Telangkai Bahasa dan Sastra, April 2014, 59-70 Copyright ©2014, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266
Tahun ke-8, No 1
TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF DALAM DIALOG FILM ―ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI‖ KARYA DEDDY MIZWAR Dina Mariana br Tarigan
[email protected]
Abstract This paper is entitled “Directive and expressive speech acts in the film dialogue Alangkah Lucunya (Negeri Ini) by Deddy Mizwar”. The application of pragmatic approach to analyze the directive and expressive speech act of this dialogue movie dialogue. The source data that had been recorded for the analysis film dialogue and the data was the spoken text uttered by Deddy Mizwar. This paper used the descriptive qualitative method for analyzing the data. This study aims at (1) describing forms of directive speech acts in dialogue movie Alangkah Lucunya (Negeri Ini) (2) describing the forms of expressive speech acts found in the the text of the movie dialogue of Deddy Mizwar. Directive speech acts contained in the film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) are invited. While the expressive speech acts contained in the film is expressed thanks and said an apology. Key words: Directive and expressive speech act in movie dialogue
PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi film Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, namun apresiasi penontonnya merosot jauh, tidak sebanding dengan jumlah film Indonesia yang tayang secara nasional di bioskop-bioskop. Banyak hal yang bisa menyebabkan menurunnya apresiasi penonton di antaranya adalah penurunan mutu produk film Indonesia dan tema film Indonesia yang nyaris seragam, sehingga film Indonesia terlanjur mendapat stigma buruk dari sebagian penonton film Indonesia. Misalnya film Indonesia sekarang ini masih banyak yang menjual film dengan tema seksualitas dan tema sensasi ketakutan yang berlebihan, contohnya saja film horor. Film yang seperti ini hanya untuk mendongkrak popularitas dengan tujuan utama ingin meraup keuntungan saja tanpa memperhatikan kualitas dari film tersebut. Tetapi tidak sedikit pula film Indonesia yang mempunyai kualitas yang baik, para pembuat film berusaha menyuguhkan sesuatu yang bersifat mendidik, mengajarkan sesuatu melalui cerita, perwatakan, sikap, dan dialog, sehingga apresiasi masyarakat pun semakin tinggi. Di samping itu, film memiliki kelebihan bila dibanding dengan karya seni lainnya. Selain bersifat audio juga ada aspek visual, sehingga masyarakat bisa mendengar sekaligus melihat wajah dan ekspresi peran yang 59
Dina Mariana Br Tarigan
ditampilkan. Film juga merupakan media komunikasi massa yang memiliki pengaruh sangat besar dalam memberikan hiburan, edukasi, serta dapat mempengaruhi masyarakat. Sumber Data penelitian diambil dari film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) karya Deddy Mizwar yang menyentil negeri ini. Hal yang diangkat dalam film ini adalah tentang kenyataan sosial, mulai masalah pengangguran hingga tindakan sewenangwenang Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) terhadap anak-anak jalanan. Bahwa pentingnya film yang bersifat mendidik tanpa meninggalkan sisi hiburannya, menampilkan budaya asli Indonesia, dan membangkitkan rasa nasionalisme bangsa, untuk mengubah kondisi bangsa Indonesia sekarang ini untuk menjadi lebih baik pada masa yang akan datang. Makalah ini dikaji dengan tinjauan pragmatik dengan alasan, bahwa segi kebahasaan yang terdapat dalam dialog film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) banyak muncul keterkaitan bahasa dengan unsur-unsur eksternalnya yang menjadi ciri khas dari ilmu pragmatik. Dialog-dialog pada film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) difokuskan pada tindak tutur direktif dan ekspresif dengan menggunakan ilmu kajian pragmatik sebagai ilmu untuk meneliti makna tuturan yang dikaitkan dengan konteks. Dengan kata lain, kajian tindak tutur direktif dan ekspresif dalam dialog film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) merupakan pendekatan yang tepat karena sebagian besar dialog dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) merupakan tindak tutur direktif dan ekpresif. Berdasarkan uraian di atas yang menjadi masalah dalam makalah ini adalah ―Bagaimana bentuk tindak tutur direktif dan tindak tutur ekspresif dalam dialog film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) karya Deddy Mizwar?