Makalah Seminar Kerja Praktek TRANSMISI TELEVISI DIGITAL PADA STASIUN RELAY TRANS TV SEMARANG MENGGUNAKAN SDT 200 ARK-6 Adela Ika Anindita ( 21060110120053), Ajub Ajulian Zahra. S.T, M.T (19710719 199802 2 001) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jalan Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang KodePos 50275 Telp. (024) 7460053, 7460055 Fax. (024) 746055
[email protected] Abstrak Televisi merupakan media yang berupa gambar dan suara. Dari televisi berbagai informasi, hiburan, dan pendidikan disampaikan kepada masyarakat. Siaran televisi diolah studio pusat dan kemudian ditransmisikan ke seluruh pemirsa di Indosensia. TRANS TV merupakan salah satu stasiun televisi swasta nasional Indonesia. Pengendalian siaran dikerjakan di Jakarta sebagai pusat. Namun wilayah Indonesia sangat luas dan terdiri dari kepulauan, sehingga diperlukan stasiun-stasiun relay di setiap daerah agar siaran televisi dapat diterima oleh semua masyarakat. Salah satustasiun relay TRANS TV terletak di Gombel Semarang. Untuk mengikuti perkembangan teknologi, TRANS TV mulai melakukan siaran televisi digital. Stasiun relay TRANS TV Gombel Semarang, pentransmisian siaran televisi digital digunakan SDT 200 ARK-6. Fungsi dari SDT 200 ARK-6 adalah untuk mengawasidan mengatur berbagai kegiatan dari unit-unit yang berada di dalamnya (peralatan input dan output).Sehingga bisa diketahui kinerja dari peralatan yang tersambung pada alat tersebut tersebut. Kata kunci: Televisi, Trans TV, SDT 200 ARK-6
relay/transmisi di berbagai penjuru wilayah Indonesia dalam usaha menunjang kualitas transmisi. Stasiun relay berfungsi untuk menyalurkan siaran yang dikirim dari stasiun pusat kepemirsa yang terletak di penjuru daerah. Salah satunya terletak di Gombel Semarang. Pembangunan ini agar tetap terjaganya kulitas siaran selain itu, agar mampu mengikuti perkembangan teknologi dan tidak ditinggalkan oleh pemirsanya. Stasiun relay TRANS TV Semarang mulai menyelenggarakan siaran televisi digital, tetapi pada saat ini masih dalam masa percobaan karena kebijakan pemerintah yang menunda penyiaran siaran televisi digital. Siaran televisi digital yang diselenggarakan oleh stasiun relay TRANS TV Semarang ditransmisikan oleh SDT 200 ARK-6 .
1. Pendahuluan 1.1 LatarBelakang Tidak dapat kita pungkiri dalam era global saat ini, arus informasi yang mengalir terjadi sangat cepat. Sarana penyampaian informasi pada masyarakat semakin mudah untuk diakses. Televisi merupakan salah satu media massa yang sangat efektif dan dapat dinikmati secara luas oleh seluruh lapisan masyarakat. Pada mulanya televisi ditemukan oleh John Logie Baird, seorang Skotlandia. Televisi temuan J.L. Baird yang awalnya masih berupa gambar hitam putih serta berbentuk layar cembung. Perkembangan televisi sekarang ini tidak hanya berupa gambar yang mencapai jutaan warna, tetapi juga bentuknya semakin tipis. Selain kedua hal tersebut televisi sudah mulai berganti dari televisi analog menjadi televisi digital. Televisi merupakan salah satu sarana edukasi, hiburan, dan media massa yang dinikmati hampir seluruh penduduk Indonesia. Hal ini menjadikan televisi menjadi bidang yang potensial untuk dikembangkan. Keuntungan yang diperoleh dari bidang ini tampaknya sangat besar, terbukti dengan bermunculan stasiun-stasiun televisi swasta yang saling berlomba dalam meningkatkan kualitas siaran dari segi program acara mau pun pentransmisiannya. TRANS TV sebagai salah satu stasiun televisi swasta mendirikan stasiun
1.2 Tujuan Tujuan dari kerja praktek di Stasiun Relay Trans TV Semarang adalah: 1. Untuk mengetahui sistem transmisi pada Stasiun Relay Trans TV Semarang. 2. Untuk mempelajari dasar-dasar siaran televisi digital. 1.3 BatasanMasalah Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis membatasi kajian mengenai masalah yang dibahas. Adapun pembahasan 1
yang penulis angkat adalah mengenai dasar sistem televisi, konfigurasi, cara kerja, dan perawatan dari SDT 200 ARK-6.
kendaraan yang bergerak, sehingga tidak terjadi gambar bergoyang atau berubahubah kualitasnya seperti pada TV analog saat ini.
