TINJAUAN PUSTAKA
Pengenalan Fungi
Fungi Pelapuk Kayu Dekomposisi kayu/tanaman adalah bagian terpenting dalam siklus karbon di alam. Proses dekomposisi disebabkan oleh fungi, insekta yang menggunakan kayu sebagai makanan atau shelter. Kandungan Lignin dalam kayu menjadi bahan utama untuk proses dekomposisi enzim dari selulosa dan hemiselulosa. Pada prinsipnya, kayu mengandung bahan organik tertinggi, dan kayu tidak dapat dipisahkan dari tanaman yang selalu mengikuti siklus dan proses fotosintesis alam. Ketika kayu sudah mati, maka fungi dan organisme pengurai lainnya berperan dalam penguraian bahan kayu tersebut melalui proses biosintetik dan biodekomposisi. Istilah dekomposisi dan degradasi disini digunakan lebih menekankan pada proses konversi satu atau lebih struktur polimer dari kayu menjadi partikel atau struktur yang lebih sederhana (Murtihapsari, 2008).
Pelapukan oleh Fungi Pembusuk Cokelat Pelapukan yang disebabkan oleh fungi ini mengakibatkan terjadinya degradasi polisakarida yang agak selektif dan juga lignin menjadi sasaran utamanya. Dalam kayu yang mengalami pembusukan cokelat berat, kerangka lignin tetap utuh. Penembusan kayu oleh hifa terjadi melalui jari-jari, kemudian menyebar ke noktah kayu kemudian menembus dinding-dinding sel dengan cara melubangi atau melalui mikrohifa. Hifa yang tumbuh dalam lumina sel sangat berdekatan dengan dinding tersier. Meskipun diketahui terdapat berbagai gejala yang memberikan indikasi degradasi dinding sel yang dimulai pada lumen,
Universitas Sumatera Utara
mungkin saja kantong-kantong pelapukan mendapatkan lisis karbohidrat di dalam dinding-dinding sekunder (Murtihapsari, 2008).
Pelapukan oleh Fungi Pembusuk Putih Fungi pembusuk putih menyerang kayu lunak dan terutama kayu keras dengan pilihan pada lignin. Ada beberapa enzim-enzim pendegradasi lignin berkembang biak dan enzim-enzim untuk mendegradasi pectin, poliosa dan bahkan selulosa. Hifa fungi-fungi mesuk ke dalam jaringan kayu melalui selaput noktah dan melalui dinding-dinding sel dengan membentuk lubanglubang pengeboran. Dalam kayu akar spruce dapat dilihat bahwa hifa Heterobasidion annosum cenderung tumbuh dari jari-jari floem masuk ke dalam jari-jari kayu dan dari sini kearah lateral masuk ke dalam trakeid di dekatnya (Peek dkk, 1972) dalam (Murtihapsari, 2008).
