ANALISIS KENAIKAN PANJANG BADAN PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) YANG DIBERIKAN ASI DAN DIBERIKAN SUSU FORMULA PADA DUA MINGGU PERTAMA PERAWATAN DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2011-2014 COMPARATIVE ANALYSIS IN BODY LENGTH OF LOW BIRTH WEIGHT (LBW) ACCORDING TO THE USAGE OF EXCLUSIVE MOTHER’S BREASTMILK AND TO THE USAGE FORMULA MILK TO 0-2 WEEKS AT SAINT ELIZABETH HOSPITAL MEDAN IN 2011-2014 Trivo Rajagukguk1, Evawany Aritonang2, Ernawati Nasution3 1
Alumni Mahasiswa Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU Staf Pengajar Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia Email:
[email protected]
2,3
ABSTRACT Low Birth Weight is when an infant born with less than 2500 grams without looking at pregnancy. Breastfeeding is the best way to feed the infants. However, for some reasons mothers opt to add or replace breastmilk. An infant is classified as stunting if they has length of birth <46,1cm for male and < 45,4cm for female. Stunting is short stature caused by chronic malnutrition. This research aims to understand the difference in body length of LBW infants fed through the use of breastmilk or formula milk in the first two weeks of treatment at Saint Elizabeth Hospital Medan in 2011-2014. This research is using cross-sectional design. The participants consist of 56 infants of LBW with the age of two weeks under the treatment of Saint Elizabeth Hospital Medan in 2011-2014. This research using secondary data of medical record documentation in the Prenatal Hospital. Data analysis was performed using Independent Samples T-Test. The results shows that there is no significant difference between the increase in body length of breast-fed babies who were given with the increase in body length babies fed milk formula with p value (0,46) > α (0,05). Researchers suggest that in order to further improve the service to the handling of the problem of low birth weight, especially in the provision of nutrition for infants of low birth weight hospital institutions, nurses who worked in chambers of perinatology should be support and motivate mothers to breastfeed their infants and consider the condition of an infant during the maintenance. Keyword : low birth weight, breastfeeding, formula milk, weight, body length.
PENDAHULUAN Prevalensi BBLR menurut WHO pada tahun 2011 diperkirakan
15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara–negara berkembang atau sosio-ekonomi 1
rendah. Angka kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5% masih diatas angka rata-rata Thailand 9,6% dan Vietnam 5,2%. Kematian bayi <1 tahun 17 kali lebih besar pada BBLR daripada bayi berat badan normal. Salah satu keadaan yang menyebabkan tingginya angka kematian bayi adalah BBLR. Sebagian besar BBLR <2000 gram meninggal pada masa neonatus (Depkes RI tahun 2009 dan Depkes RI tahun 2011). Di Indonesia, menurut Survei Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada tahun 2005, kematian neonatus disebabkan oleh BBLR sebesar 38,85%. Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-20% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan (Depkes RI, 2009). ASI merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi. ASI adalah pilihan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. ASI mengandung kolostrum yaitu ASI yang keluar pertama sekali, bewarna jernih kekuningan dan kaya akan zat antibodi seperti: SigA, IgM, IgG, laktoferin, lisozim, limfosit, makrofag, dll (Arisman, 2004). ASI direkomendasikan sebagai makanan ekslusif untuk bayi selama 6 bulan kehidupan pertama, akan tetapi pemberian ASI lebih baik lagi jika diteruskan sampai dengan bayi berumur 2 tahun. Susu formula merupakan susu buatan atau susu sapi yang diubah komposisinya dan dijual dalam bentuk kemasan. Seperti halnya dengan ASI bagi bayi, susu sapi sangat baik untuk anak sapi, jadi bukan untuk bayi manusia. Maka dari itu, sebelum merupakan pengganti ASI, komposisi susu sapi harus diubah dahulu sehingga mendekati susunan yang terdapat pada
