TIM PENGELOLA JURNAL DIALEKTIKA PADA FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH IAIN AMBON TAHUN 2014 Penanggung Jawab Dr. Ismail Tuanany, M.M. (Dekan) Redaktur Dr. Hj. Duriana, M.Ag (Wadek I)
Penyunting/ Editor 1. Prof. Dr. Masri Mansoer, M. Ag.. 2. Dr. H. Nurman Said, M.A. 3. Dr. Zainal Abidin Rahawarin, M.Si 4. Dr. H. Subair, M.Sos. Desain Grafis 1. Sri Ratna Dewi Lampong, M. A 2. M.Thaib Kelian, M.Fil.I. Sekretariat 1. Tati Hafid, M. HI. 2. La Aenuddin, S. Pd.I.
DAFTAR ISI
ISLAM LOKAL” PERSPEKTIF HISTORIS DAN POLITIK” Memahami Narasi Islam Maluku dalam Konstruksi Poskolonial Abdul Manaf Tubaka dan Sittin Masawoy ...........................................................
1-14
THEO-DEMOKRASI DALAM PANDANGAN ABU A’LA AL-MAUDUDI Baco Sarluf dan Usman Wally ................................................................................ 15-27 PERSPEKTIF ISLAM TERHADAP ILMU PENGETAHUAN Hj. Duriana ...............................................................................................................
28-40
STRATEGI NAFKAH PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR TOISAPU, AMBON (SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGIS) Aty Oni, Subair, dan Efrizal Nasution ................................................................... 41-56
PENGARUH PEMIKIRAN KEAGAMAAN LASKAR JIHAD AHL ALSUNNAH WA AL-JAMAAH DI AMBON Muhammad Arief Budiyanto .................................................................................. 57-68 LEGITIMASI SANIRI NEGERI: STUDI ANTROPOLOGI BUDAYA ATAS RESISTENSI TERHADAP SISTEM MARGA KUASA DI NEGERI SEITH M. Ridwan Tunny dan Dewiyanti Tomia .............................................................. 69-81 MOTIVASI STAF MEMILIH PROFESI PARENTAH SYARA’ DALAM MENGELOLA MASJID AL-MUHIBBIN NEGERI MAMALA KECAMATAN LEIHITU Drs. Mahdi Malawat, M. Fil.I dan Alhatam Lestaluhu ....................................... 82-99 AROHA SEBAGAI SARANA SOLIDARITAS SOSIAL: STUDI TENTANG TRADISI KEAGAMAAN MASYARAKAT NEGERI HENA LIMA M. Syafin Soulisa .....................................................................................................
100-121
TRADISI MANIAN (Studi Bentuk dan Dampak Tradisi Manian dalam Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Negeri Kailolo Kabupaten Maluku Tengah) Sanni Fitriyani Marasabessy ..................................................................................
122-131
ISLAM LOKAL” PERSPEKTIF HISTORIS DAN POLITIK” Memahami Narasi Islam Maluku dalam Konstruksi Poskolonial1 Abdul Manaf Tubaka2 dan Sittin Masawoy3 ABSTRACT
This research seeks to reveal how local Muslims in Maluku historically and politically dominated by traditional Sufic Islam. In that context, this study also want to describe the local Muslim in their religious relations in space tersimbolkan Moluccan culture in the local wisdom Pela (PG) and Gandong, Larwul Ngabal (LN), Aini Ain (AA), and others. Local Muslims with the typology that Sufic Traditional forming character akomudatif against local kearfian. But at the same time also resistant to mengendepankan attitude of religious fanaticism. In such form, Islam is like a local in Maluku two coins which Idenitas Islam and cultural identity can not be separated from each other, but at the same time, tensions Identity religion also occur as forms of currency pieces back to back with each other. Historically, local Islamic formed in power between the competing power of the power system of the Islamic empire in the Moluccas by colonial powers which also carries a religious mission and then gave birth to self-identification between "deng Kamong Katong" in the house the same ethnic identity. This tension produced by a long past as a result of the colonization process. The history of the new order with discretion helped produce tension in the room greeting and Sarane bureaucracy. Tensions are continuously throughout the history of human conflict terakomulasi be heartbreaking because it occurs in all regions of the Moluccas. The post-conflict, occurred a new consciousness to create a new identity that is more inclusive and open and not repeat the mistakes of the past are full of dominating and missionaries as postcolonial default. Key Word: Local Islam (Islamic Sufic-Traditional Students Islamic Modernists), view-Political History, Identity Local Wisdom. keniscayaan bagi ruang artikulasi lokalitas
A. Pendahuluan Dinamika keagamaan Islam menjadi
Islam dengan seluruh pengalaman histori
sesuatu yang tidak terelakan lagi di mana
yang mengitarinya. Islam lokal hadir dengan
masyarakat dengan keunikan budaya dan
pengalaman
tradisi melakukan adaptasi dan negasi dengan
bentuk nilai identitas keislaman yang unik
ajaran
Realitas
sebagai penanda bagi politik identitasnya.
keberagamaan semacam ini membentuk suatu
Politik identitas meniscayakan artikulasi diri
Islam
itu
sendiri.
1
Makalah ini dipresentasikan pada Majelis Diskusi Dosen dan Mahasiswa (MADDEWA) Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon pada hari Senin tanggal 20 Oktober 2014 2
Dosen pada Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon Dosen pada Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon
historis
menandakan
suatu
secara lokalitas di mana Islam dengan segenap doktrin memberikan warna bagi kehidupan masyarakat lokal tanpa menghapus secara total unsur-unsur budaya yang terdapat dalam masyarakat lokal tersebut. Dalam konteks demikian, Islam menjadi kesadaran
3
Mahasiswa Jurusan Jurnalistik Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon sebagai Asisten Peneliti
budaya atau menjadi kebudayaan Islam berwajah lokal. Berwajah lokal dimaksudkan sebagai
kesadaran
kolektif
(collectif
Islam Lokal” Perspektif Historis Dan Politik” |1
consiuosness) yang disadari oleh masyarakat
yang dikonstruksi oleh masyarakat. Seperti
lokal melalaui proses internalisasi. Islam
perintah sholat, tetapi cara melakukan sholat
Maluku dengan segenap baju kebudayaannya
menjadi berbeda antara budaya Islam yang
tidak terlepas dari unsur-unsur budaya luar
satu dengan yang lain.5
(baca:
glokalitas
Tetapi
Islam lokal dengan berbagai identitas
mendudukan
yang dimiliki memberikan warna tersendiri
kesadaran sebagai milik tanpa disadari atau
bagi dinamika Islam di Maluku. Dengan
pun disadari telah menjadi pembeda sekaligus
demikian, Islam lokal di Maluku memiliki
persamaan dari segenap unsur budaya yang
dinamika tersendiri dengan Islam lokal di
mempengaruhi sejarah lokalitas Islam itu
daerah-daerah lain di nusantara. Memahami
sendiri.
narasi Islam di Maluku dalam konstruksi
pengaruh
kebudayaan).
yang
Lokalitas
demikian
Islam
dalam
konteks
poskolonial mensyaratkan ketegangan yang
Maluku dipenuhi oleh dinamika sejarah yang
menghawatirkan
cukup unik dan menarik. Sebab identitas
poskolonial. Islam Lokal dengan model
Islam
akomudatif,
dan
budaya
Maluku
merupakan
sebagai
tetapi
hasil
skaligus
warisan
juga
sangat
identitas yang unik sekaligus mengalami
sensitif terhadap agama Kristen di Maluku.
rembesan dari unsur-unsur Islam dan budaya
Dalam konteks itu, Lokalitas Islam Maluku
dari
di
dipilih dengan asumsi bahwa Islam Maluku
dalamnya. Dalam konteks Maluku, Islam
dengan simbol negeri raja-raja mau dijelaskan
Maluku dipetakan ke dalam Islam Maluku
secara lebih khusus bagaimana lokalitas Islam
Utara, Islam Maluku Tengah dan Islam
Maluku itu eksis dan bagaimana ruang
luar
Maluku
melalui
dinamika
4
Tenggara.
Tiga
sejarah
Kategori
ini
historis
yang
mendudukan
kesadaran
sebetulnya memiliki kesamaan dalam tradisi
poskolonial atas eksistensi Islam lokal itu
keagamaan, tetapi segaligus juga memiliki
sendiri.
perbedaan
budaya
Islam
yang
Sejarah
menjadi
kolonial
memberikan
keunikan dari praktek keagamaan masing-
semacam habitus yang direpresentasikan ke
masing. Budaya Islam yang dimaksudkan
dalam ketegangan identitas. Dalam lokus
adalah artikulasi ajaran Islam sebagai wahyu
keagamaan, masyarakat Maluku mengalami
ketegangan yang luar biasa. Tetapi pada aras
4
Mengkategorikan Islam ke dalam tiga wilayah semacam ini hanyalah upaya untuk menyederhanakan kajian dalam memahami Lokalitas Islam di Maluku. Islam Maluku Utara merupakan unsur pertama bagaimana Islam dan kekuasaan merembeskan nilai dan normanya ke dalam Islam Maluku Tengah dan Maluku Tenggara. Maluku Utara disimbolkan dengan negeri kesultanan, Maluku Tengah disimbolkan dengan negeri Raja-Raja, dan Maluku Tenggara disimbolkan dengan negeri kebangsawanan.
budaya,
masyarakat
Maluku
memahami
dirinya sebagai identitas yang tunggal dan menyatu sebagai identitas orang Maluku 5
Model ini bisa dilihat pada cara takbiratul ihram dan cara meletakan tangan.
2 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 1‐14
dalam jargon ‘Orang basudara”. Dualisme ini
2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan
atau juga dualitas identitas ini selalu menjadi
kualitatif deskriptif, yakni mendeskripsikan
medan dialektika antara disintegrasi dan
atau
integrasi identitas di Maluku. Sebab orang
model keberagamaan orang Maluku dengan
Maluku dalam kesadaran kolonialnya, selalu
atribut kebudayaan yang dimiliki. 6 Masalah
menghadirkan ketegangan masa lalu yang
ini akan didekati dengan analisis sejarah dan
terepresentasi dalam interaksi sosial yang
politik
saling curiga dan tidak menyatu. Hal ini
Konstruksi
diperparah
yang
Maluku dapat dijelaskan secara holistik dan
segregatif secara sosiologis. Masalah inilah
tidak parsial dalam perspektif historis dan
yang menjadi lokus kajian dalam konteks
Politik.
dengan
seting
sosial
menggambarkan
penelitian ini.
dalam
fenomena
konstrusi
poskolonial
tentang
Poskolonial.
Islam
Lokal
di
Subjek penelitian ialah Masyarakat Maluku yang tereprentasi ke dalam Maluku Tengah dan Maluku Tenggara. Maluku
B. Rumusan Masalah Dengan berdasar pada latar belakang di
atas,
maka
penulis
merumuskan
Tengah
terdiri
dari
masyarakat
Seram,
Ambon, Leasa, Haruku, Banda dan Buru.
permasalahan penelitian ini adalah:
Sedangkan
1. Bagaimana Konstruksi Islam di Maluku ?
praktek
2. Apakah
kolonial
masyarakat Kei. Penentuan subjek penelitian
membentuk karakter identitas Islam lokal
juga dilakukan dengan model seleksi dengan
di Maluku ?
perbandingan antar kasus. Model ini dipilih
Faktor
sejarah
Maluku
keagamaan
Tenggara Islam
meliputi
lokal
pada
3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan
untuk mendapatkan data perbandingan dari
dari Interaksi Islam Lokal di Maluku
informan yang dikategorikan berada dalam
dalam seting kolonial?
masalah lokalitas Islam pada Masyarakat Maluku. Berkaitan dengan model ini, peneliti mencari informan berdasarkan lima tema
C. Metode Penelitian Penelitian
dilakukan
di
Maluku
Tengah dan Maluku Tenggara. Maluku Tengah
terdiri
dari
masyarakat
praktek
Maluku
keagamaan
Tenggara Islam
dengan teknik snow ball sampling.7
Seram,
Ambon, Leasa, Haruku, Banda dan Buru. Sedangkan
budaya di atas. Model ini bisa dilakukan juga
meliputi
lokal
pada
masyarakat Kei. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober
Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan terdiri atas studi kepustakaan, 6
Emy Susanti, et.al., Penelitian Kualitatif Suatu Pengantar, (Jakarta, Kencana: 2005).h. 166-168 7 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif edisi kedua, (Jakarta, Airlangga: 2002).h. 92
Islam Lokal” Perspektif Historis Dan Politik” |3
pengamatan
terlibat
(partisipant
Observation), dan wawancara mendalam
Data (Interpretasi) dan Kesimpulan atau Verifikasi.8
(indeepth interview). Untuk mendapatkan data sesuai dengan persoalan penelitian, maka
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
pengumpulan
data
dilakukan
dengan
Islam dan Multikultural di Maluku:
menentukan informan kunci. Data diperoleh
Antara Kearifan Lokal dan Ideologi
dari pengamatan (observasi) di lapangan dan
Agama
wawancara mendalam dengan tokoh agama, ahli
sejarah,
menggali
data
akademisi, mengenai
budayawan, realitas
Islam
Multikultur bukan sesuatu yang asing bagi
masyarakat
masyarakat
Maluku.
Maluku
Perjumpaan
dengan
berbagai
Maluku yang dipahami dan dipraktekan.
kelompok dari luar sudah terjadi sejak dulu.
Untuk
Maluku sejak awal mula islamisasi dengan
membantu
sejumlah
pertanyaan
wawancara, sebagai
disusun pedoman
cara
damai
oleh
para
muballig
telah
wawancara, kemudian menggunakan tape
memberikan struktur relasi yang baik oleh
recorder untuk merekam setiap pembicaraan,
berbagai kelompok di masa kerajaan-kerajaan
disamping itu membuat catatan harian (self
Islam. Di Maluku kita mengenal kerajaan
Monitory) dan pengambilan dokumentasi
Islam Iha, Kerajaan Islam Hitu, Kerajaan
yang dianggap penting untuk mendukung
Islam Huamual, Kerajaan Islam Banda, dan
hasil penelitian.
Kerajaan Islam Sahulau. Gejala multikultur
Tekhnik analisis data yang digunakan
ini terjadi ketika Maluku dikenal sebagi
dalam penelitian ini adalah analisis data
daerah rempah-rempah yang diburuh oleh
kulitatif, mengikuti konsep yang diberikan
pedagang nusantara, maupun Asia dan Eropa.
Miles dan Hubarman. Proses dalam analisis
Kedatangan
data, setelah tahapan pengumpulan data
nusantara maupun Asia dan Eropa tersebut
selesai, kegiatan dilanjutkan dengan analisa
terjadi cukup lama hingga masa peperangan,
data yang dilakukan dengan menggunakan
yang
model interaktif. Dalam penjelasan Matthew
nusantara maupun Asia dan Eropa yang
B. Miles dan A. Michael Hubarman, analisis
menikah dan menetap di Maluku.
berbagai
menyebabkan
data dalam penelitian kualitatif merupakan
macam
banyak
etnis
etnis
dari
dari
Dengan demikian, dapatlah dikatakan
sebuah proses yang berlangsung selama
bahwa multikultur
proses penelitian tersebut, baik sebelum, pada
gejala
saat dan sesudah penelitian lapangan selesai.
telah berkembang sejak Maluku berdiri, tidak
yang
Maluku
muncul
bukan
suatu
belakangan,
tetapi
Jadi ada empat tahap yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian Kualitatif, yaitu: Pengumpulan Data, Reduksi Data, Penyajian
8
Matthew B. Miles dan Michel Hubarman, Analisis Kualitatif, (Jakarta, UI Press: 1992).h. 15-20
4 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 1‐14
saja pada sisi-sisi keagamaan, tetapi juga pada
tidak terlihat dalam struktur sosial budayanya.
tingkat
yang
Untuk itu, dua kelompok yang disebutkan tadi
cukup beragam. Dalam literatur keislaman
memiliki basis basis ideologi keagamaan yang
Maluku
didasarkan pada kelompok Santri, dan juga
etnis
dan
juga
misalnya,
identitas
bahwa
pandangan
keislaman Maluku juga selain memiliki
yang didasarkan pada kelompok abangan.
kesamaan dengan tempat-tempat lain seperti
Hanya
yang
membedakan
antara
Jawa, tetapi juga dalam sisi tipologis hampir
polarisasi keberagamaan di Maluku dan Jawa
menyerupai varian-varian yang ada di Jawa.
adalah
Teapi konteks Islam Lokal di Maluku
yang sangat dinamis dan cair. Tidak seperti
memiliki keunikan tersendiri dimana Islam
Islam di Aceh sebagaimana dijelaskan oleh
yang dipahami dan Islam yang dipraktekan
Mujib10 yang dikutip dari Fahri Ali misalnya
tidak seiring sejalan.
yang
Penggambaran politik aliran yang
bahwa Islam Maluku adalah Islam
menjadikan
Islam
sebagai
ideologis kerakyatan (populer
basis
ideology)
ditunjukkan oleh Clifford Geertz9 di Jawa
yang belum tertandingi oleh ideologi lain.11
melalui
tiga
Santri,
Priyayi,
tipologi
besarnya,
yaitu:
Oleh karena itu, polarisasi yang berbasis
Abangan
adalah
politik aliran di Maluku tidak terlalu tampak.
pembagian
Representasi keislaman Maluku yang dinamis
keagamaan melalui
dan cair itu membuat sedikit kesulitan dalam
dan
merupakan
penggambaran
kelompok
sosial
identitas politik aliran. Pola yang demikian
membuat
ini
menjadi basis ideologi.
jika
disandingkan
dengan
konteks
Maluku tidak memiliki akar tipologis yang sama,
meski
hampir
sama.
kerangka
kategorisasi
keagamaan
yang
Dalam konteks polarisasi berdasarkan
epistemologinya
ideologi agama belum terlalu kuat di Maluku.
Kelompok keagamaan di
Sebagian mengatakan bahwa Islam di Maluku
Maluku tidak memiliki basis Priyayi yang
ini terjadi campuran praktek kearifan lokal
kuat sehingga afiliasi keagamaan hanya
sehingga kesadaran itu lebih dominan dari
tergolong ke dalam Islam santri dan abangan.
pada afiliasi ideologi agama. Agama memang
Untuk tipologi yang hampir sama dengan
menjadi identitas yang terepresentasi dalam
jawa adalah Maluku Utara sebab penetrasi
praktek-praktek keagamaan, tetapi hal itu
pola keagamaan Priyayi masih terasa pada
tidak lantas praktek keagamaan mengikuti
Kesultanan Ternate. Memang Maluku juga pernah memiliki sebutan kerajaan Islam, tetapi pasca penjajahan, penetrasi kerajaan 9
Clifford Gerrtz, Abangan, Santri, Priyayi, (Jakarta, Psutaka Utama: 1981).h. 7
10
Ibnu Mujib, Islam Lokal: Perspektif Historis dan Politik Memahami Narasi Islam Aceh dalam Konstruksi Kebudayaan Global, (Banjarmasin, Laporan ACIS ke 10).h. 177 11 Fachri Ali, Interiorisasi dan Eksteriorisasi: Refleksi Sejarah Sosial Politik Aceh, (Banda Aceh, Fakultas Hukum Universitas Syah Kuala).h.10
Islam Lokal” Perspektif Historis Dan Politik” |5
pola ideologi keagamaan yang menjadi
Identitas Islam Maluku dalam varian Abangan
kerangka acuan dari tindakan, sebagaimana
memiliki keunikan tersendiri dalam konteks
dijelaskan oleh seorang akademisi dari IAIN
penelitian
Ambon:
ketaatann yang demikian rendah, tetapi
ini.
Sebab
walaupun
tingkat
“Saya belum melihat fenomena itu dalam kehidupan keseharian masyarakat Maluku karena Ideologi agama masih dikalahkan oleh dominasi kearifan lokal. Namun demikian, tidak bisa diabaikan bahwa ada gejala gejala kecil yang menunjukan adanya perubahan dan kecenderungan ke sana utamanya karena pengaruh transnasional yang semakin gencar pascakonflik meskipun skalanya masih kecil. Muhammadiyah dan NU di Maluku tidak menempatkan diri sebagai ideologi dan ini saya kira menarik. Saya adalah MuNU jadi saya selalu hadir pada setiap undangan tahlilan”.12
idenitas keislaman tidak perlu diragukan.
Pola keberagamaan di Maluku dapat
kelompok ini juga dimaknai sebagaimana
dikategorikan ke dalam Islam Abangan dan
orang Maluku pada umumnya meyakininya.
Islam Santri yang merujuk pada praktek
Hanya yang membedakan dengan praktik
keagamaan yang dimiliki oleh setiap orang
keislaman garis modern (yang menolak
atau kelompok. Islam Abangan di Maluku
khurafat, bid’ah, dan takhayul), selain karena
merupakan penanda bagi mereka yang tidak
perbedaan prinsip
mengikuti perintah sholat secara baik, zakat,
ritusnya pun juga berbeda.
Relasi keberagamaan keislamannya sering menjadi simbol keMalukuan yang tidak bisa ditawar lagi, hal itu terjadi selain karena Islam
telah
masyarakat
menjadi Maluku,
bagian
integral
Islam juga
menjadi
dasar keberagamaan yang paling prinsipil (principle of live). Kelompok ini di dalam
konteks
penelitian Maluku adalah orang Maluku asli
yang
juga
menganut
dasar-dasar
aqidah dan kepercayaan Islam. Islam bagi
Dalam
maupun puasa. Kalau kita melihat fenomena
keberagamaan,
literatur
praktik
kebudayaan, oleh
keberagamaan di setiap negeri-negeri di
Woodward sebagaimana dikutip oleh Wally
Maluku, ketaatan beriabadah itu didominasi
dan Usman,13 kelompok
oleh kalangan Tua. Anak-anak muda yang
kelompok sinkritis. Praktik ritus kelompok
sampai berusia empat puluh sampai lima
ini memadukan Islam dengan praktik ritus
puluh tahun kebanyakan dari mereka tidak
lokal-tradisional yang pernah berkembang
terlihat di Mesjid. Kesolehan seseorang
sejak masa awal keberagamaan Maluku.
diukur dengan tingkat beribadahnya yang
Seperti ritual masuk rumah baru, tempat
sesuai denga perintah Allah dan Rasulnya. 12
Wawancara tanggal 28 September 2014 dengan Dr. Basman, M.Ag, Kepala Biro AUAK IAIN Ambon
ini
disebut
13
Muhammad Rasyidah Waly dan Usman, Fanatisme Beragama Sebagai Penghambat Kemajuan Masyarakat Aceh, Laporan Hasil Penelitian, Banda Aceh, The Aceh Institute: 2006).h.26
6 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 1‐14
keramat,
ritual
kematian,
dan
praktek
tidak terjadi di Maluku. Di Maluku memang ada beberapa pesantren yang didirikan, tetapi
meminta pertolongan ke dukun. Selain itu, kelompok ini juga memiliki
digunakan sebagai tempat belajar agama.
kepercayaan terhadap hal-hal gaib seperti roh
Tetapi referensi keagamaan tidak terlalu kuat
halus, kekuatan alam, bahkan kekuatan
sebagaimana di Jawa. Kesantrian orang
sakti.
Allah
Maluku hanyalah upaya memperkenalkan
menciptakan makhluk halus yang mendiami
ajaran agama Islam, tetapi relasi keislaman
alam berzah (alam gaib), seperti pueglah
selalu merujuk pada Islam abangan yang
ka’oy (tafaul) pada kuburan-kuburan
tradisional mistik sufistik.
Mereka
percaya
bahwa
yang
Praktik
dianggab keramat, dengan kata lain, ada makhluk Alllah
halus dan
yang mengabdi
ada
juga
yang
kepada
melakukan
ditunjukkan terjalin
tersebut melalui
dapat
relasi
yang
dapat terus
dengan ilmu-ilmu tarekat yang di
kejahatan untuk mengganggu manusia atau
dapatkan dari tuan-tuan guru ngaji yang ada
hewan lainya.
di setiap negeri di Maluku. Banyak anak-anak mereka,
Maluku yang dimasukan di pesantren di
makhluk halus yang jahat telah mendiami
Maluku tidak terlalu membawa dampak
tempat-tempat angker, seperti hutan, laut,
referensial ajaran atau praktek keagamaan
pohon besar seperti beringin, dan pohon
dari pesantren ke dalam aktivitas sehari-hari.
Dalam
kepercayaan
ketapang. Kelompok ini juga percaya bahwa
Ada beberapa Pesantren di Maluku
kuburan ulama yang alim juga memiliki
yang didirakan oleh orang luar Maluku
pengaruh bagi hidup mereka. Makam Penyiar
maupun yang didirakan oleh orang Maluku
agama di setiap negeri di Maluku selalu di
sendiri antara lain Pesantren Nurul Tsaqalain
jadikan sebagai tempat ziarah ketika ingin
di
pergi haji.
cenderung ke ajaran Syiah. Misalnya acara
Kedua, kelompok santri. Di Maluku,
Hila
yang
praktek
keagamaannya
sepuluh Muharam selalu dirayakan. Tetapi
merupakan kelompok yang
tahlilan orang meninggal juga diadakan dan
dalam konteks penelitian ini tidak memiliki
setiap malam jumat diadakan doa kumail
kaitan kultural dengan Islam Santri yang ada
secara bersama dengan santri. Malam Rabu
di Jawa, dimana kesantrian seseorang karena
Tawasul bersama. Perayaan sepuluh muharan
memiliki
kuat.
sudah mulai mengundang orang dari luar
Kelompok santri di Maluku memang sejarah
pesantren. Mesjid selalu dipenuhi oleh orang
historis, memiliki hubungan penyiaran Islam
tua,
dengan ulama di Jawa, tetapi sampai pada
Pesantren ini di pimpin Zamaluddin Bugis
penetrasi kultur santri secara kelembagaan
seorang ustat asal Hila Maluku. Kemudian
kelompok
ini
baisi
pesantren
yang
dan
minim
anak
mudah.
Pondak
Islam Lokal” Perspektif Historis Dan Politik” |7
pesantren Suffa Hizbullah di dusun Oli negeri
adalah
Hitu
Bontang Balik Papan yang sekarang di
yang
juga
berada
dalam
Jazirah
Leihitu.14
perpanjangan
dari
Hidatullah
di
pimpin oleh Ustat. Muhammad Erwin Gatta.
Kemudian Pesantren Nadil Ulumi
Pesantern Hidatullah di Liang didirikan pada
Diniyah di dusun Ori yang sudah ada sejak
tahun 1993. Kategori keagamaan adalah
dulu dan memiliki alumni yang cukup sukses
sistematika
Nuzulul
di luar. Pendiri Pesantren Kiyai H. Husain
kurikulum
pendidikan
Tuasikal yang juga adalah orang Ori sendiri.
menggunakan
Pesantren ini sekarang dipimpin oleh Kepala
yakni marhalah u’la, marahalah wusto, dan
Pondok Pesantren Kiyai H. Tahir Tuanaya.
marhalah ulya. untuk membahas suatu temah.
Pesantren ini memiliki asrama utuk putra
Pengajian Mushidayah untuk wanita. Mereka
putri.
Pesantren
tidak kunut dan tahlilan. Santri berasal dari
dipadukan antara agama dan umum. Dulunya
berbagai daerah di Maluku dan juga luar
Tempat
Maluku yakni dari Seram, dari Batumerah,
Sistem
pendidikan
Pengajian
di
Al-qur’an
(TPA),
di
Sistem Pesantren
sistem Halokah bertingkat
kemudian berubah nama menjadi Pesantren.
Orang
Model ajaran yang dijadikan landasan adalah
Pesantren
pemikiran modern yang berafiliasi dengan
Seminar kewirausahaan di Natsepa yang
paham Muhammadiyah. Ori terbagi dua
menghadirkan peserta dari Jamaa. Strategi
paham yang terdiri dari Ori atas Filatanama
dakwah
dan Ori bawah Tunimahu. Konflik perebutan
masyarakat di luar pesanren terumatama
siswa pernah terjadi antara Nadil Ulum
negeri-negeri di wilayah pesantren tidak
dengan Yayasan Al-khairiyah yang memiliki
terlalu banyak. Hanya secara Inernal yakni
15
Buton,
Wahyu.
dan
pernah
pesantren
juga
orang
melakukan
Hidayatullah
Liang. kegiatan
untuk
Di dusun Ori juga
diadakan pengajian halakoh dan pembinaan
terdapat Aliran Mawar Merah yang targetnya
Muallaf. Target dakwah hidayatullah lebih
adalah generasi mudah. Cara beribadah lebih
dipentingkan
banyak zikir dari pada sholat.
menegakkan sholat.
sekolah-sekolah umum.
Sementera pesantren Hidayatullah di
bagaimana
orang
Islam
Sekola formal di
Pesantren hanya ada Mts (SMP).
Liang Salahutu16 yang berpusat di Gunung
Di bagian Seram Utara juga terdapat
Tembak dan kantor pusatnya di Jakarta yang
Pesantren Khoiru Ummah di Kobisonta.
secara hirarki langsung pesantren di Liang
Pesantren
14
Wawancara tanggal 25 September 2014 dengan santri Pesantren Sittin Masawoi.
ini
peneliti
tidak
sempat
mewawancarai informan terkait, sehingga belum dapat menggambarkan dan menganasis
15
Wawancara tanggal 25 September 2014 dengan santri Pesantren Nadil Ulum 16
Wawancara tanggal 25 September 2014 dengan santri Pesantren Hidayatullah Zulkarnain
pola pemahaman keagamaan di sana. Tetapi sebagaimana di ceritakan bahwa Pesantren
8 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 1‐14
Khoira Ummah memiliki ikatan ideologi
keagaman tersebut. Sebagaian beranggapan
keagamaan dengan praktek NU.
bahwa kehadiran aliran-aliran garis keras itu
Maluku pascakonflik juga dibanjiri
justru akan merusak pola hubungan kultral
oleh kelompok-kelompok Islam garis keras di
sebagai orang basudara di Maluku. Sebagian
Ambon seperti Jama Tablik, Salafi di
yang lain menanggapi kehadiran aliran ini
kampung kisar, Mujahidin dan LDII di
sebagai tugas amar ma’ruf yang baik di
Galunggung dan juga jaringan Salafi di
Maluku.
Waisala kabupaten Seram Bagian Barat.
Namun yang menarik adalah bahwa
Salafi di negeri Waisala pengikut tersebar di
polarisasi ini tidak terlalu menjadi kesadaran
dusun Hanunu. Raja Waisala ikut belajar di
umum
Dusun
keagamaan yang menuai ketegangan yang
Hanunu.
