TINJAUAN PUSTAKA Ib)la Asuh Makan Anak Rnlita
Pads awal ltehidupannya. seorang anal\ lidak dapat berusaha sendiri i~ntuk
~nendapatkanapa yang dibutulihan guna kela~issi~ngan Iiidupnya. Dalani keluarga, piliak yarig pertania ltali bertanggiing jawab &us terwujudnya ltesejahteraan anak adalah orang tna.
Kegagalan peranan orang tila dalaln mengasuh anak, dengall
sendirinya akan mempc~igaritliikese.jahteraan anal\. Hi~bunganibu tlnn anak merupaltan interciltsi sosial yang pertama kali dialaliii oleh anak, kemudian meluas dengan ayah, anggota kelilarga lain atau pengasuh. Dari hasil pcnclitian di daerali pcdc\aan niaupun pcrl\otaan di DKI Jaya ternyata peran 4corang ibu sebagai pcnibuat kcptitusan pclaIt\:rnaan dalam pengasuhan analt liiasih \angat mcno~i.jol.
I'ola asuk sebagai pralttch pengasuhan anak melipitti banyak aspek, salah satunya adalah pola asi~lipenibcrian makan. Menurut Karyadi (1985), pola asuh maltan adalah pralttek-praktek pengasuhan yang diterapkan oleh ibil kepada anak yang berkaitan dengan pelnberiali maltan.
Tu,juan memberi makan pada anak ialah
untuk menieni~liikebutuhan zat giyi yang cukup dcmi kelangsungan hidup, pemulilian Itesehatan, aktivitas pertunibuhan dan perkembangan.
Menurut Suhardjo ( 1 989),
ti!juan pcnibcrian mr~kan balita dalaln rilang lingltup keluarga (lingkungan mikro) mencal
i~titukmembina kebiasaan dan pcrilaku makan. memilih dan mcnyukai makanan yaiig baik, sehat dan dibenarkan ole11 ltcyakinan/agama orang tua lnasing-masing; (c) aspek psiltologis, yaitu ~~ntirlt membesikan kepuasan I.repada anak dan irntuk memberikan Itenikmatan yang lain );*;~gbeskaitan denglin anal,. I'ola asuh makan yang baik adalah yang menunjang terpenuhinya k e c ~ ~ k i ~ p a n gizi dan sebaliknya pola asuh makan yang burilk adalah yang menghambat terpenuhinya I<ecukupan gizi.
Makanan yang diberikan kepada anak seharusnya
memadai dalam lial: 1 ) Icuanti~as dan kualitas rnakanan, 2) serasi dengan tahap ~ ~ e r k e ~ i i b a ~anal<, i g a ~ i3) cara pengatusan dan pc~nberianmakanan yang benar. Agar ~llcnimbull\ansclcra. mnka lial jang peslu cfipcshatiltan adalah I ) ltebersihan, yaitir piring-pising dan tcmput sekelilingnya; 2) kcsapillan dan kcindahan, yaiti~ clala~n I\onibinasi warna dan 3) sunsana \vnIttu maltan (5~1hardj0,1989). f3agi ibu yang I~i.ltcrja, tvaktu yang digirnakan rrntuk bekerja diluar r~lmali tangga selatna 8 jam sehari, sedangkan para ibu yang tidak bekesja mempnnyai waktu 16 ,jam sehari untuk
~ I L ' ~ ~ L I SsL~I~S m at ihrigganya.
Oleh karena itu, bagi ibu yang
belterja, waktir untuk mcngasuli anak balitanya makin sedikit, maka pengasuliannya diberikan pada penggan~iibu. Stt~fusGizi Anak Ralita Delinisi stalus gizi menur.ut Ilisektoral Ilina Gizi Masyarakat adalah lteadaan Itesehatan fubuh seseorang atau sel<elompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyesapan (absorbsi) dan penggunaan (i//ilizcr/io17)zat gizi makanan yang ditentultan berdasarkan ukuran tertentu. M e n ~ ~ r uHermana t ( 1993), status gizi merupakan hasil
tnasukan zat gizi makanan dan petnanfaatannja di dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik, diperlukan parigan yang niengandung 7at gizi cukup dan aman untuk dikonsumsi. Biia terjadi gangguali kesehatan, rnaka pemanfaatan zat gizipun altan terganggu. Selain f'i&tor konsi~msimakana11dan faktor infeksilkesehatan, Eligle, Menon, dan Haddad ( 1 997) menambahkan faktor Itetersediaan sulnberdaya keluarga seperti pendidikan dari pengetak~lanibi~,pendalxrtan keluarga, sanitasi dan keseliatan runiali. ke~crscdiaanwakti~scrta drrkungan ayah. sebagai faktor yang lnernpengaruhi status gi7i. Anal, hulita nlc~.t~pali:\~l r;~lliipan I\cliiclulx~nynng sangnt mencntultan Itualilus si~mbcrdnyn~iiunilsiani:rsa mcncli~liing. Anuk bal~tnyang bcrgi/i Icbih
hilt
dan sclial
Icbili bcrpeluang ~iicmpunynikeni:lmpuan nien~aldan intelektital yang lebili baik dan nicmpunytii usin harapan hidup dnn waktu produktif yarig lel)ih tinggi (FNB-NAS, IOC)O). Oleh I\arena itu. perhatian altan pemel~uliaii keci~ltupan gizi dan hescliatan
anal< balita menjodi somakin pcnting. Cukup beralasan baliwa salah satit tujuan kebijakan pangan dan gizi di Indonesia adalali perbaikan mutu gizi makanan p e ~ ~ d ~ ~khususnya d ~ ~ l i . golongan r:i\\an gizi seperli unak bawah lima tahun. Sediaoetama
(1996)
menyatakan
bahwa
beberapa
ha1
yang
dapat
menyebabltan anak balita sering mendet-ita kekuwngan gizi, antara lain : I . la berada pada periode transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa,
schingga rnasih memerlukan adaptasi. 2. la dianggap kelompok umi~ryang bclum bcrguna bagi keluarga, karena belum dapat ikut membantu menambah Itebutulian keluarga, bail< berupa tenaga atau kesanggupan kerja untuk menanibah keuanga~l.
