Tingkat Usaha Mengatasi ...(M. Bambang Hermanto) 1
TINGKAT USAHA MENGATASI KEJENUHAN LATIHAN PADA ATLET ATLETIK KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) DAN ATLET PUSAT PEMBINAAN DAN LATIHAN OLAHRAGA PELAJAR (PPLP) DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Level Of Effort To Overcome The Boredom Of Training On Athletics Of Special Sport Class (KKO) And Athletes Of Central Of Development And Student Sport Training (PPLP) Yogyakarta Special Region Oleh: Muhamad Bambang Hermanto, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta, 2016.
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat usaha mengatasi kejenuhan latihan pada atlet atletik Kelas Khusus Olahraga (KKO) dan atlet Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode yang digunakan survei, dengan teknik pengumpulan data menggunakan angket. Populasi yang digunakan atlet atletik Kelas Khusus Olahraga (KKO) dan Atlet Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Daerah Istimewa Yogyakarta. Kelas khusus olahraga yang dijadikan subyek penelitian yaitu SMP N 2 Tempel, SMP N 2 Galur, SMP N 13 Yogyakarta, SMP N 1 Playen, SMA N 1 Sewon, dan atlet Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Daerah Istimewa Yogyakarta. Keseluruhan subyek penelitian berjumlah 75 atlet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Tingkat usaha mengatasi kejenuhan latihan pada atlet Atletik Kelas Khusus Olahraga (KKO) dan Atlet Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase usaha sebesar 78, 98%. (2) Ditinjau dari faktor intrinsik dan ekstrinsik tingkat usaha mengatasi kejenuhan latihan pada atlet Atletik Kelas Khusus Olahraga (KKO) dan Atlet Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan kontribusi sedang dari faktor intrinsik dengan persentase sebesar 44, 27% dan kontribusi rendah dari faktor ekstrinsik dengan persentase sebesar 34,71%. Kata kunci: usaha, kejenuhan, latihan atletik, atlet KKO, atlet PPLP Abstract This study aims to determine the level of effort to overcome the boredom of training on athletics of Special Sport Class (KKO) and athletes of Central of Development and Student Sport Training (PPLP) Yogyakarta Special Region. This study was descriptive. The method used was done by survey, with data collection technique by using questionnaires. The population was athletes of athletics of Special Sport Class (KKO) and athletes of Central of Development and Student Sport Training (PPLP) Yogyakarta Special Region. The special sport classes used as the subjects of research were SMP N 2 Tempel, SMP N 2 Galur, SMP N 13 Yogyakarta, SMP N 1 Playen, SMA N 1 Sewon, and athletes of Central of Development and Student Sport Training (PPLP) Yogyakarta Special Region. Overall, the subjects of the study were 75 athletes. The results show that; (1) the level of effort to overcome the boredom of training on athletics of Special Sport Class (KKO) and athletes of Central of Development and Student Sport Training (PPLP) Yogyakarta Special Region is in the high category with the effort percentage by 78, 98%. (2) Seen from intrinsic and extrinsic factors, the level of effort to overcome the boredom of training on athletics of Special Sport Class (KKO) and athletes of Central of Development and Student Sport Training (PPLP) Yogyakarta Special Region shows the medium contribution of intrinsic factors with percentage of 44, 27% and low contribution from extrinsic factors with percentage of 34.71%. Keywords: effort, boredom, athletics training, athletes of special class of sport, PPLP athletes
Tingkat Usaha Mengatasi ...(M. Bambang Hermanto)2 kemampuan dirinya. Meskipun atlet dapat
PENDAHULUAN Menurut IAAF (2006: 4) atletik adalah
memilih
nomor
yang
kemampuannya
jalanan, lomba jalan cepat, lari lintas-alam, dan
kemungkinan
lari bukit/pegunungan. Eddy Purnomo (2007:1)
merasakan perasan bosan atau jenuh dengan
menjelaskan
aktifitas
olahraga atletik, karena rutinitas yang dilakukan
jasmani yang terdiri atas gerakan-gerakan dasar
setiap harinya. IAAF (2000: 13) menjelaskan
yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari,
bahwa “dalam atletik kegagalan adalah jelas
lompat,
nyata.
