1
TINGKAT ASERTIVITAS PERAWAT DI RUMAH SAKIT AL-ISLAM BANDUNG Ade Novian Parmuditya, Wiwi Mardhiyah2, Dian Adiningsih 1 Fakultas Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Pelita Harapan e-mail:
[email protected] 2,3 Staff Pengajar Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
ABSTRAK Salah satu kemampuan yang dibutuhkan perawat profesional adalah kemampuan untuk berperilaku secara asertif dalam berinteraksi dengan setiap tim kesehatan. Dengan dilakukannya asertivitas secara baik, maka akan menunjang komunikasi dan kolaborasi yang baik pula, sehingga pelayanan kepada klien pun akan menjadi lebih optimal. Dalam rangka peningkatan pelayanan di Rumah Sakit Al-Islam, diperlukan penataan di berbagai aspek terutama pengembangan sumber daya manusia, dalam hal ini adalah asertivitas perawat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat asertivitas di Rumah Sakit Al-Islam. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2011 dengan sampel sebanyak 79 orang perawat pelaksana yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah asertivitas perawat. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan instrumen Nurses’ Assertiveness Inventory. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 78,48% responden tergolong dalam asertivitas sedang, sedangkan lainnya yaitu sebanyak 21,52% responden tergolong dalam asertivitas tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, rumah sakit diharapkan mengembangkan kemampuan perawat dalam bidang asertivitas, yaitu melalui pelatihan asertivitas. Hal ini juga perlu ditunjang oleh partisipasi aktif perawat dalam turut mengembangkan kemampuan asertifnya. Kata kunci: asertivitas, perawat
ABSTRACT One of the ability that professional nurses have to be able is to behave assertively in their interactions with every healthcare team in a hospital. If nurses were able to perform good assertiveness then it will supports the communication and collaboration, thus the services delivered to the clients would be more optimal. In order to improve services in Al-Islam Hospital, arrangements in various aspect, especially the development of human resource, is needed. In this case is nurses’ assertiveness. Therefore, the purpose of this research was to reveal nurses’ level of assertiveness in Al-Islam Hospital. Thus, the variable in this research was the nurses’ assertiveness. The technique used to collect data was by questionnaire using the Nurses’ Assertiveness Inventory. This research’s design was quantitative descriptive. With a sample of 79 nurses and used proportionate stratified ramdom sampling technique. This research was conducted in June 2011. The results showed that amount of 78,48% of the respondents have middle level of assertiveness, and the rest (21,52%) have high level of assertiveness.Based on these results, the hospital is expected to develop nurses’ competency in assertiveness by conducting assertive training. This must be supported by the participation of the nurses in developing their assertive behaviour. Keyword: assertiveness, nurse
2
PENDAHULUAN
penelitian
Perawat profesional adalah perawat yang
diperlukan suatu komunikasi yang baik di
bertanggung
jawab
dalam
memberikan
pelayanan
dan
berwenang
terbarunya,
salah
pembentukan
suatu
satunya
iklim
keperawatan
kolaborasi. Komunikasi pun menjadi salah
secara mandiri dan/atau berkolaborasi
satu poin penting yang berkontribusi
dengan tenaga kesehatan lain sesuai
terhadap pelaksanaan kolaborasi menurut
dengan
(Departemen
Baggs & Schmitt dalam Gardner (2005).
Kesehatan RI dalam Sudarma, 2008).
Hal tersebut, selaras dengan peran perawat
Pelayanan keperawatan profesional tidak
sebagai komunikator, yakni merupakan
lepas dari beberapa peran yang dijalankan
pusat dari seluruh peran yang lain (Potter
oleh perawat. Peran-peran tersebut antara
& Perry, 2005).
kewenangannya
lain sebagai pemberi perawatan, pembuat keputusan klinis, pelindung dan advokat
Perawat sebagai seorang komunikator,
klien,
harus
manajer
kasus,
rehabilitator,
dapat
memakai
kemampuan
pemberi kenyamanan, penyuluh, peran
komunikasi yang baik dalam berdiskusi
karier,
dengan yang lain (Whitehead, 2007)
pendidik,
komunikator,
dan
kolaborator (Potter & Perry, 2005).