Pelapukan oleh Fungi Pembusuk Lunak Fungi pembusuk lunak mengandung enzim-enzim yang mendegradasi semua komponen dinding sel. Fungi ini berbeda dari fungi pembusuk coklat dan pembusuk putih karena tumbuh terutama di dalam dinding-dinding sel. Kayu diserang oleh hifa yang tumbuh melalui jari-jari dan pembuluh, dapat menembus ke dalam lumina trakeid atau serabut-serabut. Sedikit pembusuk lunak yang dapat menyerang dinding tersier trakeid kayu lunak, sedangkan pada umumnya dindingdinding tersier mudah diserang. Degradasi bahan dinding dapat dilihat dengan kenampakan zona lisis pada kedua sisi hifa. Penyerangan dinding-dinding sekunder, terutama pada trakeid kayu lunak, lubang-lubang kecil atau lubang hifa dibentuk yang melubangi dinding-dinding sel dalam lateral. Di dalam dinding-
Universitas Sumatera Utara
dinding sel pertumbuhanpertumbuhan hifa mengikuti arah fibril-fibril dan memproduksi lubang besar yang khas (Murtihapsari, 2008). Secara umum pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh substrat, kelembaban, suhu, derajat keasaman substrat (pH), dan senyawa-senyawa kimia di lingkungannya. 1. Substrat, merupakan sumber unsur hara utama bagi fungi, substart ini
baru
dapat
dimanfaatkan
oleh
fungi
setelah
fungi
mengekskresikan enzim-enzim ekstraseluler, enzim ini dapat menguraikan senyawa-senyawa yang lebih sederhana. 2. Kelembaban, faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi, fungi dapat hidup dalam kisaran kelembaban udara 70-90%. 3. Suhu, kisaran suhu lingkungan yang baik untuk pertumbuhan fungi tergantung dari masing-masing jenis fungi, karena setiap fungi memiliki kriteria suhu sendiri yang baik bagi perkembangan spora. 4. Derajat keasaman lingkungan, pH substrat sangat penting untuk pertumbuhan fungi, karena enzim-enzim tertentu hanyan akan menguraikan suatu substrat sesuai dengan aktifitasnya pada pH tertentu yaitu umumnya berada pada pH di bawah 7. 5. Bahan kimia, banyak bahan kimia yang terbukti dapat mencegah pertumbuhan fungi, sehingga banyak digunakan oleh manusia sebagai pembasmi fungi (Sutedjo dkk,1991).
Deskripsi Jenis Fungi Dekomposer Ada beberapa jenis fungi yang tergolong ke dalam jenis fungi dekomposer antara lain adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Curvularia sp. Kingdom
:
Fungi
Divisio
:
Ascomycota
Sub-divisio :
Deuteromycotina
Clas
:
Euascomycetes
Ordo
:
Pleosporales
Famili
:
Pleosporaceae
Genus
:
Curvularia (Doctorfungus, 2007)
Curvularia adalah fungi dematiaceous yang berserabut. Di daerah tropis atau subtropis, kebanyakan spesies Curvularia adalah patogen fakultatif yang banyak terdapat di tanah, tumbuhan sereal, dan di daerah yang beriklim sedang hanya sedikit yang ditemukan. Selain menjadi kontaminan, Curvularia dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan hewan (Doctorfungus, 2007).
Bentuk Makroskopik Curvularia sp. Curvularia berkembang cepat pada media Potato Dekstrose Agar (PDA) pada suhu 25° C, dan menghasilkan koloni berupa wol. Pada awalnya warna permukaan koloni fungi, adalah putih ke abu-abu sampai kemerah-merahan dan beralih ke cokelat atau hitam setelah koloni dewasa. Dan warna belakang pada medianya adalah bewarna coklat gelap hingga hitam (Doctorfungus, 2007).
2. Aspergillus sp. Kingdom
:
Fungi
Divisio
:
Eumycota
Sub-divisio :
Ascomycotina
Universitas Sumatera Utara
Clas
:
Plectomycetes
Ordo
:
Eurotiales
Famili
:
Eurotiaceae
Genus
:
Aspergillus (Doctorfungus, 2007).
Aspergillus adalah fungi yang berserabut, kosmopolitan dan dapat temukan dimana-mana, antara lain dari isolasi tanah, sisa-sisa tanaman, dan lingkungan udara serta di dalam ruangan. Sementara di beberapa negara hanya beberapa fungi Aspergillus spp yang telah di golongkan ke dalam teleomorphic dan yang lain-lainnya di golongkan menjadi mitosporic, dan tanpa diketahui produksi spora seksualnya (Doctorfungus, 2007).
Bentuk Makroskopik Aspergillus sp. Bentuk makroskopik adalah bentuk yang dapat dilihat dengan kasat mata yang merupakan hal utama dalam identifikasi suatu spesies, antara lain adalah tingkat pertumbuhan, warna koloni, dan ketahanan terhadap suhu. Bentuk koloni Aspergillus memiliki ciri berupa berbulu halus yang menyerupai serbuk di atas permukaannya. Warna permukaan dapat bervariasi, tergantung pada spesies, dan sebagian besar isolat memiliki warna kuning pucat dan kuing tua pada bagian belakang atau bagian bawah dari cawan Petri. Namun, pada jenis Aspergillus nidulans terdapat warna ungu pada daerah di sekitar warna kuning lansat, dan pada Aspergillus versicolor terdapat warna oranye pada daerah di sekitar warna ungu. Aspergillus memiliki suatu koloni yang unik yaitu koloni Aspergillus fumigatus yang merupakan fungi sangat toleran terhadap suhu dan dapat tumbuh baik pada suhu di atas 40 ° C (Doctorfungus, 2007).
