TRANSFER PENGETAHUAN DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DAN PENGETAHUAN AUDITOR MENGENAI INTERNATIONAL STANDARD ON AUDITING (ISA) Marizza Ovani Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
[email protected] Abstrak
Transfer pengetahuan adalah proses untuk memindahkan pengetahuan dari sumber pengetahuan ke penerima pengetahuan. Menurut Nonaka (1995) proses transfer pengetahuan terdiri dariSocialization, Externalization,Combination, Internalization (SECI). International Standard on Auditing (ISA) merupakan standar audit baru yang diimplementasikan di Indonesia pada 1 Januari 2013. Auditor selaku pihak yang melakukan audit atas laporan keuangan seharusnya memilki pengetahuan yang baik mengenai ISA. Penelitian ini menggambarkan SECI yang terdapat di KAP dan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh auditor mengenai ISA.Mengajukan kuesioner kepada 120 responden yang merupakan auditor di KAP. KAP telah menerapkan proses transfer pengetahuan melalui kegiatan-kegiatan maupun media-media yang digunakan sebagai upaya menciptakan maupun meningkatkan pengetahuan auditornya. Penelitian ini juga menemukan hubungan yang positif antara SECI dengan pengetahuan auditor mengenai ISA. Kata kunci: Transfer pengetahuan, SECI, Pengetahuan Auditor, ISA Transfer of Knowledge in Public Accounting Firm and Auditor Knowledge about International Standard on Auditing (ISA) Abstract Transfer of knowledge is the process of transferring knowledge from the source of knowledge to the recipient’s knowledge.According to Nonaka (1995) knowledge transfer process consits of Socialization, Externalization, Combination, Internalization (SECI). International Standard on Auditing (ISA) is a new auditing standard implemented in Indonesia on January 1, 2013. Auditor as the party thataudit the financial statements should have good knowledge of
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014
ISA. This study describes the SECI atAccounting Firm and the level of knowledge possessed by the auditor about ISA. Submit questionnaires to 120 respondents who are auditors at KAP. KAP has applied the transfer of knowledge process through activities and media are used as a creating and improving knowledge of auditor. The study also found a positive relationship between the SECI with the knowledge of Auditor about ISA.. Key Word
: Transfer of knowledge, SECI, Auditor Knowledge, ISA
Pendahuluan Ketika persaingan semakin ketat dan situasi ekonomi semakin krisis, manajemen dituntut untuk terus meningkatkan peforma, hal ini mendorong terjadinya kecurangan keuangan semakin besar dan menjadi tantangan. Modifikasi strategi audit dan prosedur-prosedur harus dilakukan oleh auditor untuk mengurangi
resiko audit sampai tingkat yang dapat diterma. Sehingga
memadai untuk memberikan pernyataan pendapat yang tepat. Adopsi International Standard on Auditingdi Indonesia merupakan respon rekomendasi dari World Bank serta komitmen Indonesia sebagai negara G-20 yang mendorong setiap anggotanya menggunakan standar profesi internasional. Selain hal tersebut, pengadopsian ISA di Indonesia juga merupakan perwujudan dari UU No 5 tahun 2011 dimana jasa akuntan publik merupakan jasa yang digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi dan berpengaruh secara luas dalam era globalisasi. Peningkatan kualitas audit dapat terjadi jika para auditornya memiliki pengetahuan yang baik mengenai standar audit itu sendiri sebagai pedoman untuk melakukan audit laporan keuangan klien. Menurut Brown dan Stanner (1983), perbedaan pengetahuan di antara auditor akan berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa seorang auditor akan bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan secara efektif jika didukung dengan pengetahuan yang dimilikinya. Cloyd (1997) menemukan bahwa besarnya usaha (proksi dari variabel akuntabilitas) yang dicurahkan seseorang untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan berbeda-beda sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki.Cloyd (1997) juga menemukan bahwa tingkat pengetahuan seseorang dapat meningkatkan kualitas hasil kerja. Transfer pengetahuan mengenai ISA yang diterapkan bagi auditornya di KAP merupakan rumusan masalah pertama dalam penelitian ini. Ketika kita telah melihat gambaran dari bagaimana transfer pengetahuan yang diterapkan di KAP kepada auditornya, maka rumusan masalah berikutnya adalah bagaimana tingkat pengetahuan auditor mengenai ISA. Menurut
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014
Nonaka (1995) transfer pengetahuan berupa SECI dapat berpengaruh pada pengetahuan. Dengan demikian, perumusan masalah berikutnya adalah melihat bagaimana pengaruh dan hubungan dari transfer pengetahuan yang diterapkan di KAP terhadap pengetahaun auditor mengenai ISA serta proses transfer pengetahuan yang bagaimanakah yang mempunyai hubungan positif paling besar atau efektif untuk meningkatkan pengetahuan auditor mengenai ISA. Tinjauan Teoritis Ikujiro Nonaka (1995) merumuskan proses transfer pengetahuanyang terdiri dari 4 (empat) proses yaitu Socialization, Externalization,Combination, Internalization (SECI). Berikut penjelasan dari masing-masing transfer pengetahuan: •
Dari Pengetahuan Tasit ke Tasit (Socialization) Mengubah pengetahuan tasit (terbantinkan) ke pengetahuan tasit (terbatinkan) melalui sharing interaksi langsung dan pengalaman langsung.
•
Tasit ke Eksplisit (Externalization) Proses konversi pengetahuan tasit ke eksplisit disebut eksternalisasi yaitu pengartikulasian pengetahuan tasit (terbatinkan) ke eksplisit melalui proses dialog dan refleksi dan bentuk lainnya.
