TRANSGENESIS MANUSIA – HEWAN: APAKAH BERMORAL? (Suatu Tinjauan Etika Moral Gereja Katolik)
PENGANTAR Dunia dewasa ini adalah dunia baru dimana teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang begitu pesat. Dunia bioetika tidak ketinggalan dalam percaturan perkembangan yang pesat ini. Pada jaman dahulu, orang tidak berbicara tentang embrio, bayi tabung, kloning atau transgenesis tetapi saat ini orang harus tahu dan mau berurusan dengan itu. Penemuan teknologi bayi tabung (IVF) membuka banyak peluang bagi para ilmuwan untuk membuat terobosan baru dalam dunia bioetika seperti kloning, transgenesis dan lainnya.1 Dalam tulisan ini, penulis secara khusus membahas masalah teknik transgenesis manusia-hewan yang bersentuhan langsung dengan genetika manusia. Dalam pembahasan ini, penulis memakai artikel “ethics and human-animal transgenesis” dari Nicholas Tonti-Filippini, John I. Fleming, Gregory K. Pike, dan Ray Campbell2 sebagai sumber utama. TEKNIK TRANSGENESIS MANUSIA – HEWAN 1. Latar Belakang Transgenesis Suatu pertanyaan yang mungkin adalah, apa yang melatarbelakangi para ahli membuat transgenesis manusia-hewan? Jawabannya adalah untuk kebutuhan medis khususnya xenotransplantasi. 3 Alasan ini sangat
1 2
3
62
Pernyataan ini secara tegas disampaikan oleh gereja Katolik dalam dokumen Donum Vitae I.6 Gregory K. Pike, Ph.D.; Scientist and Director Southern Cross Bioethics Institute Adelaide, Australia. Nicholas Tonti-Filippini, M.A., Ph.D.; Senior Lecturer and Permanent Fellow John Paul II Institute for the Study of Marriage and the Family Melbourne, Australia. Ray Campbell, L.Ph.; Ethicist and Director Queensland Bioethics Center Queensland, Australia. John I. Fleming, Th.L, Ph.D.; Ethicist and President Campion College New South Wales, Australia. Pemindahan jaringan atau organ dari tempat satu (manusia atau hewan) ke tempat lain (manusia atau hewan),
Jurnal Ilmiah Filsafat Teologi
baik dan positif untuk kesehatan manusia. Xenotrasplantasi dilakukan kepada manusia yang mengalami kerusakan organ seperti jantung, ginjal dan lainnya. Untuk mengganti kerusakan organ yang rusak, tim medis biasanya mengambil organ dari hewan seperti babi. Persoalan yang terjadi dalam transplantasi ini adalah penolakan tubuh manusia terhadap jaringan hewan. Antibodi manusia segera bereaksi dan menolak ketika ada organ hewan yang masuk. Untuk mengatasi hal ini maka dimasukkan beberapa gen manusia ke dalam embrio hewan sehingga menjadi hewan transgenik. Gen manusia akan menghasilkan protein manusia, dan memadamkan beberapa gen hewan. Hewan transgenik berkembang dari zigot transgenik, dengan jaringan yang dapat memberi hasil tranplantasi yang baik tanpa penolakan. Kloning hewan transgenik mungkin dapat menjadi sumber transplantasi organ. Contoh yang bisa diangkat ialah tentang penggunaan babi sebagai sumber organ untuk transplantasi ke manusia, dengan fokus pada penolakan hiperakut. Idenya adalah dengan menambahkan gen manusia yang berfungsi untuk memproduksi protein yang menghambat penolakan. Dengan demikian menjadi mudah untuk memadamkan gen babi untuk antigen alpha-1, 3-galactosyltransferase 4 sehingga antibodi manusia dapat diarahkan. Skala seluruh genom babi mungkin sebanyak tiga puluh lima ribu gen endogen,5 sehingga perubahan genetik tidak terlalu signifikan dalam hal untuk mengubah sifat dasar babi yang terbentuk. Babi muncul menjadi spesies mirip induknya, meskipun tidak sepenuhnya babi secara genom. Karakteristik manusia akan berada pada tingkat biologis dan tidak akan menghasilkan perubahan yang menimbulkan pertanyaan tentang apakah telah memperoleh hak pilihan moral. 2.