ASI. European Society for Paediatric Gatstroenterology and Nutrition (ESPGAN) (1977) membagi formula bayi dalam 2 jenis yaitu formula awal (starting formula) dan formula lanjutan (follow-up formula). Lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena terdapat banyaknya jumlah kasus BBLR, terdapat pemberian susu formula terhadap BBLR di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan serta penelitian mengenai kasus BBLR ini masih jarang dilakukan dan belum pernah ada penelitian tentang analisis perbedaan antara berat badan dan panjang badan antara bayi BBLR yang diberi ASI dengan susu formula di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menganalisis perbedaan panjang badan antara bayi BBLR yang diberikan ASI atau susu formula di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Teknik penarikan sampel ditentukan sesuai dengan kriteria inklusi penelitian, yaitu bayi BBLR tanpa penyakit penyerta dan yang diberi ASI, atau susu formula yang dirawat selama dua minggu. Besar sampel dalam penelitian ini berjumlah 56 bayi BBLR. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi BBLR di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dari tahun 2011-2014 dengan jumlah keseluruhan bayi BBLR adalah 138 orang. Penelitian ini menggunakan data sekunder studi dokumentasi dari medical record di ruang Perinatal Rumah Sakit. Data yang diambil meliputi tanggal masuk, jenis kelamin, usia gestasi, panjang badan, berat badan lahir dan berat badan setelah dua minggu diberi nutrisi (ASI atau susu 2
formula) yang diperoleh dari hasil data rekam medis. HASIL DAN PEMBAHASAN Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan terletak di Jalan H. Misbah No.7 Medan. Rumah sakit ini telah dilengkapi berbagai prasarana yang terdiri dari Poli Umum, Spesialis, Unit Gawat Darurat (UGD) dan Intensive Care Unit (ICU). Masing-masing unit dilengkapi dengan fasilitas sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, didapatkan hasil bahwa sebagian besar bayi BBLR berjenis kelamin perempuan, yaitu 31 orang (55,4%) dan laki-laki 25 orang (44,6%).
Tabel 1. Distribusi Perawatan Bayi ASI dan Susu Formula Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
ASI n % 9 36,0 15 48,4 24 42,9
Bayi Susu Formula n % 16 64,0 16 51,6 32 57,1
Total
n % 25 44,6 31 55,4 56 100,0
Dari 25 (44,6%) bayi yang berjenis kelamin laki-laki, ada sebanyak 9 (36%) bayi BBLR yang mendapat perawatan ASI dan 16 (64%) bayi BBLR yang mendapat perawatan susu formula. Dari 31 (55,4%) bayi yang berjenis kelamin perempuan, ada sebanyak 15 (48,4%) bayi BBLR yang mendapat perawatan ASI dan 16 (51,6%) bayi BBLR yang mendapat perawatan susu formula. Usia gestasi adalah periode waktu ketika embrio masih berada di dalam rahim. Rata-rata usia gestasi seluruh bayi BBLR baik yang diberi ASI ataupun susu formula pada dua minggu pertama perawatan adalah 33 minggu.
Usia gestasi termuda adalah 24 minggu dan tertua 40 minggu. Rata-rata usia ibu bayi BBLR adalah 32 tahun. Usia ibu termuda bayi BBLR adalah 22 tahun dan tertua adalah 42 tahun. Tabel 2. Distribusi Kategori Berat Badan Lahir Bayi yang Diberi ASI Menurut Usia Kehamilan Usia Kehamil an Aterm Preterm Jumlah
BBLR n %
Bayi ASI BBLSR BBLASR n % n %
n %
8 100,0 11 68,8 19 79,2
0 0,0 5 31,2 5 20,8
8 33,3 16 66,7 24 100,0
0 0,0 0 0,0 0 0,0
Total
Usia kehamilan aterm adalah usia kehamilan pada 38-42 minggu. Usia kehamilan preterm adalah usia kehamilan pada <37 minggu. Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat dari 8 (33,3%) bayi yang diberi ASI pada usia kehamilan aterm, ada sebanyak 8 (100%) bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan tidak ada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) dan bayi dengan berat badan lahir amat sangat rendah (BBLASR) pada usia kehamilan aterm. Dari 16 (66,7%) bayi usia kehamilan preterm, terdapat 11 (68,8%) bayi BBLR, 5 (31,2%) bayi BBLSR dan tidak ada bayi BBLASR. Tabel 3. Distribusi Kategori Berat Badan Lahir Bayi yang Diberi Susu Formula Menurut Usia Kehamilan Bayi Susu Formula Usia Kehamil an Aterm Preterm Jumlah
BBLR
n
%