Universitas Sumatera Utara
3. Penicillium sp. Kingdom
:
Fungi
Divisio
:
Eumycota
Sub-divisio
:
Ascomycotina
Clas
:
Plectomycetes
Ordo
:
Eurotiales
Famili
:
Euroticeae
Genus
:
Penicillium (Doctorfungus, 2007).
Bentuk Makroskopik Penicillium sp. Koloni Penicillium adalah koloni yang cepat tumbuh dengan stekstur, datar, berserabut, dan beludru, berupa wol, atau kapas. Pada awalnya warna koloni-koloni bewarna putih kemudian berubah warna menjadi berwarna biru dan hijau, abu-abu hijau, abu-abu kuninglansat, kuning atau merah muda. Dapat tumbuh pada suhu 250 - 370 C (Doctorfungus, 2007).
4. Trichoderma sp. Kingdom
:
Fungi
Divisio
:
Amastigomycota
Sub-divisio
:
Deuteromycotina
Clas
:
Deuteromycetes
Ordo
:
Moniliales
Famili
:
Moniliaceae
Genus
:
Trichoderma (Doctorfungus, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Trichoderma adalah fungi berserat yang penyebarannya terdapat secara luas di dalam tanah, vegetasi yang membusuk, dan kayu. Fungi ini dapat berkembang dengan baik pada suhu 25-30° C, tapi tidak akan dapat tumbuh pada suhu di atas 35° C. Pada awalnya koloni berbentuk transparan terutama pada media seperti agar-agar tepung jagung atau lebih putih pada media agar-agar kentang (PDA). Miselium biasanya tidak jelas pada agar-agar tepung jagung, bentuk konidia biasanya dalam satu minggu sudah terbentuk dan berkumpul seperti gumpalan yang padat dengan warna hijau atau kuning (Wikipedia, 2009)
Deskripsi Perombakan Bahan Organik Bahan organik tersusun dari atas bahan-bahan yang sangat beraneka berupa zat yang berada dalam jaringan tumbuhan dan hewan. Penyusun organik jaringan tumbuhan menjadi 6 kategori besar: 1. Selulosa yang merupakan penyusun kimiawi terbanyak dengan jumlah 15-60% berat kering. 2. Hemiselulosa 10-30%. 3. Lignin 5-30% 4. Fraksi yang larut air sebanyak 5-30% mencakup gula, asam amino, dan asam alifatik. 5. Fraksi yang larut dalam larutan eter dan alkohol dalam jumlah yang sedikit, terdiri atas lemak, lilin, damar, dan sejumlah pigmen. 6. Protein dalam jumlah terbatas tempat N dan S tumbuhan banyak berada di dalam strukturnya (Alexander, (1961) dalam (Notohadiprawiro, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Fase Perombakan Bahan Organik Perombakan bahan organik dibedakan menjadi tiga fase, yaitu: 1. Fase biokimia awal yang terjadi di sekitar jaringan makhluk yang mati. Proses biokimia berlangsung dengan hidrolisis dan oksidasi. Hidrolisis memecahkan secara parsial senyawa amilum menjadi gula dan protein menjadi peptida dan asam amino. Oksidasi menguraikan senyawa cincin fenol menjadi senyawa yang memiliki warna (daun dan jerami berubah warna). 2. Pemecahan mekanik menjadi bagian-bagian kecil oleh meso-dan makrofauna dengan gigitan, kunyahan, dan cernaan. 3. Penguraian mikrobiologi oleh semua organisme heterotrofik dan saprofik, baik flora maupun fauna. Proses yang terlibat adalah enzimatik dan oksidasi. Penguraian enzimatik senyawa rumit menjadi yang lebih sederhana sebagian digunakan organisme untuk membangun tubuh, akan tetapi terutama digunakan sebagai sumber energi (Schroeder, 1984) dalam (Bastoni, 1999). Kecepatan bahan-bahan tanaman didekomposisi dipengaruhi oleh: 1. Kandungan lignin dan lilin yang rendah 2. Kehadiran sejumlah supply nitrogen yang tersedia 3. Keadaan pH 4. Kelembaban 5. Temperatur 30-350 C pada kondisi aerob (Budianta, 1988).
