Teruntuk keluargaku yang terkasih… Ku persembahkan karya kecil ini Sebagai hadiah untuk Bapak dan Ibuku Dan sebagai rasa bangga yang masih sanggup aku berikan kepada Mereka…
“…to gain wisdom and understanding is more precious than gold and silver.”
ANALISIS BOBOT BADAN, INDEKS MASSA TUBUH, SERTA PROFIL LIPID (Total Kolesterol dan HDL) PADA MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DENGAN DIET TINGGI LEMAK DAN INTERVENSI NIKOTIN
NI MADE FERAWATI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Bobot Badan, Indeks Massa Tubuh, serta Profil Lipid (Total Kolesterol dan HDL) Pada Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dengan Diet Tinggi lemak dan Intervensi Nikotin adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2010
Ni Made Ferawati B04061744
RINGKASAN Ni Made Ferawati. B04061744. Analisis Bobot Badan, Indeks Massa Tubuh, serta Profil Lipid (Total Kolesterol dan HDL) Pada Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dengan Diet Tinggi Lemak dan Intervensi Nikotin. Dibimbing oleh drh. R.P. Agus Lelana, SpMp, MSi dan DR. drh. Erni Sulistiawati, SpP1. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai bobot badan, IMT (Indeks Massa Tubuh), profil lipid khususnya total kolesterol dan HDL serta melihat efek dari pemberian nikotin dosis rendah. Pengamatan dilakukan pada 15 monyet ekor panjang yang dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan jenis pakannya. Terdapat tiga jenis pakan dalam penelitian ini yaitu pakan A yang mengandung lemak sapi, pakan B yang mengandung lemak sapi dan kuning telur, serta pakan C yang merupakan pakan komersial atau Monkey chow. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dua faktorial dengan pengulangan berdasarkan atas pakan dan waktu intervensi nikotin. Pengamatan dilakukan sebelum dan selama pemberian nikotin dengan dosis 0,75 mg/kg BB peroral. Hasil analisis lipid darah menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan pada nilai kolesterol terutama untuk kelompok pakan B selama periode pemberian nikotin. Namun demikian, nilai HDL juga mengalami peningkatan yang signifikan (P<0,05) terutama pada bulan kedua untuk pakan B dan bulan ketiga untuk pakan A dan C. Bobot badan dan Indeks Massa Tubuh mengalami penurunan yang tidak signifikan (P>0,05) selama periode pemberian nikotin dosis rendah. Kata kunci: Monyet ekor panjang, nikotin, bobot badan, IMT, kolesterol, HDL.
ABSTRACT
Ni Made Ferawati. B04061744. Analysis of Body Weight, Body Mass Index, and Lipid Profile (Cholesterol Total and HDL) in Long Tailed Macaque (Macaca fascicularis) With High Fat Diets and Nicotine Intervention. Under supervision of drh. R.P. Agus Lelana, SpMp, MSi dan DR. drh. Erni Sulistiawati, SpP1. The aim of this study was to obtain information of body weight, BMI (Body Mass Index), lipid profile especially cholesterol total and HDL cholesterol related to intervention of nicotine. This research consisted of 15 long tailed macaques, divided into three groups based on the types of diet. There were diet type A with energy derived from tallow, diet type B with energy derived from tallow and yolk eggs, and diet type C with commercial diet of Monkey chow. Observation was done before and during the intervention of low dose nicotine with dosage 0.75 mg/kg BB/12 hours per oral. The results of blood lipid analysis showed that there was a significant increase in cholesterol level total during three months of nicotine intervention, especially in group B. However, we found HDL level (P<0.05) was increased in the second month of diet type B and in the third month of diet type A and C. There was no significant decrease in body weight and BMI (P>0.05) during the period of nicotine intervention. Keywords: Long tailed macaque, nicotine, body weight, BMI, Cholesterol, HDL.
©Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajarIPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB
ANALISIS BOBOT BADAN, INDEKS MASSA TUBUH, SERTA PROFIL LIPID (Total Kolesterol dan HDL) PADA MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DENGAN DIET TINGGI LEMAK DAN INTERVENSI NIKOTIN
NI MADE FERAWATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul Skripsi :
Analisis Bobot Badan, Indeks Massa Tubuh, serta Profil Lipid (Total Kolesterol dan HDL) Pada Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dengan Diet Tinggi Lemak dan Intervensi Nikotin.
Nama
:
Ni Made Ferawati
NIM
:
B04061744
Disetujui Dosen Pembimbing 1
Dosen Pembimbing 2
Drh. R.P. Agus Lelana, SpMp. MSi NIP. 19590810 198503 1 004
DR. drh. Erni Sulistiawati, SpP1 NIP. 19671012 200701 2 001
Mengetahui, Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan IPB
Dr. Nastiti Kusumorini NIP. 19621205 198703 2 001
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penelitian ini mengambil judul Analisis Bobot Badan, Indeks Massa Tubuh dan Profil Lipid (Kolesterol Total serta HDL) Pada Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dengan Diet Tinggi Lemak dan Intervensi Nikotin. Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Studi Satwa Primata LPPM-IPB yang merupakan sebuah lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat yang dimiliki oleh Institut Pertanian Bogor. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada: 1. Bapak dan ibu yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan, saran, serta kasih sayangnya. 2. Drh. R.P. Agus Lelana, SpMp, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas saran, bantuan, serta filosofi yang selalu diberikan kepada penulis. 3. DR. drh. Erni Sulistiawati, SpP1 sebagai dosen pembimbing skripsi yang tidak
henti-hentinya
memberikan
ilmu
kepada
penulis
selama
menyelesaikan tugas akhir ini. 4. Drh. Titiek Sunartatie, MS selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih atas waktu dan kesediaanya dalam mendengarkan cerita selama penulis menuntut ilmu di fakultas ini. 5. Prof. drh. Dondin Sajuthi, MSt, PhD, DR. drh. Joko Pamungkas, MSc, DR. dr. Irma Herawati Suparto, MS yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini di Laboratorium Patologi PSSP IPB. 6. Pusat Studi Satwa Primata (PSSP IPB) serta PT IndoAnilab yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini. 7. Mike Nur Anissa sebagai rekan satu penelitian yang tidak pernah lupa memberikan dukungan dan pesan moril kepada penulis selama penelitian dan penulisan tugas akhir berlangsung.
8. Kepada kakak Ni Wayan Sumariyani dan adik I Nyoman Riyawan. Tanpa kalian mustahil sejauh ini. 9. Ria Oktarina, SPt, MSi atas bantuan dan keceriaan yang diberikan selama penulis melaksanakan penelitian dan La Ode M. Saniwu Zakariah, terima kasih atas bantuan pustaka yang diberikan. 10. Staf Laboratorium Patologi PSSP IPB (Bu Lis, Erin, Pak Rahmat, dan Mba Sri). 11. Rekan-rekan kelas bahasa (Arifin B.N, Indra Bagus P, Yuvita M). Terima kasih atas bantuan, keceriaan, serta malam-malam yang selalu diisi dengan penuh tawa. 12. Teman-teman terbaik penulis yang tidak kalah spesial (Arum, Nti, Wike, Ria, Kokol, Nanda, dan Apri) yang selalu membantu baik di dalam maupun di luar kampus. 13. Grup Study Visit (Ninis, Rani, Vin, Hadi, Iral, Binol, serta Adhil). Terima kasih atas informasi serta kerjasama yang diberikan kepada penulis selama ini. 14. Aesculapius (FKH 43), Himpro SATLI FKH IPB serta keluarga besar UKF IPB yang semakin kompak dengan keceriaan dan kebersamaannya.
Bogor, Oktober 2010
Ni Made Ferawati
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lampung Tengah pada tanggal 27 Februari 1989 dari ayah I Nyoman Wanistara dan ibu Ni Made Karti. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kotagajah dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui Undangan Seleksi Mahasiswa IPB. Penulis memilih mayor Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa organisasi diantaranya adalah UKF (Uni Konservasi Fauna), KMHD (Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma), Himpro SATLI FKH IPB (2008-2010), serta IMAKAHI (20072008). Penulis sempat bergabung dalam beberapa organisasi luar kampus yaitu BOS (Borneo Orangutan Survival Foundation) tahun 2008 serta Sahabat Greenpeace Asia Tenggara tahun 2008. Pada tahun 2010 penulis dipilih menjadi mahasiswa berprestasi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ……………………………………………………….
xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………
xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………..
xiv
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………………………….
1
……………………………………………..
2
2.1 Monyet Ekor Panjang ……………………………………………..
3
2.2 Pakan ………………………………………………………………
5
2.3 Lipid ……………………………………………………………….
6
2.3.1 Kolesterol …………………………………………………..
8
2.3.2 HDL (High Density Lipoprotein)…………………………...
10
2.4 Nikotin …………………………………………………………….
11
1.2 Tujuan dan Manfaat 2. TINJAUAN PUSTAKA
3. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat ………………………………………………...
14
3.2 Materi ………………………………………………………….......
14
3.3 Kandang …………………………………………………………...
14
3.3 Alat dan Bahan …………………………………………………….
14
3.4 Metode Penelitian …………………………………………………
15
4. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………...
16
5. SIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………
23
UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………………….
24
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….
25
LAMPIRAN ……………………………………………………………....
29
DAFTAR TABEL Halaman 1 Klasifikasi tingkat bobot badan dan obesitas berdasarkan IMT .…………
7
2 Karakteristik sindrom metabolik pada manusia …………………………... 10 3 Rentangan nilai normal profil lipid darah pada manusia …………………. 4 Rerata bobot badan (Monyet ekor panjang) sebelum dan selama intervensi nikotin…………………………………………………………………..…. 5 Rerata nilai IMT (Indeks Massa Tubuh) sebelum dan selama intervensi nikotin …………………………………………………………………….. 6 Rerata nilai total kolesterol sebelum dan selama intervensi nikotin ……..……………………………………………………………………… 7 Rerata nilai HDL sebelum dan selama intervensi nikotin ……………………………………………………………………………...
10 16 18 19 20
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Monyet ekor panjang ……………………………………………………..
4
2 Metabolisme lipoprotein ………………………………………………….
6
3 Nikotin …………………………………………………………………….
11
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Hasil analisis data bobot badan sebelum dan selama pemberian nikotin …
29
2 Hasil analisis data IMT sebelum dan selama pemberian nikotin …………. 31 3 Hasil analisis data total kolesterol sebelum dan selama pemberian nikotin.