Waisala
mayoritasnya
yang
menarik
berarti.
taat beragama (santri). Pola beragama seperti
keagamaan
ini karena ada Jamaah Salafi. Tetapi awalnya
memberikan beragam tanggapan terhadap
mereka juga dapat dikategori sebagai abangan
berbagai macam ancaman yang sewaktu-
yang sama dengan negeri Waisala. Beberapa
waktu
keluarga di Waisala punya hubungan keluarga
keagamaan yang radikal, sehingga anggapan
dengan yang ada di Hanunu. Raja dan
bahwa hanya Islam yang paling benar dan
Sekretaris
melibatkan
yang lain salah adalah satu hal dari dampak
keluarganya untuk masuk ke dalam jama
pluralitas paham keagamaan di Maluku.
Salafi. Sistem pengajian adalah mempelajari
Untuk memahami Aliran-aliran keagamaan
bahasa arab dan hadis yang berbeda dengan
dalam konteks penelitian Islam di Maluku,
yang diajarkan di TPA-TPA di Waisala.
perlu
Faktor masuknya orang Waisala adalah
Aliran-aliran dalam Islam. Islam mengenal
karena
orang-orang
tiga kategori paham keagamaan. Pertama,
Waisala ke pengajian Salafi. Beberapa dari
Islam Formal Fiqh yang seluruh tindakan
anggota jama Salafi sudah ada yang menika di
ritual harus sesuai dengan rumusan hukum
Waisala
Islam (Fiqh). Kedua, Islam Mistik, yakni
intensitas
dengan
telah
ikut
hadirnya
anak
Raja
(Marga
Kasturian).17 Keberadaan berbagai macam aliran
Islam
Maluku
identitas
Abangan, sedangkan Hanunu masyarakatnya
desa
Konteks
batas
yang
plural
muncul.
mengenal
yang
dalam
semacam
Misalnya,
lebih
praktek
varian
jelas
ini
pemahan
bagaiamana
ritualnya
dibarengi
dengan praktek-praktek lokal yang hidup di
keagamaan pascakonflik di Maluku turut
tengah
mempengaruhi relasi sosial keagamaan antara
mendudukan kelompoknya ke dalam Islam
masyarakat Islam lokal dengan aliran-aliran
Sufi. Ketiga, Islam Puritan, yakni Islam yang
seluruh
17
masyarakat.
pelaksanaan
Islam
ini
ritualnya
lebih
harus
Wawancara tanggal 27 September 2014
Islam Lokal” Perspektif Historis Dan Politik” |9
berdasarkan pada perintah Al-qur’an dan
lokal Pela dan Gandong, Bongso Ade Kaka,
Sunnah Nabi. Kelompok ini sangat melarang
Larwul Ngabal, dan Aini Ain.
ada
Tetapi identitas kelokalan sebagai
referensinya dengan tindakan Mahammad
etnis Maluku sewaktu-waktu juga digunakan
SAW.
sebagai strategi bertahan ketika identitas
keras
praktek
ritual
yang
tidak
Dalam konteks pluralitas etnis di
agama berada dalam ancaman politik dan
Maluku yang tersebar dari Pulau Ambon,
budaya. Dalam konteks itu, maka apa yang
Seram, Buru, Tenggara, Lease dan Haruku,
dijelaskan oleh Bhabha tentang “identitas
dominannya menganut varian keagamaan
antara”
mistik magis yang dalam konteks varian
menjelaskan fenomena tersebut. Identitas
Geertz berada dalam kategori abangan. Tetapi
bukan
bawaan
menariknya, identitas ini tidak bersifat statis,
terlahir
dari
sebab kategori santri di Maluku juga memiliki
kompleks
praktek mistik dan magis dalam praktek ritual
identitas ganda. Untuk itu, identitas etnsi,
keagmaanya. Persebaran etnis di Maluku
identitas Islam, dan identitas daerah bisa saja
yang plural terdiri dari etnis Maluku yakni
dimiliki oleh seseorang sebagai identitas
orang Ambon, Seram, Buru Tenggara, Leasae
ganda. Islam lokal adalah varian tersendiri
dan Haruku, juga terdapat non Maluku yakni
bagi representasi identitas agama, tetapi pada
etnis Jawa, Buton, Bugis, Makasar, Madano
aras yang lain identitas etnis menjadi dominan
dan
untuk ditonjolkan dalam medan sosial budaya
Sumatra.
keagamaan,
Dalam
kategorisasi
konteks
varian
keagamaan
di
Maluku menjadi plural dan bisa menjadi basis
atau
teori
liminalitas
ontologis
mampu
semata,
tetapi
hubungan-hubungan
yang
yang
kemudian
melahirkan
dan politik.
ketegangan jika tidak dikelola secara baik.
Islam Maluku: antara Identitas Lokal dan Ideologisasi Agama
Kesadaran Multukultural menjadi penting
Identitas Islam Lokal di Maluku
dimana saling mengharga dan memahami
menjadi
menjadi inti dari semangat multikultural
bagaimana orang Islam merepresentasikan
tersebut (respect and understanding each
identitas etnisnya yang lebih kepada aspek
other culture). Sebab, tarikan identitas etnis
budaya lokal. Keislaman sesorang sudah
dapat mengalahkan identitas daerah yang di
menjadi turun temurun dari leluhur mereka
dalamnya terdapat kesamaan agama. Dengan
dan dianggap sebagai ajaran yang lebih
demikian, identitas agama menjadi dapat
membatin bagi kehidupan sosial budaya
terkalahkan oleh kesadaran identitas etnis
mereka. Keunikan Islam lokal di Maluku
sebagai orang Maluku yang saling “Baku
terepresentasi
Sayang” yang termanipestasi dalam kearifan
berelasi
10 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 1‐14
kata
secara
kunci
dari
untuk
basis
kultural
memahami
keislamannya dengan
negeri-
negerinya masing-masing. Bahkan pada aras
kecurigaan antara satu sama lain menjadi
tertentu, identifikasi keislaman berada pada
penanda relasi konfliktual yang terus terawat
ketegangan identitas kampong-kampong.18
sebagai bawaan poskolonial. Semua orang
Jadi identitas agama sudah dibangun dengan
Maluku ketika ditanya tentang budaya Pela
narasi Islam yang di bawah dari kampong-
Gandong, meraka sangat kenal dan senang
kampong (baca: negeri).
untuk
menonjolkan
cerita
bagaimana
Uniknya, keberislaman orang Maluku
hubungan pela gandong itu terjadi. Hal ini
pada aras tertentu mengalamai ketegangan
dapat dilihat dari ungkapan Drs. Mahdi
yang sewaktu-waktu diaktifkan. Jadi Islam
Malawat seorang dosen IAIN Ambon bahwa
Lokal dalam aras tertentu adalah Islam yang
“Dulu hubungan Islam dan Kristen dalam
berdiri pada referensi Islam leluhur yang
ikatan Pela Gandong tidak
tipologinya sama dengan Islam abang yang
sekarang paska konflik ikatan itu semakin
sufistik tradisional. Pengetahuan seperti ini
kuat lagi.”
terlalu kuat,
dapat kita pahami dalam tiga kategori
Berbagai pendapat mengenai karakter
perkembangan manusia dari tahap theologis,
Islam di Maluku, mulai dari Islam yang
tahap mistisisme, dan tahap positivisme.
fanatik hingga Islam yang moderat. Islam
Islam Lokal dibangun di atas kesadaran
yang moderat sebagaimana dipersepsikan
masyarakat yang masih dalam tahap theologis
oleh Husen Maswara, dosen IAIN Ambon
dan mistik, sehingga tipologis Islam abangan
sebagai berikut:
yang
mistik
dan
magis
“Ciri Islam Maluku ini adalah Islam
menemukan
moderat, sebab walaupun ada kelompok-
bentuknya. Identitas Islam Lokal tidak serta merta
kelompok garis keras hadir di Maluku,
berada dalam lokus homogenisasi varian
tetapi itu tidak mempengaruhi tokoh-tokoh
keagamaan.
Islam
Pada
konteks
etnisitas,
di
Maluku.
Paling
hanya
masyarakat Maluku nampak seperti identitas
mempengaruhi akar rumput yang itu juga
etnis yang homogen, tetapi sebetulnya berada
kebanyakan bukan dari orang Maluku
dalam pluralitas yang cukup kuat antara Islam
Asli”19
lokal yang disebut anak negeri dan pendatang (orang dagang).
E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pluralitas identitas varian keagamaan dan
juga
etnis
menimbulkan
di
Maluku
ketegangan.
Kesimpulan
seringkali
Islam Lokal yang dalam konteks
Tepatnya,
penelitian ini adalah bagaimana memahami
18
Istilah Identitas kampong-kampong digunakan sebagai istilah yang dianggap lebih mewakili sosiologi pengetahuan masyarakat Maluku.
narasi
Islam
Maluku
dalam
konstruksi
19
Wawancara pada tanggal 23 September 2014.
Islam Lokal” Perspektif Historis Dan Politik” |11
poskolonial. Hasil kajian ini menunjukan
qur’an dan Sunnah. Tetapi dalam kelompok
bahwa Islam Lokal terepresentasi ke dalam
ini terdapat beberapa aliran keagamaan yang
dua kategori varian keagamaan, yakni Islam
dapat dikategori menjadi dua aliran yakni
abangan dan Islam Santri. Islam abangan
aliran pertama disebut kelompok santri formal
dalam seting sosial masyarakat Maluku di
yakni kelompok yang menjalankan ajaran
dominasi oleh seluruh praktek keagamaan
Islam sebagaimana referensi hukum-hukum
yang ada di setiap negeri-negeri Islam yang
Islam (fiqh). Seluruh ibadah yang dijalankan
ada di Maluku. Bahkan fenomena menarik
didasarkan pada rumusan-rumusan hukum
dan unik dari karaktek Islam Maluku adalah
Islam yang merupakan ijtihad para ulama.
penonjolan heroisme berperang atas nama
Sedangkan
agama yang sangat kuat di Maluku. Islam
kelompok Santri Puritan yang pendekatan
sebagai identitas tidak dijalankan secara baik
ibadahnya berdasarkan apa yang diwahyukan
sebagaimana diperintahkan dalam Al-qur’an
dan
dan Sunnah, tetapi panggilan untuk berperang
Kelompok ini sangat menentang keras praktek
dengan berbagai mistik dan magis yang
ibadah yang tidak sesuai dengan Al-qur’an
dimiliki oleh setiap negeri. Fenomena seperti
dan Sunnah, bahkan kadar tertentu, darah
ini di Maluku bukan sesuatu yang baru dan
halal
asing dan boleh jadi fenomena ini tidak di
dinamakan kelompok fundamentalis.
aliran
dipraktekan
untuk
yang
oleh
di
kedua
adalah
Muhamad
bunuh.
SAW.
Kelompok
ini
Dalam konteks relasi Islam Lokal
dapat di daerah lain di Indonesia. Afiliasi Islam lokal dalam kategori
dengan agama Kristen di Maluku mengalami
abangan ini biasanya terlihat dalam praktek-
kekakuan
praktek keagamaan. Misalnya kelompok ini
poskolonial dimana faktor penjajahan di
selalu melakukan ziarah ke makam wali yang
Maluku sangat mempengaruhi karakter orang
ada di setiap negeri, ritual kambing maaf,
Islam Maluku dalam membangun relasi
upacara cuci kuburan, dan lain-lain. Praktek
keagamaan. Aspek kecurigaan satu sama lain
keagamaan selalu disertai dengan praktek
masih
budaya lokal yang berdimensi sinkretis.
masyarakat Islam lokal. Faktor penjajahan di
Intinya dari semua ritual yang dilakukan
Maluku
adalah upaya memohon perkenaan Tuhan
disintegrasi sosial keagamaan di Maluku di
Allah dan Leluhur dan terhindar dari segala
mana segregasi pemukiman menjadi strategi
musibah.
politik penjajah dalam memetakan wilayah
Sementara varian keagamaan dalam
sebagai
terlihat
juga
akibat
hidup
dari
dalam
membawa
warisan
kesadaran
akibat
bagi
yang ditaklukan ke dalam misi suci mereka.
kategori Islam Santri merujuk pada kelompok
Selain
yang
Tuhan
penginjilan, segregasi juga tercipta karena
sebagaimana yang dijabarkankan dalam Al-
apiliasi politik masyarakat Maluku dengan
menjalankan
perintah
12 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 1‐14
untuk
kepentingan
misi
suci
penjajah,
sehingga
kekuasaan
adat
melahirkan
terhadap
dominasi
permasalahan ini secara cerdas. Narasi Islam
lainnya
di Maluku memiliki sejarah sosial budaya dan
yang
sehingga menjadi bom waktu bagi konflik-
politik
yang
memberikan
dampak
bagi
konflik sosial di Maluku. Konflik legitimasi
representasi identitas diri yang kuat dari hasil
kekuasaan atas hak Ulayat di setiap negeri di
proses panjang kehidupan masa lalu mereka.
Maluku. Klaim-klaim atas hak kekuasaan
Segregasi harus dikelola sehingga
Ulayat sering terjadi di Maluku dan menjadi
menghilangkan imajinasi poskolonial yang
konflik yang sulit untuk diselesaikan. Sebab
penuh kecurigaan. Dengan demikian, logika
konflik tersebut berkaitan dengan nilai hidup
pembangunan Maluku dengan logo Siwalima
dari masyarakat di setiap negeri di Maluku.
menandakan
Bahkan hal tersebut dibuat dalam hukum adat
kekuatan yang saling merebut dominasi,
sebagaimana terdapat pada masyarakat Key
sehingga menjadi hidup secara harmonis
dalam
Rekomendasi
keharmonisan
seting
kehidupan
hidup
sosial
dua
budaya
Islam lokal dengan ciri khasnya yang
Maluku. Pembangunan harus merepresentasi
akomudatif terhadap kearifan lokal harus
narasi kebudayaan orang Maluku, sehingga
dilihat sebagai modal sosial yang kuat bagi
masyarakat
kelangsungan suatu tatanan sosial yang baik.
identitas etnis orang Maluku. Masyarakat
Sebab Islam lokal adalah hasil dari negosiasi
Maluku dan Pemerintah harus sama-sama
kultural yang cerdas dari peradaban suatu
bersinergi membangun Maluku dalam Aras
masyarakat. Lokalitas tidak bisa bertahan
kehidupan keagamaan yang berbudaya orang
dalam
Maluku.
dirinya
berkembang
jika
sendiri,
bahkan
tidak
hanya
berkutat
dalam
Untuk itu, Islam lokal sebagai modal sosial harus dirawat secara holistik. Tuntutan globalisasi meniscayakan perubahan pada sosio-religius
sehingga
dapat
mengikis tatanan sosial budaya yang ada. Pemerintah dan masyarakat di Maluku harus menyadari
akan
pentingnya
berbagai
kepentingan di Maluku dalam kerangka Maluku yang lebih baik. Pemerintah daerah baik Kabupaten Kota maupun Provinsi harus mengambil
peran
tidak
tergeser
dari
DAFTAR PUSTAKA
kelokalan dirinya sendiri.
struktur
Maluku
dalam
mengelola
Abdullah, Amin M. 2004, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Abdullah, Irwan. 2006. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Berger, Peter L. dan Thomas Luckmann. 1990. Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge, New York: Penguin Books. E. Tiezzi, N. March Ettini & M. Rossini, Extending The environmental wisdom beyond
Islam Lokal” Perspektif Historis Dan Politik” |13
Gandhi, Lelaa. 2006. Teori Psokolonial Upaya Meruntuhkan Hegemoni Barat, Yogyakarta: Qalam. Geertz, Cliffort. 1981. Islam Jawa, Santri, Abangan, dan Priyayi, Jakarta: Pustaka Geertz, Cliffort. 1982. Islam Yang Saya Amati, Perkembangan di Maroko dan Indonesia, Jakarta: Yayasan Ilmu Sosial Idrus, Muhammad. 2002. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif edisi kedua, Jakarta: Airlangga Latif, Yudi. 2005. Intelegensia Muslim dan Kuasa. Genealogi Intelegensia Muslim Indonesia Abad ke-20. Bandung: Mizan Leirissa, R.Z. dkk. 1982. Maluku Tengah di Masa Lampau, Gambaran Sekilas Lewat Arsip Abad Sembilan Belas, Jakarta: Penerbitan Sumber-Sumber Sejarah No.13 Lestaluhu, Maryam .1988. Sejarah Perlawanan Masyarakat Islam terhadap Imperialisme di daerah Maluku, Bandung: Al-Ma’ruf
Said, Edward W. 2010. Orientalisme Menggugat Hegemoni Barat dan Mendudukan Timur Sebagi Subjek, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sitorus, Fitzgerald K. 2004. Identitas Dekonstruksi Permanan, dalam Mudji Sutrisno dan Hendar Putrananto. (ed)., Hermeneutika Pascakolonial Soal Identitas, Yogyakarta: Kanisius Supriyono, J. 2004. Mencari Identitas Kultur Indonesia Upaya Memahami Teori Liminalitas Homi K. Bhabha, dalam Mudji Sutrisno dan Hendar Putrananto (ed)., Hermeneutika Pascakolonial Soal Identitas, Yogyakarta: Kanisius Susanti, Emy et.al. 2005. Penelitian Kualitatif Suatu Pengantar, Jakarta: Kencana Tjahyadi, Simon Petrus L. 2007. AgamaAgama dan Perdamaian: Filsafat Eksistensi K. Jaspers. Medan: Persetia Waly, Muhammad Rasyidah, dan Usman, 2006. Fanatisme Beragama Sebagai Penghambat Kemajuan Masyarakat Aceh, Laporan Hasil Penelitian, Banda Aceh: The Aceh Institute.
Ma’ruf, Jamhari. 2014. Pendekatan Antropologi dalam kajian Islam. Sumber www. Dikpertais.com Miles, Matthew B. dan Michel Hubarman.1992. Analisis Kualitatif, Jakarta: UI Pres Mujib, Ibnu. 2010. Islam Lokal: Perspektif Historis dan Politik Memahami Narasi Islam Aceh dalam Konstruksi Kebudayaan Global, Banjarmasin: Laporan ACIS ke 10. Pranowo, M. Bambang. 2009. Memahami Islam Jawa, Jakarta: IKAPI Putuhena, M. Saleh. 2006. Interaksi Islam dan Budaya di Maluku, dalam Kamarudin (ed). Menjadi Indonesia dan Lokal Islam Nusantara: 13 Abad Eksistensi Islam di Bumi Nusantara, Bandung: Mizan 14 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 1‐14
THEO-DEMOKRASI DALAM PANDANGAN ABU A’LA AL-MAUDUDI Baco Sarluf1 dan Usman Wally2
ABSTRACT Discuss themes related to the concept or system of Islamic government would never finish. A variety of books that discuss the idea of good governance system of Islam by the Muslim intellectuals from ancient times until today. This paper dissects the ideas and political thought one Muslim intellectual, Abu A'la Maududi is a contemporary Muslim thinker. Theo-democracy is a system of government that was initiated by Al-Maududi by combining the concept of monotheism and the concept of trias politica Through literature research on the works of Al-Maududi, the authors found the basis of a conception of political thought that Al-Maududi Islamic State must be built on a joint Islamic which is the main basis of monotheism. According to Maududi, the Islamic State Sovereignty of the people is based not sovereignty but God (Allah). In Theo-democratic system is divided into three agencies, namely legislative, executive and judicial. Keywords: Theo-democracy, triad politics, Abu A'la Maududi
A. Pendahuluan
sedangkan kendali pemerintah sesungguhnya
Ditinjau dari kacamata teori politik
berada di tangan sekelompok kecil penguasa
modern atau teori politik sekuler, teori politik
yang menentukan seluruh kebijaksanaan dasar
Islam seperti yang dikembangkan oleh Al-
Negara. Sekelompok penguasa itu bertindak
Maududi kelihatan unik, bahkan mungkin
atas nama rakyat, sekalipun sebagian pikiran
“ganjil.” Keunikan atau katakanlah keganjilan
dan tenaga yang mereka kerahkan bukan
teori politik Al-Maududi terletak pada konsep
untuk
dasar yang menegaskan bahwa kedaulatan
melestarikan kekuasaan yang mereka pegang
(souverenitas) ada di tangan Tuhan, bukan di
dan untuk mengamankan posisi mereka
tangan manusia. Jadi berbeda dengan teori
sendiri.
rakyat,
tetapi
hanyalah
untuk
demokrasi dalam tatanan sistem politik
Penolakan Al-Maududi terhadap teori
modern pada umumnya yang menyatakan
kedaulatan rakyat bukan terutama berdasarkan
bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat.
bukti-bukti praktek demokrasi terlalu sering
Dalam kenyataannya, kata-kata “kedaulatan
menyeleweng,
rakyat” menjadi kata-kata kosong karena
pemahamannya tentang ayat-ayat Al-Qur’an
partisipasi rakyat dalam kebanyakan Negara
yang
demokrasi hanyalah dilakukan empat atau
souverenitas tertinggi ada di tangan Tuhan. Di
lima tahun sekali dalam bentuk pemilu,
samping itu Tuhan sajalah yang berhak
memberikan hukum (law-giver) bagi manusia.
namun
menunjukan
terutama
bahwa
berdasar
otoritas
dan
1
Dosen pada Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon. 2
Alumni pada Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon.
Manusia tidak berhak menciptakan hukum, menentukan apa yang boleh (halal) dan apa yang terlarang (haram). Hukum di sini berarti Theo‐Demokrasi Dalam Pandangan Abu A’la Al‐Maududi |15
norma-norma
dasar
bagi
penciptaan
masyarakat yang adil dan sejahtera.
pemerintahan dan masalah mengenai hal-hal yang tidak diatur dalam Syariah diselesaikan
Teori politik yang dikembangkan oleh Al-Maududi adalah teori politik Islam3 ia
berdasarkan mufakat bulat dan konsensus dikalangan muslimin.
sangat mengecam sistem kerajaan, karena
Pada dasarnya, istilah atau konsep
sistem kerajaan atau monarki memang tidak
Theo-demokrasi adalah akomodasi dari ide
memilki tempat dalam Islam. Al-Maududi
theokrasi dengan ide demokrasi. Namun, ini
mengingatkan bahwa seluruh kerajaan pasti
tak berarti Al-Maududi menerima secara
memaksakan ditaatinya kekuasaan secara
mutlak konsep theokrasi. Al-Maududi dengan
turun temurun dan karena itu pula kerajaan itu
tegas menolak teori kedaulatan rakyat (inti
menjadi mulk adhudh atau “kerajaan yang
demokrasi), berdasarkan dua alasan. Pertama,
menggigit”
karena
yakni
menindas
rakyat
dan
menurutnya
kedaulatan
tertinggi
merampas hak-hak rakyat di bidang politik,
adalah di tangan Tuhan. Tuhan sajalah yang
ekonomi, hukum dan lain-lain.4 Sementara
berhak menjadi pembuat hukum (law giver).
pemerintahan yang dikehendaki dalam Islam
Manusia tidak berhak membuat hukum.
adalah Theo-demokrasi.
Kedua, praktik kedaulatan rakyat seringkali
Menurut
Abul
A’la
Al-Maududi,
justru
menjadi
omong
kosong,
karena
Theo-demokrasi merupakan suatu bentuk
partisipasi politik rakyat dalam kenyataannya
pemerintahan
hanya dilakukan setiap empat atau lima tahun
dimana
rakyat
diberikan
kedaulatan terbatas dibawah naungan Tuhan 5
sekali
saat
Pemilu.
Sedang
(Allah SWT) . Dalam pemerintahan ini
pemerintahan
kekuatan
berada di tangan segelintir penguasa, yang
eksekutif
yang
terbentuk
sehari-hari
kendali
sesungguhnya
berdasarkan kehendak umum kaum muslimin
sekalipun
yang di mana kaum muslimin tersebut juga
seringkali malah menindas rakyat demi
berhak
kepentingan pribadi.6
menumbangkannya.
Sistem
pemerintahan Theo-demokrasi ini menganut asas
bahwa
semua
permasalahan
3
Prinsip-prinsip kelembagaan atau nilai-nilai politik Islam memperoleh kekuasaan perundangan atau mengikat ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah karena kedua-duanyan adalah sumber asas dari semua Undang-undang Islam dalam semua aspek kehidupan. 4
Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, Evaluasi Kritis atas Sejarah Pemerintahan Islam, terj. Muhammad al Baqir, (Bandung: Mizan, 1984), h. 20. 5
Asghar Ali Engineer, Revolusi Negara Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h. 205-207.
mengatasnamakan
rakyat,
Dengan demikian secara esensial, konsep Theo-demokrasi berarti bahwa Islam memberikan kekuasaan kepada rakyat, akan tetapi kekuasaan itu dibatasi oleh normanorma yang datangnya dari Tuhan. Dengan kata lain, Theo-demokrasi adalah sebuah kedaulatan rakyat yang terbatas di bawah pengawasan Tuhan.
16 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 15‐27
6
Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, h. 15.
tidak B. Landasan Teoretis
langsung
melalui
kompetisi
dan
kerjasama dengan para wakil mereka yang
Secara etimologis demokrasi berasal dari bahasa Yunani kuno yang terdiri dari kata demos yang berarti rakyat dan kratos atau kratein berarti kekuasaan atau berkuasa. Jadi demokrasi menurut asal kata berarti "rakyat berkuasa" atau "government or rule by the people".7 Dengan kata lain demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat; atau kedaulatan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam
terpilih. Menurut Hendry B. Mayo, demokrasi merupakan sistem politik yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil rakyat yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas
prinsip
kesamaan
politik
dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.9
8
keputusan rakyat.
Dalam
Secara terminologis, menurut Joseph A. Schmeter, demokrasi merupakan suatu perencanaan
institusional
untuk
menyampaikan keputusan politik di mana individu-individu
memperoleh
kekuasaan
untuk memutuskan dengan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat. Sydney Hook berpendapat bahwa demokrasi adalah bentuk pemerintahan
yang
mana
keputusan-
pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat yang sudah dewasa. Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl menegaskan bahwa demokrasi merupakan suatu
sistem
pemerintahan
di
mana
pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh warga Negara, yang bertindak secara 7
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998), h. 50. 8
Moh. Kusnardi dan Bintang R. saragih, Ilmu Negara (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1995), h.165.
tentang
demokrasi,
dikenal dua macam pemahaman. Yaitu, pemahaman secara normatif dan secara empirik. Pemahaman normatif berkenaan dengan
demokrasi
mengajarkan bagaimana
sebagai
tentang
tujuan,
nilai-nilai
seharusnya
ideal
demokrasi
diwujudkan. Sedangkan pemahaman empirik atau demokrasi prosedural adalah rumusan demokrasi yang telah dilaksanakan.10
keputusan pemerintah yang penting secara langsung ataupun tidak langsung didasarkan
studi
Berdasarkan
pengertian
demokrasi
yang sifatnya prosedural, terdapat unsur-unsur pokok; yaitu proses rekrutmen elit melalui pemilihan yang jujur dan bebas; serta hak masyarakat untuk memilih. Pelaksanaan dari konsep
demokrasi
prosedural
ini
akan
menjamin kebebasan untuk berpendapat dan berserikat.
Lebih
dari
itu,
dengan
menganggap pemilihan umum sebagai cara untuk merekrut elit pemerintahan, sistem ini 9 Tim ICCE UIN Jakarta, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN, 2003), h.110-111. 10
Idris Thaha, Demokrasi, h. 29.
Theo‐Demokrasi Dalam Pandangan Abu A’la Al‐Maududi |17
mengisyaratkan bahwa pimpinan bertanggung
suatu masyarakat. Seperti dikatakan Albert
jawab kepada yang memberi mandat (warga
Camus, tidak boleh ada pertentangan antara
Negara), khususnya ketika mereka tengah
cara dan tujuan; jika tujuan membenarkan
berkuasa.11 Negara yang menyatakan diri
cara yang digunakan, maka cara yang
menganut
mengadakan
digunakan itu sendiri ikut membenarkan
pemilihan umum. Apakah pemilihan umum
tujuan yang dicapai. Inilah salah satu sendi
tersebut hanya merupakan ritual saja atau
pandangan demokratis.14 Terlepas dari tujuan
secara substansial mencerminkan demokrasi,
atau cara, demokrasi merupakan sistem
adalah persoalan lain.
pemerintahan yang saat ini sangat populer.
demokrasi
harus
Demokrasi paling sering digunakan, namun juga paling problematik. Problematik,
C. Riwayat Hidup Singkat Abu A’la AlMaududi
karena para pakar politik masih belum
Sayyid15
sepakat, apakah demokrasi sekedar alat untuk mencapai tujuan atau tujuan itu sendiri.12 Namun, Willy Eichler berpendapat, bahwa demokrasi bukanlah suatu nilai statis yang terletak disuatu tempat di depan kita, lalu kita bergerak menuju ke sana untuk mencapainya. Bagi Eichler demokrasi adalah suatu nilai
merupakan
baik.13 Karena pengertian demokrasi sebagai cara dan proses, tidak mengherankan bahwa pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi sangat beragam dari satu Negara dengan Negara lainnya. Meskipun begitu, perlu disadari bahwa demokrasi sebagai cara atau jalan akan menentukan kualitas tujuan yang dicapai oleh 11
Bahtiar Effendy, “Islam dan Demokrasi,” dalam M Nasir Tamana dan Elza Peldi Taher (ed.), Agama dan Dialog Antar Peradaban (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 90. 12 13
Idris Thaha, Demokrasi Religius, h. 2.
Nurcholish Madjid, “Demokrasi dan Demokratisasi di Indonesia,” dalam Elza Peldi Taher (ed.), Demokratisasi Politik, Budaya dan Ekonomi (Jakarta: Paramadina, 1994), h. 203.
A’la
seorang
Al-Maududi pemikir
dan
perombak sosial terbesar dalam dunia Islam. Beliau dilahirkan di Aurangabad (Hiderabad, Deccan, India), pada tanggal 25 September 1903 dan memulai karier kemasyarakatannya sebagai seorang wartawan pada tahun 1920.16 Ayah Abu A'la Al-Maududi, Ahmad
dinamis, karena nilai essensialnya adalah proses ke arah yang lebih maju dan lebih
salah
Abu
Hasan yang dilahirkan pada tahun 1855 M di Delhi, berasal dari keluarga terhormat yang silsilah keturunannya dapat ditelusuri sampai kepada Nabi Muhammad Saw Keluarga Abu A'la Al-Maududi telah mempunyai tradisi kepemimpinan spiritual yang terkenal sejak lama karena sebagian besar dari nenek moyangnya
merupakan
pemimpin
dari
14
Nurcholish Madjid, Demokratisasi, h. 204.
