PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DARI UNIT DEOILING PONDS MENGGUNAKAN MEMBRAN MIKROFILTRASI
TESIS
Oleh FARIDA HANUM 057022002/TK
S
C
N
PA
A
S
K O L A
H
E
A S A R JA
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 1 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DARI UNIT DEOILING PONDS MENGGUNAKAN MEMBRAN MIKROFILTRASI
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik dalam Program Studi Teknik Kimia pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh FARIDA HANUM 057022002/TK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 2 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Judul Tesis
:
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
: : :
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DARI UNIT DEOILING PONDS MENGGUNAKAN MEMBRAN MIKROFILTRASI Farida Hanum 057022002 Teknik Kimia
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Tjahjono Herawan, M.Sc) Ketua
(Dr. Sutarman, M.Sc) Anggota
Ketua Program Studi,
(Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia)
Tanggal lulus
(Dr.Ir. Irvan, MSi) Anggota
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
: 27 Januari 2009 3
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Telah diuji pada : Tanggal 27 Januari 2009
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua
: Dr. Ir. Tjahjono Herawan, MSc
Anggota
: 1. Dr. Sutarman, MSc 2. Dr. Ir. Irvan, MSi 3. Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia 4. Dr. Halimatuddahliana, ST, MSc 5. Zuhrina Masyithah, ST, MSc 6. Mersi Suriani Sinaga, ST, MT 4
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
ABSTRAK
Produksi minyak sawit mentah (crude palm oil, CPO) di Indonesia terus meningkat sehingga akan menambah jumlah limbah cair yang dihasilkan. Oleh karena itu dilakukan penelitian skala laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja proses mikrofiltrasi menggunakan bahan keramik dalam pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dari unit deoiling ponds serta menyusun model yang sesuai untuk karakteristik proses mikrofiltrasi . Sedangkan manfaat penelitian adalah untuk memberikan alternatif pengolahan limbah cair yang lebih baik bagi pabrik kelapa sawit. Penelitian dilakukan dalam tiga tahapan, pertama penentuan trans membrane pressure (TMP) optimum, kedua nilai TMP optimum tersebut digunakan untuk mengoperasikan membran untuk memperoleh permeat dengan kualitas analisis terbaik, ketiga proses pemekatan retentat untuk mengutip total padatan terlarut. Selanjutnya penelitian diakhiri dengan menyusun model untuk memperkirakan fluks permeat pada proses mikrofiltrasi dan model untuk memprediksi nilai COD permeat. Disamping itu juga dihitung konstanta pembentukan cake dan koefisien rejeksi. Hasil penelitian menunjukkan membran mikrofiltrasi dapat merejeksi COD dari limbah deoiling ponds sebesar 67,94 %, rejeksi total padatan (TS) sebesar 46,26 %, rejeksi total padatan melayang (TSS) sebesar 96 %, kenaikan pH dari 4,6-5,9.Model yang diperoleh J=76,64α∆P, sedangkan model untuk prediksi COD = -0,006t3+2,788t2392,3t+35847. Nilai konstanta pembentukan cake diperoleh 6.10-6 dan koefisien rejeksi sebesar 47,19 %. Kata kunci : Limbah deoiling ponds, membran mikrofiltrasi, rejeksi COD, rejeksi TS, rejeksi TSS, kenaikan pH
5 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
ABSTRACT Crude palm oil (CPO) production would be increased in Indonesia, so it could create the amount of liquid waste. Therefore conducted by research in laboratory scale to know performance microfiltration ceramic membrane to process of liquid waste of oil palm factory from deoiling ponds and also compile the appropriate model for the characteristic of microfiltration processing. While research benefit the better liquid waste processing alternative for oil palm factory. Research done in three step, first determination of trans membrane pressure (TMP) optimum, second using the optimum TMP to operate membrane to get permeate with the best analysis quality, third condensed process of retentate to taking solid total. Research terminate by compiling model to estimate the flux permeate at microfiltration process and model for predicted assess the COD permeate. Beside that also calculated forming of cake constant and coefficient rejection. Result of research show the membrane microfiltration earn the rejection COD from waste of deoiling ponds equal to 67,94 %, total solid rejection equal 46,26 %, total suspended solid rejection equal 96 %, increase pH from 4,6-5,9. Model obtained by J=76,64α∆P, while model to predicted COD=-0,006t3+2,788t2-392,3t+35847. Value of forming cake constant by 6.10-6 and rejection coefficient equal 47,19 %. Keyword : Deoiling ponds waste, microfiltration membrane, rejection COD, rejection total solid, rejection total suspended solid, increase pH
6 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Segala puji berhak disampaikan kepada Allah SWT seiring dengan ucapan Alhamdulillahi Rabbil’alamin atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini berjudul “ Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi”. Tesis ini disusun setelah melalui tahapan penelitian yang dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan dan fasilitas yang telah diterima. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada dosen pembimbing Dr.Ir. Tjahjono Herawan, MSc ; Dr. Sutarman, MSc ; Dr. Ir. Irvan, MSi atas bantuan, bimbingan, curahan ilmu, serta asih dan asuh yang telah diberikan dari penelitian sampai penyusunan tesis. Pada kesempatan ini disampaikan pula ucapan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan untuk mengikuti Pendidikan Program Magister 2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana USU atas kesempatan menjadi mahasiswa Magister Teknik Kimia USU 3. Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Kimia SPs USU sekaligus sebagai tim pembanding tesis 4. Dr. Halimatuddahliana, ST, MSc selaku sekretaris Program Studi Magister Teknik Kimia SPs USU sekaligus sebagai tim pembanding tesis 5. Zuhrina Masyithah, ST, MSc dan Mersi Suriani Sinaga, ST, MT selaku tim pembanding tesis 6. Kedua Orang tua, Muchtar Ibrahim dan Dra. Nurhafifah, serta abangandaku Safri Hadi
7 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
7. Suamiku tercinta Suwandi serta anak-anakku tersayang Zulfikri Anwar dan Rafie Maulana 8. Staf pengajar Magister Teknik Kimia USU 9. Staf pengajar Departemen Teknik Kimia USU 10. Pegawai administrasi Magister Teknik Kimia USU 11. Para Peneliti di PPKS beserta para teknisinya 12. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Magister Teknik Kimia USU Akhir kata saya memohon kritik dan saran untuk perkembangan penelitian selanjutnya.
Medan,
Januari 2009 Penulis
8 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Farida Hanum
Tempat/Tgl lahir
: Banda Aceh/ 10 Juni 1978
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Staf Pengajar Departemen Teknik Kimia USU (thn 2001sekarang)
Pendidikan
: 1. SDN 060814 Medan (thn 1984-1990) 2. MTsN Medan (thn 1990-1993) 3. MAN 1 Medan (thn 1993-1996) 4. Program Studi Teknik Kimia USU (thn 1996-2001)
Status Keluarga
: Menikah Nama suami : Suwandi Nama anak : 1. Zulfikri Anwar 2. Rafie Maulana
9 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ..................................................................................................... ABSTRACT ..................................................................................................... KATA PENGANTAR ...................................................................................... RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... DAFTAR ISI ...................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................ DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... TATA NAMA ....................................................................................................
i ii iii v vi viii ix xi xii
I.PENDAHULUAN ............................................................................................ 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 1.5. Lingkup Penelitian .........................................................................
1 1 5 6 6 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 2.1. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit .................................. 2.2. Proses Pemisahan Dengan Membran .............................................. 2.2.1. Proses Perpindahan Pada Membran ....................................... 2.2.2. Proses Pembuatan Membran .................................................. 2.2.3. Aplikasi Industri dari Membran .............................................. 2.3. Proses Mikrofiltrasi .......................................................................... 2.4. Pola Aliran Dalam Membran ........................................................... 2.5. Penyusunan Model .............................................................................. 2.5.1. Model Untuk Memperkirakan Fluks Permeat ..................... 2.5.2. Model Untuk memperkirakan Rejeksi COD Limbah .........
9 9 14 15 19 23 25 29 33 33 37
III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 3.1. Lokasi dan Waktu ............................................................................ 3.2. Bahan dan Metoda ........................................................................... 3.2.1. Bahan dan Alat ....................................................................... 3.2.2. Metoda ...................................................................................
39 39 39 39 42 10
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 4.1. Karakterisasi Membran ................................................................... 4.2.Pengolahan Limbah Dari Unit Deoiling Ponds ................................ 4.2.1. Hubungan Antara Fluks Permeat Dengan Beda Tekanan (TMP) ...................................................................................... 4.2.2. Rejeksi COD Terhadap Waktu Operasi Pada TMP 0,6 Bar ..... 4.2.3. Rejeksi Total Solid (TS) Terhadap Waktu Operasi Pada TMP 0,6 Bar ............................................................................ 4.2.4. Rejeksi Total Suspended Solid (TSS) Terhadap Waktu Operasi Pada TMP 0,6 Bar ..................................................... 4.2.5. Kenaikan pH ............................................................................ 4.2.6. Profil Penentuan VCR (Volume Concentration Ratio) ........... 4.3. Penyusunan Model Untuk Proses Mikrofiltrasi ............................... 4.3.1. Model Untuk Memperkirakan Fluks Permeat ……………… 4.3.2. Model untuk Memperkirakan Rejeksi COD Limbah ............. 4.4. Menghitung Konstanta Pembentukan Cake ...................................... 4.5. Menghitung Selektifitas Membran ....................................................
49 49 51
V. PENUTUP ...................................................................................................... 5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 5.2. Saran .................................................................................................
74 74 76
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
77
51 53 55 57 59 60 62 62 69 70 72
11 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL Nomor
Judul
Halaman
1.
Komposisi Limbah Awal ……………………………………………...
12
2.
Komposisi Zat Nutrien Serat Buah, Padatan Terlarut/Tersuspensi, Daun Pelepah, Bungkil Inti Sawit, dan Dedak Padi ………………….
13
Klasifikasi Proses Pemisahan Dengan Membran Berdasarkan Gaya Dorongnya ...................................................................................
17
4.
Porositas dan Distribusi Ukuran Pori Membran ....................................
19
5.
Karakteristik Beberapa Modul Membran .............................................
22
6.
Aplikasi Industri Dari Membran ...........................................................
24
7.
Aplikasi Industri Membran Mikrofiltrasi ..............................................
25
8.
Karakteristik Membran yang Digunakan ...............................................
50
9.
Perbandingan Data Hasil Percobaan Dengan Model 1............................
64
10.
Perbandingan Data Hasil Percobaan Dengan Model 2 (menggunakan faktor koreksi 0,9) ........................................................
66
11.
Perbandingan Data Hasil Percobaan Dengan Model 3 ..........................
67
12.
Data Koefisien Rejeksi Membran ..........................................................
72
13.
Hasil Penelitian Dibandingkan Dengan Baku Mutu Limbah Cair PKS ..
73
3.
12 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR Nomor
Judul
Halaman
1.
Skema Proses Pemisahan Dengan Membran ........................................
16
2.
Beberapa Jenis Modul Membran ..........................................................
21
3.
Modul Membran Mikrofiltrasi Keramik dan Housingnya ....................
27
4.
Bentuk Geometri Pori Membran Mikrofiltrasi ......................................
28
5.
Ukuran Pori Membran Mikrofiltrasi, Ultrafiltrasi, dan Reverse Osmosis ...................................................................................................
29
6.
Pola Aliran Dalam Membran ..................................................................
30
7.
Model Hubungan Fluks Terhadap Waktu ...............................................
31
8.
Hubungan Antara Fluks Dengan ∆P Pada Mikrofiltrasi dan Ultrafiltrasi . 35
9.
Skema Proses Aliran Fluida Melalui Pori Membran ................................. 36
10.
Rangkaian Peralatan Membran Mikrofiltrasi Keramik .............................
40
11
Membran Mikrofiltrasi Keramik ...............................................................
41
12.
Hubungan Antara Fluks Permeat Dengan Beda Tekanan .........................
52
13.
Rejeksi COD Terhadap Waktu Operasi Pada TMP 0,6 Bar .....................
54
14.
Rejeksi Total Solid (TS) Terhadap Waktu Operasi Pada TMP 0,6 Bar ..... 56
15.
Rejeksi Total Suspended Solid (TSS) Terhadap Waktu Operasi Pada TMP 0,6 Bar .....................................................................................
16.
57
Kenaikan pH Permeat Pada Berbagai Waktu ........................................... 59 13
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
17.
Hubungan VCR Dengan TS .....................................................................
61
18.
Perbandingan Data Hasil Penelitian Dengan Model 1....................... ........
65
19.
Perbandingan Model 1 dan 2 Dengan Variasi TMP ................................
68
20.
Model Untuk Memperkirakan Rejeksi COD Limbah ..............................
69
21.
Penentuan Konstanta Pembentukan Cake Membran Mikrofiltrasi............
71
14 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
Spesifikasi Peralatan Membran Mikrofiltrasi Keramik ......................
80
2.
Data Hasil Penelitian ...........................................................................
84
3.
Perhitungan Nilai Residu .....................................................................
90
4.
Prosedur Percobaan ..............................................................................
114
5.
Gambar Limbah Deoiling Ponds ……………………………………..
124
15 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
TATA NAMA
J
fluks permeat, L/m2jam atau LMH
r
Jari-jari saluran atau pori, m
∆P
Beda tekanan (trans membrane pressure), bar
η
Viskositas cairan, PaS
τ
Tortuosity
∆X
Tebal membrane, m
ε
Porositas permukaan membrane
k
Konstanta pembentukan cake
t
Waktu, jam dan menit
R
Koefisien rejeksi
Cp
Konsentrasi zat terlarut dalam permeat, mg/l
Cf
Konsentarsi zat terlarut dalam umpan, mg/l
dp
Diameter pori rata-rata
α
Faktor koreksi
16 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Minyak sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO) merupakan komoditas andalan penghasil devisa bagi Indonesia dari sektor industri agro. Indonesia memegang peranan penting dalam penguasaan pasar CPO dunia dimana sekitar 80 % minyak kelapa sawit yang beredar di pasaran dunia dihasilkan oleh Indonesia dan Malaysia. Selain itu dinyatakan juga bahwa kontribusi minyak sawit terhadap ekspor nasional mencapai 6 % sehingga membuat komoditas ini menjadi nomor satu dari produksi Indonesia. Sejak tahun 2005 minyak sawit telah menjadi minyak makan terbesar di dunia. Konsumsi minyak sawit dunia mencapai 26 % dari total konsumsi minyak makan dunia. Pasokan CPO untuk produksi dalam negeri juga meningkat menjadi 12,8 juta ton pada tahun 2005, bila dibandingkan dengan tahun 2004 yang hanya mencapai 12,5 juta ton. Diperkirakan pada tahun 2010 perkebunan kelapa sawit dapat menyerap hingga 500 ribu tenaga kerja dan menghasilkan 2,7 juta TBS (tandan buah segar) per tahun dan dipekirakan Indonesia akan menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia (Ditjenbun, 2006). Hal ini dimungkinkan karena ketersediaaan lahan maupun tenaga kerja yang lebih kompetitif. Untuk bersaing di pasar global,
17 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
perkembangan dan persyaratan perdagangan Internasional perlu diantisipasi (Ditjenbun, 2006). Dengan bertambahnya produksi CPO berarti akan semakin bertambah pula jumlah limbah yang dihasilkan. Baik limbah cair, limbah padat, maupun gas. Limbah yang dihasilkan PKS termasuk kategori limbah berat dengan kuantitas yang tinggi dan kandungan kontaminan mencapai hingga 20.000-60.000 mg/l untuk BOD (biochemical oxygen demand) dan 40.000-120.000 mg/l untuk COD (chemical oxygen demand). Kadar air 95%, padatan terlarut/tersuspensi 4,5%, serta sisa minyak dan lemak emulsi 0,5 -1% (Buku panduan Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Minyak Kelapa Sawit Di Indonesia). Limbah terutama dihasilkan dari tahap perebusan, pengendapan, dekantasi, dan sentrifugasi yang dilakukan selama proses klarifikasi CPO. Kapasitas limbah cair menurut pusat penelitian kelapa sawit (1992-1993) berkisar 1-1,3 m3/ton tandan buah segar atau 2-3 ton limbah cair /ton minyak. Pengolahan limbah cair industri kelapa sawit yang ada saat ini di Indonesia umumnya menggunakan unit pengumpul (fatpit) biasanya berupa parit yang kemudian dialirkan ke deoiling ponds (kolam pengutipan minyak) untuk diambil minyaknya serta diturunkan suhunya, setelah itu dialirkan ke kolam anaerobik atau aerobik dengan memanfaatkan mikroba sebagai perombakan BOD dan menetralisir keasaman cairan limbah. Hal ini dilakukan karena pengolahan limbah dengan
18 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
menggunakan teknik tersebut cukup sederhana dan dianggap murah. Namun pengolahan dengan sistem kolam mempunyai banyak kelemahan, antara lain : 1. Lahan yang diperlukan untuk pengolahan limbah sangat luas, yaitu sekitar 7 ha untuk pabrik kelapa sawit (PKS) dengan kapasitas 30 ton tandan buah segar (TBS)/jam. Kebutuhan lahan yang cukup luas pada teknik pengolahan limbah dengan menggunakan sistem kolam dapat mengurangi ketersediaan lahan untuk kebun kelapa sawit. 2. Efisiensi perombakan limbah cair PKS dengan sistem kolam hanya 60 – 70%. 3. Sering mengalami pendangkalan sehingga masa retensi menjadi lebih singkat dan baku mutu limbah tidak dapat tercapai. 4. Sistem dengan kolam tertutup pada temperatur ambient yang tinggi menghasilkan produksi gas metana dan karbondioksida yang tidak terkendali, yang mana keduanya merupakan gas rumah kaca.