Prosedur Transgenesis Manusia-Hewan6
Prosedur atau cara-cara transgenesis manusia-hewan cukup rumit. Kerumitan ini terletak pada rumitnya masalah genetika dan juga 4
Enzim yang mengkatalisis dengan reaksi kimia
5
Jumlah kromosom babi = 38;
6
http://floridaceae-florida.com/2011/03/rekayasa-genetik-dan-genetically.html, diakses tanggal 8 desember 2012, pukul 22.00 WIB.
FORUM
63
perangkat yang digunakan dalam praktek ini. Dalam penjelasan ini, penulis menggunakan contoh transgenesis manusia dan babi. Perangkat yang digunakan dalam teknologi DNA transgenesis adalah perangkatperangkat yang ada pada bakteri. Perangkat tersebut antara lain adalah: § § § § § §
Enzim restriksi : digunakan untuk memotong DNA Enzim DNA ligase : digunakan untuk menyambung DNA Plasmid: digunakan sebagai vektor untuk melacak DNA kemudian mengklonkan DNA dua potongan DNA. Transposon: digunakan sebagai alat untuk melakukan mutagenesis dan untuk menyisipkan penanda. Pustaka Genom: digunakan untuk menyimpan gen atau fragmen DNA yang telah diklonkan. Enzim transkripsi balik: digunakan untuk membuat DNA berdasarkan RNA.
9.
PERTIMBANGAN MORAL GEREJA KATOLIK 1.
2. 3. 4. 5.
6.
7.
8.
64
Sel somatik dari manusia dan babi diambil dan diletakkan pada cawan petri. DNA manusia dan babi yang terdapat dalam sel somatik diambil kemudian dipotong dengan ensim restriksi. Potongan DNA manusia dan babi disuntik dengan plasmid vector dan transposon. Vektor berfungsi sebagai kendaraan akan membawa gen manusia masuk ke dalam gen babi. Setelah gen manusia-babi terbentuk, gen baru tersebut disuntik enzim transkripsi untuk membuat duplikat gen manusia-babi yang baru. Setelah gen baru melakukan replikasi dan menghasilkan banyak gen, maka gen manusia-babi dimasukkan dalam zigot babi. Di dalam zigot babi, sel akan membelah dan menghasilkan banyak duplikat gen dari gen zigot babi dan gen modifikasi manusia-babi. Pada saat sel-sel mengalami pembelahan maka seluruh gen yang ada pada sel akan diturunkan pada keturunannya. Jurnal Ilmiah Filsafat Teologi
Makalah diskusi Pontifical Academy for Life
Pada bulan September 2001, Pontifical Academy for Life mengeluarkan makalah diskusi berjudul "Prospek untuk xenotransplantation: Aspek Ilmiah dan Pertimbangan Etis.7 Pontifical Academy for Life mempelajari prospek untuk transplantasi organ hewan ke manusia. Dokumen Pontifical Academy for Life menyebutkan persyaratan etika untuk transgenesis dalam kaitannya dengan: § Rasa sakit dan penderitaan pada hewan transgenik § Efek pada keturunan dan reaksi lingkungan § Pengendalian hewan sehingga mereka tidak dilepaskan ke lingkungan § Pembatasan jumlah hewan
Langkah-langkah dalam transegenesis gen manusia-babi adalah sebagai berikut: 1.
Setelah terbentuk koloni besar dari sel-sel inang zigot babi, masing-masing sel akan membawa satu atau lebih molekul DNA rekombinan manusia-babi.
Pemindahan Organ dan jaringan § Evaluasi oleh komite etika Para penulis dari dokumen Pontifical Academy for Life tidak membahas pentingnya genom manusia dalam formasi dan generasi dari sebuah kehidupan manusia, dan pentingnya konsekuen moral dari penggunaan bagian genom manusia untuk menghasilkan makhluk yang secara genetik berasal dari manusia. Dokumen dari Pontifical Academy for Life tidak menawarkan ajaran otoritatis mengenai hal ini. Sehingga nampak ada kebingungan bagi kita bahwa apakah transgenesis manusiahewan diperbolehkan secara moral katolik? Jikalau tidak, apakah ada dokumen lain yang berbicara secara tegas? Perlu diketahui bahwa dokumen dari Vatikan memiliki kekuatan hukum, moral dan iman yang 7
http://www.vatican.va/roman_curia/pontifical_academies/acdlife/documents/r c pa_acdlife_doc_20010926_xenotrapianti_en.html, diakses tanggal 8 desember 2012, Pukul 21.00 WIB.