“Demokrasi
dan
15
Sayyid artinya Tuan; nama gelar kehormatan atau sebutan kepada orang Arab keturunan Nabi Muhammad saw. Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 885. 16
Al-Maududi, Hukum Konstitusi, terj. Asep Hikmat, (Bandung: Mizan, 1990), h. 6.
18 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 15‐27
tarekat-tarekat
yang
terkemuka.
Nenek
madrasah
Fauqaniyah
yang
memadukan
moyang Abu A’la Al-Maududi datang ke
pendidikan modern barat dengan pendidikan
anak benua Indo-Pakistan sejak lahir abad ke-
Islam tradisional. Dia kenal sebagai seorang
13 H atau abad ke 15 M. Sedangkan Ibu Abu
anak
A'la Al-Maududi yang bernama Sayyidah
pendidikannya tepat pada waktunya dengan
Ruqayyah, adalah putri bungsu dari Mirza
mendapatkan ijazah Maulawi.20
yang
cerdas,
dan
menyelesaikan
Qurban Ali Bik. Mirza adalah keturunan
Al-Maududi pindah bersama ayahnya
Turki dan berprofesi sebagai tentara, di
ke Hyderabad, dimana dia dapat melajutkan
17
samping sebagai pujangga dan sastrawan.
pendidikannya di Dar al-Ulum, di Deoband,
Guru pertama Al-Maududi adalah
suatu lembaga yang banyak mencetak ulama-
ayahnya sendiri yang pernah berprofesi
ulama kharismatik di India pada masa itu.
sebagai
beragama.
Pendidikan Al-Maududi hanya berlangsung
Ayahnya, Ahmad Hasan, sendiri pernah
selama enam bulan karena harus merawat
belajar di Universitas Aligarh,18 (Universitas
ayahnya yang akhirnya meninggal dunia.21
pengacara yang
taat
yang ditujukan untuk meneruskan perjuangan
Di Lahore, Abu A’la Al-Maududi juga
Sayyid Ahmad Khan)19. Setelah itu beliau
bekerja selama hampir dua tahun sebagai
hanya memusatkan pada pengajaran dan
Dekan Fakultas Theologi, Islamia College,
pendidikan anaknya. Al-Maududi memulai
Lahore,
pendidikanya di rumah sampai tamat tingkat
mengorganisasikan
dasar. Setelah menyelesaikan pendidikan
Jama’t
dasar tersebut, dia melanjutkan studinya di
Tahun al-Islami23
1941 Gerakan dan
beliau Renaisans22
terpilih
sebagai
24
setuanya.
17
Ali Rahnema, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung: Mizan, 1998), h.102. 18
Aligarh adalah gerakan yang merupakan kelanjutan dari usaha pembaruan Sayyid Ahmad Khan di bidang Pendidikan. Didirikan pada tahun 1875 di Aligarh, India dengan tujuan untuk meningkatkan pendidikan di kalangan umat Islam. Gerakan ini muncul setelah meninggalnya Sayyid Ahmad Khan tahun 1988. lembaga ini dikembangkan dan namanya kemudian diganti dengan “Mohammaden Angl-Orintl Colge” (MAOC), kemudian namanya berubah lagi diganti dengan Uniesiy of Algarh” Universitas ini dikenal sebagai pusat gerakan pembaruan Islam di India. Lihat Hasan, Esiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), h.120. 19
Sayyid Ahmad Khan (w. 1898) tokoh reformer dan modernis berkebangsaan India yang menyerukan agar bangsa India mengambil ide-ide dari Barat. Hasan, Esiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), h.213.
20
Munawir Sadjzali, Islam dan Tata Negara,
h. 159. 21
Ali Rahnema, Para Perintis Zaman Baru Islam, h. 103. 22 Gerakan Renaisan adalah gerakan pembangunan dan pengembangan kembali keilmuan untuk menghadap masa depan. Lihat Anton M. Moelyono dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Balai Pustaka, 1988), h. 741. 23
Jama’tal-Islami adalah partai revivalis Islam di Pakistan. Organisasi ini didirikan di Lahore, Pakistan pada tanggal 26 Agustus 1941. Dalam format besarnya, khususnya setelah resolusi Lahore tahun 1940 yang diusulkan oleh Liga Muslim untuk menciptakan Negara Muslim yang terpisah dari India, lihat Jhon Esposito, Ensiklopedi Dunia Islam Modern, (Bandung: Mizan, 2001), h. 42. 24
Al-Maududi, Hukum dan Konstitusi, h. 7.
Theo‐Demokrasi Dalam Pandangan Abu A’la Al‐Maududi |19
Pada tahun 1937, dia mulai betul-betul
akhirnya
Al-Maududi
memulai
usaha
memperhatikan soal-soal politik. Mulai tahun
pembaharuan Islam dengan mendirikan suatu
itu dia terlibat lebih mendalam dan langsung.
organisasi, yaitu Jama'at al-Islami di Lahore
Ketika itu, India telah mendekati titik-titik
pada bulan Agustus 1941, dan dia terpilih
kemerdekaan setelah kira-kira 150 tahun
sebagai Amir (pemimpin) sampai tahun
dikuasai oleb kerajaan Inggris. Pada saat itu,
1972.28
pengaturan konstitusional masa depan India
Dalam usianya yang semakin lanjut,
yang merdeka telah menjadi perdebatan
Al-Maududi selalu aktif dalam berbagai
berbagai partai di India yang menentang
kegiatan untuk mewujudkan Negara Pakistan
Inggris. Dalam keadaan seperti itu, Al-
yang bedasarkan al-Qur'an dan al-Sunnah.
Maududi menyadari akan bahaya besar yang
Sebagaimana
akan
Maududi selama enam puluh tahun berhenti
mengancam
eksistensi
kaum
Muslimin.25
ketika
al-Maududi demokrasi26
menolak sekuler27
dan
dinyatakannya
faham
sebagai
faham
diketahui,
ayahnya
September
1979,
tiba
perjuangan
pada
yaitu
Al-
tanggal
setelah
23
dirawat
yang
beberapa hari di sebuah rumah sakit di kota
yang
New York.29
bertentangan dengan agama. Dia menyerukan
Akhirnya umat Islam telah kehilangan
kaum Muslimin untuk tidak berjuang atas
salah seorang pejuang gigih yang terus
faham-faham tersebut karena akan merugikan
berusaha dalam menegakkan ajaran Islam di
kelompok
Dia
muka bumi ini. Kegigihan dan ketekunannya
mendesak kaum Muslimin untuk tidak ikut
dalam menegakkan ajaran Islam ini telah
serta dalam perjuangan kemerdekaan yang
menimbulkan semangat kepada orang-orang
dipimpin Kongres Nasional India dan para
yang ditinggalkannya untuk terus berusaha
pendukung nasionalisme. Karena hal itulah,
dalam menegakkan ajaran Islam.
D. Konsep Theo-Demokrasi Abu A’la Al-
Muslim
yang
minoritas.
25
Chares J. Adams “Maududi dan Negara Islm” dalam John L Esposito (ed.), Dinamika Kebangunan Islam, terj. Bakri Siregar, (Jakarta: CV. Rajawali, 1987), h. 115.
Maududi Latar Belakang Lahirnya Konsep Theo-
26
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang segenap rakyatnya diberikan kesempatan untuk turut serta dipemerintahan dengan perataraan wakilnya. Lihat Anton M.Moelyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), h. 195.
demokrasi Kondisi dan situasi social masyarakat masa kehidupan Al-Maududi merupakan
27
Sekuler adalah faham kenegaraan yang menghendaki suatu kesusilaan atau budi pekerti tidak berdasarkan ajaran agama atau pemerintahan yang tidak mengikatkan ajaran agama sebagai landasan Negara, Lihat Anton M.Moelyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), h. 797.
28 John L Esposito Kebangunan Islam, h. 119. 29
(ed.),
Dinamika
Mukti Ali, Alam Pemikiran Moderen di India dan Pakistan, (Bandung: Mizan, 1996), h. 238.
20 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 15‐27
faktor yang
sangat mempengaruhi pola
pemikiran Al-Maududi. ada beberapa faktor penting
yang
melatarbelakangi
karenanya tidak ada keistimewaan antara manusia. Al-Maududi memaparkan: Kekhalifahan yang dianugerahkan Allah kepada yang beriman ini merupakan kekhalifahan umum, dan bukan kekhalifahan terbatas. Tidak ada pengistimewaan untuk keluarga, kelompok atau ras tertentu. Setiap mukmin adalah khalifah Tuhan sesuai dengan kemampuan individunya. Dengan demikian, dia secara individual bertanggungjawab kepada Tuhan.30
lahirnya
konsep Theo-demokrasi yaitu: a. Pada tahun 1925 seorang tokoh dari gerakan kebangunan Hindu, Swami Shradanad, dibunuh oleh seorang ekstremis Islam yang berkeyakinan bahwa salah satu tugas agama bagi tiap
muslim
adalah
membunuh
orang-orang kafir. Sehingga Islam dituduh
sebagai
disiarkan
agama
dengan
yang pedang
(kekerasan).
Khalifah-khalifah Muslim)
mengangkat
Allah
(kaum
seorang
khalifah
sebagai wakil mereka untuk menerapkan aturan dari Pencipta yang telah diletakkan ke
b. Mayoritas umat Islam menginginkan
pundak khalifah-khalifah tersebut.31 Karena
didirkannya Negara Islam dengan
kedaulatan adalah hak Allah, sedangkan
sistem nasionalisme (nasionalisme
kekuasaan berada di pundak kaum muslim,
Islam).
menolak
maka konsep politik semacam ini yang oleh
menurutnya
Al-Maududi diberi istilah Theo-demokrasi
Al-Maududi
gagasan
ini
karena
gagasan
nasionalisme
merupakan
atau Demokrasi Ilahi.
produk impor dari Barat, tidak sesuai
Bagaimana
dengan ajaran Islam dan tidak dapat
menyerahkan
digunakan sebagai dasar Negara
seseorang
Islam.
pemerintahan?
Theo-demokrasi
sebagai
Sistem
Pemerintahan Islam
bahwa
cara
khalifah-khalifah
kekahlifahannya demi
terselenggaranya
Al-Maududi
pemilihan
kepada
kepala
menjelaskan Negara,
boleh
memakai cara-cara yang ada pada masa
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Al-
modern ini, yaitu sistem pemilihan umum
Maududi bahwa kedaulatan tertinggi adalah
dalam demokrasi. Dalam sejarah Islam,
hak Allah, kemudian manusia sebagai wakil-
memang mempunyai cara yang berbeda
Nya di bumi diwajibkan menjalankan aturan
dalam pengangkatan seorang kepala Negara,
yang diturunkan oleh-Nya. Oleh karena itu,
dan dengan demikian Islam tidak membatasi
posisi manusia adalah sebagai wakil-wakil Allah yang dinamakan khalifah Allah. Setiap manusia adalah khalifah Allah, dan oleh
ruang lingkupnya dalam hal ini. 30
Ibid., h. 169. Lihat pula Maududi, Khilafah dan Kerajaan, h. 65. 31
Ibid., h. 171.
Theo‐Demokrasi Dalam Pandangan Abu A’la Al‐Maududi |21
Lalu apa nama Negara Islam tersebut? Al-Maududi konsekuensi
mengatakan: logis
dari
“Sebagai
membatasi diri dalam batas-batas wilayah?
ini,
Al-Maududi menjelaskan bahwa Negara lain
organisasi-organisasi politik Negara Islam
yang ingin bergabung, dipersilahkan. Negara
disebut khilafah.”32 Adapun pemimpin yang
ini tidak membatasi dirinya dalam ruang
menjalankan pemerintahan Islam bisa disebut
lingkup geografis yang tetap, tetapi semata-
dengan nama khalifah, amîr atau imâm.
mata bersifat ideologis. Artinya diperintah
Seorang
telah
oleh ideologi Islam, dan Negara manapun
diterangkan di atas, diangkat oleh kaum
boleh bergabung bersama Negara ini. Al-
muslim untuk menjalankan aturan Ilahi, dan
Maududi menerangkan:
khalifah
kedaulatan
Lalu, apakah khilafah Theo-demokrasi
seperti
yang
Islam mendirikan Negara diatas suatu gagasan Negara yang terlepas dari kebangsaan dan mengajak seluruh manusia mengimani kepada gagasangagasannya dan bernaung dibawah benderanya.84 Negara ini berdiri atas dasar ideologi semata-mata dan tidak atas dasar ikatan-ikatan warna, ras, bahasa atau batas-batas geografis. Setiap manusia, dimanapun mereka berada di muka bumi ini, dapat menerima prinsip-prinsipnya apa bila ia ingin dan menggabungkan diri ke dalam sistemnya, dan memperoleh hak-haknya, sama persis tanpa perbedaan, kefanatikan atau kekhususan.34
dengan begitu, kekuasaan berada ditangan kaum
muslim.
Dari
bentuk
ini,
yakni
kekuasaan dari kaum muslim, tampaknya agak condong kepada demokrasi, dalam hal kekuasaan di pundak rakyat. Al-Maududi memaparkan: Inilah yang membedakan khilafah Islamiyah dari sistem kerajaan, pemerintahan kelas atau pemerintahan para pendeta agama. Dan ini pulalah yang mengarahkan khilafah Islamiyah ke arah demokrasi, meskipun terdapat perbedaan asasi antara demokrasi Islami dengan demokrasi Barat—yaitu bahwa dasar pemikiran demokrasi Barat bertumpu atas kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Adapun demokrasi dalam khilafah Islamiyah, rakyat mengakui bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan Allah dan dengan suka rela dan atas keinginannya sendiri, menjadikan kekuasaannya dibatasi oleh batasanbatasan perundang-undangan Allah SWT.33 32 Ibid., h. 195. 33
Maududi, Khilafah dan Kerajaan, h. 61-62. Maududi juga mengatakan: Konsep kehidupan seperti ini menjadikan khilâfah Islam sebagai suatu demokrasi, yang pada inti dan dasarnya merupakan anti-tesis bentuk pemerintahan teokrasi, monarki dan kepausan. Lihat pula Maududi, Hukum, hlm. 243
Negara khilafah Theo-demokrasi tidak bersifat satu Negara untuk seluruh kaum muslim, melainkan boleh mendirikan banyak Negara, dengan catatan bahwa antara Negara itu tidak menonjolkan nasionalisme kesukuan. Negara-negara
Islam
harus
menjalin
persaudaraan dan kasih sayang dan saling tolong menolong antar Negara-negara Islam tersebut bila menyangkut kepentingan kaum muslim.
Kemudian
Negara-negara
Islam
34
Maududi, Metoda Revolusi Islam. terj. Mohammad Tholib (Yogyakarta: Ar- Risalah, 1983), h.21.
22 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 15‐27
diharuskan membuat persatuan internasional,
disebut Negara muslim, yang diantara mereka
dimana harus ada satu keputusan yang
terjalin persaudaraan dan kasih sayang.
diambil bersama untuk kepentingan kaum muslim ditingkat internasional. Al-Maududi
E. Lembaga Khilafah Theo-demokrasi Ada tiga lembaga tinggi Negara yang
menjelaskan: …apabila diberbagai tempat diatas bumi ini terdapat beberapa Negara seperti ini, maka semuanya adalah ‘Negara Islam” yang dapat saling tolong menolong dan bantu-membantu diantara mereka, sebagaimana layaknya antara sanak saudara yang saling mengasihi, tidak bertarung atas dasar nasionalisme atau ikatan-ikatan kebangsaan yang beragam. Dan apa bila mereka sama-sama mencapai persetujuan, mereka pun dapat membentuk perdamaian internasional dan kesatuan pendapat umum yang bersifat internasional.35
berfungsi secara terpisah dan mandiri satu sama lainnya. Menurut Al-Maududi, lembaga tinggi Negara adalah legislatif, eksekutif dan yudikatif.36 Legislatif Menurut
Al-Maududi,
lembaga
legislatif37 sama dengan ahlul halli wal ‘aqd, yaitu lembaga penengah dan pemberi fatwa, namun
segala
dikeluarkannya
undang-undang bukan
dari
yang
kehendak
mayoritas, tetapi harus digali dari Kitabullah
Dalam penjelasan di atas, penulis
dan hukum yang dikeluarkan itu tidak berada
berpendapat bahwa bisa jadi Negara Islam
pada wilayah yang telah mempunyai status
yang dimaksud Al-Maududi adalah berbentuk
hukum yang jelas dalam hukum Islam.38
Negara
yang
Dalam istilah lain, lembaga legislatif ini
mempunyai pemerintahan daerah otonomi
dikenal dengan majelis syuro atau dewan
yang kemudian bersatu dalam kepemimpinan
permusyawaratan.39
federal,
yakni,
Negara
umum. Atau juga benar-benar berbentuk Negara-negara
yang
tidak
Bila dalam Kitabullah mempunyai
satu
interpretasi lebih dari satu, maka legislatif
kepemimpinan, tetapi antar warga dalam
yang berwenang untuk memasukkan mana
Negara-negara itu, tidak terikat dengan
36 Ibid., hlm. 266-267.
nasionalisme mereka. Dengan maksud lain,
37
Negara Islam yang diinginkan Al-Maududi tersebut, walau berpisah dalam administratif dan
bersatu
dalam
bentuk
kesatuan
internasional, namun di antara warga-warga mereka bisa berpindah-pindah dari Negara satu ke Negara lain, karena semuanya tetap 35 Ibid., h. 23.
Legislatif atau legislature dalam perspektif demokrasi Barat adalah membuat undang- undang. Legislatif juga dikenal dengan Parliament, istilah lain yang juga sangat dikenal adalah People’s Representative Body atau Dewan Perwakilan Rakyat. Fungsi legislatif, ada dua: pertama menentukan kebijakan dan membuat undang-undang. Kedua, mengontrol badan eksekutif agar sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Lihat Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 315 dan 322323. 38
Maududi, Hukum, h. 245.
39
Ibid., h. 259.
Theo‐Demokrasi Dalam Pandangan Abu A’la Al‐Maududi |23
yang tepat sebagai bagian dari undang-undang
pemilihan umum yang ada dalam sistem
dan juga yang berwenang sebagai pemberi
demokrasi, asalkan tidak dicemari
fatwa.
tidak
praktek kotor yang menjatuhkan nama baik
dalam
demokrasi ala Islam.40 Namun, batasan masa
permasalahan tertentu, maka lembaga ini
jabatan seseorang yang duduk dalam legislatif
berhak mengeluarkan undang-undang yang
menurut hemat penulis tidak ditentukan oleh
tetap menjaga semangat dari hukum Islam.
Al-Maududi.
Jikalau
diperoleh
dalam
keterangan
Kitabullah yang
jelas
Begitu juga, bila sama sekali tidak ada
Walaupun
yang
menjadi
oleh
anggota
pedoman dalam Kitabullah untuk sebuah
legislatif adalah kaum muslim, namun khusus
kasus tertentu, maka lembaga ini punya hak
untuk
bebas untuk mengadobsi atau membuat
memberikan alternatif lain, yaitu membuat
hukum yang tentu tidak melanggar dari
dewan
hukum Islam. Lembaga legislatif harus selalu
aktivitasnya
mengontrol kebijakan eksekutif.
usulan kepada legislatif yang berhubungan
Syarat
untuk
menjadi
anggota
warga
non-muslim,
perwakilan berkisar
Al-Maududi
tersendiri dalam
dengan
mengajukan
dengan hukum pribadi mereka; mengajukan
legislatif yaitu beriman kepada syariat dan
keberatan
bertekad bulat untuk mematuhinya, memiliki
diberlakukan kepada mereka; mengajukan
pengetahuan bahasa Arab agar memahami Al-
pertanyaan-pertanyaan
Qur’an, dan sanggup mengambil kesimpulan
permasalahan dalam kelompok mereka dan
dari Sunnah yang shahih, seorang laki-laki,
permasalahan Negara secara keseluruhan.41
muslim, waras dan dewasa, warga Negara
Eksekutif
Islam serta memiliki watak terpuji dan
terhadap
Menurut 42
suatu
hukum
terhadap
Al-Maududi,
yang
segala
lembaga
kelakuan baik, yang mempunyai kemampuan
eksekutif
untuk menyusun dan menggali undang-
Ilahi, juga untuk mendorong masyarakat agar
undang dari Kitabullah. Anggota legislatif dipilih oleh kaum muslim melalui pemilihan
40 Ibid., h. 263. 41
umum yang telah ditentukan dan diumumkan kriteria-kriterianya sebagai seorang calon oleh panitia pemilihan umum, atau ditentukan oleh hakim. Para anggota legislatif dipilih dari orang-orang yang berpegang teguh pada kejujuran, kemampuan dan kesetiaan dalam ketakwaannya. Sedangkan bentuk pemilihan anggota
legislatif,
bisa
memakai
cara
adalah untuk menegakkan hukum
42
Ibid., h. 320.
Tugas badan eksekutif menurut asas Trias Politika hanya melaksanakan kebijaksanaankebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh legislatif serta menyelenggarakan undang-undang yang dibuat oleh legislatif. Wewenang eksekutif adalah kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang, menyelenggarakan administrasi Negara; kekuasaan untuk mengatur polisi dan angkatan bersenjata, menyelenggarakan perang, pertahanan Negara, serta keamanan dalam negeri. Memberi grasi, amnesty, menyelenggarakan hubunga diplomatik dengan Negara-Negara lain, dan lain-lain. Lihat Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, hlm. 295-297.
24 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 15‐27
selalu menjalankan hukum Islam dalam kehidupan
mereka.43
sehari-hari
Adapun yang memilih khalifah adalah
Kepala
kaum muslim, sebab kekahlifahan yang
Negaranya, yaitu khalifah adalah mempunyai
berada di pundak kaum muslim itu harus
tertinggi.44
Masa
dengan suka rela menyerahkan, mengangkat
pemerintahannya, hemat penulis, Al-Maududi
satu khalifah dalam Negara Islam untuk
tidak dibatasinya dalam periode. Disisi lain,
melaksanakan hukum-hukum Ilahi. Tidak
hanya
menerima
boleh ada yang mengaku hak istimewa untuk
ketaatan dan kesetiaan dari rakyat. Segala
menduduki jabatan khalifah, dan dilaksanakan
problem masyarakat diputuskan oleh khalifah.
pemilihannya berdasarkan kehendak bebas
Al-Maududi menjelaskan:
kaum-muslim, tanpa ada pemaksaan atau
kedudukan
yang
khalifah
yang
berhak
…hanya amîr satu-satunya orang yang berhak menerima ketaatan dan kesetiaan rakyat, dan bahwa rakyat mendelegasikan sepenuhnya hak mereka untuk mengambil keputusan mengenai hajat hidup mereka.45
ancaman,
juga
tidak
diperbolehkan
memonopoli jabatan amîr pada golongan tertentu.
Kemudian
yang
menentukan
pendapat umum, dalam Islam tidak ditentukan ruang lingkup dan caranya.46
Walaupun segala persoalan berada di pundak khalifah, namun khalifah harus mempertanggungjawabkan kepada parlemen, dalam hal ini lembaga permusyawaratan. Di samping itu, khalifah juga bertanggungjawab kepada masyarakat umum, menyampaikan kegiatan-kegiatannya usai sholat dan juga bisa disampaikan lewat khutbah jumat. Para
pejabat
tidak
memberhentikan
bekerja
dapat
begitu
saja
atau
mempengaruhi
pendapat-pendapat bawahannya. Bila khalifah ingin
mengambil
diharuskan
untuk
keputusan
penting,
berkonsultasi
dengan legislatif. 43
Maududi, Hukum, h. 247-248.
44
Ibid., h. 249.
45
Ibid., h. 264.
Menurut
Al-Maududi,
lembaga
yudikatif47 dalam terminologi Islam disebut dengan Qadla. Lembaga Yudikatif juga dikenal dengan Mahkamah Agung (disingkat MA) MA diangkat oleh khalifah untuk memutuskan suatu perkara, baik yang terjadi antar masyarakat dengan pemerintah, maupun
eksekutif
langsung di bawah kendali khalifah, tetapi khalifah
Yudikatif
ia
langsung
antara masyarakat dengan masyarakat.48 Lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif dalam theo-demokrasi bentuknya sama dengan lembaga legislatif (DPR), eksekutif (Presiden) dan yudikatif pada teori trias politika Montesquieu dan demokrasi modern, 46 Ibid., h. 258-259. 47
Dalam konsep trias politika dalam doktrinnya yang benar adalah adanya pemisahan kekuasaan yang tegas dan mutlak di antara ketiga cabang kekuasaan: legislatif, eksekutif dan yudikatif. Lihat Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 350. 48
Maududi, Hukum, h. 248.
Theo‐Demokrasi Dalam Pandangan Abu A’la Al‐Maududi |25
hanya berbeda pada asas yang menjadi landasan dalam mengatur ketiga lembaga tersebut. Dalam trias politika yang menjadi asas dasarnya adalah kedaulatan rakyat, sedangkan dalam theo-demokrasi berasaskan kedaulatan Tuhan.
pemerintahan
Islam
modern, hanya berbeda pada asas yang menjadi landasan dalam mengatur ketiga lembaga tersebut. Dalam trias politika yang menjadi asas dasarnya adalah kedaulatan rakyat, sedangkan dalam theo-demokrasi
F. Kesimpulan dan Implemantasi Sistem
trias politika Montesquieu dan demokrasi
yang
digagas oleh Al-Maududi dan dikenal dengan sebutan Theo-demokrasi merupakan implikasi dari keadaan masyarakat India saat itu dan pergolakan social antara umat Islam dan umat Hindu. Di awali dengan terbunuhnya salah satu tokoh dari gerakan kebangunan Hindu. Pergesekan antara umat Islam yang diwakili
berasaskan kedaulatan Tuhan. Dari asas yang berbeda terdapat perbedaan dengan sistem demokrasi modern yaitu eksekutif tidak memiliki masa jabatan, wanita tidak dapat menjadi anggota legislatif, meskipun telah terjadi pembagian kekuasaan pada sistem Theo-demokrasi
pasca merdeka dari jajahan Inggris. Umat Hindu ingin Negara berasaskan nasionalisme dengan sistem demokrasi, sedangkan AlMaududi menginginkan Negara berasaskan Kedaulatan
Tuhan
(Allah)
sebagai
Theo-demokrasi
adalah
selayaknya tidak menolak semua yang datang dari dunia Barat melainkan dengan bijaksana melihat, menyaring dan mengambil pelajaran yang
baik
sehingga
kelak
kita
dapat
mengembalikan kejayaan Islam dengan tidak mendiskriminasikan bangsa dan kaum lain. Daftar Pustaka
sistem
pemerintahan Islam yang digagas oleh AlMaududi sebagai sistem pemerintahan yang mengatur kehidupan bernegara umat Islam. Theo-demokrasi ini akan digunakan dalam menjalankan Negara Islam (khilafah). Sistem Theo-demokrasi terbagi atas 3 lembaga penting yaitu lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif
masih
Kita sebagai intelektual muda Islam
konsekuensi ketauhidan umat Islam kepada Allah.
eksekutif
mempunyai kekuasaan yang tinggi.
oleh Al-Maududi dan umat Hindu dalam merumuskan bentuk pemerintahan di India
namum
dalam theo-demokrasi bentuknya
sama dengan lembaga legislatif (DPR), eksekutif (Presiden) dan yudikatif pada teori
Ali, Mukti. 1996. Alam Pemikiran Moderen di India dan Pakistan. Bandung: Mizan. Al-Maududi, Abu A’la. 1984. Khilafah dan Kerajaan: Evaluasi Kritis atas Sejarah Pemerintahan Islam. terj. Muhammad al-Baqir. Bandung: Mizan. ___________. 1985. Prinsip-prinsip Islam. terj. Abdullah Suhaili. Bandung: AlMa’arif. ___________. 1986. Gerakan Kebangkitan Islam. terj. Hamid LA. Bandung: Risalah. ___________. 1995. Hukum dan Konstitusi: Sistem Politik Islam. terj. Asep Hikmat. Bandung: Mizan.
26 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 15‐27
Budiardjo, Miriam. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Engineer, Asghar Ali. 2000. Revolusi Negara Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Espito, Jhon L. 1990. Islam dan Politik. terj. H.M. Joesoep Sou’yb. Jakarta: Bulan Bintang. ____________. 1987. Dinamika Kebangunan Islam. terj. Bakri Siregar. Jakarta: CV. Rajawali. ____________. 2001. Ensiklopedi Dunia Islam Modern. Bandung: Mizan. Moelyono, Anton M. dkk. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka. Nasir, Mohammad. 1985. Metode Penelittian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nasution, Harun (et al). 1992. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djembatan. Rahnema, Ali. 1998. Para Perintis Zaman Baru Islam. Bandung: Mizan. Rais, Muhammad Dhiauddin. 2001. Teori Politik Islam. terj. Abdul Hayyie alKattani. Jakarta: Gema Insani Press. Sjadzali, Munawir. 1993. Islam dan Tata Negara: Ajaran. Sejarah dan Pemikiran. Jakarta: UI-Press. Tamana, M Nasir dan Elza Peldi Taher (ed.). 1996. Agama dan Dialog Antar Peradaban. Jakarta: Paramadina. Thaha, Idris. 2005. Demokrasi Religius Pemikiran Politik Nurcholish Madjid dan M. Amin Rais. Jakarta: TERAJU. Tim ICCE UIN Jakarta. 2003. Demokrasi. HAM. dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN. Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah. 1992. Ensiklopedia Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan. 1992. Yamani. 2002. Filsafat Politik Islam. Bandung: Mizan.