berbicara secara langsung kepada sesama perawat, dokter, ataupun manajer dengan
Timby
(2009)
menjelaskan
bahwa
suatu cara yang tidak berujung pada
kolaborator adalah seseorang yang bekerja
konfrontasi–adalah sangat penting untuk
bersama dengan orang lain dalam rangka
dijalankan supaya memiliki hubungan
mencapai
bersama.
kerja yang baik dan untuk menyediakan
Kolaborasi yang dengan jelas terjadi
pelayanan yang baik (Trossman dalam
adalah di antara perawat yang bertanggung
Whitehead, 2007). Suatu komunikasi yang
jawab dalam mengatur perawatan klien
secara
dengan orang
konfrontasi/konflik merupakan
suatu
tujuan
yang didelegasikannya.
Tidak hanya itu, Timby juga menjelaskan
langsung
tanpa
menimbulkan salah
satu unsur dari asertivitas.
kolaborasi juga melibatkan semua anggota dalam tim pemberi pelayanan kesehatan,
Ditinjau dari pengertiannya, asertivitas
yang
merupakan
dimana
perawat
termasuk
di
suatu
perilaku
yang
dalamnya.
mengekspresikan perasaan, pikiran, dan
LaFasto & Larson dalam Lindeke &
harapan (McKay et al., 2009). Seseorang
Sieckert
yang
(2005)
menerangkan
dalam
berperilaku
asertif
dinilai
3
berdasarkan dua unsur, yaitu: nonverbal,
yaitu
1.) unsur
kekerasan
suara,
melakukannya membutuhkan suatu proses perkembangan.
kelancaran mengatakan kata-kata, menjaga kontak mata dengan orang lain saat
Faktor – faktor yang mempengaruhi
berbicara, ungkapan wajah/mimik wajah,
perkembangan perilaku asertif
ungkapan/gerak-gerik tubuh, dan jarak
McCabe, Marriner-Tomey, Part et al
interaksi dengan teman bicara (Serber
dalam Ekundayo (2010) ; Rathus & Nevid
dalam La Monica, 1998), dan 2.) unsur
(1983),
verbal, yaitu berani untuk mengatakan
esteem (harga diri), kebudayaan, tipe
“tidak” terhadap suatu yang dinilai tidak
kepribadian,
sesuai dengan dirinya atau dalam hal ini
pengalaman kerja, dan adanya situasi
menyatakan sikap untuk suatu kondisi,
tertentu di lingkungannya yang menuntut
berani untuk meminta bantuan kepada
untuk berperilaku asertif atau sebaliknya.
menurut
yaitu, usia, jenis kelamin, self-
tingkat
pendidikan,
orang lain atau mempertahankan hak, dan dapat mengungkapkan perasaan kepada
Perilaku
orang lain, seperti memuji, meminta maaf,
hubungan
dan berkata terima kasih kepada orang lain
diantaranya. Yang dimana hubungan antar-
(Cooley dan Hollandsworth dalam La
pribadi yang efektif merupakan salah satu
Monica, 1998).
penunjang
asertif
akan
antar-pribadi
kolaborasi
dalam yang
menciptakan yang
efektif
terlaksananya
baik. Namun, yang
Dengan disimpulkannya beberapa teori
terjadi adalah banyak penelitian yang
yang tercantum, asertivitas yang dilakukan
menyatakan tentang kurangnya asertivitas
seseorang
perawat di dalam kolaborasi. Peneliti-
bantuan
meliputi atau
perilaku
membuat
meminta
permintaan;
peneliti
terdahulu
mengklaim
bahwa
menolak permintaan/mengatakan “tidak”;
perawat cenderung memilih untuk diam
mengekspresikan
daripada menyuarakan opini-opini yang
mengekspresikan
opini/pendapat, perasaan
(beri/terima pujian), dan
positif
berujung pada konfrontasi (Tappen dalam
negatif (tidak
Whitehead, 2007). Selaras dengan Tappen,
memulai,
perilaku asertif pun belum diterapkan
mengakhiri
secara optimal oleh perawat-perawat di
senang/marah); mempertahankan, percakapan; haknya. asertivitas
dan
dan
Dalam tidak
mempertahankan diri serta
setiap merta
Rumah Sakit Al Islam Bandung.