3. Pemeliliaraan anak usia balita lebih sering cliserahkan kepada saildaranya yang
lebih tua, padahal tnereka beluln cilkup pengalaman dan keteranipilan untuk mengi~rusanak.
+,
4. Kadang-kadang si iba ;~lclah rnc~l~punqdi anal\ lteril lagi atau sudah bekerja peni~h ''
sehingga tidak dapat lagi memberikan perhat inn kepada anak bal itanya 5 . Anak balita beluln dapat mengurus dirinya sendiri dengan baik, makanannya masih dijatali olch yang mengurusnya. 4ehingga kualitas makanan yang dil\o~is~~msinyaiisi~iy~ tcrg:~n(ungI\cl~adnyang nicngilsusnya 6 . Anal< balita helu~ii dapat mcngliindari Itontlisi yang memberikan infeksi atail
penyaliit lain. I'enilaian status g i ~ idapat dilakukan dcilgan berbagai cara. Cara mana yang altan digunaltan sangat tergantung pada tahapan dan keadaan gizi dari anak balita yang dinilai status gi/inya.
Mcnilrut Roedj i ~ o( 1 989). peni laian tersebut dapat
dilaliulian dengan 4 (ellipat) cara. jaitu : I . Penilaian secara klinis, yaitt~ n~empelajari d a ~ imengevaluasi tanda lisik yang . . ditimbulkan sebagai akibat gangguan Itcschatan dan penyakit kurang glzl.
I'enilaian dengan cwra ini sulit dalam pembahuannya, sering sangat subyektif, dan tergolong ~iiahal. 2. I'cnilaian 5ccat-a hiokiniia gi/i, yaitu mcnllai status gizi seseorang dengan tcs
laboratoriuni. Car11 ini adalali paling obycl\til' dan tcliti, altan tctapi biayanyu malial dan tergantung pula pada fasilitas lahoratorium, 3. Penilaian biofisik, yaitu menilai status g i ~ im e o r a n g dengan melihat topografi
tilbuh.
4. Penilaian antropo~iietri,yaitu ~nenilaistatus gizi seseorang berdasarkan ~lkuran
fisiknya, cara ini diaki~isebagai indeks yang baik dan dap:it cliandalkan, biayanya murah dan peralaian~iy~i sederhana.
Penilaian ini melip~~ti pengukuran berat
terhadap umilr, tinggi bidan tcrhadap ui~iur.lingkar lengan atas, lingkar dada, dan lingkar kepala. Dalarn ha1 ini Sediaoetama (1996) menambahkan tebal lipatan ltulit di bawali lengan atas dan di tempal-tempat tertentu tubuh dapat juga digunakan scbagai i~idikatoru n t u k menilai stat us gizi seseorang. Dari Iceempat cara penilaian tcrsebut. antropometri merupakan cara yang paling sederhana dan praktis (Kliumaidi, 1 9 0 7 Hal ini disebabkan pengukuran dengall antropometri tidak memerlukan pusalatan yang Itompleks, prosedur pemeriksaannya lebih mudah, di sarnping itu hat-ga peralatannya n~urah. Antropometri n~cst~pakali metode pengul\i~ranstatus gizi secara langsung dan yang paling umum digunnl\an iintuk inenilai dua inasalah gizi utama, yaiti~masalah giri kurang (terutama pada anak-nnak dan wanitu hamil) dan masalah gizi lebih pada semua kelonipolt Llmur (Jelliffe & Jelliffe, I ) . Pengukuran ini merefleltsiltan pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuli.
Pengukuran antropometri juga
digunalinn ilntuk niemperkiralcan pcrtumbulia~i clan perke~nba~iganfisik Itliususnya pada anak-anali bcl.usi;i nilida dan mcrupaltan i~iclikatoryang paling luas digunakan u n t u l i n~engulturstatus gizi masyarakat (WHO. 1900b).