dan
lempar”.
merupakan
IAAF
(2000:
7)
atlet
tidak
dengan
kegiatan event di lintasan dan di lapangan, lari
“atletik
tetapi
sesuai
cabang
Perlombaan
menutup
atletik
atletik
tidak
dapat
ada
menjelaskan bahwa “atletik berisikan kegiatan
kegembiraan, karena dalam kebanyakan hal
sederhana seperti lari, lompat dan lempar.
pemenangnya telah diketahui sebelumnya”. Hal
Kemampuan-kemampuan ini adalah kunci dari
ini
berbagai ragam dan pada waktu yang sama
merupakan
gerakan-gerakan ini menjadi basis/dasar dari
membosankan serta di dalam cabang atletik
banyak olahraga yang lain”. Cabang olahraga
bentuk latihan dasarnya relatif monoton dan
atletik adalah induk dari sebagian besar cabang
kurang variasi, teknik dasar atletik yang
olahraga, dimana gerakan-gerakan yang ada di
terkesan tidak aplikatif, dan atletik merupakan
dalam atletik seperti: lari, loncat, lompat, dan
olahraga individu yang tidak sama dengan
lempar, sebagian besar ada
olahraga-olahraga beregu atau tim yang bentuk
pada olaharga
lainnya, sehingga tidak heran pemerintah
semakin
mendukung cabang
bahwa olahraga
atletik yang
latihannya banyak variasi dan permainan.
menetapkan cabang olahraga atletik sebagai
Pada awal belajar atletik akan diajarkan
pembahasan di dalam mata pelajaran di bidang
gerakan-gerakan dasar, seperti: jalan, lari,
studi-studi sekolah dari sekolah dasar sampai
lompat, dan lempar yang kesemua gerakan
sekolah menengah atas. Atletik juga merupakan
tersebut
sarana pendidikan
rangka
diarahkan pada gerak multilateral. Hal ini juga
biomotorik,
dijelaskan pada IAAF (2000: 5) yaitu “bidang
kecepatan,
atletik pertama-tama semua ide atau pemikiran
meningkatkan
jasmani
dalam
kemampuan
misalnya: kekuatan, dayatahan,
kelenturan, koordinasi dan sebagainya.
merupakan
gerakan
dasar
yang
yang memotifasi para remaja untuk berlari,
Atletik merupakan cabang olahraga
melompat, dan melempar”. Pada setiap latihan
yang di dalamnya memiliki banyak nomor,
akan diajarkan gerakan dasar tersebut, sehingga
sehingga atlet cabang atletik bebas memilih
tidak menutup kemungkinan akan adanya rasa
nomor yang mereka pilih sesuai dengan
bosan atau jenuh. Padahal untuk belajar atletik
Tingkat Usaha Mengatasi ...(M. Bambang Hermanto)3 harus dimulai dari gerakan multilateral yang
tariknya. Hal ini juga diperkuat dari IAAF
akan memperkuat otot-otot di seluruh bagian
(2000:
tubuh, sehingga harus dilakukan dengan sabar
menyerahkan dirinya untuk berlatih suatu
dan tidak mudah putus asa. Latihan yang seperti
gerakan
ini dapat membuat anak cepat bosan dan
berkonsentrasi yang kuat dalam permainan ini,
memilih
menghentikan
yang bagi non-atlet mungkin tidak bisa
latihannya. Rasa bosan biasanya mulai muncul
dimengerti”. Hal ini semakin memicu para atlet
ketika anak tetap saja tidak ada kemajuan
untuk kemudian bosan karena berlatih gerakan
dalam
mendapat
yang sama terus dan akhirnya non-aktif, ada
kemenangan dalam setiap kejuaraan yang
juga yang tetap latihan tetapi mulai tidak rutin.
diikuti maupun atlet-atlet senior yang telah
Selain itu tidak jarang juga atlet yang masih
mencapai puncaknya.