FORUM
65
berbeda.8 Makalah yang dikeluarkan oleh Pontifical Academy for Life hanyalah makalah diskusi sehingga tidak bisa menjadi ajaran moral. Jawaban atas kebingungan di atas menjadi jelas ketika kita beranjak pada pembahasan pertimbangan moral selanjutnya.
Atas dasar itu, maka orang-orang hidup yang dibentuk sesuai dengan genom manusia memiliki martabat yang luhur dan mutlak. Genom manusia memiliki keluhuran martabat seperti zygot dan manusia dewasa.
2.
Transgenesis = Hibridisasi
Ajaran Donum vitae dari Konggregasi Ajaran Iman Genom Manusia Dan Martabat Manusia
Sebelum kita masuk pada persoalan trangenesis, penulis mengajak kita untuk melihat pandangan awal gereja mengenai genom dan martabat manusia. apakah genom manusia memiliki martabat? Dari pemahaman dasar ini, kita bergerak ke problem transgenesis dengan segala kerumitannya. Salah satu bunyi donum vitae adalah sebagai berikut: Tentu saja tidak ada hasil eksperimen sendirian yang cukup untuk memperkenalkan jiwa roh; tetapi hasil penelitian terbaru mengenai biologis manusia yang mengakui bahwa zigot yang keluar dari pembuahan sudah membentuk identitas biologis individu manusia baru. (Donum vitae, I, 1)
Persoalan lain yang mungkin diajukan adalah apakah tidak dibenarkan jikalau sedikit genom manusia yang kecil menyelamatkan manusia dewasa yang membutuhkan organ transplantasi? Bukankah manusia dewasa juga memiliki hak hidup? Jawaban atas pertanyaan ini dijelaskan dalam uraian panjang berikut. Sebelum masuk pada uraian tersebut, penulis mengutip salah satu bunyi dokumen Donum vitae sebagai dasar untuk pertimbangan moral dalam uraian nanti: Teknik fertilisasi in vitro dapat membuka jalan ke bentuk-bentuk lain manipulasi biologis dan genetik embrio manusia, seperti usaha atau rencana untuk fertilisasi antara gamet manusia dan hewan dan kehamilan embrio manusia di dalam rahim hewan, rencana hipotesis atau proyek menciptakan rahim buatan untuk embrio manusia. Prosedur-prosedur ini bertentangan dengan martabat manusia yang khas insani dan sekaligus bertentangan dengan hak setiap orang untuk dikandung dan dilahirkan dalam pernikahan dan melalui perkawinan. DV. 1, 6
Genom dalam tubuh lebih seperti otak yaitu penting dan inklusif. Genom adalah bagian dari tubuh yang dibentuk oleh jiwa. Bukti penelitian ilmiah menyatakan: a.
b. c.
8
66
Secara biologis, genom manusia mengarahkan pembentukan zigot. Oleh karena itu zigot manusia pada dasarnya memiliki kapasitas untuk rasionalitas. Kehadiran genom manusia merupakan indikasi adanya penyebab pembentukan rasionalitas. Tidak ada hasil empiris yang terjadi dalam zigot yang cukup untuk membawa kita mengenal suatu jiwa roh.
Tingkat pengajaran magisterium yaitu: pertama: credenda (harus dipercaya) contohnya dogma. Kedua: tenenda (harus dipegang teguh) contohnya ensiklik. Ketiga: obsequium, ajaran tentang iman dan moral contohnya ensiklik, Surat pastoral, ajaran iman dari konggregasi. Keempat: servandi, konstitusi, dekrit, motu proprio dari paus atau dewan uskup. Jurnal Ilmiah Filsafat Teologi
Ada dua aspek dari percobaan penyatuan antara gamet manusia dan hewan yang menjadi alasan kutukan ini. Yang pertama adalah kebingungan identitas dan yang kedua adalah kesalahan fatal untuk membentuk suatu makhluk dengan menyatukan gamet manusia dengan sebuah gamet hewan. Kongregasi mengutuk teknik untuk mencapai fertilisasi antara gamet manusia dan hewan. Dari ajaran di atas, apakah secara implisit berbicara tentang transgenesis manusia-hewan? Jawaban atas pertanyaan ini, secara jelas diuraikan pada beberapa persoalan di bawah ini:9
9
Pertanyaan tersebut terdapat dalam artikel “ethics and human-animal transgenesis” dari Nicholas Tonti- Filippini, John I. Fleming, Gregory K. Pike, dan Ray Campbell; kemudian diolah kembali oleh penulis.
