Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai Contoh Desain Metode Penelitian Kualitatif
TRADISI PESANTREN; STUDI TENTANG PANDANGAN HIDUP KIAI DI JAWA Sebuah Refleksi atas Karya Zamakhsyari Dhofir M. Dailamy SP. STIT Muh. Kendal
[email protected] Abstrak: Tulisan ini merupakan bagian dari pembelajaran Metodologi Penelitian bagi peneliti agar lebih memahami seluk beluk tentang penelitian kualitatif. Refleksi atas Tesis karya Zamakhsyari Dhofir di atas berikut penjelasan tentang desain penelitian kualitatif yang sengaja penulis sertakan di bagian bawahnya, dapat dijadikan wahana pengembangan kualitas riset bagi dosen dan mahasiswa untuk mendukung tugas pokoknya dalam Catur Dharma Perguruan Tinggi, utamanya dalam penelitian dan pengabdian masyarakat yang divasilitasi LP2M. Kata Kunci: Kualitatif.
Metodologi
Penelitian,
Desain
Penelitian
Pembahasan Data 1. Ruang Lingkup dan Masalah Penelitian Tesis ini membahas tradisi pesantren dengan fokus utama pada peranan kiai dalam memelihara dan mengembangkan faham Islam tradisional di Jawa. Yang dimaksud dengan paham tradisional dalam Tesis ini ialah Islam yang masih terikat kuat dengan pikiran-pikiran para ulama ahli fiqih (hukum Islam), hadist, tafsir, tauhid (teologi Islam), dan tasawuf yang hidup antara abad ke 7 sampai dengan abad ke 13. tetapi ini bukan berarti bahwa Islam tradisional dewasa ini tetap terbelenggu dalam bentuk-bentuk pikiran dan aspirasi yang diciptakan oleh para ulama pada abad tersebut.
Sumber: Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi atas Pandangan Hidup Kiai di Jawa, (Tesis: Telah diujikan di Australian National University Canberra Australia Tahun 1980). Penulis adalah Ketua STIT Muhammadiyah Kendal; Wakil Ketua PWM.Jawa Tengah dan Ketua BPH. STIKES Muhammadiyah Gombong, Dosen Pasca Sarjana UM.Purwokerto, FAI UMP dan IAIN Purwokerto. Guru Besar dalam displin Ilmu Hadits pada perguruan tinggi yang sama. JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 1 Volume 8 Nomor 2 – Agustus 2016
M. Dailamy SP
Dalam kenyataannya struktur dasar kehidupan keagamaan orangorang Islam telah mengalami perubahan yang mendalam. Demikian pula yang terjadi dengan Islam tradisional di Jawa. Semakin besarnya jumlah pengikut para kiai sejak masuknya Islam ke Jawa merupakan salah satu bukti bahwa Islam tradisional di Jawa memiliki vitalitas. Suatu kekuatan sosial, kultural, dan keagamaan yang mempunyai vitalitas tidak mungkin beku. Pandangan konservatif kiai bukannya menghasilkan sistem yang statis, tetapi suatu sistem di mana perubahan-perubahan yang dilakukan terjadi secara pelan-pelan dan melalui tahap-tahap yang tidak mudah diamati. Penelitian ini bermaksud menggambarkan dan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan pesantren dan Islam tradisional di Jawa yang dalam periode Indonesia modern sekarang ini tetap menunjukkan vitalitasnya sebagai kekuatan sosial, kultural, dan keagamaan yang turut membentuk bangunan kebudayaan Indonesia. Keberhasilan Islam tradisional dalam menghimpun kekuatan besar di Jawa dewasa ini bukan semata-mata karena jumlah pengikutnya lebih banyak daripada Islam modern, tetapi karena kuatnya solidaritas dan integritas para penganutnya. 2. Metodologi a. Pendekatan Penelitian Penelitian tesis ini menggunakan pendekatan sosiologis. Pendekatan itu dilakukan dalam usaha untuk memahami Islam di Jawa secara lebih tepat. Dengan menggunakan pendekatan sosiologis akan mengurangi kecenderungan menarik kesimpulan yang terlalu cepat sehingga diperoleh pemahaman yang lebih menyeluruh. Penelitian ini berusaha menyodorkan suatu laporan yang bersifat analisis historis dan etnografi tentang Pesantren Tegalsari dan Pesantren Tebuireng. Dengan fokus utama peranan kiai dan kedua pesantren tersebut dalam melestarikan dan menyebarkan Islam tradisional. Analisis etnografi dimaksudkan untuk dapat lebih memahami masyarakat dan kebudayaan manusia. b. Objek Penelitian Penelitian ini didasarkan pada studi lapangan, terutama pada dua lembaga pesantren yang dilakukan antara bulan september 1977 sampai september 1978. Penelitian ini dilakukan untuk meraih gelar magister dalam konsentrasi Antropologi Sosial pada Australian National University Canberra, Australia tahun 1980. Kedua pesantren itu ialah Pesantren Tegalsari Semarang Jawa Tengah dan Pesantren
2 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 8 Nomor 2 – Agustus 2016
Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai Contoh Desain Metode Penelitian Kualitatif
Tebuireng Jawa Timur. Pesantren Tegalsari didirikan menjelang tahun 1870 di Kelurahan Sidoarjo, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Sementara Pesantren Tebuireng didirikan tahun 1899 di Kelurahan Cukir, kira-kira 8 kilometer sebelah tenggara Kota Jombang Jawa Timur. 