Volume: III,
Nomor: 2,
Halaman: 33 - 42, Juli 2011. Tipologi Bangunan Tua, Yohannes Firzal
TIPOLOGI BANGUNAN TUA Yohannes Firzal University of Riau, Indonesia, E-mail:
[email protected]
Abstract Penelitian tipologi bangunan tua ditujukan untuk mengklasifikasikan bangunan melalui identifikasi tipikal desain elemen bangunan yang dapat dikategorikan kedalam fitur-fitur desain bangunan tertentu. Fitur desain bangunan dapat mempengaruhi sebagian ataupun keseluruhan dari interaksi bangunan dan lingkungannya sekitarnya.Dalam hal ini, rumah panggung tradisional Melayu merupakan objek penelitian yang unik dalam merespon iklim tropis dan diperkuat melalui kekayaan komponen budaya dan unsur-unsur dekoratif Pengumpulan data melalui survey lapangan yang ditunjang dengan literatur, kajian teoritis dan hasil study empiris. Analisa merumusan karakter umum bangunan kawasan, penentuan bangunan yang sesuai kriteria penelitian dan penggambaran ulang, sehingga dapat dilakukan pengelompokan dan kategorisasi tipikal elemen bangunan. Penelitian pada akhirnya dapat memetakan tipikal desain elemen bangunan di kawasan konservasi yang dikategorikan kedalam delapan fitur elemen utama yaitu; tipikal atap bangunan, tipikal denah bangunan, tipikal dinding bangunan, tipikal jendela bangunan, tipikal kaki bangunan, tipikal pintu bangunan, tipikal tangga bangunan, dan tipikal ornamen pada bangunan.
Keywords – tipologi, desain elemen
I.
PENDAHULUAN
Tipologi bangunan pada dasarnya merupakan pengetahuan yang mengklasifikasikan bangunan ke dalam beberapa askpek bangunan tertentu. Oleh karenya perlu untuk mengenal dan mengetahui fitur desain yang berkaitan erat dengan bangunan itu sendiri. Menurut Givoni (1998), fitur desain yang mempengaruhi sebagian ataupun keseluruhan dari interaksi bangunan dan lingkungannya tergantung pada tata letak bangunan (bentuk), derajat bukaan, orientasi dan warna serta kondisi dan effek ventilasi yang berpengaruh pada suhu ruang dalam. Secara garis besar, tipologi rumah tradisional Melayu umumnya persegi panjang dan jarang sekali bujur sangkar. Bentuk dasarnya merupakan rumah panggung namun tetap menyesuaikan dengan alam sekitarnya. Secara garis besar, bentuk dasar rumah dapat dikelompokan berdasarkan bentuk dasar atapnya seperti; (1) atap belah bubung, (2) atap limas dan (3) atap lontik (Effendi, 1986). Rumah berperabung lurus di pertengahan puncak atap disebut belah bubung/bubung Melayu/rabung Melayu. Jika atapnya sangat curam disebut lipat pandan dan jika mendatar/landai disebut lipat kajang. Bila di bagian bawah atap diberikan tambahan atap maka disebut atap labu/atap layar/atap bersayap/atap bertinggam. Perabung atap bangunan yang sejajar dengan jalan raja maka disebut rumah perabung panjang. Jika terletak tidak sejajar disebut pula rumah perabung melintang. Rumah panggung memberikan keunikan tersendiri dalam kaitan desain bangunan dan lingkungan sekitarnya. Pada perkembangannya, konstruksi tiang panggung tradisional bertumpu diatas batu ataupun diletakan secara sederhana diatas permukaan tanpa harus dimasukkan kedalam tanah. Konstruksi panggung ditujukan unutk menjaga jarak ketinggian lantai dan permukaan tanah melalui tiang/penyanggah bangunan. Menurut Yuan (1987), sebagai bentuk respon tropis, hal ini
LOCAL WISDOM-JURNAL ILMIAH ONLINE, ISSN: 2086-3764 33
Volume: III,
Nomor: 2,
Halaman: 33 - 42, Juli 2011. Tipologi Bangunan Tua, Yohannes Firzal
menciptakan solusi yang nyaris sempurna untuk mengendalikan iklim, penggunaan multifungsi ruang, fleksibilitas dalam desain. Menurut Waterson (2009), rumah panggung bukan hanya sebagai rumah tinggal. Namun ini merupakan bagian dari semangat orang-orang di masyarakat dan konsepsi tentang jiwa manusia. Hal ini dapat teridentifikasi melalui kekayaan komponen bangunan budaya dan unsur-unsur dekoratif yang memiliki makna yang membuat keunikan yang dapat menjadi fitur kuat. Lebih lanjut Yuan (1987), rumah tinggal tesebut diciptakan sebagai respon akan kebutuhan yang memenuhi sosio-ekonomi, lingkungan dan persyaratan budaya masyarakat.