•
Dari Pengetahuan Eksplisit ke Eksplisit (Combination) Proses konversinya disebut kombinasi yang menggabungkan pengetahuan eksplisit dalam suatu perusahaan agar informasi dapat lebih berguna dan tersistemisasi. Mengumpulkan pengetahuanpengetahuan dari berbagai media kemudian mentransfernya lagi ke media agar dapat disebarkan ke pihak lain.
•
Dari Pengetahuan Eksplisit ke Tasit (Internalization) Proses konversi pengetahuan eksplisit ke tasit disebut dengan internalisasi dimana terjadi proses pembelajaran dan akuisisi pengetahuan yang dilakukan anggota organisasi terhadap pengetahuan eksplisit yang disebarkan ke seluruh organisasi melalui pengalaman sendiri sehingga menjadi pengetahuan tasit. Kritik mengenai SECI dikemukan oleh Stephen Gourlay (2006) menyatakan bahwa SECI dari Nonaka tidak memperhatikan faktor-faktor lain. Menurutnya, perbedaan tugas yang dikerjakan menyebabkan perbedaan pada tingkat pengetahuan yang dibutuhkan, pengetahuan
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014
yang ada tidak secara sempurna dapat ditransferkan, dan tidak secara utuh semua pengetahuan bisa diterima oleh si penerima pengetahuan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis pertama yang akan dibuktikan adalah: H1=Transfer pengetahuan berupa sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan auditor mengenai ISA H2 = Transfer pengetahuan berupa sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan auditor mengenai tujuan auditor berdasarkan ISA H3 = Transfer pengetahuan berupa sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan auditor mengenai tujuan laporan keuangan berdasarkan ISA H4 = Transfer pengetahuan berupa sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan auditor mengenai kelengkapan laporan keuangan berdasarkan ISA H5 = Transfer pengetahuan berupa sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan auditor mengenai perbedaan SPAP dan ISA H6 = Transfer pengetahuan berupa sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan auditor mengenai kewajiban entitas dan kewajiban auditor berdasarkan ISA H7 = Transfer pengetahuan berupa sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan auditor mengenai proses audit berdasarkan ISA H8 = Transfer pengetahuan berupa sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi berpengaruh
signifikan
terhadap
pengetahuan
auditor
dalam
mendeteksi
kecurangan Model Penelitian Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda: Model a Y= α + β1X1+β2X2+β3X3+β4X4 + e
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014
Penelitian ini kemudian dikembangkan dengan melihat hubungan dari SECI tersebut kepada masing-masing indikator untuk menilai pengetahuan auditor. Model b Y1= α +SOSX1+ SO1X2+SO2X3+SO3X4+SO4X5 + SO5X6+SO6X7+SO7X8+EKSTX9+EKS1X10+EKS2X11+EKS3X12+EKS4X13 + EKS5X14+EKS6X15+EKS7X16+KOM1X17+ KO1X18+KO2X19+KO3X20+KO4X21 + KO5X22+KO6X23+KO7X24+ KOM2X25+KO8X26+KO9X27+KO10X28 + KO11X29+KO12X30+KO13X31+ INX32+ e Model c Y2= α +SOSX1+ SO1X2+SO2X3+SO3X4+SO4X5 + SO5X6+SO6X7+SO7X8+EKSTX9+EKS1X10+EKS2X11+EKS3X12+EKS4X13 + EKS5X14+EKS6X15+EKS7X16+KOM1X17+ KO1X18+KO2X19+KO3X20+KO4X21 + KO5X22+KO6X23+KO7X24+ KOM2X25+KO8X26+KO9X27+KO10X28 + KO11X29+KO12X30+KO13X31+ INX32+ e Model d Y3= α +SOSX1+ SO1X2+SO2X3+SO3X4+SO4X5 + SO5X6+SO6X7+SO7X8+EKSTX9+EKS1X10+EKS2X11+EKS3X12+EKS4X13 + EKS5X14+EKS6X15+EKS7X16+KOM1X17+ KO1X18+KO2X19+KO3X20+KO4X21 + KO5X22+KO6X23+KO7X24+ KOM2X25+KO8X26+KO9X27+KO10X28 + KO11X29+KO12X30+KO13X31+ INX32+ e Model e Y4= α +SOSX1+ SO1X2+SO2X3+SO3X4+SO4X5 + SO5X6+SO6X7+SO7X8+EKSTX9+EKS1X10+EKS2X11+EKS3X12+EKS4X13 + EKS5X14+EKS6X15+EKS7X16+KOM1X17+ KO1X18+KO2X19+KO3X20+KO4X21 + KO5X22+KO6X23+KO7X24+ KOM2X25+KO8X26+KO9X27+KO10X28 + KO11X29+KO12X30+KO13X31+ INX32+ e Model f Y5= α +SOSX1+ SO1X2+SO2X3+SO3X4+SO4X5 + SO5X6+SO6X7+SO7X8+EKSTX9+EKS1X10+EKS2X11+EKS3X12+EKS4X13 + EKS5X14+EKS6X15+EKS7X16+KOM1X17+ KO1X18+KO2X19+KO3X20+KO4X21 +
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014
KO5X22+KO6X23+KO7X24+ KOM2X25+KO8X26+KO9X27+KO10X28 + KO11X29+KO12X30+KO13X31+ INX32+ e Model g Y6= α +SOSX1+ SO1X2+SO2X3+SO3X4+SO4X5 + SO5X6+SO6X7+SO7X8+EKSTX9+EKS1X10+EKS2X11+EKS3X12+EKS4X13 + EKS5X14+EKS6X15+EKS7X16+KOM1X17+ KO1X18+KO2X19+KO3X20+KO4X21 + KO5X22+KO6X23+KO7X24+ KOM2X25+KO8X26+KO9X27+KO10X28 + KO11X29+KO12X30+KO13X31+ INX32+ e Model h Y7 = α +SOSX1+ SO1X2+SO2X3+SO3X4+SO4X5 + SO5X6+SO6X7+SO7X8+EKSTX9+EKS1X10+EKS2X11+EKS3X12+EKS4X13 + EKS5X14+EKS6X15+EKS7X16+KOM1X17+ KO1X18+KO2X19+KO3X20+KO4X21 + KO5X22+KO6X23+KO7X24+ KOM2X25+KO8X26+KO9X27+KO10X28 + KO11X29+KO12X30+KO13X31+ INX32+ e Dimana : Y2