33
4 Hasil analisis data HDL sebelum dan selama pemberian nikotin ………… 35 5 Histogram perubahan bobot badan ………………………………………..
37
6 Histogram perubahan nilai Indeks Massa Tubuh …………………………. 38 7 Histogram perubahan nilai total kolesterol ……………………………….
39
8 Histogram perubahan nilai HDL ………………………………………….. 40
1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Dewasa ini masyarakat perkotaan dihadapi oleh kondisi sindrom
metabolik yang ditandai dengan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular dan resiko diabetes mellitus (NHBLI 2010). Obesitas merupakan salah satu kondisi sindroma metabolik. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan bobot badan akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Kondisi ini biasanya disebabkan karena jumlah kalori yang masuk dari makanan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kalori yang dibakar (Sari 2009). Obesitas sendiri memiliki pengertian berbeda dengan overweight. Orang yang mengalami overweight atau memiliki bobot badan di atas normal tidak selalu mengalami obesitas. Tjokroprawiro (2010) menyebutkan bahwa seseorang yang mengalami obesitas akan lebih mudah terkena penyakit seperti diabetes mellitus, sindrom metabolik, sleep apnea, penyakit jantung, stroke, kanker, gangguan kandung kemih serta aterosklerosis. Secara klinis kondisi obesitas biasanya ditandai dengan profil lipid darah yang buruk yaitu meningkatnya nilai VLDL (Very Low Density Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein) dan plasma trigliserida (Azima 2004), sebaliknya nilai HDL (High Density lipoprotein) darah menurun. Faktor risiko lain yang berkaitan dengan penyakit ini antara lain adalah umur, total kolesterol serum, LDL, serta sistol dan diastol tekanan darah (Marinetti 1990). Menurut Geevarghese dan Thomas (2006), jika terjadi peningkatan nilai IMT (Indeks Massa Tubuh) maka level HDL darah akan menurun dan nilai trigliserida serta LDL dalam darah akan meningkat. Obesitas menjadi epidemi di seluruh dunia sehingga untuk menurunkan tingkat kejadiannya dilakukan berbagai cara, diantaranya memberlakukan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan sehat serta aktif secara fisik. Penggunaan obat alternatif juga dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi obesitas, salah satunya adalah penggunaan nikotin (bukan rokok) dalam dosis yang tepat (Zakariah 2010).
Dewasa ini penggunaan hewan model sebagai objek percobaan sudah banyak dilakukan. Hewan model sendiri memiliki pengertian sebagai tiruan manusia yang secara alami ataupun buatan memiliki respon serta memiliki patogenesis ataupun patofisiologis yang sebagian atau seluruhnya serupa dengan manusia. Pemanfaatan hewan model dalam penelitian diharapkan dapat memberikan hasil yang positif untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia. Pusat Studi Satwa Primata Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Pertanian Bogor (PSSP PPM-IPB), dewasa ini telah mengembangkan penelitian obesitas pada monyet jantan melalui induksi diet tinggi lemak dan energi. Secara khusus keberadaan monyet ini digunakan untuk mengkaji efek pemberian nikotin dosis rendah dalam proses penurunan ukuranukuran obesitas. Sebagai implementasi dari etika internasional, suatu penelitian dengan menggunakan hewan coba hendaknya dilakukan secara multi-disiplin sehingga dapat memberikan manfaat yang besar bagi pengembangan ilmu dan kesejahteraan manusia. Dengan alasan itu, penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari profil bobot badan, IMT (indeks massa tubuh), serta lipid darah pada monyet jantan tersebut. 1.2
Tujuan dan Manfaat Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai
dampak pemberian nikotin dosis rendah peroral terhadap bobot badan, IMT (Indeks Massa Tubuh), kolesterol, dan HDL pada monyet. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah informasi mengenai karakter profil lipid darah (HDL dan plasma kolesterol) pada monyet yang diberikan pakan berlemak dan intervensi nikotin dosis rendah peroral, serta diharapkan dapat memperkuat peran dan sumbangsih sains veteriner dalam pengembangan kedokteran perbandingan (comparative medicine).
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) Primata dalam klasifikasinya ditempatkan pada tempat tertinggi karena
dari segi perkembangan anatomis dan fisiologisnya lebih maju dibandingkan dengan hewan lain (Ungerer et al. 1997). Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan satwa primata yang sering digunakan dalam penelitian (biomedical research) karena populasinya masih banyak dan juga memenuhi persyaratan sebagai hewan coba. Menurut Lang (2006) taksonomi monyet ekor panjang diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
:
Animalia
Phylum
:
Chordata
Subphylum
:
Avertebrata
Kelas
:
Mamalia
Ordo
:
Primata
Subordo
:
Anthropoidea
Family
:
Cercopithecidae
Sub family
:
Cercopithecine
Genus
:
Macaca
Spesies
:
Macaca fascicularis
Secara anatomis, monyet ekor panjang (MEP) mempunyai panjang ekor lebih kurang sama dengan panjang tubuh, diukur dari kepala hingga ujung tubuhnya. Panjang tubuhnya berkisar antara 385-648 mm dengan panjang ekornya berkisar antara 400-655 mm. Berat tubuh jantan dewasa berkisar antara 3.5-8 kg. Warna tubuh mereka bervariasi dari warna abu-abu hingga kehitaman (Supriatna 2000). Secara anatomi dinamis, monyet bergerak dengan cara semibrachiasi dan quadropedal, karena didukung dengan bentuk tulang coxae yang khas untuk menunjang gerakan tubuhnya. Struktur tulang sangat kompak dan menjadi tempat pertautan dan perlekatan otot-otot yang kuat. Monyet ekor panjang memiliki
kondisi collumna vertebralis yang melengkung ke dorsal berbentuk busur untuk memudahkan pergerakan mereka (Supratikno 2002). Dengan modal fisiologi anatomi tersebut, monyet dapat beradaptasi dengan lingkungan yang cukup ekstrim. Sekalipun demikian, habitat monyet adalah daerah semak dan pohon. Monyet ini hampir tersebar merata di seluruh Indonesia, mulai dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Bali, Flores, Komodo hingga Nusa Tenggara (Supriatna 2000). Alikodra (2002) menjelaskan bahwa perilaku merupakan kebiasaan satwaliar dalam aktivitas hidupnya, seperti sifat kelompok, membuat sarang, waktu aktif, wilayah pergerakan, cara mencari pakan, hubungan sosial, cara kawin, tingkah laku bersuara, berinteraksi dengan spesies lain, serta melahirkan anak. Perilaku alami yang dimiliki oleh monyet ekor panjang sendiri diantaranya adalah perilaku bergerak, perilaku makan, perilaku grooming, perilaku agonistik, perilaku berpindah, serta perilaku kawin (Gusnia 2010). Monyet ekor panjang merupakan jenis satwa arboreal (Yusuf 2010). Mereka memanfaatkan cover hutan sebagai tempat beristirahat dan tidur, tempat berlindung dari sinar matahari, tempat grooming, serta media berpindah. Menurut CITES (2009), monyet ekor panjang tergolong satwa appendix II, yaitu jenis satwa yang boleh dimanfaatkan tetapi dari hasil perkembangbiakan. Sedangkan menurut IUCN, satwa ini tergolong least concern atau berisiko rendah mengalami kepunahan tetapi memerlukan perhatian. Monyet ekor panjang termasuk satwa yang tidak dilindungi oleh undang-undang Indonesia.
Gambar 1 Monyet Ekor Panjang Sumber: Koleksi pribadi
Perkembangan ilmu pengetahuan mengenai etika penggunaan hewan laboratorium memicu timbulnya dua aspek penting yaitu (a) pembentukan komisi pengawasan kesejahteraan hewan dan penggunaan hewan dan (b) penyusunan program
penggunaan
dan
pemeliharaan
hewan.
Setiap
institusi
yang
menggunakan hewan untuk tujuan ilmu pengetahuan harus membentuk komisi pengawasan Kesejahteraan dan Penggunaan Hewan Penelitian (Lusiana 2007). 2.2
Pakan Monyet ekor panjang merupakan satwa omnivorus yang sebagian besar
pakannya berupa daun muda, bunga, buah, serta serangga (Gusnia 2010). Perilaku makannya terdiri dari tiga tahap yaitu mengambil makanan, memasukannya ke mulut, dan mengunyah (Yusuf 2010). Monyet yang berada dalam penangkaran biasanya diberi ransum khusus (monkey chow) yang telah dibuat sesuai dengan kebutuhan nutrisinya. Ransum sendiri memiliki pengertian sebagai campuran beberapa jenis bahan pakan yang diberikan pada hewan untuk memenuhi kebutuhan akan nutrisi bagi hidupnya. Pakan buatan akan dikonsumsi lebih rendah dibandingkan dengan pakan alami. Hal ini diduga karena kandungan serat kasarnya yang rendah serta kandungan energinya yang tinggi. Pakan yang diberikan dalam penelitian ini berupa pakan berenergi tinggi yang memiliki kandungan lemak dan protein tinggi. Pemberian pakan dengan kandungan lemak dan protein tinggi memiliki hubungan terhadap peningkatan bobot badan (Akoh & Min 2008). Hal yang paling mempengaruhi terhadap peningkatannya adalah densitas kalori yang terdapat pada makanannya. Bobot badan memiliki korelasi positif dengan asupan makanan, ketika asupan makanan meningkat akan terjadi peningkatan terhadap bobot badan. Pakan yang bersumber dari produk hewani dapat memiliki kandungan lemak yang tinggi. Secara umum diketahui terdapat dua sumber utama lemak hewani, yaitu bersumber dari lemak jaringan serta dari susu (Akoh & Min 2008). Sumber pakan seperti telur lebih banyak menyumbang kolesterol pada ransum. Kuning telur memiliki tingkat kolesterol yang tinggi dan termasuk ke dalam jenis lemak jenuh (Drummond et al. 2007).