‖ Pembatasan ini membatasi ruang lingkup permasalahan, dengan tujuan agar makalah ini jelas dan tegas dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Ruang lingkup makalah ini terbatas pada masalah tindak tutur direktif dan ekspresif dalam dialog film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) dengan menggunakan pendekatan ilmu pragmatik. TINJAUAN PUSTAKA Tindak tutur direktif dan ekspresif Seperti yang dikatakan oleh Searle dalam bukunya yang berjudul Speech Acts : An Easy in the Philosophy of Language (dalam F.X. Nadar, 2009:12) bahwa tindak tutur direktif adalah usaha si penutur untuk meminta si pendengar melakukan sesuatu hal. Hal tersebut dapat berupa ―usaha‖ seperti ajakan atau saran untuk melakukan sesuatu hal, bahkan usaha yang lebih keras misalnya bersikeras agar orang lain melakukan apa yang anda mau. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini antara lain mengajak, menyuruh, menasihati, menyarankan, melarang, mendesak, meminta, memohon, memerintah, menentang, dan sebagainya. Sedangkan tindak tutur ekspresif adalah mengekspresikan kondisi psikologis tertentu ke dalam kebenaran mengenai keadaan suatu hal yang disebutkan dalam ide yang dikemukakan. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tuturan ekspresif ini antara lain tuturan memuji, mengucapkan terima kasih, mengungkapkan permohonan maaf, senang, mengeritik, mengeluh, menyalahkan, mengucapkan selamat, mengungkapkan rasa takut, mengungkapkan rasa marah, mengungkapkan rasa kaget atau terkejut, mengungkapkan rasa senang, kesal, menyanjung, dan sebagainya. Dialog atau polilog yang terjadi dalam masyarakat bukan hanya sekedar pertukaran informasi. Melakukan dialog atau polilog bertujuan lebih dari memberikan
60
Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014
informasi pada mitra tuturnya. Untuk tujuan itu, para peserta dialog atau polilog harus menyadari tugas mereka dalam mengembangkan dialog atau polilog. Menafsirkan dan memahami ujaran peserta lain merupakan contoh tugas peserta dialog atau polilog dalam mengembangkan dialog atau polilog. Bagi peserta yang berbicara, tugas utamanya adalah menciptakan ujaran agar mudah ditafsirkan dan mudah dipahami. Film disebutkan sebagai lakon (cerita).
Sinopsis Alangkah Lucunya (Negeri Ini) Alangkah Lucunya (Negeri Ini) merupakan sebuah judul film karya Deddy Mizwar yang dibuat khusus untuk menyentil negeri ini. Hal yang diangkat dalam film ini adalah tentang kenyataan sosial. Mulai dari masalah pengangguran hingga tindakan sewenangwenang Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) terhadap anak-anak jalanan. Sudah hampir dua tahun Muluk lulus S1, tetapi belum juga mendapat pekerjaan. Ia selalu mencoba melamar pekerjaan, namun selalu gagal. Akhirnya ia bertemu dengan pencopet bernama Komet dengan tidak disangka-sangka membuka peluang pekerjaan bagi Muluk. Komet membawa Muluk ke markasnya, lalu memperkenalkannya kepada bosnya bernama Jarot. Muluk terkejut karena di markas itu berkumpul anak-anak seusia Komet yang pekerjaannya adalah mencopet. Muluk mempunyai rencana untuk menawarkan suatu kerjasama kepada Jarot. Ia meyakinkan Jarot bahwa ia dapat mengelola keuangan mereka dan meminta imbalan sebesar sepuluh persen dari hasil mencopet anak-anak termasuk biaya mendidik mereka. Usaha yang dikelola Muluk berubah dan berhasil, uang yang dikelola Muluk semakin besar jumlahnya dari hasil mencopet anak-anak. Namun di hati kecil Muluk tergerak niat untuk mengarahkan para pencopet agar mau mengubah profesi mereka dari seorang pencopet menjadi tukang asongan. Muluk ingin anak-anak yang berprofesi pencopet berubah menjadi anak-anak yang berprilaku baik dan berpendidikan, yang mau bersekolah layaknya anak-anak pada umumnya. Akhirnya Muluk meminta bantuan kedua rekannya yang juga adalah sarjana, Muluk membagi tugas kepada mereka untuk mengajarkan agama, budi pekerti, dan kewarganegaraan. Teori Pragmatik Landasan teori Pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa mempelajari komunikasi untuk memberikan gambaran umum tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations) sebagai bahan pembahasan analisis penelitian. Levinson (dalam F.X. Nadar, 2009:4) menyatakan bahwa “pragmatics is the study of those relations between language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of language”. Kajian pragmatik merupakan kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatikalisasi atau terkodifikasi dalam struktur bahasa. pragmatik adalah sebuah analisis bahasa tidak dapat terlepas dari konteksnya karena telah tergramatikalisasi dan terkodifikasi dalam sebuah bahasa.
