TINGKAT KEPUASAN PESERTA DIDIK TERHADAP PELAYANAN PROSES PEMBELAJARAN DI SMK AVERUS Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh Rizky Nurmeida Sobari 1110018200037
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK
Rizky Nurmeida Sobari (NIM: 1110018200037). Tingkat Kepuasan Peserta Didik Terhadap Pelayanan Proses Pembelajaran di SMK Averus. Skripsi Program Strata Satu (S-1), Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tingkat kepuasan peserta didik terhadap pelayanan proses pembelajaran di SMK Averus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan teknik survei untuk mengetahui tingkat kepuasan peserta didik terhadap pelayanan proses pembelajaran. Teknik pengambilan sampel yaitu random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan bentuk pilihan yang menggunakan skala likert dengan 5 alternatif pilihan jawaban dan sebagai data pembanding menggunakan wawancara, dengan mewawancarai 1 guru pelajaran, 1 guru BK, dan 1 pembina OSIS. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa peserta didik merasa puas terhadap pelayanan proses pembelajaran. Berikut rekomendasi yang dapat diberikan agar pelayanan proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan maksimal. Pertama, menyediakan kotak saran. Kedua, kepala sekolah harus memberikan kesan mendalam. Ketiga, pendidik dan tenaga kependidikan turut memberikan pelayanan yang terbaik. Keempat, sarana dan prasaranan yang menunjang kegiatan pelayanan proses pembelajaran di SMK Averus.
Kata kunci: tingkat kepuasan peserta didik, pelayanan proses pembelajaran.
v
ABSTRACT
Rizky Nurmeida Sobari (NIM: 1110018200037). Tingkat Kepuasan Peserta Didik Terhadap Pelayanan Proses Pembelajaran di SMK Averus. Skripsi Program Strata Satu (S-1), Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014. This research aims to identify and describe the level of satisfaction in the learning process service at SMK Averus. Methods used by the author in this research are descriptive analysis method with survey techniques to determine the level of satisfaction with learning process service. Sampling technique that random samples. Research instrument used was a questionnaire with form options using a likert scale with 5 answer choices and alternatives as comparative data using interviews and observation, with interviewe is 1 teacher lessons, 1 teacher counseling, and 1 building OSIS. Result found un this study is the students are not satisfied with the service learning process organized by the school. Research results is students were satisfied of learning process service. The are recommendations can be given so that the service learing process can run up. First, provide a suggestion box. Second, the principal must give the impression of depth. Third, teachers and also provide a good service. Fourth, facilities and infrastructure that support the learning process of service at SMK Averus.
Key word: the level of satisfaction of learners, service learning.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, anugerah dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini berisi tentang penelitian yang mengangkat tema Tingkat Kepuasan Peserta Didik Terhadap Pelayanan Proses Pembelajaran di SMK Averus. Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada: 1.
Dra. Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, beserta staf.
2. Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd., selaku Ketua Prodi Manajemen Pendidikan, beserta staf. 3. Drs. H. Mu’arif SAM., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. 4. Drs. H. Fathi Ismail, M.M., dosen Penasehat Akademik. 5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Prodi Manajemen Pendidikan. 6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pelayanannya dengan prima. 7. Kepala SMK Averus, Bapak H. A. Syarif, A. M. M,Pd., beserta dewan guru, staf dan jajarannya yang memperkenankan penulis melakukan penelitian di sekolah. 8. Ayahanda Didin Sobari (alm) dan Ibunda tercinta Mamah Entin Yohana, juga Om Edi Kusmayadi yang telah memberikan banyak dukungan materi dan non materi, yang tak dapat tergantikan hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan studi ini. 9. Teteh, Dede, A adi, Abang Ghassa dan seluruh keluarga penulis yang memberikan dorongan moral bagi penulis.
vii
10. Teman-teman Beloved MP-a, terkhusus kepada Silvia Khairunnisa, Jeani Kartika, Evita Mawirianti, Faiz Biamrillah, Yusuf Amrulah, Sholahudin Misbah, Irfan Ardian, Mardiyah, Nurull Aini Efendi serta the last name Muhammad Nur Gunawan yang telah membantu menghilangkan kepenatan dan memberikan dukungan saat penulis telah lelah untuk mengerjakan skripsi ini. Atas segala jerih payah dan kebaikan mereka selama ini, semoga Allah membalasnya dengan balasan yang berlipat ganda. Amin. Pada akhirnya, Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi semua pembaca. Penulis sadar betul dalam pembuatan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk perbaikan dan kemajuan penulis kedepan.
Jakarta,
Oktober 2014
Penulis
viii
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH .................................................i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...........................................................iii LEMBAR UJI REFERENSI ...........................................................................iv ABSTRAK ........................................................................................................vi KATA PENGANTAR ......................................................................................vii DAFTAR ISI .....................................................................................................ix DAFTAR TABEL ............................................................................................xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xiii BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................1 A. Latar Belakang ..............................................................................1 B. Identifikasi Masalah ......................................................................6 C. Pembatasan Masalah .....................................................................6 D. Rumusan Masalah .........................................................................7 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................7
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR .......................8 A. Pelayanan Pembelajaran ...............................................................8 1. Pengertian Pelayanan Pembelajaran ........................................8 2. Tujuan Pembelajaran ................................................................11 3. Macam-macam Pelayanan Proses Pembelajaran ......................13 B. Kepuasan terhadap Pelayanan Pembelajaran ................................19 1. Pengertian Kepuasan Pelayanan ..............................................19 2. Harapan Pelanggan ...................................................................23 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan .........................25 4. Indikator
Kepuasan
Peserta
Didik
Terhadap
Pelayanan
Pembelajaran ............................................................................30 C. Kerangka Berpikir .........................................................................33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .....................................................35 A. Metode Penelitian .........................................................................35 ix
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................35 C. Populasi dan Sampel .....................................................................36 D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ....................................36 E. Teknik Pengolahan Data ...............................................................37 F. Teknik Analisis Data ....................................................................38 G. Instrumen Penelitian .....................................................................41 BAB IV HASIL PENELITIAN .....................................................................45 A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..............................................45 1. Sejarah Berdirinya SMK Averus .............................................45 2. Sarana dan Prasarana SMK Averus ..........................................47 3. Keadaan Guru SMK Averus ....................................................47 4. Keadaan Staf dan Karyawan SMK Averus ..............................48 5. Kurikulum SMK Averus ..........................................................48 6. Struktur Organisasi ..................................................................48 B. Deskripsi, Analisis dan Interpretasi Data .....................................48 1. Pelayanan Intrakurikuler ..........................................................49 2. Pelayanan Kokurikuler .............................................................60 3. Pelayanan Ekstrakurikuler .......................................................65 BAB V
PENUTUP ........................................................................................73 A. Kesimpulan ...................................................................................73 B. Saran .............................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis Kegiatan Kurikuler .................................................................16 Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ........................................................35 Tabel 3.2 Jumlah Peserta Didik .......................................................................36 Tabel 3.3 Skala Penilaian Instrumen ...............................................................38 Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket ............................................42 Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Wawancara .....................................43 Tabel 4.1 Motivasi yang Diberikan Guru dalam Setiap Proses Pembelajaran 51 Tabel 4.2 Semangat Guru dalam Kegiatan Pembelajaran ...............................52 Tabel 4.3 Kesesuaian Metode Belajar yang Digunakan dengan Materi Pelajaran ..........................................................................................52 Tabel 4.4 Pemberian Waktu Tunggu dalam Waktu Jeda Kepada Siswa Untuk Menjawab Pertanyaan .....................................................................53 Tabel 4.5 Kemampuan Guru dalam Menciptakan Kelas yang Kondusif Sehingga Siswa Berperan Aktif dalam Proses Pembelajaran di Kelas ..........................................................................................................53 Tabel 4.6 Kepedulian Guru Terhadap Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar di Kelas ............................................................................................54 Tabel 4.7 Kedisiplinan Guru Terkait dengan Waktu Masuk Kelas .................54 Tabel 4.8 Kesesuaian Kegiatan Pembelajaran dengan Kalender Akademik ...55 Tabel 4.9 Kelengkapan Media Pembelajaran di Sekolah .................................55 Tabel 4.10 Perawatan dan Pengadaan Media Pembelajaran di Sekolah ............56 Tabel 4.11 Keberagaman Cara Mengevaluasi ...................................................56 Tabel 4.12 Catatan/Komentar Guru Terhadap Hasil Evaluasi/Tes/Tugas .........57 Tabel 4.13 Kesesuaian Pelayanan yang Diberikan Oleh Sekolah dengan Kebutuhan Siswa ..............................................................................57 Tabel 4.14 Sikap Sekolah dalam Menanggapi Keluhan Siswa ..........................58 Tabel 4.15 Interpretasi Data Dimensi Intrakurikuler .........................................59 Tabel 4.16 Kesesuaian Pemberian Tugas dengan Materi yang Diajarkan .........62
xi
Tabel 4.17 Kemudahan Bimbingan dan Konseling di Luar Jadwal Bimbingan ........................................................................................62 Tabel 4.18 Keramahan Guru BK dalam Memberikan Layanan .........................63 Tabel 4.19 Pemberian Umpan Balik Terhadap Siswa .......................................63 Tabel 4.20 Interpretasi Data Pelayanan Kokurikuler .........................................64 Tabel 4.21 Keahlian Pembina/Pelatih dengan Ekstrakurikuler yang dibinanya .66 Tabel 4.22 Keterampilan Pembina/Pelatih Ekstrakurikuler ...............................66 Tabel 4.23 Kemampuan Pembina/Pelatih ..........................................................67 Tabel 4.24 Keramahan Pembina/Pelatih ............................................................68 Tabel 4.25 Daya Tarik Ekstrakurikuler yang diselenggarakan Oleh Pihak Sekolah..............................................................................................68 Tabel 4.26 Ekstrakurikuler yang diselenggarakan Oleh Pihak Sekolah Menarik Minat Siswa ......................................................................................69 Tabel 4.27 Kesesuaian Ekstrakurikuler dengan Minat Siswa ............................69 Tabel 4.28 Kemampuan Ekstrakurikuler Mengembangkan Minat dan Bakat Siswa ................................................................................................70 Tabel 4.29 Interpretasi Data Pelayanan Ekstrakurikuler ....................................71 Tabel 4.30 Interpretasi Data Tingkat Kepuasan Peserta Didik Terhadap Pelayanan Proses Pembelajaran di SMK Averus ..............................................72
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Kerangka Berpikir .....................................................................34
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi. UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat
(3)
menegaskan
bahwa
Pemerintah
mengusahakan
dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.1 Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses memanusiakan anak manusia yaitu menyadari akan manusia yang merdeka. 2 Pendidikan juga memiliki posisi strategis untuk meningkatkan kualitas, harkat dan martabat sebagai bangsa dan negara yang berdaulat dan bermartabat. Memaknai pemahaman pendidikan di atas, bahwasannya pendidikan adalah usaha untuk memerdekakan
kreativitas
manusia
dengan
cara
mewariskan
nilai,
mengajarkan norma, dan menanamkan etos kerja yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan, maka diyakini bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau, dibandingkan dengan manusia sekarang yang telah sangat tertinggal jauh kualitas kehidupannya. Secara hebat lagi bahkan dapat dikatakan, bahwa maju mundurnya atau baik buruknya peradaban suatu masyarakat, suatu bangsa, akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang 1
h. 7
2
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berasis sekolah,(Jakarta:PT Bumi Aksara, 2011), H.A.R Tilaar, Manifesto Pendidikan Nasional, (Jakarta:Kompas, 2005), h. 112
1
2
dijalani oleh masyarakat bangsa tersebut, atau dalam sekolah lebih spesifik adalah peserta didik. Kedudukan peserta didik di sini memiliki peran penting, karena peserta didik sebagai raw input atau masukan mentah. Artinya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang menyediakan pelayanan pendidikan harus mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Dan juga peserta didik menjadi tolok ukur dari pencapaian sebuah lembaga pendidikan, apakah sekolah mempunyai mutu yang baik bisa dilihat dari output atau produk yang dihasilkan. Namun peserta didik yang merupakan unsur penting pendidikan itu sendiri
memiliki
tingkat
partisipasi
pendidikan
yang juga rendah.
Penyebabnya adalah akses pendidikan bagi orang miskin sampai dengan tahun 2013/2014 masih terbatas. Data yang dirilis Balitbang Kemendikbud dan Direktorat Jendral Bimbingan Kemenag setahun lalu menunjukkan angka partisipasi murni (APM) masyarakat miskin untuk anak usia SD dan SLTP masih rendah, yaitu 54,8% (9,4 juta siswa).3 Penyebab lainnya adalah sering kali pihak sekolah melakukan tindak diskriminasi. Seperti dalam kegiatan layanan akademik, misalnya peserta didik akan dipersulit ketika mengikuti ujian sebelum bisa melunasi tunggakan-tunggakan atau biaya administrasi yang menjadi kewajiban orang tua atau wali. Dari contoh kejadian sebelumnya, diskriminasi ini dilakukan biasanya dilihat dari latar belakang ekonomi peserta didik. Peserta didik yang berasal dari keluarga yang tingkat ekonominya menengah ke atas atau digolongkan dalam ekonomi mampu sering mendapatkan pelayanan istimewa dari pihak sekolah. Sebaliknya peserta didik yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah, terkadang pelayanan dalam pemenuhan kebutuhannya seringkali tidak terlalu dihiraukan. Inilah beberapa faktor yang menyebabkan kesadaran pendidikan di masyarakat rendah. Agar peserta didik yang menjadi sasaran pendidikan merasa nyaman terhadap pelayanan pemenuhan kebutuhannya di sekolah, maka sekolah harus 3
Agus Wibowo, Orang Miskin Harus Sekolah, (Media Indonesia: Senin 4 Agustus 2014)
3
memberikan pelayanan yang baik tanpa membedakan peserta didik yang dengan yang lain, kecuali yang berkebutuhan khusus. Secara sosiologis, peserta didik mempunyai kesamaan, kesamaan inilah yang melahirkan hakhak yang sama juga pada setiap peserta didik, begitupun dalam pelayanan proses pembelajaran, setiap peserta didik mempunyai hak yang sama. 4 Pelayanan sekolah saat ini telah distandarisasi oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 tentang Standar Minimal Pelayanan Dasar di Sekolah Kabupaten/Kota, artinya sekolah harus memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada pelanggannya termasuk peserta didik agar penilaian yang diberikan oleh peserta didik dapat baik pula.5 Dengan kata lain, mau tidak mau sekolah harus melakukan
perbaikan
dalam
pengelolaan
pelayanan
upaya
untuk
meningkatkan rasa nyaman di sekolah serta peningkatan dalam kesadaran pendidikan. Banyak jenis pelayanan yang disediakan oleh sekolah, salah satunya adalah pelayanan dalam bidang akademik, yang meliputi pelayanan bimbingan dan konseling dalam kegiatan pembelajaran atau sederhananya adalah pelayanan dalam proses pembelajaran. Pelayanan dalam proses pembelajaran mencakup pada proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian proses pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran. Dalam pelayanan proses pembalajaran sesungguhnya pemerintah telah menerapkan standar yang harus dipenuhi oleh setiap sekolah baik di wilayah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pendidikan. Ini tertera dalam PP RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jadi seharusnya tidak ada alasan bagi sekolah tidak memberikan pelayanan yang baik bagi setiap peserta didik. Selain itu, peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan juga akan meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan. Kaitannya dalam 4 5
Ali Imron, Op, cit., h. 2. Permendikbud No. 23 tahun 2013. Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar
4
pelayanan proses pembelajaran, maka dihubungkan dengan tenaga pendidk. Tenaga pendidik yang profesional dan mempunyai kompetensi yang baik, ia akan tahu bagaimana cara memenuhi hak-hak yang sama pada peserta didik. Demikian berbagai cara yang bisa dilakukan oleh sekolah agar peserta didik merasa nyaman berada di sekolah juga untuk meningkatkan kesadaran dalam pendidikan. Walaupun pemerintah telah menetapkan standar minimal tentang pelayanan di sekolah, pada kenyataannya, pelayanan yang diberikan oleh sekolah dirasakan berbeda-beda peserta didik. Hal ini pula yang menjadi masalah yang dimiliki oleh SMK Averus, sebuah SMK yang beralamat di Jl. Ciputat Raya No.11 Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Dalam pelayanan proses pembelajaran,
tenaga
pendidik
sudah
semaksimal
mungkin
dalam
menyampaikan materi, pelayanan proses pembelajaran tidak hanya terbatas pada pembelajaran di kelas saja namun juga dilakukan di luar kelas agar potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki peserta didik dapat meningkat, dalam proses pembelajaran di kelas menggunakan berbagai macam metode pembelajaran dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan sehingga diharapkan dapat lebih mudah diserap ilmunya oleh peserta didik, penyediaan waktu di luar jam pelajaran oleh guru mata pelajaran untuk berkonsultasi mengenai masalah pelajaran yang kurang dimengerti, menyelenggarakan remedial agar peserta didik yang memiliki nilai kurang dari standar minimal dapat lulus mata pelajaran tersebut, penilaian yang diberikan tidak hanya berbentuk angka-angka yang dilihat dari capaian materi namun juga mendeskripsikan nilai peserta didik ditambah dengan nilai sikap dan perilaku, serta yang terpenting adalah pendidik atau guru menanamkan nilai moral dalam setiap proses pembelajaran, seperti disiplin, menjaga kebersihan, sopan dan menjadi model yang baik untuk ditiru.6
6
Hasil wawancara tidak resmi 2 orang peserta didik kelas XII pada hari selasa tanggal 25-
03-2014.