FORUM
67
1.
Apakah manusia-hewan Transgenesis dapat disebut sebagai bentuk manusia-hewan hibridisasi?
Rekayasa genetika dibedakan menjadi tiga yaitu: rekombinasi gen, transgenesis dan hibrida. Dari perbedaan ini, dapat dikatakan bahwa transgenesis manusia-hewan bukan bentuk hibrida. Apakah memang demikian? Dalam biologi, keturunan yang dihasilkan terjadi secara generatif dan vegetatif. Generatif berarti melalui fertilisasi sedangkan vegetatif tidak. Pembentukan makhluk hibrida tidak harus melalui fertilisasi.10 Suatu organisme disebut hibrida seandainya ada karakteristik dari dua spesies yang berbeda. Berkaitan dengan diskusi manusia-hewan transgenesis ini, sebuah perusahaan, Stem Cell sciences di Melbourne, telah membentuk suatu organisme yang merupakan gabungan dari inti sel manusia dengan sel ovum babi. Organisme dikembangkan dalam cara yang mirip dengan embrio manusia. Sebuah tim di Massachusetts yang dipimpin oleh Dr Thomas Murray juga melakukan percobaan serupa dengan menggunakan inti sel manusia dan sel ovum sapi. Mereka melaporkan bahwa inti sel manusia mengambil alih dan mengganti protein sapi menjadi protein manusia, dan mereka mengaku telah memperoleh sel induk embrionik manusia dari embrio sehingga terbentuk.
Dari penjelasan di atas, jawaban yang diperoleh adalah transgenesis manusia-hewan dapat disebut sebagai bentuk hibrida. Hal ini karena embrio yang terbentuk mengalami kebingungan identitas. Dengan demikian, ajaran Donum vitae secara tidak langsung mengutuk praktek transgenesis manusia-hewan. Prosedur ini bertentangan dengan martabat manusia. 2.
Jawaban persoalan pertama jelas, bahwa transgenesis manusiahewan dapat disebut sebagai bentuk hibrida manusia-hewan. Persoalan berikut adalah apakah ada proporsi yang dapat diterima teknik trangenesis sehingga tidak menghasilkan bentuk hibrida. Para ilmuwan mengajukan beberapa level yang kiranya dapat diterima diantaranya : § Dalam teknik transgenesis manusia-hewan, genom manusia yang diambil kurang 50% sehingga tidak memberikan dampak bagi zigot hewan yang terbentuk. Kesulitan dari argumen ini adalah persoalan genetika manusia adalah persoalan yang kompleks dan tidak semuanya dipahami. Jumlah seluruh gen manusia diperkirakan 30.000 gen. Dari keseluruhan ini yang baru dipahami secara baik oleh para ilmuwan sekitar 10.000 gen, yang lainnya masih misteri yang belum terpecahkan. § Para ilmuwan mengemukakan bahwa kesamaan genetis antara manusia dan spesies lainnya sangat tinggi, sehingga menjadi hampir identik untuk banyak gen. Dengan demikian mengurangi keunikan dari genom manusia. Kesamaan genetik antara manusia dan simpanse sekitar 96 dan 98%.11 Dari kesamaan ini, maka bisa dibenarkan jikalau teknik transgenesis dipergunakan. Kesulitan dari argumen ini adalah jikalau begitu banyak gen manusia yang hampir sama dengan
Tampak bagi kita bahwa teknik-teknik diatas memang bukan hibrida tetapi cloning gen manusia dan hewan (transgenesis manusiahewan). Bagaimana hasilnya? Pada percobaan antara sel manusia dan ovum babi, dihasilkan embrio baru yang berkarakter manusia-babi. Percobaan antara sel manusia dan ovum sapi juga menghasilkan embrio manusia-sapi. Yang terjadi adalah kebingungan identitas bagi embrio tersebut. Apakah bisa disebut manusia? atau hewan? Walaupun tidak melewati proses hibrida murni namun hasilnya adalah mirip hibrida yaitu kebingungan identitas. Kesimpulan yang diambil adalah baik hibrida maupun transgenesis keduanya sama. 10
Sebagai contoh pencangkokan pohon mangga dengan apel. Dahan baru yang muncul memiliki karakter mangga dan apel sehingga buah yang dihasilkan memiliki dua rasa tersebut.