tingkat pemula maupun tingkat spesialisasi
untuk
prestasi,
keluar
tidak
dan
pernah
Tidak sedikit atlet yang telah mencapai
sudah
5)
bahwa
yang
“atlet
sama
merasakan
atletik
selama
kebosanan.
dapat
berjam-jam,
Hal
ini
puncak prestasi dimana masa-masa remaja dulu
dikarenakan latihan sudah menjadi rutinitas
hanya diisi dengan latihan, kemudian mulai
melakukan teknik gerak yang begitu saja
kehilangan tujuan latihan dan akhirnya jenuh.
selama bertahun-tahun.
Gejala-gejala yang timbul biasanya atlet-atlet
Sebagai
seorang
pelatih
tantangan
tidak melakukan latihan dengan baik, tidak
terbesar yang akan dihadapi adalah menemukan
konsentrasi dan bergurau dalam latihan. Gejala
cara terbaik untuk mengembangkan potensi
seperti itu biasanya muncul pada saat laithan,
para atlet atletik kita di Indonesia. Bompa
untuk mengurangi kebosanannya atlet atletik
(1994), menyatakan bahwa segala keberhasilan
akan lebih senang bergurau dengan rekan
yang dicapai sangat tergantung dari kualitas
sesama atlet dibandingkan dengan latihan.
serta keakraban hubungan antara pelatih dengan
Intruksi dari pelatih mulai tidak dilaksanakan
atletnya, dimana peranan pengetahuan harus
dengan baik oleh atlet atletik dan kedisiplinan
diperankan oleh pelatih itu sendiri, pentingya
atlet atletik pada saat latihan semakin hari
seorang pelatih dalam mengetahui lebih banyak
semakin berkurang, itu merupakan sebagian
cara atau metode yang dapat digunakan
gejala
terhadap atlet .
yang
timbul
karena
faktor
kejenuhan.Tingkat kejenuhan pada atlet atletik
Menurut Herman Subardjah (2002:02)
biasanya dikarenakan program latihan yang
menjelaskan bahwa “dalam kegiatan olahraga,
kurang
bervariasi.Sehingga
interaksi yang terjadi diantara atlet, antara atlet
rutinitas yang dilakukan kurang ada daya
dengan pelatihnya, dan atlet dengan anggota
menarik
dan
Tingkat Usaha Mengatasi ...(M. Bambang Hermanto)4 tim lainya menimbulkan dampak psikologis
utama bagi kemajuan dunia atletik Indonesia.
tertentu”. Pelatih yang memiliki pengetahuan
Tingkat kejenuhan yang tinggi adalah alasan
dan wawasan yang luas dapat menggunakan
utama hilangnya minat terhadap olahraga ini
cara dan metode yang dapat memaksimalkan
dikalangan para atlet. Sehingga diperlukan
program tanpa adanya keraguan akan timbulnya
suatu upaya dan usaha untuk menjadikan
kejenuhan atau ketidak cocokan dalam program
olahraga atletik ini menjadi olahraga yang
yang diberikan, perencanaan yang baik dan
menyenangkan dan digeluti banyak orang.
jelasnya arah tujuan dari pada latihan yang
KBBI: 3 menjelaskan bahwa “usaha adalah
dituju, akan memaksimalkan hasil dari program
kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran,
yang akan diberikan. Hal ini juga akan
atau badan untuk mencapai suatu maksud;
memberikan motivasi dan arah yang jelas
pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya
kepada atlet atletik.
upaya)
untuk
mencapai
sesuatu”.