= Pengetahuan Auditor mengenai tujuan auditor berdasarkan ISA
Y3
= Pengetahuan Auditor mengenai tujuan laporan keuangan berdasarkan ISA
Y4
= Pengetahuan Auditor mengenai kelengkapan laporan keuangan berdasarkan ISA
Y5
= Pengetahuan Auditor mengenai perbedaan SPAP dan ISA
Y6
= Pengetahuan Auditor mengenai kewajiban entitas dan kewajiban auditor berdasarkan ISA
Y7
= Pengetahuan Auditor mengenai proses audit berdasarkan ISA
Y8
= Pengetahuan Auditor dalam mendeteksi kecurangan
SOS
=Koefisien Regresi KAP mendukung adanya sosialisasi
SO1
=Koefisien Regresi Rapat
SO2
=Koefisien Regresi Magang
SO3
=Koefisien Regresi Forum Diskusi
SO4
= Koefisien Regresi Breafing
SO5
=Koefisien Regresi In house training
SO6
= Koefisien Regresi Diskusi Informal
SO7
= Koefisien Regresi On the-job-training
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014
EKST = Koefisien Regresi KAP Mendukung Adanya Eksternalisasi EKS1 = Koefisien Regresi PPT EKS2 = Koefisien Regresi Video EKS3 = Koefisien Regresi Buku Umum EKS4 = Koefisien Regresi Prosedur Mengaudit EKS5 = Koefisien Regresi Majalah Internal EKS6 = Koefisien Regresi Newsletter EKS7 = Koefisien Regresi Sosialisasi Lainnya KOM1 = Koefisien Regresi KAP Mendukung Adanya Kombinasi Pertama KO1
= Koefisien Regresi PPT untuk Proses Kombinasi Pertama
KO2
= Koefisien Regresi Video untuk Proses Kombinasi Pertama
KO3
= Koefisien Regresi Buku Umum untuk Proses Kombinasi Pertama
KO4
=Koefisien Regresi Prosedur Mengaudit untuk Proses Kombinasi Pertama
KO5
=Koefisien Regresi Majalah Internal untuk Proses Kombinasi Pertama
KO6
=Koefisien RegresiNewsletteruntuk Proses Kombinasi Pertama
KO7
= Koefisien Regresi Kombinasi Lainnya untuk Proses Kombinasi Pertama
KOM2 = Koefisien Regresi KAP Mendukung Adanya Kombinasi Kedua KO8
= Koefisien Regresi PPTuntuk Proses Kombinasi Kedua
KO9
=Koefisien Regresi Video untuk Proses Kombinasi Kedua
KO10 = Koefisien Regresi Buku untuk Proses Kombinasi Kedua KO11 =Koefisien Regresi Majalah Internal untuk Proses Kombinasi Kedua KO12 =Koefisien RegresiNewsletteruntuk Proses Kombinasi Kedua KO13 =Koefisien Regresi Kombinasi Lainnya untuk Proses Kombinasi Kedua IN
= Koefisien Regresi KAP Mendukung Adanya Kombinasi
X1
=KAP mendukung adanya sosialisasi
X2
=Rapat
X3
=Magang
X4
=Forum Diskusi
X5
= Breafing
X6
=In house training
X7
= Diskusi Informal
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014
X8
= On the-job-training
X9
= KAP Mendukung Adanya Eksternalisasi
X10
= PPT
X11
= Video
X12
= Buku Umum
X13
= Prosedur Mengaudit
X14
= Majalah Internal
X15
= Newsletter
X16
= Sosialisasi Lainnya
X17
= KAP Mendukung Adanya Kombinasi Pertama
X18
= PPT untuk Proses Kombinasi Pertama
X19
= Video untuk Proses Kombinasi Pertama
X20
= Buku Umum untuk Proses Kombinasi Pertama
X21
=Prosedur Mengaudit untuk Proses Kombinasi Pertama
X22
=Majalah Internal untuk Proses Kombinasi Pertama
X23
=Newsletteruntuk Proses Kombinasi Pertama
X24
= Kombinasi Lainnya untuk Proses Kombinasi Pertama
X25
= KAP Mendukung Adanya Kombinasi Kedua
X26
= PPTuntuk Proses Kombinasi Kedua
X27
=Video untuk Proses Kombinasi Kedua
X28
= Buku untuk Proses Kombinasi Kedua
X29
=Majalah Internal untuk Proses Kombinasi Kedua
X30
=Newsletter untuk Proses Kombinasi Kedua
X31
=Kombinasi Lainnya untuk Proses Kombinasi Kedua
X32
= KAP
mendukung adanya Internalisasi
Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan 120 responden auditor dari KAP big four maupun KAP non big four yang ada di Jakarta. Semua KAP tempat responden bekerja mendukung adanya proses sosialisas diibuktikan dengan 100% responden menyatakan KAP tempat mereka bekerja mendukung adanya proses sosialisasi. Artinya pertukaran knowledge atau pengetahuan antara
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014
satu karyawan ke karyawan lainnya lebih sering terjadi secara langsung (face to face) dengan melalui kegiatan-kegiatan dari yang bersifat formal seperti rapat sampai dengan kegiatan diskusi yang bersifat informal seperti diskusi informal antar auditor. Kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh KAP tempat responden bekerja adalah breafing yang dilakukan sebelum memulai
Responden
pekerjaan.
