Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009
Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden No.3 Tahun 2012 tentang Tataruang Pulau Kalimantan, dimana di dalamnya dinyatakan bahwa sedikitnya 45 persen dari luas Pulau Kalimantan harus digunakan sebagai kawasan konservasi keanekaragaman hayati. Selain itu, juga untuk kawasan berfungsi lindung, yang bervegetasi hutan tropis basah, sehingga bisa berfungsi sebagai paru-paru dunia. Jika terwujud akan sangat menopang komitmen Pak SBY untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen pada tahun 2020. Sesuai dengan Bab II Pasal 5, penataan ruang kalimantan ini bertujuan untuk mewujudkan: a.
Kelestarian kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tropis basah paling sedikit 45% (empat puluh lima persen) dari luas Pulau Kalimantan sebagai Paru-paru Dunia;
b.
Kemandirian energi dan lumbung energi nasional untuk ketenagalistrikan;
c.
Pusat pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi di Pulau Kalimantan;
d.
Pusat perkebunan kelapa sawit, karet, dan hasil hutan secara berkelanjutan;
e.
kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara Malaysia dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup;
f.
Pusat pengembangan kawasan perkotaan nasional yang berbasis pada air;
g.
Kawasan ekowisata berbasis hutan tropis basah dan wisata budaya Kalimantan;
h.
Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah; dan
i.
Swasembada pangan dan lumbung pangan nasional.
Untuk mewujudkan tujuan-tujuan diatas diperlukan kerjasama dari berbagai pihak dan berbagai sektor dalam pengelolaan dan pemanfaatan wilayah agar bisa dilakukan secara terintegrasi, berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Kalimantan sebagai satu kesatuan ekosistem memiliki keterkaitan antar satu wilayah dengan wilayah lainnya (antara hulu dan hilir) sehingga pengelolan perlu dilakukan secara seimbang dengan memperhatikan aspek Daerah Aliran Sungai sebagai dasar untuk pembangunan secara berkelanjutan (Sustainable Development). Seperti disebutkan dalam tujuan pertama bahwa 45% dari luas Pulau Kalimantan sebagai paru-paru dunia dimana didalamnya adalah kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tropis basah.
Untuk melihat kondisi tutupan hutan ini perlu dilakukan analisis awal untuk melihat sebaran dan kondisi tutupan hutan dengan menggunakan citra satelit sebagai dasar perhitungan (baseline) yang kemudian dapat di jadikan alat untuk pemantauan perubahanya ke depan, apakah tujuan pelestarian 45% hutan tropis tersebut tercapai atau tidak. Kalimantan memiliki luas wilayah sekitar 53,5 juta ha. Terbagi kedalam 4 provinsi (Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan). Berdasarkan analisis tutupan hutan data dari Kementerian Kehutanan RI tahun 2009, luas hutan di Kalimantan sekitar 30,3 juta ha atau sekitar 56,7% dari total luas wilayah Kalimantan. Data ini bersumber dari Interpretasi Citra Satelit Landsat yang memiliki resolusi spasial 30 meter dengan metode interpretasi manual. Sedangkan dari data hasil analisis WWF-SarVision, tutupan hutan (hutan alam) kalimantan seluas sekitar 28,4 juta ha. Data ini bersumber dari Citra Satelit Modis dengan metode interpretasi digital. Berikut ini adalah kriteria hutan yang bisa di identifikasi dari Citra Satelit Landsat, yang di jadikan sebagai dasar interpretasi dan pengkelasan hutan di Kalimantan. Kriteria (Deskripsi) Kelas Tutupan Hutan / Penggunaan Lahan Kelas
Simbol
Kode
Keterangan
Hutan Lahan Kering Primer
Hp
2001
Seluruh kenampakan hutan yang belum menampakan penebangan, termasuk vegetasi rendah alami yang tumbuh diatas batuan masif.
Hutan Lahan Kering Sekunder
Hs
2002
Seluruh kenampakan hutan yang telah menampakan bekas penebangan (kenampakan alur dan bercak bekas penebangan). Bekas penebangan yang parah tapi tidak termasuk dalam areal HTI, perkebunan atau pertanian dimasukan dalam lahan terbuka.
Hutan Primer
Mangrove
Hmp
2004
Hutan bakau, nipah dan nibung yang berada di sekitar pantai yang belum ditebang.
Hutan Mangrove Sekunder
Hms
20041
Hutan bakau, nipah dan nibung (yang telah ditebang) yang ditampakan dengan pola alur di dalamnya. Khusus untuk areal bekas tebangan yang telah dijadikan tambak/sawah (tampak pola persegi pematang) dimasukan dalam kelas tambak/sawah.