Belah Bubung Roof
Limas Roof
Lontik Roof
Gambar 1. Bentuk dasar atap rumah Melayu Sumber: Survey
II.
METODE PENELITIAN
Tujuan dari penelitian tipologi bangunan tua untuk mengklasifikasikan bangunan yang berada dalam lingkup kawasan penelitian melalui identifikasi tipikal desain elemen bangunan yang dapat dikategorikankedalam fitur-fitur desainbangunan. Pendekatan penelitian dilakukan secara kuantititatif dan kualitatis. Pengambilan data primer dilakukan melalui survey lapangan. Diiringi dengan study literatur, study kawasan, teoritikal, study empiris terhadapt laporan penelitian terdahulu. Analisa data primer diawali dengan perumusan karakter umum bangunan kawasan, penentuan bangunan yang sesuai kriteria penelitian, penggambaran ulang (redrawing), pengelompokan dan kategorisasi tipikal elemen bangunan.
III.
PEMBAHASAN DAN HASIL
3.1. Kawasan Penelitian Secara geografis lokasi penelitian terletak pada kawasan konservasi di Kota Siak Sri Indrapura Kabupaten Siak. Kawasan ini dilewati oleh Sungai Siak yang merupakan salah satu jalur transportasi perairan internasional. Sedangkan dalam konteks kewilayahan, letak kawasan ini memiliki peran dan fungsi penting sebagai etalase pencerminanan budaya Melayu Pantai Timur Sumatera dan wilayah SemenanjungMalaka.
LOCALWISDOM-JURNALILMIAHONLINE,ISSN: 2086-3764 34
Volume: III,
Nomor: 2,
Halaman: 33 - 42, Juli 2011. Tipologi Bangunan Tua, Yohannes Firzal
Gambar 2. Sebaran bangunan tua di kawasan konservasi Sumber: Survey
3.2. Tipologi Bangunan Pemetaan tipikal desain elemen bangunan di kawasan konservasi dapat dikategorikan kedalam delapan fitur elemen utama yaitu; tipikal atap bangunan, tipikal denah bangunan, tipikal dinding bangunan, tipikal jendela bangunan, tipikal kaki bangunan, tipikal pintu bangunan, tipikal tangga bangunan, dan tipikal ornamen pada bangunan. A. Tipe atap bangunan Tipikal desain element atap bangunan dikategorisasikan kedalam delapan tipe atap yang meliputi; (1) bentuk atap pelana/lipat kajang, (2) bentuk atap limas, (3) gabungan dua atau lebih bentuk atap limas, (4) kombinasi bentuk atap limas dan bentuk atap pelana/lipat kajang, (5) bentuk atap pelana/lipat kajang terpotong, (6) bentuk atap limas bersingap, (7) variasi bentuk atap limas persegi banyak, dan (8) bentuk atap datar/dak beton. Tipikal atap bangunan kawasan memiliki bentuk penampang atap segitiga dengan sudut kemiringan tertentu sehingga dapat mengakibatkan atap memiliki bubungan panjang dan tinggi. Desain elemen seperti ini sesuai dengan iklim dan tingkat curah hujan yang tinggi.
LOCAL WISDOM-JURNAL ILMIAH ONLINE, ISSN: 2086-3764 35
Volume: III,
Nomor: 2,
Halaman: 33 - 42, Juli 2011. Tipologi Bangunan Tua, Yohannes Firzal
Gambar 3. Tipikal desain element atap bangunan Sumber: Survey
Material/bahan penutup atap bangunan, dapat dikategorisasikan kedalam 3 (tiga) jenis yaitu asbes, genteng tanah liat, dan seng baja. Bangunan yang beratapkan bahan asbes umumnya digunakan pada bangunan yang berfungsi sebagai rumah tinggal pribadi (single house) masyarakat setempat. Sedangkan penggunaan berbahan genteng tanah liat dijumpai pada bangunan kediaman resmi pemerintahan.