Theo‐Demokrasi Dalam Pandangan Abu A’la Al‐Maududi |27
PERSPEKTIF ISLAM TERHADAP ILMU PENGETAHUAN Oleh: Hj. Duriana1 ABSTRAC
This paper is a research on the Islamic perspective on Science. The purpose of this study was to determine how the Islamic perspective on science in order to answer the challenges of the times. The main issues are the focus of this study is: How can the Islamic perspective on science? This study is a research library with a theological approach. This approach is used to weigh the charge of Islamic religious teachings derived from the Qur'an and Sunnah, for the sake of the mission of Islam as well as to distinguish religious studies with other studies. Based on the results of the study found that Islam places great emphasis on studying and uplift those who have knowledge. Islam emphasizes to find useful knowledge does not distinguish between theology and general science (non-religion / world). Key words :Islam, science, science, technology A. Pendahuluan
hanya antara agama dan ilmu pengetahuan,
Di dunia Timur apalagi di Barat,
tapi juga antara agama dan idiologi yang
Agama karena sifatnya memiliki ajaran-ajaran
dihasilkan oleh pemikiran modern yang erat
absolut, sudah umum dinilai bersifat statis,
hubungannya dengan kemajuan yang dicapai
dan tidak sejalan bahkan bertentangan dengan
dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara
modern. Semua ini menimbulkan nilai-nilai
sains dan teknologi mengalami perubahan dan
baru
oleh karena itu bersifat dinamis. Disinilah
bertentangan dengan nilai-nilai lama yang
terletak pertentangan antara agama yang
dipertahankan oleh agama. Dampak lebih jauh
bersifat statis dan ilmu pengetahuan dan
dari pertentangan ini terutama di dunia yang
teknologi yang bersifat dinamis.
sedang
Ilmu
pengetahuan
dan
ilmu
yang
pengetahuan
tidak
berkembang
dan
sedikit
teknologi
diantaranya
termasuk
Negara
teknologi
Indonesia yang masih mencari-cari atau
terutama pada zaman modern ini, mengalami
memantapkan idenitasnya dapat menimbulkan
banyak perubahan dan perkembangan sangat
instabilitas dalam kehidupan bernegara dan
cepat sedang agama bergerak dengan lambat
berbangsa.
sekali, karena itu terjadi ketidak harmonisan antara agama
dan ilmu pengetahuan serta
Suatu hal yang paling memilukan yang dialami umat Islam seluruh dunia
teknologi, agama tidak dapat mengikuti
dewasa
kemajuan yang dicapai ilmu pengetahuan dan
persoalan ilmu pengetahuan dan teknologi,
teknologi. Pertentangan itu terjadi bukan
padahal
1
Hj. Duriana adalah dosen Fakultas Ushuluddin & Dakwah IAIN Ambon. Dr. dalam bidang Pemikiran Islam.
ini
adalah
untuk
ketinggalan
kebutuhan
dalam
kontemporer
kehadiran Iptek merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditawar, terlebih-lebih Iptek dapat membantu dan mempermudah manusia
28 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 28‐40
dalam memahami kekuasaan Allah dan
sekitar 90 karya ilmuan Muslim ke dalam
melaksanakan tugas kekhalifaan.
bahasa Latin, termasuk karya al-Battoni, al-
Empat belas abad yang lalu, abad ke
Farabi Ibn Hayyan dan Ibn Khaitam.3 Bahkan
enam Masehi, Allah swt melalui ayat yang
banyak karya muslim yang dibajak dengan
pertama turun, surah al-alaq ayat 1-5,
jalan menyalinnya dalam bahasa Latin dan
memerintahkan kepada manusia agar ummat
mengganti nama pengarang aslinya dengan
manusia menguasai ilmu pengetahuan dan
nama penyalin itu sendiri. Barat yang tadinya
teknologi.
mengalami
Sejak saat itu melalui berbagai
zaman
kegelapan
mulai
kegiatan ilmiah yang dinamis, terbuka dan
mengalami zaman pencerahan dan mengambil
jujur, tokoh dan ilmuan Islam turut berperan
alih peran Islam dalam memandu peradaban
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
dunia
dan teknologi, dan menghadirkan penemuan
Sejarahpun
terbalik,
Islam
yang
dalam berbagai disiplin ilmu. Nama-mama
tadinya memandu peradaban dunia sedikit
seperti Ibnu Hayyan, al-Khawarismi, al-kindi,
demi sedikit bergeser ke Barat dan puncaknya
al-Farabi, Ibnu Sina, Ibn Al-Khaitam, Al-
adalah munculnya humanisme, rasionalisme
Biruni, Al-Ghazali dan lain-lain
dan emperisme di zaman modern sebagai
adalah
ilmuan-ilmuan yang pernah dicetak oleh zaman keemasan Islam.
2
pertanda
babak
baru
kemajuan
ilmu
pengetahian dan teknologi Barat.
Adanya berbagai krisis politik dan juga krisis internal dalam pemikiran yang
B. Rumusan Masalah.
dialami, peranan ummat Islam menurun dan
Berdasarkan uraian latar belakang di
sangat memprihatinkan. Dimasa kejayaan
atas dapatlah dirumuskan pokok masalah
Islam orang-orang Barat berdatangan ke
yang menjadi obyek penelitian ini, yaitu:
Universitas-Universitas Islam yang berada di
Bagaimana perspektif
Cordova dan Toledo (Andalusia-Spanyol)
pengetahuan?
untuk belajar dan menerjemahkan buku-buku
C. Sekilas Tentang Islam Dan Ilmu Pengetahuan
dan karya tokoh dan ilmuan Muslim. Dalam buku Al-Islam dan Iptek diperoleh informasi
Islam terhadap ilmu
Islam
bahwa salah seorang ilmuan Barat yang
Pembacaan terhadap beberapa kamus
bernama Gerado de Cremona, menyalin
bahasa Arab ditemukan bahwa kata Islam
dalam bahasa Arab akar katanya adalah s-l-m,
2
Mengenai tokoh-tokoh sains Islam dapat dilihat dalam Seyyed Hossein Nasr, Science and Civilization in Islam , diterjemahkan oleh J. Mahyudin dengan judul Sain dan Peradaban dalam Islam (cet. I, Bandung: Pustaka, 1986), h.23-41.
3
Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ Jakrta, Al-Islam dan Iptek, Edisi I, (Cet I; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998)¸h.105-107. Perspektif Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan |29
Secara umum kata ini mempunyai dua
kepada masyarakat mansuia melalui Nabi
kelompok makna dasar yaitu: (1) selamat,
Muhammad saw. sebagai rasul. Islam pada
bebas, terhindar, terlepas dari, sembuh,
hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang
meninggalkan; (2) tunduk, patuh, pasrah,
bukan hanya mengenai satu segi tetapi
menerima. Kedua kelompok makna dasar ini
mengenai berbagai segi dari kehidupan
saling terkait dan tidak terpisah satu sama
manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang
4
lain. Salima juga berarti murni seperti dalam
mengadung berbagai aspek itu ialah al-Qur’an
ungkapan
salima lahu asy-sya’ artinya
dan hadis. 8
sesuatu itu murni milik/untuknya.5 Artinya
Kata
Islam
memiliki
jaringan
bebas dari persekutuan dengan orang lain.
konseptual yang kaya, karena itu tidak
Dalam kaitan ini aslama juga berarti ‘akhlasa
berlebihan kalau di dalam al-Qur’an ia dipilih
ad-dina
untuk menjadi nama agama (diin) baru yang
lillah’,
artinya
memurnikan 6
kepatuhan hanya kepada Allah.
diwahyukan Allah melalui nabi Muhammad secara
saw. dengan menyisihkan nama lain yang
terminologi akan kita jumpai rumusan yang
juga memiliki makna yang serupa. Kata Islam
berbeda-beda.
Dalam Ensiklopedi Agama
ini kemudian digandengkan dengan kata diin
dan Filsafat bahwa Islam adalah agama Allah
yang juga memiliki makna konseptual yang
yang diperintahkan-Nya untuk mengajarkan
luas; seperti dalam Q.S. Ali-Imran /3: 19.
tentang
َ ِين ع َ إ َّن ٱ ّل ُِۗند ٱ َّ ِ ٱ ۡل ۡس َلٰم ِ ِ َب إ َّ ِم ۢن َب ۡع ِد ما َ ِٰين أُوتُوا ْ ٱ ۡلك َِت َ ٱ َّل ِ ۡ ۡ ُ ٓ ۡ ُۡ َجا َءه ُم ٱلعِل ُم َبغ َيۢا بَ ۡي َن ُه ۡمۗ َو َمن يَكف ۡر ۡ ُ َ َ َّ َّ َ َّ َ َ ٰ ٱ ن إ ف ٱ ي ت ١٩ اب ِ ِ ِ سيع ٱل ِس ِ ِ
Adapun
pengertian
pokok-pokok
Islam
serta
peraturan-
peraturannya kepada Nabi Muhammad saw. dan menugaskanNya untuk menyampaikan agama tersebut kepada seluruh manusia dengan
mengajak
memeluknya.
7
mereka
untuk
Harun Nasution
mengatakan bahwa Islam menurut istilah adalah, ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan
ََ ۡ َو َما ٱخ َتلف
4
Lihat Luis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lugah wa al-A’lam, (Beirut : Dar al-Masyriq, 1975), h.347. 5
Az-Zamakhsyary, Asas al-Balaghah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), h. 306. Lihat juga Ibn Manzur, Lisan al-Arab, (Mesir: al-Dar al-Misriyah li al-Ta’lif wa al-tarjamah, tt ), h. 186. 6
Unais, Mu’jam al-Wasith, Jilid I, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1994), h. 446. 7
Mochtar Effendi, Ensiklopedi Agama dan Filsafat, Buku II, Cet. I, (Palembang: Universitas Brawijaya, 2001), h.500.
Terjemahnya: Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi kitab, kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barang siapa ingkar terhadap 8
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I ( Cet. V, Jakarta: UI Press, 1979 ), h. 17.
30 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 28‐40
ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-Nya.9 Islam secara umum dipahami sebagai agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
telah mencapai tahap kesempunaan (Q.S. anNisa/5:3) karenanya risalah Islam bersifat universal (Q.S. 21:107; Q.S.Saba”/34:28).10 Selama pemikiran yang diupayakan
saw, beberapa penulis Barat menyebutnya dengan Muhammdanisme, suatu istilah yang sama sekali tidak dikenal oleh kalangan ummat Islam sendiri. Perkataan Islam berasal dari kata silm yang berarti damai. Karena itu Islam mengandung makna masuk kedalam suasana
atau
keadaaan
damai
dalam
kehidupan individual maupun sosial. Sesuai dengan
namanya
sebagai
agama,
Islam
mengajarkan nilai-nilai dan norma yang membawa para penganutnya bersikap damai dengan Tuhannya dan bersikap damai dengan
Dalam keyakinan seorang muslim semua agama samawi yang dibawa oleh para nabi sepanjang zaman mengajarkan inti ajaran sama
yaitu
tawhid
(Q.S.
al-
Baqarah/2:25. Perbedannnya hanyalah pada syariat atau aturan yang mengatur kehidupan manusia sesui dengan zamannya masingmasing Q.S. al-an-Nisa/5:48), Karena itu dalam perspektif Islam semua agama samawi atau agama wahyu yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Esa adalah agama Islam (Q.S. ali Imran/3:18). Kedatangan nabi Muhammad saw sebagi khatam al-nabiyyin atau penutup segala nabi (Q.Sal-Ahzab//33:4) adalah untuk membawa agama Islam yang 9
pemikir muslim, dalam bidang atau
jalur manapun, berada dalam batas-batas yang tidak bertentangan dengan ajaran al-Qur’an dan sunnah Nabi (tidak menabrak pagar keduanya), maka pemikiran tersebut dapat dikatakan pemikiran Islam. Jadi ada atau bisa ada pemikiran Islam dalam semua aspek kehidupan, teologi, ibadat, etika, filsafat mistik,
ekonomi
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya.
pendidikan
dan
lain
sebagainya. Kendati masih dalam batas-batas yang tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan sunnah
sesama makhluk.
yang
setiap
Nabi,
keberagaman
pamikiran
dikalangan ummat Islam tetapa ada. Oleh karena itu orang akan menjumpai misalnya bahwa pada jalur teologi terdapat pula jalur (sub jalur yang ditempuh) kaum salafiah, jalan kaum Mu’tazilah, kaum Asy’ariyah dan jalan kaum Maturidiyah. Pada jalur ibadah dan muamalat terdapat pula jalan-jalan (subsub jalur) Hanafiah, Malikiyah, Syafi’iyah, Hambaliyah dan lain-lain. Demikian pula pada jalur atau bidang yang lain: telah atau bisa disebut pemikiran atau pemahaman yang berbeda, tapi sama-sama Islami atau samasama berada dalam kebenaran Islam, asal saja tidak bertentangan dengan jalan al-Qur’an dan Sunnah Nabi. 10
Lihat Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 7, Cet. I, (Jakarta: PT. Cipta Adipustaka, 1989), h.248. Perspektif Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan |31
Ilmu Pengetahuan.
mengandung lebih dari satu arti. Oleh karena
Dilingkungan pendidikan, terutama
itu dalam menggunakan istilah tersebut
pendidikan tinggi, boleh dikatakan setiap
memerlukan penjelasan yang lebih rinci agar
waktu istilah ilmu diucapkan dan sesuatu ilmu
kita tidak dibingungkan ilmu mana yang
diajarkan.
Tampak
dimaksud dalam penelitian ini.
digunakan
untuk
bahwa
yang
lazim
adalah
ilmu
Menurut cakupannya, pertama-tama
pengetahuan. Seperti misalnya sebutan pada
ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang
dan sebutan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
dipandang sebagai suatu kebulatan, jadi
atau Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Akhir-
dalam pengertian yang pertama mengacu
akhir ini ketika pengaruh bahasa Inggris
kepada ilmu secara umum. Arti yang kedua
semakin kuat di Indonesia, sebutan untuk
adalah menunjuk pada masing-masing bidang
ilmu pengetahuan lebih popular dengan istilah
pengetahuan ilmiah yang khusus membahahas
Sains dan teknologi.
obyek tertentu, seperti ilmu antropologi,
hal
ini
Menurut The Liang Gie, bahwa
biologi, geografi, sosiologi dan lain-lain,
meskipun setiap saat diucapkan dan dari
dalam pengertian ini ilmu berati sesuatu
waktu-kewaktu
cabang ilmu khusus.
diajarkan,
namun
tidak
banyak dilakukan pembahasan mengenai ilmu
Istilah science seringkali juga dipakai
itu sendiri, dalam arti bahwa meskipun setiap
untuk menunjuk gugusan ilmu-ilmu kealaman
orang sudah mengucapkan kata ilmu dan
atau natural sciences yang dalam bahasa
mempelajari macam-macam ilmu, namun
Indonesia
hakikat dari ilmu belumlah dipahami secara
Pengetahuanalam (IPA). Natural sciences
benar. Indikasi ini menurutnya dapat dilihat
terjemhannya yang tepat adalah ilmu-ilmu
dari penggunaan istilah ‘ilmu pengetahuan’
kealaman inilah yang biasanya dimaksud
merupakan suatu pleonasme yaitu pemakaian
dalam ungkapn ‘sains dan teknologi’ yang
lebih dari satu perkataan yang sama artinya.
biasa diberi pengertian sebagai the study of
Padahal untuk pengertian yang dicakup oleh
natural sciences and the application of this
kata Inggris ‘science’ cukuplah disebut ilmu
knowledge for practical purposes (penelaahan
tanpa menambah kata ‘pengetahuan’.
11
Istilah ilmu adalah suatu perkataan
11
Lihat penjelasan The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu,Edisi II, Cet. III, (Yogyakarta: Liberti, 1997), h.85.
dengan
Ilmu
dari ilmu-ilmu kealaman dan penerapannya untuk maksud-maksud praktis). Secara umum ilmu biasa didefenisikan
yang mempunyai makna yang ganda yakni
diterjemahkan
sebagai suatu kumpulan yang sistimatis dari pengetahuan
32 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 28‐40
(any
sistimatic
body
of
knowledge).12 Juga terdapat pengertian bahwa
mencari kebenaran adalah lewat hipotesa,
ilmu
yang
teori dan dalil atau hukum alam. Ilmu bersifat
dihimpun dengan perantaraan metode ilmiah
sementara, karena itu ia nisbi (relative).
(all knowledge collected by means of the
Penemuan baru dapat merubah pandangan,
adalah
semua
scientific method).
pengetahuan
13
Sarjana
pendapat, kesimpulan, teori. Karena ilmu ilmu
sosial
juga
mendefenisikan ilmu sebagai suatu cara yang
adalah hasil dari penelitian maka penelitian pulalah yang menguji benar salahnya.14
teratur untuk memperoleh pengetahuan (an
Dalam bahasa Arab kata al-‘ilmu
organized way of obtaining knowledge )
berarti pengetahuan (knowledge), sedang kata
daripada sebagai kumpulan yang teratur dari
ilmu dalam bahasa Indonesia merupakan
pengetahuan. Di sini tersirat intisari dari ilmu
terjemahan Science. Ilmu dalam pengertian
adalah suatu metode. Berdasarkan uraian
science hanya sebahagian dari al-‘ilmu’ dalam
pengertian ilmu di atas dapat diketahui bahwa
bahasa Arab. Sedang yang dimaksud dengan
antara aktifitas, metode dan pengetahuan,
pengetahuan adalah semua yang diketahui,
ketiganya saling berkaitan satu sama lain.
adapun pengetahuan sain adalah pengetahuan
Sidi Gazalba mejelaskan bahwa kata
yang berdasarkan logika (dalam arti rasional)
‘ilmu’ berasal dari bahasa Arab yaitu dari
dan didukung oleh bukti empiris. Dan bukti
alima yang berarti pengetahuan. Dalam
empiris inilah yang lebih ditonjolkan dalam
bahasa Indonesia ekuivalen dengan istilah
pengetahuan
science. science berasal dari bahasa Latin
buktikan bahwa pengetahuan itu rasional dan
scio, scire yang juga berarti pengetahuan.
tunjukkan bukti emperisnya.15
Adapun
adalah
Adapun obyek penelitian sain adalah semua
pengetahuan yang pasti, eksat dan betul-betul
obyek yang empiris, obyek ini diperlukan
terorganisir. Yang berdasarkan fakta dan
untuk menguji obyek yang rasional yang telah
tersusun
dirumuskan dalam hipotesa.
pengetahuan
baik.
Adapun
Ilmu
kandungan
dari
pengetahuan ilmu adalah: hipotesa, teori dan
Adapun
sain.
obyek
Formulanya
ilmu
adalah
pengetahuan
dalil atau hukum. Ilmu haruslah sistimatis dan
adalah semua makhluk. Jumlah makhluk di
berdasarkan
berusaha
alam ini tak dapat dihitung, ini berarti bahwa
mencapai generalisasi. Namun demikian ilmu
jumlah ilmu pengetahuan juga tak dapat
adalah nisbi karena tahap-tahap ilmu dalam
metodologi
dan
12 13
Ibid, h. 86.
Ibid.dapat pula dilihat dalam Jujun S. suryasumantri, Filsafat ilmu, Sebuah Pengantar popular (Cet. XI, Jakarta: Pustaka Sinar harapan,1998),h.141-143.
14
Sidi gazalba,Sistimatika Filsafat, cet. VI, (Jakarta: Bulan Bintang,1992),h.39-40 15
Lihat selengkapnya dalam penjelasan Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, mengurai Ontolog, Epistimologi dan Axiologi pengetahuan, (cet. III. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h.1-6. Perspektif Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan |33
dihitung. Karena itu dalam kaitan dengan penelitian membatasi
dalam
penelitian
pengertian
ilmu
ini
penulis
pengetahuan
sebatas dengan pengertian sains dalam bahasa Inggris.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, (2) Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa
D. Ilmu Penhgetahuan Dalam Al-Qur’an
Penghargaan Al-Qur’an Terhadap Ilmu Salah satu ciri yang membedakan
Islam
dengan
yang
lainnya
penekanannya terhadap ilmu (sains).
adalah Al-
Qur’an dan Al-Sunnah mengajak kaum muslimin untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orangorang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Di dalam Al-Qur’an kata ilmu dan kata-kata jadiannya digunakan lebih dari 780 kali.
Beberapa
ayat
Al-Qur’an
yang
diwahyukan pertama kepada nabi Muhammad saw , menyebutkan pentingnya membaca,
Malaikat pun
sujud kepada Adam setelah
Tuhan mengajarkan kepada Adam namanama dalam arti Malaikat sujud karena Adam lebih mempunyai ilmu daripada Malaikat. Juga al-Qur’an menjelaskan bahwa tidak sama antara orang yang mengetahui dan yang tidak mengetahui. (Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangorang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
pena dan ajaran untuk manusia. Dalam QS. Al-‘Alaq (1-5) Allah berfirman:
َ َّ ۡ َۡۡ َ َخلَق١ ك ٱ َّلِي َخلَ َق ِ ٱقرأ ب ِٱس ِم رب ۡ ََ ۡ َ ۡ َ ُّ َ َ ۡ َ ۡ ُك َرم ٰ َ ٱ ِل ٱقرأ وربك ٱل٢ نس َن م ِۡن عل ٍق ۡ َّ ٰ َ َع َّل َم ٱ ِل٤ ٱلِي َع َّل َم ب ِٱ ۡل َقلَ ِم٣ نس َن َما َ َ ٥ ل ۡم َي ۡعل ۡم
(Dan perumpamaan-perumpamaan Ini kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu). Di
dalam
hadis-hadis
nabi
juga
terdapat pernyataan-pernyataan yang memuji orang
yang
berilmu
dan
mewajibkan
menuntut ilmu antara lain : Mencari ilmu wajib bagi setiap muslimin. Carilah ilmu walaupun di negri cina. Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahad. Para ulama
Terjemahnya:
itu adalah pewaris Nabi. Pada hari kiamat ditimbanglah
34 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 28‐40
tinta ulama
dengan
darah
syuhada, maka tinta ulama dilebihkan dari 16
darah syuhada.
New
dan
wahyu.
Sedang
ilmu
non-agama
diklasifikasikan kepada ilmu yang terpuji,
Menurut Ali Ashrap dalam bukunya
dibolehkan dan tercela. Sejarah misalnya
Horizon
masuk dalam ilmu yang dibolehkan. Sihir
in
Muslim
Education oleh
Noeng
masuk ilmu yang tercela. Adapun ilmu yang
Iptek
harus
terpuji yaitu ilmu-ilmu yang diperlukan dalam
diberangkatkan dari moral al-Qur’an. Juga ia
kehidupan sehari-hari dan termasuk wajib
menganjurkan agar konsep Iptek didasarkan
kifayah dalam menuntutnya. Seperti ilmu
pada ketentuan mutlak yang ditetapkan dalam
tentang
sebagaimana Muhajir
yang
bahwa:
dikutip Orientasi
17
obat-obatan,
mate-matika 18
ketrampilan-ketrampilan.
al-Qur’an.
dan
Selanjutnya
Maslah ilmu-ilmu apa saja yang
Noeng Muhajir menambahkan bahwa al-
dianjurkan Islam, telah merupakan persoalan
Qur’an dan As-sunnnah menurut telaah
mendasar sejak hari-hari pertama Islam.
metodologis, bukan hanya menampilkan ayat
Apakah ada ilmu-ilmu khusus yang harus
(bukti
dicari? pertanyaan ini telah dijawab oleh para
(petunjuk) dan rahmah (anugrah) Allah.
ulama Islam. Sebagian ulama besar Islam
Karena itu Iptek Islam bukan hanya mencari
seperti Imam al-Ghazali mengatakan bahwa
kebenaran, melainkan juga mencari kebijakan
ilmu yang wajib dicari adalah ilmu-ilmu yang
dan ridha Allah. Disinilah Noeng Muhajir
bekaitan
kewajiban-kewajiban
menghendaki agar pendekatan dominan dalam
pelaksanaan syari’at Islam. Sedang yang
Iptek sesuai semangat al-Qur’an adalah
wajib
axiologi
dengan
kifayah
adalah
ilmu-ilmu
yang
berkaitan dengan ilmu-ilmu kemasyarakatan.
kebenaran),
tetapi
(tujuan/manfaat)
juga
bukan
hudan
sekedar
19
ontologi atau epistimologi.
Al-Ghazali juga mengklasifikasikan ilmu
Mencermati pendapat al-Ghazali di
kepada ilmu agama dan ilmu non-agama.
atas tentang pengklafikasian ilmu kepada ilmu
Ilmu agama (‘ulum syar’i) adalah kelompok
yang wajib, wajib kifayah, mubah dan tercela.
ilmu yang diajarkan lewat ajaran-ajaran Nabi
adalah kurang tepat bila merujuk hadis yang
16
Hadis yang membahas tentang ilmu dapat dilihat dalam beberapa kitab hadis. Lihat pula Imam alMunziri, Al-Muntaqa min Kitab al-targhib wat-Tarhib, iterjemahkan oleh Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Lc dengan judul Seleksi Hadis-Hadis Shahih Tentang Targhib wat-Tarhib (Cet. I, Jakarta: Robbani Press, 1993), h.129-149 17
Lihat Noeng Muhajir, Filsafat Ilmu Positivisme, Post Positivisme dan Post Modernisme, Edisi II, (Cet. I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 2001), h. 67.
dijelaskan sebelumnya bahwa menunntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Ilmu apapun asal itu dapat memberi manfaat bagi diri dan orang lain maka itu adalah wajib, sebaliknya 18 Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Jilid I , h. 14. 19
Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat dalam Ibid, h.66-67. Perspektif Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan |35
ilmu yang tidak bermanfaat adalah haram atau
tentang pengklasifikasian ilmu agama dan
dilarang. Bukankah wahyu ataupun hadis
non-agama tersebut adalah:
sebagai sumber ilmu adalah berasal dari Allah
Dalam sebagian besar al-Qur’an dan
demikian pula alam ciptaan-Nya juga berasal
hadis konsep ilmu secara mutlak muncul
dari Allah, sehingga menuntut ilmu-ilmu
dalam
kealaman (sains) juga termasuk wajib bagi
membedakan antara ilmu agama dan non-
setiap
agama hadis Nabi yang memerintahkan untuk
muslim
asalkan
diarahkan
untuk
kemamfaatan masyarakat. Klasifikasi
ilmu
maknanya
yang
umum.
Tidak
menuntut ilmu walaupun ke negri Cina, seperti
bisa
menunjukkan bahwa menuntut ilmu tidak
menimbulkan miskonsepsi bahwa ilmu non-
terbatas pada ilmu agama saja karena Cina
agama terpisah dari Islam. Padahal ilmu yang
pada
digolongkan
dapat
Theologi, Fiqh atupun Tasawuf, tapi terkenal
memberikan manfaat besar bagi kesejahtraan
dengan industrinya. Lagi pula hukum atau
ummat manusia. Katakan penemuan ilmu
ajaran-ajaran agama seperti yang dimaksud
pengetahuan
kedokteran,
oleh al-Ghazali tidak dapat dipelajari dari
transportasi, komunikasi dan pertanian dan
orang-orang musyrik. Selama beberapa abad
lain-lain.
ulama-ulama Islam merupakan pembawa obor
non-agama
dalam
bidang
itu
itu
saat
itu
bukan
pusat
studi-studi
Murtadha Muthahhari sebagaimana
pengetahuan bahkan karya-karya mereka
yang dikutip dalam buku Filsafat sains
dijadikan buku teks di Eropa selama beberapa
menurut
bahwa
abad. Para ulama yang terkenal dalam sejarah
kesempurnaan Islam sebagai suatu agama
Islam sebagai filosof mengintegrasikan ilmu-
menunntut agar setiap lapangan ilmu yang
ilmu yang berasal dari beberapa budaya lalu
berguna bagi masyarakat Islam dianggap
diformulasikan dalam suatu pemikiran yang
sebagai bagian dari kelompok ilmu agama.
utuh
Agama yang memandang dirinya serba
menjadikan Islam pada saat itu memimpin
lengkap tidak bisa memisahkan dirinya dari
peradaban dunia.
Al-Qur’an,
menjelaskan
masalah-masalah yang memainkan peranan vital
dalam
memberi
kesejahtraan
dan
menjadi
milik
Islam
yang
Memilah-milah ilmu dengan alasan
dan
bahwa ilmu agama dan non agama tidak
kemerdekaan bagi masyarakat Islam. Alasan
mempunyai nilai yang sama adalah kurang
untuk tidak menerima pendapat al-Ghazali
tepat bukankah kenyataannya ilmu yang
20
dikatakan non agama dewasa ini jauh lebih 20
Dr. Mahdi Ghulsyani, The Holy Quran and The Sciences of Nature, diterjemahkan oleh Agus Effendi dengan judul Filsafat Sains Menurut AlQur’an, Cet X, (Bandung, Mizan, 1998), h.44.
memberikan manfaat yang besar kepada kehidupan ummat manusia ? katakanlah dengan teknologi komputerisasi, komunikasi,
36 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 28‐40
transportasi,
perbankan
dan
lain-lain.
manusia
adalah
sumber
keempat
ilmu.
Sedangkan ilmu yang dimasukkan dalam
Adapun arah atau tujuan ilmu pengetahuan
kelompok ilmu agama malah menimbulkan
bahwa
pertentangan dalam masyarakat seperti ilmu
berbicara tujuan utama ilmu seperti untuk
Kalam/Teologi, ilmu Fiqh, dan lain-lain.
mengenal
Dalam Islam batasan untuk ilmu adalah
menyaksikan
bahwa orang-orang Islam haruslah meununtut
fenomena yang kita amati, mengagungkan
ilmu yang berguna dan melarang menuntut
Allah serta bersyukur kepada-Nya. (QS.
21
ilmu yang tidak bermanfaat.
Ayat al-Qur,an begitu banyak yang
tanda-tanda
kekuasaan-Nya,
kehadiran-Nya
diberbagai
35:28). Disamping itu al-Qur’an menyebutkan
Dunia kini dan masa depan adalah
pula tiga hal lainnya dalam mengembangkan
dunia yang dikuasai oleh sains dan teknologi.
ilmu: 1)Ilmu pengetahuan harus menemukan
Mereka
akan
keteraturan (sistim), hubungan sebab akibat
teknologi
dan tujuan dialam semesta, (QS. 67:3). 2)
yang
memiliki
menguasai
dunia.
merupakan
infrastruktur,
keduanya
Sains
dan
keduanya
akan
Ilmu harus dikembangkan untuk mengambil
menentukan suprastruktur dunia internasional,
manfaat
termasuk kebudayaan, moral, hukum bahkan
Allah, sebab Allah telah menundukkan segala
agama. bila Islam ingin memegang peranan
apa yang ada di langit dan di bumi untuk
dalam percaturan dunia tidak bisa tidak harus
kepentingan
menguasai sains dan teknologi. yang menjadi
31:20;16:14;14:32).
masalah adalah bagaimana seharusnya sikap
dikembangkan dengan tidak menimbulkan
ummat Islam dalam merespon temuan sains
kerusakan di bumi (QS. 7:56,85;47:22;2:205)
dan teknologi?
dan lain-lain.
