1
Tingkat Pelayanan Pengangkutan Sampah di Rayon Surabaya Pusat Prasidya Tyanto Marhendra Putra dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected] Abstrak— Surabaya Pusat adalah salah satu kawasan pelayanan sampah di Kota Surabaya. Kawasan ini merupakan kawasan padat penduduk di Surabaya. Sekitar 13% sampah di Kota Surabaya berasal dari Surabaya Pusat. Sebelum diangkut menuju TPA, sampah di Surabaya Pusat ditampung di 21 LPS yang tersedia. Pengangkutan sampah di rayon Surabaya Pusat dilakukan dengan dua metode yaitu metode HCS dan SCS. Masing-masing LPS disediakan kontainer sesuai metode pengangkutan yang diterapkan. Kapasitas dan jumlah kontainer dipengaruhi oleh timbulan sampah, ritasi dan kapasitas kendaraan pengangkut. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat pelayanan pengangkutan sampah di Surabaya Pusat. Pengukuran tingkat pelayanan menggunakan analisa jumlah penduduk dan weight-volume analysis. Analisa jumlah penduduk digunakan untuk menghitung jumlah penduduk eksisting pada daerah pelayanan. Jumlah tersebut akan mempengaruhi jumlah timbulan sampah di masingmasing LPS. Sedangkan weight-volume analysis digunakan untuk menghitung sampah yang terangkut. Dari hasil penelitian didapatkan tingkat pelayanan pengangkutan sampah di Surabaya Pusat sebesar 82%. Persentase tersebut telah sesuai dengan standard pelayanan yang ditetapkan. Kata Kunci— pelayanan, sampah, timbulan
K
I. PENDAHULUAN
OTA Surabaya memiliki luas wilayah sekitar 520,87 Km2 yang terbagi dalam 31 Kecamatan dan 160 kelurahan [1]. Hingga akhir tahun 2010, penduduk kota Surabaya sebesar 3.104.584 jiwa dengan jumlah timbulan sampah sekitar 8.904 m3/hari dengan timbulan yang terangkut sebesar 80% [2]. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui timbulan sampah terangkut pada kondisi eksisting. Lokasi penelitian tidak meliputi seluruh Surabaya, namun hanya mengambil salah satu zona pelayanan pengangkutan sampah. Pelayanan pengangkutan sampah Kota Surabaya dibagi menjadi lima zona pelayanan. Kelima zona tersebut yaitu Surabaya Pusat, Surabaya Selatan, Surabaya Utara dan Surabaya Barat. Dari kelima zona tersebut, dipilih zona Surabaya Pusat, karena zona ini menyumbang sekitar 13% dari total timbulan sampah Kota Surabaya [2]. Selain itu, Surabaya Pusat merupakan kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 20.009 jiwa/Km2. Surabaya Pusat terbagi dalam 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Tegalsari, Kecamatan Genteng, Kecamatan Bubutan dan Kecamatan Simokerto. Pelayanan penanganan sampah kawasan Surabaya Pusat ditunjang dengan fasilitas depo serta LPS sejumlah 21 unit
[2]. Untuk melayani pengangkutan sampah, masing-masing LPS disediakan kontainer sesuai dengan kendaraan pengangkut yang melayani. LPS yang dilayani kendaraan pengangkut HCS disediakan kontainer berkapasitas 8 m3 dan 14 m3. Sedangkan LPS yang dilayani oleh kendaraan pengangkut SCS disediakan kontainer berkapasitas 0,66 m3. Jumlah kontainer dan kapasitas kontainer perlu diperhatikan karena berkaitan dengan pengumpulan dan pengangkutan sampah [3]. II. METODE PENELITIAN Data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari observasi di lapangan. Data primer digunakan untuk mendapatkan lokasi LPS. Lokasi LPS dari data primer dapat digunakan untuk menentukan wilayah pelayanan masing-masing LPS. Data sekunder didapatkan dari instansi serta literatur. Data sekunder dari instansi digunakan sebagai data yang akan diolah maupun data pelengkap. Instansi yang berkaitan dengan penelitian ini adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pengembangan Kota. Sedangkan literatur digunakan sebagai pustaka dan landasan dalam mengolah data-data yang didapatkan. Literatur didapatkan dari buku, artikel dari internet, tugas akhir maupun hasil penelitian. A. Menganalisa Jumlah Penduduk Laju timbulan sampah dipengaruhi oleh jumlah penduduk [4]. Maka, perkembangan jumlah penduduk berpengaruh terhadap peningkatan timbulan sampah [5]. Sehingga untuk mengetahui timbulan sampah pada tahun eksisting, diperlukan jumlah penduduk pada tahun eksisting. Jumlah penduduk pada tahun eksisting dapat dianalisa dengan metode proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh selama tiga tahun terakhir. Proyeksi penduduk dihitung dengan menggunakan salah satu dari tiga metode [4], yaitu metode aritmatik, metode geometrik dan metode least-square. Pemilihan metode berdasarkan nilai r yang mendekati angka 1 dari masing-masing metode. B. Menentukan Wilayah Pelayanan LPS Sebelum menghitung timbulan sampah di LPS maka perlu ditetapkan wilayah pelayanan masing-masing LPS. Penetapan wilayah pelayanan masing-masing LPS berdasarkan lokasi LPS dan kecamatan di sekitar lokasi
2 LPS. Selain itu, wilayah pelayanan juga mempertimbangkan data sekunder yang didapatkan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan. C. Menganalisa Timbulan Sampah Timbulan sampah adalah banyaknya sampah dalam satuan berat atau volume [6]. Timbulan sampah perkotaan 76% berasal dari sampah domestik, 6% dari penyapuan jalan, 9% dari sampah kawasan komersial, 5% dari industri, 3% dari hotel dan 1% dari rumah sakit [7]. Timbulan sampah kawasan permukiman berkisar antara 0,25 – 0,40 Kg/org.hari [8]. Tingginya timbulan sampah ditentukan oleh 3 faktor, yaitu kegiatan 3R, sikap masyarakat dan aturan hukum serta kondisi fisik [9]. Timbulan sampah per kapita di salah satu wilayah Surabaya Pusat sebesar 2,37 L/org.hari [10]. Timbulan sampah keseluruhan dan yang terangkut dapat dianalisa. Timbulan sampah keseluruhan dianalisa dari perkalian antara jumlah penduduk hasil proyeksi dengan timbulan sampah per kapita. Sedangkan timbulan sampah terangkut didapatkan dengan analisa berat[3].
pada tahun tersebut. Sedangkan untuk metode least-square, nilai y merupakan jumlah penduduk pada tahun tersebut. Untuk nilai x pada ketiga metode berasal dari selisih tahun antara tahun tersebut dengan tahun data paling awal. Dari perhitungan r untuk masing-masing metode maka didapatkan nilai r seperti pada Tabel 2. Tabel 2 Perbandingan Nilai r
Metode Aritmatika Geometrik Least-Square
Nilai r -0,184 0,728 0,726
Dari Tabel 2, maka metode yang digunakan adalah metode geometrik. Penggunaan metode ini dikarenakan metode geometrik mempunyai nilai r yang paling mendekati angka 1. Sehingga, dilakukan perhitungan proyeksi penduduk masing-masing kelurahan dengan metode ini. Perhitungan proyeksi [4] masing-masing kelurahan menggunakan persamaan berikut :
Pn Po (1 r ) dn III. HASIL DAN DISKUSI A. Analisa Jumlah Penduduk Untuk melakukan analisa jumlah penduduk, dibutuhkan data penduduk beberapa tahun terakhir. Data jumlah penduduk terlengkap yang dapat diperoleh adalah data penduduk kurun waktu 2010 hingga 2012. Sehingga analisa dilakukan dengan data penduduk tersebut. Sebelum menentukan metode proyeksi yang digunakan, maka dilakukan perhitungan nilai r untuk masing-masing metode. Perhitungan nilai r menggunakan jumlah penduduk total dari empat kecamatan di wilayah Surabaya Pusat. Jumlah penduduk masing-masing kecamatan dapat diketahui pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan Tahun 2010 – 2012