Indra
Olahraga atletik termasuk salah satu
Herlambang juga menjelaskan dengan rinci
olahraga yang berat karena olahraga ini
bahwa “usaha yaitu suatu ide atau gagasan yang
membutukan komitmen yang sangat tinggi,
diaktualisasikan menjadi suatu kegiatan yang
disiplin, dan merupakan rutinitas yang sangat
direncanakan dan diterapkan”. Bertolak dari
membosankan. Persiapan di usia dini adalah
pendapat di atas maka dapat disimpulkan
persiapan yang sangat penting bagi atlet atletik,
bahwa untuk memajukan dan menjadikan
yang akan menentukan arah dari pada atlet
olahraga atletik ini menjadi olahraga yang tidak
atletik. Bibit yang dimiliki di Indonesia ini
menjenuhkan dan membosankan, melainkan
sangat banyak, kendala yang dihadapi adalah
suatu olahraga induk yang disenangi banyak
kurangnya peran bagaimana menarik perhatian
orang memerlukan suatu usaha yang keras dan
bibit-bibit muda dan memupuknya dengan baik
tekad yang ulet.
agar anak-anak tertarik untuk berkecimpung dalam dunia atletik.
METODE PENELITIAN
Memupuk rasa menyukai olahraga ini
Jenis Penelitian
membutuhkan pemikiran yang tidak henti-
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
henti. Bagian penting yang harus diperhatikan
deskriptif kuantitatif dengan menggunakan
adalah, bagaimana caranya membuat olahraga
metode surve, dengan teknik pengumpulan data
yang monoton ini menjadi sesuatu yang
menggunakan
menyenangkan. Banyak bibit-bibit atlet atletik
Arikunto
yang padam ditengah jalan menjadi kendala
adalah penelitian yang hanya menggambarkan
angket.
Menurut
Suharsimi
(1998:139),
penelitian
deskriptif
Tingkat Usaha Mengatasi ...(M. Bambang Hermanto)5 keadaan atau status fenomena. Suharsimi
menggunakan instrumen pengumpulan data
Arikunto (2006: 312), mengungkapkan bahwa
dengan angket atau kuesioner. Kuesioner atau
metode survei merupakan penelitian yang biasa
angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
dilakukan
digunakan untuk memperoleh informasi dari
dengan
subjek
yang
banyak,
dimaksudkan untuk mengumpulkan pendapat
responden
dalam
arti
laporan
atau informasi mengenai status gejala pada
pribadinya
atau
hal-hal
yang
waktu penelitian berlangsung. Penelitian ini
(Suharsimi Arikunto, 2002: 128).
tentang diketahui
akan membuktikan bagaimana tingkat usaha
Untuk mengetahui faktor-faktor dari
dalam mengatasi kejenuhan latihan pada atlet
tingkat usaha mengatasi kejenuhan latihan
atletik Kelas Khusus Olahraga (KKO) dan Atlet
pada atlet atletik Kelas Khusus Olahraga
Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar
(KKO) dan Atlet Pusat Pembinaan dan Latihan
(PPLP) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Olahraga Pelajar (PPLP) Daerah Istimewa Yogyakarta, maka disusun angket sebagai
Populasi dan Subjek Penelitian
instrumen
Populasi dalam penelitian ini adalah atlet atletik
mekanismenya adalah sebagai berikut:
Kelas Khusus Olahraga (KKO) dan Atlet Pusat
1.
Peneliti mencari data sampel
Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar
2.
Peneliti menentukan jumlah yang menjadi
3.
Adapun
Peneliti
menyebarkan
angket
kepada
responden.
penelitian yaitu SMP N 2 Tempel, SMP N 2 Galur, SMP N 13 Yogyakarta, SMP N 1
data.
subjek penelitian.
(PPLP) Daerah Istimewa Yogyakarta. Kelas khusus olahraga yang dijadikan subyek dari
pengumpulan
4.
Setelah
proses
pengkodean
Playen, SMA N 1 Sewon, dan untuk atlet PPLP
melakukan
DIY yang dijadikan subyek penelitian yaitu
dananalisis data dengan bantuan software
atlet atletik yang berjumlah 6 atlet. Keseluruhan
program Microsoft Excell 2007 dan SPSS
subyek penelitian sebanyak 75 atlet.
16 for Windows. 5.
Instrumen dan Teknik pengumpulan Data Penelitian “tingkat usaha mengatasi kejenuhan latihan
pada atlet atletik Kelas
Khusus Olahraga (KKO) dan Atlet Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP)
Daerah
Istimewa
Yogyakarta.”