Gambar 4. Tipikal material/bahan penutup atap bangunan Sumber: Survey
B. Tipe denah bangunan Disamping atap, denah merupakan salah satu ciri utama bangunan tradisional Melayu. Tipikal desain denah bangunan dikategorisasikan kedalam lima tipe atap yang meliputi; 1. Tipe 1, bentuk denah empat persegi panjang. Memiliki bentuk dasar empat persegi panjang, dengan variasi pada teras dan bangunan tambahan di belakang bangunan utama. Pintu masuk utama umumnya terletak di tengah dinding pada sisi yang menghadap ke jalan. Bangunan – bangunan yang mempunyai bentuk denah seperti ini, umumhya rumah tinggal pribadi (single house) pada masyarakat setempat. 2. Tipe 2, bentuk denah huruf L. Memiliki bentuk dasar huruf L dengan variasi pada pengolahan teras dan posisi pintu masuk ke rumah. Bentukan seperti ini mempunyai fungsi secara umum sebagai rumah tinggal pribadi (single house) pada masyarakat setempat. 3. Tipe 3, bentuk denah huruf T. Memiliki bentuk dasar gabungan dua bentuk empat persegi panjang yang membentuk huruf T dengan variasi pada posisi pintu masuknya. Selain LOCAL WISDOM-JURNAL ILMIAH ONLINE, ISSN: 2086-3764 36
Volume: III,
Nomor: 2,
Halaman: 33 - 42, Juli 2011. Tipologi Bangunan Tua, Yohannes Firzal
fungsi rumah tinggal pribadi (single house), bentuk denah seperti ini juga digunakan pada fungsi bangunan pendidikan. 4. Tipe 4, bentuk denah persegi panjang bersilangan. Memiliki bentuk dasar gabungan dua bentuk empat persegi panjang yang saling bersilangan, terdapat pada bangunan – bangunan dengan fungsi yang lebih tinggi dari pada rumah tinggal, seperti pusat pemerintahan (Istana Siak) dan balai pertemuan masyarakat (Balai Kerapatan Tinggi). 5. Tipe 5, empat persegi panjang tegak lurus jalan. Bentukan yang terdapat pada fungsi ruko (rumah toko) di daerah pecinan. Memiliki bentuk dasar empat persegi panjang dengan pintu masuk utama menghadap jalan. Lantai dua selalu lebih manonjol ke jalan dibandingkan lantai satu. Kombinasi penonjolan lantai dua dengan tiang – tiang penyangga di lantai satu menghasilkan arcade.
Gambar 5. Tipikal desain denah bangunan Sumber: Survey
Tipikal atap bangunan kawasan memiliki bentuk beraturan, simetris terhadap sumbu, namum terdapat juga beberapa variasi yang terjadi sebagai bentuk penyesuaian terhadap topografi dan orientasi pandangan C. Tipe dinding bangunan Jenis dinding bangunan, secara umum dapat dikategorisasikan kedalam tiga tipikal dinding yang meliputi; 1. Dinding Bata.
Gambar 6. Pemakaian dinding bata pada bangunan Sumber: Survey
2. Dinding Papan Kayu. Dinding jenis papan kayu merupakan jenis bahan paling bayak digunakan sebagai dinding bangunan. Setidaknya terdapat lima bentuk variasi susunan dalam penggunaan papan kayu ini. Umumnya pemasangan dinding dirapatkan dengan lidah pian atau dengan susunan bertindih yang disebut tindih kasih. Cara lain adalah dengan pasangan melintang dan saling minindih yang disebut susun sirih, namun cara ini jarang dipakai. Untuk variasi sering pula dipasang miring searah atau miring berlawanan, dengan kemiringan 45 derajat. Dinding lidah pian biasanya dipasang di rumah orang – orang berlatar ekonomi lebih karena untuk membuat pian memerlukan tukang yang ahli
dan kayu keras yang tidak berserabut. Jenis dinding papan kayu ini terbagi atas beberapa sebutan berdasarkan arah susunan dari papan kayu tersebut