61
Dina Mariana Br Tarigan
Aspek Situasi Tutur Pragmatik adalah ilmu yang memerlukan konteks atau situasi, karena tanpa adanya situasi maka kita tidak dapat menafsirkan maksud dari tuturan yang diujarkan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam hal ini Leech (dalam edisi terjemahan M.D.D. Oka, 1993:19-20) membedakan fenomena ilmu pragmatik dengan ilmu lainnya, yaitu menggunakan salah satu dari beberapa aspek situasi ujar berikut ini. a) Adanya penyapa (penutur) dan pesapa (mitra tutur). Percakapan dilakukan oleh penutur dan mitra tutur yang berkomunikasi satu sama lain. Penutur mengujarkan tuturannya kepada mitra tutur, kemudian tuturan atau isi pesan yang terdapat dalam tuturan itu ditangkap oleh mitra tutur. Maka mitra tutur harus mampu menafsirkan maksud dari tuturan yang diujarkan oleh penutur. b) Konteks tuturan. Konteks merupakan aspek yang bergayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Konteks juga merupakan suatu pengetahuan latar belakang yang sama, yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur, dan membantu mitra tutur menafsirkan makna tuturan. c) Tujuan sebuah tuturan. Sebuah tuturan memiliki tujuan tertentu untuk mendapatkan kesepakatan antara penutur dan mitra tutur. Hal tersebut tentu saja memerlukan latar belakang atau pengetahuan yang sama, yang dimiliki antara si penutur dan mitra tutur dengan menggunakan kerja sama antara penutur dengan mitra tutur untuk mencapai kesepakatan bersama. Tujuannya sendiri dapat berarti sebuah maksud, karena dalam ilmu pragmatik satu tuturan berarti mempunyai berbagai maksud, dan satu maksud dapat diujarkan melalui berbagai tuturan. d) Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan tindak ujar. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan yang berkaitan dengan maksud ilokusi, yaitu saying something doing something. Dalam hal ini sebuah tuturan yang diujarkan oleh penutur menimbulkan suatu tindakan dari mitra tutur atau pendengar. Seperti dikatakan oleh Leech (dalam edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:20) bahwa pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau performasi-performasi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. e) Tuturan sebagai produk tindak verbal. Produk tindak verbal sama halnya seperti tindakan atau kegiatan tindak ujar. Maka tuturan pun dapat digunakan dalam pengertian lain, yaitu sebagai produk suatu tindak verbal. Tindak tutur Teori tindak tutur sendiri (speech acts) berawal dari ceramah yang disampaikan oleh filsuf berkebangsaan Inggris yaitu John L. Austin, pada tahun 1955 di Universitas Harvard, yang kemudian diterbitkan pada tahun 1962 dengan judul How To Do Things With Word (dalam F.X. Nadar, 2009:11). Dalam bukunya How To Do Things With Words, Austin membedakan tuturan yang kalimatnya bermodus deklaratif menjadi dua yaitu konstatif dan performatif. Tindak tutur konstatif adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang kebenarannya dapat diuji benar atau salah dengan menggunakan pengetahuan tentang dunia. Sedangkan tindak tutur performatif adalah tindak tutur yang pengutaraannya digunakan untuk melakukan sesuatu, pemakai bahasa tidak dapat mengatakan bahwa tuturan itu salah atau benar tetapi sahih atau tidak. Berdasarkan ilmu pragmatik ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur yaitu (1) tindak tutur lokusi, (2) tindak tutur ilokusi, dan (3) tindak tutur perlokusi.