Setelah
proses
peneliti
pengelolaan
memperoleh
data
data
penelitian
peneliti mengambil kesimpulan dan saran. Teknik Analisis Data Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data sehingga data-data kesimpulan.
tersebut Teknik
dapat analisis
ditarik
suatu
data
dalam
Tingkat Usaha Mengatasi ...(M. Bambang Hermanto)6 penelitian ini menggunakan teknik analisis data
stadion Handayani, untuk atlet PPLP yang
deskriptif kuantitatif. Cara perhitungan analisis
berada di Kabupaten Bantul berlatih di stadion
data
relative
Sultan Agung, untuk atlet PPLP yang berada di
persentase. Menurut Anas Sudijono (2009: 40)
Kabupaten Kulonprogo berlatih di stadion
rumus dalam mencari frekuensi relatif yaitu:
Cangkring, dan untuk atlet PPLP yang berada
mencari
besarnya
frekuensi
𝐹
P = 𝑁 𝑋 100%
di Kabupaten Sleman berlatih di stadion Tridadi.
Keterangan:
P = Persentase yang dicari (Frekuensi Relatif) HASILPENELITIAN DANPEMBAHASAN
F = Frekuensi
Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk
N = Jumlah Responden Pengkategorian
dalam
penilaian
pengelolaan hasil penelitian skoring atau penilan dengan kriteria konversi.
menggambarkan data, yaitu tentang tingkat usaha mengatasi kejenuhan latihan pada atlet Atletik Kelas Khusus Olahraga (KKO) dan atlet Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelas Khusus Olahraga (KKO) dan Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Daerah Istimewa Yogyakarta. Kelas Khusus Olahraga (KKO) yang menjadi subyek penelitian yaitu: SMP N 2 Tempel, SMP N 2 Galur, SMP N 13 Yogyakarta, SMP N 1 Playen, SMA N 1 Sewon, dan untuk atlet Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) DIY. Waktu pengambilan data yaitu pada saat jam latihan
(PPLP) Daerah Istimewa Yogyakarta yang diungkapkan dengan angket yang berjumlah 38 butir, dan terbagi dalam dua faktor, yaitu: faktor
intrinsik
dan
ekstrinsik.
Hasil
perhitungan tingkat usaha mengatasi kejenuhan latihan pada atlet Atletik Kelas Khusus Olahraga (KKO) dan atlet Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Daerah Istimewa
Yogyakarta
secara
keseluruhan
sebagai berikut: Tabel 1. Persentase Tingkat Usaha Mengatasi Kejenuhan Atlet
atletik dan untuk lokasi latihan berada di halaman sekolah. Berbeda dengan atlet atletik Kelas Khusus olahraga (KKO), atlet Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar
Berdasarkan pada tabel perhitungan
(PPLP) DIY yang lokasi latihan tersebar di
persentase di atas dapat dilihat bahwa terdapat
beberapa tempat yaitu untuk atlet PPLP yang
usaha Atlet Atletik Kelas Khusus Olahraga
berada di Kabupaten Gunungkidul berlatih di
(KKO) dan Atlet Pusat Pembinaan dan Latihan
Tingkat Usaha Mengatasi ...(M. Bambang Hermanto)7 Olahraga Pelajar (PPLP) Daerah Istemewa Yogyakarta dalam usaha mengatasi kejenuhan latihan sebesar 78,97%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat usaha Atlet Atletik Kelas Khusus Olahraga (KKO) dan Atlet Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Daerah Istemewa
Yogyakarta
dalam
mengatasi
kejenuhan termasuk pada kategori tinggi.