150 100
Kegiatan Sosialisasi di KAP 97 96
110 78
94 101 61
50 0
2
Kegiatan Sosialisasi Gambar 1.Grafik Kegiatan yang disediakan KAP untuk mendukung sosialisasi
Gambar 1 menunjukan bahwa sebanyak 110 responden menyatakan KAP tempat mereka bekerja mengadakan breafing sebelum memulai suatu pekerjaan. Budaya breafing yang dilakukan pada KAP biasanya seiring dengan auditor melakukan pekerjaan. Atasan memberikan pengarahan kepada bawahannya atau senior memberikan pengarahan kepada juniornya. Diikuti dengan diskusi informal, rapat serta magang yang dilakukan di KAP untuk dapat mentransfer pengetahuan antar karyawan. Magang menjadi kegiatan yang penting bagi KAP dimana banyak KAP yang belakangan ini memanfaatkan magang untuk dapat membantu pekerjaan auditor ketika waktu peak-season tiba hingga dimanfaatkan untuk merekruit atau mencari karyawankaryawan baru. KAP mendukung adanya proses eksternalisasi untuk dapat mentransfer pengetahuan antar karyawan. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 120 responden sebanyak 108 responden atau 90% responden dalam penelitian ini
menyatakan di KAP tempat mereka bekerja
mendukung adanya proses eksternalisasi. Pendokumentasian pengetahuan dilakukan untuk dapat digunakan oleh auditor untuk mentransferkan pengetahuan mereka kemudian digunakan oleh auditor atau orang lain untuk mendapatkan pengetahuan baru.
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014
Responden
100
Media Eksternalisasi 75 di 73 KAP 24
42
36
30 7
0
Media Eksternalisasi Gambar 1. Grafik media yang disediakan KAP untuk menyalurkan pengetahuan mendukung eksternalisasi
Gambar 2 menunjukan bahwa media yang paling banyak disediakan di KAP untuk mendukung proses eksternalisasi adalah slide power point (PPT) bahan presentasi dari seminar yang karyawan ikuti maupun melalui training. Peneliti membagi kombinasi menjadi dua bagian, yaitu kombinasi 1 dan kombinasi 2. Proses kombinasi untuk mendapatkan pengetahuan dari media tertentu peneliti menggunakan istilah kombinasi 1. Kemudian proses kombinasi untuk menyalurkan pengetahuan auditor dimana pengetahuan tersebut berasal dari media kombinasi 1 peneliti menggunakan istilah kombinasi 2. Hasil penelitian, dari 120 responden sebanyak 101 responden atau 84% responden menyatakan bahwa KAP tempat mereka bekerja mendukung adanya proses kombinasi sementara sisanya sebanyak 16% menjawab KAP tempat mereka bekerja tidak mendukung adanya proses
Responden
kombinasi. Media Kombinasi 1 di KAP 100
78 30
64
89 35
39 14
0
Media Kombinasi 1 Gambar 2.Grafik media yang disediakan KAP untuk mendapatkan pengetahuan mendukung kombinasi 1
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014
Responden
80 60 40 20 0
76
Media Kombinasi 2 di KAP 51
21
31
38
9
Media Kombinasi 2 Gambar 3. Grafik media untuk menyalurkan pengetahuan yang disediakan KAP mendukung kombinasi 2
Gambar 3 menunjukkan bahwa 89 responden mendapatkan pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan mereka dari prosedur mengaudit yang disediakan oleh KAP tempat mereka bekerja. Kemudian dari gambar 4 sebanyak 76 responden menyatakan setelah mereka mendapatkan pengetahuan dari media tertentu kemudian mentransferkan pengetahuan mereka melalui media PPT dan 51 responden melalui buku umum. Media lainnya adalah jurnal dan website. Dari Gambar 2 dan gambar 4 dapat dilihat bahwa auditor paling banyak menyalurkan pengetahuan mereka ke PPT dan buku umum padahal dari gambar 3 menunjukkan bahwa paling banyak auditor mendapatkan pengetahuan dari media prosedur mengaudit kemudian dari PPT dan buku umum masih mendapatkan bagian yang cukup banyak digunakan oleh auditor untuk mendapatkan pengetahuan. Data ini menunjukkan sudah cukup tepat media yang dipergunakan auditor untuk menyalurkan pengetahuannya karena responden yang menggunakan media PPT dan buku umum untuk mendapatkan pengetahuannya juga cukup banyak.Walaupun prosedur mengaudit yang paling banyak digunakan oleh auditor untuk mendapatkan pengetahuan namun ini disebabkan tidak semua auditor dapat menyalurkan pengetahuannya ke prosedur mengaudit. Hasil penelitian, gambar 5 menunjukan sebanyak 99% atau sebanyak 119 responden menyatakan KAP tempat mereka bekerja mendukung adanya proses internalisasi.