68
Jurnal Ilmiah Filsafat Teologi
Apakah ada proporsi yang dapat diterima dari praktek manusia-hewan transgenesis?
11
Salah satu contoh gen manusia yang memiliki kesamaan dengan simpanse adalah gen yang membuat manusia dan simpanse mampu mendengar lebih baik. Jumlah kromosom simpanse = 48.
FORUM
69
gen spesies lain, lalu mengapa terjadi penolakan hiperakut pada teknik xenotranplantasi. Selain itu jikalau kesamaan genetik manusia dan simpanse sekitar 98 %, lalu bagaimana dengan perbedaan 2 %?12 Perbedaan kecil dalam urutan nukleotida gen dapat memiliki efek dramatis pada protein yang dihasilkan, dan karena itu berpengaruh pada protein yang dibentuk. § Para ilmuwan mengajukan persoalan DNA sampah. Bagaimana jikalau dalam transgenesis, dipakai DNA sampah manusia. DNA sampah bervariasi dari satu spesies ke speises yang lain. Gen manusia sekitar 30.000 gen. Yang telah diketahui cara kerjanya sekitar 10.000 gen. lalu bagaimana dengan 20.000 gen lainnya. Ada yang mengatakan gen sampah. Kesulitan dari argumen ini adalah bahwa temuan terbaru menyatakan bahwa DNA sampah juga aktif dalam sel. Para ilmuwan telah mendapati bahwa DNA ”sampah” itu berperan sangat penting dalam tubuh dengan menghasilkan bentuk khusus RNA (asam ribonukleat) yang vital untuk kehidupan. § Para ilmuwan mengajukan alasan lain untuk melegalkan transgenesis. Jika gen ditransfer dalam proses alamiah dari manusia ke spesies lain dan sebaliknya, maka genom manusia menjalani suatu bentuk "transgenesis alami," oleh karena itu transgenesis buatan hampir tidak keluar dari jalur alamnya. Kelemahan dari argumen ini adalah sejauh mana praktek ini disebut alami jikalau di dalamnya ada intervensi manusia. Dari uraian di atas, jawaban yang dapat diperoleh adalah tidak ada celah yang dapat diterima dalam teknik transgenenis manusia-hewan. Permasalahan gen adalah permasalahan kompeks dan rumit. Oleh karena itu, tidak dapat dibenarkan untuk teknik transgenesis.
12
70
Satu perbedaan antara manusia dan gorila adalah bahwa manusia tak memiliki gen yang memicu pertumbuhan protein keratin di bagian buku-buku, pada manusia, terdapat gen yang memungkinkan sel sperma berkompetisi satu sama lain sedangkan simpanse tidak. Perbedaan jumlah gen juga membuat manusia lebih cerdas daripada simpanse.
Jurnal Ilmiah Filsafat Teologi
Akibat yang terjadi tetap sama dengan praktik hibrida yang secara langsung ditentang oleh gereja. 3.
Apakah praktek transgenesis manusia-hewan berbeda dari prosedur-prosedur yang melibatkan bakteri?
