Tobacco Mozaic Virus Solusi Energi di Masa Depan Oleh: Vikayanti, S.Si POPT MUDA BBPPTP SURABAYA
Tembakau
dan
Tobacco Mozaic Virus (TMV) merupakan saling
dua
berkaitan.
hal
yang
Tobacco
Mozaic Virus (TMV) tercatat sebagai
penyebab
penyakit
mozaik
pada
tanaman
tembakau. Lokasi : Kabupaten Bojonegoro
Kebun Tembakau
Menurut
Semangun (2000), penyakit ini merupakan
jenis penyakit
yang paling lama diteliti dan terdapat di semua daerah penanam tembakau baik di Indonesia maupun di dunia. Menurut Semangun (2000), kerugian akibat penyakit ini sering tidak diperhatikan oleh para petani tembakau, karena tanaman yang terserang tidak mati, sehingga tetap memberikan hasil. Namun sebenarnya penyakit yang membuat daun tembakau berubah warna ini, dapat menurunkan kuantitas produksi maupun kualitas daunnya. Helaian daun tembakau yang terserang mozaik mempunyai permukaan yang tidak rata, tampak rapuh, warnanya tidak merata, elastisitas berkurang, tulang daun tampak jernih dan daya bakarnya menurun serta ukuran daun menjadi lebih kecil apabila dibandingkan dengan daun tembakau sehat karena pertumbuhan daun terhambat. Pada daun muda akan tampak bercak-bercak kuning, lama kelamaan terjadi bercak-bercak klorotik yang tidak teratur, sehingga daun mempunyai gambaran mozaik atau belang. Daun yang terserang
mozaik tidak mungkin dijadikan pembungkus (cerutu), akhirnya daun tersebut hanya dapat dimanfaatkan sebagai pengisi (filler). Penyakit tembakau yang di Jawa Tengah disebut sebagai “brontok” ini, mampu menurunkan produksi hingga mencapai 60% jika infeksi terjadi sejak “daun tanah” dan hanya 10% jika terjadi sejak “daun madya atas” (Sismadi, 1985 dalam Semangun, 2000).
Tobacco Mozaic Virus Tobacco Mozaic Virus (TMV) pertama kali diteliti oleh Adolf Meyer, seorang ilmuwan Jerman pada tahun 1883. Ia menemukan bahwa penyakit mozaik dapat
menghambat pertumbuhan tanaman tembakau
dan membuat tanaman tersebut memiliki bercak-bercak serta menular ke
A
B
tanaman lain. Kesimpulan ini di dapatkan
C
setelah ia menyemprotkan
getah tanaman sakit ke tanaman sehat, akan tetapi dia tidak berhasil menemukan mikroorganisme apa yang menyebabkan penyakit pada tanaman tembakau tersebut (Wikipedia Indonesia).