Permasalahan utama yang dihadapi adalah kendala teknologi dimana pengolahan limbah yang ada saat ini sulit untuk menghasilkan keluaran yang mengarah pada PKS yang bebas limbah (Penelitian Kelapa Sawit, 2005, www.Ipard.com). Selain itu sistem pengolahan konvensional tidak memiliki nilai ekonomis karena setelah diolah limbah langsung dibuang ke badan air. Adapun alternatif yang dipilih untuk menjawab kedua permasalahan tersebut adalah dengan mengolah limbah cair PKS dari unit deoiling ponds dengan 19 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
menggunakan teknologi membran mikrofiltrasi berbahan keramik yang memiliki ukuran pori 0,2 µm sehingga mudah diaplikasikan untuk limbah dengan kandungan kontaminan yang tinggi seperti limbah cair PKS. Sedangkan dasar pemilihan material keramik adalah agar mudah dalam pengoperasian dan pencucian (backwash) karena material ini bertekstur licin sehingga partikel yang menempel padanya mudah dibersihkan sehingga tidak merusak tekstur dari membran. Disamping itu pengolahan limbah cair dengan teknologi membran tidak menggunakan energi yang besar dan tidak membutuhkan lahan yang luas seperti pengolahan limbah cair PKS secara konvensional yang menggunakan kolam. Keunggulan lainnya hasil pengolahannya dapat digunakan kembali yaitu produk utama (permeat) dapat diolah lebih lanjut menjadi air proses serta hasil samping (retentat) digunakan untuk pakan ternak. Jadi tidak hanya mengolah limbah cair untuk dibuang ke badan air saja seperti pengolahan limbah cair secara konvensional, tapi hasil pengolahan tersebut dapat direuse (digunakan kembali) sehingga mempunyai nilai ekonomis. Pengolahan limbah cair PKS menggunakan membran mikrofiltrasi belum pernah dilakukan sebelumnya. Biasanya membran mikrofiltrasi digunakan untuk mengolah limbah cair tekstil yang dilakukan oleh Fitrijani anggraini tahun 1999, serta untuk pengolahan limbah pulp yang dilakukan oleh Natalia soeseno dkk tahun 2001. Dalam penelitian ini dipilih membran mikrofiltrasi karena limbah cair PKS termasuk limbah dengan kategori heavy phase yang masih banyak mengandung lumpur (cake), sedangkan untuk membran ultrafiltrasi biasanya digunakan untuk limbah cair 20 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
kategori light phase seperti limbah cair industri tekstil, limbah cair emulsi minyak, limbah cair ekstraksi metanol, dan penurunan zat organik dan kekeruhan pada air sungai dan waduk. Sedangkan proses reverse osmosis biasanya digunakan untuk desalinasi air laut. Setelah melihat beberapa aspek tersebut peneliti mencoba untuk mengolah limbah cair pabrik kelapa sawit dari unit deoiling ponds dengan menggunakan membran mikrofiltrasi, dimana permeat diproses lebih lanjut dengan water treatment menjadi air proses, sedangkan retentat digunakan untuk pakan ternak. Sebelum dioperasikan limbah dipre-filter (penyaringan awal) dengan menggunakan kain kasa yang berukuran mesh 200 atau 75-100 μm. Hal ini bertujuan untuk mengurangi beban membran, meningkatkan fluks dan diharapkan dapat memperpanjang waktu operasi (runnimg time) dari membran.
1.2. Perumusan Masalah Pengolahan limbah cair PKS secara konvensional memiliki banyak kekurangan, sehingga peneliti mencoba untuk mengolah limbah cair PKS dari unit deoiling ponds menggunakan proses mikrofiltrasi dengan membran berukuran 0,2 μm. Untuk itu perlu dicari kondisi operasi membran mikrofiltrasi yang optimum, lalu disusun pemodelannya berdasarkan penelitian yang dilakukan.
21 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui unjuk kerja proses mikrofiltrasi menggunakan bahan keramik dalam pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dari unit deoiling ponds. 2. Menyusun model yang sesuai untuk karakteristik proses mikrofiltrasi, kemudian membandingkan hasil yang diperoleh dari penelitian dengan model yang disusun.
1.4. Manfaat Penelitian Adapun beberapa manfaat penelitian ini adalah : 1. Meningkatkan nilai ekonomis dari limbah cair pabrik kelapa sawit menjadi air proses yang selama ini terbuang begitu saja, sehingga akan mengurangi pemakaian air tanah atau air sungai dan juga pemanfaatan padatan terlarut untuk pakan ternak 2. Memberikan alternatif pengolahan limbah cair yang lebih baik bagi PKS.
22 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
1.5. Lingkup Penelitian Setiap memulai percobaan terlebih dahulu dilakukan pre-filter dengan menggunakan kain kassa berukuran mesh 200 atau 75-100 μm terhadap limbah deoiling ponds. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : 1. Penentuan Trans Membrane Pressure (TMP) yang memberikan fluks maksimum 2. Nilai TMP tersebut digunakan dalam mengoperasikan membran untuk memperoleh permeat (produk) dengan kualitas terbaik. 3. Penelitian selanjutnya pemekatkan retentat (hasil samping) dengan berbagai perbandingan volume (Volume Concentration Ratio, VCR). Pemekatan ini bertujuan mengutip seluruh solid atau padatan terlarut untuk pakan ternak. Penelitian diakhiri dengan menyusun model untuk : A. memperkirakan harga fluks permeat pada proses mikrofiltrasi B. memperkirakan rejeksi COD terhadap waktu Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk : 1) menghitung konstanta pembentukan cake (k) 2) menghitung koefisien rejeksi (R)
Variabel tidak bebas : 23 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Fluks (liter/m2jam atau LMH)
Variabel bebas : 1. Waktu (menit) Penentuan TMP optimum = 10; 20; 30; 40; 50; 60; 70; 80; 90; 100; 110; 120 (menit) Penentuan fluks optimum dengan parameter analisis = 20; 40; 60; 80; 100; 120; 140; 160; 180; 200; 220; 240 (menit) 2. TMP (Trans Membrane Pressure)
= 0,2 ; 0,4; 0,6 ; 0,8 bar
3. VCR (Volume Concentration Ratio) = 2; 3; 4; 5; 6
Analisis yang dilakukan adalah : A. Analisis COD (Chemical Oxygen Demand) B. Analisis TS (Total Solid ) C. Analisis TSS (Total Suspended Solid) D. Analisis pH
24 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Limbah cair pabrik kelapa sawit (PKS) dihasilkan dari 3 tahap proses, yaitu : 1. Proses sterilisasi (pengukusan) untuk mempermudah perontokan buah dari tandannya, mengurangi kadar air, dan untuk inaktifasi enzim lipase dan oksidase. 2. Proses ekstraksi minyak untuk memisahkan minyak daging buah dari bagian lainnya. 3. Proses pemurnian (klarifikasi) untuk membersihkan minyak dari kotoran lain (Buku panduan Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Minyak Kelapa Sawit Di Indonesia, 2001). Sedangkan teknik pengolahan limbah cair yang biasanya diterapkan di PKS adalah : 1. Kolam pengumpul (fatfit) Kolam ini berguna untuk menampung cairan-cairan yang masih mengandung minyak yang berasal dari air kondensat dan stasiun klarifikasi. 2. Kemudian dimasukkan ke unit deoiling ponds untuk dikutip minyaknya dan diturunkan suhunya dari 70 – 80 0C menjadi 40-45 0C melalui menara atau bak pendingin. 25 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
3. Kolam Pengasaman Pada proses ini digunakan mikroba untuk menetralisir keasaman cairan limbah. Pengasaman bertujuan agar limbah cair yang mengandung bahan organik lebih mudah mengalami biodegradasi dalam suasana anaerobik. Limbah cair dalam kolam ini mengalami asidifikasi yaitu terjadinya kenaikan konsentrasi asam-asam yang mudah menguap. Waktu penahanan hidrolisis (WPH) limbah cair dalam kolam pengasaman ini selama 5 hari. Kemudian sebelum diolah di unit pengolahan limbah kolam anaerobik,
limbah
dinetralkan terlebih dahulu dengan menambahkan kapur tohor hingga mencapai pH antara 7,0-7,5. 4. Kolam Anaerobik Primer Pada proses ini memanfaatkan mikroba dalam suasana anaerobik atau aerobik untuk merombak BOD dan biodegradasi bahan organik menjadi senyawa asam dan gas. WPH dalam kolam ini mencapai 40 hari. 5. Kolam Anaerobik Sekunder Adapun WPH limbah dalam kolam ini mencapai 20 hari. Kebutuhan lahan untuk kolam anaerobik primer dan sekunder mencapai 7 hektar untuk PKS dengan kapasitas 30 ton TBS/jam. 6. Kolam Pengendapan 26 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Kolam pengendapan ini bertujuan untuk mengendapkan lumpur-lumpur yang terdapat dalam limbah cair. WPH limbah dalam kolam ini berkisar 2 hari. Biasanya ini merupakan pengolahan terakhir sebelum limbah dialirkan ke badan air dan diharapkan pada kolam ini limbah sudah memenuhi standar baku mutu air sungai (Pedoman Pengolahan Limbah Industri Kelapa Sawit, 2006).
Dari uraian di atas terlihat bahwa pengolahan limbah cair PKS konvensional memiliki banyak kekurangan diantaranya kebutuhan lahan yang sangat luas dan WPH yang berkisar 67 hari. Oleh karena itu dikembangkan pengolahan limbah cair PKS dengan sistem reaktor atau tangki yang dikenal dengan reaktor anaerobik unggun tetap (RANUT) . Teknik pengohan limbah cair dengan sistem RANUT ini adalah salah satu sistem pengolahan limbah yang dilakukan secara anaerobik dengan kecepatan tinggi dan masa retensi relatif singkat. Prinsip kerjanya adalah degradasi bahan organik oleh bakteri secara anaerobik. Metode yang diterapkan adalah sistem tangki biofilter kecepatan tinggi (Highrate Biofilter Tank). WPH dalam RANUT adalah 10 hari dan perombakan COD sebesar 80,8 %. Jika dibandingkan dengan sistem kolam konvensional, RANUT dapat mengurangi WPH dari 50 hari menjadi 10 hari atau sebesar 80 % dan mengurangi kebutuhan lahan untuk kolam anaerobik (http://www.IOPRI.com/DDarnoko, Penelitian Kelapa Sawit, 2007).
27 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Selain itu ada alternatif lain untuk pengolahan limbah cair PKS yaitu dengan proses membran. Membran yang biasa dipakai untuk pengolahan limbah cair adalah membran mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, dan reverse osmosis. Namun untuk kategori heavy phase lebih baik digunakan membran mikrofiltrasi. Komposisi limbah awal yang digunakan sebagai umpan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Komposisi Limbah Awal Sumber Limbah
COD (mg/l)
TS (mg/l)
TSS (mg/l)
pH
Deoiling Ponds
39.117
21.960
875
4,6
Data yang terdapat dalam Tabel 1 merupakan hasil analisis yang dilakukan terhadap limbah segar. Dari Tabel terlihat bahwa limbah deoiling ponds kadar kontaminannya masih sangat tinggi, hal ini disebabkan karena limbah deoiling ponds merupakan limbah cair yang belum diolah hanya kadar minyaknya sudah berkisar 1 % serta penurunan suhu dari 65 0C menjadi 30 0C. Daya saing suatu industri tidak hanya ditentukan oleh jumlah, kualitas, dan harga produk yang dihasilkan, tetapi juga ditentukan oleh proses produksi yang digunakan terutama untuk produk berorientasi ekspor. Beranjak dari permasalahan yang dijumpai di lapangan, solusi terpadu program zero waste effluent dan integrasi kebun-ternak dalam PKS merupakan alternatif yang sangat atraktif untuk menyelesaikan persoalan limbah industri tersebut. Program zero waste effluent diterapkan PKS dengan memanfaatkan 28 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
semua hasil samping dan limbah yang dihasilkan agar dapat meningkatkan nilai ekonomis dan menjaga kelestarian lingkungan. Sedangkan integrasi kebun-ternak dapat diterapkan dengan mengolah limbah PKS berupa serat buah sawit, padatan terlarut/tersuspensi, dan bungkil inti sawit menjadi pakan ternak. Tabel 2. Komposisi Zat Nutrien Serat Buah, Padatan Terlarut/Tersuspensi, Daun Pelepah, Bungkil Inti Sawit, dan Dedak Padi Zat
nutrien Serat buah padatan
(%)
sawit
terlarut
Bungkil inti Daun
Dedak
sawit
padi
pelepah sawit
Bahan kering
91,69
94,00
91,11
86,2
87,70
Protein
5,90
13,25
15,40
5,8
13,00
Lemak
5,20
13,00
7,71
5,8
8,64
Serat
40,80
16,00
10,50
48,6
13,90
Calcium
0,54
0,30
0,30
0,32
0,09
Phosphor
0,13
0,19
0,19
0,27
1,39
Energi
1776
2840
2810
2412
2670
(kkal/kg) Sumber : Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian USU (2000)
29 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Padatan terlarut/tersuspensi adalah larutan terbuang yang dihasilkan selama proses pemerasan dan ekstraksi minyak. Bahan ini merupakan emulsi yang mengandung sekitar 4-5% padatan, 0,5-1% sisa minyak, dan sekitar 94% air. Di PKS larutan ini langsung dialirkan ke kolam pengumpul (fatfit) untuk diproses lebih lanjut. Padatan terlarut/tersuspensi dapat digunakan sebagai pengganti dedak padi sampai 100% pada sapi perah. Pemberiannya dalam bentuk kering. Pengeringannya dilakukan menggunakan sludge dryer yang juga terdapat di pabrik pengolahan kelapa sawit (Hasnudi, 2005).
2.2. Proses Pemisahan Dengan Membran Teknologi membran telah tumbuh dan berkembang secara dinamis sejak pertama kali dikomersilkan oleh Sartorius-Werke di Jerman pada tahun 1927, khususnya untuk membran mikrofiltrasi. Pengembangan dan aplikasi teknologi ini semakin beragam dan penemuan-penemuan baru pun semakin banyak dipublikasikan. Teknologi membran pada akhirnya menjadi salah satu teknologi alternatif yang paling kompetitif saat ini akibat adanya permintaan yang sangat besar terutama untuk aplikasi proses desalinasi. Saat ini teknologi pemisahan menggunakan membran sedang menjadi topik menarik baik kalangan industri maupun di lembaga riset dan pengembangan. Teknologi ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu polimer dan penemuan Scanning
electron
microscope
(SEM).
