LAMPIRAN
TRANSKIP WAWANCARA
A. Untuk Pendamping 1. Identitas a. Nama siapa? b. Umur berapa? c. Sejak kapan bekerja di Rifka Annisa?
2. Komunikasi Terapeutik 1.
Bagaimana anda memulai pendekatan pertama kali dengan pasien?
2.
Bagaimana anda membina rasa percaya dengan pasien?
3. Bagaimana cara anda agar penerimaan yang anda lakukan bisa berjalan dengan baik? 4.
Bagaimana anda membangun keterbukaan dengan pasien?
5.
Bagaimana anda mengidentifikasi masalah yang ada pada pasien?
6.
Bagaimana anda dan pasien dalam merumuskan tujuan bersama?
7.
Bagaimana cara anda mengatasi kecemasan pada pasien saat anda dampingi?
8.
Bagaimana cara anda dalam mendengarkan saat sedang pasien?
9. Bagaimana anda memberi kesempatan kepada pasien untuk memulai pembicaraan? 10. Bagaimana anda memberikan penghargaan kepada pasien? 11. Bagaimana anda melakukan klarifikasi jika ada perkataan pasien yang kurang jelas? 12. Bagaimana anda pernah mengarahkan pembicaraan dengan pasien agar mendapat informasi yang lebih mendalam? 13. Bagaimana sikap empati anda terhadap pasien? 14. Bagaimana anda memberi saran kepada pasien? 15. Bagaimana anda melakukan eksplorasi terhadap pasien?
B. Untuk Klien 1.
Bagaimana anda memulai hubungan pertama kali dengan pendamping anda?
2.
Bagaimana anda membina rasa percaya dengan pendamping anda?
3.
Bagaimana cara anda membuka diri terhadap pendamping anda?
4.
Bagaimana anda dan pendamping dapat merumuskan tujuan bersama?
5.
Bagaimana anda mengatasi kecemasan dalam menjalin hubungan dengan pendamping?
6.
Bagaimana sikap penerimaan anda terhadap pendamping?
7.
Bagaimana anda memberi kesempatan kepada pendamping untuk memulai pembicaraan?
8.
Bagaimana cara anda mendengarkan pendamping saat berbicara?
9.
Bagaimana sikap anda saat pendamping mempunyai kesalahan dalam berbicara?
10.
Bagaimana sikap anda saat pendamping memotivasi anda?
11.
Bagaimanakah cara anda dalam menghargai pendamping?
A. Untuk Pendamping Wawancara Tanggal 31 Mei 2016 1. Identitas a. Nama siapa? Novia Dwi Rahmaningsih b. Umur berapa? 24 tahun c. Sejak kapan bekerja di Rifka Annisa? Tahun 2014 2. Komunikasi Terapeutik 1. Bagaimana anda memulai pendekatan pertama kali dengan pasien? Dia dirujuk oleh orangtua, tapi tidak mau sebetulnya, duduk terus diam, ditanya sekolah dimana namun sama skali tidak merespon jadi kaya ngmong sendiri. 2. Bagaimana anda membina rasa percaya dengan pasien? salah satu untuk membangun kepercayaan adalah tidak memaksa, bilang tidak apa-apa kok bu blum mau ngomong hari ini, mungkin belum nyaman dan masih capek dan lain-lain. 3. Bagaimana cara anda agar penerimaan yang anda lakukan bisa berjalan dengan baik? 4. Bagaimana anda membangun keterbukaan dengan pasien? cara bangun keterbukaan, tidak memaksa. Seperti juga berkata kalau belum nyaman ngomong tidak apa-apa, kita ngomong yg nyaman-nyaman aja. maka akhirnya ceritalah tentang buku,traveling, hngga anaknya mulai percaya dan menghubungi konselor ingin untuk bertemu.. 5. Bagaimana anda mengidentifikasi masalah yang ada pada pasien? 6. Bagaimana anda dan pasien dalam merumuskan tujuan bersama? Bertanya apa yg diharapkan, harapannya dia, biasanyakan kalau pelecehan seksual kan terkait usia anak maka butuh komunikasi juga dengan orangtuanya. Biasanya juga bercerita tentang bnyak hal seperti masalah hukum, masalah ini bisa lho dilaporkan ke pihak yg berwajib, kenapa perlu? Pertama untuk memberi efek jera bagi pelaku, untuk pembelajaran masyarakat juga agar tidak melakukan perbuatan itu lagi, cara mlindungi dia juga.. 7. Bagaimana cara anda mengatasi kecemasan pada pasien saat anda dampingi? Kalau cemas ini memang jadi prinsip pendampingan pada umumnya, kalau ada kejadian mendesak adalah dengan intervensi krisis dulu, salah satunya terkait dengan kondisi psikologis klien sperti tiba-tiba histeris,diam,menangis. Maka ditenangi dulu dan mengeluarkan perasaan negatif, bilang aja bukan masalah besar jadi jangan nangis yaa, tapi kalau pngen nangis, nangis aja, kalau dari psikologi ini dinamakan katarsis. Menenangkan dia mengambil nafas bareng-bareng kalau perlu diberi minuman, terus ditawar mau melanjutkan sesi ini atau istirahat dulu baru dilanjutkan selanjutnya saja.