2.3
Lipid Lipid merupakan zat kimia esensial untuk sel dari mahluk hidup (Marinetti
1990). Fungsi utamanya adalah sebagai komponen utama membran sel, sumber energi, serta prekusor dari hormon steroid, prostaglandin, leukotriens, dan lipoxin. Lipid merupakan substansi kimia yang memiliki sifat molekul hidrofobik atau tidak terlarut di dalam air. Pada mamalia, lipid ditemukan dalam beberapa bentuk yaitu, sterol, ester gliserol, asam lemak, sphingosine, dan terpene (Stockham dan Scott 2008). Substansi seperti gliserida, sterol, ester sterol, dan asam lemak relatif bersifat nonpolar namun lipid lainnya seperti phospolipid, gangliosida, sulfatida, asam lemak, serta asam lemak bebas lebih bersifat polar (Stockham dan Scott 2008). Sebagian besar lipid bergabung dengan protein dan membentuk plasma lipoprotein dan membran sel. Plasma lipoprotein merupakan media untuk transportasi lipid di dalam darah (Drummond et al. 2007). Menurut Stockham & Scott (2008), trigliserida dan kolesterol merupakan molekul lipid utama yang ditransportasikan di dalam serum bersamaan dengan lipoprotein. Lipoprotein memungkinkan lipid membentuk partikel-partikel kecil yang dapat bersirkulasi dengan mudah di dalam pembuluh darah tanpa harus bersatu dengan molekul lipid lainnya (Azima 2004). Jika lipoprotein tidak ada, lipid akan membentuk suatu massa yang jauh lebih besar dan dapat menimbulkan obstruksi pada pembuluh darah. Berikut ini merupakan skema metabolisme lipoprotein.
Gambar 2. Metabolisme lipoprotein Sumber: http://agninbhagas.files.wordpress.com/2008/05/aterosklerosis2.jpg
Lipoprotein terdiri atas phospolipid, apolipoprotein, dan nonesterified kolesterol. Densitas lipoprotein akan meningkat seiring dengan meningkatnya kandungan protein dalam lipid. Menurut Spector dan Spector (1993), jika kandungan lipid dalam partikel tinggi maka densitas lipoproteinnya rendah karena lipid kurang padat jika dibandingkan dengan protein. HDL memiliki densitas tertinggi, sedangkan kilomikron memiliki densitas paling rendah. Trigliserida merupakan sejenis lemak yang juga diproduksi oleh hati dan dibutuhkan dalam pencernaan (Arora 2007). Trigliserida yang ada didalam jaringan ekstrahepatik akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase, sisa hidrolisisnya kemudian oleh hati akan dikatabolisme menjadi LDL (Wulansari 1994). Trigliserida masuk ke dalam plasma dalam dua bentuk yaitu sebagai kilomikron yang berasal dari penyerapan usus dan sebagai VLDL yang dibentuk oleh hati dengan bantuan insulin (Geevarghese dan Thomas 2006). Nilai trigliserida dalam darah akan meningkat sesuai dengan kenaikan nilai IMT, berbeda dengan nilai HDL yang justru akan menurun (Geevarghese dan Thomas 2006). Pada beberapa studi yang telah dilakukan diketahui bahwa penurunan nilai HDL terjadi lebih besar pada wanita dibandingkan pada laki-laki, sedangkan nilai LDL tidak menunjukan perubahan yang berarti. Jika nilai IMT meningkat maka nilai LDL akan meningkat, berbeda halnya dengan nilai HDL. Tabel 1 Klasifikasi tingkat bobot badan dan obesitas berdasarkan IMT Kategori Kurus Normal Overweight Obes
IMT (kg/m2)
Risiko Penyakit Tipe obesitas
<18.5 -24.9 25-29.9 .
31-39.9
I II
Obes yang ekstrim Sumber: Shils et al. (2006)
Total asupan energi dan asupan lemak memiliki korelasi positif terhadap indeks massa tubuh (Akoh & David 2008). Peningkatan indeks massa tubuh akan meningkatkan resiko terjadinya obesitas. Oleh sebab itu, diketahui bahwa obesitas tidak hanya dapat dipengaruhi oleh genetik namun juga akibat pengaruh makanan serta perubahan gaya hidup (Shils et al. 2006).
2.3.1
Kolesterol Lipid plasma dapat diperoleh dari makanan (eksogen) serta sintesis lemak
(endogen) (Price dan Wilson 2000). Plasma lipid sendiri terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas. Kolesterol dan trigliserida merupakan dua jenis lipid yang relatif mempunyai makna klinis mengenai kejadian aterosklerosis. Hati membentuk sebagian besar kolesterol di dalam tubuh serta membantu mengangkut lemak ke bagian tubuh yang membutuhkan lemak untuk energi dan perbaikan (Arora 2007). Kolesterol yang diperoleh dari makanan sebanyak 200-400 mg/hari. Tubuh menghasilkan sekitar 700 mg kolesterol setiap harinya dan hati memproduksi sekitar 10-20% kolesterol dari jumlah tersebut (Drummond et al. 2007). Menurut Amran et al. (2010), akumulasi kolesterol di dalam makrofag dapat memicu kejadian aterosklerosis. Deposit kolesterol ini dapat terjadi pada arteri besar dan sedang. Kejadian ini akan memicu terjadinya ploriferasi sel-sel disekitar pembuluh darah dan dapat menimbulkan obstruksi pembuluh darah. Beberapa survei juga menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara level plasma kolesterol dalam darah dengan risiko kejadian aterosklerosis (Marinetti 1990; Bettelheim et al. 2007). Tingginya kolesterol plasma dan kejadian aterosklerosis membuat banyak orang ketakutan dan menganggap kolesterol sebagai racun yang membahayakan (Bettelheim et al. 2007). Namun pada kenyataannya, kolesterol sangat dibutuhkan dalam hidup hewan serta manusia. Kolesterol berfungsi sebagai prekusor pembentuk asam empedu yang dibutuhkan untuk mengemulsi lemak pada usus halus, membentuk dinding sel, vitamin D, serta membantu sel syaraf dalam menjalankan fungsinya (Zulfikar 2009). Kolesterol merupakan prekusor utama untuk
beberapa
jenis
hormon
yaitu
progesteron,
androgen,
estrogen,
glukokortikoid, serta mineralkortikoid (Hames dan Hooper 2005). Kolesterol di dalam tubuh dapat disintesis dari hati, korteks adrenal, kulit, usus, testis, lambung, otot, jaringan adipose, serta otak (Wirahadikusumah 1985). Lipid tidak larut dalam plasma dan akan berikatan dengan protein sebagai mekanisme transpornya dalam serum. Ikatan ini menghasilkan tiga jenis lipoprotein utama yaitu kilomikron, VLDL, IDL, LDL, serta HDL (Bettelheim
et al. 2007). HDL terdiri dari 33% protein dan 30% kolesterol, LDL terdiri dari 25% protein dan 50% kolesterol, sedangkan VLDL lebih banyak mengandung trigliserida yang disintesis di hati (Bettelheim et al. 2007). Paket lipoprotein lainnya adalah trigliserida serta Lp(a) (Arora 2007). Kolesterol tidak mengandung gliserol seperti trigliserida ataupun fosfolipid. Kolesterol mengandung gugus hidroksil pada inti steroidnya. LDL merupakan jenis lipoprotein yang memiliki densitas tinggi (1.02-1.06 g/mL) karena sebagian besar kandungannya adalah kolesterol. Kolesterol memiliki densitas lebih besar dibandingkan dengan protein (Bettelheim et al. 2007). Sebagian besar LDL dibentuk dari VLDL dan kilomikron (Voet dan Voet 1995). Jika plasma kolesterol tinggi di dalam tubuh maka LDL akan beredar dalam aliran darah dan tertimbun pada pembuluh darah. Hal inilah yang mengakibatkan berkurangnya pasokan darah serta penyumbatan aliran darah (Arora 2007). Radikal bebas atau senyawa oksigen reaktif didefinisikan sebagai suatu atom atau molekul atau senyawa yang memiliki satu atau lebih senyawa yang tidak berpasangan sehingga memiliki kecenderungan untuk menarik elektron dari molekul lain. Radikal bebas menjadi sangat reaktif dan dapat menyebabkan kerusakan atau kematian sel. Contohnya adalah Superoksida (O2-), Thiil (RS-), Hidroksil (OH-), Nitrit Oksida (NO-) (Azima 2004 diacu dalam Zakaria 1996). Adanya radikal bebas, LDL mengubah bentuknya menjadi LDL yang teroksidasi. LDL teroksidasi kemudian memempel pada dinding arteri dan meningkatkan kemungkinan terjadinya aterosklerosis (Arora 2007). Hiperkolesterolemia adalah meningkatnya kolesterol dalam serum yang ditandai dengan meningkatnya lipoprotein yang mengandung kolesterol (Stockham dan Scott 2008). Oleh karena itu, pemeriksaan kolesterol darah penting dilakukan. Pada manusia kondisi sindrom metabolik dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap level trigliserida, level HDL, glukosa darah, tekanan darah, serta lingkar pinggang (lemak abdominal).
Tabel 2 Karakteristik sindrom metabolik pada manusia Faktor Risiko
Keterangan
Lingkar Pinggang Wanita
>88 cm
Laki-laki
>102 cm
Level Trigliserida
>150 mg/dl
HDL-kolesterol Wanita
<50 mg/dl
Laki-laki
<40 mg/dl
Tekanan Darah
130/ 85 mm Hg
Kadar Glukosa
110 mg/dl
Sumber: Geevarghese dan Thomas (2006)
Pemeriksaan darah dapat menggambarkan nilai kolesterol total serta lipid lainnya. Suatu tes yang dilakukan untuk memeriksa profil lipid darah akan mengukur LDL, HDL, VLDL, trigliserida, dan Lp(a) (Arora 2007). Tabel diatas menunjukan kadar lipid darah normal yang diharapkan pada manusia. Tabel 3 Rentang nilai normal profil lipid darah pada manusia. Lipoprotein
Kadar yang dibutuhkan
HDL
a.
Pria: > 40 mg/dl
b.