9 90,0 17 77,3 26 81,2
BBLSR
n
Total
BBLASR
%
n %
n
%
1 10,0 4 18,2 5 15,6
0 0,0 1 4,5 1 3,1
10 31,2 22 68,8 32 100,0
Dari tabel 3 dapat dilihat dari 10 (31,2%) bayi yang diberi susu fomula pada usia kehamilan aterm, ada sebanyak 9 (90%) bayi BBLR, 1 (10%) bayi BBLSR dan tidak ada bayi BBLASR. dan bayi dengan berat badan lahir amat sangat rendah 3
(BBLASR) pada usia kehamilan aterm. Dari 22 (68,8%) bayi usia kehamilan preterm, terdapat 17 (77,3%) bayi BBLR, 4 (18,2%) bayi BBLSR dan 1(4,5%) bayi BBLASR. Tabel 4. Distribusi Perawatan Bayi ASI dan Susu Formula Menurut Kategori Berat Badan Kategori Berat Badan BBLR BBLSR BBLASR Jumlah
ASI n 19 5 0 24
% 42,2 50,0 0,0 42,9
Bayi Susu Formula n % 26 57,8 5 50,0 1 100,0 32 57,1
Total
n % 45 80,4 10 17,9 1 1,8 56 100,0
Bayi BBLR adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (1501-<2500 gr), bayi BBLSR adalah bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (10001500 gr) dan bayi BBLASR adalah bayi dengan berat badan lahir amat sangat rendah (<1000 gr). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan dari 45 (80,4%) bayi BBLR, ada sebanyak 19 (42,2%) bayi yang mendapat perawatan ASI dan 26 (57,8%) bayi yang mendapat perawatan susu formula. Dari 10 (17,9%) bayi BBLSR, ada sebanyak 5 (50%) bayi yang mendapat perawatan ASI dan 5 (50%) bayi yang mendapat perawatan susu formula. Dari 1 (1,8%) bayi BBLASR, ada sebanyak 1 (100%) bayi yang mendapat perawatan susu formula dan tidak terdapat bayi yang mendapat perawatan ASI.
Tabel 5. Distribusi Perawatan Bayi ASI dan Susu Formula Menurut Suku Bayi Suku
Batak Chinese India Jawa Jumlah
ASI n 19 1 0 4 24
% 45,2 20,0 0,0 57,1 42,9
Susu Formula n % 23 54,8 4 80,0 2 100,0 3 42,9 32 57,1
Total
n % 42 75,0 5 8,9 2 3,6 7 12,5 56 100,0
Suku terbesar dari hasil penelitian ini adalah suku Batak, ini disebabkan mayoritas penduduk Kota Medan Gambar 1. Grafik Rata-Rata Kategori Berat Badan Bayi ASI dan Bayi Susu Formula
Berdasarkan gambar 1 ratarata ditemukan sebanyak 26 bayi BBLR yang diberikan ASI dan 19 bayi BBLR yang diberikan susu formula. Ada 5 bayi BBLSR yang diberikan ASI dan 5 bayi BBLSR yang diberikan susu formula dan ada 1 bayi BBLASR yang diberikan susu formula.Pemberian ASI merupakan awal yang sempurna bagi bayi untuk memulai kehidupannya. ASI memiliki kandungan nutrisi yang ideal bagi bayi. Hal ini selaras dengan ASI merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi. ASI adalah pilihan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Kolostrum ialah ASI yang keluar 4
pertama sekali, bewarna jernih kekuningan dan kaya akan zat antibodi seperti: SigA, IgM, IgG, laktoferin, lisozim, limfosit, makrofag, dll (Arisman, 2004). Gambar 2. Grafik Rata-Rata Kenaikan Panjang Badan Bayi Berdasarkan Kategori Berat Badan
Dari tabel 6 panjang badan usia 0 hari antara bayi BBLR sebelum diberi ASI dengan Susu Formula diperoleh nilai p value 0,555 dimana nilai p > α(0,05) dan panjang badan BBLR setelah dirawat selama dua minggu antara bayi yang diberi ASI dengan Susu Formula diperoleh nilai p value 0,477 dimana nilai p > α(0,05). Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara panjang badan bayi BBLR sebelum dan setelah diberikan ASI dengan Susu Formula selama dua minggu pertama perawatan. Tabel 7. Uji Beda Rata-Rata Selisih Panjang Badan Usia 14 Hari Dengan Usia 0 Hari Antara Bayi BBLR yang diberikan ASI dan Susu Formula
Berdasarkan gambar 2 rata-rata panjang badan usia 0 hari bayi BBLR adalah sebesar 42,6 cm, bayi BBLSR sebesar 39,4 cm dan bayi BBLASR sebesar 33 cm. Dan rata-rata panjang badan setelah masa perawatan 2 minggu bayi BBLR adalah sebesar 44,2 cm, bayi BBLSR sebesar 41,2 cm dan bayi BBLASR sebesar 34 cm. Terdapat kenaikan panjang badan bayi BBLR sebesar 1,6 cm, bayi BBLSR sebesar 1,8 cm dan bayi BBLASR sebesar 1 cm. Tabel 6. Uji Beda Rata-Rata Panjang Badan Antara Bayi BBLR yang diberikan ASI dan Susu Formula Variabel Panjang badan usia 0 hari Panjang badan setelah 2 minggu Perawatan
Kategori Minum Susu ASI
Variabel Selisih Panjang Badan Usia 14 Hari a. ASI
1,54 ± 0,50
b.