3. Deskripsi Masing-masing Bab Bab I membahas sifat-sifat umum sistem dan struktur pendidikan Islam tradisional di jawa yaitu pengajian di rumah kiai, di langgar, masjid, dan di pesantren-pesantren. Bab ini juga dilengkapi dengan survei tentang sejarah pesantren, terutama dalam abad ke 19 dan 20. Bab II membahas elemen pesantren yang paling pokok, yaitu: pondok atau tempat tinggal para santri, masjid, kitab-kitab Islam klasik, para santri, dan kiainya. Pembahasan kelima elemen pokok pesantren ini memberikan gambaran dan pengetahuan dasar tentang pola kesinambungan yang menjadi benang merah dari tradisi dan perubahanperubahan yang dialami lembaga-lembaga pesantren. Bab III membahas luasnya jaringan aliansi perkawinan endogamous dan tradisi transmisi intelektual dari pengetahuan Islam antara sesama anggota kerabat kiai di Jawa terutama di kedua pesantren yaitu Pesantren Tegalsari Semarang Jawa Tengah dan Pesantren Tebuireng Jawa Timur. Bab IV membahas dan meneliti Pesantren Tebuireng di Jombang sebagai suatu studi kasus tentang sebuah pesantren besar dalam abad 20. dalam bab ini menyajikan suatu gambaran kehidupan sehari-hari dari murid-murid pesantren, bagaimana mereka di didik, pelajaran apa yang diberikan, dan jenis-jenis ritual keagamaan yang mereka lakukan setiap hari. Selain Pesantren Tebuireng, juga menampilkan Pesantren Tegalsari dengan menyajikan suatu kasus yang kontras dengan Pesantren Tebuireng. Kasus Pesantren Tegalsari ini juga memberikan contoh bagaimana pesantren kecil yang terletak jauh dari kehidupan kota memainkan peranan sebagai agen penyebaran Islam sampai di pelosok pedesaan. Bab V membahas tentang bentuk tarekat yang tumbuh dalam pesantren di Jawa dan membahas tentang faham ahlussunnah waljamaah yang diamalkan oleh para kiai terutama di kedua pesantren yaitu Pesantren Tegalsari Semarang Jawa Tengah dan Pesantren Tebuireng Jawa Timur. Bab ini juga menyajikan gambaran dari organisasi-organisasi tarekat yang dikembangkan oleh para kiai sebagai sarana untuk mengembangkan ajaran-ajaran Islam dan memberikan kepemimpinan keagamaan bagi orang tua. Pembahasan tentang faham ahlussunah JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 3 Volume 8 Nomor 2 – Agustus 2016
M. Dailamy SP
waljamaah yang diamalakan para kyai pada bab ini menyajikan koreksi atas ke salah-pengertian para akademisi selama ini tentang Islam tradisional di Jawa. Di samping itu diuraikan pula persamaan dan perbedaan antara Islam Tradisional dan Islam Modern, tidak dalam pola dikotomi tetapi dalam pola tujuan untuk memahami variasi kekayaan pikiran dan kehidupan spiritual umat Islam. Diakui oleh penulis bahwa data tentang tarekat dan amalan faham ahlussunah waljamaah. Pada bab ini masih sangat terbatas, baik isi maupun wilayahnya. Oleh karena itu kebanyakan asumsi-asumsi dalam Bab V masih bersifat sementara dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Bab VI Simpulan dari studi tentang pesantren, membahas singkat kedudukan dan pandangan kiai dalam memelihara dan mengembangkan faham Islam tradisional di Jawa dihubungkan dalam situasi kekinian. 4. Daftar Isi Bahasan Tesis Bab I: Ciri-Ciri Umum Pesantren Pola Umum Pendidikan Islam Tradisional Musafir Pencari Ilmu Sistem Pengajaran Latar belakang Sejarah: Perubahan Tradisi Keagamaan di Pesantren. Bab II: Elemen-Elemen Sebuah Pesantren Pondok Masjid Pengajaran Kitab-kitab Klasik Santri Kiai Bab III: Hubungan Intelektual dan Kekerabatan Sesama Kiai Hubungan Kekerabatan Genealogi Sosial Pemimpin Pesantren Genealogi Intelektual Peranan Hadratus – Syaikh dalam Perkembangan Islam di Jawa Bab IV: Profil Pesantren di Abad XX Kasus Pesantren Tebuireng Kesinambungan dan Perubahan Tradisi Pesantren Pesantren Kecil: Kasus Pesantren Tegalsari Bab V: Kiai : Tarekat dan Faham Ahlisunah Wal-Jamaah Perkembangan Organisasi Tarikat di Jawa Bab VI: Simpulan : Kiai dalam Situasi Indonesia Sekarang Simpulan Tesis tentang Kecenderungan dan Harapan. 5. Hasil Temuan
4 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 8 Nomor 2 – Agustus 2016
Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai Contoh Desain Metode Penelitian Kualitatif
Berdasar uraian dan data yang telah disajikan, menunjukkan bahwa walaupun kiai terikat kuat oleh pola pemikiran Islam Tradisional, namun mereka telah mampu membenahi dirinya untuk tetap memiliki peranan membangun masa depan Indonesia secara baik. Mereka tidak melindungi pandangan hidup mereka yang tradisional menjadi suatu sistem tertutup dan memalingkan diri dari proses modernisasi. Bisa dikatakan mereka berhasil memperbaharui penafsiran mereka terhadap Islam tradisional untuk disesuaikan dengan dimensi kehidupan baru. Demikian pula dalam lapangan sosial dan politik; para kiai dan anak cucu mereka telah menjadi bagian dari kehidupan politik nasional, ini tidak kalah modern dibanding dengan kelompok sosial politik yang lain. Dalam periode kemerdekaan, para kiai sebagai suatu kelompok telah terwakili secara baik dalam badanbadan legislatif, baik di pusat maupun di daerah. Dengan demikian sebagai suatu kelompok besar dalam kehidupan politik Indonesia, mereka telah memberikan sumbangan yang sangat berarti kepada usaha-usaha pemerintah/negara untuk memelihara stabilitas sosial dan politik. Analisis Berdasar sajian data beserta uraian tersebut, banyak kelemahan dalam Tesis karya Zamakhsyari Dhofier. Kelemahan tersebut, yaitu: 1. Mengenai judul. Pertama, dalam judul tersebut ditulis “Tradisi Pesantren; Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai”. Sebagai kajian dalam sebuah penelitian lapangan, judul tersebut tidak tertulis secara jelas mengenai lokasi penelitian. Kedua, hal yang lain adalah kerancuan judul; judul yang tertulis tradisi pesantren kemudian dilanjutkan dengan studi pandangan hidup kiai adalah judul yang kurang tepat apabila disandingkan. Sebab makna tradisi pesantren dan studi tentang pandangan hidup kiai memiliki wilayah pemahaman yang berbeda. Kalaupun dipaksa, akan merancukan kegiatan penelitian. Tradisi pesantren dalam judul tersebut merupakan kajian tersendiri, demikian juga studi tentang pandangan hidup kiai. Ketiga, judul mengandung makna yang interpretatif; Judul yang tertulis studi tentang pandangan hidup kiai, jelas memunculkan makna yang beragam. Karena dari judul itu banyak anggapan yang muncul mengenai pandangan hidup kiai. Pandangan hidup kiai ini bisa mengenai teologi suatu kelompok atau muamalah, syirik, dosa, pahala, neraka, surga, dunia akhirat dan banyak hal. 2. Ketidak konsistensian penulis antar judul dengan ruang lingkup masalah yang diteliti. Yang jelas ini karena judul tidak memiliki fokus bahasan yang jelas. Dalam judul tertulis mengenai tradisi pesantren, JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 5 Volume 8 Nomor 2 – Agustus 2016
