TIM PENGELOLA JURNAL MEDIASI PADA FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH IAIN AMBON TAHUN 2014
Penanggung Jawab Dr. Ismail Tuanany, M.M.(Dekan) Redaktur Dr. Hj. Duriana, M.Ag(Wadek I) Penyunting/Editor 1. Prof. Dr. Hafid Cangara 2. Dr. H. Syamsuddin, M. Ag. 3. Dr. H. Sulaiman, M. Si. 4. Dr. Syarifuddin, M. Sos.I. Desain Grafis 1. Drs. Mahdi Malawat, M. Fil. I. 2. Arman Man Arfa, M. Pd. I. Sekretariat 1. Dra. H. Siti Hawa, M. HI. 2. Drs.H. Mochtar Derlauw
DAFTAR ISI
Pola Komunikasi Multikultural Muhammad Hatta di Penjara Syarifudin ..............................................................................................................
1-15
Jurnalis Perempuan: Studi Motivasi Perempuan Memilih Profesi Jurnalis Media Massa di Kota Ambon Sulaeman, Abdul Latif Kelrey .................................................................................. 16-31 Kebermaknaan Salam Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Hakis, Ammy Rila Tuasikal ......................................................................................
32-40
Semiotika Komunikasi (Studi Teks Iklan Visual Kampanye Politik di Kota Ambon) Muhammad Ihwan F. Putuhena, Abdullah Derlean ..............................................
41-53
Hukuman Dan Tekanan Dalam Mempengaruhi Pembelajaran Ishak ...........................................................................................................................
54-65
Problematika Pendidikan di Indonesia Efrizal Nasution .......................................................................................................... 66-75 Komunikasi Antar Pribadi (Studi Penggunaan Alih Kode dan Campur Kode Bahasa Indonesia-Ambon pada Mahasiswa IAIN Ambon) Andi Fitriyani, Zulkifli ..............................................................................................
76-90
Komunikasi Organisasi Media Online (Studi Iklim Komunikasi pada Media Online Tribun-Maluku.Com) Darma, Ajuan Tuhuteru ............................................................................................ 91-103
POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI PENJARA Oleh: Syarifudin1 ABSTRACT This study discusses the multicultural propaganda communication patterns Muhammad Hatta in jail first vice president Mohammad Hatta, who exiled the Netherlands in 1936 in Banda, middle Maluku, Maluku Province. Study is to examine how communication patterns Muhammad Hatta Multicultural propaganda disseminated in Islamic society cultural and transformative. The style is a qualitative research study that examines the historical sites. and in-depth interviews with Muslim leaders in Banda in obtaining data in the field. Based on interviews and observations on the historical sites, this study found that the movement of thought have spread in the community when using patterns of propaganda and multicultural communications. This is done Muhammad Hatta while exiled in Banda are dealing with Islam and Islamic cultural transformative very diverse. Multicultural propaganda communication phase includes setting the agenda in prison designing miniature Homeland by making the names of the village. The name of the village include the village Dwiwarna (as a symbol of Indonesian flag colors), Village Nusantara (as a symbol of the country's territorial Indonesia), Eagle Village (as a symbol of the philosophy of the Republic of Indonesia), the village of Kampung Baru (as a symbol of Indonesia Merdeka), Istanah Mini (as Istanah symbol of the Republic of Indonesia), Village Merdeka (as a symbol that Indonesia will be free for the blessings of God's grace with lofty ideas and help Inayatullah). Keyword: Communication Patterns Propagation, Multicultural, Muhammad Hatta in Banda sehingga proses penyesuaikan cara beragama
A. Pendahuluan Berdakwah di penjara memang tidak
dan
berdakwah
sangat
penting
untuk
mudah apalagi tidak ada fasilitas teknologi
diungkap
komunikasi yang secanggih seperti saat ini.
multikultural Muhammad Hatta di Penjara
Menelaah pergerakan dakwah Muhammad
Banda Neira.
secara
metodologis
dakwah
Hatta di penjara Banda Neira, yang berjumpa
Kedatangan Muhammad Hatta di Banda
dengan komunitas Islam tradisional(kultural)
pada tahun 1936 diduga kuat pergerakannya
dan Islam transformatif cukup signifikan
memiliki
untuk diungkap dalam perspektif dakwah
sesuai
2
multikultural.
ornamen
kompetensi
dakwah keilmuan
multikultural dimana
ia
Muhammad Hatta sebagai
dibesarkan. Dominasi dan kekuatan sosok
tokoh baru dari Digul, Sukamikin menuju
Muhammad Hatta dalam aspek keilmuan
Banda Neira bertemu dengan budaya baru
agama menjadi
Banda. Perjalanan dakwah Muhammad Hatta
1
Dosen Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam pada Fakultas Ushuluddin IAIN Ambon. Email:
[email protected]. 2
tokoh bagi masyarakat di
Syarifudin, Banda sebagai Model Dakwah multikulutral makalah ilmiyah yang dipublis di blogger pada tahun 2013.
di Banda menyimpang banyak cerita yang memilukan akibat perjuangan masyarakat Banda memproteksi dirinya dari berbagai macam intervensi budaya, idiologi, dan
Pola Komunikasi Multikultural Muhammad Hatta di Penjara |1
penguasaan kapitalis dari bangsa Eropa.
mindset Islam kultural dan Islam transformatif
Inilah yang disebut Gardner Murphy sebagai
di Banda.4
pemenuhan
kebutuhan
ekonomi
untuk
Kondisi ini membutuhkan penjelasan
mempertahankan eksistensi manusia agama
untuk mengungkap medan dakwah, materi
juga berperan sebagai pergerakan budaya
dakwah Muhammad Hatta di kepulauan
dakwah multikultural Muhammad Hatta di
rempah-rempah di Banda. Tantangan itu
Banda Neira
secara umum dua aspek yakni tantangan dari
Mencermati berbagai artefak sejarah di Banda
banyak
Muhammad penjelasan
jejak
Hatta untuk
pemikiran yang
dakwah
membutuhkan
mengetahui
aspek internal Muhammad Hatta yang telah dikonstruksi
pemikiran
dakwahnya
dari
proses perjalanan pendidikannya dan dari
bagaimana
aspek eksternal ia berhadapan dengan tradisi
energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta
masyarakat Banda yang sangat kental dengan
dapat beradabtasi dengan energi pemikiran
Islam kultural di Banda. Problematika ini
tradisional, transformatif, dan moderen.3 Ada
membutuhkan penjelasan dari aspek kognitif,
beberapa
afektif, dan behavioral,5 sehingga energi
persoalan
yang
membutuhkan
analisis mendalam dari gagasan pemikiran
pemikiran
dakwah apakah ia membawa pemikiran
melawan imprealisme budaya Eropa di Banda
Muhammad
beradabtasi dengan kondisi Islam kultural dan
Hatta
di
Banda
atau
ia
menyesuaikan gagasan dakwahnya sesuai dengan keadaan masyarakat di Banda. Pergerakan
dakwah
dakwah
Muhammad
Hatta
ritual di tengah masyarakat di Banda. Masalah membutuhkan metode untuk
multikultural
mengungkap metarealitas pergerakan dakwah
Muhammad Hatta di Banda Neira perlu
Muhammad Hatta yang diwariskan pada
diketahui bagaimana proses insiasi dan
masyarakat
Banda
melawan
inovasi pergerakan dakwah Muhammad Hatta
imprealisme
budaya
global
dikomunikasikan
saluran-saluran
kapitalisasi wilayah rempah-rempah di Banda
tertentu di Banda. Hal tersebut lebih jauh
Neira Kabupaten Maluku Tengah Provinsi
dijelaskan bagaimana sebuah energi pikiran
Maluku.6 Kondisi yang sangat krusial ini apa
disebarkan dan di bahasakan sebagai gagasan
metode dakwah Muhammad Hatta dibanda
melalui
baru bagi masyarakat yang dapat merubah
dari
penjajah aspek
4
Zulkifli Suleman, Pemikiran politik Muhammad Hatta: Demokrasi Untuk Indonesia (Cet. II; Jakarta: Buku Kompas), h. 21. 5
3
H. Hamadi B Husain, Mantan Dekan Fakultas Dakwah IAIN Ambon 1997, wawancara oleh Penulis melalui via telpon 12 Agustus 2014. 2 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 1‐15
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Cet. XXII; Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), h. 233. 6
M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-Rempah (Cet. I; Jakarta: Gramedi group, 2008), h. 78.
sehingga ia dapat mengukir prestasi di Penjara/pengasingan
inilah
akan
merujuk pada perspektif Abuddin Nata bahwa
dieksplorasi bagaimana Gagasan Dakwah
Indonesia terdiri dari Islam kultural, Islam
Muhammad
(Studi
transformatif, dan Islam Modernitas.8 Struktur
Pemikirannya Melalui Artefak Sejarah di
masyarakat seperti ini dijelaskan juga dalam
Banda Neira Maluku).
QS Surat Al-Hujurat ayat 13
Hatta
di
yang
Pemetaan sosial keagamaan penulis
Penjara
Rumusan masalah dalam kajian ini yang mengambil
tema
Dakwah
Multikultural
Muhammad Hatta Di Penjara (Studi Artefak Sejarah di Banda Neira Maluku). Akan lebih fokus dalam aspek kredibilitas Mubalig, sebagai sumber energi pemikiran dakwah,
َ َ ُ ٰ َ ۡ َ َ َّ ُ ّ ُّ َ َّ ٰٓ يأيها ٱلاس إِنا خلقنكم مِن َ ٓ َ َ َ ٗ ُ ُ ۡ ُ َٰۡ َ َ َ َٰ َُ َ َ ذك ٖر وأنث وجعلنكم شعوبا وقبائِل ُ َ ۡ َ َّ َ ۡ ُ َ َ ۡ َ َّ ْ ٓ ۚ ُ َ َ َ لِ عارفوا إِن أكرمكم ع ِند ٱ ِ أتق ٰك ۡ ۚم َ ٌ َ َ َّ َّ ١٣ ِٞيم خبِي إِن ٱ عل
konsep dakwah(materi dakwah), dan metode penerapan
dakwah
di
komunitas
multikultural.
B. Pembahasan Definisi dakwah multikultural akar kata dari “kultur” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI
2010)
yang
berarti
7
“kebudayaan”. Sedangkan kata multi berarti jamak sehingga multikultural dapat diartikan
Terjemahnya: 13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.9
sebagai kebudyaan yang majemuk. Dari
Spirit dari pesan ayat ini dapat difahami
pengertian ini dapat dibahasakan bahwa
bahwa Allah swt menyerukan mengenal
dakwah
watak laki-laki dan perempuan, watak antar
multikultural
adalah
kecerdasan
seorang mubalig membahasakan, mengemas,
suku,
dan
masyarakat,
mengkomunikasikan
pesan-pesan
watak dan
komunitas-komunitas adanya
ekosistem
perbaikan sosial demi kemaslahatan umat
ketergantungan antara satu komunitas dengan
manusia
komunitas lain.10 Menghadapi komunitas
melalui
pergerakan
pemikiran
perilaku di tengah masyarakat Islam yang memiliki kemajemukan dari aspek suku, bahasa, dan cara beragama.
8
Abuddin Nata, Peta Pemikiran dan Keragaman Islam di Indoensia (Cet. II; Jakarta: Prenada Media group, 2001), h 22. 9
7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (Cet. I; Jakarta: Balai Bahasa Indonesia, 2010), h. 835
Terjemahan kementerian Agama RI dalam QS Al-Hujurat/49:13 10
Muin Salim, Dosen tafsir Universitas Alauddin Makassar, Artikel Tafsir Sosial Perspektif Al
Pola Komunikasi Multikultural Muhammad Hatta di Penjara |3
seperti ini membutuhkan mubalig yang ahli
pergerakan Dakwah Muhammad Hatta di
dalam
Banda. Konsentrasi kajian ini pada aspek
membahasakan
dan
mengkomunikasikan pesan Al-Quran dan
kredibilitas
Sunnah secara tekstual, kontekstual, dan antar
dakwah,
tekstual sesuai peta sosial dan daya nalar
penerapan dakwah di komunitas multikultural
masyarakat.
yang dipetakan menjadi dua komunitas
Berkaitan dengan perkembangan watak manusia ini Allah swt berfirman dalam QS Al-Isra/17:84.
Mubalig, materi
gagasan
dakwah,
pemikiran
dan
metode
Masyarakat yakni Islam Kultural dan Islam transformatif. Pendekatan dakwah yang digunakan
َ َ ٰ َ َ ُ َ ۡ َ ّٞ ُ ۡ ُ ُ ُّ َ َ ۡكم شاكِ تِهِۦ فرب قل ك يعمل ٗ َ ٰ َ َۡ َُ ۡ َ َُۡ َ ٨٤ أعلم بِمن هو أهدى سبِي
dalam kajian ini adalah menggunakan teori AISYATEK
sebagai
paradigma
menjelaskan
kredibilitas
sumber
untuk daya
pemikiran dakwah Muhammad Hatta di Banda.
Paradigma
keilmuan
ini
secara
epistemologi berawal dari pergerakan dakwah
Terjemahnya: 84. Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masingmasing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanNya.
Imam Rijali di Maluku yang juga memiliki motif yang sama dengan corak pemikiran Muhammad Hatta dalam mengkonstruksi pemikiran
Islam
kultural
dan
Islam
transformatif. Ayat ini memberikan pesan bahwa watak dan karakter seseorang itu berbedabeda, di dalamya ayat tersebut termasuk orang-orang yang memiliki sifat, tabiat, budaya, dan corak berpikir dan pengaruh alam dan
lingkungan
sekitarnya
dimana
ia
dibesarkan.
energi
pemikiran
Dakwah
Muhammad Hatta yang akan dilihat dari teori AISYATEK
(Aqidah,
Syari’ah,
Akhlaq,
Teknologi dan Entrepreneurship) sebagai paradigma
lahir dari dua realitas yang dijelaskan dalam Al-Quran dalam Surah As-Syam ayat delapan. Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.11 Terjemahan ini diulas bahwa Allah swt memberikan kepada manusia dua potensi yakni potensi
Ruang lingkup kajian ini terfokus pada muatan
Secara metodologis energi pemikiran
untuk
menjelaskan
energi
Quran Dipresentasikan pada Mahasiswa Pascarsarjana 23 Oktober 2011. 4 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 1‐15
pada jiwa yaitu potensi fujuraha dan potensi takwaha. Terjemahan ini dengan teori ini relevan dengan teori ekspresi J. DeVito dalam bukunya
Human
Communication
mengungkapkan bahwa ekspresi seseorang 11
Kementerian Agama Al-Quran dan Terjemahnya (Cet. II: Syamila Al-Quran) QS Asyams/91:8
sangat tergantung pada input data yang
menjadi
diterima semakin tinggi data positif semakin
Sedangkan
tinggi
komunitas
pula
melakukan
prilaku hubungan
positifnya sosial.12
dalam
komunitas
Muhammad
komunitas Islam
primer
kultural,
Hatta. adalah
Imprealisme
Gagasan
Belanda, dan Islam transformatif sebagai
dakwah multikulturan Muhammad Hatta d
komunitas sekunder.13 Komunitas sekunder
Banda sangat dipengaruhi oleh cara berpikir
inilah
nasionalisme dan Islam keindonesiaan.
Muhammad Hatta.
Proses
dakwah
multikulturan
yang
menjadi
Berdakwah
di
objek
tengah
dakwah
komunitas
Muhammad Hatta dapat ditelaah dengan
multikultural termasuk level dakwah yang
perspektif AISYATEK yang digambarkan
sangat tinggi karena ada banyak kemasan
sebagai berikut:
kalimat, kata, emosi, dan aksesntuasi yang perlu dipenuhi untuk menyesuaikan dengan daya nalar masyarakat dalam membahasakan pesan-pesan Al-Quran dan Sunnah di tengah Masyarakat. Sebelum dakwah
Sebelum menjelaskan gagasan dakwah
menjelaskan
Muhammad
masyarakat
Islam
Hatta kultural
pergerakan di
tengah
dan
Islam
Muhammad Hatta di Penjara Banda perlu
transformatif di penjara (pengasingan) Banda
dideskripsikan lebih awal jejak biografi energi
neira, perlu digambarkan lebih awal biografi
pemikiran dakwah Muhammad
perjalanan intelektual Muhammad Hatta sejak
Perspektif
ini
penting
di Banda.
karena
untuk
memberikan gambaran proses adabtasi energi
ia duduk sekolah di kota Padang, ia sangat respon dengan ide-ide pergerakan sosial.
pemikiran dakwah Muhammad Hatta dengan Islam kultural dan Islam trasnformatif di
Kedatangan dua tokoh proklamator
Banda Neira sebagai medan dakwah. Paradigma ini disebut Charles Horton Cooley sebagai pertemuan komunitas primer dan komunitas sekunder. Komunitas primer adalah komunitas yang memiliki kesamaan yang tinngi dalam aspek pemikiran nasib, dan cara beragama, komunitas ini dikelompokkan
Hatta dan Syahrir di Banda pada bulan pebruari tahun 1936 disambut dengan hujan rintik-rintik dengan awan sedikit mendung, gunung merapi diselimuti awan/kabut teluk Neira yang indah saat itu menjadi hening 13
12
1. Biografi Muhammad Hatta Di Banda
Joseph De Vito, Human Interpersonal Communication (Cet. IV; New Yok: Sage Publishing, 2010), h.99.
Charles Horton Cooley, Social Organication (Cet. II; New York: Scribner Press, 2001), lihat dalam buku Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 144.
Pola Komunikasi Multikultural Muhammad Hatta di Penjara |5
dengan desiran ombak. Setelah sore hari kapal
keyakinan
Putih (istilah orang Banda) yang ditumpangi
konsekwensi secara budaya dan elemen-
Muhammad Hatta datang anak-anak Banda
elemen pengetahuan.17
mulai berenang menyambut kapal yang mulai
Hatta tinggal di penjara Banda Neira dan
Banda.14
menyatu dengan budaya di Masyarakat mulai
Muhammad Hatta dan Syahrir mengagumi
berkembang gagasan-gagasan barunya dengan
kelihaian anak-anak Banda dalam berenang.
mulai menulis untuk menghidupi dirinya dan
sandar
di
dermaga
pelabuhan
keagamaan
itu
memberikan
Sejak Muhammad
Dari jauh Muhammad Hatta dan Syahrir
tahanan yang ada di penjara Sukamiskin,
berdiri dengan pucat pasih karena sejak
Digul yang telah berjuang mempertahankan
diasingkan di Digul sukamiskin, dan Cipinang
Negara Kesatuan Republik Indonesia dari
Batavia mendapat perlakukan yang kurang
impreaslisme Eropa.18
manusiawi
dari
Muhammad
Hatta
Penjajah. kurang
Secara
fisik
mendapatkan
Pola komunikasi dakwah multikultural Muhammad
Hatta
menggunakan
metode
nutrisi dan suplemen vitamin yang cukup.15
adaptasi kultural dengan masyarakat di Banda
Kondisi inilah yang tampak dalam ekspresi
melalui pertemuan pembukaan sekolah sore
wajahnya saat bertemu dengan komunitas
bagi anak-anak di rumah pengasingannya di
baru di Banda interpretasi
Banda.
Geertz
bahwa
Metode
komunikasi
dakwah
pertemuan antar dua budaya baru saling
multikultural menggunakan media rumah
membutuhkan pola komunikasi multikultural
sebagai
dalam proses adaptasi untuk melakukan
multikultural di Banda yang dilakukan setiap
kontak
sore hari.
sosial.
Poroses
komunikasi
pusat
pergerakan
dakwah
multikultural ini digunakan saat bertemu
Menurut Said Ba’adillah ayah dari Des
dengan Cipto Mangunksumo yang diasingkan
Alwi mengungkapkan bahwa objek pola
pada tahun 1928, sedangkan Iwa Kusuma
komunikasi dakwah multikultural
Sumantri tiba di Banda pada tahun 1930
digunakan
kedua tokoh ini adalah anggota Syarikat
menyantuni anak-anak miskin yang putus
Islam(SI).16
sekolah.19 Pendekatan metode komunikasi
Pemahaman agama Muhammad Hatta dalam pandangan Victor Turner bahwa 14
Des Alwi, Sejarah Banda Neira (Edisi Revisi) (Cet. II; Malang: Pustaka Al-Bayan, 2010), h. 255. 15
Des Alwi, Sejarah Banda Neira (Edisi Revisi
h. 255. A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid I. Bandung: Disjarah Angkatan darat dan Angkasa, 1977), h. 208 6 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 1‐15
Hatta
di
Banda
17
Victor Turner, Planes of Classification in a Ritual of Life and Death dalam The Ritual process: Structure and anti-Struktur, Cornell UP (Cet. III; New York: 2001), h. 131. 18
Deddy Mulyanan, Komunikasi Efektif (Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 23. 19
16
Muhammad
juga
Des Alwi anak murid Muhammad Hatta, Sejarah Pemikrian Muhammad Hatta di Banda artikel ilmiyah dikutip dari Usman Thalib Dosen Universitas Pattimura.
multikultural digunakan pada objek dakwah
kredibilitas yang tinggi. Ditemukan dalam
melalui bahasa Indonesia sebagai mahasa
peran Muhammad Hatta di penjara Banda
pemersatu di Banda.
20
Metode komunikasi
menghadapi tiga model kelompok sosial
multikultural ini digunakan sesuai kondisi
antara lain Islam kultural, Islam transformatif,
setting
dan bangsa Belanda sendiri yang memata-
sosial
dan
topografi
budaya
matai pergerakan Dakwah Muhammad Hatta.
masyarakat Banda.
Sebelum kedatangan Muhammad Hatta Cipto 2. Setting Sosial dan Topografi
Mangunkusumo
Masyarakat di Banda
di Banda sebagai medan dakwah Muhammad Hatta termasuk komunitas majemuk, karena terdiri dari berbagai suku, bahasa, dan keragaman dalam pemahaman keislaman. itu
dalam
perspektif
Abudin Nata medan dakwah di Banda terdiri dari islam kultural dan Islam transformatif. Lokasi dakwah Muhammad Hatta sebagai penghasil rempah-rempah terbaik dunia, ia memiliki struktur pesona keindahan laut, rempah-rempah, dan megahnya gunung yang menambah minat penjelajah samudra di masa yang lalu.21 Kekayaan energi pemikiran yang dikonstruksi
oleh
generasi
sebelumnya
termasuk Muhammad Hatta yang mendiami Banda Neira sebagai tempat pembuangan menghadapi mesyarakat transisi.
pada
tokoh
yang
karena terdiri dari berbagai suku bangsa sejak Muhammad
memiliki
Hatta
mulai
menyebarkan
dakwahnya di tengah masyarakat. Komposisi masyarakat di Banda terdiri dari tiga model komunitas
masyarakat,
masyarakat
yang
dapat dipengaruhi, masyarakat yang bimbang, dan masyarakat tidak bisa dipengaruhi. Ketiga komunitas masyarakat ini masing-masing memiliki tokoh dan bergerak cenderung kurang teratur dalam menata citra sosialnya. Masyarakat yang tidak bisa dipengaruhi ini adalah komunitas Islam kultural yang sangat
kental
dengan
budaya
setempat.
Ornamen setting sosial masayrakat di Banda ini menurut Foucaul bergerak sesuai dengan naluri masing-masing.22 Masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh Muhamad Hatta sampai
Model komunikasi masyarakat sangat tergantung
perhatian
Strukur sosial Banda sangat majemuk
Setting sosial masyarakat multikultural
keagaman
pusat
masyarakat Banda.
Seting Sosial Medan Dakwah
Prilaku
menjadi
saat
menjadi
pembaharu
dan
penggerak sosial di Maluku. Misalnya Des Alwi sebagai Murid Muhammad Hatta, Hamadi B. Husain murid sekolah Sore
20
Roger M. Keesing, Theory of Culture Revisited dalam Assessing Culture Antropology, (Cet. II; New York: Sage Publishing, 2004), h. 91. 21 H. M. Burhan Bungin, Destinasi Banda Neira sebagai Brand Pariwisata Indonesia Timur (Cet. I; Jakarta: Kakilangi, Prenada Media group, 2010), h. 63.
penggerak pendidikan di Maluku. Selain itu 22
Michel Foucault, Dicipline and Punish, Penguin Book (Cet. IV; London, 2007), h. 62.
Pola Komunikasi Multikultural Muhammad Hatta di Penjara |7
gubernur saat ini juga bagian yang tidak
selatan dana antara 1290 -130 Buju Timur.
terpisahkan dari kader-kader Muhammad
Kecamatan Banda berbatasan dengan Pulau
Hatta di Banda Neira.
Seram sebelah selatan dengan Kepulauan
Setelah kedatangan Muhammad Hatta
Teon Nila Serua (TNS) sebelah Barat
setting sosial berubah, perhatian masyarakat
kepulauan Banda sebelah Timur berbatasan
Banda lebih banyak konsentrasinya pada pola
dengan
kepulauan
Watubela, 23
Luasnya
pergerakan Muhammad Hatta. Yang menarik
Kepulauan Banda 2.568Km2.
dari pergerakan Muhammad Hatta membuat
2006 Kekayaan sosial dan Ekonomi Kepulaan
dua pergerakan besar yakni menulis Buku
Banda dari aspek perikanan untuk ikan tuna
Alam Pikiran Yunani dan mewariskan konsep
2500-3000 ton/per bulan dan ikan layan 700
Negara Republik Indonesia (NKRI) dengan
ton/per bulan.24
Data tahun
membuat nama-nama Desa seperti Desa
Komposisi struktur sosial di Banda
Dwiwarna, Rajawali dan Nusantara. Semua
Neira terdiri dari beragai suku di Indonesia
simbol Desa ini konsep NKRI yang dibangun
seperti suku bugis, buton, jawa, Arab, Cina
konsepnya di Banda Neira dengan karakter
dan Sumatra.25 Jumlah penduduk tahun 1998
Nasional Kebangsaan.
jumlah penduduk 16.352 pada tahun 2006
Kontribusi
penelitiaan
ini
untuk
sebanyak 25.895 jiwa yang terdiri dari 12.928
memberikan model dakwah multikultural
jiwa laki-laki dan 12.967 jiwa Perempuan.
dalam proses mediasi dan penyelesaikan
Peningkatan
pendudukan
sebesar
27,5%,
konflik di Maluku, yang sering terjadi akibat
peningkatan
pendudukan
akibat
migrasi
benturan budaya dan peradaban. Selain itu
penduduk dari Dobo, kota Ambon, kota Tual
penelitin ini juga memberi kontribusi dalam
akibat konflik sosial.26 Komposisi penduduk
meningkatkan daya imun masyarakat urban
perdesa dapat dideskripsikan dalam tabel
dalam menghadapi kebutuhan masyarakat
berkut ini;
moderen yang diterpa peradaban kapitalisme, materialisme Dakwah
dan
hedonisme.
multikultural
Gagasan
Muhammad
Hatta
sebagai model percontohan dakwah wisata
23
multikultural yang dapat menjadi pilihan akademik bagi pengembangan wisata religi di
H. M. Burhan Bungin, Destinasi Banda Neira sebagai Brand Pariwisata Indonesia Timur (Cet. I; Jakarta: Kakilangi, Prenada Media group, 2010), h.17 24
Maluku.
Sumber: Tabulasi data peneliti 2006.
25
Topografi Medan Dakwah Kecamatan Banda Neira dari aspek
H. M. Burhan Bungin, Destinasi Banda Neira sebagai Brand Pariwisata Indonesia Timur (Cet. I; Jakarta: Kakilangi, Prenada Media group, 2010), h.18 26
astronomi terletak
di 5043 - 6031 lintang
8 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 1‐15
Subair dkk. Segregasi Pemukiman Islam dan Kristen di kota Ambon (Cet. I; Yogyakarta: Gara-Guru, 2007), h. 32.
1
P. Rhun
772
773
Penduduk tidak berKTP 334
2
Pulau Hatta
324
289
357
970
3
Lontor
2221
2196
1342
5759
4
Selamon
1945
1927
1012
4884
5
3013
3022
1489
7524
mengalami perjumpaan dengan beberapa
6
Kampung Baru Dwiwarna
591
605
245
1441
7
Rajawali
355
365
125
845
budaya baru dengan adanya benturan sosial
8
Merdeka
362
421
123
906
9
Nusantara
2605
2639
1011
6255
No
Penduduk L P
Nama Desa Di Banda
Jumlah
Ket
sekolah Sore.
1879
Pergerakan dakwah Muhammad Hatta kepada murid-muridnya di Banda saat itu
akibat konflik tahun 1999 mulai berubah dari pola tradisional menjadi moderen. Pergerakan
Salah satu warisan dakwah Muhammad Hatta sejak membuka sekolah sore bagi anakanak termasuk Des Alwi terwujud ketika Des Alwi mendirikan Perguruan Tinggi yang bernama Yayasan Hatta-Syahrir. Sekolah ini membuka jurusan keguruan kegigihan Des Alwi mencari donatur untuk mewariskan kepada generasi selanjutya.
Pergerakan
dakwah multikultral Muhammad Hatta ini diduga kuat melahirkan setting sosial yang sampai saat ini terus bergerak di Banda sesuai tingkat kebutuhan masyarakat di Banda dengan
pesan-pesan
agama
yang
dikomunikasikan secara multikultural sesuai level
dan
problematika
diterapkan di Banda pada anak muridnya di
masyarakat
dakwah Muhammad Hatta ini cukup bertahan saat Des Alwi masih hidup, tetapi karakter pemikiran Muhammad Hatta mulai punah saat tokoh sejarawan Maluku itu meninggal dunia. Inilah Motif pergerakan dakwahnya mengitegrasikan
sekolah
umum
dan
pendidikan agama menjadi satu kesatuan. baik mengenai membaca Al-Qur’an, tauhid, maupun
aqidah.
Pelajaran teknologi
Muhammad Hatta mendapatkan dari Bangsa Eropa yang telah maju dari aspek teknologi sehingga pengetahuan tentang teknologi ia dapatkan di Belanda dan Negara yang memiliki peradaban yang sudah maju. Sejak tahun 1916, timbul perkumpulanperkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong
multikultural.
Sumatra, Bond, Jong Minahasa. dan Jong 3. Pola komunikasi Dakwah
Ambon. Muhammad Hatta sangat tertarik
Multikultural Muhammad Hatta.
dengan multikultural karena ia memiliki
Pergerakan
keyakinan
Muhammad Hatta latarbelakang
dakwah
multikultural
sangat dipengaruhi oleh
itu
dapat
memberikan kekuatan untuk memerdekakan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
Sekolah Rakyat (SR) di Bukittinggi hanya
berdaulat.27 Ide pemikiran inilah sehingga
dua
saat
perbedaan
masuk
selama
pendidiknnya
bahwa
tahun yang mengintegrasikan
nilai-nilai intelektual dan imam dalam strategi pembelajaran.
Corak
pemikiran
ini
27
Des Alwi anak murid Muhammad Hatta, Sejarah Pemikrian Muhammad Hatta di Banda artikel ilmiyah dikutip dari Usman Thalib Dosen Universitas Pattimura.
Pola Komunikasi Multikultural Muhammad Hatta di Penjara |9
Muhammad Hatta masuk ke perkumpulan
ekonomi humanis religius sebagai corak
Jong Sumatra.28
ilmuan ketimuran. Warisan Timur yang menyatu dalam
Pada tahun 1921 Muhammad Hatta tiba di Negeri Belanda untuk belajar pada Handels
pribadi
Hoge School di Rotterdam. Ia mendaftar
budaya minangkabau yang egaliter dan nilai
sebagai anggota Indische Vereniging. Tahun
Islam
1922, perkumpulan ini berganti nama menjadi
diintegrasikan dengan nilai-nilai Barat berupa
Indonesische Vereniging. Perkumpulan yang
nasionalisme dan demokrasi sebagai karunia
menolak bekerja sama dengan Belanda itu
dan ilham untuk menegakkan hak
kemudian
menjadi
manusia dari aspek perekonomian diterapkan
Perhimpunan Indonesia (PI). Muhammad
dalam kehidupannya di Banda sehingga
Hatta sejak awal telah melakukan pendekatan
menjadi contoh bagi masyarakat di Banda.
dakwah bi al-Qalam dan dakwah bi al-Hal
Ekspektasi dan
dengan membuat majalah perkumpulan, dan
Muhammad Hatta mulai diterapkan kepada
Home School atau sekolah. Dakwah dalam
masyarakat di Banda dan ia menulis buku
bentuk home school ini menjadi pilihan
alam pikiran Yunani di Banda.30
berganti
nama
lagi
Muhammad Hatta
Kultural
di
adalah
Banda.
obsesi
Nilai
nilai
ini
asasi
ekonomi pancasila
Muhammad Hatta di Banda yang dipenjara
Kiprah Muhammad Hatta dipenjara
selama kurang labih 3 tahun di Banda
Banda Neira ia mulai mengukir prestasi
Kabupaten Maluku Tengah.
intelektual
Pada tahun 1924 majalah ini berganti nama
menjadi
Indonesia
dakwahnya,
yakni
mendesain
Indonesia Mini dengan membuat desa-desa
Merdeka.
sebagai miniatur Indonesia. Misalnya Desa
Muhammad Hatta lulus dalam ujian handels
Dwiwarna, Desa Nusantara, Desa Rajawali,
economie (ekonomi perdagangan) pada tahun
dan Desa Indonesia Baru. Gagasan dakwah
29
1923. Muhammad Hatta memiliki kepekaan
Muhammad Hatta ini sangat integratif dari
sosial
masyarakat
aspek keilmuan. Hal itu tampak dalam materi
Indonesia melalui ekonomi humanis yang
dakwahnya yang disebarkan dalam bentuk
kemudian
ia
tulisan dan prilaku di Banda.
pancasila.
Gagasan
untuk
menggerakkan
rubah
menjadi
ekonomi pancasila
Menurut Franz Magnis-Suseno bahwa
Muhammad Hatta ini termasuk gagasan
sebelum mendeskripsikan energi pemikiran
ekonomi
28
Soebagiyo I.N., Bung Hatta Kita, dalam Peringatan Ulang Tahun Bung Hatta ke-70, Bung Hatta Mengabdi pada Cita-cita Perjuangan Bangsa,1972,), h.1. 29
Lihat juga dalam Aman, Pemikiran Hatta Tentang Demokrasi, Kebangsaan Dan hak azasi manusia (Cet. I; Jakarta: Buku Kompas), h. 21. 10 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 1‐15
dakwah Muhammad Hatta penulis setback pertarungan
energi
pemikiran
dakwah
30
Hamadi B. Husain, (Penggerak Pendidikan di Maluku dari Banda) Pegerakan Dakwah Muhammad Hatta di Banda, Artikel Ilmiah dipresentasikan pada acara symposium di IAIN Ambon.
Muhammad Hatta dengan energi Pemikiran
model
Sukarno. Energi Muhammad Hatta sebelum
hedonisme, kapitalisme dan materialisme.
diasingkan
penting
Karena ketika energi pemikiran perut menjadi
dideskripsikan lebih awal untuk memastikan
panglima sebuah bangsa maka menurut
bahwa
multikultural
Muhammad Hatta kita tidak ada benadanya
Muhammad Hatta tetap dipertahankan di
dengan hewan ketika cita-cita berakhir pada
Banda atau ia mengemas kembali sesuai
kebutuhan materi semata.
di
Banda.
apakah
Hal
ini
dakwah
berpikir
Eropa
yang
cenderung
dengan kearifan budaya masyarakat di Banda
Berdasarkan benturan ide pemikiran
dengan melawan berbagai penindasan fisik
inilah sehingga Muhammad Hatta menolak
dan psikis bangsa Imprealisme di Banda.
pola hidup liberalisme yang berlebihan.
Mencermati
pergerakan
energi
Pemikiran
dakwah
yang
dikonstruksi
pemikiran dakwah Muhammad Hatta dan
Muhammad Hatta adalah tata nilai Islami
Sukarno tentang penolakannya dua argumen.
menggerakkan
Menurut
dakwah
kemungkaran yang berpotensi terjadi pada elit
Muhammad Hatta bahwa warga negara perlu
politik. Muhammad Hatta lebih berorientasi
dibangun energi cara berpikirnya karena
pada pergerakan dakwah persuasif, humanis
dengan modal energi yang sehat akan
religius.33
melahirkan
multikultural.
energi
pemikiran
kearifan
pembangunan
yang
dakwah
Di
mencegah
tengah
masyarakat
humanis.31 Jika energi pemikiran rakyat baik
Pola komunikasi dakwah multikultural
secara individual maka akan berdampak
Muhammad Hatta berorientasi pada keadilan
dalam
sosial, dan sebagai akibatnya, kesejahteraan
aspek
psikomotorik
kognitif, rakyat
afektif,
Indonesia
dan secara
rakyat,
justru
mengandaikan
kedaulatan
individual yang akan melahirkan pergerakan
rakyat. Agar perut rakyat terisi tapi tidak
dakwah
lengah, kedaulatan rakyat perlu ditegakkan
yang
multikultural
di
Banda
Kabupaten Maluku Tengah dengan cara
dengan
persuasif, humanis religius.32
humanis religius. Gambaran histografi sejarah
Jika dianalisis secara cermat gagasan
energi
pemikiran
dakwah
yang
ini menunjukkan bahwa Muhammad Hatta
dakwah Muhammad Hatta menawarkan teori
membuktikan
diri
sebagai
penganalisis
keseimbangan dalam membangun konstruksi
brilian, sedangkan Sukarno tidak melihat
energi pemikiran rakyat untuk menghindari
hubungan antara ketidakadilan sosial dan keadaan yang tidak demokratis.
31
Usman Thalib, Dosen Universitas Pattimura IAIN Ambon, Sejarawan Masyarakat Banda 32
Franz Magnis-Suseno, S.J. Rohaniwan, guru besar filsafat sosial di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara.
33 Syarifudin, Dakwah Multikultural di kota Ambon Artikel Ilmiyah di Presentasikan pada Dosen Fakultas Dakwah dan Ushuluddin IAN Ambon.
Pola Komunikasi Multikultural Muhammad Hatta di Penjara |11
Rakyat hampir selalu lapar bukan
Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta
karena panen buruk atau alam miskin,
memasukkan materi dakwah Islam ke dalam
melainkan karena rakyat tidak berdaya dari
unsur pendukung demokrasi sebagai simbol
aspek energi pemikiran dakwah yang lebih
keseimbangan menggerakkan sebuah negara.
akomodatif
pancasila.
Hal ini sesuai dengan konsep yang dibangun
Pemikiran dakwah Muhammad Hatta untuk
oleh Basman yang dikemukakan dalam
menggerakkan
demokratis
disertasinya yang terinpirasi dari energi
dengan falsafah pancasila sebagai fasilitas
pemikiran Ali Syariati bahwa semua nilai
Negara yang berkiblat humanisme spiritual
dasar membutuhkan spirit Al-Quran sebagai
dengan tujuan sukses di dunia dan sukses
energi
diakhirat
dengan
falsafah
pemberdayaan
sebagai
materi
dakwah
yang
penyeimbang
dalam
membangun
35
sebuah negara. Mengingat dewasa ini sering
diajarkan saat membuka sekolah sore di
disuarakan
pendapat
banda di Desa Dwiwarna yang ia bentuk
demokrasi
tidak
sebagai simbol dari bendera Bangsa Indonesia
penilaian Hatta ini pantas dijadikan titik tolak
di Banda Neira.
untuk
bahwa
bisa
memikirkan
Islam
berjalan
dan
dan
bersama,
mengaktualkan
Pola komunikasi dakwah multikultural
kembali peran Islam dalam membangun
Muhammad Hatta bukan sekadar bersifat
demokrasi di Indonesia. Topik "kolektivisme"
materialisme oriented, tetapi ia gagasan
masyarakat
mengandung filosofi maslaha (keseimbangan
Indonesia" atau "demokrasi desa" sering
sosial) ide ini dikomunikasikan melalui
menjadi acuan para pendiri Republik.
pendekatan
komunikasi
multikultural.
