TIPE PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PEROKOK DI SMP NEGERI 1 JATINANGOR Haeni Hartini1,Sari Fatimah1, Ai Mardhiyah1 1
Fakultas ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat
ABSTRAK Merokok merupakan penyebab kematian dini karena dapat membahayakan kesehatan dan menjadi pintu masuk pertama perilaku negatif lainnya. Godaan untuk merokok pada remaja dihubungkan dengan keadaan afektif dan gejala putus nikotin sehingga sulit untuk berhenti merokok. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk menghentikannya. Hal ini berkaitan dengan tipe perilaku merokok pada setiap orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tipe perilaku merokok pada remaja perokok di SMP Negeri 1 Jatinangor. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif menggunakan kuesioner yang berjumlah 30 item dengan 10 item setiap tipe yang terdiri dari perokok pengaruh positif, perokok pengaruh negatif, dan perokok adiktif. Sampel berjumlah 50 remaja perokok di SMP Negeri 1 Jatinangor menggunakan metode total sampel. Responden termasuk tipe perokok tertentu jika memperoleh skor tertinggi pada tipe tersebut. Hasilnya adalah sebagian responden (58%) termasuk perokok pengaruh positif, sangat sedikit responden (16%) termasuk perokok pengaruh negatif, dan sebagian kecil responden (26%) termasuk perokok adiktif. Untuk mengatasinya diperlukan identifikasi tipe perilaku merokok remaja untuk memudahkan penanganannya. Kata kunci : Merokok, remaja, tipe perilaku merokok ABSTRACT Smoking was caused early death because it was harmful for health and became first entrance for the other negative behaviors. The temptation to smoke in adolescents associated with affective state and nicotine withdrawal symptoms so that it make difficult to quit smoking. Therefore, there should be an effort to stop it. This relates to the type of smoking behavior on everyone. The aim of study was to identify type of smoking behavior in adolescent smokers at SMP Negeri 1 Jatinangor. The method used descriptive quantitative by questionnaire with 30 items and 10 items for each type consisting of positive affect smoker, negatif affect smoker, and addictive smoker. The Samples were 50 adolescent smokers at SMP Negeri 1 Jatinangor. Respondents include certain types of smokers if the highest score on that type. Result showed, half respondents (58%) as smoker, very few respondents (16%) as negative affect smoker, and a small respondents (26%) as addictive smoker. To handle it required identification type of smoking behavior in adolescent. Key Words : Adolescent, smoking, type of smoking behavior Haeni Hartini Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedamg Email:
[email protected] 085221266311 1
PENDAHULUAN Rokok adalah penyebab kematian dini yang bisa dicegah. Sudah banyak terbukti dari penelitian bahwa racun dalam rokok dapat membahayakan kesehatan seseorang (Cahyono, 2008). Menurut Partodiharjo (2006) rokok mengandung zat psikoaktif bernama nikotin dan 4000 zat kimia yang berbahaya, yaitu 20 macam diantaranya adalah racun mematikan. Pada tahun 2010, Indonesia menempati urutan ke-tiga di dunia dengan jumlah perokok terbanyak setelah China 300 juta, India 120 juta, dan Indonesia 82 juta perokok (Wahyuningsih, 2011). Telah dilakukan upaya-upaya untuk menanggulangi bahaya merokok, diantaranya pengamanan merokok bagi kesehatan dan kawasan tanpa rokok (Farida, 2009) tetapi belum berhasil untuk mengatasi bahaya merokok dan mengendalikan perilaku merokok. Masa remaja merupakan suatu periode diantara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yakni dari 10 sampai 21 tahun (Rudolph, 2006). Remaja dihadapkan dengan tekanan dari teman sebaya seperti tekanan untuk mencoba melakukan hubungan seksual pranikah, menggunakan obat terlarang, alkohol, rokok dan melakukan aktivitas-aktivitas yang membahayakan (Wong, 2009). Godaan untuk merokok pada remaja dihubungkan dengan keadaan afektif dan gejala putus nikotin (Soetjiningsih, 2004). Menurut Tomkins dan Demos (1995) ada tiga tipe perilaku merokok yang mempengaruhi perilaku merokok seseorang, yaitu perokok pengaruh positif, perokok pengaruh negatif dan perokok adiktif. Metode terapi yang dipilih untuk tiga tipe ini berbeda. Dengan penelitian Haeni Hartini Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang Email:
[email protected] 085221266311 2
ini akan diketahui tipe-tipe perilaku merokok remaja sehingga dapat diketahui metode yang tepat untuk membantu menghentikannya. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama karena seiring dengan adanya pemikiran irrasional yang merupakan karakteristik usia SMP (seperti merokok lebih macho), perlu ada upaya yang sistematis dan realistik untuk menuntun mereka supaya mampu berpikir rasional dan proposional dalam memahami suatu konteks masalah (Efendi, 2005). Dari hasil studi pendahuluan didapatkan yaitu 46 orang remaja putra perokok dan hampir semua siswa mengetahui bahaya merokok. Dari 9 orang remaja yang diwawancarai, mereka merokok setelah makan sebanyak 4 orang, merokok ketika bersenang-senang bersama teman-teman sebanyak 8 orang, dan 6 orang ketika sedang kesal. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran tipe perilaku merokok pada remaja perokok di SMP Negeri 1 Jatinangor”. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tipe perilaku merokok pada remaja perokok di SMP Negeri 1 Jatinangor. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal, yakni tipe perilaku merokok remaja di SMP Negeri 1 Jatinangor.
Haeni Hartini Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang Email:
[email protected] 085221266311 3
Definisi Konseptualnya adalah tipe perilaku merokok, yaitu beberapa jenis kepuasan dalam merokok, yaitu perokok pengaruh positif, perokok pengaruh negatif hingga perokok adiktif (Tomkins dan Demos, 1995). Definisi Operasionalnya antara lain sebagai berikut. Untuk tipe perokok pengaruh positif dibedakan menjadi tiga subtipe, antara lain merokok sebagai stimulant untuk mengalami pengaruh positif berupa kegembiraan, merokok sebagai relaxant untuk mengalami pengaruh positif kenikmatan, perokok pengaruh positif yang berhubungan dengan aspek sensorimotor, yakni apa yang dilakukan seseorang dengan tangannya dan pengaruh positif saat menyaksikan asap rokok keluar dari mulutnya. Pernyataan untuk kategori perokok pengaruh positif berjumlah 10 item. Skor dari sepuluh item ini dijumlahkan lalu dibandingkan dengan skor total dari dua tipe yang lain. Dikatakan tipe ini jika skor total tertinggi responden berada pada tipe ini. Perokok pengaruh negatif biasanya bisa menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif atau tertekan, misalnya bila marah, cemas ataupun gelisah, ketakutan, rasa malu, rasa jijik, atau gabungan dari perasaan-perasaan tersebut. Pernyataan untuk kategori perokok pengaruh negatif berjumlah 10 item. Skor dari sepuluh item ini dijumlahkan lalu dibandingkan dengan skor total dari dua tipe yang lain. Dikatakan tipe ini jika skor total tertinggi responden berada pada tipe ini. Perokok adiktif yaitu menggunakan rokok terutama untuk memenuhi keinginan tak tertahankan terhadap rokok. Perokok ini akan menambah dosis Haeni Hartini Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang Email:
[email protected] 085221266311 4
rokok yang dikonsumsi. Timbul gejala psikologis yaitu panik ketika tidak ada rokok, khawatir rokok tidak tersedia saat diinginkan. Tipe ini juga gabungan dari 2 tipe sebelumnya yaitu tipe perokok pengaruh positif dan negatif. Pernyataan untuk kategori perokok adiktif berjumlah 10 item. Skor dari sepuluh item ini dijumlahkan lalu skor totalnya dibandingkan dengan skor total dari dua tipe yang lain. Dikatakan tipe ini jika skor total tertinggi responden berada pada tipe ini atau jika terdapat 2 kategori atau lebih yang skornya tertinggi. Populasi dalam penelitian ini yaitu remaja perokok di SMP Negeri 1 Jatinangor kelas VII dan VIII yang berjumlah 50 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Jatinangor pada bulan Mei 2012. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang terdiri dari 30 pernyataan dengan jumlah pernyataan pada masing-masing indikator sama, yaitu 10 pernyataan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert dengan skor, selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2), dan tidak pernah (1) (Sugiyono, 2011). Instrumen dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti dan telah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Setelah data terkumpul, kemudian data diolah dengan cara editing, coding, entry data, dan mengeluarkan informasi (Setiadi, 2007). Setelah data diolah, data dianalisa. Skor dari sepuluh item dari masing-masing kategori ini dijumlahkan lalu skor totalnya dibandingkan dengan skor total dari dua tipe yang lain. Hasilnya berupa persentase, dengan
menggunakan rumus: = × 100% Haeni Hartini Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang Email:
[email protected] 085221266311 5
Berdasarkan nilai dari persentase di atas maka dapat diinterpretasikan hasil untuk variabel, yaitu : 0 %: tidak seorangpun dari responden, 1 – 19 %: sangat sedikit responden, 20 – 39 %: sebagian kecil dari responden, 40 – 59 % : sebagian responden, 60 – 79 %: sebagian besar dari responden, 80 – 99 %: hampir seluruh responden, dan 100 %: seluruh responden (Al Rasyid, 1994). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Karakteristik responden dari hasil penelitian disajikan dalam tabel 1.1. Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Karakteristik Responden f Tingkatan Kelas
Kelas VII Kelas VIII Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan < 1 tahun Lamanya 1-3 tahun Merokok > 3 tahun Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa dari 50
%
20 40 30 60 48 96 2 4 10 20 38 76 2 4 responden, sebagian besar
dari responden (60%) berada pada kategori tingkatan kelas VIII, hampir seluruh responden (96%) berjenis kelamin laki-laki, dan sebagian besar dari responden (76%) merokok selama 1-3 tahun. 2.
Hasil Penelitian Hasil penelitian gambaran dari tipe perilaku merokok pada remaja perokok
di SMP Negeri 1 jatinangor disajikan hasil perhitungan persentase dan kategori dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Haeni Hartini Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang Email:
[email protected] 085221266311 6
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Hasil Penelitian Gambaran Perilaku Merokok pada Remaja Perokok di SMP Negeri 1 Jatinangor Tipe Perilaku Merokok Perokok Pengaruh Positif Perokok Pengaruh Negatif Perokok Adiktif
F 29 8 13
% 58 16 26
Dari tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian responden yaitu sebanyak 29 responden (58%) memiliki tipe perokok pengaruh positif. Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Hasil Penelitian Gambaran Perilaku Merokok pada Remaja Perokok di SMP Negeri 1 Jatinangor Berdasarkan Kategori Tingkatan Kelas
Tipe Perilaku Merokok Perokok Pengaruh Positif Perokok Pengaruh Negatif Perokok Adiktif
Kategori Tingkatan Kelas VIII VII
Total
F
%
f
%
f
%
11 3 6
22 6 12
18 5 7
36 10 14
29 8 13
58 16 26
Berdasarkan tabel 1.3 dapat diketahui bahwa sebagian dari responden (36%) memiliki tipe perokok pengaruh positif berada pada kategori tingkatan kelas VIII. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Penelitian Gambaran Perilaku Merokok pada Remaja Perokok di SMP Negeri 1 Jatinangor Berdasarkan Kategori Jenis Kelamin
Tipe Perilaku Merokok Perokok Pengaruh Positif Perokok Pengaruh Negatif Perokok Adiktif
Kategori Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki F 29 6 13
% 58 12 26
Total
f
%
f
%
0 2 0
0 4 0
29 8 13
58 16 26
Haeni Hartini Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang Email:
[email protected] 085221266311 7
Berdasarkan tabel 1.4 dapat diketahui bahwa sebagian dari responden (58%) memiliki tipe perokok pengaruh positif berada pada kategori jenis kelamin laki-laki. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Penelitian Gambaran Perilaku Merokok pada Remaja Perokok di SMP Negeri 1 Jatinangor Berdasarkan Kategori Lamanya Merokok
Tipe Perilaku Merokok
Kategori Lamanya Merokok >3 tahun < 1 tahun 1-3 tahun
f Perokok Pengaruh Positif 7 Perokok Pengaruh Negatif 0 Perokok Adiktif 3 Berdasarkan tabel 1.5 dapat
Total