2. Televisi Digital 2.1 PengertianTelevisi Digital Perkataan televisi berarti “melihat dari kejauhan”. Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah gambar dan suara ke dalam gelombang elektronik. Televisi digital atau DTV adalah jenis televisi yang menggunakan modulasidigital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal gambar, suara, dan data ke pesawat televisi. Televisi digital merupakan alat yang digunakan untuk menangkap siaran TV digital, perkembangan dari sistem siaran analog ke digital yang mengubah informasi menjadi sinyal digital berbentuk bit data seperti komputer.
c. Tahan terhadap efek interferensi Teknologi ini punya ketahanan terhadap efek interferensi, derau dan fading, serta kemudahannya untuk dilakukan proses perbaikan (recovery) terhadap sinyal yang rusak akibat proses pengiriman atau transmisi sinyal. Perbaikan akan dilakukan di bagian penerima dengan suatu kode koreksi error (error correction code) tertentu. d. Efisiensi spektrum/kanal Teknologi siaran televisi digital lebih efisien dalam pemanfaatan spektrum disbanding siaran televisi analog. Secara teknis, pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk siaran televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital sehingga tidak perlu ada perubahan pita alokasi baik VHF maupun UHF. Sedangkan lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan digital berbanding 1 : 6, artinya bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital untuk lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplex dapat digunakan untuk memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda tentunya.
2.2 Keunggulan Televisi Digital a. Kualitas gambar dan suara Siaran televisi digital terrestrial menyajikan gambar dan suara yang jauh lebih stabil dan resolusi lebih tajam dari pada analog. Hal ini dimungkinkan oleh penggunaan sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) yang mampu mengatasi efek lintas jamak (multipath). Pada sistem analog, efek lintasan jamak menimbulkan echo atau gaung yang berakibat munculnya gambar ganda (seakan ada bayangan). Penyiaran televisi digital menawarkan kualitas gambar yang sama dengan kualitas DVD, bahkan stasiun-stasiun televisi dapat memancarkan programnya dalam format 16:9 (layar lebar) dengan standar Standard Definition (SD) maupun High Definition (HD). Kualitas suara pun mampu mencapai kualitas CD Stereo, bahkan stasiun televisi dapat memancarkan suara dengan Surround Sound (Dolby Digital TM).
2.3 Dasar Sistem Siaran Televisi Digital Perbedaan yang paling mendasar antara sistem penyiaran televisi analog dan digital terletak pada penerimaan gambar lewat pemancar. Pada sistem analog, semakin jauh dari stasiun pemancar televisi, sinyal akan melemah dan penerimaan gambar menjadi buruk dan berbayang. Sedangkan pada sistem digital, siaran gambar yang jernih akan dapat dinikmati sampai pada titik dimana sinyal tidak dapat diterima lagi. Dapat dikatakan, siaran digital hanya mengenal dua kondisi status, terima (kode 1) atau tidak (kode 0). Siaran televisi digital dapat diterima di televisi analog dengan memanfaatkan perangkat Digital Set Top Box (STB)/Digital Receiver/DVB-T Receiver yang menghubungkan antena dengan televisi
b. Tahan perubahan lingkungan Siaran televisi digital terrestrial memiliki ketahanan terhadap perubahan lingkungan yang terjadi karena pergerakan pesawat penerima (untuk penerimaan mobile TV), misalnya di 2
analog. Dengan kata lain Digital STB adalah sebuah dekoder untuk mengubah sinyal digital menjadi gambar dan suara dan menampilkannya pada pesawat televisi analog. Proses lebih detailnya dapat dilihat pada gambari di bawah ini:
Di Indonesia sendiri DVB-S digunakan untuk transmisi siaran televisi digital dari stasiun televisi pusat ke stasiun televisi relay yang ada di daerah-daerah. Yang kemudian transmisi tersebut akan diteruskan ke pengguna televisi digital oleh stasiun televisi relay daerah tapi dengan sistem transmisi DVB-T. 2.4.2 DVB-T (Digital Video BroadcastingTerestrial) DVB-T adalah singkatan dari Digital Video Broadcasting – Terrestrial. DVB-T merupakan DVB standar konsorsium Eropa untuk transmisi penyiaran televisi terestrial digital yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1997 dan penyiaran pertama kali pada tahun 1998 di Inggris. Sistem ini mentransmisikan suara, video dan data digital lain yang terkompresi dalam format MPEG dengan menggunakan modulasi OFDM (Orthogonal Frequency-Division Multiplexing). Dengan teknologi digital, DVB-T dapat memanfaatkan penggunaan bandwidth secara lebih efisien. Satu transponder satelit yang biasanya hanya dapat digunakan untuk satu program TV analog, dengan menggunakan DVB-T dapat digunakan untuk menyiarkan 8 kanal TV digital.
