TINGKAT KECUKUPAN AIR PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT dr.H.MARZOEKI MAHDI BOGOR
MOCHAMAD ENRA SUJANAWAN
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tingkat Kecukupan Air pada Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Mochamad Enra Sujanawan NIM I14100057
ABSTRAK MOCHAMAD ENRA SUJANAWAN. Tingkat Kecukupan Air pada Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor. Dibimbing oleh HADI RIYADI. Tujuan penelitian ini untuk mengukur tingkat kecukupan air pada pasien gangguan jiwa di rumah sakit dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor. Penelitian ini bersifat cross sectional study di rumah sakit dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor. Jumlah subjek yang digunakan 13 pasien gangguan jiwa dengan kondisi tenang dan pasien dapat diajak bekerjasama dalam pengambilan data berat badan, tinggi badan dan konsumsi selama tiga hari penuh selama penelitian. Kebutuhan air secara keseluruhan contoh total adalah 2376.39±199.80 mL/hari. Total konsumsi air yang berasal dari makanan, minuman serta air metabolik pasien gangguan jiwa pada keseluruhan contoh sebanyak 2530.78±856.02 mL/hari. Rata-rata tingkat kecukupan air pada contoh pasien gangguan jiwa laki-laki yaitu 102.83±8.24%, sedangkan contoh pasien gangguan jiwa wanita yaitu 116.90±17.80%. Tingkat kecukupan air pada pasien gangguan jiwa secara keseluruhan sebanyak 76.92% berada pada kategori yang cukup dalam memenuhi kebutuhan air, dan sebanyak 23.08% contoh berada pada kategori berlebih dalam memenuhi kebutuhan air. Kata kunci: Kebutuhan air, konsumsi air, pasien gangguan jiwa, tingkat kecukupan air
ABSTRACT MOCHAMAD ENRA SUJANAWAN. Water Adequacy Levels in Patients with Mental Disorders in dr.H.Marzoeki Mahdi Hospital Bogor. Supervised by HADI RIYADI. The purpose of this study was to measure the adequacy of the level of water in mental patients in hospitals dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor. This study is a crosssectional study of hospital dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor. The number of subjects who used 13 mental patients to a state of calm and patient can be invited to collaborate in data collection body weight, height and consumption for three full days during the study. Overall water needs of the total sample was 2376.39 ± 199.80 mL/day. Total water consumption from food, drink and water metabolic mental patients in the overall sample as much as 2530.78 ± 856.02 mL/day. The average level of adequacy of water on the example of mental patients are males 102.83 ± 8:24%, while the sample is female mental patients 116.90 ± 17.80%. Sufficient levels of water in mental patients as a whole as much as 76.92% were in category enough to meet the needs of water, and as much as 23.08% samples were in the category of the excess water needs. Key words: Mental patients, water adequacy level, water consumption, water requirement
TINGKAT KECUKUPAN AIR PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT dr.H.MARZOEKI MAHDI BOGOR
MOCHAMAD ENRA SUJANAWAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Tingkat Kecukupan Air pada Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor Nama : Mochamad Enra Sujanawan NIM : I14100057
Disetujui oleh
Dr Ir Hadi Riyadi MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan di daerah Bogor ini ialah mengenai Tingkat kecukupan air dengan judul Tingkat Kecukupan Air pada Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor. Penyusunan skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk melengkapi syarat bagi penulis untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada : 1. Dr.Ir.Hadi Riyadi,MS selaku pembimbing atas waktu, bimbingan dan masukannya selama penyelesaian tugas akhir. 2. Prof.Dr.Ir.Evy Damayanthi, MS selaku pemandu seminar serta penguji sidang atas segala masukan demi penyempurnaan tugas akhir ini. 3. Kedua Orang tua, Nenek, Kakak, Kakak Ipar dan Keponakan saya M.Shidqi yang saya sangat cintai yang telah mendukung saya dalam berbagai hal. 4. Kepada Imelda, Diani, Alam yang sudah membantu dalam penelitian saya. 5. Kepada Rumah Sakit dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor yang sudah memberikan kesempatan saya untuk melakukan penelitian disana. 6. Kepada Sahabat-sahabat Gizi Masyarakat 47 yang saya amat banggakan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas, walaupun masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh penulis.
Bogor, Juli 2014 Mochamad Enra Sujanawan
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
5
Desain, Waktu dan Tempat Penelitian
5
Jumlah dan Cara Pemilihan Sampel
5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
6
Analisis dan Pengolahan data
6
Definisi Operasional
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Gambaran Umum RSMM Bogor
8
Karakteristik Contoh
9
Status Gizi
10
Kebutuhan dan Konsumsi Air Contoh
12
Tingkat Kecukupan Air
18
SIMPULAN DAN SARAN
21
Simpulan
21
Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
25
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Variabel,jenis data dan cara pengumpulan data Sebaran contoh berdasarkan umur Sebaran contoh menurut jenis kelamin Rata-rata berat dan tinggi badan contoh Sebaran contoh berdasarkan status gizi menurut IMT dan Jenis Kelamin Sebaran contoh berdasarkan rata-rata kebutuhan air pasien gangguan jiwa menurut luas permukaan tubuh 7 Rata-rata konsumsi air dari minuman (mL/hari) pada contoh pasien gangguan jiwa laki-laki dan wanita menurut jenis minuman dan jenis kelamin 8 Rata-rata asupan air contoh yang berasal dari makanan 9 Rata-rata konsumsi zat gizi makro dan air metabolik pada contoh pasien gangguan jiwa menurut jenis kelamin 10 Rata-rata konsumsi air total contoh menurut sumber dan jenis kelamin 11 Rata-rata konsumsi, kebutuhan dan tingkat kecukupan air contoh berdasarkan jenis kelamin 12 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan air dan jenis kelamin 13 Rata-rata konsumsi, kebutuhan dan tingkat kecukupan air pada contoh berdasarkan umur 14 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan air dan kategori umur
6 10 10 11 11 12
14 15 16 17 18 19 19 20
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran
4
DAFTAR LAMPIRAN 1 Tabel Rata-rata Ketersediaan Zat Gizi Rumah Sakit Selama 3 Hari 2 Tabel Jenis Obat-Obatan Terapi Obat Untuk Pasien Jiwa dan Efek sampingnya 3 Tabel Rata-Rata Konsumsi Zat Gizi Pasien Selama Tiga Hari
27 27 28
PENDAHULUAN Latar Belakang Penderita gangguan jiwa mempunyai perilaku makan yang berbeda-beda, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai nafsu makan yang tidak teratur. Pada suatu saat mereka mampu menghabiskan makanan yang disediakan, tetapi pada saat lain mereka bahkan tidak menyentuh makanan yang disajikan atau bahkan membuangnya (Astuti 1961). Keadaan nafsu makan yang tidak teratur disebabkan karena adanya waham, halusinasi, keinginan bunuh diri, hiperaktif, hipertim (keadaan yang sangat menggembirakan), hipotim (keadaan yang menyedihkan), suasana baru yang mencekam dan membosankan serta berfikiran bahwa makanan mempunyai arti simbolik (Depkes 1987). Selain diberikan terapi diet, pada pasien gangguan jiwa diberikan juga obat-obatan sebagai terapi medis. Pengobatan yang bersifat psikotropik mempunyai pengaruh terhadap nafsu makan, fungsi pencernaan, penyerapan dan metabolisme zat gizi (Styonegoro 1984). Menurut naskah pelatihan tenaga gizi RS khusus (1992) dalam (Styonegoro 1984), obat-obatan yang diberikan pada setiap jenis pengobatan penderita gangguan jiwa memberikan pengaruh yang sama yaitu diantaranya adalah mulut kering. Mulut kering merupakan salah satu tanda dari kurangnya konsumsi air. Air merupakan senyawa esensial yang keberadaannya sangat diperlukan untuk proses kehidupan. Tubuh manusia terdiri dari 55-75 persen air. Kondisi keseimbangan cairan dalam tubuh yang negatif atau biasa disebut dehidrasi (penurunan penurunan cairan 2-6%). Dehidrasi disebabkan karena penurunan asupan air, peningkatan pengeluaran air (melalui ginjal, saluran pencernaan dan lainnya), ataupun perubahan cairan. Penurunan terhadap total cairan dalam tubuh akan menyebabkan terjadinya penurunan volume cairan intraseluler maupun ekstraseluler. Perwujudan klinis dari dehidrasi kebanyakan dikaitkan dengan penurunan volume intravaskular yang akan menyebabkan terjadinya kegagalan fungsi organ dan akhirnya kematian (Sawka, Cheuvrot & Carter 2005). Rasa haus merupakan mekanisme utama untuk merangsang minum yang memadai. Faktor utama yang mempengaruhi asupan konsumsi makanan. Dalam kondisi normal, ketika berbagai makanan dan minuman tersedia, konsumsi cairan sendirinya cenderung melebihi volume yang diperlukan untuk keseimbangan cairan (de Castro JM 1998). Namun sebagai respon terhadap ketidaksensitifan akan rasa haus selama kondisi fisiologis yang stress menyebabkan dehidrasi secara sendirinya (Pitts GC 1944). Mengkonsumsi air secara cukup dapat meningkatkan fungsi hormon, memperbaiki kemampuan hati untuk memecah dan melepas lemak, serta mengurangi rasa lapar. Sebaliknya, kurang air dapat menyebabkan konstipasi, infeksi saluran urin, terbentuknya batu ginjal, kelelahan, dan masalah-masalah seputar kulit, rambut dan kuku (Khomsan 2005). Konsumsi air yang cukup pada orang dewasa dalam keadaan basal adalah sebanyak 2 liter dalam 24 jam. Volume konsumsi air tambahan disesuaikan dengan keadaan misalnya demam, latihan fisik dan suhu lingkungan yang tinggi, dimana kesemuanya akan diberi isyarat haus oleh rasa haus dihipotalamus
2 (Hardinsyah et al. 2011). Aktivitas fisik menghasilkan peningkatan kebutuhan air yang berhubungan dengan kehilangan keringat untuk penguapan pada perubahan kondisi panas. Data survei individu melaporkan kegiatan waktu luang lima hari atau lebih per minggu menunjukkan asupan air rata-rata lebih tinggi pada 0,5 L/hari dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang kurang aktif (Sawka, Cheuvrot & Carter 2005). Menurut Institute of Medicine (2004), Kebutuhan air tubuh tergantung dari keseimbangan cairan yang ditentukan antara air yang diperoleh dan keluar dari tubuh. Tubuh memperoleh air dari konsumsi (makanan dan minuman) dan hasil metabolisme, sedangkan air keluar melalui pernafasan, kulit, ginjal, dan saluran pencernaan. Estimasi total kehilangan air dari butuh pada orang dewasa dengan aktivitas ringan sebesar 1050 – 3100 ml per hari. Survey pada populasi orang dewasa di USA menunjukkan total asupan air 28 persen berasal dari makanan, 28 persen air putih, dan 44 persen dari minuman lainnya. Asupan air seseorang akan tergantung dari tingkat aktivitas, lingkungan, pola makan, dan aktivitas sosialnya. Berdasarkan paparan di atas, perlu adanya suatu pengkajian terhadap tingkat kecukupan air pada pasien gangguan jiwa yang mendapatkan terapi obat yang memberikan pengaruh pada saluran penceranaan yaitu mulut kering, dan bagaimana pengaruhnya terhadap konsumsi air pasien gangguan jiwa tersebut. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kecukupan air pada pasien gangguan jiwa di rumah sakit dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Menganalisis karakteristik pasien gangguan jiwa di rumah sakit dr.H.Marzoeki Mahdi bogor. 2. Menganalisis Status gizi pasien gangguan jiwa di rumah sakit dr.H.Marzoeki Mahdi bogor. 3. Menganalisis jumlah konsumsi air dari makanan, minuman, dan air metabolik pada pasien gangguan jiwa rumah sakit dr.H.Marzoeki Mahdi bogor. 4. Menganalisis kebutuhan air pada pasien gangguan jiwa rumah sakit dr.H.Marzoeki Mahdi bogor. 5. Menganalisis tingkat kecukupan air pada pasien gangguan jiwa rumah sakit dr.H.Marzoeki Mahdi bogor. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini harapannya dapat memberikan gambaran mengenai tingkat kecukupan air pada pasien gangguan jiwa di rumah sakit dr.H.marzoeki mahdi Bogor. Sehingga dapat dijadikan acuan dan evaluasi dalam pemberian diet pasien terutama yang menjalani pengobatan yang berdampak pada dehidrasi yang ditandai dengan mulut kering.