Gambar 1. Diagram Batang Tingkat UsahaMengatasi Kejenuhan Latihan Pada Atlet Atletik dari Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik
Tingkat usaha mengatasi kejenuhan
Berdasarkan tabel dan grafik di atas
latihan tersebut dapat dilihat berdasarkan faktor
menunjukkan bahwa persentase tingkat usaha
intrinsik dan ekstrinsik. Hasil perhitungan
mengatasi kejenuhan latihan pada atlet Atletik
persentase tingkat usaha mengatasi kejenuhan
Kelas Khusus Olahraga (KKO) dan atlet Pusat
latihan pada atlet Atletik Kelas Khusus
Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar
Olahraga (KKO) dan atlet Pusat Pembinaan dan
(PPLP) Daerah Istimewa Yogyakarta pada
Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Daerah
faktor intrinsik sebesar 44, 27%. Faktor
Istimewa Yogyakarta ditinjau dari faktor
ekstrinsik menunjukkan kontribusi pada usaha
intrinsik dan ekstrinsik sebagai berikut:
dalam mengatasi kejenuhan latihan sebesar 34,
Tabel 2. Presentase Tingkat Usaha Mengatasi Kejenuhan Atlet Ditinjau dari Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik
71%. Untuk lebih detailnya mengenai hasil perhitungan persentase tingkat usaha dalam mengatasi kejenuhan latihan maka dapat dilihat berdasarkan hasil setiap indikator pada masing-
Berikut ditampilkan diagram batang data persentase tingkat usaha atlet dalam mengatasi kejenuhan latihan ditinjau dari faktor intrinsik dan ekstrinsik.
masing faktor sebagai berikut: 1. Faktor Intrinsik Berikut
disajikan
rangkuman
penjabaran perhitungan persentase masingmasing indikator pada faktor intrinsik. Tabel 3. Rangkuman Persentase Kontribusi Masing-Masing Indikator dalam Faktor Intrinsik
Tingkat Usaha Mengatasi ...(M. Bambang Hermanto)8 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
ekstrinsik dalam usaha mengatasi kejenuhan
terbesar pada faktor
latihan adalah sarana dan prasarana sebesar
intrinsik dalam usaha mengatasi kejenuhan
7,99% dari keseluruhan kontribusi faktor
latihan adalah tekat serta kekuatan dalam
intrinsik
diri atlet sendiri sebesar 15, 67% dari
keseluruhan
keseluruhan
intrinsik
indikator pada faktor ektrinsik hampir
sebesar 44, 27%. Berikut disajikan diagram
merata dan jarak persentase kontribusi
batang persentase masing-masing indikator
masing-masing indikator tidak begitu jauh.
dalam faktor intrinsik.
Berikut disajikan diagram batang persentase
bahwa kontribusi
kontribusi
faktor
sebesar
34,71%.
kontribusi
masing-masing
indikator
Secara
masing-masing
dalam
faktor
ekstrinsik.
Gambar 2. Diagram Batang Persentase Kontribusi Masing- Masing Indikator Faktor Intrinsik. 2. Faktor Ekstrinsik Berikut ini akan disajikan rangkuman
Gambar 3. Diagram Batang Persentase Kontribusi Masing- Masing Indikator Faktor Ekstrinsik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penjabaran perhitungan persentase masingmasing indikator pada faktor ekstrinsik.
faktor intrinsik memiliki kontribusi yang lebih
Tabel 4. Rangkuman Persentase Kontribusi Masing-Masing Indikator dalam Faktor Ekstrinsik
besar dari pada faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik memiliki kontribusi sebesar 44, 27%. Faktor
intrinsic
berfungsi
karena
adanya
dorongan-dorongan yang berasal dari dalam diri individu sendiri. Indikator dalam faktor intinsik
yang
berpengaruh
pada
tingkat
kejenuhan atlet antaralain yaitu: tekad seta Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kontribusi terbesar pada faktor
kekuatan
dalam
diri
sendiri,
kesadaran
pentingnya latihan, kedisiplinan, psikis/mental.
Tingkat Usaha Mengatasi ...(M. Bambang Hermanto)9 kepuasan,
KESIMPULAN Berdasarkan
hasil
analisis
data,
pengujian hasil penelitian, dan pembahasan,
1. Tingkat usaha mengatasi kejenuhan latihan pada atlet Atletik Kelas Khusus Olahraga (KKO) dan Atlet Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Daerah Yogyakarta
keterlibatan
atlet
dalam
aktivitas itu didasari oleh keinginan untuk memperoleh
sesuatu.
