TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA Tito Latif Indra, SSi, MSi Departemen Geografi FMIPA UI
ABSTRAK Pembangunan wilayah pesisir dan laut Pulau Jemur Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau mempunyai peranan penting baik secara regional maupun secara nasional. Pembahasan ini menyangkut Pulau Jemur yang memiliki potensi sebagai tempat habitat penyu serta sebagai wilayah perbatasan Republik Indonesia dengan Negara Malaysia. Melalui pendekatan kawasan sehingga menjadikan Pulau Jemur ini sebagai zona pelarangan pemanfaatan sumberdaya (konservasi), dimana merupakan tempat berkembang biak penyu. Maka dapat dijadikan sebagai pusat riset kehidupan penyu. Kemudian dapat berfungsi juga sebagai zona perlindungan/Konservasi bagi habitat ikan karena terdapat konsentrasi fitoplankton pada daerah perairannya, maka terdapat pada wilayah perbatasan negara Republik Indonesia dengan Malaysia yang ditandai dengan terdapatnya Pos Penjagaan TNI AL, maka perlu dikembangkan rumpon-rumpon pada wilayah pesisir dan laut Pulau Jemur sehingga sumberdaya ikan akan tetap berada di perairan Pulau Jemur.
1. PENDAHULUAN Pembangunan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi berbagai aspek dan sektor. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah aspek ekologis, politik, ekonomi, sosial, budaya serta pertahanan dan keamanan. Sedangkan beberapa sektor pembangunan yang terkait langsung maupun tidak langsung adalah pengembangan kawasan pemukiman, industri, rekreasi, pariwisata, transportasi, perikanan, pertanian dan kehutanan. Pembangunan yang dilakukan sebaiknya tidak menyebabkan kerusakkan lingkungan sehingga dapat dimanfaatkan secara terus menerus. Dalam hal ini maka perlu menjaga kelestarian wilayah pesisir dapat dilakukan dengan menentukan daerah tersebut sebagai kawasan konservasi yang terbagi menjadi tiga zona; zona lindung, zona pemanfaatan bersyarat dan zona penyangga. Hal ini dilakukan untuk menjaga keragaman hayati yang terdapat di pesisir seperti hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun. Menentukan kawasan konservasi dengan memperhitungkan beberapa hal yaitu diantaranya : keterwakilan, keaslian dan alami, keunikan, kelangkaan, laju kepunahan, keutuhan ekosistem, keutuhan sumberdaya, luasan, keindahan alam, kenyamanan, kemudahan pencapaian nilai sejarah, ancaman manusia, kehendak politik dan aspirasi masyarakat. Selain itu kawasan konservasi ditentukan berdasarkan Keputusan presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dimana dalam Keppres ini dimuat mengenai pembagian kawasan lindung menjadi 15 kawasan. Tujuan dari pengelolaan kawasan lindung adalah untuk mencegah timbulnya kerusakkan lingkungan hidup. Adapun sasaran dari pengelolaan kawasan lindung tersebut adalah meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim dan tumbuhan, dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa dan mempertahankan
1
keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem dan keunikan alam, Kawasan yang tersebut adalah : Kawasan yang memberikan perlindungan kebawahnya, terdiri dari kawasan perlindungan setempat yang mencakup kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air. Kawasan perlindungan setempat yang terdiri dari sempadan pantai, sungai, kawasan sekitar waduk/danau dan kawasan sekitar mata air. Kawasan suaka alam dan cagar alam yang mencakup kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut, dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. Untuk konservasi pada kawasan wilayah pulau kecil atau gugus pulau kecil yaitu Kepulauan Jemur di Kabupaten Rokan Hilir, harus memperhatikan pulau tersebut sebagai satu kesatuan ekosistem dengan lingkungan laut sekitarnya. Selain itu secara geografis kawasan laut tersebut juga merupakan kawasan perbatasan negara yaitu berada di Selat Malaka dan berbatasan langsung dengan perairan Malaysia, dimana secara geografis memiliki potensi yang besar untuk pengembangan ekonomi regional dan sekaligus dapat berfungsi sebagai effective occupancy pemerintah. Kegiatan konservasi laut di pulau dan kawasan perairan laut perbatasan merupakan bagian dari maintenance and ecology preservation terhadap wilayah secara administrasi, sehingga dapat berfungsi sebagai beranda depan negara. Secara fungsional, kawasan konservasi wilayah pesisir dan laut merupakan kawasan yang digunakan untuk menjaga keaslian ekosistem wilayah pesisir dan laut. Kaitannya dengan penataan ruang maka kedudukan kawasan konservasi harus dikaitkan dengan keberadaan kawasan preservasi dan kawasan budidaya. Ketiga kawasan tersebut mempunyai fungsi yang saling mendukung. Zona preservasi bertujuan sebagai penyangga antara kawasan pemanfaatan intensif degan zona konservasi. Kawasan preservasi sering juga disebut buffer zone. Kegiatan pada kawasan konservasi ini aktivitas manusia dibatasi. Hanya kegiatan-kegiatan yang menunjang aktivitas konservasi yang diijinkan, seperti penelitian dan kegiatan wisata terbatas. Kawasan budidaya merupakan kawasan yang berada dan meliput kawasan konservasi . Pada kawasan inilah kegiatan/aktivitas manusia diijinkan. 2. METODOLOGI Metode yang dilakukan meliputi pengumpulan data baik vektor maupun data citra satelit berupa Landsat ETM 7 wilayah Rokan Hilir, kemudian melakukan survey lapang ke wilayah Pulau Jemur Kabupaten Rokan Hilir. Prinsip utama yang dijalankan yakni berupaya mendapatkan manfaat dari sumberdaya yang tersedia seoptimal mungkin dengan tidak mengabaikan kelestarian lingkungan serta aspek pertahanan dan keamanan. Berdasarkan prinsip tersebut, maka penyusunan tata ruang mengacu kepada : (1) kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, (2) kesesuaian lahan, dan (3) keterkaitan wilayah.