Spirit
yang
dan
sehat
mewujudkan
negara
secara yang
menjiwai
batin
untuk
berkedaulatan
dengan falsafah pancasila. Melindungi dan memberdayakan cara berpikir dengan energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta untuk menjaminan hak asasi manusia bukan tanda individualisme,
"demokrasi
aseli
dakwah
perjuangan kemerdekaan yang seha secara lahir
Indonesia,
melainkan ukuran paling
a. Kontribusi
Komunikasi
Simbolik
Muhammad Hatta. Kontribusi
energi
pemikiran
Muhammad Hatta di Banda menurut Hamadi B. Husain bahwa jejak energi dakwah simbolik dari Muhammad Hatta yang tampak dalam jejak konstruksi sejarah adalah nama Desa di Kecamatan Banda terdiri dari; 1) Desa Dwiwarna (sebagai lambang warna bendera Indonesia)
nyata tentang solidaritas bangsa itu dengan anggota-anggotanya yang paling lemah.34
35
34
http://serbasejarah.wordpress.com 77
12 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 1‐15
Basman, Humanisme Ali Syariati Disertasi dipertahankan untuk memenuhi gelar Doktor bidang Filsafat.
2) Desa Nusantara (sebagai lambang teritorial negara Indonesia) 3) Desa
Rajawali
(sebagai
b. Kontribusi Pemikiran simbol
Entrepreneurship Hatta. Kerangka konseptual yang digunakan
falsafah negara Republik Indonesia) 4) Desa Kampung Baru (sebagai simbol
5) Istanah Mini (sebagai simbol Istanah
permasalahan
dalam
6) Desa Merdeka (sebagai simbol bahwa merdeka
pertolongan inayatullah).
Talcott Parson yang mengungkapkan bahwa teori
Negara Republik Indonesia)
pasti
membedah
penelitian ini membantah teori Teori AGIL
Indonesia Merdeka)
Indonesia
untuk
atas
36
AGIL
ekspresi
dalam
sosiologis
proses
menjelaskan
manusia
dari
aspek
Adabtasi, Goal, Integrasi, dan Laten itu tidak terjadi di Banda. Karena pikiran itu dapat
Sampai saat ini nama-nama Desa di Banda menjadi fakta sejarah bahwa konsep
dirubah
dengan
memperbaiki
energi
pemikiran kata Muhammad Hatta.
NKRI Muhammad Hatta di Banda sebagai
Gagasan ekonomi pancasila menurut
model pergerakan hubbul wathan (dakwah
Hatta menggunakan teori falsafah ekonomi
cinta tanah air) ini berdampak pada muridnya
pancasila yang diambil dari spirit rukun
di Banda. Murid Muhammad Hatta yang
Islam.
menjadi tokoh nasional dan tokoh lokal antara
dikembangkan
lain adalah Des Alwi (tokoh nasional), Usman
entrepreneurship
Thalib (tokoh lokal), Burhan Bungin (tokoh
berpandangan bahwa ekonomi yang dapat
nasional), Nurbati Watro, Hamadi B. Husain
menyelamtkan
(tokoh nasional), Abdul Haji Muhammad, dan
Pancasila; ia memberikan indikator seorang
Said
entrepreneur
Assagaf
(Gubernur
Maluku/tokoh
37
Energi
pemikiran
Dakwah
dalam
pemikiran
Muhammad
manusia
ini
Hatta.
adalah
Ia
ekonomi
dengan indikator sebagai
berikut;
nasional).
1. Keimanan Indonesia
seorang
entrepreneur
berkiblat
pada
sila
pertama dari pancasila yakni ia perlu meyakini bahwa karua yang diusakan itu dari Allah swt untuk itu perlu disyukuri dengan cara shalat sebagai bukti rasa syukur sebagai
36
Arman Man Arfa, Wawancara oleh Penulis di rumahnya 12 Agustus 2014. 37
Mohammad Hatta, “Tuntut Kemerdekaan Pers”, dalam Kumpulan Karangan Jilid I (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1976, p.222.
seorang entrepreneur. 2. Seorang memiliki
entrepreneur prilaku
ia
perlu
ekonomi
Pola Komunikasi Multikultural Muhammad Hatta di Penjara |13
kemanusiaan, yang populer disebut
cepat
dengan eknomi humanisme religius,
komunikasi
dakwah
kecerdasan
Semakin
tinggi
sosial
dalam
ketika
menggunakan
pola
multikultural. transformasi
membangun bisnis adalah software
kecerdasan AISYATEK dalam aspek
(mental
transformasi
ekonomi)
dari
seorang
dinamika
komunikasi
dakwah multikultural semakin cepat
entrepreneurship. perlu
perubahan sosial terjadi di tengah
dan
masyarakat. Muhammad Hatta dalam
kesatuan dalam membangun bisnis
menggerakkan peradaban di Banda
yang sehat secara kognitif, sehat
menggunakan
secara afektif, dan sehat secara
Multikultural.
3. Seorang
entrepreneur
memiliki
rasa
ia
persatuan
2.
psikomotirk. 4. Entrepreneur
perlu
kompetensi
memiliki komunikasi
pola
Gerak sosial kecerdasan
komunikasi
yang sehat ketika
AISTATEK
meningkat
disuatu daerah. (Kecerdasan aqidah,
musyawarah untuk mendapatkan ide
kecerdasan
intelektual,
kecerdasan
dan gagasan yang jenih, cemerlang
syari’ah,
kecerdasan
akhlaq,
yang berwawasan kerakyatan dan
kecerdasan teknologi dan kecerdasan
kemanusiaan yang adil dan beradab.
entrepreneurship. Sumber daya inilah
Sistem ekonomi yang dibangun oleh
yang dapat merubah peradaban jahilia
Muhammad Hatta di Banda adalah ekonomi
menjadi peradaban madaniah.
Pancasila.
peradaban madaniah ketika prilaku
dimaksudkan
Ekonomi
pancasila
Muhammad
Hatta
yang adalah
masyarakat telah tampak
Ciri
tradisi
seorang pelaku ekonomi perlu menyesuaikan
senang berbagi kesejahteraan dan
idiologi ekonomi berdasarkan ketuhanan yang
keadilan
maha Esa, prinsip ekonominya berorientasi
dalam menata sistem sosial di tengah
pada kemanusiaan yang adil dan beradab,
masyarakat
menganut rasa persatuan Indonesia, dan etika
komunikasi dakwah multikultural.
telah
menjadi
melalui
panglima
pendekatan
ekonomi bersifat ekonomi kerakyataan dan pemenuhan peluang ekonomi bersifat adil bagi seluruh rakyat Indoensia. C. KESIMPULAN
1.
Dinamika
pergerakan
penyebaran
informasi di tengah masyarakat sangat 14 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 1‐15
DAFTAR PUSTAKA A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid I. Bandung: Disjarah Angkatan darat dan Angkasa, 1977. Basman, Humanisme Ali Syariati Disertasi dipertahankan untuk memenuhi gelar Doktor bidang Filsafat. Charles Horton Cooley, Social Organication Cet. II; New York: Scribner Press,
2001, lihat dalam buku Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 144. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Cet. I; Jakarta: Balai Bahasa Indonesia, 2010. Des Alwi, Sejarah Banda Neira (Edisi Revisi) Cet. II; Malang: Pustaka Al-Bayan, 2010. Des Alwi anak murid Muhammad Hatta, Sejarah Pemikrian Muhammad Hatta di Banda artikel ilmiyah dikutip dari Usman Thalib Dosen Universitas Pattimura. Deddy Mulyanan, Komunikasi Efektif Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008. Franz Magnis-Suseno, S.J. Rohaniwan, guru besar filsafat sosial di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. H. Hamadi B Husain, Mantan Dekan Fakultas Dakwah IAIN Ambon 1997, wawancara oleh Penulis melalui via telpon 12 Agustus 2014. Houtsma, First Encyclopaedia of Islam 19131936 dalam E.J.Brill, s, BRILL. ISBN 9004097961. ISBN 9789004097964. h. 646. H. M. Burhan Bungin, Destinasi Banda Neira sebagai Brand Pariwisata Indonesia Timur Cet. I; Jakarta: Kakilangi, Prenada Media group, 2010. Joseph De Vito, Human Interpersonal Communication Cet. IV; New Yok: Sage Publishing, 2010. Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Cet. XXII; Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005. Maarif A. Syafii, Islam dan Masalah Kenegaraan: Studi Tentang Percaturan dalam Konstituante. Jakarta: LP3ES, 1987. Mochtar Kusumaatmaja, “Bung Hatta: Peletak Dasar Politik Luar Negeri Indonesia”, dalam Bung Hatta Kita dalam Pandangan Masyarakat. (Cet. I; Jakarta, Idayu Press,1982. Mochtar Lubis, “Bung Hatta Manusia Berdisiplin”, dalam Mutia Farida Swasono (ed), Bung Hatta Pribadinya Dalam Kenangan. (Jakarta: Sinar Harapan 1980), h.43.
Mohammad Hatta, “Tuntut Kemerdekaan Pers”, dalam Kumpulan Karangan Jilid I Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1976. M. Adnan Amal, Kepulauan RempahRempah Cet. I; Jakarta: Gramedi group, 2008. Roger M. Keesing, Theory of Culture Revisited dalam Assessing Culture Antropology, Cet. II; New York: Sage Publishing, 2004. Syarifudin, Banda sebagai Model Dakwah multikulutral makalah ilmiyah yang dipublis di blogger pada tahun 2013. Syarifudin, Dakwah Multikultural di kota Ambon Artikel Ilmiyah di Presentasikan pada Dosen Fakultas Dakwah dan Ushuluddin IAN Ambon. QS Al-Hujurat/49:13 http://serbasejarah.wordpress.com Subair dkk. Segregasi Pemukiman Islam dan Kristen di kota Ambon Cet. I; Yogyakarta: Gara-Guru, 2007. Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku Artikel ilmiyah yang dipresentasikan di batam pada saat MTQ Nasional di kepulauan Riua tahun 2014. Victor Turner, Planes of Classification in a Ritual of Life and Death dalam The Ritual process: Structure and antiStruktur, Cornell UP Cet. III; New York: 2001. Zulkifli Suleman, Pemikiran Politik Muhammad Hatta: Demokrasi Untuk Indonesia Cet. II; Jakarta: Buku Kompas, 2011. Daftar Wawancara Masyarakat Banda Arman Man Arfa Dosen IAIN Ambon , Wawancara oleh Penulis di rumahnya 12 Agustus 2014. Muhammad Abd. Haji (Pegawai Pemerintah Daerah Provinsi Maluku , Wawancara oleh Penulis di rumahnya 12 Agustus 2014. Usman Thalib, Dosen Universitas Pattimura IAIN Ambon, Sejarawan Masyarakat Banda H. Hamadi B Husain, Mantan Dekan Fakultas Dakwah IAIN Ambon 1997, wawancara oleh Penulis melalui via telpon 12 Agustus 2014.
Pola Komunikasi Multikultural Muhammad Hatta di Penjara |15
JURNALIS PEREMPUAN Studi Motivasi Perempuan Memilih Profesi Jurnalis Media Massa di Kota Ambon Sulaeman1 dan Abdul Latif Kelrey2
ABSTRACT Female journalist is an individual doing the work of journalism in the field of news coverage. This study deals with how the mass media of women journalists in the city of Ambon, constructing meaning behind choosing the profession of journalists. This study is based on the perspective of social action research methods in-depth interviews and participant observation to obtain data in the field. Based on interviews and observations about the motivations of women researchers chose the profession of journalists, researchers have developed a typology construction of meaning associated with the underlying motives of women to choose a profession a journalist. Female journalist as a subject was considered to have a cause and motive motive purpose of working in the media. Subject get discrimination from the surrounding environment, constructed journalist profession for men's work. They treat cultural environment by creating stereotypes difficulty setting time at work and domestic affairs as the nature of women. Keywords: female journalist, motivational, social action perspective.
ibu rumah tangga, di satu pihak harus lincah,
A. Pendahuluan Rutinitas pekerjaan media massa pada
penuh semangat, dedikasi mengejar dan
umumnya menuntut para jurnalis harus siap
menggali
ditugaskan
selama
dibutuhkan pengorbanan waktu dan tenaga
mendekati
bagi perempuan berprofesi sebagai jurnalis.
‘deadline’ jurnalis harus siap memenuhi
Tidak heran bila dari segi pengaturan waktu
deadline meskipun harus bekerja sampai larut
pekerjaan jurnalis sulit diperkirakan. Kondisi
malam. Sulit dimengerti dari pengaturan
ini tidak saja dialami oleh para jurnalis laki-
waktu dan umumnya pekerja perempuan tetap
laki, dialami pula para jurnalis perempuan,
merasa
ada
duapuluh
kapan empat
dan
saja,
bekerja
jam,
jika
atau
diharapkan
lebih
berita-berita.
tuntutan
tidak
bertanggungjawab pada urusan di rumah.
masyarakat
dianut
Kodrat sebagai perempuan adalah tetap
diharapkan
lebih
perempuan, suatu saat harus menjadi seorang
domestik.
1
Dosen Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon 2
Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon 16 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 15‐31
Tugas
utama
Kesemuanya
terlepas
dari
bahwa
perempuan
mengutamakan
jurnalisme
nilai
area
adalah
menghadirkan pengetahuan bagi masyarakat, mengikis
ketidaktahuan
yang
terjadi.
Jurnalisme sebagai institusi media di saat
sekarang ini memiliki fenomena, terutama “jurnalis muda dan baru,” jurnalis ini
B. Tujuan dan Metode Penelitian
memiliki kewalahan mengerjakan peliputan
Penelitian
begitu membentang dengan memiliki waktu
menggambarkan
sedikit. Bagi jurnalis tidak berpengalaman
melatarbelakangi perempuan menjadi seorang
seringkali mengalami kesulitan memahami
jurnalis peliputan berita lapangan di media
sebuah
dengan
massa sebagai tempat bekerja di Kota Ambon.
kesudahan menyerahkan dan menggunakan
Penelitian ini melibatkaan limabelas
peristiwa
komunikasi,
ini
bertujuan motivasi
apakah
informan
sumber-sumber resmi yang sudah tentu telah
peliputan berita lapangan. Usia mereka
“diatur” akurasi kebenarannya. Fakta lain,
berkisar duapuluh lima hingga empatpuluh
banyak jurnalis “malas” dimengaruhi oleh
tujuh tahun pada saat peneliti melakukan
“kemiskinan” sumber, penjualan koran dan
penelitian. Sembilan subjek berpendidikan
majalah, ruang siaran pemberitaan, dan lain-
tamat
lain, hingga akhirnya dengan segera dan
berpendidikan Sarjana. Subyek sebagian besar
mudahnya bergantung kepada “perantara”
bekerja pada Media Harian Surat Kabar dan
memberikan
pemberitaan.
selebihnya di Media Stasiun TVRI Maluku-
Akibatnya, berita muncul dari rilis-rilis,
Maluku Utara serta Media Stasiun Televisi
bahkan dalam versi tidak diedit, di ruang
Mollucas.
sekolah
sebagai
yang
informasi dari pihak pemilik media dan
duplikasi
perempuan
untuk
lanjutan
jurnalis
atas,
lainnya
Untuk memperoleh data penelitian,
publikasi publik. Praktik jurnalisme ini, menurut Ghoneim “sangat sering digunakan
peneliti
keredaksian siaran radio kecil dan koran
mendalam. Awalnya wawancara tidak mudah
gratis,
dilakukan, mereka kurang memiliki waktu,
biasanya
tidak
memiliki
banyak
telah
melakukan
wawancara
itu,
kecenderungan digunakan untuk peliputan
mempublikasikan apa pun di kirim ke media
berita lapangan. Ketika mereka bersedia
mereka dan inilah yang diistilahkan “jurnalis
diwawancarai,
malas.” Kesemuanya ini tidak memberikan
dengan
kontribusi bagi peningkatan motivasi untuk
mengumpulkan data dari subjek dengan cara,
menjadi personal lebih profesional sebagai
seperti peneliti tatap muka dengan kepala
jurnalis media massa secara lebih positif.
pemberitaan
jurnalis.”3
Mereka
bekerja
seperti
3
Lihat; Sarah Ghoneim, 2003. Investigative Journalism as a Safeguard for Democracy. Course: Disertation, New Media Journalism. Faculty: London College of Music and Media. Thames Valley University. 10200127. http://zappa.tvu.ac.uk/ 00GhoneimS, h. 14.
awalnya
peneliti.
komunikasi
media
ada
kesepakatan
Peneliti
massa,
antarpribadi
mampu
dilanjutkan
melalui
telepon
genggam dengan kesepakatan waktu dan tempat
pertemuaan
untuk
memberikan
pengalaman motif melatarbelakangi mereka memilih
jurnalis.
Hasil
wawancara
Jurnalis Perempuan |17
dimudahkan dengan peneliti menggunakan
Etik
bahasa Indonesia campuran lokal mereka,
Indonesia.”
Jurnalistik
Persatuan
Wartawan
akhirnya wawancara dilakukan dengan lancar
Penelitian kuantitatif-statistik berbeda
dan intim. Wawancara berlangsung di kantor
dengan penelitian bersifat kualitatif. Untuk
pemerintahan, tempat media massa, rumah
mengeksplorasi individu dengan interpretasi
makan dan kopi.
jurnalis
dan
menjadi
jurnalis,
Peneliti
melakukan
pengamatan
motivasi
mereka
peneliti
memilih
menggunakan
partisipan di saat subjek melakukan peliputan
perspektif interpretatif atau lebih khusus,
berita lapangan. Peneliti mengamati interaksi
perspektif konstruksi makna dan tindakan
dan
pelaku
sosial. Kedua perspektif teori ini menjelaskan
sumber
bahwa individu menentukan makna dan motif
pemberitaan. Penelitian ini dilakukan selama
mereka sendiri dalam melakukan tindakan
enampuluh satu hari dari tanggal 22 Juli
sehari-hari. Tindakan individu dihasilkan dari
hingga 20 September 2014.
pemahaman mereka mengenai situasi internal,
komunikasi
peristiwa
subjek
komunikasi
dengan sebagai
bukan sebagai akibat dari faktor eksternal. C. Perspektif Teoretis
Konteks
Banyak penelitian menggunakan perspektif
intersubjektif, berbagi, dan bernegosiasi. Cukup
objektif untuk meneliti jurnalisme didasari oleh
dengan berkomunikasi dan aktor menyesuaikan
asumsi bahwa ada keteraturan dalam realitas
tindakan mereka sendiri untuk penyesuaian diri
sosial dan tindakan jurnalis berhubungan
dengan tindakan orang lain.
realitas
ini
dianggap
sebagai
dengan media massa. Penelitian ini bertujuan
Penggunaan perspektif Max Weber
untuk memprediksi hubungan sebab-akibat dan
(1864-1920), tindakan sosial merupakan makna
korelasi antara variabel. Seperti penelitian
dan
menggunakan hipotesis. Dianalisis dengan
langsung
menggunakan data statistik untuk melihat
Penggunaan teori tindakan sosial, tindakan ini
apakah hipotesis diajukan dapat diterima dan
digerakan
atau tidak. Metode penelitian ini ternyata
melatarbelakangi
jurnalis
perempuan
memberikan pengetahuan terbatas, kurang
memiliki
jurnalis
sebagaimana
humanistik dan tidak akurat. Hasil penelitian
diungkapkan oleh Alfred Schutz (1899-
tersebut, misalnya Armstrong, Wood, dan
1959) bahwa motif merupakan konteks
Nelson
Di
makna yang ada pada diri individu sebagai
Indonesia, jenis penelitian ini meliputi hasil
landasan dalam bertindak. Asumsi teori ini,
penelitian dari Fadhiliah (2005) meneliti
motif
“Hubungan Pendidikan dan Penghasilan
mengeksplorasi diri mereka memilih menjadi
(2003),
Armstrong
(2004).
Terhadap Ketaatan Wartawan pada Kode 18 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 15‐31
motif
subjektif dengan
inilah tindakan
oleh
profesi
berhubungan
motif
bagaimana
manusia.
tertentu
perempuan
jurnalis peliputan berita lapangan di media
D. Hasil Penelitian
massa dalam kehidupan sehari-hari. Aspek
perspektif
Pada setiap tindakan individu, terdapat
interpretatif,
motif menjadi orientasi dari tindakannya.
individu sebagai jurnalis perempuan dapat
Menurut Max Weber, makna dan motif
memberikan makna tertentu mengenai motif
subjektif inilah berhubungan langsung dengan
melatarbelakangi memilih jurnalis. Perspektif
tindakan manusia.4
interpretatif dianggap sesuai dan lebih holistik
melihat diri jurnalis perempuan, karena
untuk meneliti keunikan pengalaman individu
motif dapat melihat diri jurnalis perempuan
mengenai motif mereka memilih jurnalis
dan tindakannya “because of motive,” dan
secara subjektif.
tindakan “in-order-to-motive.”5
Motif penting dalam
Telah banyak penelitian mengenai jurnalisme berdasarkan teori tindakan sosial
Motif
(dikaitkan teori fenomenologis dan konstruksi
Jurnalis
sosial), seperti hasil penelitian dari Eyre (1995)
Motif
meneliti
“The
Experience
of
Female
perempuan
yang
mendorong tindakan
jurnalis
cukup
beragam.
Industry
Keberagaman
Hasil
sebab
Profesi
mengambil
menjadi
London.”
Memilih
untuk
Journalists Working in the British Newspaper Newspaper
Sebab
orientasi
penelitian di Indonesia mengenai jurnalisme
dilatarbelakangi
berdasarkan teori tindakan sosial meliputi
sebagai berikut.
Wibawa (2009) meneliti “Profesionalisme dan
Cita-Cita. “Latar belakang yang dijalani
Idealisme Wartawan di Kota Bandung;”
dan mengilhami diri” telah ada sejak kecil
Firman
memilih
(2010)
meneliti
“Praktik
Sosial
Jurnalis Perempuan di Provinsi Lampung.” Berdasarkan perspektif interpretif atau
oleh
dimiliki,
pekerjaan
berbagai
jurnalis.
aspek
Motivasi
memilih jurnalis dikemukakan perempuan, tidak
terlepas
dari
pengalaman
dan
fenomenologis, jurnalis perempuan memiliki
pengetahuan dimiliki dalam kehidupannya
pengalaman
sebagai
sebagai individu yang sejak kecil memiliki
realitas subjektif. Hal ini menarik untuk diteliti
keinginan atau cita-cita menjadi jurnalis
untuk
dengan berbagai latarbelakang yang dijalani
dialami
mengetahui
diasumsikan
bagaimana
subjek
penelitian adalah perempuan mengkonstruksi motivasi menjadi seorang jurnalis peliputan berita lapangan di media massa sebagai tempat bekerja di Kota Ambon.
4
Deddy Mulyana, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Cet.V. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, h. 61. 5
Lihat; Alfred Schutz, 1972. The Phenomenological of the Social World. London: Heinemann Educational Book, h. 86. Jurnalis Perempuan |19
dan
mengilhami
mereka
berkeinginan
Jurnalis
perempuan
memiliki
kelebihan,
keunikan, dan keistimewaan pada psikologi
menjadi jurnalis. Jurnalis perempuan yang sejak kecil
diri, seperti sabar, empati, berani, dan suka
memiliki keinginan dan atau bercita-cita
berkomunikasi dengan orang lain. Psikologi
menjadi jurnalis dengan berbagai latarbelakang
diri dimiliki muncul pada saat melakukan
mengilhami mereka menjadi jurnalis, seperti
tindakan komunikasi dengan orang lain
melihat
sebagai peristiwa komunikasi verbal dan
jurnalis
perempuan
melakukan
peliputan berita lapangan ketika masih di
nonverbal.
bangku sekolah, membuatnya terinspirasi untuk
Terinspirasi Tokoh Idola. “Mengikuti diri
bisa seperti itu, jurnalis itu cocok untuk
individu
perempuan, bisa mengatur waktu antara
pengaguman, dan figur. Motif ini sangat kuat
bekerja
mengaruh
memengaruhi perubahan identitas jurnalis
dalam
perempuan, karena tokoh jurnalisme terutama
memberikan iklim pendidikan di rumah,
pekerja jurnalis dianggap telah banyak berjasa
misalnya orang tua berprofesi jurnalisme.
dalam
Dukungan Teman. “Sportivitas penerimaan
perempuan sehingga wajar bila mereka
diri” dianggap memiliki kelebihan, keunikan,
kemudian mengikuti jejak tokoh jurnalis
dan kekhasan pada diri dan suka melakukan
sebagai pekerja jurnalisme di media massa.
dan
lingkungan
keluarga, keluarga
dan berperan
komunikasi antarpribadi. Jurnalis perempuan menyadari
adanya
kekurangan
dalam
menjalani aktivitas jurnalisme di media massa,
seperti
tindakan
komunikasi
dilakukan pelaku peristiwa komunikasi akan memunculkan emosional, akhirnya psikologi diri jurnalis perempuan terganggu untuk lebih kreativitas dalam menghadapi pelaku ini. Jurnalis perempuan ibarat sebagai “pencari psikologi sosial” pada tatanan kehidupan humanis,
seperti
peristiwa
komunikasi
kriminal. Peristiwa seperti ini dibutuhkan kekuatan psikologi diri
melalui
menginspirasi
jejak
kehidupan
idola,
jurnalis
Saya memilih profesi jurnalis karena mengidolakan tokoh jurnalis dan aktivis perempuan, “Maria Hartiningsih dan Ninuk Mardiana Pambudi.” Kedua tokoh idola perempuan ini bekerja sebagai jurnalis di Rubrik Swara sebagai sisipan di harian Kompas.6 Sejak kecil saya mengidolakan Dessi Anwar loh, sampai-sampai saya bercita-cita menjadi jurnalis, untuk pekerjaan jurnalis, dibutuhkan keterampilan menurut bagi saya. Akhirnya saya berkarya mengikuti jejak Dessi Anwar, sebagai jurnalis di media cetak.7
jurnalis dengan
kesabaran dan keempatian terhadap pelaku. Pengungkapan
lain”
motivasi
memilih
profesi sebagai pekerjaan jurnalis di media massa, dimaknai “dukungan teman-teman.” 20 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 15‐31
6 Hasil wawancara peneliti-Posgawati. Selasa, 19 Agustus 2014, pukul 11.10-13.00 WIT. 7
Hasil wawancara-Rismaniyah. Senin, 04 Agustus 2014, pukul 9.35-12.00 WIT.
Profesi jurnalis memberikan peluang besar
Kegiatan jurnalis berkaitan dengan
untuk berbuat baik, yaitu dapat meningkatkan
tulis menulis, sesuai dengan hobi yaitu
pengetahuan publik atas dinamika peradaban
menulis. Bekerja di lapangan tentu bukanlah
manusia dengan menginformasikan apa yang
hal mudah, sehingga seringkali jika seorang
terjadi secara faktual, berimbang, dan cermat;
perempuan
melakukan pendidikan melalui pemberitaan;
menarik perhatian lebih banyak orang secara
mesti menghibur dan melakukan pengawasan
langsung.
sosial; meluruskan tindakan publik yang
Membutuhkan
menyimpang
hidup”
dan
mengkritisi
kebijakan
menjadi
jurnalis
akan
Pekerjaan.
dilandasi
dengan
bisa
“Tuntutan keterdesakan
pemerintah.
ekonomi. Motif membutuhkan pekerjaan
Kegemaran Menulis. “Kebiasaan tindakan”
yang membentuk jurnalis peliputan berita
dalam pengembangan diri dan penyaluran
lapangan memilih profesi jurnalis disebabkan
hobi
diri.
Kegemaran
menulis
bagi
oleh
faktor
ekonomi
untuk
sehari-hari.
Faktor
menjalani
perempuan dianggap sebagai motif sebab
kehidupan
memilih profesi jurnalis sebagai bagian dari
didukung dengan pengalaman komunikasi
aktivitas keseharian mereka melakukan
yang dilakukan individu dalam interaksi dan
pekerjaan di media massa. Mereka bukan
komunikasi
sebagai akademisi ilmu komunikasi, namun
Individu memilih profesi jurnalis sebagai
mengaruh dari kebiasaan dan kegemaran
bagian dari psikologi diri mereka disebabkan
menulis di majalah dinding sewaktu masih
oleh
duduk di bangku Sekolah.
pekerjaan yang dilakoni.
Profesi jurnalis sangatlah penting, sama pentingnya dengan peran para ilmuwan, cendekiawan,
dan
para
ulama-pendeta.
Perannya dalam mencari, memburu, menggali dan
mengolah
informasi
menyebarluaskannya
sampai
kepada
ke
publik
merupakan salah satu pilar sistem pendidikan massal. Seorang jurnalis haruslah pandai mengenali peristiwa komunikasi yang layak berita, mengetahui di mana tempat mencari
tuntutan
di
lingkungan
ekonomi
ini
harus
sekitarnya.
bersumber
dari
Faktor yang menjadi pendorong untuk profesi jurnalis? Tidak ada pendorong, sekedar mencari pekerjaan hingga akhirnya memperoleh pekerjaan sebagai jurnalis. Awalnya hanya mencari kerja seperti kebanyakan lulusan sarjana.8 Tidak sesuai jurusan saat kuliah dan hanya sekedar mencari pekerjaan yang walaupun cocok dengan jurusan yang beta pung ambil di Fakultas Ilmu Kependidikan Biologi, mungkin karena ekonomi dan walaupun disiplin ilmu saat kuliah tentunya setelah
fakta-fakta berita, pandai memilih bagian mana ditonjolkan dan bagian mana tidak, serta bisa membuang bagian-bagian tidak diperlukan dan bagian tidak penting.
8
Hasil wawancara peneliti-Aquenosiskati. Senin, 25 Agustus 2014, pukul 13.30-15.00 WIT. Jurnalis Perempuan |21
dijalani, jurnalis menjadi satu profesi yang menyenangkan.9
pemilik media seringkali mengkonotasikan
Inilah yang mengantarkan jurnalis perempuan
ada perintah untuk turun ke lapangan, saat itu
peliputan berita lapangan memutuskan bahwa
juga berangkat. Entah dalam kondisi apa
profesi ini hanya faktor keterdesakan ekonomi
jurnalis saat itu, wajib berangkat. Ada
menjadikan mereka memilih profesi jurnalis.
tidaknya kendaraan menuju lokasi kejadian,
Pekerjaan jurnalis yang menyenangkan dan
tidak boleh menjadi alasan. Begitu ada tugas
dapat berbagi pengalaman komunikasi di
harus dikerjakan dan dilakukan. Menolak
lingkungan, khususnya bagi pembaca dan
tugas, itu sama saja mencari “mati.” Di militer
pemirsa media massa.
disertir namanya, konteks jurnalis juga begitu.
Menyukai Tantangan. “Semangat hidup”
Beberapa
melakukan pekerjaan yang memiliki risiko
“jurnalis yang menolak tugas sama artinya
yang dinikmati sebagai tantangan yang harus
mengundurkan diri.” Kalau tentara dan polisi
dijalani. Profesi jurnalis memberi banyak
punya jadwal piket, demikian juga jurnalis,
pengalaman menyenangkan bagi perempuan.
mesti bersiaga jika ada kejadian yang harus
Selain ide-idenya dibaca banyak orang,
diliput dan atau direportase.
mereka juga bisa bertemu dengan pelaku
Aktualisasi Diri. “Kekuatan diri” sebagai
peristiwa komunikasi, baik tokoh maupun
perjalanan kehidupan mendapatkan nilai-nilai
pejabat penting, tidak semua orang bisa
luhur dari profesi jurnalis. Memutuskan
menemuinya. Mereka pun bisa pergi ke
menjadi jurnalis setelah dalam perjalanan
tempat
dibayangkan
kehidupannya mendapatkan nilai-nilai luhur
dirinya
pun
dari profesi ini (keterampilan jurnalisme).
semakin tumbuh. Menjadi jurnalis banyak
Bukan berarti mereka kebetulan atau terpaksa
hal-hal menyenangkan bagi perempuan, bisa
menjadi
bertemu dengan siapa saja dan banyak belajar
menjalaninya.
mengenai humanis dan budaya.
panggilan
yang
sebelumnya.
tidak Rasa
pernah percaya
jurnalis dengan polisi dan atau tentara. Begitu
aturan
jurnalis
perusahaan
setelah
sekian
Jurnalisme
hidupnya.
menuliskan
Jurnalis
lama
merupakan perempuan
Tugas sebagai jurnalis memang berat,
menemukan nilai-nilai luhur dari profesi ini
waktu harus banyak disediakan untuk diri
yang telah mengantarkan menjadi jurnalis
profesi dan keluarga. Jadi, bisa ada dua
hingga saat ini.
komitmen, komitmen sebagai diri profesi,
Jurnalis perempuan harus banyak
maupun komitmen keluarga, karena seorang
mengkaji berbagai masalah sosial terjadi di
jurnalis tidak boleh menolak tugas. Para
masyarakat. Setiap individu mempunyai motif atau latarbelakang yang berbeda terhadap
9
Hasil wawancara peneliti-Ihtiziyawati. Senin, 28 Juli 2014, pukul 14.10-16.20 WIT. 22 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 15‐31
pilihan hidupnya, termasuk memilih profesi jurnalis.
Itulah
sebagai
aktualisasi
diri
perempuan, karena bisa bertemu dengan
terlebih dahulu karena situasi dan kondisi
tokoh-tokoh politik, bahkan dengan presiden
yang ada sangat memengaruh.
sekalipun. Profesi Jurnalis merupakan profesi
Sejak kecil, beta pung tidak pernah berkeinginan menjadi wartawan, namun ternyata dalam perjalanan hidup beta bersentuhan dengan dunia jurnalisme secara praktis.11
yang memiliki nilai penting dan strategis dalam pembangunan sebuah bangsa. Jurnalis memang bukan cita-cita sejak kecil, namun ketika beta mulai masuk dalam dunia kewartawanan sebelum menjadi jurnalis sebagai profesi yang tepatnya ketika masih kuliah, beta telah menjalankan peran jurnalis baik secara formal maupun melalui pelatihan yang sifatnya pribadi. Dari sinilah beta pung peroleh nilai-nilai kewartawanan yang ternyata memberikan kepuasan bathin ketika melakukan peliputan berita di lapangan.10
Saya ingin memberikan “informasi yang bermanfaat” itulah motif saya menjadi jurnalis. Profesi yang tiba-tiba terpikirkan di penghujung masa-masa kelulusan SMA yang mengantarkan saya sampai pada profesi ini.12 Alasan perempuan menjadi seorang jurnalis, ingin memberikan informasi yang bermanfaat dengan idealisme yang dikobarkan dalam dirinya. Intinya ingin paham fakta-fakta di
Media massa dianggap mempunyai “kekuatan ke-empat” dari ketajaman tulisannya, media massa dapat menjatuhkan atau mengangkat karier seseorang. seperti kata pepatah “Mata
tengah
masyarakat
dengan
melakukan
pengecekan, berkunjung ke masyarakat dan menuliskan
fakta
dirasakan,
dipikirkan,
diterima dan dihadapi oleh publik.
pena itu lebih tajam dari mata pedang.” Sejarah dalam negara juga telah membuktikan bahwa kelompok jurnalis ini merupakan pejuang kemerdekaan membebaskan negara daripada penjajah. Kebetulan Saja. “Perjalanan kehidupan” secara kebetulan melamar dan diterima sebagai jurnalis. Para jurnalis perempuan tidak sulit ditemui, bila untuk melakukan wawancara mendalam dengan waktu yang cukup
lama
ternyata
tidak
semudah
menemuinya. Jika sebatas bertemu saja tentu sangat mudah, tetapi ketika meminta waktu untuk
wawancara
perlu
membuat
janji
Gambar 1 Model Motif Sebab Jurnalis Perempuan Memilih Profesi Jurnalis 11
10
Hasil wawancara peneliti-Coswati. Kamis, 07 Agustus 2014, pukul 11.30- 13.00 WIT.
Hasil wawancara peneliti-Aminah Tutupuli. Rabu, 29 Juli 2014, pukul 10.00-12.45 WIT. 12
Ibid. Jurnalis Perempuan |23
dimiliki, dilatarbelakangi oleh berbagai Motif dimiliki perempuan saat memutuskan
aspek berikut ini.
memilih jurnalis peliputan lapangan media
Pembuktian Diri. “Keinginan membuktikan
massa di Kota Ambon dapat dikategorikan
diri,”
sebagai because motive. Pengkategorian
ketidakmampuan dan termarginalisasikan.
motif ini merujuk pada identitas khusus
Sebagai pekerja jurnalis perempuan peliputan
yang disebut oleh Berger dan Luckmann
berita lapangan yang acapkali dianggap
sebagai
typification
untuk
menjelaskan
dianggap
perempuan
memiliki
sebagai pekerjaan yang hanya bisa dilakukan
konstruksi sosial dari sebuah tindakan yang
oleh
sudah menjadi habitual.13 Hal ini sesuai juga
(stereotype) yang kuat di masyarakat masih
dengan
menganggap
pernyataan
“in
because-motivation
every
both
genuine
motivating
and
motivated lived experiences have the temporal character
of
14
pastnest.”