Gambar 1 Perbandinganproses transmisi siaran televisi analog dan digital 2.4 Digital Video Broadcasting (DVB) DVB (Digital Video Broadcast) adalah salah satu sistem yang digunakan untuk mentransmisikan siaran TV digital hingga ke end-user. Dengan teknologi digital, DVB dapat memanfaatkan penggunaan bandwidth secara lebih efisien. Satu transponder satelit yang biasanya hanya dapat digunakan untuk satu program TV analog, dengan menggunakan DVB dapat digunakan untuk menyiarkan 8 kanal TV digital. Selain penambahan kapasitas kanal TV, pada media transmisi terestrial dapat diperoleh kualitas gambar yang lebih baik 2.4.1 DVB-S (Digital Video BroadcastingSatelit) DVB-S adalah singkatan dariDigitalVideoBroadcasting –Satelit. Merupakan standardemodulasiuntuktelevisisatelityang dirilis pada tahun 1994 untuk pertama kalinya, sedangkan pengembanganberlangsung dari tahun 1993 sampai 1997.
Gambar 3 Sistem transmisi DVB-T 2.4.3 DVB-H (Digital Video BroadcastingHandheld) DVB-H (Digital Video Broadcasting – Handheld) adalah teknologi untuk memberikan pelayanan broadcast kepada pelanggan yang menggunakan perangkat genggam. DVB-H adalah pengembangan dari sistem DVB-T (Digital Video Broadcast – Terrestrial), sebuah sistem yang dapat mengirimkan sinyal televisi digital ke perangkat handheld, receiver berdaya baterai. DVB-H merupakan standar yang dikembangkan oleh DVB
Gambar 2 Sistem transmisi DVB-S 3
Organisation,khusus untuk memungkinkan telepon seluler menayangkan siaran televisi.
2.5.3 MPEG-4 MPEG-4 merupakan standard untuk kompresi video, transport, dan object oriented framework yang didesain untuk mendukung aplikasi video digital konvensional maupun interaktif yang mempunyai bit rate berkisar dari 5 Kbps hingga 4 Mbps. MPEG-4 menyediakan fungsi-fungsi baru untukcontent authoring dan peningkatan fleksibilitas. MPEG-4 menggabungkan gambar alami dengan gambar sintetis, mendukung interaksi tingkat tinggi dengan user, dan mengakomodasi semua tipe dan teknologi jaringan.
Gambar 4 Sistem transmisi DVB-H
3.