Hutan Rawa Primer
Hrp
2005
Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa-rawa, termasuk gambut yang belum menampakan tanda penebangan.
Hutan Sekunder
Rawa
Hrs
20051
Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa yang telah menampakan bekas penebangan. Bekas penebangan yang parah jika tidak memperlihatkan liputan air digolongkan tanah terbuka, sedangkan jika memperlihatkan liputan air digolongkan menjadi tubuh air (rawa)
Sumber : Badan Planologi Departemen Kehutanan RI, 2001
Polaruang Kalimantan sendiri terbagi kedalam 2 kawasan yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung mencakup, kawasan hutan lindung, kawasan cagar alam, kawasan suaka margasatwa, kawasan taman nasional, kawasan wisata alam, kawasan taman hutan raya, kawasan cagar alam laut dan kawasan taman wisata alam. Kawasan budidaya mencakup kawasan peruntukan kehutanan, kawasan permukiman, kawasan pertanian, kawasan pertambangan mineral dan bebatuan, kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi serta kawasan budidaya lainnya. Kami mencoba menyederhanakan klasifikasi menjadi 8 kelas : 1. Kawasan konservasi, meliputi Taman Nasional, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya 2. Kawasan Hutan Lindung yang meliputi kawasan hutan lindung 3. Kawasan peruntukan kehutanan yang meliputi hutan produksi, Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi Konversi (penggabungan dari terminologi status kawasan hutan) 4. Kawasan Pertanian 5. Kawasan Permukiman 6. Kawasan Penggunaan Lain (APL) 7. Danau 8. Tubuh Air (Sungai) Sedangkan untuk kawasan pertambangan baik itu pertambangan mineral batu bara atau pertambangan minyak dan gas bumi tidak kami masukan karena batas dalam pola ruang hanya merupakan batas indikatif lokasi dan untuk alokasi perizinan diatur dalam Undang-undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba). Untuk lebih merinci pelaksanaan dari Undang-undang ini diturunkan kembali dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) yang salah satunya adalah PP No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Gambar 01. Peta Pola Ruang Kalimantan
Berikut ini adalah tabel dan grafik pola ruang kalimantan yang di tumpangsusunkan dengan Tutupan Hutan Kalimantan hasil interpretasi Citra Satelit Landsat (Kementerian Kehutanan RI tahun 2009)
Polaruang Kalimantan dan Tutupan Hutan Tahun 2009 N0
Polaruang Pulau
Hutan
Non Hutan
Total Luas (ha)
1 2 3 4 5 6 7 8
kawasan konservasi kawasan hutan lindung kawasan peruntukan kehutanan kawasan pertanian kawasan permukiman kawasan penggunaan lainnya danau tubuh air
3,924,730.83 5,834,802.49 16,825,787.92 2,311,937.23 458,975.22 1,002,357.39 -
1,046,855.47 939,795.14 9,040,817.15 8,826,657.89 1,018,787.48 1,735,865.98 50,573.44 514,650.19
4,971,586.30 6,774,597.63 25,866,605.06 11,138,595.12 1,477,762.70 2,738,223.38 50,573.44 514,650.19
Total Luas (ha)
30,358,591.08
23,174,002.74
53,532,593.82
Pola Ruang Pulau Kalimantan dalam KSN HoB No
Polaruang Pulau
1 2 3 4 5 6 7 8
kawasan konservasi kawasan hutan lindung kawasan peruntukan kehutanan kawasan pertanian kawasan permukiman kawasan penggunaan lainnya danau tubuh air Total Luas (ha)
Hutan
Non Hutan
Total Luas (ha)
2,534,591.31 4,021,981.14 7,113,465.88 322,245.44 90,745.13 350,511.37 -
132,604.36 208,354.84 1,064,674.73 680,998.18 19,765.95 151,313.49 3,504.38 53,083.71
2,667,195.68 4,230,335.98 8,178,140.61 1,003,243.62 110,511.08 501,824.87 3,504.38 53,083.71
14,435,198.13
2,312,641.80
16,747,839.93
Berikut ini adalah grafik dan tabel hasil analisis tumpangsusun antara Pola Ruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan hasil interpretasi Citra Satelit Modis (WWF-SarVision)
Polaruang Kalimantan Dan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 (WWF-SarVision) No