Pontifical Academy for Life berpendapat bahwa itu bukanlah suatu pelanggaran terhadap martabat memasukkan sebagian kecil dari genom manusia (satu atau beberapa gen) ke dalam bakteri Escherichia coli.13 Praktek ini digunakan untuk memproduksi gen insulin sehingga dapat digunakan untuk mengobati diabetes. Produksi hormon insulin tidak lagi disintesis dari hewan mamalia, tetapi dapat diproduksi oleh sel-sel bakteri dengan cara kloning DNA mamalia yang mengode sintesis hormon insulin. Klon DNA kemudian dimasukkan ke dalam sel bakteri sehingga sel-sel bakteri tersebut akan menghasilkan hormone insulin. Persoalannya terletak pada perbedaan antara bakteri dan zygot hewan. Bakteri adalah organisme mikro bersel tunggal. Ia tidak memiliki kapasitas untuk membentuk blastosit, gastrula, untuk berdiferensiasi sel, atau untuk membentuk suatu organisme kompleks. Bakteri hanya memproduksi gen insulin tanpa membentuk suatu organisme yang kompleks. Zigot memiliki kemampuan membentuk makluk kompleks. Mengubah genom zigot berarti mengubah setiap sel dalam makluk kompleks. Genom zigot menentukan siapa atau apa makluk itu, bukan hanya sebagai sel, tetapi juga sebagai makhluk kompleks yang terdiri dari banyak sel yang berbeda. Selain itu, ada perubahan dalam hewan tersebut yang diwariskan oleh keturunannya. Dari penjelasan di atas maka jawaban yang diperoleh adalah praktek transgenesis manusia-hewan tidak sama dengan transgenesis pada bakteri. Transgenesis pada zygot hewan akan mempengaruhi perkembangan zygot hewan menjadi makluk yang kompleks. Akibat yang terjadi adalah kebingungan identitas dan hal ini sama dengan praktek hibrida yang ditentang gereja. 13
http://www.vatican.va/roman_curia/pontifical_academies/acdlife/documents/r c _pa_acdlife_doc_20010926_xenotrapianti_en.html, diakses tanggal 8 desember 2012, Pukul 21.00 WIB.
FORUM
71
Manusia Adalah Citra Allah Pada introduksi awal dokumen donum vitae, Kongregasi untuk Ajaran Iman menulis mengenai keluhuran manusia sebagai citra Allah. Secara jelas, hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini: Sejak saat pembuahan hidup setiap manusia harus dihormati, karena di atas bumi manusia satu-satunya ciptaan, yang dikehendaki Allah “demi dirinya sendiri” dan jiwa rohani setiap manusia diciptakan langsung oleh Allah; manusia membawa dalam dirinya gambaran Pencipta. Hidup manusia harus dipandang sebagai perkara suci karena sejak awal mula menuntut tindakan pencipta, tujuan satu-satunya. Prokreasi manusia menuntut kerja sama suami istri penuh tanggung jawab dengan kasih subur Allah; hanya Allah adalah Tuhan atas kehidupan dari awal sampai akhir: Tak seorangpun boleh karena alasan apapun juga merebut hak untuk secara langsung menghancurkan hidup manusia tak bersalah. (DV. Intro, 5)
Secara ilmiah, kita dapat membedakan manusia dari makhluk lainnya disaat sel pertama terbentuk. Zigot manusia memiliki genom manusia. Secara alam, genom itulah yang menentukan menjadi manusia dan bukan binatang. Melalui genom, Allah menciptakan manusia baru. Dalam persatuan seorang pria dan seorang wanita, Allah menciptakan manusia baru melalui genom manusia. Manusia baru yang adalah gambar dan rupa Allah.14 Dari uraian di atas maka ketika seorang ilmuwan memotong genom manusia dan menambahkan bagian itu ke genom hewan dalam pembentukan zigot hybrid, ia mulai mengacaukan identitas. Apakah makhluk ini merupakan manusia yang adalah gambar dan rupa Allah.
14
Kej. 1:27 – “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”.
Oleh karena itu, praktek transgenesis yang mengacaukan identitas manusia, secara jelas ditentang oleh gereja. 3.