No 1 2 3 4
Kecamatan Bubutan Genteng Tegalsari Simokerto Total
Jumlah Penduduk (Jiwa) 2010
2011
2012
113528 55644 112180 88797 370149
114847 57441 114591 96658 383537
115252 47907 116304 100821 380284
Analisa dilakukan dengan memproyeksikan jumlah penduduk untuk tahun eksisting. Sebelum dilakukan perhitungan proyeksi, dipilih terlebih dahulu metode proyeksi yang akan digunakan. Pemilihan metode berdasarkan perhitungan nilai r masing-masing metode. Nilai r didapatkan dari persamaan berikut : r (1)
n( xy ) ( y )( x)
{n( y 2 ) ( y ) 2 }{n( x 2 ) ( x) 2 }
Perbedaan masing-masing metode terdapat pada perhitungan nilai y. Pada metode aritmatika, nilai y merupakan selisih jumlah penduduk pada tahun tersebut dengan tahun sebelumnya. Pada metode geometrik, nilai y merupakan bilangan eksponensial dari jumlah penduduk
(2) Nilai r pada persamaan (2), didapatkan dari nilai r masing-masing kelurahan. Po adalah jumlah penduduk pada tahun ke 0 atau data tahun terakhir, sedangkan dn adalah kurun waktu proyeksi. Melalui persamaan tersebut maka didapatkan jumlah penduduk pada tahun 2014 yang tercantum pada tabel 3. Tabel 3 Jumlah Penduduk Surabaya Pusat Hasil Proyeksi Kelurahan
Jumlah Penduduk (jiwa) 2012
2014
Kecamatan Genteng Embong Kaliasin Ketabang Genteng Peneleh
9480 6489 7069 12069
8914 7199 7938 11273
Kapasari
12800
11263
Total
47907
46587
Kecamatan Simokerto Kapasan
17009
18265
Tambak Rejo Simokerto Sidodadi Simolawang
21480 24124 15745 22463
23751 34578 14996 27185
100821
118775
Total
Kecamatan Bubutan Tembok Dukuh
30942
31499
Bubutan Alon-alon Contong
15177
15278
7910
7867
Gundih
32009
32785
Jepara
29214
30056
115252
117485
Total
KecamatanTegalsari Keputran Dr Soetomo
20966 23018
23637 25285
3
Kelurahan
Jumlah Penduduk (jiwa) 2012
2014
Tegalsari
21417
23230
Wonorejo
25683
24070
Kedung Doro
25220 116304
Total
25729
18
Pandegiling
121951
19
Dinoyo
20
Taman Ketampon
67% Kel. Dr. Soetomo
21
Keputran Selatan
100% Pasar Keputran Selatan
Persentase dan Wilayah Pelayanan Kecamatan Bubutan 50% Kel. Tembok Dukuh, 17% Kel. Gundih 33% Kel. Bubutan, 50% Kel. Tembok Dukuh
1
Demak
2
Pringadi
3
Penghela
67% Kel. Bubutan, 50% Gundih
4
Sulung Kali
100% Kel. Alun-alun Contong, 25% Kel. Jepara
5
Dupak
33% Kel. Jepara, 33% Kel. Gundih Kecamatan Simokerto
6
Simolawang
33% Kel. Simokerto, 33% Kel. Sidodadi, 100% Kel. Simolawang
7
Pasar Kapasan
100% Pasar Kapasan
Tambak Rejo
100% Kel. Tambak Rejo,100% Kel. Kapasan, 67% Kel.Simokerto, 67% Kel. Sidodadi
8
Kecamatan Genteng 9 10
Simpang Dukuh
75% Kel. Ketabang, 100% Kel. Genteng,
Pasar Genteng
100% Pasar Genteng 100% Pasar Bunga, 100% Kel. Embong Kaliasin 25% Kel. Ketabang, 50% Kel. Pacar Kembang, 50% Kel. Pacar Keling
11
Kayun
12
Legundi
13
Makam Peneleh
100% Kel. Peneleh
Pecindilan
100% Kel. Kapasari
14
Persentase dan Wilayah Pelayanan
Pasar Kembang
Tabel 4 LPS, Persentase dan Wilayah Pelayanan. Nama LPS/Depo
Nama LPS/Depo
17
B. Wilayah Pelayanan LPS Wilayah pelayanan LPS didapatkan dari data sekunder dan data primer. Mayoritas LPS di Surabaya Pusat melayani pemukiman di Surabaya Pusat. Namun, ada beberapa LPS yang melayani kelurahan di luar Surabaya Pusat dan ada pula yang hanya melayani pasar. Pada penelitian ini, sebagian besar kelurahan yang dilayani oleh rayon Pusat tidak diperhitungkan. Kecuali jika LPS tersebut sumber sampah dominan berasal dari kelurahan di luar Surabaya Pusat seperti LPS Legundi. Tabel 4 akan menampilkan wilayah pelayanan LPS serta persentase pelayanan masingmasing kelurahan.