Motif
yang
disebabkan keinginan dan atau cita-cita,
butuh
pekerjaan,
laki-laki.
idealnya
Anggapan
laki-laki
negatif
berperan
sebagai pencari nafkah, dan pemimpin penuh kasih,
perempuan
menjalankan
fungsi
pengasuhan anak di rumah sebagai kodrat perempuan.
dukungan, terinspirasi tokoh idola, suka menulis,
kaum
Sebagai kaum perempuan yang tidak
menyukai
berkemampuan dan termarginalisasikan, maka
tantangan, aktulisasi diri, dan kebetulan saja
jurnalis perempuan sebagai bukti prestasi bagi
dilandasi oleh adanya pengalaman masa lalu
dirinya menjadi sesuatu dianggap penting
jurnalis perempuan memilih jurnalis peliputan
dalam area domestik jurnalisme. Walaupun
berita lapangan media massa di Kota Ambon
demikian
sebagai tempat bekerja.
memilih jurnalis sebagai pekerjaan yang
terdapat
variasi
motif
tujuan
mendorong jurnalis perempuan. Salah satu E. Motif
Tujuan
Memilih
Profesi
Jurnalis
untuk
Motif tujuan teridentifikasi yang mendorong subjek melakukan tindakan menjadi jurnalis untuk
mendapatkan
dari motif tersebut adalah adanya keinginan
manfaat
cukup
beragam. Keberagaman orientasi tujuan
pembuktian
diri
sebagai
pekerja
jurnalisme. Ingin punya nilai lebih, juga ingin membuktikan diri walaupun seorang perempuan, tapi beta pun juga bisa menjadi jurnalis peliputan lapangan yang beta inginkan dari sejak kecil.15
13
Lihat; Peter Ludwiq Berger and Thomas Luckmann. 1966. The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociology of Knowledge. New York: Anchor Books., h. 70. 14
Alfred Schutz, 1972. The Phenomenological of the Social World. London: Heinemann Educational Book., h.93. 24 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 15‐31
Perempuan bisa mengatur kehidupan kesehariannya antara kerja dan ibu rumah tangga, bukan hanya tinggal di 15
Hasil wawancara peneliti-Bahriani. Kamis, 24 Juli 2014, pukul 14.10-15.00 WIT.
rumah mengurus keluarga. Inilah nilai tambah yang dimiliki perempuan, pintar mengatur dirinya, hingga membuktikan dirinya, mampu bekerja di luar rumah, seperti kaum laki-laki.16
jika katong menyampaikan berita yang benar. 18 Jurnalis
perempuan
berkeinginan
untuk
menunjukkan pada orang lain bahwa mereka
Jurnalis perempuan memilih profesi ini
memiliki kemampuan dan terlihat adanya
bertujuan
keengganan untuk dikatakan hanya bisa
untuk
membuktikan
dirinya
melakoni pekerjaan jurnalis sebagai keinginan
mengurus
dari sejak kecil walaupun seorang perempuan
bekerja di luar rumah. Perempuan melakoni
memiliki pekerjaan peran ganda, baik untuk
pekerjaan
keluarga maupun
menghadapi individu lain sebagai sumber
menambah
pendapatan
rumah
ini
tangga,
sebagai
tidak
mampu
tantangan
untuk
keluarga.
berita, mempublikasikan peristiwa tersebut
Menunjukkan Kemampuan. “Menunjukkan
dengan benar menurut penilaian publik.
kemampuan pada orang lain” perempuan
Bangga. “Kebahagian hidup” di mana
memiliki kelebihan, tantangan dan menarik
jurnalis
perhatian di banding jurnalis laki-laki. Motif
kemudahan pergaulan, dan memperoleh
ingin menunjukkan kemampuan pada orang
penghargaan
lain bahwa jurnalis perempuan memiliki
memilih
kelebihan menjadi jurnalis peliputan berita
kebanggaan memilih jurnalis. Profesi ini
lapangan di media massa.
memengaruhi
Orang lain tahunya, perempuan hanya bisa bekerja di rumah saja. Tapi beta pun ingin menunjukkan bahwa perempuan itu tidak seperti itu, makanya beta ingin berhasil karena selain memperoleh pendapatan yang cukup baik, beta juga pikir ini jadi kebanggaan kalau ada jurnalis yang bekerja cukup lama.17
sebagai
pekerjaan
pekerjaan.
jurnalis,
keberanian,
Motivasi
ditemukan
diri
kategori
kehidupannya
dengan
penghidupan lebih pemberani, mudah bergaul dan berimplikasi pada psikologi diri menjadi suka menolong orang lain. Keberanian dan mudah
bergaul
merupakan
kebanggaan
psikologi diri. Motif perempuan memilih jurnalis bertujuan agar dirinya memiliki kebangaan
Agar bisa menunjukkan bahwa katong ini mampu melakoni pekerjaan seperti ini karena punya tantangan di lapangan. Keuntungannya juga banyak, dapat penghormatan dari teman-teman, masyarakat, pemerintah
sebagai
jurnalis,
menemui
karena
orang-orang
dirinya
dapat
penting
dan
mengenalnya sebagai penghargaan pekerjaan yang kesemuanya memengaruhi psikologi diri menjadi pemberani dan mudah bergaul di
lingkungan sekitarnya akan berdampak pada
16
Hasil wawancara peneliti-Nolasawati. Kamis, 31 Juli 2014, pukul 11.10-12.30 WIT 17
Hasil wawancara peneliti-Ibaniyah. Rabu, 13 Agustus 2014, pukul 11.15-13.00 WIT.
18
Hasil wawancara peneliti-Yasmin. Rabu, 30 Juli 2014, pukul 14.20-15.30 WIT. Jurnalis Perempuan |25
perasaan sosial suka menolong orang lain
terutama mengenai ilmu-ilmu baru, kasus baru, wawasan baru, daerah baru, semua tingkatan sosial, kehidupan dari kaya sampai miskin, kejahatan baru, isu baru, gosip baru dan lain-lain. 20
yang membutuhkan pertolongan. Terus Belajar. “Rutinitas hidup” sebagai proses
pembelajaran
dan
penambahan
pengetahuan. Menulis dan berkomunikasi efektif merupakan salah satu persyaratan
Setelah perempuan menjalani jurnalis, mereka
jurnalis media massa, baik cetak maupun
sangat menikmati dan ternyata mereka harus
eletronik. Kedua syarat tersebut harus di
terus belajar-setelah sekian tahun menjadi
dukung
sehingga
jurnalis tetap harus belajar setiap hari,
jurnalis harus memiliki wawasan pengetahuan
terutama mengenai ilmu-ilmu baru, kasus
umum.
inilah
baru, wawasan baru, daerah baru, semua
menjadikan jurnalis lebih eksis di lapangan
tingkatan sosial, kehidupan dari kaya sampai
dalam melakukan peliputan pada pelaku
miskin, kejahatan baru, isu baru, gosip baru
peristiwa
dan lain-lain.
dengan
pengetahuan,
Wawasan
pengetahuan
komunikasi.
Untuk
mencapai
maksud ini, jurnalis selalu berproses, bukan
Imbalan Material. “Penghidupan diri” yang
menjadikan dirinya stagnan untuk menjadi
menjadikan perempuan mandiri menjalani
jurnalis lebih kompeten. Proses dilakukan
kehidupan. Perjalanan hidup individu, bisa
jurnalis dianggap sebagai pembelajaran yang
ditentukan berbagai pengetahuan dimiliki
dikategorikan
seperti
melalui pengalaman komunikasinya dengan
pengungkapan Santiyani, “… idealnya dalam
lingkungan di sekitarnya, seperti jurnalis
memberikan informasi kepada masyarakat
perempuan
harus
dirinya sebagai jurnalis. Awalnya mereka
jelas,
“terus
belajar,”
terbuka,
dan
memberikan
hanya
solusi.”19 Tujuan
memilih
jurnalis
untuk
tidak
mencari
pernah
membayangkan
pekerjaan
yang
bisa
menjadikan dirinya mandiri untuk membiayai
membuktikannya dengan terus belajar dan
kehidupannya
memperkaya
diri
dan
bergantung pada orang lain, terutama orang
pengetahuan
yang
dapat
tua. Mereka mencari pekerjaan apa saja,
menjalani profesi jurnalis dengan memahami
karena masalah ekonomi yang akhirnya
dan menyadari apa yang harus dilakukan
diterima menjadi jurnalis peliputan berita
sebagai seorang jurnalis setelah melewati fase
lapangan. Setelah menjadi jurnalis, bisa
ini.
menjadikan dirinya mandiri, karena motif
dengan luas.
wawasan Untuk
Setelah sekian tahun menjadi jurnalis tetap harus belajar setiap hari ...
sehari-hari
Hasil wawancara peneliti-Santiyani. Rabu, 20 Agustus 2014, pukul 09.10-12.30 WIT. 26 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 15‐31
tidak
mereka untuk bekerja adalah ganjaran materi yang menjadi imbalan. “Biar bisa dapat uang,
19
dan
20
Ibid.
bisa
bantu
keluarga,
makanya
harus
para
jurnalis.
Hanya
jurnalis
menyukai
bekerja.”21 Lebih lanjut disebutkan pula “…
tantanganlah yang biasanya mendapatkan
Kan kalau dapat kerja menjadi jurnalis, bisa
peliputan
dapat
menyajikan laporan eksekutif. Tantangan
uang,
terus
uangnya
untuk
di
tabung.”22
yang
baik,
sehingga
mampu
inilah menjadikan psikologi diri jurnalis
Begitupula
subjek
lainnya
pada
perempuan
memilih
jurnalis
sebagai
awalnya tidak pernah menyangka dirinya
pekerjaan yang mampu memberikan semangat
menjadi
dalam kehidupan sehari-harinya.
jurnalis,
hanya
mencoba-coba
melamar pekerjaan di media cetak, akhirnya diterima.
Ini dilakukan karena
masalah
ekonomi, yang penting dapat pekerjaan untuk menghidupi dirinya sendiri. “… Kalau kerja sebagai jurnalis kan dapat duit lumayan kan, jadi ya beta harus serius bekerja.” 23 Jurnalis bagi dirinya sesuatu yang baru, pekerjaan membutuhkan pengetahuan dan keterampilan, pada akhirnya tempat bekerja memberikan pengetahuan
dan
pengalaman
secara
Jurnalis itu menyenangkan hati, dapat memotivasi diri untuk bekerja lebih baik, karena beta menyukai tantangan, terutama orang-orang yang beta belum kenal, akhirnya hidup beta selalu menyenangkan dan bersemangat menjalani pekerjaan ini.25 Pekerjaan ini memberi semangat hidup lebih menyenangkan, banyak kenalan, terutama orang-orang penting pada pemerintahan. Beta pun memahami peristiwa lapangan, hasil dari peliputan beta lakukan. 26
autodidak “… Biar senang, terus kalau kerja
Motivasi perempuan memilih jurnalis sebagai
jurnalis bisa dapat uang untuk biaya hidup
pekerjaan,
sehari-hari, tapi kalau tidak kerja kan malu.”
Profesi ini memiliki tantangan dan resiko,
24
memberikan
semangat
hidup.
terutama pada peliputan peristiwa komunikasi
Bersemangat.
“Tantangan
hidup”
yang
yang dijalani dalam kehidupan kesehariannya.
memiliki resiko dalam menjalani pekerjaan.
Idealisme.
Jurnalis ketika melakukan peliputan berita
dianggap
lapangan pada pelaku peristiwa komunikasi
pekerjaan jurnalis. Keberagaman perempuan
dihadapkan
mampukah
memilih menjadi jurnalis, ada juga memiliki
meliput peristiwa yang terjadi dan itulah
alasan unik, seperti “ingin memberikan
pertanyaan psikologi diri yang harus dijawab
informasi
pada
tantangan,
21
Hasil wawancara peneliti-Aquenosiskati. Senin, 25 Agustus 2014, pukul 13.30-15.00 WIT. 22
Ibid.
23
Hasil wawancara peneliti-Istiningsih. Kamis, 21 Agustus 2014, pukul 11.20-13.00 WIT. 24
Ibid.
“Komitmen sebagai
bermanfaat
hidup”
loyalitas
dengan
yang
menjalani
idealisme
dikobarkan dalam dirinya.” Motif perempuan memilih jurnalis, tidak semuanya memiliki 25 Hasil wawancara-Rismaniyah. Senin, 04 Agustus 2014, pukul 9.35-12.00 WIT. 26
Hasil Wawancara peneliti-Berniyasasti. Rabu, 27 Agustus 2014, pukul 10.25-13.00 WIT. Jurnalis Perempuan |27
loyalitas
tinggi
Sebaliknya
terhadap
mereka
idealisme.
acapkali
berpikir
fakta yang diberikan jurnalis dianggap tidak benar.
paragmatis. Apa maknanya idealisme apabila
Pekerjaan
tidak mampu menyejahterakan kehidupannya.
hidup” sebagai inspirasi inspirasi peristiwa
Apabila pemikirannya sudah seperti itu bisa
komunikasi. Motivasi jurnalis perempuan
dibayangkan
memilih jurnalis di media massa, semuanya
bagaimana
isi
pemberitaan
Bermanfaat.
“Pemahaman
subjek memilih jurnalis dianggap sebagai
media massa tersebut. Tidak sedikit jurnalis media massa
“pekerjaan bermanfaat” untuk kepetingan
yang bisa di sogok dengan berbagai fasilitas
publik. Pekerjaan ini memberikan inspirasi
oleh pihak-pihak tertentu yang berkaitan
subjek untuk lebih memahami situasi dan
dengan pemberitaan. Tidak sedikit jurnalis
peristiwa komunikasi sebagai aspek positif
yang bisa di dikte oleh pelaku peristiwa
dan
komunikasi. Bahkan tidak sedikit jurnalis
mengungkapkan sesuatu terselubung sebagai
yang
konsumsi publik.
mau
di
pemberitaannya
atur
mengenai
oleh
perpektif
pihak-pihak
lain.
Semuanya itu, tentunya dengan imbalan tertentu. Kesemuanya ini, realitas dialami seolah-olah
buta
terhadap
keragaman
penyelewengan yang terjadi. Hal-hal seperti ini jelas menghambat kebebasan jurnalis itu sendiri, media jurnalisme menjadi tumpul dan kehilangan daya kritisnya. Jurnalis merupakan komitmen yang harus
dipegang
oleh
semua
jurnalis,
atau
bermanfaat
yang
dapat
Beta ingin melakukan sesuatu yang positif, yang ada manfaatnya, kebetulan beta sudah sudah memiliki pekerjaan jurnalis, ya akhirnya beta harus bermanfaat kepada orang lain melalui pemberitaan yang benar dan objektif.27 Kerja jurnalis memang susah dan berhatihati, karena mencari peristiwa peliputan, ada manfaatnya jika menyampaikan peliputan yang benar dan objektif, masyarakat memberikan penghargaan, dianggap sebagai keberanian mengungkapkan sesuatu terselubung, dinampakkan keper28 mukaan untuk dikonsumsi masyarakat.
harus
Motif melandasi jurnalis perempuan sebagai
peliputan
subjek untuk mengambil tindakan serta me-
berita lapangan. Seorang jurnalis dalam
mutuskan untuk memilih jurnalis di media
menjalankan profesinya berhubungan dengan
massa agar memperoleh imbalan material,
berbagai pihak yang menjadi sumber berita.
pembuktian diri, menunjukkan kemampuan
Hubungan antar jurnalis dengan sumber berita
pada orang lain, bangga, terus belajar, im-
tidak akan menimbulkan persoalan apa-apa
balan material, bersemangat, idealis, serta
sepanjang
ingin melakukan pekerjaan bermanfaat.
dikategorisasikan memiliki
pekerjaan
idealisme
disampaikan
fakta
yang
melakukan
dan
jurnalis
atau
akurat
informasi dan
benar.
Sebaliknya, akan memunculkan persoalan bila
27
Hasil wawancara peneliti-Aminah Tutupuli. Rabu, 10 September 2014, pukul 09.00-12.45 WIT 28
28 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 15‐31
Ibid.
Sesungguhnya motif dimiliki jurnalis perem-
perspective with other humans.”29 Orientasi
puan memilih pekerjaan ini tidak terbentuk
tindakan
begitu saja. Terdapat sejumlah interaksi yang
dimilikinya. Pengetahuan dapat diperoleh dari
terakumulasi menjadi suatu pengalaman dan
pengalaman berbagi informasi dengan orang
bermuara pada sekumpulan pengetahuan yang
lain. Pengetahuan ini dapat mendorong tim-
akhirnya dimiliki oleh mereka.
bulnya motif tertentu di dalam diri individu.
individu
dilandasi
pengetahuan
Pengetahuan tidak serta-merta ada di
Motif untuk menjadi jurnalis peliputan berita
dalam diri individu. Pengetahuan dihasilkan
lapangan dilandasi pengetahuan mengenai
dari interaksi yang melibatkan proses berbagi
tujuan yang akan diperoleh apabila mereka
informasi antara individu dengan lingkungan-
menjadi jurnalis.
nya. Selanjutnya, pengetahuan itu pula lah
Motif dilandasi oleh adanya keinginan
yang melandasi terbentuknya motif untuk
untuk mendapatkan tujuan dari tindakan yang
menjadi jurnalis. Dengan kata lain, proses
akan
pembentukan motif di dalam diri jurnalis
sebagai motif in order to. Hal ini mengacu
perempuan saat mereka memutuskan memilih
pada pernyataan bahwa “… The act thus
pekerjaan jurnalis peliputan berita lapangan,
projected in the future perfect tense and in
didasari oleh pengetahuan dan menimbulkan
term of which the action receives its
ekspektasi untuk mewujudkan suatu aktivitas
orientation is the in order motive for actor.”30
tertentu, bisa dikategorisasikan ke dalam
Sebab motif ini muncul disertai adanya
kelompok “motive in-order-to.”
harapan untuk mewujudkan sebuah proyek
dilakukannya
dapat
dikategorikan
tertentu yang manfaatnya akan diperoleh di masa akan datang apabila proyek tersebut telah terwujud.
Gambar 2 Model Motif Tujuan Jurnalis Perempuan Memilih Profesi Jurnalis
Ada pernyataan menyebutkan bahwa “… Schutz posits that individuals orient to objects and actions by assuming a reciprocity of
29 Thomas Lindlof, R. 1995. Qualitative Communication Research Methods, California USA, Sage Publications., h. 33. 30
Alfred Schutz, op.cit., h. 89. Jurnalis Perempuan |29
F. Kesimpulan Jurnalis perempuan sebagai subjek penelitian ini telah mengambil tindakan menjadi jurnalis peliputan berita lapangan dialami cukup beragam.
Beberapa
temuan
menjelaskan
bahwa motif melatarbelakangi perempuan memilih profesi jurnalis memiliki motif sebab dan motif tujuan bekerja di media massa. Sebagian dari subjek masih mendapatkan Gambar 3 Model Motivasi Jurnalis Perempuan Memilih Profesi Jurnalis
diskriminasi dari lingkungan sekitarnya yang dikonstruksi profesi jurnalis untuk pekerjaan laki-laki
pada
saat
peneliti
melakukan
mendorong
penelitian, dan lainnya adanya keinginan
tindakan
untuk membuktikan diri bahwa perempuan
memilih pekerjaan jurnalis dapat dilihat dari
juga bisa melakukan pekerjaan seperti kaum
motif yang mereka miliki. Motif merupakan
laki-laki walaupun memiliki perbedaan jenis
konfigurasi atau konteks makna yang ada
kelamin, namun mampu bekerja sebagai
pada diri individu sebagai landasan dalam
jurnalis.
Kecenderungan perempuan
untuk
yang mengambil
bertindak dan upayanya mendefinisikan diri
Subyek penelitian memilih jurnalis
dan lingkungan. Atau dengan kata lain, motif
peliputan berita lapangan dilatarbelakangi
adalah faktor pendorong individu untuk
pengalaman dialami pada masa lalu sebagai
bertindak terhadap suatu objek. Hal ini sesuai
keinginan dan atau cita-cita, dukungan
dengan pernyataan Schutz bahwa “… Motive
teman,
is meaningful ground of his behavior.”31
menulis,
Artinya
pekerjaan
tantangan, aktulisasi diri, dan kebetulan
jurnalis peliputan lapangan dilandasi oleh
saja. Penelitian ini juga menemukan motif
motif tertentu. Dengan mengamati motif
tujuan untuk mencapai target-target langsung
subjek dapat diketahui kecenderungan mereka
jurnalis agar memperoleh imbalan material,
ketika memilih profesi jurnalis peliputan
pembuktian diri, menunjukkan kemampuan
lapangan di media massa sebagai tempat
pada orang lain, bangga, terus belajar,
bekerja.
bersemangat,
perempuan
memilih
terinspirasi
tokoh
butuh
pekerjaan,
idealisme,
idola,
suka
menyukai
serta
ingin
melakukan pekerjaan bermanfaat. Dalam penelitian ini teori konstruksi 31
Ibid., h. 86.
30 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 15‐31
makna dan tindakan sosial telah bermanfaat dalam mengeksplorasi jurnalis perempuan
memilih
menjadi
jurnalis.
Khususnya
memaknai dirinya memilih profesi jurnalis yang dibentuk dari pengalaman masa lalu dan tujuan melakukan peliputan berita lapangan. Penelitian
ini
telah
membahas
beberapa aspek motif pengalaman hidup jurnalis perempuan. Banyak aspek lain yang masih perlu dilakukan penelitian, salah satunya adalah bagaimana jurnalis perempuan memaknai profesi diri mereka memiliki pekerjaan
jurnalis
berdasarkan
kerangka
pengalaman dan pengetahuan dimiliki. Telah ditemukan, misalnya mereka terus-menerus belajar melakukan peliputan berita lapangan. Jadi
dengan
menggunakan
perspektif
konstruksi makna, kita dapat mengeksplorasi
Masa Depan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Kovach, Bill dan Tom Rosentiel. 2001. Sembilan Elemen Jurnalisme. Jakarta: Yayasan Pantau. Lindlof, Thomas R. 1995. Qualitative Communication Research Methods, California USA, Sage Publications. Luviana, 2012. Jejak Jurnalis Perempuan: Pemetaan Kondisi Kerja Jurnalis Perempuan di Indonesia. Jakarta: Aliansi Jurnalis Independen. Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Cet.V. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Schutz, Alfred. 1972. The Phenomenological of the Social World. London: Heinemann Educational Book. Siregar, Ashadi.1998. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa.Yogyakarta: Kanisius.
pemaknaan profesi jurnalis peliputan berita lapangan. Tentu saja topik ini berada di luar diskusi kita saat ini.
DAFTAR PUSTAKA Berger, Peter Ludwiq and Thomas Luckmann. 1966. The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociology of Knowledge. New York: Anchor Books. Burgh, de Hugo. 2005. Making Journalists. Diverse Models, Global Issue. Foreword by James Curram. New York: Routledge. Ghoneim, Sarah. 2003. Investigative Journalism as a Safeguard for Democracy. Course: Disertation, New Media Journalism. Faculty: London College of Music and Media. Thames Valley University. 10200127. http://zappa.tvu.ac.uk/00GhoneimS. Hamid, Farid dan Heri Budianto, 2011. Ilmu Komunikasi: Sekarang dan Tantangan Jurnalis Perempuan |31
KEBERMAKNAAN SALAM DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT Oleh : Hakis , Ammy Rila Tuasikal2 1
ABSTRACT Islam is a religion "rahmatan lil alamin" which has always called for the safety, peace and livelihoods in private life, social community. One of the teachings of Islam which is also a prayer to be practiced by Muslims is a greeting and salutation. Regards means a prayer/declaration of peace and security of the people who say hello to the people who greet. This means that the person who received the greeting was to obtain peace and security while in front of the people who speak it. The results of this study is the meaning of greeting in the social life of society is the prayer of salvation, peace and livelihoods, people who salute is sunnah but the answer greeting is mandatory. However answered greeting those non Muslims there is a difference of opinion, scholarly said not allowed but there are also scholars not only contemporary scholars but there are also scholars of the Salaf that allow as Ibn Mas'ud, al-Auza'i, Abu Umamah al-Bahili . They said good-bye to those non-Muslims on the grounds of the Prophet ordered spreading greeting (peace). Keywords: Greetings, Non-Muslims, Peace, Prosperity juga mengatur hubungan sosial masyarakat
A. Pendahuluan Islam adalah sebuah agama yang diturunkan
oleh
Nabi
Sesuai dengan namanya sendiri yang
Muhammad saw dan sebagai agama terakhir
terambil dari kata salima (selamat, damai)
yang datang untuk menyempurnakan ajaran-
kehadirannya sebagai agama rahmatan lil
ajaran agama samawi sebelumnya. Kehadiran
‘alamin, tentu saja ajaran-ajarannya bukan
Islam
hanya kepada umat Islam sendiri tetapi
bukan
Allah
hanya
kepada
(habmin al-nas) secara umum.
untuk
meluruskan
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi,
ajarannya
khsususnya dalam aspek aqidah, tetapi juga
makhluk di muka bumi ini.Oleh karenya,
meluruskan
tatanan
adalah suatu kesalahan bilamana umat Islam
kehidupan sosial masyarakat Arab pada saat
dalam keberagamaannya hanya untuk dirinya
itu sampai umat manusia berikutnya.Dengan
sendiri secara sempit. Dalam artian dialah
demikian, ajaran Islam tidak hanya mengatur
yang paling benar dan apa yang ada dari
hubungan horizontal (hablun min Allah) tapi
selainnya adalah salah. Orang lain (agama
lain) tidak dikaui kehadirannya dan tidak
1
dan
memperbaiki
Dosen Fakultas Ushuluddin & Dakwah IAIN
Ambon 2
Mahasiswa KPI Fak. Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon 32 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 32‐40
senantiasa
melingkupi
semua
menerima kebenaran yang ada pada orang lain.
Metode penelitian dalam karya ini
Salah satu yang menjadi perbincangan dikalangan ulama atau cendikiawan Islam
adalah
adalah persoalan hubungan dengan agama
mengumpulkan buku-buku yang berkaitan
lain. Salah satu di antaranya adalah masalah
dengan konsep dan falsafah Salam serta kitab
pengucapan salam dan menjawab salam dari
yang membahas tentang perbedaan menjawab
agama lain. Maluku, khususnya kota Ambon
salam.
seringkali dipertemukan dengan mereka yang beda agama (selain Islam) dan sering kali mereka memeberi salam, maka apa yang sebaiknya
dilakukan
oleh
mereka
yang
muslim?
metode
liberary
reseat
yaitu
C. Konsep dan Falsafah Salam Salam
dalam
pandangan
Islam
mengandung makna penting dan mendalam, bukan sekedar basa-basi dalam pergaulan ketika seorang muslim bertemu dengan
untuk
muslim yang lainnya. Salam dalam Islam
mengucapkan dan menjawab salam mereka.
menunjukkan inti pokok ajarannya dalam
Sementara
dan
pergaulan antar sesama manusia. Salam dalam
membolehkannya. Oleh karena itu, dalam
Islam yang berbunyi assalamu alaikum,
makalah ini penulis mencoba menguraikan
menyiratkaln bahwa Islam adalah agama
bagaimana pandangan al-Qur’an dan hadis-
perdamaian dan cinta akan perdamaian.
Sebagian yang
ulama
menolak
lainnya
menerima
hadis Nabi saw terhadap kebermaknaan salam dalam
kehidupan
sosial
kemasyarakatan
termasuk menjawab salam terhadap nonIslam?
Salam berarti suatu janji kedamaian dan keamanan dari orang yang mengucapkan kepada orang yang diberi salam, ini berarti bahwa orang yang menerima ucapan salam itu
B. Tujuan dan Metode Dalam Karya
berada di depan orang yang mengucapkannya.
Tulis Ini Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Memberikan
memperoleh kedamaian dan keamanan selama Dengan kata lain, orang yang mengucapkan salam kepada orang lain berarti ia sanggup
informasi
tentang
menjamin bahwa ia tidak akan menyakiti
mengucapkan dan memberi salam
orang tersebut baik hatinya maupun fisik.
baik pada sesama muslim maupun
Muhammad Rasyid Ridha
dengan non muslim
dalam fatwanya sebagaimana yang termuat
2. Memperkaya pengetahuan tentang
dalam
jurnal
al-Manar
(w. 1935 M) menegaskan:
perbedaan pendapat ulama tentang
“…barangsiapa yang mengucapkan salam
bagaimana hukumnya menjawab
kepada seseorang berarti telah menjamin rasa
salam non muslim
aman orang tersebut, dan apabila kemudian Kebermaknaan Salam dalam Kehidupan Sosial Masyarakat |33
menyakitinya
sesungguhnya
dia
telah
berkhianat dan mengingkari janjinya.”3
hanya
ucapan
ta’abbudi
Dalam QS. Al-Nisa/4: 86) :
yang
tetapi
mengandung
lebih
dari
itu
nilai salam
mengandung suatu makna yang lebih dalam,
َوإِ َذا ُحيﱢيتُ ْم بِت َِحي ﱠ ٍة فَ َحيﱡوا بِأَحْ َسنَ ِم ْنھَا أَوْ ُر ﱡدوھَا إِ ﱠن ﱠ َﷲَ َكان َعلَى ُكلﱢ َش ْي ٍء َح ِسيبًا
yaitu memelihara dan mengawasi hubungan baik serta keharmonisan hidup kita di antara umat manusia.
Artinya: “Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa).Sesungguhnya
Allah
memperhitungkan segala sesuatu”. Ayat di atas membicarakan etika salam
Dengan demikian, salam itu bukan
dalam
pengajaran
Islam
kepada
dan
umat
memberikan Islam
bahwa
D. Mengucapkan dan menjawab salam non-Muslim Salah satu masalah yang dibicarakn oleh ulama mufassirin dan fuqaha ketika menafsirkan ayat adalah masalah hukum Islam mengenai hubungan umat Islam dengan umat lain melelui pengucapan salam dan menjawab salam non-Muslim.4 Masalahnya cukup kompleks, bahkan boleh dikatakan kebanyakan
umat
Islam
berpadandangan
seseorang yang menerima ucapan salam wajib
bahwa tidak boleh mengucapkan salam
menjawab salam itu dengan pernyataan yang
kepada non-Muslim karena adanya hadis Nabi
lebih baik atau paling tidak sama dengan yang
yang melarang memberi salam kepada non-
diterimanya.
Muslim. Sementara di lain pihak, terdapat
Sebenarnya ucapan salam itu bukan hanya terjadi pada masa Islam tetapi jauh sebelum Islam sudah dikenal. Pada masa Jahiliyah
bila
bertemu
mereka
saling
orang-orang
non-Muslim
yang
gemar
mengucapkan salam kepada umat Islam, dan ketika itu enggan untuk menjawab salam tersebut.
mengucapkan salam antara lain berbunyi ( حياك
Tidak jarang terjadi bahwa dalam
)ﷲ. Islam datang tidak menggunakan kata di
suatu pertemuan yang melibatkan penganut
atas tetapi yang diajarkan adalah Assalamu
berbagai
‘alaikum. Dan dari kata ini (salam) dipakai
mengucapkan salam, sementara beberapa
untuk menyambut penghuni surga (QS. 50: 34) bahkan sampai di dalam surga setiap saat di dengarnya (QS. 56: 26). 3
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, ( Beirut: Dar al-Fikr, t. th.), Jilid V, h. 313. 34 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 32‐40
agama,
seorang
muslim
4
Lihat al-Thabary, Jami’ al-Bayab ‘an Ta’wil Ay al-Qur’an, (Beirut; Dar al-Fikr, 1995/1415 H), Jilid V, h. 257-60; Ibn ‘Athiyah, al-Muharrar al-Wajiz fi Tafsir al-Kitab al-‘Aziz, edisi ‘Abd al-Salam ‘Abd alSyafi’I Muhammad (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1993/1413), Jilid II, h. 87.
non-Muslim yang hadir merasa mendapat
jawabannya
suatu “agresi mental” yang menempatkannya
disebutkan dalam hadis di atas.6 Bahkan al-
dalam posisi serba sulit.
Qurtubhy menyebutkan ada yang menjawab
Para mufassirin berbeda pendapat tentang
hukum
diucapkan
oleh
menjawab
dalam
non-Muslim
yang kepada
adalah
“alaikum”
seperti
dengan “’alak al-Salam” (semoga damai hilang atasmu). Yang lain lagi menjawab, “’alaika al-Silam” (batu untuk Anda).7
Muslim.Sebagian berpendapat bahwa perintah
Penafsiran
di
atas
tampaknya
ayat di atas (QS. Al-Nisa/4: 86) menyangkut
disemangati oleh pandangan supersesionis
menjawab salam yang diucapkan oleh umat
dan
Islam. Sedangkan mengenai salam yang
hubungan
diucapkan oleh non-Muslim dijawab dengan
ketegangan. Sebagaimana digambarkan dalam
mengatakanwa ‘alaikum, berdasarkan hadis
Qs. Ali Imran 3: 118;
Nabi saw. : َح ﱠدثَنَا ع ُْث َمانُ بْنُ أَبِي َش ْيبَةَ َح ﱠدثَنَا ھُ َش ْي ٌم أَ ْخبَ َرنَا ُعبَ ْي ُد ﱠ ﷲِ بْنُ أَبِي ض َي ﱠ ال النﱠبِ ﱡي َ َال ق َ َﷲُ َع ْنهُ ق ِ س َح ﱠدثَنَا أَنَسُ بْنُ َمالِ ٍك َر ٍ َبَ ْك ِر ب ِْن أَن صلﱠى ﱠ ب فَقُولُوا َ ِ ﷲُ َعلَ ْي ِه َو َسل ﱠ َم إِ َذا َسل ﱠ َم َعلَ ْي ُك ْم أَ ْھ ُل ْال ِكتَا 5 َو َعلَ ْي ُك ْم Artinya: Dari Anas ibn Malik (dilaporkan) bahwa Rasulullah saw bersabda: apabila
orang
mengucapkan
ahl
salam
al-Kitab kepadamu,
maka katakanlah: “wa ‘alaikum.”.
berkembang antar
subur
dalam
situasi
agama
yang
penuh
يَاأَيﱡھَا الﱠ ِذينَ َءا َمنُوا َال تَتﱠ ِخ ُذوا بِطَانَةً ِم ْن دُونِ ُك ْم َال يَأْلُونَ ُك ْم َخبَ ًاال ضا ُء ِم ْن أَ ْف َوا ِھ ِھ ْم َو َما تُ ْخفِي َ ت ْالبَ ْغ ِ َو ﱡدوا َما َعنِتﱡ ْم قَ ْد بَ َد ُ َت إِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعقِلُون ِ صدُو ُرھُ ْم أَ ْكبَ ُر قَ ْد بَيﱠنﱠا لَ ُك ُم ْاآليَا Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaan orang-orang yang di luar kalanganmu (karena)
mereka
(menimbulkan)
tidak
henti-hentinya
kemudharatan
bagimu.
Mereka menyukai apa yang menyusahkan
Pendapat dikalangan ulama klasik
kamu. Telah nyata kebencian dari mulut
dikemukakan oleh antara lain Atha’ bin Abi
mereka, dan apa yang disembunyikan oleh
Rabb, ia mengatakan, “ayat َوإِ َذا ُحيﱢيتُم بِت َِحيﱠ ٍة فَ َحيﱡوا
hati mereka lebih besar lagi. Sungguh
( بِأَحْ َسنَ ِم ْنھَآ أَوْ ُر ﱡدوھَآ4: 86) khusus mengenai
telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat
orang-orang
Muslim
dan
jika
yang
memberikan salam itu bukan orang Islam 5
Lihat Al-Imâm al-Hafizd Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhary, Shahih al-Bukhâry, Juz IV, (Cet. II; Beirut: al-Maktabah al-‘Ashriyah, 1997/1418), h. 1969. lihat pula Imâm Abu al-Husain Muslim bin Hajjaj al-Naisabury, al-Jami’ al-Shahih li Muslim, Juz 2 (Beirut: Dar al-Fikr, 1993/1414), h. 344.
(Kami), jika kamu memahaminya Ayat ini menjadi pegangan orangorang yang tidak membolehkan menjawab
6 Al-Qurthuby, Tafsir al-Jami, li Ahkam alQur’an (Beirut; Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1993/1413), Jilid V, h. 195. 7
Ibid.,h. 196.
Kebermaknaan Salam dalam Kehidupan Sosial Masyarakat |35
salam bagi orang-orang non Islam. Padahal
bukan ahl al-Kitab dijawab “wa ‘alaikum.”10
sesungguhnya
salaf
Menurut Muhammad Abduh dan Rasyid
membenarkan menjawab salam non-Muslim.
Ridha, pembedaan itu tidak ada dalilnya baik
Ibn ‘Abbas (w. 68) pernah mengatakan,
dari ayat maupun dari hadis Nabi.
“Siapa
kebanyakan
pun
makhluk
mengucapkan jawablah
ulama
salam
sekali
Allah
yang
kepadamu,
maka
ia
yang
pun
(orang
Perintah
dua hadis yang dapat dipahami mengapa
Nisa’/4: 86).8 Al-Sya’by (w. 104/722), salah ulama
salaf
terkenal,
bahwa
salam warahmatullah”. Ketika ia dikritik
“Bukankah orang itu hidup di dalam rahmat Allah?”9 Ada pula ulama yang menafsirkan kata “aw” dalam ayat di atas sebagai
tanwir),
pengertian
bukan
pemilahan
alternatif
‘alaikum?
Pertama
mengucapkan adalah
hadis
wa yang
صلﱠى ﱠ ﱠ ُت عَائِ َشة ْ َﷲُ َعلَ ْي ِه َو َسلﱠ َم فَقَالُوا السﱠا ُم َعلَ ْي ُك ْم قَال َ ِﷲ ت فَقَا َل َرسُو ُل ﱠ ْ َت َو َعلَ ْي ُك ْم السﱠا ُم َواللﱠ ْعنَةُ قَال ُ فَفَ ِھ ْمتُھَا فَقُ ْل ِﷲ
pendapat banyak ulama Islam, ia menjawab,
menunjukkan
menyuruh
ض َي ﱠ ع َْن عُرْ َوةَ ب ِْن ﱡ ﷲُ َع ْنھَا زَ وْ َج النﱠبِ ﱢي ِ الزبَي ِْر أَ ﱠن عَائِ َشةَ َر صلﱠى ﱠ ْ َﷲُ َعلَ ْي ِه َو َسلﱠ َم قَال ُول َ ِ ت َد َخ َل َر ْھطٌ ِم ْن ْاليَھُو ِد َعلَى َرس
Kristen dengan mengatakan, “wa ‘alaika al-
non-Muslim dan itu tidak boleh menurut
Rasulullah
diriwayatkan oleh Muslim :
menjawab salam yang diucapkan oleh seorang
karena mengucapkan warahmatullah kepada
untuk
‘alaikum itu harsulah dilihat konteksnya. Ada
Allah berfirman di atas (Qs. Al-
seorang
saw
menjawab salam non-Muslim dengan wa
mengucapkan salam itu seorang Majusi, karena
Rasulullah
(al-
(al-takhyir).
Pemilahan artinya memilah-memilah antara jawaban kepada Muslim dan non-Muslim. Kepada Muslim diberi jawaban yang lebih baik. Non-Muslim masih dipilah lagi antara Ahl al-Kitab diberi jawaban seperti salam yang diucapkannya dan kepada non-Muslim
ﷲُ َعلَ ْي ِه َو َسلﱠ َم َمھ ًْال يَا عَائِ َشةُ إِ ﱠن ﱠ صلﱠى ﱠ ق فِي َ ﷲَ ي ُِحبﱡ ال ﱢر ْف َ ت يَا َرسُو َل ﱠ ُ ْاألَ ْم ِر ُكلﱢ ِه فَقُ ْل ال َرسُو ُل َ َﷲِ أَ َولَ ْم تَ ْس َم ْع َما قَالُوا ق 11 صلﱠى ﱠ ﱠ ُ ﷲُ َعلَ ْي ِه َو َسلﱠ َم قَ ْد قُ ْل ت َو َعلَ ْي ُك ْم َ ِﷲ Artinya: “Dari
‘’Aisyah,
serombongan salam
ia
orang
kepada
mengatakan:
Yahudi
memberi
Rasulullah
dengan
mengatakan, “al-sâmm ‘alaikum’ (matilah kamu). Lalu ‘Aisyah membalas, “Kamulah yang mati dan mendapat laknat” Lalu Rasulullah mengatakan, “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah menyukai keramahan dalam segala hal.” ‘Aisyah menimpal,
8
Al-Thabary, op. cit., Juz V, h. 258.
9
Abduh, op. cit., Juz V, h. 313.Lihat pula pandangan yang dikemukakan oleh Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian alQur’an, Vol. 2 (Cet. IV (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 539. 36 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 32‐40
10
Al-Qurtuby, op. cit., Juz V,h . 195-196. Abu Hayyan, Tafsir al-bahr al-Muhith, edisi ‘Adil Muhammad ‘Abd al-Majid dkk., (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1993/1413), h. Juz. III, h. 322-323. 11
Al-Bukhary, op. cit., Juz IV, h. 1905.
