan dapat juga mengakibatkan platform lain tak mampu mengalir lagi.
5.
Dari Tabel 15, Skenario yang paling baik adalah dengan aktivasi separator produksi di UC dan UXA dan offline UYA. Produksi dapat mencapai 6709 BOPD dan 20 MMSCFPD atau naik 1590 BOPD dari base case.
VII. REKOMENDASI 1.
Restriksi yang besar pada UPRO-UWJ dan UWJ-JUCTION dapat dikurangi dengan melakukan pigging, hal ini tidak menambah laju produksi namun bermanfaan untuk menjaga agar pipa dalam kondisi baik dan mengantisipasi bottleneck yang lebih besar di kemudian hari.
2.
Pressure drop yang tinggi di sepanjang pipa liquid UA-UWJ dan UWJ-B1C bukan dikarenakan oleh adanya penyempitan namun lebih dikarenakan oleh fluida itu sendiri yang tidak terpisah secara sempurna. Mengingat pipa-pipa ini merupakan pipa baru. Jadi, disarankan untuk melakukan PVT test untuk mendapatkan tekanan optimum separator sehingga terhindar dari keadaan flushing gas.
3.
Untuk mengurangi tekanan out going di header, sebaiknya separasi dilakukan menjadi 3 pasa fluida yaitu minyak, air dan gas dan ditransportasikan secara terpisah.
4.
model jaringan Pipesim yang dibangun sudah match dengan keadaan actual, jadi sangat disarankanuntuk melanjutkan optimization study dengan kondisi PQ curve yang lebih actual.
5.
Melakukan studi keekonomian tentang aktivasi separator produksi di UC dan UXA, mengingat dengan penambahan separator di platform tersebut terbukti maningkatkan laju produksi
16
DAFTAR PUSTAKA Bradley, B. Howard: “Petroleum Engineering Hand Book,” Society of Petroleum Engineering, 1987, Richardson T.X USA. Setiawan, Budi: “Analisa Pengaruh Pembuangan Air Langsung Terhadap Kenaikan Produksi di WHPB Conoco Indonesia Inc Dengan Menggunakan Simulator Pipesim,” Tugas Akhir-ITB, 2001, Bandung. Anantokusumo, Ferry, dkk.,“Reserves Support Package: UNIFORM FIELD Introduction,” Presentasi-BP West Java, 2006. Jakarta. Anantokusumo, Ferry, dkk.,“Reserves Support Package: Uniform Field Technical Summary,” Presentasi-BP West Java, 2006. Jakarta. BP Operating Manual, “Pipeline Replacement Project,” Project STC-0223, 2007, Jakarta.
NOMENCLATURE f ρ v g
= faktor gesekan (friksi) = densitas fluida = kecepatan fluida (velocity) = konstanta gravitasi berdasarkan tempat (lokasi) g c = konstanta gravitasi secara universal Re = Bilangan Reynold ε = kekasaran pipa (roughness) Z = Elevasi diatas datum p = Tekanan (psi) Δp = Kehilangan Tekanan (psi) q L = Laju alir liquid (bbl/day) q g = Laju alir gas (MMSCF/day) L = Panjang pipa Z fl = Head Loss yang disebabkan oleh friksi pada point 1 dan 2 N Re = Bilagan Reynold
Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
Tabel 7- Data Propeti Black Oil Model pada masing-masing Manifold Source UA UB UXA UC UYA
BW & S GLR Oil Gravity Visc 1 Temp 1 Gas SG Water SG Dead Oil Visc % scf/STB API cP F 9 4951 0.8 1.02 35 Beggs & Robinson 1.7854 200 85 827 0.69 1.02 35 Beggs & Robinson 1.7854 200 58 1163 0.64 1.02 37.18 Beggs & Robinson 1.5231 200 33 471 0.75 1.02 35 Beggs & Robinson 1.7854 200 0 1.19E+05 0.7 1.02 35 Beggs & Robinson 1.7854 200