M. Dailamy SP
tetapi dalam bahasan masalah mengenai peranan kiai dalam memelihara dan mengembangkan faham Islam tradisional di Jawa. Sehingga dalam uraiannya banyak membahas mengenai pemahaman keagamaan dari pada mengenai pesantren yang menjadi objek kajian, sebagaimana tertera dalam judul. Uraian mengenai pesantren tidak banyak dibahas. 3. Orientasi penelitian kabur. Kalau memang penelitian ini diarahkan mengenai peranan kiai dalam memelihara dan mengembangkan faham Islam tradisional di Jawa, objek penelitiannya pun sangat terbatas, bahkan dipertanyakan. Pilihan objek penelitiannya mewakili apa, dan dalam kategori apa objek tersebut dijadikan pilihan. 4. Kekurangtepatan antara latar belakang peneliti dengan pilihan judul. Pemilihan judul tersebut, jelas mengenai tradisi pesantren yang termasuk bidang pendidikan. Sementara latarbelakang peneliti adalah Seorang Antropologi Sosial. Terkait dengan hasil penelitian yang diperoleh, tepat kiranya judul atau ruang lingkup masalah penelitian ini mengenai “relasi sosial kiai di Jawa dalam mengembangkan tradisi keagamaan”. Hal ini pas dan sesuai dengan latar belakang peneliti sebagai seorang antropolog. Dan objek penelitiannya pun perlu ditambah dan masing-masing objek pilihan penelitian diharapkan bisa mewakili relasi sosial kiai di Jawa, yang tentunya dengan kategori yang tepat. 5. Metode yang digunakan antara judul dan penyajian penelitian pun rancu. Pertama, Pendekatan sosiologis dalam penelitian berjudul Tradisi Pesantren; Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, kurang tepat jika tidak dilakukan metode interview dalam penggalian datanya. Hampir data penelitian yang disajikan, merupakan data interpretasi dari hasil metode observasi dan dokumentasi. Dari pemahaman judul mengenai Tradisi Pesantren; Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, hendaknya menyertakan metode interview dalam menggali data, disamping data hasil metode observasi dan dokumentasi. Metode interview penting dilakukan, terkait dengan tradisi pesantren dan pandangan hidup kiai yang disertakan dalam judul. Kedua, terkait dengan analisis historis (dalam konteks pendekatan sosiologis) yang digunakan dalam penyajian (pelaporan) penelitian ini menjadi kabur. Kekaburan ini karena, hampir semua bagian bab menampilkan sisi historisitasnya. Padahal penyajian objek data (sebagaimana dalam ruang lingkup) penelitian ada pada bab IV. Disamping itu dalam penyajian data mengenai objek penelitian (Pesantren Tebuireng dengan Pesantren Tegalsari) pada bab IV dari sisi historisnya terlihat sangat jelas tidak
6 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 8 Nomor 2 – Agustus 2016
Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai Contoh Desain Metode Penelitian Kualitatif
tidak berimbang. Tampilan historisitasnya lebih banyak Pesantren Tebuireng dari pada Pesantren Tegalsari. 6. Kerancuan pada daftar isi. Daftar isi hendaknya selaras dengan judul penelitian dengan ruang lingkup masalah penelitian. Berdasarkan daftar isi yang ada sama sekali tidak mencerminkan keduanya (judul dan ruang lingkup masalah). Bahkan pada masing-masing Bab, mencerminkan ruang lingkup atau bahasan yang berdiri sendiri. 7. Hasil temuannya pun sulit untuk di ukur. Hal ini terjadi karena banyak kelemahan yang terjadi sehingga menambah ketidakjelasan yang menjadi fokus penelitian. Kelemahan ini terjadi mulai dari judul, ruang lingkup masalah, metode penelitian, daftar isi dan kalimatnya banyak menggunakan kalimat yang tidak baku. 8. Secara Keseluruhan format penelitian kualitatif dalam Tesis ini memiliki kekurangan pada aspek desain dalam penelitian kualitatif. Seharusnya penulis perlu memperhatikan prosedur penelitian kualitatif dalam setiap babnya yang dalam hal ini perlu kami deskripsikan di bawah ini : Metodologi Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan penelitian kuantitaif. Karena itu bagi peneliti kualitatif yang akan membuat/menyusun disain penelitian kualitatif terlebih dahulu harus memahami: (a) asumsi penelitian kualitatif, (b) karekteristik penelitian kualitatif, dan (c) pendekatan dalam penelitian kualitatif. Tiga hal ini merupakan landasan dalam penyusunan desain penelitian kualitatif. 1. Asumsi-asumsi Penelitian Kualitatif Dalam pandangan peneliti kualitatif, kehidupan merupakan realitas yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Oleh karena itu apa yang dianggap sebagai kebenaran adalah sesuatu yang kompleks, dalam arti memiliki banyak dimensi dan sangat temporal sifatnya. Demikian juga dengan fenomena sebagai dasar pemerolehan kebenaran, selalu terikat dengan konteks spasial, temporal dan cultural. Beberapa asumsi dari paradigma penelitian kualitatif, yang meliputi dimensi-dimensi ontologis, epistemologis, aksiologis, retoris, dan metodologis. Dimensi ontologik, penelitian kualitatif menuntut pendekatan yang holistik, mengamati objek sesuai dengan konteksnya, dalam keseluruhan, tidak diparsialkan dan tidak dieliminasikan dari integritasnya. Pada dimensi epistemologik, metodologi kualitatif menuntut menyatunya subjek peneliti dengan objek penelitian dan pendukungnya, sehingga terlibat langsung di kancah dan menghayati prosesnya. Subjek pendukung objek penelitian menjadi syarat utama penelitian dengan metodologi kualitatif. JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 7 Volume 8 Nomor 2 – Agustus 2016