“Apa engkau tidak mendengar apa yang
sehingga Nabi tidak mungkin memberikan
mereka katakan?” Rasulullah menjawab:
salam
“Saya sudah mengucapkan wa ‘alaikum.”
kedamaian- kepada mereka yang terbukti
Hadis kedua adalah riwayat Ahmad tentang
keberangkatan
Nabi
ke
12
فَإِ َذا َسلﱠ ُموا َعلَ ْي ُك ْم فَقُولُوا َو َعلَ ْي ُك ْم
Artinya:
mendengar Abu Bashrah berkata: “bahwa Rasulullah bersabda: Kita akan pergi ke tempat orang-orang Yahudi, janganlah memulai
kepada
dan
yang
melarang
mendahului
mengucapkan salam kepada orang Yahudi bahkan memerintahkan supaya memepetnya ke
pinggir
jalan
apabila
berpapasan
dengannya di tengah jalan, harus dipahami dalam konteksnya yang khusus dan oleh
Dari Abi al-Khair dia berkata: “Saya
kamu
perlindungan
Atas dasar ini pula, hadis Nabi saw berikut,
ال َرسُو ُل ﱠ ُ ع َْن أَبِي ْال َخي ِْر قَا َل َس ِمع َ َْت أَبَا بَصْ َرةَ يَقُو ُل ق ِﷲ صلﱠى ﱠ ﷲُ َعلَ ْي ِه َو َسلﱠ َم إِنﱠا غَا ُدونَ إِلَى يَھُو َد فَ َال تَ ْب َد ُءوھُ ْم بِالس َﱠال ِم َ
berarti
sering menghianati Nabi.13
Bani
Quraidhah:
–yang
mereka
mengucapkan dan
apabila
salam
karena itu, tidak menjadi norma umum hubungan dengan orang-orang non-Muslim. Hadis yang dimaksud adalah : صلﱠى ﱠ ال َال َ ﷲ َ َﷲُ َعلَ ْي ِه َو َسلﱠ َم ق َ ع َْن أَبِي ھُ َر ْي َرةَ أَ ﱠن َرس ِ ُول ﱠ صا َرى بِالس َﱠال ِم فَإِ َذا لَقِيتُ ْم أَ َح َدھُ ْم فِي َ تَ ْب َد ُءوا ْاليَھُو َد َو َال الن ﱠ 14
mereka
mengucapkan salam kepadamu, jawablah dengan “wa ‘alaikum”.
ق فَاضْ طَرﱡ وهُ إِلَى أَضْ يَقِ ِه ٍ طَ ِري
Artinya:“Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw telah bersabda:
Seperti ditegaskan oleh Ibn Qayyim
“Janganlah
kamu
mendahului
al-Jauziyah (w. 751 H/1350 M), menurut
mengucapkan salam kepada orang
suatu pendapat di kalangan ulama, larangan
Yahudi dan Nasrani, dan apabila
menjawab dan memulai salam terhadap non-
kamu berpapasan dengan salah
Muslim ini terjadi dalam konteks khusus.
seorang mereka di tengah jalan
Dalam hadis pertama di atas jawaban wa
maka pepetkanlah dia ke pinggir
itu
‘alaikum sekelompok salam
diberikan
orang
“Matilah
Yahudi kamu”
Nabi
karena
mengucapkan kepada
Nabi
Muhammad, sementara dalam hadis kedua ini tampaknya Nabi pergi ke kelompok Yahudi yang tidak bersahabat dengan umat Islam, 12
jalan”.
Ahmad, Musnad al-Imam (Beirut: Dar alShadir, t.t), h. 135.
Nabi Muhammad di dalam al-Qur’an jelas
dilukiskan
sebagai
seorang
yang
berakhlak yang luhur (68:4) dan menyatakan
13 Ibn Qayyim al-Jauziyah, Zad al-Ma’ad fi Hadyi Khair al-‘Ibad (Ttp: dar al-Fikr, t. t.), Juz II, h 27. 14
Lihat Muslim, op. cit., h. 346..
Kebermaknaan Salam dalam Kehidupan Sosial Masyarakat |37
bahwa orang paling baik adalah orang yang paling baik akhlaknya serta memerintahkan
صلﱠى ﱠ ُول ﱠ ُﷲ َ ِﷲ َ أَ ﱠن َرج ًُال َسأ َ َل َرس ْ َُخ ْي ٌر قَا َل ت ط ِع ُم الطﱠ َعا َم َوتَ ْق َرأُ الس َﱠال َم
ْ ْر ف ِ َعلَى َم ْن ع ََر ْفتَ َو َم ْن لَ ْم تَع
15
supaya memperlakukan orang lain seperti kita senang diperlakukan demikian. Oleh karena itu tidak mungkinlah kandungan hadis di atas
Artinya : ”Dari ’Abdullah ibn ’Amr, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada
menjadi norma umum dalam menghadapi
Rasulullah saw, Islam yang mana
agama lain. Hadis tersebut harus diartikan dalam
konteks
dimana
Nabi
yang terbaik? Nabi menjawab:
sendiri
”Memberikan
diperlakukan tidak baik. Jadi ringkasnya,
tidak engkau kenal”.
yang diucapkan oleh non-Muslim kepada kita
Apa yang dilakukakn Nabi itu adalah
umat Islam. Hal ini sesuai dengan keumuman
kepada
untuk
non-Muslim.
Hadis-hadis
yang
melarang mendahului mengucapkan salam kepada non-Muslim itu harus dilihat dalam konteksnya,
yaitu
mereka
mengucapkan
salam kepada Nabi dalam konteks ketika itu mereka memusuhi dan menghina Nabi. Tetapi dalam konteks lain, Nabi sendiri memulai mengucapkan salam kepada Negus, Raja Ethopia, karena beliau dan orang-orang
kemasalahatan
pelarangan
pandangan-pandangan di atas adalah :
kepada
mengucapkan salam kepada ayahnya yang non-Muslim seperti yang rekam dalam alQur’an Qs. 19:47; ك َسأ َ ْستَ ْغفِ ُر لَكَ َربﱢي إِنﱠهُ َكانَ بِي َحفِيًّا َ قَا َل َس َال ٌم َعلَ ْي Artinya :
“semoga
dijadikan sebagai rujukan untuk menyikapi
salam
dan pelecehan. Bahkan Nabi Ibrahim sendiri
Raja itu.
melalui Abdullah ibn Amr dapat
mengucapkan
Dan
kemaslahatan, yaitu menghindari penghinaan
“Ibrahim
Muslim
manusia.
oarang-orang Yahudi dan Nasrani untuk
Muslim mempunyai hubungan baik dengan
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
dan
yang engkau kenal dan siapa yang
dalam hukum Islam untuk menjawab salam
Begitu halnya mengucapkan salam
makanan
membaca salam kepada siapa
dapat disimpulkan bahwa tidak dilarang di
makna ayat di atas.
ع َْن َع ْب ِد ﱠ ﷲِ ب ِْن َع ْم ٍرو اإلس َْال ِم ِ ْ َعلَ ْي ِه َو َسلﱠ َم أَيﱡ
berkata
(Kepada
kedamaian
ayahnya): dilimphakan
kepadamu, aku akan memintakan ampunan kepada Tuhanku untukmu; sesungguhnya dia sangat baik padaku” Al-Qurtuby menafsirkan ayat di atas bahwa sebagian ulama menyatakan makna salam Ibrahim itu sebagai salam perpisahan. 15
38 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 32‐40
Bukhary, op. cit., Juz I, h. 29.
Mereka juga membenarkan menjawab dan
berperang adalah bahwa satu pihak tidak
mendahului orang kafir dengan salam. Pernah
saling mengucapkan salam kepada pihak lain.
ditanyakan kepada Sufyan Ibn ‘Uyainah (w.
Adat jahiliyah adalah jika mereka saling
198 H/813 M), “Bolehkah mengucapkan
mengucapkan salam, mereka tidak saling
salam kepada orang kafir?” Dia menjawab,
memerangi. Karena alasan ini, tidak boleh
Ya! Allah Yang Maha Tinggi mengatakan,
bagi orang Muslim mengumpat siapa yang
‘Allah tidak melarang kamu untuk berbuat
mengucapkan salam kepadanya dan tidak
baik dan berlaku adil terhadap orang yang
boleh pula bangkit untuk melukainya karena
tidak memerangi kamu karena agamamu dan
perbuatan seperti mengingkari apa yang
tidak
diberikannya
mengusir
kamu
dari
negerimu;
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
baik bagimu pada Ibrahim,” dan Ibrahim itu mengucapkan salam kepada ayahnya.”16
keamanan
yang
diberitahukannya.
yang berlaku adil.’ Allah juga mengatakan, “Sesunggguhnya terdapat suri teladan yang
dan 18
Yang jelas bahwa kontoversi tentang menjawab dan mengucapkan salam kepada non-Muslim tidak semua ulama sepakat tentang pelarangannya. Bukan hanya oleh
Musa Syahin Lasyin menjelaskan
ulama khalaf atau ulama kontomporer bahkan
bahwa ungkapan assalamu ‘alaikum paling
ulama salaf pun juga berbeda pendapat. Di
tidak mempunyai dua arti. Arti pertama
antara ulama salaf yamg membolehkan adalah
adalah
dan
seperti Ibn Mas’ud (w. 32/652), al-Auza’i
keamanan untuk orang yang diberi salam,
(w157/774), Abu Umamah al-Bahili (w. 86),
yaitu
dan
mereka mengucapkan salam kepada orang-
malapetaka-
orang non-Muslim. Alasannya adalah Nabi
doa
dengan
Allah
mengamankan
keselamatan
menyelamatkan engkau
dari
malapetaka dunia dan akhirat. Arti kedua
memerintahkan
adalah berita
(perdamaian).19
atau informasi (al-khabar),
yaitu saya mengucapkan salam dari (diri) saya (sendiri); saya membawa kedamaian kepada
Islam sebagai agama yang diturunkan
Dan al-salam adalah pemberitahuan tentang keamanan dan kedamaian karena adat antara
pihak-pihak
yang
16 17
salam
D. Kesimpulan
engkau, bukan memerangi engkau.17
(kebiasaan)
menyebarkan
Al-Qurtuby, op. cit., Juz XI, h. 111-112.
Musa Syahin Lasyin, Fath al-Mun’im: Syarah Shahih Muslim, Bagian Prtama (Kairo: Maktabah al-Jamiah al-Azhariyah, 1389/1970), h. 237.
kepada Nabi Muhammad saw, pesan-pesan yang
dibawanya
tidak
hanya
mengatur
hubungan antar sesama umat Islam sendiri tetapi
juga
mengatur
hubungan
dengan
agama-agama yang lainnya. Atau dengan kata 18 19
Ibid. Ibid.
Kebermaknaan Salam dalam Kehidupan Sosial Masyarakat |39
lain, sesuai dengan namanya sendiri yang terambil dari kata salima yang bermakna “selamat,
damai,
demikian,
Islam
Dengan
sejahtera”. senantiasa
mengajarkan
kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan kepada siapa pun bahkan kepada semua makhluk di bumi. Salam dalam kehidupan sosial
kemasyarakat
sangat
berpengaruh
dalam kehidupan masyarakat, ketika sesorang telah mengucapkan salam kepada orang lain maka ia sanggup menjaga keselamatan pada orang tersebut atau minimal tdak akan menyakiti orang yang telah diberi salam. Selanjutnya di antara persoalan yang sering menjadi perbincangan di kalangan ulama
dan
cendikiawan
Islam
adalah
persoalan perbincangan seputar pengucapan dan menjawab salam non-Muslim. Menurut penulis bahwa mengucapkan dan menjawab salam non-Muslim adalah “sah-sah” saja karena
bukankah
menghendaki diliputi
oleh
kita
kehidupan kedamaian
umat ini
Islam
senantiasa
bukan
hanya
kedamaian antar sesama umat Islam tetapi juga seluruh umat manusia, baik di dunia maupun di akhirat.Menjawab salam pada non muslim sebaiknya menjadi dakwah bagi diri dan bagi non muslim tersebut, tapi perlu diperhatikan apakah ucapan salam itu hanya sekedar basa-basi atau betul-betul akan terjalin kedamaian.
DAFTAR PUSTAKA Abduh, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Beirut: Dar al-Fikr, t. th., Jilid V. Abu Hayyan, Tafsir al-bahr al-Muhith, edisi ‘Adil Muhammad ‘Abd al-Majid dkk., Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1993/1413, Juz. III. Ahmad, Musnad al-Imam, Beirut: Dar alShadir, t.tDar al-Shadir, t.t Al-Bukhary, Al-Imâm al-Hafizd Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Shahih al-Bukhâry, Juz IV, Cet. II; Beirut: al-Maktabah al-‘Ashriyah, 1997/1418. Ibn ‘Athiyah, al-Muharrar al-Wajiz fi Tafsir al-Kitab al-‘Aziz, edisi ‘Abd al-Salam ‘Abd al-Syafi’I Muhammad Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1993/1413, Jilid II. Ibn Qayyim al-Jauziyah, Zad al-Ma’ad fi Hadyi Khair al-‘Ibad (Ttp: dar al-Fikr, t. t.), Juz II. Lasyin, Musa Syahin, fath al-Mun’m: Syarah Shahih Muslim, Bagian Prtama (Kairo: Maktabah al-Jamiah al-Azhariyah, 1389/1970. Muslim, Imâm Abu al-Husain bin Hajjaj alNaisabury, al-Jami’ al-Shahih li Muslim, Juz II, Beirut: Dar al-Fikr, 1993/1414. Al-Qurthuby, Tafsir al-Jami, li Ahkam alQur’an Beirut; Dar al-Kutub al‘Ilmiyah, 1993/1413, Jilid V. Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol. 2, Cet IV; Jakarta: Lentera Hati, 2005. Al-Thabary, Jami’ al-Bayab ‘an Ta’wil Ay alQur’an, Beirut; Dar al-Fikr, 1995/1415 H, Jilid V.
40 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 32‐40
SEMIOTIKA KOMUNIKASI (Studi Teks Iklan Visual Kampanye Politik di Kota Ambon) Muhammad Ihwan F. Putuhena1 dan Abdullah Derlean2 ABSTRACT The results showed that the mark is used in the construction of Political Advertising Visual Pair Candidates for Governor and Deputy Governor of Maluku period 2013-2018 can be read in understanding Peirce's typology of signs that icon, index, and symbol. The iconic sign of the mark based similarity (similiarity) and similarity (resemblance) can be seen from the photograph of the candidate pairs as well as supporting figures icons and icons of other objects such as icons gong factory and peace. Index or sign based causal relationship with the object can be seen from the color shown that refer to paint the supporting party. While the symbol is a sign by convention can be seen from the used clothing that expresses eksklusifime and special symbols as ID. The relationship between text and context can be read by Barthes semiotic theory that saw the text and context in understanding denotation (actual) and connotation (figuratively) in jargon or tagline displayed on the visual advertising such acronym of Sincere (Abdullah Tuasikal and Hendrik Lewerissa) and sympathetic meaning (connotation) who try implanted in the minds of the audience as well as for the Faithful (Said Assagaff and Zeth Sahuburua).
Keywords: Construction, signs, advertising, politics, symbol.
Media
A. Pendahuluan Media massa sebagai produk utama
dengan
fungsi
ideal
dan
pragmatisnya telah menjadi sarana efektif
teknologi informasi tersebut. Kehadirannya
dalam
semakin mengaburkan sekat jarak, ruang dan
kelebihannya, media massa bahkan tidak
waktu, bahkan geopolitik sekalipun bagi insan
dapat lagi terpisah dari aktifitas kehidupan
manusia
manusia, khususnya mereka yang hidup dan
dalam
melakukan
aktifitas
meyakinkan
khalayak.
Dengan
komunikasi. Bahkan media tidak hanya
beraktifitas
sekedar hadir untuk memberikan informasi
Ketergantungan
semata. Lebih jauh media telah menjadi
mulai menguat. Media bahkan telah menjadi
sarana ekspresi ide dan kreatifitas dari sumber
teman, pemandu bahkan identitas dan status
sebagai komunikator. Pada titik ini proses
sosial bagi kalangan tertentu. Seperti, semakin
komunikasi
dan
populernya penggunaan media sosial pada
kepiawaian
dalam
atau
lebih
tepatnya
mengekspresikan
di
kota
(urban
manusia terhadap
society). media
diri
medium smartphone sampai pada penggunaan
melalui penggunaan simbol-simbol menjadi
reklame, baliho, pamflet dan spanduk yang
sangat menentukan.
memenuhi ruang-ruang publik di kota-kota.
1
Dosen pada Jurusan Jurnalistik Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon.
Iklan
sebagai
salah
satu
bentuk
komunikasi massa kontemporer memenuhi ruang dengar dan pandang publik terutama di
2
Mahasiswa pada Jurusan Jurnalistik Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon.
kota-kota, termasuk ke dalam media pop art Semiotika Komunikasi |41
yang sangat dinamis, melibatkan kreatifitas
memiliki
tinggi dalam proses pembuatannya. Iklan
mengaktualisasikan figur dirinya melalui
menjadi
iklan visual (baleho, spanduk, poster, dan
moda
perpanjangan
eksistensi
akses
manusia, terpaan iklan dapat ditemui hampir
reklame)
di setiap konteks komunikasi antarmanusia.
penggunaan
yang
tersebut.
sama
untuk
Menariknya
medium
iklan
bahwa
visual
telah
Seperti halnya di kota-kota lain di
menjadi kebutuhan simbolik bagi manusia
Indonesia menjelang pemilihan kepala daerah.
urban untuk bereksistensi dalam beragam
Kota Ambon tak kalah marak oleh iklan
aktifitas yang dilakoninya. Memajang foto
visual para pasangan kandidat yang hendak
diri di ruang-ruang publik bahkan semudah
bertarung pada pesta demokrasi lima tahunan
memajangnya di kamar sendiri. Beragam ide
tersebut. Iklan visual dengan ragam simbol
yang menampilkan teks verbal maupun
yang menampilkan figur bakal calon peserta
nonverbal
yang akan bertarung dalam Pemilukada
memenuhi ruang pandang para khalayak.
saling
berkelindan
Kreatifitas produksi pesan atau jalinan
Maluku 2013 telah terpajang di mana-mana. Di perempatan, sisi-sisi jalan, dan lokasi
teks yang membentu makna
strategis lainnya yang dapat terlihat oleh
karya
khalayak.
keterampilan
Hal menarik yang perlu dicermati
terpajang
Dengan
kampanye
iklan
tersendiri
sendirinya
pada sebuah membutuhkan
dari
sebuah
pengiklan. karya
iklan
adalah bahwa peran media massa sebagai
membutuhkan kesinambungan teks (tulisan,
medium kampanye kala itu menjadi sangat
gambaride yang ditawarkan, simbol-simbol
signifikan. Tidak hanya memenuhi layar
yang
televisi, ruang dengar radio, dan di media
melatarinya.
cetak. Eufora demokrasi tersebut dapat pula
mengkaji teks atau tanda (simbol verbal dan
disaksikan melalui iklan visual luar ruang
verbal) yang digunakan produsen dalam
seperti baleho, papan reklame dan spanduk
sebuah karya iklan adalah pada tampilan teks
yang marak memenuhi ruang-ruang publik.
yang merupakan realitas dari sebuah gagasan
Bahkan kini iklan visual (baleho, spanduk,
atau ide. Bukan pada aspek pragmatisnya tapi
poster, dan papan reklame) kerap ditemui
cenderung lebih kepada aspek ideologi di
disepanjang ruas jalan dan perempatan mulai
balik pemilihan teks tersebut. Sebagaimana
dari kota hingga pelosok kampung.
yang diungkapakan oleh Berelson dan Steiner
Terpaan
pesan
iklan
khususnya
digunakan, Hal
dan
konteks
yang
yang
menarik
untuk
yang mendefinisikan komunikasi sebagai
kampanye iklan figur ikonik (foto) tampak
“Penyampaian
menjadi pemandangan dominan bagi warga
keterampilan
urban yang mendiami kota-kota. Siapapun 42 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 41‐53
informasi, dan
ide,
seterusnya,
emosi, melalui
penggunaan simbol-kata, gambar, angka,
dan sebagainya seperti yang telah disinggung
grafik, dan lain-lain”.3
di atas. Bagaimanapun iklan meruipakan salah
Tanda yang digunakan manusia untuk dalam
satu bentuk kreatifitas manusia dalam hal
kehidupan sosialnya adalah lingkup dari
mempromosikan barang, jasa atau ide melalui
kajian
tentang
medium berbayar. Namun demikinannya
semiotika tidak hanya berhenti pada tataran
kehadirannya pun tidak bisa dilepaspisahkan
simbolis (teks verbal) saja namun termasuk di
dengan
dalamnya adalah struktur tanda dan konteks
terproduksi. Pantulan nilai budaya lokal
atau relasi antar tanda. Sebagai salah satu
dalam sebuah karya iklan akan membuatnya
ranting dari ilmu komuikasi, semiotika telah
hidup dan mampu bertahan di tengah kondisi
mendapat
persaingan.
bereksistensi
dan
semiotika.
tempat
berinteraksi
Pemahaman
penting
sebagai
ilmu
konteks
Pada
budaya
iklan
di
mana
visual
dia
yang
tentang filsafat tanda yang digunakan dalam
mengandalkan indera penglihatan tentunya
komunikasi
(human
tata letak, ukuran dan permainan simbol pada
communication). Semiotika berperan penting
teks iklan (verbal dan nonverbal) yang
dalam interpretasi atas makna tanda, struktur
kontras cenderung lebih menarik perhatian.
dan relasi antar tanda (teks).
Selain
antarmanusia
itu
karya
iklan
yang
mampu
kajian
merepresentasikan nilai-nilai yang dianut
semiotika disematkan pada medium iklan
khalayak lebih mudah diterima dibandingkan
maka relasi keduanya menjadi sangat erat
karya iklan yang mengabaikan unsur-unsur
bahkan dapat dikatakan menyatu. Sebab
tersebut.
Jika
tanda
yang
menjadi
membicarakan iklan dalam hal ini kreatifitas
Maraknya iklan politik menjelang
iklan dalam tataran praktis pragmatisnya
perhelatan pemilihan umum kepala daerah di
untuk
financial
Indonesia menjadi fenomena menarik dalam
(profit taking) sekalipun tidak bisa terlepas
khasanah ilmu komunikasi di Indonesia.
dari pemahaman tanda yang menjadi obyek
Fenomena tersebut tidak terlepas dari konteks
formal dari semiotika. Dengan demikian
politik yang berkembang demikian halnya
pemahaman
tentunya
nilai-nilai budaya masyarakat turut bermain di
sangat dibutukan dalam sebuah produksi iklan
dalamnya. Selanjutnya dengan mencermati
yang berujung pada propaganda barang, jasa,
latar belakang di atas, penulis mencoba
ide maupun figur orang atau lembaga/partai
merumuskan
memperoleh
kritis
keuntungan
interpretatif
berikut: 3
Aubrey Fisher, Teori-Teori Komunikasi, Ed. Terjemahan, PT Remaja Rosdakarya Bandung, 1986 hal 10
masalah
penelitian
sebagai
Bagaimana konstruksi teks pada
iklan visual kampanye politik calon gubernurwakil gubernur Maluku periode 2013-2018.? Semiotika Komunikasi |43
keterampilan pengiklan melibatkan kretifitas
B. Perspektif Teoretis Semiotika
adalah
cabang
pengiklan dalam penyusunan simbo-simbol
keilmuan yang memiliki lingkup kajian sangat
(verbal dan nonverbal) sesuai kaidah bahasa
luas yang meliputi hamper semua bidang
yang berlaku.. Sedangkan
kehidupan. Sebagai disiplin yang berkaitan
simbol-simbol tersebut dapat diteliti dan
dengan tanda dan penggunaannya dalam
dikaji
masyarakat, semiotika melingkupi segala
Akhirnya
bentuk tanda dan penggunaannya secara
mengandung unsur estetika dalam proes
social, sehinnga menciptakan cabang-cabang
pembuatan hingga ditampilkan ke hadapan
semiotika
khalayak sebagai penikmtanya.5
khusus,
sebuah
diantaranya
adalah
semiotika seni, semiotika kedokteran (medical semiotics),
semiotika
binatang
secara
sebagai ilmu,
sistematis
sebagai
seni,
dan
rasional.
iklan
tentunya
Adapun politik adalah segala urusan
(zoo
dan tindakan (kebijakan, dan siasat) mengenai
semiotics), semiotika arsitektur, semiotika
pemerintahan negara atau terhadap negara
fashion, semiotika film, semiotika sastra dan
lain. Adapun iklan, merupakan bagian dari
semiotika televisi.
media komunnikasi yang bertujuan untuk
Selnjutnya, kebudayaan adalah bidang
menyampaikan pesan tentang produk tertentu
lain yang juga memiliki lingkup sangat luas
kepada public atau masyarakat. Dari dua suku
dan kompleks, yang melingkupi budaya
di atas setidaknya dapat disimpulkan bahwa
benda (material culture), seperti: artefak,
iklan politik adalah suatu cara ( siasat) yang
seni, media, fashion, arsitektur, televise, film,
dilakukan dalam rangka membujuk khalayak
video; budaya non benda (non-material
ramai agar mau memilih produk (dalam hal
culture), melingkupi norma, adat, pranata,
ini tokoh atau figur atau dapat pula berupa
mentalitas, kebiasaan, etos; segala bentuk
idea tau gagasan) politik yang ditawarkan. 6
tingkah laku manusia; serta bahasa yang digunakan
sebagai
alat
komunikasi
di
dalamnya.4
Kenyataan
modernitas
merupakan realitas yang common sense, yakni
Sebagaimana yang diungkapkan oleh
tentang
suatu
bersama
oleh
kenyataan semua
yang orang
dipahami sebagai
Severin dan Tankard bahwa ilmu komunikasi
kelumrahan (lazim) yang umum. Akibat
merupakan perpaduan keterampilan (skill),
pemahaman kelaziman umum itu, atas nama
ilmu (science) dan seni (art). Iklan sebagai
modernitas, semua orang berusaha terus-
bagian dari komunikasi pemasaran tentunya
memiliki
Wiryanto, PENGANTAR KOMUNIKASI, Jakarta Grasindo, 2004, hal. 5
ketiga
ciri
tersebut.
Sebagai
4
Yasraf Amir Piliang, SEMIOTIKA DAN HIPERSEMIOTIKA, Matahari Bandung, 2010 hal. 342
5
6
ILMU
Chairiawaty dalam Dr. Farid Hamid, Msi., & Heri Budianto, S.Sos., M.SI., Ilmu Komunikasi: Sekarang dan Tantangan Masa Depan, Jakarta: Kencana, 2011hal.134-135
44 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 41‐53
menerus
berinteraksi
dengan
teknologi,
terutama teknologi layar (display) dari bentuk paling sederhana berupa lembaran pamphlet, bulletin, spanduk, surat kabar, billboard di tepi jalan, sampai teknologi layar mutakhir ( PDA, virtuephone, smartphone, atau PC tablet) yang disebut multi-media.7 C. Hasil Penelitian Tanda Visual Iklan Politik Ir. H. Abdullah Tuasikal, M.Si dan Hendrik Lewerissa, S.H., LL.M 1. Aspek Verbal Beta Tulus. Pemakaian kata BETA TULUS merujuk pada dua makna denotasi dan konotasi dalam Semiotika Barthes. Teks verbal
untuk kata BETA memiliki makna
denotasi sebagai saya. Sedangkan makna konotasinya adalah akronim dari ungkapan Bhinneka Tunggal Ika (berbeda tapi tetap satu) yang menjadi tagline dari kedua pasangan calon tersebut. Begitupun pada teks kata TULUS jika dibawa pada makna denotasi atau makna sesungguhnya maka kata TULUS adalah rela atau ikhlas. Sedangkan jika kata TULUS dibawa pada makna konotasi maka kata TULUS adalah akronim dari gabungan nama fam kedua pasangan calon (TUL=Tuasikal-Lewerissa) ditambah dengan dua kata penariknya (US=Untuk Semua) sehingga pembacaannya menjadi Tuasikal-Lewerissa Untuk Semua.
Gambar 1 Replika Iklan Pasangan Cagub-Cawagub No.Urut 1 Ir. H. Abdullah Tuasikal, M.Si dan Hendrik Lewerissa, SH. LL.M
Makna konotasi yakni makna pada tataran kedua ini lebih banyak diperuntukkan kepada para simpatisan dari pasangan calon lebih khusus lagi kepada para relawan yang menjadi tim inti atau tim sukses dari pasangan calon yang dimaksud. Oleh karena itu makna denotasi meruapakan makna terbuka untuk menarik simpati calon pemilih sedangkan makna konotasi merupakan makna tertutup yang hanya terbaca oleh para simpatisan untuk meneguhkan sikap mereka terhadap pasangan calon tersebut. Nama dan Gelar. Nama adalah aspek penting yang menjadi identitas utama dari masing-masing figur pasangan calon. Nama adalah labelling (pelabelan) sebagai sebuah identitas
utama
begitupun
gelar
yang
digunakan merupakan titel yang menunjukkan 7
Hudjolly,. IMAGOLOGI: Strategi Rekayasa teks, Cetakan I, Ar-Ruzz Jogyakarta, 2011hal.19-20.
status intelektual dari masing-masing figur Semiotika Komunikasi |45
atau
demikian songkok atau peci telah azim
melengkapi bahkan menegaskan identitas
dikenal sebagai simbol penutup kepala bagi
utama tadi. Nama juga dapat menunjukkan
pria muslim dalam melakukan shalat. Jadi
agama dari masing-masing figur pasangan
fungsi songkok yang digunakan di sini adalah
calon dengan beberapa pengecualian. Selain
simbol untuk menunjukkan agama yang
itu
belakang
bersangkutan dalam hal ini sang Calon
merupakan simbol khusus yang menunjukkan
Gubernur, Ir. H. Abdullah Tuasikal, M.Si.
keluarga dan daerah atau kampung asal
Jelas bahwa fungsi songkok di sini adalah
termasuk
sebagai simbol agama dan aspek religiusitas
pasangan
fam
calon
yang
yang
menjadi
agama
pengecualian
mendukung
nama
dengan
dari
beberapa
masing-masing
figur
sang calon. Sedangakan pada baju atau penutup badan yang digunakan oleh kedua
pasangan calon.
pasangan calon adalah kemeja lengan pendek 2. Aspek Non Verbal
dengan motif yang sama yakni kotak-kotak
Paku kertas. Ini adalah ikon alat sebagai representasi alat sebenarnya (alat yang digunakan pemilih pada saat memilih dengan cara menusukkannya pada kotak pasangan calon pilihan) yang disediakan pada saat pemilihan berlangsung. Tampak jelas gambar paku menembus angka atau nomor 1 sebagai
nomur
urut
pasangan
calon.
Penggunaan ikon paku ini tentunya untuk mengingatkan
para
calon
pemilih
agar
memilih pasangan calon bersangkutan dengan mencoblos angka tersebut. Jika dibaca secara tersirat maka pertautan ikon paku dan angka 1 pada gambar tersebut dapat dibaca menjadi: “Pilih nomor satu!” Pakaian.
Songkok
hitam
adalah
nasionalisme
Indonesia
dan telah diperkenalkan pemakaiannya oleh para toko-tokoh bangsa sejak dulu khususnya yang
warna
jingga
yang
dikombinasikan dengan lis berwarna hitam pada kedua ujung kerah, penutup kantong, dan lengan kemeja. Seragam ini sekaligus merupakan simbol khas dari kedua pasangan calon. Strategi simbol dengan menggunakan seragam kotak-kotak ini pernah populer beberapa waktu lalu ketika dipakai sebagai seragam pasangan dari calon gubernur dan wakil gubernur (sekarang gubernur dan wakil gubernur) DKI Jakarta, Jokowi-Ahok, yang akhirnya menang dengan perolehan suara terbanyak.
Tampak
bahwa
tim
ingin
mengulang sukses yang sama di mana salah
beragama
Islam.
yang juga menjadi partai pengusung pasangan Jokowi-Ahok ketika itu.
karena
songkok hitam ini hanya ditemui di Indonesia
mereka
dominasi
satu partai pengusung adalah Partai Gerindra
penutup kepala khas pria yang juga menjadi simbol
dengan
Bendera
Merah-Putih.
Bendera
merah-putih adalah tanda ikonik (menyerupai bentuk
aslinya)
juga
sebagai
indeks
(mengisyaratkan sesuatu yang lain) dari
Dengan
46 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 41‐53
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terpisah dari jejeran enam kotak berlambang
ditampilkan
partai di atas merupakan simbol khusus yang
untuk
menunjukkan
kesan
nasionalisme sekaligus sebagai lambang atau
juga
simbol
sebagaimana
(konvensi).
Dalam
perspektif
semiotika Peirce maka ikon merah-putih
menampilkan telah
kotak-kotak diulas
pada
khas bagian
sebelumnya
sangat tepat jika disandingkan dengan indeks
Mimik atau Gesture. Senyum yang
peci hitam, teks verbal Bhinneka Tunggal Ika
ditampakkan pada kedua ikon foto pasangan
dan simbol nomor 1 yang menjadi nomor urut
calon menyiratkan keramahan yang jelas
pasangan calon tersebut.
dimaksudkan
Lambang dan Simbol. Tampak pula
pemilih.
untuk
menarik
Senyuman
hati
tersebut
sekaligus
enam lambang sebagai simbol masing-masing
mempertegas
partai politik pengusung dari kedua figur
sebagai
pasangan calon. Penggunaan simbol partai
pengertian lain bahwa ekspresi tersebut
selain
menegaskan jargon adalah ketulusan dalam
menegaskan
keikutertaan
partai
pengusung yang menjadi salah satu syarat
teksnya
calon
senyuman
sehingga
tulus.
Atau
terbaca dalam
senyuman kedua figur pasangan calon.
juga
Tanda Biologis Kultural (Kumis).
dimaksudkan untuk menarik pendukung dari
Tanda biologis (denotatif) laki-laki yang
konstituen atau simpatisan masing-masing
melekat pada kedua pasangan calon figur.
partai tersebut. Penggunaan lambang partai
Kumis dalam komunitas masyarakat Ambon
ini
dengan
bahkan di Indonesia sekalipun telah menjadi
yakni
simbol konvensional (konotatif) yang melekat
menjadi ikon, indeks dan simbol sekaligus.
pada seorang laki-laki Ambon. Lelaki dewasa
Lambang partai sebagai ikon karena lambang
Ambon selalu digambarkan sebagai lelaki
tersebut
sebuah
berkumis lebat. Dengan demikian penggunaan
partai. Begitupun lambang partai sebagai
kumis di sini dapat pula tampil sebagai simbol
indeks karena lambang tersebut menjadi
identitas budaya maskulinisme (kelaki-lakian)
petunjuk tentang keterlibatan masing-masing
yang melekat pada kedua figur pasangan
partai tersebut sebagai partai pengusung.
calon yang juga putra asli pribumi (anak
Sedangkan sebagai simbol tentu tidak dapat
negeri adat). Dari perspektif semiologi Peirce
dipungkiri bahwa lambang tersebut adalah
kumis ikon kumis adalah indeks sekaligus
tanda yang dibuat dari hasil kesepakatan yang
simbol. Ikon tampil sebagaimana bentuk
dibuat oleh para pendiri dari masing-masing
aslinya (resemblance) karena foto itu sendiri
partai.
yang
adalah ikon dari obyek yang diacunya. Indeks
berbentuk lingkaran lonjong menyamping dan
adalah ketertkaitan atau hubungan kausalitas
untuk
menjadi
sangat
pasangan
tepat
menggunakan
jika
Semiotika
merupakan
Adapun
calon
dibaca Peirce
representasi
simbol
relawan
Semiotika Komunikasi |47
Simbol khusus berupa seragam kotak-
antara tanda dan yang bersangkutan dengan obyek yang diacunya, di bersangkutan adalah
kotak
orang
menegaskan
merupakan salah satu strategi tim agar figur
identitasnya. Adapaun simbol adalah tanda
pasangan calon dapat terus diingat oleh
konvensional,
sosial
khalayak. Warna Jingga bercampur merah
dalam suatu komunitas terstentu seperti yang
adalah representasi warna dari dua partai
telah diungkapkan pada bagian sebelumnya.
pendukung yakni Hanura dan Gerindra.
pribumi
asli
yang
sebuah
kesepakatan
Visual iklan politik dari pasangan Ir.
dengan
dominasi
warna
jingga
Strategi serupa yang pernah digunakan dan
H. Abdullah Tuasikal, M.Si dan Hendrik
dipoulerkan
Lewerissa,
1)
Cawagub DKI Jakarta yang kemudian sukses
menggunakan ikonisitas foto dari kedua figur
mengantar Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki
pasangan calon. Selain itu iklan tersebut juga
Cahya
menggunakan simbol-simbol khusus seperti
pasangan
peci
simbol
sebelumnya. Namun dari aspek budaya
Indonesia.
ternyata orang maluku khususnya wanita
Begitupun seragam yang digunakan kedua
memang mmenggunakan pakaian tradisional
figur pasangan calon yakni kemeja kotak-
Kabaya dengan sarung kotak-kotak kecil
kotak
yang
sebagaimana yang digunakan oleh Pasangan
membedakannya dengan figur pasangan calon
Calon No. 1 walaupun dengan warna yang
lainnya. Tampak pula simbol partai-partai
berbeda. Penggunaan simbol khusus tentu
pengusung berupa lambang 6 (enam) partai
dimaksudkan untuk memudahkan identifikasi
politik pengusung dengan teks verbal masing-
para khalayak selain ciri kotak-kotak kecil
masing berupa akronim yakni Partai Hanura
yang juga digunakan dalam pakaian adat lokal
(Hati Nurani rakyat), Gerindra (Gerakan
yakni stelan kabaya untuk ibu-ibu khususnya
Indonesia Raya), PBB (Partai Bulan-Bintang),
wanita kristiani yang akrab disebut ‘usi-usi’
PKP (Partai Kesatuan Pembangunan), PKB
berupa kain kotak-kotak (biasnya merah).
(Paratai Kebangkitan Bangsa), dan PBR
Demikian halnya penggunaan peci yang
(Partai Bintang Reformasi). Kemudian ada
menyampaikan
pula simbol Relawan pada sudut kiri bawah
simbol
bertuliskan Relawan Beta Tulus dengan latar
bersangkutan.
hitam
muslim
dan
S.H.,
LL.M.
untuk
menunjukkan
nasionalis
sebagai
(Gambar
simbol
khas
khusus
oleh
Purnama
Pasangan
(Ahok)
pemenang
Cagub
dan
tampil
sebagai
beberapa
bulan
nuansa religiusitas selain
keagamaan
dari
figur
calon
kotak-kotak sesuai seragam yang digunakan
Visual iklan politik dari pasangan
oleh figur pasangan calon pada gambar iklan
Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nomor
di atas.
Urut 1 yakni Ir. H. Abdullah Tuasikal, M.Si dan Hendrik Lewerissa, S.H., LL.M. terdapat
48 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 41‐53
beberapa penggunaan ikon, indeks, dan
pembacanya memungkinkan untuk itu. Pada
simbol pada tampilan iklan yang merujuk
titik ini tentu dialog intelektual menjadi syarat
pada
mutlak bagi lahirnya makna-makna baru
semiotika
Peirce
(Charles
Sander
Peirce). Begitupun konsep semiologi Barthes
tersebut.
tentang denotasi dan konotasi ikut pula
Di sisi lain para pengiklan yang dalam
bermain pada teks verbal yang ditampilkan.
hal ini disebut sebagai pengarang (author)
Dengan latar putih pada visual iklan maka
tentu mengharapkan pencitraan positif atas
ketiga aspek tanda Peirce dapat terpahami.
pemalsuan
(modifikasi)
Sedangkan konsep denotasi dan konotasi
disusunnya.
Di
Barthes
kepentingan
ideologis,
tentu
melibatkan
interpretasi
sana
tanda
berbaur ekonomi,
yang beragam politik,
khalayak pembaca dalam sebuah diskursus
sosial dan kultur yang terepresentasikan
wacana politik melalui media kampanye
melalui mediasi tanda pada medium iklan.
ataupun diskursus pada ruang publik lainnya.