Perkembangan
teknologi
membran 30
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
berlangsung cepat dimulai ketika beberapa ilmuwan dan insinyur kimia menemukan kemungkinan penggunaan reverse osmosis (RO) untuk proses desalinasi air laut dan air payau dengan tujuan hemat energi. Program ini meraih sukses dan diikuti sukses lain ketika proses ini juga berhasil diaplikasikan untuk proses pemisahan dengan skala yang lebih besar yaitu untuk pengolahan limbah cair industri (Cheryan, 1986). Teknologi pemisahan menggunakan membran memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan proses pemisahan konvensional lain seperti distilasi dan evaporasi. Keunggulan yang dimilikinya antara lain : 1. Pemisahan berdasarkan ukuran molekul, sehingga pemisahan dapat beroperasi pada temperatur rendah (temperatur ambient). Hal ini dapat menghindari kerusakan zat pelarut maupun partikel terlarut yang sensitif terhadap panas. 2. Pemakaian energi yang relatif lebih rendah, karena biasanya pemisahan menggunakan membran tidak melibatkan perubahan fasa. Meskipun terjadi perubahan fasa seperti pada distilasi membran, namun temperatur yang dibutuhkan jauh lebih rendah daipada titik didih larutan yang akan dipisahkan. 3. Tidak menggunakan zat bantu kimia dan tidak ada tambahan produk buangan. 4. Bersifat modular, artinya di scale-up dengan memperbanyak unitnya. 5. Dapat digabungkan dengan jenis operasi lainnya (Wenten, 2001).
2.2.1. Proses Perpindahan Pada Membran
31 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Mulder (1996) mendefinisikan membran sebagai penghalang atau pembatas selektif yang diletakkan diantara dua fasa. Membran memiliki kemampuan untuk melewatkan suatu komponen dengan mudah dan cepat daripada komponen lain. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan sifat fisik atau kimia diantara komponen yang tertahan (retentat) dengan komponen yang berpermeasi (permeat). Perpindahan melalui membran dapat berlangsung apabila ada gaya dorong (driving force) yang bekerja pada komponen yang berada di fasa 1. Driving force bisa dalam bentuk beda tekanan (∆P), beda konsentrasi (∆C), beda temperatur (∆T), ataupun beda potensial listrik (∆E). Menurut Nakao (1994) adanya gaya dorong yang menyebabkan suatu komponen berpindah dari fasa 1 ke fasa 2. Pada fasa 1 masih banyak terdapat partikel-partikel yang kemudian padanya diberikan gaya dorong sehingga partikel yang memiliki ukuran molekul yang lebih kecil dari ukuran pori membran akan masuk dan melewati pori membran, sedangkan partikel dengan ukuran molekul yang lebih besar akan tertahan dan menempel di permukaan pori membran. Skematik proses pemisahan dengan membran terlihat pada Gambar 1 di bawah ini :
32 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Fasa 1
Fasa 2
Gambar 1. Skema Proses Pemisahan Dengan Membran
Proses pemisahan dengan membran berdasarkan gaya dorongnya dibagi dalam tiga kelas utama, yaitu : kelas pertama terdiri dari mikrofiltrasi (MF) , ultrafiltrasi (UF), dan reverse osmosis (RO) dengan beda tekanan (∆P) atau yang lebih dikenal dengan TMP (trans membrane pressure) sebagai gaya dorongnya. Kelas kedua adalah dialisis dengan beda konsentrasi (∆C )sebagai gaya dorong. Kelas terakhir adalah elektrodialisis dengan gaya dorong adalah beda potensial listrik (∆E). Mulder (1996) menambahkan perbedaan temperatur sebagai kelas keempat. Klasifikasi proses pemisahan dengan membran berdasarkan gaya dorongnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Klasifikasi Proses Pemisahan Dengan Membran Berdasarkan Gaya Dorongnya Beda Tekanan
Beda Konsentrasi
Beda Potensial Beda Listrik
Temperatur 33
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Mikrofiltrasi
Pervaporasi
Elektrodialisis
Termo-osmosis
Ultrafiltrasi
Pemisahan Gas
Elektro-osmosis Distilasi Membran
Nanofiltrasi
Difusi Dialisis
Membran
--
Elektrolisis Reversa
Perpindahan melalui --
Osmosis
media pembawa
Piezodialisis
--
--
--
--
Sumber : Mulder (1996)
Proses membran dengan driving force berdasarkan beda tekanan dapat digunakan untuk memekatkan atau memurnikan suatu larutan. Ukuran partikel dan besaran kimia dari zat yang terlarut menentukan struktur (ukuran pori dan distribusi pori) dari membran yang digunakan. Perbandingan dari beberapa proses dengan driving force berdasarkan beda tekanan adalah sebagai berikut : 1. Mikrofiltrasi : digunakan untuk pemisahan partikel (bakteri, jamur), tekanan osmotik dapat diabaikan, tekanan rendah (< 2 bar), membran yang digunakan mempunyai struktur simetrik, ketebalan lapisan pemisah 10 – 150 μm, proses pemisahan berdasarkan ukuran partikel. 2. Ultrafiltrasi : digunakan untuk pemisahan makromolekul (protein), tekanan osmotik dapat diabaikan, tekanan operasi rendah ( 1-10 bar), membran yang 34 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
digunakan berstruktur asimetrik, ketebalan lapisan membran 0,1 – 10 μm, proses pemisahan didasarkan pada perbedaan solubilitas dan difusifitas. 3. Nanofiltrasi : digunakan untuk pemisahan zat terlarut dengan berat molekul rendah (garam, glukosa, laktosa), tekanan osmotik tinggi (5-25 bar), tekanan operasi tinggi (10-60 bar), membran yang digunakan berstruktur asimetrik, ketebalan lapisan pemisah 0,1 – 1,0 μm, proses pemisahan didasarkan perbedaan solubilitas dan difusifitas.
2.2.2. Proses Pembuatan Membran Membran dapat dibuat dari sejumlah besar material yang berbeda-beda dan dengan bermacam-macam teknik pembuatan antara lain sintering, track etching, stretching, dan inversi fasa. Membran mikrofiltrasi dapat dibuat dari berbagai macam material baik organik maupun anorganik Hal ini memungkinkan untuk membuat membran dengan konfigurasi dan ukuran seperti yang diinginkan. Membran mikrofiltrasi yang digunakan pada penelitian ini dibuat dengan cara sintering. Pada proses sintering ini material ditekan dan dipanaskan hingga melewati titik didihnya. Tabel 4 berikut ini akan menyajikan pengaruh metoda preparasi terhadap porositas dan distribusi ukuran pori. Tabel 4. Porositas dan distribusi ukuran pori membran 35 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Proses
Porositas
Distribusi ukuran pori
Sintering
Rendah/sedang
Sempit/luas
Streatching
Sedang/tinggi
Sempit/luas
Track etching
Rendah
Sempit
Inversi fasa
tinggi
Sempit/luas
Sumber : Wenten (2001)
Saat ini terdapat sejumlah rancangan modul yang semuanya didasarkan oleh dua tipe konfigurasi membran, yaitu konfigurasi datar (flat) dan tubular. Membran datar merupakan konfigurasi pertama yang ada dipasaran umumnya digunakan pada modul plate and frame dan modul spiral wound, sedangkan membran tubular digunakan pada modul shell and tube.. Berdasarkan ukuran diameter tubular membran yang dipakai, modul shell and tube digolongkan atas tiga modul yaitu modul tubular dengan ukuran tubular lebih besar dari 10 mm, modul kapiler yang berukuran antara 0,5 hingga 10 mm, dan modul hollow fiber yang berukuran lebih kecil dari 0,5 mm (Mulder 1996). Konfigurasi spiral wound merupakan salah satu rancangan yang menghasilkan modul yang kompak. Modul ini terdiri atas dua lembaran membran datar yang dipisahkan oleh penyangga berpori yang direkatkan diantara kedua lembaran tersebut. Salah satu dari tepi ketiga lembaran yang telah menjadi satu itu ditautkan dengan 36 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
perekat yang tahan terhadap tekanan tinggi ke dinding pipa berlekuk yang berfungsi untuk mengumpulkan permeat. Kemudian pipa ini dibungkus dengan gabungan ketiga lembaran tersebut sehingga berada tepat di tengah-tengah bungkusan membran. Umpan mengalir secara aksial (paralel sepanjang pipa tengah) melalui modul, sedangkan permeat mengalir secara radial menuju pipa tengah. Modul spiral wound biasanya diterapkan pada proses desalinasi air payau dan air laut untuk dijadikan sebagai air minum dan air industri. Dibandingkan dengan bentuk modul lainnya, membran hollow fiber merupakan rancangan modul membran yang relatif lebih baru. Membran ini mempunyai kisaran diameter tubular 0,19-1,25 mm dan ketebalan sekitar 200 mikron. Setiap modul biasanya berisi 50-3.000 buah hollow fiber, tergantung pada diameter hollow fiber dan shell. Sedangkan pada penelitian ini digunakan membran modul tubular, karena menghasilkan fluks permeat yang tinggi dan sangat baik untuk menahan padatan. Membran mikrofiltrasi keramik secara umum dipabrikasi dalam bentuk tubular. Gambar 2 berikut ini menampilkan beberapa modul membran yang sering digunakan untuk berbagai aplikasi industri:
37 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
a. Modul plate and frame
b. Modul hollow fiber
c. Modul spiral wound Sumber : http://www. Proses perpindahan pada membran, I Gede Wenten, 2007) Gambar 2. Beberapa Jenis Modul Membran Pemilihan konfigurasi membran dan penyusunan modul di dalam sistem biasanya didasarkan pada pertimbangan ekonomi agar biaya yang dikeluarkan sekecil mungkin. Untuk mendukung hal tersebut, beberapa aspek mestinya turut juga dipertimbangkan, seperti tipe pemisahan yang akan dilakukan, kemudahan operasional, kekompakan sistem, kemungkinan scale-up, penggantian membran, kemudahan pembersihan serta pemeliharaan membran. Rincian karakteristik beberapa modul membran diperlihatkan pada Tabel 5 di bawah ini : Tabel 5. Karakteristik Beberapa Modul Membran Karakteristik
Plat and
Spiral
Frame
Wound
Tubular
Kapiler
Hollow Fiber
Densitas Packing
Sedang
Sedang
Rendah
Agak Tinggi
Tinggi
(m2/m3)
(200-400)
(300-900)
(<300)
(600-1200) (9000-30.000)
Kemampuan
Sedang
Jelek
Baik
Baik
Baik
Pembersihan
Mudah
Mudah
Mudah
Sedang
Sukar
Instalasi
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Rendah
Scale up
Agak sukar
Mudah
Sukar
Sukar
Mudah
Fluks Permeat
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Rendah
menahan padatan tersuspensi
Sumber : Wenten (2001)
Adapun membran yang digunakan pada penelitian ini memiliki modul tubular. Modul tubular ini memiliki beberapa keunggulan yang antara lain : mudah dalam pembersihan atau backwash, bekerja efektif dalam penahanan padatan, dan memiliki fluks permeat yang tinggi.
2.2.3. Aplikasi Industri Dari Membran Aplikasi industri dari membran terus berkembang dengan pesat. Namun yang masih menjadi primadona adalah pengolahan air minum dengan reverse osmosis. Teknologi membran banyak dipilih karena tidak menggunakan proses kimia sehingga tidak merusak struktur molekul dari larutan yang dipisahkan, disamping pemakaian 39 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
energi yang relatif lebih rendah jika dibandingkan teknik pemisahan lainnya, serta biaya maintenance peralatan lebih murah.
Tabel 6 menampilkan berbagai aplikasi industri dari proses membran. Tabel 6. Aplikasi Industri Dari Membran 1.Reverse Osmosis - Desalinasi air laut - Pengolahan air permukaan dan air tanah - Pemisahan alkohol dari bir dan anggur 2. Dialisis
- Pemisahan nikel sulfat dari asam sulfat
3. Elektrodialisis - Produksi garam meja dari air laut - Pengolahan air buangan dari proses elektroplating -Produksi air ultra-murni untuk industri semikonduktor 4. MF
- Sterilisasi obat-obatan - Pemurnian antibiotik 40
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
- Pengolahan Limbah Cair -Pemisahan warna dari lindi hitam (kraft) pada pembuatan
5. UF
kertas -Pemulihan vaksin dari antibiotik dari kaldu fermentasi 6. Gas permeation -Pemisahan CO2 atau H2 dari metana dan hidrokarbon - Pemilihan metan dari biogas 7. Pervaporation
- Dehidrasi sistem azeotrop ethanol-air - Pemisahan zat-zat organik dari air
8.Distilasi
-Desalinasi air payau dan air laut
Membran
-Pemekatan larutan elektrolit (NaCl) dan larutan non elektrolit (glukosa) -Pemekatan darah manusia -Pemekatan sari buah
Sumber : Mulder (1996)
2.3. Proses Mikrofiltrasi Proses mikrofiltrasi merupakan salah satu proses berbasis membran yang berkembang sangat pesat di awal perkembangan teknologi membran. Pertumbuhan dan perkembangannya pada tahun-tahun terakhir hanya mampu disaingi oleh reverse osmosis, akibat adanya permintaan yang sangat besar terutama untuk aplikasi proses desalinasi. Secara umum, mikrofiltrasi diaplikasikan dalam proses pemisahan unsurunsur
partikulat
dari
larutannya.
Membran
ini
dapat
menahan
koloid,
41 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
mikroorganisme, dan padatan tersuspensi. Beberapa aplikasi industri membran mikrofiltrasi dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini : Tabel 7. Aplikasi Industri Membran Mikrofiltrasi No. 1
Kegunaan membran mikrofiltrasi Industri sterilisasi dan klarifikasi
2
industri makanan dan obat-obatan
3
klarifikasi juice
4
recovery logam dalam bentuk kolid
5
pengolahan limbah cair
6
fermentasi kontinue
7
pemisahan emulsi minyak-air
8
memisahkan partikel selama proses pembuatan air ultramurni pada industri semi konduktor
9
pengambilan sel dan bioreaktor membran, serta teknologi biomedik yaitu pemisahan plasma dari sel darah
Sumber : Wenten (2001) Membran mikrofiltrasi memiliki ukuran pori antara 0,02 sampai 10 µm dan tebal antara 10 sampai 150 µm. Dalam aplikasinya membran digunakan dalam betuk modul-modul yang ditempatkan dalam suatu housing. Satu modul membran keramik untuk aplikasi industri biasanya terdiri dari 19 saluran. Dimensi dan konfigurasi housing sangat bervariasi. Untuk aplikasi skala industrial, satu buah housing dapat menampung sampai dengan 19 buah modul membran keramik dengan dimensi
42 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
diameter 30 mm dan panjang 1 meter. Jumlah ini setara dengan luasan membran sekitar 4,5m2.