5
Pelayanan proses pembelajaran yang di selenggarakan oleh pihak sekolah tidak hanya pada aspek kognitif saja, namun juga pada aspek afektif dan psikomotorik, dalam pelayanannya berupa pelayanan bimbingan dan konseling, guru BK yang berjumlah 3 yang nampaknya tidak sesuai dengan jumlah peserta didik tetapi mampu menangani masalah-masalah yang dimiliki peserta didik, baik masalah dalam pelajaran, masalah ekonomi, hingga masalah pribadi. Hal ini disebabkan karena guru BK yang sering mengikuti pendidikan
dan
pelatihan
guru
bimbingan
dan
konseling
yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan instansi luar, selain itu ditunjang oleh penyelenggaran pelayanan ekstrakurikuler yang dirasa sudah cukup mampu mengembangkan minat dan bakat peserta didik, karena dinilai dari banyaknya jenis ekstrakurikuler yang diselenggarakan, ditungjang oleh fasilitas yang memadai dari sekolah serta ditambah lagi dengan pembina/pelatih ekstrakurikuler yang berkompeten dibidangnya.7 Masalah lain yang nampaknya dalam pelayanan perpustakaan yang dirasakan siswa kurang efektif karena jam belajar yang padat dan koleksi buku yang kurang lengkap menjadi perpustakaan sekolah jarang sekali dimanfaatkan sebagai fasilitas penunjang kebutuhan peserta didik. Masalah yang lain terdapat juga dalam pelayanan administratif, peserta didik sering merasa tidak puas ketika harus berurusan dengan tenaga administratif yang dinilai kurang ramah dan kurang respect pada peserta didik.8 Sampai pada pelayanan khusus yang diberika oleh sekolah, salah satunya adalah pengadaan dokter sekolah setiap hari senin dan kamis, sekolah mendatangkan satu dokter umum dan perawat dari puskesmas untuk melakukan pelayanan ini, yang di mana setiap seluruh pelanggan internal sekolah (kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan, serta peserta didik) yang merasa kurang sehat, dapat memeriksakan kondisinya pada hari
7 8
ibid Ibid
6
yang telah ditentukan secara cuma-cuma atau gratis, tidak hanya itu saja, pelayanan yang diberikan pun ramah serta ditangani oleh ahlinya.9 Untuk sekolah yang berada di pinggiran kota, SMK Averus seharusnya sudah sangat memuaskan dalam pemenuhan kebutuhan peserta didik, dan lebih terbuka akan inovasi baru dalam pendidikan, keluhan atau saran yang diajukan oleh peserta didik jarang dijadikan umpan balik oleh sekolah, padahal seharusnya saran yang diajukan dapat menjadi rujukan untuk kebijakan yang akan diambil di masa yang akan datang dan menjadi bahan evaluasi pelayanan sekolah. Melihat fenomena tersebut menarik bagi penulis untuk diteliti, dengan tema “Tingkat Kepuasan Peserta Didik Terhadap Pelayanan Proses Pembelajaran di SMK Averus”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan, masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Pelayanan dalam proses pembelajaran yang memuaskan 2. Jam belajar yang padat sehingga berkurangnya waktu berkunjung ke perpustakaan 3. Pelayanan yang kurang ramah dari tenaga administrasi 4. Pelayanan dokter sekolah yang memuaskan 5. Saran atau keluhan peserta didik belum digunakan sebagai alat evaluasi pelayanan di Sekolah
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, tidak semua dapat diteliti dalam waktu yang bersamaan karena keterbatasan dalam hal tenaga, biaya maupun waktu, maka penelitian ini dibatasi pada pelayanan kebutuhan dalam proses pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan peserta didik.
9
Ibid
7
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dijabarkan, maka masalah yang akan menjadi dasar penelitian dapat dirumuskan adalah “bagaimana tingkat kepuasan peserta didik terhadap pelayanan proses pembelajaran di SMK Averus Pondok Pinang”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh peneliti sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan gambaran pelayanan proses pembelajaran yang diberikan sekolah di SMK Averus. 2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan peserta didik terhadap layanan proses pembelajaran di SMK Averus. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan nilai manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis 1. Dalam segi teoritis, hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai tambahan wawasan tentang kepuasan peserta didik terhadap pelayanan proses pembelajaran. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan oleh pihak SMK Averus dalam membuat kebijakan.
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Pelayanan Pembelajaran 1. Pengertian Pelayanan Pembelajaran Kata pelayanan pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu pelayanan dan pembelajaran. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, “pelayanan” memiliki kata dasar “layan” yang artinya 1) perihal atau cara melayanai; 2) usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang) atau jasa; 3) kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beri barang atau jasa.1 Kegiatan melayani kebutuhan orang lain untuk mendapatkan imbalan. Denis Walker mengemukakan “pelayanan adalah sesuatu yang sangat subjektif dan sulit didefinisikan.”2 Ini karena pelayanan sebagai subjek yang melakukan suatu kegiatan yang dapat menimbulkan reaksi berbeda meskipun pelayanan yang diberikan terlihat sama. Pelayanan/jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain yang pada intinya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun.3 Pelayanan tidak bisa berhenti karena merupakan suatu proses yang bersifat tidak berwujud yang ditawarkan dari pihak satu ke pihak lain untuk pemenuhan kebutuhan. Moenir mengemukakan pelayanan hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu pelayanan merupakan proses. Sebagai proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet Ke- III, h. 646 2 Denis Walker, Mendahulukan Kepuasan Pelanggan, (Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher, 2011), h. 21 3 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Erlanggan, 2009), Edisi 13, Jilid 2, h. 65
8
9
seluruh kehidupan orang dalam masyarakat.4 Melalui proses pelayanan yang berkesinambungan dengan melibatkan aktivitas orang lain, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang ingin menjadi tujuan. Dari beberapa definisi pelayanan di atas, pelayanan adalah suatu kegiatan yang bersifat tidak berwujud, dan diberikan dari pihak produsen kepada pihak konsumen dengan menggunakan fasilitas yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan harapan dari konsumen. Meskipun pelayanan memiliki sifat tidak berwujud, namun perlu adanya standariasi pelayanan agar pelayanan yang dimenciptakan keseragaman pelayanan. Pelayanan merupakan kegiatan yang sudah dilakukan sejak lama oleh organisasi yang bergerak di bidang jasa. Dalam dunia pendidikan yang juga merupakan bidang jasa, pelayanan diartikan proses perbaikan mutu pendidikan. Dewasa ini, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan sudah sangat maju, untuk itu sekolah dituntut untuk melakukan perbaikan guna menyiapkan lulusan yang berkompeten sesuai kebutuhan di masa yang akan datang dan dapat bersaing dengan yang lain. Bukan hal yang mudah untuk mencetak lulusan yang berkompeten, peserta didik perlu ditempa dengan proses pembelajaran yang baik sehingga dapat sesuai dengan harapan. “Kata pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction” yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitifwholistic, yang menempatkan peserta didik sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah peserta didik mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peran guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar”.5 4
A. S. Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992),
h. 27 5
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2005), cet. 1, h. 78
10
Dalam
kamus
besar
bahasa
Indonesia,
pembelajaran
yang
mempunyai kata dasar “ajar” memiliki arti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut), sedangkan pembelajaran itu sendiri memiliki arti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.6 Menurut
Hamzah
B.
Uno
hakikat
pembelajaran
memiliki
perancangan atau perencanaan sebagai upaya untuk membelajarkan peserta didik.7 Hal ini mengindikasikan adanya unsur kesengajaan dalam proses pembelajaran, dan proses pembelajaran yang baik memiliki perencanaan matang agar peserta didik yang dibelajarkan mendapatkan tujuan dari proses pembelajaran. Menurut Kokom Komalasari pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.8 Pembalajaran sebagai suatu sistem, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pada proses evaluasi Dari pendapat yang telah diuraikan di atas, pembelajaran merupakan kegiatan terencana dalam bidang pendidikan dengan menggunakan berbagai macam media dan sumber pelajaran agar dapat mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien dengan peserta didik sebagai subjeknya. Beberapa definisi di atas tentang dua suku kata yaitu pelayanan dan pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa pelayanan pembelajaran adalah proses menyiapkan kebutuhan peserta didik dari pihak sekolah melalui aktivitas-aktivitas dalam dunia pendidikan yang menggunakan berbagai fasilitas sekolah guna untuk meningkatkan kemampuannya 6
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. cit, Cet Ke- III, h. 17 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet. 10, h. 2. 8 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), cet. 1, h. 3 7
11
secara kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga dapat mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Saat ini sekolah sebagai lembaga perndidikan formal yang berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan peserta didik, sangat penting
memperhatikan
pelayanan
proses
pembelajaran,
karena
pelayanan proses pembelajaran sangat mempengaruhi kualitas lulusan di sekolah tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, yang meliputi: standar isi, proses, kompetensi, pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasaranan, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dalam pelayanan proses pembalajaran, banyak aspek yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah adanya tujuan yang ingin dicapai. Pelayanan proses pembelajaran yang baik sudah tentu mempunyai tujuan. Para ahli yang telah merumuskan tujaun tersebut, yang pada intinya merujuk pada idealisme pembelajaran.
2. Tujuan Pelayanan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan pembelajaran yang memberikan arah terhadap semua kegiatan dan bahan yang disajikan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan maksimal. Pada intinya, tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.9 Tujuan pembelajaran tidak melulu harus dengan penguasaan materi, akan tetapi proses perubahan tingkah laku. Artinya dengan adanya pelayanan proses pembelajaran peserta didik diharapkan dapat merubah perilakunya ke arah yang lebih baik. Tujuan pelayanan proses pembelajaran ini sifatnya tidak baku, dapat disesuaikan dengan kemampuan sekolah, lingkungan dan sasaran pasar yang akan dituju. Bila 9
Nana Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih, Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), cet. 1, h. 105
12
disebutkan secara spesifik, tujuan dari pelayanan proses pembelajaran yaitu untuk mengetahui: a. Perbedaan hasil belajar yang akan diperoleh oleh peserta didik. b. Perbedaan hasil belajar pada pelaksanaan pembelajaran antara peserta didik yang memiliki kecenderungan cara berpikir divergen dan yang konvergen. c. Pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan cara berpikir peserta didik terhadap hasil belajarnya di sekolah.10 Pada dasarnya, tujuan dari pelayanan proses pembelajaran merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan berbanding lurus dengan tujuan dari proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran mencapai tujuannya, maka disitulah adanya peningkatan kualitas peserta didik yang berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan. Ketika tujuan pelayanan proses pembelajaran tercapai, maka sekolah dianggap telah berhasil mengoptimalkan seluruh komponen yang dimilikinya, seluruh anggota sekolah menjalankan dengan baik fungsifungsinya. Banyak keuntungan yang akan diraih oleh seluruh anggota sekolah ketika tujuan dari pelayanan proses pembelajaran dapat terpenuhi, salah satunya adalah berdampak pada citra atau penilaian yang baik bagi sekolah tersebut. Jika penilaian dari pihak luar terhadap sekolah baik, tentu ini akan menjadi keuntungan bagi pihak sekolah karena akan ada banyak calon peserta didik yang berminat untuk bersekolah atau lembaga pendidikan tersebut. Nina Rahmayanti juga mengemukakan pendapatnya mengenai keuntungan yang akan diraih ketika tujuan dalam pelayanan proses pembelajaran dapat tercapai, yaitu: a. Mencegah
berpalingnya
pelanggan
dan
membangun
kesetiaan pelanggan atau customer loyality b. Memberikan rasa puas dan kepercayaan pada konsumen
10
Sri Minarti, Manajemen Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 177-178
13
c. Tetap menjaga dan merawat (maintance) agar pelanggan merasa diperhatikan dan dipentingkan segala kebutuhannya atau harapannya11 Ini artinya, sekolah mendapatkan banyak keuntungan ketika pelayanan proses pembelajaran dapat tercapai, peserta didik atau masyarakat yang menggunakan pelayanan jasa di sekolah akan menimbulkan rasa kesetiaan, dan kepercayaan. Selain itu, ketika kesetiaan dan kepercayaan peserta didik terhadap pelayanan sekolah menimbulkan nilai baik bagi citra sekolah. peserta didik/masyrakat yang merasa puas akan pelayanan yang diberikan oleh sekolah secara tidak langsung akan menjadi salles dengan menceritakan kelebihan yang dimiliki oleh sekolah.
3. Macam-macam Pelayanan Proses Pembelajaran Proses pembelajaran
yang bertujuan untuk
meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, menunjukkan adanya aktivitas akademik. Pelayanan proses pembelajaran modern tidak baku pada proses pembelajaran di kelas, yang terbatas oleh ruang dan waktu, seluruh ruang di lingkungan sekolah dapat dijadikan tempat untuk pelayanan proses pembelajaran, karena peningkatan kemampuan yang diinginkan peserta didik bukan hanya pada aspek kognitif. Proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kurikulum. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Kurikulum erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang sama-sama bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam dunia pendidikan formal, kegiatan 11
12
Nina Rahmayanty, Manajemen Pelayanan Prima, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.8-
14
kurikulum
disebut
juga
kegiatan
kurikuler,
yang
terdiri
dari:
intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan peserta didik di sekolah atau mahasiswa di kampus yang sesuai atau sejalan dengan komponen kurikulum.12 Kegiatan intrakurikuler biasanya mempunyai jatah waktu sesuai dengan program, kegiatan ini bersifat wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di sekolah, dan menjadi tanggung jawab guru mata pelajaran. contoh kegiatannya adalah proses pembelajaran di kelas. Halhal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan intrakurikuler ini adalah: a. Materi pelajaran yang akan diberikan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. b. Guru mata pelajaran harus menyiapkan dengan baik apa-apa saja yang diperlukan
dalam
menyampaian
materi
agar
proses
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. c. Bahan ajar, metode, hingga pada cara evaluasi harus disesuaikan dengan materi yang disampaikan. d. Dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Kegiatan kokurikuler adalah rangkaian kegiatan kesiswaan yang berlangsung di sekolah.13 Kegiatan ini erat kaitannya dengan pemerkayaan peserta didik, lain halnya seperti kegiatan intrakurikuler, kegiatan kokurikuler tidak mempunyai jatah waktu atau bisa dikatakan di luar jam pelajaran, contoh kegiatannya seperti pemberian tugas atau pekerjaan rumah yang dimaksudkan agar peserta didik lebih memahami dan mendalami apa yang telah diajarkan dalam kegiatan intrakurikuler. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ini, yaitu: a. Pemberian tugas kokurikuler harus sesuai dan jelas dengan pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang sedang diajarkan. b. Guru hendaknya tahu mengenai tingkat kesulitannya bagi peserta didik sehingga tugas yang diberikan kepada peserta 12 13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. cit, Cet Ke- III, h. 440 Ibid, h. 580
15
didik itu sesuai dengan kemampuannya dan tidak memberatkan baik pada fisiknya maupun psikisnya. c. Penilaian tugas kokurikuler, hendaknya jelas dan adil sesuai dengan hasil masing-masing kemampuan peserta didiknya. d. Dalam fungsi memberikan tugas kokurikuler, selain untuk meningkatkan kemampuan peserta didik, kegiatan kokurikuler juga dijadikan tambahan dalam pemberian nilai pada rapot. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan
di
sekolah
atau
madrasah.14
Kegiatan
dari
ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk kegiatan pada seni, olah raga, pengembangan kepribadian, dan kegiatan lain yang bertujuan positif untuk kemajuan peserta didik, contoh kegiatannya seperti: futsal, pramuka, band, pecinta alam, dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, sebaiknya sekolah memperhatikan hal-hal, diantaranya: a. Kegiatan ini hendaknya bisa bermanfaat bagi peserta didik, baik buat masa kini maupun masa yang akan datang. b. Tidak membebani bagi peserta didik. c. Dalam pelaksanaannya tidak mengganggu kegiatan yang utama, yakni kegiatan intrakurikuler. Terdapat karakteristik esensial pada masing-masing jenis kegiatan kurikuler, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.15
14 15
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 20 Ibid
16
Tabel 2.1 Jenis kegiatan kurikuler Aspek Tujuan dan fungsi
Intrakurikuler Memberikan pengalaman (kognitif, afektif, psikomotorik) sesuai dengan tujuan kurikuler yang telah ditetapkan pada setiap mata pelajaran.
Ekstrakurikuler Memberikan pengalaman yang sesuai dengan hobi, minat, bakat, dan kemampuan peserta didik
Kokurikuler Memberikan kesempatan melaksanakan remedial atau pengayaan dalam rangka memaksimalkan kemampuan peserta didik berdasarkan kemampuannya.