Kejelian untuk merepresentasikan realitas
Sungguh pun
(mirror reality) menjadi penting.
demikian representasi dari
kedua pasangan calon pada iklan visual tersebut dapat saja bermakna berbeda pada tataran signifikasi khalayak yang heterogen. Ketika teks terbaca sebagai tanda akan
Tanda
Visual
Iklan
Politik
Ir.
Said`Assagaff dan Dr. Zeth Sahuburua 1. Aspek Verbal
melahirkan kemungkinkan lahirnya makna
Setia Untuk Maluku. Penggunaan
baru pada interpreter. Hal tersebut dapat
teks verbal SETIA seperti pada tagline
terjadi ketika tataran signifikasi pembaca
pasangan nomor urut 1 adalah akronim dari
(reader) yang hidup dalam sebuah sistem
nama pasangan calon yakni Said-Eti (Eti
signifikasi komunitas atau masyarakat yang
nama kecil dari Dr. Zeth Sahuburua). Jadi
beragam
jelas pembacaannya adalah penegasan dari
(plural).
Pemaknaan-pemaknaan
baru dalam sistem signifikasi masyarakat
sumber
plural seperti di Kota Ambon misalnya sangat
khalayak massa/public bahwa kedua pasangan
memungkinkan
relasi
calon memang disiapkan untuk Maluku. Setia
sebuah
juga dapat dimaknai (interpretasi) sebagai
diskursus yang divisualisasikan pada karya
kesetiaan kedua pasangan calon tersebut yang
iklan. Relasi makna yang muncul sebagai
memang sebelumnya telah berproses sejak
konsekuensi pembacaan tanda yang hidup
masa
dalam tataran pemaknaan para pembaca
penetapannya.
untuk
(intersubyektifitas)
terciptanya
makna
pada
untuk
mebentuk
penjaringan
meyakinkan
(konvensi)
hingga
tentunya dapat saja melahirkan makna-makna baru
ketika
interpretasi
subyektif
para Semiotika Komunikasi |49
Terus Kalimat
Bekerja
Untuk
Rakyat.
adalah
penegas
kalimat
ini
berikutnya yang menjadi tagline atau jargon iklan kedua pasangan calon. Kalimat tersebut secara eksplisit ingin menimbulkan sikap simpatik dari khalayak. Jika dibaca dengan pendekatan semiotika Barthes maka ada dua makna yang hadir di sana yakni makna denotasi dan konotasi. Jargon Terus Bekerja Untuk Rakyat secara denotatif adalah kedua pasangan calon adalah pejabat politik yang memang bekerja untuk kepentingan rakyat.
Gambar 2 Replika Iklan Pasangan Cagub dan Cawagub Nomor Urut 5 Ir. Said Assagaff dan Dr. Zeth Sahuburua
Sedangkan secara konotatif jargon tersebut
namanya identitas kultur lokalnya sebagai
merujuk pada ideologi partai pengusung
anak pribumi Maluku dan bergelar sarjana
utamanya yakni Partai Golkar yang selama ini
hukum. Demikian halnya dengan nama
masih mendominasi. Penggunaan rakyat di
M.A.S Latuconsina, ST., MT yang memeiliki
sini akan merujuk pada konstituen Partai
fam sebagai anak pribumi Maluku dengan
Golkar
pada
bergelar sarjana tenik dan master teknik.
kontestasi Pemilu Legislatif untuk Provinsi
Penggunaan titel (gelar) menjadi penting
sebagai
pemilih
terbesar
Maluku pada tahun 2009 lalu. Nama dan Gelar (Titel). Sama dengan kedua pasangan sebelumnya kedua pasangan calongon Nomor Urut 5 ini juga memiliki identitas budaya yang melekat pada nama
masing-masing.
Ir.
Said`Assagaff
adalah seorang sarjana bereglar insinyur dan seorang muslim berdarah Arab yang tinggal di Maluku. Sedangakan Dr. Zeth Sahuburua adalah seorang sarjana bergelar doktor dan merepresentasikan orang pribumi Maluku
Gambar 3 Replika Iklan Politik dalam Bentuk Stickers Peraga Psangan Calon Nomor Urut 5 Ir. Said Assagaff dan Dr. Zeth Sahuburua
dengan melihat fam (nama kekerabatan) yang mengisyaratkan
(indeks)
identitas
kultur
lokalnya. Begitupun pada nama Richard Louhenapessy, SH yang juga melekat pada
sebagai
embel-embel
merepresentasikan 50 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 41‐53
nilai
pelengkap
yang
intelektual
yang
melekat pada kedua pasangan calon bersama
mewakili warna partai PAN, warna hijau
kedua pasangan tokoh pendukungnya itu.
mewakili partai PPP, warna ungu untuk partai PDS, warna merah untuk Partai Patriot, dan
2. Aspek Non Verbal Ikon
Foto
kuning mewakili paratai pengusung utama Monumen
Gong
Perdamaian. Tampak ikon foto monumen Gong Perdamain yang telah menjadi mascot Maluku khususnya Kota Ambon, kota di mana Gong Perdamain itu berada. Ikon monumen ini juga mempertegas kehadiran dua
tokoh
pendukung
Louhenapessy
dan
yakni
M.A.S
Richard
Latuconsina
sebagai duet pemimpin Pemerintahan Kota Ambon.
Ikon Bendera Merah-Putih. Pada gambar latar ikon foto pasangan tampak bendera merah-putih yang sedang berkibar. Ikon ini juga mengulang kesan nasionalisme sebagaimana yang digunakan di kedua iklan visual pasangan calon terdahulu. Kilauan
Cahaya
kuning.
Jika
diperhatikan di antara ikon foto kedua pasangan calon tersebut tampak kilauan
Kotak Warna Warni. Kotak dengan warna-warni yang membungkus kata setia tentu menyiratkan kesan atraktif dan ceria. Kotak-kotak berwarna yang membungkus kata setia adalah representasi dari warna masing-masing partai pengusung. Pemilihan jas untuk kedua pasangan calon dengan dasi kuning
yakni Partai Golkar.
dapat
merepresentasikan
simbol
eksklusif dan warna partainya sama halnya dengan pola dari pasangan calon Nomor Urut 2.
cahaya kuning. Itulah ekspresi warna kuning sebagai representasi warna partai pengusung utama yakni Partai Golkar. Kilauan tersebut dapat pula dibaca sebagai harapan baru seperti fajar menyingsing. Lingkaran Nomor 5. adalah nomor urut pasangan calon sekaligus menjadi nomor urut Partai Golkar. Terdapat pula teks coblos sebagai penegas dari iklon tangan yang seolah menyoblos Nomor 5. Jadi pesan yang ditampilkan gambar lingkaran, nomor 5, kata
Strip
Lengkung
Warna-Warni.
Senada dengan kotak warna-warni di atas fungsinya
juga
sebagai
indeks
yang
mengisyaratkan kehadiran dari semua partai pengusung
melalui
direpsresentasikan.
warna-warni
yang
Masing-masing
warna
mewakili warna partai pengusung sama dengan kotak-kotak pada setiap huruf dari
Coblos adalah suatu kesatuan yang saling kait-mengai. Simbol dan Logo. Terdapat simbol dan logo di bawah ikon pasangan calon yang merupakan simbol dan logo dari masingmasing partai pendukung. Terdapat pula lingkaran berwarna hijau dengan angka nomor 5 (lima) di tengah dan ikon paku yang
jargon utama, SETIA. Kelima warna tersebut masing-masing adalah warna biru yang Semiotika Komunikasi |51
merobeknya serta teks verbal Coblos sebagai
Urut 1, SETIA adalah sebuah nilai luhur yang
kata penegas peragaan pencoblosan tersebut.
universal dan menjadi landasan dari hubungan
Posisi badan. Posisi badan dari kedua
antar komunitas agamaa, suku, dan golongan
calon jika dibandingkan denhgan kedua
maupun ras untuk saling membantu dan
pasangan calon sebelumnya sangat berbeda.
memahami
Tampak
membangun sebuah komunitas.
bahwa
psisi
keduanya
berada
serta
bekerjasama
dalam
Terdapat pula tanda-tanda atau simbol
seimbang dengan posisi serong yang sama. politik
dari kelima partai pengusung pasangan calon.
Wakil
Tanda-tanda tersebut dapat dilihat dari lima
Gubernur Nomor Urut 5 menampilkan kesan
warna berupa strip melengkung dan lima
eksklusif,
Kesan
kotak dari masing-masing huruf pada jargon
tersebut dapat terlihat dari raut wajah
utama SETIA. Sumber atau pengiklan tampak
keduanya yang tenang dengan senyum simpul
ingin mengekspresikan kelima warna tersebut
terkulum
berbeda dengan kedua pasangan sebelumnya
Iklan Pasangan
visual
Calon
Gubernur
bersahaja
seadnya
kampanye
dan
dan
elegan.
yang
menandakan yang
yang masing-masing didominasi oleh warna
seimbang juga menyiratkan kesan kompak
tertentu. Ekspresi kehadiran dari kelima partai
yang
yakni
pendukung yang diwakili oleh warna tersebut
SETIA. Tampak bahwa pengiklan ingin
terlihat jelas pada strip lengkung, kotak-kotak,
menanamkan sikap simpatik pada khalayak
dan simbol partai yang ditampilkan pada
sasaran.
visual Replika Iklan pada Gambar Nomor 4
kewibawaan.
Penempatan
mendukung
Penggunaan
jargon
tagline
posisi
uatama
SETIA
yang
(empat).
merupakan akronim dari kedua pasangan calon didukung oleh tampilan iklan begitupun background politik keduanya memang sama yakni sama-sama adalah kader Partai Golkar. Untuk Maluku dan untuk rakyat adalah kedua kata yang saling mendukung
Demikian
halnya dengan ekspresi senyum
yang
ditampilkan tentunya ingin menyampaikan kesan ramah dan peduli terhadap rakyat mirip dengan iklan pasangan calon nomor urut 1 di awal pembahasan. SETIA juga menyiratkan harapan untuk menjunjung kesetiaan terhadap NKRI. Mirip dengan jargon pasangan Nomor 52 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 41‐53
DAFTAR PUSTAKA Hamid, Farid Dr. Msi., & Heri Budianto, S.Sos., M.SI. 2011. Ilmu Komunikasi: Sekarang dan Tantangan Masa Depan, Jakarta: Kencana Sulaksana,Uyung. 2003. Integrated Marketing Communications, Teks dan Kasus, Yogyakarta Pustaka Pelajar. Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media, Cet.I, Yogyakarta Jalasutra Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta Grasindo, Piliang, Yasraf Amir, 2010. Semiotika dan Hipersemiotika, Matahari Bandung Hudjolly, 2011. Imagologi: Strategi Rekayasa Teks, Cetakan I, Jogyakarta: Ar-Ruzz. Wibowo, Wahyu, 20003. SIHIR IKLAN, Format Komunikasi Mondial dalam kehidupan Urban Kosmopolit, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Nimmo, Dan. 1999. Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan, dan Media, Cetakan ketiga, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Suprapto, Tommy. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi dan Peran Manajemen dalam Komunikasi, Yogyakarta: CAPS. Putuhena, M. Ihwan F. 2008. Analisis Semiotika pada Iklan Visual Sampoerna a-Mild, Thesis:, PPs. Universitas Hasanuddin Makassar.
Semiotika Komunikasi |53
HUKUMAN DAN TEKANAN DALAM MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN Oleh: I S H A K1
ABSTRACT The findings of this writing consisted of two problem statements, they are what is teaching and how do threat and stress influence the learning and teaching process?. Philosophy, normative, pedagogy, interdisciplinary method was used to develop to know much how threat and stress influence the learning and teaching in educational aspect.This writing was aimed to analyze the effect of threat and stress in teaching and learning process. This writing was developed by using comprehensive and constructive paradigm in order that the essence of learning and teaching would achieve the target of teaching and learning process.Teaching is an interaction between teacher and students. The teacher should not threaten and stress the students but the teacher should motivate the students in order that they can be motivated to learn communicatively. Keyword.Threat and Stress in Learning Process
ditimpakan kepada siswa. Begitu pula jika
A. Pendahuluan Gaya guru dalam mengajar di kelas,
guru bepersepsi lain, maka gaya mengajarnya
pada umumnya dipengaruhi oleh persepsi
pun akan lain. Gaya guru mengajar sangat
guru itu sendiri tentang mengajar. Jika
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
seorang guru bepersepsi bahwa mengajar
Tujuan
adalah menyampaikan ilmu pengetahuan,
pembelajaran itu berbeda-beda, ada yang
maka dalam mengajar guru tadi cenderung
ingin berprestasi, ada yang ingin mendapat
menempatkan siswa sebagai wadah yang
upah saja, ada yang ingin menghilankan
harus diisi
kejenuhan, ada juga yang ingin memajukan
oleh
guru.
Pekerjaan
yang
dilakukan dengan baik akan membantu
dapat
meningkatkan
sebuah
kualitas. Praktiknya, guru menerangkan pelajaran
guru
dalam
melaksanakan
dirinya dan para siswa.2
mendorong kemajuan setiap usaha yang pada gilirannya
para
Belajar dan mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang
telah
dilaksanakan
diprogramkan dalam
proses
akan belajar
dan siswa memperhatikan. Pada kesempatan
mengajar.
lain, siswa diuji tentang kemampuannya
melibatkan semua komponen pengajaran.
menangkap materi yang telah diajarkan oleh
Kegiatan
guru. Jika siswa tidak mampu memberikan
menentukan sejauh mana tujuan yang telah
jawaban secara benar, kesalahan cenderung
ditetapkan dapat dicapai. Dalam kegiatan
Dalam
belajar
kegiatan
dan
ini
mengajar
2
1
Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN
Ambon 54 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 54‐65
Rusyan dan Sutisna. Kesejahteraan dan Motivasi dalam Meningkatkan Efektifitas Kinerja Guru. (Tangerang: PT. Intimedia Ciptanusantara, 2008), h.11
akan
akan
belajar mengajar, guru dan anak didik
merupakan
terlibat dalam sebuah interaksi dengan
berlangsungnya proses belajar mengajar.3
bahan
mediumnya.
Dalam dunia pengajaran ada dua kata yang
Dalam interaksi itu anak didiklah yang
populer digunakan untuk mencapai tujuan
lebih aktif, guru hanya berperan sebagai
pendidikan yaitu didaktik dan metodik.
pelajaran
sebagai
motivator dan fasilitator. Di samping itu,
Hal
syarat
utama
tersebut
akan
bagi
menciptakan
guru sebaiknya memperhatikan perbedaan
interaksi antara murid dan guru. Interaksi
individual anak didik, yaitu pada aspek
itu disebut interaksi belajar mengajar,
biologis,
karena di dalam interaksi itu terjadi proses
intelektual,
dan
psikologis.
Kerangka berpikir demikian dimaksudkan
belajar
agar
interaksi semacam itu terjadi siswa belajar
guru
mudah
dalam
pendekatan
kepada
setiap
melakukan anak
didik
dan
dan
guru
proses
mengajar.
mengajar,
Dalam
keduanya
saling
secara individual. Anak didik sebagai
berinteraksi untuk mencapai target dan
individu memiliki perbedaan dalam hal
tujuan pendidikan yang telah dietatpkan
psikologis dan intelektual. Pemahaman
sebelumnya.
terhadap aspek tersebut akan merapatkan hubungan
guru
dengan
sehingga
memudahkan
pendekatan
mastery
mengajar.
Dalam
anak
didik,
melakukan
learning kegiatan
dalam belajar
Belajar-mengajar adalah dua kata yang
tidak
dapat
dipisahkan,
karena
apabila guru mengajar secara otomatis anak didik belajar. Peranan guru sangat signifikan
menciptakan
kondisi
suatu
anak
didik
mengajar, guru akan menemui bahwa anak
metode
didiknya
dapat
termotivasi belajar dalam meningkatkan
menguasai bahan pelajaran secara tuntas
daya ingin tahu sesuatu yang diajarkan
dan ada pula anak didik yang kurang
oleh gurunya. Oleh karena itu, tidak ada
menguasai bahan pelajaran secara tuntas.
satu metode mengajar yang baik untuk
Kenyataan tersebut merupakan persoalan
semua
yang perlu diatasi dengan segera, dengan
pembelajaran yang baik sangat tergantung
mastery learning-lah sebagai jawabanya.
kondisi daya nalar peserta didik dan
sebagian
ada
yang
mengajar
pengajaran
agar
tetapi
metode
Proses belajar mengajar merupakan
keadaan psikologis Guru sebagai sumber
suatu proses yang mengandung serangkain
pemberi materi pelajaran. Kajian ini akan
perbuatan guru dan siswa atas dasar
merumuskan
hubungan timbal balik yang berlangsung
masalah pokok yakni bagaimana proses
dalam situasi edukatif untuk mencapai
dan
mengungkap
dua
3
tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. (Edisi Kedua: Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 4
Hukuman dan Tekanan dalam Mempengaruhi Pembelajaran |55
pendidikan yang efektif untuk mencapai
lainnya saling berhubungan dalam ikatan
target
untuk mencapai tujuan tertentu.
pembelajaran
dan
bagaimana
dampak hukuman dan tekanan terhadap pembelajaran?
Dalam hal ini siswalah yang lebih aktif dalam memikirkan hal-hal yang sedang dipelajari.Dengan
demikian
dapat
B. PEMBAHASAN
dikemukakan bahwa orientasi pengajaran
dalam konteks belajar mengajar diarahkan
Pengertian Mengajar Mengajar merupakan suatu perbuatan
untuk pengembangan aktivitas siswa dalam
yang memerlukan tanggung jawab moral yang
belajar. Oleh karena itu mengajar tidak hanya
cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada
sekedar menyampaikan informasi yang sudah
siswa
jadi
sangat
dengan
menuntut
jawaban
verbal
bergantung
pada
guru
dalam
melainkan suatu upaya integratif ke arah
melaksanakan tugasnya. Guru adalah kreator
pencapaian tujuan pendidikan. Dalam konteks
proses belajar mengajar”. Ia adalah orang
ini guru tidak hanya sebagai penyampai
yang akan mengembangkan suasana bebas
informasi
bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik
director and facilitator of learning.
pertanggungjawaban
minatnya,
mengekspresikan
kreativitasnya
dalam
juga
bertindak
sebagai
dan
Kegiatan mengajar diartikan sebagai
norma-
segenap aktivitas kompleks yang dilakukan
ide-ide
batas-batas
tetapi
norma yang ditegakkan secara konsisten.4
guru dalam mengorganisasi atau mengatur
Dengan melihat defenisi ini maka jelas
lingkungan
sebaik-baiknya
dan
bahwa yang aktif dalam proses belajar adalah
menghubungkannya dengan anak sehingga
siswa itu sendiri, sedangkan guru hanya
terjadi proses belajar.5 Dengan demikian
tinggal
dan
proses dan keberhasilan belajar siswa turut
sesuai dengan
ditentukan oleh peran yang dibawakan guru
kebutuhannya dan mengingat kepribadian
selama interaksi proses belajar mengajar
anak
berlangsung.
mengawasi,
membimbing
yang
mengkoordinir
siswa agar
berbeda-beda.
Mengajar
merupakan suatu perbuatan yang memerlukan
Mengajar
pada
prinsipnya
adalah
adalah
membimbing siswa dalam kegiatan belajar
bimbingan kepada siswa dalam proses belajar.
mengajar atau mengandung pengertian bahwa
Proses belajar-mengajar merupakan interkasi
mengajar
semua komponen atau unsur yang terdapat
mengorganisasi
dalam belajar-mengajar yang satu sama
hubungannya dengan anak didik dan bahan
tanggungjawab
moril.
Mengajar
4
Zamroni. Paradigma Pendidikan Masa Depan. (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2000), h. 74 56 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 54‐65
5
merupakan
suatu
lingkungan
usaha dalam
Nasution, S. Azas-azas Kurikulum. (Bandung: Jemars, 1982), h. 8
pengajaran yang menimbulkan terjadinya
of knowledge, yakni penularan pengetahuan.
proses belajar. Pengertian ini mengandung
Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai
makna bahwa guru dituntut untuk dapat
pengetahuan
berperan sebagai organisator kegiatan belajar
menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-
siswa
baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa
dan
juga
hendaknya
mampu
bidang
bukan
maupun yang ada di luar kelas, yang
Pengertian institusional. Mengajar berarti the
menunjang
efficient orchestration of teaching skills,
kegiatan
belajar
mengajar.
jawab
dan
memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas
terhadap
tanggung
studinya
pengajar.
2)
yakni penataan segala kemampuan mengajar
Teaching is the guidance of learning
secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut
activities”. Mengajar dapat diartikan sebagai
untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai
(1)
teknik
menyampaikan
pengetahuan
kepada
mengajar
terhadap
siswa
yang
siswa, (2) mewariskan kebudayaan kepada
memiliki berbagai macam tipe belajar serta
generasi muda, (3) usaha mengorganisasi
berbeda
lingkungan sehingga menciptakan kondisi
kebutuhannya.
belajar
memberikan
Mengajar diartikan sebagai the facilitation of
bimbingan belajar kepada murid, (5) kegiatan
learning, yaitu upaya membantu memudahkan
mempersiapkan siswa untuk menjadi warga
kegiatan belajar siswa mencari makna dan
negara yang baik, (6) suatu proses membantu
pemahamannya sendiri. Mengajar adalah
siswa menghadapi kehidupan masyarakat
upaya
bagi
6
sehari-hari.
siswa,
(4)
Mengajar adalah any action
performed by an individual (the teacher) with
bakat, (3)
memberikan
kemampuan Pengertian
dan
kualitatif.
stimulus,
bimbingan
pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.7 Berdasarkan definisi-definisi mengajar
the intention of facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti
dari
para
pakar
di
atas,
Penulis
mengajar adalah perbuatan yang dilakukan
mendefinisikan tujuan mengajar ke dalam
seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan
empat kategori, yaitu: transfer, shaping,
tujuan membantu atau memudahkan orang
travelling, dan growing. Berikut adalah
lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan
penjelasannya: 1. Transfer. Dalam model ini, mengajar
kegiatan belajar. Konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu (1) Pengertian Kuantitatif. Mengajar diartikan sebagai the transmission
dilihat
sebagai
proses
pemindahan
pengetahuan (process of transferring 7
6
Hamalik, O. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), h. 44.
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. (Bandung: Alfabeta, 2003), h. 61
Hukuman dan Tekanan dalam Mempengaruhi Pembelajaran |57
knowledge)
dari
seseorang
(guru)
Hukuman
dan
Tekanan
kepada orang lain (siswa). Siswa (anak)
Pengajaran
dipandang sebagai wadah yang kosong
1) Hukuman dalam Pengajaran
dalam
(empty vessel), dan jika pengetahuan
Seperti telah diketahui bersama bahwa
tidak berhasil ditransferkan masalahnya
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak
cenderung dilihat sebagai kesalahan
akan terlepas dari pada bagaimana cara untuk
siswa.
mencapai tujuan yang telah dirumuskan dari
2. Shaping. Pengajaran merupakan proses
semula dan/atau bagaimana cara mengajar
pembentukan siswa pada bentuk-bentuk
agar bisa berjalan dengan lancar berdasarkan
yang ditentukan. Di sini siswa diajar
metode atau alat yang akan digunakan. Alat
keterampilan-keterampilan
cara-
pendidikan ialah suatu tindakan atau situasi
cara bertingkah laku yang dianggap
yang sengaja diadakan untuk tercapainya
bermanfaat bagi mereka. Minat dan
suatu tujuan pendidikan tertentu.Pembelajaran
motif siswa hanya dianggap penting
merupakan
sepanjang
hubungan antara rangsangan luar dengan
dan
membantu
proses
pembentukan tersebut.
satu
proses
pelaziman
iaitu
tindak balas individu dapat dibina untuk
3. Travelling. Dalam model ini pengajaran
menghasilkan perubahan tingkah laku yang
dilihat sebagai pembimbingan siswa
kekal. Pembelajaran merupakan satu tingkah
melalui mata pelajaran. Mata pelajaran
laku yang boleh diperhatikan, dikawal dan
dipandang
diramal.
sebagai
sesuatu
yang
Dari
perspektif
behaviorisme,
menantang dan kadang-kadang sulit
pembelajaran
untuk dieksplorasi.
wujudnya tindak balas terhadap sesuatu
4. Growing.
Model
pengajaran
ini
pada
memfokuskan pengembangan
hanya
bermula
apabila
rangsangan yang diberi. Proses pembelajaran akan
diteruskan
jika
terdapat
motivasi
kecerdasan, fisik, dan emosi siswa.
ekstrinsik yang sesuai (sama ada peneguhan
Tugas guru adalah menyediakan situasi
positif atau negatif) sementara pembelajaran
dan pengalaman untuk membantu siswa
dikatakan berakhir apabila perubahan tingkah
dalam
laku dapat dibentuk dan dikekalkan. Seorang
perkembangan
mereka.
Ini
merupakan model yang berpusat pada siswa (a child-centred model), di mana
guru harus berperan sebagai berikut: 1. Petugas social, yaitu seorang guru harus
mata pelajaran penting, tidak sebagai
membantu
tujuan, tetapi sepanjang sesuai dengan
masyarakat.
kebutuhan siswa dan berada dalam minat siswa. 58 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 54‐65
untuk
kepentingan
2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus
menerus
menuntut
ilmu
pengetahuan.
penguatan yang diharapkan siswa dalam teknik penghapusan, pada dasarnya adalah hukuman walaupun tidak langsung. Kalau
3. Orang tua, yaitu mewakili orang tua
penguatan negatif dan penghapusan dapat
murid disekolah atu di kampus dalam
dikatakan hukuman tidak langsung, maka
pendidikan anaknya.
yang dimaksud dengan hukuan di sini adalah
4. Pencari teladan, yaitu yang senantiasa
hukuman langsung, dalam arti dapat dengan
mencarikan teladan yang baik untuk
segera menghentikan tingkah laku siswa yang
siswa.
menyimpang.
5. Pencari
keamanan,
yaitu
yang
Pendidikan adalah usaha sadar dan
senantiasa mencarikan rasa aman bagi
terencana untuk mewujudkan suasana belajar
siswa. Guru menjadi tempat berlindung
dan proses pembelajaran agar peserta didik
bagi siswa-siswa untuk memperoleh
secara aktif mengembangkan potensi dirinya
rasa aman dan puas di dalamnya.8
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
Hukuman sebagai salah satu teknik
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
pengelolaan kelas sebenarnya masih terus
akhlak
menjadi bahan perdebatan. Akan tetapi, apa
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
pun alasannya, hukuman sebenarnya tetap
negara.
diperlukan dalam keadaan sangat terpaksa,
pendidikan sebagaimana terungkap di atas
katakanlah semacam pintu darurat yang suatu
yakni
saat
Hukuman
kognitif, sikap dan keterampilan peserta didik
merupakan alat pendidikan represif, disebut
maka pendidik/tenaga kependidikan memikul
juga alat pendidikan korektif, yaitu bertujuan
tanggung
untuk menyadarkan anak kembali kepada hal-
mengajar dan melatih murid atas dasar norma-
hal yang benar dan/atau yang tertib. Alat
norma yang berlaku baik norma agama, adat,
pendidikan represif diadakan bila terjadi suatu
hukum, ilmu dan kebiasaan-kebiasaan yang
perbuatan yang diangap bertentangan dengan
baik. Untuk mewujudkan tujuan itu perlu
peraturan-peraturan atau suatu perbuatan yang
ditanamkan sikap disiplin, tanggung jawab,
dianggap melanggar peraturan. Penguatan
berani mawas diri, beriman dan lain-lain.
negatif dan penghapusan sebenarnya bernilai
Hukuman pun sering diterima siswa manakala
hukuman juga. Menyajikan stimulus tidak
mereka
menyenangkan
disepakati.
mungkin
diperlukan.
dalam
pemakaian
teknik
mulia,
serta
Sehubungan
untuk
keterampilan
dengan
mengembangkan
jawab
untuk
yang
tujuan
potensi
membimbing,
melanggar tata tertib yang telah Hukuman
itu
dimaksudkan
penguatan negatif maupun tidak memberikan
sebagai upaya mendisiplinkan siswa terhadap
peraturan yang berlaku. Sebab, dengan sadar
8
Usman. lop.cit. h. 13
pendidik memegang prinsip bahwa disiplin itu Hukuman dan Tekanan dalam Mempengaruhi Pembelajaran |59
merupakan kunci sukses hari depan. Apakah
akan
bentuk-bentuk hukuman bisa dikembangkan
sembunyi, jika terjadi demikian maka dapat
untuk
dikatakan bahwa nilai didik dari hukuman itu
mendisiplinkan
siswa?
Pertanyaan
seperti inilah menjadi dilema bagi kaum pendidik dalam mengemban kewajiban dan tanggung jawabnya. Hukuman
adalah
tindakan
yang
dijatuhkan kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa, dan
melakukan
hatinya
untuk
tidak
mengulanginya.9Sedangkan
menghukum
adalah
mengadakan
memberikan
atau
nestapa/penderitaan dengan sengaja kepada anak yang menjadi asuhan kita dengan maksud supaya penderitaan itu betul-betul dirasainya untuk menuju kearah perbaikan.10 Hukuman
dalam
pembelajaran
diberikan untuk menakut-nakuti anak, agar anak tidak melakukan pelanggaran atau perbuatan yang dilarang. Dalam hal ini nilai didik telah ada, namun perlu diingat oleh para pendidik jangan sampai anak itu berbuat kesalahan
lagi,
hanya
rasa
takut
saja.
Melainkan tidak berbuat kesalahan lagi karena boleh jadi anak akan tunduk hanya dilandasi takut saja kepada pendidik, maka
Teachers who threaten students with terrible punishment and then do not carry them out are doing both the class and themselves a disservice, hopefully threats are not necessary, but it is absolutely fatal to say that some action is going to be taken if it is not.11 Menurut teori ini hukuman diberikan untuk memperbaiki siswa yang berbuat salah dengan
harapan
agar
selanjutnya
tidak
melakukan kesalahan lagi atau insaf atas kesalahannya,
insaf
yang
timbul
dari
kesadaran hatinya, sehingga tidak ingin mengulangi lagi. “Penyadaran atas hal-hal yang menyebabkan kegagalan ini perlu sekali dengan maksud agar dengan usaha sendiri ( Self Direction ), kita dapat mengatasinya dan memperbaikinya”.12 Agar siswa insaf, maka pendidik
harus
memberikan
penjelasan
diwaktu menjatuhkan hukuman dalam hal apa mereka
salah
dan
apa
akibat
dari
perbuatannya itu”. Dengan demikian siswa akan memahami segala tingkah laku dan akibat dari perbuatannya. Hal semacam ini akan membawa siswa pada kematangan berfikir dan kedewasaan.
jika tidak ada pendidik kemungkinan besar sekali ia akan mengulangi perbuatannya. Ia
secara
sangat minim sekali.
dengan adanya nestapa itu anak akan menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji di dalam
perbuatannya
Ada
beberapa
alasan
sehingga
hukuman itu perlu dipertimbangkan:
9
Indrakusuma, A.D.. Pengantar Ilmu Pengetahuan. (Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Malang, 1973), h. 14 10
Suwarno. Pengantar Ilmu Pendidikan. (Jakrta: PT. Rineka Cipta, 1992), h. 115
60 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 54‐65
11
Harmer. Jeremy. The Practice of English Language Teaching. (London and New York: Longman, 1991), h. 250 12
Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. (Cet I: Jakarta: PT. Grasindo, 2002), h. 70
Pengaruh
hukuman
perubahan
tingkah
terhadap
laku tertentu yang dibangkitkan daripada
sangat
dorongan ini dipelajari melalui interaksi
laku
bersifat sementara; Dampak
dengan
persekitaran.
Semakin
kerap
psikologis yang buruk
rangsangan itu dikaitkan dengan sesuatu
mungkin akan terkondisi (menjadi
gerak balas, semakin kukuh gerak balas
bagian dari jiwa si terhukum) bila
terlazim itu. Sebagai contoh, apabila guru
hukuman berlangsung lama;
memberi pujian (rangsangan) setiap kali
Hukuman
yang
si
murid membuat hasil kerja yang baik (gerak
terhukum untuk mencari cara lain
balas), maka gerak balas tersebut (hasil kerja
(meskipun salah dan buruk) agar ia
yang baik) akan dapat diteruskan walaupun
terbebas dari hukuman. Dengan
tiada pujian daripada guru. Guru juga boleh
kata
dapat
memotivasikan muridnya dengan ganjaran
mendorong si terhukum melakukan
yang sesuai supaya dapat mengawal tingkah
hal-hal lain yang kadangkala lebih
laku
buruk daripada kesalahan yang
pengajaran dan pembelajarannya. Sebagai
diperbuatnya.
contoh, guru boleh memberi motivasi dalam
lain,
mendorong
hukuman
Misalnya, seorang pebelajar perlu
yang
bentuk
dikehendaki
pujian,
dalam
hadiah
dan
proses
kata-kata
dihukum karena melakukan kesalahan. Jika
perangsang untuk membentuk tingkah laku
pebelajar tersebut masih saja melakukan
yang diingini. Guru juga boleh meningkatkan
kesalahan,
maka
harus
motivasi
ditambahkan.
Tetapi
tidak
menyediakan
mengenakkan melakukan malah
hukuman jika
pebelajar
kesalahan)
ditambah)
(sehingga dikurangi
suasana
dengan
pengajaran
dan
ia
pembelajaran yang menyeronokkan seperti
(bukan
memulakan pengajaran dan pembelajaran
ini
dengan set induksi yang dapat menarik
mendorong pebelajar untuk memperbaiki
perhatian murid. Selain itu, guru juga perlu
kesalahannya, maka inilah yang disebut
melibatkan
penguatan negatif. Lawan dari penguatan
pengajarannya
negatif adalah penguatan positif (positive
aktiviti berkumpulan, perbincangan, projek
reinforcement). Keduanya bertujuan untuk
dan sebagainya. Melalui aktiviti seperti ini
memperkuat respon. Namun bedanya adalah
murid-murid dapat belajar dengan lebih
penguat
sedangkan
berkesan karena pembelajaran boleh berlaku
penguat negatif adalah mengurangi agar
melalui latihan, kebiasaan dan pengalaman.
memperkuat respons.
Dalam proses pembelajaran juga, generalisasi
positif
dan
sesuatu
murid-muridnya
pengurangan
menambah,
Seorang guru perlu dorongan yang membangkitkan tingkah laku serta tingkah
boleh
murid-murid
berlaku
dalam
seperti penglibatan
di
mana
murid
proses dalam
dapat
melakukan tingkah laku yang sama di dalam
Hukuman dan Tekanan dalam Mempengaruhi Pembelajaran |61
situasi yang berlainan. Sebagai contoh, murid
dihukum karena telah bersalah, dan “Punitur,
dapat mengaplikasikan konsep yang dipelajari
ne Peccatum” artinya dihukum agar tidak
di kelas ketika proses jual beli di kantin atau
lagi berbuat kesalahan. Satu-satunya hukuman
di kedai buku sekolah. Dalam pembelajaran
yang dapat diterima oleh dunia pendidikan
juga,
ialah hukuman yang bersifat memperbaiki,
penghapusan
boleh
berlaku
jika
peneguhan tidak diberikan. Ini bermakna,
hukuman
sekiranya
tidak
kepada keinsafan atas kesalahan yang telah
diperkukuhkan melalui ganjaran, tingkah laku
diperbuatnya. Dan dengan adanya keinsafan
itu mungkin akan terhapus begitu sahaja.
ini, anak akan berjanji di dalam hatinya
Apabila seseorang guru berhenti memberi
sendiri tidak akan mengulangi kesalahannya
ganjaran, prestasi muridnya mungkin akan
kembali. Hukuman yang demikian inilah yang
merosot.
dikehendaki oleh dunia pendidikan.
sesuatu
tingkah
Dengan
hukuman
uraian
tersebut
laku
diatas
dapat
berarti
Belajar
dapat
siswa
atas
anak
mempunyai
interaksi
merupakan
antara
stimulus
akibat dan
adanya respon.13
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika
perbuatannya yang salah. 2. Siswa
menyadarkan
2) Tekanan Dalam Pengajaran
tersebut
menginsafkan
bisa
dipertanggung
jawabkan secara pedagogis apabila: 1. Hukuman
yang
pengertian
dia
dapat
menunjukkan
perubahan
tentang akibat perbuatan yang baik
perilakunya. Yang penting dalam belajar
dan buruk.
adalah input yang berupa stimulus dan output
3. Berjanji dalam hatinya untuk tidak
yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja
mengulangi atau berjanji untuk
yang
memperbaiki
sedangkan
kesalahannya
dan
akan melakukan hal-hal yang baik.
diberikan
guru
respon
kepada
berupa
pebelajar,
reaksi
atau
tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang
demikianlah
diberikan oleh guru tersebut. Yang dapat
hukuman yang bersifat memperbaiki sering
diamati adalah stimulus dan respon, oleh
disebut hukuman pedagogis. Jadi hukuman
karena itu apa yang diberikan oleh guru
itu
pendidikan
(stimulus) dan apa yang diterima oleh
terutama hukuman yang bersifat pedagogis,
pebelajar (respon) harus dapat diamati dan
menghukum bila perlu jangan terus menerus
diukur.
Karena
dapat
hal-hal
yang
diterapkan
dalam
dan hindarilah hukuman jasmani agar otak anak
didik
tidak
terkunkung.
Dalam
memberikan suatu hukuman, para pendidik hendaknya “Punitur,
berpedoman Quia
kepada
Peccatum
est”
perinsip artinya
62 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 54‐65
13 Slavin, R.E. Educational Psychology: Theory and Practice. (Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon, 2000), h.143
Stimulus adalah apa yang merangsang
terus memberi tekanan keapada siswa. Tugas
terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
guru adalah membangkitkan motivasi anak
perasaan, atau hal-hal lain yang dapat
sehingga ia mau melakukan belajar. Motivasi
ditangkap melalui alat indera. Sedangkan
dapat timbul dari dalam diri individu dan
respon adalah reaksi yang dimunculkan
dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar
peserta didik ketika belajar, yang dapat pula
dirinya.14 Siswa yang memiliki motivasi akan
berupa
atau
mampu mendorongnya untuk melakukan
gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah
sesuatu yang menyebabkan kesiapan untuk
laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud
memulai serangkaian tingkah laku atau
konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak
perbuatan
konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
memulai dan menerima mata pelajaran). Guru
Meskipun
bertanggungjawab untuk menciptakan kelas
pikiran,
aliran
perasaan,
behaviorisme
sangat
(termasuk
dalam
menjelaskan
mengukur
menghindari siswa agar tidak merasa tertekan
tingkah laku yang tidak dapat diamati. Dalam
dalam proses pembelajaran. Guru sangat
melaksanakan
belajar-mengajar,
penting
untuk
pada umumnya guru menggunakan metode
kepada
anak
secara sembarangan. Penggunaan metode
kegagalan dalam proses pembelajaran.
kegiatan
cara
yang
untuk
mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat bagaimana
suasana
kesiapannya
kondusif
memberikan didik
untuk
untuk
penyadaran menghindari
Mengingat pentingnya motivasi dalam
secara sembarangan ini tidak berdasarkan pada analisis kesesuaian antara tipe isi
kehidupan
pelajaran dengan tipe kinerja (performansi)
kewajiban utama bagi setiap pendidik secara
yang
terus-menerus untuk berusaha:
menjadi
sasaran
belajar.