Internalisasi 1% Ya Tidak 99% Gambar 4. Diagram KAP mendukung intenalisasi
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014
Perhitungan manual yang dilakukan menggunakan dummy variabel dengan menscorekan setiap jawaban yang ada. Setiap jawaban benar akan mendapatkan score satu (1) dan untuk jawaban yang salah akan mendapatkan score nol (0). Menurut Khomsan (2000) pengetahuan dikatakan baik jika dari seluruh pertanyaan terdapat >80% yang menjawab dengan benar, dikatakan cukup jika terdapat 60%-80% dari pertanyaan yang diajukan dijawab dengan benar, dan dikatakan kurang jika terdapat <60% dari keseluruhan pertanyaan dijawab dengan benar. Penelitian ini menunjukkan bahwa auditor yang menjadi responden penelitian ini dapat menjawab 58% pertanyaan dengan jawaban benar atau kurang dari 60% sehingga pengetahuan auditor mengenai ISA masih dikategorikan kurang. Pengetahuan auditor mengenai ISA masih kurang, dikarenakan ISA merupakan standar audit yang baru diterapkan di Indonesia pada 1 Januari 2013 sehingga auditor masih dalam tahap pengenalan ISA. Selain itu, juga terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan auditor.Menurut (Notoatmodjo, 2003) yang dikutip oleh Hendra (2008), salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan auditor dalam penelitian ini adalah pengalaman dari para auditor. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Responden dalam penelitian ini adalah auditor dengan 65,8% atau sebesar 79 orang dengan jabatan sebagai yunior auditor 29,2% responden atau 35 senior auditor, dan 5% atau 6 responden merupakan manager auditor. Sebagian besar responden adalah auditor dengan jabatan sebagai yunior auditor, ini menunjukkan bahwa pengalaman mereka di KAP tersebut juga masih kurang. Pengujian yang dilakukan untuk mengukur pengaruh SECI di KAP dengan pengetahuan auditor mengenai ISA dilakukan menggunakan software Stata 11.0. Hasil regresi dapat dilihat pada lampiran 3 model a. Berikut adalah hasil regresi yang dimasukan ke daalam model regresi linier berganda: Y= 21.8916985+ 9.61912575 X1+7.15023881 X2+7.41745374 X3+99.7664211 Hasil regresi dapat terlihat bahwa model di atas mempunyai prob > F 0,7338 atau di atas 0,05 artinya model di atas tidak signifikan maka tolak H1. Proses sosialisasi adalah proses dari SECI yang mempunyai hubungan positif yang paling besar untuk mempengaruhi pengetahuan auditor mengenai ISA. Ini dikarenakan proses sosialisasilah yang paling mudah diterapkan untuk mentransfer pengetahuan, tidak perlu menggunakan media namun bisa secara langsung melalui transfer yang formal seperti rapat maupun diskusi informal yang dapat dilakukan kapanpun.
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014
Proses sosialisasi juga memudahkan penyalur dan penerima informasi untuk menanyakan maupun mendapatkan jawaban secara langsung dan cepat. SECI di KAP dengan pengetahuan auditor mengenai tujuan auditor berdasarkan ISA mempunyai pengaruh yang tidak signifikan maka tolak H2 dengan tingkat signifikan 0.5056. Media kombinasi tepatnya PPT adalah media dari kombinasi yang digunakan untuk menyalurkan pengetahuan yang dimilki yang mempunyai hubungan positif yang paling besar untuk mempengaruhi pengetahuan auditor mengenai tujuan auditor berdasarkan ISA. Sedangkan forum diskusi mempunyai hubungan yang paling kecil untuk mempengaruhi pengetahuan auditor mengenai tujuan auditor berdasarkan ISA. Forum diskusi sering digunakan untuk membahas hal yang terjadi seiring berjalannya audit suatu klien, namun untuk tujuan audit secara umum diberitahukan dari awal penugasan audit. SECI di KAP dengan Pengetahuan Auditor mengenai ISA. SECI di KAP dengan pengetahuan auditor mengenai tujuan laporan keuangan berdasarkan ISA mempunyai pengaruh yang tidak signifikan atau tolak H3 dengan tingkat signifikan 0,2474. Media kombinasi buku adalah media dari kombinasi yang mempunyai hubungan positif yang paling besar untuk mempengaruhi pengetahuan auditor mengenai tujuan laporan keuangan berdasarkan ISA. Buku merupakan media yang cukup lengkap bagi apara auditor menemukan tujuan dari setiap laporan keuangan karena dalam buku dapat lebih rinci mengenai penjelasannya. Sedangkan kegiatan sosialisasi lainnya mempunyai hubungan yang paling kecil. Sifat sosialisasi yang mudah dilakukan kapanpun dimanapun membuat fokus pembahasan bisa menjadi kompleks. Artinya topik yang dibahas pada proses sosialisasi tertutama untuk sosialisasi yang informal membuat pembahasan tidak hanya terfokus pada satu topik saja, namun bisa bermacam topik sehingga kadang pembahasan tidak tuntas. SECI di KAP dengan pengetahuan auditor mengenai kelengkapan laporan keuangan berdasarkan ISA mempunyai pengaruh yang tidak signifikan maka tolak H4 dengan tingkat signifikan 0.1741. Media kombinasi tepatnya PPT adalah media dari kombinasi yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan yang dimilki yang mempunyai hubungan positif yang paling besar. Sedangkan kombinasi lainnya untuk proses kombinasi keduaseperti website, internal tools, dan artikel mempunyai hubungan yang paling kecil untuk mempengaruhi pengetahuan auditor mengenai kelengkapan laporan keuangan berdasarkan ISA. Hal ini dikarenakan website, internal tools, dan artikel bukan merupakan media sumber pengetahuan utama bagi para
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014