Isi/materi Ditetapkan dalam silabus setiap mata pelajaran
Disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan kondisi sekolah
Mengacu pada ketercapaian maksimal (mastery learning) dalam GBPP setiap mata pelajaran
Kegiatan
Dalam jam pelajaran
Di luar jam pelajaran
Di luar jam pelajaran
Program
Terprogram
Terprogram
Terprogram
Evaluasi
Ulangan harian, ulangan umum (akhir program)
Evaluasi perkembangan, evaluasi perbuatan
Evaluasi hasil remedial/evaluasi hasil pengayaan
Subjek didik
Peserta kelas regular (wajib semua peserta didik)
Peserta kelas khusus (berdasarkan pilihan)
Peserta berdasarkan analisis hasil evaluasi untuk kelompok remedial atau pengayaan
Dari berbagai uraian tentang pelayanan dan pembelajaran, maka yang dimaksud dengan pelayanan proses pembelajaran adalah suatu
17
kegiatan yang bersifat tidak berwujud, dan diberikan dari pihak sekolah kepada pihak peserta didik dengan menggunakan fasilitas yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan harapan dari peserta didik untuk meningkatkan kemapuan yang dimiliki dengan menggunakan kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan kokurikuler. Kegiatankegiatan tersebut pada intinya adalah bertujuan untuk meningkatkan potensi yang dimiliki peserta didik, hanya saja terdapat perbedaan pada aspek antara lain (1) sifat kegiatan; (2) waktu pelaksanaan; (3) sasaran dan tujuan program; (4) teknis pelaksanaan dan; (5) evaluasi dan kriteria keberhasilan. Bila dilihat dari sifat kegiatan, kegitan intrakurikuler merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh setiap peserta didik. Kegiatan intrakurikuler bersifat mengikat. Program kurikuler berisi berbagai kemampuan dasar dan kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik di suatu tingkat sekolah (lembaga pendidikan). Oleh karenanya maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh pencapaian peserta didik pada tujuan kegiatan kurikuler ini. Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan yang sangat erat sekali dan menunjang
serta
membantu
kegiatan
intrakurikuler
biasanya
dilaksanakan di luar jadwal intrakurikuler dengan maksud agar peserta didik lebih memahami dan memperdalam materi yang ada di intrakurikuler, biasanya kegiatan ini berupa penugasan atau pekerjaan rumah ataupun tindakan lainnya yang berhubungan dengan materi intrakurikuler yang harus diselesaikan oleh peserta didik. Sehingga kegiatan ini memiliki sifat yang wajib untuk diikuti oleh peserta didik. Sebaliknya, kegiatan ektrakurikuler lebih bersifat sebagai kegiatan penunjang untuk mencapai program kegiatan kurikuler serta untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas. Sebagai kegiatan penunjang, maka kegiatan ekstrakurikuler sifatnya lebih luwes dan tidak terlalu mengikat. Keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan
18
ekstrakurikuler yang diprogramkan lebih bergantung pada bakat, minat, dan kebutuhan peserta didik itu sendiri. Apabila ditinjau dari waktu pelaksanaan, Kegiatan intrakurikuler memiliki waktu pasti dan tetap, dilaksanakan sekolah secara terusmenerus setiap hari sesuai dengan kalender akademik. Untuk kegiatan kokurikuler dilakukan di luar jadwal kegiatan proses belajar mengajar. Sedangkan
waktu
pelaksanaan
kegiatan
ekstrakurikuler
sangat
bergantung pada sekolah yang bersangkutan, lebih bersifat fleksibel dan dinamis. Dilihat dari unsur sasaran dan tujuan, sebagai kegiatan inti persekolahan yang wajib diikuti oleh seluruh peserta didik. Kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler berhubungan dengan kegiatan untuk menumbuhkan kemampuan akademik peserta didik, sementara kegiatan ekstrakurikuler lebih menumbuhkan pengembangan aspek-aspek lain seperti pengembangan minat, bakat, kepribadian, dan kemampuan sebagai makhluk sosial, juga tentu saja sebagai pembantu pencapaian tujuan kegiatan kurikuler. Demikian pula pada teknis pelaksanaan, terdapat perbedaan pada kegiatan-kegiatan tersebut. Teknis pelaksanaan kegiatan intrakurikuler, sebagai kegiatan inti persekolahan, sangatlah ketat dan teratur, dengan struktur program yang pasti sesuai kalender akademik, kegiatan kurikuler berada di bawah tanggung jawab guru bidang studi atau guru kelas. Walaupun kegiatan kokurikuler memiliki kesamaan tanggung jawab yaitu di bawah guru bidang studi, tetapi kegiatan kokurikuler tidak masuk dalam struktur program yang pasti sesuai kalender akademik. Sementara itu kegiatan ekstrakurikuler, penanggung jawabnya dapat guru kelas, guru bidang studi yang mungkin lebih bersifat kerjasama, sesuai dengan keahlian para guru tersebut untuk bidang-bidang tertentu. Bahkan tak jarang sekolah mempekerjakan tenaga dari luar untuk melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler, di mana
19
tenaga
luar
tersebut
memiliki
keahlian-keahlian
khusus
yang
diprogramkan pada kegiatan ekstrakurikuler. Perbedaan yang terakhir ada pada evaluasi dan kriteria keberhasilan, pada aspek ini, kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler memiliki
kesamaan.
Keberhasilan
kegiatan
kokurikuler ditentukan oleh keberhasilan menguasai
kompetensi
yang
sesuai
intrakurikuler
dan
peserta didik dalam
dengan
kurikulum
yang
diberlakukan oleh sekolah, untuk melihat keberhasilan kegiatan tersebut dan cara mengevaluasinya ditentukan dengan menggunakan tes. Pada kegiatan ekstrakurikuler, kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan keikutsertaan dalam kegiatan itu. Analisis dan evaluasi keberhasilan dilakukan secara kualitatif.
B. Kepuasan Terhadap Pelayanan Pembelajaran 1. Pengertian Kepuasan Pelanggan Kepuasan pelanggan sudah menjadi tujuan dari adanya pelayanan dan konsep yang sentral dari manajemen pemasaran, terutama dalam konteks organisasi profit. Tak jauh halnya dengan organisasi profit, organisasi non-profit seperti sekolahpun memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan agar pelanggan merasa puas. kendati demikian, kepuasan pelanggan memiliki kontribusi yang krusial pada sejumlah aspek, seperti meningkatkan loyalitas pelanggan, meningkatkan reputasi sekolah dan menarik minat masyrarakat. Agar kepuasan pelanggan dapat diraih, maka harus dipahami terlebih dahulu makna dari kepuasan pelanggan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kepuasan mempunyai kata dasar “puas” yang berarti merasa senang (lega, gembira, kenyang, dsb karena sudah terpenuhi hasrat hatinya), sedangkan kata kepuasan itu sendiri memiliki arti perihal (yang bersifat) puas; kesenangan;
20
kelegaan dsb.16 Maknanya rasa puas seseorang akan timbul ketika suatu hasratnya terpenuhi. Richard L. Oliver menyatakan kepuasan pelanggan adalah “perasaan senang atau kecewa yang didapatkan seseorang dari membandingkan antara kinerja (atau hasil) produk yang dipersepsikan dengan ekspektasinya”.17 perasaan kecewa akan muncul ketika harapan peserta didik tidak sesuai dengan kenyataan yang diterimanya. Menurut Newstrom & Davis kepuasan juga diartikan sebagai perasaan senang atau tidak senang yang relatif.18 Reaksi yang berbeda akan ditunjukkan oleh pelanggan ketika telah menggunakan pelayanan jasa, tergantung pada kebutuhan dan harapan. Perasaan senang akan muncul apabila kebutuhan dan harapannya telah terpenuhi, atau bahkan sebaliknya, akan menimbulkan perasaan tidak senang ketika harapan dan kebutuhannya tidak terpenuhi. Kepuasan pelanggan menurut Richard F. Gerson adalah persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui.19 Pelanggan sebagai penikmat jasa, akan memberikan penilaiannya terhadap pelayanan yang dirasakan ketika harapannya telah terpenuhi. Day sebagaimana dikutip oleh Fandy Tjiptono mengemukakan kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang disarankan setelah pemakaian.20 Peserta didik akan merespon harapannya terhadap pelayanan dan kinerja dari proses pelayanan yang menimbulkan tingkat kepuasan. Engel, et al. yang dikutip oleh Fandy Tjiptono juga mendefinisikan tentang kepuasan pelanggan sebagai evaluasi purnabeli 16
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. cit, Cet Ke- III, h. 902 Zulkarnain, Ilmu Menjual, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 121 18 Popi Sopiatin, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Peserta didik (Bogor: Graha Indonesia, 2010), h 32 19 Richard F. Gerson, Mengukur Kepuasan Pelanggan, (Jakarta: PPM, 2001), h. 3 20 Fandy Tjiptono, Total Quality Management, (Yogyakarta: Andi Offset, 1998), h. 102 17
21
di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil (outcome) tidak memenuhi harapan.21 Rasa puas atau tidak puas akan muncul ketika pelanggan atau peserta didik mengevaluasi pelayanan setelah membeli pelayanan tersebut apakah memuaskan harapan atau tidak. Philip Kotler, kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya.22 Kepuasan peserta didik ada pada harapannya, harapan peserta didik terhadap pelayanan sekolah yang terpenuhi akan berdampak pada munculnya rasa senang atau puas, dan sebaliknya bila harapan peserta didik terhadap pelayanan proses pembelajaran di sekolah tidak terpenuhi maka yang muncul adalah rasa kecewa. Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan merupakan perasaan senang atau tidak senang yang timbul ketika pelanggan telah menggunakan produk atau jasa tertentu dan akan berbanding lurus dengan pengorbanan yang dilakukan. Kepuasan pelanggan merupakan orientasi dari organisasi yang bergerak di bidang jasa, sama halnya seperti sekolah yang produknya berbentuk jasa. Bila berbicara sekolah, pelanggan yang dibicarakan adalah peserta didik. Peserta didik merupakan pelanggan yang merasakan langsung bagaimana pelayanan yang diberikan oleh pihak sekolah. Menurut ketentuan umum Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
21 22
Ibid Philip Kotler, Manajemen Pemasaran (Jakarta: PT Prenhallindo, 1980), h. 36
22
tertentu.23 Peserta didik merupakan subjek pendidikan yang ingin meningkatkan kemampuan yang dimiliki melalui proses pendidikan yang ditempuh melalui pendidikan formal, informal atau non-formal dengan tingkatan mulai dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi. Peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional (Oemar Hamalik, Kurikulum dan pembelajaran).24 Peserta didik akan mendapatkan proses pembelajaran di sekolah untuk peningkatan kualitasnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Uraian di atas memiliki makna bahwa kepuasan peserta didik adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh peserta didik, baik sikap positif maupun sikap negatif atas adanya kesesuaian antara harapan mereka terhadap pelayanan proses pembelajaran yang diterimanya. Jika pelayanan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peserta didik, maka peserta didik akan puas dan merasa senang, begitu juga sebaliknya, jika pelayanan proses pembelajaran tidak sesuai dengan harapan peserta didik, maka peserta didik akan merasa tidak puas dan kecewa. Banyak hal yang dapat menimbulkan ketidakpuasan peserta didik, diantaranya yaitu ketidaksuaian antara harapan peserta didik tentang pelayanan pembelajaran yang diberikan oleh sekolah dengan kenyataan yang dialami; pelayanan pendidikan yang tidak memuaskan; personil sekolah yang kurang menyenangkan; suasana dan kondisi fisik bangunan yang kurang mendukung; serta lingkungan sekolah yang kurang menunjang untuk proses pembelajaran; ekstrakulikuler sekolah yang kurang menarik minat peserta didik; hingga pada rendahnya prestasi yang diraih oleh peserta didik
23
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 5 24 Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 3
23
Kotler
sebagaimana
dikutip
oleh
Rambat
Lupiyoadi
mengemukakan bahwa ada 4 pendekatan yang dapat meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan, yaitu: a.
Memperkecil kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara pihak manajemen dan pelanggan. b. Perusahaan harus mampu membangun komitmen bersama untuk menciptakan visi di dalam perbaikan proses pelayanan. c. Memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk menyampaikan keluhan. d. Mengembangkan dan menerapkan accountable, proactive, dan partnership marketing sesuai dengan situasi pemasaran25 Kepuasan peserta didik sangat tergantung pada persepsi dan harapan mereka terhadap pelayanan sekolah yang dipengaruhi oleh kebutuhan akan pendidikan dan keinginan untuk dapat berprestasi dan meningkatkan kemampuan serta melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi agar hidup yang lebih baik. Persepsi pesrta didik yang akan menimbulkan kepuasan terhadap sekolah terdiri dari 8 aspek, yaitu: guru, kinerja sekolah, aktifitas peserta didik, kedisiplinan peserta didik, peluang membuat keputusan, bangunan sekolah, komunikasi, dan teman-teman sekolah26. Perencanaan yang baik hingga pada evaluasi yang baik pula, sangat dibutuhkan untuk menimbulkan kepuasan peserta didik apabila hal-hal sekolah berorientasi terhadap kepuasan peserta didik.
2. Harapan Pelanggan Harapan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata harap yang artinya mohon; minta; hendaklah, sedangkan harapan itu sendiri mempunyai arti "sesuatu yang diharapkan" atau "keinginan supaya menjadi kenyataan"27. Jadi harapan peserta didik adalah sesuatu yang diinginkan peserta didik supaya menjadi nyata.
25
Rambat Lupiyoadi – A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 192 26 Popi Sopiatin, op. cit., h. 34 27 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. cit, Cet Ke- III, h. 388
24
Harapan peserta didik terbentuk karena adanya pengalaman akan pelayanan sekolah yang sebelumnya, nasihat teman dan orang tua serta. Jika pihak sekolah memberikan harapan terlalu tinggi, pelanggan akan merasa sangat kecewa ketika harapannya tidak terpenuhi, sebaliknya jika sekolah memberikan harapan terlalu rendah, maka para pelanggan tidak akan tertarik. Harapan setiap peserta didik tentunya berbeda, hal ini didasari akan adanya faktor budaya, lingkungan, dan tingkat sosial keluarga, misalnya bagi peserta didik yang berasal dari keluarga dengan tingkat sosial tinggi, tentunya mempunyai harapan untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, lain halnya ketika peserta didik yang berasal dari tingkat sosial keluargnya kurang tinggi akan mempunyai harapan bahwa sekolah dapat memberikan kehidupan yang lebih sejahtera dimasa yang akan datang. Jadi dengan adanya pemenuhan harapan-harapan dari peserta didik, maka peserta didik akan merasa puas terhadap sekolah. Kepuasan peserta didik itu sendiri, akan memberikan beberapa manfaat, diantaranya (Fandy Tjiptono, 1994): a.
Hubungan antara perusahaan/sekolah dengan pelanggannya menjadi harmonis b. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang c. Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan d. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut menguntungkan bagi perusahaan/sekolah e. Reputasi perusahaan/sekolah menjadi baik di pelanggan f. Laba yang diperoleh dapat meningkat28 Peserta didik tentunya ingin mendapatkan kepuasan
para
yang mata
atas
pelayanan yang diberikan oleh sekolah, harapan tersebut akan berbanding lurus dengan apa yang telah dikorbankan. Salah satu contohnya seperti biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh orang tua peserta didik cukup mahal, maka harapan kepuasan yang diinginkan oleh mereka pun akan tinggi. 28
Fandy Tjiptono, loc. cit.,
25
Kaitan antara kepuasan pelanggan dan kesetiaan pelanggan bersifat proporsional, bila kepuasan pelanggan diberi peringkat skala satu sampai dengan lima, pada level satu atau bisa dikatakan bahwa kepuasan yang dirasakan oleh peserta didik rendah, maka para pelanggan cenderung menjauhi perusahaan dan menyebarkan cerita jelek tentang perusahaan tersebut. Namun jika kepuasan pelanggan berada pada level lima, maka pelanggan akan membeli ulang dan bahkan menyebarkan pujian tentang perusahaan. Harapan peserta didik tidak hanya menguntungkan peserta didik itu sendiri, melainkan juga pihak sekolah selaku organisasi penyedia jasa, dari harapan yang muncul akan menimbulkan penilaian terhadap sekolah, penilaian itu bisa berbentuk kritik atau saran, yang nantinya akan dijadikan bahan pertimbangan oleh pihak sekolah dalam menentukan kebijakan di masa yang akan datang.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan Peserta didik akan merasa puas terhadap pelayanan proses pembelajaran di sekolah ketika kebutuhan dan keingiannya terpenuhi, maka berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan peserta didik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan peserta didik serupa halnya sasaran yang digunakan dalam meningkatkan kepuasan. Menurut Freddy Rangkuti, ada 7 faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, yaitu: a) Nilai; b) Daya saing; c) Persepsi pelanggan; d) Harga; e) Citra; f) Tahap pelayanan; g) Momen pelayanan; h) Tingkat kepentingan pelanggan.29 Bila dijabarkan keterkaitannya dengan pelayanan pembelajaran di sekolah adalah sebagai berikut: a) Nilai. merupakan pengkajian secara menyeluruh manfaat dari suatu produk, yang didasari oleh persepsi pelanggan setelah. 29
Freddy Rangkuti, Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan & Analisis Kasus PLN – JP, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 30-35
26
Peserta didik sebagai penikmat jasa pelayanan proses pembelajaran di sekolah mengharapkan manafaat atau nilai setalah mendapatkan pelayanan sekolah, ketika peserta didik telah dilayani oleh sekolah belum tentu jasa tersebut bernilai bagi pelanggan itu, semakin bernilai suatu produk, semakin bertambahlah kebutuhan pelanggan yang dapat dipenuhi oleh produk tersebut. b) Daya saing, pelayanan proses pembelajaran di sekolah harus bisa bersaing dengan produk jasa lain agar menarik minat pelanggan. Agar dapat bersaing, sekolah harus memiliki keunikan dibandingkan dengan produk lain yang sejenis. c) Persepsi
pelanggan,
ini
berkaitan
dengan
pengalaman
pelayanan proses pembelajaran yang telah diterima oleh peserta didik, ketika peserta didik sebagai pelanggan memiliki persepsi yang tinggi akan pelayanan yang akan diterimanya, maka semakin tinggi pula pengorbanan yang akan diberikan. d) Harga, biasanya harga yang murah namun pelayanan yang baik maka akan memberikan kepuasan yang tinggi bagi pelanggan atau peserta didik. e) Citra, citra yang buruk akan mudah menimbulkan persepsi buruk terhadap pelayanan proses pembelajaran, begitupun sebaliknya jika citra pelayanan proses pembelajaran yang baik akan mudah dimaafkan oleh peserta didik atas suatu kesalahan, meskipun tidak untuk kesalahan yang selanjutnya. f) Tahap pelayanan, kepuasan peserta didik pada pelayanan proses pembelajaran di sekolah akan dirasakan ketika pelayanan tersebut mencapai tahap-tahap tertentu. g) Momen pelayanan, yang menimbulkan kepuasan peserta didik dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: pelayanan, proses pelayanan dan lingkungan fisik di mana pelayanan diberikan.
27
h) Tingkat
kepentingan
pelanggan,
peserta
didik
yang
mempunyai kepentingan tinggi terhadap pelayanan proses pembelajaran yang tinggi, maka akan tinggi pula pelayanan yang harus diberikan oleh pihak sekolah. Menurut Ririn Tri Ratnasari dan Mastuti H. Aksa ada lima faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, yaitu sebagai berikut: a) Kualitas produk, b) Kualitas pelayanan, c) Emosional, d) Harga, e) Biaya.30 Bila diuraikan keterkaitannya dengan pelayanan di sekolah, adalah sebagai berikut: a) Kualitas Produk, yaitu pelanggan akan merasa puas bila hasil mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas sesuai dengan harapan dan kebutuhan. b) Kualitas Pelayanan, yaitu pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. Pelayanan yang diberikan akan meninggalkan kesan pada peserta didik yang menerima pelayanan jasa pendidikan di sekolah, dan akan memberikan hasil atau kesimpulan terhadap pelayanan yang telah dirasakan. c) Emosional,
yaitu pelanggan akan merasa bangga dan
mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi sosial atau self esteem yang membuat pelanggan merasa puas terhadap merek tertentu. d) Harga, maksudnya adalah pelanggan sekolah atau peserta didik dan orang tua sesungguhnya tidak akan sungkan untuk mengeluarkan biaya yang lebih agar mendapatkan pelayanan prima dari sekolah, namun bila produk yang mempunyai 30
Ririn Tri Ratnasari dan Mastuti H. Aksa, Teori dan Kasus Manajemen Pemasaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 117-118
28
kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai kepuasan yang lebih tinggi kepada pelanggan. e) Biaya, yaitu pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan
atau
tidak
perlu
membuang
waktu
untuk
mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa tersebut. Jumlah biaya bagi konsumsi adalah sekelompok biaya yang diharapkan pelanggan atau peserta didik dalam evaluasi menerima dan menggunakan barang atau jasa tersebut. Sedangkan menurut Richard F. Gerson kepuasan konsumen dapat diciptakan melalui 10 sasaran manajemen proaktif. Yaitu: a) Setiap orang bekerja untuk pelanggan, b) Mengenali pelanggan secara akrab, c) Membangun mutu dalam produk, d). Mengembangkan gairah fokus pelanggan, e) Melatih staf, f) Memberdayakan karyawan, g) Terus-menerus mengukur, h) Memberikan pengakuan dan imbalan, i) Mencari cara-cara baru, j) Buat menjadi lebih baik.