Padahal
pembelajaran,
1. Mengamati
keefektifan suatu metode pembelajaran sangat
maka
dan
menjadi
memahami
ditentukan oleh kesesuaian antara tipe isi
perilaku kerja diri sendiri dalam
dengan tipe performansi. Suatu prestasi
proses pembelajaran; 2. Mencari dan menentukan sebab-
belajar memerlukan kondisi belajar internal dan kondisi belajar eksternal yang berbeda.
sebab
perilaku
Suatu metode pembelajaran seringkali hanya
indisipliner
cocok untuk belajar tipe isi tertentu di bawah
pembelajaran;
kondisi tertentu. Hal ini berarti bahwa untuk
3. Memperhitungkan,
kerja
dalam
yang proses
mengubah,
belajar tipe isi yang lain di bawah kondisi
serta mengarahkan perilaku kerja
yang lain, diperlukan metode pembelajaran
kepada
yang berbeda.
pembelajaran.
Membangkitkan motivasi siswa jauh lebih produktif daripada seorang guru yang
tujuan
dan
sasaran
14
Usman. lop.cit, hal. 29
Hukuman dan Tekanan dalam Mempengaruhi Pembelajaran |63
Failure is not just a matter of wrong
negatif lain dari kekerasan yang diterima
answer; learner should be aware that they are
anak-anak adalah anak-anak tidak melakukan
failing if they have done significantly less
pelanggaran karena takut akan pukulan
than they could have.15 Salah satu yang paling
sementara sifat buruknya tetap bersemayam di
mendasar bagi seorang tenaga pengajar adalah
dalam dirinya. Pukulan tidak membawa
menyadarkan anak didik ketika mereka gagal
kebaikan sama sekali bahkan merugikan.
bukan justru semakin
Rasa sakit itu akan masuk dalam memorinya.
mentalnya
yang
menekan kondisi
hanya
justru
akan
menghilangkan daya kreatifits anak didik.
Masih ada guru dan orangtua yang sampai sekarang berpikiran bahwa anak-anak harus
Dengan bermodalkan kewibawaan dan
belajar sesuatu dengan pukulan, padahal anak-
kemampuan dalam mengembangkan materi
anak yang sering menerima kedisiplinan yang
pelajaran,
keras
insyaallah
guru
akan
selalu
tersebut
sebenarnya
berusaha
dihormati serta mendapat kepercayaan dari
memerankan anak yang baik di depan mata
anak didik tanpa harus memberi hukuman dan
orangtuanya,
tekanan kepada anak murid yang pada
membelakangi mereka.
dasarnya
hanya
akan
membunuh
C. Kesimpulan Berdasarkan
pentingnya membangikitkan motivasi siswa, juga
harus
mampu
jiwanya
daya
kreatifitas anak murid itu sendiri. Terlepas
guru
sementara
menyediakan
jawaban
penjelasan
permasalahan,
maka
atau penulis
kesempatan kepada siswa untuk sedikit demi
menyimpulkan: Mengajar adalah usaha
sedikit mengurangi ketergantungannya pada
untuk
guru sehingga mereka mampu membimbing
yang memungkinkan terjadinya proses
kegiatannya sendiri. Siswa juga diharapkan
belajar itu secara optimal. Paradigma
mampu melakukan self-control dan self
mengajar adalah mentrasnform anak didik
activity melalui proses bertahap.
dari
Anak-anak tidak boleh dididik dengan
menciptakan
tidak
menguasai
tahu
sistem
menjadi
menjadi
lingkungan
tahu,
tidak
menguasai. Proses
ketakutan. Janganlah dibina dengan paksaan-
belajar mengajar diharapkan kepada guru
paksaan yang tidak mereka pahami. Seorang
untuk menghindari hukuman yang bisa
pendidik
memaksakan
membunuh
kreatifitas
kehendaknya kepada anak-anak, secara tidak
melaingkan
guru
sadar sedang mengajarkan bahwa kebenaran
menciptakan
itu (harus dilakukan) dengan paksaan. Efek
komunikatif agar anak didik tidak meras
tertekan dalam proses pembelajaran dan
yang
ingin
pola
anak
diharapkan interaksi
didik mampu yang
15
Ur. Penny. A Course in Language Teaching: Practice and Theory. (New York: Cambridge University Press, 1996), h. 278 64 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 54‐65
senantiasa
member
dukungan
untuk
membangkitkan
motivasi
dan
daya
Rusyan.
kreatifitas anak didik.
rasa
aman
dan
merasa
tertekan
pembelajaran
Sutisna.
M.
Guru. Tangerang: PT. Intimedia
senantiasa
anak murid memiliki keinginan untuk pelajarah
dan
Meningkatkan Efektifitas Kinerja
Ciptanusantara, 2008.
memberi rangsangan dan dukungan agar
memporeleh
A
Kesejahteraan dan Motivasi dalam
Seorang guru diharapkan mampu memberi
Tabrani.
tanpa
Sagala,
Syaiful.
Konsep
dan
Makna
mereka
Pembelajaran: Untuk Membantu
proses
Memecahkan Problematika Belajar
proses
dan Mengajar. Bandung: Alfabeta,
dalam sehingga
2003.
pembelajaran sesuatu yang optimal. Guru hendaknya memberikan nasehat
Slavin, R.E. Educational Psychology: Theory
kepada siswanya dengan kelembutan. Guru di
and
tuntut berperan sabagai orang tua yang dapat
Boston: Allyn and Bacon, 2000.
merasakan apa yang dirasakan anak didiknya,
Practice.
Sixth
Edition.
Suwarno. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakrta: PT. Rineka Cipta, 1992.
jika anak memperlihatkan suatu kemajuan, usaha
Ur. Penny. A Course in Language Teaching:
muridnya, berterima kasih padanya, dan
Practice and Theory. New York:
mendukungnya terutama di depan teman-
Cambridge
temannya.
1996.
seyogianya
guru
memuji
hasil
Usman,
Moh.
Uzer.
Profesional.
DAFTAR PUSTAKA
University
Press,
Menjadi Edisi
Guru Kedua:
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Cet I: Jakarta: PT. Grasindo, 2002. Hamalik, O. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001.
2011. Zamroni. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2000
Harmer. Jeremy. The Practice of English Language Teaching. London and New York: Longman, 1991. Indrakusuma,
A.D..
Pengantar
Ilmu
Pengetahuan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Malang, 1973. Nasution, S. Azas-azas Kurikulum. Bandung: Jemars, 1982. Hukuman dan Tekanan dalam Mempengaruhi Pembelajaran |65
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh: Efrizal Nasution1
Abstract This paper reviews the problem of Education in Indonesia is seen from the dimensional of leadership and Education gaps. Increasingly complex education challenges, a long with a Community issue. In connection with the word of Education should be able to resolve the issue. This is certainly not to be separated from the role of the leader, because leaders are determinis the direction of a policy. Thus the government as Education providers are expected to address the Isa of allowing gap Education can help. Keywords: Dimensions of leadershif, Educational Disparities. A. Pendahuluan Sejarah telah mencatat bahwa bangsa Indonesia telah merdeka lebih dari 69 tahun. Cita-cita kemerdekaan yang digagas oleh para bapak pendiri bangsa (founding fathers) menjadi tanggung jawab kita untuk melanjutkan tonggak-tonggak perjuangan pergerakan nasional tersebut. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai salah satu icon penting kehidupan masyarakat perlu dilakukan upaya-upaya aktualisasi menuju masa depan yang baik. Perjalanan waktu yang cukup panjang wajar apabila bangsa ini mendapatkan pelajaran berharga yang akan menjadi modal dasar untuk menciptakan sejarah di masa depan yang lebih baik. Indonesia dahulu pernah dipuji sebagai salah satu negara yang berhasil menaikkan Indeks Pembangunan Manusia secara fantastis. Bahkan, pada era 60-an banyak tenaga pengajar dari Indonesia diperbantukan untuk mengajar di negara tetangga, dan banyak juga mahasiswa dari 1
Dosen jurusan sosiologi pada Fakultas ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon 66 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 66‐75
negara tetangga (Malaysia, contohnya) yang studi di Indonesia.2 Pendidikan merupakan usaha etis dari manusia, untuk manusia dan untuk masyarakat manusia. Pendidikan dapat mengembangkan bakat seseorang sampai pada tingkat optimal dalam batas hakikat individu, dengan tujuan supaya tiap manusia bisa secara terhormat ikut serta dalam pengembangan manusia dan masyarakatnya terus menerus mencapai martabat kehidupan yang lebih tinggi.3 Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua manusia mengalami proses pendidikan. Pendidikan merupakan cahaya penerang yang menuntun manusia dalam menentukan arah, tujuan, dan makna kehidupan ini. 2
Musthofa Rembagy, Pendidikan Transformatif Pergulatan Kritis merumuskan pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, (Yokyakarta: Teras, 2008), h. 4 3 Slamet Imam santoso, Pendidikan di Indonesia Dari Masa Ke Masa, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1987), h. 98
Berbagai problematika pendidikan di Indonesia cukup banyak, mulai dari masalah kurikulum, kualitas, kompetensi, bahkan kompetensi kepemimpinan baik itu dijajaran tingkat atas maupun tingkat bawah. Berbagai kasus keluhan-keluhan terjadi di lapangan, baik pimpinan sekolah maupun para pendidik yang menyayangkan dimensi kepemimpinan seperti soal manajemen, disiplin, birokrasi dan administrasi yang amburadul. Kemudian yang tidak kalah pentingnya juga soal kepemimpinan di sekolah turut berperan mewarnai wajah penyelenggaraan dunia pendidikan serta memperlebar kesenjangan dan konflik internal para pendidik.
merujuk bahwa pendidikan sebagai hak asasi setiap individu anak bangsa seperti yang tertuang dalam UUD 1945 Pasal 31ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan 4 pendidikan. Di dalam masyarakat Indonesia dewasa ini muncul banyak kritik baik dari praktisi pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan nasional yang tidak mempunyai arah yang jelas. Ketiadaan arah yang tidak jelas dalam pendidikan nasional menunjukkan hilangnya elan vital di dalam pendidikan nasional yang menggerakkan sistem pendidikan untuk mewujudkan citacita bersama Indonesia raya.5 Maka tulisan ini membahas tentang problematika pendidikan nasional yang dilihat dari dua hal yaitu: 1) Masalah kebijakan pendidikan yang terkait dengan dimensi kepemimpinan, 2) Masalah kesenjangan sarana prasarana dan pemerataan pendidikan.
Ditambah lagi dengan pemberlakuan otonomi daerah, di mana sistem pendidikan nasional dituntut untuk melakukan perubahan dan penyesuaian sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang demokratis, memperhatikan keberagaman, memperhatikan kebutuhan daerah, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat. Yang menjadi persoalan adalah, setelah 69 tahun Indonesia merdeka, di mana rakyat memberikan hak sepenuhnya kepada pemerintah dalam proses penyelenggaraan kenegaraan dengan segala kebutuhan-kebutuhannya dan sejauh mana tanggung jawab moral pemerintah termasuk di dalamnya aparat pemimpin dengan jajarannya dalam mempersiapkan, menyediakan serta mengembangkan dunia pendidikan. Kondisi dinamis seperti ini tentu saja suatu dilematika yang cukup ironis, dan berpengaruh besar terhadap kualitas pendidikan. Memikirkan konsep dan mekanisme pendidikan, terlebih bagi masyarakat Indonesia yang sedang berkembang dan dengan kondisi masyarakat yang pluralis tentunya bukan perkara gampang. Tetapi walaupun demikian tetap
B. Pengertian dan Fungsi Pendidikan Dalam arti yang sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Pengertian pendidikan mengalami perkembangan, meskipun secara essensial tidak jauh berbeda. Menurut Ahmad D. Marimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Lebih jauh dikemukakan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam 4
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 (UU RI Nomor 20 Tahun 2003), Jakarta: Sinar Grafika, 2003), H. v
5
H.A.R Tilaar. StandarPendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 14 Problematika Pendidikan di Indonesia |67
pendidikan adalah: a) usaha (kegiatan) usaha itu bersifat bimbinan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar, b) ada pendidik, pembimbing atau penolong, c) ada yang didik atau si terdidik, d) bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan, e) dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan.6 Sementara dalam Undang-undang Sisdiknas dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.7 Fungsi pendidikan menurut Hasan Langgulung seara garis besar dibagi pada tiga. Pertama, menyiapkan generasi muda untuk memiliki kemampuan agar bisa memegang peranan-peranan pada masa yang akan datang di tengah kehidupan masyarakat. Kedua, memindahkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan peranan dari generasi tua ke generasi muda. Ketiga, memindahkan nilai-nilai generasi tua ke generasi muda dengan tujuan agar keutuhan dan kesatuan masyarakat terpelihara, sebagai syarat utama berlangsungnya kehidupan suatu masyarakat dan juga peradaban.8 Sementara pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka 6
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1999), h. 3 7
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 (UU RI Nomor 20 Tahun 2003), Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h.2
8
www.http:dbagus.com/pengertian-fungsi-pendidikanmenurut-para-ahli 68 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 66‐75
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.9 Dari paparan di atas dapat dikemukakan bahwa fungsi pendidikan itu merupakan suatu proses yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Pendidikan itu harus berjalan untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia, karena tanpa pendidikan tidak akan ada transformasi pengetahuan serta nilai-nilai dan norma sosial dari generasi tua ke generasi muda. C. Problematika Pendidikan Dimensi Kepemimpinan Dilihat dari pejalanan sejarah pendidikan Indonesia, arah pendidikan disesuaikan dengan keadaan dan kepentingan penguasa, ketika pengasa memerlukan suatu kekuatan politik ke arah itulah pendidikan di arahkan.10 Bangsa Indonesia , sejak merdeka hingga saat ini mengalami pergantian empat model kepemimpinan, masing-masing adalah orde lama, orde baru, orde reformasi dan orde sekarang yag banyak pengamat atau pemerhati menyebutnya sebagai era transisi menuju demokrasi. Sedikit atau banyak, tentunya setiap orde memberikan konstribusi dan membantu menentukan corak 11 pendidikan saat ini. 9
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 (UU RI Nomor 20 Tahun 2003), Op cit, h.5
10
H.A.R Tilaar, Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional Menyongsong Abad XXI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 59
11
Musthofa Rembangy . Pendidikan Transformatif: Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, (Yokyakarta: Teras, 2008), h. 20
Kalau ditilik lebih dalam aspek politik pendidikan. Pendidikan diorientasikan sebagai alat untuk kepentingan tertentu, seperti kepentingan ideologi dan kepentingan politik untuk mempertahankan status quo. Misalkan pada masa orde baru pendidikan cenderung dijadikan sebagai alat kekuasaan sehingga menghilangkan esensi dari pendidikan yang sebenarnya. Bahkan pendidikan dijadikan sebagai alat indoktrinasi kepada masyarakat. Sistem pendidikan pada masa orde baru, pelaksanaan pendidikan secara langsung dikendalikan oleh sistem birokrasi dengan mata rantai yang sangat panjang dari tingkat pusat sampai ke daerah bahkan sampai tingkat satuan pendidikan. Kepemimpinan seperti ini tentunya berdampak pada dunia pendidikan, di mana pedoman dan dasar bertindak pendidik tidak lagi mengacu pada profesionalitas melainkan instruksi dari atasan. Kondisi seperti mengakibatkan keberpihakan pada atasan dan menghilangkan hak-hak dan kewenangan profesional. Alhasil pendidikan memproduk manusia-manusia penurut, tidak berani mengambil Keputusan tidak ada kemandirian karena lebih banyak terpaksa dan kepura-puraan. Dewasa ini pendidikan nasional merupakan subordinasi dari kekuatankekuatan politik praktis. Hal ini berarti pendidikan telah dimasukkan di dalam kancah perebutan kekuasaan oleh partaipartai politik. Pendidikan bukan lagi untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, tetapi untuk membangun kekuatan dari partai politik praktis tertentu untuk kepentingan golongan atau pun 12 kelompoknya sendiri. Yang lebih tragis ketika diberlakukannya otonomi daerah yang diiringi dengan otonomi pendidikan, 12
H.A.R Tilaar. StandarPendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 14
banyak kepala daerah yang mengedepankan sisi subjektivitas dari pada objektivitas dalam menempatkan orang-orang yang profesional di bidang pendidikan. Hal ini berarti dimensi kepemimpinan di daerah juga mempengaruhi pendidikan di tingkat daerah. Kebijakan otonomi daerah, bagaimanapun akan membawa implikasi yang sangat besar dalam berbagai tatanan pemerintah, baik pusat dan daerah, tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Dalam kebijakan desentralisasi pendidikan, pemindahan Kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah bukanlah hal yang terpenting, yang penting adalah mendorong terjadinya proses otonomi baik pada pemerintah daerah agar memiliki kemampuan untuk mengelola dan menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dan adil. Maka dalam hal ini, perlu pengaturan perimbangan kewenangan antara pusat dan daerah, dan masing-masing mempunyai komitmen tinggi untuk mewujudkannya. Sebab berhasil atau tidaknya pelaksanaan otonomi daerah paling tidak ditentukan tiga hal, yaitu (1) adanya political will dan political commitment dari pemerintah pusat untuk memberdayakan daerah; (2) adanya iktikad baik dari pemerintah dalam membantu keuangan daerah; (3) adanya perubahan perilaku elit lokal untuk dapat membangun daerah.13 Tuntutan perubahan ini pada prinsipnya untuk membangun komitmen bersama, termasuk adanya kemauan perubahan perilaku para elit lokal. Hal ini menjadi sangat penting sebab banyak yang mengkhawatirkan bahwa otonomi daerah yang memberikan kewenangan dan kekuasaan sangat pada daerah tidak akan mengubah apa-apa. 13
Hasbullah, Otonomi Pendidikan: kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: rajagrafindo Persada, 2007), h. 41 Problematika Pendidikan di Indonesia |69
Kemudian kalau kita lihat ketika terjadi pergantian menteri hampir selalu dibarengi dengan pergantian kurikulum. Orientasi kurikulum yang diterapkan pun dilandasi oleh background pendidikan sang menteri. Pergantian kurikulum tersebut memang tidak menjadi permasalahan, karena pergantian kurikulum diharapkan materi pelajaran akan lebih baik dan lebih bermuatan jawaban terhadap tantangan global. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah ketika kurikulum tersebut tidak diimbangi oleh porsi muatan humanisme. Pergantian kurikulum ini juga sebenarnya justru menambah beban tersendiri bagi orang tua dalam hal pembiayaan pendidikan. Karena otomatis jika pergantian kurikulum akan cenderung ganti buku, dan dengan sendirinya pengeluaran terhadap buku anak akan meningkat. Tidak seorang pun yang dapat membantah pendapat yang menyatakan bahwa pendidikan itu penting. Semuanya sependapat bahwa pendidikan menjadi alat yang amat penting untuk meningkatkan mutu kehidupan. Meski pendidikan penting bagi kehidupan tidak semua orang memiliki komitmen yang sama untk memajukan pendidikan, khususnya komitmen para pemimpin terhadap pentingnya pendidikan. Inti permasalahan pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kesadaran pemimpin bangsa terhadap pendidikan dan rendahnya dana yang dialokasikan untuk pendidikan.14 Bangsa kita sudah yang ke tujuh kalinya melakukan pergantian kepemimpinan nasional. Kepemimpinan nasional yang baru ini diharapkan akan lebih bisa memikirkan dan berpihak pada kemajuan pendidikan. Apalagi dengan kebijakan tentang terbentuknya kementerian pendidikan dasar 14
Suparlan, Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dari Konsepsi Sampai Dengan Impementasi, (Yokyakarta: Hikayat Publishing, 2004), h. 148
70 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 66‐75
dan menengah dan kementerian riset dan pendidikan tinggi membawa angin segar untuk perubahan dan dan kemajuan bangsa ini. Kita tentunya berharap banyak terhadap pemimpin yang baru ini dapat melakukan transformasi pendidikan sehingga problematika di bidang pendidikan dapat terselesaikan paling tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik untuk kemajuan bangsa ini. Apalagi kalau dicermati. Tuntutan dan tantangan dunia pendidikan kian hari terasa demikian kompleks, seiring dengan kompleksitasnya persoalan kemasyarakatan. Setumpuk tuntutan dan aspirasi masyarakat kian meninggi dan kompetitif tertuju pada lembaga pendidikan, dengan suatu harapan kehadiran pendidikan mampu mengatasi serta mengantisipasi berbagai problematika dan transformasi kehidupan yang semakin global. Sementara bagian lain, institusi pendidikan sendiri bergulat dalam menghadapi berbagai problem baik itu menyangkut sistem, konsepsi, mekanisme, maupun strategi implementasi. Transformasi sosial yang amat cepat telah terjadi pada abad 21. Transformasi sosial tersebut tidak dapat dipisahkan dari kepemimpinan politik demikian juga perkembangan pendidikan juga akan ditentukan oeh sosok kepemimpinan dalam konteks pemerintah. Pemimpin itu mempunyai tugas yang amat berat, bukan hanya sekedar mencari kekuasaan, kedudukan, fasilitas, dan kekayaan. Maka sesayogianya pemimpin harus bisa menyelesaikan berbagai masalah bangsa dan membawanya menuju kesejahtaraan dan kemakmuran bangsa. Pemimpin harus mempunyai jiwa pengabdian untuk bangsa dan negara. Dalam proses transformasi sosial, transformasi pendidikan Indonesia merupakan suatu keniscayaan. Ke mana arah dan bentuk transformasi pendidikan akan
banyak dipengaruhi oleh kepemimpinan. Bangsa kita sudah yang ke tujuh kalinya melakukan pergantian kepemimpinan nasional. Kita tentunya berharap banyak terhadap pemimpin yang baru ini dapat melakukan transformasi pendidikan sehingga problematika di bidang pendidikan dapat terselesaikan paling tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik untuk kemajuan bangsa ini.
salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan. Dari 1,3 juta ruang kelas, 769 ribu dalam kondisi layak pakai (59%), 299 ribu rusak berat (23%) dan 242 ribu rusak ringan (18%). Pada taun 2012 sudah 22 ribu ruang kelas yang diperbaiki.15 Proyek perbaikan sekolah ini tidak akan pernah selesai. Sekolah yang sekarang masuk dalam kategori ringan akan naik menjadi rusak sedang, lalu rusak berat jika tidak ditangani tentunya akan menjadi rusak berat. Kerusakan sarana pendidikan yang begitu parah ditambah dengan prasarana pendidikan yang tidak menunjang proses pembelajaran yang kondusif merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Dengan kerusakan sarana prasarana dalam jumlah yang banyak maka proses pendidikan tidak dapat berlangsung secara efektif. Umumnya sekolah-sekolah yang ada di pedesaan dan daerah terpencil masih terkendala dengan sarana dan prasarana pendidikan, seperti ruang kelas, perpustakaan dan laboratorium. Kalua pun mendapatkan bantuan seperti rehab ruangan kelas, tapi itu pun tidak seluruhnya. Prosesnya hanya bagian tertentu saja seperti atap dan pengecatan. Kesenjangan yang lain juga pada jumlah dan ketersediaan buku yang,. Ketersediaan buku di daerah perkotaan dan dan daerah terpencil serta perbatasan terjadi kesenjangan baik dari segi jumlah ketersediaan dan kualitas buku. Sementara ketersediaan buku merupakan penunjang pendidikan yang sangat penting karena hal ini akan menunjang keberhasilan proses pendidikan. Masalah sarana dan prasarana keterkaitannya tentunya dengan anggaran
Kesenjangan pendidikan
Pendidikan di Indonesia menunjukkan kualitas yang rendah. Asumsinya hal ini terjadi karena pemerintah kurang serius memperhatikan bidang pendidikan. Sementara kemajuan bangsa salah satunya yang terpenting adalah pendidikan, karena pendidikan merupakan modal dasar untuk kemajuan suatu bangsa. Kesenjangan dalam pendidikan di Indonesia masih terjadi di berbagai hal seperti: sarana prasarana dan sumber daya tenaga pendidik a) Sarana Prasarana Terdapat kesenjangan cukup besar terkait kualitas pendidikan antara sekolah yang di kota dan daerah terpencil. Pada umumnya sekolah yang berada di perkotaan lebih baik daripada sekolah di pedesaan Sering kita lihat secara langsung maupun lewat pemberitaan di media televisi dan surat kabar kondisi sekolah di pedesaan dan daerah terpencil yang sangat tidak layak. Misalnya kondisi bangunan yang rapuh bahkan sudah mau roboh ditambah atap yang bocor sehingga kegiatan proses belajar mengajar sering terkandala. Persoalan sarana dan prasarana merupakan persoalan krusial dalam perbaikan dan pembangunan sistem pendidikan di Indonesia, dan juga merupakan salah satu syarat atau unsur yang sangat penting. Banyaknya sarana pendidikan yang rusak dan tidak layak ini merupakan salah
15
Bambang Triatmodjo, Menuju Kejayaan Indonesia, (Yokyakarta: Beta Offset, 2013), h. 141 Problematika Pendidikan di Indonesia |71
kepala sekolah.17 Oleh karena itu, sampai saat ini sekolah yang maju di perkotaan dapat terus bertahan dengan kemajuannya, sementara sekolah yang kekurangan guru di pedesaan/daerah terpencil semakin terisolosi dan semakin terpuruk. Posisi guru sangat vital dalam pendidikan. Dari segi kuantitas dan pemerataan guru mengalami persoalan yang dilematis, ada sekolah yang kelebihan guru tetapi ada juga sekolah yang kekurangan guru. Salah satu faktor i kesenjangan pemerataan guru di Indonesia karena kondisi geografis negara kita yang sangat luas. Kesenjangan pemerataan tenaga pendidik ini merupakan pekerjaan yang harus terselesaikan supaya pemerataan guru ini dapat terwujud. Berbagai upaya sudah dilakukan seperti penambahan guru melalui rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), guru kontrak dan memberikan tunjangan khusus bagi guru yang tinggal di daerah terpencil. Upayaupaya yang dilakukan pemerintah ini tentunya tidak langsung menyelesaikan masalah. Belum lagi berbicara mengenai kualitas guru. Seorang guru yang memiliki posisi strategi dalam usaha tercapainya kualitas pendidikan yang semakin baik amat dituntut kemampuan profesionalnya. Skill dan profesionalitas senantiasa harus ditingkatkan, terutama dalam menyiapkan sumber daya manusia yang mampu menghadapi persaingan global. Oleh karena itu, pemerintah harus membuat terobosan dalam membangun pendidikan. Artinya harus ada pemerataan dan kualitas guru di Indonesia. Barangkali hal ini dapat diatasi dengan adanya
pendidikan. Menyangkut anggaran pendidikan merupakan saah satu faktor yang cukup memberikan pengaruh terhadap mutu dan kesesuaian pendidikan adalah anggaran pendidikan yang memadai. Anggaran pendidikan ini akan menyangkut besarnya anggaran dan alokasi anggaran. Pembenahan pendidikan dalam hal pemerataan sangat penting untuk mewujudkan kualitas pendidikan di semua daerah. Hal dapat diwujudkan salah satunya apabila didukung oleh dana yang cukup dan pengelolaan yang baik. Tentunya kita berharap banyak pada pemberlakuan otonomi pendidikan sebagai salah satu kebijakan pendidikan nasional dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah. Otonomi pendidikan diharapkan menghasilkan sistem pendidikan yang lebih mandiri, terbuka, demokratis dan maju masih jauh dari tercapai.16 b) Tenaga Pendidik kuantitas dan kualitas guru saat ini, juga merupakan hal yang dilematis. Secara objektif jumlah guru saat ini memang kurang memadai, namun hal ini tidak dapat dipukul rata begitu saja Tetapi harus diakui bahwa jumah guru yang sedikit salah satu indikator kesenjangan dalam masalah pemerataan guru. Jumlah guru yang kurang memadai ini banyak terjadi di daerah pedesaan, terpencil dan perbatasan, jumlah guru hanya ada sekitar 3-4 orang. Sementara itu, di daerah perkotaan yang sarana dan prasarananya memada terjadi penumpukan guru. Bahkan dalam satu SD dijumpai 1114 orang guru, termasuk diantaranya
16
17
Ahmad Fedyani Saifuddin, Catatan Reflektif Antropologi Sosial Budaya, (Jakarta: All Rihgts Reserved, 2011), h. 40
72 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 66‐75
Sam M. Chan, Tuti T. Sam, Analisis SWOT: Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah, (Jakarta: Rajawali Press, 2011) h.58
undang-undang otonomi daerah. Di samping itu, pemerintah baik pusat dan daerah harus membuat program yang bisa merangsang lagi guru-guru yang mau mengabdi di daerah terutama di daerah terpencil. Misalnya, ada semacam tunjangan khusus bagi guru yang mau mengabdikan diri bagi daerah/desa yang masuk kategori terpencil sehingga ada semacam ukuran cost dan benefid bagi guru dari sudut rasional dan tuntutan sosial.18 Mengenai kualitas guru, seharusnya juga menjadi prioritas yang diutamakan dalam rangka menyiapkan guru yang kompeten, memiliki skill/kemampuan yang tinggi. Pemerintah diharapkan mengalokasikan dana bagi peningkatan kualitas guru, karena tidak bisa dipungkiri bahwa guru merupakan ujung tombak bagi keberhasilan pendidikan. Hal ini sejalan dengan apa yang tertuang dalam undangundang guru dan dosen Bab V Pasal 10 yang berbunyi: kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.19 Masalah kompetensi guru adalah masalah serius, untuk itu perlu dilakukan pembinaan secara baik, selain itu juga tentunya guru terus belajar untuk mengembangkan wawasan dan intelektualitas yang pada gilirannya bisa membangun kreativitas guru.
18
19
Ibid, h. 62
Abd Rahman Getteng, Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika, (Yokyakarta: graha Guru, 2011), h. 99
D. Tantangan dan Prospek Pendidikan Indonesia Pendidikan merupakan kunci pembangunan nasional, kerenanya peranan kepemimpinan dalam dunia pendidikan sangat penting dalam membuat arah dan implementasi kebijakan pendidikan. Memang harus diakui bahwa masalah pendidikan termasuk masalah yang paling sulit untuk ditangani. Berbagai macam kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah, walaupun dalam prakteknya kadangkadang menyimpang dari ketetapan. Meskipun demikian usaha pemerintah untuk mengatasi berbagai problematika pendidikan tersebut perlu dihargai. Hal mendasar yang patut diperhitungkan oleh bangsa Indonesia, khususnya pemerintah bagaiman menjadikan negara dengan jumlah penduduk yang besar dalam mutu sumber daya manusianya. Dengan demikian tantangan terbesar dari bangsa ini adalah tentang rendahnya mutu pendidikan. Bangsa ini mau tidak mau harus melakukan perbaikan dan pembaharuan di berbagai sektor yang berkaitan denagan pendidikan Transformasi pendidikan Indonesia merupakan keniscayaan. Kemana arah dan transformasi pendidikan akan banyak dipengaruhi oleh kepemimpinan yang muncul..Era reformasi yang dimulai sejak 1998 merupakan era transisi yang salah satunya memasuki dunia pendidikan nasional antara lain dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional. Undang-undang ini telah memberikan ruang terhadap perubahan-perubahan yang salah satunya adalah desentralisasi pendidikan.. Perubahan ini tentunya membawa konsekuensi-konsekuensi dalam penyelenggaraan pendidikan Problematika Pendidikan di Indonesia |73
nasional. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah baik pusat dan daerah bagaimana persoalan wewenang tidak terjadi tumpang tindak atau bahkan menjadi sumber permasalahan antara pemerintah pusat dan daerah. Kemudian seiring dengan era globalisasi, pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan Indonesia dituntut untuk meningkatkan mutu sumber daya manusianya dalam menghadapi persaingan global. Dunia pendidikan harus peka dan tanggap dalam mempersiapkan sistem pendidikan sesuai dengan konteks dan tuntutan zaman. Tentang prospek pendidikan nasional ke depan dalam menghadapi era perkembangan globalisasi, kesadaran global tentang peningkatan sumber daya manusia adalah sebuah keharusan bagi dunia pendidikan. Hal ini karena pendidikan sebagai bentuk investasi dalam mempersiapkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Mudah-mudahan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam pendidikan dalam rangka reformasi pendidikan nasional ke arah yang yang lebih baik. E. Penutup
Kesimpulan
Pendidikan harus mendapatkan perhatian yang serius bagi setiap bangsa, karena dengan pendidikan akan dapat dilihat maju mundurnya suatu bangsa. Tentu saja bangsa Indonesia tidak mau hidup terbelakang akibat aspek pendidikan tidak mendapat porsi yang cukup dengan teriringnya berbagai kemajuan di bidang lain. Hal yang mendasar bagi pembangunan pendidikan dipengaruhi oleh dimensi kepemimpinan atau pemerintah baik 74 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 66‐75
pemerintah pusat maupun daerah. Pemberlakuan desentralisasi pendidikan pada gilirannya untuk memberdayakan dan membangun manusia Indonesia melalui jalur pendidikan. Oleh karena itu, kebijakan pemimpin harus merata ke setiap daerah sehingga kesenjangan tidak lagi terjadi. Namun kita harus menyadari masalah pembangunan pendidikan tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga menjadi tanggung jawab semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA Chan, Sam M., Sam, Tuti T. 2011 Analisis SWOT: Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah Jakarta: Rajawali Press Getteng, Abd Rahman. 2011. Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika. Yokyakarta: Graha Guru Hasbullah. 2007. Otonomi Pendidikan: kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada --------------------. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Menyongsong Abad XXI. Jakarta: Balai Pustaka --------------------2006. Standar Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: Rineka Cipta, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 (UU RI Nomor 20 Tahun 2003), 2003. Jakarta: Sinar Grafika ------------ 2003. Jakarta: Sinar Grafika ------------ 2003 Jakarta: Sinar Grafika Triatmodjo, Bambang. 2013. Menuju Kejayaan Indonesia. Yokyakarta: Beta Offset www.http:dbagus.com/pengertian-fungsipendidikan-menurut-para-ahli
Rembagy, Musthofa. 2008. Pendidikan Transformatif Pergulatan Kritis merumuskan pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi. Yokyakarta: Teras ------------------------- Pendidikan Transformatif: Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, Yokyakarta: Teras, 2008 Saifuddin, Ahmad Fedyani. 2011. Catatan Reflektif Antropologi Sosial Budaya. Jakarta: All Rihgts Reserved Santoso, Slamet Imam. Pendidikan di Indonesia Dari Masa Ke Masa. Jakarta: CV. Haji Masagung Suparlan. 2004. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dari Konsepsi Sampai Dengan Impementasi, Yokyakarta: Hikayat Publishing Tilaar, H.A.R. 2006. Standar Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: Rineka Cipta --------------------1990. Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional Problematika Pendidikan di Indonesia |75
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI (Studi Penggunaan Alih Kode dan Campur Kode Bahasa IndonesiaAmbon pada Mahasiswa IAIN Ambon) Andi Fitriyani1 dan Zulkifli2
ABSTRACT
Students are personal as learners who make the learning process in college IAIN Ambon 20102011 academic year. This study deals with how students use and the factors underlying the emergence of the social reality of code and code interference between Indonesian and Ambon. This study is based on the theory kedwibahasaan with research methods in depth interviews and participant observation to obtain data in the field. Through interviews and observational studies on the use of code switching and code interference between Indonesian and Ambon language, researchers have developed a typology of use and the factors behind them. Ambon IAIN students as subjects considered using language and Bahasa Indonesia Ambon alternately and or insert one language to another language speech acts motivated by "Situational Code-Switching." The subject is influenced by the culture of the language of Ambon "Mother" and Indonesian as an introduction which led to over code and mixed code.
Keywords: Students, Indonesian-Ambon, Transfer Code, Mixed Code, Kedwibahasaan. konteks sosial berkembang dan tumbuhnya
A. Pendahuluan Bahasa
merupakan
wahana
bahasa itu. Dengan demikian, perubahan
komunikasi utama manusia. Dalam arti luas,
terhadap bahasa, baik gramatikal maupun
bahasa memiliki dua ciri utama. Pertama;
kaidah pemakaian, mau tidak mau berkaitan
bahasa digunakan dalam proses transmisi
erat dengan perubahan sosial, baik yang
pesan. Kedua; bahasa merupakan kode yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Jadi
penggunaannya
perubahan
ditentukan
bersama
oleh
warga suatu kelompok atau masyarakat. Karenanya, bahasa merupakan aspek kegiatan sosial masyarakat. Bahasa merupakan
satu
itu
mempengaruhi
perkembangan bahasa. Bagi studi sosiolinguistik khususnya sosiologi bahasa, bahasa memiliki fungsi
dan
kenyataan
kesatuan.
sosial
utama terutama jika dihubungkan dengan
Mempelajari
kode sosial dan instrument dasar perilaku
perubahan bahasa tidak bisa lepas dari 1
Dosen pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon. 2
sosial
Mahasiswa Jurusan Jurnalistik Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon.
Fakultas
76 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 76‐90
manusia. Adapun fungsi utama bahasa, yaitu: (1) Sarana identitas keanggotaan kelompok sosial, (2) Kategori terhadap pengalaman, persepsi, berpikir dan kegiatan kreatif yang mencerminkan weltanshaung suatu kelompok atau masyarakat,
(3) Pengembangan teknologi dan transmisi pengetahuan melampaui ruang dan waktu. Paparan menarik,
bila
di
atas
dikaitkan
menjadi
sangat
dengan kondisi
kegiatan
pembelajaran
maupun
ketika
berinteraksi di luar kelas. B. Perspektif Teoretis Kedwibahasaan
Indonesia yang terdiri dari kurang lebih 400
Dwibahasa ialah dua bahasa yang
bahasa daerah yang ada, di samping bahasa
dipakai
Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan.
bergantian. Terjadinya proses kontak bahasa
Kondisi ini menjadikan setiap penduduk yang
antara bahasa Indonesia dan bahasa ibu
ada sangat terbuka kemungkinan untuk
penutur.
mengetahui lebih dari satu bahasa (dwibahasa
merupakan proses saling pengaruh antara dua
atau
lebih
bahasa itu sehingga sejumlah unsur bahasa
terbuka lagi dengan masuknya pengaruh
yang satu masuk ke dalam unsur bahasa yang
globalisasi, mau tidak mau mengakibatkan
lain.
multibahasa).
Kenyataan
ini
kontak bahasa yang lebih luas dan sering,
oleh
seseorang
Kontak
Penelitian
penutur
bahasa
inilah
sosiolinguistik
secara
yang
yang
bukan hanya antar bahasa daerah, bahasa
mengkaji masalah kode bahasa tentu sangat
daerah dengan bahasa Indonesia tetapi juga
erat hubungannya dengan kedwibahasaan.
meluas menjadi bahasa daerah dengan bahasa
Istilah ini pertama kali diperkenalkan pada
asing, bahasa Indonesia dengan bahasa asing.
abad
Hal ini berarti bahwa hadirnya bahasa lain
mengartikan
dalam sebuah wacana dapat menimbulkan
penguasaan dua bahasa seperti penutur asli3
berbagai peristiwa bahasa baik alih kode
Defenisi yang diberikan oleh Bloomfield ini
(code switching) maupun campur kode (code
mengimplikasikan pengertian bahwa seorang
mixing).
dwibahasawan adalah orang yang menguasai
Gejala
demikian
Bloomfield
kedwibahasaan
yang sebagai
dua bahasa dengan sama baiknya. Defenisi
kampus IAIN Ambon. Para mahasiswa juga
yang diberikan Bloomfield tersebut dirasa
menguasai bahasa yang beragam pula, tetapi
sangat berat karena dapat diartikan bahwa
mereka minimal bisa menggunakan bahasa
seseorang baru bisa dikatakan dwibahasawan
Indonesia dan bahasa Ambon, walaupun tidak
jika bahasa kedua yang dikuasai sama
dipungkiri
baiknya dengan bahasa pertama.
di
terjadi
oleh
di
beberapa
juga
ke-20
antara
mereka
menguasai bahasa asing, seperti bahasa Inggris,
Arab
dan
lainnya.