Menunit Suhardjo dan Riyadi ( 1990). pengukuran status gizi dengan nicnggunakan antropometri dapi~t niemberiltan gainbaran tentang status Itonsumsi cnergi dan protein seseorang. Oleh karena itu, antsopometri sering digunakan sebagai indikator stat~lsgizi yang berkaitan dengan masalnh k ~ ~ r a nenergi-protein. g
Indikator antroport~etriyang sering dipergunakan ada tiga macam, yaitu : berat badan untuk mengetahui niassa tubuli, tinggi baclan untuk mengetahui dirnensi linier parijang tubuh, dan tel~allipatan killit serta lingkar lengan atas unti~kmengetahui kornposisi dalam tirb!:/~.cadangill1 cnergi dall protein. Indikator antropometri selalu dibandingkan dengati illnut. dari osang yarig akan diukur. Atas dasar itu, rnaka i~liti~k pengukuran status g i ~ idengan menggunakan antropometri adalah dengan indeks bcrat badan nienuntt Lrmur (BBiIJ), tinggi badan menilnlt umur (TBIU), berat badan mcnusut tinggi (BR/T?3). dan lingltar lengan atas tlienunlt LrlniIs (I,I.A/lJ). i3elnt badan mencc~+minlianniassa tilbi~l~. sepesti otot dan lemalt yang pelta terhadap per~rbahansc:;a;tt karena adanya kekurangan gizi dan penyakit. Oleh ltarena itu,
irideks
BBIU
nlengga~nhaskan lteadaan
gizi
saat
i n . Tinggi
badan
~nenggarnbarkan skeletal yang hertambali sesi~,li dengan bertambahnya Llmur dan tidak begit~i peka terhadap perubahan sesaat. Oleh karena itit, indeks TBIU lebih banyak menggambarkan keadaan gizi seseoralig pada masa lalu. Indeks BBi'I'B niencerminltan perkembangan masa turnbull dan pertirmbulian skelatal y:ulg mcnggambaskari kcadaan giyi saat itu. Indeks 1313JT13 sangat berguna apabila
L I ~ ~ I I -
yang diukur sulit dikcialiili. 1.inglii11.lengan atas ~nernberigarnbaran tentang keadaan .ja~.irigan otot dan lapisan lemalt bawah kulit. Scperti halnya dengan berat badan, indikator LLA dapat naik dari tut.irn derigan cepat. oleh karenariya LLAIU merupakan indikator status gizi saat ini. Di antara indikator-indilcator antropornctri yang telah disebutkan, indeks
HBIU merupakan pililian yang tepat ilnt~tkdipcsgunakan dalarn rangka pemantauan status gizi sebab sensitil' tcrhadap perubahan mendadak dan dapat tnenggambarkan
k ",
lteadaan gizi saat ini (tihi~maidi.IC197). Penilaian status gizi berdasarkari indikator BBIU, hasilnya keniudian dibandingkan dengan data antropornetri standar WHO-
NCHS (Narional C'enrcr*,!'i,r. I7'c.trllh Stuti.vtic.s) (WI-10, 199.5). dengan Icriteria adalah gi7i lcbili bila shor-, -. 2. norlnul i r ~ i askor-7 dnsi -2 hingga 2, gizi I
-3 liingga -3 d:tn cizi burul\ hila slcor-z <- -3.
Konsurnsi Pangan Anak Ralita Pangan menlpakan I
L I I I ~ meriiperbailti LI~ jaringan
ti~huhyang telah rusak scrta mengatur
proses dalam tubuh. Sadi nilni g i ~ ipangan rncnyangl
'4
I
Martianto, 1989). Kebiasaan mcngltonsumsi pangan yang baik aka11 menyebabkan status gizi yang baik pula. dan keadaan ini dapat terlaksana apabila telah tercipta keseimbangan antara hanyaltnya jenis-.jenis /at gizi yang dikonsumsi dengan banyaknya gizi yang dibutuhkan tubuli (Silhard.jo. 1990). Anak balita mcrul?akan golongan yang bcrada dalam masa perti~mbi~han yang pesat. Dalam usia ini anak mcnierlukan asupan gizi yang cukup, baik kualitas ~nailpi~n ki~a~ititasnya. Ik~larn~iic~lgkonsilmsi paIigali, anak balita sangat tergantung pada Itonsumsi pangail keluargathebiasaan Iton\umsi pangan Iteluarga. Kekurangan Iionsu~nsipangan dili:~dk;ltkclual.ga altan dapat ~ncnurunkanasupan g i ~ anal< i balita, dan ini ditanclai d c n g : ~I ~ I ~~ C I I L I ~I\c~iia~nl>i~;~li L I I I I ~ \ ~ I licilt, terganggunya pcrti~mbuhan,
peskembangan, dan Lcr~~~lrnpuan bcrtikir serta adanya angka kesaltitan dan Itematian yang tinggi (Winarno, 1090). Konsumsi maltanan anal, balita harux ~iie~nenuliiselnua Lat gizi yang dibutuhkan yaitu zat gizi esensiul (enesgi, protcln, vitamin, mineral dan air) dalam jilmlah yang cukup [P~lcljiadi,1999). Angka kccukupan gizi yang dianjurkan untilk anak balita adalah energi (1250 Klial), protein (23 g), vitamin A (350 RE), vitamin C (40 g), Italsium (40 mg) dan besi ( 8 mg) (Muhilal. .lala1 & Hardinsyah, 1998). Itebutuhan zat gizi anak balita dengan mutu gizi yang baik, Untuk ~nenja~nili lnaka makanan yang biasa dikonsumsi anak balita harus mengandung zat teiiaga, zat pembangitn, dan zat pengatur. Oleh Itarena
it11
sangat dianjilrkan untuk memberi
nialtannn yang berancka ragani mulai illnus 4 buian, di antaranya sumber tenaga \cperli scrc;~lia,sumhcr protein wperti bahan pany,ln Iiewani dan Iiacang-liac~~ngan x r t a su~nberLa1 pengalur, misalngn sayitran dan huah-buahan (Krisnatuti & Yenrina, 2000).