Visc 2 Temp 2 cP F 31.236 60 31.236 60 22.051 60 31.236 60 31.236 60
Tabel 8- Data Profil Pipeline Pipeline Name
Current Service
Line Status
UWA - Junction UPRO - UWA UYA - UA UA - UWJ UWJ-B1C UWA - B1C UA - UWJ UYA - UA UPRO - UYA UXA - UWJ UC - UPRO UB - UPRO
MOL MOL MOL MOL MOL MGL MGL MGL MGL 3 PHASE 3 PHASE 3 PHASE
Normal Service Normal Service Flow Flow Normal Service Normal Service Normal Service Normal Service Normal Service Normal Service Normal Service Normal Service
Design Service MOL MOL MOL MOL G/L MGL MGL MGL MGL MGL MGL MOL
OD (inch) 16 16 6 10 12 16 16 12.75 12.75 12.75 12.75 9
PIPELINE DESIGN WT Length Mill Specification (inch) (miles) Coated 0.5 11.41 API-5L-X52 No 0.5 6 API-5L-X52 No 0.5 1.61 API-5L-X53 Yes 0.5 3.82 API-5L-X54 Yes 0.5 11.5 API-5L-X54 Yes 0.5 11.45 API-5L-X52 Yes 0.5 3.82 API-5L-X52 Yes 0.5 1.61 API-5L-X52 Yes 0.5 1.05 API-5L-X52 Yes 0.5 1.72 API-5L-X52 Yes 0.5 1.77 API-5L-X52 Yes 0.6 0.0024 API-5L-X53 Yes
Year in Service 1980 1982 2007 2007 1980 1980 1982 1982 1982 1982 1982 1982
Tabel 9- Data Produksi pada tanggal 24 Juni 2008
17
Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
Age to Date 28 26 1 1 28 28 26 26 26 26 26 26
Tabel 10- Data Geometri Pipeline UA-UWJ MOL
UYA-UA MOL
UWJ-B1C MOL
Distance
Elev
Tem p
Distance
Elev
Tem p
Distance
Elev
m iles
ft
F
m iles
ft
F
m iles
ft
0
30
80
0
30
80
0
0
0
80
0
-90
80
0
0
80
0
-82
80
1.61
-82
80
3.8201
-87
1.61
0
80
3.8201
1.61
30
80
3.8201
UYA-UA MOL
Tem p F 30
81
0
0
81
0
-87
81
80
11.5
-137
81
0
80
11.5
0
81
30
80
11.5
30
81
UB-UPRO MOL
UC-UPRO MOL
Distance
Elev
Tem p
Distance
Elev
Tem p
Distance
Elev
m iles
ft
F
m iles
ft
F
m iles
ft
Tem p F
0
30
80
0
0
120
0
30
81
0
0
80
30
0
120
0
0
81
0
-90
80
30
20
120
0
-73
81
1.61
-82
80
60
20
120
1.77
-84
81
1.61
0
80
130
20
120
1.77
0
81
1.61
30
80
130
30
120
1.77
30
81
UPRO-UWA MOL
UXA-UWA MOL
UWA-JUNCTION MOL
Distance
Elev
Tem p
Distance
Elev
Tem p
Distance
Elev
m iles
ft
F
m iles
ft
F
m iles
ft
Tem p F
0
30
86
0
30
81
0
30
81
0
0
86
0
0
81
0
0
81
0
-84
86
0
-90
81
0
-87
81
6
-87
86
1.7
-87
81
11.4
-135
81
6
0
86
1.7
0
81
11.4
0
81
6
30
86
1.7
30
81
11.4
30
81
Tabel 11- Data PQ curve pada masing-masing header UA Press
18
UB
UC
Rate
Press
Rate
Press
150
2166
90
3969
128
151
1846
95
3635
115
150
2064
98
3492
130
145
3000
100
3354
UXA Rate
UYA
Press
Rate
Press
Rate
3234
130
2366
155
32
3896
135
2049
125
202
3481
128
2749
130
3427
125
3568
140
2553
140
1203
135
2326
122
3400
130
3727
118
3918
Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
Gambar 23- Peta Tekanan Lapangan Uniform pada Tanggal 24 Juni 2008
88# 88#
88# 1956 36#
90#
86# 2458
83#
83#
90# 90#
32 BFPD
90#
36#
91# 2523 12#
13#
5#
90# 92# 3491
11#
60#
30#
Gambar 24- Peta Inisialisasi
19
Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
Gambar 25- Diameter Matching UWA-JUCT
Gambar 28- Diameter Matching UC-UPRO