Polaruang Pulau
Non Forest
Forest
Luas (ha)
1 2 3 4 5 6 7 8
kawasan konservasi kawasan hutan lindung kawasan peruntukan kehutanan kawasan pertanian kawasan permukiman kawasan penggunaan lainnya danau tubuh air
1,223,406.75 973,452.65 10,256,723.73 9,290,685.85 1,115,184.42 1,814,654.11 50,573.44 445,667.15
3,767,986.45 5,807,142.95 15,688,830.21 1,850,961.61 362,219.30 923,630.52 -
4,991,393.20 6,780,595.60 25,945,553.94 11,141,647.46 1,477,403.72 2,738,284.63 50,573.44 445,667.15
Luas (ha)
25,170,348.09
28,400,771.04
53,571,119.13
Polaruang Kalimantan Dan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 (WWF-SarVision) di wilayah KSN HoB No
Polaruang
1 2 3 4 5 6 7 8
kawasan konservasi kawasan hutan lindung kawasan peruntukan kehutanan kawasan pertanian kawasan permukiman kawasan penggunaan lainnya danau tubuh air Luas (ha)
Non Forest
Forest
Luas (ha)
121,032.27 167,600.88 930,902.41 667,216.39 15,086.83 96,445.79 3,504.38 53,082.90
2,565,179.24 4,066,345.95 7,250,957.29 338,594.16 95,424.26 405,379.40 -
2,686,211.51 4,233,946.83 8,181,859.71 1,005,810.55 110,511.09 501,825.19 3,504.38 53,082.90
2,054,871.84
14,721,880.31
16,776,752.16
Berikut ini adalah tabel analisis Polaruang Kalimantan dan Tutupan Hutan Kalimantan per provinsi :
Tabel Polaruang dan Tutupan Hutan Kalimantan Tahun 2009 Per Provinsi
Provinsi / Pola Ruang
Hutan
Non Hutan
Total luas (ha)
KALIMANTAN BARAT
6,623,553.84
8,052,593.72
14,676,147.56
danau kawasan hutan lindung kawasan konservasi kawasan penggunaan lainnya kawasan permukiman kawasan pertanian kawasan peruntukan kehutanan tubuh air
1,847,014.60 1,172,039.72 142,842.79 20,004.50 790,150.50 2,651,501.73 -
5,689.07 456,525.47 281,885.41 335,344.75 159,587.30 4,187,307.26 2,522,883.75 103,370.71
5,689.07 2,303,540.07 1,453,925.12 478,187.53 179,591.81 4,977,457.76 5,174,385.49 103,370.71
KALIMANTAN SELATAN
1,194,974.12
2,536,484.03
3,730,531.93
346,244.42 114,891.16 21,242.73 17,720.17 183,506.44 511,369.20 -
3,972.68 82,799.76 97,912.03 60,414.44 127,703.50 1,544,423.15 593,603.32 25,655.15
3,972.68 429,044.17 212,803.19 81,657.17 145,423.68 1,727,929.59 1,104,972.52 24,728.94
KALIMANTAN TENGAH
9,099,152.45
6,261,744.32
15,360,896.77
danau kawasan hutan lindung kawasan konservasi kawasan penggunaan lainnya kawasan permukiman kawasan pertanian kawasan peruntukan kehutanan tubuh air
1,005,523.10 1,179,959.56 41,651.49 201,985.25 291,737.04 6,378,296.03 -
13,082.00 289,237.81 362,845.17 90,870.55 334,260.54 1,275,957.46 3,772,441.24 123,049.56
13,082.00 1,294,760.91 1,542,804.73 132,522.03 536,245.78 1,567,694.49 10,150,737.27 123,049.56
KALIMANTAN TIMUR
13,470,730.08
6,186,930.77
19,657,660.85
danau kawasan hutan lindung kawasan konservasi kawasan penggunaan lainnya kawasan permukiman kawasan pertanian kawasan peruntukan kehutanan tubuh air
2,634,606.39 1,454,714.25 789,387.76 218,892.09 1,042,634.26 7,330,495.34 -
27,829.69 110,795.82 303,204.56 1,244,214.90 396,518.52 1,815,197.06 2,139,714.25 149,455.98
27,829.69 2,745,402.21 1,757,918.80 2,033,602.66 615,410.61 2,857,831.31 9,470,209.59 149,455.98
Total Luas (ha)
30,388,410.49
23,037,752.85
53,425,237.12
danau kawasan hutan lindung kawasan konservasi kawasan penggunaan lainnya kawasan permukiman kawasan pertanian kawasan peruntukan kehutanan tubuh air