Wanita: > 50 mg/dl
LDL
< 100 mg/dl
Trigliserida
< 140 mg/dl
VLDL
< 29 mg/dl
Lp(a)
< 20 mg/dl
Sumber: Arora (2007)
2.3.2 HDL HDL atau protein berdensitas tinggi berperan sebagai pembawa kolesterol dari area tepi atau perifer tubuh menuju hati untuk dihancurkan (Arora 2010). HDL menjadi partikel lipoprotein terpadat yang dapat disintesis di dalam hati serta usus. Apo A-1 merupakan protein utama pada partikel HDL. Protein ini
merupakan aktivator utama dalam plasma enzim lechitin cholesteryl-acyl tranferase. Enzim ini memiliki peranan penting dalam transportasi kolesterol kembali ke hati (Geevarghese dan Thomas 2006). HDL terbagi menjadi dua kelas utama yaitu HDL3 dan HDL2. HDL3 merupakan fase awal HDL yang memiliki ukuran lebih kecil dan padat. HDL yang beredar di peredaran darah akan mendapat tambahan komponen kolesterol dari jaringan ekstrahepatik, VLDL, serta kilomikron. Penambahan kolesterol ini terjadi akibat adanya pertukaran ester kolesterol antara fosfolipid dalam membran HDL dengan kolesterol jaringan (Wulansari 1994). Pembentukan ester kolesterol akan meningkatkan kapasitas HDL3 dan memicu pembentukan HDl2 yang berukuran lebih besar dan kaya akan lipid (Zulfikar 2009). 2.4 Nikotin (Alkaloid) Nikotin merupakan senyawa golongan alkaloid yang banyak ditemukan pada tumbuhan. Nikotin cukup berpotensial untuk meracuni syaraf karena nikotin dapat meningkatkan level dopamine-neurotransmiter di dalam system syaraf dan membuat perubahan yang tetap pada sel-sel otak sama seperti kokain, heroin, dan marijuana (Anonimusb 2010). Nikotin telah diakui sebagai zat yang menimbulkan efek kecanduan dan ketergantungan yang sulit dihilangkan. Senyawa ini akan bekerja pada otak dan memberikan pengaruh psikoaktif yang menyebabkan sulitnya menghilangkan kecanduan terhadap nikotin. Nikotin memiliki efek karsinogenik terbatas yang menjadi penghambat kemampuan tubuh untuk melawan sel-sel kanker (Anonimusb 2010). Menurut Kelich (2010), struktur kimia nikotin disajikan pada gambar dibawah ini:
Gambar 2 Struktur kimia nikotin.
Nikotin memiliki nama kimia 3-(1-methyl-2-pyrrolidinyl)pyridine dengan rumus kimia C10H14N2, titik didihnya 2470C serta memiliki kepadatan 1,01 g/ml
(Anonimusc 2010). Nikotin secara alami dapat ditemukan dalam tembakau dengan kandungan sebesar 0.5-8% dari berat kering tembakau. Aspek yang perlu diketahui terkait dengan nikotin adalah absorbsi nikotin, keracunan nikotin, serta daya kerja nikotin. Nikotin dapat diserap melalui kulit, saluran pencernaan serta saluran pernafasan yang suasananya basa (Landoni et al. 1991). Keracunan terhadap nikotin dapat terjadi karena kesalahan penggunaan dosis. Dosis nikotin yang terlalu tinggi dapat menghambat aktivitas dari urat syaraf dan otot licin, sedangkan pada dosis rendah dapat merangsang aktivitas dari organ-organ tersebut. Nikotin merupakan obat dan memiliki beberapa efek yang menguntungkan pada dosis yang tepat. Nikotin telah di uji sebagai obat untuk penyakit Goucher, membantu meringankan gejala mental seperti Parkinson, Skizofrenia dan Alzheimer. Nikotin (bukan rokok) juga telah diteliti memilliki efek terapeutik juga dapat meningkatkan daya ingat serta meningkatkan aktivitas dan kewaspadaan dari seseorang (Zakariah 2010). Nikotin dapat menginduksi beberapa efek fisiologis, diantaranya adalah meningkatkan tekanan darah, meningkatkan kadar glukosa dan asam laktat di dalam darah serta dapat menstimulasi pelepasan katekolamin. Menurut Diana (1990) pemberian nikotin yang dikombinaskan dengan pemberian pakan atherogenik dan kondisi stres hewan dapat memicu gangguan pada arteri jantung dan epitelium. Nikotin dalam dosis observasi pada perokok berat ternyata dapat mempercepat aterogenesis (Susana et al. 2003). Pada level observasi yang dicobakan pada perokok aktif, nikotin meningkatkan pelepasan platelet yang berasal dari growth hormone. Fibroblas dan perubahan growth hormone bisa menjadi peran utama dalam perkembangan dan pertumbuhan aterosklerosis (Yi-ping et al. 2001). Nikotin dapat meningkatkan atau mempercepat pergantian sel di lapis endotel pembuluh darah, serta merubah permeabilitas endotel lalu mempertinggi masuknya lipoprotein aterogenik ke dalam dinding arteri dan mempercepat aterogenesis. Beberapa percobaan in vitro mengindikasikan bahwa nikotin pada level observasi pada perokok aktif maupun perokok pasif akan menginduksi sel
otot polos untuk mengalami ploriferasi dan terjadi perubahan pada edotel pembuluh darah. Efek dari nikotin dan CO ternyata lebih rendah daripada efek asap rokok seluruhnya (Yi-ping et al. 2001). Daun tembakau sendiri mengandung satu sampai tiga persen nikotin (Anonimus 2010b). Nikotin selama ini banyak diketahui dapat memicu terjadinya aterosklerosis. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa nikotin dalam jumlah sedikit memiliki efek menahan kontrol metabolisme lemak dalam tubuh (Marinetti 1990), sehingga orang-orang ataupun hewan yang mengonsumsi makanan dengan karbohidrat dalam jumlah banyak ataupun kolesterol tinggi dapat memanfaatkan efek dari nikotin dalam dosis rendah ini. Nikotin memiliki efek yang kompleks terhadap tubuh, diantaranya adalah meningkatkan denyut jantung, laju metabolisme (metabolic rate), tekanan sistol dan diastol, plasma efinefrin serta konsentrasi asam lemak bebas. Efek nikotin ini didasarkan pada eksitasi sistem syaraf otonom yang menimbulkan aktivitas syaraf simpatis dan parasimpatis meningkat. Nikotin cenderung meningkatkan aliran darah pada bagian arteri jantung, hal ini membuat timbulnya risiko penyakit arteri koroner (Zakariah 2010). Toleransi tubuh terhadap nikotin perlu diketahui karena tingkat toleransi akan berpengaruh terhadap kondisi psikoaktif tubuh dan kecenderungan terhadap adiksi nikotin. Kecanduan atau adiksi terhadap nikotin dapat memberikan efek yang merugikan terhadap sistem kardiovascular dan bobot badan. Kelich (2010) menyebutkan bahwa dosis toksik nikotin pada manusia adalah 50 mg dan dapat menimbulkan kematian. Landoni (1991) menyebutkan bahwa dosis fatal untuk nikotin murni adalah 40-60 mg/kg BB, pemberian sebanyak 0,75 mg/kg BB merupakan dosis yang aman. Margin of safety penggunaan nikotin pada manusia adalah sebesar 0.5-1 mg/kg BB. Nikotin yang diberikan dalam jangka waktu yang pendek akan memberikan dampak terhadap penurunan bobot badan. Nikotin memiliki system penyampaian pada neurotransmiter di otak untuk mengurangi kebutuhan akan asupan energy dan akibatnya terjadi penurunan nafsu makan. Nikotin juga memiliki efek langsung terhadap jaringan adipose .
3 MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2009. Penelitian ini dilakukan di Fasilitas Hewan Laboratorium Taman Kencana Bogor serta Laboratorium Patologi Pusat Studi Satwa primata LPPM IPB. 3.2 Materi Penelitian ini telah disetujui oleh komisi etik dengan nomor protokol (ACUC) : 04–IA–ACUC–09. Penelitian ini menggunakan 15 ekor monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) jantan berumur 6-8 tahun yang dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan jenis pakannya. Pada masing-masing kelompok dilakukan lima kali pengulangan, pembagiannya adalah sebagai berikut:
3.3
1.
Kelompok A diberikan pakan jenis A
2.
Kelompok B diberikan pakan jenis B
3.
Kelompok C diberikan pakan jenis C
Kandang Kandang yang digunakan adalah kandang individu yang terbuat dari
stailess steel (squaze back cage) untuk mempermudah pemeliharaan dan pengendalian. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan, air minum, dan kandang ditempatkan pada ruang tertutup dan bersih serta didesain sedemikian rupa sehingga monyet masih dapat saling mendengar sesamanya. 3.4
Alat dan Bahan Alat-alat
yang digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
kandang
pemeliharaan dan pengendalian (0,6x0,6x9 m), timbangan digital, tempat penampungan feces dan urin, syringe, tabung berisi antikoagulan, personal equipment (baju kandang, sarung tangan, kaca mata, sepatu boot, masker, dan pelindung kepala), tempat makan serta minum hewan dan Fotometer 5010. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah bahan pakan jenis A (kandungan utama lemak sapi), jenis B (kandungan utama lemak sapi dan kuning telur), Monkey chow (pakan C), nikotin cair 0,75 mg/kg BB, formalin, ketamine dan desinfektan.
3.5
Metode Penelitian Penelitian ini mengggunakan 15 ekor monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) jantan. Sebelum dan selama penelitian ini, seluruh hewan coba diberi pakan berkalori dan berkadar lemak tinggi untuk meningkatkan bobot badan yang mendekati kondisi obes. Jenis pakan yang diberikan adalah pakan A, pakan B, dan pakan C. Ketiga jenis pakan diberi nikotin cair sebanyak 0,75 mg/kg BB pada April 2009 hingga Juni 2009. Tempat makan dan minum hewan diletakkan diluar kandang serta dirancang agar hewan mudah mengambil makan serta mendapatkan minumnya. Pakan A memiliki kandungan energi 4,48 Kal/kg mengandung lemak sapi, sedangkan pakan B memiliki kandungan energi 4,21 kal/kg. Komposisi pakan B hampir sama dengan pakan A namun mengandung lemak sapi dan kuning telur. Pakan C atau Monkey chow memiliki kandungan energi sebesar 4,33 Kal/kg. Pemberian pakan untuk jenis pakan A adalah 100 gr/ekor/hari, pakan B adalah 200 gr/ekor/hari, sedangkan pakan C adalah 100 gr/ekor/hari. Pengambilan sampel darah dilakukan untuk mendapatkan data lipid. Sebelumnya monyet dibius dengan ketamin (10 mg/kg BB IM). Pengambilan darah dilakukan setiap satu bulan sekali selama 4 bulan dari Maret-Juni 2010. Darah diambil dari bagian vena femoralis, plasma darah kemudian diperiksa untuk memperoleh data lipid dengan menggunakan alat Photometer 5010. Data yang diperoleh antara lain adalah total plasma kolesterol (TPK) dan HDL. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dua faktorial, faktor pertama adalah pemberian pakan sedangkan faktor kedua adalah waktu observasi. Data yang diperoleh kemudain dianalisis dengan metoda ANOVA (Analysis of Variant) yang dilanjutkan dengan uji Duncan.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hewan dikandangkan secara individu dalam ruangan khusus. Suhu di dalam kandang berkisar antara 25-290C dengan kelembaban 40-70%. Kandang individu ini memungkinkan monyet dapat saling berinteraksi dengan cara saling mendengar serta melihat sehingga cekaman atau kondisi stres dapat dihindari. Tabel berikut ini akan memperlihatkan nilai rata-rata nilai bobot badan monyet sebelum dan selama terpapar nikotin. Tabel 4 Rataan bobot badan monyet sebelum dan selama pemberian nikotin Peubahan
Bulan
Perlakuan kelompok A
kelompok B
kelompok C
Bobot
B0
4,53 ± 0,69 a
5,02 ± 1,20 a
4,92 ± 0,19 a
badan
B1
4,39 ± 0,59 a
4,94 ± 0,99 a
4,70 ± 0,24 a
(Kg)
B2
4,42 ± 0,58 a
4,91 ± 0,97 a
4,84 ± 0,31 a
B3
4,44 ± 0,59 a
4,88 ± 0,88 a
5,04 ± 0,45a
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf superscript yang sama pada kolom menunjukan nilai yang tidak berbeda nyata (P>0,05). B0= data awal sebelum diberi nikotin, B1= bulan pertama setelah diberi nikotin, B2= bulan kedua setelah diberi nikotin, B3= bulan keempat setelah diberi nikotin.