62
Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014
Ketiga jenis tindak tutur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Tindak lokusi adalah makna dasar dan referensi dari ucapan itu (Austin dalam Siregar, 1997:38). 2) Tindak ilokusi adalah daya yang ditimbulkan oleh pemakaiannya sebagai suatu perintah, ejekan, keluhan, pujian, dan sebagainya (Austin dalam Siregar, 1997:38). 3) Tindak perlokusi adalah hasil dari suatu ucapan adalah hasil dari apa yang diucapkan pada pendengarnya (Austin dalam Siregar, 1997:38). Apabila Austin membagi tuturan berdasarkan jenisnya menjadi tiga jenis, yaitu tuturan lokusi, ilokusi, dan perlokusi, maka Searle mengembangkan berdasarkan kategorinya menjadi lima. Ia membagi tindak tutur ilokusi mejadi lima kategori yaitu: a) Asertif adalah tindak tutur asertif untuk melibatkan si penutur ke dalam suatu pokok pembicaraan. Semua yang terlibat dalam tindak tutur asertif dapat dinilai pada penilaian yang menggunakan asas ―benar‖ dan ―salah‖. Oleh sebab itu, cara yang sederhana untuk mengenali tindak tutur asertif ini adalah dengan pertanyaan apakah anda dapat secara harafiah menggolongkannya sebagai sesuatu yang ―benar‖ atau ―salah‖. Inti atau maksud dari definisi Searle tersebut adalah tuturan asertif merupakan tuturan yang diyakini benar oleh penutur, dapat dipertanggungjawabkan sesuai fakta dan kenyataannya. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini antara lain tuturan yang menyatakan, menuntut, mengakui, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, berspekulasi, dan sebagainya. b) Direktif adalah tindak tutur sebagai usaha si penutur untuk meminta si pendengar melakukan sesuatu. Hal tersebut dapat berupa ―usaha‖ seperti ajakan atau saran untuk melakukan sesuatu hal, bahkan usaha yang lebih keras misalnya bersikeras agar orang lain melakukan apa yang anda mau. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini antara lain mengajak, menyuruh, menasihati, menyarankan, melarang, mendesak, meminta, memohon, memerintah, menentang, dan sebagainya. c) Ekspresif/Evaluatif mengekspresikan kondisi psikologis tertentu ke dalam kebenaran mengenai keadaan suatu hal yang disebutkan dalam ide yang dikemukakan. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tuturan ekspresif ini antara lain tuturan memuji, mengucapkan terima kasih, mengeritik, mengeluh, menyalahkan, kesal, mengucapkan selamat, menyatakan rasa takut, marah, terkejut atau kaget dan menyanjung. d) Komisif adalah tindak ilokusioner untuk melibatkan si penutur ke dalam suatu tindakan yang akan dilakukan, pada masa yang akan datang. Ide yang ingin dikemukakan adalah bahwa si penutur akan melakukan suatu tindakan. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tuturan ini antara lain tuturan berjanji, bersumpah, mengancam, dan menyatakan kesanggupan. e) Deklarasi adalah tuturan yang mengungkapkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas. Isi pernyataan dari tuturan deklarasi ini dapat mengubah status seseorang, atau dengan kata lain tuturan deklarasi dapat mengubah dunia. Deklarasi berhubungan dengan institusi atau lembaga tertentu, yang berarti bahwa yang berhak menyatakan tuturan secara deklarasi adalah orang yang berwenang dalam institusi atau lembaga tertentu. Selain itu deklarasi juga dapat dilakukan oleh orang yang mempunyai kekuasaan yang kuat, misalnya tuan kepada pelayan, atasan kepada pegawai, presiden kepada menteri, dan sebagainya. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis ini misalnya berupa tuturan dengan maksud mengesahkan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, mengabulkan, dan sebagainya.