Menurut
pengamatan penulis, mahasiswa IAIN Ambon sering menggunakann alih kode dan campur kode dalam berkomunikasi, baik dalam
Defenisi selanjutnya diberikan oleh Einar Haugen yang mengartikannya sebagai 3
Lihat Leonard Bloomfield, dalam Language, diIndonesiakan oleh Sutikno. I. 1995. Jakarta: Pt. Gramedia, 1993, h. 5. Komunikasi Antar Pribadi |77
kemampuan
memberikan
yang
Alih Kode (Code Swithing) adalah
lengkap dan bermakna dalam bahasa lain.4
peristiwa peralihan dari satu kode ke kode
Pada
lain. Misalnya penutur menggunakan bahasa
masyarakat
tuturan
dwibahasa,
pemakaian secara
Indonesia kemudian beralih menggunakan
bergantian sangat dipengaruhi oleh beberapa
bahasa Jawa. Alih kode merupakan salah satu
faktor. Hymes memberikan ciri-ciri dimensi
aspek
sosial budaya yang mempengaruhi pemakaian
dependency) dalam masyarakat multilingual.
bahasa-bahasa
yang
dikuasainya
ketergantungan
bahasa
(language
Nanang dan Ujang, keduanya berasal
bahasa seorang penutur dapat digolongkan disebut
dari Priangan. Lima belas menit sebelum
sebagai komponen tutur (speech komponen).
kuliah dimulai sudah hadir di ruang kuliah.
Disebut
memang
Keduanya terlibat dalam percakapan yang
perwujudan makna sebuah tuturan atau ujaran
topiknya tak menentu dengan menggunakan
ditentukan oleh komponen tutur. Kedelapan
bahasa Sunda. Bahasa ibu keduanya. Sesekali
komponen tutur tersebut dapat diakronimkan
bercampur dengan bahasa Indonesia kalau
dengan SPEAKING: Setting and scene (latar),
topik
Participants (peserta), Ends (hasil), Act
pelajaran.
sequences
bercakap-cakap
dalam delapan komponen
demikian
(amanat),
yang
karena
Key
(cara),
pembicaraan Ketika
menyangkut mereka
masuklah
masalah
sedang Tagor,
asyik teman
Instrumentalities (sarana), Norms (norma),
kuliahnya yang berasal dari Tapanuli, yang
Genres (jenis)5.
tidak dapat berbahasa Sunda. Tagor menyapa
Kode dapat diartikan sebagai suatu
mereka dalam bahasa Indonesia. Tidak lama
proses yang terjadi baik pada pembicara,
kemudian masuk pula teman-teman lainnya,
6
hampa suara, dan pada lawan bicara . Suwito
sehingga suasana menjadi riuh, dengan
mengatakan bahwa kode itu sebagai alat
percakapan yang tidak tentu arah dan
untuk berkomunikasi yang merupakan variasi
topiknya
7
dengan
menggunakan
bahasa
dari bahasa.
Indonesia ragam santai. Ketika ibu dosen
Alih Kode (Code Swithing)
masuk ruangan, mereka diam, tenang, dan
4
Lihat B. Cornelius Sembiring dan B. Suhardi. 2005. “Aspek Sosial Bahasa”’ dalam Kushartanti,., Yuwono, Untung, Lauder, Multamia RTM. Pesona Bahasa, 2005. H. 58.
siap
mengikuti
perkuliahan.
Selanjutnya
kuliahpun berlangsung dengan tertib dalam bahasa Indonesia ragam resmi. Ibu dosen menjelaskan materi kuliah dalam bahasa
5
Lihat Abdul Chaer dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, h. 48
Indonesia
ragam
resmi,
dan
seluruh
percakapan berlangsung dalam ragam resmi
6
Lihat Mansoer Pateda, Sosiolinguiatik, Angkasa: Bandung, 1987, h. 83 7
Lihat Suwito, Sosiolinguistik: Teori dan Problem. Surakarta: Kenary Offset, 1983, h. 67 78 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 76‐90
hingga perkuliahan berakhir. Begitu kuliah selesai, dan ibu dosen meninggalkan ruang kuliah, para mahasiswa itu menjadi ramai
kembali, dengan berbagai ragam santai, ada
kdwibahasaan adalah adanya tumpang tindih
juga yang bercakap-cakap dalam bahasa
antara kedua sistem bahasa yang dipakainya
daerah.
atau digunakannya unsur-unsur dari basa yang
Campur Kode (Kode Mixing)
satu pada penggunaan bahasa yang lain.
Campur kode ( code Mixing) terjadi
Malmaker
membedakan
cmpuran
menggunakan
system linguistik ini menjdai dua yaitu alih
suatu bahasa secara dominan mendukung
kode (code switching), yaitu berlih dari satu
suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa
bahasa kedalam bahasa yang lain dalam satu
lain. Hal ini biasanya berhubungan dengan
ujaran atau percakapan, dan campur kode
karakteristik penutur, seperti latar belakang
(code mixing/interfence), yaitu penggunaan
sosial, tingkat pendidikan, rasa keagamaan.
unsur-unsur bahasa, dari satu bahasa melalui
Biasanya ciri menonjolnya berupa kesantaian
ujaran khusus kedalam bahasa yang lain.
atau situasi informal. Namun bisa terjadi
Campur kode atau interfensi mengacu pada
karena keterbatasan bahasa, ungkapan dalam
pengunaan unsur formal kode bahasa seperti
bahasa
padanannya,
fonem, merfem, kata frase, kalimat dalam
sehingga ada keterpaksaan menggunakan
suatu konteks dari satu bahasa kedalam
bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu
bahasa yang lain8. Alih kode dan campur
fungsi.
kode dalam konteks dan situasi berbahsa
apabila
seseorang
tersebut
Menurut
penutur
tidak
ada
Nababan,
campur
kode
sebagai suatu keadaan berbahasa lain ialah
dapat dilihat dengan jelas, juga tataran, sifat, dan penyebabnya.
bilamana orang mencampur dua atau lebih
Beberapa wujud alih kode dan cmpur
bahasa atau ragam bahasa dalam arti tindak
kode yang sering terjadi dalam proses tutur
bahasa (speech act atau discource) tanpa ada
dikalangan mahasiswa IAIN Ambon, yaitu
sesuatu dalam situasi berbahasa itu menuntut
yang berwujud kata, frase, dan kalimat.
percampuran berbahasa itu.
1) Alih kode dan campur kode berwujud kata
C. Hasil Penelitian Wujud dan Fenomena Alih Kode dan Campur Kode Bahasa Indonesia dan Bahasa Ambon yang Digunakan oleh Mahasiswa IAIN Ambon Sebagai seorang yang terlibat dengan
Fenomena
campur
kode
yang
berwujud kata dapat terjadi baik pada penutur yang berbahasa daerah maupun pada penutur bahasa lain yang menguasai bahasa Indonesia. Data di bawah ini menunjukan alih kode dan
penggunaan dua bahasa dan juga terlibat
campur kode yang berwujud kata:
dengan dua budaya, seorang dwibahasawan
tentulah tidak terlepas dari akibat dari
Lihat Hugo Baetens Bilingualisme : Basic Principle. Universiteit, 1982, hal. 40
8
Beardsmore, Brusel: Vrije
Komunikasi Antar Pribadi |79
(1) KONTEKS: MAHASISWA YANG SEDANG BERJALAN BERSAMA HENDAK PULANG P1 : Kamu sudah punya bahan untuk tugas diskusi lusa? P2 : Sudah, dapa dari internet, kamu? P1 : Beum cukup refrensi yang saya punya. Tapi yah.. mau diapa lagi, batas akhir kumpul su dekat. P2 : Iya, kerja saja sebaik-baiknya. Badoa semoga hasilnya bagus. O ya beta duluan e, penjemputnya sudah datang P1 : Bae, sampai ketemu besok (2) KENTEKS: MAHASISWA DAN STAF AKADEMIK DI RUANG KULIAH P1 : Seng kuliahkah? P2 : Seng ada dosen pak. Kaluar, P1 : Ssst.. sabala ada kuliah, Jang rebut P2 : Ia pak P1 : Baiklah, Pak pergi dulu
P2 : minggu depan, kenapa? P1 : Tanya saja (2) KONTEKS : DI DEPAN RUANG KULIAH P1 : Katong pulang mari! P2 : Duluan kaka, katong ada kajian P1 : Kajiannya tentang apa? P2 : Tentang syahadat, syahadatain, dan lain-lain P1 : Kaka kamuka e P2 : Iyo… P1 : Dangke… Percakapan di atas terjadi alih kode dan campur kode berupa penyisipan berwujud kata
bahasa
empat kata yang berasal dari bahasa Ambon seperti dapa (dapat), su (sudah), badoa (berdoa) dan bae (baik), masuk tercampur atau menyusup ke dalam bahasa Indonesia pada saat mereka berkomunikasi. Pada kata badoa, awalan ber- dalam bahasa Indonesia berubah menjadi awalan ba- dalam bahasa Ambon. Sedangkan pada konteks kedua, percampuran kode berwujud kata dapat dilihat dari kata-kata seng (tidak), kaluar (keluar), sabala (samping), jang (jangan). Selain itu peristiwa alih kode dan campur kode dapat dilihat jelas dalam percakapan berikut : (1)KONTEKS : PERJALANAN PULANG P1 : Kamong tadi kuliah apa? (kamu tadi kuliah apa) P2 : SPI P1 : su midkah? (sudah Mid?) 80 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 76‐90
ke
dalam
bahasa
Indonesia, yang dapat dilihat pada kamong (kamu), su(sudah), katong (kami), kamuka (duluan), iyo (iya), dan dangke (terimakasih). Pemakaian kata-kata bahasa Indonesia dan bahasa Ambon pada dua peristiwa tutur diatas menunjukan
Dari percakapan di atas (1), tertera
Ambon
pencampuran
adanya dua
peralihan
bahasa
dalam
dan proses
komunikasi. Pada dua kontek peristiwa tutur di atas, suasana tampak akrab dan terbuka. 2) Alih Kode dan Campur Kode berwujuf Frase Fenomena alih kode dan campur kode dapat terjadi pada frase yang diucapkan oleh penutur yang berbahasa daerah maupun yang berbahasa Indonesia. Penulis mengidentifikasi peristiwa tutur yang didalamnya terdapat proses alih kode dan campur kode. (1)KONTEKS : SUASANA SANTAI DI LUAR KELAS P1: Bulang apa sekarang? (bulan apa sekarang?) P2 : Bulang tarang, kenapa? (Bulan Terang, kenapa? P1 : tidak apa, moga malang bae (tidak apam, moga malam baik)
(2)KONTEKS : SUASANA SANTAI DI LUAR KELAS P1 : sudah mau bayar uang kuliah lagi P2 : iya, ayo ke Bank ambil uang dan slip dulu P1 : saya sudah punya uang di sini, saya bias pergi sekarang ke bagian keuangan P2 : tapi saya belum punya uang, saya mau ke ATM dulu narik P1 : pakai uang saya dulu, kita rekeng dolo, sepertinya cukup sebentar baru kau ganti uang saya (3)KONTEKS : SUASANA SANTAI DI BAWAH POHON P1 : kemarin saya ke Amplaz bakudapa dia P2 : siapa? P1 : Anca P2 : takaruang, dia janji saya kemaren P1 : kamu telepon dia P2 : sudah, tapi hpnya mati P1 : nanti kalau ketemu dia bilang jangan begitu P2 ; iya (4)KONTEKS : SUASANA SANTAI DI DEPAN KELAS P1 : ini asida paling sadap e, sapa yang biking akang? P2 : seng tau. O.. ya.. kasi beta satu e P1 : rasa tambahkan? Hahahah P2 : iya. Saya boleh bawa pulang satu P1 : iyo (5)KONTEKS : DI PERPUSTAKAAN P1 : kamong seng ke rumah sakit P2 : Par? P1 : ose pung tamang ada tatabrak tuch P2 : beta seng tau lae Peristiwa tutur yang terjadi di atas (5), (6), (7), menunjukan bahwa laih kode dan campur kode terjadi dalam bentuk frase. Bulang tarang (bulan terang), malang bai (malam baik), rekeng dolo (hitung dulu), baku dapa (bertemu) adalah bentuk campur kode dari peristiwa tutur yang diawali dengan bahasa Indonesia kemudian di sisipkan ke
peristiwa tutur (8) dan (9), telah terjadi alih dan campur kode pada frase rasa tambahkan, rumah sakit dari bahasa Ambon ke bahasa Indonesia. 3) Alih kode dan campur kode berwujud kalimat Hasil
penilitian
menunujukan
beberapa data fenomena alih kode dan campur kode
berwujud
kalimat
baik
berupa
intrakalimat maupun antarkalimat. Fenomena alih kode dan campur kode ii dapat dilihat pada kalimat yang menggunakan dua bahasa yang berbeda, misalnya pada kalimat pertama menggunakan bahasa Indonesia, sedangkan pada
kalimat
selanjutnya
menggunakan
bahasa Ambon. (1) KONTEKS: MAHASISWA MENUNGGU DOSEN DI RUANG DOSEN P1 : Assalamualaikum, sudah lama menunggu P2 : kurang lebih 15 menit, Pak. Tadi ada yang cari bapak P1 : siapa? P2 : tidak tau juga pastinya siapa. Tadi dia bilang mau kaluar dolo. Beta su nanaku tu ana dar’tadi. Dia bacico kasana kamari tarus (tidak tahu juga pastinya siapa. Tapi dia katakana mau keluar dulu. Saya sudah beritahu anak itu dari tadi, dia berjalan ke sana kemari terus) P1 : hmmmm, sapa? seng ada yang telpon beta lae. (hmmm,… Siapa? Tidak ada yang telepon saya lagi) (2) KONTEKS : SUASANA SANTAI P1 : dian mau ketemu dengan kamu, mau minta maaf P2 : bilang saya tidak mau, dia pung kalakuang biking beta jumawa (katakan saya tidak mau. Dia punya kelakuan membuat saya sangat marah)
dalam bahasa Ambon. Sedangkan pada Komunikasi Antar Pribadi |81
P1 : sudahlah saling memaafkan lebih baik, jumawa biking hidop cecelepu (sudahlah, salih memaafkan lebih baik. Sangat marah membuat hidup tak berguna) P2 : dimana dia sekarang P1 : dia ada di jiku balakang (dia ada di sudut belakang) (3) KONTEKS : SUASANA DI KELAS P1 : kelak jika jadi orang tua, harus bijak kepada anak P2 : bijak bagaiman? P1 : harus bersikap adil. Batimbang sabala tar bae voor anana pung perkembangan (harus bersikap adil. Berpihak sebelah tidak baik untuk anak-anak punya perkembangan) P2 : batul lai, biar seng rebut, kaka jang suka baterek ade-ade. Jadi orang harus mengawasi betul. (betul lagi, biar tidak rebut, kakak jangan suka mengganggu adikadik jadi orang harus mengawasi) P1 : iyo e, beta sering bataria par dong. Trims lai. Beta ke ruang sebelah dolo e, beta ada tawar mata kuliah. (iya, saya sering berteriak kepada mereka. terima kasih lagi. Saya ke ruang sebelah dulu, saya ada mengulang mata kuliah) Keseluruhan peristiwa tutur di atas (1),
Faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya fenomena alih kode dan campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa Ambon yang digunakan oleh mahasiswa IAIN Ambon Penggunaan
bahasa
di
berbagai
peristiwa tutur yang terjadi di lingkungan mahasiswa IAIN Ambon sangat bervariatif. Terjadinya alih kode dan campur kode dari satu ke dalam kode yang lain merupakan hal yang logis bagi mereka, karena situasi kebahasaan bilingiual dan multilingual pada masyarakat tersebut. Kenyataan itu dilakukan karena pada umumnya mereka menguasai bahasa-bahasa yang digunakan dengan baik, yaitu bahasa Indonesia dan bahas Ambon. Dalam kaitannya dengan penilitian ini, kecendrungan
pada
dwibahasawan
dan
multibahasawan beralih kode pada saat berkomunikasi
dengan
orang
lain
yang
digunakan oleh mahasiswa IAIN Ambon disebabkan oleh beberapa factor. 1. Faktor-faktor penentu alih kode antara bahasa Indonesia dan bahasa Ambon yang digunakan oleh mahasiswa IAIN Ambon
(2), dan (3) terjadi dalam konteks keakraban. Faktor-faktor penentu alih kode antara
Pada penutur seluruhnya sudah saling kenal dan
sangat
menimbulkan
akrab.
Keakraban
terjadinya
alih
mereka
kode
dan
campur kode antar kalimat sehingga tidak terjadi hal yang membingungkan. Kedua bahas, baik Indonesia maupun Ambon saling bercampur dalam proses alih kode dan
bahasa Indonesia dana bahasa Ambon yang dugunakan oleh mahasiswa IAIN Ambon sesuai
dengan
pendapat
Hudson
yaitu
Situational code-switching. Namun dalam penilitian ini, situational code-switching lebih dominan. Situational
campur kode.
code-switching
adalah
adanya perubahan bahasa yang terjadi karena adanya 82 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 76‐90
perubahan
situasi.
Seorang
dwibahasawan menggunakan satu bahasa
Untuk jelasnya dapat di lihat pada peristiwa
dalam satu situasi tutur danmenggunakan
tutur di bawah ini:
bahasa yang lain pada situasi tutur yang lain9. Alih kode jenis ini dinamakan situational code-switching karena perubahan bahasabahasa oleh seorang dwibahasawan selalu bersamaan dengan perubahan dari satu situasi eksternal (misalnya berbicara kepada anggota keluarga)
ke
situasi
eksternal
lainnya
(misalnya berbcara dengan tetangga). Alih bahasa jenis ini terjadi terutama disebabkan oleh latar dan topic. Selain itu, umur, seks, pengetahuan penutur, status, social, dan kesukuan menentukan pula terjadinya alih kode. Dengan demikian, kaidah-kaidah social budaya merupakan factor yang dominan. Pada situational code-switching atau perubahasn yang disebabkan oleh factor situasional. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode di kalangan mahasiswa IAIN Ambon, antara lain: a) Perubahan situasi tutur Data yang diperoleh penulis selama penilitian ditemukan bahwa situasi yang dapat menimbulkan pemakaian alih kode adalah situasi formal dan non formal. Kedua bentuk situasi ini akan dijelaskan secara terpisah dalam pembahasan berikut ini: Situasi formal Situasi yang dimaksudkan adalah situasi yang bersifat resmi yang sudah selayakanya sering dilakukan pada lingkungan kampus. 9
Lihat Richard A. Hudson, Sosiolinguistic, second Edition, Cambridge University Press, 1996, hal 52
(1) KONTEKS: SEORANG MAHASISWA YANG BERCAKAP DENGAN DOSEN DI RUANG KULIAH P1 : Tugas kamu sudah selesai? P2 : Belum selesai, Pak. P1 : kenapa belum selesai ? P2 : Beta pung kapala sai, seng bias karja yang batul, karja ni asal mau pung mau mar semua salah (Saya punya kepala sakit, tidak bias kerja yang betul, kerja ini asal mau punya mau tetapi semua salah) P1 : Se Bagadang tadi malam ka ? sampe ose pung kapala saki begitu. (Anda begadang ya semalam? Hingga kepalamu jadi sakit seperti itu) Dari percakapan di atas dapat dilihat bahwa dalam situasi resmi sekalipun seperti yang terjadi di dalam kelas antara dosen dan mahasiwa, peristiwa alih kode juga masih sering terjadi. Dalam situasi seperti ini peralihan, baik dari bahasa Indonesia ke bahasa Ambon atau sebaliknya, berpeluang besar terjadi mengingat keluwesan atau penuturan yang alami sangat di perlukan. Peristiwa tutur yang terjadi antara dosen dan mahasiswa awalanya menggunakan bahasa Indonesia, namun mahasiswa tanpa sadar menggunakan
bahasa Ambon, maka
perbincangan dialaihkan ke bahasa Ambon, walaupun keadaan pada saat itu dalam keadaan resmi. Contoh peristiwa tutur lain dapat lihat dibawah ini: (2) KONTEKS : DISKUSI DI DALAM RUANG KULIAH Komunikasi Antar Pribadi |83
P1 : bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yang terhormat, ibu dosen, sellau pembimbing mata kuliah, serta kawan-kawan seperjuangan yang saya sayangi. Sebelum saya membuka forum ini, pertama-tama saya ingin mengatakan kepada kawankawan bahwa nantinya, saudara pemateri akan membacakan hasil dari makalah kami, harap kawan-kawan mendengarkan dengan teliti agar apa yang dibacakan bisa dimengerti. Untuk tidak membuang waktu, saya langsung saja serahkan kepada saudara pemateri untuk membacakan hasil dari makalah kami, kepada saudara dipersilahakan!. P2 : terimakasih saudara moderator. Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh. Disini saya akan membacakan hasil dari makalah kami, yakni tentang “PERTANGGUNGJWABAN DALAM HUKUM PIDANA”[pemateri membacakan isi materi dari makalah tersebut] P1: terimakasih saudara pemateri, setelah kita mendengar, isi dari makalah tadi yang sudah dibacakan oleh pemateri, mungkin ada pertanyaan ataupun saran dari kawan-kawan bertanya, tiap kelompok diberikan kesempatan 1 pertanyaan saja. P3: Maaf sebelumnya saudara moderator, seng bias bagitu, katong samua disini pung kesempatan untuk bertanya. Kalau saudara meoderator batasi katong kaya bagitu lalu katong yang punya pertanyaan lai bagaimana? Katong mau Tanya par sapa ? sementara 84 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 76‐90
katong punya pertanyaan ini terkait dengan pembahasan tadi. P1 : Maaf Saudara, Kita Dibatasi Oleh Waktu, mengapa saya batasi pertanyaan karena disini, bukan kelompok kami saja yang akan mempresentasikan makalahanya, masih ada kelompok lain lagi, jadi mohon pengertiannya ! Jadi kepada kawan-kawan yang ingin bertanya, silahkan! P4 : Saya, moderator P1 : ya, silahkan P4 : coba anda jelaskan kepada kami tentang hakekat daripada asas pertanggungjawaban dalam hokum pidanan? Terimakasih P1 : Ok, masih ada lagi yang mau bertanya? Kalau tidak ada lagi, saya serahkan kepada saudara pemateri untuk menjawab pertanyaan ini. P2 : Ok, terimakasih, saya akan coba menjawab pertanyaan dari kelompok 5 yakni tentang hakekat dari asas pertanggung jawaban dalam hokum pidana (pemateri menjawab pertanyaan) P1 : Bagaiman saudara penanya? P4 : Paham, terimakasih Contoh ini menujukan bahwa dalam suasan diskusi juga seringkali alih kode spontan terjadi meski dalam sitasi formal. Meskipun dari peristiwa tutur di atas hanya satu penutur yang menggunakan alih kode.
Situasi Non formal Situasi dimaknai sebagai situasi yang
sifatnya tidak resmi atau santai. Penggunaan alih
kode
frekuensinya
dalam jauh
situasi lebih
seperti banyak
ini jika
dibandingkan dialog dalam situasi formal. Contoh dialog non formal:
(1) KONTEKS : PEMBICARAAN DI RUANG KULIAH P1 : He, kenapa baru datang ? ose dari mana barang ? P2 : beta pi fotokopi, kamong su pulang ini ka ? P1 : iyo, tadi dosen su masu, tapi karena kamong kelompok 4 seng ada la antua su kaluar P2 : la ada Nya kura tu P1 : Nyai bilang seng ada makalah di dia, katanya ose yang pegang akang P2 : iyo, Beta yang bawa akang. Beta kira kuliah jam 10 P1 : memang antua pung jadwal kuliah tu jam 10, tapi karena materi pertama seng ada dosen, makanya katong panggil antua saja, dari pada kosong P3 : hi, frend, bagaimana ini ? tadi dosen bilang katong ung kelompok dinyatakan gugur, nanti kalo katong seng dapa nilai bagaimana ? P1 : eh. Mending kamong pi menghadap antua jua, lalu katong kelompok 7 su abis presentasi ? P3 : dong balom lai ? P1 : tadi beta mau presentasi suda, tapi ibu bilang kelompok 4 kamuka baru katong kelompok 7, kelompok 6 saja balom lai, deng tadi dari katong kelompok 7 Cuma beta sandiri saja yang hadir, kalau beta maju presentasi sendiri la dong dua itu ? yang ada dong seng ada nilai. P2 : bias lai, bagaimana katong bilang par ibu minggu depan baru katong presentasi jua, biar 3 kelompok saja P1 : hiii, 3 kelompok sakali ? P2 : seng apa-apa mo P3 : iyo, bilang ibu bagitu jua, beta hawwas nie, tarlama katong seng ada nilai P1 : iyo suda, nanti kamong dua pi menghadap ibu, la kamong bilang bagitu
P2 :
iyo, ari katong sama-sama jua
Peristiwa tutur dalam suasana non formal di atas menunjukan bahwa di dalam masyarakat bilingual, penutur basanya beralih kode, sebanyak kali lawan tutur yang dihadapinya juga beralih kode. Awal penutur lebih banyak melakukan alih kode. Dari dialog tersebut di atas menunjukan bahwa hadirnya penutur ketiga pada alih kode ini juga dipengaruhi oleh hadirnya penutur sesame suku. b) Kehadiran orang ketiga Nababan menyatakan bahwa konsep alih kode ini mencakup juga kejadian pada waktu kita berlih dari satu ragam bahasa yang satu, misalnya ragam formal ke ragam, misalanya ragam akrab atau dari dialek yang lain atau dari tingkat tutur tinggi10 Kridalaksana penggunaanvariasi
menegaskan bahasa
bahwa
lain
untuk
menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain atau karena adanya partisipasi lain disebut alih kode. Adapun factor-faktor dalam suatu interaksi pembicaraan yang dapat mempengaruhi penetapan makna, yaitu:
Siapa pembicara atau bagaimana peribadi pembicara ? Di mana atau kapan pembicaraan itu berlangsung ? Apa modus yang digunakan ? Apa topic atau sub topic yang di bicarakan ? Apa ungsi dan tujuan pembicaraan ?
10
Lihat P. W. J Nababan, Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia, 1991, hal 31 Komunikasi Antar Pribadi |85
P1&2Waalaikum salam P3 : sepertinya pembicaraan seru. Tadi bahas masalah apa ? kedengarannya asyik P2 : bias, biasalah soal pekawenan, heheheh P3 : o yaa….
Apa ragam bahasa dan tingkat utur yang digunakan ?
Hadirnya penutur ketiga pada alih kode ini dipengaruhi oleh factor hadirnya sesame suku dan hadirnya sesame suku lain. Hal ini dapat dilihat dari peristiwa tutur berikut ini (1)KONTEKS : SUASANA SANTAI DI DEPAN RUANG KULIAH P1 : ini Jam berapa.. ? jam berapa ? P2 : setengah sebelas P1 : kenapa ?ada janji ? P2 : seng ada… Tanya saja P1 : beta Tanya do ? Katanya kalau orang negri tu, kalau dong kawin deng orang luar tu, dong kaya apa
Peristiwa tutur diatas menunujukan adanya peralihan kode dari penutur 1 dam penutur 2 yang awalnya menggunakan bahasa Ambon dalam percakapan mererka, namun kehadiran penutur 3 yang tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh penutur 1 dan penutur 2
dari
awal
menyebabkan
pembicaraan
beralih kode ke bahas Indonesia c)
Peralihan pokok pembicaraan
… ? kaya apa, dong anggap dong orang
Dengan menggunakan topik tertentu,
dalam, dong tuh perlakukan dong pung istri tu
suatu interaksi komunikasi dapat berjalan
kaya seng bagus begitu… ?
dengan lancer. Alih kode dan campur kode
P2 : itu tergantung laki-laki pung sifat lai P1 : katanya orang negri, katanya sih P2 : orang negri kah, orang mana kah…. Itu semua samua dari laki-laki pung P1 : hiiih… seng, barang beta dengan sih bagitu P2 : kalau parampuang kalakuangnya baik, pokoknya di katakana baikkah akan di perlakukan baik lai P1 : iyo lae ee P2 : nah, sekarang beta Tanya se. beta masuk di se pung keluarga, tapi beta kalakaungnya seng bae, nah kamong pung keluarga akang bagaimana? ? P1 : eee.. ada tuh yang di kaweng. Di paling dapa sayang dari dia pung laki pung keluarga P3 : assalamualaikum… lagi bicarakan apa ya? 86 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 76‐90
dapat terjadi karena factor topic. Topic ilmiah disampaikan dalam situasi formal dengan menggunakan ragam formal. Topik nonilmiah disampaikan dalam situasi “bebas”. “santai” dengan menggunakan raga nonormal. Dalam ragan non-formal kadang terjadi “penyisipan” unsur bahasa lain, di samping itu topic pembicaraan non-ilmiah (percakapan
sehari-hari)
menciptkan
pembicaraan yang santai. Pembicaraan yang sati juga dapat menimbulkan alih kode. Dalam
melakukn
sebuah
dialog
kadang-kadang peralihan topic pembicaraan tidak dapat dihindari. Untuk membicarakan hal-hal atau topic yang sifatnya serius dan tidak terlalu terkspos kepada orang lain, penutur kadang-kadang melakukan alih kode.
(1) KONTEKS : DI DEPAN RUANG KULIAH P1 : dosen seng masuk lae P2 : siapa ? P1 : Pak Nursaid P2 : ontua mengajar apa? P1 : Mikroticing P2 : O.. kenapa Ontua tidak masuk ? P1 : masalhnya, antua seng ada.. tapi setelah di cari tau, antua ada dibawa, lagi ngajar di kelas ekstension, biasa ibu ibu… P2 : ibu ibu? Maksudnya P1 : hmmmmm P2 : Cara metode pengajaran pak Nursaid tu seperti apa ? P1 : biasanya antua mengajar, datang peraktek, namanya juga mikroticing kan ? untuk persiapan mental, khsusunya itu biar mahasiswa jang grogi kalau nanti berdiri di muka kelas P2 : jadi, sementara saat mengajar tu, pak Nursaid minta satu persatu maju kan P1 : iyooo P2 : eh.. kapan pulang ? P1 : sekarang saja Peristiwa tutur di atas menggambarkan adanya alih kode dan campur kode yang digunakan secara bersamaan oleh kedua
bahasa Melayu-Ambon kemudian di jawab dengan bahasa Indonesia oleh penutur kedua. d) Keakraban Keakraban yang di maksdud di sini adalah seringnya seseorang bertemu dan berdialog, sehingga dalam percakapan anatara keduanya akan terjalain keakaraban. Hal ini dapat dilihat pada percakapan berikut: (1)KONTEKS : DI DEPAN GEDUNG PERKULIAHAN P1 : Ama, se dari mana ? beta baru liat se (Ama, engkau dari mana ? saya baru lihat engkau) P2 ; beta baru keluar dari rumah sakit (saya baru keluar dari rumah sakit) P1 : se sakit apa ? (kamu sakit apa?) P2 : Malaria P1 : kalau begitu banyak istrahat P2 : iya Dari percakapan di atas sangat jelas, bahwa antara penutur 1 dan penutur 2 sudang sangat akrab hal tersebut dapat dilihat dimana penutur 1 menyakan ketidakhadiran penutur 2 yang akhir-akhir ini jarang di lihat dan ternyata baru keluar dari rumah sakit. Dalam percakapan ini alaih kode dapat
penutur yakni dua orang mahasiswi dari fakultas Tarbiyh, keduanya membicarakan rang ketiga sebagai obyek pembicaraan. Dari percakapan diatas telah terjadi campur kode dari bahas Indonesia, bahas Ambon dan istilah
Asing.
pengungkapan
Dapat dua
dilihat
istilah
di
asing
atas yakni
saja
terjadi,
menggunakan
misalanya bahasa
ketika
Ambon
mereka kemudian
beralih ke bahasa Indonesia. 2. Faktor-faktor penentu campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa Ambon yang digunakan oleh Mahasiswa IAIN Ambon
microteaching dan Ekstension yang keduanya
Ditegaskan oleh Nababan bahwa suatu
telah di pahami dengan baik oleh penutur.
keadaan berbahasa menjadi lain bilamana
Dalam percakapan juga terjadi alih kode
orang mencampurkan dua (atau lebih) bahasa
ketika penutur pertama memulainya dengan
atau raga bahasa dalam situasi berbahasa yang Komunikasi Antar Pribadi |87
menuntut percampuran bahasa itu11. Dalam
penggunaan istilah yang lebih populer (3)
keadaan demikian, hanya kesantaiaan penutur
tidak kaku dan luwes.
dan atau kebiasaannya yang dituruti. Tindak
a) Keterbatasan penguasaan kode Factor
bahasa yang demikian dissbut campur kode.
keterbatasan
kode
terjadi
Dalam situasi berbahasa yang formal, jarang
apabila penutur melakukab campur kode tidak
terdapat campur kode. Ciri yang menonjol
memahamu padanan kata, frase atau klausa
dari campur kode ini adalah keantaian atau
dalam bahasa dasar yang digunakan. Campur
situas informal. Kalau terdapat campur kode
kode karena factor tersebut lebih dominan
dalam keadaan demikian, hal ini disebabkan
terjadi
karena tidak ada ungkapan yang tepat dalam
bertutur dengan kode dasar bahasa Indonesia
bahasa yang dipakai itu, sehingga perlu
atau dengan bahasa Ambon.
penutur
yaitu
mahasiswa
Hal ini semata dengan pendapat
memakai kata atau ungkapan dari bahasa lain
Nababan (1989:32) yang menegaskan bahwa
(bahasa Asing). Sifat campur kode dibedakan antara interferensi
ketika
dengan
kalimat
integrative.
sutu keadaan berbahasa menjadi lan bilaman orang mencampurkan dua atau lebih bahasa
Interferensi merupakan masuknya unsur suatu
dalam
bahasa kedalam bahasa lain yang belum
percampuran bahasa itu. Dalam keadaan
diserap, jadi bersifat smentara. Kalimat
demikian, hanya kesantaian penutur dan atau
integrative merupakan masuknya unsur suatu
kebiasaanya yang dituruti. Tindak bahasa
bahasa ke dalan bahasa lain dan diserapp, jadi
yang demikian disebut campur kode. Dalam
12
Interferensi dalat terjad dalam bidang sintaksis
dan
berbahasa
yang
menuntut
sitasi berbahas yang formal, jarang terdapat
bersifat tetap atau permanen
fonologi,
stusi
semantic.
Jika
campur kode. Ciri yang menonjol dari campur kode kesanataian atau situasi informal. Kalau
intererensi dalam bidang semantic tidak
terdapat
campur
kode
dalam
keadaan
dianggap sebagai pengaruh asing, maka
demikian, hal ini disebabkan karena tidak ada
campur kode ini bersifat permanen dan di
ungkaan dari bahasa lain (bahasa asing).
sebut kalimat integrative.
Keterbatasan kode dalam bahasa Indonesia
Penentu campur kode pada penelitian
menyebabkan enutur mencampur kode bahasa
ini terjadi karena tiga faktor utama yaitu; (1)
Ambon seperti yang tampak pada tuturan
keterbatasan
berikut.
penggunaan
kode,
(2)
11
Ibid, hal 32
12
Lihat Hugos Baetans Beardore. Bilingualisme: basic Princple. Brusel: Vrije Universiteit. 1982, hal 44 88 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 76‐90
(1) KONTEKS : DI DALAM KELAS SUASANA SANTAI P1 : liburan semester nanti saya mau ke Surabaya, ikut kakak P2 : pasti menyenangkan liburannya, berapa lama? P1 : Cuma 1 minggu
P2 : P1 : P2 : P1 : P2 : P1 ;
P2 : P1 :
jangan lupa bawah ole-ole ini juga sudah banyak yang pesan, mama, bapak juga adek o ya.. adek pesan apa dari sana? biasa.. anak-anak, pasti mainan lina paling suka boneka putri susah juga lina punya pesanan, mau dibelikan ana poo, mudahmudahan mudah dapatnya. ana pop ? maklum anaana iya, lina itu memang manja mungkin karena ana bawang
atau sebaliknya tidak ditemukan. Misalnya kata kerusuhan dan sembako yang padanan katanya dalam bahasa ambon tidak ada maka kata kerusuhan dan sembako tetap dipakai berkomunikasi dalam bahasa Ambon seperti yang tampak pada peristiwa tutur berikut: (1) KONTEKS : MAHASISWA BERADA DI KANTIN P1 : saya kerumah kamu kemarin, kata oma kamu keluar. Ose baloleng kemana ni? P2 : o iya, kemaren dekat kantor desa ada ribut-ribut, biasa… gara-gara pembagian sembako P1 : o.. ya… ? dong bakalai ka.. ? P2 : iyoo… untung ada bapak raja P1 : semoga cepat baku bae jua, beti sedih kalu dengar ributribut begitu ing dolo P2 : dolo oras masi ada kerusuhan, katng Cuma bias bakudapa di pasar bae-bae P1 : ini jangan samapai, Cuma karena sembako
Peristiwa tutur di atas berlangsung di dalam ruang kuliah kelas ketika mahasiswa sedang
istrahat.
Bentuk
abahsa
yang
digunakan adalah abhasa Indonesia. Namun di tengah pembicaraan, penutur pertama menggunakan istilah ana pod an ana bawang unk menggantikan istilah anak boneka dalam bahasa Indonesia. Demikian pula dengan istilah ana bawang, untuk menggantinkan istilah anak terakhir atau bungsu dalam keluarga. Kedua istilah di atas sangat popular di kalangan masyarakat pengguna dwibahasa yang acap mencampur kata-kata Indonesia dan
melayu
kebahasan
hingga yang
menjadi
hingga
fenomena
kini
masih
dipertahankan penggunaannya.