Pada Tabel 4 dapat dilihat terjadi penurunan bobot badan monyet masingmasing kelompok pakan pada setiap bulannya. Berdasarkan lama waktu paparan nikotin, penurunan ini memperlihatkan perbedaan yang tidak bermakna secara statistik (P>0,05). Hal ini menunjukan bahwa pemberian nikotin pada ketiga jenis pakan tidak menyebabkan penurunan bobot badan yang signifikan. Penurunan bobot badan ini merupakan salah satu efek pemberian nikotin dosis rendah melalui mekanisme peningkatan pengeluaran energi dan aktivitas tubuh serta penurunan selera makan (Zakariah 2009). Nikotin dalam jangka waktu pendek diketahui dapat menekan konsumsi dan
penurunan
bobot
badan.
Nikotin
memberikan
pengaruh
yang
berkontraindikasi dengan leptin (hormon yang disekresikan oleh lemak) dan neuropeptidase Y (Zakariah 2010). Leptin merupakan hormon yang dilepaskan oleh jaringan adiposa. Hormon ini memiliki reseptor pada bagian hypothalamus.
Defisiensi leptin akan berasosiasi dengan kondisi hiperfagia dan peningkatan bobot badan. Kondisi obesitas dapat ditandai dengan adanya level produksi leptin yang rendah (Shils et al. 2006). Leptin, ghrelin, serta neuropeptidase Y merupakan substansi hormonal yang mempengaruhi hubungan antara nikotin dan IMT (Chatkin dan Chatkin 2007). Leptin merupakan hormon yang menekan selera makan, sedangkan Neuropeptidase Y dan Ghrelin merupakan hormon yang menstimulasi selera makan. Nikotin dapat memodulasi leptin sehingga dapat mengurangi bobot badan. Nikotin juga mempengaruhi ekspresi neuropeptidase Y yang menyebabkan penurunan
asupan
makanan.
Ghrelin
yang
dipengaruhi
oleh
nikotin
mengakibatkan peningkatan aktivitas pembakaran lemak tubuh dan meningkatkan metabolisme tubuh. Pada perlakuan A, rerata penurunan bobot badannya yaitu sebesar 0,11 kg atau 2,51%. Pada perlakuan B, rerata penurunan bobot badannya adalah sebesar 0,11 kg atau 2,19%. Bobot badan pada monyet kelompok C juga mengalami penurunan yaitu sebesar 0,06 kg atau 1,2%. Nikotin dalam jangka pendek diketahui dapat menekan konsumsi pakan dan menurunkan bobot badan (Gustidyas 2009). Monyet diberi pakan dalam jumlah yang berbeda. Pakan A (energi bersumber dari lemak sapi) diberikan sebanyak 100 gr/hari, pakan B (energi bersumber dari lemak sapi dan kuning telur) diberikan sebanyak 200 gr/hr, sedangkan pakan C (monkey chow) diberikan sebanyak 100 gr/hr. Konsistensi pakan yang lebih lembek karena penambahan kuning telur, dapat menurunkan tingkat konsumsi pakan. Pakan diberikan dalam jumlah yang berbeda karena berkaitan dengan tingkat palatibilitas dan kecernaan pakan dari masing-masing individu (Caraka 2008). Selain pengitungan bobot badan, maka dilakukan juga perhitungan nilai IMT (Indeks Massa Tubuh). IMT perlu diketahui untuk mendukung pernyataan terhadap kondisi obesitas. Nilai IMT dapat diperoleh dengan cara menghitung bobot badan dibagi dengan kuadrat tinggi badan. Pada primata, pengukuran tinggi badan tidak dilakukan sehingga digunakan data pengukuran tinggi duduk untuk mendapatkan nilai IMT. Nilai IMT akan disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 5 Rerata nilai IMT sebelum dan selama intervensi nikotin Peubahan
Bulan
Perlakuan kelompok A
kelompok B
kelompok C
Indeks
B0
23,41 ± 2,23 a
26,60 ± 6,58 a
24,71 ± 0,56 a
Massa Tubuh
B1
22,71 ± 1,90 a
26,13 ± 5,63 a
23,60 ± 0,85 a
(Kg/m2)
B2
22,86 ± 1,62 a
26,00 ± 5,64 a
24,30 ± 1,02 a
B3
21,59 ± 2,04 a
24,06 ± 3,71 a
25,05 ± 2,19 a
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf superscript yang sama pada kolom menunjukan nilai yang tidak berbeda nyata (P>0,05). B0= data awal sebelum diintervensi nikotin, B1= bulan pertama setelah diberi nikotin, B2= bulan kedua setelah diberi nikotin, B3= bulan keempat setelah diberi nikotin.
Untuk menghitung IMT pada primata diperlukan ukuran tinggi duduk, yaitu panjang tubuh monyet yang diukur dari kepala hingga pantat. IMT diperoleh dengan membagi bobot badan (kg) dengan tinggi duduk (m2). Terdapat kesamaan dalam mengkategorikan IMT pada manusia dan primata. WHO (2006) mengklasifikasikan IMT kurang dari 18,5 kg/m2 termasuk ke dalam kategori kurus, IMT 18,5-22,9 kg/m2 termasuk kedalam kategori normal, IMT lebih dari sama dengan 23 termasuk dalam kategori overweight. IMT 23-24,9 kg/m2 termasuk dalam kategori berisiko, IMT 25-29,9 kg/m2 termasuk dalam kategori obes tipe 1, dan IMT 30 kg/m2 termasuk dalam kategori obes tipe 2. Data pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa terjadi penurunan nilai IMT selama pemberian nikotin. Penurunan nilai IMT menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) berdasarkan waktu pemberian nikotin. IMT sebelum diberi nikotin untuk pakan A adalah sebesar 23,41 ± 2,23 kg/m2, pakan B sebesar 26,60 ± 6,58 kg/m2, sedangkan pakan C adalah sebesar 24,71 ± 0,56 kg/m2. Masyarakat Asia dengan IMT 23,0-24,9 kg/m2 termasuk dalam kriteria pre obes, sedangkan dengan IMT 25,0-29,9 kg/m2 termasuk ke dalam kriteria obes tipe 1 (WHO 2006). Hal ini menunjukan bahwa monyet pada kelompok A dan C berada dalam kriteria pre obes, sedangkan monyet pada perlakuan B sudah mengalami obes tipe 1. Pemberian nikotin selama 3 bulan dapat menurunkan nilai IMT pada masing-masing perlakuan. Rerata penurunan nilai IMT pada kelompok A adalah
sebesar 0,99 kg/m2 atau 4,2% (22,38 ± 1,52 kg/m2). Pada kelompok B adalah sebesar 1,21 kg/m2 atau 4,54% (25,39 ± 4,99 kg/m2), serta kelompok C sebesar 0,4 kg/m2 atau 1,61% (23,41 ± 1,35 kg/m2). Setelah intervensi nikotin peroral, IMT monyet kelompok A mengalami penurunan dan termasuk ke dalam kategori normal. Kategori obesitas untuk kelompok pakan B dan C tidak mengalami perubahan yaitu tetap dalam kategori obes tipe 1 dan kategori pre obes. Pada kelompok B, terlihat jelas bahwa nilai IMT mengalami penurunan pada bulan ketiga setelah pemberian nikotin dosis rendah. Plasma darah diperiksa untuk mendapatkan data lipid darah. Data yang diperoleh antara lain adalah total plasma kolesterol, trigliserida, serta HDL. Berikut ini disediakan nilai rataan dari total plasma kolesterol dan HDL. Tabel 6 Rerata nilai total kolesterol sebelum dan selama intervensi nikotin Peubahan
Bulan
Perlakuan kelompok A
kelompok B
kelompok C
kolesterol
B0
137 ± 42,89ab
252,80 ± 120,94abcd
139,20 ± 42,58ab
(mg/dl)
B1
274,00 ± 78,39bcd
301,40 ± 73,03cd
174,80 ± 60,57abc
B2
157, 40 ± 45,75ab
360,31 ± 144,51d
123,20 ± 32,71a
B3
266,00 ± 96,90bcd
637,80 ± 199,80e
189,80 ± 62,79abc
Keterangan:
Nilai yang diikuti oleh huruf superscript yang sama pada kolom menunjukan nilai yang tidak berbeda nyata (P>0,05). B0= data awal sebelum diintervensi nikotin, B1= bulan pertama setelah diberi nikotin, B2= bulan kedua setelah diberi nikotin, B3= bulan keempat setelah diberi nikotin.
Tabel 6 diatas memperlihatkan peningkatan nilai total kolesterol. Peningkatam ini memperlihatkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Kadar kolesterol darah pada kelompok pakan A mengalami peningkatan sebesar 56,5% atau sebesar 95,46 mg/dl, sedangkan kelompok pakan B mengalami peningkatan sebesar 180,37 mg/dl atau 71,3%. Nilai total plasma kolesterol kelompok pakan C juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 23,4 mg/dl atau 16,8%.