No
No
Kecamatan Tegalsari 15
Kedondong
50% Kel. Tegalsari, 25% Kel. Kedung Doro
16
Kedung Anyar
75% Kel. Kedungdoro
67% Kel.Wonorejo, 17% Kel. Tegalsari 33% Kel. Wonorejo, 33% Kel.Tegalsari, 33% Kel. Keputran 67% Kel. Keputran, 33% Kel. Dr Soetomo
C. Analisa Timbulan Sampah 1) Timbulan Sampah Tiap Kelurahan Timbulan sampah tiap kelurahan bersumber dari sampah permukiman. Timbulan dapat dihitung dengan mengkalikan antara jumlah penduduk dengan faktor timbulan per kapita. Faktor timbulan untuk kawasan Surabaya Pusat sebesar 2.37 L/org.hari[10]. Sebagai contoh akan dihitung timbulan sampah kelurahan Embong Kaliasin pada tahun 2014 sebagai berikut : Timbulan sampah = Jumlah penduduk x 2.37 L/org.hari Timbulan sampah = 8914 jiwa x 2.37 L/org.hari Timbulan sampah = 21127 L/hari Timbulan sampah = 21 m3/hari Secara keseluruhan timbulan sampah di masing-masing kelurahan dapat diketahui pada Tabel 5. Timbulan sampah masing-masing kelurahan digunakan untuk menghitung timbulan sampah di LPS. Berikut adalah Tabel 5 yang berisikan timbulan sampah masing-masing kelurahan. Tabel 5 Timbulan Sampah Tiap Kelurahan Timbulan Sampah Kelurahan (m3) 2014 Kecamatan Genteng Embong Kaliasin Ketabang Genteng Peneleh Kapasari Total
21 17 19 27 27 110
Kecamatan Simokerto Kapasan Tambak Rejo Simokerto Sidodadi Simolawang Total
43 56 82 36 64 281
Kecamatan Bubutan Tembok Dukuh Bubutan Alon-alon Contong Gundih Jepara Total
75 36 19 78 71 278
4
Kelurahan
sampah di LPS sebesar 0.2 ton/m3, sedangkan densitas di kendaraan pengangkut sebesar 0.3 ton/m3[3].
Timbulan Sampah (m3) 2014
Tabel 7 Jumlah, Volume dan Ritasi Kendaraan Pengangkut
KecamatanTegalsari Keputran Dr Soetomo Tegalsari Wonorejo Kedung Doro Total
56 60 55 57 61
No
2) Timbulan Sampah di LPS Timbulan sampah di LPS merupakan timbulan sampah yang masuk di masing-masing LPS. Sampah yang masuk dari LPS di Surabaya Pusat bersumber dari permukiman serta fasilitas umum. Sumber sampah dari permukiman di Surabaya Pusat dapat diketahui dari daerah layanan masingmasing LPS. Berdasarkan wilayah pelayanan, maka dapat dihitung timbulan sampah untuk masing-masing LPS. Untuk LPS yang melayani pasar seperti LPS Pasar Kapasan, Pasar Genteng dan Keputran Selatan timbulan sampah mengikuti data dari DKP sebesar 14 m3 per 3 hari. Sedangkan untuk LPS Kayun yang melayani Pasar Bunga Kayun dan Kelurahan Embong Kaliasin, timbulan sampah dari Pasar Bunga Kayun mengikuti data dari DKP sebesar 8 m3 sedangkan timbulan Kelurahan Embong Kaliasin didapatkan dari Tabel 5. Hasil perhitungan timbulan sampah masingmasing kelurahan terdapat pada Tabel 6.