f % f % f % 14 22 44 0 0 29 0 7 14 1 2 8 6 9 18 1 2 13 diketahui bahwa sebagian responden
% 58 16 26 (44%)
memiliki tipe perokok pengaruh positif berada pada kategori lamanya merokok 13 tahun. 3. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian pada tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian responden (58%) memiliki tipe perokok pengaruh positif, sangat sedikit responden (16%) memiliki tipe perokok pengaruh negatif, dan sebagian kecil dari responden (26%) memiliki tipe perokok adiktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden (58%) memiliki tipe perokok pengaruh positif. Responden menggunakan rokok sebagai stimulant, relaxant, dan berhubungan dengan aspek sensorimotor. Hasil penelitian ini didukung oleh Bhenthin, Slovic, Moran, Severson, Mertz, dan Gerrard (1995) yang menyatakan bahwa alasan remaja melakukan perilaku yang mengancam Haeni Hartini Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang Email:
[email protected] 085221266311 8
kesehatan, seperti merokok adalah kesenangan atau relaksasi dan fasilitasi sosial. Selain itu, perilaku merokok remaja pengaruh positif juga terjadi karena adanya persepsi remaja tentang perokok seperti maskulin atau gentle. Menurut Bhojani, Elias, dan Devadasan (2011) persepsi positif remaja tentang perokok meliputi sukses, pandai, cerdas, canggih, macho, dan hebat. Sangat sedikit responden (16%) memiliki tipe perokok pengaruh negatif. Hal ini ditunjukkan oleh responden yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif atau tertekan, misalnya bila marah, cemas ataupun gelisah, ketakutan, rasa malu, rasa jijik. Hasil ini didukung oleh Bonaguro dan Bonaguro (1987) dalam Tyas dan Pederson (1998) yang menyatakan bahwa stres berkaitan dengan pemeliharaan perilaku merokok. Merokok merupakan sarana untuk mengatasi stres di kalangan perokok muda (Mates dan Allison, 1992 dalam Tyas dan Pederson, 1998). Sebagian kecil dari responden (26%) memiliki tipe perokok adiktif. Hal ini ditunjukkan oleh responden memiliki perilaku merokok yang menggunakan rokok terutama untuk memenuhi keinginan tak tertahankan terhadap rokok, menambah dosis rokok yang digunakan, timbul gejala psikologis seperti panik ketika tidak ada rokok, dan khawatir rokok tidak tersedia saat ia menginginkannya. Selain hanya ditunjukkan oleh ciri-ciri tersebut, responden ini juga memiliki tipe perilaku merokok yang disertai oleh pengaruh positif maupun merokok pengaruh negatif. Pada remaja, godaan untuk merokok berhubungan dengan keadaan afektif dan gejala putus nikotin (Soetjiningsih, 2004). Hal ini didukung oleh Quintero dan Haeni Hartini Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang Email:
[email protected] 085221266311 9
Davis (2002) yang menyatakan bahwa adiksi merokok pada remaja tidak hanya berhubungan dengan kebutuhan psikologis, kebiasaan dan daya tahan, tetapi juga untuk mengontrol pengaruh perasaan. Perilaku merokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Menurut Partodiharjo (2006), rokok mengandung zat psikoaktif bernama nikotin dan 4000 zat kimia yang berbahaya, yaitu 20 macam diantaranya adalah racun mematikan. Dampak pengiring lain yang sangat mengkhawatirkan adalah keberadaan perilaku merokok bisa menjadi pintu masuk pertama (first step) terhadap perilaku negatif lainnya, seperti: minum alkohol, narkoba, perilaku agresif dan destruktif (Efendi, 2005). Dampak dari perilaku merokok pengaruh positif ini yaitu para perokok tipe ini kesulitan berhenti merokok karena memiliki banyak sumber pengaruh positif lain sehingga meninggalkan merokok menimbulkan penyesalan. Dampak dari perilaku merokok pengaruh negatif yaitu, perokok karena pengaruh negatif sulit berhenti merokok karena perokok ini kembali merokok ketika ada beban pengaruh negatif yang terlalu berat. Dampak dari perilaku merokok yang adiktif yaitu, perokok adiktif paling sulit meninggalkan merokok. Kuantitas efek yang dialaminya begitu besar sehingga menjadi panik kalau tidak ada rokok yang tersedia ( Tomkins dan Demos 1995). Metode terapi yang dipilih untuk tiga tipe perilaku merokok ini secara sistematis
berbeda
Tomkins
(1966).