2
3. PEMBAHASAN Secara Geografis Gugusan Kepulauan Jemur berada pada posisi antara 1000 32’ – 1000 41’ BT dan 20 45’ – 20 54’ LU. Gugusan yang terdiri dari sepuluh pulau yang tidak berpenghuni ini, terletak di bagian tengah Selat Malaka dan berbatasan langsung dengan Malaysia. Kepulauan ini terletak di sebelah barat pulau Sumatera sekitar 15 mil sementara dari Kabupaten Rokan Hilir sekitar 42 mil ke arah utara. Selain memiliki potensi strategis sebagai pulau terluar, kawasan Kepulauan Jemur memiliki potensi wisata ekologis karena di beberapa pulau seperti Pulau Jemur, Pulau Labuan Bilik serta Pulau pertandangan, merupakan habitat dari Penyu. Nama-nama pulau di kawasan kepulauan Jemur tersebut adalah : Pulau Saranggalang, P. Labuan Bilik, P. Jemur, P. Pertandangan, P. Tukong Mas, P. Tukong Simbang, P. batu Mandi, P. batu berlayar dan P. Batu Adang. Secara Administratif, Kepulauan Jemur masuk ke dalam kecamatan pasir Limau kapas yang beribukota di Panipahan.
Gambar 1. Lokasi Kepulauan Jemur di Selat Malaka
3
Gambar 2. Lanskap Wilayah Pesisir di Sekitar Pulau Jemur, tampak Pulau Jemur dari kejauhan (www.dkp.go.id,2005)
Gambar 3. Penyu yang dikonservasi di Pulau Jemur (www.dkp.go.id,2005) Menurut laporan Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Riau (2003), gugusan Pulau Jemur telah dipergunakan sebagai salah satu Pos Angakatan Laut (Pos AL), yang seiring dengan rencana pengembangan ekowisata. Pulau Jemur mempunyai kawasan tempat bertelur penyu berkisar 50-70 m2, dengan diketemukan 3-5 sarang perhari. Telur per sarang 60-120 butir, dengan aktivitas bertelur penyu puncaknya bulan April, Mei dan Juni, dengan sarang dapat mencapai 10-15 sarang per hari. 3.1.Kondisi Fisik Perairan a) Batimetri Gugusan kepulauan Jemur terletak pada bagian tengah perairan Selat Malaka. Sehingga kawasan ini dipengaruhi oleh dinamika oseanografi Selat malaka. Kedalaman perairan di
4
sekitar kepulauan Jemur mencapai 9,5 – 31 meter. Melihat pada peta Batimetri (Dishidros TNI AL, peta no 11 th 1999) dapat dilihat bahwa kedalaman perairan mencapai 50 meter terutama di bagian barat. Sedangkan di bagian utara kedalaman hanya sekitar 10 meter. Dasar perairan di sekitar kepulauan Jemur khususnya yang memiliki kedalaman kurang dari 10 meter umumnya didominasi oleh Lumpur, kecuali pada bagian timur di mana dasar perairannya merupakan pasir. b) Arus Arus perairan di Kepulauan Jemur merupakan arus pasang surut sehingga pola arus ditrentukan oleh pola pasang surut. Kecepatan arus pada saat survey tertinggi adalah 0,22 m/detik (0,44 knot). Sedangkan yang terendah hanya 0,07 m/dtk (0,14 knot). (PKSPL FAPERIKA Unri, 2002). Arah arus pasang surut dominan ke arah barat laut dan Tenggara. Secara umum pada saat pasang, air pasang akan merambat ke arah barat laut menuju ke tenggara. Sebaliknya pada saat surut arus akan bergerak dari arah tenggara menuju Barat laut. c) Gelombang Gelombang maksimum yang tercatat adalah 0.52 meter di sebelah barat daya pulau Jemur dan terendah adalah 0.3 m di sebelah selatan (PKSPL Faperika Unri, 2002) d) Pasang surut Di perairan kepulauan Jemur terjadi pasang dua kali dan surut dua kali dimana terjadi pada siang dan malam hari. Menurut Hutabarat dan Evans (1986) jenis pasang yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut disebut dengan pasang semidiurnal. e) Kecerahan Kecerahan tertinggi di pulau Jemur berkisar