8.
9. 10.
11.
12. 13.
14.
Bagaimana cara anda dalam mendengarkan saat sedang pasien? Memberi perhatian dengan kontak mata, tapi disesuaikan dengan klien juga karena ada juga klien yang tidak suka, sikap tubuh seperti cara duduk biasanya kalau remaja santai saja, lebih mencondong dengan caranya dia, respon-respon verbal, merefleksikan perasaan dia.. Perhatian dngannya.. Bagaimana anda memberi kesempatan kepada pasien untuk memulai pembicaraan? Bagaimana anda memberikan penghargaan kepada pasien? Diperhatikan, bilang terimakasih yaa, kapan-kapan kita ngomong lagi.. dipuji. Jika dalam kasus proses hukum, sidang, juga dipuji kamu berani yaa, kadang diluar kasus, seperti kliennya tidak mau sekolah karena malu dan jadi mau sekolah, maka kasih penghargaan atau dipuji, mba via seneng lho dengernya.. Bagaimana anda melakukan klarifikasi jika ada perkataan pasien yang kurang jelas? Jika pasien ngmongnya pendek, Ditanya bisa tolong ulangi lagi, atau kita rangkum yg kita ketahui misal oh kya gini ya, benar ga? Apakah pemahaman ku kurang tepat? Bisa juga kasih pertanyaan eh jdi kamu setelah pulang sekolah begini dan begini lalu... karena kalau langsung klarifikasi dikhawatirkan kesannya tidak mendengarkan.. harus kreatif, mengarahkan hal yang ringan, seperti kamu suka nonton apa... Bagaimana anda pernah mengarahkan pembicaraan dengan pasien agar mendapat informasi yang lebih mendalam? Bagaimana sikap empati anda terhadap pasien? Dengan respon-respon verbal, memahami kondisi dia kalau kita paham, melakukan refleksi, kamu cemas yaa, kamu marah yaa? Bagaimana anda memberi saran kepada pasien? Lebih memberi informasi terkait skolah, karena bbrapa klien sekolah, terus gali apa yang dimau klien baru kasih informasi seperti gambaran klien mba novia juga sama kasusnya dengan kamu, tapi di semangatt, dijlaskan banyak hal apa yang pernah kita tangani, apa yang pernah kita alami, cerita pribadi kita juga karna yg rugi ya kita sendiri. Inikan untuk memberi perfektif baru, mindset baru.