31
Bila dikaitkan
dengan dunia pendidikan khususnya di sekolah, maka penjabarannya sebagai berikut: a) Setiap orang bekerja untuk pelanggan Sekolah
sebagai
organisasi
penyedia
pelayanan
jasa
pendidikan, tentunya membutuhkan peserta didik sebagai pelanggannya, tanpa adanya peserta didik maka fungsi sekolah tidak akan berjalan, untuk itu menempatkan peserta didik sebagai pelanggan dalam posisi yang setinggi mungkin akan berdampak pada peningkatan kepuasan pelanggan. b) Mengenali pelanggan secara akrab Organisasi sekolah, tentu mempunyai pihak manajemen yang mengatur tatanan sekolah, pihak manajemen disini adalah kepala sekolah, yayasan, tenaga pendidik dan kependidikan. 31
Rechard F. Gerson, op cit., h. 94-96
29
Jika manajemen sekolah mengenali para peserta didiknya dengan baik akan jauh lebih profitable ketimbang sekolah lain yang dianggap sebagai pesaing, ini dikarenakan berarti sekolah menangani serius apa yang diinginkan oleh peserta didiknya c) Membangun mutu dalam produk Setelah mengetahui harapan peserta didik, sekolah seharusnya memberikan pelayanan yang baik hingga dapat memenuhi harapan tersebut. d) Mengembangkan gairah fokus pelanggan Berfokus pada pelanggan saja dirasa tidak cukup untuk saat ini, karena persaingan semakin ketat, untuk itu sekolah perlu menaruh minat besar melakukan peserta didik. e) Melatih staf Ini merupakan salah satu unsur yang paling penting, setiap manajemen sekolah harus memberikan pelayanan yang terbaik aja peserta didik merasa puas. f) Memberdayakan karyawan Melatih manajemen sekolah untuk
memberi pelayanan
pelanggan yang prima itu tidak cukup, manajemen sekolah perlu memberdayakan manajemen sekolah dengan cara memberi wewenang agar bisa menjamin kepuasan peserta didik. g) Terus-menerus mengukur Karena harapan dan mutu dari pelayanan sekolah akan berbeda setiap harinya, maka perlu diadakannya pengukuran yang terus-menerus untuk menjaga kepuasan peserta didik. h) Memberikan pengakuan dan imbalan Memberikan imbalan/reward kepada peserta didik dan manajemen sekolah perlu dilakukan, ini merupakan salah satu bentuk perhatian yang diberikan oleh pihak atasan
30
i) Mencari cara-cara baru Persaingan yang sangat ketat, menuntut sekolah untuk melakukan inovasi agar peserta didik tetap merasa puas, untuk itu cara-cara yang lama biasa digunakan sudah seharusnya diubah menjadi cara yang baru. j) Buat menjadi lebih baik. Ketika peserta didik merasa puas dengan pelayanan proses pembelajaran di sekolah, itu tidak berarti bahwa tujuan sekolah telah tercapai, sekolah harus selalu memperbaiki mutu pelayanan agar loyalitas peserta didik tetap terjaga. Uraian di atas menjelaskan bagaimana pelanggan akan merasa puas atau tidak puas terhadap produk yang dikonsumsinya. Tetapi faktor-faktor tersebut tidak menjadi acuan untuk mengetahui tingkat kepuasan peserta didik karena karakteristik pelanggan yang berbedabeda menimbulkan perbedaan pula terhadap pandangan akan kepuasan yang dirasakan. Selain itu, perasaan puas atau tidak puas tidak akan bisa diwakili karena perasaan tersebut berkaitan pada pengalam dalam merasakan pelayanan dari sekolah.
4. Indikator kepuasan peserta didik terhadap pelayanan pembelajaran Bila membahas kualitas dalam dunia bisnis, ini menjadi masalah yang selalu dibicarakan, setiap perusahaan ingin bersaing dengan perusahaan yang lain melalui produk yang ia hasilkan untuk menarik minat pelanggan, sama halnya ketika kita memasuki dunia pendidikan, sekolah negeri atau pun swasta berlomba-lomba bersaing dengan melalui produk yang dihasilkan untuk menarik minat masuk peserta didik. Kualitas dalam bahasa sehari-hari sering disebut juga dengan istilah mutu. Mutu atau kualitas hanya dapat dirumuskan menurut sifatsifat dari barang atau jasa yang diinginkan. Dari sudut pandang ini, kualitas adalah akumulasi dari sejumlah sifat-sifat yang berhubungan
31
dan diinginkan, seperti: bentuk, komposisi, kekuatan, kepandaian membuat sesuatu, penyesuaian, kesempurnaan, warna dan seterusnya. Unsur terpenting dalam mutu adalah bukan biaya tetapi kesamaan (persamaan) dengan standar yang ditetapkan. Bila disimpulkan dari paparan di atas, kualitas bukanlah faktor utama dari keberhasilan tercapainya tujuan, tetapi juga ditunjang dengan pelayanan. Seorang peserta didikpun tentu akan merasa puas/senang bila ia mendapatkan pelayanan yang baik dari sekolah, jika peserta didik merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh sekolah, maka penilaian yang akan diberikan dari peserta didik pun akan baik. Pada hakikatnya konsep kepuasan pelanggan masih abstrak, namun untuk dapat mengetahui tingkat kepuasan pelanggan secara lebih baik, maka perlu dipahami pula sebab-akibat yang melatarbelakangi kepuasan pelanggan/peserta didik. Indikator kepuasan peserta didik yang digunakan dalam penelitian terhadap pelayanan sekolah, merujuk pada faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan jasa. Adapun menurut Berry dan Parasuraman (dalam Alma, 2005) mengemukakan bahwa ada lima faktor yang menetukan kualitas pelayanan jasa, diantaranya: a. Keandalan, berkaitan dengan kemampuan guru dalam memberikan pelayanan proses belajar mengajar yang bermutu sesuai dengan yang dijanjikan, konsisten, serta sekolah mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan peserta didik. b. Daya tangkap, adalah kesediaan personil sekolah mendengarkan dan mengatasi keluhan peserta didik yang berhubungan dengan masalah sekolah yang menyangkut masalah belajar-mengajar ataupun masalah pribadi. c. Kepastian, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (terbitan Balai Pustaka, 2001) pengertiannya adalah keadaan yang pasti. Peserta didik memilih sekolah sebagai tempat untuk belajar dan mengembangkan potensi yang dimilikinya berdasarkan informasi, baik dari sekolah maupun orang lain, dan juga berdasarkan persepsi dirinya terhadap sekolah tersebut.
32
d. Empati, dalam pemahaman psikologi adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa dirinya dikeadaan perasaan orang lain. Sikap empati yang menimbulkan kepuasan peserta didik atas pelayanan yang diberikan salah satu contohnya adalah personil sekolah (guru, kepala sekolah, dan staf administrasi) dapat memahami peserta didik dengan cara mengindera perasaan peserta didik dan memperhatikan kepentingan mereka. e. Berwujud, pelayanan/jasa tidak dapat dilihat, diraba, dan dicium, maka aspek berwujud atau dalam kata lain memiliki bentuk fisik merupakan suatu hal yang sangat penting dalam mengukur pelayanan, karena peserta didik akan menggunakan indera penglihatannya untuk menilai kualitas suatu pelayanan sekolah. Yang meliputi: bangunan, kebersihan lingkungan, taman, laboratorium, lapangan dan fasilitas fisik lainnya.32 Dari beberapa teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas jasa, dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan.Teori ini digunakan dalam penelitian karena mampu mengakomodasi dan mewakili obyek-obyek kualitas produk dan kualitas pelayanan dari produk yang di teliti. Meskipun setiap persepsi peserta didik terhadap konsep kepuasan tidak dapat disamaratakan, tetapi sekolah masih bisa menggunakan faktor-faktor penentu kualitas jasa sebagai indikator kepuasan peserta didik, agar pelayanan yang diberikan tidak berbeda kepada setiap peserta didik, dan juga dapat memudahkan apabila sekolah akan mengevaluasi kepuasan peserta didik terhadap pelayanan sekolah.
C. Kerangka Berpikir Kepuasan peserta didik terhadap pelayanan proses pembelajaran di sekolah terindikasi ketika harapan peserta didik dapat terpenuhi, peserta didik tentu saja mengharapkan bahwa ketika menggunakan pelayanan jasa sekolah,
32
Popi Sopiatin, op. cit, h. 40-42
33
ia akan memiliki peningkatan dalam kemampuan baik dari sisi pengetahuan, sikap, maupun keterampilan yang diberikan oleh pihak sekolah. Peningkatan kemampuan yang dimiliki peserta didik, sudah pasti didapatkan ketika peserta didik menggunakan pelayanan dalam proses pembelajaran, banyak yang harus diperhatikan oleh pihak sekolah dalam memberikan pelayanan proses pembelajaran, misalnya keandalan pendidik dalam memberikan materi, metode-metode pembelajaran yang digunakan, hasil evaluasi belajar peserta didik, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Hal ini tidak semudah yang dibayangkan, banyak faktor-faktor penghambat dalam mencapai tujuan kepuasan peserta didik. Namun jika sekolah memfokuskan masalah kepuasan peserta didik dengan serius, bukan tidak mungkin kepuasan peserta didik dapat tercapai. Tercapainya kepuasan akan memberikan penilaian yang baik dari peserta didik kepada pihak sekolah yang artinya akan memberikan keuntungan bagi semua pihak yang terlibat. Jika sekolah berorientasi pada kepusan pelanggan, pihak sekolah harus berbenah diri dalam meningkatkan kepercaya pelanggan, meningkatkan daya tangkap yang baik agar tidak mengulangi kesalahan, cepat dan tanggap menangani keluhan, dan memberikan kepastian dalam pelayanan dan berempati pada masalah yang dialami oleh peserta didik serta lebih meningkatkan fasilitas sekolah. Untuk memperjelas kerangka berpikir, maka dibuatkan gambar 2.1 kerangka pemikiran sebagai berikut:
34
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir INPUT
PROSES
OUTPUT
KEADAAN NYATA 1. Pelayanan dalam proses pembelajaran yang belum efektif 2. Jam belajar yang padat sehingga berkurangnya waktu berkunjung ke perpustakaan 3. Pelayanan yang kurang ramah dari tenaga administrasi 4. Tenaga pendidik dalam bidang pelayanan bimbingan dan konseling yang kurang berkompeten 5. Layanan khusus berupa kantin sekolah yang tidak cukup untuk menampung jumlah peserta didik 6. Saran atau keluhan peserta didik belum digunakan sebagai alat evaluasi pelayanan di Sekolah
STRATEGI/SOLUSI
MASALAH Pelayanan dalam proses pembelajaran yang belum efektif
1. Pelatihan pegawai sekolah dalam meningkatkan pelayanan 2. Meningkatkan kepercayaan pelanggan, meningkatkan daya tangkap yang baik agar tidak mengulangi kesalahan 3. Cepat dan tanggap menangani keluhan 4. Memberikan kepastian dalam pelayanan 5. Berempati pada masalah yang dialami oleh peserta didik 6. Lebih meningkatkan fasilitas sekolah
FEED BACK
HASIL Tingginya tingkat kepuasan peserta didik terhadap pelayanan proses pembelajaran
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan teknik survei. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini hanya dilakukan pada sebagian dari populasi atau survei sample mengenai tingkat kepuasan peserta didik terhadap pelayanan sekolah dengan menggunakan metode kuesioner yang diajukan melalui angket dengan alternatif jawaban menggunakan skala likert sebagai alat pengumpul data dan didukung dengan menggunakan metode wawancara.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Averus, yang beralamat di Jl. Ciputat Raya No. 11 Pondok Pinang, Kebayoran Lama - Jakarta Selatan. Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2014 Kegiatan Jan
Feb s/d Mei
Pengesahan Proposal Skripsi Bimbingan dengan dosen Pembimbing Penyebaran angket dan pengumpulan data Analisis data
35
Juni Juli
Agt
Sep Okt Nov
36
Penyusunan Laporan
C. Populasi Dan Sampel Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan Averus Pondok Pinang tahun pelajaran 20142015 yang berjumlah 740 peserta didik. Sedangkan populasi terjangkau adalah peserta didik kelas XI dan XII, dengan tidak dimasukannya peserta didik kelas X yang baru merasakan pelayanan proses pembelajaran karena dianggap oleh peneliti belum mampu memberikan penilaian tentang pelayanan proses pembelajaran. Adapun perincian sebagai berikut: Tabel 3.2 Jumlah peserta didik SMK Averus 2014-20151 Jumlah peserta didik Kelas X
6 Rombel
L: 98
P: 72
170
Kelas XI
7 Rombel
L: 130
P: 130
260
Kelas XII
8 Rombel
L: 160
P: 150
310
Total
21 Rombel
L: 388
P: 532
740
Adapun pengambilan sampel penelitian ini dengan menggunakan teknik random sampling yang diambil sebanyak 20% dari populasi terjangkau yaitu 114. Agar mudah dalam penghitungan, maka keseluruhan sampel penelitian ini dibulatkan menjadi 115 sampel/peserta didik.
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan suatu penelitian yang merupakan langkah penting dalam metode ilmiah. Oleh karena itu pengumpulan data diperlukan sekali dalam suatu penelitian. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini antara lain:
1
Dokumen data SMK Averus tahun 2014-2015
37
1. Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.2 Angket disebar kepada responden untuk memperoleh data tentang pelayanan proses pembelajaran di sekolah. Data tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan peserta didik tentang pelayanan proses pembelajaran. 2. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai.3 Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah serta beberapa orang tenaga pendidik dengan menggunakan pedoman wawancara. Data hasil wawancara digunakan untuk membandingkan hasil data.
E. Teknik Pengolahan Data Untuk pengolahan data pada penelitian ini, digunakan langkahlangkah sebagai berikut: 1.
Editing Pada tahap ini merupakan langkah awal setelah angket disebar dan isi oleh peserta didik yang menjadi responden, penulis melakukan pengecekan satu per satu meliputi kelengkapan pengisian, penjelasan penulisan angket dan kebenaran pengisian angket.
2.
Coding Merupakan tahap pemberian angka atau huruf pada angket untuk mempermudah dalam pengumpulan dan pengolahan data yang telah diisi oleh peserta didik yang menjadi responden.
2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet Ke-11, h.142 3 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), Cet ke-3, h.108
38
3.
Scoring Adalah tahap pemberian skor atau nilai pada setiap butir pertanyaan yang terdapat dalam angket. Pemberian skor ditentukan oleh pernyataan positif dan negatif, jika pernyataan positif maka skor yang diberikan mulai dari 5, 4, 3, 2, 1, sedangkan jika pernyataan negatif maka skor dimulai dari 1, 2, 3, 4, 5. Dalam skala penelitian ini terdapat 5 pilihan alternatif jawaban, yaitu: Sangat puas, puas, netral, tidak puas, sangat tidak puas.
Alternatif jawaban
4.
Tabel 3.3 Skala Penilaian Bobot nilai Positif Negatif
Sangat Puas
5
1
Puas
4
2
Cukup Puas
3
3
Tidak Puas
2
4
Sangat Tidak Puas
1
5
Tabulating Pada proses ini merupakan langkah terakhir dalam pengumpulan data yaitu dengan memasukkan data ke tabel agar dapat mengetahui hasilnya.
F. Teknik Analisis Data Setelah disebar, kemudian apabila data yang butuhkan telah terkumpul, maka data tersebut selanjutnya dianalisa dengan menggunakan teknik analisa statistik seperti: a. Penguji Kualitas Instrumen Angket yang digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini, harus diukur tingkat validitas dan reliabilitasnya agar dapat diandalkan.
39
1. Uji validitas Rumus yang digunakan dalam uji validitas adalah seperti berikut: ∶ Keterangan:
N ∑XY – (∑X) (∑Y)
{N ∑X² − ( ∑X)²} {N ∑Y² − (∑ )²}
r = koefisien validitas item yang dicari x = skor yang diperoleh dari subjek tiap item y = skor yang diperoleh dari subjek seluruh item ∑ = Jumlah skor dalam distribusi X ∑ ∑ ∑
N
= Jumlah skor dalam distribusi Y
2
2
= Jumlah skor kuadrat pada masing-masing skor X = Jumlah skor kuadrat pada masing-masing skor Y = Jumlah responden
Koefisien validitas dianggap valid jika rhitung>ttabel pada a = 1% Sebelum angket disebarkan kepada peserta didik yang berjumlah 115 orang, terlebih dahulu angket diujicobakan kepada peserta didik yang berjumlah 25 orang untuk diuji validitasnya. Setelah dihitung dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft excel, hasil uji coba angket kepada 25 responden dengan 40 item soal, memiliki tingkat validitas sebanyak 26 item soal yang sudah mewakili setiap indikator, sedangkan 14 item soal yang dinyatakan tidak valid, pertanyaannya dihapus. Angket yang telah diujicobakan kepada peserta didik, disebarkan kembali yang validnya saja kepada 115 responden di SMK Averus. (lihat lampiran 7). 2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk memenuhi syarat bagi validitas tes, sebelum menghitung reliabilitas instrumen seluruh item, pada umumnya untuk menghitung reliabilitas instrumen terlebih dahulu menghitung varians seluruh item dengan menggunakan rumus varians.