Universitas Sumatera Utara
Manfaat Mikroba Bagi Kesuburan Tanah
Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), Fosfat (P), dan Kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba tanah. Hara N sebenarnya tersedia melimpah di udara. Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung diserap oleh tanaman. Tidak ada satupun tanaman yang dapat menyerap N langsung dari udara. N harus difiksasi/ditambat oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dengan tanaman dan ada pula yang hidup bebas di sekitar perakaran tanaman. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman. Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara tanaman adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Hara P sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada bahan organik yang sukar larut. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari bahan organik dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Zerowilia lipolitika, Pseudomonas sp, Bacillus megatherium var. Phosphaticum. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K. Beberapa mikroba tanah juga mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. (Sutedjo dkk,1991).
Universitas Sumatera Utara
Manfaat Mikroba Fungi bagi Tanaman Fungi yang bermanfaat bagi tanaman disebut dengan Mikoriza. Istilah mikoriza diambil dari Bahasa Yunani yang secara harfiah berarti fungi (mykos = miko) dan akar (rhiza). Fungi ini membentuk simbiosa mutualisme antara fungi dan akar tumbuhan. Fungi memperoleh karbohidrat dalam bentuk gula sederhana (glukosa) dari tumbuhan. Sebaliknya, fungi menyalurkan air dan hara tanah untuk tumbuhan. Mikoriza merupakan fungi yang hidup secara bersimbiosis dengan sistem perakaran tanaman tingkat tinggi. Walau ada juga yang bersimbiosis dengan rizoid (akar semu) fungi. Asosiasi antara akar tanaman dengan fungi ini memberikan manfaat yang sangat baik bagi tanah dan tanaman inang yang merupakan tempat fungi tersebut tumbuh dan berkembang biak. Fungi mikoriza berperan untuk meningkatkan ketahanan hidup bibit terhadap penyakit dan meningkatkan pertumbuhan (Hesti & Tata, 2009) dalam (Novriani & Madjid, 2009). Berdasarkan struktur dan cara cendawan menginfeksi akar, mikoriza dapat dikelompokkam ke dalam tiga tipe : 1. Ektomikoriza Ektomikoriza mempunyai sifat antara lain akar yang kena infeksi membesar, bercabang, rambut-rambut akar tidak ada, hifa menjorok ke luar dan berfungsi sebagi alat yang efektif dalam menyerap unsur hara dan air, hifa tidak masuk ke dalam sel tetapi hanya berkembang diantara dinding-dinding sel jaringan korteks membentuk struktur pada jaringan.