Tabel 7 Rerata nilai HDL sebelum dan selama intervensi nikotin Peubahan HDL-C (mg/dl)
Bulan B0 B1 B2 B3
Pakan A 112 ± 26,29ab 110,8 ± 47,01ab 130,00 ± 39,05ab 158,90 ± 62,60b
Perlakuan Pakan B 102,6 ± 51,19ab 125,6 ± 64,34ab 90,00 ± 65,59a 109,90 ± 68,17ab
Pakan C 62,6 ± 9,50a 69,40 ± 22,00a 65,60 ± 11,35a 105,40 ± 21,92ab
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf superscript yang sama pada kolom menunjukan nilai yang tidak berbeda nyata (P>0,05). B0= data awal sebelum diintervensi nikotin, B1= bulan pertama setelah diberi nikotin, B2= bulan kedua setelah diberi nikotin, B3= bulan keempat setelah diberi nikotin
Pada Tabel 7 juga dapat dilihat terjadinya peningkatan kadar lipid darah lainnya yaitu HDL. Terjadi peningkatan yang signifikan (P<0.05) pada pemeriksaan lipid kelompok pakan A. Pada kelompok pakan A, diketahui bahwa profil HDL meningkat mulai bulan kedua setelah pemberian nikotin. Peningkatan nilai HDL darah ini sebesar 18,95% atau 21,23 mg/dl. Pada kelompok pakan B terjadi juga peningkatan nilai HDL sebesar 35,25% atau sebanyak 36,16 mg/dl. Pada bulan pertama pemberian nikotin, tidak terjadi peningkatan nilai HDL yang signifikan. Namun terlihat bahwa terjadi penurunan nilai HDL pada bulan kedua dan meningkat kembali pada bulan ketiga. Sedangkan pada kelompok pakan C, diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai HDL yang kurang signifikan hingga bulan kedua. Peningkatan nilai ini sebesar 17,53 mg/dl atau 28 %. Pemberian nikotin dosis rendah dapat mempengaruhi profil lipid darah. Nilai total plasma kolesterol meningkat dalam tubuh dan disertai dengan meningkatnya nilai HDL. Dalam studi epidemiologi disebutkan bahwa HDL dan trigliserida menjadi salah satu tolak ukur dalam tingkat asupan pakan lemak serta karbohidrat (Hu 2008). Biomarker ini sifatnya spesifik, dimanfatkan untuk memantau pemberian diet dalam usaha untuk menurunkan bobot badan penderita obesitas. Pada kondisi obesitas maka akan terlihat bahwa nilai trigliserida akan meningkat, namun nilai HDL akan menurun. Pada umumnya, nilai kolesterol darah yang meningkat akan disertai dengan menurunnya nilai HDL. Pada penelitian ini diketahui bahwa nilai kolesterol total dan HDL sama-sama mengalami peningkatan. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya nilai HDL, diantaranya yaitu penurunan
bobot badan, peningkatan aktivitas fisik, serta genetik (Sigh dan Cetkowitz 2008). Penurunan bobot badan dapat meningkatkan nilai HDL. Pada manusia setiap kehilangan 1 kg bobot badan akan meningkatkan nilai HDL sebesar 0,35 mg/dl (anonimusa 2006). Pemberian nikotin yang dapat meningkatkan aktivitas tubuh juga dapat meningkatkan nilai HDL secara tidak langsung. Selain faktor tersebut, adanya defisiensi cholesteryl ester transfer protein (CETP) yang sifatnya genetik juga dapat mempengaruhi tingginya level HDL dalam darah (Sigh et al. 2008). Nilai fisiologis untuk total plasma kolesterol (TPK) pada monyet adalah 106-148 mg/dl (Fortman et al. 2002), namun menurut Mondy et al. (1997) plasma kolesterol total adalah 417 mg/dl dengan rentang 126-706 mg/dl. Pemberian pakan B memperlihatkan nilai kolesterol total yang melebihi nilai fisiologis monyet. Menurut Yuliarti (2002), bahan makanan hewani seperti telur dan lemak sapi mengandung kolesterol tinggi. Hal ini mengakibatkan peningkatan nilai kolesterol terlihat pada kelompok B. Pakan C memiliki kandungan lemak yang lebih rendah dibandingkan dengan pakan A dan B, hal ini mengakibatkan pada kelompok C memiliki nilai kolesterol total lebih rendah dibandingkan dengan dua kelompok lainnya. Gambar 3 menunjukan adanya peningkatan nilai plasma kolesterol total setelah pemberian nikotin. Peningkatan paling tinggi terlihat pada kelompok pakan B pada bulan ke-3 selama periode pemberian nikotin peroral. Kondisi obesitas biasanya ditunjukan dengan konsentrasi HDL yang kecil, namun pada Tabel 7 diatas terlihat bahwa nilai HDL cukup besar dan berada diatas nilai normal. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar HDL adalah 48 mg/dl (31-94 mg/dl) (Mondy et al. 1997). Sedangkan Fortman et al. (2002) menyebutkan bahwa nilai fisiologis HDL pada monyet adalah 19-103 mg/dl. Kondisi obesitas biasanya ditunjukan dengan kadar HDL yang rendah. Nilai HDL rata-rata meningkat setiap bulannya, selama pemberian nikotin. Menurut Quensel et al. (1989), pada orang sehat pemberian nikotin tidak memberikan pengaruh terhadap lipoprotein. Nikotin dapat mempengaruhi kadar HDL secara tidak langsung (Jo et al. 2002). Adanya pengaruh dari hormon leptin serta neuropeptidase Y yang menurunkan intake pakan (Chatkin dan Chatkin 2007) menyebabkan kadar HDL
kolesterol meningkat karena konsumsi pakan yang mengandung lemak menjadi lebih rendah. Pemberian nikotin menunjukan terjadi penurunan intake pakan untuk masing-masing jenis pakan. Hal ini kemungkinan juga disebabkan karena perbedaan rasa, bau, serta tekstur dari pakan. Pakan yang mengadung kolesterol tinggi akan semakin sedikit dikonsumsi sehingga kadar HDL dapat meningkat. Nilai rata-rata HDL meningkat setiap bulannya selama pemberian nikotin. HDL atau disebut sebagai kolesterol baik berperan dalam membawa LDL menuju hati untuk di metabolisme (Arora 2007). Jika nilai HDL makin tinggi, maka makin kecil resiko terkena gangguan pada pembuluh darah. Pemberian nikotin dosis rendah selama tiga bulan dapat meningkatkan nilai HDL. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) telah lama dimanfaatkan sebagai hewan model obesitas. Hewan model lain yang biasa digunakan adalah mencit, tikus putih, kelinci, serta hamster. Populasi monyet ekor panjang yang masih cukup banyak di alam, ukuran tubuhnya yang relatif besar serta jangka waktu hidup yang relatif lama menjadikan hewan ini sebagai hewan model obesitas yang tepat. Alasan lainnya adalah adanya kesamaan pola expresi hormonal dan pola obesitas seperti pada manusia (Zakariah 2010). Nikotin memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap lipoprotein (HDL). Hasil analisis profil lipid pada monyet obes yang terdiri dari nilai HDL, TPK, LDL, dan trigliserida akan dikomparasikan dengan pemeriksaan deposit lipid pada jaringan. Deposit lipid bisa terjadi pada arteri, oleh sebab itu diperlukan pemeriksaan histopatologi untuk mengetahui adanya deposit lipid pada pembuluh darah serta kaitannya dengan risiko penyakit aterosklerosis. Studi histopatologi ini merupakan salah satu tindak lanjut hasil penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan pada arteri carotid komunis dan dibantu dengan pewarnaan khusus yaitu Sudan IV. Melalui pengamatan ini diharapkan diketahui secara seluler kondisi arteri pada monyet obes yang diintervensi oleh nikotin selama tiga bulan.
5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan bobot badan dan IMT pada setiap kelompok selama pemberian nikotin dosis rendah peroral. Hasil pemeriksaan lipid memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan nilai kolesterol total serta HDL selama pemberian nikotin. Peningkatan yang signifikan terhadap nilai kolesterol total terlihat pada kelompok pemberian pakan B, sedangkan peningkatan nilai HDL yang signifikan terlihat pada bulan kedua untuk kelompok pakan B dan bulan ketiga untuk kelompok pakan A dan C. Saran Saran yang dapat diberikan pada penelitian adalah perlu dilakukannya penelitian dengan periode pemberian nikotin dosis rendah untuk jangka waktu yang lebih lama serta perlunya informasi mengenai keamanan pemberian nikotin dosis rendah dalam jangka waktu yang lama. Pemeriksaan histopatologi perlu dilakukan untuk mengetahui efek pemberian pakan obes dan paparan nikotin terhadap kondisi kardiovaskuler.
UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada orangtua, kakak, serta adik yang banyak membantu dan berkorban baik materi, motivasi dan kasih sayangnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada drh. R. P. Agus Lelana, SpMp, MSi dan DR. drh. Erni Sulistiawati, SpP1 yang telah membimbing, mengarahkan mulai dari penyusunan proposal hingga tahap akhir penulisan skripsi ini. Selain itu ucapan terimakasih disampaikan kepada drh. Titiek Sunartatie, MS atas waktu yang telah diluangkan untuk diskusi selama penulis menjadi mahasiswi, kepada Prof. drh. Dondin Sajuthi, MSt. PhD, DR. drh. Joko Pamungkas, MSc, DR. dr. Irma H. Suparto, MS, staf PT. IndoAnilab, staf laboratorium Patologi PSSP IPB yang banyak memberikan bantuan dan kontribusi pada penelitian ini. Kepada Mike Nur Annisa sebagai rekan satu penelitian serta kepada Aesculapius 43 atas segala kehangatan dan kebersamaannya selama ini.