Status Kesella tan Sehat atau tidalinya sescosang dapat dilihat dari ada atau tidaknya penyakit infelisi yang diderita. Penyakit infeltsi sebagai bidang ~ I ~ L I S L I Sdalam kedokteran dimulai oleh epideini di Yunani. 12orna~'dan Ibrani yaitu suatil epidelni yang sangat mengesankan di abad petengallall. Infeksi saar ini lebih scsing akibat dari interaksi liospes dengan bakteri yang Inenyusun flora normal hospes, dan bukan dari 171il\roorganisme
chsogcti. lni sangat bcsbeda clengan epidemi penyakit infeksi pada
m n a n daliulu, tnisilln\a pes, kolcl-a dan caccu.. yang merupakan penyakit-pcnyakit yang discbahltan oici~ mikroorganislilc yang matnpu mcliimbulkan infeksi pada liospes yang sentan dan dengan demikian mcrupakan bencana pada ras mannsia. Sekarang ancatman infcksi yang paling serius discbabkan oleh mikrobiota kita sendisi (Shulman, Phair &Sommcr, 1994). Untuk niendiagnosis penyakit inf'elisi. penderita secara klinis dan laboratoris.
diperlukan pelneriksaan terhadap
Tiap-tiap pemeriksaan terkadang secara
tilnbak balik diperlukan sekali dan tidal< dapat tliabaikan. 'I'crlcadang secara Iilinis saja sudali dapat dipeskirakan pcnyebabnya, namun pemeriksaan secara laboratoris
..
diperlukan juga. I crltaclang liita tcnii~ltanpcnyaliit dengan si~idromatau gejala-ge.jala
t
yang sama, tetapi beslainan ku man penyebabnya. Untilk itu diperlukan pemerik~aan~ laboratorium.
Contolinya: penyakit diare atau buang air besar membocos dapat
dibcbabkun oleh kuriian-Icuman \cpcrti Salmoiiclla, Hasil I>ysentery atail oleh virus (I'rabu, 1098). Jenis-.jenis
penynkit
infeksi
antara
lain,
pilek,
radang
saluran
pernaf-jsan,batult, diarc dan cietnam.
Penyakit pilek adalah penyakit yang
lnengganggu kehidupan kita seliari-hari.
Gejala-gejala awal dari penyakit pilek
adalah rasa tidak enalt badan, kadang-ltadang langsung di~nillaidengan demam, rasa pegal l i n u , lemas, lesu. bcssin-bcrsin, terasa nycri diotot-otot dan sendi. Penyebab dari pilelc adalah virus (I'rabu, 1008). Penyakit radang saluran pernafasan teriitama banyak terdapat pada n i i ~ s i ~ n Iii!ja~l atail di daerali tenipat uclaranya selalu Icmbab. Periderita penyaltit tersebut umilmnya adalali anal< muda dnn orang tua. Sclain
itit
juga nda orang-orang tertentu
yang mudali terserang oleh penyakit tc-sebut karena lemalinya badari mereka. I'cnyebab utama peiiyfil\it radang saluran pernal;~\an adalah akibat penyaltit pilel\ dan alcibat perubalian ildara. Ilmpamanya udara jang panas yang diikuti menurunnya snhu udara, seliingga daya penyesuaian tubuh teshadap perlibahan cuaca tidal< cukup baik, maka seseorarig altan mildah terserang pen yakit. Penyakit batuk biasanya bailyak terjadai pada anak balita. Penyebab penyakit ini adalah kuman Hae~nophylus pertusis. peniafasan.
Kutnan ini biasanya berada di saiuran
Bila anak-anak dalam keadaan dnya tahan tubulitiya melemah, tnaka
Iiuman tcrscbut mitdali scliali mcnycrang dun ~nciiimbulkanpcnyal
irii
tidak terlaii~sulit. Bila anak tidak
begit11 menderita dan cuaca cukup baik, boleh ia dibawa keluar agar dapat menghirup
ndara segar dari bersih. Makanan sebaiknya dibcrikan yang ringan-ringan dan
CLI~LIP
bergizi. Pencegahan penyakit ini dengan imunisasi DPT (Prabu, 1998). g besar yang disertai banyak air dan lnerupakan Diare adalah b ~ ~ a nair kumpu Ian gejala dl!..; bcrbagai pen yak i t. puadaligan usus.
I>ial-th biasanya bersamaan dengan
Dinrc tidak boleli dianggap sepele, kcadan ini harus dihadapi
kita pada dengan serius, rnengingat cairan banyak keluar dari tubuh, sedangkan t~1b~rI-1 umumnya (OO'X,) 1crciil.i claripada air. Schab
it11 hi la
seseorang mcnderila diarc bcrat.
nialca dalarn waktlr singkat tubuli penderita sirdah kelihatari sarigat
~ L I I ' L I(Shulman, S
Phair &Sornmer, 1994). Pc~~gctahuari (;hi Ibu
Pengetahuan pad3 dasarr~yamerupakan I\cseluruhan keterangari dan ide yang terkandung dalam pernyntaan-pernyataan yang d i b ~ ~ berkenaan at dengan suatu gejala atau peristiwa, bailc yang bersil'a~alaniiah, sosinl. nlaupun perorangan (Gie. I99 1 ). Selain itu, dirumu~kan pula pengertian tentang pengetahuan sebagai keseluruhan faktor-faktor, kebenaran. azas-axis. dan keterangan yang diperoleh m a n ~ ~ s sebagai ia hasil pcnggunaan panca indcranya mclalui pcnclaahan
( s / z ~ t < y ,leuminx),
pcngalarnan
(c.q,ericncc), dan intuisi (iniuiiion).