Sumber dan Arah Perkembangan Ilmu
manusia. 3
(Qs. )
22:65;
Ilmu
harus
Cara Memperoleh Pengetahuan. Ada beberapa cara untuk memperoleh
Pengetahuan Al-Qur’an
dalam rangka mengabdi kepada
menunjukkan
empat
sumber untuk memperoleh ilmu pengetahuan; 1). Al-Qur’an dan as-Sunnah. Merupakan sumber pertama ilmu. 2). Alam semesta
ilmu pengetahuan yang diterangkan dalam alQur’an antara lain: a. Lewat eksperimen dan pengamatan indrawi (QS. 29:20; 10:101;88:17).
adalah sumber kedua ilmu. 3). Diri manusia
b. Lewat akal yaitu dengan jalan
adalah sumber ketiga ilmu. 4). Sejarah ummat
ta’aqquli, tafaqquh dan tazakkur
(merenungkan/memikirkan,
21
Untuk menambah wawasan dalam masalah ini dapat dibaca dalam Dr. mahdi Ghusylani, Ibid, h. 44-57.
memahami
dan
mengambil
Perspektif Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan |37
c.
pelajaran) (QS. 2:164; 50: 6-11; 13:
pada akhirnya mengharuskan dia untuk
3-4; 16:12) dan lain-lain.
menentukan
Lewat wahyu atau ilham. Allah
kekuasaan ilmu yang begitu besar inilah
dapat memberikan kepada manusia
mengharuskan seorang ilmuan
yang
proses
landasan moral yang kuat. Tanpa landasan
pengamatan
moral seorang ilmuan hanya akan membuat
dikehendaki
berfikir
tanpa
ataupun
empiris, tetapi diberikan langsung.
(QS.
5:110; 12:68). Dari
ilmu,
memperoleh
ilmu
12:101;
22
paparan
pentingnya
2:251;
secara
sikap.23
Dengan
adanya
mempunyai
ilmu menjadi momok yang menakutkan dan menghancurkan.
Semoga
hal
ini
dapat
disadari oleh ilmuan. al-Qur’an
sumber
ilmu,
tentang cara
Kriteria Ilmu Yang berguna.
timbul
Apabila kita memperhatikan ayat al-
pertanyaan bagaimana dengan penemuan
Qur’an mengenai perintah menuntut ilmu,
saintis yang berasal dari Barat ?
akan ditemukan bahwa perintah itu bersifat
dan
lain-lain,
Noeng Muhajir secara ilmiah telah
umum tidak terkecuali pada ilmu-ilmu yang
memberikan jawaban kepada kita mengenai
disebut ilmu agama, yang ditekankan di
hal ini bahwa: Ilmu adalah kekuasaan, apakah
dalam al-Qur’an adalah apakah
kekuasaan itu akan merupakan berkat atau
bermanfaat atau tidak.
ilmu itu
Adapun kriteria ilmu yang bermanfaat
malapetaka bagi ummat manusia semua itu terletak pada orang yang menggunakan
adalah
kekuasaan itu. Ilmu baginya adalah bersifat
mendekatkan diri kepada sang khalik sebagai
netral, ilmu tidak mengenal sifat baik atau
bentuk pengabdian kepada-Nya. Dalam QS
buruk dan sipemilik ilmu itulah yang harus
51:56 Allah berfirman:
punya sikap. Jalan mana yang akan ditempuh dalam menggunakan ilmu itu terletak pada
َّ
ilmu
yang
ditujukan
ۡ َ َّ ۡ ََ ُ َۡ َ َ ِ لن وٱ ِلنس إ ِ وما خلقت ٱ
ُُۡ ٥٦ ون ِ ِلَعبد
sistim nilai sipemilik ilmu itu. Dengan kata lain
netralitas
epistimologinya
ilmu saja,
hanya
pada
sedangkan
dasar secara
ontologi dan axiologi ilmuan harus mampu menilai antara yang baik dan yang buruk yang
(Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu).
َ َٰ ۡ ََ َ ُّ ٞ ۡ ُ َ ُ ٞ ٰ ٦١ صرط مستقِيم ِ ون ۚ هذا ِ وأ ِن ٱعبد
Selanjutnya firman Allah QS 36:61
22
Penjelasan lebih lengkap mengenai hal ini dapat dilihat dalam Jalaluddin Rahmat Islam Alternatif, Op.cit, h.201-210. Juga dapat dilihat dalam Mahdy Ghulsyani, Op. Cit, h. 84-95.
untuk
23
Jujun S. Suryasumantry, Ilmu dalam perspektif, cet. XVI, (Jakarta: yayasan Obor ndonesia, 2003), h.35-36.
38 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 28‐40
ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang(Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. inilah
orang yang berpengetahuan pada derajat yang
jalan yang lurus)
tinggi. Di dalam Al-Qur’an kata ilmu dan
Juga QS 98:5
kata-kata jadiannya digunakan lebih dari 780
ۡ ُ َ َّ ْ ُ ُ ۡ َ َّ ْ ٓ ُ ُ ٓ َ َ َ مل ِص ُي َل وما أمِروا إ ِ ِلعبدوا ٱ ِ ْ ُ ۡ ُ َ َ ٰ َ َّ ْ ُ َُ َََُٓ َ ّ يموا ٱلصلوة ويؤتوا ٱلِين حنفاء وي ِق َ ۡ ُ َ ٰ َ َ َ ٰ َ َّ ٥ ِِين ٱلق ّي ِ َمة ٱلزكوة ۚ وذل ِك د
kali.
Terjemahnya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
ilmu secara mutlak muncul dalam maknanya
Dengan demikian jelaslah bahwa ilmu
saja karena Cina pada saat itu bukan pusat
yang bermanfaat adalah ilmu yang menjadi
studi-studi Theologi, Fiqh atupun Tasawuf,
alat
tapi terkenal dengan industrinya.
untuk
mendapatkan
pengetahuan,
Beberapa
ayat
Al-Qur’an
yang
diwahyukan pertama kepada nabi Muhammad saw , menyebutkan pentingnya membaca, pena dan ajaran untuk manusia. Dalam sebagian besar al-Qur’an dan hadis sebagai sumber ajaran Islam, konsep
yang umum. Tidak membedakan antara ilmu agama dan non-agama. memerintahkan
untuk
Hadis Nabi yang menuntut
ilmu
walaupun ke negri Cina, menunjukkan bahwa menuntut ilmu tidak terbatas pada ilmu agama
keridaan dan petunjuk-Nya. Menyembah
Allah
tidak
hanya
sekedar melaksanakan ibadah-ibadah ritual dan individual seperti salat, puasa, haji, zakat, dan lain-lain tetapi menolng orang lewat perantaraan
ilmu
adalah
juga
termasuk
perbuatan yang bernilai seperti ibadah.
Implikasi Diharapkan
dengan
penelitian
ini
ummat Islam terutama para peserta seminar karya ilmiah dosen Fakultas ushuluddin & Dakwah, dapat memahami betapa pentingnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia,
E. Penutup
ilmu pengetahuan dapat memberi kemudahan,
kesejahtraan dan manfaat-manfaat lain yang
Kesimpulan Salah satu ciri yang membedakan
begitu besar. Namun perlu diingat bahwa ilmu
adalah
pengetahuan dapat pula membawa mala
Al-
petaka , kesengsaraan bahkan kehancuran
Qur’an dan Al-Sunnah mengajak kaum
bagi ummat manusia. Karena itu dalam
muslimin untuk mencari dan mendapatkan
mencari
Islam
dengan
yang
lainnya
penekanannya terhadap ilmu (sains).
dan
mengembangkan
ilmu
Perspektif Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan |39
pengetahuan perlu memperhatikan landasan ontologi, epistimologi dan aksiologi ilmu yang Islami karena Islam itu sendiri berarti ketundukan, kedamaian, kesejahtraan, dan kemakmuran.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-karim. Abdullah.Taufik. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Dinamika Masa Kini. Jakarta: PT. Ikhtiar Baru, tt Amin, Rais, dkk. al-Islam dan Iptek. Edisi I. Cet I. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1998 Gazalba, Sidi, Ilmu dan Islam. Jakarta: CV. Mulia, 1969 Gazalba, Sidi. Sistimatika Filsafat, cet. VI, Jakarta: Bulan Bintang,1992. Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad. Ihya Ulumuddin. Jilid I.tt. Ghulsyani, Mahdi. The Holy Quran and The Sciences of Nature. diterjemahkan oleh Agus Effendi dengan judul Filsafat Sains Menurut Al-Qur’an. Cet X. Bandung: Mizan, 1998
-----------. Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran. Cet.I. Bandung: Mizan, 1995 Nasr, Seyyed Hosseein. Islamic Science An Illustrated Study, London; World of Islam Festival Publishing Co.1976. Nata, Abuddin. Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia. Edisi I, Cet. I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001. Nata, Abuddin. Integrasi Ilmu agama dan Ilmu Umum, Cet. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005 Sadili,
Hasan. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1982.
Suryasumantri, Jujun S. Filsafat lmu Sebuah Pengantar popular. Cet. XI. 1998 -----------.Ilmu dalam perspektif, cet. XVI. Jakarta: yayasan Obor ndonesia, 2003. Tafsir, Ahmad. Filsafat Ilmu, mengurai Ontolog, Epistimologi dan Axiologi pengetahua., cet. III. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Unais. Mu’jam al-Wasith. Jilid I. Kairo: Dar al-Ma’arif, 1994.
Gie, The Liang. Pengantar Filsafat Ilmu. Edisi II. Cet. III. Yogyakarta: Liberti, 1997 Imam, al-Munziri. Al-Muntaqa min KitabalTarghib wat-Tarhib. terjemahan Aunur Rofiq Shaleh Tamhid Lc dengan judul Seleksi Hadis-Hadis Shahih Tentang Targhib wat-Tarhib. Cet. I. Jakarta: Robbani Press, 1993. Ma’luf, Luis. Al-Munjid fi al-Lugah wa alA’lam. Beirut : Dar al-Masyriq, 1975 Manzur, Ibn. Lisan al-Arab, Mesir: al-Dar alMisriyah li al-Ta’lif wa al-tarjamah, tt Muhajir, Noeng. Filsafat Ilmu, Positivisme, Post Positivisme dan Post Modernisme. Edisi II. Cet. I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001. Nasution, Harun Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jilid I. Jakarta: UI Press, 1979 40 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 28‐40
STRATEGI NAFKAH PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR TOISAPU, AMBON (SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGIS) Aty Oni1, Subair2, Efrizal Nasution3 ABSTRACT This study is the result of sociological research on community livelihood strategies of scavengers in Toisapu’s TPA of Ambon. There are two issues that are the focus of research discussions, namely how the scavengers livelihood strategies and how the review of sociology to the the scavengers livelihood strategies in Toisapu’s TPA of Ambon. The method used is descriptive qualitative research. The research subject is scavenger scavenging activity in the study area. The data source consists of expert informants consisting of department heads landscaping and cleanliness of the city of Ambon and Toisapu’s TPA of Ambon managers, and key informants are scavengers who represent the community. The results showed that the livelihood strategies undertaken by the scavengers at Toisapu’s TPA consists of two categories: economic strategy and social strategy. Economic strategies related to the activity as a scavenger to meet the needs of everyday life. Social strategies linked to form a strategy that is not related to the economic aspect or cash directly in the form of a networking, trust and resiprocal. Keywords: livelihood strategies, scavengers, garbage, Toisapu’s TPA of Ambon. menjadikan
A. Pendahuluan
kota
ini
sebagai
pusat
perbelanjaan, dan aktivitas ekonomi lainnya. Masalah
sampah
berkaitan
erat
dengan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan.4 Kebersihan lingkungan adalah merupakan salah satu wujud nyata dari program pembangunan daerah. Permasalahan sampah di Kota Ambon senantiasa semakin kompleks dan beragam dari tahun ke tahun. Peningkatan permasalahan sampah ini ada kaitannya dengan jumlah penduduk Kota Ambon yang terus bertambah. Hal ini disebabkan karena Kota Ambon adalah pusat Ibukota
Provinsi
Maluku
sehingga
1
Mahasiswa Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon.
Semakin meningkatnya berbagai aktivitas ekonomi di Kota Ambon sehingga menyerap tenaga kerja dari luar Kota Ambon. Jumlah penduduk dengan berbagai aktivitas yang sangat
banyak
tersebut
mengakibatkan
timbunan sampah yang terus meningkat di berbagai
lokasi
kota.
Sementara
itu,
pengelolaan sampah yang dikoordinasikan oleh Dinas Kebersihan Kota Ambon masih belum optimal. Permasalahan
sampah
di
Kota
Ambon semakin rumit, karena sampah belum dianggap sebagai sumber daya yang bernilai ekonomis. Pandangan masyarakat terhadap
2
Dosen pada Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon. 3
Dosen pada Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon. 4
sampah hanya merupakan barang yang tidak berguna menjijikkan dan harus dibuang. Di sinilah keberadaan pemulung mempunyai
Azrul Azwar, Ilmu Kesehatan Lingkungan. (Jakarta: Mutiara Sumber Widya. 1995). h. 6.
Strategi Nafkah Pemulung di Tempat Pembuangan Sampah Akhir Toisapu, Ambon |41
potensi peran serta yang aktivitasnya dapat
pemulung mempunyai peranan yang sangat
membantu pengelolaan sampah.
penting
dalam
proses
pengumpulan,
Pemulung merupakan bagian dari
pemilahan dan proses daur ulang sampah
anggota masyarakat, mereka semua dengan
yang dihasilkan oleh masyarakat. Studi ini
anggota masyarakat lainnya yang berusaha
mendeskripsikan strategi nafkah pemulung di
bekerja mencari pendapatan untuk memenuhi
Tempat Pembuangan Sampah (TPA) dari
kebutuhan hidupnya. Setiap hari dari pagi
perspektif sosiologis. Terdapat sekitar 13
sampai siang mereka mencari barang-barang
keluarga pemulung yang melakukan aktivitas
bekas
di TPA Toisapu. Sampah yang dibuang di
sampah,
dari
tempat-tempat
memilah-milah
pengumpulan
aqua-aqua
gelas
TPA
Toisapu
berasal
dari
Tempat
dijual kepada penampung untuk mendapatkan
Pembuangan Sementara (TPS) di pasar,
sejumlah uang guna memenuhi kebutuhan
pemukiman,
hidupnya. Hanya karena pekerjaannya seperti
rumah sakit, dan instansi yang ada di Kota
itu, mereka dianggap berbeda dengan anggota
Ambon. Jumlah sampah yang masuk setiap
masyarakat lainnya, masyarakat pun sering
harinya lebih kurang 50 ton atau sekitar 23
meremehkan keberadaan pemulung ini, hanya
truk.6
sedikit orang yang menerima keberadaan
rumah
makan,
perkantoran,
B. Metode Penelitian
mereka di masyarakat. Keberadaan pemulung Penelitian dilakukan di TPA Toisapu
di masyarakat cenderung dikucilkan, padahal keberadaan
pemulung
menguntungkan,
ini
mereka
sangat
mengumpulkan
barang-barang bekas yang sudah tidak dipakai lagi kemudian mereka memilah-milah kertas, plastik dipilih dan dijual di penampungan, dan kemudian dijual ke pihak yang mengelola barang-barang
bekas
sehingga
dapat
digunakan lagi untuk menghasilkan produk
Desa Hutumuri Kecamatan Leitimur Selatan. Lokasi ini merupakan tempat pembuangan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat kota Ambon. Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2014. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif
kualitatif.
pemulung
di
yang
Subyek
penelitian
melakukan
aktivitas
pemulungan di lokasi penelitian. Sumber data
baru.5 Pemulung, bagi sebagian masyarakat dikesankan dengan keadaan “kotor, bau, miskin dan rawan penyakit”. Stigma itu
terdiri atas informan ahli yang terdiri dari kepala dinas pertamanan dan kebersihan kota Ambon dan pengelola Toisapu, dan informan
mungkin benar adanya tetapi sesungguhnya 5
D. Saruji, Pengolahan sampah (Surabaya: Akademik Penilik Kesehatan Surabaya, 1985). h. 26.
6
Cak Batjeran, Kepala Bagian Dinas Pertanaman dan Kebersihan, wawancara di Kantor Walikota Ambon, 30 Oktober 2014.
42 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 41‐56
kunci
yaitu
pemulung
yang
mewakili
komunitasnya.
TPA
Toisapu
menempati
lahan
seluas 6 hektar dan mulai beroperasi sejak
Data
yang
dikumpulkan
awal tahun 2007. Pada Awal pembangunan
dikategorikan ke dalam dua kelompok yaitu
TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sempat
data primer dan data sekunder. Data primer
meresahkan masyarakat yang berada di
diperoleh dari informan penelitian melalui
daerah tersebut. Sama halnya dengan daerah
teknik pengumpulan data pengamatan dan
lain, masyarakat umumnya takut dengan
wawancara. Data sekunder diperoleh melalui
dampak kesehatan yang nantinya timbul
studi dokuemntasi terhadap berbagai literatur,
sebagai akibat dari pembuangan sampah.
jurnal, koran dan buku yang berkaitan dengan
Banyak masyarakat yang berpikir bahwa
topik bahasan. Selanjutnya data dianalisis
dengan dibangunnya TPA di daerah mereka
menggunakan
maka asap akan memenuhi kampung tersebut,
teknik
analisis
deskriptif
kualitatif analisis.
lalat akan bertambah banyak dan pastinya akan timbul berbagai penyakit. Masyarakat
C. Hasil Penelitian
lebih condong berpikir ke arah yang negatif Gambaran Umum Lokasi Penelitian TPA
Toisapu
pertama
kali
dari pada berpikir ke arah yang positif, misalnya dampak yang mereka terima jika
diresmikan pada tahun 2007. TPA ini berada
dilirik
di
Hutumuri
terpikirkan oleh masyarakat kalau di dalam
Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon.
TPA ini nantinya akan tercipta lapangan
Secara umum Desa Hutumuri mempunyai
pekerjaan yang sangat produktif.
Dusun
Ama
Ory
Desa
2
dari
kacamata
ekonomi.
Tidak
luas wilayah sebesar 23,54 km . Jumlah
Selang dua tahun, pikiran negatif
penduduk dihuni oleh penduduk sebanyak
yang tadinya selalu ada dalam pikiran
3.916 jiwa (957 KK) yang terdiri dari laki-
masyarakat secara serentak berubah seratus
laki sebesar 1.949 jiwa dan perempuan
persen, mereka sudah dapat melihat, bahwa
sebesar 1.967 jiwa. Jumlah penduduk usia
lokasi pembuangan sampah yang bertempat di
produktif (angkatan kerja) adalah sebesar
TPA Toisapu merupakan ladang uang yang
2.676
pencaharian
siap mereka petik kapanpun mereka inginkan,
didominasi oleh pegawai negeri. Jumlah
tanpa harus mengeluarkan biaya untuk modal.
keluarga
Cuma
jiwa
dengan
pra
mata
sejahtera
Hutumuri adalah sebanyak 97 KK.
di
Desa
7
7
http://ccdp-ifad.org/index.php/profil/profil-desaambon/323-hutumuri, diakses tanggal 1 November 2014.
modal
ketekunan,
kerajinan dan kesabaran, maka mereka akan dapat
mengandalkan
mengubah
sampah-sampah
yang
diangkut dan dibuang ke TPA Toisapu menjadi rupiah-rupiah yang setiap saat dapat
Strategi Nafkah Pemulung di Tempat Pembuangan Sampah Akhir Toisapu, Ambon |43
mereka ambil. Hampir semua jenis sampah
pemulung wanita dalam membantu suami
plastik yang berada di tempat pembuangan
memenuhi
sampah pada lokasi TPA Toisapu Ambon
Sedangkan pemulung laki-laki memanfaatkan
telah dikelola, kecuali jenis plastik kresek
waktu dari pagi hari sampai siang hari
karena belum memadainya peralatan untuk
melakukan pekerjaan sampingan. Dari
pecacahan jenis plastik tersebut.
penelitian
ini
pemulung
merupakan subjek yang menjadi sumber penelitian
dalam
sebagai
data
mendapatkan
yang
informasi
diperlukan
aspek
nafkah
keluarga.
pendidikan,
tingkat
pendidikan pemulung disajikan pada tabel 2.
Profil Pemulung di TPA Toisapu Dalam
kebutuhan
dengan
permasalahan dan kebutuhan peneliti. Dalam hal ini adalah seluruh pemulung yang bekerja
Tabel
2.
Jumlah
kelompok
pemulung
berdasarkan tingkat pendidikan. No 1 2 3
Pendidikan Jumlah SD 52 orang SMP 67 orang SMA/SMK 117 orang Jumlah 236 orang Sumber: Analisis Data Primer.
Persentase 22 % 28 % 50 % 100 %
di lokasi TPA Toisapu, dan jumlah pemulung Pada
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
pendidikan
tabel 1.
Tabel
2
tertinggi
terlihat
bahwa
pemulung
adalah
SMA/SMK. Selain tingkat pendidikan yang Tabel 1. Jumlah pemulung menurut jenis kelamin. No 1 2
keterampilan yang dimiliki juga terbatas.
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah
Jumlah
Persentase
113 orang 123 orang 236 orang
48 % 52 % 100 %
Tabel
1
menunjukkan
pemulung
berdasarkan
perempuan
lebih
banyak
jenis
jumlah
dari
jumlah
itu berdampak pada pembagian jam kerja yang berbeda. Aktivitas memulung dari pagi sampai sore hari kebanyakan dimanfaatkan oleh pemulung wanita dan tengah malam hari
kedua
hal
tersbut,
tingkat
pendidikan dan keterampilan yang terbatas, menjadi salah satu alasan mengapa para
sektor informal. Dari aspek etnisitas dan suku bangsa,
kelamin
pemulung laki-laki. Perbedaan gender seperti
subuh
Tampaknya
pemulung tersebut memilih pekerjaan di
Sumber: Kantor TPA Toisapu 2013.
sampai
tergolong menengah dan rendah tersebut,
dimanfaatkan
oleh
pemulung laki-laki. Sepanjang waktu jeda
kebanyakan pemulung di TPA Toisapu merupakan pendatang dari daerah Maluku Barat Daya. Kebanyakan mereka adalah pemeluk
agama
Protestan.
Data
keberagamaan pemulung disajikan pada tabel 3. Tabel
3.
Jumlah
berdasarkan Agama
bekerja, memberikan kesempatan besar bagi 44 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 41‐56
kelompok
pemulung
1) Strategi Ekonomi
No Agama Jumlah Persentase 1 Islam 1 orang 1% 2 Kristen 191 orang 81 % Protestan 3 Kristen 4 orang 2% Khatolik 4 Sidang Allah 38 orang 16 % Jumlah 234 orang 100 % Sumber: Kantor TPA Toisapu 2013.
Strategi dilakukan
ekonomi
adalah
yang
dengan
umum
melakukan
pengumpulan sampah-sampah yang memiliki nilai dan dapat dijual. Strategi ekonomi ini memberi jaminan akan adanya pendapatan, namun demikian pada dasarnya pendapatan
Perbedaan agama seperti terlihat
dari sumber ini juga bersifat tak menentu.
pada Tabel 3 bukan menjadi suatu penghalang bagi komunitas pemulung untuk beraktivitas karena mereka hanya memiliki satu tujuan
persaudaraan
akhirnya
melahirkan
yang
kuat,
keluarga
untuk
keinginan
melakukan
anggota pekerjaan
pendapatan ekonomi rumah tangga pemulung
pekerjaan menjadikan mereka merasa senasib pada
mendorong
sampingan. Pada tabel 4 dapat dilihat
yaitu untuk bekerja. Selain itu, kesamaan
dan
Sehingga
di TPA Toisapu.
ikatan Tabel 4. Besar Pendapatan dari memulung
mengalahkan
sentimen keberagamaan.
Strategi Nafkah Pemulung di TPA
No
Pemulung
Strategi nafkah pemulung dalam
1 2 3
penelitian ini akan dibagi menjadi dua macam
4
tipe strategi, yaitu strategi ekonomi dan
5
Ibu Mery Tety Ibu Esterlina Bpk Levinus Bpk Sakarias Koslaut Ibu Jeli
strategi sosial. Strategi ekonomi berkaitan
6
Ibu Santi
dengan aktivitas ekonomi pemulung dan
7
sekunder rumah tangga. Sedangkan strategi
9 10 11 12
Bpk Yance Ibu Yuliace Maluta Bpk Hery Ibu Enjelina Ibu Velosia Ibu Sara
sosial adalah hubungan interaksi antara
13
Ibu Lis Baker
Toisapu Ambon
pendapatan yang dihasilkan untuk dapat memenuhi kebutuhan primer dan kebutuhan
pemulung dengan pemulung atau pemulung dengan petugas TPA. Kedua strategi ini tidak
8
Jumlah pendapatan Hasil Pekerjaan Memulung Sampingan 1.100.000 800.000 500.000 2.000.000 300.000 -
Total 1.900.000 2.500.000 300.000
3.000.000
2.000.000
5.000.000
500.000
500.000 1.100.000
500.000
Tidak menentu 500.000
600.000
550.000
1.150.000
500.000 600.000 500.000 300.000
± 600.000 Tidak menentu
500.000 600.000 1.100.000 300.000
1.100.000
500.000
1.000.000
500.000
dan pekerjaan sampingan (Rp. 000 per bulan). Sumber: Hasil analisis data primer penelitian.
dapat dipisahkan dan seringkali dilakukan secara
bersamaan.
Pemilihan
alternatif
strategi nafkah yang akan diambil tergantung pada akses pemulung terhadap aktivitas mereka.
Tabel
4
menunjukkan
besarnya
pendapatan perbulan dari hasil memulung lebih besar tetapi tergantung dari jumlah sampah yang dikumpulkan oleh masing-
Strategi Nafkah Pemulung di Tempat Pembuangan Sampah Akhir Toisapu, Ambon |45
Pendapatan sebagai pemulung sangat
masing keluarga setiap harinya. Dan besarnya pendapatan
sampingan
dikontribusi
oleh
tergantung dari jumlah sampah yang dapat diambil setiap hari. Rata-rata setiap pemulung
kepala rumah tangga yang bekerja. Pada kasus rumah tangga ibu Mery,
dapat mengumpulkan 2 – 4 karung sampah
bapak Sakarias dan ibu Santi, pendapatan dari
perhari. Sampah-sampah tersebut umumnya
hasil memulung lebih besar yang digunakan
terdiri dari botol plastik dan selebihnya terdiri
untuk mencukupi biaya sekolah anak, listrik,
atas sisa-sisa makanan seperti sayur-sayur
air dan lain-lain. Tetapi kepala rumah tangga
untuk makanan ternak. Hasil tersbut tergolong
tetap mencari pekerjaan sampingan seperti
lumayan
bapak Sakarias dan suami dari ibu Esterlina
informan di bawah ini.
karena memiliki keahlian membawa mobil,
“Rata-rata katong (kami) jual seharga Rp. 550.000 perkarung dengan beratnya itu 22 kilogram hasil bersih sampah karena harga sampah botol-botol plastik atau aqua gelas perkilonya itu Rp. 2.500 hasil bersihnya, sedangkan hasil kotornya seharga Rp. 1.500 per kg.”8
maka mereka menjadi sopir bantu truk sampah dengan gaji Rp. 2.000.000 perbulan. Ibu
Sara
pendapatannya
dan
kecil
bapak sehingga
Levinus tidak
sebagaimana
dituturkan
oleh
mencukupi kebutuhan rumah tangga, ibu Sara
Informan lainnya mengatakan:
yang kini telah menjanda hanya tinggal
“.... pendapatan bapak dari hasil memulung Rp. 3.000.000 perbulan.”9
bersama seorang anaknya yang berumur 15 tahun duduk di bangku SMA, sehingga
Selain
itu,
aktivitas
bekerja
mendorongnya untuk membantu ibu mengais
pemulung juga sangat bergantung pada
sampah setelah pulang sekolah. Sedangkan
kemampuan dan pola bekerjanya dalam
bapak Levinus berkebun dan berternak untuk
mengumpulkan sampah bernilai jual. Hal ini
mencukupi kebutuhan makan sehari-hari. Dan
dikarenakan, pekerjaan sebagai pemulung
rata-rata pendapatan dari hasil memulung
dipengaruhi oleh faktor kecekatan tangan,
perbulan Rp. 500.000-600.000 untuk biaya
keterampilan, dan daya tahan fisik. Keadaan
hidup sehari hari dirasakan oleh mereka
inilah yang membuat para pemulung memiliki
kurang mencukupi.
pola bekerja tertentu dalam mengumpulkan
Ibu Santi memenuhi biaya sekolah anak
dari
hasil
memulung
dan
sampah di TPA baik itu dari masa, hari
untuk
bekerja dan jam bekerja mengumpulkan
mencukupi biaya makan dari hasil ternak dan
sampah di TPA, awal pemulung datang
hasil ojek suaminya sehari-hari mereka
mengumpulkan sampah di TPA maupun cara
merasa tercukupi karena hanya memiliki 2
8
orang anak.
Ibu Lin (Pegawai Kontrak IPST). Wawancara. TPA Toisapu 31 Oktober 2014. 9
Sakarias Koslaut (pemulung). Wawancara. TPA Toisapu 31 Oktober 2014.
46 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 41‐56
yang
digunakan
dalam
mengumpulkan
sampah.
digunakan pemulung di TPA Toisapu yakni Pola bekerja dari setiap pemulung
tidaklah
di TPA. Pada umumnya peralatan kerja yang
sama.
Masing-masing
berupa gancu, karung, sarung tangan dan
individu
sepatu boot. Pada umumnya jenis barang yang
pemulung telah menciptakan pola bekerjanya
dikumpulkan pemulung adalah semua jenis
sendiri yang terbentuk dari kebiasaan aktivitas
barang yang dibeli oleh lapak penampung.
bekerja. Pola bekerja yang terbentuk dari
Adapun jenis barang pulungan yang sering
kebiasan bekerja pemulung ini sedikit banyak
dikumpulkan antara lain semua jenis pecah
menentukan tingkat pendapatan yang diterima
belah yang terbuat dari plastik dan besi selain
dari penjualan sampah untuk memenuhi
sampah kantong plastik karena belum ada alat
segala kebutuhan hidup keluarga.
yang mengolah sampah kantong plastik.
Sampah dari seluruh TPS di kota
Bagi pemulung yang terlibat dalam
Ambon Masuk ke TPA Toisapu dari jam 1
proses pengumpulan dan penyortiran sampah
malam sampai jam 6 sore. Dan jam kerja
di TPA, masa bekerja dapat memberikan
pemulung juga berbeda ada yang memulung
pengalaman kerja. Lamanya bekerja akan
dari pagi hari sampai sore hari yang
membuat pemulung lebih terampil dan gesit
kebanyakan aktivitas pagi hari sampai sore
dalam mengumpulkan barang bekas. Masa
hari dilakukan oleh pemulung wanita atau
kerja pemulung setiap hari yakni 3-6 jam.
dari jam 1 malam sampai subuh jam 4
Pada umumnya, pemulung yang
dimanfaatkan oleh pemulung pria.
bekerja mengumpulkan sampah di kawasan
“Mama memulung dari pagi lalu lanjut sampai siang istirahat untuk makan lalu lanjut sampai sore hari. Dan malamnya setelah terkumpul baru di bersihkan.”10
TPA memiliki jam kerja yang panjang dengan
“Bapak mulai memulung dari jam 1 malam sampai subuh, karena siang hari bapak bawa mobil truk sampah dan paginya untuk istirahat”11
jam/hari. Tetapi jam bekerja pemulung ini
Bagi menjadi
pemulung,
modal
peralatan
dalam
kerja
membantu
mengumpulkan berbagai jenis sampah dan sebagai pelindung dalam kegiatan bekerjanya
jumlah jam bekerja terendah di bawah 8 jam/hari dan yang paling tinggi di atas 14
tidak bersifat mengikat. Dalam sebulan, pemulung bekerja rata-rata 26 hari, dengan hari kerja terendah kurang dari 25 hari dan hari kerja tertinggi 30 hari. Sehingga dalam sebulan mereka tidak bekerja rata-rata selama 4 Hari/Bulan atau kurang lebih 1 hari per minggu. Hal ini disebabkan karena para pemulung
beragama
Kristen
dan
mereka
pada
selalu
10
Mery Tety (Pemulung). Wawancara. TPA Toisapu 31 Oktober 2014. 11
Sakarias Koslaut (pemulung). Wawancara. TPA Toisapu 31 Oktober 2014.
menjalankan
ibadah
hari
Minggu.
