DISELENGGARATAN OLEH : BADAIV PERENCAIVAAN PEMBANGI'NAN NASIONAIJ (BAPPENAS) BEKERJASAMA DENGAN BADAIV PEIIBINAAN HTIKUM NA.SIONAI/.DEPARTEMEN KEIIAKIMAN
JAKARTA, 3 lvtARET 1999
KATA PENGATAR
Panel Diskusi tentang Kekuasaan Kehakiman Daram Era Reformasi yang d'i laksanakan p"Ju tanggal 3 l"{aret 1ggg, dise?enggarakan Badan perencanaan pembangunan oleh f{asional (BAppENAS) bekerjasama dengan Badan pembinaan Hukum nasional ( BpHl.l) Departemen Kehak jman. Diskusi tersebut bertujuan untuk menyampaikan pokok_pokok pikiran mengenai Kekuasaan Kehakiman yang disampaikan oreh paneris yang terdiri
dari pakar
hukum
baik teoritisi
maupun
praktisi.
Har rain yang
diha rapkan panei diskusi tersebut adarah memberikan sumbangan pemikiran berupa hasi.t rumusan diskusi guna terwu jucjnya suatu kekuasaan tenati;; yang merdeka dan mancji r j sesuai dengan aspi ras.i masyarakat.
paner diskusi ini di ikuti kurang rebih oreh 80 orang teroi dari para pakar hukum dari berbagai perguruan
rj
nggi l,Jegeri maupun Swasta' para praktisi seperti hakim, jaksa dan pengacara 8i ro-bj ro Hukum serta Ti
D.part
emen.
Jak
Peiryu sun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANT.AR DAFTAR ISI
8AB I.
BAB
L
L2-
Latar Belakang Maksud dan Tujuan
4
345-
Metode Penyusunan
4
Peserta Panel Diskusi Tempat dan Waktu Penyelenggaraan
4
L
Pokok-pokok Bahasan panel Diskusi A- Prof-H- Mardjono Reksodiputro, SH-,MA BDr-T- Mulya Lubis, Sh-,LL-M cProf-Dr- Paulus Effendie Lotulung, SH
II-
III
BAB IV LAMPIRAN
1l
PENOAHULUAN
D[3AB
'l
Dr- Albert Hasibuan,
SH
Pokot<-pokoli Usulan Dalam Sidang Kelompok ASidang Kelompok A Peranan Pengadilan Dalam Negara Berdasarkan l-{ukum EjSidang Kelompok B Kedudukan Hakim Dalam Penyelenggaraan Keliuasaan Kehakiman Yang Merdeka Kesinrpulan Umum
5
6 6 7 11 L2 15 15 15 18 LB
20
:
t.25456-
Laporan Ketua Ftelaksana Panel Diskusi Kata Pengantar Ketua Tim Pengarah panel Diskulsi Sambutan dan Perrrbufiaan DEPUTI VIII BAPPENAS Makalah-makalah Penyaj i dan Pembanding JaduaI Acara Panel Diskusi Daftar Peserta-
11
8AB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang. Kekuasaan kehakiman, menurut si stem ketatanegaraan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan salah satu badan penye'lenggara negara, di samping badan penyeienggara negara yang lain : MPR, presiden, DpR, DpA, dan BpK. Hubungan antara kekuasaan kehakiman dan badan penyelenggara negara lainnya didasarkan pada "asas kemandirian". Asas ini ditemukan dasarnya dalam penjelasan pasal 24 dan pasai 2s uuD 1945: "Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Berhubung dengan i t u harus d i adakan j ami nan dal am undang-undang t ent ang kedudukan para hakim". Asas kemandirian kekuasaan kehakiman juga ditemukan dalam TAP MPR Nomor YI/MPR/1913 tentang Kedudukan dan Hubungan tata Kerja Lembaga Tertinggi Negara dengan,/atau antar Lembagalembaga Tingg'i Negara, dan da'lam berbagai undang-undang yang mengatur kekuasaan kehakiman. Kemandi rian kekuasaan kehakiman pernah di se1 ewengkan mel al ui Undang-Undang Nomor 1 9 Tahun 1964, yang kemudian dikoreksi dengan undang-undang Nomor 14 Tahun 1970). Kekuasaan kehakiman yang merdeka berkembang darj teori pemisahan kekuasaan (separation of powers) antara kekuasaan
eksekutif,
legislatif,