Menurut Suhardjn (1989). peranan ibu banyak berpengaruh terhadap pola makan keluarga karena ibulah yarig mempersiapkan makanan mulai dari mengatur menu, berbelarija, memasak, scrta mengajarl
semakin tinggi pula kernampitan ibu dal: in n~ctnilihdan merencanakan makanati dengan ragam dan kotnhinasi yang sesi~aidengan cyarat-syarat giz,i. rl'ingkat pengetahitan gizi seseoratig berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalatii pemilihan makana11 yang selati.jutnya al;ti~i bcrpengaritli pada keadaan gizi individu yang bersat~gkit~an. Notoatmodjo d a ~ i Solita (1985) menyatakan bahwa pcrilaliit kotis~~tiisiibu-ibu runiah tatigga dipcugan~hi oleh tingkat pengetahuan tentatig gizi. Ketidaktalii~anpengetahuan tentang gizi metiyebabkan kesalahan dalatn ~~cmilihati baliati makana11 dan cara pemberian makanan kepada anal<, meskipun mungkin bahan makanan tersebut tersedia. Sediaoetan~a(1996) menegaskan bahwa semakin banyak pengetahitan gizi seseorang. serrinkin diperhititngkan jenis dan liwanti~~iimaltanan yarig dipilih ittititk konsumsinya. Orang awarn yang tidak niengetalii~i ci~kitp pengetahuan gizi, akati tnemilih lnakanan yang menarik pancaindera, dan tidak mengadnkan penilaian berdasarkan nilai gizi makanan. Scbalilinya. n~crcka y:tng
banyak
pengetuhi~an gizinya akan
lebih banyak
nicnggunaliati pcrlinibangan rasional dati pengc~ahuan tentang nilai gizi makanan tersebut. Moehdji (1986) menyatalian bahwa sebngian besar kejadian gizi buruk pada anak, dapat dihindari apabila ibit lnempunyai cukup pengetahuan tentang bagaimana cara mengolali balian niakatiati dan cara metigatitr menu anak. Namun demikian, pengarith pengetahuan gizi terliadap
konsumsi makanan ibit rumah tangga tidak
selalu linier. Artinya bahwa setnakin tinggi tingkat pengetahuan gizi ibu rumali tangga, belum tentu konsittnsi makanan meti.jadi baik. Konsumsi makanan jaratig
dipengnruhi ole11 pengctahuan gi/i secara terscncliri. tetapi merupakan interaltsi an1al.a sikap dan keteranipilan (Sanjur, 1982). Secara tidak langsung pcngetahuari gi/i ibu altan menipengarulii statirs g i ~ i anak balita, karena dengan pengetahuannya par:\ ibu rumah tangga dapat mengasuh dan memenuhi kebutuhan zat gi/i anal< '~alitanya.sehingga keadaan gizinya terjamin (Sayogyo, Suharcljo, & Khumaidi, 1978). Selain itu, ibu yang mempunyai pengct:thuan gizi dan berkesadaran gizi tinggi altan melatih kebiasaan lnakan yang seliat sedini mungl
Sanitasi
Iingkungan hinsanya
sangat erat kaitanliya dengan
kot~disi
permultima~~.Kusnopi~tranto ( 1983) niendilit~i\ikan sanitasi lingkilngall sebagai usaha-usaha pcngcndalian dari m n u a la~lttor-lithtorlingkungan fisik manusia yang mungkill ~nenimbulkan atau Japat meniliibulkan ha1 yang merugikan bagi perkernbangan fisik, kesehatan dari daya tahan hidup manusia.
Sedangkan menurut
Entjang (1993) sanitasi lingkungan adalah pcngawasan lingkungar~fisik, biologis sosial dan ekonomi yang menipcngaruhi I<esehar~lrlmanusia dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak, sedanghan yang merugikan diperbaiki atail dihilangkan.
Dari kedua definisi tersebut dapat disitnpulkan bahwa sanitasi
lingkungan selalu membicarakali tentang bagaimana mengelola berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia.
Pengelolaun sanitasi lingkungan di Indonesia
tcsutama ~neliptrti faklor-l'aktos ( 1 ) pcnycdiaan air rumah tangga yang baik, (2) pcngatusan pcmbuangal~ I\otosz~nmi~nusia,(3) pcngati~ranpcnihuangan sampali, ( 4 ) I ~ C I I ~ ~ L L I S ~ I I) C I I I ~ U ~ Iair I ~ Ii11ih:ih. ~ I ~
( 5 ) pcngrttilsan rumali seliat, (6) pembasmian
binatar~g-binatatig penyebas pcnyakit seperti Ialat dan nyarnuk, (7) pengawasali pol~lsiudara dan (8) pengawasan radiasi dasi sisa-sisa zat radio aktif: (Entjang, 1093). Sanitasi lingkungan crat liaitannya dcngan status gizi seseorang. Syarief (1992) mengatakan status gizi sclain ditentukan oleh jumlah dan mutu pangan yang d i k ~ n s ~ ~ ~secasa i i s i langsung juga dipengaruhi oleh faktor kesehatan dan sanitasi tesmasult sanitasi lirighi~riganpesmukirnan. Pel.n~~~ltiman yang sanitasi lingkungannya tidalc baih. scpcsti tidah tessediali>a air bersili. jamban, tempat pembuangan sampah, tid;~l\ tcrwdi:~ calusnn pelnhir:~ngan air Itotor memungkinltan seseorang dapat ~iienderita penyakit inl'eksi yang mcnyebabkarl scscorang dapal mcnclcsitu I < L I I . ~ I I ~ . .
~ I L I . I'enyakit
infeksi tersebut anLara lain diase dan cacingan. Sediaoetama ( 1996)
menambahkan
bahwa penyakit infeltsi dari infestasi cacing dapat tnemberikan
hambatan absorpsi dati hambatan utilisasi zat gizi yang menjadi dasar titnbulnya penyaki t kurang energi-protein.