Dokumen dari Pontifical Council for Pastoral Assistance to Health Care Workers tahun 1995 membahas masalah transplantasi otak dan kelamin dan menyimpulkan bahwa transplantasi tidak beretika. Alasan yang diberikan adalah bahwa otak dan kelamin memberikan kepastian identitas pribadi dan prokreasi manusia. Organ inilah yang mewujudkan keunikan karakteristik orang tersebut, sehingga harus dilindungi. Secara jelasnya, di bawah ini penulis menampilkan kutipan dokumen tersebut. Ethically, not all organs can be donated. The brain and the gonads may not be transplanted because they ensure the personal and procreative identity respectively. These are organs which embody the characteristic uniqueness of the person, which medicine is bound to protect (no. 88).15
Ada masalah identitas yang diabaikan dalam upaya manusiahewan transgenesis. Dengan memasukkan DNA manusia dalam zigot hewan, maka akan terjadi suatu perubahan yang mempengaruhi setiap sel dalam tubuh hewan, termasuk sel-sel otak dan sel-sel reproduksi. Mengapa demikian? Hal ini karena zygot hewan memiliki sel pluripotent. Segala sel yang nanti dimiliki oleh hewan dewasa, secara lengkap dimiliki oleh zygot hewan termasuk sel otak dan kelamin. Maka akibat yang terjadi adalah DNA manusia akan diwariskan oleh keturunan hewan tersebut, dan ketika otak hewan berkembang akan memiliki perubahan-perubahan. Perubahan yang dimaksud tidak lain adalah manusia-hewan dengan kebingungan identitas. Dari uraian di atas, maka praktek transgenesis manusia-hewan sama halnya dengan transplantasi otak dan alat kelamin. Hal ini karena akibat yang terjadi adalah kebingungan identitas dan melanggar 15
72
Jurnal Ilmiah Filsafat Teologi
Dokumen Pontifical Council for Pastoral Assistance to Health Care Workers
http://www.wf-f.org/healthcarecharter.html#Anchor-II-23240, diakses tanggal 12 desember 2012, Pukul 18.00 WIB.
FORUM
73
kesucian prokreasi manusia. Praktek ini secara jelas melanggar martabat manusia. Maka secara tidak langsung praktek transgenesis tidak dibenarkan oleh gereja. REFLEKSI TEOLOGIS (Allah, Sutradara Tunggal Kehidupan Manusia) Seluruh uraian di atas, mau memberikan gambaran secara jelas kepada kita mengenai tindakan tepat dan bijak dalam menjawabi persoalan hidup khususnya berkaitan dengan kelangsungan hidup. Praktek transgenesis sebenarnya memiliki tujuan yang baik dan mulia karena ia mau menyelamatkan manusia yang kerusakan organ melalui xenotransplantasi. Namun tindakan yang diambil kurang tepat dan bijak karena menimbulkan kebingungan identitas dari hewan yang terbentuk. Kebingungan identitas menghancurkan martabat manusia sebagai citra Allah. Atas persoalan ini penulis mau merefleksikan kisah Sara dan Hagar (Kej.16:1-6). Kisah ini nampaknya jauh dari persoalan transgenesis manusia-hewan namun secara jelas mengajarkan kita bagaimana cara tepat menjawab persoalan hidup. Kisah ini dibuka oleh pengarang kitab Kejadian dengan berita kemandulan Sara. Pada masa itu, kemandulan adalah aib besar bagi sang istri. Istri yang mandul adalah istri yang tidak mendapat berkat dari Allah. Sara, si mandul ini memiliki seorang hamba, Hagar namanya. Seorang hamba memiliki ketaatan total pada tuannya. Kemandulan Sara menimbulkan persoalan besar dalam keluarga Abraham. Bukankah sebelumnya Allah telah berjanji dengan Abraham, bahwa ia akan memberikan berkat kepada anak kandungnya? (Kej. 15:4). Nampaknya janji Allah sepertinya mustahil jika berhadapan dengan kemandulan Sara. Sara sekali-kali tidak dapat melihat lagi suatu kemungkinan bahwa janji Allah digenapi. Sara tidak memfitnah Allah, tetapi Sara tidak lagi percaya pada janji Allah. dalam keadaan kecewa, Sara mengambil inisiatif dan mencari jalan untuk mendapatkan keturunan yang sah, supaya janji Allah tergenapi. Barangkali bisa dikatakan bahwa Sara mau menolong Allah untuk menepati janjinya. Sara meminta Abraham untuk menghampiri Hagar hambanya supaya bisa memperoleh keturunan. Tindakan Sara ini
74
Jurnal Ilmiah Filsafat Teologi