Transmisi Televisi Digital pada Stasiun Relay Trans TV Semarang Menggunakan SDT 200 Ark-6 3.1 Spesifikasi Umum SDT 200 ARK-6 SDT 200 ARK-6 adalah perangkat keras yang dirancang khusus untuk beroperasi untuk pemancaran sinyal khususnya TV digital namun juga dapat digunakan untuk pemancaran analog. Alat ini dirancang untuk beroperasi sebagai langkah terakhir sebelum pemancaran sinyal. Berdasarkan konsep modular, SDT 200 ARK-6 mampu menangani multi standar baik dalam Digital dan Analog. Peralatan ini didasarkan pada kinerja arsitektur relay yang memiliki fungsi cadangan untuk mencegah kegagalan semua sistem. Fungsi manajemen keamanan ini akan membantu untuk menghilangkan kondisi kegagalan pada suatu titik, sehingga mencegah terjadinya kegagalan yang lebih besar. SDT 200 ARK-6 dapat digunakan sebagai pemancar, sebuah transposer heterodyne, pemancar regeneratif, semua dalam perangkat keras tunggal. ARK-6 UNIVERSAL DRIVER adalah tahan terhadap evolusi masa depan teknologi dan standarisasi: DRIVER ini menjamin jalur upgrade yang sempurna untuk skema modulasi baru yang peneliti akan pengiriman. ARK-6 UNIVERSAL DRIVER sudah mengimplementasikan DVB-T/T2, ATSC / MH, ISDB-T, DTMB, ATV modulasi. SDT ARK-6 memungkinkan pemilihan mode transmisi dalam berbagai cara: jarak jauh, menggunakan kontak kering, melalui perintah SNMP, melalui TCP / IP, menggunakan antarmuka grafis Web, atau bahkan melalui perintah khusus dimasukkan ke dalam aliran transportasi. Interface fungsional yang tersedia
2.4.4 DVB-C (Digital Video BroadcastingCable) DVB-C (Digital Video Broadcasting Kabel ) adalah standar DVB konsorsium Eropa untuk transmisi broadcast televisi digital melalui media kabel. Dan standart ini menjadi sistem transmisi yang paling banyak digunakan untuk televisi kabel digital di Eropa. 2.5
MPEG Content dalam standar DVB diadopsi dari format MPEG. MPEG merupakan format ISO yang tertuang dalam dokumen ISO13818-1. MPEG yang dipilih dalam standar siaran DVB adalah MPEG-Transport Stream dikarenakan sifatnya yang Data Loss Tolerance. 2.5.1 MPEG-1 MPEG-1 merupakan generasi pertama video codec yang diusulkan oleh Motion Pictures Expert Group sebagai sebuahstandar video coding untuk Digital Media Storage (DSM) seperti CD, DAT, Winchester Disc, Optical Drive. Pengembangan standard ini mendapat respon spositif dari dunia industri, yang membutuhkan cara efisien dalam penyimpanan informasi visual pada sebuah media penyimpanan (storage media). 2.5.2 MPEG-2 MPEG-2 video adalah perluasan dari MPEG-1 video. Standar MPEG-2 diperuntukkan bagi berbagai macam aplikasi pengkodean audio-visual. Aplikasi tersebut antara lain broadcast TV, satellite/cable TV, video on demandserta HDTV. 4
untuk jumlah remote control aparat dengan cara protokol serial atau TCP / IP port. Berkat Web server internal aparat dapat mudah dipantau dan dikonfigurasi dan diperbarui menggunakan koneksi LAN dan Web standar Browser. Lebih dari itu, built-in agen SNMP memungkinkan penuh otomatis remote control.
1. Tx A, LED indikator untuk Amplifier pertama pada Transmitter 2. Tx B, LED indikator untuk Amplifier kedua pada Transmitter 3. WARNING, LED indikator jika ada kealahan 4. ALARM, LED indikator jika menggunakan mode Remote 5. REMOTE, tombol beserta LED indikator untuk menjadi mode Remote. Mode "Remote", diaktifkan akan memungkinkan LAN atau TLC menulis operasi (perintah eksekusi). 6. LOCAL, tombol beserta LED indikator untuk menjadi mode Local Mode "Lokal" diaktifkan, tidak akan mengizinkan LAN atau TLC menulis operasi (perintah eksekusi). 7. SET, tombol navigasi Dengan menekan tombol navigasi memungkinkan untuk mengatur atau untuk memeriksa status sistem. Tombol navigasi hanya bisa digunakan pada saat mode Remote. 8. PS 1, LED indikator untuk sumber daya pertama 9. PS 2, LED indikator untuk sumber daya kedua 10.BATTERY, LED indikator untuk baterai 11.OFF, tombol beserta LED indikator dalam keadaan OFF 12.ON, tombol beserta LED indikator dalam keadaan ON