Konfigurasi modul membran keramik dan housing yang digunakan untuk pengutipan solid dari heavy phase dilihat pada Gambar 3 berikut ini :
43 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Sumber : GDP Filter (2006) Gambar 3. Modul Membran Mikrofiltrasi Keramik dan Housingnya
Membran mikrofiltrasi memiliki dua struktur geometri pori, yaitu : simetrik dan asimetrik. Namun umumnya membran mikrofiltrasi berstruktur pori asimetrik. Pada membran asimetrik terdapat lapisan atas yang sangat tipis (skin) dengan tebal 44 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,1-1 µm. Untuk memberikan kekuatan mekanik, lapisan skin ini ditunjang oleh lapisan berikutnya yang dikenal sebagai support. Lapisan support memiliki ketebalan antara 50-150 µm dan sangat berpori. Bentuk geometri pori tersebut dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini (Mulder 1996) :
Gambar 4. Bentuk Geometri Pori Membran Mikrofiltrasi
Membran mikrofiltrasi dapat dibedakan dari membran reverse osmosis dan ultrafiltrasi berdasarkan ukuran partikel yang dipisahkan, seperti tersaji pada Gambar 5 berikut ini:
45 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,0001µm
0,001µm
←Reverse Osmosis 1A
10A
→←
0,01µm
0,1 μm
Ultrafiltrasi→← Mikrofiltrasi 1000A
100,000A
Gambar 5. Ukuran Pori Membran Mikrofiltrasi, Ultrafiltrasi, dan Reverse Osmosis
2.4. Pola Aliran dalam Membran Pola aliran dalam membran biasanya dibedakan atas 2 pola yaitu deadend filtration dan cross flow filtration. Namun pola aliran cross-flow lebih banyak dan lebih baik diaplikasikan pada membran mikrofiltrasi skala industri karena pada pola aliran cross-flow umpan dialirkan dengan arah sejajar dengan permukaan membran. Konsentrat disirkulasikan pada kecepatan yang lebih tinggi dengan tujuan menciptakan turbulensi di permukaan membran. Dengan perlakuan seperti ini, pembentukan lapisan cake terjadi sangat lambat karena tersapu oleh gaya geser yang diakibatkan oleh aliran cross-flow umpan. Pada setiap operasi cross-flow kecepatan aliran umpan sangat menentukan besarnya perpindahan massa dalam modul. Kelebihan sistem ini adalah tendensi fouling dapat dikurangi karena laju cross-flow yang tinggi sehingga akan meminimalisasi ketebalan lapisan cake. Fluks permeat 46 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
akan menurun di awal proses dan akan menuju pada kondisi stabil dalam kurun waktu tertentu ketika ketebalan lapisan foulant dipermukaan membran tidak meningkat lagi. Membran yang baik adalah jika jalannya proses dapat berlangsung lama untuk mendapatkan fluks yang stabil, dengan arti lain proses pembentukan lapisan foulant berlangsung lama. Pola aliran dalam membran ditunjukkan pada Gambar 6 berikut ini (Wenten, 1998) :
Gambar 6. Pola Aliran Dalam Membran
Sedangkan model hubungan fluks terhadap waktu pada kedua pola aliran dalam membran ditunjukkan pada Gambar 7 berikut ini :
47 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Gambar 7. Model Hubungan Fluks Terhadap Waktu
Permasalahan utama yang terjadi pada proses membran adalah adanya penurunan fluks karena polarisasi konsentrasi dan fouling. Polarisasi konsentrasi disebabkan karena zat terlarut tertahan oleh membran yang akan terakumulasi dan membentuk suatu lapisan di dekat permukaan membran. Polarisasi konsentrasi pada membran menyebabkan penurunan fluks secara terus menerus dan penurunan fluks ini merupakan fungsi waktu. Fouling yaitu perubahan yang bersifat irreversibel yang disebabkan oleh interaksi secara fisik dan kimiawi antara membran dengan partikel yang terdapat dalam proses pemisahan. Membran fouling diidentikkan dengan penurunan fluks permeat dan perubahan selektifitas membran. Perubahan ini dapat berlangsung selama proses dan membutuhkan penanganan yang mahal termasuk 48 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
penggantian membran. Polarisasi konsentrasi dan fouling ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan keterbatasan penggunaan membran berpori. Oleh karena itu pada penelitian ini dipilih pola aliran cross-flow yang bertujuan untuk mengurangi fouling sehingga fluks membran dapat dikurangi laju penurunannya (Geankoplis, 1983). Untuk menghilangkan fouling pada membran dilakukan back washing, yaitu pencucian membran dengan metoda aliran balik. Metode regenerasi membran dengan pencucian balik (back washing) menggunakan air untuk mengangkat zat pengotor (fouling) yang terakumulasi dipermukaan membran (Wenten, 2001). Dengan perlakuan seperti disebut di atas diharapkan membran mikrofiltrasi yang digunakan untuk pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dapat dipertahankan kinerjanya untuk proses pengoperasian yang relatif lama. Perlakuan penanganan fouling dilakukan dengan pengaturan tekanan, pencucian balik (back washing) dengan air maupun pencucian dengan larutan asam jika produktivitas membran tidak dapat kembali seperti semula dengan pencucian balik. Bahan kimia yang digunakan adalah asam klorida (HCl) untuk mengatasi fouling akibat garam mineral dan logam-logam (GDP Filter, 2006).
2.5. Penyusunan Model 49 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
2.5.1. Model Untuk Memperkirakan Fluks Permeat Penyusunan model ini bertujuan untuk memperkirakan harga fluks permeat pada tekanan rendah untuk proses mikrofiltrasi berbahan keramik. Model disusun untuk menggambarkan mekanisme perpindahan zat cair melalui membran yang dibentuk berdasarkan data-data yang dilakukan pada penelitian. Hubungan antara fluks permeat terhadap beda tekanan akan menghasilkan persamaan linier untuk air murni, dimana menurut Hagen-Poisseuille fluks merupakan perkalian dari konstanta permeabilitas (k) dengan beda tekanan (∆P). J = k ∆P
Sedangkan nilai k =
(2.1)
ε r2 8 η τ ∆X
(2.2)
Pada keadaan ideal membran yang dilewati oleh fluida dengan konsentrasi zat terlarut tertentu mempunyai sifat-sifat antara lain : 1. Distribusi pori yang seragam pada permukaan membran 2. Tidak ada fouling 3. Polarisasi konsentrasi diabaikan
Dari perbandingan literatur diperoleh model yang paling baik untuk menggambarkan aliran fluida melewati membran berpori untuk mikrofiltrasi dengan 50 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
struktur membran asimetrik dan modul tubular didasarkan oleh Hukum Hagenpoiseuille. Model ini digunakan untuk karakterisitik membran tertentu, antara lain : 1. Pori-pori membran berbentuk silinder 2. Memiliki jari-jari yang sama 3. Panjang pori sama dengan tebal membran Model ini menghubungkan penurunan tekanan (Pressure Drop), viskositas, densitas, dan ukuran saluran terhadap laju alir. Model tersebut dituliskan :
ε r2 ∆P J=
(2.3) 8 η τ ∆X
Dimana : J
= fluks fluida yang melalui membran (LMH)
r
= jari-jari saluran atau pori (m)
∆P = Beda tekanan, Trans Membrane Pressure (bar) η
= viskositas cairan (pa,S)
τ
= tortuosity
∆X = tebal membran (m) ε
= porositas permukaan membran
Dalam penelitian ini didapatkan J = k ∆P yang tidak linier, karena parameter pembentuk k dalam penelitian ini tidak tetap seperti halnya pada air murni. Parameter 51 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
pembentuk k yang berubah adalah porositas dan jari-jari pori membran. Perubahan ini disebabkan oleh polarisasi konsentrasi dan fouling pada membran yang akan bergantung pada beda tekanan. Perubahan ini terutama disebabkan karena selama waktu operasi cake atau lumpur yang terdapat pada umpan deoiling ponds menempel pada permukaan pori-pori membran sehingga akan mengurangi ukuran porositas dan jari-jari pori membran tersebut. Untuk memperkirakan hubungan fluks permeat terhadap beda tekanan (TMP) dapat digunakan model yang diberikan oleh Marcel Mulder dalam buku Basic Principles of Membrane Technology dan Munir Cheryan dalam buku Ultrafiltration Handbook. Keduanya memberikan model yang sama untuk hubungan fluks permeat terhadap beda tekanan (TMP) pada proses mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi. Model tersebut ditunjukkan pada Gambar 8 berikut ini :
Gambar 8. Hubungan Antara Fluks Dengan ∆P Pada Mikrofiltrasi dan Ultrafiltrasi Gambar 8 menerangkan bahwa fluks permeat yang dihasilkan tidak akan sama dengan perkalian antara konstanta permeabilitas (k) yang merupakan besaran intrinsik 52 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
membran dengan ∆P untuk daerah tekanan tinggi. Hal itu terjadi karena adanya polarisasi konsentrasi dan fouling yang disebabkan molekul-molekul padatan yang besar ditahan dan terakumulasi pada permukaan membran. Pada keadaan steady state (tunak) aliran padatan dari larutan ke permukaan membran akan sama dengan aliran difusi balik dari membran ke larutan. Kenaikan selanjutnya dari tekanan tidak akan menaikkan fluks karena tahanan dari lapisan aktif telah mencapai nilai yang memberikan fluks yang konstan. Dari model di atas diperkirakan pada rentang beda tekanan 5 – 10 bar akan tercapai nilai fluks konstan, dimana sebelumnya terlebih dahulu akan terjadi penurunan percepatan fluks.
UMPAN
Pf Kulit
πf
∆X 2r
Membran
membran PERMEAT
Pp
πp
Gambar 9. Skema Proses Aliran Fluida Melalui Pori Membran
Keterangan gambar : Pf
= gradien tekanan umpan 53
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
πf
= tekanan osmosis umpan
Pp
= gradien tekanan permeat
πp
= tekanan osmosis permeat
Net driving force untuk sebuah proses membran yang ideal (P dalam persamaan 2.3) seharusnya ∆PT - ∆π, dimana ∆PT adalah (PF – PP) dan ∆π adalah (πF π P) seperti yang terlihat dari gambar diatas. Pada prakteknya untuk hampir seluruh aplikasi proses mikrofiltrasi, tekanan osmotik dari larutan yang tertahan diabaikan karena mempunyai berat molekul yang besar, sehingga menggunakan ∆PT saja sudah cukup seperti pada Persamaan 2.3.
2.5.2. Model Untuk Memperkirakan Rejeksi COD Limbah COD (chemical oxygen demand) adalah nilai oksien yang dibutuhkan untuk oksidasi seluruh materi baik organic maupun anorganik. COD ini merupakan parameter yang sangat penting untuk menentukan tingkat pencemaran atau mutu air. Jika kandungan senyawa organic dan anorganik cukup besar, maka oksigen terlarut dalam air mencapai nol sehingga tidak memungkinkan hidupnya biota air. Untuk itu perlu dibuat suatu model untuk memprediksi hubungan COD terhadap waktu. Model tersebut diperoleh dengan cara memplotkan grafik hubungan fluks terhadap COD yang diperoleh dari data hasil penelitian. Secara teori menjelaskan bahwa rejeksi
54 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
COD akan meningkat seiring dengan meningkatnya waktu operasi. Dengan kata lain rejeksi COD merupakan fungsi waktu.
III. METODOLOGI PENELITIAN 55 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioproses Engineering Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Jalan Brigjend Katamso No. 51 Kp, Baru Medan. Waktu penelitian selama 9 bulan mulai November 2007 sampai Agustus 2008.
3.2. Bahan dan Metoda 3.2.1. Bahan dan Alat A. Bahan Bahan baku yang digunakan sebagai umpan adalah limbah cair dari deoiling ponds pabrik kelapa sawit Adolina Perbaungan, Medan. Sedangkan untuk keperluan analisis digunakan bahan-bahan sebagai berikut : 1. Larutan K2Cr2O7 2. Larutan asam sulfat-perak sulfat 3.Indikator feroin 4. Larutan FeSO4 5. kain kassa ukuran 75 -100 μm B. Alat 56 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
1 set pilot plant membran mikrofiltrasi keramik
Keterangan gambar : RV = Regulator valve P
= Pressure gauge
Gambar 10. Rangkaian Peralatan Membran Mikrofiltrasi Keramik
57 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Gambar 11. Membran Mikrofiltrasi Keramik
3.2.2. Metoda 58 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
A. Kerja Teoritik Kerja teoritik meliputi penyusunan model yang diperoleh dari data yang dilakukan di laboratorium Bioproses Engineering Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Jalan Brigjend Katamso No. 51 Kp, Baru Medan. Penyusunan model pada penelitian ini, yaitu : 1. Model Untuk Memperkirakan Fluks Permeat Model tersebut dijelaskan pada bab II pada persamaan 2.3 yang ditulis :
ε r2 ∆P J= 8 η τ ∆X Dimana : J
= fluks fluida yang melalui membran (LMH)
r
= jari-jari saluran atau pori (m)
∆P = Beda tekanan, Trans Membrane Pressure (bar) η
= viskositas cairan (pa,S)
τ
= tortuosity
∆X = tebal membran (m) ε
= porositas permukaan membran
Bebapa asumsi digunakan untuk menurunkan model pada Persamaan 2.3. tersebut, yaitu : 59 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
a) Aliran yang melalui pori adalah Laminar yang mempunyai Bilangan Reynolds kurang dari 1800 b) Densitas (ρ) konstan atau cairan bersifat incompressible c) Aliran tidak bergantung pada waktu (dalam keadaan tunak) d) Fluida termasuk fluida Newtonian yang tidak tergantung pada waktu
2. Model Untuk Memperkirakan Rejeksi COD Limbah Model ini diperoleh dari persamaan yang diperoleh langsung dari grafik hubungan COD terhadap waktu operasi. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi nilai COD pada berbagai waktu.
Disamping itu ada 2 perhitungan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Menghitung Konstanta Pembentukan Cake Konstanta pembentukan cake merupakan parameter untuk memperkirakan fenomena fouling pada membran. Fouling adalah terjadinya deposisi partikel akibat pengoperasian
membran.
Fouling
meliputi
penyumbatan
pori,
presipitasi
(pengendapan), dan pembentukan cake. Fouling merupakan faktor utama yang menyebabkan keterbatasan penggunaan membran berpori. Fouling merupakan perubahan yang bersifat irreversibel yang disebabkan oleh interaksi secara fisik dan kimia antara berbagai padatan terlarut dengan membran. Membran fouling diidentikkan dengan penurunan fluks permeat dan perubahan selektifitas pada 60 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
membran. Perubahan ini dapat berlangsung selama proses dan membutuhkan penanganan yang serius dan mahal termasuk penggantian membran (Geankoplis, 1983). Pendekatan fouling yang digunakan pada penelitian ini yaitu model sederhana dari model pembentukan cake, dimana tahanan cake mengendalikan fluks permeat. Persamaan tersebut dirumuskan (Malleviele, 1996) : 2
J
J0 2
=
(3.1)
2
1 + J0 k’ t Dimana : J
= Fluks akhir (L/m2/jam atau LMH)
J0
= Fluks awal (L/m2/jam atau LMH)
k’
= Konstanta pembentukan cake
t
= Waktu (jam)
Linierisasi persamaan (1) di atas dapat digunakan untuk mencari nilai konstanta pembentukan cake, ditulis : 1 J
2
1 = J0
2
’ +k t
(3.2)
61 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Harga k’ diperoleh dari kemiringan garis (slope) pada pemetaan linier (1/J2) terhadap waktu (t). Semakin besar nilai k’ menunjukkan semakin cepat laju pembentukan cake pada permukaan membran. Nilai ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam menilai terjadinya fouling karena pembentukan cake merupakan kendali bagi terjadinya fouling pada membran (Suprihanto notodarmojo, 2004). Untuk menghilangkan fouling pada membran dilakukan back washing, yaitu pencucian membran dengan metoda aliran balik. Metode regenerasi membran dengan pencucian balik (back washing) menggunakan air untuk mengangkat zat pengotor (fouling) yang terakumulasi dipermukaan membran (Wenten, 2001). Dengan perlakuan seperti disebut di atas diharapkan membran mikrofiltrasi yang digunakan untuk pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dapat dipertahankan kinerjanya untuk proses pengoperasian yang relatif lama. Perlakuan penanganan fouling dilakukan dengan pengaturan tekanan, pencucian balik (back washing) dengan air maupun pencucian dengan larutan asam jika produktivitas membran tidak dapat kembali seperti semula dengan pencucian balik. Bahan kimia yang digunakan adalah asam klorida (HCl) untuk mengatasi fouling akibat garam mineral dan logam-logam (GDP Filter, 2006).
2. Menghitung Selektifitas Membran Selektifitas suatu membran merupakan ukuran kemampuan suatu membran menahan suatu spesi atau melewatkan suatu spesi tertentu lainnya. Selektivitas 62 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
membran tergantung pada interaksi antar muka dengan spesi yang akan melewatinya, ukuran spesi dan ukuran pori permukaan membran.Parameter yang digunakan untuk menggambarkan selektivitas membran adalah koefisien rejeksi (R). Koefisien rejeksi adalah fraksi konsentrasi zat terlarut yang tidak menembus membran dan dirumuskan sebagai berikut (Mulder,1996) : R=1-
Cp
x 100 %
(3.3)
Cf Dimana : R
= koefisien rejeksi
Cp
= konsentrasi zat terlarut dalam permeat (mg/l)
Cf
= konsentrasi zat terlarut dalam umpan (mg/l)
Dengan nilai R berkisar antara 0 sampai 1. Jika harga R = 0 berarti membran tidak mampu menahan zat kontaminan yang melewatinya, sedangkan jika harga R =1 berarti zat kontaminan ditahan sempurna oleh membran (Suprihanto notodarmojo, 2004).