3
KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik individu seperti jenis kelamin, umur, tinggi badan dan berat badan sangat mempengaruhi jumlah air yang perlu dikonsumsi setiap hari. Berat badan dan tinggi badan juga akan mempengaruhi status gizi seseorang dan juga akan mempengaruhi luas permukaan tubuh dalam menentukan kebutuhan air. Semakin besar berat badan dan tinggi badan individu maka luas permukaan tubuhnya akan semakin besar dan kebutuhan airnya akan semakin tinggi. Air merupakan kecukupan dan bagian dari kecukupan manusia, dengan kata lain air sangat dibutuhkan oleh manusia. Asupan air yang kurang akan menimbulkan masalah bagi kehidupan manusia, sebaliknya asupan air yang terlalu banyak akan menimbulkan masalah kesehatan yang cukup berarti. Sebagian besar tubuh masusia terdiri dari air. Pada bayi prematur jumlahnya sebesar 80% dari berat badan, bayi normal sebesar 70-75% dari berat badan, sebelum pubertas sebesar 65-70% dari berat badan dan orang dewasa sebesar 5060% dari berat badan (Khomsan 2005). Konsumsi air tidak hanya berasal dari air minum air putih dan air minuman lainnya, namun juga berasal dari sumbangan makanan yang dikonsumsi dan sumbangan dari air hasil metabolisme atau air metabolik. Sehingga dari berbagai sumber air tersebut akan menentukan total konsumsi air sehari, yang nantinya akan dibandingkan dengan kebutuhan air individu yang persentasenya akan menunjukan tingkat kecukupan air individu yang dalam penelitian ini adalah pasien gangguan jiwa di rumah sakit dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor. Pasien gangguan jiwa selain menerima diet dari instalasi gizi, juga mendapatkan terapi obat yang dimana memberikan pengaruh terhadap saluran pencernaannya yaitu mulut kering. Sehingga terapi obat juga akan mempengaruhi pasien gangguan jiwa tersebut dalam mengkonsumsi air untuk mengurangi kekeringan dimulutnya, dan yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat kecukupan airnya.
4
Sumber Daya Tenaga Fasilitas Biaya
Terapi Obat pada pasien gangguan jiwa
Suhu Lingkungan
Penyelenggaraan Makanan RS Pengadaan/Pembeliaan Perencanaan menu Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan Penerimaan dan Penyimpanan Pengolahan Distribusi Makanan Pencatatan dan Pelaporan
Karakteristik Individu: 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Berat Badan 4. Tinggi Badan
Ketersediaan Makanan
Konsumsi Air Minuman Makanan Metabolik
Status Gizi
Aktivitas Fisik Kondisi Penyakit
Kebutuhan Air Individu Tingkat Kecukupan Air
Keterangan :
Peubah yang diteliti.
Peubah yang tidak diteliti. Hubungan yang diteliti. Hubungan yang tidak diteliti. Gambar 1 Kerangka Pemikiran Tingkat Kecukupan Air pada Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit dr.H. Marzoeki Mahdi Bogor.
5
METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Kota Bogor, Jawa Barat. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive dengan pertimbangan kemudahan akses selain itu karena RSMM merupakan rumah sakit umum dengan spesialisasi jiwa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari-februari 2014, selama beberapa hari untuk mengetahui antropometri (berat dan tinggi badan) contoh pasien gangguan jiwa laki-laki dan wanita serta konsumsi air contoh pasien gangguan jiwa laki-laki dan wanita yang berasal dari minuman, makanan dan air metabolik. Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Contoh penelitian adalah pasien gangguan jiwa di rumah sakit Marzoeki Mahdi laki-laki dan perempuan. Pengambilan contoh dilakukan secara Purposive sampling (Singarimbun & Effendi 1989) berdasarkan kriteria inklusi sebagai berikut. 1. Pasien gangguan jiwa rawat inap kelas III 2. Pesien gangguan jiwa laki-laki dan perempuan yang berusia 17-45 Tahun. 3. Pasien gangguan jiwa tidak disertai penyakit lain. 4. Pasien gangguan jiwa dengan kondisi tenang dapat makan sendiri. 5. Pasien gangguan jiwa dapat diajak kerja sama dalam hal ini mau diukur tinggi badan dan ditimbang berat badannya. 6. Pasien gangguan jiwa yang dapat diamati konsumsinya selama 3 hari. Pasien gangguan jiwa yang didapat adalah pasien gangguan jiwa yang berada di ruangan Bratasena untuk pasien laki-laki dan Ruang Utari untuk pasien wanita. Beradasarkan data ruangan pasien jiwa laki-laki di ruangan Bratasena berjumlah 35 orang, dan untuk pasien jiwa wanita di ruang Utari berjumlah 33 orang. Pada saat pemilihan contoh didampingi langsung oleh masing-masing kepala ruangan dan dipilihkan pasien yang betul-betul dalam kondisi tenang, tidak sedang gelisah dan halusinasi. Untuk pasien jiwa laki-laki didapatkan 25 orang dan pasien jiwa wanita didapatkan 8 orang. Setelah mendapatkan contoh penelitian hasil rekomendasi dari kepala ruangan, lalu masing-masing contoh dipilih berdasarkan kriteria inklusi. Semua kriteria inklusi terdapat pada setiap contoh namun untuk kriteria umur untuk contoh pasien gangguan jiwa yang tidak memenuhi kriteria tidak dapat dimasukan, sehingga untuk pasien jiwa laki-laki tersisa 20 orang dan pasien jiwa wanita tersisa 5 orang. Pasien jiwa yang terdapat di ruangan bratasena dan utari adalah pasien jiwa yang sudah mendapat persetujuan dokter untuk bisa kembali kepada keluarganya. Sehingga dalam masa pengamatan contoh beberapa ada yang sudah pulang dan dijemput oleh keluarganya pada hari pertama, dan hari kedua. Sehingga jumlah akhir contoh pasien gangguan jiwa yang menjadi contoh penelitian ini berjumlah 10 orang laki-laki dan 3 orang wanita.
6 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer meliputi karakteristik individu (nama, umur, jenis kelamin,berat badan dan tinggi badan), konsumsi air dari minuman dan makanan (Observasi langsung dengan penimbangan dan estimasi sisa). Data sekunder adalah gambaran umum rumah sakit. Selengkapnya jenis dan cara pengumpulan data primer dan sekunder dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1 Data, jenis data dan cara pengumpulan data 1.
2.
3. 4.
5. 6.
Data Karakteristik Individu -Jenis kelamin -Umur Status Gizi -Berat badan -Tinggi badan Kebutuhan air
Jenis Data Sekunder
Cara Pengumpulan Data Pencatatan langsung dari rekam medis.