No
Nama LPS/Depo
1 2 3
Demak Pringadi Penghela
4
Sulung Kali
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Dupak Simolawang Pasar Kapasan Tambak Rejo Simpang Dukuh Pasar Genteng Kayun Legundi Makam Peneleh Pecindilan Kedondong Kedung Anyar Pasar Kembang Pandegiling Dinoyo Taman Ketampon Keputran Selatan
Jumlah Kendaraan Volume (m3)
Jumlah
Kecamatan Bubutan
289
Tabel 6 Timbulan Sampah Tiap LPS
LPS/Depo
50 104 14 178 32 14 30 44 27 27 43 46 47 56 57 40 14
3) Timbulan Sampah Terangkut Komponen yang diperlukan untuk menghitung timbulan sampah terangkut adalah ritasi dan volume kendaraan pengangkut. Ritasi dan volume kendaraan pengangkut dapat diketahui pada Tabel 7. Selain itu diperlukan pula densitas sampah di kendaraan pengangkut maupun di LPS. Densitas
Demak Pringadi Penghela Sulung Kali Dupak
6
Simolawang
7 8
Pasar Kapasan Tambak Rejo
1 1 1 1 1
14 14 14 14 14
2 2 3 1 2
1
14
2
1 4
14 14
1 2
Kecamatan Simokerto
Kecamatan Genteng 9
Simpang Dukuh
1
10
1
10 11 12 13 14
Pasar Genteng Kayun Legundi Pecindilan Makam Peneleh
1 2 1 1 1
14 18 10 6
1 1 2 1 2
14 & 6
Kecamatan Tegalsari
Volume Sampah (m3) 50 49 63 36
1 2 3 4 5
Ritas i
15
Kedondong
1
14
2
16 17 18 19 20
Kedung Anyar Pasar Kembang Pandegiling Dinoyo Taman Ketampon Keputran Selatan
1 1 1 1 1
14 14 10 14 10
2 1 1 2 1
1
14
1
21
Dari Tabel 7, dapat dihitung timbulan sampah yang terangkut di tiap LPS. Timbulan sampah terangkut dapat diketahui dengan mengkalikan jumlah kendaraan dengan volume kendaraan serta ritasi kendaraan dengan densitas di kendaraan pengangkut. Hasil dari keseluruhan timbulan terangkut kemudian dikurangkan dengan keseluruhan timbulan di semua LPS. Dari hasil pengurangan didapatkan persentase pelayanan. Berdasarkan Tabel 8, diketahui persentase pelayanan sebesar 82% untuk kondisi eksisting. Tabel 8 Berat Sampah di LPS, Terangkut, Tidak Terangkut serta Persentase Pelayanan di Surabaya Pusat. Berat Berat Berat tidak Sampah Terangkut Terangkut No Nama LPS/Depo ton ton ton Kecamatan Bubutan 1 2 3 4 5
Demak Pringadi Penghela Sulung Kali Dupak
6 7 8
Simolawang Pasar Kapasan Tambak Rejo
10 10 13 7 10
8 8 13 4 8
2 2 0 3 2
13 4 34
8 0 2
Kecamatan Simokerto 21 4 36
5
No
Nama LPS/Depo
9 10 11 12 13 14
Simpang Dukuh Pasar Genteng Kayun Legundi Makam Peneleh Pecindilan
15 16 17 18 19 20 21
Kedondong Kedung Anyar Pasar Kembang Pandegiling Dinoyo Taman Ketampon Keputran Selatan Total
Berat Sampah ton
Berat Terangkut ton
Berat tidak Terangkut ton
Kecamatan Genteng 6 4 6 9 5 5
4 4 6 8 4 4
2 0 0 1 1 1
9 9 9 11 11 8 4
8 8 6 8 9 4 4
1 1 3 3 2 4 0
207
169
38
%
82
18
Kecamatan Tegalsari
Persentase
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Dari pembahasan maka dapat disimpulkan persentase pelayanan sebesar 82% untuk kondisi eksisting. Persentase tersebut dikatakan baik karena berada di atas target pelayanan pengangkutan sampah yang telah ditetapkan. Untuk penelitian selanjutnya kiranya dapat memperhatikan pula timbulan sampah dari penyapuan jalan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis P.T. (inisial nama mahasiswa) mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah memberikan dukungan finansial melalui Beasiswa PPA tahun 2012-2014. DAFTAR PUSTAKA [1]
Pemerintah Kota Surabaya, Memorandum Program Sektor Sanitasi, Surabaya : Pemkot Surabaya(2011) [2] Badan Lingkungan Hidup, Laporan Status Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Surabaya: BLH Kota Surabaya(2012) [3] E. Damanhuri dan T. Padmi, Pengelolaan Sampah, Bandung: ITS(2010) [4] Kementerian Pekerjaan Umum, Modul 03 Dasar-Dasar Sistem Pengelolaan Sampah, Jakarta: Pekerjaan Umum(2013) [5] M. Rizal, Analisa Pengelolaan Persampahan Perkotaan, Jurnal SMARTek, 9(2), (2011, Mei) 155-172 [6] E. Damanhuri, Teknik Pengelolaan Persampahan – Modul A dan B Disiapkan untuk PT. Freeport Indonesia. Bandung: ITS (1999) [7] Z. Belete, Analysis & Development of Solid Waste Management System of Addis Ababa. Addis Ababa (2002) [8] Y.P. Agustia, Emisi Gas Rumah Kaca Pengelolaan dan Pengangkutan Sampah Pemukiman di Kecamatan Gubeng. Surabaya : ITS (2013) [9] G. Tchobanoglous, H. Theisen dan S. Vigil, Integrated Solid Waste Management. Mc Graw Hill (1993) [10] T. Ayuningtyas, Kajian Pengelolaan Sampah di Kecamatan Bubutan, Kota Surabaya. Surabaya: ITS (2010)