M. Dailamy SP
Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, maka seorang peneliti kualitatif harus: (1) lebih mengutamakan proses (aktivitas) dari pada outcome atau produk, (2) lebih menekankan pada penemuan makna, (3) peneliti merupakan instrumen utama bagi pengumpulan dan analisis data, (4) peneliti harus benar-benar terjun ke lapangan, (5) penyusunan deskripsi, yaitu harus menekankan pada proses, makna dan pemahaman yang diperoleh melalui kata-kata atau gambar, (6) proses induktif, dalam arti peneliti membangun abstraksi, konsep, hipotesis dan teori dari hal-hal yang detail di lapangan. Secara ringkas dapat dikemukakan bahwa ciri pokok penelitian kualitatif berdasarkan berbagai asumsi di atas adalah terletak pada natural setting, meaning dan discovery. Peneliti kualitatif akan mengamati fenomena pada latar alamiah, tanpa melakukan manipulasi apa pun, bahkan menjaga agar kehadirannya di lapangan tidak mengubah keaslian perilaku subjek, sehingga ia menempatkan diri seperti “the fly on the wall”. Peneliti kualitatif juga harus menekankan pada penemuan makna dari sudut pandang subjek (perspektif emic), sehingga ia dapat menemukan suatu bangunan teori (discovery). Ciri pokok tersebut harus dideriasikan dalam desain penelitian. 2. Karakteristik Desain Penelitian Kualitatif Penyusunan desain penelitian kualitatif sama dengan perencanaan yang disusun oleh seseorang yang akan melakukan perjalanan. Peneliti kualitatif seolah hanya mengetahui sedikit saja mengenai orang dan tempat yang akan dikunjunginya. Para peneliti kualitatif berusaha untuk membersihkan mental prakonsepsinya. Rencana yang dibuat akan berkembang pada waktu diperoleh pengertian tentang latarnya, subjeknya, dan sumber data lainnya melalui pengamatan secara langsung. Berdasarkan pernyataan di atas, bukan berarti dalam penelitian kualitatif tidak ada suatu rancangan. Rancangan tetap ada, tetapi sifatnya emergent, flexible dan circullair. Desain pada suatu penelitian kualitatif tidak terinci, bersifat fleksibel, selalu berkembang dalam proses penelitian, antara lain berkenaan dengan tujuan, subjek, sampel dan sumber datanya. Dengan demikian desain penelitian kualitatif sebenarnya baru diketahui dengan jelas setelah penelitian selesai (retrospektif). Karekteristik utama desain penelitian kualitatif lainnya ialah tidak mengemukakan hipotesis sebelumnya, melainkan hipotesis lahir sewaktu penelitian dilakukan. Hipotesis sering berupa pertanyaan yang mengarahkan pengumpulan data. Dengan tidak adanya hipotesis, maka
8 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 8 Nomor 2 – Agustus 2016
Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai Contoh Desain Metode Penelitian Kualitatif
hasil penelitian bersifat terbuka, dalam arti tidak diketahui sebelumnya, karena jumlah variabel tidak terbatas. Sifat fleksibilitas desain kualitatif terlihat juga dalam langkahlangkah penelitian yang tidak dapat dipastikan sebelumnya. Selain itu analisis data juga telah dilakukan sejak awal, bersamaan dengan pengumpulan data. 3. Pendekatan dalam Penelitian Kualitatif Ada tiga macam pendekatan dalam penelitian kualitatif, yaitu : (1) positivistik, (2) rasionalistik, dan (3) phenomenologik. Perbedaan ketiga pendekatan ini terutama terletak pada pola pikir yang melandasi penelitian yang dilakukan, baik berkaitan dengan paradigma teoritik maupun desainnya. Dalam kaitannya dengan data, instrumen pengumpulan dan analisisnya relatif sama. Penelitian kualitatif dengan pendekatan positivistik, memfokuskan pada tata pikir relasional, sehingga perlu adanya konstruksi variabel sedemikian rupa sinkron dengan konseptualisasinya. “Nilai” kualitatifnya terlihat pada penekanannya terhadap proses dari pada produk dari objek penelitiannya, dan datanya bersifat “soft”. Kesamaan pendekatan ini dengan penelitian kuantitatif terletak pada penentuan variabel-variabel yang telah dikonstruksi sejak awal. Penelitian kualitatif dengan pendekatan rasionalistik dilandasi oleh filsafat rasionalisme (bukan sekedar menggunakan rasio). Pendekatan ini menekankan dimensi nomothetik dan upaya memperoleh generalisasi dan hukum-hukum sebagaimana positivisme. Perbedaannya, bila positivistik bertolak dari objek spesifik, sedangkan rasionalistik bertolak dari konstruksi teori, “grandconcepts” yang mungkin sudah merupakan “grand theory”, sebagai hasil pemaknaan empirik dalam arti sensual, logik maupun etik (tidak semata empirik). Penelitian kualitatif dengan pendekatan phenomenologik, memiliki banyak ragam paradigma, di antaranya adalah naturalistik, ethonographik (ethnomethodologi), dan interaksi simbolik. Kecuali itu dalam kaitannya dengan masalah agama, ditawarkan pendekatan kontekstual. Sesungguhnya ditemukan 20 macam desain penelitian kualitatif, bila ditinjau dari karekteristik kebahasaan, “discover regularities”, upaya penemuan makna secara komprehensif, dan kedalaman refleksinya. Sedangkan kategori pendekatan kualitatif ke dalam : interpretive, artistic, systematic, and theorydriven approach. Berbagai pendekatan dan tipe desain penelitian kualitatif di atas, hakikatnya disesuaikan dengan hal-hal substansial tempat penelitian JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 9 Volume 8 Nomor 2 – Agustus 2016