63
Dina Mariana Br Tarigan
Kajian Terdahulu Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber yang relevan untuk ditinjau dalam makalah ini, adapun sumber tersebut adalah sebagai berikut. Reza Pahlevi Ginting (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Tindak Tutur dalam Dialog Film Perempuan Punya Cerita”, Universitas Sumatera Utara, menyatakan bahwa dari hasil analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi banyak terdapat dalam dialog film Perempuan Punya Cerita. Tindak lokusi adalah bentuk tindak tutur yang paling banyak ditemukan dalam dialog tersebut. Selanjutnya, bentuk tindak tutur yang lebih sedikit ditemukan dalam dialog film tersebut adalah tindak ilokusi dan perlokusi. Mariati Salami (2008) dalam skripsinya yang berjudul “Karakteristik Tindak Tutur Ilokusi Dialog film Ada Apa dengan Cinta? karya Jujur Prananto‖, Universitas Muhammadiyah, menyatakan penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik tindak tutur ilokusi dialog film. Hal ini ditinjau dari wujud tindak tutur ilokusi, fungsi tindak tutur ilokusi dan modus tindak tutur ilokusi. Hasil penelitian ini adalah wujud tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam film Ada Apa dengan Cinta meliputi kalimat deklaratif, kalimat interogatif, dan kalimat perintah. Dari beberapa studi terdahulu di atas, dapat diketahui bahwa penelitian dialog film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) belum pernah diteliti. Selain itu dari beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan dalam tinjauan sebelumnya, penulis membuat analisis lebih fokus yang hanya mengambil dua jenis tindak tutur, yaitu mengenai jenis tindak tutur direktif dan ekspresif. METODE PENELITIAN Data dan Sumber Data Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan alam yang harus dicari dan disediakan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti (Sudaryanto, 1993:3). Adapun data dalam penelitian ini adalah tuturan-tuturan yang mengandung jenis tindak tutur direktif dan ekspresif pada dialog film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) karya Deddy Mizwar yang ditayangkan di bioskop Indonesia pada bulan Juni 2010. Sumber data adalah asal dari data penelitian itu diperoleh. Dari sumber itu penulis memperoleh data yang diinginkan. Data sebagai objek penelitian secara umum adalah informasi atau bahasa yang disediakan oleh alam yang dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti (Sudaryanto, 1993:34). Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah dialog atau percakapan yang dilakukan oleh aktor maupun aktris yang ada dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini). Untuk memperoleh data, penulis melakukan pencatatan dialog atau percakapan film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) yang ditayangkan dalam bentuk piringan DVD. DVD adalah sejenis cakram optik yang dapat digunakan untuk menyimpan data termasuk film dengan kualitas video dan audio yang baik. DVD pada awalnya singkatan dari Digital Video Disc, tetapi beberapa pihak menyebutkan Digital Versatile Disc. Sebenarnya nama resminya adalah ―DVD‖ saja dan huruf-huruf tersebut secara resmi bukan singkatan dari apapun (www.wikipedia.com).
64
Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014
Metode dan Teknik Analisis Data Setelah data diperoleh, selanjutnya peneliti menganalisis data. Pekerjaan analisis data mempunyai pengertian mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan mengategorikannya (Lexi J. Moloeng, 1998:103). Langkah analisis data ini adalah langkah terpenting untuk mendapatkan jawaban dari masalah yang ingin dipecahkan. Metode yang digunakan penulis dalam analisis data pada penelitian ini adalah digunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian secara holistik, dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Lexi J. Moloeng, 1998:3). Maka dalam penelitian ini, penulis mencatat dengan teliti dan cermat data-data yang berwujud tuturan yang terdapat pada dialog film Alangkah Lucunya (Negeri Ini). Dengan demikian hasil analisisnya akan berbentuk deskripsi fenomena tindak tutur direktif dan ekspresif yang terdapat pada dialog film Alangkah Lucunya (Negeri Ini). Bentuk tindak tutur ekspresif yang menggunakan metode tersebut adalah sebagai berikut: Konteks tuturan Percakapan terjadi antara Muluk dan Jarot. Percakapan terjadi di markas. Saat itu Muluk meminta izin kepada Jarot sebagai ketua copet. Ia mengundurkan diri bersama kedua rekannya untuk tidak melanjutkan lagi kerjasamanya yang telah disetujui antara Muluk dan Jarot. Bentuk tuturan: Muluk : Terima kasih sudah memberi kami kesempatan dan sekarang sudah saatnya kami melakukan hal yang lain. Jarot
: Saya yang terima kasih Abang sudah mau berusaha.