B. Pelaksanaan Percobaan Pelaksanaan percobaan adalah untuk mendapatkan data penguji keabsahan model yang telah disusun. Data tersebut meliputi data hubungan fluks dengan beda
63 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
tekanan (TMP), penentuan fluks optimum dengan berbagai parameter analisa, dan profil penentuan VCR. Sistem operasi yang diterapkan pada penelitian adalah sistem operasi dengan mode looping. Pada mode ini retentat dan permeat yang telah dihasilkan dialirkan kembali ke tangki umpan dengan tujuan untuk mempertahankan konsentrasi umpan agar proses berjalan dengan steady state. Bahan baku yang telah disaring sebelumnya dengan menggunakan saringan kasar (mesh 200 atau 75-100 μm) dimasukkan ke dalam tangki umpan. Umpan dipompakan menggunakan pompa sentrifugal ke dalam modul membran mikrofiltrasi keramik. Umpan masuk dari sisi lumen membran dengan tekanan operasi yang cukup. Permeat akan keluar dari permukaan luar membran (sisi shell), sedangkan konsentrat (retentat) yang direjeksi oleh membran dikeluarkan melalui sisi lumen bagian akhir (atas). Konsentrat (retentat) dalam bentuk yang lebih pekat selanjutnya dikembalikan ke dalam tangki umpan untuk diproses lebih lanjut. Sirkulasi umpan dapat dilakukan berulang kali sampai tingkat kepekatan atau kekentalan material di dalam tangki sesuai dengan yang diharapkan. Dengan konfigurasi dan kondisi operasi yang telah ditentukan diharapkan dapat dihasilkan produk permeat dan retentat dengan kualitas yang memenuhi standar yang telah ditentukan. Dalam kurun waktu tertentu, proses filtrasi mengakibatkan terjadinya deposisi partikel di atas permukaan membran yang mengakibatkan menurunnya produktifitas membran. Apabila hal ini terjadi, maka membran mikrofiltrasi keramik perlu di-back 64 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
wash. Proses backwash dilakukan dengan cara mengalirkan air demin panas pada tangki backwash ke dalam unit membran dari sisi permeat (shell side). Hal ini akan mengakibatkan terjadinya aliran balik pada struktur pori-pori membran. Aliran balik ini diharapkan mampu menyeret partikel yang terdeposisi di permukaan dan dalam pori membran sehingga produktifitas membran kembali seperti semula.
1. Variasi Percobaan Pada penelitian ini dilakukan beberapa variasi percobaan untuk mendapatkan data karakteristik operasi. Beberapa variasu percobaan yang dilakukan antara lain variasi beda tekanan (TMP), variasi VCR (volume concentration ratio). Variasi TMP didapatkan dengan mengatur nilai pressure gauge pada umpan masuk dan permeat sesuai dengan yang diinginkan, sedangkan variasi VCR dilakukan dengan membandingkan nilai volume umpan awal dengan penurunan volume tangki umpan selama proses pemekatan berlangsung. 2. Pengujian Model Pengujian model dilakukan dengan membuat grafik antara model dengan data hasil percobaan. Kalau grafiknya berbeda maka dicari suatu nilai faktor koreksi (α). Untuk mengetahui sampai dimana kesesuaian dari faktor koreksi α, maka langkah selanjutnya adalah menggunakan faktor koreksi tersebut untuk
65 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
menghitung fluks. Kemudian dilakukan uji verifikasi dengan menghitung nilai residu terkecil dari model yang disusun.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem operasi yang diterapkan pada percobaan adalah sistem operasi dengan mode looping yaitu permeat dan retentat yang telah dihasilkan dialirkan kembali ke tangki umpan dengan tujuan mempertahankan konsentrasi umpan agar proses berjalan dengan steady state. Larutan umpan berupa limbah PKS dari unit Deoiling ponds yang disaring (pre-filter) dengan kain kassa yang berukuran 15-20 µm yang bertujuan agar molekul yang berukuran lebih dari 20 µm tertahan dan tidak ikut masuk ke membran. Perlakuan ini perlu dilakukan untuk mengurangi dan memperlambat terjadinya fouling pada membran mikrofiltrasi yang berukuran mesh 200 atau 75-100 µm.
4.1. Karakterisasi Membran Material membran yang digunakan dalam kajian eksperimental ini adalah keramik yang dibuat dari oksida logam alumina (Al2O3). Membran keramik dibuat melalui beberapa proses yaitu pemilihan bahan mentah, pengadonana, pembentukan (pencetakan), pengeringan, dan pembakaran (sintering). Setiap tahap pemrosesan 66 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
sangat mempengaruhi porositas membran keramik. Ukuran partikel dan pori cenderung meningkat dengan meningkatnya temperatur sintering dan lamanya waktu sintering. Sedangkan fluks membran keramik secara langsung berhubungan dengan porositas. Membran keramik yang baik adalah membran dengan porositas tinggi tetapi tidak menurunkan kekuatan mekanik membran tersebut. Karakteristik membran pada penelitian ini diperlihatkan dalam tabel 8 berikut ini : Tabel 8. Karakteristik Membran yang Digunakan Material
Keramik
membran Bahan Modul
Al2O3
Konfigurasi
Tubular ceramic, multy channel
Diameter Pori
250 A
Ukuran Pori
0,2 μm
Ketebalan
10 μm
Luas Permukaan
0,24 m2
Sumber : GDP Filter Berdasarkan tabel karakterisasi tersebut diperlihatkan bahwa membran yang digunakan dalam penelitian ini termasuk membran mikroporous atau mikrofiltrasi karena ukuran pori berada dalam rentang 0,05 – 10 μm. Begitu juga dengan ketebalan membran masih dalam rentang yang disarankan untuk mikrofiltrasi yaitu 10 – 200 μm. 67 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
4.2. Pengolahan Limbah Dari Unit Deoiling Ponds 4.2.1. Hubungan Antara Fluks Permeat Dengan Beda Tekanan (TMP) Fluks permeat adalah laju alir bagian umpan yang menembus membran per satuan luas membran. Fluks permeat merupakan salah satu parameter yang menentukan kehandalan atau efisiensi membran. Fluks akan meningkat seiring dengan naiknya TMP. Adapun variasi beda tekanan atau TMP yang dilakukan adalah 0,2 ; 0,4; 0,6 ; dan 0,8 Bar. Secara teori proses mikrofiltrasi dapat dilakukan pada beda tekanan dibawah 2 bar, dan karena keterbatasan alat yang digunakan pada penelitian ini maka beda tekanan hanya dapat dilakukan sampai 0,8 bar. Membran yang baik adalah apabila mempunyai waktu yang relatif lama mencapai nilai fluks yang konstan. Artinya membutuhkan waktu yang relatif lama untuk terjadinya fouling. Fouling biasanya disebakan oleh polarisasi konsentrasi yang merupakan permasalahan utama pada membran mikrofiltrasi. Hal ini dapat menghambat unjuk kerja membran. Fouling dapat diperlambat dengan melakukan pretreatment atau prefilter pada umpan masuk membran dan dengan pemilihan pola lairan cross-flow pada umpan membran. Pada penelitian ini dilakukan prefilter umpan masuk membran dengan menggunakan kain kassa berukuran mesh 200 atau 75-100 μm.
68 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Berikut ini akan ditampilkan grafik hubungan antara fluks permeat terhadap beda tekanan.
69 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Gambar 12. Hubungan Antara Fluks Permeat Dengan Beda Tekanan
Pemilihan TMP optimum didasarkan dua syarat yaitu pertama penurunan fluks harus stabil (tidak naik turun), kedua fluks konstan dicapai pada waktu yang relative lebih lama, artinya proses fouling yang lebih lama (Mulder, 1996). Dari Gambar 12. di atas terlihat bahwa pada TMP 0,2 bar dan 0,6 bar diperoleh penurunan fluks yang lebih stabil dari TMP lainnya, namun hanya TMP 0,6 bar yang memiliki fluks yang lebih lama mencapai waktu konstan yaitu pada menit ke-60, sedangkan pada TMP 0,2 bar pada menit ke-40 telah mencapai titik konstan. Oleh karena itu TMP 0,2 bar tidak dapat memenuhi syarat kedua, sehingga TMP optimum adalah 0,6 bar. Penurunan fluks merupakan fungsi waktu. Penurunan fluks ini disebabkan adanya fouling pada membran sehingga proses harus dihentikan. Setelah itu membran harus dibackwash untuk mengembalikan kondisi seperti semula.
4.2.2. Rejeksi COD Terhadap Waktu Operasi Pada TMP 0,6 Bar Penurunan nilai COD terhadap waktu terlihat menurun secara signifikan. Hal ini terjadi karena pada umpan tersebut kandungan padatan tersuspensi dan padatan terlarut masih tinggi sehingga terjadi penahanan makromolekul pada membran yang menyebabkan deposisi partikel pada membran lebih mudah terbentuk. Deposisi partikel pada permukaan membran akan membentuk lapisan gel dan terbentuknya 70 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
lapisan cake dan secara tidak langsung memberikan efek penyaringan bagi umpan berikutnya yang akan melewati membran, sehingga sejalan bertambahnya waktu maka kualitas permeat yang dihasilkan semakin baik. Namun pada jangka waktu tertentu penurunannya mencapai titik konstan pada kisaran waktu 220 menit. Grafik penurunan COD terhadap waktu pada TMP optimum ditunjukkan oleh gambar di bawah ini : 40,000
35,000
COD (mg/l)
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000 0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
Waktu (menit)
Gambar 13. Rejeksi COD Terhadap Waktu Operasi Pada TMP 0,6 Bar Dari Gambar 13 di atas terlihat bahwa pada awal proses COD terukur sebesar 39.117 mg/l dan pada akhir proses (menit ke 240) kandungan COD sebesar 12.540 mg/l, Persentase penurunan COD adalah 67,94 %. Penurunan COD ini sudah baik untuk membran mikrofiltrasi karena secara teori membran mikrofiltrasi kurang efektif 71 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
untuk menahan soluble COD sehingga persentase penyisihan COD berkisar 60–70 % saja (Wenten, 2001). Hal ini disebabkan karena ukuran pori membran mikrofiltrasi masih relatif lebih besar jika dibandingkan membran lainnya, terutama membran ultrafiltrasi dan nanofiltrasi. 4.2.3.Rejeksi Total Solid (TS) Terhadap Waktu Operasi Pada TMP 0,6 Bar Total solid (TS) adalah jumlah total padatan yang terkandung dalam suatu sampel, baik berupa padatan tersuspensi, padatan koloidal, maupun padatan terlarut. Padatan tersuspensi (TSS) merupakan padatan dengan ukuran lebih besar dari 1 μm yang mampu mengendap sendiri tanpa bantuan zat tambahan (koagulan), meskipun dalam jangka waktu yang agak lama. Padatan koloidal merupakan padatan dengan ukuran 1 milimikron sampai 1 μm yang tidak dapat mengendap sendiri tanpa bantuan zat tambahan (koagulan). Sedangkan padatan terlarut merupakan padatan dengan ukuran yang lebih kecil dari 1 milimikron yang terjadi dari senyawa organik atau anorganik, dalam larutan berupa ion-ion. TS juga mengalami penurunan seiring dengan pertambahan waktu.
72 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Grafik penurunan TS terhadap waktu disajikan pada Gambar 14 di bawah ini :
24,000 22,000
T S (m g /l)
20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
Waktu (menit) Gambar 14. Rejeksi Total Solid (TS) Terhadap Waktu Operasi Pada TMP 0,6 Bar Dari Gambar 14 di atas terlihat bahwa pada tahap awal proses total solid terukur sebesar 21.960 mg/l dan pada akhir proses yaitu pada menit ke 240 sebesar 11.800 mg/l. Persentase penurunannya dari menit pertama sampai akhir proses 73 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
berkisar 46,26 %. Pada menit ke 200 penurunan TS sudah mencapai titik konstan, hal ini disebabkan karena permukaan membran seluruhnya sudah hampir tertutupi oleh cake atau padatan terlarut yang terdapat dalam umpan. Membran umumnya lebih mampu menahan padatan tersuspensi (TSS) yang terdapat dalam limbah daripada padatan koloidal dan padatan terlarut. Hal ini disebabkan karena ukuran TSS yang jauh lebih besar daripada ukuran pori membran mikrofiltrasi yang digunakan.
4.2.4. Rejeksi Total Suspended Solid (TSS) Terhadap Waktu Operasi Pada TMP 0,6 Bar Total suspended solid (TSS) mengalami penurunan yang sangat signifikan terhadap waktu. Grafik penurunan TSS terhadap waktu disajikan pada gambar di bawah ini : 900 800
TSS (mg/l)
700 600 500 400 300 200 100 0
0
20
40
60
80
100 120 140 160 180 200 220 240
Waktu (menit) Gambar 15. Rejeksi Total Suspended Solid (TSS) Terhadap Waktu Operasi Pada TMP 0,6 Bar 74 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Pada Gambar 15 di atas terlihat bahwa penurunan TSS sangat tajam dari menit pertama ke menit ke 20 yaitu dari 875 mg/l menjadi 35 mg/l. Pada waktu berikutnya penurunannya sangat kecil hingga pada menit ke-240 sebesar 10 mg/l. Persentasi penurunan TSS mencapai 96 %. Penurunan ini terjadi sangat cepat karena pada menit pertama sampai menit ke-20 hampir seluruh padatan melayang dalam umpan tertahan oleh membran. Hal ini sesuai dengan teori yang menerangkan bahwa membran dengan modul tubular dapat bekerja sangat efisien dalam menyisihkan padatan dibandingkan dengan membran modul lainnya (Wenten, 2001). Hal ini disebabkan karena ukuran TSS yang lebih besar dari ukuran pori membran sehingga hampir keseluruhan partikelnya tertahan pada permukaan membran bahkan pada menit ke-0 nilai peyisihan padatan tersuspensi (TSS) sudah mencapai 89,71 %. Namun pada jangka waktu tertentu nilai ini akan mencapai titik konstan yang dalam penelitian ini yaitu pada menit ke-200. Hal ini juga disebabkan karena banyaknya cake atau padatan yang sudah menutupi hampir seluruh permukaan membran sehingga membran tidak mampu lagi memisahkan permeat dan retentatnya.
75 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
4.2.5. Kenaikan pH Hasil pengukuran pH yang dilakukan terhadap sampel awal dan permeat ditampilkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 16. Kenaikan pH Permeat Pada Berbagai Waktu
76 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Dari Gambar 16 diatas terlihat bahwa nilai pH tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, nilainya hanya berkisar antara 4,6 – 5,9. Hal ini disebabkan pori-pori membran mikrofiltrasi yang berukuran 0,2 µm tidak begitu baik dalam menyaring ion-ion yang terdapat dalam limbah. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul dari ion-ion yang terdapat dalam limbah umunya lebih kecil dari ukuran pori membran sehingga molekul tersebut akan terbawa bersama aliran permeat.
4.2.6. Profil Penentuan VCR (Volume Concentration Ratio) VCR atau rasio perbandingan volume ini merupakan nilai perbandingan volume tangki umpan dengan retentat yang dihasilkan dari proses membran. Percobaan penentuan VCR ini bertujuan untuk memekatkan retentat dari membran mikrofiltrasi untuk pakan ternak. VCR yang dapat dilakukan pada penelitian ini hanya VCR 2-6. Hal ini disebabkan karena Membran Mikrofiltrasi sudah mencapai fouling sehingga jika VCR dilanjutkan tidak akan memberikan hasil yang lebih baik karena fluks permeat semakin kecil dan akan membutuhkan waktu operasi yang sangat lama untuk memekatkan limbah sehingga tidak efisien bila ditinjau dari waktu dan energi yang dibutuhkan. Nilai VCR ini dapat dihubungkan dengan kandungan total solid karena pada pemekatan kandungan padatannya akan bertambah dan jumlahnya dapat ditentukan dengan menghitung TS.