Strategi Nafkah Pemulung di Tempat Pembuangan Sampah Akhir Toisapu, Ambon |47
Waktu
bekerja
pemulung
yang
panjang juga diselingi oleh waktu-waktu istirahat. Pada proses pengumpulan, biasanya
bekerja seperti ini dinilai pemulung lebih efektif untuk mendapatkan barang pulungan. 2) Strategi Sosial
pemulung bekerja selama 2-3 jam kemudian Strategi sosial yang dilakukan oleh
akan beristirahat selama 20 menit di lapak mereka yang berada di sekitaran tumpukan sampah untuk sekedar melepas lelah dan haus kemudian akan mulai kembali bekerja ke tumpukan
sampah.
Pemulung
akan
beristirahat kembali untuk makan siang pukul
interaksi dengan semua stakeholder TPA Toisapu. Kerja sama merupakan interaksi yang paling nampak. Proses kerjasama ini terlihat dalam berbagai aktivitas mereka sehari-hari khususnya dalam upaya menjaga
12.30. Dari penelitian terhadap pola bekerja pemulung terdapat perbedaan cara bekerja yang diterapkan masing-masing pemulung yang sedikit banyak akan mempengaruhi jumlah
para pemulung adalah dengan melakukan
barang
pulungan
yang
dapat
dikumpulkan. Dari pengamatan di lapangan
keamanan barang. Sikap kerjasama yang dimiliki oleh pemulung TPA Toisapu ini terlihat ketika mereka mengangkut sampah yang telah dipanggul untuk dibawa ke tempat pertukaran Hal ini sesuai dengan pemaparan informan sebagai berikut;
pemulung yakni mengumpul dan menumpuk
“Kalau seng (tidak) baku (saling) bantu, nanti kalau dia ada susah sapa (siapa) yang mau bantu dia.”13
sampah yang baru masuk (terutama dari atas
Tingginya tingkat kebutuhan serta
truk), langsung mensortir sampah yang baru
semakin meningkatnya aktivitas manusia
masuk serta memilih dan mengumpul sampah
membutuhkan energi yang banyak untuk
yang telah disortir pemulung lain.
melakukan semua itu. Bagi pemulung TPA
“Pertama dikumpulkan di dalam beberapa karung yang dibawa, lalu tumpuk di wale (tempat pembersihan sampah), nanti baru dibersihkan dan dipisahkan yang botol-botol plastik deng (dengan) aqua-aqua gelas.”12
Toisapu, mereka lebih memilih untuk bekerja
terdapat 3 cara bekerja yang biasa digunakan
Dalam proses pengumpulan barang
sama dalam beraktivitas memanggul sampah. Hal ini merupakan dari strategi sosial bagi mereka
dalam
memulung.
menjalankan
Berbagai
situasi
aktivitas mendorong
pulungan (sampah), umumnya pemulung
seseorang orang untuk bekerja sama. Dengan
menggunakan
dan
demikian, kerja sama yang dibangun oleh
menumpuk sampah yang baru masuk. Cara
pemulung TPA Toisapu dapat diartikan
cara
mengumpul
sebagai 12
Ibu Lin (Pegawai Kontrak IPST). Wawancara. TPA Toisapu 31 Oktober 2014.
bergabungnya
individu-individu,
13
Oktovina Sarupi. (Pemulung). Wawancara. TPA Toisapu, 31 Oktober 2014.
48 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 41‐56
kelompok-kelompok, atau individu dengan
Hal ini dilakukan agar setiap orang atau
kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
instansi
manapun
boleh
melakukan
Lamanya bekerja sebagai pemulung
penawaran untuk membeli barang-barang
di TPA Toisapu menjadikan mereka dapat
bekas yang dikumpulkan pada tumpukan
saling akrab dalam berkomunikasi. Bagi
sampah.
mereka, siapapun yang berada di TPA
Strategi
sosial
lainnya
adalah
ikatan
sosial
seperti
Toisapu adalah saudara. Mereka sadar bahwa
memanfaatkan
keberadaan mereka di TPA Toisapu hanya
kekerabatan, hubungan bertetangga maupun
untuk memenuhi kebutuhan hidup secara baik
pertemanan. Saling tukar-menukar informasi
dan tidak boleh berkonflik antara satu dengan
tentang peluang mendapatkan sampah yang
yang lainnya. Hal ini sebagaimana pemaparan
banyak menjadi salah satu bentuk strategi
informan berikut ini;
sosial ini. Seringkali informasi datang dari
“Orang-orang pemulung di TPA Toisapu seng (tidak) boleh bakalai (bertengkar) atau pancuri (mencuri) satu dan yang lain pung (punya) barang, karena sampah di sini banyak, yang penting kuat cari pasti dapat banyak”.14
para supir mobil sampah bahwa terdapat banyak sampah plastik di dalam bak mobil sampah.
Ikatan
kekerabatan
yang
kuat
menjadikan pemulung dapat bertahan hidup. Beberapa di antaranya ada yang hanya
Begitu
pula
interaksi
pemulung
dengan petugas TPA. Proses penyesuaian diri yang dilakukan secara cepat oleh pemulung TPA Toisapu menunjukkan bahwa bentuk interaksi yang dilakukan adalah bagian dari komunikasi sosial. Hal ini juga dirasakan penulis ketika pertama kali berada di TPA Toisapu.
Baik
pegawai
maupun
para
pemulung di TPA Toisapu mampu diajak komunikasi dengan baik serta dengan mudah diwawancarai. Proses ini merupakan pola komunikasi yang baik yang dimiliki oleh setiap individu. Proses komunikasi yang terdapat dalam pemulung TPA Toisapu adalah dalam bentuk usaha untuk membuka peluang kepada siapa saja dalam berinteraksi. 14
Levinus, Pemulung. Wawancara di TPA Toisapu, 13 November 2014.
bermodalkan semangat untuk bekerja sebagai pemulung.
Selama
belum
memperoleh
pekerjaan atau mempunyai usaha yang lebih baik, mereka akan selalu menjadi pemulung. Sudah menjadi kewajiban bagi kawan-kawan lainnya untuk saling membantu di antara mereka. Hal ini terus berlangsung sehingga hubungan
komunikasi
di
antara
para
pemulung seolah tidak ada putusnya. Di
dalam
lingkungan
sendiri,
meminta bantuan orang lain merupakan salah satu penggunaan modal sosial yaitu hubungan sosial yang ada di dalam desa. Rasa saling mempercayai antar
warga cukup
tinggi
sehingga proses meminta bantuan orang lain dapat berlangsung dengan baik. Namun demikian
apabila
sekali
saja
terdapat
Strategi Nafkah Pemulung di Tempat Pembuangan Sampah Akhir Toisapu, Ambon |49
pelanggaran, maka rasa kepercayaan tersebut
walaupun kemiskinan merupakan sebuah
akan dengan cepat luntur. Pemulung sangat
fenomena yang setua peradaban manusia,
berhati-hati dalam menjaga hubungan sosial
tetapi pemahaman terhadapnya dan upaya
berbasis kepercayaan ini. Sekali saja mereka
mengentaskannya belum menunjukkan hasil
berbuat salah atau mengingkari janji, maka
yang menggembirakan. Ada
seumur hidup akan tidak dipercayai oleh
beberapa
pandangan
yang
menyebutkan bahwa para pemulung kurang
orang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidup
mendapat
pelayanan
yang
baik,
karena
sehari-hari di kala pendapatan menurun,
dengan adanya komunitas yang miskin maka
pemulung
meminta
pandangan terhadap orang miskin terkadang
bantuan orang lain yang ada di sekitar
salah bahkan ada beberapa orang yang
mereka. Selain itu mereka juga meminta
menganggap dirinya miskin dan hampir
bantuan orang lain pada pengelola TPA
semua orang ingin mendapat perhatian dari
Toisapu. Mereka sangat menjaga rasa saling
orang lain. Walau sudah banyak sekali
mempercayai
yang
program yang dikembangkan oleh berbagai
dijatuhkan pada warga yang curang dalam
pihak (pemerintah dan non pemerintah) yang
utang piutang dirasa sangat berat. Selain
berskala kecil maupun besar tapi tetap saja
dikucilkan dan dijadikan pergunjingan warga,
persoalan kemiskinan yang menimpa bangsa
pelaku tidak lagi memperoleh kepercayaan
kita belum berakhir. Masalah kemiskinan
untuk
ini
selalu berpaut dengan permasalahan yang ada
mengingat hasil pemulungan sampah yang
di kehidupan kita, antara lain: permasalahan
dilakukan
sangat
ekonomi, pendidikan, sosial budaya, politik,
kebutuhan
ideologi dan lain-lain. Satu dengan yang lain
seringkali
ini.
berhutang
Sanksi
memperoleh
oleh
bermanfaat
bantuan.
para
dalam
sosial
Hal
pemulung
memenuhi
saling kait-mengait. Berbagai pengertian dan
hidup.
definisi tentang kemiskinan dirumuskan oleh
D. Pembahasan
para ahli dan pembuat kebijakan agar upaya Keberadaan para pemulung di TPA Toisapu
merupakan
kemiskinan yang
wujud
dari
sebuah
ada pada masyarakat.
Kemiskinan sebagai masalah global, tidak dapat hanya diselesaikan oleh sepihak lewat berbagai kebijaksanaan pembangunan, tetapi juga harus menjadi tanggung jawab bersama
pengurangan kemiskinan betul-betul efektif. Pendefinisian kemiskinan adalah salah satu upaya
dalam
kerja
besar
pengentasan
kemiskinan. Pihak-pihak yang melakukan hal tersebut
tentunya
sudah
mempunyai
gambaran utuh mengenai kemiskinan, faktorfaktor yang menyebabkan kemiskinan dan
bagi semua pelaku pembangunan termasuk masyarakat itu sendiri. Memang ironis bahwa 50 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 41‐56
juga tingkat keberhasilan dan kegagalan dalam kegiatan pengurangan kemiskinan. Fenomena
dalam kemampuan berusaha dan terbatas
rendahnya penghasilan atau tidak dimilikinya
aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga
mata pencaharian yang cukup mapan untuk
seringkali
tempat bergantung hidup. Pendapat seperti
masyarakat lain yang memiliki potensi lebih
ini, untuk sebagian mungkin benar, tetapi
tinggi. Definisi yang lebih lengkap tentang
diakui atau tidak kurang mencerminkan
kemiskinan
kondisi
dihadapi
Friedman. Menurut Friedman kemiskinan
keluarga miskin. Kemiskinan sesungguhnya
adalah ketidaksamaan untuk mengakumulasi
bukan semata-mata kurangnya pendapatan
basis kekuasaan sosial.17
yang
dalam
disebut miskin pada umumnya selalu lemah arti
riil
ekonomi,
Orang atau keluarga miskin yang
sebenarnya
untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok atau
makin
tertinggal
dikemukakan
Sementara yang
jauh
oleh
dari
John
dimaksud
basis
standar hidup layak, namun lebih dari itu
kekuasaan sosial itu menurut Friedman
esensi
menyangkut
meliputi, pertama, modal produktif atas aset
kemungkinan atau probabilitas orang atau
misalnya tanah perumahan, peralatan, dan
keluarga miskin itu untuk melangsungkan dan
kesehatan. Kedua, sumber keuangan, seperti
mengembangkan
income dan kredit yang memadai. Ketiga,
kemiskinan
adalah
usaha
serta
taraf
kehidupannya.
organisasi sosial dan politik yang dapat
Kemiskinan
didefinisikan
sebagai
digunakan
untuk
mencapai
kepentingan
kekurangan barang-barang dan pelayanan-
bersama, seperti koperasi. Keempat, network
pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai
atau
suatu standar hidup yang layak. Definisi lain
pekerjaan, barang-barang, pengetahuan dan
tentang kemiskinan adalah ketidaksanggupan
keterampilan
untuk
informasi-informasi
mendapatkan
barang-barang
dan
pelayanan-pelayanan yang memadai untuk
jaringan
sosial
yang
untuk
memperoleh
memadai. yang
berguna
Kelima, untuk
18
kehidupan.
memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas.15
Pola hidup berarti suatu sistem
Hal senada juga diungkapkan oleh Emil
kehidupan yang sehari-harinya dilakukan dan
Salim, mendefinisikan kemiskinan sebagai
diaplikasikan mengakibatkan suatu bentuk
kurangnya
kebiasaan
pendapatan
untuk
memenuhi
atau
cara
kerja
yang
selalu
kebutuhan hidup yang pokok.16
dilakukan. Sebagai contoh, manusia memiliki
pola hidup sebagai mahluk yang konsumtif.
15
Bagong Suyanto, Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin. (Jakarta: Universitas Airlangga. 2010), h. 4. 16
Bambang Rustanto. Peningkatan Kesejahteraan Komunitas Terpencil. (Jakarta: Rineka Cipta. 2007), h. 19.
Demikian halnya dengan para pemulung di 17
Bagong Suyanto, ibid, h. 6.
18
Ibid, h. 6-7.
Strategi Nafkah Pemulung di Tempat Pembuangan Sampah Akhir Toisapu, Ambon |51
TPA Toisapu ini mereka memiliki pola hidup
bahwa hubungan yang terjadi pada kelompok
yang sangat khas dibandingkan dengan
pemulung di TPA Toisapu bahwa mereka
masyarakat-masyarakat lain yang memiliki
akan melakukan suatu hubungan dengan siapa
pekerjaan di luar pemulung.
saja selama mereka tidak merasa dirugikan
Para pemulung di TPA Toisapu ini
oleh
pihak
lain,
dimana
mereka
memiliki pola hidup yang sangat rumit. Setiap
mengharapkan suatu interaksi antar lawan
harinya para pemulung memiliki jam-jam
bicara mereka serta hubungan yang mereka
kerja yang sudah terpola dengan baik dan
jalankan terjadinya suatu kepercayaan dan
rutin dikerjakan setiap hari. Tepat pada pagi
hubungan yang timbal balik yang bisa
harinya para pemulung akan mempersiapkan
memperkuat hubungan kerja sama yang akan
dirinya untuk berangkat pagi-pagi benar untuk
mereka ciptakan antara sesama pemulung,
berlomba sampai di tempat pembuangan
pemilik lapak atau pun terhadap masyarakat
sampah. Setiap keluarga pemulung telah
luar dari TPA Toisapu.
membawa segala perlengkapan, baik makanan
Suatu hubungan akan terjalin dengan
atau minuman dan gancu sebagai alat untuk
siapa saja, selama mereka melakukan suatu
mengambil sampah-sampah tersebut. Para
interaksi yang baik dengan orang lain. Seperti
pemulung ini mendapatkan hasil yang dicari
yang terjadi pada kelompok pemulung di TPA
untuk kebutuhan hidup keluarga.
Toisapu
Namun dari kondisi ini, terdapat
dengan
mereka semua
menjalankan orang,
hubungan
terutama
dengan
beberapa strategi nafkah yang menjadi kajian
pemilik lapak. Hal ini mereka lakukan karena
sosiologis yakni;
adanya tujuan yang ingin mereka capai, misalnya hubungan antar pemulung dengan
1) Networking
petugas Networking
merupakan
suatu
jaringan yang akan menghubungkan individu satu
dengan
yang
lainnya
sehingga
menimbulkan suatu hubungan antar individu tersebut.
Seperti
pemulung
mereka
menyebarluaskan jaringan mereka agar tetap bertahan hidup di kota dengan harapan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik, dengan jaringan atau networking yang mereka miliki akan membawa suatu dampak yang lebih baik untuk kehidupan mereka. Dari
TPA
terjalin
karena
pemulung
membutuhkan petugas TPA sebagai akses untuk bekerja di lokasi TPA Toisapu, sedangkan antar sesama pemulung hubungan tersebut
terjadi
karena
mereka
saling
membutuhkan untuk saling bertukar informasi sehubungan
dengan
harga-harga
barang
pulungan mereka, pemulung dan pemilik lapak melakukan hubungan karena pemulung membutuhkan penampung sebagai pemilik modal untuk menjualkan hasil pulungan mereka
pengamatan yang telah peneliti lakukan 52 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 41‐56
sedangkan
pemilik
lapak
membutuhkan pemulung untuk mendapatkan
ini yang membuat mereka saling percaya
barang-barang bekas untuk di daur ulang.
antar lainnya.
2) Trust
3) Reciprocal
Suatu kepercayaan akan terbangun
Segala sesuatu yang dikerjakan akan
dengan sendirinya dalam suatu komunitas
mengharapkan suatu hubungan timbal balik
atau kelompok baik komunitas pemulung atau
yang akan menguntungkan satu sama lainnya
pun dengan komunitas umum. Kepercayaan
dimana adanya suatu tujuan yang ingin
yang
mereka capai, hubungan timbal balik yang
terjadi
dengan
adanya
komunitas
pemulung, membuat persoalan yang dimiliki
terjadi
tersebut
kelompok
merupakan modal bagi mereka, hubungan
pemulung kepercayaan merupakan suatu hal
saling membantu merupakan modal bagi
yang sangat berharga karena dari kepercayaan
kaum seperti pemulung. Hubungan timbal
mereka bisa menimbulkan rasa solidaritas
balik akan terus berlangsung terjadi dalam
antara mereka. Kepercayaan yang terjadi tidak
kehidupan mereka, saling membutuhkan satu
hanya antar sesama pemulung akan tetapi
sama lainnya. Hubungan timbal balik yang
kepercayaan ini terjadi kepada pemilik lapak
terjadi pada kelompok pemulung merupakan
atau penadah. Dari pengamatan yang sudah
salah satu strategi yang mereka lakukan dalam
dilakukan oleh peneliti bahwa pada kelompok
kehidupan mereka, karena dengan modal
pemulung di TPA Toisapu terjadi suatu
seperti ini yang hanya mereka miliki. Proses
kepercayaan yang baik antara pemulung dan
terjadinya suatu reciprocal tidak hanya terjadi
penadah serta sesama kelompok pemulung.
seperti jual beli akan tetapi melalui proses
hal ini terjadi dengan adanya pemberian cash
yang
bond terlebih dahulu ke pemulung, penadah
kehidupan masyarakat, dan hubungan seperti
percaya terhadap pemulung-pemulung ini
ini terjadi dalam jangka panjang maupun
karena adanya suatu kejujuran yang diberikan
pendek.
dapat
teratasi.
Di
terhadap penadah, dengan mereka tidak lari
pada
sudah
kelompok
terjadi
pemulung
sebelumnya
ini
dalam
Hal seperti ini juga akan dirasakan
baru.
oleh tingkat rasa sosial yang tinggi, selain itu
Kepercayaan yang terjalin antar sesama
hubungan timbal balik akan terjadi ketika
pemulung karena mereka merasa memiliki
orang tersebut merasa bahwa ia pernah
nasib yang sama dalam bidang pekerjaan
dibantu oleh seseorang tersebut dalam artian
sehingga dapat saling mengerti dan mereka
balas budi. Setiap kehidupan seseorang selalu
berasal dari daerah yang sama sehingga
mengharapkan balasan terhadap kebaikan
memiliki rasa persaudaraan yang kuat dan hal
yang ia peroleh dari orang tersebut akan tetapi
atau
mencari
penadah
yang
hal ini juga akan terjadi dengan tingkat Strategi Nafkah Pemulung di Tempat Pembuangan Sampah Akhir Toisapu, Ambon |53
kepedulian
sosial
yang
tinggi,
saling
E. Kesimpulan Dan Rekomendasi
membantu dan saling memperhatikan. Hubungan
yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terjadi
antara
strategi nafkah pada komunitas pemulung di
pemulung dan penadah membuat mereka
TPA Toisapu adalah sebagai berikut.
saling
1. Strategi mencari nafkah yang dilakukan
membutuhkan
satu
dengan
yang
lainnya. Hubungan seperti ini terjadi disebut
oleh para pemulung di TPA Toisapu
dengan patron-klien. Pemulung di Tempat
antara
pembuangan Akhir TPA Toisapu adalah
bagaimana
Penadah sebagai Patron sedangkan pemulung sebagai
klien.
Patron
akan
lain
peralatan
strategi
ekonomi,
menyiapkan dan
yakni
berbagai
semangat
dalam
selalu
menjalankan aktivitas sebagai pemulung.
membutuhkan kliennya, hal ini terjadi karena
Selain itu terdapat strategi sosial, dimana
Patron membutuhkan hasil sampah yang di
telah terjadinya suatu kepercayaan yang
dapat. sedangkan kliennya membutuhkan
melekat dalam kehidupan sehari-hari
uang untuk kehidupan keluarganya semuanya
pemulung ini. Kepercayaan yang dimiliki
ini saling ketergantungan satu dengan yang
untuk mempererat kembali kelompok
lainnya. Ketergantungan yang terjadi mem-
mereka,
buat mereka menjadi malas untuk melakukan
membutuhkan satu dengan yang lainnya
pencarian informasi untuk akses di luar
sehingga menimbulkan rasa hubungan
sekitaran TPA, walaupun pemulung tersebut
membuat
rasa
saling
keluarga. Dari hubungan yang sudah
merasa tergantung dengan keadaan seperti ini
terjalin
tapi tidak menutup kemungkinan memperoleh
ekonomi atau uang saja akan tetapi dalam
informasi tentang lapak di luar TPA. Mereka
sudah
merasa
tidak
hanya
dalam
bentuk
bentuk tenaga atau pun dalam bentuk nyaman
barang dan mereka akan membalasnya
dengan keadaan yang seperti sekarang ini, dan
dari apa yang sudah mereka peroleh dari
penadah yang datang langsung ke lokasi
apa
mereka dan tanpa harus mereka yang datang
sebelumnya.
dan membawa karung-karung yang untuk di
yang
sudah
mereka
bantu
2. Dalam kajian sosiologi, strategi sosial
jual. Dalam keadaan seperti ini kedua belah
terbagi
pihak saling diuntungkan, ketika pemulung
networking merupakan suatu jaringan
belum memiliki barang untuk ditimbang ke
yang akan menghubungkan individu satu
penadah maka seorang patron merelakan diri
dengan lainnya sehingga menimbulkan
untuk
membantu
membutuhkan.
kliennya
yang
lagi
menjadi
3
bagian
yaitu:
suatu hubungan antar individu tersebut. Trust
atau
suatu
kepercayaan
akan
terbangun dengan sendirinya dalam suatu 54 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 41‐56
komunitas atau kelompok baik komunitas pemulung ataupun dengan komunitas umum serta resiprocal merupakan segala sesuatu
yang
dikerjakan
akan
mengharapkan suatu hubungan timbal balik yang akan menguntungkan satu sama lainnya di mana ada suatu tujuan yang ingin mereka capai. Dari
kesimpulan
tersebut,
studi
mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut: 1. Perlu adanya pola pendidikan yang baru dalam mengelola sampah, sehingga para pemulung bisa mengolah hasil sampah menjadi
sebuah
kerajinan
untuk
menambah ekonomi keluarga mereka. 2. Pemerintah dapat
Kota
lebih
Ambon
diharapkan
memperhatikan
dan
mendukung pekerjaan di sektor informal terutama
sebagai
memberikan
pemulung
bantuan
dengan
kesehatan.
Mengingat di satu sisi pekerjaan sebagai pemulung
dapat
pengangguran
dan
mengurangi menjadi
tingkat lapangan
pekerjaan yang menghasilkan yang cukup untuk pemenuhan kebutuhan keluarga dan sisi lain pekerjaan pemulung sangat rentan terhadap penyakit.
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Slamet dan Aminuddin. Fiqih Munakahat. Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999. Amsyari, F. Prinsip-prinsip Pencemaran Lingkungan. Ghalia Indonesia, 1986.
Masalah Jakarta:
Azrul, Azwar, Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. 1995. Basrowi, Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2008. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud, 1997. Dharmawan, A.H. Farm Household Livelihood Strategies and SocioEconomic Change in Rural Indonesia. Jerman: University Of Gottingen, 2001. Hasan, Z. dan Zaini Salladin. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Akademik, 1996. Hermanto, F. Rural Livelihood and Diversity in Developing Countries. Oxford: Oxford University Press, 2000. Hermanto. Kemiskinan di Pedesaan; Masalah dan Alternatif Penanggulangannya. Bogor: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. 1995. Iqbal, Moch. Strategi Nafkah Rumah Tangga Nelayan (Studi Kasus di Dua Desa Nelayan Tangkap Kabupaten Lamongan Jawa Timur). Tesis Institut Pertanian Bogor, Sekolah Pasca Sarjana, 2004. Kusnadi. Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung: Humaniora Utama Press, 2002. Rustanto., Bambang. Peningkatan Kesejahteraan Komunitas Terpencil. Jakarta: Rineka Cipta. 2007. Sajogyo. Sosiologi Terapan. Bogor: Pidato Ilmiah Purna Bhakti Guru Besar IPB, 23 September, 1991.
Strategi Nafkah Pemulung di Tempat Pembuangan Sampah Akhir Toisapu, Ambon |55
Saruji, D., Pengolahan sampah. (Surabaya: Akademik Penilik Kesehatan. Surabaya. 1985). Suyanto, Bagong. Perangkap Kemiskinan: Problem dan Strategi Pengentasannya. Surabaya: Airlangga University press, 1999. Widiyanto. Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan. Surakarta: UNS Press, 2010.
56 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 41‐56
PENGARUH PEMIKIRAN KEAGAMAAN LASKAR JIHAD AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMAAH DI AMBON Muhammad Arief Budiyanto1
ABSTRACT The development and dinamica of thought amongst groups always keep on in diversity. For instant, the thoughts of mu’tazilah which is liberal is against those of As’ariyah and Maturidiyah which proclaim Ahl Al-Sunnah wa Al-Jamaah. Each thought which is lead by Ja’far Umar Thalib. This thought is more known with Laskar Jihad Ahl Al-Sunnah wa al-Jamaah. This thought has 3 basic teaching; tauhid (pure oneness), hadis (the Prophet’s saying) and the thought of salafiyyin. This teaching has spreaded in Ambon, it’s aimed to give an aid in struggling (jihad) against the Kafiruun (the disbelievers). Before the coming of Islamic Shari’a, either in Tauhid, shari’a or jihad (struggle). Nevertheless, after the Laskar Jihad came, those sinful acts has been eliminated. Keywords: Pemikiran Keagamaan, Laskar Jihad, Tauhid, Jihad, Syariat. A. Pendahuluan Fenomena kemunculan berbagai aliran keagamaan di kalangan umat Islam terus mengalami perkembangan, dari yang tradisional hingga yang liberal. Aliran Mu’tazilah yang berpaham liberal (mendahulukan akal dari pada wahyu), akhirnya digantikan oleh aliran Asyariah yang tradisional (mendahulukan wahyu dari pada akal).2 Perbedaan metode berpikir yang dimainkan oleh masing-masing aliran tersebut telah membawa dinamika pemikiran di kalangan umat Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, muncul aliran Maturidiyah, yang kemudian dikenal dengan aliran Ahl-alsunnah wa al-jama’ah, dengan afiliasi berpikir Mu’tazilah-Asy’ariah. Aliran al-Maturidiyah sesuai metode Abu Hanifa, tanpa berlebihlebihan atau melampaui batas yang dibarengi dengan petunjuk syara’, Asyi’ariyah terikat kepada dalil naqli (nash) dan menguatkannya dengan dalil ‘aqli (nalar). 1
Tenaga Pengajar pada Jurusan Aqidah dan Filsafat, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon. 2
Abd al-Karim al-Syahrastaniy, al-Milal wa al-Nihal, (Beirut: Dar al-Fikr, 1984), hlm. 13-15.