dan yudikatif. Dengan tetap mempertahankan asas kemandi ri an kekuasaan kehakiman, teori tersebut dalam perkembangannya melah'i rkan beberapa varian, yaitu teori pembagian kekuasaan (distribut'ion of powers) dan t eori sa'l i ng-mengenda'l i kan kekuasaan ( check and ba'lance ) . paoa saat sekarang, kekuasaan kehakiman tidak lagi hanya didasarkan pada teori pemisahan (pembagian) kekuasaan, tetapi lebih
cjitempatkan dalam kerangka teori negara berdasarkan konstitusi dan negara berdasarkan atas hukum. Kekuasaan kehakiman, sebagai suatu "pengertian,,, tidak ditemukan penjeiasannya dalam Undang_Undang Dasar 1945. Di kalangan para ahr i terdapat kesepakatan umum bahwa pengertian
tersebut mengacu pada ,'fungsi,., yang
mempunya.i makna: kekuasaan daram menjarankan urusan peradiran yang meriputi
ksa, mengad'i ii, dan memuius perkara (fungsi yustisiar). Hal-hal iain yang berada di ruar penye'rengga raan fungsi peradi'lan (f ungsi non yust isia.l ) t idak termasuk ke dalam pengert i an kekuasaan kehakiman. Dengan demi ki an dapat d i bedakan antara "judicja'l power,, dan ,,judicial administration" meme.i
fungsi yustisiar tersebut kemandirian kekuasaan kehakiman harus dijamin, karena itu segala campur tangan kekuasaan ekstra yudisial cii'rarang. Kekuasaan judisial t idak hanya rembaga kepresidenan tetapi jugaekstra MpR, Dalam menjarankan
DPR, DPA, BpK serta kekuasaan ekstra yudisiai iainnya. lvfesk'ipun dikatakan bahwa fungsi non yustisiar tidak termasuk dalam pengertian kekuasaan kehak.iman, tetap.i hal tersebut pe r'l u pu 1 a mendapat perhat i an dan pengat uran secara seksama karena terkait dengan pelaksanaan fungsi yust isiai. pengaturan
fungsi non yust isial tanpa memperhat i kan fungsi yust isiar se I al u mengandung pot ens i mempengaruh i , bahkan daoat mengurangi kebebasan kekuasaan kehakiman. pada saat i ni , pengaturan mengenai f ungsi non yust i si a.l (organi sasi ,
administrasi, dan keuangan) tidak seragam. Untuk i.lahkamah Agung djatur dalam peraturan tersendiri, sedang untuk kekuasaan kehak'iman lainnya (peradi ran Umum, peradi ran Agama, Peradilan r''ririter, dan peradi'ran tata Usaha iJegara), pengurusannya diserahkan kepada pihak pemer.intah.
Masarah pengaturan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka dan pengaturan iungsi atas, pada saat sekarang mendapat non yudisial seperti di
sorotan tajam dari banyak pihak' Kendat i ada jamf nan penyerenggaraan kekuasaan kehak.iman yang merdeka, namun da'ram praktek
i ni seri ngkar i menunjukkan hai yang sebar pengurusan iknya. soar_soar non .yudisiaj yang diserahkan kepada pemerintah dipandang sebagai pembuka
ser
ama
peluang terjadinya praktek-praktek .iniervensi
proses perad.i
I an
saram
.
Kritik terhadap penyerenggaraan kekuasaan kehakiman sesungguhnyu bukan sesuatu yang baru. Hal ini sudah sudah cukup iama menjadi pokok bahasan para ahl j, sepert i juga nampak da'ram seminat Hukum Nasionar Ke II tahun 1g6g dan daram berbagaj .lainnya.
p.rtemuan ilmiah Namun persoalan_persoalan tersebut kini menjadi semakin mengedepan ketika kita memasuki era reformasi. Reformasi pada dasa rnya beriujuan untuk menegakkan kemba.l i prinsip_prinsip dasar demokras.i dan prinsip-prinsip negara berdasarkan atas hukum. Daram negara hukum yang demokratis hukum ditempatkan sebagai har yang uiama da'lam penye'renggaraan keh'idupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (supremasi hukum). Semuanya ;n'i teracai kan cukup lama d j Indonesia.