Universitas Sumatera Utara
2. Ektendomikoriza Ektendomikoriza merupakan bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza yang lain. Ciri-cirinya antara lain adanya selubung akar yang tipis berupa jaringan, hifa dapat menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteknya. Penyebarannya terbatas dalam tanah-tanah hutan. 3. Endomikoriza Endomikoriza mempunyai sifat-sifat antar lain akar yang kena infeksi tidak membesar, lapisan hifa pada permukaan akar tipis, hifa masuk ke dalam individu sel jaringan korteks, adanya bentukan khusus yang berbentuk oval yang disebut Vasiculae (vesikel) dan sistem percabangan hifa yang disebut arbuscules (arbuskul) (Brundrett, 2004). Mikoriza dikenal dengan fungi tanah karena habitatnya berada di dalam tanah dan berada di area perakaran tanaman (rizosfer). Selain disebut sebagai fungi tanah juga biasa dikatakan sebagai fungi akar. Keistimewaan fungi ini adalah kemampuannya dalam membantu tanaman untuk menyerap unsur hara terutama Phosphates (P). Mikoriza merupakan suatu bentuk hubungan simbiosis mutualistik antar cendawan dengan akar tanaman. Baik cendawan maupun tanaman sama-sama memperoleh keuntungan dari asosiasi ini. Infeksi ini antara lain berupa pengambilan unsur hara dan adaptasi tanaman yang lebih baik. Dilain pihak, cendawan pun dapat memenuhi keperluan hidupnya (karbohidrat dan keperluan tumbuh lainnya) dari tanaman inang (Syib’li, 2008) dalam (Novriani & Madjid, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Mikoriza berpengaruh terhadap: 1. Adanya peningkatan absorpsi hara, sehingga waktu yang diperlukan untuk mencapai akar lebih cepat. 2. Meningkatkan toleransi terhadap erosi, pemadatan, keasaman, salinitas. 3. Melindungi dari herbisida. 4. Memperbaiki agregasi partikel tanah (Rao, 1994).
Deskkripsi Tanah Gambut Tanah gambut terbentuk dari bahan organik dari tanaman-tanaman yang tergenang air yang terurai secara lambat. Gambut yang terbentuk terdiri atas berbagai bahan organik tanaman yang membusuk dan terdekomposisi pada berbagai tingkatan. Ciri-ciri khas dari lahan gambut adalah mempunyai kandungan bahan organik yang sangat tinggi lebih dari 65%. Gambut yang terjadi di daerah-daerah hutan rawa kandungan haranya rendah, pH rendah sekali atau asam sekali (gambut oligotrop), gambut akan mengkerut apabila keadaannya menjadi kering, permukaannya akan turun, ketebalan berkurang, dan mudah terbakar. Kedalaman lahan gambut dapat mencapai lebih dari 15 m. Umumnya, kawasan gambut berbentuk kubah yang tebal pada bagian tengah dan menipis pada bagian tepi yang biasanya terdapat pada daerah-daerah pinggiran sungai atau tanah gambut berada diantara dua buah aliran sungai. Ketebalan gambut dipengaruhi oleh keadaan lingkungan di sekitar lahan gambut sendiri, dibeberapa rawa yang berada pada ketinggian 1 - 2 m dari permukaan laut, dan di wilayah pesisir ketebalan gambut sekitar 0,5 - 2,0 m (Noor, 2001).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tingkat dekomposisinya, gambut dibedakan menjadi 4 yaitu gambut seratan (gambut mentah yang paling sedikit terombak atau fibrik), gambut lembaran (folik) yang terdiri atas dedaunan dan ranting-ranting yang terombak sebagian (merupakan busukan atau seresah), gambut hemik (terombak sedang), dan gambut saprik (terombak paling matang) (Darmawijaya, 1980). Tanah gambut Indonesia mempunyai pH berkisar antara 2.8 - 4.5 dengan ketersediaan unsur-unsur makro, N, P, K serta sejumlah unsur mikro pada umumnya juga rendah. Gambut Indonesia memiliki karbohidrat yang sangat rendah, dan sifatnya berbeda dengan gambut yang berada di daerah subtropis. Lahan gambut di Indonesia pada umumnya telah diusahakan sebagai lahan pertanian oleh penduduk lokal, bahkan akhir-akhir ini pembukaan lahan gambut meningkat akibat kebutuhan untuk ekstensifikasi usaha pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan (Darmawijaya, 1980).