40
Varians Butir (Si2) = ∑x²
(∑ )²
Varians Total (St2) = ∑x²
(∑ )²
N
N
Sedangkan untuk menghitung reliabilitas instrumen semua item menggunakan rumus Alpha
1−
rumus Alpha r11 = Keterangan:
∑
∑x2
= Jumlah skor kuadrat pada masing-masing skor X
r11
= Koefisien reliabilitas tes
N
= Banyaknya butir item
1
= Bilangan konstan
∑ Si2
= Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item
Si2
= Varian skor dari tiap-tiap butir item
St2
= Varian total
(lihat lampiran 8)
b. Teknik Analisa Data Teknik analisis data digunakan untuk memberikan keterangan data yang telah dikumpulkan agar semua data dapat dipahami dengan baik, data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan deskriptif anaisis. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi atau gambaran variabel yang diteiti berdasarkan tanggapan responden. Untuk itu digunakan rumus: F
Keterangan: P : Angka Prosentase F : Frekuensi Jawaban N : Jumlah Responden
P = N x 100%
41
c. Teknik Interpretasi Data Untuk memberikan interpretasi data atas niai rata-rata yang diperoleh, digunakan pesoman untuk interpretasi data sebagai berikut: 1) Sangat Puas, jika total nilai berada pada interval 84,1% ─100% 2) Puas, jika total nilai berada pada interval 68,01%─84,00% 3) Cukup Puas, jika total nilai berada pada interval 52,01%─68,00% 4) Tidak Puas, jika total nilai berada pada interval 36,01%─52,00% 5) Sangat Tidak Puas, jika total nilai berada pada interval 20,00% ─36%4 Untuk menentukan prosentase, digunakan penghitungan sederhana dengan langkah-langkah berikut: a. Menentukan nilai harapan (NH). Nilai ini dapat diketahui dengan mengalikan jumlah item pernyataan dengan skor tertinggi. b. Menghitung nilai skor (NS). Nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian. c. Menentukan kategori dengan rumus: NS
P = NH X 100% G. Instrumen Penelitian 1. Defini konseptual Secara konseptual kepuasan peserta didik terhadap pelayanan proses pembelajaran adalah keadaan dimana terpenuhinya harapan dan kebutuhan tentang pelayanan proses pembelajaran yang diinginkan oleh peserta didik akan layanan yang diberikan oleh pihak sekolah meliputi pelayanan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. 2. Definisi operasional Secara operasional yang dimaksud dengan kepuasan peserta didk adalah skor yang dirasakan responden dalam menjawab pelayanan proses pembelajaran yang diberikan oleh pihak sekolah dengan skala 1, 2, 3, 4, 5 4
Umi Narimawati, dkk, Penulisan Karya Ilmiah, (Bekasi: Genesis, 2010), h. 46.
42
sesuai dengan tingkat kepuasan yang dirasakan pada kriteria-kriteria pelayanan proses pembelajaran yang termuat dalam 3 dimensi dan terbagi menjadi 10 indikator. 3. Kisi-kisi instrumen a.
Kisi-Kisi Angket
Dimensi
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket Indikator Nomor Item 1. Kemahiran guru dalam
Jumlah
1, 2, 3, 4, 5, 6
6
7, 8
2
9, 10
2
4. Jenis evaluasi yang dilakukan 11,12
2
5. Memperhatikan kebutuhan
13,14
2
15
1
16, 17
2
3. Evaluasi yang dilakukan
18
1
1. Kehandalan tenaga
19, 20, 21, 22
4
23, 24, 25, 26
4
menyampaikan materi Pelayanan Intrakurikuler
2. Ketepatan waktu pelayanan yang telah dijadwalkan 3. Penggunaan media pembelajar
peserta didik 1. Kesesuaian penugasan dengan materi yang telah Pelayanan Kokurikuler
disampaikan 2. Kemudahan dalam pelayanan bimbingan dan konseling
Pelayanan Ekstrakurikuler
pelatih/pembina. 2. Jenis-jenis kegiatan yang diselenggarakan sekolah. Jumlah
26
43
b.
Pedoman wawancara
No.
Tabel 3.5 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Dimensi Pertanyaan
1.
1. Macam-macam jenis pelayanan intrakurikuler di sekolah. 2. Bagaimana pelayanan intrakurikuler di sekolah dilakukan dengan bukti fisik, keandalan, daya Pelayanan intrakurikuler
tangkap, jaminan, dan empati. 3. Kendala dalam memberikan pelayanan intrakurikuler di sekolah. 4. Solusi yang dilakukan dalam menghadapi kendala pelayanan intrakurikuler di sekolah
2.
1. Macam-macam jenis pelayanan kokurikuler di sekolah. 2. Bagaimana pelayanan kokurikuler di sekolah dilakukan dengan bukti fisik, keandalan, daya Pelayanan kokurikuler
tangkap, jaminan, dan empati. 3. Kendala dalam memberikan pelayanan kokurikuler di sekolah. 4. Solusi yang dilakukan dalam menghadapi kendala pelayanan kokurikuler di sekolah
3.
1. Macam-macam jenis pelayanan ekstrakurikuler di sekolah. Pelayanan ekstrakurikuler
2. Bagaimana pelayanan ekstrakurikuler di sekolah dilakukan dengan bukti fisik, keandalan, daya tangkap, jaminan, dan empati. 3. Kendala dalam memberikan pelayanan ekstrakurikuler di sekolah.
44
4. Solusi yang dilakukan dalam menghadapi kendala pelayanan ekstrakurikuler di sekolah
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.
Sejarah Berdirinya SMK Averus SMK Averus berdiri sejak tahun 1992 di bawah naungan yayasan Averus Jaya. Berdirinya SMK Averus adalah perwujudan dari guru-guru idealis yang ingin memiliki lembaga pendidikan yang lebih baik. Hal ini dilatarbelakangi oleh rasa kecewa guru-guru tersebut terhadap manajemen sekolah yang sebelumnya, di mana tidak adanya perhatian dan kepedulian pemilik sekolah kepada guru-guru dalam masalah kesejahteraan dan penggajian. 15 guru pendiri SMK Averus, yaitu: Effendi HK, S.H, M.H, H. Djunaidi Abdillah, H. Marzuki Halim, H. Satiri Ahmad, H. Mursalim, Muslim, S.H, Drs. H.A. Syarif A. Muthalib, M.Pd, Drs. H. M. Yusuf AB, M.M, Abdurrahman, H. Barhalim, Muhdi Yasin, Drs. Hasanudin, Drs. Usman, Ahmad Sajadi, Hasbah, S.E. Perubahan nama SMK Averus, didasari oleh peraturan pemerintah saat itu yang mengharuskan penyelenggaran pendidikan kejuruan tingkat menengah mengubah nama dari SMEA menjadi SMK. Nama Averus diambil dari nama cendikiawan muslim yang cerdas dan rajin membaca yakni Ibnu Rusydi, nama beliau dipanggil oleh orang barat yaitu Averus, maka dipilih lah nama tersebut yang bertujuan agar sekolah yang nantinya akan melahirkan cendikiawan Islam yang cerdas dan rajin membaca. Berlokasi di Bintaro, dengan memiliki dua kejuruan yaitu akuntansi dan penjualan.1 Pada tahun 2001, SMEA Averus berpindah lokasi ke Jln. Ciputat Raya No.11. Pondok Pinang─Jakarta Selatan dan berganti naman menjadi SMK
1
Wawancara dengan Kepala SMK Averus
45
46
Averus. Perkembangan SMK Averus di rasa sangat signifikan dari waktu ke waktu, ini terlihat ketika SMK Averus menambahkan program kejuruannya, sehingga menjadi akuntansi, penjualan dan perkantoran. Dan dengan jumlah murid yang terus bertambah dari tahun ke tahun, namun pengurangan siswa di SMK Averus terjadi ketika diberlakukannya kurikulum 2013 yang mana mengharuskan sekolah memaksimalkan jam belajar siswa dan melarang sekolah untuk membuka kelas siang. Tetapi hal tersebut tidak menyurutkan pihak sekolah, terbukti karena kini SMK Averus memiliki akreditasi A dalam setiap jurusannya, artinya SMK Averus bisa memberikan pelayanan yang baik dan dapat memberikan kepuasan bagi setiap siswanya. Pada saat ini, SMK Averus memiliki 18 ruang kelas dengan 740 siswa, dibimbing oleh 45 orang guru dan dibantu 11 karyawan. Setiap lembaga pendidikan pasti memiliki visi, yaitu gambaran masa depan yang diinginkan oleh sekolah, agar sekolah yang bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya. Gambaran tersebut harus berdasarkan yuridis, yaitu undang-undang pendidikan dan sejumlah peraturan pemerintah yang berlaku guna tujuan ketercapaian tujuan pendidikan nasional sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan yang bersangkutan. Sedangkan misi adalah tindakan untuk mewujudkan visi tersebut. Karena visi harus mengakomodasi semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah, maka misi juga dapat diartikan sebagai tindakan untuk memenuhi kepentingan masing-masing kelompok yang terkait dengan sekolah. Visi yang dijalankan SMK Averus Pondok Pinang adalah: “SMK Averus membentuk peserta didik yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, profesional dan memiliki jiwa wirausaha serta mampu berkompetisi global”
47
Misi yang dijalankan sebagai berikut: 1. Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Menghasilkan lulusan yang berkarakter baik 3. Mendidik dan melatih peserta didik sesuai dengan kebutuhan dunia kerja 4. Menghasilkan lulusan yang berkompetensi sesuai bidang keahliam 5. Meningkatkan kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri dalam rangka penempatan kerja. SMK Averus memiliki perkembangan yang cukup signifikan dalam kurun waktu 3 tahun terakhitr, berbagai prestasi telah didapat, terutama dalam bidang non akademik. (lihat lampiran 4). Perkembangan ini tentunya dipengaruhi dari kepemimpinan yang telah berganti selama beberapa dekade, diantaranya:
2.
1) Drs. Abdul Rahman Muhammad
1992 - 2000
2) Drs. H. A. Syarif Abdul Muthalib, M.Pd
2000 – sekarang
Sarana dan Prasarana SMK Averus Bila dilihat di SMK Averus sendiri, sarana dan prasarana yang digunakan untuk pelayanan proses belajar mengajar sudah cukup baik, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik tanpa mengalami hambatan. (lihat lampiran 1)
3.
Keadaan Guru SMK Averus Guru-guru di SMK Averus terdiri dari 45 orang, terdiri dari 21 orang guru pria dan 24 orang guru wanita. Guru-guru di averus ini ulusan dari perguruan tinggi negeri maupun swasta yang mengajar sesuai dengan keahlian yang dimiliki. (lihat lampiran 2)
48
4.
Keadaan Staf dan Karyawan SMK Averus Untuk membantu kelancaran administrasi sekolah, staf dan karyawan SMK Averus berjumlah 11 orang, terdiri dari 8 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Staf di SMK Averus memiliki beberapa bagian, tiap-tiap bagian sudah dibagi dan ada yang mengerjakan tugasnya masing-masing. (lihat lampiran 3)
5.
Kurikulum SMK Averus SMK Averus selalu mengikuti peraturan pendidikan nasional mengenai kurikulum, sesuai dengan peraturan yang terbaru, SMK Averus pun menerapkan kurikulum 2013 dalam proses belajar mengajarnya. Hal ini dilakukan agar peserta didik menjadi beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, profesional dan memiliki jiwa wirausaha serta mampu berkompetisi global.
6.
Struktur Organisasi SMK Averus Pondok Pinang dipimpim oleh seorang kepala sekolah dan dibantu oleh 4 (empat) orang wakil kepala sekolah yang masing-masing meliputi: a. Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan b. Wakil kepala sekolah bidang kurikulum c. Wakil kepala sekolah bidang sapras d. Wakil kepala sekolah bidang dunia usaha/dunia industry (DUDI) Selain itu, dibantu oleh ketua program keahlian serta kepala tata usaha dan sejumlah staf dan karyawannya. (lihat lampiran 5)
B. Deskripsi, Analisis dan Interpretasi Data Untuk mengetahui tingkat kepuasan peserta didik terhadap pelayanan proses pembelajaran di SMK Averus yang dibagi dalam tiga dimensi, yaitu pelayanan intrakurikuler, pelayanan kokurikuer, dan peayanan ekstrakurikuler, penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data, yakni melalui angket, wawancara dan observasi. Adapun hasil penelitian sebagai berikut:
49
1. Pelayanan Intrakurikuler Setelah dilakukan observasi dan wawancara, pelayanan intrakurikuler di SMK Averus samahalnya pada lembaga pendidikan formal lainnya, pelayanan intrakurikuler dilakukan ketika di dalam ruang kelas, dimulai dari pukul 7:00 WIB sampai 14:20 WIB untuk hari senin s/d rabu, dan untuk hari kamis s/d jumat dimuali dari 7:00 WIB sampai 15:00 dengan durasi waktu setiap jam pelajaran adalah 45 menit. Setelah bel mata pelajaran pertama, guru-guru baru berjalan ke kelas masing-masing, terkadang juga ada guru yang tidak bergegas langsung masuk kelas karena harus menyeesaikan tugas yang lain. Bila kondisi di dalam ruang kelas, meskipun sudah dilakukan piket kelas oleh siswa, siswa diperintahkan untuk membersihkan kembali ruang kelas mereka agar terasa nyaman, dan bangku-bangku juga meja, baik itu meja guru atau meja siswa dirapihkan. Setelah guru merasa kelas sudah cukup nyaman dan efektif untuk memulai pembelajaran, maka siswa-siswa dipersilahkan untuk duduk di bangku masing-masing. Tanpa harus diperintah, biasanya para siswa tahu bahwasannya setiap proses pembelajaran akan dimulai, diharuskan untuk berdoa bersama. Setelah itu, kehadiran siswa setiap harinya diabsen oleh guru, setiap guru akan mencatat kehadiran siswa dalam absen kelas dan absen milik pribadi, dan mencatata kegiatan serta materi apa saja yang disampaikan pada sat pertemuan tersebut dalam buku agenda kelas dan buku agenda milik pribadi. Awal kegiatan pelayanan pembelajaran mengacu pada kegiatan pembelajaran sebelumnya, apabila pada pertemuan sebelumnya guru memberikan tugas kepada siswa, biasanya tugas dikumpulkan pada awal pembelajaran untuk dilakukan pengoreksian bersama agar siswa memahami materi yang disampaikan sebelumnya. Jika tidak diberikan tugas pada pertemuan sebelumnya, maka guru melakukan apersepsi untuk menarik fokus siswa pada materi yang akan disampaikan.
50
Kegiatan inti pembelajaran biasanya dilakukan hanya dengan memberikan materi dengan metode ceramah, metode ini dianggap paling efektif, sebab melihat latar belakang siswa di sekolah sebelumnya dan sisi psikologis siswa yang lebih banyak cenderung kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran cenderung pasif dan satu arah. Pada mata pelajaran tertentu, siswa diharuskan menghapal beberapa kosa kata, seperti mata pelajaran bahasa asing. Tetapi tidak sedikit juga guru yang menerapkan pembelajaran aktif dalam kelas, melakukan permainan pembelajaran agar menarik minat belajar siswa kemudian memberikan reward serta punishment, sehingga meningkatkan semangat belajar siswa. Hal ini dipengaruhi materi apa yang akan disampaikan. Media pembelajaran yang digunakan guru-guru cukup beragam, penggunaan LCD, dan membuat power point sudah banyak dilakukan guruguru dan memang sudah difasilitasi oleh sekolah, praktik-praktik dalam mata pelajaran tertentupun sering diberikan di dalam ruang kelas, di luar ruang kelas maupun di dalam ruang laboratorium, sebagian guru ada yang memfasilitasi lebih para siswa, contohnya dengan penggunaan speaker untuk pelajaran yang membutuhkan audio dan audio visual. Penggunaan bahasa guru saat mengajar dinilai sudah baik, guru mencontohkan bagaimana cara berbicara yang baik dan benar. Keluhan siswa saat proses pembelajaran menjadi bahan pertimbangan guru selanjutnya dalam penyampaian materi. Siswa juga sering dipersilahkan mengutarakan pendapatnya dan bertanya jika memang terdapat materi-materi yang kurang dipahami. Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru memberikan pertanyaan terkait, menyimpulkan, dan memberikan tugas sesuai dengan materi yang telah disampaikan. Dan pelayanan
yang terakhir dalam
pelayanan
intrakurikuler adalah evaluasi, evaluasi lebih sering menggunakan tes yang diadakan setiap selesai selesai bab atau disebut dengan ulangan harian,
51
kemudian ada ulangan tengah semester, dan yang terakhir ulangan akhir semester. Namun ada juga guru yang memberikan penilaian pada sisi afektif serta psikomotorik siswa dalam buku agenda pribadi. Kegitan remedial mempunyai jadwal yang dilakukan di akhir semester seletah UAS untuk mempersingkat waktu. (lihat lampiran 9) Data yang terkumpul dari hasil angket yang telah disebar kepada 115 responden di SMK Averus akan diolah dengan tujuan untuk memberikan penjelasan. Untuk memudahkan menganalisa data, hasil pengolahan penelitian ini akan dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: a) Kemahiran guru dalam menyampaikan materi Tabel 4.1 Motivasi yang diberikan guru dalam setiap proses pembelajaran No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
1.
Sangat puas
21
18,26
Puas
51
44,35
Cukup puas
41
35,65
Tidak puas
1
0,87
Sangat tidak puas
1
0,87
Jumlah (N)
115
100
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa secara umum tingkat motivasi yang diberikan guru dalam setiap proses pembelajaran dirasa puas oleh peserta didik. Ini terlihat ketika prosentase dan frekuensi dari alternatif jawaban puas menunjukkan angka yang paling tinggi, yaitu 44,35% dan 51 responden/peserta didik yang merasa puas.
52
Tabel 4.2 Semangat guru dalam kegiatan pembelajaran No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
2.