Primer
Konsumsi Air -Minuman -Makanan Tingkat Kecukupan Air
Primer
Primer
Pengukuran langsung -Timbangan injak digital -Microtoise Pengukuran langsung (Luas permukaan tubuh) Observasi konsumsi langsung dengan metode kombinasi (Penimbangan dan Estimasi sisa) Pengukuran dan penghitungan Langsung
Gambaran umum sakit
Sekunder
Mengacu pada narasumber dan arsip/buku
rumah
Primer
Analisis dan Pengolahan Data Tahap pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan analisis data. Data yang diolah secara deskriptif dengan menggunakan program Microsoft excel 2013. Pembagian kelompok umur berdasarkan Depkes RI 2009, yaitu contoh yang berumur 17-25 tahun yang disebut masa remaja akhir, 26-35 tahun yang disebut masa dewasa awal dan yang berumur 36-45 tahun yang disebut masa dewasa akhir. Rumus perhitungan IMT adalah sebagai barikut: IMT = WHO (2004), mengklasifikasikan status gizi berdasarkan IMT menjadi kurus (IMT<18,5), normal (IMT18,5-24,9), overweight (IMT 25-29,9), obes I (IMT 30-34,9), Obes II (IMT 35-39,9), dan Obes III (IMT ≥40). Perhitungan kebutuhan air berdasarkan luas permukaan tubuh (1500 mL/m2).Luas permukaan tubuh subyek dihitung berdasarkan modifikasi dari rumus Mosteller (1987). Body Surface Area (BSA) atau luas permukaan tubuh dirumuskan sebagai berikut: BSA(m2)=
Kebutuhan air = 1500 mL/m2×luas permukaan tubuh
7 Konsumsi air dikelompokkan menjadi empat kategori berdasarkan sumbernya, yaitu minuman air putih, minuman lainnya (bewarna dan berasa), air dalam makanan dan air metabolik. Air yang berasal dari makanan dan minuman diperoleh berdasarkan observasi langsung selama 3 hari dengan cara menimbang dan estimasi sisa yang terdiri dari tiga waktu makan utama dan dua waktu makan selingan. Penimbangan dilakukan sebelum dilakukan pemorsian di Instalasi gizi di rumah sakit, setiap makan pagi, siang, dan sore. Semua makanan ditimbang menggunakan timbangan makanan digital sehingga didapatkan berat aktual dari masing-masing makanan. Estimasi sisa dilakukan setelah pasien selesai makan. Pasien yang sudah selesai makan membawa platonya beserta sisa makanannya menuju tempat untuk mencuci piring, dan disana dapat diestimasi berapa sisa makanannya. Kemudian didapatkan konsumsi makanan pasien aktual dari pengurangan hasil timbang dengan sisa makanan yang terbuang. Air yang berasal dari makanan dibagi ke dalam 11 kelompok makanan. Konsumsi air yang berasal dari makanan dikonversikan ke dalam kandungan air dengan menggunakan DKBM (2007). Konversi dihitung menggunakan rumus Kandungan air dalam makanan (Hardinsyah&Briawan 1994) sebagai berikut: Kgij= (Bj/100 X Gij X (BDDj/100)
KGij Bj Gij BDDj
: kandungan air dalam bahan makanan j : berat makanan j yang dikonsumsi (g) : kandungan air dalam 100 g BDD bahan makanan j : bagian bahan makanan j yang dapat dimakan
Total konsumsi air merupakan jumlah air dari minuman dan air yang berasal dari makanan serta air metabolik. Air dari minuman selain air putih dihitung dengan koreksi berat yang dikandungnya, misalnya untuk segelas teh botol dengan kemasan volume 220 mL yang mengandung 22 gram gula (karbohidrat) maka volume airnya adalah 220 mL – 22 g = 198 mL dengan asumsi berat jenis minuman = 1 g/mL. Data asupan air juga diperoleh dari hasil metabolisme zat gizi pangan (karbohidrat, protein, lemak) yang dikonsumsi (air metabolik). Menurut Verdu (2009), 1 gram karbohidrat, lemak dan protein masing-masing menghasilkan 0.55 mL, 1.07 mL, dan 0.40 mL air, sehingga diperoleh rumus perhitungan air metabolik sebagai berikut : Air metabolik = (Karbohidrat yang dikonsumsi (g) x 0.55 mL) + (Protein yang dikonsumsi (g) x 0.40 mL) + (Lemak yang dikonsumsi (g) x 1.07 mL) Adapun rumus untuk menghitung total konsumsi air adalah sebagai berikut: Total konsumsi air (mL) = volume minuman air putih + volume minuman lainnya (bewarna dan berasa) + volume air dalam makanan + volume air metabolik.
8 Tingkat kecukupan air dihitung dengan membagi jumlah konsumsi air total dengan kebutuhan air. Rumus yang digunakan adalah: Tingkat kecukupan air =
Konsumsi air akan dibandingkan dengan kecukupan air sehingga akan diperoleh presentase pemenuhan kecukupan air per individu. Pemenuhan kecukupan air dihitung dengan membagi asupan air dengan kecukupan air dalam sehari kemudian dikalikan dengan 100%. Pemenuhan kecukupan air dianalogikan sama dengan pemenuhan zat gizi yaitu dikategorikan menjadi kurang minum, cukup minum dan minum berlebih (Depkes 2005). Pemenuhan kecukupan air termasuk kedalam kategori kurang minum jika pemenuhan kecukupan air kurang dari 90%, kategori minum cukup jika pemenuhan kecukupan air antara 90 hingga 110%, dan kategori minum berlebih jika pemenuhan kecukupan air lebih dari 110%. Definisi Operasional Contoh adalah pasien penderita gangguan jiwa rumah sakit dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor kelas 3 yang dengan kondisi tenang. Karakteristik contoh adalah kondisi pribadi contoh yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan contoh. Kebutuhan air adalah kebutuhan air masing-masing individu yang dihitung dengan rumus menurut luas permukaan tubuh individu Konsumsi air adalah total konsumsi air, baik dari makanan, minuman dan air metabolik yang dikonsumsi oleh contoh selama dilakukan pengamatan selama 3 hari penuh. Konsumsi air akan dibandingkan dengan kebutuhan air untuk dihitung persentase tingkat kecukupan air contoh. Tingkat kecukupan air adalah perbandingan antara konsumsi air dengan kebutuhan air yang dihitung pada masing-masing individu. Hasil perhitungan kemudian dikali 100% untuk diperoleh persentase pemenuhan kebutuhan air tiap individu. Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat-zat makanan pada masa yang lampau, ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), IMT dihitung dengan membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m).
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum RSMM Bogor Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi merupakan rumah sakit jiwa pertama di Indonesia. Berkembangnya rumah sakit ini tidak terlepas dari awal sejarah berdirinya. Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi didirikan pada tanggal 1 Juli
9 1882 dan diresmikan dengan nama Krankzinnigengestich Te Buitenzorg oleh pemerintahan Hindia-Belanda. Seiring dengan berjalannya waktu, di tahun 1945 rumah sakit ini kian berkembang dan dijadikan sebagai rumah sakit Jiwa Bogor dengan direktur yang berasal dari kalangan pribumi yaitu, dr. H. Marzoeki Mahdi, dan kemudian ditetapkan menjadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Bogor berdasarkan SK Menkes No. 135/Menkes/SK/IV/78 pada tahun 1978. Untuk menghargai jasa dr. H. Marzoeki Mahdi dalam pengembangan rumah sakit, maka pada tahun 2002 rumah sakit ini mengalami perubahan nama menjadi Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor berdasarkan SK Menkes No. 266/Menkes/SK/IV/2002 tanggal 10 April 2002. Rumah sakit dr. H. Marzoeki Mahdi telah menjadi instansi pemerintahan yang menerapkan PPK-BLU pada tahun 2007 dan ditetapkan menjadi 15 UPT Depkes dengan menerapkan BLU berdasarkan SK Menkes No. 756/Menkes/SK/VI/2007 tanggal 26 Juni 2007. Saat ini, memiliki status sebagai rumah sakit pusat UPT Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Visi Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi adalah menjadi rumah sakit jiwa dengan pelayanan paripurna, komprehensif, bermutu dan berkeadilan. Visi ini diwujudkan dengan melakukan berbagai misi. Adapun misi Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi adalah : Melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa dengan upaya promosi, pencegahan, pengobatan dan pemulihan Melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa yg didukung oleh pelayanan spesialistik lainnya Melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa dengan unggulan rehabilitasi NAPZA dan HIV/AIDS Mengembangkan pendidikan dan penelitian kesehatan secara profesional Meningkatkan akses pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat Rumah sakit dr. H. Marzoeki Mahdi berdiri di atas yang sangat luas, dengan luas lahan 572.062 m2, dengan luas bangunan sebesar 34.035 m2. Rumah sakit ini terletak di Jalan dr. Sumeru No. 114, Kecamatan Bogor Barat. Dalam pelaksanaannya rumah sakit ini memberikan dua jenis pelayanan, yaitu pelayanan utama dan pelayanan pendukung. Pelayanan utama yang dilakukan meliputi pelayanan kesehatan jiwa dan NAPZA, sedangkan pelayanan pendukung mencakup pelayanan umum. Kegiatan pelayanan di rumah RSMM melibatkan 1072 orang tenaga kerja. Karakteristik Contoh Umur Sebaran contoh berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 2. Umur contoh dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan kategori usia menurut Depkes RI 2009, yaitu contoh yang berumur 17-25 tahun yang disebut masa remaja akhir, 26-35 tahun yang disebut masa dewasa awal dan yang berumur 36-45 tahun yang disebut masa dewasa akhir. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh jumlah contoh laki-laki berada pada usia 17-25 tahun yaitu 38.46%, jumlah contoh pasien gangguan jiwa laki-laki yang berada pada usia 26-35 tahun yaitu sebanyak 23.08%, dan yang berada pada usia 36-45 tahun sebanyak 15.38%. Pada contoh wanita sebagian besar ada pada kategori usia 36 – 45 tahun yaitu sebesar
10 15.38% dan 7.69% beradapada kategori umur 26-35 tahun. Namun secara keseluruhan usia contoh sebagian besar berada pada kategori usia produktif yaitu 16–55 tahun. Menurut Idaiani (2002) kelompok umur yang rawan untuk menderita skizofrenia atau gangguan jiwa dengan berbagai tipe adalah berkisar antara 16–55 tahun. Berdasarkan Kaplan et.al (1997) munculnya gangguan mental tipe skizofrenia pada masa remaja terjadi karena pada saat remaja seseorang memerlukan ego yang kuat untuk berfungsi secara mandiri, mengendalikan dorongan-dorongan internal seperti seks dan energi serta untuk mengatasi stimulasi eksternal yang kuat. Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan umur Umur (Tahun)
Laki-laki
%
Wanita
%
Total
%
17-25
5
38.46
0
0.00
5
38.46
26-35
3
23.08
1
7.69
4
30.77
36-45 Total
2 10
15.38 76.92
2 3
15.38 23.08
4 13
30.77 100
Jenis Kelamin Hasil penelitian ini menunjukkan persentasi terbesar penderita gangguan jiwa adalah laki-laki sebesar 76.92% dan wanita 23.08%. Sebaran contoh menurut jenis kelamin terlihat pada Tabel 3. Tabel 3 Sebaran contoh menurut jenis kelamin Jenis Kelamin
Jumlah (n)
%
Laki-laki
10
76.92
Wanita Total
3 13
23.08 100
Prevalensi gangguan jiwa berat nasional menurut Riskesdas (2013) sebesar 1.7 per mil. Angka prevalensi seumur hidup skizofrenia di dunia bervariasi berkisar 4 permil sampai dengan 1.4 persen (Lewis et al. 2001). Berdasarkan pendapat Maramis (1990) angka kejadian penyakit jiwa tipe skizofrenia cenderung lebih tinggi terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita. Salah satu faktor penyebabnya adalah tingginya tekanan hidup yang dialami laki-laki akibat perubahan lingkungan dan sosial ekonomi. Penelitian dari McGrath (2006) perbandingan penderita skizofrenia pada laki-laki dan wanita adalah 1.4-1.
Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) untuk berbagai fungsi biologis. Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian secara langsung dapat dilakukan dengan metode antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Metode antropometri umum digunakan karena peralatan pengukuran yang murah, mudah diperoleh, dan juga mudah digunakan (tidak memerlukan tenaga profesional). Ada beberapa indikator antropometri yang dapat digunakan untuk mengukur status gizi, diantaranya usia, berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LILA),
11 lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa et al 2001). Pengukuran status gizi pada penelitian ini dilakukan dengan metode antropometri melalui pengukuran berat dan tinggi badan. Ukuran ini dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik (Soekirman 2000). Rata-rata berat dan tinggi badan contoh ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Rata-rata berat dan tinggi badan contoh Antropometri
Laki-laki
Wanita
Total
Berat badan (kg)
56.80±6.84
49.33±8.50
55.08±7.61
Tinggi badan (cm)
167.40±4.14
155±9.37
164.54±7.55
Rata-rata berat badan contoh pasien jiwa laki-laki yaitu 56.80±6.84 kg, sedangkan contoh pasien jiwa wanita yaitu 49.33 ± 8.50 kg. Rata-rata tinggi badan contoh pasien jiwa laki-laki yaitu 167.40 ± 4.14 cm, sedangkan contoh pasien jiwa wanita yaitu 155±9.37 cm. Menurut Supariasa et al. (2001), terjadinya peningkatan tinggi dan berat badan pada masa remaja mengakibatkan adanya perubahan pada komposisi tubuh. Selain itu menurut Bredbenner et al. (2009), remaja perempuan lebih mudah gemuk dibanding remaja laki-laki karena perempuan menghasilkan hormon esterogen lebih banyak dibanding laki-laki. Hormon esterogen akan menstimulasi penumpukan lemak subkutan (lemak bawah kulit), sedangkan pada laki-laki, laki-laki menghasilkan hormon testosteron yang mendorong terbentuknya lebih banyak massa otot, menumbuhkan tulang yang lebih padat dan berat serta membangun sel darah merah yang lebih banyak dibanding perempuan. Penilaian status gizi berfungsi untuk mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang mempunyai gizi yang baik atau tidak. Almatsier (2003) menyatakan bahwa status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Klasifikasi terhadap status gizi contoh didasarkan pada Indeks Massa Tubuh (IMT). Perhitungan ini dilakukan dengan cara membagi berat badan (kilogram) dengan hasil kuadrat tinggi badan (meter). Status gizi contoh dikategorikan menjadi lima, yaitu kurus tingkat berat, kurus tingkat ringan, normal, gemuk tingkat ringan dan gemuk tingkat berat. Status gizi contoh pada penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 5. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi menurut IMT dan janis kelamin Status Gizi (IMT) n Kurus tingkat berat (<17.0) Kurus tingkat ringan (17.0-18.4) Normal (18.5-25.0) Gemuk tingkat ringan (25.1-27.0) Gemuk tingkat berat (>27.0) Total
Laki-Laki %
10 10
76.92 76.92
Wanita
Jumlah
n
%
n
%
3 3
23.08 23.08
13 13
100 100
Tabel 5 menujukkan bahwa seluruh contoh laki-laki dan wanita dalam penelitian ini (100%) termasuk dalam status gizi normal. Menurut Supariasa et al. (2001), Status gizi seseorang dipengaruhi oleh faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi meliputi asupan makanan dan kesehatan atau infeksi, sedangkan faktor-faktor yang secara
12 tidak langsung dapat mempengaruhi status gizi antara lain kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan, daya beli keluarga serta lingkungan fisik dan sosial. Keseluruhan faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Menurut Astuti (1961), Penderita gangguan jiwa mempunyai perilaku makan yang berbeda-beda, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai nafsu makan yang tidak teratur. Pada suatu saat mereka mampu menghabiskan makanan yang disediakan, tetapi pada saat lain mereka bahkan tidak menyentuh makanan yang disajikan atau bahkan membuangnya. Pengaturan diet dan penyusunan menu makanan untuk pasien gangguan jiwa dan neurologi, disesuaikan dengan individu pasien dan penyakit yang diderita. Berbagai kondisi fisiologis pasien bervariasi dan berbeda pada penyakit yang menyerang susunan saraf pusat yang menimbulkan gangguan antara lain kejang, kesadaran menurun dan dimensia yang membutuhkan diet khusus. Pemberian diet disini bertujuan untuk mempertahankan status gizi normal, dengan memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan pasien, dimana kalori dan protein diberikan sesuai kondisi berat ringannya penyakit (Depkes 2003b).
Kebutuhan dan Konsumsi Air Contoh Air merupakan kecukupan dan bagian dari kecukupan manusia, dengan kata lain air sangat dibutuhkan oleh manusia. Asupan air yang kurang akan menimbulkan masalah bagi kehidupan manusia, sebaliknya asupan air yang terlalu banyak akan menimbulkan masalah kesehatan yang cukup berarti. Sebagian besar tubuh masusia terdiri dari air. Pada bayi prematur jumlahnya sebesar 80% dari berat badan, bayi normal sebesar 70-75% dari berat badan, sebelum pubertas sebesar 65-70% dari berat badan dan orang dewasa sebesar 5060% dari berat badan (Khomsan 2005). Perilaku minum dipengaruhi oleh budaya, kualitas sensorik dari minuman, ketersediaan, kenyamanan, kepercayaan tentang minum, lingkungan sosial, dan lingkungan (Ramsay 1991) Untuk orang dewasa, dinyatakan bahwa konsumsi cairan harus cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari yang bervariasi sesuai dengan karakteristik masing-masing individu dan gaya hidup. Orang dewasa harus sangat berhati-hati apakah asupan cairan mereka sudah cukup, karena dehidrasi akan mengakibatkan konsekuensi yang dramatis (Martin 2001). Almatsier (2003) menyatakan bahwa 55-60% berat badan orang dewasa tersusun atas air. Jumlah cairan yang dibutuhkan oleh tubuh tergantung dari faktor makanan, tingkat Aktivitas fisik, kondisi lingkungan, metabolisme dan status kesehatan. Pada penelitian ini, kebutuhan air dihitung berdasarkan luas permukaan tubuh. Berikut disampaikan tabel sebaran subyek berdasarkan kebutuhan air pada pasien gangguan jiwa menurut luas permukaan tubuh (Tabel 6). Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata kebutuhan air pasien gangguan jiwa menurut luas permukaan tubuh Nilai Jumlah (n) Luas Permukaan Tubuh (m2) Kebutuhan Air (mL)
Laki-laki 10 1.62±0.10 2434.20±151.81
Wanita 3 1.46±0.17 2183.68±251.78
Total 13 1.58±0.13 2376.39±199.80
Kebutuhan air pada pasien gangguan jiwa yang dihitung berdasarkan dengan luas permukaan tubuh yang dipengaruhi oleh berat badan dan tinggi
13 badan. Artinya semakin besar berat badan dan tinggi badan seseorang maka semakin luas permukaan tubuhnya. Rata-rata berat badan dan tinggi badan pada pasien gangguan jiwa laki-laki adalah 56.80±6.84 kg dan 167.40±4.14 cm, sedangkan rata-rata berat badan dan tinggi badan pada pasien gangguan jiwa wanita adalah 45.8±6.2 kg dan 154.5±7.2 cm. Luas permukaan tubuh mempengaruhi besar atau kecilnya kebutuhan air seseorang. Kebutuhan air secara keseluruhan contoh total adalah 2376.39±199.80 mL/hari. Kebutuhan air pada pasien gangguan jiwa laki-laki dan wanita berdasarkan luas permukaan tubuh adalah 2434.20±151.81 mL/hari dan 2183.68±251.78 mL/hari. Kebutuhan air pasien gangguan jiwa laki-laki secara umum lebih besar daripada kebutuhan air perempuan. Hal tersebut diduga karena Persentase lemak tubuh essensial dan non esensial pada perempuan lebih besar dibanding pada laki-laki (Fahey et al. 2010). Lemak tubuh pada perempuan normalnya adalah 20-30 persen dari total berat badan (Apovian 2013). Rata-rata kandungan air tubuh pada laki-laki dewasa adalah sekitar 50% hingga 70% dari berat tubuhnya. Perbedaan komposisi air tubuh disebabkan oleh adanya perbedaan komposisi tubuh. Tubuh manusia terdiri atas dua bagian utama yaitu adiposa (simpanan lemak) dan jaringan bebas lemak (lean tissue). Massa tubuh tanpa lemak mengandung sekitar 73% air, sedangkan massa lemak tubuh mengandung 10% air. Total air tubuh terbagi menjadi dua yatu terdapat dalam air intrasel dan air ekstrasel, yang masing-masing mengandung air sebanyak 65% dan 35% (Sawka, Cheuvrot & Carter 2005). Total konsumsi air adalah berasal dari air minum, air pada minuman, dan air pada makanan. Kecukupan air sehari dinyatakan sebagai proporsi terhadap jumlah energi yang dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Total konsumsi air berdasarkan survey yang dilakukan NHANES III (Third National Health and Nutrition Examination Survey) pada populasi yang cukup besar memperlihatkan bahwa sekitar 80% dari total konsumsi air adalah berasal dari minuman dan hanya 20% diantaranya adalah berasal dari makanan. Kedua sumber air tersebut memiliki bioavailabilitas yang sama. Berdasarkan survey tersebut juga diketahui bahwa pada keseluruhan level konsumsi, seluruh responden berada pada keseimbangan air (euhidrasi) yang terlihat dari normalnya kadar osmolalitas plasma (Sawka, Cheuvront dan Carter 2005). Air dalam makanan dan minuman, dan produksi air metabolik berkontribusi terhadap masukan air, dan output air terjadi dalam urin, feses, keringat, dan pernapasan pingsan dan keringat (Naitoh dan Burrell 1998) Konsumsi Air dari Minuman Konsumsi air dari minuman pada contoh diperoleh dari konsumsi air putih dan air minuman lainnya (minuman yang berasa dan berwarna). Karena bagi kebanyakan orang dewasa minuman berkafein dan beralkohol hampir memenuhi satu sampai setengah dari asupan cairan harian (Gilbert 1991). Konsumsi minuman lainnya pada penelitian ini hanya terjadi pada contoh laki-laki yang mengkonsumsi kopi. Ada bukti ilmiah yang kuat bahwa tidak semua cairan ditentukan perlu dalam bentuk air. Melalui eksperimen yang melewati peer review, menunjukkan bahwa minuman berkafein (kopi, teh, dan minuman ringan) memang harus dihitung terhadap asupan cairan harian di sebagian besar orang. (Grandjean AC et. al 2000).