antara 1.26 m – 3.4 m. Ketika pelaksanaan survei lapang, dilakukan pengukuran kecerahan dibeberapa titik di perairan kep. Jemur, tercatat bahwa di selat antar P. Saranggalang dengan P. Labuan Bilik tercatat kecerahan 3.4 m, di utara P. jemur tercatat 1.6 meter dan di teluk P. Labuan Bilik (depan Pos Dinas perikanan) tercatat 1.4 m. f) Salinitas Nilai rata-rata salinitas perairan pantai Desa Pulau Jemur berkisar 26,8 – 30,2 o/oo. g) Sifat Kimia perairan Kadar oksigen terlarut di perairan Pulau Jemur selama penelitian berkisar 4,9 – 6,1 mg/l. Kadar nitrat di perairan Pulau Jemur selama penelitian berkisar 0,022 – 0,092 mg/l. Kadar nitrit di perairan Pulau Jemur berkisar 0,001 – 0,004 mg/l. Kadar fosfat di perairan Pulau Jemur berkisar 0,018 – 0,079 mg/l. Nilai pH perairan Pulau Jemur berkisar 7,1 – 7,7. Nilai rata-rata salinitas pantai Desa Pulau Jemur berkisar 26,8 – 30,2o/oo. 3.2.Habitat Penyu Penyu juga ditemukan pada wilayah Pulau Jemur. Penyu datang untuk bertelur pada kawasan Pulau Jemur yang terdapat pasir. Walaupun beberada pulau terdapat pantai yang berpasir akan tetapi hanya tempat yang tidak ada gangguan manusia saja penyu tersebut melakukan aktivitas bertelur. Pada Pulau Jemur kawasan menjadi tempat untuk bertelur hanya luas 0,25 Ha. Lahan untuk peletakan telur tersebut sangat kecil dan masih terlindung
5
oleh kegiatan nelayan atau lainnya. Predator yang mengancam sarang dan telur penyu yaitu burung laut, biawak dan manusia. Hampir setiap hari ada saja penyu yang melakukan aktivitas bertelur pada Pulau Jemur. Pada saat ini hanya ditemukan tiga – lima sarang perhari. Telur yang dihasilkan persarang sangat bervariasi, dimana kisaran telur yang ditemui persarang sekitar 120 – 170 butir per sarang. Aktivitas bertelur penyu puncaknya pada bulan April, Mei dan Juni. Pada waktuwaktu tersebut dapat dijumpai sarang 10 – 15 sarang per hari. Tekanan terhadap sumber daya penyu tersebut semakin lama semakin tinggi. Tekanan tersebut baik berupa kondisi alami juga sangat dipengaruihi oleh kegiatan aktivitas manusia disekitar habitatnya. Kegiatan tersebut dapat berupa pemasangan jaring insang maupun aktivitas pemungutan telur penyu. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk penyelamatan sumberdaya Penyu tersebut. Pulau-pulau yang memiliki habitat penyu adalah Pulau jemur, Pulau pertandangan dan Pulau Labuan Bilik. 3.3.Pentingnya Pulau Jemur Sebagai Wilayah Kesatuan Republik Indonesia Kawasan konservasi Pulau Jemur, yang merupakan pulau kecil pada Selat Malaka dan berbatasan langsung dengan perairan Malaysia mempunyai arti strategis baik secara lingkungan maupun secara geopoplitis. Secara lingkungan pulau ini merupakan tempat konservasi penyu sedangkan secara geopolitis letak Pulau Jemur dapat difungsikan sebagai beranda depan negara dengan upaya pengelolaan yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam bentuk maintenance and ecological conservation, sebagai salah satu upaya effective occupancy. Penetapan zonasi kawasan adalah pengelompokan areal suatu kawasan kedalam zona-zona sesuai dengan kondisi fisik dan fungsinya. Tujuan penentuan zonasi adalah untuk mengoptimalkan fungsi ekologi dan ekonomi ekosistem suatu kawasan sehingga dapat dilakukan pengelolaan dan pemanfaatan kawasan secara berkelanjutan. Rekomendasi zonasi peruntukan pada kawasan konservasi secara umum dibagi menjadi dua, yaitu : 1.