Tahun 1892, Dimitri Ivanowsky menemukan bahwa getah tersebut masih dapat menimbulkan penyakit yang sama meskipun sudah disaring dengan penyaring bakteri. Sehingga disimpulkan bahwa penyebab penyakit tersebut berukuran sangat kecil, dapat menghasilkan toksin serta
Sumber: Wikipedia
A&B Daun tembakau terserang TMV, C Mikroskopis TMV
dapat melewati saringan bakteri. Penelitian ini berlanjut hingga pada tahun 1935, seorang peneliti asal Amerika, Wenell Meredith Stanley berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mozaik yang kini dikenal sebagai Tobacco Mozaic Viruses. Virus ini juga merupakan virus pertama yang divisualisaikan dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 (Wikipedia Indonesia). TMV Sebagai Penghasil Energi Kita mungkin tidak pernah menduga bahwa tanaman tembakau yang terserang Tobacco Mozaic Virus (TMV) mempunyai potensi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga surya. Proses ini berawal ketika seorang peneliti UC Berkeley, Matt Francis melakukan penelitian dengan menyuntikkan Tobacco Mozaic Virus (TMV) pada tanaman tembakau. Tanaman yang telah disuntik tersebut mulai tumbuh dan timbul gejala penyakit mozaik pada daunnya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa virus yang terkandung dalam tanaman tembakau tersebut ternyata menghasilkan banyak sekali chromophores. Chromophores merupakan bagian sel yang mampu menghasilkan elektron berenergi tinggi. Proses ini dapat berlangsung dengan bantuan sinar matahari. Chromophores – chromophores tersebut dapat mengatur diri sedemikian rupa sehingga jarak antara dua chromophores cukup jauh untuk membuat arus listrik tetap mengalir, tetapi cukup dekat bagi elektron-elektron tersebut untuk tetap dapat berkumpul (Stone, 2010). Setelah tanaman tembakau menjadi dewasa, susunan chromophores kemudian diekstrak dan dilarutkan dalam suatu cairan. Cairan tersebut kemudian disemprotkan pada plastik atau kaca. Maka terciptalah pembangkit listrik tenaga surya. Meski penggunaan pembangkit listrik tenaga surya dari tembakau ini masih perlu penelitian lebih lanjut, akan tetapi hasil penelitian tersebut dapat membuka wawasan bahwa tembakau yang terserang Tobacco Mosaic Virus (TMV) ternyata mampu menghasilkan energi.
Di kalangan pemerhati enegi hal ini merupakan penemuan luar biasa karena tembakau yang selama ini kita kenal sebagai produk rokok yang merusak paru-paru dan menimbulkan penyakit pernapasan lainnya, kini dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik yang sangat murah.
Sumber : http://www.tobaccoinformationcenter.org/
Proses pembuatan energi tenaga surya dan fotosintesis buatan
Selain penelitian tentang Tobacco Mozaic Virus (TMV) yang dapat dimanfaatkan
sebagai
penghasil
energi,
di
Harvard
juga
telah
dikembangkan hasil riset yang juga memanfaatkan tanaman tembakau. Hasil riset tersebut berupa alat fotosintesis buatan yang juga mampu mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan kemudian digunakan untuk memecah molekul air menjadi oksigen dan hidrogen. Oksigen dikumpulkan, sedangkan hidrogen akan direaksikan dengan karbondioksida menghasilkan bahan bakar cair (isopropanol) yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan (Stone, 2010). Saat ini tembakau tidak lagi dianggap sebagai tanaman yang hanya menghasilkan kepulan asap yang membahayakan kesehatan tubuh manusia. Melalui teknologi dapat diketahui bahwa sehelai daun tembakau ternyata menyimpan energi yang keberadaannya dapat memberikan kontribusi yang sangat besar dalam menyelesaikan masalah energi di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2015. Pembangkit Listrik Tenaga Surya dari Tembakau, Tobacco Information Center, Jember, diakses dari http://www.tobaccoinformationcenter.org/ pada hari Kamis tanggal 12 Maret 2015 jam 21.00 wib. Planck, M. --. Powerhouse in the Foliage, FOCUS_Energy for a Good Climate, Max Planck Research. 29-33 p. diakses dari https://www.mpg.de/790263/F003_Focus_030-034.pdf hari Rabu tanggal 11 maret 2015 jam 20.00 wib. Semangun, H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. hlm. 696699. Stone, J.J. 2010. Scientists Grow Cheap Biodegradable Solar Using Tobacco diakses dari http://www.treehugger.com/cleantechnology/scientists-grow-cheap-biodegradable-solar-usingtobacco.html pada hari Rabu 11 Maret 2015 pukul 19.30 wib. Wikipedia Indonesia, Virus, http://id.wikipedia.org/wiki/Virus diakses pada tanggal 16 Oktober 2014 jam 20.00 wib. Zyga,L. 2010. Scientists Grow Solar Cell Components in Tobacco Plants. Dikses dari http://phys.org/news183999312.html pada hari Kamis 12 Maret 2015 pukul 06.00 wib.