Gambar 26- Diameter Matching UXA-UWJ
Gambar 29- Daimeter Matching UB-UPRO
Gambar 30- Diameter Matching UWJ-B1C
Gambar 27- Diameter Matching UPRO-UWJ
20
Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
Gambar 32- Diameter Matching
Gambar 31- Diameter Matching UA-UWJ
Tabel 12- Hasil Akhir Studi Sensitivitas
Tabel 13- Validasi Base Case: 24 June 2008 Simulation UA
UB
UC
UXA
UYA
21
Actual
Pressure
145
145
Rate (BFPD)
1956
1925
Pressure
116
116
Rate (BFPD)
3372
3492
Pressure
135
135
Rate (BFPD)
2524
2523
Pressure
130
130
Rate (BFPD)
2564
2436
Pressure
155
155
Rate (BFPD)
32
32
Error 0%
Validation 2: 23 July 2008 Simulation Actual 143
133
2201
1625
0%
0%
8%
SI
0%
0%
Error
SI 126
128
3025
2412 SI
2%
Validation 3: 18 August 2008 Simulation
Actual
144
130
2081
1701
111
103
3709
1794
126
125
2704
2218
129
130
2731
2436
Error 11 %
8%
1%
1%
SI
Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009
Tabel 14- Hasil Tunning Masukan UA BFPD 2000 2700 1975 2028 1965 2032 2002 2033 1970 2077 2081
UB
BOPD 1820 2457 1797 1845 1788 1849 1821 1850 1792 1890 1893
BFPD 3231 3332 3000 6000 3186 3328 2980 3018 3231 3647 3660
BOPD 484 499 450 900 477 499 447 452 484 547 549
Keluaran
UC BFPD 2515 2561 2547 2085 2800 3000 5500 7000 2514 2679 2685
UXA
BOPD 1685 1715 1706 1396 1876 2010 3685 4690 1684 1794 1798
BFPD 2472 2480 2500 2623 2480 0 0 2635 2400 2900 2739
UYA
BOPD 1038 1041 1050 1101 1041 0 0 1106 1008 1218 1150
BFPD 32 0 32 0 32 32 32 0 32 0 0
BOPD 32 0 32 0 32 32 32 0 32 0 0
JUCTION BFPD 8217 8374 8049 10707 8467 6329 8481 12649 8137 9231 9084
B1C MOL
BOPD 3204 3265 3219 2355 3302 2531 4155 6198 3173 3600 3542
BFPD 2032 2700 2008 2028 1997 2065 2034 2033 2003 2077 2081
B1C MGL
BOPD 1849 2457 1827 1845 1817 1879 1850 1850 1822 1890 1893
MMSCFPD 20 20 20 18 20 18 18 18 19 17 17
OIL TOTAL 5053.75 5722.86 5046.88 4201.02 5119.4 4410.75 6006.63 8048.04 4996.16 5490.16 5436.47
Tabel 15- Rekapitulasi hasil Skenario SKENARIO PENGEMBANGAN
MASUKAN
KELUARAN
UA
UB
UC
UXA
UYA
JUCTION
B1C
OIL TOT
GAS TOT
BOPD
BOPD
BOPD
BOPD
BOPD
BOPD
BOPD
BOPD
MMSCFPD
Base Case
1787.24
487.5
1690.41
1038.66
32
3303
1816
5119
Skenario 1: Pigging to JUNCTION
1787.24
487.5
1690.41
1038.66
32
3303
1816
5119
20
1719.9
456.3
1501.47
2196.18
31
4205
1756
5961
22 20
Skenario 2: Aktivasi P/S di UXA
20
Skenario 3: Aktivasi P/S di UXA; UYA S/I
1813.63
512.55
1735.97
2425.08
S/I
4713
1814
6527
Skenario 4: Aktivasi P/S di UC
1589.22
491.85
1970.47
1037.82
32
3476
1615
5091
20
Skenario 5: Aktivasi P/S di UC; UYA S/I
1678.32
561.9
2086.38
1142.82
S/I
3833
1678
5511
17
Skenario 6: Kolaborasi 2 dan 4
1721.72
460.35
1910.84
2175.6
31
4440
1750
6190
22
Skenario 5: Kolaborasi 2 dan 4. UYA S/I
1806.35
524.85
2026.08
2407.02
S/I
4902
1806
6709
20
Skenario 6: Diskoneksi UPRO to UYA
1990.17
348.9
B/P
812.28
S/I
1150
1990
3140
14
Skenario 7: Gas UB dan UC Flared (P/S= 50 psig)
1690.47
829.05
2443.49
1155.42
34
4412
1718
6130
17
22
Indra Fajri, 12204036, Semester 1 Tahun 2008/2009