Untuk
perokok
pengaruh
positif,
penanganannya dengan menggunakan metode yang didasarkan pada rasionalitas dan persuasi yang efektif (Tomkins, 1966). Metode tersebut yaitu menggunakan Haeni Hartini Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang Email:
[email protected] 085221266311 10
Cognitive Behavior Therapy. Cognitive Behavior Therapy mengubah pola pikir siswa yang irrasional (seperti merokok lebih macho, dewasa, dan sebagainya) agar dapat berfikir secara rasional. Terapi ini menekankan pada variasi pengalaman belajar siswa melalui berbagai metode dan media, seperti analisis kasus, evaluasi diri, diskusi, pengajaran langsung, uji pemahaman, modeling, dan latihan menuangkan gagasan (Efendi, 2005). Untuk perokok pengaruh negatif, penanganannya menggunakan sistem teman atau terapi kelompok. Sistem untuk mengurangi frekuensi dan kepelikan sumber pengaruh negatif, cara lain membuat perasaan lebih baik, atau langsung memecahkan masalah daripada menenangkan diri saja (Tomkins, 1966). Menurut Forman dalam Grey, Boland, Davidson, Yu, Bolyai, Tamborlane (1998), salah satu bentuk terapi yang dapat digunakan, yaitu Coping skills training (CST) yang mengajarkan keterampilan coping pribadi dan sosial, sehingga membantu menangani stressor yang potensial dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dan reaksi stres yang ditimbulkannya. CST terdiri dari role-playing berbagai situasi sosial dengan menggunakan skenario untuk melatih kemampuan koping baru, sehingga pelatih (perawat) dapat memodelkan perilaku koping yang tepat. Untuk perokok adiktif, hanya metode heroik yang efektif. Hal ini mencakup metode cold turkey yaitu cara yang dilakukan dengan merokok dalam jumlah yang seperti biasa, merokok setiap hari, dan secara tiba-tiba berhenti merokok sama sekali pada hari yang sudah ditentukan (Tomkins, 1966). Selain itu, farmakoterapi bermanfaat dan aman
pada remaja pengguna
tembakau
Haeni Hartini Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang Email:
[email protected] 085221266311 11
(Soetjiningsih, 2004). Salah satu bentuk farmakoterapi yang aman digunakan bagi remaja yaitu terapi pengganti nikotin tempel (nicotine patch) yang sesuai petunjuk tenaga kesehatan. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Dari hasil penelitian dapat diketahui tipe perilaku merokok pada remaja berbedabeda. Sebagian responden memiliki tipe perokok pengaruh positif, sangat sedikit responden memiliki tipe perokok pengaruh negatif, dan sebagian kecil dari responden memiliki tipe perokok adiktif. 2. Saran a. Bagi Sekolah Pihak sekolah disarankan untuk melakukan terapi untuk mengatasi perilaku merokok berdasarkan tipe perilaku merokok tersebut bekerjasama dengan perawat setempat. Terapi untuk perokok pengaruh positif yaitu Cognitive Behavior Therapy, untuk perokok pengaruh negatif yaitu Coping skills training (CST), dan untuk perokok adiktif menggunakan farmakoterapi terapi pengganti nikotin tempel (nicotine patch). b.
Bagi Keperawatan Komunitas Dengan hasil tersebut diharapkan perawat membuat program terapi
menangani perilaku merokok berdasarkan tipe perilaku merokok yang bekerjasama dengan pihak sekolah.