LOCAL WISDOM-JURNAL ILMIAH ONLINE, ISSN: 2086-3764 37
Volume: III,
Nomor: 2,
Halaman: 33 - 42, Juli 2011. Tipologi Bangunan Tua, Yohannes Firzal
Gambar 7. Variasi pemasangan dinding papan pada bangunan Sumber: Survey
3. Dinding Kombinasi. Jenis ini merupakan gabungan bahan, antara batu pada bagian bawah dan kayu papan pada bagian atas.
Gambar 8. Kombinasi dinding bata dan papan pada bangunan Sumber: Survey
D. Tipe jendela bangunan Jendela pada bangunan Melayu tidak hanya digunakan sebagai elemen desain untuk memasukan udara dan sinar matahari kedalam bangunan saja. Hal ini juga terkait dengan pandangan masyarakat tempatan/adat istiadat terhadap bentuk dan ketinggian jendela bangunan. Bentuk dasarnya hampir sama dengan bentuk pintu namum ukurannya lebih kecil dan lebih rendah. Daun jendela umumnya dapat terdiri atas dua atau satu lembar daun jendela. Perbedaan ketinggian ini adakalanya disebabkan juga oleh perbedaan ketinggian lantai. Namun umumnya jendela tengah di rumah induk lebih tinggi dari jendela lainnya. Jendela tinggi dibuat setinggi orang dewasa berdiri dari lantai, melambangkan bahwa pemilik bangunan adalah orang baik – baik, patut – patut, tahu adat istiadat, dan tradisinya. Sedangkan letak jendela rendah melambangkan pemilik bangunan adalah orang yang ramah tamah, selalu menerima tamu dengan ikhlas dan terbuka. Pada awalnya Jendela tidak menggunakan engsel berbahan metal tetapi mempergunakan putting (desain engsel kayu). Setidaknya tercata terdapat lima tipikal desain jendela bangunan yang meliputi; 1. Tipe 1, Jendela Tinggi Kaca.Tipe ini termasuk jenis jendela tinggi dengan dominan menggunakan material kaca. 2. Tipe 2, Jendela Tinggi Setengah Panel dan Ram – ram (Jalusi). Jendela tinggi dengan bahan dominan menggunakan kayu. Berbentuk setengah panel dan setengah ram – ram (jalusi). Memiliki jarak dari lantai, lebih kurang setinggi orang dewasa duduk. 3. Tipe 3, Jendela Rendah Setengah Panel dan Ram – ram (Jalusi). Posisinya lanngsung menyentuh lantai bangunan bagian dalam. Berbentuk setengah panel dan setengah ram – ram (jalusi) yang terbuat dari kayu. Selain itu terdapat juga pengaman yang disebut kisi – kisi atau jerajak yang terbuat dari kayu segi empat atau bubutan. 4. Tipe 4, Jendela Tinggi dengan Ram – ram (Jalusi). Mempunyai bentuk di dominasi oleh ram – ram (jalusi) yang terbuat dari kayu. 5. Tipe 5, Jendela Tinggi. Jenis ini termasuk bentuk jendela tinggi, tetapi telah mendapat pengaruh dari pendatang, seperti Timur Tengah dan Eropa. LOCAL WISDOM-JURNAL ILMIAH ONLINE, ISSN: 2086-3764 38
Volume: III,
Nomor: 2,
Halaman: 33 - 42, Juli 2011. Tipologi Bangunan Tua, Yohannes Firzal
Gambar 9. Tipikal elemen bentuk jendela pada bangunan Sumber: Survey