orang, dapat
Peneliti melakukan studi pendahuluan ke
dilaksanakan dengan mudah, karena dalam
tujuh ruang rawat inap Rumah Sakit Al-
4
Islam,
dan
mengajukan
pertanyaan-
Di dalam interaksi dengan kepala ruangan,
kepada
didapatkan sekitar 16 orang perawat tidak
sekitar 3-4 orang perawat di setiap
mengalami kesulitan berinteraksi, mereka
ruangan. Di dalam pekerjaannya, para
menyatakan tidak ada penghambat dalam
perawat menyatakan bahwa menjalankan
berkomunikasi secara terbuka. Tetapi pada
instruksi dokter merupakan salah satu
perawat di ruangan lainnya menyatakan
tugas
yang dijalankan oleh perawat.
kadang-kadang dan bahkan sering merasa
Setelah ditanyakan lebih lanjut tentang
sulit untuk berkomunikasi dengan kepala
relevansi instruksi dokter, ada sekitar
ruangan. Ada 4 perawat di salah satu
sepuluh orang perawat menyatakan kadang
ruangan yang menyatakan takut dan malu
instruksi dokter tidak relevan dengan
untuk berinteraksi dengan kepala ruangan.
kondisi pasien yang dirawat, namun
Dan 5 orang perawat di ruangan yang
sebagian besar diantaranya menyatakan
berbeda menyatakan bahwa hambatan
sulit untuk berdiskusi apalagi menolak
yang
instruksi dari dokter. Kebanyakan perawat
perbedaan lama kerja dan perbedaan
beralasan perbedaan pendidikan antara
pandangan/pendapat.
pertanyaan
seputar
asertivitas
sering
muncul
adalah
adanya
dokter dan perawat menjadi penghambat, 2 orang perawat beralasan perbedaan lama
Di dalam diskusi antar sesama perawat
kerja,
tentang pemenuhan kebutuhan perawatan
2
orang
menyatakan
karena
perbedaan kebudayaan, dan ada 4 orang
pasien,
perawat yang menyatakan
menyatakan tidak mengalami kesulitan
takut
untuk
sebagian
besar
perawat
dalam berdiskusi dengan sesama perawat.
berdiskusi dengan dokter.
Namun, ada 3 perawat di ruangan yang Pertanyaan
lainnya
mengenai
apabila
lain
yang
menyatakan
sulit
untuk
yang tidak
mempertahankan pendapatnya yang dirasa
sejalan dengan asuhan keperawatan yang
lebih baik daripada perawat yang lainnya.
akan dilakukan. Jawaban dari perawat
Dan ada 2 perawat yang menyatakan
adalah sekitar 11 orang menyatakan sulit
kurang berkompeten untuk mendiskusikan
untuk menolak pendapat dokter. Dan
tentang pemenuhan kebutuhan perawatan
kebanyakan lainnya menyatakan ragu-ragu
pasien.
untuk menyanggah pendapat dokter yang
Disamping itu, peneliti juga melakukan
tidak sejalan dengan asuhan keperawatan.
wawancara dengan salah satu kepala
terdapat pendapat dokter
ruangan. Beliau mengungkapkan, ada dua masalah yang terjadi yang dikarenakan
5
oleh perawat yang tidak menerapkan
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
perilaku yang asertif. Perawat-perawat
perawat pelaksana di Rumah Sakit Al
yang
bersangkutan
tidak
langsung
Islam Bandung, berjumlah 310 orang
kepala
ruangan
perawat.. Teknik pengambilan sampel
ataupun dokter tentang kondisi pasien
digunakan adalah propotionate stratified
yang memburuk lewat tanda dan gejala
random
yang muncul. Sehingga beberapa waktu
sebanyak 79 orang.
melaporkan
kepada
sampling,
didapat
sampel
kemudian ketika pasien kembali lagi ke rumah sakit, kondisi pasien tersebut sudah
Instrumen
lebih buruk dibandingkan ketika pertama
penelitian
kali
kuesioner/angket dalam bentuk checklist,
terdeteksinya
tanda
dan
gejala
tersebut.