auditor.Media kombinasi lainnya ini merupakan tambahan media dari KAP tempat mereka bekerja dan tidak semua KAP mempunyai media tersebut. SECI di KAP dengan pengetahuan auditor mengenai perbedaan SPAP dan ISA mempunyai pengaruh yang tidak signifikan dengan tingkat signifikan 0.7438 maka tolak H5. Media eksternalisasi newsletter adalah media dari eksternalisasi yang digunakan untuk menyalurkan pengetahuan yang dimilki yang mempunyai hubungan positif yang paling besar untuk mempengaruhi pengetahuan auditor mengenai perbedaan SPAP dan ISA. Newsletter merupakan media yang ringkas untuk memberikan pengetahuan yang update sehingga pengetahuan mengenai ISA yang tergolong barupun dapat auditor manfaatkan melalui newsletter. Sedangkan media buku umum mempunyai hubungan yang paling kecil untuk mempengaruhi pengetahuan auditor mengenai tujuan auditor berdasarkan ISA. Buku yang membahas mengenai ISA masih terlalu sedikit. Di Indonesia hanya buku Tuanakotta yang membahas mengenai perbedaan SPAP dan ISA. SECI di KAP dengan pengetahuan auditor mengenai kewajiban entitas dan kewajiban auditor berdasarkan ISA mempunyai pengaruh yang signifikan dengan tingkat signifikan 0.0173 maka terima H6. Kegiatan In house training adalah kegiatan dari sosialisasi yang digunakan untuk menyalurkan pengetahuan yang dimilki yang mempunyai hubungan positif yang paling besar untuk mempengaruhi pengetahuan auditor mengenai kewajiban entitas dan kewajiban auditor berdasarkan ISA. KAP mempunyai kegiatan in house training rutin, terutama pada KAP big four. Sedangkan forum diskusi mempunyai hubungan yang paling kecil untuk mempengaruhi pengetahuan auditor mengenai kewajiban entitas dan kewajiban auditor berdasarkan ISA. Terkadang forum diskusi ini tidak diikuti dengan baik oleh pesertanya. Penyaji kadang membicarakan di luar topik dan moderator terkadang tidak mampu mengontrol jalannya diskusi, sehingga diskusi bisa tidak berjalan dengan efektif. SECI di KAP dengan pengetahuan auditor mengenai proses audit berdasarkan ISA mempunyai pengaruh yang signifikan dengan tingkat signifikan 0.0084 maka terima H7. Media kombinasi buku umum adalah media dari kombinasi yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan yang dimilki yang mempunyai hubungan positif yang paling besar untuk mempengaruhi pengetahuan auditor mengenai proses audit berdasarkan ISA. Sedangkan in house training mempunyai hubungan yang paling kecil untuk mempengaruhi pengetahuan auditor mengenai tujuan auditor berdasarkan ISA.
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014
In house training merupakan training yang rutin dilakukan oleh KAP terutama pada KAP big four namun pada kenyataannya in house training memilki hubungan yang sangat kecil, ini disebabkan karena adannya berbagai faktor yaitu dari pelatihan yang diberikan maupun dari peserta in house training tersebut. Baldwin dan Ford (1998) menyatakan bahwa ada tiga variabel yang mempegaruhi keberhasilan dalam transfer pelatihan yaitu karakteristik peserta pelatihan, desain pelatihan dan lingkungan kerja tempat peserta pelatihan bekerja. Pada penelitian yang dilakukan oleh Suhartono dan Raharso (2003) mengenai faktor yang mempengaruhi transfer pelatihan memperoleh kesimpulan bahwa pelatihan yang diberikan kurang berhasil.Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya nilai rata-rata keberhasilan peserta dalam memperoleh pengetahuan. Pelatih dalam pelatihan kadang tidak mempunyai skill yang baik dalam berkomunikasi sehingga bisa menyebabkan ketidaksempurnaan dalam menyampaikan pelatihan kepada pesertaya. Desain pelatihan yang diberikan kadang tidak sesuai dengan kebutuhan para pesertanya sehingga diperlukan perencanaan desain penelitian yang baik untuk dapat mudah diikuti oleh peserta pelatihan. Suasana ketika in bouse training juga dapat mempengaruhi kelancaran maupun hasil dari training tersebut. Hambatan-hambatan teknis seperti ruangan yang tidak nyaman, kebisingan suara saat training berlangsung hingga kurangnya fasilitas yang memadai untuk mendukung training dapat mengganggu kekondusifan jalannya training.Ada pula dari peserta in house training yang kurang tertarik maupun kurang serius dalam mengikuti pelatihan yang diberikan ini disebabkan karena kurangnya motivasi peserta dalam mengikuti in house training. Budaya peserta yang hanya mengikuti in house training karena kewajiban dari KAP bukan didasarkan pada keinginan dari auditor/peserta itu sendiri untuk menambah maupun mengembangkan pengetahuannya mengenai proses audit membuat in house trainingtidak menjadi efektif dalam menambah pengetahuan auditor. Tidak jarang juga pelaksanaan in house training sudah berhasil namun dalam implementasi ke pelaksanaan pekerjaanya kurang berhasil.Kondisi lingkungan kerja yang kurang mendukung auditor untuk mengimplementasikan serta tidak adanya evaluasi setelah dilakukan training. Evaluasi setelah dilakukan training sangatlah bermanfaat untuk dapat mengetahui apakah training yang diberikan sudah efektif dapat memenuhi kebutuhan dari organisasi atau belum. SECI di KAP dengan Pengetahuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan dengan tingkat signifikan 0.0733 maka tolak H8. Proses kombinasi 1 (pertama) yang mempunyai hubungan positif yang paling besar untuk
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014
mempengaruhi pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan. Ketika KAP mendukung para auditornya untuk mendapatkan informasi dari media-media tertentu maka mempermudah para auditor untuk mendapatkan pengetahuan maupun mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. Prosedur mengaudit merupakan media yang banyak digunakan untuk mendapatkan pengetahuan terutama dalam mendeteksi kecurangan. Kita ketahui bahwa standar audit berbasis ISA sangat berfokus pada audit berbasis risiko, sehingga pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan sangat diperlukan. Sedangkan newsletter mempunyai hubungan yang paling kecil untuk mempengaruhi pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan. Newsletter memuat informasi yang ringkas sedangkan dalam mendeteksi kecurangan dibutuhkan prosedur yang cukup panjang. Maka prosedur untuk mendeteksi kecurangan tidak secara rinci dibahas pada newsletter. SA 240 yang berisikan tanggung jawab auditor terkait dengan kecurangan dalam suatu audit atas laporan leuangan mengharuskan auditor bertanggungjawab untuk menjaga skeptisisme profesional selama audit, mempertimbangkan potensi terjadinya pengabaian pengendalian oleh manajemen, dan menyadari adanya fakta bahwa prosedur audit yang efektif untuk mendeteksi kesalahan mungkin tidak akan efektif dalam mendeteksi