M. Dailamy SP
tersebut dilaksanakan. Hal-hal tersebut antara lain: disiplin ilmu, jenis masalah, model analisis, macam data yang dianalisis, dan format laporan. Dari bermacam-macam pendekatan dan tipe desain yang ada, berikut diuraikan unsur-unsur pokok yang terdapat dalam setiap desain penelitian kualitatif. 4. Unsur-unsur Pokok Desain Penelitian Kualitatif Unsur-unsur pokok dalam desain penelitian kualitatif adalah : (1) penentuan fokus penelitian, (2) paradigma penelitian, (3) peranan peneliti, (4) prosedur pengumpulan data, (5) prosedur pencatatan data, (6) prosedur analisis data, dan (7) prosedur pemeriksaan keabsahan data. a. Penentuan Fokus Penelitian Fokus penelitian merupakan hal yang paling esensial dalam setiap penelitian kualitatif. Fokus penelitian merupakan pokok permasalahan yang hendak dijawab melalui penelitian. Penentuan fokus suatu penelitian memliki dua tujuan, yaitu: (1) untuk membatasi studi, dan (2) untuk menentukan kriteria inklusiinklusi yang efektif dalam menyaring informasi atau data yang diperoleh. Pada berbagai jenis dan pendekatan penelitian, perbedaan fokus biasanya terletak pada sifatnya. Karakteristik fokus penelitian kualitatif adalah: (a) the concept is “immature” due to a conspicuous lack of theory and previous research ; (b) a nation that the available theory may be inaccurate, inappropriate, incorrect, or biased ; (c) a need exists to explore and describe the fenomena and to develop theory ; or (d) the nature of the phenomenon may not be suited to quantitative measures. Dengan karakteristik seperti dikemukakan di atas, maka fokus penelitian kualitatif pada awalnya bersifat umum dan samar-samar. Permasalahan yang hendak diteliti baru jelas bila peneliti telah berada di lapangan, sehingga dapat diarahkan pada fokus tertentu. Fokus ini pun dalam perjalanan penelitian dapat saja mengalami perubahan. Fokus penelitian yang dituangkan dalam rumus research questions, biasanya juga tertuang dalam rumusan tujuan penelitian. Redaksional tujuan penelitian ini dapat mencerminkan jenis atau pendekatan penelitian yang dilakukan. Penelitian dengan pendekatan grounded theory biasanya tujuannya diarahkan pada discover. Penelitian ethonography tujuannya terfokus pada explain or seek to understand. Dalam studi kasus biasanya
10 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 8 Nomor 2 – Agustus 2016
Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai Contoh Desain Metode Penelitian Kualitatif
bertujuan explore a process. Sedangkan phenomenology penekanan tujuannya pada desribe the experiences. b. Paradigma Penelitian Paradigma pada dasarnya berakar pada seperangkat kepercayaan seseorang yang disebut aksioma. Paradigma dapat dikatakan sebagai konstruksi tatafikir yang membimbing peneliti untuk menyerap dan memahami fenomena. Paradigma penelitian dapat diartikan sebagai pandangan atau model atau pola piker yang dapat menjabarkan berbagai variabel yang akan diteliti, kemudian membuat hubungan antara suatu variabel dengan variabel yang lain, sehingga akan mudah dirumuskan masalah penelitiannya, pemilihan teori yang relevan, merumuskan hipotesis yang diajukan, metode/strategi penelitian, instrumen penelitian, teknik analisa yang akan digunakan serta simpulan yang diharapkan. Paradigma penelitian perlu ditentukan sesuai dengan fokus yang ditetapkan. Dalam paradigma penelitian kualitatif, tercakup kepercayaan tentang keterwakilan fenomena dalam konstruksi, interaksi antara peneliti dengan fenomena, ketergantungan pada konteks, rasionalitas dalam penentuan hubungan antar unsur-unsur phenomena, dan kehadiran nilai dalam pemaknaan. Paradigma penelitian harus disusun berdasarkan teori substantif yang dipilih. Dengan kata lain sebelum disusun paradigma penelitian terlebih dahulu harus sudah ditetapkan suatu konstruksi paradigma teoritik, yang benar-benar sesuai dengan sifat sosial dari subjek penelitian. c. Peranan Peneliti Penelitian kualitatif merupakan penelitian interpretative. Biases, values and judgment dari peneliti akan muncul secara eksplisit dalam laporan penelitian. Dengan keterbukaan tersebut maka peran peneliti harus jelas. Peran peneliti paling tidak terkait dengan dua masalah, yaitu bagaimana peneliti dapat “masuk” ke dalam situs penelitian, dan persoalanpersoalan etis yang akan muncul. Gaining entry merupakan problem yang selalu muncul dalam penelitian kualitatif. Peneliti hendaknya mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan : mengapa situs ini yang dipilih, apa yang akan dilakukan selama penelitian, apakah hal tersebut akan mengganggu, bagaimana hasilnya akan dilaporkan, dan apakah yang akan diperoleh “gatekeeper” dari penelitian yang akan dilakukan?. Jawaban terhadap pertanyaan tersebut, akan memperlihatkan peran peneliti dan penelitian yang akan dilakukan, sekaligus juga posisi subjek yang diteliti.