Sangat puas
25
21,74
Puas
43
37,39
Cukup puas
35
30,43
Tidak puas
11
9,57
Sangat tidak puas
1
0,87
Jumlah (N)
115
100
Dari tabel di atas, diketahui bahwa semangat guru dalam kegiatan pembelajaran dirasa puas oleh responden/peserta didik, terlihat jelas ketika alternatif jawaban puas memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan alternatif jawaban yang lainnya, yaitu mendapatkan 43 responden yang memberikan skor puas dan mendapat 37,39%.
Tabel 4.3 Kesesuaian metode belajar yang digunakan dengan materi pelajaran No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
3.
Sangat puas
16
13,91
Puas
48
41,74
Cukup puas
40
34,78
Tidak puas
10
8,70
Sangat tidak puas
1
0,87
Jumlah (N)
115
100
Prosentase di atas menunjukkan bahwa 41,74% peserta didik menjawab puas, ini artinya metode yang digunakan dalam proses pembelajaran sudah sesuai dengan materi pelajaran. Sedangkan 34,78% peserta didik menjawab cukup puas.
53
Tabel 4.4 Pemberian waktu tunggu dalam waktu jeda kepada siswa untuk menjawab pertanyaan No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
4.
Sangat puas
16
13,91
Puas
35
30,43
Cukup puas
51
44,35
Tidak puas
12
10.43
Sangat tidak puas
1
0,87
Jumlah (N)
115
100
Pada tabel di atas, nilai yang tertinggi dimiliki oleh alternatif jawaban cukup puas, yaitu sebesar 44,35%. Ini menunjukkan adanya belum maksimal pelayanan terhadap pemberian waktu tunggu dalam waktu jeda untuk menjawab pertanyaan.
Tabel 4.5 Kemampuan guru dalam menciptakan kelas yang kondusif sehingga siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
5.
Sangat puas
18
15,65
Puas
49
42,61
Cukup puas
28
24,35
Tidak puas
15
13,04
Sangat tidak puas
5
4,35
Jumlah (N)
115
100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam menciptakan kelas yang kondusif sehingga peserta didik dalam berperan
54
aktif dalam proses pembelajaran di kelas memiliki nilai yang puas karena mendapatkan prosentase yang paling tinggi yaitu 42,61%.
Tabel 4.6 Kepedulian guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar di kelas No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
6.
Sangat puas
21
18,26
Puas
57
49,57
Cukup puas
31
26,96
Tidak puas
5
4,35
Sangat tidak puas
1
0,87
Jumlah (N)
115
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa kepedulian guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar di dalam kelas dirasa puas oleh responden/peserta didik, hal ini terlihat ketika prosentase yang didapatkan oleh alternatif jawaban puas lebih unggul dibandingkan dengan alternatif jawaban yang lain, yaitu 49,57%
b) ketepatan waktu pelayanan yang telah dijadwalkan Tabel 4.7 Kedisiplinan guru terkait dengan waktu masuk kelas No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
7.
Sangat puas
14
12,17
Puas
28
24,35
Cukup puas
47
40,87
Tidak puas
23
20,00
Sangat tidak puas
3
2,61
55
Jumlah (N)
115
100
Pada tabel di atas, 40,87% atau sekitar 47 responden/peserta didik menjawab cukup puas terhadap pelayanan kedisiplinan guru terkait waktu masuk kelas.
Tabel 4.8 Kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan kalender akademik No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
8.
Sangat puas
20
17,39
Puas
32
27,83
Cukup puas
53
46,09
Tidak puas
10
8,70
Sangat tidak puas
0
0
Jumlah (N)
115
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa 53 peserta didik/responden memilih alternatif jawaban cukup puas dalam pertanyaan kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan kalender akademik.
c) Penggunaan media pembelajaran Tabel 4.9 Kelengkapan media pembelajaran di sekolah No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
9.
Sangat puas
25
21,74
Puas
40
34,78
Cukup puas
29
25,22
Tidak puas
17
14,78
Sangat tidak puas
4
3,48
Jumlah (N)
115
100
56
Prosentase di atas menunjukkan bahwa 34,78% peserta didik merasa kelengkapan media pembelajaran di sekolah sudah puas. sekolah berhasil memberikan pelayanan tersebut dengan baik.
Tabel 4.10 Perawatan dan pengadaan media pembelajaran di sekolah No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
10.
Sangat puas
11
9,57
Puas
49
42,61
Cukup puas
38
33,04
Tidak puas
13
11,30
Sangat tidak puas
4
3,48
Jumlah (N)
115
100
Dari tabel di atas dilihat bahwa 42,61% peserta didik/responden merasakan puas terhadap perawatan dan pengadaan media pembelajaran di sekolah. Perawatan dan pengadaan media pembelajaran di sekolah telah dilakukan baik oleh sekolah sehingga dinilai puas oleh peserta didik.
d) Jenis evaluasi yang dilakukan Tabel 4.11 Keberagaman cara mengevaluasi No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
11.
Sangat puas
14
12,17
Puas
40
34,78
Cukup puas
58
50,43
Tidak puas
1
0,87
Sangat tidak puas
2
1,74
Jumlah (N)
115
100
57
Tabel di atas menunjukkan bahwa peserta didik/responden merasakan cukup puas dalam menentukan perasaanya menjawab pertanyaan tentang keberagaman cara mengevalasi, hal ini terihat jelas ketika prosentase alternatif jawaban cukup puas mengungguli pilihan alternatif jawaban yang lainnya yaitu sebanyak 50,43%.
Tabel 4.12 Catatan/komentar guru terhadap hasil evaluasi/tes/tugas No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
12.
Sangat puas
14
12,17
Puas
47
40,87
Cukup puas
40
34,78
Tidak puas
12
10,43
Sangat tidak puas
2
1,74
Jumlah (N)
115
100
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa 40,87% peserta didik/responden menyatakan puas terhadap catatan/komentar guru terhadap hasil evauasi/tes/tugas, ini artinya bahwa setiap tugas/tes yang dikerjakan oleh peserta didik mendapatkan kritik atau saran yang dapat dijadikan bahan perbaikan oleh peserta didik.
e) Memperhatikan kebutuhan peserta didik Tabel 4.13 Kesesuaian pelayanan yang diberikan oleh sekolah dengan kebutuhan siswa No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
10.
Sangat puas
11
9,57
Puas
40
34,78
58
Cukup puas
47
40,87
Tidak puas
13
11,30
Sangat tidak puas
4
3,48
Jumlah (N)
115
100
Tabel di atas melihatkan bahwa 40,87% peserta didik/responden menjawab cukup puas dalam memberikan jawaban pertanyaan tentang kesesuaian pelayanan yang diberikan oleh sekolah dengan kebutuhan siswa.
Tabel 4.14 Sikap sekolah dalam menanggapi keluhan siswa No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
14.
Sangat puas
15
13,04
Puas
34
29,57
Cukup puas
39
33,91
Tidak puas
21
18,26
Sangat tidak puas
6
5,22
Jumlah (N)
115
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa 33,91% peserta didik/responden menjawab cukup puas dalam merasakan pelayanan sikap sekolah dalam menanggapi keluhan siswa. Namun keraguan peserta didik dalam menjawab pertanyaan tersebut ditunjang dengan jawaban puas sebanyak 29,57%.
Dimensi intrakurikuer memiliki 5 indikator, diantaranya: kemahiran guru dalam menyampaikan materi, ketepatan waktu pelayanan yang telah dijadwalkan, penggunaan media pembelajaran, jenis evaluasi yang dilakukan dan memperhatikan kebutuhan peserta didik. Dimensi ini terdiri dari 14
59
soal/item yang kemudian dihitung menggunakan nilai harapan sebagai berikut: Tabel 4.15 Interpretasi Data Dimensi Intrakurikuler
Indikator
Skor
NH (Nilai Harapan)
NS
Skor)
Kemahiran guru dalam menyampaikan
2513
5 x 6 = 30
x
(Niai
2513 115
=
21,85
materi
Kategori
100% 21,85 30
x
100%
Puas
= 72, 83%
Ketepatan waktu pelayanan yang
779
5 x 2 = 10
779 115
=
6,77
telah
6,77 10
x
100% =
Cukup puas
67,7%
dijadwalkan Penggunaan media
805
5 x 2 = 10
pembelajar Jenis evaluasi yang dilakukan
812
5 x 2 = 10
762
5 x 2 = 10
812 115
762 115
5671
70
x
100% =
Puas
70% =
=
6,63
peserta didik Jumlah
=7
7,06
Memperhatikan kebutuhan
805 115
7 10
=
7,06 10
x
100% =
Puas
70,6% 6,63 10
x
100% =
Cukup puas
66,3% ,
x
Puas
60
49,31
100% = 70,44%
Tabel di atas menginterpretasikan setiap indikator dalam dimensi intrakurikuler. Indikator kemampuan guru dalam menyampaikan materi memiliki 6 item soal dan memperoleh nilai prosentase 83% berada pada kriteria puas, artinya guru-guru di SMK Averus dapat dinyatakan berhasil dalam pelayanan proses pembelajaran. Pada indikator ketepatan waktu peayanan yang telah dijadwalkan memiliki 2 item soal dan mendapatkan prosentase sebanyak 67,7% yang berada dalam kategori cukup puas. Kemudian indikator penggunaan media pembelajaran memiliki 2 item soal dan mendapatkan 70% prosentase nilai yang artinya berada dalam kategori puas. Selain itu pada indikator jenis evaluasi yang dilakukan memiliki 2 item soal dan memperoleh 70,6% yang juga dapat dikatakan dalam kategori puas. Dan indikator terakhir dalam dimensi ini adalah memperhatikan kebutuhan peserta didik, indikator ini memiliki 2 item soal dan memperoleh prosentase nilai sebanyak 66,3%, artinya indikator ini pun memiliki kategori cukup puas. Bila dihitung secara keseluruhan dengan cara yang sama, dimensi intrakurikuler mendapatkan nilai prosentase 70,44%, dan berada dalam kategori puas.
2. Pelayanan Kokurikuler Pelayanan kokurikuler di SMK Averus terdiri dari Penugasan, BK, perpustakaan dan pembinaan bela negara. yang dibina oleh 3 guru BK, 1 orang guru sebagai pustakawan dan pada penugasan tergantu pada guru mata pelajaran masing-masing.
61
Untuk penugasan, tidak dilakukan observasi karena keterbatasan dan banyaknya kendala yang dihadapi penulis, seperti banyaknya siswa, kendala biaya, serta keterbatsan waktu. Kegiatan BK dibimbing oleh 3 guru BK dengan background yang sesuai. Pelayanan dilakukan hanya ketika siswa mempunyai masalah, pelayanan konsultasi yang diberikan guru BK sangat fleksibel, tidak terbatas pada waktu dan tempat. waktu konsultasi di sediakan guru BK bisa kapan saja selama dalam waktu yang wajar, dan tempat konsultasi pun tidak dibatasi, pelayanan konsultasi bisa langsung mendatangi guru BK di ruang BK atau di ruang guru. Pelayanan konsultasi juga bisa dilakukan melalui media, (HP, internet, dll). Kegiatan pencegahan masalah yang disediakan sekolah, biasanya diadakan kerjasama dengan pihak polisi dan BNN. Hal ini dilakukan agar adanya efek jera sekaligus teguran hebat bagi siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah, misalnya siswa kedapatan membawa narkoba, senjata tajam, atau siswa terlibat tauran. Perpustakaan adalah sarana penunjang kegiatan pembelajaran siswa, seharusnya perpustakaan
perpustakaan di
SMK
bisa Averus
dimanfaatkan
sebaik-baiknya,
pemanfaatannya
kurang
namun
maksimal,
penyebabnya adalah kurangnya minat baca dan minat berkunjung siswa sehingga guru pengelola perpustakaan merasa tidak perlu membuka perpustakaan setiap waktu, koleksi perpustakaan di SMK Averus terbilang cukup lengkap dan dapat menunjang proses pembelajaran. Program bela negara tidak memiliki kegiatan apapun, tidak ada guru pembina, tidak ada tugas yang jelas, manfaat hingga tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan ini pun tidak ada( lihat lampiran 10).
62
Untuk memudahkan menganalisa data, hasil pengolahan penelitian ini akan dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: a) Kesesuaian penugasan dengan materi yang telah disampaikan Tabel 4.16 Kesesuaian pemberian tugas dengan materi yang diajarkan No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
15.
Sangat puas
13
11,30
Puas
54
46,96
Cukup puas
42
36,52
Tidak puas
5
4,35
Sangat tidak puas
1
0,87
Jumlah (N)
115
100
Tabel di atas melihatkan bahwa 46,96% peserta didik menjawab puas terhadap kesesuaian pemberian tugas dengan materi yang diajarkan. Ini berarti sebelum tugas-tugas diberikan, guru telah membahas materi tersebut di kelas secara bersama.
b) Kemudahan dalam pelayanan bimbingan dan konseling Tabel 4.17 Kemudahan bimbingan dan konseling di luar jadwal bimbingan No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
16.
Sangat puas
14
12,17
Puas
27
23,48
Cukup puas
51
44,35
Tidak puas
21
18,26
Sangat tidak puas
2
1,74
Jumlah (N)
115
100
63
44, 35% atau sekitar 51 responden/peserta didik menjawab kemudahan bimbingan dan konseling di luar jadwal bimbingan memiliki prosentase paling tinggi pada alternatif jawaban cukup puas. Tabel 4.18 Keramahan guru BK dalam memberikan layanan No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
17.
Sangat puas
23
20,00
Puas
34
29,57
Cukup puas
39
33,91
Tidak puas
13
11,30
Sangat tidak puas
6
5,22
Jumlah (N)
115
100
Gambaran tabel di atas mengungkapkan para peserta didik merasa cukup puas tentang keramahan guru BK dalam memberikan layanan, dapat dilihat ketika alternatif jawaban cukup puas mendapatkan prosentase paling tinggi yaitu 33,91%.
c) Evaluasi yang dilakukan Tabel 4.19 Pemberian umpan balik terhadap siswa No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
18.
Sangat puas
14
12,17
Puas
40
34,78
Cukup puas
54
46,96
Tidak puas
6
5,22
Sangat tidak puas
1
0,87
Jumlah (N)
115
100
64
Pemberian
umpan
balik
terhadap
siswa
memperlihatkan
prosentase alternatif jawaban cukup puas tertinggi yaitu 46,96%, sedangkan 34,78% peserta didik menjawab puas. Maka, pelayanan ini terlihat lebih condong pada sifat puas peserta didik.
Dimensi kokurikuler memiliki 3 indikator, diantaranya: kesesuaian penugasan dengan materi yang telah disampaikan, kemudahan dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Dan evaluasi yang dilakukan. Dimensi ini terdiri dari 4 soal/item yang kemudian dihitung menggunakan nilai harapan sebagai berikut: Tabel 4.20 Interpretasi Data Pelayanan Kokurikuler
Indikator
Skor
NH (Nilai Harapan)
NS
x
(Niai Skor)
Kategori
100%
Kesesuaian penugasan dengan materi
405
5x1=5
405 115
=
3,52
yang telah
3,52 5
x
100%
Puas
= 70,4%
disampaikan Kemudahan dalam pelayanan
775
5 x 2= 10
230 115
=
6,74
bimbingan dan
6,74 10
x
100% =
Cukup puas
67,4%
konseling Evaluasi yang dilakukan
418
5x1=5
418 115
=
3,63
3,63 5
x
100% = 72,6%
Puas
65
Jumlah
1588
=
20
13,82
,
x
100% =
Puas
69,05%
Pada tabel di atas menginterpretasikan setiap indikator pada dimensi kokurikuler. Indikator kesesuaian penugasan dengan materi yang telah disampaikan memiliki 1 item soal dan mendapatkan nilai prosentase sebesar 70% sehingga berada daam kategori puas. Selanjutnya pada indikator kemudahan dalam pelayanan bimbingan dan konseling memiliki 2 item soal dan meraih prosentase sebesar 67,4%, indikator ini pun dikategorikan cukup puas. Serta indikator terakhir dalam dimensi kokurikuler adalah evaluasi yang dilakukan, memiliki 1 item soal dan mendapatkan 72,6% sehingga berada dalam kategori puas. Kemudian apabila dihitung keseluruhan, dimensi kokurikuler memiliki 4 item soal dan mendapatkan nilai prosentase sebanyak 69,05% sehingga dimensi ini berada dalam kategori puas.
3. Pelayanan Ekstrakurikuler Jenis ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh SMK Averus adalah futsal, bola basket, pencak silat, pecinta alam, bola voly, rohis, marawis dan hadrah, pramuka, dan paskibra. Kegiatan pelayanan ekstrakurikuler yang diberikan sekolah dinilai baik untuk meningkatkan kemampuan siswa, hal terbukti bahwa banyaknya prestasi yang telah diraih dari berbagai kegiatan. Prestasi-prestasi yang diraih, tentu saja terdapat campur tangan pelatih yang handal, meskipun terkadang pelatih yang didatangkan hanya alumni, hal ini tidak melunturkan prestasi-prestasi yang diraih, pelatih yang didatangkan memberikan latihan fisik, permainan dan teori agar ekstrakurikuler yang
66
dilakukan lebih bermanfaat. Di luar jam latihan, para siswa menganggap pelatih tidak hanya dianggap sebagai pelatih saja namun juga sering dijadikan teman berbagi dalam menyelesaikan masalah pribadi. Selain itu, sarana dan prasarana dinilai menunjang ekstrakurikuler, sekolah menjadikan keluhan siswa sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan, dan pihak sekolah sangat memfasilitasi para siswanya yang akan melakukan kegiatan ekstrakurikuler. (lihat lampiran 11) Untuk memudahkan menganalisa data, hasil pengolahan penelitian ini akan dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: a) Tenaga pelatih/pembina yang handal Tabel 4.21 Keahlian Pembina/pelatih dengan ekstrakurikuler yang dibinanya No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
19.
Sangat puas
22
19,13
Puas
34
29,57
Cukup puas
41
35,65
Tidak puas
14
12,17
Sangat tidak puas
4
3,48
Jumlah (N)
115
100
Pada tabel di atas, 35,65% peserta didik merasa cukup puas dalam menjawab pertanyaan keahlian pembina/pelatih dengan ekstrakurikuler yang dibinanya. Tabel 4.22 Keterampilan Pembina/pelatih ekstrakurikuler No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
20.