kecurangan. Wilk dan Zimbelman (2004) menjelaskan temuan dan rekomendasinya terkait dengan penilian risiko kecurangan yaitu auditor yang menggunakan daftar panjang fraud cues dan fraud checklist ternyata tidak akurat dalam penilaian risiko kecurangan,auditor biasanya terlalu menitikberatkan pada tanda-tanda yang menunjukkan karakter manajemen meskipun karakter tersebut tidak akurat,serta standar auditing harus didesain untuk mendorong auditor memikirkan bagaimana manajemen dapat saja memanipulasi persepsi yang mereka dapatkan dari tanda-tanda kecurangan yang diperoleh. Hal ini diperlukan karena rencana audit kurang efektif ketika auditor menggunakan prosedur berdasarkan audit sebelumnya karena hal ini sudah diantisipasi oleh pihak manajemen berdasarkan pengalaman mereka sebelumnya(Wilk dan Zimbelman, 2004). Penelitian ini menunjukan bahwa kombinasi pertama mempunyai hubungan positif yang paling besar untuk mempengaruhi pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.Oleh karena itu KAP perlu merumuskan prosedur audit tambahan jika
faktor-faktor yang memungkinkan
terjadinya kecurangan dijumpai dalam suatu audit (Jusuf, 2001). ISA sebagai standar audit harus mampu mendorong auditor untuk mengumpulkan bukti audit baru yang tidak biasa ataupun bersifat random agar tidak dapat dengan mudah diantisipasi oleh manajemen.
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014
Kesimpulan 1. Transfer pengetahuan mengenai ISA bagi para auditor di Kantor Akuntan Publik. Kantor Akuntan Publik (KAP) mendukung adanya transfer pengetahuan antar karyawan. KAP menyediakan kegiatan-kegiatan maupun media-media yang digunakan agar proses transfer pengetahuan dapat terjadi pada semua pihak di KAP tersebut. Kegiatan-kegiatan maupun media-media yang disediakan oleh KAP dimanfaatkan oleh auditor untuk dapat menciptakan maupun mengembangkan pengetahuan auditor.Kegiatan yang paling banyak dilakukan di KAP adalah briefing sebelum melakukan pekerjaan.Auditor yang memiliki jabatan yang lebih tinggi memberikan arahan kepada auditor yang memiliki jabatan lebih rendah sebelum hendak melakukan audit. Sedangkan media yang paling banyak digunakan auditor untuk mendapatkan pengetahuan yaitu prosedur mengaudit dan PPT serta untuk mentransfer pengetahuan, auditor menggunakan PPT sebagai medianya. auditor
dapat
Ketika auditor memiliki pengetahuan yang memadai maka
meningkatkan
kualitas
kinerja
mereka
dalam
melakukan
pekerjaan.Harhinto (2004) dan Kartika Widhi (2006) menyatakan bahwa keahlian yang diproksikan dalam intensitas pengalaman dan tingkat pengetahuan auditor berhubungan positif terhadap kualitas. 2. Tingkat pengetahuan auditor mengenai ISA SECI yang diterapkan di KAP belum bisa secara optimal meningkatkan maupun memberikan pengetahuan auditor mengenai ISA dengan memadai.Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan auditor mengenai ISA masih dalam kategori kurang (auditor mampu menjawab 58% pertanyaan mengenai ISA dengan benar). Menurut Brown dan Stanner (1983) perbedaan pengetahuan di atara auditor akan berpengaruh terhadap cara auditor menyelasaikan sebuah pekerjaan. Pengetahuan yang dimiliki oleh auditor sangatlah penting karena dapat mempengaruhi kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Handoyo (2012) menunjukkan bahwa pengetahuan auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Harhinto (2004) dan Kartika Widhi (2006) menyatakan bahwa keahlian yang diproksikan dalam intensitas pengalaman dan tingkat pengetahuan auditor berhubungan positif terhadap kualitas. Selain itu
juga
didukung oleh Bonner (1990) yang berpendapat bahwa pengetahuan mengenai spesifik tugas membantu kinerja auditor berpengalaman. Pengetahuan auditor yang kurang
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014
mengenai ISA dapat berdampak pada kurang berkualitasnya audit yang dilakukan oleh auditor.Hal ini menjadi pertimbangan serius bagi KAP untuk dapat mengupayakan pengembangan pengetahuan auditor mengenai ISA sebagai standar audit. 3. Pengaruh transfer pengetahuan di KAP terhadap pengetahuan auditor mengenai ISA. Penelitian ini menunjukan bahwa SECI tidak berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan auditor mengenai ISA, namun SECI mempunyai hubungan yang positif terhadap pengetahuan auditor mengenai ISA.Proses SECI yang mempunyai hubungan positif paling besar dalam meningkatkan pengetahuan auditor mengenai ISA adalah proses sosialisasi. Sosialisasi adalah proses yang paling mudah diterapkan di KAP karena dengan melakukan kegiatan dari mulai formal seperti rapat maupun training hingga kegiatan informal seperti diskusi informal sangat mudah dilakukan. Adanya sosialisasi mempermudah bagi pihak yang ingin mendapatkan pengetahuan untuk secara langsung dapat bertanya atau berdiskusi dengan sumber pengetahuan tersebut. Proses sosisalisasi yang paling banyak diberikan di KAP adalah melakukan briefing sebelum memulai pekerjaan. Terlihat budaya KAP itu sendiri dimana atasan memberikan panduan kepada bawahannya untuk melakukan suatu audit laporan keuangan. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa briefing dilakukan di KAP yaitu 2-6 kali dalam setahun. Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian ini mengukur pengetahuan auditor hanya dari transfer pengetahuan saja. Padahal untuk mengukur pengetahuan auditor tidak hanya didapatkan dari transfer pengetahuan saja. Peneliti selanjutnya dapat memasukan variabel hambatan-hambatan dalam transfer pengetahuan itu sendiri maupun menambahkan variabel independen lainnya untuk dapat mengukur pengetahuan auditor. Ketidakvalidan di beberapa pertanyaan pretest membuat pertanyaan pengetahuan mengenai ISA yang digunakan dalam penelitian ini masih terlalu sedikit. Penelitian selanjutnya bisa memberikan pertanyaan yang lebih variatif. Waktu yang digunakan untuk menyebar kuesioner terlalu singkat. Hanya menggunakan waktu seminggu dan dengan 2 hari libur nasional sehingga tidak bisa menyebar ke KAP yang lebih bervariatif.