Di era sekarang fenomena kemunculan bebagai aliran keagamaan mengalami perkembangan cukup siknifikan, termasuk sebuah gerakan yang dipicu oleh berbagai konflik sosial seperti di Maluku, pada tahun 1999 atau awal tahun 2000. Gerakan pimpinan Ja’far Umar Thalib (selanjutnya disebut Thalib) tersebut disebut laskar Jihad Al ahlus sunnah wal- Jama’ah (selanjutnya disebut Laskar Jihad) Kedatangan laskar Jihad ke Maluku. Awal kedatangan Laskar Jihad untuk membantu masyarakat Muslim berperang melawan masyarakat Kristen, telah menancapkan gagasan-gagasannya di kalangan masyarakat Maluku, terutama dalam pemikiran keagamaan. Laskar Jihad, dalam praktek kehidupan sosial keagamaan di Ambon ternyata mempunyai warna tersendiri. Mereka berpakaian eksklusif, model praktek ibadah yang berbeda dengan masyarakat Ambon, metode pendidikan berbeda dengan yang digunakan di Ambon selama ini, dan pelaksanaan dakwah yang berbeda dengan tradisi dakwah di Ambon. Pemikiran dan gerakan keagamaan Laskar sebenarnya cukup fenomenal, tetapi pengaruhnya dapat dirasakan oleh masyarakat Muslim di Ambon. Kegiatan dakwah sangat semarak, lembaga
Pengaruh Pemikiran Keagamaan Laskar Jihad Ahl Al‐Sunnah Wa Al‐Jamaah di Ambon |57
pendidikan dibangun dan dimaksimalkan peranannya. Pemanfaatan mesjid sebagai pusat kegiatan dakwah pun sangat baik. Dengan kata lain, Laskar Jihad di Ambon telah mampu beradaptasi dan interaksi dengan masyarakat Muslim Ambon. Akan tetapi, apakah pengaruh pemikiran Keagamaan Laskar Jihad masih efektif dilaksanakan oleh masyarakat Muslim Ambon? Inilah yang mendorong penulis melakukan penelitian tentang Laskar Jihad Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah dan pengaruh Pemikiran Keagamaannya bagi masyarakat Ambon. Penelitian ini dirumuskan dua masalah,yaitu: (a) bagaimana pemikiran keagamaan Laskar Jihad Ahlus sunnah walJama’ah? dan (b) bagaimana pengaruh pemikiran keagamaan Laskar Jihad Ahlus sunnah wal-Jama’ah terhadap praktek keberagamaan Umat Islam Ambon? Melalui dua rumusan ini akan ditelusuri mainstream Gerakan Laskar Jihad di Ambon dan pengaruhnya terhadap pemikiran keberagamaan masyrakat Muslim Kota Ambon. B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (a) pemikiran keagamaan Laskar Jihad Ahlus sunnah wal-Jama’ah Ambon; dan (b) pengaruh pemikiran keagamaan Larkar Jihad Ahlus sunnah wal-Jama’ah terhadap praktek keberagamaan Umat Islam Ambon. sedangkan penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah khazanah keilmuan, terutama terkait dengan pemikiran keagamaan seperti Laskar Jihad. C. Metodologi Penelitian Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di kota Ambon dengan pertimbangan bahwa belum ada penelitian mengenai pengaruh pemikiran keagamaan Laskar Jihad Ahlus sunah wal-Jamaah
terhadap praktek keberagamaan Umat Islam Ambon . Di samping itu, Laskar Jihad berada di Ambon dalam waktu yang lama sehingga diprediksi banyak pemikiran keagamaannya yang berpengaruh terhadap kehidupan keagamaan masyarakat Ambon. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini deskriptif yang menjelaskan seluruh data, fenomena, dan fakta yang ada secara konkrit, serta menjelaskan hubungan-hubungan dan uji hipotesis serta mendapatkan makna dan komplikasi dari permasalahan yang hendak dicapai.3 Pendekatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi dan antropologi. Pendekatan sosiologi dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian dari orang-orang yang benar-benar memahami persoalan yang dikaji oleh penulis. Sedangkan pendekatan antropologi digunakan dengan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian melalui observasi terhadap kondisi dan perilaku kehidupan masyarakat. Populasi dan Sampel. Populasi penelitian ini seluruh umat Islam Kota Ambon yang telah dewasa dan keseluruhan Laskar Jihad Ahlus sunah wal-Jama’ah yang masih berada di Kota Ambon. Sedangkan sampel penelitian ini dilakukan secara purposive samples, yaitu pengambilan unsur sampel atas dasar tujuan tertentu sehingga memenuhi keinginan dan kepentingan penelitian.4 Teknik Pengumpulan Data. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field researc) yang mengumpulkan datanya digunakan tiga teknik. Pertama, observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara 3
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Cet. XIV; Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 6 4
Lihat Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah (Cet.VIII; Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004), hlm.73
58 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 57‐68
sengaja dan langsung ke objek yang diteliti, yakni aktifitas Laskar. Kedua, wawancara, yaitu melakukan dialog terstruktur kepada para da’i Laskar, masyarakat Muslim yang mengikuti kegiatan Laskar Jihad, dan Umat Islam Ambon lain. Ketiga, dokementasi, yaitu mencari data yang berkenaan dengan catatan atau arsip-arsip sebagai sumber data yang berhubungan dengan sejarah Laskar, kegiatan dakwah, dan lainnya. Teknik Analisis Data. Penelitian ini dianalisis secara kualitatif dengan langkahlangkah: (a) mengelompokkan data atau display data, yaitu mengumpulkan beberapa bahan dan pertanyaan yang saling berkaitan; (b) reduksi data yaitu dengan menganalisis data secara keseluruhan kemudian memberikan penilaian sesuai dengan tema, untuk mencari bagian-bagian yang saling terkait agar lebih sederhana; dan (c) interpretasi data, yaitu menafsirkan dan mengelompokkan semua data agar tidak terjadi tumpang tindih dan kerancuan karena perbedaan-perbedaan.
sarana ibadah, membuat bangunan untuk pengajian dan lain sebagainya.5 Namun pembahasan tentang pengaruh pemikiran keagamaan laskar jihad Ahlus sunnah wal-Jama’ah terhadap praktek keberagamaan umat islam ambon tidak dikupas dalam buku tersebut. skripsi tahun 2001 oleh saudari Masyita Makatita tentang Implikasi Makna Jihad di Kalangan Umat Islam Maluku, tentang laskar Jihad. Jadi, dalam skripsi tersebut tidak menyentuh secara gamblang persoalan pengaruh pemikiran keagamaan Laskar Jihad terhadap praktek keberagamaan umat Islam Ambon.6 Adapun pembahasan dalam penelitian ini berkisar kepada pengaruh pemikiran keagamaan Laskar Jihad Ahlus sunnah wal-Jama’ah terhadap praktek keberagamaan umat Islam Ambon. Dengan demikian, sepanjang pengetahuan dan penelitian penulis belum ada karya ilmiah yang membahas tentang persoalan pengaruh pemikiran keagamaan Laskar Jihad terhadap praktek keberagamaan umat Islam di Kota Ambon.
D. Tinjauan Pustaka Karya-karya Ilmiah yang membahas tentang kegiatan Laskar Jihad Ahlus sunnah wal-jama’ah di Ambon semenjak kedatangan di Ambon pada bulan April tahun 2000 masih sedikit dan pembahasannya juga tidak terlalu gamblang dan dengan format yang masih terbatas. Misalnya dalam buku badai pembalasan Laskar Jihad Mujahidin Ambon oleh rustam kastor,pembahasan tentang kegiatan Laskar Jihad Ahlus Sunnah waljama’ah berkisar pada membantu kaum muslimin untuk melawan kaum Nasrani dan RMS di Kota Ambon, poliklinik cuma-cuma, khitanan masal, dakwah keliling, membangun
E. Hasil Penelitian A. Diskripsi Laskar Jihad Ahlussunnah wal-Jama’ah di Kota Ambon Awal Pembentukan Laskar Jihad Ahlus sunnah wal Jama’ah. Secara umum dapat dikatakan bahwa mainstream organisasi Laskar di Ambon berpikir NKRI. NKRI yang mayoritas penduduknya umat Islam telah tegak karena tiga pilar, yaitu: kaum muslimin sebagai mayoritas rakyat Indonesia,
5
Lihat Rustam Kastor, Badai Pembalasan Laskar Mujahidin Ambon ( Cet. II; Yogyakarta: Wihda Presas, 2000), hlm.83-102 6
Masyita Makatita, Implikasi Makna Jihad di Kalangan Umat Islam di Maluku (Skripsi) (Ambon: Jurusan Syari’ah STAIN Ambon, 2001), hlm. 43-65
Pengaruh Pemikiran Keagamaan Laskar Jihad Ahl Al‐Sunnah Wa Al‐Jamaah di Ambon |59
TNI/Polri, dan pemerintah yang beribawa.7 Ketika konflik terjadi, Laskar melihat TNI/Polri dan pemerintah terkesan tidak berdaya menghadapi realitas konflik di Ambon yang diprediksi merupana rekayasa dan konspirasi Barat, terutama AS. Umat Islam merupakan satu-satunya harapan yang dapat menyelamatkan bangsa. Apalagi umat Islam yang menjadi sarana konflik oleh kaum Nasrani. Inilah yang mengusik jama’ah lascar Ahlussunnah wal-Jama’ah untuk berjihad ke Ambon. Pimpinan Laskar Jihad, Ja’far Umar Thalib pada tanggal 30 Januari 2000 menggelar tabligh akbar di gedung Krisdoyo Kodya Yogyakarta yang mendapat perhatian besar umat Islam dunia. Mereka memandang pemerintah pimpinan Abdurrahman Wahid tidak berdaya menghentikan konflik. Tabligh akbar tersebut mendapat simpati juga dari kaum muslim di seluruh kota di Indonesia, sehingga terbentuklah Forum Komunikasi Ahlussunnah wal Jama’ah (FKAWJ) untuk mengutus tim investigasi ke Ambon, Maluku dan Maluku Utara guna melakukan tugas penelitian, pencarian data, serta orientasi lapangan guna mengenal langsung kondisi Maluku. Pada tanggal 6 April 2000 inilah diresmikanya Laskar Jihad Ahlussunnah wal Jama’ah di Indonesia, di bawah naungan Forum Komunikasi Ahlussunnah wal Jama’ah (FKAWJ). Ja’far Umar Thalib pimpinan Laskar memerintahkan jamaahnya untuk melakukan jihad di Ambon yang mendapat legitimasi fatma beberapa orang syekh dari Timur Tengah seperti: Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad, seorang Ahli Hadits di Kota Madinah, Syaikh Ahmad An-Najmi, anggota Haiah Kibarul Ulama As Su’u-diyah di wilayah 7 Jafar Umar Thalib, Buku Petunjuk dan Latar Belakang Pengiriman Laskar Jihad Laskar Jihad Ahlussunnah wal Jama’ah ke Maluku, (Malang: Forum Komunikasi Ahlussunah wal-Jama’ah Sektor Malang, 2000), hlm. 3.
Jizan, Saudi Arabia, dan lain-lain.8 Semenjak kedatangan pertama ke Ambon 26 April 2000, pasukan Laskar telah berjumlah lebih dari 3000 personil. Bentuk-Bentuk Kegiatan Laskar Jihad Ahlus sunnah Wal Jama’ah. Forum komunikasi Ahlussunnah Wal Jama’ah (FKAWJ), memiliki divisi-divisi dengan berbagai bentuk kegiatannya. Program Divisi Dakwah dan Pendidikan. Program Divisi Dakwah dan Pendidikan ini, terdiri dari dua program kegiatan, yakni program devisi dakwah meliputi: Pesantren liburan, Ma’had Dieny alManshurah, dan Majlis Ta’lim al-Nisa’, Forum Komunikasi Ahwat Salafiyyah SeSalahutu, Pelaksanaan Khutbah Jum’at, dan Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) Al Mansuroh. Sedangkan program Divisi Pendidikan meliputi: pendidikan dan pengajaran di Lembaga Pendidikan Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIP) AlMansuroh atau Pondok Pesantren Salafiyah (PPS) Almansuroh tingkat Raudhotul Atfal (RA), Lembaga Pendidikan Dasar Terpadu (SDIP/MIP) Al Mansuroh atau Pondok Pesantren Salafiyah (PPS) Almansuroh tingkat Ula dan memperoleh ijazah dari Kementerian Agama Republik Indonesia. Juga Lembaga Pendidikan Tingkat Wustho / Mutawasithoh, Tarbiyatul An Nisa’ di Perumahan Al Muhajirin I, Tahfidzul Qur’an di samping Masjid Abu Bakar Ash Shiddiq di Perumahan Al Muhajirin I dan Tarbiyatun Du’at / Tahfidzul qur’an tingkat atas 9yang bertempat di Ma’had Ath Thoifah Al Mansuroh di Kebun Cengkih, Batu Merah Atas Ambon. 8
Yayasan Abubakar Asshiddiq, Perjalanan Laskar Jihad Hingga Pembubarannya, “Data Tertulis, Ambon, Tanggal 2 Januari 2006. 9
Abu Azzam, Staf Pengajar Pondok Pesantren Salafiyah (PPS) / Madrasah Ibtidaiyah Terpadu (MIP) Al Mansuroh, “Wawancara”, Ambon, Tanggal 1 Desember 2014.
60 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 57‐68
Program Divisi Sarana Prasarana. Divisi ini memiliki program untuk menyiapkan seluruh keperluan jihad.Setelah melaluai perampingan, Divisi ini di bagi dua,yaitu divisi penerangan mencari informasi tentang situasi Ambon dan kegiatan Laskar Jihad serta mempublikasikannya untuk diketahui khalayak, sehingga masyarakat Muslim dapat mengikuti perkembangan situasi dan kondisinya. Bentuk kegiatannya dilakukan dalam bentuk media masa, yaitu radio dan majalah. Radio yang diberi nama “Radio SPMM” 105,5 FM (Radio suara perjuangan Muslim Maluku) yang sekarang berubah nama menjadi “Radio Suara Tauhid” 107,5 FM, radio ini dimaksudkan untuk media dakwah, sedangkan majalah yang diberi nama Asy-syari’ah, terbit di Yogyakarta tiap bulan, adalah untuk menginformasikan ajaran-ajaran Islam. Sedangkan program Divisi kesehatan antara lain melakukan pelayanan terhadap masyarakat Muslim yang sakit. Divisi ini berpusat di Kebun Cengkeh dengan nama Poliklinik Ahmed Medical Team yang sekarang dikelola oleh Yayasan Abubakar Ashidiq. Pengobatan dilakukan secara cumacuma oleh dokter ahli dari kalangan laskar, namun demikian untuk sementara pelaksanaan divisi ini berhenti aktifitas mengingat gedung Ahmed Medical Team yang selama ini dipakai untuk pelaksanaan pelayanan ummat telah dikembalikan kepada pihak yang berhak. 10 Adapun kegiatan kegiatan lain yang sifatnya personal tetap berlanjut dalam pengelolaan masing masing, seperti kegiatan bisnis perbengkelan, bisnis Teralis, bisnis obat-obatan herbal maupun kegiatan bisnis fashion.
Akhir Perjalanan Laskar Jihad Ahlus sunnah wal-Jama’ah. Forum komunikasi Ahlussunnah Wal Jama’ah (FKAWJ) yang berusia 3 tahun segera membubarkan diri. Alasan pembubaran itu, bahwa selain penanganan harus diserahkan dan dikembalikan kepada pemerintah Indonesia, juga karena Laskar pimpinan Ja’far Umar Thalib telah menyalahi fatwa Majelis Ulama Besar di Saudi Arabia, Hai’ah kibar al-‘Ulama. Padahal dalam kesepakatan jihad di ambon, jihad harus minta fatwa kepada majelis ulama Besar, sedangkan Thalib tampaknya tidak melakukannya. Di samping itu aktivitas laskar diduga telah keluar dari manhaj Salafiy, sehingga yang munculnya hanya da’wah ikhwani, maka melalui Surat Keputusan dewan Pembina Forum Komunikasi Ahlussunnah Wal Jama’ah (FKAWJ) tertanggal 5 oktober 2002 yang bertempat di Yogyakarta, organisasi tersebut dinyatakan dibubarkan. Selanjutnya kelanjutan pelaksanaan kegiatan divisi divisi dimaksud langsung dikelola oleh Yayasan Abu Bakar Ash Shiddiq Ambon yang berkantor di Perumahan Muhajirin I. B. Pemikiran Keagamaan Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama’ah di Kota Ambon Bidang Tauhid. Tauhid secara umum berarti mengesakan Allah swt. baik af’al-Nya maupun dari segi zat-Nya. Menurut Abdul Wahab tauhid adalah memurnikan ibadah hanya untuk Allah semata-mata.11 Sedangkan menurut Abdussalam, tauhid memiliki makna yang sangat luas, mencakup seluruh amalan dalam ajaran Islam baik amalan lahir maupun 11
10
Ustadz Abu Farhan, Ketua Yayasan Abu Bakar Ash Siddiq, “Wawancara”, Ambon, Tanggal 4 Nopember 2014.
Muhammad bin Abdul Wahab, Tsalatsu Utsul, Edisi Indonesia dengan Judul; Tiga Landasan Utama (Saudi Arabiah: Direktorat Percetakan dan Penerbitan Departemen Agama, 1423 H/2002 M), hlm.8.
Pengaruh Pemikiran Keagamaan Laskar Jihad Ahl Al‐Sunnah Wa Al‐Jamaah di Ambon |61
amalan batin.12 Al Qur’an dan As Sunnah secara terang sebagai sumber dalam menjelaskan tauhid dan sebagai dasar utama dalam menetapkan akidah tauhid. Tauhid ini sebagaimana dijelaskan Ibnu Sholeh13, meliputi tauhid uluhiyyah, tauhid rububiyyah, dan tauhid asma wa sifat. Tauhid rububiyyah, yaitu mengesakan Allah swt. sebagai pencipta, penguasa serta pengatur (QS. al-Zumar/39:62), QS. alMulk/67:1, QS. al-Araf/7:54). tauhid jenis ini juga diakui oleh orang-orang kafir di zaman Rasulullah saw, tetapi pengakuan ini tidak menjadikan mereka untuk masuk dalam agama Islam (QS. Lukman/31:25). Tauhid uluhiyyah atau tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah swt. dalam peribadahan. Dengan cara tidak menjadikan sesembahan lain bersama Allah swt (QS. al-Nahl/16:36). Tauhid ‘asma dan sifat, yaitu mengesakan Allah swt. dengan nama-nama dan sifat-sifatNya. Ini berarti penegasan terhadap sifat dan nama yang telah ditetapkan dalam kitab-Nya dan sunah Nabi. Sebagai peniadaan yang semisal dengan-Nya dan jangan menjadikan penyerupaan dalam nama-nama dan sifatsifat-Nya. Jadi, maksud dari diberikannya kepada sifat-sifat Allah swt. secara benar adalah harus memenuhi tiga rukun, yaitu mengimani seluruh al-asma’ al-husna, mengimani sifat-sifat yang terkandung dalam pengertian ‘asma tersebut, mengimani segala hukum dan kaidah sifat-sifat Allah swt. Laskar Jihad, sebagaimana ditegaskan Syaifullah, Abdus Salam, dan Ibu Sholeh mengikuti pembagian tauhid seperti di atas. Berdasarkan konsep ini, laskar jihad menganggap praktek masyarakat kota Ambon 12
Ustadz Abdussalam, Pembina Yayasan Abu Bakar Ash Siddiq dan Mudir Madrasah Ath Thoifah Al Mansuroh, “Wawancara”, Ambon, Tanggal 4 Nopember 2014. 13
Ustadz Ibnu Sholeh, Staf Pengajar Madrasah Ath-Thoifah Al-Mansuroh, “Wawancara”, Ambon, Tanggal 1 Nopember 2014.
yang meminta air untuk upaya mencari jodoh, melamar pekerjaan, berjihad, jimat-jimat, mantera-mantera untuk kekebalan, dan lainlain sebagai penyimpangan dari ajaran tauhid tersebut. Pemikiran di Bidang Syari’at. Syari’at menurut Syaifullah adalah seluruh yang Allah swt. turunkan melalui malaikatNya baik yang teraplikasi dalam kehidupan nabi rasul-Nya, yang harus diikuti umat manusia.14 Jadi syariat “Islam” adalah peraturan yang bersumber dari Al-qur’an dan sunnah Nabi saw. yang diformulasikan dalam fiqih maupun fatwa-fatwa ulama, yang dipedomani dan diberlakukan oleh umat Islam untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat. Dasar dan sumber hukum syari’at itu Al-qur’an, sunnah dan pemahaman para shalafus shalih, maupun generasi sesudahnya yang mengikutinya.15 Juga berbagai macam metode yang dilakukan oleh suatu generasi yang mengikuti jalannya para salafus shalih.16 Maksudnya, ijma, qiyas, istidhal, istihsan, istishab, maslahat mursalah, urf, dan sebagainya. Secara umum, syari’at bertujuan untuk kemaslahatan umat manusia di dunia dan akhirat.17 Menurut al-Syatibi, tujuan tersebut akan terwujud apabila lima unsur pokok kemaslahatan manusia dapat diwujudkan dan 14
Ustadz Syaifullah, Pembina Yayasan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Mudir Ma’had Ath- Thoifah AlMansuroh “Wawancara”, Ambon, tanggal,15 Nopember 2014. Lihat Juga, Muhammad Affifudin As- Sundawi “Hukum Jahiliyah” (Salafi, edisi XXI, 1412H/ 1997M), hlm.67. 15
Ustadz Syaifullah, Op. Cit., “wawancara”. Ambon, tanggal 1 Nopember 2014. 16
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Indonesia edisi I, (Cet ; Jakarta: Raja Grafindo Persada 1995), hlm. 9. 17
Ustadz Syaifullah, Pembina Yayasan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Mudir Ma’had Ath- Thoifah AlMansuroh “Wawancara”, Ambon, tangga,14 Nopember 2014.
62 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 57‐68
dipelihara, yakni agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.18 Pemeliharaan terhadap eksistensi agama berarti taat melaksanakan ajaran agama dan memilihara diri dari orang-orang yang mau merusaknya. pemiliharaan terhadap eksistensi jiwa, yaitu memilihara jiwanya jangan sampai dianiaya oleh orang lain. Islam melarang untuk bunuh diri.19 Islam juga melarang adanya pembunuhan tanpa sebab, dan pelaku pembunuhan diancam dengan hukuman pembalasan seimbang (qishash).20 Tetapi, pelaksana dari hukuman pembalasan dimaksud hendaknya dilakukan oleh pemerintah, bukan oleh kelompok-kelompok masyarakat ataupun golongan tertentu. pemeliharaan terhadap eksistensi akal maksudnya mendayagunakan akal untuk beribadah dan memilihara yang dapat merusaknya, seperti ganja, rokok, psikotropika,dan lain-lain. pemeliharaan terhadap eksistensi keturunan yaitu melalui pernikahan dan pengharaman perzinaan. Pemeliharaan terhadap eksistensi harta berarti memperoleh harta harus dengan jalan halal. Bahkan, Islam mengatur harta setelah si empunya meninggal dengan istilah warisan. Laskar Jihad dalam menjalankan syari’at Islam senantiasa merujuk Al quran dan sunnah yang benar-benar shahih dan berpedoman kepada hasil ijtihad para ulama salafi yang telah diakui keabsahannya sebagai ulama salafi. pemikiran dan praktek-praktek syari’at yang tidak sesuai dengan dasar utama syariat Islam dan fatwa para ulama salafi dianggap telah menyalahi aturan syariat Islam. Misalnya, memakai isbal, berpakaian menampakkan aurat, membunuh anak kecil 18
Asari Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari’ah Menurut al-Syatibi, (Cet.I; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 71. 19 20
Ibid, hlm. 70.
Ustadz Ismail, Penceramah Rutin pada Masjid STAIN Tentang Syarah Hadits Arba’in Ambon, 2005.
dan perempuan dalam berjihad, tidak merapikan dan merapatkan shaf - barisan dalam shalat, tidak memilihara jenggot,mengurangi takaran dalam berjualan, menimbun ikan agar mendapatkan keuntungan yang besar, bergaul bebas antara laki-laki dan perempuan, berjudi, mabukmabukan, perzinahan, dan belajar ibadah secara turun- temurun (taklid buta) dipandang sebagai penyimpangan terhadap syariat Islam. Hukum rajam pernah dilaksanakan oleh Laskar Jihad di Kota Ambon sebagai realisasi ajaran Islam terhadap pelaku zina. Permikiran di Bidang Jihad. Jihad berarti mencurakan segala kemampuan dalam memerangi orang-orang kafir atau musuh. Menurut Laskar Jihad, banyak praktek Jihad yang telah menyimpang dari syariat Islam. Misalnya, para pencaci pemerintah, pelaku bom bunuh diri, demonstran yang merusak fasilitas public - pemerintah, yang selama ini dipandang sebagai “ mujahid” tak lebih sebagai penyeleweng syariat.21 Islam sama sekali tidak memerintahkan amalan tersebut. Maksudnya, bahwa Jihad mengerahkan segala kekuatan jiwa raga untuk kepentingan agama dengan cara yang baik sehingga berhasil baik, bukan sebaliknya. Jika bom bunuh diri dilakukan atas nama jihad, itu tidak lain sebagai pengecut, karena menurut Abdullah Ibn Mubarak, Jihad itu harus memerangi hawa nafsu. Jihad Islam di masa Nabi dikategorikan sebagai fardu ‘ain, terutama bagi kaum Muhajirin dan anshar. Sedangkan Jihad setelah masa kenabian Muhammad, menurut pendapat di kalangan ahli ilmu. diketegorikan wajib kifaya, Jihad wajib dilaksanakan, jika: (a) ditunjukan oleh imam/penguasa karena musuh datang dengan 21
Al-Ustadz Luqman Baabduh, Pembina Majalah Asy-Syari’ah dan Mantan Pembina DPW FKAW Wilayah Maluku, “Ceramah”. Ambon, 2005.
Pengaruh Pemikiran Keagamaan Laskar Jihad Ahl Al‐Sunnah Wa Al‐Jamaah di Ambon |63
tiba-tiba. Abu Ubaidah Safrudin mengemukakan, bahwa tidak ada hijrah setelah fathu Makkah, tetapi yang ada ialah jihad dan niat. Apabila kalian diminta untuk pergi atau berangkat berperang maka pergilah;22 (b) apabila negrinya dikepung oleh musuh, maksudnya jihad wajib dalam upaya mempertahankan negerinya;23 (c) apa bila diperintah oleh imam; pemimpin tertinggi Negara, bukan imam secara umum bagi kaum muslimin semuanya (Q.S. al-Taubah/9:3839): dan (d) apabila diperlukan atau dibutuhkan. Misalnya, kaum muslim memiliki senjata berat seperti artileri, pesawat, atau teknologi tempur lainya, tetapi tidak ada yang mampu mengoperasikannya kecuali seseorang, maka menjadi fardu’ain atas orang tersebut dengan sebab ia dibutuhkan. Jihad dalam pandangan Laskar Jihad, sebagaimana dijelaskan Syeikh Utsaimin rahimahullah terbagi tiga bagian, yaitu: jihad nafs, jihad munafiqin dan jihad kuffar.24 Jihad nafs berarti menundukkan jiwa untuk senantiasa beribadah kepada Allah dan tidak bermaksiat kepada-nya. jihad munafiqin berarti melawan orang-orang munafik dengan ilmu, bukan dengan senjata. jihad kuffar, yaitu memerangi orang-orang kafir yang menentang, yang memerangi kaum muslimin, dan terang-terangan menyatakan kekafirannya, dan jihad ini dilakukan dengan senjata. Sedangkan Abu Ubaidah Safruddin membagi jihad menjadi empat bagian, yaitu: (1) jihad nafs, jihad melawan diri sendiri, (2) jihad syaithan (jihad melawan syaithan), (3) jihad kuffar (jiha melawan kaum kafir), dan 22
Al-Ustadz Abu “Ceramah”, Ambon, 2005.
Ubaidah
Syafruddin,
(4) jihad munafiqin (jihad melawan kaum munafik). Jihad nafs ada empat tingkatan, yaitu: (1) berjihad melawan diri sendiri dengan cara mempelajari kebenaran dan agama yang hak, (2) berjihad melawan diri sendiri dengan mengamalkan ilmu yang dipelajari, (3) berjihad melawan diri sendiri dengan menda’wahkan ilmu yang telah dipelajari dan diamalkannya, (4) berjihad melawan diri sendiri dengan bersikap sabar ketika mendapatkan ujian dan cobaan, baik saat belajar agama, beramal, dan berda’wah.25 Jihad syaithan ada dua tingkatan, yaitu: (1) berjihad untuk menghalau segala sesuatu yang dilontarkan oleh syaithan kepada manusia berupa syubhat dan keraguan yang dapat membahayakan perkara iman, dan (2) berjihad untuk menghalau segala apa yang dilemparkan syaithan berupa kehendak buruk dan syahwat.26 Sedangkan jihad terhadap kaum munafik dan kafir ada empat tingkatan, yaitu: (1) berjihad dengan hati, (2) berjihad dengan lisan, (3) berjihad dengan harta, dan (4) berjihad dengan jiwa. Jihad melawan kaum kuffar dikhususkan dengan tangan (kekuatan), sedangkan melawan kaum munafik dikhususkan dengan lisan.27 Prinsip dan Etika Dalam Berjihad. Luqman Ba’abduh menjelaskan etika berjihad menurut Laskar Jihad adalah sebagai berikut.28 Pertama, larangan membunuh perempuan, anak-anak, pendeta, dan yang 25
l-Ustadz Abu Ubaidah Syafruddin, Murid Syaikh Muqbil Rahimahullah, Meluruskan Cara Pandang Terhadap Jihad, Majalah Asy-Syariah, Vol. I/No. 13/1426H/2005, hlm. 87. 26
27 Ustadz Abdussalam, Pembina Yayasan Abu Bakar Ash Siddiq dan Mudir Madrasah Ath Thoifah Al Mansuroh, “Wawancara”, Ambon, Tanggal 18 Nopember 2014. 28
23
Syekh Rabi’ Bin Hadi Madkholi, Fatwa.,
24
Ibid, hlm. 2.
hlm. 2.
Ibid, hlm. 87.
Al-Ustadz Luqman Ba’abduh, Pembina Majalah Asy-Syari’ah dan Mantan Pembina DPW FKAW Wilayah Maluku, Mesjid Raya Al-Fatah Ambon, Ceramah Agama, 2005.