Gambar 5 Tampilan depan SDT 200 ARK-6
Gambar 6 Tampilan monitor depan SDT 200 ARK-6
Gambar 7 Tampilan belakang SDT 200 ARK6
3.2.2 Panel Belakang 1. MAINS A.C., terminal input untuk dihubungkan ke sumber tegangan AC 2. MAIN AC, terminal input untuk dihubungkan ke AUX REMOTE pada peralatan penstabil daya 3 phasa 3. D.C. INPUT, terminal input untuk dihubungkan ke sumber tegangan DC 4. MASTER 1A, terminal input untuk dihubungkan ke Amplifier 5. MASTER 1B, terminal input untuk dihubungkan ke “SLAVE” 6. MASTER 2, terminal input untuk dihubungkan ke “SLAVE” 7. MASTER 3, terminal input untuk dihubungkan ke “SLAVE”
Gambar 8 Tampilan panel display SDT 200 ARK-6 3.2 Panel-panel Pada SDT 200 ARK3.2.1 Panel Depan
5
8. MASTER 4, terminal input untuk dihubungkan ke “SLAVE” 9. SLAVE, terminal input untuk dihubungkan ke “MASTER 1B atau MASTER 2 atau MASTER 3 atau MASTER 4” 10.DRIVER 2, terminal input untuk dihubungkan ke Exiter pertama 11.DRIVER 1, terminal input untuk dihubungkan ke Exiter kedua 12.DETECTORS, berisi 8 terminal input yang mana a. Terminal input 1 disambungkan ke Forward Power pada Antena (sebelum difilter) b. Terminal input 2 disambungkan ke Reflected Power pada Antena (sebelum difilter) c. Terminal input 3 disambungkan ke Forward Power pada Load d. Terminal input 4 disambungkan ke Reflected Power pada Load e. Terminal input 5 disambungkan ke Forward Power pada Antena (setelah difilter) f. Terminal input 6 disambungkan ke Reflected Power pada Antena (setelah difilter) g. Terminal input 7 disambungkan ke Forward Power pada Antena (sebelum difilter) h. Terminal input 8 disambungkan ke Reflected Power pada Antena (sebelum difilter) 13.LIQUID COOLING, terminal input untuk dihubungkan ke soket liquid cooling pada peralatan pendingin 14. INTERLOCK, terminal input untuk dihubungkan ke Filter/Load 15.3 RF Connector, RF Connector bagian kiri dan kanan merupaka terminal input dari Tx A dan Tx B, sedangkan RF Connector bagian tengah merupakan terminal output untuk Combiner
perangkat TRx televisi digital. Sehingga bisa diketahui kinerja dari Power Amplifier dan sistem pendingin. Pengaturan yang dilakukan oleh SDT 200 ARK- 6 secara sederhana dapat dijabarkan seperti berikut. Keluaran dari dua Power Amplifier dihubungkan dengan Control Unit ini. Pada layar display akan ditampilkan nilai jumlahan daya yang dikuatkan dan daya pantulanyang terjadi dari dua Power Amplifier. Daya yang dikuatkan oleh Power Amplifier tadi diteruskan ke peralatan Multiplexing oleh Control Unit ini. Peralatan multiplexing ini akan menggabungkan keluaran dari Control Unit. Setelah digabungkan baru bisa dipancarkan ke penerima siaran televisi digital.
3.3 Prinsip Kerja Control Unit SDT 200 ARK-6 Seperti yang kita tahu fungsi utama dari SDT 200 ARK-200 adalah untuk mengawasidan mengatur berbagai kegiatan dari unit-unit yang berada didalamnya (peralatan input dan output). Perangkat ini melakukan pengontrolan pada keluaran dari Power Amplifier dan sistem pendingin untuk
SWR (Standing Wave Ratio) : Merupakan pemantulan daya yang terjadi pada Power Amplifier. Menampilkan nilai saat ini dari return loss akibat ketidak cocokan dari saluran transmisi.