Bila dilihat dari tabel diatas, ancaman terbesar terhadap kehilangan tutupan hutan adalah pada kawasan permukiman, Kawasan Pertanian dan Kawasan Peruntukan Lainnya. Untuk Wilayah Kalimantan Barat, potensi kehilangan tutupan hutan sebesar sekitar 950 ribu hektar. Untuk Wilayah Kalimantan Selatan seluas sekitar 220 ribu kektar, untuk wilayah Kalimantan Tengah dengan luas sekitar 535 ribu hektardan pada wilayah Kalimantan Timur berpotensi kehilangan tutupan Hutan sekitar 2 juta hektar. Hal ini dengan asumsi bahwa pada kawasan-kawasan tersebut, hutan akan di konversi menjadi kawasan terbangun, baik itu permukiman ataupun pertanian kelapa sawit, tambang dan lainnya. Analisis dan rekomendasi Kawasan konservasi merupakan kawasan yang sudah ditetapkan oleh departemen kehutanan sebagai kawasan yang harus di lindungi dengan pemanfaatan terbatas, yang terbagi dalam zona-zona pemanfaatan kawasan lindung. Menurut Perpres no 3 tahun 2012 pasal 1 point nomer 4, Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kondisi fisik dan kualitas hutan di kedua kawasan ini harus selalu terjaga untuk kelangsungan hidup berbagai keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem. Kawasan ini bisa dikatakan sebagai zona inti dari ekosistem Pulau Kalimantan. Apabila ada kerusakan tentunya dapat menyebabkan terganggunya ekosistem yang dampaknya bisa beruntun dan menyebabkan kerugian baik itu kerugian terhadap lingkungan ataupun kerugian terhadap manusia yang berinteraksi dengan lingkungan tersebut baik secara langsung taaupun tidak langsung, sebagai contoh apabila ekosistem dan kualitas hutan daerah hulu rusak, maka yang akan merasakan dampaknya adalah daerah hilir, bisa terjadi banjir, sedimentasi atau penurunan kualitas air. Berdasarkan data analisis tumpang susun antara polaruang Kalimantan dengan tutupan hutan dari hasil interpretasi citra satelit landsat, diketahui bahwa kawasan yang berfungsi lindung yaitu meliputi Kawasan konservasi dan kawasan hutan lindung. Pada kawasan konservasi daerah yang berhutan seluas 3,9 jt ha atau sekitar 79% dari total luas kawasan konservasi. Daerah yang tidak berhutan (tidak di klasifikasikan sebagai hutan) adalah seluas 1 juta ha atau sekitar 21% dari total luas kawasan konservasi. Pada kawasan hutan lindung memiliki luas hutan 5,8 juta ha atau sekitar 86% dari total luas kawasan hutan lindung dan daerah yang tidak berhutan seluas 940 ribu ha atau sekitar 14% dari total luas kawasan hutan lindung. Daerah yang tidak berhutan pada kawasan ini bisa merupakan indikasi adanya kerusakan hutan akibat illegal logging, kebakaran hutan dan perlu dilakukan restorasi pada kawasan ini.
Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Di dalam tataruang pulau kalimantan, kawasan budidaya ini terbagi menjadi kawasan peruntukan hutan, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan permukiman, kawasan peruntukan pertambangan dan kawasan budi daya lainya. Kawasan ini merupakan kawasan yang akan dikelola oleh pemerintah daerah untuk area pembangunan, namun pada kenyataanya di lapangan masih banyak kondisi hutan yang kualitasnya bagus di kawasan ini. Apabila pengelolaan tidak dilakukan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan, hutan di kawasan ini akan hilang atau terkonversi. Untuk luasanya bisa dilihat pada tabel diatas, hasil tumpang susun antara
pola ruang baik itu dengan tutupan hutan dari Kementerian Kehutanan maupun dengan tutupan hutan WWF-SarVision. Oleh karena itu, pada kawasan budidaya ini perlu diterapkan praktek pembangunan yang berkelanjutan, yang tidak hanya mengedepankan kepentingan jangka pendek (kepentingan generasi sekarang) namun juga memperhatikan kepentingan generasi mendatang. Pembangunan yang berkelanjutan secara ekologi dipahami sebagai usaha untuk memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam secara bijaksana, tidak menyebabkan kerusakan lingkungan dan berlaku adil kepada generasi yang akan datang (Keraf, 2002). Apabila didekati dengan perspektif sosiologi maka perlu untuk mewujudkan pembangunan yang berdimensi kerakyatan (berorientasi pada kesejahteraan rakyat) dengan mengupayakan masyarakat dan institusi yang berkelanjutan.