77 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
TS (m g/l)
Hubungan antara VCR dengan TS dapat dilihat pada Gambar 17 berikut ini :
27 24 21 18 15 12 9 6 3 0
Permeat Retentat
0
1
2
3 VCR
4
5
6
Gambar 17. Hubungan VCR Dengan TS
Dari Gambar 17 di atas terlihat bahwa nilai TS pada permeat semakin menurun terhadap waktu, sedangkan pada retentat nilai TS akan semakin meningkat dan pada VCR 6 nilai TS pada retentat mencapai 22,92 mg/l. Hal ini disebabkan 78 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
karena tujuan penentuan VCR adalah untuk pemekatan limbah sehingga dengan pertambahan VCR maka akan dihasilkan retentat yang lebih pekat dan kandungan TS yang semakin besar, sebaliknya pada permeat kandungan TS akan semakin rendah. Perolehan akhir pada VCR 6 mempunyai volume retentat 33,3 liter dari volume tangki umpan awal 200 liter. Retentat ini dapat langsung dikeringkan dengan rotary dryer untuk dijadikan pakan ternak. 4.3. Penyusunan Model Untuk Proses Mikrofiltrasi 4.3.1. Model untuk memperkirakan fluks permeat Untuk pemodelan fluks permeat menggunakan Persamaan 3.3. yang telah diuraikan pada bab III kerja teoritik. Persamaan tersebut adalah :
ε r2 ∆P J= 8 η τ ∆X Sedangkan untuk menurunkan persamaan di atas
digunakan
data-data
penelitian pengolahan limbah cair PKS dengan proses mikrofiltrasi bermaterial keramik dengan konfigurasi tubular ceramic multy Channel dan data-data dari literatur, yaitu : a)
Porositas (ε) diperoleh dari persamaan sebagai berikut : ε = N π/4dp2 Dimana : N
= pori/cm2
dp
= Diameter pori rata-rata 79
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Dari literatur diperoleh N = 2x108 pori/cm2 (Nuclepore, 1978). dan dp adalah 250 A atau setara dengan 250x10-8 cm, sehingga porositas dapat dihitung sebagai berikut : ε = 2x108 pori/cm2 x3,14/4x (250.10-8 cm)2 = 9,8125x10-4 b)
Jari-jari pori (r), dari data diameter pori rata-rata di atas, maka diperoleh jari-jari pori adalah sama dengan 125 A atau 125x10-8 cm.
c)
Turtoisitas (τ) adalah 1 untuk membran tubular (Mulder, 1996)
d)
Tebal lapisan membran (∆X) dari literatur untuk konfigurasi tubular ceramic multy Channel adalah 10 µm atau 1x10-7 m atau 1x10-5 cm
e)
Viskositas (η) permeat diukur dengan alat Brookfield Digital Viscometer adalah 0,9.10-2 g/cm.sec. Dari data-data tersebut, maka berdasarkan persamaan (3.1) dapat disusun
sebuah model untuk menyatakan hubungan fluks terhadap beda tekanan (TMP). Nilai
ε r2 = k (konstanta permeabilitas) 8 η τ ∆X
80 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Nilai ini jika dihitung berdasarkan data karakteristik membran yang digunakan, diperoleh : 9,8125x10-4 (125.10-8 cm)2 k =
8( 0,9x10-2 g/cm.sec)( 1)(10-5 cm)
k = 2,129x10-9 cm2sec/gr atau k = 76,64 Liter/(m2jam.Bar) Maka model yang dapat digunakan untuk menyatakan fluks permeat pada proses proses Pengolahan limbah cair PKS dengan mikrofiltrasi adalah : J = 76,64 ∆P
(4.1)
Dimana ∆P dalam Bar dan J dalam L/(m2jam) atau LMH. Model tersebut menerangkan bahwa dengan meningkatnya tekanan maka fluks permeat akan meningkat pula. Pernyataan ini dapat dibuktikan dari data hasil penelitian yang dilakukan. Namun pernyataan ini hanya berlaku untuk proses membran yang bekerja pada tekanan rendah (< 2 Bar). Jika tekanan sudah lebih besar dari 2 Bar maka fluks sudah tidak akan bergantung lagi pada beda tekanan (Sigit purwanto dan Hengky djojo santoso, 1996). Setelah dilakukan perhitungan dan pengujian kesesuaian data penelitiam dengan model pada persamaan 4.1 diperoleh nilai residu terkecil pada waktu operasi 30 menit (lampiran C). Perhitungan tersebut ditampilkan pada Tabel 9 berikut ini : Tabel 9. Perbandingan Data Hasil Percobaan Dengan Model 1
81 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Fluks Data
Model 1
Residu (e)
e2
0,2
32,0183
15,328
16,6903
278,5661
0,4
33,0253
30,656
2,3693
5,613582
0,6
39,0249
45,984
-6,9591
48,42907
0,8
48,1693
61,312
-13,1427
172,7306
Jumlah
505,3393
TMP (Bar)
Sedangkan Grafik perbandingan data hasil percobaan pada menit ke-30 dapat dilihat pada Gambar di bawah ini : 65 60
3
2
J poli orde 3 = -38.496(dP) + 108.6(dP) - 49.348dP+ 37.852 2
55
R =1
50
J model = 76.64dP + 4E-14
Fluks (LMH )
45
2
R =1
40 35 30 25
Fluks Model
20
Linear (Model)
15 10 0
0.2
0.4
0.6
0.8
TMP (Bar)
82 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Gambar 18. Perbandingan Data Hasil Penelitian Dengan Model 1
Dari Gambar 18 tersebut terlihat bahwa perbandingan data hasil penelitian dengan model yang disusun pada persamaan 4.1. perbedaaannya masih sangat besar. Oleh karena itu perlu dicari suatu faktor koreksi untuk pendekatan kedua grafik tersebut. Persamaan 4.1. dituliskan menjadi : J = 76,64 α ∆P
(4.2)
Selanjutnya Persamaan 4.1. disebut sebagai Model 1, sedangkan Persamaan 4.2. sebagai Model 2. Setelah dihitung menghasilkan suatu nilai faktor koreksi sebesar 0,9. Untuk mengetahui sampai dimana kesesuaian dari faktor koreksi (α), maka langkah selanjutnya adalah menggunakan faktor tersebut untuk menghitung fluks permeat dengan menvariasikan beda tekanan (TMP). Parameter ini dipilih karena TMP merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam meningkatkan fluks membran mikrofiltrasi. Hasil perhitungan fluks menggunakan faktor koreksi (α) dengan variasi TMP diperlihatkan pada Tabel 10 berikut ini : Tabel 10. Perbandingan Data Hasil Percobaan Dengan Model 2 (menggunakan faktor koreksi 0,9) TMP 0,2
Fluks Data 32,0183
Model 2 28,81647
Residu (e)
e2
3,20183 10,25172 83
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,4
33,0253
29,72277
3,30253
10,9067
0,6
39,0249
35,12241
3,90249 15,22943
0,8
48,1693
43,35237
4,81693 23,20281 Jumlah 59,59066
Setelah dibandingkan antara tabel 10 dengan tabel 11 maka diketahui bahwa Model 2 yang menggunakan faktor koreksi 0,9 akan menghasilkan nilai yang lebih mendekati data percobaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya nilai residu yang jauh lebih kecil dari Model 1 yang tidak menggunakan faktor koreksi. Model yang diperoleh dengan menggunakan statistik grafik dari data hasil percobaan akan menghasilkan persamaan : J = -38,496(∆P)3 +108,6 (∆P)2 – 49,348 ∆P + 37,852
(4.3)
Model ini dapat mewakili keseluruhan data percobaan yang dilakukan. Sedangkan perhitungan nilai residu terhadap Persamaan 4.3. yang selanjutnya disebut Model 3 ditampilkan pada Tabel 11. berikut ini : Tabel 11. Perbandingan Data Hasil Percobaan Dengan Model 3 Model 3
Residu (e)
e2
TMP
Fluks Data
0,2
32,0183
32,0184
-0,0001
1,74E-08
0,4
33,0253
33,0250
0,0002
5,95E-08
0,6
39,0249
39,0240
0,0008
6,99E-07 84
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
48,1693
48,1676
0,0016 Jumlah
2,73E-06 3,5E-06
Grafik perbandingan Model 1 tanpa faktor koreksi dan Model 2 yang menggunakan faktor koreksi serta Model 3 yang diperoleh dari statistik grafik data
Fluks (LM H)
hasil percobaan dapat dilihat pada Gambar 19 di bawah ini : 64 62 60 58 56 54 52 50 48 46 44 42 40 38 36 34 32 30 28 26 24 22 20 18 16 14 12
Fluks data Model 1 Model 2 Model 3
0
0.2
0.4
0.6
0.8
TMP (bar) Gambar 19. Perbandingan Model 1 dan 2 Dengan Variasi TMP 85 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Dari Gambar 19 tersebut dapat dinyatakan bahwa prediksi fluks permeat menggunakan faktor koreksi (model 2) lebih baik daripada yang diperoleh dari perhitungan sebelumnya tanpa menggunakan faktor koreksi (model 1).
Namun
model ini hanya berlaku untuk range TMP 0,2 sampai 0,8 bar. Untuk melihat penggunaan model yang lebih luas lagi harus dilakukan penelitian lanjutan dengan variasi TMP yang lebih banyak lagi sampai di bawah 2 bar. Dari pemodelan di atas dapat dinyatakan bahwa model 2 merupakan model yang dapat digunakan karena kesesuaiannya dengan data hasil percobaan. Model ini dapat digunakan untuk karakteristik membran mikrofiltrasi yang sama, akan tetapi nilai viskositasnya berbeda tergantung pada viskositas limbah cair yang digunakan.
4.3.2. Model Untuk Memperkirakan Rejeksi COD Limbah Model ini disusun untuk memprediksi nilai COD pada rentang waktu 20 sampai 240 menit. Model ini perlu disusun mengingat pada pengolahan limbah COD merupakan parameter yang penting selain BOD. Model tersebut adalah :
86 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Gambar 20. Model Untuk Memperkirakan Rejeksi COD Limbah Dari Gambar 20 di atas terlihat bahwa model yang dihasilkan merupakan persamaan polynomial orde tiga. Model yang dihasilkan adalah COD= 0,006t3+2,788t2-392,3t+35847. Dimana COD dalam satuan mg/l dan t atau waktu dalam satuan menit. Model tersebut sudah dapat mewakili data percobaan mengingat nilai residu yang mencapai 0,922.
4.4. Menghitung Konstanta Pembentukan Cake Fenomena fouling pada membran biasanya dihitung dengan menentukan konstanta pembentukan cake. Persamaan yang digunakan adalah persamaan 3.5. yang ditulis : 1
1 =
J0 2
+ k’t
J2
Konstanta pembentukan cake yang dihitung dengan memplotkan 1/J2 (1/(fluks)2 ) terhadap t (waktu operasi) yang disajikan pada Gambar 21 berikut ini. y = 6 E - 0 6 x + 0 .0 0 0 8 R 2 = 0 .9 2 7 4 0 .0 0 2
1 /J 2
0 .0 0 1 5
0 .0 0 1
0 .0 0 0 5
0 0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
W a k tu (m e n i t)
Gambar 21. Penentuan Konstanta Pembentukan Cake Membran Mikrofiltrasi
88 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Konstanta pembentukan cake dihitung dari gradien yang terbentuk pada grafik. Nilai ini dapat disajikan sebagai acuan dalam menilai terjadinya fouling karena pembentukan cake merupakan kendali bagi terjadinya fouling pada membran. Dari Grarfik 21 di atas terlihat bahwa konstanta pembentukan cake dengan TMP 0.6 bar adalah 6.10-6 atau 0,0000006. Belum diperoleh data nilai k’ dari literatur untuk limbah yang sama sebagai pembanding. Umpan membran merupakan limbah yang masih mengandung banyak padatan terlarut dan 1 % minyak. Ketika zat terlarut tertahan oleh membran zat tersebut akan terakumulasi dan membentuk suatu lapisan di dekat permukaan membran yang disebut polarisasi konsentrasi. Polarisasi konsentrasi pada membran dapat menyebabkan penurunan fluks membran secara terus menerus dan penurunan fluks ini merupakan fungsi dari waktu.
4.5. Menghitung Selektifitas Membran Parameter yang digunakan untuk menggambarkan selektifitas membran adalah koefisien rejeksi (R). Data koefisien rejeksi dari percobaan dapat dilihat pada Tabel berikut ini : Tabel 12. Data Koefisien Rejeksi Membran Cp
Cf
R
%R
17,960
17,960
--
--
13,120
20,600
0,3631
36,3106
11,880
21,080
0,4364
43,6432 89
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
11,680
22,040
0,4700
47,0054
10,720
22,880
0,5314
53,1468
10,120
22,920
0,5584
55,8464
R rata2
0,4719
47,1905
Dari Tabel 12 di atas terlihat bahwa koefisien rejeksi rata-rata adalah 0,47190 dan persentase rejeksi membran adalah 47,19 %. Dari literatur untuk membran mikrofiltrasi rentang koefisien rejeksi adalah 0,3-0,7 (Mulder, 1996). Nilai koefisien rejeksi ini sangat dipengaruhi oleh ukuran pori-pori suatu membran, semakin kecil ukuran pori maka membran dapat lebih banyak menahan spesi yang melewatinya. Dari seluruh data yang diambil dapat ditabulasi dengan baku mutu limbah cair PKS yang berlaku di Indonesia berdasarkan Lampiran A Kep-51/MENLH/10/2005 berikut : Tabel 13. Hasil penelitian dibandingkan dengan baku mutu limbah cair PKS Parameter
Limbah Awal
Permeat
% Rejeksi
Baku mutu
COD (mg/l)
39.117
12.540,50
67,94
350
TS (mg/l)
21.960
11.800
46,26
100
TSS (mg/l)
875
35
96
300
pH
4,6
5,9
22,03
6,0 – 9,0
90 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan pada penelitian ini yaitu: 1. Kandungan COD permeat limbah unit deoiling ponds masih sangat tinggi sehingga tidak dapat langsung dilanjutkan ke proses water treatment untuk pengolahan air proses, karena kandungan COD limbah awal masih sangat tinggi dan membran mikrofiltrasi hanya dapat menurunkan kadar COD sampai 67,94 % saja. 2. Rejeksi TS mencapai 46,26 %, sedangkan rejeksi TSS pada permeat sangat baik yaitu 98,66 % .Kandungan TSS pada permeat sudah memenuhi baku mutu limbah cair PKS. 3. Nilai pH pada permeat hanya mengalami penurunan sedikit dari limbah awal, karena membran mikrofiltrasi tidak dapat menahan ion-ion pada limbah tersebut. 4. Model yang dihasilkan untuk memperkirakan fluks permeat dari limbah deoiling ponds adalah J=76,64.α.∆P, sedangkan model untuk memperkirakan rejeksi COD limbah menghasilkan persamaan COD= -0,006t3+2,788t2-392,3t+35847. Setelah diuji kedua model tersebut dapat digunakan pada penelitian ini karena kesesuaiannya dengan data penelitian.
91 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
5. Pada perhitungan untuk memperkirakan fenomena fouling diperoleh nilai konstanta pembentukan cake 6,10
-6
dan dari selektivitas membran diperoleh
nilai rejeksi 47,19 %. 6.