Selain it11 Suhardjo dan Riyadi ( 1 990) juga
mengatakan adanya hubungan tilnbal batik antu1.a infeksi bakteri, virus dan parasit dengan gizi kurang. Sanitasi Lingkungan I'crmukinlan
Pcrrnuki~iianynng merupakan lingltungnn hidup buatan adalah salah satu hasil kegiatari n~anusiai~ntukmeningkatltan kcsejahteraan liidupnya. Permultiman
tcrscbut tcsdisi clari humls~~lan 1.i1niaI1yang dilc~~gkapi dcngan psasarana lingkungan, berli~ngsisehagai sarana tempat tinggal untul~bcristirahat sctclali melakukan tugas scliasi-liari. tempat bcrnaung dan berlindung dari segala bahaya dan gangguan cuaca. I l i dalaln rumah lnani~siadididil; dan dibentuk serta berkembang menjadi mani~sia
yang berkepribadian. Oleh sebab itu sebaiknya rumah juga dapat menimbulkali dan riienggirgali rasa sertn sirasana tlatnai, aman (entram, penuh kerukunan dalam ~iiengembangltan dan membangun diri maupun keluarganya untuk mencapai I<ese.jahteraannya dan Iicbaliagiaan liidi~plahir d a ~ batin i (Achmadi, 1990). Kondisi rumah adalah salah satit faktor yang menenti~kankeadaan sanitasi li~igki~ngan.Ilumah >ang tidah \;chat dapat n~cngakibatkanpills tingginya Itejadian i
i pcllyi\l\it d;ll;1111~
i
l
Ili~mah i !.111g ';chat mcnusut Winslow, liarus
1n~me1111hi Iicbutulian fisiologis clan psiltologis ~
t dapat a mengliindarkan terjadinya
Iiecelakaan dan petiyakit (Winslovv dalam Lntja~ig. 1993). Menurilt Departctnen Pel,erjaan Ilmi~niIl.1 ( 1 987) suati~pemukiman yang baik harus rnemenulii syarat tertentu, antara lain : 1 . Lokasi kawasan yang baik, scperti tidak terganggu polusi, tidak berada di bawah permukaan kemungkinan
air setempat, mempunyai i~ntult perkembangan
kemiringan
pembangunan
rata-rata,
memberikan
selanjutnya,
dan
ada
Iictcrpadua~~ antara ta1:unan kcgiatan alaln yang mcwadahinya. 2. I
syarat, ventilasi yang CLII~LIP.
kepadatan bangunan yang memenuhi syarat,
perbandingan antarn luas bungunan
dengan kepadatan penghuni, tersedianya
penampungall dan pembuangan kotoran manusia.
3. Ada prasarana lingliungan yang baik, seperli jalan. air bersih, saluran air minum,
saluruli air limbali. sali~san air Iii!jali, pcliibuangan sampah, dan tcrsediannya jaringan listsilt. 4. Sarana lingkungan ;a;);
sesiiai dengaii I~cbutuI1,~npendudilk, seperti sarana
pendidikan, kesehatan, peribadatan, nlang tcrbuka hijau dali lain-lain.
Pengelolaan pemhuangan Ilmbali Iiotorali manusia ( ~ Z I ML'XCWIU I ( ~ I ~ di.~/x).\~11) me^-upakan lial pcnting yang jirga harils dipcrh;~[ikan,karena banyak pcnyaltit yang
dapat disebarliali niclalui pcmbuangan kotoran inanusia. Penyakit-penyakit tersebut di\cbarki~n niclaltli air (i~~c~tcr. ho1.17~ rli.,c~o.ic)wperti penyakit pada saluran ccrna, ililitlisi cacing gclang, c;~cingpita. rili~s.disentri. I~asilcr,poliomielitis (Dainur, 1002). Peligelolaan pembtlangaii hvtoran lnariiiva yang baik dan ~nemiIiki/rnemenulii syarat ltesehatan adalali tidal< bole11 mengotori \anah permukaan, air permukaan dali air dalalii tanali, kotorar~tidak hole11 tcrbuka scllingga dapat dipakai scbagai tetnpat lalat bertelur atau perkenibangbi~tkanvelttc, pe~ij,akitlainnya, kakus harus terlindung *t
dari pengliliatan orang lain. (Elilers & Steel dalaln Ent.jang, 1993). Sehubilngan deligan syaral tersebut di atas lnalca bangunan Iiitkus harus terdiri dari: rulnah Itakus, lantai kakus, kloset, tclnpat mengili.jak waktu si pernakai jongkok (bila lnenggunakan Iiloset jongkok), s u m ~ penampungan ~r kotoran (.s~~l)/ic. tunk) dan bidang resapan. I:aktor lain yang jugs liarils tcrsedia adi~lalisaluran air lilnbah rumah tangga. Air limbali rumah tangga adalah air bekas paliai buallgan dari rulnah tangga, seperti air bekas mandi, air bekas cuci dan air bekas pcngolahan makanan. Menilrut Dainilr
( 1992). air
limbah rumah tangga hanyak rnengandung bahan-bal~ar~ organik sehirigga
~nerupakanmedia bagi agen penyaltit dan bila nicncemari air bersih akan merapaka11 sum ber penyakit yang disebarkan melalui air (lvater borne cli.~ease).Air buangan dari kamar mandi, telnpili cuci dali lain sehagail~yaharus dibuang melalui saluran sebelum tnasi~kke saluran pembuangan di perni~l\iman,sehingga air buangan tersebut tidak mengotori permukaan tanali tli sekitar ri~rnali. Suatu permuki~nanyang bnik dilengkapi dengall fasilitas saluran pembuangan ail limbah ru~i-~alitangga.