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 11 Volume 8 Nomor 2 – Agustus 2016
M. Dailamy SP
d. Prosedur Pengumpulan Data Salah satu hal yang essensial dalam penelitian kualitatif ialah pengungkapan makna (meaning) terhadap fenomena pada latar alami (natural setting). Karena itu peneliti merupakan satusatunya instrumen yang mampu mengumpulkan dan menangkap makna melalui interaksi dengan subjek lewat wawancara mendalam dan observasi pada latar di mana fenomena berlangsung. Prosedur pengumpulan data mencakup langkahlangkah: (a) penetapan batas batas penelitian, (b) pengumpulan informasi melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan bahanbahan lain yang diamati, serta (c) penetapan aturan dalam pencatatan informasi. Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang peneliti kualitatif dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: Pertama, mengidentifikasi parameter bagi pengumpulan data. Penentuan informan, dipilih sesuai dengan kepentingan (purposefully). Menurut Miles dan Huberman (1984) juga ditentukan setting (dimana penelitian akan dilakukan), actors (siapa yang akan diamati atau diwawancarai), events (dalam hal apa aktor akan diwawancarai atau diamati), dan process (rangkaian kejadian yang meliputi aktor dalam latar yang ada). Kedua, mengenali macam-macam data yang hendak dikumpulkan dan menjelaskan alasan/sebab pengumpulan data tersebut. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian kualitatif mencakup empat tipe dasar, yaitu: pengamatan, wawancara, dokumentasi dan visual images. Peneliti hendaknya dapat memberikan rasional mengenai penggunaan prosedur tersebut, untuk data jenis apa, dan bagaimana ketepatannya. Untuk lebih jelasnya, masing-masing teknik pengumpulan data di atas, diuraikan satupersatu sebagai berikut: 1) Wawancara Wawancara adalah suatu percakapan secara tatap muka (bertemu langsung dengan yang diwawancarai). Wawancara yang dilakukan sudah barang tentu memiliki suatu tujuan. Tujuan wawancara adalah untuk memperoleh konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan sebagainya ; rekonstruksi keadaan tersebut berdasarkan pengalaman masa lalu; proyeksi keadaan tersebut yang diharapkan terjadi pada masa yang akan datang; dan verivikasi, pengecekan dan pengembangan informasi yang telah didapat sebelumnya. Tahap-tahap wawancara meliputi: (1) menentukan siapa yang diwawancarai, (2) mempersiapkan wawancara; (3) pendahuluan; (4) melakukan wawancara dan menjaga agar produktif; dan (5) menghentikan
12 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 8 Nomor 2 – Agustus 2016
Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai Contoh Desain Metode Penelitian Kualitatif
wawancara. Terdapat tiga rangkaian wawancara: (1) wawancara yang mengungkap konteks pengalaman partisipan (responden); (2) wawancara yang memberikan kesempatan partisipan untuk merekonstruksi pengalamannya; dan (3) wawancara yang mendorong partisipan untuk merefleksi makna dari pengalaman yang dimiliki. 2) Obervasi Observasi terutama ditujukan untuk memperoleh data berkaitan dengan apa yang dikerjakan (cultural behavior) dan apa yang dibuat dan dipergunakan (cultural artifacts) oleh partisipan (Spradly, 1980). Dalam melakukan observasi peneliti kualitatif dapat menempatkan diri sebagai partisipan atau non partisipan. Selain itu, peneliti juga dapat menempuh jalan terus terang (overt) atau sembunyisembunyi (convert). Tingkat keterlibatan peneliti dalam observasi bervariasi. Bila peneliti hanya mengamati saja, dan tidak terlibat dengan orang atau kegiatan yang diteliti, maka dikatakan non partisipan. Sebaliknya bila peneliti mengerjakan apa yang dikerjakan orang lain agar mendapatkan pelajaran dari perilaku tertentu, maka disebut partisipan aktif atau penuh. Dalam melakukan observasi, peneliti harus selalu mengarahkan pada fokus. Karena itu semua hasil observasi hendaknya dibuat catatan lapangan sesegera mungkin setelah pengamatan. Catatan tersebut dituangkan dalam format yang telah dipersiapkan oleh peneliti sesuai dengan kode yang dibuatnya. 3) Dokumentasi Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber noninsani, yang berupa dokumen dan rekaman. Rekaman diartikan sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenuhi accounting. Sedangkan “dokumen” digunakan untuk mengacu setiap tulisan atau selain “rekaman”, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti suratsurat, buku harian, naskah pidato, editorial, catatan kasus, skrip, televisi, fotofoto, sejarah kesehatan, epitaf dan catatan bunuh diri. Terdapat beberapa alasan penggunaan dokumen sebagai sumber data. Pertama, sumber ini selalu tersedia dan murah (terutama dari segi waktu pemerolehannya). Kedua, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi di masa lampau serta dapat dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan. Ketiga, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya, secara kontekstual relevan dan mendasar dalam konteksnya. Keempat, sumber ini sering merupakan pernyataan legal yang JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 13 Volume 8 Nomor 2 – Agustus 2016
M. Dailamy SP