Wawancara ke-2 tanggal 16 september 2016 1. Bagaimana awal bertemu dan pendekatan dengan klien? Klien itu datang ke Rifka dengan orang tua, saat awal itu kita ngobrol beramerame dengan anaknya juga. Kita mendengar ceritanya. Yang banyak bicara ibunya, sedangkan anaknya diam tapi ada sedikit nimbrung juga. Saat itu kondisinya hamil. Saat itu juga orangtuanya mau mengambil proses hukum dan dibantu oleh Rifka Annisa. Akhirnya setelah ngomong banyak terus janji untuk ngobrol berdua saja.. Yang mendampingi diriku. Aku tawari ke dia dulu, dan dia oke 2. Bagaimana membangun rasa percaya dengan klien? Jadi setelah bertemu itu kan kita terus BAP, saat BAP kami belum menggali cerita dari dia seperti apa
kejadiannya, hanya tau dari versi orangtuanya saja, saat BAP itu sulit, jadi keterangan dianya tidak sinkron. Kita masih melihat yang ditutupi oleh dia, saat itu dari pihak kepolisian hilang kesabaran terhadap anak ini. “dia ini bohong mba, ngapai harus proses hukum” kata polisi. Didatengi bidan dan sebagainya, juga tetep bikin benteng. Selanjutnya masih terus ngobrol-ngobrol. Namun dia tetap masih belum mau terbuka. Kami berkeyakinan bahwa jika dia belum terbuka, maka dia belum siap, jangan memaksa. Karena kalau memaksa seperti sipolisi maka dia tidak akan trust, hingga terus membentuk tembok. Jadi kita ngobrolnya memang melintir-melintir, kadang ngomong hal ini kadang hal itu, kalau tidak nyaman kita melintir-melintir lagi. Nngbrol-ngobrol dikantin, akhirnya baru kliennya terbuka, itu mula-mulanya. Akhirnya dengan sikap kita mau menerima apapun kesiapan dia, hingga dia trust juga, akhirnya dia cerita juga. Pembicaraanpun cukup intens, banyaklah banyakkali. 3 Bagaimana mba memberi penghargaan kepada klien? Kalau kami si lebih ke sikap, salah satunya merencanakan masa depan dia. Terkait proses hukum seperti apa, dalam masa hamil, setelah itu bagaimana.. Sekolahnya dia dan sebagainya., nah saat itu kita lebih motivasi dia bahwa ini bukan titik akhirnya dia, dia masih punya hak untuk sekolah dan dia punya orang2 yang mencintainya. Dan anak inikan motivasinya tinggi untuk sekolah. Jadi kita memberikan penghargaan secara verbal. Kita mendukung apa yang dia lakukan, sharing juga tentang sekolah dan pelajaran. Beberapa kali juga dengan benda, saat proses hukum itu telah selesai, terus untuk memotivasinya dia, seperti alat sekolah. Pas dia lahiran, kita jenguk kayak hubungan antar manusia biasa, tidak ada yang wah gitu tidak. Karna jangan sampai juga dia tergantung sama kita. 4 Bagaimana sikap empati mba terhadap klien? Kalau empati sebetulnya untuk anak ini tantangannya besar untuk empati, karena dia hamil melalui kekerasan seksual dari pacarnya, perkosaan. Dia masih labil kembali dengan pacarnya. Namun dari kita secara objektif, tanpa melihat dari sisi psikologis, itu adalah hal yang bodoh dan tidak masuk akal. Kita tidak bisa bersifat kaya itu ke klien, nanti dia bisa defensif ke kita, tidak trust ke kita. Terus aku menetralisir perasaan ke dia. “wajar kamu masih sayang kedia, wong kamu berapa bulan dengan dia, kamu menjalani gini-gini,, apalagi ia ikut andil juga mengenai kekerasan seksual itu. Karena dia tidak paham kalau anak itu tidak bisa kaya gitu. Aku sih kaya gitu, asal bisa menetralisir perasaan2 itu, aku paham kok kamu masih gini2,, tapi...,, terus aku kasih masukan biar ngerti perasaan dia, karena remaja. Hal-hal kaya gitu, galau dan lainnyalah. Dan emang belum tau, dan istilahnya dia merasa sempat tertolak dengan lingkungannya. Dan dia menganggap pacarnya satu-satunya yang setia, namun dinamikanya berat dalam psikologis sebetulnya, remaja susah banget dimengerti, kadang dia baik, kadang punya sisi jahat juga,, kemudian dia memilah mana yang tidak suka dari orang.. mereka susah untuk
menarik mana sikap yang baik dan buruk (lebih ke personilnya), kalau suka Banget, kalau jahat Banget. Sekarang dia masih sekolah? Iya masih lanjut sekolah, kejar paket sih. Masih aktif pendampingan dengan Rifka Annisa? Kalau kami sudah kami terminasi karena sudah intensif dengan anak ini, proses hukum juga sudah selesai, sudah sampau putusan, tapi kami melihat perkembangan dia sudah cukup baik, kami mengakui kami mempunyai keterbatasan untuk selalu monitoring dan sebagainya, jadi kami sudah terminasi ke dianya bahwa setelah ini kita tidak bisa sering mendampinginya lagi untuk menghubunginya lagi. Tapi kalau dia mau menghubungi kami silakan menghubungi.