Karakteristik Gambut Gambut mempunyai karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh jenis tanah yang lain. Sifat fisik yang dimiliki tanah gambut adalah mampu menyerap air yang sangat tinggi. Sebaliknya apabila dalam kondisi yang kering (kering berkelanjutan), gambut sangat ringan dengan berat volume yang sangat rendah (0,1 - 0,2 g/cm3) dan mempunyai sifat hidrofobik (sulit) menyerap air dan akan mengambang apabila terkena air. Pada kondisi demikian gambut dapat mengalami amblesan (subsidensi) dan mudah terbakar. Sedangkan sifat kimianya, gambut sangat tergantung pada jenis tumbuhan yang membentuk gambut, keadaan tanah dasarnya, pengaruh luar (seperti endapan sungai/banjir, endapan vulkanis) dan sebagainya. Ada dua kriteria utama yang mempengaruhi sifat kimia gambut yaitu:
Universitas Sumatera Utara
(1). Sifat dan asal tanaman yang terombak dan (2). Tingkat dekomposisi (Noor, 2004).
Deskripsi Pohon Banio / Meranti Batu (Shorea platyclados)
Taksonomi dan Penyebaran Shorea platyclados Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub-divisio
: Angiospermae
Clas
: Dicotyledone
Ordo
: Periatales
Famili
: Dipterocarpaceae
Genus
: Shorea
Sub genus
: Red Shorea
Species
: Shorea platycladosv.Slooten exFoxw (Arkive, 2009)
Shorea platyclados memiliki beberapa nama, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama banio, nama meranti batu (Sumatera Utara), meranti cingham (Sumatera Bagian Timur), ketir (Klimantan Selatan), meranti bukit (Malaysia) dan umumnya dikenal dengan meranti merah tua, karena warna dari kayunya yang merah tua ( Newman dkk, 1996) dalam (Irmayuni, 2004). Penyebaran S. platyclados meliputi Semenanjung Malaysia, Sumatera, Sarawak (Lembah Rajung kea rah timur laut), Brunei, Sabah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah. Jenis ini banyak ditemukan di hutan pegunungan dataran tinggi hingga 1800 mdpl di Sumatera ( Newman dkk, 1996) dalam (Irmayuni, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Morfologi Bunga memiliki daun mahkota kuning pucat, benang sari berjumlah 15. Kelopak buah memiliki tiga sayap panjang dan sayap pendek. Sayap panjang berukuran 5,2 – 8,3 cm x 0,9 – 1,5 cm dan sayap pendek 1,9 – 5,8 cm x 0,3 – 0,8 cm. Buah berukuran 7 – 16 mm x 6 – 12 mm. Ranting berbentuk pipih. Tangkai daun berukuran 0,9 – 2 cm. Daun berbentuk lanset dengan ukuran 6,1 – 13,1 cm x 6 – 13,1 cm x 2,2 – 4 cm. Pada bagian perakaran terdapat banir yang tinggi mencapai 4 m dan membentang. Permukaan pepagan merah tua hingga coklat, berlekah sempit dan dalam, lekahan-lekahan mencapai panjang 1 m, lebar 2 cm, dan dalamnya mencapai 1,5 cm, bewarna coklat, pepagan dalam berserat, coklat merah di sebelah luar hingga coklat kuning pada cambium, kayu gubal cukup keras, kuning jerami, kayu teras merah tua hingga merah. Sistem perkaran dalam, dengan banyak akar utama melandas membentuk pohon yang sangat kokoh dan tahan akan tiupan angin ( Newman dkk, 1996) dalam (Irmayuni, 2004). Pohon dari marga Dipterocarpaceae mendominasi dataran hutan hujan tropis Asia Tenggara, dan batang yang lurus, tinggi bebas cabang (TBC) yang tinggi dan kayu yang keras menjadikan kayu ini menjadi favorit dan banyak di eksploitasi, Pohon-pohon dari genus Shorea dianggap terbesar dari marga Dipterocarpaceae dan paling penting dalam hal nilai ekonomis. Spesies banio atau meranti batu ini adalah salah satu dari beberapa spesies Shorea, yang telah dikelompokkan ke dalam Subgenus Red shorea, yang umum dikenal sebagai meranti merah tua, karena warna kayunya yang merah tua. Kelompok ini ditandai dengan pohon yang besar dan tinggi mencapai ketinggian 70 m, dengan batang yang lurus dan silindris (Arkive, 2009).
Universitas Sumatera Utara