Salilran tersebut lancar tidal< peni~lioleh ltotoran dan
sarnpah. volume salurannya rncncukupi untul\ \cIi~n~li keperluan pembuangan. Uila snl~iran ini volumcnya tidal< mcnci~kupi,peni~l)dengan sampah dan lumpur serta ditambali dc~igan Itcmiri~lgan tanah yang ticlal, rne~nenuhi syarat scbagai dacrah pcmul
Dengan demikian. sampah yang berasal dari ru~nah tangga dapat
dil<elompoltkan rnenjadi dua jenis, yaiti~ sampah organik dan sampah anorganik.
Dililiat dari persentttsinya. sariipah rirniah tar~gga pada umulnnya lebih banyak mengandung sampah organik, yaitu jenis sa~nl>aliyang dapat dihancurkan oleli mikroorganisme.
1'ct:tpi pada waktu proses penghancuran, sarnpali
tersebut
mengalami pe~nbususktiti :>ehingga nieni~iibullta~l bau terutama pada sampah bahan ~naltanan. Untitk it11 sampah ru~iiahtangga liari~sdikelola dengan baik agar tidak mc~i~jadi surnber penyakit, tcri~tamaperiyakit inli.l\si (Dainur, 1992). Ketersediaan Air Bersih
'sr'1.lras air hersih dipcr.lultan manl~sia ur~tult rninurn, memasak , mandi, mcncuci. mcmbersilikan peralnran, dan lain-lain.
Unt~rlt memenuhi kebutuhan
tersebut, maka diperlul\an air yang rnemeriuhi s ~ a r a tkesehatati secara Ituantitas dan I~ualitas. Menurut Entjang ( 1003). syarat-sy:r~*atair untuk memenuhi kebut~~han 1.~1nia11 tangga adalali : I . .inmlaIi air yang dipcrlulian orang Indoncsi:~diperkirakan 100 liter per liari per
kapita dengan perincian ~tntuk keperluan Llrnirm 5 liter, memasalt 5 liter, menibersilika~idan mencuci 15 liter. mandi 30 liter dan kakus 45 liter. 3. 'fidak berwarna, tid:tk bcrasa. tidak berbau dun jerriili. 7
.
'-. I idak ~nerigandirngzal-zat yang berbahaya u n t u k kesehatan seperti zat-zat racun.
Mineral dan
/i~l-/nt
org;~riik!liltlg dilia~icli~~~tl,~iya ticlnk mclcbihi dari jurnlah yang
dilcn~~~l\an. 4. Tidak menga~idungbibit penyakit dan bal\lc~-i E.rcherichiu C'oli, serta bakteri
sapropliyt (bakteri non patliogcn) yang dika~idungnyatidak melebihi 100 permil air.
Syarat air untuk keperli~an r ~ ~ m atha n g Indonesia diatur oleh Peraturan Meciteri Kesehatan Rl No. 4 1611990. Sunlber air untuk rumah tangga ada bermacammacam yaitu : (I).
Air dalam tanah (grozrnd ~ltrier),yaitu air
4'11ng
diperoleh dari pengump~~lan air
pada lapisan tanah yang dalam, Jenis air ini pada umumnya jernih, karena bebas dari pengotoran, tapi seringl
kadar yang tinggi, contohny:~adalali air sumur, air pompa dan air mata air. (2). Korlstruksi yang baik dan kedalamari sumur yang memenuhi syarat. [Jntuk surnur gali tanpa poliipa, Iiur.us dilengkapi dengan dinding sumur, bibis sirmur (teriibok pengarnan di atas lubang sumi~r).lantai sirmirr, kerikil di dasar sumur, serta kedalaman sumur yang memenuhi syarat.
Sedangkan surnur pompa
syaratnya sama dengan sun~urgali, hanya lubang sulntlr pompa lebih kecil dan tertutup sehingga kemungli inan pengotorall lebih sedikit karena sLlmLIr selalu tcrtlltllp. Menilr~11Sukarni (1994). di Indonesia kira-kira 45 % si~rnber air bagi I<eperluan rumah tangga kebanyakan adalah sumus. Agar air sirmur memenuhi syarat liesellatan sebagai air n~mali tarigga. maka air sumur harus dilindungi dari ~7CIlccIll;II';111. Keadaan Sosial Ekoootn i Kcluarga
I'endidikan Ibtt
lbil merupakan pendidil, pertama dalum keluarga, untuk itu ibu perlu mengirasai berbagai pengetahuan dan keteranipilan. Pendidikan ibu di sarnping
merupaltan ~iiodal i ~ t a ~ ndalam a mcnunjang perekonomian rumah tangga juga berperan dalam pola penyusunan makanan untuk rumah tangga.
Sanjur (1982)
~iienyatakanbahwa tingkat pendidikan formal ibu runiah tangga berhubungan positif dengan perbaikan dalarn pola Itonsumsi patigan keluarga dan pola pemberian I: i
makanan pada bayi. Tingkat pendidikan aka11 ~iiempengarulii Itonsumsi melalui pemililian balian pangan. Owng yang bcrpe~ididil\an Icbili tinggi ccnderung nicrnilih makanan yang
Icbih bail\ dalani jumlah dan m u t u ~ ~ ydiba~idingknn a mereka yang berpendidikan lebili rendah (Moeliqji, 1986). T'etapi Iiasil penelitian lain rnenyatakan bahwa tingkat p c ~ idil\al~ d Lrmirln Ian2 Ichih ti~iggit ; i ~ ~ p~ ~i ~S C I . I ;dengall II pcngctahuan di Sidang gizi
~ c r u ~ a r n aibu. tcrnyata tidak
bcrpcngnruli ic~.liadal~pemilihan maltanan untult
I\cluarga (Sediaocta~na.i000).