Wawancara tambahan tanggal 24 oktober 2016
Bagaimana cara memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan? Aku lupa sih detailnya tapi anak ini kan seneng ngobrol jadi sering kok dia cerita misal tentang sekolahnya, aku tanya juga sekolahnya gimana,, jadi pernah lah dia cerita kaya dia ikut senam di puskesmas, tetap 2 arahjuga sih tapi aku lupa detailnya. Ketika klien ngomongnya kurang jelas gimana untuk mengulang kembali nya mba? Aku parafrase sih, yang aku ingat saat itu si klien ini galau karena pelakunya ini mau sidang, dia kayak menyalahkan diri sendiri, katanya “mba coba yaa aku tidak melapor, dia tidak menjalani hukuman seperti ini.” Dia ada penyesalan, dia tidak mau si pelaku ini dihukum. Jadi aku memparafrase gini: iyaa sih, mesti rasane sedih yaa orang yang pernah jadi pacar kamu tiba-tiba masuk dalam penjara, dan kamu mungkin punya andil, maksudnya kamu yang buat dia gitu. Tapi dipikir-pikir yang membuat dia masuk siapa. Aku biasanya untuk anak ini memparafrase apa yang dia pikirkan, dia inikan cenderung melihat 1 sisi doang, jadi saat kalau berpikir bagus tentang pacarnya, kadang dia lihat sisi buruknya juga, tapi ambivalen gitu, jadi sering kacamatanya sempit gitu, jadi emang aku paraprasekan bagaimana, apa yang dia rasakan itu wajar, tapi ya aku balik lagi proses berpikirnya. Cara mba menggali informasi agar dia lebih terbuka bagaimana? Kami kan sudah punya asumsi-asumsi gitu kan, karena sudah terbiasa dengan kasus-kasus ini, dan punya pola-pola tertentu, ya lebih bertanya, tapi ketika dia tidak siap, kami memberi waktu, kami tidak mengejar, kaya yang pernah aku ceritain kemarin gimana sulitnya mengungkapkan kronologi dari anak ini yang keterangnya berubah-berubah. Jadi kalo kami pendekatannya beda, jadi kami lebih memahami, bagaimana proses hukum yang tidak mudah bagi dia. Ya udah ngobrol aja. “Kepiye emangnya?” Mungkin masih malu atau apa, jadi kami tidak mengintrogasi atau memaksa dia bercerita, ya karna itu kalo orang
ga siap, dipaksa juga akan bisa takut. Jadi menyesesuikan dengan kesiapan klien. Kalau cara refleksi emosi bagaimana mba? ketika dia cerita kehamilannya. “senengnya sudah kedengeran, bisa nendang-nendang, misalnya juga dia cerita tentang temennya pada dateng, hal-hal kayak gitulah. Aku lupa detailnya karena itu terjadi secara otomatis, maksudnya ga ada planning kaya gitu. Tapi kan karena sudah ketrampilan biasa dibawa, jadi ya itu dikembalikan. Apalagi kalo remaja dia seneng diparafrase. Dibandingkan mengajukan pertanyaan, jadi dengan parafrase itu bisa memancing cerita-cerita lebih lanjut. Biasanya ngobrol-ngobrol apa saja mba dengan klien? Kalo aku ke dia, aku menganggap informasi bagaimanapun dari dia itu berharga, jadi aku sama dia ga bisa terlalu street, dia juga kan remaja, jadi istilahnya emangg ada kecocokan, saat ngobrol-ngobrol yang ringan atau serius kaya gitu, terus emang tidak spesifik. Misalnya: oh pertemuan ini, ngomongnya kaya gini aja.. ohh ini gak. Karena kemudian dibagian assessment untuk melihat gambaran menyeluruh dia kaya apa, kemudian jika sudah mulai melenceng, maksudnya sudah mulai basa basi, biasanya dibalik aja. Kaya gitu sih. Misal: oh iyaya gini, tapi kan tadi itu... Ini teknik-teknik dasar, kamu berintraksi dg klien manapun, itu yang kamu bawa. Bagaimana umpan balik klien setelah beberapa pertemuan? Itu yang dengan parafrase, menurut kamu gimana atau kemudian rencana kaya gitu kaan,, setelah dia keluar sekolah dia mau ngapain,, otomatis aku akan bertanya kepada dia, berarti dia kan memutuskan untuk keluar dari sekolah, karena tidak kuat harus berhadapan