14 Tidak beragamnya jenis konsumsi minuman lainnya pada contoh pasien gangguan jiwa ini dikarenakan keterbatasan ketersediaan jenis minuman yang ada di ruang rawat inap pasien. Minuman yang disediakan disana secara gratis adalah air putih, sedangkan untuk kopi, teh dan lainnya harus membeli seperti halnya membeli ke warung dengan uang tabungan yang mereka miliki. Uang tabungan ini adalah uang simpanan dari keluarga pasien diperuntukan bagi pasien yang sewaktu-waktu ingin membeli minuman atau jajanan yang tersedia disana. Konsumsi utama air dari minuman untuk keseluruhan contoh laki-laki dan wanita yang berasal dari air putih yaitu sebesar 1329.49±129.66 mL/hari (91.41%) dan untuk minuman lainnya atau kopi hanya di konsumsi oleh contoh laki-laki, rata-rata secara keseluruhan konsumsi air dari kopi sebesar 125.00±50.46 mL/hari (8.59%). Rata-rata konsumsi air putih pada contoh laki-laki sebanyak 1280.83±104.75 mL/hari (91.11%) lebih rendah dari rata-rata konsumsi air putih pada contoh wanita sebanyak 1491.67±14.43 mL/hari (100%). Rata-rata konsumsi air dari minuman lainnya dalam hal ini kopi pada contoh laki-laki sebanyak 125.00±50.46 mL/hari (8.89%). Rata-rata konsumsi air dari minuman pada contoh pasien gangguan jiwa laki-laki dan wanita menurut jenis minuman dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Rata-rata konsumsi air dari minuman (mL/hari) pada contoh pasien gangguan jiwa laki-laki dan wanita menurut jenis minuman dan jenis kelamin Konsumsi Air dari Minuman (mL/hari) Air putih Kopi Total
Jenis Kelamin Laki-laki
%
1280.83±104.75 125.00±50.46 1405.83±598.31
91.11 8.89 100.00
Wanita 1491.67±14.43 0.00±0.00 1491.67±14.43
%
Total
%
100.00 0.00 100.00
1329.49±129.66 125.00±50.46 1454.49±618.83
91.41 8.59 100.00
Pemenuhan kebutuhan air tubuh dilakukan melalui konsumsi makanan dan minuman. Sebagian besar (dua-pertiga) air yang dibutuhkan tubuh dilakukan melalui minuman yaitu sekitar dua liter atau delapan gelas sehari bagi remaja dan dewasa (Pedoman Gizi Seimbang 2014). Hasil konsumsi air dari minuman pasien secara total rata-rata baru memenuhi sebesar 1454.49±618.83 mL/hari atau baru memenuhi sebesar 72.72% dari yang dianjurkan oleh pedoman gizi seimbang (PGS) 2014. Konsumsi Air dari Makanan Total konsumsi cairan adalah berasal dari minuman (drinking water), air pada minuman (water in baverages), dan air pada makanan (Sawka, Cheuvront dan Carter 2005), sehingga selain berasal dari minuman, total asupan air juga berasal dari makanan. Perhitungan asupan air yang berasal dari makanan dibagi menjadi sebelas kategori yaitu: Serealia, umbi, dan hasil olahannya, kacangkacangan, biji-bijian dan olahannya, daging dan olahannya, telur dan olahannya, ikan, hasil perikanan dan olahannya, sayuran dan olahannya, buah-buahan, olahan susu, lemak dan minyak, serba-serbi, makanan jajanan. Tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata total asupan air contoh pasien gangguan jiwa laki-laki keseluruhan yang berasal dari makanan yaitu sebanyak 805.44±209.05 mL/hari dan pada contoh pasien gangguan jiwa wanita yaitu
15 sebanyak 758.43±199.25 mL/hari. Tiga kelompok pangan yang paling banyak memberikan kontribusi pada keseluruhan contoh pasien gangguan jiwa laki-laki dan wanita terhadap asupan air dari makanan secara total adalah serealia dan hasil olahannya sebanyak 428.48±45.63 mL/hari (53.92%) , sayuran dan hasil olahannya sebanyak 89.07±81.17 mL/hari (11.21%), dan buah-buahan sebanyak 87.53±34.89 mL/hari (11.02%). Tabel 8 Rata-rata asupan air contoh yang berasal dari makanan Konsumsi Air Makanan (mL/hari) Serealia. Umbi dan Hasil Olahnya Kacangkacangan. Biji-bijian dan Hasil Olahnya Daging dan Hasil Olahnya Telur dan Hasil Olahnya Ikan. Kerang . Udang dan Hasil Olahnya Sayuran dan Hasil Olahnya Buahbuahan Susu dan Hasil Olahnya Lemak dan Minyak Serba-serbi Makanan Jajanan Total
Jenis Kelamin Laki-laki
%
Wanita
%
Total
%
434.07±49.91
53.89
409.85±34.62
54.04
428.48±45.63
53.92
42.18±46.74
5.24
44.51±50.48
5.87
42.71±47.60
5.38
29.50±14.14
3.66
29.00±13.40
3.82
29.39±13.94
3.70
34.78±34.21
4.32
35.38±35.10
4.67
34.92±34.41
4.39
0.00±0.00
0.00
0.00±0.00
0.00
0.00±0.00
0.00
94.08±86.79
11.68
72.36±63.44
9.54
89.07±81.17
11.21
87.53±34.89
10.87
87.53±34.89
11.54
87.53±34.89
11.02
58.87±101.96
7.31
58.87±101.96
7.76
58.87±101.96
7.41
0.00±0.00 0.00±0.00
0.00 0.00
0.00±0.00 0.00±0.00
0.00 0.00
0.00±0.00 0.00±0.00
0.00 0.00
24.43±42.32 805.44±209.05
3.03 100.00
20.93±36.25 758.43±199.25
2.76 100.00
23.62±40.92 794.59±206.21
2.97 100.00
Serealia merupakan kelompok pangan yang paling tinggi memberikan kontribusi asupan air di antara kelompok pangan yang lain. Hal ini disebabkan seluruh contoh mengkonsumsi serealia sebagai makanan pokok. Rata-rata konsumsi air secara keseluruhan contoh laki-laki dan wanita dari serealia dan hasil olahannya sebanyak 434.07±49.91 mL/hari (53.89%) pada contoh laki-laki dan 409.85±34.62 mL/hari (54.04%) pada contoh wanita. Selain serealia dan hasil olahannya, dua jenis makanan lainnya yang memberikan kontribusi konsumsi air cukup tinggi adalah sayuran dan hasil olahannya dan buah-buahan, menurut
16 Hardinsyah et al 2010 dalam Adyas (2011) makanan pokok Indonesia yang umumnya berupa nasi menyumbangkan 46% asupan air, sedangkan buah dan sayur menyumbangkan 30% asupan air. Konsumsi air contoh keseluruhan laki-laki yang berasal dari sayuran dan hasil olahannya rata-rata sebanyak 94.08±86.79 mL/hari (11.68%) dan pada contoh pasien gangguan jiwa wanita sebanyak 72.36±63.44 mL/hari (9.54%). Konsumsi air contoh rata-rata laki-laki yang berasal dari buah-buahan sebanyak 87.53±34.89 mL/hari (10.87%), dan pada contoh wanita juga sama yaitu sebanyak 87.53±34.89 mL/hari (10.87%) ini disebabkan karena menu dan porsi buah yang diberikan kepada pasien adalah sama, dan rata-rata pasien jiwa menghabiskan buah yang diberikan dalam setiap kali waktu makan. Manurut Martin (2001), Selain asupan cairan dari minuman, sekitar satu liter harus diperoleh dari cairan yang tergantung dalam makanan yang dicerna, sehingga setidaknya total asupan cairan harus kurang lebih 2.6 L. Konsumsi Air dari Metabolisme Konsumsi air untuk tubuh ada juga yang diperoleh dari hasil metabolisme zat gizi pangan yang dikonsumsi (air metabolik). Menurut Muchtadi et al.(1993) bahwa jumlah air yang dihasilkan dari metabolisme pemecahan lemak, protein, dan karbohidrat per 100 gram adalah berturut-turut 107 mL, 41 mL, dan 55 mL. Air metabolik dalam tubuh didapatkan dari metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Dengan demikian, konsumsi air metabolik berkaitan dengan konsumsi zat gizi makro. Semakin tinggi konsumsi zat gizi makro, maka semakin tinggi pula konsumsi air metaboliknya. Konsumsi zat gizi makro ini menentukan konsumsi air metabolik (Verdu dan Navarrete 2009). Konsumsi zat gizi makro yang ratarata lebih tinggi pada contoh pasien gangguan jiwa laki-laki mengakibatkan konsumsi air metaboliknya juga lebih tinggi. Rata-rata konsumsi air metabolik pada contoh pasien jiwa laki-laki sebanyak 284.20 mL/hari dan pada contoh pasien jiwa wanita sebanyak 273.35 mL/hari. Berdasarkan Tabel 9, rata-rata konsumsi protein contoh total sebanyak 63.21 g, konsumsi lemak 45.32 g dan konsumsi karbohidrat sebanyak 376.88 g. Hasil dari metabolisme zat gizi makro (protein, Karbohidrat dan lemak) menyumbangkan konsumsi air metabolik. Konsumsi dari protein, lemak dan karbohidrat contoh total menghasilkan jumlah air metabolik sebanyak 281.70 mL/hari. Semakin tinggi konsumsi zat gizi makro maka akan semakin tinggi pula konsumsi air metaboliknya. Konsumsi air metabolik pada contoh dapat dilihat dalam tabel 9. Tabel 9 Rata-rata konsumsi zat gizi makro dan air metabolik pada contoh pasien gangguan jiwa menurut jenis kelamin Zat Gizi (Per hari) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Air metabolik (mL/hari) a