DAFTAR PUSTAKA Anonimusa. 2006. Cara Meningkatkan Kolesterol Baik (HDL). [terhubung berkala]. www.mayoclinic.com. [1 September 2010]. Anonimusb. 2010. Ayo Mengenal Lebih Dekat Nikotin. [terhubung berkala]. http://community.kompas.com/read/artikel/2380. [1 Februari 2010]. Anonimusc. 2010. Effect of Nicotin. [terhubung http://id.hownicotineworks.com [19 Agustus 2010].
berkala].
http://
[CITES] Convention on International Trades in Endangered Species of Wildlife Flora and Fauna. 2009. Macaca fascicularis [terhubung berkala]. http://www.cites.org/resources/fauna/macacafascicularis. [18 Agustus 2010]. Akoh CC, Min DB. 2008. Food Lipid: Chemistry, Nutrition, and Biotechnology 3rd ed. Boca Raton: CRC Press. Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar. Jilid 1. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Amran AA, Zakaria Z, Faizah O, Das S, Raj S, Nordin NM. 2010. Aqueous extract of Piper sarmentosum decreases atherosclerotic lesions in high cholesterolemic experimental rabbits. . Biomed Central 9:44. Arora A. 2007. Kontrol Kolesterol. [diterjemahkan oleh Loly Endang Joeliani]. Jakarta: PT Bhuana Ilmu popular. Azima F. 2004. Aktivitas antioksidan dan anti-agregasi platelet ekstrak Cassia Vera (Cinnamomum burmanni Ness ex Blume) serta potensinya dalam pencegahan aterosklerosis pada kelinci [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bettelheim FA, Brown WH, Campbell MK, Farrell SO. 2007. Introduction to General, Organic, and Biochemistry 8th edition. Canada: Thomson Learning Inc. Caraka I HA. 2008. Perkembangan ukuran bagian-bagian tubuh monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang diberi pakan obes [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Chatkin R, Chatkin JM. 2007. Smoking and changes in body weight: can physiopathology and genetics explain this association?. J Bras Pneumol.33(6):712-9. Diana JN. 1990. Advance In Experimental Medicine and Biology volume 273. New York: Plenum Press. Drummond KE, Brefere LM. 2007. Nutrition for Food Service and Culinary Proffesionals 9th ed. New Jersey: John Wiley and Sons Inc.
Fortman JD, Hewelt TA, Bennet BT. 2002. The Laboratory Non Human Primate. USA : CRC Press. Geevarghese AT, Thomas A. 2006. Obesity, Lipid, and Cardiovascular Disease. Di dalam Robinson MK, Thomas A, editor. New York: Taylor and Francis Group. Gusnia NA. 2010. Perilaku seksual monyet ekor panjang (Macaca fascicularis Raffles 1821) di penangkaran semi alami pulau Tinjil kabupaten Pandeglang Banten [skripsi]. Bogor: program studi Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Gustidyas. 2009. Nikotin dan Kesehatan. http://blogdokter.com. [25 Agustus 2010]
[terhubung
berkala].
Hames D, Hooper N. 2005. Biochemistry 3rd edition. New York: Taylor and Francis Group. p. 362. Hu FB. 2008. Obesity Epidemiology. New York: Oxford University press Inc. Hukkanen J, Jacob P III, Benowitz NL. Metabolism and Disposition Kinetics of Nicotine. Pharmacol Rev 2005;57:79-115. Jo YH, Tamalge DH, Role LW. 2002. Nicotinic receptor-mediated effects on appetite and food intake. Journal Neurobiol 53(4):618-32 [terhubung berkala]. http://pubmed.com [28 Agustus 2010]. Kelich. 2010. Nicotine. [terhubung berkala]. http://nicotine.com.jpg. [2 Juli 2010]. Landoni JH de. 1991. Nicotine [terhubung berkala]. http://ipcsinchemtoxologicalabbrevationsnicotine.com [17 Agustus 2010]. Lusiana. 2007. Implementasi Konsep Kesejahtraan Hewan Pada Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) sebagai Hewan Laboratorium [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Marinetti GV. 1990. Disorders of Lipid Metabolism. New York: Plenum Press. Mondy JS, Williams JK, Adams MR, Dean RH, Geary RL. 1997. Structural Determinan of Lumen Narrowing After Angioplasty in Atherosclerotic Nonhuman Primates. Journal of Vascular Surgery 26:5, p:875-883. [NHLBI] National Heart, Lung, and Blood Institute. 2010. Metabolic Syndrome. [terhubung berkala]. http://nationalheartlungandbloodinstitute.com [26 Agustus 2010]. Price SA, Wilson LM. 2000. Pathophysiology: Clinical consept of isease disease processes. Tennessee: EGC. Quansel M, Agardh CD, Nilsson P. 1989. Nicotine does not affect plasma lipoprotein consentration in healty en. Scandinavian Journal of Clinical and Laboratory Investigation 49:149-153.
Sari DD. 2009. Profil Darah Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) yang Diberi Pakan Berenergi Tinggi Pada Periode Obesitas Empat Bulan Kedua [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Shils ME, Shike M, Ross AC, Caballero B, Cousins RJ. 2006. Modern Nutition in Health and Disease. Philadelpia: Lippincot Williams & Wilkins. Siagian A. 2006. Pengaruh Indeks Glisemik, Komposisi Zat Gizi Pangan, serta Frekuensi Pemberian Makan Pada Respons Glisemik, Nafsu Makan, dan Profil Lipid Orang dewasa Obes dan Normal [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Insitut Pertanian Bogor. Siagian A, Rimbawan. 2002. Indeks Glikemik Pangan. Bogor: Penebar Swadaya. Singh
VN, Citkowitz E. 2008. High HDL Cholesterol (Hyperalphalipoproteinemia). eMedicine 1(9). [terhubung berkala] http://web.archive.org/web/20080211223356/http://www.emedicine.com/e mail/lipid/issue9.htm. [4 September 2010].
Spector WG, Spector TD. Pengantar Patologi Umum Edisi ke-3. Soetjipto et al., penerjemah; Yogyakarta: Gajahmada University; 1993. Terjemahan dari : Basic Phatology. Stockham SL, Scott MA. 2008. Fundamental of Veterinary Clinical Pathology 2nd Edition. Iowa: Blacwell Publishing Supriatna J, Wahyono EH. 2000. Panduan Lapang Primata Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Supratikno. 2002. Anatomi otot daerah panggul dan paha monyet ekor panjang (Macaca fasicularis) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Susana D, Hartono B, Fauzan H. 2003. Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok. Makara 7:2. Tjokoprawiro A. 2010. Perbedaan obesitas dan overweight. Pusat Diabetes dan Nutrisi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. [terhubung berkala]. http://kask.us/4919842. [8 Agustus 2010] Ungerer et al. 1997. Nilai lipid darah, tekanan darah, frekuensi jantung dan respirasi pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) tersedasi. Bogor: LIPI. Voet D, Voet JG. 1995. Biochemistry 2nd Edition. New York: John Wiley and Sons Inc. [WHO] World Health Organization. 2006. Prevalence of http://www.who.int/mediacenter/facsheets/fs311/en/index.html September 2007]
Obesity. [10
Wiseman J, Cole PJA. 1990. Feedstuf Evaluation. Cambrige: University Press.
Wirahadikusumah M. 1985. Biokimia Metabolisme Energi, Karbohidrat, dan Lipid. Bandung: Institut Teknologi Bandung Press, Hal. 164. Wulansari R. 1994. Pengaruh penambahan minyak kelapa sawit pada pakan aterogenik terhadap profil lipid serum kera ekor panjang (Macaca fascicularis) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Yi-ping S et al. 2001. Nicotine does not influence arterial lipid deposit in rabbits exposed to second-hand smoke. Journal of The American Heart Association 104;810-814. Yuliarti N. 2008. Pilih Vegetarian atau Nonvegetarian? Plus Minus Pilihan Anda dari Segi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yusuf TMM. 2010. Karakteristik wilayah jelajah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di pulau Tinjil, Pandeglang Banten [skripsi]. Bogor: Program studi Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Zakariah LOMS. 2010. Analisis hematologi, nilai kecernaan dan tingkah laku monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) jantan obes yang diintervensi nikotin [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Zulfikar. 2009. Gambaran histopatologi jaringan ateroma aorta potongan beku dari kelinci New Zealand White (Oryctolagus cuniculus) hiperlipemik dengan dan tanpa antihiperlipidemia [skripsi]. Bogor: Program studi Kedokteran Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil analisis data bobot badan sebelum dan selama intervensi nikotin. ONEWAY BB BY Interaksi /POLYNOMIAL=1 /STATISTICS DESCRIPTIVES /MISSING ANALYSIS /POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05). Oneway Descriptives BB 95% Confidence N
Mean
Std.
Interval for Mean
Std.
Minimum Maximum
Deviation Error
Lower
Upper
Bound
Bound
Bulan ke-0 pakan A
5
4.5300
.69426 .31048
3.6680
5.3920
3.60
5.30
Bulan ke-0 pakan B
5
4.3900
.59414 .26571
3.6523
5.1277
3.50
5.00
Bulan ke-0 pakan C
5
4.4200
.57944 .25913
3.7005
5.1395
3.60
4.95
Bulan ke-1 pakan A
5
4.4400
.58566 .26192
3.7128
5.1672
3.60
5.00
Bulan ke-1 pakan B
5
5.0200
1.19509 .53446
3.5361
6.5039
4.20
7.10
Bulan ke-1 pakan C
5
4.9400
.99962 .44705
3.6988
6.1812
4.30
6.70
Bulan ke-2 pakan A
5
4.9100
.97622 .43658
3.6979
6.1221
4.30
6.60
Bulan ke-2 pakan B
5
4.8800
.87579 .39166
3.7926
5.9674
4.20
6.40
Bulan ke-2 pakan C
5
4.9200
.19235 .08602
4.6812
5.1588
4.70
5.20
Bulan ke-3 pakan A
5
4.7000
.24238 .10840
4.3990
5.0010
4.45
5.05
Bulan ke-3 pakan B
5
4.8400
.31305 .14000
4.4513
5.2287
4.50
5.30
Bulan ke-3 pakan C
5
5.0400
.45056 .20149
4.4806
5.5994
4.60
5.50
60 4.7525
.68299 .08817
4.5761
4.9289
3.50
7.10
Total
ANOVA BB Sum of Squares Between Groups
Mean df
Square
F
Sig.
(Combined)
3.290
11
.299
.592
.825
Linear Term Contrast
1.610
1
1.610
3.188
.080
1.680
10
.168
.333
.968
Within Groups
24.232
48
.505
Total
27.522
59
Deviation
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
BB a
Duncan
Subset for alpha = 0.05 Interaksi
N
1
Bulan ke-0 pakan B
5
4.3900
Bulan ke-0 pakan C
5
4.4200
Bulan ke-1 pakan A
5
4.4400
Bulan ke-0 pakan A
5
4.5300
Bulan ke-3 pakan A
5
4.7000
Bulan ke-3 pakan B
5
4.8400
Bulan ke-2 pakan B
5
4.8800
Bulan ke-2 pakan A
5
4.9100
Bulan ke-2 pakan C
5
4.9200
Bulan ke-1 pakan C
5
4.9400
Bulan ke-1 pakan B
5
5.0200
Bulan ke-3 pakan C
5
5.0400
Sig. Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
.235
Lampiran 2 Hasil analisis data IMT sebelum dan selama intervensi nikotin. ONEWAY BMI BY pakan /POLYNOMIAL=1 /STATISTICS DESCRIPTIVES /MISSING ANALYSIS /POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05). Oneway Descriptives BMI 95% Confidence N
Mean
Std.