di sekolah, tapi kalo itu pilihanmu kirakira rencana kedepanmu apa. Itukan sudah mencari pandangan dia, sebenarnya dalam konseling, kebanyakan hal-hal seperti itu dari klien, kalo kita ya tadi jadi cermin aja oh begitu-begitu begini. Misalnya terpikirkan tidak konsekuensi terburuknya apa, tapi kalo mentok tidak bisa kita kasih pandangan baru, kaya ketika dia merasa kasihan dengan pelaku, dan dia tetap dipandangan itu. Nah baru aku masuk dan bilang misalnya begini-begini, tapi akan tetap ditanya menurutmu bagaimana. Dan sering kemudian dari ngomong itu kan, tidak demikian dari kita berikan langsung dicerna oleh dia ya, ya aku memahami ketika masih susah dengan pandangan dia, apa yang mba novia omongin. Dan umpan balik menurutku tidak harus verbal ya, ekspresi non verbalnya diapun juga umpan balik, bagaimana dia tetap kontak mata denganku, gangguk-ngangguk, kemudian terlihat berpikir. Itukan juga umpan balik. Ketika klien sedang bicara sikap mba bagaimana? mata ke klien, tapi ya ga selalu, tapi sebenarnya kalau mendengarkan ga cuma mata tapi juga gerak tubuh, terus tidak melakukan gerakan lain seperti main hp. Informasi apa yang biasa mba kasih ke klien? Diskusi, terus ngasih buku ke dia yaitu novel. Kemudian informasi terkait kehamilan, terus dibawa
pulangkan sama dia. Nanti dipertemuan selanjutnya aku tanyakan bagaimana buku yang kemarin, sudah dibaca belum? Karena anaknya kan suka baca, jadi ya dia cerita apa yang telah dia baca. terus disitu kita melihat umpan balik juga. Kaya gitu sih. Kalo klien-klien lain ada aku kasih film tentang prostitusi, tapi setingannya sekolah gitu ada cups-cupsnya,, nya. Tapi ini bukan klien ini, klien yang lain. Kalo dianya aku tanya bagaimana pandanganmu,, Kalo kamu sehari-hari kaya gini juga gak. Buku juga kita sering ya kaya novel tadi, pernah dikasih tau kedia tentang kesehatan produksi, ketertarikan ketika pubertas, dia cerita ketika dengan pacarnya. Jadi salah satu cara untuk membuat dia buka dirinya sih. Pas novel ini juga anak itu cerita “kekerasannya parah banget, iya mba ternyata ada yang lebih parah dari aku, aku ga mau kalah sama tokoh ini. Karena dia emang suka baca kebetulan, aku juga suka baca jadi kita lebih banyak cerita tentang buku juga. Jadi disesuaikan dengan kliennnya sih. Kalo suka baca ya kasih buku. Ditanya dulu juga kadang, kadang keliatan juga dari anaknya. Rifka juga kan punya band akustis. Jadi klien ini juga pernah aku kasih CD musik dari Rifka, tapi aku gatau dia dengerin atau gak. Lagulagunyanya tentang kampanye kekerasan, kekerasan seksual , kekerasan pada pacaran dan pergaulan remaja. B. Untuk Klien (Bunga) Wawancara tanggal 01 juni 2016
1. Bagaimana anda memulai hubungan pertama kali dengan pendamping anda? Pertama kali memulai hubungan mendatangi rifka annisa, kemudian bertemu mba novia dan saya menceritakan apa yang terjadi saat itu kepada mba novia. 2. Bagaimana anda membina rasa percaya dengan pendamping anda? Membina rasa percaya dengan cara saya selalu terbuka terhadap pendamping saya, dan pendamping saya selalu memberi motivasi. 3. Bagaimana cara anda membuka diri terhadap pendamping anda? Cara saya membuka diri dengan selalu bercerita dan komunikasi. 4. Bagaimana anda dan pendamping dapat merumuskan tujuan bersama? Dengan cara saling memberi pendapat dan selalu berkomunikasi. 5. Bagaimana anda mengatasi kecemasan dalam menjalin hubungan dengan pendamping? Dengan selalu terbuka juga dengan orangtua saya. 6. Bagaimana sikap penerimaan anda terhadap pendamping? Saya merasa nyaman dan lebih terkontrol dengan apa yang diberikan pendamping saya terhadap saya.