pengumpulan ini
data
pada
menggunakan
dengan menggunakan instrumen yang diadopsi
dari
Nurses’
Assertiveness
Berdasarkan pemaparan hal – hal yang
Inventory oleh Michelson et al. dalam
telah disebutkan diatas, dapat dilihat
Gruendemann (2006).
adanya
fenomena
yang
berhubungan
dengan asertivitas pada perawat di Rumah
Analisis data dilakukan dengan cara
Sakit Al-Islam, dan terlihat adanya faktor-
editing, coding, scoring, dan tabulating
faktor
melatarbelakangi
untuk mendapatkan skor dari variabel yang
asertivitasnya. Maka dari itu peneliti ingin
diteliti. Data diukur dengan skala likert 1 –
mengetahui bagaimana tingkat asertivitas
5, skor pada tiap item pertanyaan dari
perawat
setiap responden dimasukkan ke dalam
yang
di
Rumah
Sakit
Al-Islam
Bandung.
program
statistical
software
untuk
dilakukan pengolahan data. Selanjutnya, METODE Penelitian
ini
dirancang
dengan
menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan
kuantitatif,
yaitu
data hasil presentase dimasukkan dalam kategori selalu, seting, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah.
merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau
HASIL DAN PEMBAHASAN
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010).
Dibawah ini dibahas hasil penelitian yang merupakan gambaran tingkat asertivitas perawat Bandung.
di
Rumah
Sakit
Al-Islam
6
dapat dilihat dari analisis terhadap unsurBerdasarkan
skor
dari
masing-masing
unsur pembentuk asertivitas. Dari hasil
responden, diketahui tingkat asertivitas
akhir/skor
perawat di Rumah Sakit Al-Islam, sebagai
perawat telah dapat berperilaku asertif,
berikut:
tetapi bila ditelaah lebih lajut terhadap
menunjukkan
bahwa
jawaban-jawaban dari responden, untuk
Tabel 1 Tingkat Asertivitas Perawat Kategori
total
beberapa item pertanyaan terlihat jawaban
Frekuensi Persentase
yang
Asertivitas
cenderung
kurang
Rendah
0
0.00
dibandingkan
Sedang
62
78.48
pertanyaan lainnya. Lebih lagi, peneliti
Tinggi
17
21.52
menemukan bahwa sebagian besar perawat
Total
79
100.00
lebih
asertif
jawaban
asertif
jika
terhadap
berinteraksi
item
dengan
perawat lainnya daripada interaksi dengan perawat Tingkat
asertivitas
perawat-perawat
di
pengawas,
ataupun
interaksi
dengan dokter.
Rumah Sakit Al-Islam tergolong baik. Berarti
perawat-perawat
tersebut
telah
Hal tersebut menjelaskan bahwa asertivitas
mampu melakukan asertivitas secara baik.
yang
Mereka
mengekspresikan
berkaitan dengan siapa orang yang diajak
perasaan, pemikiran, kebutuhan, maupun
berinteraksi dan bagaimana situasi yang
kemauannya kepada orang lain, yang
sedang berlangsung saat interaksi. Sejalan
disampaikan secara langsung, jujur dan
dengan pendapat La Monica (1998), bahwa
tepat, dan dengan tetap menghormati hak-
jarang orang melulu asertif, pasif, atau
hak orang lain (Johnson, 2004).
agresif, karena pesan yang disampaikan
telah
dapat
diaplikasikan
dapat
bervariasi,
biasanya berkaitan dengan konteksnya. Hal Hasil penelitian ini kurang sesuai dengan
tersebut dijelaskan melalui contoh berikut
fenomena yang ditemukan di lapangan.
ini: mungkin saja misalnya seorang staf
Peneliti
perawat-
perawat yang sangat pendiam terhadap
perawat yang cenderung untuk pasif, yakni
pengawasnya di tempat kerja, ternyata
kurang
pendapat-
bersikap jelas, tegas, dan percaya diri
pendapat pribadinya baik kepada dokter,
terhadap anggota keluarganya, pendidik
perawat pengawas, maupun teman sekerja.