Laki-laki 63.61±7.78 45.04±4.20 381.69±49.96 284.20±33.37
Jenis Kelamin Wanita 61.84±7.23 46.27±3.18 360.88±33.53 273.35±24.78
Total 63.21±7.40 45.32±3.90 376.88±46.29 281.70±30.98
Air metabolik = [(Karbohidrat yang dikonsumsi (g) x 0.55 mL) + (Protein yang dikonsumsi (g) x 0.40 mL) + (Lemak yang dikonsumsi (g) x 1.07 mL)]
17 Total Konsumsi Air Air di dalam tubuh manusia berasal dari minuman, makanan dan hasil metabolisme. Sebagian besar konsumsi air pada manusia berasal dari minuman (Santoso et al. 2011). Perilaku konsumsi air dapat dirumuskan sebagai cara atau tindakan yang dilakukan individu dalam pemilihan makanan ataupun minuman yang dilandasi oleh pengetahuan dan sikap terhadap makanan atau minuman. Almatsier (2001) menyatakan bahwa konsumsi air terdiri atas air yang diminum, yang diperoleh dari makanan, serta air yang diperoleh dari hasil metabolisme. Briggs & Calloway (1987) menyatakan bahwa kehilangan air harus diganti dengan air yang diperoleh dari 3 sumber, yaitu dari minuman, air yang terkandung dalam makanan serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme. Sebaran sampel berdasarkan total konsumsi air dari 3 sumber tersebut dijelaskan pada Tabel 10. Tabel 10 Rata-rata konsumsi air total contoh menurut sumber dan jenis kelamin Konsumsi air (mL/hari) Air minuman Air makanan Air metabolik Total
Jenis kelamin Laki-laki
%
Wanita
%
Total
%
1405.83±598.31
56.34
1491.67±14.43
59.11
1454.49±618.83
57.47
805.44±209.05
32.27
758.43±199.25
30.06
794.59±206.21
31.40
284.20±33.37 2495.48±840.73
11.39 100.00
273.35±24.78 2523.44±238.46
10.83 100.00
281.70±30.98 2530.78±856.02
11.13 100.00
Rata-rata total konsumsi air pada contoh pasien gangguan jiwa laki-laki, yaitu 2495.48±840.73 mL/hari, lebih rendah dibandingkan rata-rata total konsumsi air contoh pasien gangguan jiwa wanita yang sebanyak 2523.44±238.46 mL/hari. Total konsumsi air keseluruhan contoh pasien gangguan jiwa laki-laki dan wanita didapatkan dari minuman yaitu sebanyak 1454.49±618.83 mL/hari (57.47%), lalu konsumsi air dari makanan sebanyak 794.59±206.21 mL/hari (31.40%) dan air yang berasal dari metabolisme zat gizi makro sebanyak 281.70±30.98 mL/hari (11.13%). Terlepas dari survey umum bahwa tingkat asupan cairan yang sesuai adalah sangat penting bagi kesehatan dan bahkan kelangsungan hidup, asupan air aktual cairan atau total tidak sering dilaporkan seperti dalam studi makanan atau asupan gizi. Sebuah studi dari asupan air dalam peserta NHANES (National Health and Nutrition Examination Survey) 1999-2002 menunjukkan total asupan air rata-rata (dari makanan dan minuman) dari ~ 1.4 L/hari pada anak-anak dan remaja (4-18 tahun) dan 2 L/hari pada orang dewasa (Fulgoni 2007). Konsumsi air yang dimaksud pada penelitian ini adalah total konsumsi air yang berasal dari makanan, minuman serta air metabolik. Konsumsi air yang berasal dari makanan dikonversikan kedalam kandungan air dengan menggunakan Daftar komposisi bahan makanan (DKBM) tahun 2007. Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa keseluruhan contoh mengkonsumsi air rata-rata sebanyak 2530.78±856.02 mL/hari.
18
Tingkat Kecukupan Air Tubuh memerlukan air tidak hanya untuk mencegah rasa haus. Kekurangan air minum dapat menimbulkan berbagai gangguan. Seseorang yang mengalami demam atau berada pada suhu dingin, kandungan air dalam napasnya akan meningkat. Semakin banyak dan berat kegiatan, semakin banyak diperlukan energi dari makanan dan semakin banyak pula air yang terkuras dari tubuh, sehingga semakin banyak asupan air atau minuman yang diperlukan oleh tubuh. Oleh sebab itu dianjurkan untuk mengkonsumsi air tidak hanya saat tubuh merasa haus (Santoso et al. 2011). Rekomendasi nasional Perancis untuk konsumsi air harian harus bisa mendorong tingkat asupan yang memadai untuk berat badan, usia, aktivitas fisik dan faktor lainnya (Martin 2001). Terlepas dari survey umum bahwa tingkat asupan cairan yang sesuai adalah sangat penting bagi kesehatan dan bahkan kelangsungan hidup, asupan air aktual cairan atau total tidak sering dilaporkan seperti dalam studi makanan atau asupan gizi. Sebuah studi dari asupan air dalam peserta NHANES (National Health and Nutrition Examination Survey) 1999-2002 menunjukkan total asupan air rata-rata (dari makanan dan minuman) dari ~ 1.4 L/hari pada anak-anak dan remaja (4-18 tahun) dan 2 L/hari pada orang dewasa (Fulgoni 2007). Tingkat kecukupan air adalah perbandingan total konsumsi air dengan kebutuhan air yang dinyatakan dalam persentase. Pada penelitian ini kebutuhan air pada contoh pasien ganggian jiwa laki-laki dan wanita dihitung berdasarkan luas permukaan tubuh. Tabel 11 menunjukkan rata-rata konsumsi, kebutuhan dan tingkat kecukupan air pada contoh berdasarkan jenis kelamin. Tabel 11 Rata-rata konsumsi, kebutuhan dan tingkat kecukupan air contoh berdasarkan jenis kelamin Variabel Konsumsi air (mL/hari) Kebutuhan air (mL/hari) Tingkat kecukupan air (%) Kategori
Laki-laki
Wanita
Total
Hasil Uji Beda
2495.48±840.73
2523.44±238.46
2530.78±856.02
Uji Beda dengan
2434.20±151.81
2183.68±251.78
2376.39±199.80
102.83±8.24 Cukup
116.90±17.80 Lebih
Independent samples T test (p>0.05) 106.08±11.91 Cukup
a
Kategori Tingkat Kecukupan Air: <90% : Kurang 90%-110% : Cukup >110% : Lebih
Rata-rata tingkat kecukupan air pada contoh pasien gangguan jiwa laki-laki yaitu 102.83±8.24%, sedangkan contoh pasien gangguan jiwa wanita yaitu 116.90±17.80%. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa contoh pasien gangguan jiwa wanita memiliki rata-rata tingkat kecukupan air yang lebih baik dari pada contoh pasien gangguan jiwa laki-laki. Secara keseluruhan rata-rata contoh pasien gangguan jiwa wanita berada pada kategori tingkat kecukupan air yang lebih karena tingkat kecukupan airnya lebih dari 110%, sedangkan untuk contoh pasien gangguan jiwa laki-laki secara rata-rata keseluruhan berada pada kategori tingkat kecukupan air yang cukup karena berada pada rentang lebih dari sama dengan 90% dan 110%.