7. Bagaimana anda memberi kesempatan kepada pendamping untuk memulai pembicaraan? Dengan bertanya dan meminta pendapat juga dan selalu terbuka. 8. Bagaimana cara anda mendengarkan pendamping saat berbicara? Mendengarkan dan menerima pendapat serta jalan keluar yang baik. 9. Bagaimana sikap anda saat pendamping mempunyai kesalahan dalam berbicara? Sikap saya memberi pendapat dan sedikit membenarkan apa yang salah. 10. Bagaimana sikap anda saat pendamping memotivasi anda? Sikap saya mendengar dan menjadikan motivasi untuk merubah diri menjadi lebih baik. 11. Bagaimanakah cara anda dalam menghargai pendamping? Menerima dengan baik apa yang disampaikan pendamping saya, dan menjadikan motivasi untuk semangat merubah diri menjadi lebih baik.
A. Untuk Pendamping Wawancara Tanggal 13 Juni dan 25 oktober 2016 Identitas a. b. c.
Nama siapa? Budi Wulandari Umur berapa? 28 tahun Sejak kapan bekerja di Rifka Annisa? Mei tahun 2011
Komunikasi terapeutik 1.
2. 3.
Bagaimana anda memulai pendekatan pertama kali dengan pasien? jadi diam saja, kita dicuekkin, dianggap tidak ada, belum percaya kepada saya, dia masih ada pandangan negatif terhadap diri saya, “wah nanti mba-mba nya ini jangan-jangan akan memarahi saya, membuat saya malu, yang biasa digambari remaja saat awal bertemu. Namun setelah itu kita pancing “aku pernah juga lho menjadi remaja ketika jatuh cinta, pernah mengalami apa itu kangen, rindu. Nah aku sadar ketika kalau terjadi kekerasan itu tidak boleh terjadi, baru kita giring perlahan-lahan, gituu. (13 Juni 2016) Bagaimana anda membina rasa percaya dengan pasien? Ya tadi (poin 1) Bagaimana cara anda agar penerimaan yang anda lakukan bisa berjalan dengan baik? Jadi yg namanya remaja itu unik, kalo dia awalnya diam, terus
kita lakukan buiding trust, kita pendekatan dulu, posisikan sebagai teman, dia menutup diri, dia merasa tidak beharga, nilai tentang keperawanannya itu sudah tidak berguna lagi, tidak melanjutkan sekolah. Jangan judgement, pokoknya prinsip-prinsip pendampingan itu sangat kita jaga supaya dia merasa nyaman. Kan namanya remaja kalau ketemu teman sebaya suka curhat, kita kondisikan seperti itu. (13 Juni 2016) 4. Bagaimana anda membangun keterbukaan dengan pasien? Kan namanya remaja kalau ketemu teman sebaya suka curhat, kita kondisikan seperti itu. Cerita tentang hobi, sekolah, cerita tentang saat aku masih remaja yang ketika itu lagi jatuh cinta. Menyesuaikan dengan dia sih(13 Juni 2016) 5. Bagaimana anda mengidentifikasi masalah yang ada pada pasien? Kita lakukan kita lakukan buiding trust, kita pendekatan dulu, sampaikan kalo masalah ini harus dilaporkan agar pelaku jera tidak melakukannya lagi. (13 Juni 2016) 6. Bagaimana anda dan pasien dalam merumuskan tujuan bersama? Kita ajak ngomong dia dengan ramah, cerita tentang kesehatan reproduksi juga, terus tanya ke dia apa yang mau disampaikan, katakan jangan takut. Terus kasih solusi. Kalau udah pembicaraaannya juga udah kemana-mana aku bianyanya “kita bisa ke permasalahannya, mungkin coba lebih detail lagi, lebih diperjelas lagi apa kengininan dan harapan adek, menggiring ke pokok permasalahan.(25 oktober 2016) 7. Bagaimana cara anda mengatasi kecemasan pada pasien saat anda dampingi? 8. Bagaimana cara anda dalam mendengarkan saat pasien berbicara? Mengarah kepada klien, kontak mata juga, mata yang bersahabat, tidak melotot, tidak mengecilkan mata juga, bikin dia nyaman, ada gerakan tangan untuk meyakinkan, tidak menghindar, posisi lebih dekat, tidak terlalu jauh agar kliennya dengar. (25 oktober 2016) 9. Bagaimana anda memberi kesempatan kepada pasien untuk memulai pembicaraan? Apa yang pengen disampaikan, apa yang jadi permasalhan, omongin aja ga apa-apa. Seperti itu.