Faktor
ekstrinsik
merupakan keinginan untuk menampilkan suatu
dapat diambil kesimpulan, yaitu:
Istimewa
tetapi
termasuk
dalam
kategori tinggi dengan persentase usaha
aktivitas karena adanya penghargaan dari luar dirinya. Dengan demikian faktor ekstrinsik akan berfungsi manakala ada rangsangan dari luar diri seseorang, misalnya seorang atlet terdorong untuk berprestasi atau berusaha sebaik-baiknya
disebabkan
karena:
(1)
menerima hadiah yang dijanjikan kepada atlet
sebesar 78, 98%. 2. Ditinjau dari faktor intrinsik dan ekstrinsik tingkat usaha mengatasi kejenuhan latihan pada atlet Atletik Kelas Khusus Olahraga (KKO) dan Atlet Pusat Pembinaan dan
bila menang. (2) perlawatan keluar negeri, (3) akan dipuja orang, (4) akan menjadi berita di koran dan TV, (5) ingin mendapat status di masyarakat dan sebagainya.
Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Daerah Istimewa
Yogyakarta
menunjukkan
SARAN Sesuai dengan kesimpulan, implikasi
kontribusi sedang dari faktor intrinsik dengan persentase sebesar 44, 27% dan kontribusi rendah dari faktor ekstrinsik
dan keterbatasan penelitian di atas, saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: 1.
dengan persentase sebesar 34,71%.
Agar mengembangkan penelitian lebih dalam lagi tentang tingkat usaha mengatasi
Faktor ekstrinsik timbul karena adanya
kejenuhan latihan pada atlet Atletik Kelas
faktor luar yang mempengaruhi dirinya. Pada
Khusus Olahraga (KKO) dan Atlet Pusat
saat latihan faktor ekstrinsik ternyata sangat
Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar
berpengaruh
(PPLP) Daerah Istimewa Yogyakarta.
pada
atlet,
faktor
ekstrinsik
tersebut antara lain: variasi dalam latihan, komunikasi,
sarana
hadiah/reward, berdasarkan
dan
prasarana,
perencanaan kemampuan
latihan
individu
atas
kemampuan. Atlet
2.
Agar melakukan penelitian tentang tingkat usaha mengatasi kejenuhan latihan pada atlet
Atletik
Kelas
Khusus
Olahraga
(KKO) dan Atlet Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Daerah
berpartisipasi
dalam
aktivitas
olahraga tidak didasari dengan kesenangan dan
Tingkat Usaha Mengatasi ...(M. Bambang Hermanto)10 Istimewa
Yogyakarta
dengan
menggunakan metode lain. 3.
Bagi guru dan pelatih sangat diharapkan dapat
menambah
berhubungan
dengan
pengetahuan cabang
yang
olahraga
atletik, juga meningkatkan profesionalisme sebagai seorang guru dan pelatih. 4.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bagi
mahasiswa,
agar
mahasiswa
meningkatkan kemampuan dan penguasaan materi
baik
teori
maupun
praktek,
meningkatkan kemampuan dalam melatih, sehingga akan terbentuk tenaga pendidik yang profesional.
DAFTAR PUSTAKA Bompa O. Tudor. (1994). Theory and Methodology of Training. Toronto: Kendal/ Hunt Publishing Company. Anas Sudijono. (2009). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Eddy Purnomo. (2007). Pedoman Mengajar Dasar Gerak Atletik. Yogyakarta: FIK UNY. Herlambang, Hendra. ( 2011). Pengertian Usaha. Diakses dari www.bukanhendraherlambang.blogspot.co.id, pada tanggal 20 juni 2016, jam 06.09 Suharsimi Arikunto. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
IAAF. (2000). Run! Jump! Throw!.IAAF. IAAF.(2006-2007). Peraturan Atletik.Jakarta: PB PASI.
Lomba