Campur kode juga terjadi karena dipengaruhi oleh kecendrungan mahasiswa menggunakan kosa kata yang lebi popular. berdialog,
sering
tidak
ditemui
padanna atau persamaan kalimat atau kata dalam
bahasa
yang
situasi diamana para penutur lebih dominan menggunakan bahasa Amboon. Campur kode terjadi ke dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan istilah kerusuhan dan sembako ditengah penggunaan bahas Ambon. Dalam peristiwa tutur, secara alami pencampuran
b) Penggunaan istilah yang lebih popular
Ketika
Peristiwa tutur diatas menunujukan
sedang
digunakan,
sehingga tidak jarang bahasa Indonesia yang ingin diterjemahkan ke dalam bahasa Ambon
kode seringkali tidak disadari dan tidak dapat dihindari. Agar proses komunikasi lebih akrab, maka pemilihan kode bahasa yang lebih mudah untuk tersampaikan pesan akan terjadi dengan sendirinya. c)
Tidak kaku dan luwes (1) KONTEKS : SITUASI DI DALAM KELAS P1 : sekarang kelompok berapa yang presentasi Komunikasi Antar Pribadi |89
P2 :
kelompok 3 Hasan Hehanussa pung kelompok P1 : dong su siapkah seng, jang sampe ibu su datang la dong belum siap dong pung bahan diskusi lae P2 : iyo e, jangan sampe antua marah lai
dan campur kode banyak terjadi dalam situasi santai dibandingkan suasana resmi. 4. Faktor-faktor
yang
melatarbelakangi
munculnya alih kode bahasa Indonesia dengan bahasa Ambon yang digunakan oleh mahasiswa IAIN Ambon adalah
Dari percakapan di atas antara penutur
situational code switching, dimana di
1 dan penutur 2 tidak ada kekakuan dalam
dalamnya termasuk perubahan situasi tutur,
berkomunikasi bahakan mereka terlihat luwes
kehadiran orang ketiga, peralihan pokok
dalam melakukan campur kode.
pembicaraan, dan keakraban. Sedangkan factor-faktor
D. Kesimpulan 1. Masyarakat dwibahasa atau masyarakat yang mengetahui dua bahasa atau lebih memiliki
kecenderungan
untuk
yang
melatarbelakangi
munculnya
campur
keterbatasan
penguasaan
kode kode,
adalah dan
penggunaan istilah yang lebih mudah dan populer, serta tidak kaku dan luwes.
menggunakan kedua bahasa tersebut secara bergantian atau menyisipkan Bahasa yang satu dengan bahasa yang lain dalam suatu tindak tutur. 2. Faktor sosial budaya juga berperan dalam peristiwa bahasa dimana setiap daerah memiliki bahasa sendiri yang merupakan bahasa ibu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa Indonesia pengantar. 3. Fenomena alih kode dan campur kode antara
bahasa
Indonesia
dan
bahasa
Ambon yang digunakan oleh mahasiswa IAIN Ambon dapat berwujud kata, frasa dan kalimat serta alih kodenya berwujud antarkalimat dan intrakalimat. Alih kode dan wujud antarkalimat dan intrakalimat. Alih kode dan wujud antarkalimat dan intrakalimat.
Alih
kode
dan
wujud
antarkalimat dan intrakalimat. Alih kode
90 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 76‐90
DAFTAR PUSTAKA Anwar, Khaidir. 1995. Beberapa aspek SosioKultural Masalah Bahasa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Alwasilah, A. Chaedar. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa. Appel, Rene, et all. 1976. Sosiolinguistic. Ultrecht-Antwerpen: Het Spectrum. Arimi, Sailal. 2006. Ihwal Metode Penelitian Sosiolinguistik. Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas gajah Mada Bloomfield, Leonard. 1993. Language. Diindonesiakan oleh Sutikno. I. 1995. Jakarta: PT. Gramedia. Budiman, Kris. 1999. Kosa Semiotika, yogyakarta:LKiS. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Nababan, P. W. J. 1991. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia. Samsuri. 1985. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga
KOMUNIKASI ORGANISASI MEDIA ONLINE (Studi Iklim Komunikasi pada Media Online Tribun-Maluku.Com) Ajuan Tuhuteru1dan Darma2 Abstract Online Media Tribun-Maluku.Com an online media in Maluku Province which publishes news and information about the latest Maluku with the motto "new spirit of Maluku country." This study deals with how climate vertical communication between editors and journalists of online media Tribun-Maluku.Com . This study is based on the perspective of organizational communication climate with research methods in-depth interviews and participant observation to obtain data in the field. Based on interviews and observations of climate vertical communication between editors and journalists, researchers have developed a categorization gesture support, participation decision making, trust, openness, and performance goals of the organization. Editors and journalists as the subject is considered to have a positive communication climate 'commitment and job satisfaction which creates an atmosphere of family work and support each other. At the same time, the organizational culture affect patterns of communication among colleagues and to the tops that create, maintain, and sometimes changing creative work culture. Keywords: Chief Editor, Journalist, Vertical Communication, Organizational Communication and Climate Perspective. A. Pendahuluan Komunikasi adalah kebutuhan setiap individu. Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lain, maka. aktivitas komunikasi, sangat penting dilakukan oleh setiap individu dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Peran komunikasi
tidak
hanya
terbatas
pada
kegiatan bersosialisasi saja, tetapi juga dalam kehidupan organisasi atau pun perusahaan. Komunikasi
bisa
terjadi
di
manapun,
kapanpun, dan dengan siapapun serta dalam
ًّ َ َ ُ ۡ َ َ ۡ ُ َ َ َّ َ ۡ فَب َما َر نت فظا حةٖ ّم َِن ٱ ِ لِ ت لهمۖ ولو ك ِ
ْ ُّ َ َ ۡ َ ۡ َ َ ُ ۡ َ َ ب نفضوا م ِۡن َح ۡول ِك ۖ فٱعف ِ غل ِيظ ٱلقل
َ ۡ َ َ َۡۡ ُ َ َۡ عن ُه ۡم َوٱ ۡس َتغفِ ۡر ل ُه ۡم َوشاوِ ۡره ۡم ِف ٱلم ِرۖ فإِذا
ُّت َف َت َو َّ ۡك َ َ ٱ َّ ِ إ َّن ٱ َّ َ ُيِب َ َع َز ۡم ِ ۚ َ ِ ٱل ۡ ُم َت َو ّ ِك ١٥٩ ي
segala situasi, seperti komunikasi antara atasan-bawahan
dan
bawahan-atasan
(komunikasi vertikal) sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Ali-Imran:159. 1 Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon. 2
Dosen Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon.
Maka disebabkan rahmat dari Allahlah engkau (Muhammad) Berlaku lemah lembut terhadap mereka.Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian Komunikasi Organisasi Media Online |91
apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang bertawakal kepada-Nya.3 Ayat di atas menjelaskan
bahwa
pemimpin harus bertutur dan bertingkah laku secara lemah lembut dan
tegas. Tindakan
menuntut jurnalis untuk selalu meng-update berita-berita
yang
akan
ditampilkan.
Kecepatan berita menjadi salah satu bagian terpenting dari berkembangnya media online sebagai
media
masyarakat
baru
yang
memberikan
membuat
perhatian
lebih
4
pemimpin harus intens melakukan interaksi
terhadap sebuah berita.
Media menuntut jurnalis untuk selalu
komunikasi dengan bawahan, klien, ataupun teman
sejawat.
Komunikasi
berlansung
dengan baik dan efektif serta informasi yang disampaikan pimpinan dapat diterima dan dipahami pimpinan
para
anggota,
harus
maka
seorang
menggunakan
pola
komunikasi yang baik pula dalam organisasi. Pemimpin organisasi
organisasi,
media
online,
termasuk membutuhkan
keahlian dan keterampilan baru bagi seorang pemimpin
redaksi.
Dengan
menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi (information and communication selama
membawa
baru
tren
dekade
terakhir
dunia
industri
di
agar memiliki pemimpin yang baik pula. Pemimpin yang baik mampu mempengaruhi orang
komunikasi yakni hadirnya beragam media
dan
teknologi
komunikasi
massa
tradisional. Menulis berita di media online memiliki teknik berbeda dengan media lain, seperti televisi, radio dan media cetak meskipun perbedaannya tidak terlalu jauh. Media online
dipimpinnya mungkin,
untuk
bekerja
menyatu
dengan
bawahan, siap mendengarkan keluhan mereka dan memberika solusi terbaik untuk mereka. Sehingga dengan sendirinya bawahan akan termotivasi untuk bekerja lebih baik lagi. Kaitannya
dengan
penelitian
komunikasi organisasi, maka peneliti memilih media onlineTribun-Maluku.Com yang badan perusahaannya adalah CV Shanur Jaya Abadi sebagai tempat penelitian. Media online Tribun-Maluku.Com merupakan salah satu media online di Provinsi Maluku yang menerbitkan pemberitaan seputar Maluku. Pengamatan
yang menggabungkan teknologi komunikasi baru
yang
semaksimal
komputer
dirancanglah jaringan online yang telah
technology-ICT)
meng-update hasil produknya dan diharapkan
awal
bahwa
Tribun-
Maluku.Com merupakan salah satu media online yang perkembangannya sangat pesat. Keberadaanyabelum baru dua tahun namun “pengunjung
dan
pembacanya
sudah
mencapai jutaan orang dengan rincian ratarata
limabelas
ribu
ke
atas
perbulan,
3
Al-qur’an dan terjemahan, La Raiba Fihi (Jakarta Selatan : Republika), h.71.
4
http://yuhendrablog.wordpress.com/2008/12/18 /perbedaan-antara-media-massa-cetak-dengan-mediamassa-online, diakses pada 19 juni 2014.
92 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 91‐103
kemudian bukan hanya dari Indonesia saja
Peneliti mampu mengumpulkan data dari
tapi juga dari luar negeri kata pimpinan
subjek dengan cara, seperti peneliti tatap
redaksi. Hal ini terjadi karena adanya pola
muka dengan pemimpin redaksi, dilanjutkan
komunikasi yang baik antara atasan dengan
komunikasi
demikian sebaliknya bawahan dengan atasan
genggam dengan kesepakatan waktu dan
serta adanya faktor-faktor lain sehingga
tempat
perkembangan perusahaan terus meningkat.
pengalaman
antarpribadi
pertemuaan
melalui
untuk
mengenai
iklim
telepon
memberikan komunikasi
Tribun-
vertikal antara pimpinan redaksi dan jurnalis.
Maluku.Com yang tidak semua berada pada
Hasil wawancara dimudahkan dengan peneliti
satu wilayah dengan perusahaan, menuntut
menggunakan bahasa Indonesia campuran
seorang
lokal mereka, akhirnya wawancara dilakukan
Kondisi
para
pemimpin
karyawan
dalam
berkomunikasi
dengan karyawan harus baik sehingga kinerja
dengan
lancar
dan
intim.
Wawancara
karyawan dapat meningkat.
berlangsung di kantor Tribun-Maluku.Com, jalan Dr. Kayadoe RT.005/05 Nomor 20
B. Tujuan dan Metode Penelitian Penelitian
ini
bertujuan
Kecamatan Nusaniwe Ambon. untuk
menggambarkan iklim komunikasi vertikal antara pimpinan redaksi dan jurnalis media online Tribun-Maluku.Com. Penelitian ini melibatkaan delapan informan, meliputi tujuh informan sebagai jurnalis dan satu informan sebagai pimpinan redaksi. Usia mereka berkisar tigapuluh satu hingga enampuluh dua
Peneliti
melakukan
pengamatan
partisipan di saat subjek komunikasi vertikal antara pimpinan redaksi-jurnalis jurnalisjurnalis bekerja di kantor. Peneliti mengamati interaksi dan komunikasi subjek dengan sesama teman kerja. Penelitian ini dilakukan selama
tigapuluh
hari dari
tanggal 16
September hingga 16 Oktober 2014.
tahun pada saat peneliti melakukan penelitian. Empat subjek berpendidikan tamat sekolah
C. Perspektif Teori Banyak
lanjutan atas, lainnya tiga subjek pendidikan diploma
dan
satu
orang
berpendidikan
untuk
meneliti
menggunakan komunikasi
organisasi Hasil penelitian tersebut, misalnya
sarjana. Untuk memperoleh data penelitian, peneliti
perspektif
penelitian
telah
melakukan
Fitri
Susilawaty
(2010)
Komunikasi
wawancara
Organisasi dalam Kepemimpinan pada PT
mendalam. Awalnya wawancara tidak mudah
Tempo Inti Media.Saif Haromain Al-Fashli
dilakukan, mereka kurang memiliki waktu,
(2012)
kecenderungan digunakan untuk bekerja.
Perpustakaan Universitas Indonesia.
Iklim
Komunikasi
Organisasi
diwawancarai,
Penggunaan perspektif Charles Redding
awalnya ada kesepakatan dengan peneliti.
mengemukakan mengenai iklim komunikasi
Ketika
mereka
bersedia
Komunikasi Organisasi Media Online |93
organisasi (1) Supportiveness, atau bawahan
keterbukaan antara atasan dan bawahan.
mengamati bahwa hubungan komunikasi
Keterbukaan dan kepercayaan ini terbentuk
mereka dengan atasan membantu mereka
apabila iklim komunikasinya baik serta proses
membangun dan menjaga perasaan diri
komunikasi interpersonal yang efektif.
berharga dan penting, (2) Partisipasi membuat
Iklim komunikasi yang baik dapat
keputusan, (3) Kepercayaan, dapat dipercaya
menciptakan suasana kerja yang baik pula, di
dan
(4)
tribun-maluku iklim komunikasi yang terjalin
Keterbukaan, dan keterusterangan, dan (5)
dari atasan kepada bawahan sangatlah baik
Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana
sebagaimana dikemukakan Marven Tala:
dapat
menyimpan
rahasia,
tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas
Oooo…. komunikasinya abang lucky deng bawahan sangat baik, tiap hari pasti ada komunikasi biarpun itu lewat henpon, sms, kadang-kadang katong ketemu, katong adakan rapat jadi tetap ada komunikasi saja, komunikasi tentang katong pung intens kerja, tentang angel-angeli yang katong kejar ontua komunikasi seperti katong samua anggota tribun kaya sodara aja jadi ontua komunikasi seperti keluarga seng ada perbedaan dia besar, dia senior semua disama ratakan.6
5
kepada anggota organisasi. Berdasarkan komunikasi,
perspektif
pimpinan
iklim
redaksi-jurnalis
memiliki pengalaman dialami diasumsikan sebagai realitas subjektif.Hal ini menarik untuk diteliti untuk mengetahui bagaimana subjek penelitian adalah pimpinan redaksi-jurnalis mengkontruksi iklim komunikasi vertikal media
online
Tribun-Maluku.Com.sebagai
tempat bekerja.
terhadap kinerja karyawan, kepuasan, dan kenyamanan karyawan dan atau bawahan
D. Hasil Penelitian Proses komunikasi yang terjadi di dalam organisasi atau perusahaan khususnya yang
menyangkut
komunikasi
antara
pimpinan dan karyawan merupakan faktor penting dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. Komunikasi efektif tergantung dari
hubungan
atasan
bawahan
komunikasi dan kepercayaan atau suasana organisasi yang positif. Agar hubungan ini harus
ada
kepercayaan
berada di tempat kerja.Iklim komunikasi yang positif menciptakan suasana kerja yang kekeluargaan dan karyawan dan atau bawahan leluasa dalam menegemukakan pendapatnya baik kepada sesama rekan kerja maupun terhadap atasannya. Dalam melihat komunikasi pertikal
yang
memuaskan yang dibangun berdasarkan iklim
berhasil,
Iklim komunikasi sangat berpengaruh
dan
pada tribun, peneliti menggunakan teori Charles Redding yang mengemukakan lima dimensi penting iklim komunikasi yaitu: supportiveness,
partisipasi
membuat
5
Ibid.
6
Wawancara dengan Marven Tala, Jum’at 17 Oktober 2014, pukul 11. 05 wita,
Ambon,
94 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 91‐103
keputusan, kepercayaan, keterbukaan, dan
sebulan.“Tidak menentu kecuali ada hal-hal
tujuan kinerja yang tinggi.
urgen atau penting misalnya kunjungan media dan lain-lain baru rapat.”7 Pendapat
Sikap Mendukung
yang sama diutarakan informan Izaak Latuny:
Sikap mendukung adalah adanya sikap
Jadi memang terkadang rapat itu berlansung hanya sebulan dua kali, ataupun kalau memang tidak sempat sebulan sekali, karna berbagai kesibukan yang dilakukan baik temanteman kariawan maupun pak Lucky sendiri.8
saling mendukung antar atasan dan bawahan dalam tujuan agar pesan keduanya dapat tersampaikan dengan baik.Maksudnya adalah dalam
berkomunikasi
menunjukkan
sikap
mendengar
seseorang
dapat
menyanggupi
untuk
perkataan
setiap
organisasi yang sedang berbicara.Mampu memberikan
masukan
membangun,
dan
serta
Suasana iklim komunikasi yang penuh
anggota
saran
fokus
yang dalam
memperhatikan pembicaraan yang sedang
kekeluargaan terlihat pula dari rapat yang tidak memiliki jadwal yang pasti namun disesuaikan dengan kondisi dan situasi baik pimpinan maupun bawahan. Di dalam rapat banyak
terjadi. Suasana suportif dari atasan kepada bawahan dapat di lihat dari seberapa sering atasan memberikan saran serta solusi yang baik kepada bawahan, yang merupaka suatu
yang
didiskusikan,
baik
terkait
perkembangan media, masalah yang ditemui di lapangan sekaligus mencari solusinya, serta pengalaman dilapangan saat bertugas bahkan terkait keseharian dikeluarga.
kepada orang lain tanpa menilai; tidak
Khusus menyangkut media, selain itu juga menyangkut pribadi artinya bagaimana keadaan keluarga jangan sampe ada sesuatu akibatnya menjalankan tugas terganggu bagitu.” Ungkap Izaak Latuny.9
memuji atau mengecam, mengevaluasi pada
Rapat seyogyahnya membicarakan hal-
bentuk dukungan dari atasan guna membantu mengatasi permasalahan bawahannya. Menyampaikan perasaaan dan persepsi
gagasan, bukan pada pribadi orang lain, orang
hal
tersebut “merasa” bahwa kita menghargai diri
perusahaan, namun pada tribun-maluku rapat
mereka.
bukan hanya untuk membicarakan masalah
merupakan
Kaitannya salah
dengan satu
itu,
rapat
alternatif
guna
membicarakan pekerjaan kepada atasan dan kepada sesama rekan kerja dimana, dengan
penting
terkait
organisasi
maupun
kantor melainkan masalah pribadi karyawan yang bisa berefek terhadap intensitas kinerja. 7
adanya rapat guna mengevaluasi kinerja serta membicarakan hal-hal yang urgen.Rapat di
Wawancara dengan Lucky Rahanra, Pimpinan Redaksi, Ambon, senin 6 Oktober 2014, pikul 14.35 wita. 8
trbun-maluku tidak menentu terkadang dua kali
sebulan,
terkadang
juga
satu
kali
Wawancara dengan Izaak Latuny, Rabu 8 Oktober 2014, pikul 14. 05 wita. 9
Ambon,
Ibid. Komunikasi Organisasi Media Online |95
Terkadang
tanpa
menunggu
saat
rapat,
bekerja di lapangan sehingga bawahan pula
melainkan saat itu pula bawahan tersebut
lah
lansung menghubungi atasan mengatakan
perkembangan di lapangan.
keluhannya, hal ini senada dengan yang disampaikan Izaak Latuny:
Sebuah organisasi ataupun perusahan, pada umumnya komunikasi dari bawahan kepada atasan terkait masalah atau kendala
tribun-maluku.com tidak menunggu saat rapat jika masalah yang dihadapi bawahan di lapangan itu berat dan segerah pimpinan ikut membantu menyelesaikannya hal itu sesuai dengan pernyataan informan di atas. Mengajak untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah, tidak mendikte orang lian, tetapi secara bersama-sama menetapkan memutuskan
memburu
bagaimana
Ibid.
berhubung
semua
(pembagian kerja) misalnya Ibek melsasail pembagian kerja di Kantor Gubernur dan Kantor DPR Kota, Fin Andrianus di Kantor Pemerintah Kota (Pemkot) dan lain-lain. Sementara Biro menghendel berita-berita sekabupaten dimana ia berada. Atas dasar itu sehingga keberadaan mereka setiap hari tidak di
kantor
kecuali
saat
rapat.
Target
pemberitaan yang setiap menit pergantian menutut para karyawan untuk selalu berada ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Bawahan yang mengahadapi masalah atau kendala saat menghadapi narasumber harus segerah di tangani, disinilah fungsi saling keterbukaan dengan atasan. Karena membicarakan akan menghasilkan saran dan solusi yag terbaik. Menurut Merven Talla “katong selalu terbuka karna katong punya piker katong ini satu keluarga katong terbuka dan katong selalu bahas masalah itu samasama.”11 Teman koresponden di Masohi pernah punya masalah karena menyampaikan informasi berita terkait privasi seseorang dan ketika dikomunikasikan dengan redaksi maka masalah itu bisa
penting sekali untuk manajemen perusahaan atau organisasi, karena bawahanlah yang
berita,
wartwannya masing-masing punya job disk
berupa ide, saran maupun kritik sangat
10
serta
mereka harus mencari, menelusuri, serta
mencapainya. Pendapat dari bawahan baik
kondisi
Pada divisi redaksi semua karyawan
yang dihadapi berlansung saat rapat, namun di
dan
mengetahui
(wartawan) bekerja diluar ruangan, karena
Jadi kalu sewaktu kita ada dilapangan untuk peliputan lalu menghadapi masalah kendala yang memang kita tidak bisa atasi sendiri, kita melaporkan ke pemred atau pak Lucky sendiri itu dengan cepat dia melakukan koordinasi sekaligus melihat masalah itu dan samasama kita mengatasinya sekaligus dia memberikan jalan keluar atau solusi bagi kita misalnya, masalah yang berkaitan dengan pihak yang berwajib itu sudah barang tentu dia harus bertanggungjawab dan dia memang harum membela dia punya anak buah yang berada dilapangan khusus yang bermasalah itu.10
tujuan
yang
11
Wawancara dengan Merven Tala, Ambon, Jum’at 17 Oktober 2014, pikul 11. 05 wita.
96 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 91‐103
kita selesaikan dengan baik pihak yang merasa dirugikan menyampaikan hak jawab dan kita lansung memuat menjadi satu berita.12 Pernyataan kedua informan di atas, dimaknai sebagai upaya keterbukaan dari bawahan
kepada
atasan
ketika
dalam
melanksanakan tugas dilapangan mengalami masalah
ataupun
kendala.Dalam
menyampaikan ide, saran ataupun kritik bawahan dan atau wartawan dapat lansung mengatakannya
kepada
atasan/pimpinan
redaksi atau ke redaktur pelaksana.
Spontanitas. Jujur dan dianggap tidak menyelimuti
motif
yang
terpendam.
Disaat rapat bawahan dan atasan dituntut untuk mengutarakan pendapatnya. Jika memang ada yang tidak disetujui dengan ide atau gagasan yang dilontarkan, bawahan
bebas
komentar.“Iyo
smua
memberikan dapa
kase
sebagai
suatu
kesediaan
untuk
memahami orang lain secara paripurna baik yang nampak maupun yang tidak nampak, khususnya dalam aspek perasaan, pikiran dan keinginan. Kaitannya dengan hal tersebut, baik anggota organisasi ataupun pimpinan memperlihatkan
sikap
perhatian
dan
pengertian terhadap anggota lainnya. Kalo ada bawahan yang punya masalah lalu beta dengar beta lansung tegur misalnya baru-baru ada bawahan satu orang, istrinya hamil tapi dia ada main diluar la beta panggil bicara bae-bae par dia.14 Pernyataan Rahanra merupakan sikap empatinya sebagai seorang pimpinan dalam melihat keadaan bawahannya tidak hanya pada pekerjaan tapi keadaan sehari-hari dari bawahan. Hal serupa disampaikan Izaak Latuny menurutnya:“empati kita terhadap dia su barang tentu pasti ee..karna kita kan bekerja di medianya lalu bagaimana pun juga
13
kesemptan Pimpinan
untuk
adalah
parbertanya.” ungkap Redaksi
dimaknai
sebagai
spontanitas dalam memberikan ruang yang luas kepada bawahannya untuk mengutarakan
pendapat,
ide
serta
gagasan mereka demi kemajuan media dan atau organisasi tersebut. Menghayati perasaan orang lain atau turut merasakan apa yang dirasakan orang lain. Sementara Surya mendefinisikan empati 12
Wawancara dengan Ibek Melsasail, Ambon, Rabu 8 Oktober 2014, pikul 15.35 wita.
selaku
pemimpin
mendasar
kita
redaksi
harus
yang
paling
menghormatinya.”
Namun latuny berempati kepada pimpinan karna adanya perasaan atasan dan bawahan sehingga
sepatutnya
ia
menghargainya.
Berbeda dengan Ibek Melsasail, menurutnya: Soal empati sich…kurang sekali karena ini soal perasaan jadi ada masala tpi kadang-kadang kurang disampaikan malah kalau misalnya ada masalah yang terjadi di antara teman-teman staf itu sebagai pimpinan karena punya perasaan, terbawa dengan perasaan lalu akhirnya penyerahkan itu kepada saya
13
Wawancara dengan Lucky Rahanra, Pimpinan Redaksi, Ambon, senin 6 Oktober 2014, pikul 14.35 wita.
14
Ibid. Komunikasi Organisasi Media Online |97
sebagai redpel untuk menyelesaikan itu dengan staf atau teman.15
saat proses komunikasi maupun keseharian
Keputusan yang baik adalah keputasan
yang
dalam organisasi, hal demikian senada dengan disampaikan
Fin,
menurutnya
yang diambil tanpa mengedepankan perasaan
“Komunikasinya positif karena masi pagi-
maluhati dan atau tidak enak karena hal
pagi lai su telepon bilang ade dimana ada
demikian
dalam
angel disini tolong kesana liput akang.”17
penyelesaian sebuah masalah, hal itulah yang
Pengungkapan fin merupakan bentuk sapaan
dikatakan Ibek Melsasail terkait kurangnya
penuh kekeluargaan dari pimpinan kepada
empati dari pimpinan redaksi Lucky Rahanra.
bawahan yang tidak adanya perbedaan antara
Kesamaan. Persamaan atau kesetaraan
atasan dan bawan.
adalah sikap memperlakukan orang lain
dapat
mengganggu
Provisionalism.
Kesediaan
untuk
secara horizontal dan demokratis, tidak
meninjau kembali pendapat diri sendiri,
menunjukkan diri sendiri lebih tinggi atau
mengakui bahwa manusia tidak luput dari
lebih baik dari orang lain karena status,
kesalahan sehingga wajar kalau pendapat
kekuasaan,
dan
kemampuan
intelektual
keyakinan
diri
sendiri
dapat
perusahaan
atau
kekayaan atau kecantikan. Di Tribun-
berubah.Anggota
maluku, suasana yang dirasakan para
oraganisasi
wartawan sangat nyaman, antar bawahan
menyesuaikan
(wartawan) bebas berkomunikasi, saling
komunikasi yang berbeda. Pada media
menghargai
online Tribun-maluku.com hampir semua
satu
sama
lain
seakan
bersifat
pleksibel
diri
pada
penulisan berita di media cetak sehingga
Ontua seng pernah mau tunjukan seorang pimpinan tapi sebagai teman sebagai sodara karna ontua berpikir katong samua satu keluarga jadi apapun yang disampaikan itu secara kekeluargaan bukan tunjukan sebagai pimpinan seng ontua seng pernah begitu.16
harus
adanya
pembimbingan
dari
pimpinan redaksi terkait cara penulisan di media online meskipun hanya sedikit perbedaan. Kemudian cara mengirim berita ke alamat E-mile dan atau G-mile redaksi
Pernyataan Merven, dimaknai sebagai
untuk Hal
selanjutnya
sebuah sikap kesetaraan dan atau kesamaan
publikasikan.
yang ditunjukkan pimpinan kepada bawahan
dengan ungkapan Izaak Latuny:
demikian
di senada
Seringkali dia memanggil katorang untuk bertemu atau rapat, dalam rapat itu dia memberikan arahan-arahan atau
15
Wawancara dengan Ibek Melsasail, Ambon, Rabu 8 Oktober 2014, pikul 15.35 wita. Wawancara lewat telepo dengan Merven Tala, Ambon, Jum’at 17 Oktober 2014, pikul 11. 05 wita,
situasi
bawahan (wartawannya) memiliki dasar
keluarga.
16
dan
17
Wawancara dengan Fin Andrianus, Ambon, Rabu 8 Oktober 2014, pikul 14.42 wita.
98 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 91‐103
dorongan-dorongan atau petunjukpetunjuk bagaimana kalau dilapangan meliput berita, bertemu dengan sumber berita juga cara menulis berita media online kan beda dengan media cetak walaupun sedikit, dia mengatakan bahwa kita harus mengikuti apa yang eeee sebagai dasar dari ilmu jurnalistik yaitu 5W+1H tapi media online dia terbalik atau piramida terbalik dan itu harus kita simpan kita camkan dan kita bekerja sesuai dengan itu. Kemudian memberikan petunjuk dan juga berbagai tata cara untuk bagaimana melakukan peliputan juga membeuat berita dan melakukan pengiriman-pengiriman karna ini media online untuk mensuplai berita lewat alat komunikasi atau alatalat IT.18 Perasaan
penyesuaian
diri
masalah
pemantapan cara kerja yang baik kepada bawahan sehingga dalam pelaksanaannya sesuai yang diharapkan bersama.
Partisipasi
Membuat
pendapat
meraka
sebagaimana
yang
disampaikan Rahanra “Iyo smua dapa kase keseptan parbertanya”. Hampir serupa disampaikan Ibek Melsasail, ia berkata: Oooooo,…..sangat baik sangat baik sekali dan ternyata terjadi komunikasi yang sangat baik antara saya sebagai redpel dengan pimpinan karena kita punya tujuan yang sama, dan visi yang sama sehingga eeeee…..saran, koreksi, masukan, atau apapun yang membangun itu sangat diterima dengan baik dan direspons.19 Pemberian ruang yang luas kepada bawah
dalam
membuat
keputusan
menimbulkan adanya rasa memiliki dan saling menghargai satu sama lain serta proses komunikasi yang terbangun efektif. Kaitannya dengan itu, pernyataan informan di atas
Keputusan.
Partisipasi membuat keputusan adalah pengambilan bagian dengan menyalurkan ide, materi, tenaga, maupun ketrampilan untuk mengambil suatu keputusan yang dibuat, baik dalam sebuah organisasi maupun dalam kehidupan bermasyarakat dan pribadi.Setiap bawahan memang diharapkan untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan baik ketika saat rapat untuk hal-hal urgen maupun pemecahan 18
bawahan
berikan kesempatan untuk mengeluarkan
suasana baru mendorong adanya peninjauan
pernyataan latuny dimaknai sebagai upaya
dihadapi
dilapangan.Ketika rapat semua anggota di
dengan
kembali terhadapat diri sendiri, sehingga pada
yang
Wawancara dengan Izaak Latuny, Ambon, Rabu 8 Oktober 2014, pikul 14. 05 wita.
dimaknai
sebagai
bentuk
keterlibatan
bawahan dalam pengambilan keputusan guna mencapai tujuan bersama.
Kepercayaan.
Kepercayaan
adalah
kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang
lain
dimana
keyakinan
padanya.
merupakan
kondisi
kita
memiliki
Kepercayaan mental
yang
didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya.Saling percaya antara atasan dan bawahan adalah dimensi yang 19
Wawancara dengan Ibek Melsasail, Ambon, Rabu 8 Oktober 2014, pikul 15.35 wita. Komunikasi Organisasi Media Online |99
sangat
penting.
beban
dan
Atasan
memberikan
tanggungjawab
Keterbukaan Menurut etimologi bahasa,
kepada
keterbukaan berasal dari kata dasar
bawahannya sesuai dengan job desk
terbuka yang berarti suatu kondisi yang di
masing-masing merupakan bukti atasan
dalamnya tidak terdapat suatu rahasia,
bahwa
mau menerima sesuatu dari luar dirinya,
atasan
percaya
kepada
bawahannya. atasan percaya bahwa anak
dan
buahnya memiliki kemampuan untuk
lingkungan
menjalankan
keterbukaan dapat diartikan sebagai suatu
tugas
dalam
hal
ini
pekerjaannya dengan sebaik mungkin.
mau
sikap
berkomunikasi di
dan
luar
dengan
dirinya.Adapun
perasaan
untuk
selalu
Rasa kepercayaan bukan berarti atasan
bertoleransi serta mengungkapkan kata-
melepas kontrol begitu saja, melainkan
kata dengan sejujurnya sebagai landasan
dilakukan secara demokratis yaitu gaya
untuk berkomunikasi.Dengan demikian,
kepemimpinan
keterbukaan
kesempatan
dengan kepada
mengembangkan
memberikan
bawahan
kemampuannya
untuk
berkaitan
komunikasi
dan
erat
dan
dengan hubungan
antarmanusia.Keterbukaan sangat penting
melaksanakan cara yang dikehendaki para
dalam
bawahan namun atasan tetap memberikan
makhluk
arahan dan control kepada bawahan.
merupakan
Ana-ana disini kan seng digaji jadi seng begitu menuntut par dong harus kirim berita setiap waktu jadi pemilihan berita terserah dong nanti diseleksi saat dateline terus hampir samua kan sulama juga su bisa menulis.20 Pernyataan Lucky ini dimaknai sebagai
komunikasi.Keterbukaan antara bawahan
bentuk kepercayaan dari pimpinan kepada
kedekatan
bawahan dalam menjalankan pekerjaannya.
mempererat rasa persaudaraan.
kehidupan sosial
manusia karena
prasyarat
sebagai
keterbukaan bagi
adanya
dan bawahan serta dengan atasa akan meningkatkan
rasa
solidaritas
yang
tinggi. Keterbukaan adalah salah satu cara untuk meningkatkan rasa empati, satu
sama
lain,
serta
Hal ini lah yang menimbulkan rasa kenyaman
Iklim komunikasi yang terjadi di tribun-
serta rasa memiliki dalam lingkungan kerja,
maluku dari atasan kepada bawahan bukan
sebagaimana yang di ungkapkan Andrianus
hanya terkait kinerja, pemberian tugas serta
“beta senang kerja disini dan salama ini beta
pengarahaan
enjoy saa barang katong samua kayak
pribadi juga. Menurut Izaak Latuny, ia
keluagra”.
mengatakan:
20
Wawancara dengan Lucky Rahanra, Pimpinan Redaksi, Ambon, senin 6 Oktober 2014, pikul 14.35 wita.
saja
melainkan
terkait
hal
Khusus menyangkut media, selain itu juga menyangkut pribadi artinya bagaimana keadaan keluarga jangan
100 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 91‐103
sampe ada sesuatu akibatnya menjalankan tugas terganggu bagitu.21
online di Maluku yang bukan hanya di lokal saja yang tau tapi di luar negeri tau sesuai motto tribun.”22
Hal yang senada di utarakan Marven Talla, ia berkata “Iya…katong selalu terbuka karna
Sebuah organisasi sudah sepatutnya
katong punya piker katong ini satu keluarga
memiliki tujuan dalam menjalankan roda
katong terbuka dan katong selalu bahas
organisasi karena tanpa tujuan yang pasti atau
masalah itu sama-sama.”Keterbukaan antara
jelas maka tidak akan berjalan dengan baik.
atasan dan bawahan seyogyanya ada pada
Ungkpan Lucky Rahanra tersebut, dimaknai
sebuah
sebagai tujuan dari bidang redaksi khususnya
organisasi
dan
atau
perusahaan
sehingga tujuan dari organisasi dapat dicapai
dan
tribun-maluku.com
dengan
baik.Pernyataan
umumnya.Anggota
tersebut
dimaknai
media
online
pada tribun-
kedua
informan
sebagai
suasana
Maluku.com sampai saat ini belum digaji dari
keterbukaan antara atasan dan bawahan yang
media tersebut, namun intensitas kerja para
ada pada tribun-maluku.com.
anggota tidak berhenti, menurut fin:
kinerja yang tinggi, sejauh mana tujuan
Bagi beta uang bukan hal partama penting suasana karja yang enak deng enjoy uang katong bisa dapat dari mana saja makanya beta batahang tu karna katong ditribun itu kayak keluarga.23
kinerja dikomunikasikan dngan jelas
Keberadaan media online tribun-Maluku.com
kepada
yang umurnya belum cukup dua tahun namun
Tujuan Kinerja. Yang terakhir dari dimensi iklim komunikasi adalah tujuan
bawahan.Atasan
harus
memberikan informasi yang jelas terkait
perkembangannya
begitu
pesat
memiliki
perusahaan. Jika divisi Redaksi tujuannya
faktor-faktor
adalah selalu meng-up to date berita-
komunikasi dalam hal ini iklim komunikasi,
berita
baru
pengunjung
disetiap
faktor
yakni tampilannya yang dilengkapi translater bahasa seluruh dunia di pojok kanan atas,
meningkat sesuai dengan motto “Spirit
memberitakan berita khusus seputar Maluku,
Baru Negeri Maluku” maka pimpinan
dan pembagian kerja (job disk) untuk setiap
harus memberikan arahan terkait hal
anggota sehingga menjadi tanggung jawab
merupakan
karena dasar
pembaca
agar
selain
selalu
tersebut,
dan
waktu
pendukung
tujuan untuk
tersebut
masing-masing.
menopang
bawahan untuk selalu bekerja semaksimal mungkin walau belum digaji. “pengen tribun-maluku jadi salah satu media 21
Wawancara dengan Izaak Latuny, Ambon, Rabu 8 Oktober 2014, pikul 14. 05 wita.
22
Wawancara dengan Lucky Rahanra, Pimpinan Redaksi, Ambon, senin 6 Oktober 2014, pikul 14.35 wita. 23
Wawancara dengan Fin Andrianus, Ambon, Rabu 8 Oktober 2014, pikul 14.42 wita. Komunikasi Organisasi Media Online |101
Komunikasi yang baik serta penuh kekeluargaan yang terjalin dalam suatu organisasi dapat meningkatkan intensitas kerja yang tinggi serta adanya kepercayaan, rasa empati, kesamaan, serta keterbukaan diantara semua anggota dalam organisasi.Hal itu
mendukung
berkembangnya
suatu
organisasi. E. Kesimpulan Pimpinan redaksi dan jurnalis media online tribun-Maluku.com sebagai subjek penelitian ini telah melakukan komunikasi organisasi
yang
memunculkan
iklim
komunikasi vertikal yang baik. Beberapa temuan menjelaskan bahwa suasana yang nyaman
di
tempat
kerja
adalah
iklim
mendukung dengan metode pimpinan redaksi dalam menyampaikan pesan kepada bawahan mengunakan cara kombinasi antara cara serentak
dan berurutan. Pimpinan redaksi
menggunakan media dalam menyampaikan informasi kepada bawahan, yaitu telepon seluler, facebook, dan rapat. Subjek penelitian pimpinan redaksi dan jurnalis dianggap memiliki iklim komunikasi yang
positif
memiliki
komitmen
dan
kepuasaan kerja yang menciptakan suasana kerja kekeluargaan dan saling mendukung satu sama lainnya. Di saat yang sama, budaya organisasi memengaruhi pola komunikasi di antara sesama rekan kerja maupun terhadap atasannya mempertahankan
yang dan
menciptakan, kadang
mengubah
budaya kerja yang lebih kreatif. 102 | MEDIASI, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 91‐103
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an Terjemahan La Raiba Fihi, Jakarta: Republika, 2012. Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Rivai, Veithzal et al, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi, Jakarta: Rajawali Perss, 2013. Effendi, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Liliweri, Alo, Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. L Tubbs, Stewart & Moss, Silvia, Human Communication, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001. Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara, 2014. Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012. Nurdin, Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2004. Pace, R. Weyne & F. Faules, Don, Komunikasi Organisasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Rivai, Vethzal dan Mulyadi, Deddy, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012. Rosmawaty, Mengenal Ilmu Komunikasi, Jakarta: Widya Padjadjaran, 2010. Saputra, Eka Agung, Yulius, Manajemen dan Perilaku Organisasi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:Alfabeta, 2013. Sulaeman, Proposal Program Bantuan Dana Penelitian Kompetitif individual IAIN Ambon,2014. Susilawati , Fintri, Komunikasi Organisasi dalam Kepemimpinan pada PT. Tempo Inti Media, Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2010, Skripsi. Diakses pada 8 Juni 2014.
Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta Timur: Bumi Aksara, 2009.
Komunikasi Organisasi Media Online |103
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AMBON FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH Jl. Dr. H. Tarmizi Taher Kebu n Cengkih Batu Merah atas Ambon 97128 Tlp. (0911) 344816-Fax. (0911) 344315