1,66 ± 0,65
0,477 Susu Formula
Rata-rata selisih panjang badan bayi ASI adalah 1,54 cm dengan standar deviasi 0,50 cm. Sedangkan untuk bayi susu formula, rata-rata selisih panjang badannya adalah 1,66 cm dengan standar deviasi 0,65 cm. Hasil uji statistik menggunakan Independent Sample T-Test didapatkan nilai p=0,47, berarti pada alpha 5% terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata selisih panjang badan antara bayi yang diberi ASI dengan susu formula
0,555
KESIMPULAN
Susu Formula ASI 0,477 Susu Formula
1.
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara berat badan bayi BBLR sebelum dan setelah 5
2.
3.
4.
diberikan ASI dengan Susu Formula selama dua minggu pertama perawatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara panjang badan bayi BBLR sebelum dan setelah diberikan ASI dengan Susu Formula selama dua minggu pertama perawatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Ada perbedaan yang signifikan antara selisih rata-rata berat badan bayi BBLR sebelum dan setelah diberikan ASI dengan Susu Formula selama dua minggu pertama perawatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih rata-rata berat badan bayi BBLR sebelum dan setelah diberikan ASI dengan Susu Formula selama dua minggu pertama perawatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
SARAN 1.
2.
3.
4.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkonstribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam pemberian asuhan keperawatan pada bayi BBLR. Bayi BBLR yang dirawat sebaiknya diberikan ASI, karena ASI lebih cepat dalam menaikkan berat badan daripada susu formula. Bagi institusi Rumah Sakit agar dapat lebih meningkatkan pelayanan terhadap penanganan masalah BBLR terutama dalam pemberian nutrisi bagi bayi BBLR. Untuk perawat yang bekerja di ruang perinatologi agar selalu mendukung dan memotivasi Ibu untuk memberikan ASI kepada
5.
bayinya dan memperhatikan kondisi bayi selama masa perawatan. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai data dasar dan dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA Arisman, MB. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Depkes RI.2008c.Modul (Buku Acuan) Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Untuk Bidan di Desa. Jakarta: Depkes RI. Kemenkes RI. 2010. Pedoman Audit Maternal-Perinatal di Tingkat Kabupaten/Kota.Jakarta: Kemenkes RI. Kosim, Sholeh. 2010. Buku Ajar Neonatologi, Edisi 2.Jakarta: Badan Penerbit IDAI Lissauer, Tom & Avroy Fanaroff. 2009.Neonatology at a Glance. USA:Blackwell Publishing Ltd. Maryunani, A dan Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada Neonatus. Jakarta:Trans Info Media. Merzalia, Nita. 2012. Determinan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 20102011.[Skripsi].Depok: FKM UI. Pudjiadi, Solihin. 2000. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta:
6
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Roy Meadow dan Simon Newell. (Eds). 2005. Lecture Notes Pediatrika. USA:Blackwell Science Ltd Supariasa dan Bachyar B. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. Susanti, Hasanah dan Utami. 2013. Perbandingan Kenaikan Berat Badan BBLR yang Diberi ASI dan Susu Formula Pada Dua Minggu Pertama Rawatan. [Jurnal]. Riau: Ilmu Keperawatan UNRI. Suradi,Rulina. 2002. Hot Topics in Pediatric II. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Vij,
P., Dhikav, V.,Nalgikar., Saxena, D.,Karmakar, G., Ahluwalla, C. 2009. Postgraduate medical entrance examinations.India: Elsevier.
Wardhani, Kristina. 2009. Analisa Perbandingan Peningkatan Berat Badan Pada Bayi BBLR yang Diberi ASI Eksklusif dan Susu Formula Khusus BBLR Pada BBLR Usia 0-2 Minggu di Ruang Peristi RS Panti Wilasa Citarum Semarang. [Skripsi]. Semarang: Ilmu Keperawatan FK UNDIP. World Health Organization (WHO). 2006. Optimal Feedig of Low Birth Weight Infants. Diunduh tanggal 11 Maret 2015. http://www.who.int/childadolescent-health.
7