Zona perlindungan
Merupakan zona pembatasan pemanfaatan sumberdaya (preservasi) dan atau zona pelarangan pemanfaatan sumberdaya (konservasi). Dalam penetapan zonasi perlindungan dilakukan melalui empat kajian pokok, yaitu: (a) kajian ekologi Kajian ekologis yang dimaksud adalah kajian yang dilakukan dengan pertimbanganpertimbangan teknis ekologis sebagai hasil dari identifikasi sumberdaya alam. (b) kajian sosial Sementara itu kajian sosial merupakan kajian yang dilakukan dengan pertimbanganpertimbangan sosial sebagai hasil dari identifikasi potensi sosial dan kelembagaan. (c) kajian ekonomi Kajian ekonomi merupakan kajian yang dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan secara ekonomi sebagai hasil dari identifikasi potensi ekonomi sumberdaya yang ada.
6
(d) kajian regional Sedangkan Kajian regional merupakan kajian yang dilakukan dengan pertimbanganpertimbangan keterkaitan regional dengan kawasan lain. Dengan demikian kajian ekologis, sosial, ekonomi dan regional digunakan secara bersama-sama karena pentingnya pelaksanaan zonasi tersebut bagi kelangsungan pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan laut yang ada 2.
Zona pemanfaatan
Zona pemanfaatan merupakan zona yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan ekonomi. Di wilayah pesisir dan laut terdapat beberapa kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya tersebut, diantaranya untuk perikanan tangkap, perikanan budidaya, pariwisata dan lainnya. Penetapan zona Pemanfaatan Zona pemanfaatan merupakan zona yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan ekonomi. Di wilayah pesisir dan laut terdapat beberapa kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya tersebut, diantaranya untuk perikanan tangkap, perikanan budidaya, pariwisata dan lainnya. Berdasarkan kriteria tersebut maka Pulau Jemur mempunyai karakteristik merupakan : 1) Zona pelarangan pemanfaatan sumberdaya (konservasi), dimana merupakan tempat berkembang biak penyu. Maka dapat dijadikan sebagai pusat riset kehidupan penyu. 2) Merupakan zona perlindungan/Konservasi bagi habitat ikan karena terdapat konsentrasi fitoplankton pada daerah perairannya, maka terdapat pada wilayah perbatasan negara Republik Indonesia dengan Malaysia yang ditandai dengan terdapatnya Pos Penjagaan TNI AL, maka perlu dikembangkan rumpon-rumpon pada wilayah pesisir dan laut Pulau Jemur sehingga sumberdaya ikan akan tetap berada di perairan Pulau Jemur.
KESIMPULAN Wilayah konservasi pada kawasan wilayah pulau kecil atau gugus pulau kecil di Kepulauan Jemur di Kabupaten Rokan Hilir, merupakan satu kesatuan ekosistem dengan lingkungan laut sekitarnya, juga merupakan kawasan perbatasan negara yaitu berada di Selat Malaka dan berbatasan langsung dengan perairan Malaysia, dimana secara geografis memiliki potensi yang besar untuk pengembangan ekonomi regional dan sekaligus dapat berfungsi sebagai effective occupancy pemerintah. Kegiatan konservasi laut di pulau dan kawasan perairan laut perbatasan merupakan bagian dari maintenance and ecology preservation terhadap wilayah secara administrasi, sehingga dapat berfungsi sebagai beranda depan negara. Pulau Jemur juga merupakan zona pelarangan pemanfaatan sumberdaya (konservasi), dimana merupakan tempat berkembang biak penyu. Maka dapat dijadikan sebagai pusat riset kehidupan penyu. Kemudian dapat berfungsi juga sebagai zona perlindungan/Konservasi bagi habitat ikan karena terdapat konsentrasi fitoplankton pada daerah perairannya, maka terdapat pada wilayah perbatasan negara Republik Indonesia dengan Malaysia yang ditandai dengan terdapatnya Pos Penjagaan TNI AL, maka perlu dikembangkan rumpon-rumpon pada wilayah pesisir dan laut Pulau Jemur sehingga sumberdaya ikan akan tetap berada di perairan Pulau Jemur.
7
DAFTAR PUSTAKA
Anon. 2004. Penyusunan Rencana Tata Ruang untuk Mendukung Kawasan Konservasi Laut di Kabupaten Rokan Hilir. Direktorat Jenderal Tata Ruang Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan RI
8