3.4 Metering Control Unit SDT 200 ARK-6 Untuk mengetahui dan mengawasi output dari tiap panel, makapada Trans TV Semarang dilakukan metering. Metering pada SDT 200 ARK-6 secara umum dilakukan tiap 2 jam sekali untuk mengetahui kinerja alat dan parameter-parameter lain yang berpengaruh dalam pentransmisian sinyal RF. Informasi mengenai SDT 200 ARK-6 dapat diperoleh dari EL Display. Parameter yang dapat diketahui diantaranya: PWR (power) : Informasi mengenai daya yang dikeluarkan dari SDT 200 ARK-6
Gambar 9 Tampilan nilai daya SDT 200 ARK-6
6
5. Content dalam standar DVB diadopsi dari format MPEG, terutama MPEG-2. Pemilihan MPEG-2 untuk sistem koding dan kompresi dilakukan karena terbukti bahwa MPEG-2 mampu memberikan kualitas yang baik sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Gambar 10 Tampilan nilai SWR Control Unit SDT 200 ARK-6 Main AC : Aliran tegangan yang ada di setiap jalur.
6. Set Top Box (STB) adalah alat yang digunakan untuk mengkonversi siaran televisi digital ke siaran televisi analog. 7. Sinyal yang diterima di stasiun relay dikuatkan dengan Power Amplifier agar bisa dipancarkan kembali dengan coverage area yang luas. 8. Metering Control Unit dilakukan 2 jam sekali untuk mengetahui kinerja alat dan kualitas sinyal yang dilakukan.
Gambar 11 Tampilan nilai Main AC SDT 200 ARK-6
4.5 Saran 1. Perlu dibuat aplikasi yang dapat membantu proses pemantauan Control Unit agar data yang diperoleh lebih akurat dan dapat langsung diolah melalui komputer. 2. Diperlukan adanya referensi tentang televisi digital dan transmisi siaran televisi digital. Guna kepentingan pendidikan dan pelatihan, sehingga tidak terjadi kesulitan dalam memahami seluk beluk televisi digital dan transmisinya. 3. Memberikan materi yang lebih banyak, karena Kerja Praktek merupakan salah satu kesempatan bagi mahasiswa untuk menambah ilmu di lapangan. 4. Dapat menjalin hubungan yang lebih lanjut dengan pihak perusahaan, sehingga antara pihak jurusan dan industri ada komunikasi yang baik.
Liquid Cool : Menunjukkan status / keadaan dari Liquid Cool yang terhubung ke Control Unit.
Gambar 12 Tampilan status Liquid Cool SDT 200 ARK-6 4 Penutup 4.4 Kesimpulan 1. Televisi digital memiliki keunggulan daripada televisi analog dalam hal kualitas suara dan gambar, ketahanan terhadap gangguan dan efisiensi spektrum/kanal. 2. Dalam proses pemancaran siaran pada stasiun televisi, dibutuhkan stasiun relay, untuk memperluas jangkauan siaran hingga daerah-daerah yang jauh dari stasiun pusat. 3. Indonesia menggunakan sistem DVB untuk transmisi televisi digital. 4. Ada 4 macam transmisi televisi digital yaitu, DVB-S, DVB-T, DVB-H, dan DVB-C.
DAFTAR PUSTAKA 1. Screen Service Broadcasting Technologies S.p.A..2012. SDT 200 ARK-6.Brescia. Italy. 2012. 2. Dennis, Rooddy& John Coolen. 1995. Electronic Communicatio. Fourth Edition. Prentice Hall Inc, 3. Freeman, Roger L. 1996. Telecomunication System Engineerin., John Willey & Sons Inc. 4. http://en.wikipedia.org/wiki/Digital_Vi deo_Broadcasting 7
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi_di gital 6. http://id.wikipedia.org/wiki/MPEG 7. http://www.elektroindonesia.com/elekt ro/assi0700.html 8. http://broadcastengineering.com/prod ucts/screen-services-introduces-sdtark-series-dvb-t2-compliantmodulator 9. http://www.screen.it/ptbr/catalogue/broadcasting/dvb-t/sdtark-6/sdt-200-ark-6
BIODATA PENULIS
Adela Ika Anindita (21060110120053) dilahirkan di Sleman, 19 Desember 1991. Telah menempuh pendidikan di SD Negeri Pencar II Sleman, SMP Negeri 1 Depok Sleman, SMA Negeri 1 Depok Sleman dan sekarang masih menempuh pendidikan di Jurusan Teknik Elektro konsentrasi Telekomunikasi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang. Semarang, Oktober 2013
Menyetujui Dosen Pembimbing
Ajub Ajulian Zahra, S.T. M.T NIP. 19710719 199802 2 001
8