Sul it mengharapkan .oanyak penyel enggaraan kekuasaan kehakiman yang
hai,
termasuk msrdeka, ket i ka
jalann)ra kehidupan ketatanegaraan sepert i ditunjukkan pada rnasa-masa ia1u, diwarnai oreh ketidak seirnbangan yang mencorok antara badan-badan penyelenggara negara, bahkan ielah menjurus pada pemusatan kekuasaan pada saiu badan penyere.:g3ara negara (eksekutif). rdasarkan
pe rt i mbangan d'i at as dan se j a i an oengan amanat TAp r/pR Nomo r x/NlpR/1g98 mengena.i per 1un;ra pem i qah:n yang tegas antar fungsi-fungsi yudi kat menjadi oenting penyelenggaraan peneri f oari ekser:ut i f , maka ciskusi ce:gan po kok bahasan kekuasaan kehak iman dar am era reiormas i Be
.
2.
Maksud dan Tujuan panel Diskusj
Diskusi paner diselenggarakan oreh Badan perencanaan Pembangunan Nas i onar ( tsAppENAS ) bekerj asama dengan Badan Pembinaan
nasional (BpHN) Departemen Kehakiman. Penyelenggaraan paner diskusi ini bermaksud untuk menghimpun berbagai pemiki,-an para ahl i berkenaaan dengan penyeienggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka da.ram memasuki era reformasi . Tuj uannya Hukum
untuk
memperol eh masukan yang berharga guna judkan kebi jaksanaan ref ormasi cti bidang hukum sebagaimana di amanat kan TAp t.tpR Nomor XI /upa 19gg t entang pokok_pokok Reformasi pembangunan dalam penye.lamatan dan Normal isas j Keh i dupan iVas i ona I sebaga i Ha I uan ltega ra . rnewu
J.
Irlet
ode
pen,ve'l enggaraan
pane'r
Diskusi'in'i dibagj daram
dua sidang yaitu s.idang pleno dan kerompok. sidang pleno dibahas topik_topik tentang Feranan perad i 'ran da r am Negara
;::;:;::n
berdasarkan at as Hukum dan Hakim da'lam penvetenssaraan Kekuasaan Kehakiman yans
seranjutnya di ikut i dengan sidang-sidang kel.mpok yaitu, Kelompok A mendjskusikan tentang peranan pengadi.lan Dalam Negara Berdasarkan Atas Hukum, Ke.ropok B mend.iskus.i
;::;:;:"n {..
kan renrang Hakim Dalarn Penvelenssaraan Kekuasaan Kehakiman yans
Peserta panel Diskusi peserta Fane.l Diskusi di.i kuti .lebih kurang eO oramng ierdi ri dari Perguran Tinggi Negeri maupuan s'asta, peng acara, Kcnsultan, Departemen, Lembaga Non Depurtemen dan pihal.t_pihak terr ibat daram penyerenggaran Kekuasaa,'.' Kehakiman.
4
5.
Tempat dan Wakt u Penye'l enggaraan
Panel Djskusj Hukum
.
ini
diselenggarakan di Badan Pembinaan Nasional Departemen Kehakiman pada tanggal 3 Maret 1999.
**--:l i
BAB
II
POKOK-POKOK BAHASAN PANEL DiSKUSI
A.