dapat memenuhi akuntabilitas. Kelima, sumber ini tidak seperti responden manusia, yaitu non-reaktif. Karena ragam dokumen sangat banyak, maka tidak terdapat pedoman baku dalam dokumentasi. Meskipun demikian, dokumentasi hendaknya mengandung unsur-unsur: objek yang dicatat, cara/langkah pencatatan, aspek dan jenis yang dicatat, dan cara penulisan catatan. Dokumentasi dilakukan sesuai kode atau tema yang ditentukan. e. Prosedur Pencatatan Data Sebelum memasuki lapangan, peneliti kualitatif perlu merencanakan pendekatan yang digunakan dalam pencatatan data. Apa yang hendak dicatat dan bagaimana hal tersebut akan dicatat, merupakan dua masalah yang penting untuk diperhatikan. Langkah awal dalam pencatatan data adalah merancang format pengumpulan data, baik berkaitan dengan observasi, wawancara maupun dokumentasi. Karena observasi yang dilakukan sangat kompleks, maka harus dilakukan: pencatatan yang memuat descriptive notes dan reflektive notes. Format ini juga diperlukan baik untuk mencatat hasil wawancara maupun observasi, walupun mungkin dilakukan juga rekaman pada kaset, maupun dalam kegiatan dokumentasi. Hal-hal yang perlu dimuat dalam catatan deskriptif adalah: (1) gambaran tentang subjek, (2) rekonstruksi dialog, (3) deskripsi latar fisik, (4) catatan mengenai kejadian-kejadian khusus, (5) lukisan kegiatan, dan (6) tingkah laku pengamat. Sedangkan pada sisi reflektif mencakup: (1) refleksi tentang analisis, (2) refleksi tentang metode, (3) refleksi tentang dilema etik dan konflik, (4) refleksi tentang kerangka pikir pengamat, dan (5) hal-hal yang memperjelas. Pencatatan data disarankan untuk dilakukan sesegera mungkin, sebelum pikiran peneliti tercampur dengan hal-hal lain, namun diusahakan penuh dengan ketenangan dan fokus pada kegiatan pencatatan data. Dalam hal ini peneliti harus menyediakan waktu khusus yang cukup, sehingga semua hasil wawancara atau observasi dapat mengalir dengan lancar. f. Prosedur Analisis Data Prosedur analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses eclectic, sehingga tidak ada suatu “cara yang tepat”. Untuk dapat melakukan analisis, peneliti harus mampu membuat kategori, perbandingan atau kontras. Selain itu juga terbuka dengan kemungkinan serta berbagai pertentangan yang muncul di dalam temuan.
14 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 8 Nomor 2 – Agustus 2016
Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai Contoh Desain Metode Penelitian Kualitatif
Analisis data merupakan kegiatan penelitian yang simultan dengan pengumpulan data, interpretasi dan pelaporan. Kegiatan pengumpulan, pemilihan, penyusunan dan penarikan gambaran seakan tidak terpisahkan. Analisis data kualitatif, prosesnya didasarkan pada “reduksi” dan “interpretasi”. Proses ini dapat ditempuh dengan melakukan displays dalam bentuk matriks, yang didasarkan pada pengkodean sesuai dengan tema atau kategori tertentu. Prosedur analisis data hakikatnya berbeda untuk setiap jenis penelitian. Model analisis untuk grounded theory akan berbeda dengan studi kasus, etnografi serta fenomenologi. Hal ini disesuaikan dengan tujuan fokus dan tujuan penelitiannya. g. Prosedur Pemeriksaan Keabsahan Data Ada tiga hal penting dalam pemeriksaan keabsahan data. Pertama, berkaitan dengan masalah validitas internal, yaitu ketepatan informasi dan kesesuaiannya dengan kenyataan. Dalam hal ini prosedur yang dapat dilakukan adalah melalui trianggulasi, “audits”, “member cheks” serta pelibatan informan pada setiap tahapan penelitian. Kedua, berkenaan dengan validitas eksternal, yaitu kadar keumuman keberlakuan temuan. Meskipun tujuan penelitian kualitatif bukan untuk melakukan generalisasi, namun dalam kaitannya dengan tema-tema atau kategori yang dimunculkan oleh peneliti, dalam batas-batas tertentu hendaknya berlaku umum. Ketiga, mengenai reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif, hal ini terutama ditujukan pada asumsi-asumsi pokok, pemilihan informan, serta nilai-nilai dari peneliti, yang memungkinkan penelitian tersebut diulang (replicated) pada setting yang lain. Hal tersebut nampak sekali pada penelitian multi situs, di mana parameter yang digunakan pada satu situs dengan lainnya tentu saja harus “reliabel”. Demikianlah paparan mengenai unsur-unsur pokok yang harus ada dalam desain penelitian kualitatif. Kecuali unsur-unsur pokok tersebut, jika desain tersebut merupakan sebuah usulan (proyek proposal), maka harus dilengkapi dengan hal-hal yang sifatnya teknis administratif, antara lain : perencanaan waktu penelitian, biaya yang diperlukan, dan pihak-pihak yang terlibat. Kerangka Rancangan Penelitian Contoh kerangka penelitian ini diambil dari buku Creswell (1994), dari disertasi yang disusun oleh Miller (1992) mengenai pengalaman tahun pertama dari rektor (college president) yang masa jabatanya empat tahun. Penelitian ini adalah suatu studi etnografik. Unsur-unsur yang dicantumkan dalam desain tersebut meliputi : JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 15 Volume 8 Nomor 2 – Agustus 2016
M. Dailamy SP
1. The Qualitative Research Paradigm 2. The Etnographic Research Design 3. The Researcher’s Role 4. Bounding the Study and Data Collection: (a) Setting, (b) Actors, (c) Events, (d) Processes 5. Ethical Considerations 6. Data Collection Strategies 7. Data Analyisis Procedures 8. Verification 9. Reporting the Finding Contoh Judul Penelitian Kualitatif Bidang Pendidikan 1.