Sangat puas
15
13,04
Puas
41
35,65
Cukup puas
42
36,52
67
Tidak puas
13
11,30
Sangat tidak puas
4
3,48
Jumlah (N)
115
100
Keterampilan pembina/pelatih ekstrakurikuler memiliki prosentase yang menarik, selisih 1 peserta didik saja yang menjawab cukup puas dengan puas, prosentase yang diraih oleh alternatif jawaban cukup puas mengungguli dari pada aternatif jawaban puas, yaitu 36,52% dengan 35,65%. Tabel 4.23 Kemampuan Pembina/pelatih No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
21.
Sangat puas
19
16,52
Puas
41
35,65
Cukup puas
44
38,26
Tidak puas
8
6,96
Sangat tidak puas
3
2,61
Jumlah (N)
115
100
Kemampuan pembina/pelatih dijawab peserta didik dengan aternatif jawaban tertinggi yaitu Cckup puas, prosentase yang didapat oleh alternatif jawaban cukup puas sebanyak 38,26%, peserta didik merasa biasa saja dalam menjawab pertanyaan ini. Dan berbeda sedikit dengan alternatif jawaban puas yang memiliki 35,65% peserta didik/responden.
68
Tabel 4.24 Keramahan pemina/pelatih No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
22.
Sangat puas
16
13,91
Puas
50
43,48
Cukup puas
40
34,78
Tidak puas
9
7,83
Sangat tidak puas
0
0
Jumlah (N)
115
100
Keramahan pembina/pelatih memiliki tingkat puas yang paling tinggi yaitu 43,48%, artinya pembina/pelatih ekstrakurikuler memiliki tingkat keramahan yang baik, hal ini akan berdampak pada kerajinan peserta didik dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan peningkatan kemampuan non-akademis peserta didik.
b) Jenis-jenis kegiatan yang diselenggarakan sekolah Tabel 4.25 Daya tarik ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh pihak sekolah No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
23.
Sangat puas
11
9,57
Puas
42
36,52
Cukup puas
41
35,65
Tidak puas
13
11,30
Sangat tidak puas
8
6,96
Jumlah (N)
115
100
Tabel ini memperlihatkan prosentase yang menarik antara alternatif jawaban puas dengan cukup puas. Alternatif jawaban puas memiki prosentase sebanyak 36,52% dan alternatif jawaban cukup puas
69
memiliki prosentase sebanyak 35,65% sebagian besar peserta didik menjawab puas akan daya tarik ekstrakurikuler yang diselenggarakan di sekolah, namun masih banyak juga peserta didik yang cukup puas atau biasa saja dalam menjawab soal pelayanan di atas.
Tabel 4.26 Ekstrakurikuer yang diselenggarakan oleh sekolah menarik minat siswa No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
24.
Sangat puas
14
11,30
Puas
36
31,30
Cukup puas
40
34,78
Tidak puas
17
14,78
Sangat tidak puas
9
7,83
Jumlah (N)
115
100
Ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah menarik minat siswa dengan prosentase alternatif jawaban cukup puas paling tinggi yaitu 34,78%. Peserta didik merasa biasa saja dalam menjawab pertanyaan di atas, diikuti oleh peserta didik yang menjawab soal di atas dengan aternatif jawaban puas sebanyak 31,30%.
Tabel 4.27 Kesesuaian ekstrakurikuler dengan minat siswa No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
25.
Sangat puas
15
13,04
Puas
32
27,83
Cukup puas
46
40,00
Tidak puas
19
16,52
70
Sangat tidak puas
3
2,61
Jumlah (N)
115
100
Pada tabel di atas, 40,00% peserta didik menjawab cukup puas dalam pertanyaan kesesuaian ekstrakurikuler dengan minat siswa. Bisa jadi banyak peserta didik yang tidak mengikuti ekstrakurikuler sehingga mereka tidak merasakan apapun dalam menjawab soal di atas.
Tabel 4.28 Kemampuan ekstrakurikuler mengembangkan minat dan bakat siswa No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
26.
Sangat puas
23
20,00
Puas
47
40,87
Cukup puas
29
25,22
Tidak puas
11
9,57
Sangat tidak puas
5
4,35
Jumlah (N)
115
100
40,87% atau sekitar 47 peserta didik menyatakan bahwa kemampuan ekstrakurikuler mengembangkan minat dan bakat siswa adalah puas. Ekstrakurikuler yang diselenggarakan sekolah dirasa mampu mengembangkan minat dan bakat peserta didik, tentu ini menjadi poin lebih untuk sekolah ketika mampu meningkatkan kemampuan peserta didik di luar sisi akademis.
Dimensi eksrakurikuer memiliki 2 indikator, diantaranya: tenaga pelatih/pembina yang handal dan jenis-jenis kegiatan yang diselenggarakan sekolah. Dimensi ini terdiri dari 8 soal/item yang kemudian dihitung menggunakan nilai harapan sebagai berikut:
71
Tabel 4.29 Interpretasi Data Pelayanan Ekstrakurikuler
Indikator
Skor
NH (NilaiHarapan)
Tenaga pelatih/pembina
1624
5 x 4 = 20
NS
Skor) 1624 115
=
14,12
yang handal. Jenis-jenis kegiatan yang diselenggarakan
1551
5 x 4 = 20
230 115
=
13,49
sekolah
Jumlah
3175
40
x
(Niai
= 27,61
Kategori
100% 14,12 20
x
100%
Puas
= 70,6% 13,49 20
x
100% =
Cukup puas
67,45% ,
x
100% =
Puas
69,03%
Pada tabel di atas menginterpretasikan setiap indikator pada dimensi ekstrakurikuler. Indikator tenaga pelatih/pembina yang handal memiliki 4 item soal dan mendapatkan nilai prosentase sebesar 70,6% sehingga berada dalam kategori puas. Dan pada indikator jenis-jenis kegiatan yang diselenggarakan sekolah memiliki 4 item soal dan meraih prosentase sebesar 67,45%, indikator ini pun dikategorikan cukup puas. Kemudian apabila dihitung secara keseluruhan, dimensi ekstrakurikuler memiliki 8 item soal dan mendapat 69,03% sehingga dimensi ini dapat dikategorikan puas.
72
Tabel 4.31 Interpretasi Data Tingkat Kepuasan Peserta Didik Terhadap Pelayanan Proses Pembelajaran di SMK Averus
Dimensi
Intrakurikuler
Kokurikuler
Ekstrakurikuler
Jumlah
Skor
5671
1588
3175
10434
NH
NS
(Nilai Harapan)
(Niai Skor)
70
20
40
130
5671 115 1588 115 1036 115
= 49,31
x 100% 49,31 70
x 100%
Kategori
Puas
= 70,44%
= 13,8
= 27,61
13,8 20
x 100% =
Puas
69%
27,61 40
x 100%
Puas
= 69,03%
= 90,73
,
x 100% = 69,79
Puas
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tanggapan peserta didik terhadap pelayanan proses pembelajaran di sekolah maka ditemukan hasil sebagai berikut: 1. Per Dimensi Pelayanan proses pembelajaran yang memiliki nilai kepuasan tertinggi ada pada dimensi intrakurikuler dengan prosentase 70,44% dan pelayanan yang memiliki nilai kepuasan terendah ada pada dimensi ekstrakurikuler dengan prosentase 69,03%. Hal yang menarik adalah ketika pelayanan pada dimensi intrakurikuler memiliki prosentase tertinggi mengenai kepuasan, tetapi terdapat pula indikator yang memiliki prosentase nilai tertinggi dan terendah. indikator yang memiliki tingkat kepuasan tertinggi berada pada indikator kemahiran guru dalam menyampaikan materi dengan prosentase 83% dan terendah pada indikator memperhatikan kebutuhan peserta didik dengan prosentase 66,3%. 2. Secara Keseluruhan Penghitungan
sederhana
yang
dilakukan
untuk
mengetahui
interpretasi data secara keseluruhan mendapat nilai puas, Maka dapat disimpulkan
bahwa
pelayanan
intrakurikuler,
kokurikuler,
dan
ekstrakurikuler dinilai puas oleh peserta didik. Namun dengan akreditasi A yang dimiliki sekolah, seharusnya nilai yang dirasakan peserta didik adalah sangat puas, artinya sekolah belum maksimal dalam memberikan pelayanan proses pembelajaran kepada peserta didik.
73
74
B. Saran Setelah penulis memahami dan memberikan kesimpulan dari hasil penelitian mengenai tingkat kepuasan peserta didik terhadap pelayanan proses pembelajaran di SMK Averus Pondok Pinang, penulis memberikan saran kepada sekolah sebagai berikut: 1. Menyediakan kotak saran Selain digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan peserta didik, kotak saran juga bisa digunakan untuk mengetahui kebutuhan yang diinginkan peserta didik. Kotak saran disediakan oleh pihak untuk memfasilitasi peserta didik yang tidak berani dalam menyampaikan keluhan. 2. Kepala sekolah Secara umum, kepala sekolah harus mampu memberikan kesan mendalam kepada peserta didik, kesan yang mendalam tidak hanya ketika peserta didik mendaftar
di
sekolah
tetapi
hingga
peserta
didik
menyeesaikan
pendidikannya di sekolah. pihak sekolah sebagai penyedia jasa pendidikan harus mampu memberikan pelayanan yang berkualitas terhadap segala kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler dibandingkan dengan sekolah lain. 3. Pendidik dan tenaga kependidikan a) Guru mata pelajaran Guru mata pelajaran sebagai guru bidang studi harus memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada peserta didik, karena seorang guru yang menentukan kualitas proses pembelajaran. b) Guru wali kelas Seorang wali kelas mempunyai tugas membimbing kelas yang didampinginya, peserta didik mengharapkan wali kelasnya dapat membimbing mereka, terutama dalam memajukan kelas mereka dibandingkan dengan kelas lainnya.
75
c) Guru BK Banyak peserta didik yang terkadang sulit untuk menceritakan masalah pribadinya kepada orang lain, termasuk guru BK. Untuk itu, guru BK harus bisa menjadi tempat yang nyaman bagi peserta didik agar masalah yang akan terjadi dapat dicegah dan diselesaikan dengan baik. d) Pelatih/pembina Ekstrakurikuler Pelatih/pembina ekstrakurikuler merupakan guru bagi peserta didik dalam
meningkatkan
kemampuannya
di
bidang
non-akademik,
kemampuan pelatih/pembina ekskul harus bisa maksimal dalam mengasah minat dan bakat peserta didik. 4. Sarana dan prasarana Sarana dan prasaranan merupakan penunjang dari proses pembelajaran di sekolah, sarana dan prasarana yang baik maka akan sangat membantu dalam proses pembelajaran di sekolah dan akan memberikan kesan mendalam bagi peserta didik. Upaya-upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam meningkatkan mutu pelayanan proses pembelajaran, harus dilakukan semenjak peserta didik mendaftar di sekolah hingga pendidikannya selesai di sekolah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet ke-7, Edisi Revisi. 2005 Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group, Cet ke-3, 2009. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, Cet Ke- III 2005. Gerson, Richard F. Mengukur Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PPM, 2001. Imron, Ali. Manajemen Peserta Didik Berasis sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2011 Komalasari, Kokom. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama, cet. 1, 2010. Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlanggan, Edisi 13, Jilid 2, 2009. Kotler,Philip. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT Prenhallindo. 1980. Lupiyoadi, Rambat. dan A. Hamdani. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba Empat. 2009. Minarti, Sri. Manajemen Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011. Moenir, A. S. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. 1992. Permendikbud No. 23 tahun 2013. Standar pelayanan minimal pendidikan dasar Prihatin, Eka. Manajemen Peserta Didik. Bandung: Alfabeta, 2011. Rahmayanty, Nina. Manajemen Pelayanan Prima. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. Rangkuti, Freddy. Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan & Analisis Kasus PLN – JP. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002.
76
77
Ratnasari, Ririn Tri dan Mastuti H. Aksa. Teori dan Kasus Manajemen Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.. Rusman. Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009. Sanjaya,Wina. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana, cet. 1. 2005. Sopiatin, Popi. Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Peserta didik. Bogor: Graha Indonesia, 2010. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2008. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, Cet Ke-11, 2010. Sukmadinata, Nana Syaodih dan Erliana Syaodih. Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama, cet. 1, 2010. Tilaar, H.A.R. Manifesto Pendidikan Nasional. Jakarta: Kompas, 2005. Tjiptono, Fandy. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi Offset, 1998. Umi Narimawati, dkk. Penulisan Karya Ilmiah,. Bekasi: Genesis, 2010 Uno, Hamzah B. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. cet. 10. 2010. Walker, Denis. Mendahulukan Kepuasan Pelanggan. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher. 2011. Wibowo, Agus. Orang Miskin Harus Sekolah. Media Indonesia: Senin 4 Agustus 2014. Zulkarnain. Ilmu Menjual. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Lampiran 1 Keadaan Sarana dan Prasarana SMK Averus Pondok Pinang No.
Nama Sarana dan Prasarana
Jumlah
Kondisi
2 unit
Baik
1.
Bangunan Gedung
2.
Ruang Kelas
25 buah
Baik
3.
Ruang Kepala Sekolah
1 buah
Baik
4.
Ruang Tata Usaha
1 buah
Baik
5.
Ruang Guru
2 buah
Baik
6.
Ruang Perpustakaan
1 buah
Baik
7.
Ruang Kesiswaan (OSIS)
1 buah
Baik
8.
Ruang Bimbingan dan Konseling
1 buah
Baik
9.
Ruang Praktik Administrasi
1 buah
Baik
Perkantoran 10.
Ruang Praktik Penjualan
1 buah
Baik
11.
Ruang Akuntansi
1 buah
Baik
12.
Lab Komputer
1 buah
Baik
13.
Mushola (Guru dan Siswa)
2 buah
Cukup baik
14.
WC (Guru dan Siswa)
5 buah
Cuku baik
15.
Lapangan Olahraga
1 buah
Baik
16.
Aula/Ruang pertemuan
1 buah
Baik
17.
Gudang
1 buah
Baik
18.
Ruang Kesehatan
1 buah
Baik
19.
Kantin
2 buah
Cukup baik
Sumber: Data dari Tata Usaha SMK Averus
Lampiran 2 Guru / Staf Pengajar SMK Averus Pondok Pinang Tahun 2014/2015 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
NAMA GURU Drs. H.A. Syarif A. Muthalib, M.Pd Drs. H. M. Yusuf AB, MM Ahmad Gozali, S.Pd, MM Suziana, S.Pd Dra. Sukamti Ardhoyo, M.Pd Santi Putri Agustina Drs. Benny Riliandi Ahmad Feris, SE, MM Halimah Tusa'diah, SE Erawaty, B.Sc Mardhiyah, S.Pd Nani Nurahmah, S.Pd Abdul Aziz, SH, SE Tri Haryanto, SE.S.Pd, MM Heri Susanto, SE, M.Pd Santosa Tiyo Wibowo, SE Darwinanta, SE Tuti Suhaeti, S.Pd Drs. Lukman Hakim Lies Lestari, SE Da'wati, S.Pdi Rita Fatimah, S.Pd Kuncoro Andri Widia, S.Pd Zulkarnain Neneng Masruro, SE Sofiah, S.Pd, M.Pd
PEND. TERAKHIR S2- Adm. Pendidikan S2-Manajemen S2-Manajemen S1-PDU Ekonomi S2-Tek. Pendidikan S1- BK S1/Pend. Olah Raga S2- Manajemen S1- Ekonomi S1S1- Bahasa Inggris S1-Pend. Matematika S1Hukum/Ekonomi S2-Manajemen S2-Pend. IPS S1- Ekonomi S1S1-Matematika S1-Tarbiyah S1-Ekonomi S1S1-Pend. Matematika S1- B. Inggris S1-Ekonomi S1-Ekonomi S2-Adm.
NAMA PERG. TINGGI Univ. PGRI Adi Buana Univ. Utama Jagakarsa STIE Gotong Royong Univ. Eka Sakti Univ. PGRI Adi Buana STKIP Subang IKIP PADANG STIE Gotong Royong STIE Gotong Royong Univ. Indra Prasta Univ. M. Yamin Padang UHAMKA UNS / STIE GR Univ. Indra Prasta Univ. Sebelas Maret Univ. Mercubuana Univ. Indra Prasta SITMA Ciputat Univ. Pamulang
Univ. Indra Prasta STIE Gotong Royong STIE Bisnis Indonesia UHAMKA
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
Dwi Abadi, Amd Evi Tri Handayani, SE Sri Ardiarti, S.Kom, M.Pd Dra. Tumpuk Utami Tengku Feri Zulfikar, S.Pd Ahmad Fauzan, Shi N. Agung W. Ardhoyo, ST, M. Ikom
Pendidikan D3/ Akuntansi S1S2-Adm. Pendidikan S1-Adm. Perkantoran S1-Adm. Perkantoran S1-
S2-Komunikasi 34. S1-Bhs & Sastra Lya Aida Fitriani, S.Pd Indo 35. Ramli, S.Ag S136. Khairul Anwar, S.Pd S1- MIPA 37. Sirajudin Nasrun, S.Pd S1-MP 38. A. Rasikhu Z.H, S.Pd. M.Si S3-Ekonomi Islam 39. Syafina Rahma, SS S1-Sastra Cina 40. Supratman, S.Tp S1- T. Pertanian 41. Asna Widadi, S.Pd S1-B. Inggris 42. Krisdiyanti, S.Kom S1-T. Informatika 43. Sainah, S.Kom S1-T. Informatika 44. Dra. Mas'adah S1- Akuntansi 45. Siti Masyitoh, S.Pd S1Sumber: Data dari Tata Usaha SMK Averus
STIE DR.Muchtar Thalib
Univ. Negeri Padang IKIP Negeri Surabaya STKIP Purnama Jakarta UIN Jakarta
UNINDRA UIN Syarif Hidayatullah UIN Syarif Hidayatullah UIN Syarif Hidayatullah Ins. Pertanian Yogya UIN Jakarta STT. Telematika STT. Telematika IKIP Jakarta
Lampiran 3 Staf Administrasi SMK Averus Pondok Pinang Tahun Pelajaran 2014/2015 No. NAMA
PEND. TERAKHIR
NAMA PERG. TINGGI
1.
Hasbah, SE
S1-Ekonomi
2.
Sainah, S.Kom
S1-T. Informatika
STT. Telematika
3.