Prof .H. Mardjono Reksodiputro, SH.,MA 'l . Komitmen untuk mewu judkan asas kemandi rian kekuasaan kehakiman, belajar dari "pengalaman buruk rnasa ia1u, tidak cukup hanya dilakukan mela'lui "legeslat.i f reform ( pe
rubahan undang-undang ) " , t et ap i
hal
ut
ama adal ah
"semangat", keyakinan akan kebenaran perubahan peraturan
2
-
yang bersangkutan, disertai kejujuran dan kerja keras untuk mengatasi semua kendara yang akan "merongrong'. pelaksanaan yang murni asas kemandi rian tersebut ". Ti dak di pungki.i , bahwa l embaga penegak keadi I an (pengadi'ran) mudah dipengaruhi lembaga eKsekutif . Hal ini kai'ena besar dan 'luasnya kewenangan yang di punyai l embaga eksekut i f untuk untuk "mengatur" 'lembaga penegak keadian melalui pengaruhnya "yang tidak etis,, (hakjm sebaik tidak dinamakan penegak hukum),
Namun demikian masarah in.i
bulkan mencerminkan kesel uruhan permasal ahan yang di hadapi da'lam mel aksanakan perubahan dalam kekuasaaan kehakiman. Katau hanya itu pe rmasa I ahannya
, maka j awabannya re'lat i f melalui penerapan dengan serius dan jujur
3'
sed rehana;
"asas-asas
pertama, penerapan yang baik (beginselen van berhoor'l i jk bestuur) , dan kar au depart emen kehakiman kurang "mu jarab' , kedua, perlgar i han kekeuasaan kehakiman dari "dua atap " ke kondisi "satu atap., yang dituntut sejak lama sehingga seluruh jajaran kekuasaan kehakiman berada di bawah atap Mahkamah Agung. Isu sentral dalam rangka pembaharuan kekuasaan kehakiman .vang mercJeka adalah me'lalui lembaga ,'asas-asas proses peradi'lan yang baik". Merupakan dambaan k.ita semua
terutama suatu
lembaga penegak hukum keadi lan
(pengadilan) yang benar-benar dapat memberjkan rasa aman t erhadap gangguan rasa ket i dakad i r an menyangkut , bai k
yang daiang dari luar gedung pengadi lan berupa i ntervensj lembaga eksekutif , maupun dari dalam gedung pengadi I an sendi ri . l"'asal ah ket i dakbebasan pengadi r an-pengadi I an pengaruh
buruk ciira
ran, kaiau mau ju jur, bukan sarah pemeriniah tetapi juga sarah semua mereka yan-c mempunya.i urusan ciengan pengadi ran, terutama komuniias nukum yang pengad'i
bersang,(ut an B. I I
Dr. T. Mulya Lubis, S.H., LL.M 1. Berbagai permasalahan yang dikemukakan oleh prof. Mardjonc merupakan ha'l-hai ;-an9 sejak janz menjaoi perhat ian ki ta dan capat kita setu ju.i . sesuai dengan semangar reformasi, rnaka yang perlu dila
:er,i aa.o kons:.:;_c.i . f a ini di:asarkan pacia pemikirar bai;.;a keteni.-::i dala:konstit--.' :ersebui meruFa;:3p a;zi- c?._ ser-.a
pe ramsa I
anan i,ang t
i mb:;
I
.
Saya ju:a t.:dak menjamin aCabila .:tid ne_3anenc:_ konstit-_.., riaxa lOOg kita ai: ar m:::a:atkal .::iuasaa:. Kehakirna- yanS bebas dan re:Ceka. .adi sa-, melihat:-.a aca Z (dua', hal .,{arJ har-s .dice:.::::a dapa: daia_ rangka i-i.:ghas; lkan Ke;:uasaa,,i ,.iehak:_ar ya?= l::as cv., l'.lerdeka, a i t u pert ama franus i an;. a da: r':oua s.,i s: ennya. _.
1.