Haeni Hartini Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang Email:
[email protected] 085221266311 12
c.
Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai data
awal bagi penelitian selanjutnya mengenai efektivitas Coping skills training (CST) untuk menangani tipe perokok pengaruh negatif. DAFTAR PUSTAKA Alrasyid.
1994.
Dasar-Dasar
Statistika
Terapan
(Penyunting:
Teguh
Kismantoroadji, dkk). Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjdjaran. Bhenthin A, Slovic, P, Moran, P, Severson, H, Mertz, C.K, Gerrard, M. 1995. Adolescent Health-threatening and Health-enhancing Behaviors: A Study of Word Association and Imagery. USA: Journal of Adolescent Health Volume 17. Available at http://www.sciencedirect. com (diakses 19 Juni 2012). Bhojani, U. M, Elias, M. A & N, Devadasan. 2011. Adolescents’ Perceptions About Smokers in Karnataka, India. India: BMC Public Health doi:14712458/11/563. Available at: http://search.proquest.com (diakses tanggal 18 Juni 2012) Cahyono, J. B. S. B. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta: Kanisius. Efendi, M. 2005. Penggunaan Cognitive Behavior Therapy untuk Mengendalikan Kebiasaan Merokok di Kalangan Siswa Melalui Peningkatan Perceived Self Efficacy Berhenti Merokok. Malang: Jurnal Pendidikan dan fkbud~ Haeni Hartini Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang Email:
[email protected] 085221266311 13
yann, No. 056, Tahun Ke-11 Available at http://jurnal.pdii.lipi.go.id (diakses 28 September 2011). Farida, N. 2009. Bad and Good Habit Kebiasaan untuk Tetap Sehat. Jakarta: Grasindo. Available at http://books.google.co.id (diakses 20 Januari 2012). Grey, M, Boland, E. A, Davidson, M, Yu, C, Bolyai, S. S, Tamborlane, W. V. 1998. Short-Term Effect of Coping Skills Training as Adjunct to Intensive Therapy in Adolescents. PsychosociaI Research. Available at : http://care. diabetesjournals.org (diakses 18 Juli 2012) Partodiharjo, S. 2006. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Jakarta: Esensi. Quintero, G. & Davis, S. 2002. Why Do Teens Smoke? American Indian and Hispanic Adolescents’ Perspective on Functional Values and addiction. Prevention Research Center University of New Mexico. Available at: http://search.proquest.com (diakses tanggal 18 Juni 2012) Rudolph, A. M. et al. 2006. Buku Ajar Pediatri vol 1. Alih bahasa A. Samik Wahab, Moeljono Trastotenojo, Brahm U. Pendit, Awal Prasetyo, dan Sugiarto. Jakarta: EGC. Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Haeni Hartini Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang Email:
[email protected] 085221266311 14
Tomkins. S. S. 1966. Psychological Model for Smoking Behavior. New York: National Institute of Mental Health doi 1-K6-MH-23, 797-01. Available at http://ajph.aphapublications.org (diakses 20 Maret 2012) Tomkins. S. S & Demos. E. V. 1995. Exploring Affect: The Selected Writings of Silvan S. Tomkins Studies in Emotion and Social Interaction. New York: Cambridge University Press. Available at http://books.google.co.id (diakses 5 Maret 2011) Tyas, S. L dan Pederson, L. L. 1998. Psychosocial Factor Related to Adolescent Smoking: A Critical Review of The Literature. An International Peerreviewed Journal for Health Professionals and Others in Tobacco Control doi:10.1136/tc.7.4.409
Available
at
http://bmj-tobacco.highwire.org
(Diakses 14 Juli 2012) Wahyuningsih, M. 2011. Kenapa Jumlah Perokok Indonesia Masih Tertinggi Ketiga di Dunia? Available at http://health.detik.com (Diakses 20 Februari 2012) Wong, D. L, Eaton, M. H, Wilson, D, Winkelstein, M. L, Schwartz, P. 2009. Buku Ajar keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Agus Sutarna, Neti Juniarti, dan H.Y. Kuncara. Jakarta: EGC.
Haeni Hartini Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang Email:
[email protected] 085221266311 15