2.
3.
4. 5.
6. 7.
8.
STRATEGI PENINGKATAN PROFESIONALISME/KINERJA GURU PAI (Studi Kasus tentang Pengembangan Mutu Guru PAI di SMP Muhammadiyah Kendal) MANAJEMEN STRATEGIK DALAM PENGEMBANGAN MUTU TERPADU PROGRAM PENDIDIKAN DI SD MUHAMMADIYAH KENDAL (Studi Kasus Kebijakan Pengelolaan Program Pendidikan di SD Muhammadiyah Kendal Tahun 2013 - 2016) PERANAN PIMPINAN SEKOLAH DALAM MENJALIN KERJA SAMA DENGAN DUNIA USAHA/INDUSTRI : Studi Kasus di SMK Muhammadiyah Kendal. RELEVANSI SISTEM INFORMASI DALAM PERWUJUDAN MANAJMEN TERPADU MADRASAH : Studi Kasus di MTs Muhammadiyah Kendal. KIAT-KIAT PIMPINAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH DALAM PENINGKATAN KUALITAS GURU : Studi Multi Situs pada MTs Muhammadiyah 1 Weleri, MTs Muhammadiyah 2 Patean, dan MTs Muhammadiyah 4 Sukorejo Kendal. KEPEMIMPINAN KYAI DALAM PEMBINAAN DISIPLIN SANTRI: Studi Kasus di PP Modern Darul Arqom Kendal. KEPEMIMPINAN ING NGARSO SUNG TOLODHO, ING MADYO MANGUN KARSO, TUT WURI HANDAYANI: Studi Kasus di SMP Muhammadiyah Kendal. AKTUALISASI/PELAKSANAAN/IMPLEMENTASI (pilih) MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH : Studi Komparasi pada SMP Muhammadiyah Kendal dan SMP NU Kendal.
16 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 8 Nomor 2 – Agustus 2016
Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai Contoh Desain Metode Penelitian Kualitatif
9. PERAN KOMITA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN KUALITAS SEKOLAH: Studi Multi Kasus di SMA Muhammadiyah Kendal dan MA Rifa`iyah Kendal. 10. KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA MADRASAH IBTIDAIYAH DAN SEKOLAH DASAR BERPRESTASI : Studi Multi Kasus pada MI NU Kendal dan SD Muhammadiyah Kendal.
ALUR PENELITIAN KUALITATIF PENYUSUNAN LAPORAN Fokus Metodologi Analisis Temuan
PERANCANGAN Emergent Flexible Circullair Theorydriven approach
ANALISIS DATA Reduksi data Display data Analisis saat pengumpulan data Metode komparatif konstan Penyusunan teori
MEMASUKI LAPANGAN (“no entry no research”) Memahami latar: tempat, Pelaku, kegiatan Membangun “Repport” “A fly on the wall”
VERIVIKASI DATA
PENGUMPULAN DAN PENCATATAN DATA Metode pengumpulan ↔ Jenis data Pembuatan catatan lapangan: Sistematisasi Kodifikasi
Kredibilitas Dependabilitas Confirmabilitas
Simpulan
Berdasarkan gugusan pemikiran perlunya pengembangan kompetensi dalam bidang penelitian kualitatif sebagaimana telah disajikan di atas diperoleh simpulan sebagai berikut: Pertama, desain penelitian kualitatif memiliki karakteristik yang fleksibel dan “emergent”, karena didasarkan pada asumsi bahwa kehidupan itu adalah suatu yang berkembang dan kebenaran itu merupakan hal yang multidimensi. Kedua, terdapat empat pendekatan dalam penelitian kualitatif, yaitu: positifistik, JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 17 Volume 8 Nomor 2 – Agustus 2016
M. Dailamy SP
rasionalistik, fenomenologis, dan kontekstual. Ketiga, unsur-unsur pokok desain penelitian kualitatif, meliputi (a) penentuan fokus penelitian, (b) paradigma penelitian, (c) peranan peneliti, (d) prosedur pengumpulan data, (e) prosedur pencatatan data, (f) prosedur analisis data, dan (g) prosedur pemeriksaan keabsahan data.
DAFTAR BACAAN Arifin, Imron. 1996. Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan, Malang: Kalimasadha Press. Bogdan, R.C.dan Biklen, S.K. 1990. Riset Kualitatif untuk Pendidikan: Pengantar Teori dan Metode. Alih bahasa: Munandir, Jakarta : Ditjen Dikti. Depdikbud. Creswell, J.W. 1994. Research Design: Qualitative & Quantitative Approach. Cali-fornia : Sage Publication Inc. Ekosusilo, Madyo. 1998. Orientasi Supervisi Pengajaran dalam Latar Budaya Jawa. Tesis. Tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana IKIP MALANG Ibrahim, R. 1999. Catatan Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif. PPs. IKIP Ban-dung. Lincoln, Y.S., & Guba, E.G. 1985. Naturalistic Inquiry. Beverly Hill: Sage Publi-cation Inc. Maanen, Dabs and Faulkner.1982. Varieties of Qualitative Research, California: Sa-ge Publication Inc. Miles, M.B. & Huberman, A.M. 1984. Qualitative Data Analysis Beverly Hill: Sa-ge Publication Inc. Moleong, L.J. 1998. Metodolog Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhadjir, Noeng. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin. Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik, Bandung: Tarsito.
18 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 8 Nomor 2 – Agustus 2016