ka'lau kita mengamendir konst.itusi kita, setidak_ tidaknya Namun
kita juga merubah uu Kekuasaan Kehakiman, uu r"rahkamah Agung dan uu peradi.ran dan sebagainya. Katakanrah kita menyempurnakan dan mungkin itu tidak akan sempurna, karena itu karya manusia. Tetapi pa.r ing tidak kiia te'rah membangun sistem yang menopang kapasitas jndividua.l mengenai siapa_siapa yang akan menjalankan fungsi peradi 1an ini, seh.ingga pertanyaan yang selama ini menghantui kita, yaitu dualjsme, atau Z (dua) atap dari sistem peradi.lan itu akan terselesaikan. 5' Apabi'ta yang menjadi sumber penyakit dari sistem peradi ran adarah duar isme dari sistem peracii ran kita ini, maka untuk dapat menjadi lebih konkrit tugas_tugas dari Kekuasaan Kehakiman ini drO"rjukan adanya satu garis pemisah antara fungsi yudisial dengan fungsi non yudisial ' Lleskipun hal ini sebena .it untuk rnya agak di'lakukan. tJamun saya tetap beranggapan su.l bahwa untuk menanggulanginya di samping kita memperbaikj kua.l itas manusia apakah itu hakim, jaksa, dan pol isi yang merupakan suatu telahaan, maka trias pcl itika yang berarti pemisahan kekuasaan eksekutif, iegislatif dan yudikatif mutrak untuk dirakukan. Karena daram riteraiur, yang dinaksud dengan Department of Justice acjalah general at t ornel". Jac i seben arnya Depart emen Kehak i man oapat di bubarkan, dan di gant i kan dengan Kej aksaan Agung. Akan tetapi iemba-oa yang mengurusi fungs.i pembaharuan hukum (bengke'j legislasi) harus tetap ada dan lebih ditingkaikan, seperti misalnya lembaga ssmacam 3pirN, yang meiigatur semua produk perundang_uncangan supaya t i dak ka:au.
6'
Judicial corrupt ion , ydflg pada saat ini merJpakan suatu endemik adarah berakar oari masarah corruci ion everywhere. Jadi bukan hanya pada lembaga yudisiai saja ada korupsi. Karau kita dapat rnengambir contcn seperti di Negeri a, ,!'ang rnana hak im rnemai nkan peranan ekcnomi neQ2
8
r
Karena yang masuk menjadi hakim ada'lah kalangan ekonom.i menengah ke atas yang notabene mementingkan masajah ekonomi. Dan untuk di Indonesia saya belum rne'l ihat hal
ini,
karena memang belum ada suatu kajian sosiologis mengena'i populasi hakim di Indonesia. Dar.i Fakuitas Hukum mana mereka berasal, dan dari latar be'lakang sosiar ku'ltura'l mana mereka berasal . Apabi i a lu.lusan dari
universitas-universitas terkena'l seperti uI, uNpAD, uNAiR, uctl tidak ingin masuk menjadi hakim melainkan
'ingin bekerja di kantor konsultan maka para hat
latar belakang dari para hakim/penegak keadilan berasal dari kai angan ke'r as menengah t entunya ha.r i ni
me'latarberakangi pandangan hukum yang universar ini. Tent unya ha'l i n i ada yang sa'r ah yang d i bawa ke Depart emen Kehakiman. Daram har ini ke pengadiran, seperti misalnya budaya mumpungj sme. 7.
Dengan dem'ikian kalau masalah judicial corruption merupakan suatu persoal an, maka sejauhmana kita dapat menemukan SDIU yang b j sa men j aga kead i i an ? Persoa'lannya adal ah pada rekru.itmen hakim. pada saat i ni orang tidak bangga untuk menjadi hakim. Orang tidak merasa "to be a judges" menjadi suatu kebanggaan. Kalau di luar negeri orang yang menjadi hakim merupakan suatu kebanggan dan mereka adalah 1o terbaik dari Fakultas Hukum, sedangkan di Indonesia orang yang menjadi hakim adalah 10 terbawah dari Fakurtas Hukum. sehingga
bagaimana kita mengharap kual itas dari putusan pengadilan. Dan, ini merupakan masarah serius yang kita
B.
hadapi. Di samping itu masarah kese jahteraan para hakim, po1.is.i , dan j aksa . se r ama peme r i nt ahan orde Baru pe rhat i an mengenai kesejahteraan terhadap hakim/penegak keadi lan
;.''
s.
juga be'rum tert ihat. oteh t<arena itu selagi ini masa reformasi , maka masa'lah kese jahteraan ini periu mendapat perhatian da'lam kaitannya meminimatisir Judiciat Corrupt i on i ni . Hal lain yang tidat< disinggung oleh prof .Mardjono adarah t idak munskin independent of judicial kita tumbuh tanpa adanya independent of 'lega1 profesion. Dengan demikian rnen jadi PR bagi k'it a yang hadi r semua adaiah mengenai BAR Association yang kuat yang menjadi tumpuan da'lam rangt
Di samping adanya suatu independent commision yang dicetuskan oteh prof . Mardjono yang kemudian d.i lansir