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014
Melalui penelitian ini dapat memberikan saran bagi KAP dimana sebaiknya memanfaatkan kegiatan-kegiatan dan media yang ada sebagai sarana transfer pengetahuan antar pihak sehingga dapat meningkatkan pengetahuan auditor. Pengetahuan auditor mengenai ISA masih pada level kurang untuk itu diperlukan kegiatan-kegiatan dan juga media pendukung untuk dapat meningkatkan pengetahuan auditor. Membuat kegiatan-kegiatan maupun media itu menarik dan mewajibkan auditor untuk terlibat dalam proses SECI. Sosialisasi adalah proses transfer pengetahuan dari SECI yang paling banyak mempunyai hubungan positif dengan pengetahuan auditor mengenai ISA, untuk itu KAP dapat lebih meningkatkan kegiatannya pada sosialisasi. Bagi perusahaan sebaiknya memastikan auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan mereka adalah auditor yang memiliki pengetahuan yang update mengenai standar auditing. Sehingga laporan keuangan yang diaudit dapat berkualitas dan terpercaya. Bagi akademisi dan peneliti berikutnya dapat menambahkan indikator lain dalam mengukur pengetahuan auditor seperti hambatan yang terdapat ketika transfer pengetahuan itu berlangsung dan bagaimana transfer pengetahuan dapat secara efektif dilakukan sehingga menghasilkan pengetahuan yang baik. Melihat penerapan ISA dan menguji keefektifan ISA di Indonesia sebagai standar audit yang baru diterapkan.Menerbitkan textbook mengenai audit berbasis ISA dan bagi pengajar untuk memulai mengajarkan audit berbasis ISA. Bagi organisasi profesi untuk dapat menerbitkan atau menyediakan tools, panduan, literatureuntuk digunakan dalam transfer pengetahuan mengenai ISA sehingga dapat membantu dalam penerapan ISA di Indonesia. Daftar Referensi Tuanakotta, Theodorus M. 2013. Audit Berbasis ISA (International Standard on Auditing). Jakarta: Salemba Empat Santoso, Singgih. 2003. Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS versi 11.5. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Sujaweni, V. Wiratna. 2014. SPSS untuk Penelitian. Jakarta: Pustaka Baru Press. Salim, Peter dan Yenny Salim.1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Modern English Press.
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014
Takeuchi, Hirotaka. Ikujiro, Nonaka. 1995. The Knowledge-Creating Company. How Japanese Companies Create the Dynamics of Innovation. New York: Oxford University Press http://www.ifac.org. Diakses 2 Januari 2014 http://www.iaiglobal.or.id. Diakses pada: 02/01/14 http://www.ppajp.depkeu.go.id/. Diakses pada 09/01/14 Munir, N. (2008). Knowledge Management Audit: Pedoman Evaluasi Kesiapan Organisasi Mengelola Pengetahuan. Jakarta: Sekolah Tinggi Manajemen PPM. Santoso, S. (2002). Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15. Jakarta: Gramedia. Silalahi, U. (2010). Hubungan corporate etrepreneurship dan knowledge management sebagai basis kinerja inovasi BUMN Go-Public : Studi komparasi pada pada BUMN Go-Public Indonesia berteknologi dinamis dan berteknologi stabil. Depok: Disertasi FEUI. Sobar, D. E. (2012). Penerapan manajemen pengetahuan dan analisis efektivitas pelaksanaan program pelatihan sebagai salah satu bentuk aplikasi konsep knoledge management di PT Tigaraksa Satria, TBK . Depok: Skrispsi FEUI. Soedibyo, A. N. (2010). Peran Nutrient information dan information consciousness dalam memoderasi hubungan antara job satisfaction dan turnover intention di Kantor Akuntan Publik. Depok: Thesis FEUI. Tanusdjaja, H. (2013). Overview International Standard on Auditing. Kuliah Umum terkait ISA. Surabaya. Undang-Undang Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik. (n.d.). Kohler, Ulrich, Frauke Kreuter, Data Analysis Using Stata, 2009 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia no. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. (n.d.). Diani Mardisar, R. N. (2007). Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X . Gourlay, Stephen (2006) Conceptualizing knowledge creation: a critique of Nonaka's theory.Journal of Management Studies Zimbelman, Mark F. dan T. Jeffrey Wilks. 2004. Decomposition of Fraud Risk Assessments and Auditors’ Sensitivity to Fraud Cues. Contemporary Accounting Research
Transfer pengetahuan…, Marizza Ovani, FE UI, 2014