19 Berdasarkan uji beda menggunakan uji Independent samples T test didapatkan hasil nilai p>0.05. Hal tersebut berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kecukupan air pada laki-laki dan wanita. Menurut Depkes (2005), Pemenuhan kecukupan air termasuk kedalam kategori kurang minum jika pemenuhan kecukupan air kurang dari 90%, kategori minum cukup jika pemenuhan kecukupan air antara 90 hingga 110%, dan kategori minum berlebih jika pemenuhan kecukupan air lebih dari 110%. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan air berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan air dan jenis kelamin Tingkat kecukupan air Kurang (<90%) Cukup (90-110%) Lebih (>110%) Total
Laki-laki (n) 0 9 1 10
% 0.00 90.00 10.00 100.00
Jenis kelamin Wanita (n) % 0 0.00 1 33.33 2 66.67 3 100.00
Jumlah (n) 0 10 3 13
% 0.00 76.92 23.08 100.00
Sebanyak 90% contoh pasien gangguan jiwa laki-laki masuk ke dalam kategori tingkat kecukupan air yang cukup dan 10% laki-laki masuk kedalam kategori lebih. Sebanyak 33.33% contoh pasien gangguan jiwa termasuk dalam kelompok yang cukup memenuhi kebutuhan air, dan contoh pasien gangguan jiwa wanita yang masuk kedalam kelompok lebih sebanyak 66.67%. Tingkat kecukupan air pada pasien gangguan jiwa secara keseluruhan sebanyak 76.92% berada pada kategori yang cukup dalam memenuhi kebutuhan air, dan sebanyak 23.08% contoh berada pada kategori berlebih dalam memenuhi kebutuhan air. Tingkat kecukupan air juga dilihat dari kategori umur yang dimana dibagi menjadi ktiga katagori yaitu contoh yang berumur 17-25 tahun yang disebut masa remaja akhir, 26-35 tahun yang disebut masa dewasa awal dan yang berumur 3645 tahun yang disebut masa dewasa akhir. Tabel 13 menunjukkan rata-rata konsumsi, kebutuhan dan tingkat kecukupan air pada contoh berdasarkan umur. Tabel 13 Rata-rata konsumsi, kebutuhan dan tingkat kecukupan air pada contoh berdasarkan umur. Variabel Konsumsi Air (mL/Hari) Kebutuhan Air (mL/Hari) Tingkat Kecukupan Air (%)
Remaja Akhir (17-25)
Dewasa Awal (26-35)
Dewasa Akhir (36-45)
Hasil Uji Beda
2546.04±137.48
2433.67±158.93
2515.05±58.03
2334.45±59.52
2300.27±254.39
2504.94±239.88
109.13±6.88
107.37±19.64
100.98±8.08
Uji Beda dengan Oneway Anova (p>0.05)
Umur contoh dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan kategori usia menurut Depkes RI 2009, yaitu contoh yang berumur 17-25 tahun yang disebut masa remaja akhir, 26-35 tahun yang disebut masa dewasa awal dan yang berumur 36-45 tahun yang disebut masa dewasa akhir. Rata-rata tingkat kecukupan air pada contoh pasien gangguan jiwa yang berada pada kategori umur 17-25 tahun yaitu 109.13±6.88%, kemudian rata-rata tingkat kecukupan air pada contoh pasien gangguan jiwa yang berada pada kategori umur 26-35 tahun yaitu
20 107.37±19.64%, dan rata-rata tingkat kecukupan air pada contih pasien gangguan jiwa yang berada pada kategori umur 36-45 tahun yaitu 100.98±8.08%. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata keseluruhan contoh pada setiap kategori umur berada pada kategori tingkat kecukupan air yang cukup karena berada pada rentang lebih dari sama dengan 90% dan 110%. Berdasarkan hasil uji beda menggunakan uji Oneway Anova didapatkan hasil nilai p>0.05. Hal tersebut berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kecukupan air antara tiga kelompok umur pada contoh pasien gangguan jiwa. Kebutuhan cairan bervariasi pada setiap manusia, tergantung pada sejumlah besar faktor. Usia dan ukuran tubuh adalah yang paling penting, serta keseringan berkeringat (dipengaruhi oleh suhu dan intensitas latihan fisik, di antara banyak faktor) dan kebiasaan makanan (seperti asupan garam), selain kontributor individu atau lingkungan lainnya (Lieberman 2007; Manz 2007). Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan air menurut kategori umur dapat dilihat dalam tabel 14 dibawah. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan air dan kategori umur Umur
Tingkat kecukupan air
17-25
Kurang (<90%) Cukup (90-110%)
%
26-35
%
36-45
0.00
0.00
4.00
30.77
Lebih (>110%)
1.00
Total
5.00
%
Total
%
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
3.00
23.08
3.00
23.08
10.00
76.92
7.69
1.00
7.69
1.00
7.69
3.00
23.08
38.46
4.00
30.77
4.00
30.77
13.00
100.00
Umur contoh dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan kategori usia menurut Depkes RI 2009, yaitu contoh yang berumur 17-25 tahun yang disebut masa remaja akhir, 26-35 tahun yang disebut masa dewasa awal dan yang berumur 36-45 tahun yang disebut masa dewasa akhir. Contoh yang berada pada rentang umur 17-25 tahun sebanyak 30.77% memiliki tingkat kecukupan air yang cukup, dan 7.79% berada pada kategori lebih. Contoh yang berada pada rentang umur 26-35 persentase tingkat kecukupan airnya sama dengan contoh yang berumur 36-45 tahun, yaitu sebanyak 23.08% berada pada kategori tingkat kecukupan air yang cukup, dan 7.69% berada pada kategori tingkat kecukupan air yang lebih. Secara keseluruhan tingkat kecukupan air pada kesemua rentang umur sebanyak 76.92% berada pada kategori tingkat kecukupan air yang cukup, dan 23.08% berada pada kategori tingkat kecukupan air yang lebih. Kelebihan dalam memenuhi kebutuhan air ini sesuai dengan kondisi pasien gangguan jiwa di mana mereka mendapatkan pengaruh atau efek samping dari obat-obatan sebagai terapi medis. Jenis pengobatan yang memberikan pengaruh mulut kering adalah Antipsychotic, Heterocyclic, Antidepresant Dan Mono Amvine Oxidase Inhibitor (MAOI). Salah satu pengaruh atau efek samping yang diterimanya yang berhubungan dengan konsumsi air berlebih ini adalah mulut kering. Sehingga wajar jika tingkat kecukupan air pada pasien gangguan jiwa berada pada kategori yang berlebih. Kelebihan dalam memenuhi kebutuhan air ini sesuai dengan kondisi pasien gangguan jiwa di mana mereka mendapatkan pengaruh atau efek samping dari obat-obatan sebagai terapi medis.
21
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Jumlah contoh laki-laki setengahnya berada pada usia 17-25 tahun yaitu 38.46%, jumlah contoh pasien gangguan jiwa laki-laki yang berada pada usia 2635 tahun yaitu sebanyak 23.08%, dan yang berada pada usia 36-45 tahun sebanyak 15.38%. Pada contoh wanita sebagian besar ada pada kategori usia 36 – 45 tahun yaitu sebesar 15.38% dan 7.69% berada pada kategori umur 26-35 tahun. Namun secara keseluruhan usia contoh sebagian besar berada pada kategori usia produktif yaitu 16 – 55 tahun. Persentasi terbesar penderita gangguan jiwa adalah laki-laki sebesar 76.92% dan wanita 23.08%. Seluruh contoh pasien gangguan jiwa laki-laki dan wanita dalam penelitian ini (100%) termasuk dalam status gizi normal. Kebutuhan air secara keseluruhan contoh total adalah 2376.39±199.80 mL/hari. Konsumsi utama air dari minuman untuk keseluruhan contoh laki-laki dan wanita yang berasal dari air putih yaitu sebesar 1329.49±129.66 mL/hari (91.41%) dan untuk minuman lainnya atau kopi hanya di konsumsi oleh contoh laki-laki, rata-rata secara keseluruhan konsumsi air dari kopi sebesar 125.00±50.46 mL/hari (8.59%). Rata-rata total asupan air contoh pasien gangguan jiwa laki-laki keseluruhan yang berasal dari makanan yaitu sebanyak 805.44±209.05 mL/hari dan pada contoh pasien gangguan jiwa wanita yaitu sebanyak 758.43±199.25 mL/hari. Rata-rata konsumsi air metabolik pada contoh pasien jiwa laki-laki sebanyak 284.20 mL/hari dan pada contoh pasien jiwa wanita sebanyak 273.35 mL/hari. Rata-rata tingkat kecukupan air pada contoh pasien gangguan jiwa lakilaki yaitu 102.83±8.24%, sedangkan contoh pasien gangguan jiwa wanita yaitu 116.90±17.80%. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa contoh pasien gangguan jiwa wanita memiliki rata-rata tingkat kecukupan air yang lebih baik dari pada contoh pasien gangguan jiwa laki-laki meskipun tidak terlalu jauh berbeda hasil persentasinya. Berdasarkan uji beda menggunakan uji Independent samples T test didapatkan hasil nilai p>0.05. Hal tersebut berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kecukupan air pada laki-laki dan wanita. Rata-rata keseluruhan contoh pada setiap kategori umur berada pada kategori tingkat kecukupan air yang cukup karena berada pada rentang lebih dari sama dengan 90% dan 110%. Berdasarkan uji beda menggunakan uji Oneway Anova didapatkan hasil nilai p>0.05. Hal tersebut berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kecukupan air antara tiga kelompok umur pada contoh pasien gangguan jiwa. Saran Pemenuhan kebutuhan air pada pasien gangguan jiwa harusnya lebih diperhatikan lagi karena terkait dengan obat-obatan yang dikonsumsinya sebagai terapi medis yang mempengaruhi saluran pencernaannya. Ketersediaan dari instalasi gizi rumah sakit sudah memadai namun harus disertai dengan kemudahan akses bagi pasien jiwa rawat inap untuk mendapatkan air minum. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membandingkan tingkat kecukupan air pada pasien jiwa di berbagai rumah sakit jiwa ataupun yayasan yang menampung pasien jiwa.selain di Bogor.