E. Tipe kaki bangunan Rumah panggung, umumnya digambarkan dengan penggunaan kaki bangunan dengan bentuk dan ketinggian tertentu sehingga mengakibatkan terdapatnya ruang bawah bangunan/kolong. Ini merupakan sebagai salah bentuk jawaban terhadap banjir yang kerap terjadi dimasa lalu. Hal ini juga menciptakan penghawaan alami dibawah bangunan, mendinginkan lantai bangunan dan sesuai dengan iklim tropis. Tipikal desain element kaki bangunan dikategorisasikan kedalam tujuh tipe yang meliputi; 1. Tipe 1, Trapesium. Memiliki lebar bagian atas kaki lebih kecil bila dibandingkan dengan bagian bawah dan tapak kaki dengan ketebalan antara 5 – 10 cm yang langsung menyentuh tanah. 2. Tipe 2, Berbentuk Bulat, memiliki tinggi lebih kurang 300 cm dan tapak persegi banyak dengan ketebalan antara 10 – 20 cm. Bentuk ini dapat dipergunkaan pada bangunan Balai Kerapatan Tinggi Siak Sri Indrapura. Hal ini mencerminkan, bahwa hakikat rumah balai adalah tempat melakukan kegiatan bermasyarakat dan kegiatan sosial, termasuk tempat mengadakan musyawarah dan sebagainya. Rumah balai melambangkan falsafah hidup bergotong royong, senasib sepenanggungan, dan kesetiakawanan sosial pada masyarakat Melayu 3. Tipe 3, Bentuk Persegi sederhana. Lebar bagian atas sama dengan bagian bawah dan terkesan ramping serta mempunyai ketebalan tapak antara 8 – 12 cm. 4. Tipe 4, Pengembangan dari Tipe 3 namun terdapat penambahan profil pada bagian atas kaki. 5. Tipe 5, Bentuk Persegi dan Lebar. Bentuknya dasar persegi sederhana dengan memiliki kemiripan dengan tipe 3 dan tipe 4, tetapi tidak terdapat profil di bagian atasnya. 6. Tipe 6, Bentuk yang memiliki coakan/takikan. Secara umum tidak terdapat perbedaan dengan tipe 3, dari segi bentuk dan dimensi kecuali coakan/takikan atau pengurangan volume kakinya. 7. Tipe 7, Bentuk Berkuping, dengan ketinggian lebih kurang 300 cm. Mempunyai ketebalan tapak antara 35 – 40 cm dan mempunyai “kuping” pada sisinya yang berfungsi sebagai penahan rangka bangunan.
Gambar 10. Tipikal elemen kaik bangunan Sumber: Survey
LOCAL WISDOM-JURNAL ILMIAH ONLINE, ISSN: 2086-3764 39
Volume: III,
Nomor: 2,
Halaman: 33 - 42, Juli 2011. Tipologi Bangunan Tua, Yohannes Firzal
F. Tipe pintu bangunan Pintu disebut juga ambang atau lawang. Pintu berbentuk persegi empat panjang dengan lebar antara 60 – 100 cm serta tinggi antara 150 – 200 cm. Pada awalnya pintu tidak memakai engsel berbahan metal, sama halnya dengan jendela. Untuk membuka dan menutup pintu dipergunakan semacam puting yang ditanamkan ke bendul atau balok sebelah bawah dan balok sebelah atas pintu. Bentuk daun pintu dilengkapi dengan panel dan ram – ram (jalusi) atau separuh panel dan separuh ram – ram. Bahannya terbuat dari kayu pilihan seperti surian, punak, dan tembusu. Pintu masuk ke rumah harus mengarah ke jalan umum, yang terdiri atas satu atau dua daun pintu. Pada bagian atas pintu diberi hiasan sebagai ventilasi dengan ukiran tertentu. Hiasan ini disebut lambai – lambai, yang merupakan perlambang sikap ramah tamah. Setidaknya terdapat empat kategorisasi tipikal pintu yaitu; 1. Tipe 1, Bentuk Panel, berbentuk panel dan terbuat dari bahan kayu. 2. Tipe 2, Pintu Stengah Panel, Setengah Kaca. Memiliki bentuk panel kayu dan setengah bagian atasnya diberi kaca. 3. Tipe 3, Sebagian Panel dan Sebagian Ram –ram. Merupakan gabungan antara sebagian panel dan sebagian ram – ram. 4. Tipe 4, Pintu Dominasi Kaca. Jenis ini didominasi oleh bahan kaca. Bentuk ini telah mengalami perubahan sesuai dengan keadaan atau pengaruh dari para pendatang seperti Timur Tengah.