Muluk : Ini motor, ini surat-suratnya, ini buku tabungan ada dua puluh satu juta dua ratus. Ini kartu ATM, pinnya ada di situ. Di markas ada enam kotak asongan, Komet yang jaga.(45/ALNI) Keterangan: 45
: Nomor urutan data
ALNI : Alangkah Lucunya (Negeri Ini) Tindak tutur ekspresif yang menunjukkan tuturan berterima kasih dalam contoh data dituturkan Muluk kepada Jarot yang ditandai dengan verba terima kasih. Tuturan berterima kasih yang diucapkan oleh Muluk kepada Jarot dalam percakapan di atas terletak pada tuturan Muluk yang mengatakan terima kasih sudah memberi kami kesempatan dan tuturan saya yang terima kasih Abang sudah mau berusaha yang diucapkan oleh Jarot kepada Muluk yang ditandai dengan penanda lingual terima kasih. Kalimat terima kasih sudah memberi kami kesempatan dan saya yang terima kasih Abang sudah mau berusaha dalam contoh data di atas merupakan penanda lingual tindak tutur ekspresif yang mengucapkan terima kasih. Faktor yang mendukung bahwa tuturan di atas merupakan tindak tutur ekspresif terima aksih adalah frasa terima kasih yang dituturkan oleh penutur.
65
Dina Mariana Br Tarigan
HASIL DAN PEMBAHASAN Bentuk Tindak Tutur Direktif dalam dialog film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) Seperti yang dikatakan oleh Searle dalam bukunya yang berjudul Speech Acts : An Easy in the Philosophy of Language (dalam F.X. Nadar, 2009:12) bahwa tindak tutur direktif adalah usaha si penutur untuk meminta si pendengar melakukan sesuatu hal. Hal tersebut dapat berupa ―usaha‖ seperti ajakan atau saran untuk melakukan sesuatu hal, bahkan usaha yang lebih keras misalnya bersikeras agar orang lain melakukan apa yang anda mau. Pada penelitian tindak tutur direktif dalam dialog film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) ditemukan tindak tutur direktif, yaitu mengajak dan mempersilahkan 1) Mengajak Mengajak berarti (menyilakan, menyuruh, dan sebagainya) supaya turut. (KBBI, 2008:23). Jadi, yang dimaksud tindak tutur direktif mengajak adalah suatu tindak pertuturan yang menginginkan mitra tutur untuk bersama-sama melakukan sesuatu. Data yang menunjukkan tindak tutur direktif ―mengajak‖ dapat dilihat pada data berikut Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Komet dan Muluk. Komet mengajak Muluk ke markasnya untuk berjumpa dengan Jarot, ketua copet. Bentuk tuturan: Komet : Bang saya dan teman-teman tinggal di sini. (sambil menunjuk ke arah rumah tua) Ayo masuk! Muluk : Oh, ya. (sambil berjalan bersama Komet menuju rumah tua) Tindak tutur direktif mengajak dalam data (1) dituturkan oleh Komet kepada Muluk. Komet mengajak Muluk masuk ke rumah tua yang menjadi tempat Komet dan teman-temannya bekerja sebagai pencopet. Komet mengajak Muluk masuk ke rumah tempat perkumpulan itu dengan menuturkan ayo masuk sebagai ungkapan ajakannya. Tuturan ayo masuk merupakan penanda lingual tindak tutur direktif mengajak yang ditandai dengan kata ayo. 2) Mempersilakan Konteks tuturan: Percakapan terjadi di warteg, tempat makan. Saat itu hujan deras turun, lalu Muluk singgah di warteg untuk makan. Tanpa disengaja Muluk bertemu dengan anak yang bekerja sebagai pencopet yang pernah ia tangkap bernama Komet yang sedang makan juga di warteg yang sama dengan Muluk. Bentuk tuturan: Penjual : Silakan mas. (mempersilahkan Muluk untuk duduk dan memesan) Komet : Eh, Bang pesan aja nanti saya yang bayar. Penjual : Ia mas mau pesan apa? Muluk : Em, saya mau makan pake kangkung sama tempe aja Bu.