Pendapatan Iteluarga adalah jumlali semu;1 hasil perolehan yang didapat ole11 anggota lteluarga dala~ii bentult irang sebagai liasil pekel-jaannya. Sa.jogjo (1994) ~iienyatakanbahwa pendnpatan Ii~luarga111 lipi~tipengliasilan ditanibah dengan liasilliasil lain. Pendapatan keluarga ~ n e m p ~ ~ n yperan ai yang penting terutama dalam mcmberikan cl'ek tcrliaditp tnrnl' hidi~pmcrcka. I:fek di sini lebili bcroricntasi pada I\cscjahtcraan dan kcscli;~tan, tlimana pcrbail\;in pendapatan akan meningltatl
status gizi. Adanya hubungan antara pendapatan dari statits gizi telali banyalt dikemitkakan para ahli. Sanjur ( 1 982) mcnyatakan bahwa penclapatan merupakan
penentu i~tama
yang bcrliubunga~idcngan kualiti~smakarlan. I l i ~ li ~ l iciipcrkuat olcli Suliarcijo ( 1989) bahwa apabila penghasilan keluarga meningl\at, penyediaan lauk pauk akan nieningkat pi~laniutunya. Menurut Berg ( l a b ) , tcrdapat Iiubungnn antara pendapatan dan keadaan \tatus gi/i. I lnl
it11
kascna tingl\a\ pcndnpatan ~iierupakanfaktor yang merienti~kan
I\i~anti~as d a ~ iI\ualitas makanan qang diltonsum~~ Sc-jak lama lelali discpal\ati baliwa pcnclapatan ~nerupakan ha1 ilta~nayang he1.17c1igasuIitcrliadal) I\ualitas Ilienu. I'ornyat;~;~~l it11 nanipak 4cpcrti logis, karena rncnia~ig tidal\ tiii~ng!,in orang ~iialtan nial\;~~l;~n yang tidal, sanggilp dibelinya. I'endapatan yang rendall rnenycbabkan daya heli yang rendah pula, sehi~iggatidal< mampu menibcli piittgall dalarn jl~rnlah yans diperlukan, keadaan
ini sangat
berbahaya untult kesehatan keluarga dan akhirnya dapat berakibat buruk terliadap I\catlaan slatlrs gi/i tcrllramii bagi hayi dan balik~. Dala~nkaitannya dengan status giri, Sayogyo, Soeli:trdjo, dan til~iltnaidi ( I OXO) menyataltan bahwa pendapatan nienipunyai Iiitbi~nganyang crat dengan peruball~rnd m perbaikan konsu~nsipangan, tetapi pendapatan yang tinggi belum tent11 mcnjamin keadaan gizi yang baik. Mcni~rut Berg (1986), pertarnballan pendapata~~ tidak selali~ rnembawa perbaikan pada konsumsi pangan. karena ualaupu~ibanbult pengeluaran uang i~ntukpangan. ~nungkinaltan makan lebih banyak, tetapi beluni tentu ki~alitaspangan yang dibeli lebih baik.
Dari i~raiantersebut di atas dapat diketali~~i bahwa antara pendapatan dan gizi, .jelas ada hubungan yang menguntungltan. Berlaki~ hampir universal, peningitatan pendapatan akan berpcngaruh terliadap perbaik:~n Itesehata~idari kondisi keluarga dan selanjutnya berhii5~~ngal.t deiigan status gizi. Namun peningkatan pendapatan atau daya beli scringkali tidah d a p a ~~nengalahltan ~>cngarulikebiasaan makan terhadap perbaikan gizi yang efektif. Hesa r Kelua rga
Hanyaknya anggota keluarga akan mempcngaruhi konsumsi pangan. Si~hardjo (1089) mengatakan bahwa ada liubungan sangat nyata antara besar keluarga dan lturang gizi pada masing-masing keluarga. Junilali anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbaiigi dengan meningkatn\a pendapatan akan menyebabltan pendistribusia~ikonsi1111sipangan akan se~nakintidak merata. Pangan yang tersedia untuk suatu keli~arga besar mungkin lianya c ~ ~ l \ uilnti~k p keluarga yarig besarnya setengall dari kelirarga tersebut. Keadaan tang de~niltian tidak ci~ltup untulc ~ncnccgah timbul~lya gangguari g i ~ i pads ILcluarga bcsar. Scpcrli jugs dilicmukalian 13crg (1086) baIi\va jumlali anal, yr~ng menderita
yang
kclaparan pada
Iteluarga besar, empat kali lebili besar dibandingkan dengan keluarga Itecil. Anakanal\ yarig ~iiengalamig i ~ ikitrang pada lteluargi~bcranggota banyak, lima ltali lebili hcsas dibandingkan dc11g;ui keluarga beranggota 4cdiltit. Dala~n hubungannya dengan pengeluuran rumah tangga, Sanjur (1982) ~iienyatakan bahwa besar keluarga yaiti~ bany:~knya anggota suatu Iteluarga, aka11 mempengaruhi pengeluaran rurnah tangga. Hal-per (1988), mencoba menghubungkan
antara besar keluarga dan I