Gambar 11. Tipikal elemen pintu pada bangunan Sumber: Survey
G. Tipe tangga bangunan Dalam bangunan tradisional Melayu, terdapat dua jenis tangga yakni tangga bulat dan tangga picak/pipih. Tangga naik ke rumah mengarah ke jalan umum dan anak tangga umumnya berjumlah ganjil. Hal ini sesuai dengan pandangan bilangan genap kurang baik artinya. Tangga depan selalu berada di bawah atap dan terletak pada pintu serambi muka. Terdapat dua kategori tangga yaitu tangga kayu dan tanggga batu yaitu; 1. Tipe 1, Tangga Kayu. Tangga kayu ini jenisnya tangga picak/pipih yang terbuat dari berbahan papan tebal.. 2. Tipe 2, Tangga Batu. Jenis tangga ini ada dua bentuk variasi yaitu tangga batu yang mempunyai pagar atau pegangan tangga dan tangga batu yang tidak mempunyai pagar atau pegangan tangan.
LOCAL WISDOM-JURNAL ILMIAH ONLINE, ISSN: 2086-3764 40
Volume: III,
Nomor: 2,
Halaman: 33 - 42, Juli 2011. Tipologi Bangunan Tua, Yohannes Firzal
Gambar 12. Tipikal elemen tangga pada bangunan Sumber: Survey
H. Tipe ornamen pada bangunan Ornamen menjadi alat yang umum digunakan untuk mengekspresikan nilai-nilai estetika pada suatu budaya masyarakat. Hal ini juga dapat dilihat pada rumah-rumah tradisional Melayu. Ornamen dapat juga menjadi perlambang status kedudukan sosial seseorang dalam masyarakat. Semakin tinggi status sosial/kaya pemilik rumah, maka semakin banyak dan indah pula ornamen yang dapat diterapkan pada rumah. Material yang digunakan pada umumnya adalah kayu ulin, tetapi juga dapat ditemukan ornamen yang menggunakan seng baja sebagai materialnya. Penempatan ornamen juga sangat beragam, mulai pada jendela, siangap hingga pada pagar. Berikut kategori umum ornamen-ornamen yang ditemukan pada bangunan tradisional di Siak Sri Indrapura yang menjadi fitur kajian tipologi; 1. Ornamen pada Balok Bangunan 2. Ornamen pada Dinding dan Lobang Angin Bangunan 3. Ornamen pada Handrail 4. Ornamen pada Jendela 5. Ornamen pada Listplank 6. Ornamen pada Pintu 7. Ornamen pada Plafond 8. Ornamen pada Singap Atap Bangunan 9. Ornamen pada Tangga 10. Ornamen pada Pagar Bangunan
Gambar 13. Tipikal elemen ornamen pada bangunan Sumber: Survey
IV.
KESIMPULAN
Kejelasan tipologi bangunan suatu kawasan akan membuka pengertian dan pemahaman lebih jauh terhadapat karakter kehidupan masyarakat yang berada dan berkembang serta beradaptasi LOCAL WISDOM-JURNAL ILMIAH ONLINE, ISSN: 2086-3764 41
Volume: III,
Nomor: 2,
Halaman: 33 - 42, Juli 2011. Tipologi Bangunan Tua, Yohannes Firzal
terhadap lingkungan sekitarnya. Sikap dan nilai budaya merupakan faktor yang turut serta dalam membentuk dan mewarisi nilai-nilai rancang bangun yang akan terus berkembang. Variasi bentuk dan fitur elemen desain bangunan merupakan bukti nyata bagaimana nilai arsitektural tersebut dapat tumbuh dan berkembang ditengah masyarakat.
DAFTARRUJUKAN [1] Baruch Givoni., 1998, Climate considerations in building and urban design, Van Nostrand Reinhold, New York, USA. [2] Effendy, Tenas. (1986), Lambang-Lambang Dalam Seni Bangunan Tradisional Sebagai Refleksi Nilai Budaya Melayu, Pekanbaru, Published by Government of Riau Provincial. [3] Soon, Tay Kheng., 1989, Mega Cities in The Tropics, Toward An Architectural Agenda for The Future, Institute of Southeast Asia Studies, Loi Printing Pte. Ltd., Singapore. [4] Waterson, Roxana. (2009), The Living House, An Anthropogy of Architecture in South-East Asia, Singapore, Tuttle Publishing. [5] Yuan, Lim Jee. (1987), The Malay House, Rediscovery Malaysia’s Indegenous Shelter System, Pulau Penang, The Phonix Press.
LOCAL WISDOM-JURNAL ILMIAH ONLINE, ISSN: 2086-3764 42