66
Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014
Komet
: Tambah opor ayam buat abang ini. (sambil menunjuk Muluk) : gak gak usah Bu. : Loh, kenapa? Ndak papa. : Telur asin mau gak Bang?
Muluk Penjual Komet
(9/ALNI)
Tindak tutur direktif mempersilakan yang terdapat dalam data (6) dituturkan oleh penjual kepada Muluk yang hendak makan di wartegnya. Ketika Muluk tiba di warteg itu, Muluk disambut oleh penjual, ia mempersilahkan Muluk untuk memesan makanan dengan menuturkan tuturan silakan mas. Tuturan silakan mas dalam data (6) diatas merupakan penanda lingual tindak tutur direktif mempersilakan yang ditandai dengan kata silakan. Tindak tutur direktif mempersilakan yang dituturkan oleh penjual kepada Muluk karena penjual ingin agar Muluk memesan makanan sesuai dengan seleranya Muluk dan segera disediakan oleh penjualnya. Bentuk tindak tutur ekspresif dalam dialog film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) Tindak tutur ekspresif adalah mengekspresikan kondisi psikologis tertentu ke dalam kebenaran mengenai keadaan suatu hal yang disebutkan dalm ide yang dikemukakan. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tuturan ekspresif ini antara lain tuturan memuji, mengucapkan terima kasih, mengeritik, mengeluh, menyalahkan, mengucapkan selamat, menyatakan rasa takut, marah, terkejut atau kaget dan menyanjung (dalam F.X. Nadar, 2009:12). Berdasarkan analisis data, dalam dialog film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) ditemukan tindak tutur ekspresif meliputi tindak tutur mengucapkan terima kasih dan meminta maaf. Berikut uraian data tindak tutur ekspresif tersebut.
1) Berterima kasih Berterima kasih adalah melahirkan rasa syukur atau membalas budi setelah menerima kebaikan (KBBI, 2008:1692). Tindak tutur berterima kasih dilakukan oleh penutur kepada mitra tutur karena penutur merasa mendapatkan suatu kebaikan dari mitra tutur. Data yang menunjukkan tindak tutur ekspresif berterima kasih dapat dilihat pada data berikut. Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Muluk dan pegawai bank. Percakapan terjadi di bank, ketika Muluk hendak menyetor uang hasil dari copet anak-anak. Saat itu pegawai bank menyuruh Muluk untuk mengecek kembali uang yang sudah disetor Muluk. Bentuk tuturan: Muluk : Udah Mbak.