Ilyas Ahmad
S1- Ekonomi
STIE Gotong Royong
4.
Idrus Saputra
SMA
5.
Neneng Wiarsih
SMK
6.
Oka Mawardah
S1- Budi Luhur
Budi Luhur
7.
Yodi Amarullah
S1- Unindra
Unindra
8.
Dolf Saputra
SMA
9.
Arief Wahidin
SMK
10.
Supriyadi
11.
M. Lukman SMA Sumber: Data dari Tata Usaha SMK Averus
Lampiran 4 Prestasi non-akademik yang diraih oleh SMK Averus dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, diantaranya: 1.
Juara I Bola Basket Putri 02 SN Tahun 2012
2.
PORSENI SMK Nusantara Tahun 2012
3.
Juara II Bulu Tangkus Putri O25N Kecamatan Kebayoran Lama Tahun 2012
4.
Juara III Futsal Turnamen Antar SMA-SMK Se-Jabodetabek Ahmad Dahan CUP 2012
5.
Juara III Futsal Menwa UMJ CUP 2013
6.
Juara II Turnamen Sepak Bola Rengas (Djarus Super Cup) Tahun 2011
7.
Juara II Integral CUP Tingkat SMA Se-Jabodetabek Tahun 2011
8.
Juara I Ahmad Dahlan Cup Tahun2011
9.
Juara III Bola Basket Olimpiade Olah Raga Dan Seni Nasional O25N Tahun 2013
10. Juara II Catur Olimpiade Olah Raga Nasional O25N Tingkat Kota Jaksel Tahun 2014 11. Juara II Futsal Putra Tingkat SMA-SMK Porseni Nusantara CUP Tahun 2014 12. Juara II Futsal O25N 2014 13. Juara 1 Lomba Catur O25N Tahun 2014 14. Juara III Futsal PORSAN CUP Tahun 2014 15. Juara I Futsal Ahmad Dahlan CUP VI Tahun 2014 16. Juara III Futsa MENWA UMJ CUP Tahun 2013 17. Juara Umum III Lomba Taekwondo Compotition Tahun 2014 18. Juara III Lomba Volly Tahun 2014 Sumber: Data dari Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Lampiran 6
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Dengan Hormat, Dengan ini saya mengharapkan kesediaan siswa dan siswi untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan ini, yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam rangka penelitian pembuatan skripsi, dengan judul: “Tingkat Kepuasan Peserta Didik Terhadap Pelayanan Proses Pembelajaran di Sekolah” Kejujuran dan jawaban siswa-siswi dalam pengisian angket ini sangat diharapkan untuk kelancaran pembuatan skripsi ini. Dalam lembaran angket ini tidak ada jawaban salah atau benar, tetapi merupakan pendapat atau kondisi yang dirasakan peserta didik. Jawaban yang telah diberikan tidak akan mempengaruhi prestasi yang didapatkan siswa/siswi di sekolah, karena penelitian ini hanya bersifat ilmiah. Terima kasih atas kesediaan dan waktu yang diberikan untuk pengisian angket ini. Petunjuk pengisian: 1. Sebelum menjawab bacalah pertanyaan-pertanyaan ini dengan teliti 2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan pada lembaran berikut sesuai dengan kondisi dan keadaan peserta didik rasakan sejujurnya 3. Ungkapkan perasaan anda terhadap pelayanan proses pembelajaran di SMK Averus dengan memberikan tanda silang (x) 4. Setiap pertanyaan terdiri dari lima alternative jawaban 5. Selamat mengerjakan
PEDOMAN ANGKET “Tingkat Kepuasan Peserta Didik Terhadap Pelayanan Proses Pembelajaran di SMK Averus” Nama
: ...................................
Kelas/Jurusan : ................................... Keterangan:
SP
= Sangat Puas
P
= Puas
CP
= Cukup Puas
TP
= Tidak Puas
STP = Sangat Tidak Puas Berikan tanda silang (x) pada kolom SP, P, CP, TP, atau STP secara objektif untuk menjawab pertanyaan berikut: No. 1. 2. 3. 4.
5.
6. 7. 8. 9. 10.
Pernyataan Motivasi yang diberikan guru dalam setiap proses pembelajaran Semangat guru dalam kegiatan pembelajaran Kesesuaian metode belajar yang digunakan dengan materi pelajaran. Pemberian waktu tunggu dalam waktu jeda kepada siswa untuk menjawab pertanyaan Kemampuan guru dalam menciptakan kelas yang kondusif sehingga siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran Kepedulian guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar di kelas Kedisiplinan guru terkait dengan waktu masuk kelas Kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan kalender akademik Kelengkapan media pembelajaran di sekolah Perawatan dan pengadaan media
SP
P
CP
TP
STP
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18 19 20 21. 22. 23. 24. 25. 26.
pembelajaran di sekolah Keberagaman cara mengevaluasi Catatan/komentar guru terhadap hasil evaluasi/tes/tugas Kesesuaian pelayanan yang diberikan oleh sekolah dengan kebutuhan siswa Sikap sekolah dalam menanggapi keluhan siswa Kesesuaian pemberian tugas dengan materi yang diajarkan Kemudahan bimbingan dan konseling di luar jadwal bimbingan Keramahan guru BK dalam memberikan layanan Pemberian umpan balik terhadap siswa Keahlian Pembina/pelatih dengan ekstrakurikuler yang dibinanya Keterampilan Pembina/pelatih ekstrakurikuler Kemampuan Pembina/pelatih Keramahan Pembina/pelatih memiliki sikap ramah Daya tarik ekstrakurikuler yang diselenggarakan olek sekolah Ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah menarik minat siswa Kesesuaian ekstrakurikuler dengan minat siswa Kemampuan ekstrakurikuler mengembangkan minat dan bakat siswa Total ….., … - 09 - 2014
Lampiran 8 Interpretasi Koefisien Reliabilitas (r11) untuk uji reliabilitas:
0,00 – 0,20 : Kecil
0,20 – 0,40 : Rendah
0,40 – 0,70 : Sedang
0,70 – 0,90 : Tinggi
0,90 – 1,00 : Sangat Tinggi Sebelum menghitung reliabilitas soal, ada dua cara dengan mencari
varians butir soal terlebih dahulu, baru mencari varians total. Setelah itu baru dicari reliabilitas seperti di bawah ini: Varians butir soal: Hasil tiap-tiap butir soal = 0.667, 1.16, 0.627, 0.69, 0.5, 0.893, 0.907, 1.193, 0.927, 1.71, 0.917, 1.193, 0.843, 0.843,0.72, 0.843, 1.323, 1. 25, 0.53, 0,94, 0.873, 1.14, 1.14, 0.677, 0.923, 0.807, 0.857, 0.843, 1.293, 0. 893, 0.69, 0.993, 1.107, 0.643, 0.773, 0.757, 1.173, 1.677, 1.417, 1.583 Varians total: Dengan rumus
= ∑x²
(∑ )²
N
= 295776
²
25
=
295776 – 284089
= 467,48 Sedangkan untuk menghitung reliabilitas menggunakan rumus sebagai berikut: r11 =
=
1−
1−
∑ ,
,
=
(1 − (0,058)
= 1,041 x 0,942 = 0,980622
Dari hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan memiliki reliabilitas yang sangat tinggi
Lampiran 9 PANDUAN WAWANCARA GURU MATA PELAJARAN SMK AVERUS “Tingkat Kepuasan Peserta Didik Terhadap Pelayanan Proses Pembelajaran di SMK Averus” Nama
: Asna Widadi, S.Pd
Jabatan
: Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Tempat
: Ruang Guru
Hari/tanggal
: Selasa, 7 Oktober 2014
Pertanyaan: 1. Apa saja pelayanan intrakurikuler di sekolah? 2. Bagaimana pelayanan intrakurikuler di sekolah dilakukan dengan bukti fisik, keandalan, daya tangkap, jaminan, dan empati? 3. Kendala apa saja yang dialami dalam memberikan pelayanan intrakurikuler di sekolah? 4. Solusi yang dilakukan dalam menghadapi kendala pelayanan intrakurikuler di sekolah?
Jawaban: 1. Mengadakan remedial yang dilakukan setelah UAS walaupun seharusnya diadakan per KD, karena apabila dilakukan setiap selesai KD akan membutuhkan banyak waktu dan memperlambat jadwal KD selanjutnya. Kemudian dalam proses pembelajaran dilakukan metode GTM/ceramah, meskipun metode ini jadul tetapi metode ini paling sesuai melihat kondisi siswa. Dan absensi serta agenda kegiatan di kelas selalu saya catat baik milik kelas pun juga milik saya pribadi, memberikan reward dan punishment, memberikan catatan kecil di bawah tugas-tugas siswa, mengadakan pengayaan 1x pertemuan dalam satu minggu. 2. ~ Bukti fisik, menurut saya sudah lumayan terjamin dalam kelas, seperti: LCD, infokus, white board, AC, bangku, meja, hiasan dinding, warna cat,
pencahayaan juga sirkulasi udara sudah lengkap dan baik, tetapi masih terdapat kekurangan seperti spidol, penghapus white board, dan speaker, karena saya guru bahasa inggris membutuhkan audio untuk speaking dan listening. ~ Keandalan, saya berpendapat bahwa saya sudah semaksimal mungkin dalam profesionaisme guru, menciptakan suasana yang kondusif dan menguasai kelas. Tapi tergantung pada psikologis masing-masing murid, sesuai dengan perasaan yang sidang dirasakan oleh mereka. Selain itu, waktu jam pelajaran pun turut mempengaruhi semangat siswa, jika masih jam-jam awal, semangat siswa masih baik namun ketika sudah memasuki jam ke 5-6 ke atas, semangat siswa sudah cenderung menurun. ~ Daya tangkap, saya merasa sudah merespon cepat apa yang siswa butuhkan. Jika dalam cara penjelasan saya terlalu cepat menurut siswa, saya akan memperlambat penjelasan, dan jika masih ada siswa yang masih belum mengerti penjelasan saya, maka saya akan melakukan penjelasan ulang. ~ Jaminan, saya sudah mengajar sesuai dengan tujuan serta indikator yang terdapat dalam RPP dan silabus, saya merasa sudah melakukan semaksimal mungkin agar mereka mengerti penjelasan saya. Dan saya menjamin muridmurid mengerti penjelasan saya tetapi kembali lagi pada psikologis mereka. ~ Empati, sebagai guru mereka, jika terdapat murid saya yang mendapat musibah atau dalam psikologi yang kurang baik, saya akan bertanya, kemudian saya akan menerima apabila ada siswa yang ingin bercerita atau mencurahkan isi hatinya, setelah itu, saya akan memberikan solusi. 3. Kendala dalam memberikan pelayanan intrakurikuler di sekolah ada beberapa faktor. Pertama dari murid, banyak murid yang membolos sehingga ketika pada pertemuan berikutnya yang seharusnya membahas materi yang selanjutnya, terpaksa mengulang materi yang sebelumnya karena masih banyak murid yang belum memahami materi tersebut, kemudian juga psikologis siswa turut menjadi kendala karena dapat membuat siswa tidak fokus dalam KBM. Kendala lain timbul dari keadaan kelas, terkadang kondisi kelas masih berantakan dan sampah-sampah berserakan. Kedua dari sarana
dan prasarana di sekolah, perawatan media pembelajaran dan kurang lengkapnya media pembelajaran seperti audio sedikit menjadi kendala. Ketiga, dari saya sebagai guru, kendalanya adalah karena guru juga manusia, sehingga masih terdapat kekurangan walaupun sudah dituntut profesional. 4. Solusi yang seharusnya. Dari sisi murid, seharusnya siswa memiliki kesadaran tinggi bahwa dirinya butuh pendidikan dan mengikuti tata tertib sekolah. dari sisi sarana dan prasarana seharusnya sekolah lebih menyediakan banyak kelengkapan media pembelajaran untuk semua guru. Dan kemudian dari sisi guru, seharusnya lebih profesional, tidak mencampur adukkan urusan di luar pekerjaan dengan pekerjaan.
Jakarta, 11 Oktober 2014 Guru mata pelajaran bahasa Inggris
Asna Widadi, S.Pd
Lampiran 10 PANDUAN WAWANCARA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SMK AVERUS “Tingkat Kepuasan Peserta Didik Terhadap Pelayanan Proses Pembelajaran di SMK Averus” Nama
: Abdul Aziz, SH, SE
Jabatan
: Guru Bimbingan dan Konseling
Tempat
: Ruang Guru
Hari/tanggal
: Selasa, 7 Oktober 2014
Pertanyaan: 1. Apa saja pelayanan intrakurikuler di sekolah? 2. Bagaimana pelayanan intrakurikuler di sekolah dilakukan dengan bukti fisik, keandalan, daya tangkap, jaminan, dan empati? 3. Kendala apa saja yang dialami dalam memberikan pelayanan intrakurikuler di sekolah? 4. Solusi yang dilakukan dalam menghadapi kendala pelayanan intrakurikuler di sekolah?
Jawaban: 1. Macamnya seperti: Penugasan, BK, perpustakaan dan pembinaan bela negara. 2. Sarana dan prasarana cukup menunjang, keandalan juga cukup karena dalam pemberian
pelayanan
kokurikuler
harus
sesuai
dengan
background
pendidikan disertai dengan jam terbang guru tersebut. Dalam daya tangkap, sudah sesuai dengan target atau tujuan di sekolah sehingga keluhan siswa lebih sedikit. Kemudian dalam jaminan, secara signifikan sudah menunjukkan ke arah yang lebih baik, banyak siswa-siswa yang kemampuannya meningkat. Dan yang terakhir mengenani empati, kami pihak sekolah telah profesional dalam berempati pada siswa. 3. Kendala
dalam
kokurikuler,
terutama
dalam
pendidikan
adalah
perkembangan iptek. Membuat siswa mudah mengakses hal-hal yang merugikan dan negatif, kemudian juga sistem, sistem pendidikan di Indonesia
yang mengharuskan setiap siswanya lulus, dan juga banyak siswa yang bersekolah tidak sesuai dengan minat. 4. Menurut saya selaku guru BK, yang perlu dilakukan yaitu menangani masalah-masalah disesuaiknan dengan pendekatan yang akan digunakan, selanjutnya meningkatkan kemampuan atau profesionalisme guru dengan cara mengadakan seminar, menjalin kemitraan dengan Polri, BNN, orang tua, tokoh masyarakat serta DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri)
Jakarta, 11 Oktober 2014 Guru Bimbingan dan Konseling
Abdul Aziz, SH, SE
Lampiran 11 PANDUAN WAWANCARA GURU MATA PELAJARAN SMK AVERUS “Tingkat Kepuasan Peserta Didik Terhadap Pelayanan Proses Pembelajaran di SMK Averus” Nama
: Drs. Benny Riliandi
Jabatan
: Koordinator Ekstrakurikuler/Pembina OSIS
Tempat
: Ruang Guru
Hari/tanggal
: Selasa, 7 Oktober 2014
Pertanyaan: 1. Apa saja pelayanan ekstrakurikuler di sekolah? 2. Bagaimana pelayanan ekstrakurikuler di sekolah dilakukan dengan bukti fisik, keandalan, daya tangkap, jaminan, dan empati? 3. Kendala apa saja yang dialami dalam memberikan pelayanan ekstrakurikuler di sekolah? 4. Solusi yang dilakukan dalam menghadapi kendala pelayanan ekstrakurikuler di sekolah?
Jawaban : 1. Sekolah sebagai wadah untuk meningkatkan kemampuan siswa tidak hanya pada sisi akademis tapi juga non-akademis, maka ektrakurikuler lah yang menjadi wadah peningkatan kemampuan non-akademis siswa. SMK Averus menyediakan banyak ekstrakurikuler, yaitu: bola basket, pencak silat, pecinta alam, bola voly, rohis, marawis dan hadrah, futsal, pramuka, dan paskibra. 2. Menurut saya, sarana prasarana ektrakurikuler cukup baik, keandalan pelatih pun cukup baik, respon sekolah terbilang baik, jaminan serta empati dirasa saya sudah baik, ini terbukti ketika banyaknya prestasi yang diraih di bidang non-akademik. 3. Kendalanya yaitu ekstrakurikuler kurang menarik minat siswa, siswa yang berbakat namun terkadang kurang berminat mengikuti ekstrakurikuler,
padahal pihak sekolah telah melakukan upaya semaksimal mungkin dalam menarik minat siswa. 4. Solusi yang tepat dalam menyelesaikan kendala pada ekstrakurikuler menurut saya adalah seharusnya pihak sekolah menyediakan lebih banyak lagi macammacam ekstrakurikuler, agar siswa lebih banyak memiliki pilihan dalam peningkatan minat mereka, juga seharusnya sekolah menjadikan keluhan siswa dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pada ekstrakurikuler.
Jakarta, 11 Oktober 2014 Koordinator Ekstrakurikuler/Pembina OSIS
Drs. Benny Riliandi
BIODATA PENULIS
Rizky Nurmeida Sobari lahir di Bogor pada tanggal 28 Mei 1992. Wanita yang sangat suka warna pink dan hal-hal yang berbau princess ini merupakan anak kedua dari pasangan Didin Sobari (Alm) dan Entin Yohana. Pendidikan TK (Taman Kanak-kanak) ditempuh tahun 1996 di TK Riyadhul Jannah, kemudian lulus dari pendidikan dasar di SDN Jonggol 02 tahun 2004, selanjutnya penulis melanjutkan di SMPN 01 Jonggol pada tahun 2007, dan pada tahun 2010 penulis menamatkan pendidikan menengah di MAN 2 Kota Bogor. Setelah itu, penulis melanjutkan jenjang pendidikan tinggi di Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2010. Selama menempuh pendidikan, penulis juga pernah aktif dalam mengikuti berbagai organisasi dan kegiatan, seperti Palang Merah Remaja (PMR) dan Kesenian Degung di SMPN 1 Jonggol tahun 2004, PMR dan Bola Voli di MAN 2 Kota Bogor. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Cukuplah Allah sebagai pelindung kami. Dan Allah adalah sebaik-baik pelindung
(QS
Al-Imron:173).
Email:
[email protected]
atau
[email protected]. Twitter: @RizkyNurmeida. Line dan FB: Rizky nurmeida. Path: Rizky Nurmeida.