Std.
Interval for Mean
Deviation
Error
Lower
Upper
Bound
Bound
Minimum Maximum
bulan 0 pakan a
5
23.4120
2.22717
.99602
20.6466
26.1774
20.41
26.06
bulan 0 pakan b
5
26.6000
6.81714 3.04872
18.1354
35.0646
21.50
37.87
bulan 0 pakan
5
24.7120
.56791
.25398
24.0068
25.4172
24.20
25.60
bulan 1 pakan a
5
22.7160
1.90734
.85299
20.3477
25.0843
19.84
24.47
bulan 1 pakan b
5
26.1320
5.63319 2.51924
19.1375
33.1265
22.01
35.74
bulan 1 pakan c
5
23.6000
.84844
.37943
22.5465
24.6535
22.50
24.83
bulan 2 pakan a
5
22.8660
1.62420
.72636
20.8493
24.8827
20.41
24.34
bulan 2 pakan b
5
26.0020
5.64989 2.52671
18.9867
33.0173
21.88
35.20
bulan 2 pakan c
5
24.2960
1.02405
.45797
23.0245
25.5675
23.46
26.06
bulan 3 pakan a
5
21.5980
2.04969
.91665
19.0530
24.1430
19.38
24.20
bulan 3 pakan b
5
24.0600
3.70957 1.65897
19.4540
28.6660
20.38
29.73
bulan 3 pakanc
5
25.0580
2.18956
.97920
22.3393
27.7767
21.93
27.90
Total
60 24.2543
3.47428
.44853
23.3568
25.1518
19.38
37.87
ANOVA
Sum of Squares Between Groups
(Combined)
df
Mean Square
F
Sig.
127.323
11
11.575
.950
.503
3.419
1
3.419
.281
.599
123.905
10
12.390
1.017
.444
Within Groups
584.844
48
12.184
Total
712.168
59
Linear Term
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Contrast Deviation
BMI a
Duncan
Subset for alpha = 0.05 pakan
N 1
bulan 3 pakan a
5
21.5980
bulan 1 pakan a
5
22.7160
bulan 2 pakan a
5
22.8660
bulan 0 pakan a
5
23.4120
bulan 1 pakan c
5
23.6000
bulan 3 pakan b
5
24.0600
bulan 2 pakan c
5
24.2960
bulan 0 pakan
5
24.7120
bulan 3 pakanc
5
25.0580
bulan 2 pakan b
5
26.0020
bulan 1 pakan b
5
26.1320
bulan 0 pakan b
5
26.6000
Sig. Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
.063
Lampiran 3 Hasil analisis data kolesterol sebelum dan selama intervensi nikotin. ONEWAY kolesterol BY interaksi /POLYNOMIAL=1 /STATISTICS DESCRIPTIVES /MISSING ANALYSIS /POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05). Oneway Descriptives Kolesterol 95% Confidence N
Mean
Interval for Mean
Std. Deviation
Std. Error
Minimum Maximum
42.89522 19.18333
Lower
Upper
Bound
Bound
Bulan ke-0 pakan A
5
137.0000
83.7385 190.2615
94.00
195.00
Bulan ke-0 pakan B
5
252.8000 120.94710 54.08919 102.6243 402.9757
128.00
453.00
Bulan ke-0 pakan C
5
139.2000
42.58756 19.04573
86.3206 192.0794
105.00
211.00
Bulan ke-1 pakan A
5
274.0000
78.39643 35.05995 176.6580 371.3420
185.00
377.00
Bulan ke-1 pakan B
5
301.4000
73.02945 32.65976 210.7220 392.0780
205.00
375.00
Bulan ke-1 pakan C
5
174.8000
60.57392 27.08948
99.5875 250.0125
129.00
252.00
Bulan ke-2 pakan A
5
157.4000
45.75260 20.46118 100.5906 214.2094
105.00
202.00
Bulan ke-2 pakan B
5
360.4000 144.51055 64.62708 180.9664 539.8336
202.00
573.00
Bulan ke-2 pakan C
5
123.2000
32.71391 14.63011
82.5803 163.8197
85.00
157.00
Bulan ke-3 pakan A
5
266.0000
96.90459 43.33705 145.6771 386.3229
204.00
434.00
Bulan ke-3 pakan B
5
637.8000 199.07963 89.03112 390.6100 884.9900
434.00
843.00
Bulan ke-3 pakan C
5
189.8000
62.79889 28.08452 111.8249 267.7751
107.00
284.00
Total
60
251.1500 162.96405 21.03857 209.0519 293.2481
85.00
843.00
ANOVA
Sum of Squares Between Groups (Combined) Linear Term Contrast Deviation Within Groups Total
df
Mean Square
F
Sig.
1125103.250
11
102282.114 11.113
.000
164570.988
1
164570.988 17.881
.000
960532.262
10
96053.226 10.436
.000
441776.400
48
1566879.650
59
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets kolesterol
9203.675
a
Duncan
Subset for alpha = 0.05 interaksi
N
Bulan ke-2 untuk pakan C
5
123.2000
Bulan ke-0 untuk pakan A
5
137.0000
137.0000
Bulan ke-0 untuk pakan C
5
139.2000
139.2000
Bulan ke-2 Untuk pakan A
5
157.4000
157.4000
Bulan ke-1 untuk pakan C
5
174.8000
174.8000
174.8000
Bulan ke-3 untuk pakan C
5
189.8000
189.8000
189.8000
Bulan ke-0 untuk pakan B
5
252.8000
252.8000
252.8000 252.8000
Bulan ke-3 untuk pakan A
5
266.0000
266.0000 266.0000
Bulan ke-1 untuk pakan A
5
274.0000
274.0000 274.0000
Bulan ke-1 untuk pakan B
5
301.4000 301.4000
Bulan ke-2 untuk pakan B
5
360.4000
Bulan ke-3 untuk pakan B
5
Sig.
1
2
3
4
5
637.8000 .069
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
.057
.072
.120
1.000
Lampiran 4 Hasil analisis data HDL sebelum dan selama intervensi nikotin. ONEWAY HDL BY Interaksi /POLYNOMIAL=1 /STATISTICS DESCRIPTIVES /MISSING ANALYSIS /POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05). Oneway Descriptives HDL 95% Confidence N
Mean
Interval for Mean
Std. Deviation
Std. Error
Minimum Maximum Lower
Upper
Bound
Bound
Bulan ke-0 pakan A
5
112.2000 26.29068 11.75755 79.5558 144.8442
79.00
144.00
Bulan ke-0 pakan B
5
102.6000 51.19863 22.89672 39.0285 166.1715
59.00
182.00
Bulan ke-0 pakan C
5
74.3991
49.00
73.00
Bulan ke-1 pakan A
5
110.8000 47.01276 21.02475 52.4259 169.1741
73.00
183.00
Bulan ke-1 pakan B
5
125.6000 64.34516 28.77603 45.7049 205.4951
51.00
218.00
Bulan ke-1 pakan C
5
96.7251
39.00
88.00
Bulan ke-2 pakan A
5
130.0000 39.05765 17.46711 81.5035 178.4965
84.00
174.00
Bulan ke-2 pakan B
5
90.0000 65.59344 29.33428
37.00
198.00
Bulan ke-2 pakan C
5
65.6000 11.34901
79.6917
49.00
77.00
Bulan ke-3 pakan A
5
158.9000 62.60631 27.99839 81.1640 236.6360
105.00
262.50
bulan ke-3 pakan B
5
109.9000 68.17844 30.49033 25.2453 194.5547
50.00
218.50
Bulan ke-3 pakan C
5
105.4000 21.92715
9.80612 78.1738 132.6262
83.00
133.00
Total
60
103.5833 49.64520
6.40917 90.7586 116.4080
37.00
262.50
62.6000
9.50263
69.4000 22.00682
4.24971 50.8009
9.84175 42.0749
8.5550 171.4450
5.07543 51.5083
ANOVA HDL Sum of Squares Between Groups
(Combined)
df
Mean Square
F
Sig.
44441.883
11
4040.171
1.921
.060
1348.705
1
1348.705
.641
.427
43093.178
10
4309.318
2.049
.048
Within Groups
100972.200
48
2103.588
Total
145414.083
59
Linear Term Contrast Deviation
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets HDL a
Duncan
Subset for alpha = 0.05 Interaksi
N
1
2
Bulan ke-0 untuk pakan C
5
62.6000
Bulan ke-2 untuk pakan C
5
65.6000
Bulan ke-1 untuk pakan C
5
69.4000
Bulan ke-2 untuk pakan B
5
90.0000
Bulan ke-0 untuk pakan B
5
102.6000
102.6000
Bulan ke-3 untuk pakan C
5
105.4000
105.4000
bulan ke-3 untuk pakan B
5
109.9000
109.9000
Bulan ke-1 untuk pakan A
5
110.8000
110.8000
Bulan ke-0 untuk pakan A
5
112.2000
112.2000
Bulan ke-1 untuk pakan B
5
125.6000
125.6000
Bulan ke-2 untuk pakan A
5
130.0000
130.0000
Bulan ke-3 untuk pakan A
5
Sig.
158.9000 .056
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
.102
Lampiran 5 Histogram perubahan bobot badan.
Bobot Badan 5.2 5 4.8 pakan A
4.6
pakan B 4.4
pakan C
4.2 4 bulan ke 0
bulan ke 1
bulan ke 2
bulan ke 3
Gambar 1. Perubahan BB monyet sebelum dan selama pemberian nikotin.
Lampiran 6 Histogram perubahan nilai IMT.
Indeks Massa Tubuh 30 25 20 pakan A
15
pakan B
10
pakan C
5 0 bulan ke 0
bulan ke 1
bulan ke 2
bulan ke 3
Gambar 2. Perubahan nilai IMT monyet sebelum dan selama pemberian nikotin.
Lampiran 7 Histogram perubahan nilai total kolesterol.
Total Plasma Kolesterol 700 600 500 400
Pakan A
300
Pakan B
200
Pakan C
100 0 Bulan ke 0
Bulan ke 1
Bulan ke 2
Bulan ke 3
Gambar 3. Profil kolesterol sebelum dan selama pemberian nikotin.
Lampiran 8 Histogram perubahan nilai HDL.
HDL 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
pakan A pakan B pakan C
bulan ke 0
bulan ke 1
bulan ke 2
bulan ke 3
Gambar 4. Profil HDL sebelum dan selama pemberian nikotin.