anak-anaknya, dan montir di bengkel di
Ketidaksesuaian antara pengamatan peneliti
dekat rumahnya.
menemukan
dapat
bahwa
menyuarakan
dan hasil penelitian ini, menurut peneliti
7
Selain asertivitas yang tinggi, hampir
masa kerja kurang dari rentang tersebut.
seluruh responden tergolong dalam kategori
Hal ini terkait dengan faktor-faktor yang
sedang. Ini berarti perawat-perawat tersebut
telah disebutkan di atas yakni faktor usia
belum
dan
dapat
sepenuhnya
melakukan
pengalaman
kerja
yang
turut
perilaku asertif. Walaupun sudah dalam
berkontribusi terhadap kemampuan asertif
kategori
perawat-perawat tersebut.
yang
baik,
tetapi
dalam
pelaksanaanya belum optimal. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang
Selain itu peneliti menemukan bahwa
mengkaji
perawat,
perawat-perawat yang memiliki jenjang
didapatkan hasil bahwa perawat masih
pendidikan sarjana keperawatan (S1) masuk
kurang mampu dalam berperilaku asertif
pada kategori asertivitas tinggi, dan jenjang
(Poroch & McIntosh, 1995).
pendidikan
perilaku
asertif
diploma
keperawatan
(D3)
masuk pada kategori asertivitas sedang. Banyak faktor yang memungkinkan kurang
Dari hasil ini dapat dilihat bahwa faktor
asertifnya perawat, selain faktor-faktor
tingkat pendidikan dan kompetensi perawat
demografik/internal perawat (usia, jenis
merupakan salah satu faktor yang juga turut
kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman
mempengaruhi kemampuan asertif perwat.
kerja, harga diri, tipe kepribadian, dan kebudayaan), ada juga faktor lain yakni
Hal-hal tersebut sejalan dengan beberapa
faktor ekstrenal. Faktor eksternal yang bisa
penelitian dan teori yang menyebutkan
mempengaruhi kemampuan asertif perawat
bahwa
antara lain adanya pandangan lama bahwa
berperan dalam mempengaruhi asertivitas
perawat merupakan asisten dokter, sistem
perawat, yakni dalam penelitian Ekundayo
kerja yang kurang mendukung, ataupun
(2010) dan McCabe (2006) dan teori
kebiasaan-kebiasaan
Rathus dan Nevid (1983).
diantara
sesama
faktor-faktor
demografi
turut
perawat. Selain faktor-faktor internal, faktor-faktor Peneliti
telah
penelaahan
eksternal juga mempengaruhi yaitu suatu
terhadap hasil penelitian terutama terhadap
kondisi yang ada di rumah sakit. Salah
unsur
Didapatkan
satunya adalah pandangan lama bahwa
bahwa perawat-perawat yang memiliki
perawat adalah asisten dokter. Pandangan
masa kerja pada rentang 11-20 tahun
lama tersebut bisa dikarenakan suatu
memiliki tingkat asertivitas yang lebih
kondisi yang terdapat di rumah sakit, yakni
tinggi dibanding perawat-perawat dengan
masih adanya ketergantungan bawahan
demografi
melakukan
perawat.
8
kepada
atasan.
Yaitu,
perawat
masih
perawat,
perlu
diadakan
sistem
bersifat reaktor daripada inisiator (Keller
pembelajaran yang di dalamnya terdapat
dalam La Monica, 1998). Hal ini bisa
suatu
disebabkan oleh karena belum diadakannya
asertif. Sebagai contoh, yaitu penerapan
suatu
proses pembelajaran yang berpusat pada
forum
terbuka/diskusi
diantara
sesama perawat di ruangan masing-masing,
upaya
peningkatan
kemampuan
peserta didik (student-centered learning).
yang dimana dari forum diskusi tersebut setiap orang dituntut untuk berinisiatif
Dengan sering mempraktikkan perilaku
mengeluarkan pendapat-pendapatnya dan
asertif dalam pekerjaan perawat, maupun
sekaligus juga untuk berpartisipasi dalam
bagi
pengambilan keputusan.