22
DAFTAR PUSTAKA Adyas, E. 2011. Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Asupan Pangan Pada Pria Dewasa di Indonesia [Skripsi]. Bogor [ID]: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Apovian C. 2013. Di dalam: Anna LK. 2013. Mengukur lemak tubuh. http://health.kompas.com/read/2013/03/18/12014637/Mengukur.Lemak.Tubuh. (28 Juni 2014). Astuti. 1961, Segi Kejiwaan Dalam Dietetika. Akademi Pendidikan Nutritionis Bogor, dalam Ganefi. H, Status Gizi Penderita Gangguan Jiwa Rawat Inap di RSJ Bogor, 1994 Bredbenner J et al. 2009. Wardlaw’s Perspective In Nutrition. USA: McGrawHill Briggs G, Calloway D. 1987. Water and electrolyte. Di Dalam: Nutrition and Physical Fitness. New York: Sunders College Publishing. de Castro JM. A microregulatory analysis of spontaneous fluid intake by humans: evidence that the amount of liquid ingested and its timing is mainly governed by feeding. Physiol Behav. 1988;43:705Y714. [Depkes] Departemen Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbang). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, Laporan Nasional. Balitbang Depkes, Jakarta, 2013. [Depkes] Departemen Kesehatan RI. 1987. Peraturan Pemberian Makan untuk Rumah Sakit Jiwa. Jakarta: Depkes RI. [Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2003b. Pedoman Praktis Terapi Gizi Medis. Jakarta : Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Direktorat Gizi Masyarakat [Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2005. Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran Jasmani. Jakarta: Depkes RI. [Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Depkes RI. Fahey T, Insel P, Roth W. 2010. Body Composition, Fit & Well: Core Concepts and Labs in Physical Fitness and Wellness. New York: McGraw-Hill. ISBN 978-0-07-352379-8. Fulgoni VL (2007). Limitations of data on fluid intake. J Am Coll Nutr 26, 588S591S. Gilbert RM. Alcohol- and caffeine-beverage consumption: causes other than water deficit. In: Thirst: Physiological and Psychological Aspects, edited by Ramsay DL and Booth D. London: Springer-Verlag, 1991. Grandjean AC, Reimers KJ, Bannick KE, and Haven MC.The effect of caffeinated, non-caffeinated, caloric and non-caloric beverages on hydration. J Am Coll Nutr 19: 591–600, 2000 Hardinsyah et al . 2011. Air Bagi Kesehatan. Jakarta: Centra Communications Idaiani. SM. 2002. Hubungan Persepsi Dukungan Sosial Dengan Persepsi Pada Keluarga Pasien Skizofrenia. Semarang : Bagian Psikiatri Universitas Diponegoro Semarang.
23 Institute of Medicine of the National Academies (2004). Dietary Reference Intakes: Water, Potassium, Sodium, Chloride, and Sulfate. http://www.iom.edu/CMS/3788/3969/18495.aspx. Kaplan. H.I/ Sadock. B.J. Greb. J.A.1997. Sinopsis Psikiatri. (Wijaya Kusuma, Penerjemah). Wiguna.I (Eds), (edisi ke.7) Jilid 1 dan 2. Jakarta : Bina Rupa Aksara. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Bina Gizi, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA. Pedoman Gizi Seimbang 2014. Direktorat Bina Gizi, Jakarta 2014. Khomsan A. 2005. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Lewis, G. H., Thomas, H. V., Cannon, M. & Jones, P. B. 2001. Epidemiological methods. In: Thornicroft, G. & Szmukler. Lieberman HR (2007). Hydration and cognition: a critical review and recommendations for future research. J Am Coll Nutr 26, 555S–561S. Manz R (2007). Hydration in children. J Am Coll Nutr 26, 562S–569S. Maramis. WF. 1990. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press, Surabaya. Martin A (2001). Apports Conseille´s Pour la Population Franc¸aise, 3rd edn. Lavoisier Tec and Doc: Paris. McGrath JJ. Variations in the incidence of schizophrenia: data versus dogma. Schizophr Bull. 2006;32(1):195-7. Mosteller RD. 1987. Simplified Calculation of Body Surface Area. N Engl J Med Oct 22;317 (17):1098 (letter) Muchtadi. D. Palupi. NS dan Made. A. 1993. Metabolisme Zat Gizi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Naitoh M, Burrell LM. Thirst in elderly subjects. J Nutr Health Aging 1998;2:172-7. Pitts GC, Johnson RE, Consolazio FC. Work in the heat as affected by intake of water, salt and glucose. Am J Physiol. 1944;142:253Y259. Ramsay DJ, Booth DA, International Life Sciences Institute. Thirst physiological and psychological aspects. London, England: Springer-Verlag; 1991. Santoso et al. 2011. Air Bagi Kesehatan. Jakarta : Centra Communications Sawka MN, Cheuvrot SN dan Carter R. 2005. Human Water Needs. International Life Sciences Institute Singarimbun, M. dan S, Effendi. 1989. Metode Penelitian dan Survai. Jakarta : LP3ES. Styonegoro, K. et al. 1984. Obat-obatan yang Dipakai Di Bidang Kesehatan Jiwa. Edisi II. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Ditjen Dikti, Departemen Pendidikan Nasional Supriasa et al. 2001.Penilaian Status Gizi.Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Verdu JM, Navarrete GR. 2009. Phisiology of Hydration and Water Nutrition. Spanyol: Published in partnership with coca cola Espana. [WHO] World Health Organization. 2004. Mean Body Mass Index (BMI). http://www.who.int.
24
25
LAMPIRAN
26
LAMPIRAN Lampiran 1 Tabel Rata-rata Ketersediaan Zat Gizi Rumah Sakit Selama 3 Hari Rata-Rata Total Ketersediaan Rumah Sakit Selama 3 Hari Hari I II III
E 2468 2140 2516
P 71.81 58.76 77.48
L 40.73 51.96 42.35
KH 447.41 356.45 443.85
Air 626.91 916.91 1014.77
Air Metabolik 319.10 275.74 321.20
Air Minum 2500.00 2500.00 2500.00
Total Ketersediaan Air 3446.02 3692.66 3835.97
Lampiran 2 Tabel Jenis Obat-Obatan Terapi Obat Untuk Pasien Jiwa dan Efek sampingnya No
Jenis Pengobatan 1
Antipsychotic
2
Heterocyclic Antidepresant
3
Mono Amvine Oxidase Inhibitor (MAOI)
4
Lithium
Nama Obat Chlopromazine Fluiphemazine Haloperidol Laxopine Molindoe Amytryptiline Desipromine Dovepine Fluxepine Imipramine Phenelzine Tramylcopramine Lithium carbonate
Pengaruh Mulut Kering Konstipasi BB Bertambah Deples Riboflavine Mulut Kering Konstipasi BB Bertambah (Dapat Dicapai 2 Kg/Bulan) Mulut Kering Konstipasi BB Bertambah Defisiensi Vit B2 Mual Muntah Polidipsi Poliuri BB Bertambah
28 Lampiran 3 Tabel Rata-Rata Konsumsi Zat Gizi Pasien Selama Tiga Hari RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
E 2021 2354 2022 2425 2279 2444 1965 2051 1765 2000 2485 2204 2516
RATA-RATA KONSUMSI 3 HARI P L KH 57.16 44.17 342.01 70.18 49.92 399.59 58.20 44.71 341.04 71.05 49.96 415.48 65.28 48.83 388.00 71.72 50.06 419.50 52.41 36.88 348.81 59.67 41.32 354.81 54.31 43.98 284.21 56.29 42.30 342.50 70.65 45.08 440.94 61.79 44.60 381.77 72.96 47.41 440.84
AIR 718.86 819.65 736.77 819.04 819.58 851.90 761.72 765.97 682.67 737.03 888.02 829.54 898.95
AIR DARI METABOLIK
AIR DARI MINUMAN
258.81 301.96 259.27 311.10 292.41 313.70 252.80 263.82 225.64 256.72 319.72 283.02 323.11
1483.33 1508.33 1483.33 1600.00 1500.00 1425.00 1241.67 1341.67 1450.00 1483.33 1316.67 1416.67 1283.33
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 21 Mei 1992, dari seorang Ayah yang bernama Sujana dan seorang Ibu yang bernama Neneng. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Penulis menempuh pendidikan SMA di sekolah SMA Negeri 4 Bogor dari tahun 2007 hingga tahun 2010. Pada tahun 2010, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi seperti Club Gizi Peduli, Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi (Himagizi), EMULSI (Majalah Pangan dan Gizi), Ecoagrifarma. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan kepanitian tingkat Departemen, Fakultas, Institusi serta nasional seperti Nutrition Fair 2012, Masa Perkenalan Fakultas (MPF) 2012, Masa Perkenalan Departemen (MPD) 2012. Pada bulan Juli-Agustus 2013 penulis mengikuti Kuliah Kerja Bersama Masyarakat (KKBM) di Desa Ligarmukti, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Bogor, Jawa Barat. Pada bulan Maret 2014 penulis melaksanakan Internship Dietetic di Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong, Bogor.