(25 oktober 2016) 10. Bagaimana anda memberikan penghargaan kepada pasien? saya ucapkan terimakasih, saya bahasakan curhat, karna bahasa konseling bagi remaja itu berat, namun tetap prinsip-prinsip konselingnya ada, dan nanti si anaknya mengalami traumatis kita koordinasi dengan keluarga. Dengan buku motivasi untuk klien yang mirip dengan kisah hidupnya yang disediain oleh rifka tentunya, supaya untuk memotivasi dia kalau kamu itu tidak sendirian. “Ini mba punya bacaan menarik lho, siapa tau kalau kamu baca bisa menginspirasi hidupmu. Dari situ barulah berdiskusi. (13 juni 2016) 12. Bagaimana anda melakukan klarifikasi jika ada perkataan pasien yang kurang jelas? Mungkin bisa diulangi, seperti itu, soalnya kok mba wulan pahami, kalau adek sendiri bagaimana, soalnya kita dalam satu frekuensi yang sama, yang dikomunikasika A, maka yang ditangkap juga A. (25 oktober 2016)
13. Bagaimana sikap empati anda terhadap pasien? Bagaimana sekarang kondisinya, ohh jadi seperti itu yaa yang sedang dialami yaa, lebih ke kita melihat detail. Misal: pusing, ohh bagian mana yang pusing? (25 oktober 2016) 14. Bagaimana anda memberi saran kepada pasien? Memberi Informasi adalah bagaimana ketika mengeluh seperti sulit bobo, terus kata aku coba dengarkankan musik, karena bisa lebih nyaman, musik apa saja, kalau dia suka yang melow. Menarik nafaas bersama-sama agar lebih tenang. Musiknya kita yang siapkan. Kalau dia bawa hp langsung saja. (25 oktober 2016) 15. Bagaimana anda melakukan eksplorasi terhadap pasien? Dengan pertanyaan terbuka tadi, mengapa, apa, dimana, kapan, siapa, bagaimana (5w 1H), kita gunakan ini ke dia juga ke klien yang lain. Terkait permasalahannya untuk mengembalikan ke kliennya/ tujuannya. (25 oktober 2016)
Klien 2 Mawar Tanggal 5 september 2016 1. Bagaimana anda memulai hubungan pertama kali dengan pendamping anda? Dari orang tua 2. Bagaimana anda membina rasa percaya dengan pendamping anda? Dengan ketelatenan, ketepatan, kesabaran dalam menghadapi klien, memberi motivasi dan pengarahan. 3. Bagaimana cara anda membuka diri terhadap pendamping anda? Awalnya saya tidak mau menceritakan hidup saya kepada siapapun, tapi karna begitu sabarnya pembimbing saya peduli terhadap saya, saya mulai untuk berbicara. 4. Bagaimana anda dan pendamping dapat merumuskan tujuan bersama? Karena kita sudah share dari masing-masing dan kita menemukan titik terang dari pengalaman masing-masing. 5. Bagaimana anda mengatasi kecemasan dalam menjalin hubungan dengan pendamping? Menjaga kepercayaan bahwa pendamping saya adalah orang yang baik. 6. Bagaimana sikap penerimaan anda terhadap pendamping?
Awalnya saya sulit untuk menerimanya, tapi setelah pertemuan ke sekian kalinya dan motivasi yang diberikan membuat saya memberi ruang terhadap dia. 7. Bagaimana anda memberi kesempatan kepada pendamping untuk memulai pembicaraan? Pada awal pertemuan saya hanya diam, tapi pendamping saya terus berbicara yang akhirnya mampu membuat saya juga berbicara. 8. Bagaimana cara anda mendengarkan pendamping saat berbicara? Mendengarkan dan mencoba mencocokkan dengan apa yang saya alami. 9. Bagaimana sikap anda saat pendamping mempunyai kesalahan dalam berbicara? Memaklumi karena manusia adalah tempat salah dan lupa. 10. Bagaimana sikap anda saat pendamping memotivasi anda? Mendengarkan dan mencoba mengambil hikmah dari pemasalahan saya, kemudian membangkitkan semangat diri sendiri. 11. Bagaimanakah cara anda dalam menghargai pendamping? Menerima dan mendengarkan segala anggapan positive yang telah diberikan, belajar dari kesalahan masa lalu, menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Dokumentasi Foto
„Gedung Rifka Annisa Women Crisis Center tampak dari depan‟
„foto peneliti ketika mewawancarai mbak Wulan‟
„Ruang Konseling Rifka Annisa Women Crisis Center‟
„Foto peneliti ketika di Rifka Annisa‟