pendidikan,
maka akan terwujud suatu
komunikasi
yang
calon-calon
perawat
terbuka
di
institusi
dan
suatu
Dengan diadakannya diskusi di dalam
hubungan antar-pribadi yang efektif (La
forum, kemampuan asertivitas perawat akan
Monica, 1998), yang dimana komunikasi
semakin meningkat sesuai dengan tuntutan
yang terbuka merupakan suatu poin penting
untuk adanya usulan-usulan dari perawat.
yang berkontribusi terhadap pelaksanaan
Selain diskusi, hal lain yang menjadi
kolaborasi
pendukung asertivitas adalah peer culture,
Gardner, 2005). Dan kolaborasi yang
yang dimana memiliki pengertian bahwa
terlaksana dengan baik, akan meningkatkan
adanya kebudayaan/kebiasaan yang unik di
status kesehatan klien secara optimal.
dalam
setiap
unit
dapat
(Baggs
&
Schmitt
dalam
menunjang
kemampuan asertivitas sesama perawat.
KESIMPULAN Dengan hasil penelitian yang menunjukkan
Selain rumah sakit, institusi pendidikan pun
hampir seluruh perawat sudah tergolong
berperan penting dalam hal ini. Menurut
baik dalam asertivitas, dapat disimpulkan
pendapat
bahwa
Evans
dalam
Gruendermann
pelaksanaan
asertivitas
sudah
(2006), kurang asertifnya perawat bisa
berjalan baik, namun belum optimal.
dikarenakan proses sosialisasi tradisional di
Untuk itu diperlukan upaya dari segenap
sekolah keperawatan, yakni dianjurkan
pihak, baik rumah sakit, intitusi pendidikan,
untuk patuh yang ditekankan pada “rasa
maupun
hormat dan komunikasi tidak langsung”.
meningkatkan
perawat-perawat kemampuan
dalam segala bidang. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan
asertif
para
calon-calon
untuk asertivitas
9
DAFTAR PUSTAKA Ekundayo, S. (2010) .Gender, Marital Status and Religious Affiliation as Factors of Assertiveness among Nigerian Education Majors. The social sciences. Volume 5 Issue 6 Page 467-470. Available at: http://docsdrive.com/pdfs/medwelljournals/sscience/2010/467-470.pdf (diakses tanggal 11 maret 2011). Gardner, D.B. (2005) . Ten Lessons in Collaboration. The Online Journal of Issues in Nursing. Vol. 10 No. 1. Available at: http://www.nursingworld.org (diakses tanggal 20 Februari 2011). Gruendemann, B.J., & Fernsebner, B.( 2006) .Buku Ajar Keperawatan Perioperatif. Jakarta: EGC. Johnson, S.L. (2004) . Therapist’s Guide To Clinical Intervention: The 1-2-3’s of Treatment Planning 2nd Ed. San Diego: Elsevier. La Monica, E. (1998) . Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. Jakarta: EGC. Lindeke, L.L., & Sieckert, A. M. (2005) . Nurse-Physician Workplace Collaboration. The Online Journal of Issues in Nursing. Vol. 10 No. 1, Manuscript 4. Available at: http://www.nursingworld.org (diakses tanggal 25 Februari 2011). McCabe, C., & Timmins, F. (2006) . How Nurse Managers Let Down Staff. Article from: Nursing Management (Harrow). Available at: http://business.highbeam.com/. (Diakses tanggal 8 maret 2011). McKay, M et al. (2009) . Messages: The Communication Skills Book 3rd Ed. Oakland: New Harbinger Publications. Notoatmodjo, S. (2010) . Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Poroch D, & McIntosh W. (1995) . Barriers to assertive skills in nurses. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9086937 (diakses tanggal 15 Juni 2011) Potter, P. A. & Perry, A.G. (2005) . Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC. Rathus, S. A., dan Nevid, J., S. (1983) . Adjusment and Growth: The Challenges of Life (2nded). New York: CBS College Publishing
10
Sudarma, M. (2008) . Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Timby, B. K. (2009) . Fundamental Nursing Skills and Concepts 9th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Whitehead, D. K. et al. (2007) . Essentials of Nursing Leadership and Management 4th Ed. Philadelphia: FA Davis Company