67
Dina Mariana Br Tarigan
Pegawai bank : Terima kasih Pak Muluk. Assalamualaikum. (21/ALNI) Tindak tutur ekspresif yang menunjukkan tuturan berterima kasih dalam data (41) dituturkan oleh pegawai bank kepada Muluk yang ditandai dengan kata terima kasih pak Muluk. Tuturan berterima kasih yang diucapkan oleh pegawai bank kepada Muluk dalam percakapan di atas terletak pada tuturan pegawai bank yang mengatakan terima kasih pak Muluk. Kalimat terima kasih pak Muluk dalam data (41) diatas merupakan penanda lingual tindak tutur ekspresif mengucapkan terima kasih. Tuturan ekspresif berterima kasih dalam data (41) adalah tuturan yang menggunakan tindak tutur berterima kasih. Tujuan tindak tutur berterima kasih yang dituturkan oleh pegawai bank (penutur) karena ia merasa senang karena Muluk sudah mengecek uang yang sudah di transfer olehnya sesuai dengan perintahnya, sehingga pegawai bank tersebut menuturkan tuturan terima kasih pak Muluk. 2) Meminta maaf Meminta maaf adalah ungkapan permintaan maaf atau penyesalan kepada orang lain dan mengharap agar diberi maaf (dimaafkan) (KBBI, 2008:1029). Jadi tindak tutur meminta maaf adalah tindak pertuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur melalui katakata maaf dengan tujuan untuk meminta maaf. Adapun data yang menunjukkan tindak tutur ekspresif meminta maaf dapat dilihat pada data berikut. Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Boy, Samsul, Muluk, dan Jarot. Percakapan terjadi di markas. Saat itu Samsul menjelaskan tentang pentingnya pendidikan kepada anak-anak. Bentuk tuturan: Boy : Orang berpendidikan cara nyopetnya gimana? Samsul : Ya, ya, mereka gak nyopet, kerja, jadi pegawai, jadi dokter, jadi pilot, jadi. (tiba-tiba percakapan terputus) Muluk : Sul, kita harus jujur. Oke begini, orang yang berpendidikan ada juga yang nyopet tapi mereka gak nyopet dari dompet yang isinya terbatas, mereka nyopet dari lemari, dari brankas, dari bank. Boy : Kita mau bang. Anak-anak : Iya Bang kita mau. : Ia mau Bang. Samsul : Oke, oke, orang yang berpendidikan yang nyopet itu tidak disebut pencopet tapi koruptor. Anak-anak : Ia Bang, kita mau jadi koruptor. Hidup koruptor Hidup. (anak-anak bersorak)
68
Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014
Jarot Samsul Jarot
: Eh, bedil koruptor itu sekolah makanya kalau pengen jadi koruptor harus sekolah. : Em, bos.Maaf bos. : Ia, terusin. (26/ALNI)
Tindak tutur ekspresif meminta maaf yang terdapat dalam data (46) dituturkan oleh Samsul kepada Jarot. Samsul menuturkan Maaf bos ketika Jarot tiba-tiba berbicara saat Samsul sedang menjelaskan tentang pentingnya pendidikan kepada anak-anak. Kata maaf pada tuturan tersebut merupakan penanda lingual tindak tutur ekspresif meminta maaf yang ditandai dengan kata maaf. Tuturan tindak tutur ekspresif meminta maaf tersebut adalah ungkapan permintaan maaf dan bentuk sikap sopan santun dari penutur kepada mitra tuturnya karena tiba-tiba saja Jarot muncul dan berbicara kepada anak-anak sehingga pembicaraan Samsul sebelumnya terputus karena kedatangan Jarot. Tindak tutur ekspresif yang dituturkan oleh Samsul kepada Jarot terjadi karena perasaan tidak enak Samsul yang menjelaskan tentang pendidikan yang pada zaman sekarang disalahgunakan oleh orang-orang yang berpendidikan yaitu melakukan korupsi di negara Indonesia saat ini.
SIMPULAN Dalam hal ini dapat disimpulkan tiga hal yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Bahwa yang pertama adalah bentuk tindak tutur direktif dalam dialog film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) yaitu mengajak yang berarti meminta (menyilakan, menyuruh, dan sebagainya) supaya turut dan mempersilakan yang berarti menyuruh, mengajak, mengundang dengan hormat Yang kedua adalah bentuk tindak tutur ekspresif dalam dialog film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) terdapat tujuh jenis tindak tutur, antara lain mengucapkan terima kasih berarti melahirkan rasa syukur atau membalas budi setelah menerima kebaikan dan meminta maaf yang berarti ungkapan permintaan maaf atau penyesalan kepada orang lain
DAFTAR PUSTAKA Chaer, A. & Agustina, L., 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta Moloeng, Lexy J. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Nadar. 2009. Pragmatik dan
Penelitian Pragmatik.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Oka, 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia Press
69
Dina Mariana Br Tarigan
Rani, Abdul, dkk. 2004. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing Sudaryanto.1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis.Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Wijana, I Dewa Putu, 1996. Dasar-Dasar Pragmatik.Yogyakarta: Andi Offset
70