Pengolahan limbah cair PKS dengan membran mikrofiltrasi ini layak dilakukan sebagai alternatif pengolahan limbah cair PKS karena dapat mengurangi waktu pengolahan limbah dari 65 hari menjadi 2 hari dan mengurangi kebutuhan lahan untuk kolam aerobik dan anaerobik, serta tidak menimbulkan gas rumah kaca bagi lingkungan sekitarnya. Selain itu produk utama (permeat) dapat diproses lebih lanjut untuk air proses dan produk samping (retentat) dapat diolah menjadi pakan ternak
92 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
5.2. Saran Ada beberapa saran yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu : 1. Membran mikrofiltrasi tidak dapat menurunkan kadar COD dan TS pada limbah deoiling ponds secara maksimal, sehingga perlu dilakukan perlakuan pendahuluan (pre-treatment) pada limbah deoiling ponds untuk menurunkan kadar kontaminannya, yaitu dengan mengolah limbah tersebut dengan RANUT terlebih dahulu dan keluaran RANUT inilah yang kemudian dilanjutkan kepada proses membran mikrofiltrasi agar menghasilkan permeat dengan kualitas yang lebih baik dan memenuhi baku mutu limbah cair PKS. Secara skematis ketiga proses tersebut dapat digambarkan:
2. Agar peralatan membran mikrofiltrasi yang digunakan pada penelitian ini dirancang kembali sehingga dapat dioperasikan untuk variasi beda tekanan (TMP) yang lebih besar hingga 2 Bar. 3. Agar tidak terjadi fouling maka membran harus selalu di backwash sebelum dan sesudah digunakan dan jika perlu dilakukan Backwash dengan air panas atau larutan HCl.
93 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., (1998). Buku Panduan Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Minyak Kelapa Sawit di Indonesia Anonim., (2006). Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II. Modul Pemisahan Dengan Membran. Departemen Teknik Kimia ITB Anonim., (2000). Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian USU Cheryan, M., (1986) . Ultrafiltration Handbook. Lancaster. Technomic Publishing Co, Inc. Cristie J, Geankoplis., (1993). Transport Process and Unit Operation. 3th edition. Prentice Hall Direktorat Jenderal Perkebunan ., (2006). Statistik Kelapa Sawit 2005. Departemen Pertanian Departemen Pertanian., (2006). Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Jakarta Fane, A G,Professor., ITB-UNESCO International Workshop On Membranes 2nd. GDP Filter., (10 Juli 2006) Handoko, D.K., (2003). Upaya Penanganan Membran Fouling Yang Terjadi Pada Proses Membran Sellulosa Asetat Pada Pengolahan Limbah Tekstil. Jurnal Penelitian Medika Eksakta Vol. 4 No. 2, Hal 120-128 Hasnudi., (2005). Peranan Limbah Kelapa Sawit dan Hasil Samping Industri Kelapa Sawit Terhadap Pengembangan Ternak Ruminansia di Sumatera Utara. Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap pada Fakultas Pertanian USU http: //www.Ipar.com/ Penelitian kelapa sawit. (15 Desember 2005) http: //www.IOPRI.com/ DDarnoko, (2007). Penelitian Kelapa Sawit 94 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Huifeng Shan, Ronald D, Neufeld., (2007). Irreversible Fouling During Multicycle Microfiltration of Wastewater Effluent. Water Environment Research. Proquest Agriculture Journals I Gede Wenten., (2001). Teknologi Membran Industrial. Institut Teknologi Bandung Konieczny, J. Rafa, J., (2000). Modeling Of The Membrane Filtration Process Of Natural Waters.Polish Journal of Environmental Studies Vol. 9 No.I, hal 57-63 Lee, Yonghun., (1998). A Numerical Model For Flux Decline During The Crossflow Ultrafiltration Of Coloidal Suspensions. Thesis Doctor of Philosophy in Environmental Engineering in Civil Engineering. University of Illinois at Urbana-Champaign Mulder, M., (1996). Basic Principles Of Membrane Technology. Nederland. Kluwer Aca Publisher Malleviele, J., (1996). Water Treatment Membrane Process. McGraw-Hill Nakao, Shin-ichi., (1994). Determination Of Pore and Pore Size Distribution. J. Membr.Sci. Page 165 Nuclepore., (1978). Transport Phenomena : A Unified Approach. McGraw-Hill Book Company Rifaid M. Nur., (2000). Sebuah Studi Tentang Fenomena Fouling Pada Membran Hollow Fiber Sigit Purwanto., Hengki Djojo Santoso., (1996). Pengambilan Kembali Air Dari Limbah Cair Unit Water Jet Loom Dengan Proses Ultrafiltrasi Suprihanto Notodarmojo., T. Zulkarnain., Dini Mayasanthy & M. Irsyad., (2004). Efek Pretreatment Terhadap Pembentukan Lapisan Cake dan Struktur Membrane Pada Membran Ultrafiltrasi Aliran Cross-flow Dalam Pengolahan Limbah Cair Emulsi Minyak. Prosiding ITB Sains & Teknology Vol 36 A No. 1, hal 45-62 Suprihanto Notodarmojo., T. Zulkarnain., Dini Mayasanthy., (2004). Pengolahan Limbah Cair Emulsi Minyak Dengan Proses Membran Ultrafiltrasi Dua-tahap Aliran Cross-flow. Prosiding ITB Sains & Teknology Vol 36 A No. 2, hal 127144 Yonghun Lee, Ph,D., (1998). A Numerical Model For Flux Decline During The Crossflow Ultrafiltration Of Colloidal Suspensions. Thesis Draft for the degree 95 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
of Doctor of Philosophy in Environmental Engineering in Civil Engineering in the Graduate College of the University of Illinois at Urbana-Champaign Yu Zhao., James S. Taylor., (2004). Modeling Membrane Performance Over Time. American Water Works Association Journal
96 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 1 Spesifikasi Peralatan Membran Mikrofiltrasi Keramik (GDP Filter) 1. Tangki Umpan Type
= Storage Tank
Material
= Stainless stell
Volume
= 200 liter
Design
= Vertical tank
Including
= Valves and all necessary pipes
Quantity
= 1 unit
2. Filter Pump Type
= Centrifugal Pump, LOWARA CEA 370/3
Total capacity
= 200 – 300 liter/min
Total head
= 22,9 – 13 m
Material housing
= Stainless steel
Material shaft
= Stainless steel
Motor
= 1,85 kW, 380 Volt, 3 phase, 50 Hz, 2900 rpm
Quantity
= 1 unit
3. Ceramic Membrane Module Confoguration
= Tubular Ceramic, Multy Channel 97
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Material
= Al2O3
Number of pore
= 2,108 pori/cm2
Diameter of pore
= 250 A
Number of channel
= 19
Dimension Outside diameter
= 30 mm
Channel diameter
= 4 mm
Thickness
= 10 µm
Specific area
= 0,24 m2/m/unit
Porrosity of support
= > 33
Average pore size
= 0,1 µm
Working temperature
= 90 0C
Quantity
= 7 units
4. Ceramic Membrane Housing Type
= KTM 19
Configuration
= Longitudinal
Material
= Stainless steel 304
Number of channel
=7
Quantity
= 1 unit
98 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
5. Valve dan Pressure Indicator Regulator valve Type
= Ball Valve
Material Frame
= Stainless steel
Seal
= Teflon
Plate
= Stainless steel
Pressure Indicator Pressure range
= 0 – 2,5 kg/cm2
Tube
= Copper alloy
Socket
= Stainlees steel
Casing
= SS 304
Connects
= ¼ ‘ NPT
Diameter
=2½‘
6. Piping, Tubing, dan Connection Piping Material
= Stainless steel
Connection (elbow, watermur, double nipple, nipple, dan lainnya) Material
= Stainless steel 99
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
7. Control Panel Standard
= Indoor
Starter
= Telemecanique
Relay
= Omron
Including
=Indicator lamp, selector switch, danaccessories
Dimension
= 35 cm x 25 cm x 12,5 cm
Quantity
= 1 set
8. Frame Material
= Stainless steel
100 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 2 Data Hasil Penelitian L2-1. Tabel Penentuan TMP Optimum Waktu
Fluks TMP 0,2
Fluks TMP 0,4
Fluks TMP 0,6
Fluks TMP 0,8
(menit)
Bar (LMH)
Bar (LMH)
Bar (LMH)
Bar (LMH)
5
36,7709921
38,41780127
46,38227529
49,96622283
10
36,3633719
35,46869037
45,38448831
49,73095553
15
33,29909077
34,71523096
40,63692694
48,74501095
20
32,63547803
34,11832782
39,59110309
48,65697031
25
32,44167393
33,73186406
39,27563167
48,4289644
30
32,01834011
33,02531721
39,02499941
48,16937122
35
31,83192742
32,85722608
38,65702406
48,02935554
40
31,55470007
32,65306978
38,41142632
47,81486086
45
31,42435608
32,50435907
35,71066363
47,55428321
50
31,29420306
31,94327692
35,26759641
47,40396904
55
31,21337306
31,98878419
34,80265502
47,10235719
60
31,15628773
31,94184097
34,367757
46,9408639 101
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
65
31,10661793
31,90055077
34,11232233
46,12180214
70
31,15973415
31,94915831
33,9785636
45,50849371
75
31,15012491
31,93241261
33,78629493
46,68917708
80
30,98867829
31,85359796
33,7284964
46,78362573
85
30,95328376
31,7872239
33,60300868
46,62656782
90
30,91902154
31,79666754
33,52464732
46,782225
95
30,88111543
31,05111093
33,4688599
46,65092975
100
30,83702478
31,27789048
33,32697899
46,72216013
105
30,75489426
31,11529339
33,3935734
46,57592435
110
30,68223483
31,13217176
33,31911718
46,40474591
115
30,69282923
31,13966847
33,3759721
46,53119265
120
30,66548707
31,13396463
33,30260613
46,25552291
L2-2. Tabel Rejeksi COD terhadap waktu pada TMP Optimum Waktu
COD (mg/l)
(menit)
0
39,117
20
25.075
40
22.980
60
20.480
80
19.558,50 102
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
100
19.140,50
120
18.835
140
18.23
460
17.552,50
180
16.048
200
13.540,50
220
12.145,50
240
12.540,50
L2-3. Tabel Rejeksi Total Solid (TS) terhadap waktu pada TMP Optimum
Waktu (menit)
TS (mg/l)
0
21.960
20
18.800
40
17.680
60
17.9200
80
17.480
100
15.680
120
15.160
140
13.960 103
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
160
12.640
180
12.400
200
12.160
220
12.080
240
11.800
L2-4. Tabel Rejeksi Total Suspended Solid (TSS) terhadap waktu pada TMP Optimum Waktu
TSS (mg/l)
(menit) 0
875
20
90
40
85
60
85
80
80
100
75
120
70
140
70
160
65
180
55
200
50
220
40
240
35 104
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
L2-5. Tabel Kenaikan pH Waktu (menit)
pH
0
4,6
20
5,1
40
4,9
60
5
80
5,2
100
5,1
120
5,3
140
5,5
160
5,7
180
5,9
200
5,8
220
5,9
240
5,9 105
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
L2-6. Tabel Hubungan TS Dengan VCR TS Permeat
TS Retentat
VCR
(mg/l)
(mg/l)
1
17.960
17.960
2
13.120
20.600
3
11.880
21.080
4
11.680
22.040
5
10.720
22.880
6
10.120
22.920
106 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 3 Perhitungan Nilai Residu Model 1 Terhadap Data Hasil Percobaan Waktu operasi 5 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
36,7709
15,328
21,4429
459,798
0,4
38,4178
30,656
7,7618
60,24554
0,6
46,3822
45,984
0,3982
0,158563
0,8
49,9662
61,312
-11,3458
128,7272
Jumlah
648,9292
Waktu operasi 10 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
36,3633
15,328
21,0353
442,4838
0,4
35,4686
30,656
4,8126
23,16112 107
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,6
45,3844
45,984
-0,5996
0,35952
0,8
49,73095
61,312
-11,5811
134,1207
Jumlah
600,1252
Waktu operasi 15 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
33,299
15,328
17,971
322,9568
0,4
34,7152
30,656
4,0592
16,4771
0,6
40,6369
45,984
-5,3471
28,59148
0,8
48,745
61,312
-12,567
157,9295
Jumlah
525,9549
Waktu operasi 20 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
32,6354
15,328
17,3074
299,5461
0,4
34,1183
30,656
3,4623
11,98752
0,6
39,5911
45,984
-6,3929
40,86917 108
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
48,6569
61,312
-12,6551
160,1516
Jumlah
512,5543
Waktu operasi 25 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
32,4416
15,328
17,1136
292,8753
0,4
33,7318
30,656
3,0758
9,460546
0,6
39,2756
45,984
-6,7084
45,00263
0,8
48,4289
61,312
-12,8831
165,9743
Jumlah
513,3127
Waktu operasi 30 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
32,0183
15,328
16,6903
278,5661
0,4
33,0253
30,656
2,3693
5,613582
0,6
39,0249
45,984
-6,9591
48,42907 109
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
48,1693
61,312
-13,1427
172,7306
Jumlah
505,3393
Waktu operasi 35 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
31,8319
15,328
16,5039
272,3787
0,4
32,8572
30,656
2,2012
4,845281
0,6
38,657
45,984
-7,327
53,68493
0,8
48,0293
61,312
-13,2827
176,4301
Jumlah
507,339
Waktu operasi 40 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
31,5547
15,328
16,2267
263,3058
0,4
32,653
30,656
1,997
3,988009
0,6
38,4114
45,984
-7,5726
57,34427 110
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
47,8148
61,312
-13,4972
182,1744
Jumlah
506,8125
Waktu operasi 45 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
31,4243
15,328
16,0963
259,0909
0,4
32,5043
30,656
1,8483
3,416213
0,6
35,7016
45,984
-10,2824
105,7277
0,8
47,5542
61,312
-13,7578
189,2771
Jumlah
557,5119
Waktu operasi 50 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
31,2942
15,328
15,9662
254,9195
0,4
31,9432
30,656
1,2872
1,656884
0,6
35,2675
45,984
-10,7165
114,8434 111
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
47,4039
61,312
-13,9081
193,4352
Jumlah
564,855
Waktu operasi 55 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
31,2133
15,328
15,8853
252,3428
0,4
31,9887
30,656
1,3327
1,776089
0,6
34,8026
45,984
-11,1814
125,0237
0,8
47,1023
61,312
-14,2097
201,9156
Jumlah
581,0581
Waktu operasi 60 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
31,1562
15,328
15,8282
250,5319
0,4
31,9418
30,656
1,2858
1,653282
0,6
34,3677
45,984
-11,6163
134,9384 112
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
46,9408
61,312
-14,3712
206,5314
Jumlah
593,655
Waktu operasi 65 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
31,1066
15,328
15,7786
248,9642
0,4
31,9005
30,656
1,2445
1,54878
0,6
34,1123
45,984
-11,8717
140,9373
0,8
46,1218
61,312
-15,1902
230,7422
Jumlah
622,1924
Waktu operasi 70 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
31,1597
15,328
15,8317
250,6427
0,4
31,9491
30,656
1,2931
1,672108
0,6
33,9785
45,984
-12,0055
144,132 113
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
45,5084
61,312
-15,8036
249,7538
Jumlah
646,2006
Waktu operasi 75menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
31,1501
15,328
15,8221
250,3388
0,4
31,9324
30,656
1,2764
1,629197
0,6
33,7862
45,984
-12,1978
148,7863
0,8
46,6891
61,312
-14,6229
213,8292
Jumlah
614,5836
Waktu operasi 80 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
30,9886
15,328
15,6606
245,2544
0,4
31,8535
30,656
1,1975
1,434006
0,6
33,7284
45,984
-12,2556
150,1997 114
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
46,7836
61,312
-14,5284
211,0744
Jumlah
607,9625
Waktu operasi 85 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
30,9532
15,328
15,6252
244,1469
0,4
31,7872
30,656
1,1312
1,279613
0,6
33,603
45,984
-12,381
153,2892
0,8
46,6265
61,312
-14,6855
215,6639
Jumlah
614,3796
Waktu operasi 90 menit
TMP (bar)
Fluks Data
Fluks Model
Residu