tepat secara hukum, karena anak seorang hamba bisa menjadi anak majikannya (Kej.30:3). Sekarang Sara menjadi sutradara rencana Allah. Abraham mendengarkan perkataan Sara. Abraham melupakan firman Allah dan sekarang mengikuti perkataan Sara istrinya. Abraham menghampiri Hagar, lalu Hagar mengandung dan melahirkan Ismael. Apa yang terjadi? Sekarang timbul persoalan baru. Jalan kepintaran manusia Sara menimbulkan kesulitan yang tak disangka-sangka. Hagar memandang rendah Sara, nyonyanya. Sara merasa direndahkan oleh Hagar, Hambanya. Apa tindakan Sara? Walaupun Sara menjadi sutradara, namun kesalahan dilimpahkan kepada Abraham. Abraham dipersalahkan dan diminta untuk bertanggung jawab. Singkat cerita, Hagar ditindas oleh Sara sehingga Hagar pun lari meninggalkan keluarga Abraham. Apa yang bisa direfleksikan dalam kaitan dengan praktek transgenesis manusia-hewan? Permasalahan kerusakan organ (jantung, hati) adalah masalah besar yang berkaitan dengan hidup dan mati. Permasalahan ini ibarat kemandulan Sara dalam kisah tadi. Para ilmuwan biologi berusaha mencari cara untuk mengatasi permasalahan besar ini. Bagaimana caranya supaya manusia (pasien) selamat? Para ilmuwan biologi ibarat Sara yang memikir keras bagaimana mendapatkan anak (janji Allah). Rupanya tindakan dua perbandingan tokoh ini identik. Para ilmuwan melihat bahwa dengan transgenesis manusia-hewan maka manusia bisa selamat. Sara pun demikian, dengan memberikan Hagar kepada Abraham maka ia mendapat anak. Kedua tindakan ini mendapat serentet persoalan baru. Timbul persoalan di atas persoalan. Sara merasa terhina karena direndahkan oleh hambanya Hagar. Dalam praktek transgenesis manusia-hewan, zygot hewan akan berkembang dan memiliki karakter manusia dan hewan. Makhluk baru tersebut adalah makhluk hibrida. Makluk baru dengan kebingungan identitas, sebagai manusia atau hewan. Persoalan demi persoalan timbul. Apakah ia manusia yang bermartabat? Apakah ia citra Allah? Apakah ia memiliki HAM? Dan sederet pertanyaan “apakah” yang lain. Atas persoalan ini, kita kembali kepada prinsip moral Gereja Katolik bahwa tujuan yang baik tidak melegalkan cara yang tidak baik. Selain itu, mari kita berkaca pada misteri inkarnasi, Pribadi kedua dari Tritunggal FORUM
75
Mahakudus telah mengambil genom manusia untuk dirinya sendiri (Yoh. 1:14). Misteri ini secara mendasar menentukan bagaimana kita harus menghormati kesucian genom manusia ketika digunakan untuk membentuk zigot. Biarkan Allah menjadi sutradara dalam irama kehidupan kita. Manusia hanyalah partner Allah bukan menggantikan peran Allah. Penulis mengakhiri seluruh tulisan ini dengan salah satu sabda Yesus yang mungkin sangat cocok untuk direnungkan dalam kaitan transgenesis manusia–hewan. Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu berbalik mengoyak kamu.— Mat. 7:6 Kornelius Maro Mahasiswa STFT Widya Sasana Malang Semester VI
DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Chang, William, OFM Cap. Bioetika sebuah Pengantar. Yogyakarta; Kanisius. 2009. Lempp, Walter. Tafsiran Kejadian 12:4-25:18. Jakarta; BPK Gunung Mulia. 1980. Shanon, Thomas. Pengantar Bioetika. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. 1995. Wilardjo, Like. Bioetika: mengurung minotaurus di dalam labirin. Salatiga; Pustaka Percik. 2009. Sumber Artikel Boediono, Arif. (2011). Pembelahan Sel Dan Kromosom Serta Gametogenesis. Dimuat dalam Jurnal Laboratorium Embriologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. ----. Fertilisasi Dan Penurunan Kromosom. --Filipini, Nicholas Tonti, John I. Fleming, Gregory K. Pike, dan Ray Campbell. (2006). Ethics and Human animal Transgenesis. Dimuat dalam The National Catholic Bioethics Center. Sugiharto, Bowo. (2005). Kromosom Manusia . dimuat dalam www. solid pdf. com. Sumber Internet http://floridaceae-florida.com/2011/03/rekayasa-genetik-dangenetically.html, diakses tanggal 8 desember 2012. http://www.vatican.va/roman_curia/pontifical_academies/acdlife/docu ments/rc_pa_acdlife_doc_20010926_xenotrapianti_en.html, diakses tanggal 8 desember 2012. http://www.wf-f.org/healthcarecharter.html#Anchor-II-23240, diakses tanggal 12 desember 2012.
76
Jurnal Ilmiah Filsafat Teologi
FORUM
77