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
30,919
15,328
15,591
243,0793
0,4
31,7966
30,656
1,1406
1,300968
0,6
33,5246
45,984
-12,4594
155,2366 115
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
46,7822
61,312
-14,5298 Jumlah
211,1151 610,732
Waktu operasi 95 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
30,8811
15,328
15,5531
241,8989
0,4
31,0511
30,656
0,3951
0,156104
0,6
33,4688
45,984
-12,5152
156,6302
0,8
46,6509
61,312
-14,6611
214,9479
Jumlah
613,6331
Waktu operasi 100 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
30,837
15,328
15,509
240,5291
0,4
31,2778
30,656
0,6218
0,386635
0,6
33,3269
45,984
-12,6571
160,2022 116
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
46,7221
61,312
-14,5899
212,8652
Jumlah
613,9831
Waktu operasi 105 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
30,7548
15,328
15,4268
237,9862
0,4
31,1152
30,656
0,4592
0,210865
0,6
33,3935
45,984
-12,5905
158,5207
0,8
46,5759
61,312
-14,7361
217,1526
Jumlah
613,8704
Waktu operasi 110 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
30,6822
15,328
15,3542
235,7515
0,4
31,1321
30,656
0,4761
0,226671
0,6
33,3191
45,984
-12,6649
160,3997 117
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
46,4047
61,312
-14,9073
222,2276
Jumlah
618,6054
Waktu operasi 115 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
30,6928
15,328
15,3648
236,0771
0,4
31,1396
30,656
0,4836
0,233869
0,6
33,3759
45,984
-12,6081
158,9642
0,8
46,5311
61,312
-14,7809
218,475
Jumlah
613,7501
Waktu operasi 120 menit Fluks Data
Fluks Model
Residu
TMP (bar)
(LMH)
(LMH)
(e)
e2
0,2
30,6654
15,328
15,3374
235,2358
0,4
31,1339
30,656
0,4779
0,228388
0,6
33,3026
45,984
-12,6814
160,8179 118
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
46,2555
61,312
-15,0565
226,6982
Jumlah
622,9803
Perhitungan Nilai Residu Model 2 (dengan nilai koreksi) Terhadap Data Hasil Percobaan Waktu operasi 5 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
36,7709
15,328
13,7952
22,9757
527,8828
0,4
38,4178
30,656
27,5904
10,8274
117,2326
0,6
46,3822
45,984
41,3856
4,9966
24,96601
0,8
49,9662
61,312
55,1808
-5,2146
27,19205
Jumlah
697,2734
Waktu operasi 10 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
36,3633
15,328
13,7952
22,5681
509,3191
0,4
35,4686
30,656
27,5904
7,8782
62,06604 119
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,6
45,3844
45,984
41,3856
3,9988
15,9904
0,8
49,73095
61,312
55,1808
-5,44985
29,70087
Jumlah
617,0764
Waktu operasi 15 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
33,299
15,328
13,7952
19,5038
380,3982
0,4
34,7152
30,656
27,5904
7,1248
50,76278
0,6
40,6369
45,984
41,3856
-0,7487
0,560552
0,8
48,745
61,312
55,1808
-6,4358
41,41952
Jumlah
473,1411
Waktu operasi 20 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
32,6354
15,328
13,7952
18,8402
354,9531
0,4
34,1183
30,656
27,5904
6,5279
42,61348
0,6
39,5911
45,984
41,3856
-1,7945
3,22023 120
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
48,6569
61,312
55,1808
-6,5239
42,56127
Jumlah
443,3481
Waktu operasi 25 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
32,4416
15,328
13,7952
18,6464
347,6882
0,4
33,7318
30,656
27,5904
6,1414
37,71679
0,6
39,2756
45,984
41,3856
-2,11
4,4521
0,8
48,4289
61,312
55,1808
-6,7519
45,58815
Jumlah
435,4453
Waktu operasi 30 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
32,0183
15,328
13,7952
18,2231
332,0814
0,4
33,0253
30,656
27,5904
5,4349
29,53814
0,6
39,0249
45,984
41,3856
-2,3607
5,572904 121
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
48,1693
61,312
55,1808
-7,0115
49,16113
Jumlah
416,3535
Waktu operasi 35 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
31,8319
15,328
13,7952
18,0367
325,3225
0,4
32,8572
30,656
27,5904
5,2668
27,73918
0,6
38,657
45,984
41,3856
-2,7286
7,445258
0,8
48,0293
61,312
55,1808
-7,1515
51,14395
Jumlah
411,6509
Waktu operasi 40 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
31,5547
15,328
13,7952
17,7595
315,3998
0,4
32,653
30,656
27,5904
5,0626
25,62992
0,6
38,4114
45,984
41,3856
-2,9742
8,845866 122
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
47,8148
61,312
55,1808
-7,366
54,25796
Jumlah
404,1336
Waktu operasi 45 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
31,4243
15,328
13,7952
17,6291
310,7852
0,4
32,5043
30,656
27,5904
4,9139
24,14641
0,6
35,7016
45,984
41,3856
-5,684
32,30786
0,8
47,5542
61,312
55,1808
-7,6266
58,16503
Jumlah
425.4045
Waktu operasi 50 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
31,2942
15,328
13,7952
17,499
306,215
0,4
31,9432
30,656
27,5904
4,3528
18,94687
0,6
35,2675
45,984
41,3856
-6,1181
37,43115 123
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
47,4039
61,312
55,1808
-7,7769
60,48017
Jumlah
423,0732
Waktu operasi 55 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
31,2133
15,328
13,7952
17,4181
303,3902
0,4
31,9887
30,656
27,5904
4,3983
19,34504
0,6
34,8026
45,984
41,3856
-6,583
43,33589
0,8
47,1023
61,312
55,1808
-8,0785
65,26216
Jumlah
431,3333
Waktu operasi 60 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
31,1562
15,328
13,7952
17,361
301,4043
0,4
31.9418
30.656
27.5904
4.3514
18.93468
0.6
34.3677
45.984
41.3856
-7.0179
49.25092 124
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0.8
46.9408
61.312
55.1808
-8.24
67.8976
Jumlah
437.4875
Waktu operasi 65 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
31,1066
15,328
13,7952
17,3114
299,6846
0,4
31,9005
30,656
27,5904
4,3101
18,57696
0,6
34,1123
45,984
41,3856
-7,2733
52,90089
0,8
46,1218
61,312
55,1808
-9,059
82,06548
Jumlah
453,2279
Waktu operasi 70 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
31,1597
15,328
13,7952
17,3645
301,5259
0,4
31,9491
30,656
27,5904
4,3587
18,99827
0,6
33,9785
45,984
41,3856
-7,4071
54,86513 125
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
45,5084
61,312
55,1808
-9,6724
93,55532
Jumlah
468,9446
Waktu operasi 75 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
31,1501
15,328
13,7952
17,3549
301,1926
0,4
31,9324
30,656
27,5904
4,342
18,85296
0,6
33,7862
45,984
41,3856
-7,5994
57,75088
0,8
46,6891
61,312
55,1808
-8,4917
72,10897
Jumlah
449,9054
Waktu operasi 80 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
30,9886
15,328
13,7952
17,1934
295,613
0,4
31,8535
30,656
27,5904
4,2631
18,17402
0,6
33,7284
45,984
41,3856
-7,6572
58,63271 126
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
46,7836
61,312
55,1808
-8,3972
70,51297
Jumlah
442,9327
Waktu operasi 85 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
30,9532
15,328
13,7952
17,158
294,397
0,4
31,7872
30,656
27,5904
4,1968
17,61313
0,6
33,603
45,984
41,3856
-7,7826
60,56886
0,8
46,6265
61,312
55,1808
-8,5543
73,17605
Jumlah
445,755
Waktu operasi 90 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
30,919
15,328
13,7952
17,1238
293,2245
0,4
31,7966
30,656
27,5904
4,2062
17,69212
0,6
33,5246
45,984
41,3856
-7,861
61,79532 127
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
46,7822
61,312
55,1808
-8,3986
70,53648
Jumlah
443,2484
Residu (e)
e2
Waktu operasi 95 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
0,2
30,8811
15,328
13,7952
17,0859
291,928
0,4
31,0511
30,656
27,5904
3,4607
11,97644
0,6
33,4688
45,984
41,3856
-7,9168
62,67572
0,8
46,6509
61,312
55,1808
-8,5299
72,75919
Jumlah
439,3393
Waktu operasi 100 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
30,837
15,328
13,7952
17,0418
290,4229
0,4
31,2778
30,656
27,5904
3,6874
13,59692
0,6
33,3269
45,984
41,3856
-8,0587
64,94265 128
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
46,7221
61,312
55,1808
-8,4587
71,54961
Jumlah
440,5121
Waktu operasi 105 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
30,7548
15,328
13,7952
16,9596
287,628
0,4
31,1152
30,656
27,5904
3,5248
12,42422
0,6
33,3935
45,984
41,3856
-7,9921
63,87366
0,8
46,5759
61,312
55,1808
-8,6049
74,0443
Jumlah
437,9702
Waktu operasi 110 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
30,6822
15,328
13,7952
16,887
285,1708
0,4
31,1321
30,656
27,5904
3,5417
12,54364
0,6
33,3191
45,984
41,3856
-8,0665
65,06842 129
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
46,4047
61,312
55,1808
-8,7761
77,01993
Jumlah
439,8028
Waktu operasi 115 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
30,6928
15,328
13,7952
16,8976
285,5289
0,4
31,1396
30,656
27,5904
3,5492
12,59682
0,6
33,3759
45,984
41,3856
-8,0097
64,15529
0,8
46,5311
61,312
55,1808
-8,6497
74,81731
Jumlah
437,0983
Waktu operasi 120 menit TMP
Fluks Data
Fluks Model 1
Fluks Model 2
(bar)
(LMH)
(LMH)
(LMH)
Residu (e)
e2
0,2
30,6654
15,328
13,7952
16,8702
284,6036
0,4
31,1339
30,656
27,5904
3,5435
12,55639
0,6
33,3026
45,984
41,3856
-8,083
65,33489 130
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
0,8
46,2555
61,312
55,1808
-8,9253
79,66098
Jumlah
442,1559
LAMPIRAN 4 Prosedur Percobaan A. Penentuan TMP (Trans Membrane Pressure ) optimum 1. Limbah deoiling ponds disaring dengan kain yang berukuran mesh 200 atau 75100 µm (Pre-filter) 2. Dimasukkan ke tangki umpan hingga volume 200 liter 3. Dihidupkan peralatan membran keramik dan diatur TMP sesuai dengan variasi percobaan 4. Setelah Pressure Gauge menunjukkan angka TMP yang stabil lalu diambil permeatnya dan dihitung laju alirnya untuk menghitung fluks yang dihasilkan pada berbagai waktu 5. Proses dihentikan sampai diperoleh fluks maksimum dan relatif konstan pada waktu tertentu 6. Dibuat grafik fluks-vs-waktu untuk berbagai TMP (Laboratorium Instruksional, Teknik Kimia ITB, 2006).
131 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
132 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Gambar L4-1. Diagram Alir Penentuan TMP optimum B. Penentuan fluks optimum terhadap penurunan COD dan parameter analisis lainnya 1. Limbah deoiling ponds disaring dengan kain kassa mesh 200 atau 75-100 µm 2. Kemudian dianalisa terlebih dahulu COD, TS, TSS, dan pH 3. Dimasukkan ke tangki umpan hingga volume 200 liter 4. Dihidupkan peralatan membran keramik dan diatur TMP sesuai dengan TMP optimum yang diperoleh dari percobaan pertama 5. Setelah Pressure Gauge menunjukkan angka yang konstan baru diambil sampel permeatnya setiap variasi waktu percobaan dan dihitung fluks yang dihasilkan 6. Proses dihentikan sampai diperoleh penurunan COD yang relatif konstan pada kurun waktu 240 menit 7. Sampel permeat akhir diambil dan dianalisis penurunan kadar COD, TS, TSS, dan pH 8. Dibuat grafik fluks-vs-waktu untuk TMP tertentu dengan berbagai parameter analisa 9.
Setelah diperoleh fluks optimum lalu dibuat model untuk fluks (J) dan laju pembentukan fouling (k’) (GDP Filter, 2006)
133 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Gambar L4-2. Diagram Alir Penentuan Fluks Optimum Terhadap Penurunan COD dan Parameter Analisis lainnya 134 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
C.Penentuan VCR (Volume Concentration Ratio) 1. Limbah deoiling ponds disaring dengan kain yang berukuran mesh 200 atau 75100 µm (Pre-filter) 2. Kemudian dianalisa terlebih dahulu COD, TS, TSS, dan Ph 3. Dimasukkan ke tangki umpan hingga volume 200 liter 4. Dihidupkan peralatan membran keramik dan diatur TMP 0,6 Bar 5. Setelah Pressure Gauge menunjukkan angka yang konstan baru diambil sampel permeatnya unttk variasi volume permeatnya yaitu 25 liter untuk VCR 2 dan dilanjutkan dengan VCR 3 dan seterusnya sampai VCR 6 6. Sampel permeat dan retentan diambil dan dianalisa kadar COD, TS, TSS, dan Ph yang dihasilkan 7. Dibuat grafik hubungan antara TS-vs- VCR 8. Dihitung koefisien rejeksi (R) (GDP Filter, 2006)
135 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
Gambar L4-3. Diagram Alir Penentuan VCR (Volume Concentration Ratio)
136 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
3. Backwash Membran 1. Posisi regulator valve sebagai berikut : RV 1 = tutup penuh RV 2 = buka penuh RV 3 = buka penuh RV 4 = buka penuh RV 5 = tutup penuh RV 6 = buka penuh RV 7 = tutup penuh RV 8 = buka penuh 2. Pompa dihidupkan agar sebagian air bersirkulasi ke dalam tangki backwash 3. RV 3 diputar agar tekanan backwash tidak lebih dari 1,5 bar 4. Tekanan pada sisi permeat akan mendorong air masuk ke sisi umpan sehingga pengotor-pengotor yang menyumbat pori membran diharapkan lepas terbawa air dan keluar pada bagian RV 8 5. Proses dilakukan selama kurang lebih 15 menit
137 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
4.
Prosedur Analisis E.1. Analisis COD (chemical oxygen demand) Acuan = Merck (1978) P 78 1. 1 ml contoh dimasukkan ke dalam tabung destruksi yang berisi 1,5 ml K2Cr2O7 dan 3,5 ml larutan asam sulfat-perak sulfat. Contoh didestruksi selama 2 jam, suhu 150 0C. Diangkat dan didinginkan.Dibuat juga blanko. 2. Larutan cintoh dimasukkan ke erlenmeyer sambil dobilas dengan air destilasi. 3. Ditambahkan indikator feroin dan dititrasi dengan larutan FeSO4 sampai larutan coklat kemerahan.
Perhitungan : COD (mg/l)
=
(B-C) x N FeSO4 x 8 x 1000 Volume contoh (ml)
Dimana : B
= volume FeSO4 yang digunakan untuk titrasi blanko
C
= volume FeSO4 yang digunakan untuk titrasi contoh
138 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
E.2. Penentuan Total Padatan (Total Solid, TS) 1. 25 ml contoh dimasukkan ke dalam cawan porselen yang sudah dikeringkan dan diketahui beratnya (A), kemudian dipanaskan di atas penangas air sampai kering. 2. Dimasukkan ke oven 2 jam, suhu 105 0C. 3. Didinginkan kurang lebih 30 menit dan ditimbang (B). Perhitungan :
(B-A) x 1.000.000 TS (mg/l)
= Volume contoh (ml)
E.3. Penentuan Total Padatan Melayang Dalam Air Limbah (Total Suspended Solid, TSS) 1. 25 ml disaring dengan pompa vacum yang sudah dipasang kertas saring, Kertas saring yang digunakan harus diketahui dahulu beratnya (A). 2. Kertas saring yang berisi padatannya dikeringkan di dalam oven selama 2 jam pada suhu 105 0C. Didinginkan selama kurang lebih 30 menit, kemudian ditimbang (B).
Perhitungan : (B-A) x 1.000.000 x pengenceran TSS (mg/l)
= Volume contoh (ml)
139 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
E.4. Penentuan pH 1. Tiap sampel dimasukkan ke baker glass 2. Dicelupkan pH meter ke dalam sampel tersebut dan dicatat perolehan pHnya
140 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 5 Gambar Limbah Deoiling Ponds
Gambar limbah deoiling ponds sebelum dan sesudah diolah dengan membran mikrofiltrasi
141 Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009 USU Repository © 2008