64 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 57‐68
lanjut usia yang sudah tidak berdaya. (QS. alBaqarah/2:190). Kedua, penanganan hukum terhadap mata-mata. Mata-mata ini ada empat jenis, yaitu: (1) kafir dzimmi, yaitu orang kafir yang membayar jizyah (upeti) sebagai imbalan mereka tinggal di negri kaum mislim, mereka tidak boleh dibunuh selama ia masih mentaati peraturan-peraturan yang dikenakan kepeda mereka; (2) kafir mu’ahad, yaitu orang-orang kafir yang telah terjadi kersepakatan antara mereka dan kaum Muslim untuk tidak berperang dalam waktu yang telah di sepakati, kafir seperti ini tidak boleh dibunuh selama mereka menjalankan kesepakatan; (3) kafi musta’man, yaitu kafir yang mendapat jaminan keamanan dari kaum Muslim, tidak boleh dibunuh sepanjang berada dalam jaminan keamanan; dan (4) kafir harbi, yaitu orang-orang kafir yang mencanangkan perang dan menunjukkan permusuhan terhadap kaum muslim. Inilah mereka yang disyari’atkan untuk diperangi dan boleh dibunuh. ketiga, hukum meminta bantuan kepada orang fasik dan kafir, seperti penzudi, pezina, dan lain-lain, dibolehkan, karena tidak ada dalil yang mengkhususkan meminta bantuan kepada seorang Mukmin. Sedangkan meminta bantuan kapada kafir, selama ada manfaatnya, diperbolehkan. Disamping itu, Imam hendaknya mengetahui baiknya prasangka kepada kaum Muslim, kaum muslimin merasa aman dari makar dan khianat mereka, dan lari dari peperangan. keempat, larangan menganiaya musuh sebelum membunuh, menebang pohon serta membakarnya di dalam perang. Orang yang tidak ikut berperang tidak halal dibunuh, membakar dan memotong pohon-pohon, yang semua itu dilarang oleh Allah swt. dan RasulNya. C. Perilaku keberagamaan Umat Islam Kota Ambon setelah Adanya Pemikiran
Keagamaan Laskar Jihad Ablus wal Jama’ah Untuk mendapatkan gambaran tentang pengaruh pemikiran keagamaan Laskar jihad, dapat dilihat dalam persepsi para responden berikut. Model Penerapan Pemikiran Keagamaan. Model penerapan pemikiran keagamaan Laskar Jihad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang berkembang di Kota Ambon pasca konflik Maluku 1999, diantaranya ta’lim dan daurah. Model ta’lim merupakan perpaduan ma’had, santri harus benar-benar serius untuk menekuni ilmu yang diambilnya dari masing-masing ustadz, sehingga memudahkan pengontrolan santri oleh ustadz, sehingga diketahui perkembangan inteletual santri. Ustadz juga melakukan post test atau test akhir disamping pre-test, test awal. Daurah merupakan ajang silaturrahmi para santri Laskar dalam upaya mempererat persaudaraan dengan membahas ajaran-ajaran keagamaan, seperti bidang hadis, fikih, dan akidah di masjid Raya Al fatah. Model lainnya, penyampaian pemikiran Laskar melalui media elektronik, terutama radio. Dakwah-dakwah Laskar dikumandangkan melalui Radio SPMM (suara perjuangan Muslim Maluku) yang dikoordinir oleh Tasjilat Ash-Shiddiq. Manfaat utama radio ini dapat menginformasikan kajian-kajian keagamaan yang rutin dilaksanakan setiap hari di pagi hari ba’da subuh dan sore hari ba’da ashar hingga jam 22.00 wit. Respon Umat Islam di kota Ambon. Respon Umat Islam di Kota Ambon terhadap penyampaian pemikiran keagamaan Laskar Jihad sangat beragam. Pada umumnya, masyarakat Muslim sangat setuju dengan aktivitas Laskar di Ambon. Hal ini ditunjukkan oleh antusiasme masyarakat mengikuti kajian-kajian Laskar, seperti di Masjid al Ma’ruf, di Silale, di Perigi Lima,
Pengaruh Pemikiran Keagamaan Laskar Jihad Ahl Al‐Sunnah Wa Al‐Jamaah di Ambon |65
juga di Masjid STAIN, dan lain-lain. Bahkan, masyarakat pun telah memiliki majlis ta’lim yang diprakarsai oleh Laskar di tempattempat tersebut. Alasan mereka, Laskar di Ambon hanya ngobral “lipst service” tetapi juga aksi. Sejumlah mesjid dibangun oleh Laskar, sejumlah sekolah (SD dan TPA) telah menjamur di Kota Ambon atas gagasan Laskar. Sedangkan masyarakat yang kurang setuju dengan aktivitas Laskar di Ambon – jumlahnya relatif kecil – lebih disebabkan oleh ketidaktahuan secara mendalam tentang Laskar. Mereka hanya melihat bahwa Laskar berbaju eksklusif, dengan jenggot yang panjang, serta ceramah yang terkesan “propagandis”. Di samping itu, ada juga ketakutan sebagian tokoh agama yang popularitasnya di kalangan masyarakat tergantikan oleh Laskar. D. Pengaruhnya Terhadap Praktek Keberagamaan Dalam bidang Tauhid. Dalam bidang ini, sebagaimana dipaparkan oleh Abu Hafidz, abu Salam, Hasbudin Sailudin, masyarakat telah bersih dari kesyirikan, seperti memakai jimat-jimat dan mantera-mantera, bahkan menyembah kuburan. Awalnya, masyarakat Muslim Ambon, terutama ketika berperang, terbiasa memakai jimat ke medan pertempuran atau menyembah kuburan untuk keberkahan hidup mereka. Melalui dakwah, tukar pikiran dan silaturahmi, Laskar Jihad menjelaskan aspek-aspek tersebut yang termasuk dalam kategori syirik. Dalam bidang Syari’ah. Dalam bidang syariah, pengaruh Laskar Jihad yang sangat mencolok di kalangan masyarakat Ambon antara lain berpakai tanpa isbal (menurunkan celana hingga mata kaki), berjilbab/cadar bagi wanita, memelihara/memanjangkan jenggot. Bagi Laskar Jihad, ketiga aspek tadi merupakan ajaran syariat yang harus diikuti.
Di samping itu, dalam pelaksanaan salat, masyarakat Ambon yang awalnya tidak rapi, berubah sangat dahsyat. Mereka berbaris seperti tentara dengan rapi tanpa mengosongkan tempat salat sedikit pun sebagai realisasi dari ajaran agama. Laskar berprinsip bahwa apa pun yang dilakukan oleh sahabat dan ulama Salafus Shaleh harus diikuti oleh umat Islam sesudahnya. Dalam Bidang Jihad. Sebagaimana dijelaskan terdahulu bahwa laskar Jihad memiliki aturan main (dibaca: etika) dalam berjihad. Laskar Jihad senantiasa memelihara etika dalam berjihad, terutama berhadapan dengan orang tua jompo, wanita, anak-anak yang tidak atau belum mampu berperang. Sebelum kedatangan Laskar Jihad, masyarakat Muslim berperang dengan musuhmusuh mereka dilakukan dengan membabi buta. Orang tua jompo, wanita, bahkan anak kecil sekali pun tidak dapat “diselamatkan”. Mereka membunuhnya, menyiksanya dan membakarnya. Kedatangan Laskar Jihad ke Kota Ambon membuat seluruhnya berubah. Ketidaktahuan (dibaca: kejahilan) masyarakat terhadap jihad, disertai dengan nafsu yang serakah tersebut, maka lambat laun terjadi perubahan. Masyarakat tidak lagi membunuh orang tua jompo, wanita dan anak-anak termasuk musuh yang tidak berdaya. Masyarakat mulai paham tentang arti kemanusiaan yang harus dijunjung tinggi sebagai bagian dari ajaran Islam. aturan mainnya, seperti halnya damai pun ada aturannya. Merekapun menyadari bahwa membunuh manusia dilarang kecuali ada sebab-sebab tertentu. Nafsu angkara murka biasanya menyeret manusia ke jalan yang buruk, penuh syahwat dan dendam kesumat. F. Penutup A. Kesimpulan 1) Pemikieran keagamaan Laskar Jihad di Kota Ambon meliputi tiga bidang, yaitu:
66 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 57‐68
(a) Bidang tauhid, yang merupakan landasan utama dalam beragama, mengingat kesalahan dalam memahami tauhid akan membawa pelakunya kepada dosa; (b) Bidang syari’ah, yang merupakan ukuran diterima atau tidaknya peribadahan seseorang; dan (c) bidang Jihad, yang merupakan amalan tertinggi dari kesempurnaan peribadahan itu sendiri. 2) Pengaruh keagamaan Laskar Jihad terhadap praktek keberagamaan Umat Islam Ambon pasca konflik 19 Januari 1999, yaitu; (a) dalam bidang tauhid masyarakat mulai meninggalkan kesyirikan terhadap Allah swt.; (b) dalam bidang syari’ah, semakin semaraknya peribadatan umat Islam di kota Ambon, seperi ditegakkannya sunnah Nabi dan ditinggalkannya kebida’ahan-kebid’ahan; dan (c) dalam bidang jihad, umat Islam Ambon semakin menyadari bahwa etika perang merupakan prinsip yang harus dijunjung tinggi oleh umat Islam di Ambon. B. Saran 1. Para ustadz laskar jihad Ahlus sunnah wal jama’ah atau Salafiyyun hendaknya tetap sabar dan istiqomah dalam menyampaikan pemikiranpemikiran agama ini, sebab pemahaman yang benar terhadap permasalahan agama akan membawa pada kemaslahatan umat Islam di Ambon. 2. Pemikiran-pemikiran Laskar Jihad masih banyak yang belum terungkap secara keseluruhan, sehingga memberikan pelung kepada para peneliti lainnya untuk meneliti ulang dalam tema yang sama tetapi dengan masalah yang berbeda, atau metode serta pendekatan yang berbeda.
3. Kepada pemerintah, pemikiran Laskar jihad bukan pemikiran ekstrim dan tidak sepatutnya dicurigai, tetapi jadikanlah Laskar Jihad sebagai partner untuk membangun kota Ambon.
DAFTAR PUSTAKA Bakri, Asari Jaya, 1996. Konsep Maqashid Syari’ah Menurut Al Syatibi, cet. I; Raja Grafindo Persada, Jakarta. _______, 2005. Sebuah Tinjauan Syari’ah; Mereka adalah Teroris, Bantahan terhadap Buku “Aku Melawan Teroris, karya Imam Samudra, cet. I; Pustaka Qaulan Sadida, Malang. Badan Pusat Statistik Maluku, Maluku Dalam Angka, Ambon: Tp., 2004. Kastor, Rustam, 2000. Badai Pembalasan Laskar Mujahidin Ambon dan Maluku, cet. I; Wihda Press, Yogyakarta. _______, Rustam, 2000. Fakta, data dan analisa konspirasi politik, RMS dan Kristen Menghancurkan Umat Islam di Ambon-Maluku, cet. I, Wihdah Press, Yogyakarta. Makatita, Masyita, 2001. Implikasi Makna Jihad di Kalangan Umat Islam di Maluku (skripsi), Jurusan Syari’ah STAIN Ambon, Ambon. Moleong, Lexy J., 2000, Metode Penelitian Kualitatif, cet. XIV; PT. Remaja Rosda Karya, Bandung. Rofiq, Ahmad, 1995. Hukum Islam Indonesia, edisi I, Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rosyada, Dede, 1993, Hukum Islam dan Pranata Sosial, edisi I, Cet. I; Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Pengaruh Pemikiran Keagamaan Laskar Jihad Ahl Al‐Sunnah Wa Al‐Jamaah di Ambon |67
Sudjana, Nana, 2004. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Cet. VIII; Bandung : Sinar Baru Algesindo. As-Sundawi, Muhammad Afifudin, “Hukum Jahiliyah”, Salafi, edisi XXI, 1412 H. / 1997 M. Syafruddn, Al Ustadz Abu Ubaidah – murid al syaikh Muqbil Rahimahullah, Meluruskan CaraPpandang Terhadap Jihad, Majalah Asy Syari’ah, Vol.I/No.13/1426 H. / 2005 M. Thalib, Jafar Umar, Buku Petunjuk dan Latar Belakang Pengiriman Laskar Jihad Laskar Jihad Ahlussunnah wal Jama’ah ke Maluku, Malang: Forum Komunikasi Ahlus sunnah walJama’ah Sektor Malang, 2000. Wahab, Muhammad bin Abdul, Tsalatsu Utsul, Edisi Indonesia Tiga Landasan Utama (Saudi Arabiah: diterbitkan dan diedarkan dibawah pengawasan Direktorat Percetakan dan Penerbitan Departemen Agama, 1423 H. / 2002 M.) al-Syahrastaniy, Abd al-Karim, 1984. al-Milal wa al-Nihal, Beirut: Dar al-Fikr.
68 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 57‐68
LEGITIMASI SANIRI NEGERI: STUDI ANTROPOLOGI BUDAYA ATAS RESISTENSI TERHADAP SISTEM MARGA KUASA DI NEGERI SEITH M. Ridwan Tunny1 Dewiyanti Tomia2
ABSTRACT Study sought to answer two research questions: (1) how Saniri domestic legitimacy in the role of indigenous peoples in the framework of State Seith, and (2) how social resistance against the power of the clan as a socio-cultural changes in society Seith State. The study used a phenomenological approach to the collection of data through observation and interviews with informants consisting of religious leaders, traditional leaders, soa head and head of youth. The results showed that the role of indigenous perangkar device- has spawned a local wisdom that comes from the rules, values and norms of the local community. The other side, which became the social dynamics in society Seith State is, as a result of political messages received by members of the community through print and electronic media has given rise to excessive openness and democracy. Keywords: Legitimacy, Resistance, Saniri of State, Attorney Highways, State Seith Pertama, Soa Nuku Itu (Seith) yang
A. Pendahuluan Bagi masyarakat Negeri Seith, Saniri Negeri
sebagai
Lembaga
Adat
masih
berasal dari Gunung Aman Late (Latea), satu kilometer
arah
tenggara
Negeri
Seith
dihormati keberadaannya. Keberadaan Saniri
sekarang. Sebelum turun ke pantai, pemimpin
Negeri
soa Seith adalah marga Tupan. Ketika Tupan
pada
masyarakat
sosiologis-antropologi
Seith
secara
memperlihatkan
memerintah,
ada
seorang
Mahu
yang
keterkaitan sebuah konfigurasi sosial yang
kemudian mendarat di ujung bagian timur
majemuk berdasarkan sejarah asal setiap soa
dari tanjung soa Seith dengan kora-kora.
dan
Mendengar ada tamu yang datang, Tupan
pilihan
teritorial
pemukiman
keberadaannya disesuaikan dengan wilayah,
memerintahkan
malesi-malesi
di mana soa tersebut turun dari pemukiman
untuk
pendatang
awal (amane). Konsep “pemukiman soa”
membawanya menghadap Tupan. Dalam
inilah yang kemudian membentuk masyarakat
pertemuan itu mereka berdua membicarakan
Negeri Seith. Adapun masyarakat Negeri
hal-hal menyangkut kehidupan mereka ke
Seith
etnis,
depan. Tupan yang berasal dari marga
masing-
Nukuhali kebetulan tidak mempunyai anak
yang
sebagaimana
terbentuk
oleh
digambarkan
sub
oleh
masing kepala soa sebagai berikut.
1
Dosen pada Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon 2
Mahasiswa pada Program Studi Sosiologi Agama Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon
tersebut
dan
laki-laki sehingga Mahu diangkat sebagai anak
mencari
(pesuruh)
angkat
yang
diberi
nama
marga
Nukuhehe (Kepala Soa Nuku Itu) . Kedua, soa Hautuna yang berasal dari Gunung Tuna, sekitar
8 kilometer sebelah
selatan dari Negeri Seith. Masyarakat soa
Legitimasi Saniri Negeri: Studi Antropologi Budaya atas Resistensi Terhadap Sistem Marga Kuasa di Negeri Seith |69
Tuna pertama-tama turun dan bertempat di
pindah dari Elilain ke Nahait dan dari Nahait
Waehuhu. Beberapa tahun kemudian, mereka
pindah ke Oul, yang oleh masyarakat soa ini
turun ke lereng gunung yang bernama
sekarang
Tumbokul. Selanjutnya mereka pindah ke Ola
“waihula”. Sewaktu masih di Oul, terjadi
dan setelahnya ke Loin. Dari Loin masyarakat
perpisahan antara mereka. Sebagin menuju ke
soa Tuna turun lagi ke Tanama Lima menuju
Ouw di pulau Saparua, dan sebagian tetap
Hautuna Lama.
bertahan di Oul. Ketika mereka pindah ke
Ketiga, soa
Lebelehu
(lehu-lehu),
menyebutnya
dengan
sebutan
Akapala, banyak yang mati terkena musibah
berasal dari Gunung Waiwau, sekitar 4
yang
kilometer selatan bagian barat dari Negeri
melanggar janji kakaknya dari Lehu-lehu.
Seith. Dari gunung Waiwau masyarakat soa
Mereka kemudian pindah lagi ke Hatumeten
Lehu-lehu turun ke suatu tempat bernama
dan membangun mesjid, tetapi mereka tidak
Hatu, kemudian turun lagi ke Rokomua., Dari
bertahan. Akhirnya mereka bergabung dan
Rokomua
menempati bagian ujung barat Negeri Seith
turun
ke
Lahanwala
sampai
akhirnya menetap sementara di Tihu (kurang
diyakini
disebabkan
oleh
mereka
saat ini. Etnografi
lebih 2 kilometer ke arah barat Negeri Seith).
tersebut
Dari Tihu masyarakat Lehu-lehu bergabung
betapa
dengan saudara soa lainnya di Seith dan
keterpaduan
menempati bagian tengah arah utara.
masyarakat soa, yang melahirkan sebuah
Keempat, soa Wasila, berasal dari
pentingnya
menunjukkan
yang
keberadaan begitu
kuat
dan antar
kekuatan dalam kelembagaan adat.
Gunung Wasi Tapele, sekitar 6 kilometer arah
Menjadi sebuah keniscayaan dalam
tenggara dari Negeri Seith. Pemimpinnya
sistem keadatan bahwa keberadaan Upu Latu
bergelar hehuen dari marga Hataul. Dari Wai
kemudian
menjadi
tapele mereka turun ke Wae Papokol,
dihormati.
Keberadaan
selanjutnya ke Tihu sebelum pada akhirnya
terpisahkan dari pendiri negeri (leluhur
bergabung dengan masyarakat dari soa Lehu-
pertama yang turun dari gunung ke negeri
lehu
wilayah
tersebut). Hal itu juga terkait dengan kisah
tersebut. Bersama masyarakat soa Lehu-lehu
hubungan orang-oran Hitu dengan VOC yang
mereka hidup menyatu dan berdampingan
berlangsung sejak tahun 1601.3 Oleh karena
satu dengan yang lain. Walaupun begitu dari
itu, tidak mengherankan bila kemudian di
sisi keadatan mereka tetap memiliki identitas
Jazirah Leihitu, simbol-simbol kekuasaan
yang
duluan
menempati
soa
sosok
sentral
Upu
Latu
yang tak
Kelima, soa Lain, berasal dari Gunung Elilain yang berjarak sekitar 7 kilometer bagian selatan daya dari Negeri Seith. Soa ini
3
R. Z Leirissa. Kebijaksanaan VOC ; Mendapatkan Monopoli Perdagangan Tjengkeh di Maluku Tengah antara tahun 16; 15-1652 dalam Bunga Rampai Sedjarah Maluku I” (1971), h,52.
70 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 69‐81
lebih ditanamkan kepada penguasa lokal
dalam mengatur
(penguasa negeri) sehingga terjadi relasi
masyarakat. Dinamika anggota masyarakat
kuasa yang dibangun begitu kuat antara
yang begitu cepat seperti adanya warga yang
koloni
menjadi anggota DPRD, Dosen, Pelajar,
dengan
Mata
Rumah
Parentah.
lalu lintas kehidupan
Pemberian kuasa yang begitu luas kepada
Mahasiswa,
Mata Rumah Asli (warisan leluhur pendiri
pengangguran
awal negeri), karena kedekatan mereka
mempengaruhi cara masyarakat melihat Saniri
dengan koloni, menjadikan koloni dengan
Negeri.
kekuasaannya mengangkat Raja berdasarkan
melahirkan resistensi terhadap keberadaan
penunjukkan
Saniri Negeri di Seith saat ini. Kondisi ini
langsung
dari
kalangan
matarumah asli (parentah).
oleh
Birokrat,
sampai
intelektual
(sarjana)
Indikator-indikator
Victor
Turner
kepada turut
inilah
disebut
yang
sebagai
Dalam perkembangannya, fenomena
masyarakat kolektif yang akan bergerak
tersebut di atas menjadi kebiasaan turun
antara “tertata” (order) ke “tidak tertata”
temurun membentuk sistem sosial yang
(disorder).5
ditaati. Struktur tersebut menjadi warisan
Konteks ini mengisyaratkan bahwa
leluhur yang dianggap oleh masyarakat
perkembangan
sebagai sesuatu yang tidak boleh dibantah.
mempengaruhi cara
Menurut Koentjaraningrat, fungsi struktur
dalam melihat eksistensi peran pemimpin
pemerintahan
adat. Oleh karena itu perlu dilihat kembali
desa/negeri sebagian besar
dan perubahan sosial telah pandang
masyarakat
masyarakat Maluku masih berakar pada
peran
sistem asli dari pengawasan sosial dalam
kelembagaan adat sebagai suatu proses yang
sistem adat. Adat menentukan keharusan
santun, dalam memperlakukan sistem sosial
sikap
budaya serta pemahaman masyarakat terhadap
yang
dianggap
mutlak
bagi
Saniri
kesejahteraan, keamanan individu dan semua
perangkat
orang . Oleh sebab itu ketaatan pada adat
masyarakat adat .
merupakan suatu pernyataan hormat kepada para nenek moyang.4
Negeri
Saniri
Negeri
permasalahan
Negeri
dan
resistensi
adat.
Adapun
terjadi perubahan proses perubahan cara
terhadap
kelembagaan
berpikir
pertanyaan
Keberadaan
suatu
berkisar
Saniri
negeri.
dalam
ini
legitimasi
masyarakat
penguatan
Berangkat dari uraian tersebut, fokus dari
Seiring modernisasi dan globalisasi,
dalam
yang
diajukan
seputar
adalah:
(1)
Saniri Negeri saat ini mulai kehilangan jati
Bagaimana legitimasi Saniri Negeri dalam
dirinya dan mengalami disfungsional struktur
pera perangkat adat pada tatanan masyarakat
4
Kontjaraninggrat. Masyar Desa di Indonesia, alam Frak Cooley; Alang Sebuah Desa di Ambon. Cet. VI, Ekonomi UI. Jakarta. 1998, h. 190.
5
Mudji Sutrisno. Teori-Teori Kebudayaan. Ct.8 PN. Kanisius. Yogyakarta. 2005, h. 99.
Legitimasi Saniri Negeri: Studi Antropologi Budaya atas Resistensi Terhadap Sistem Marga Kuasa di Negeri Seith |71
Negeri Seith, dan (2) Bagaimana wujud
Maluku pernah pernah diteliti oleh Cooley
resistensi
Negeri
pada tahun 1961.7 Cooley melihat Saniri
pada
Negeri sebagai jabatan-jabatan tradisional
sebagai
sosial
terhadap
perubahan
Saniri
sosial
budaya
yang berfungsi penuh. Cooley menjelaskan
masyarakat Neger Seith.
bahwa konteks “mimbar” dalam konsep keagamaan
B. Metode Penelitian Beberapa bagian penting yang perlu
masyarakat
Maluku
sering
disimbolkan dengan unsur agama dalam
dimaknai dari Saniri Negeri sebagai suatu
semua
bentuk
sistem keadatan dalam sosial budaya adalah
konsep “tahta” adalah suatu simbol kuasa
dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
yang lahir dari pemerintahan desa dengan
Informasi yang diperoleh di lapangan, digali
berbagai macam lembaganya. Penelitian
secara mendalam melalui cara pandang tokoh-
kelembagaan.
lain
Sedangkan
dilakukan
oleh
tokoh adat negeri mengenai aturan adat dan
Putuhena pada tahun 1998. Putuhena meneliti
norma serta masalah-masalah kelembagaan
tentang struktur pemerintahan kesultanan
adat yang mengalami disfungsi struktur yang
Ternate dan Agama Islam di Maluku Utara.8
melahirkan suatu resistensi. Tokoh-tokoh ada
Dalam menggambarkan struktur masyarakat
yang menjadi informan penelitian meliputi
Maluku, Putuhena melihat bahwa masyarakat
tokoh agama, tokoh adat, kepala soa dan
Maluku pada mulanya terdiri dari kelompok-
kepala pemuda. Pendekatan fenomenologi
kelompok keluarga yang hidup secara terpisah
digunakan
informasi-
di daerah pedalaman. Dalam perkembangan
informasi dari informan penelitian. Informasi
selanjutnya, beberapa lumatau (matarumah)
yang
dan
yang yang tinggalnya berdekatan membentuk
sikap,
suatu “aman” atau “hena” (negeri/kampung).
tokoh-tokoh
Jadi aman/hena terbentuk berdasarkan kepada
dalam
diperoleh
diinterpretif pengetahuan tersebut
memaknai
dideskripsikan
mengenai dan
dalam
persoalan
kearifan realitas
stuktur
sosial
ikatan geneologis dan teritorial. Pada tingkat
kemasyarakatan yang didasari oleh aturan,
perkembangan ini, lumatau juga mengalami
nilai dan norma adat setempat.6
perkembangan. Di Maluku bagian tengah, lumatau yang sedikit jumlah bergabung dalam
C. Penelitian-Penelitian Terdahulu Penelitian
menyangkut
hubungan
kelembagaan keagamaan dan pemerintahan di 6
Norman K, Denzin dkk. The Sage Hanbook of Qualitative Researcah (thir Edition). terjemah Dariyatno “ Pedoman Penelitian Kualitatif”. Cet.I. PN. Pustaka Pelajar. Yogyakarta, 2011, h. 523.
satu soa untuk kepentingan pemerintahan. 7
F.L. Cooley. Altar and Throne in Central Maluccan Sociey. Dterjemahkan Tim Satya Karya : “Mimbar dan Tahta; Hubungan Lembaga-Lembaga Keagamaan dan Pemerintahan di Maluku Tengah.Cet. I. PN. Pustaka Sinar Harapan, Yogyakarta, h. 225. 8
M. Saleh Putuhena. Struktur Pemerintahan Kesultanan Ternate dan Agama Islam . Majalah-IlmuIlmu Sastra Indonesia. Jakarta. 1990. Vol. VIII. No. 3.
72 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 69‐81
Raja sebagai kepala negeri adat dibantu oleh kepala-kepala soa yang ditunjuk soanya
Peran Perangkat Adat dalam Legitimasi Saniri Negeri
sendiri. Kita lihat, di beberapa lumatau yang
Sebagai salah satu negeri adat di
asalnya sama menurut adat mempunyai teun
jazirah
yang sama. Ketika masyarakat diwajibkan
menjalankan aturan pemerintahan adatnya,
menempati daerah pesisir, teun mengalami
senantiasa berpatokan kepada norma dan nlai-
perubahan nama dan diganti nama “famili”
nilai
yang disingkat “fam”.
Sehubungan dengan konteks tersebut, raja
leihitu,
luhur
Negeri
pendiri
Seith
negeri
dalam
tersebut.
Cut Nuraini melakukan penelitian
yang mewakili kekuasaan para leluhur di
pada suku Batak Mandailing, tentang sistem
dalam garis keturunan mereka, dianggap
9
pemerintahan lokal di Mandailing Batak.
memiliki tanggung jawab tradisional dan
Pengertian raja bagi masyarakat Mandailing
berperan menjadi kepala Saniri. Sebagai
bukanlah seorang feodal, tetapi raja seorang
kepala Saniri, di satu sisi, Bapa Raja (sapaan
yang dituakan diantara keluarga pendiri
masyarakat setempat)
kampung.
yang
pertemuan Saniri sebagai pelaksana utama
ditinggikan
pemerintahan negeri. Lewat lembaga Saniri
seranting. Raja tidak memerintah secara
ini pula, Bapa Raja bertanggung jawab
otokrat, tetapi secara demokrat sesuai hasil
kepada persekutuan negeri yang terdiri dari
mufakat antara pengetua kampung yang
semua yang bermukim di negeri dan orang
disebut Na Mora Natoras. Raja juga bertindak
yang pada saat tertentu bertempat tinggal di
sebagai tampuk adat dalam satu banua
negeri
dengan sebutan “Raja Panusunan”. Selain
mengambil keputusan dan melaksanakan
sebagai penguasa, raja juga berfungsi sebagai
keputusan tersebut sebagai hasil keputusan
pengayom rakyatnya, adil dan pengasih yang
bersama dari musyawarah rapat Saniri Negeri
disebut
Banir
demi kesejahteraan seluruh negeri. Dalam
Paronding-ondingan”. Semua Raja Panusunan
hubungan ini, Bapa Raja punya kewajiban
yang ada di Mandailing berasal dari satu
dan
keturunan yaitu marga Lubis di Mandailing
mengarahkan penduduk negeri.
Raja
didahulukan
bukanlah
selangkah
“Haruaya
sesepuh
dan
Porsilaungan
Julu dan marga Nasution di Mandailing Godang.
tersebut.
tanggung
senantiasa memimpin
Raja
juga
jawab
Sebagai
berkuasa
secara
pelaksana
penuh
utama
pemerintahan negeri, Bapa Raja berperan mengontrol dan mendapat masukan dari para
D. Hasil Penelitian
pembantunya
musyawarahkan dalam sidang Saniri Negeri.
untuk
selanjutnya
di
9
Cut Nuraini. Pemukiman “Suku Batak Mandailing”. Cet. I. PN. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 2004, h. 25.
Pada
prakteknya,
Bapa
Raja
dapat
Legitimasi Saniri Negeri: Studi Antropologi Budaya atas Resistensi Terhadap Sistem Marga Kuasa di Negeri Seith |73
mendelegasikan peran tersebut kepada kepala
tersebut, mantan kepala soa Seith mengatakan
soa. Kepala soa juga beperan sebagai
sebagai berikut:
pembantu raja ketika Bapa Raja tidak berada
“Bagi katong (kita) di sini, su (sudah)
di negeri.
dari dolo lae (sejak dahulu kala),
Negeri Seith, setiap kepala soa pada
masyarakat
anggap
(menganggap)
umumnya terdapat kepala tua adat yang
kepala soa dalam soa ini, sama sa deng
membawahi perangkat adat masing-masing
(saja dengan) kedudukan Bapa Raja di
soa. Bahkan setiap ada hajatan di soa tertentu,
kampong (kampung) ini”11
kepala soa dan kepala tua adat menjadi
Mengenai kewang sasi di Negeri
perwakilan orang yang mengadakan hajatan
Seith,
tersebut secara adat. Sebagaimana yang
primadona bagi tumbuh dan berkembangnya
diungkapkan oleh kepala soa Hautuna bahwa
perekonomian
biasanya kalau ada acara sunat, perkawinan
masing-masing soa di Negeri Seith masih
atau kematian dari matarumah siapa saja yang
menjadikan adat sebagai kerangka berpikir
ada di soa Hautuna secara adat “honsula”
masyarakat dalam menggunakan simbol (kain
(kepala tua adat) dan “sulu” (kepala soa)
berang lilit ke pohon atau matakaol) dalam
biasanya menjadi tuan rumah orang yang
kewang sasi tersebut. Kepala soa sebagai
bikin hajat. Tugas tuan rumah antara lain
penanggung
dengan memberikan salam (semacam isyarat
memonitor
mengundang) kepada jama’ah dari soa lain.
masyarakat soanya, mengenai sejauh mana
Tradisi semacam itu pula dilakukan di soa
aturan dan norma adat sasi tersebut dimaknai
10
lain.
sampai
sekarang
masih
masyarakat.
jawab dan
menjadi
Hingga
wilayahnya berkoordinasi
kini,
hanya dengan
dan dipraktekan sebagai suatu aturan bersama. Berdasarkan hasil penelusuran penulis
di Negeri Seith didapatkan informasi bahwa
Bila ada yang melanggar aturan adat, maka akan diberikan sanksi adat. Informasi yang didapatkan di lapangan
begitu kuat pengaruh kepala soa dalam hal
bahwa baik memetik maupun memungut
tertentu, semisal berhubungan dengan aturan
didenda dengan membayar uang sebesar
pemerintahan,
masih
65.000 ribu rupiah perbuah. Memungut buah
menguatkan keberadaan kepala soa sebagai
yang mentah dikenai denda dengan membayar
kepala adat. Bahkan bagi masyarakat Negeri
uang sebesar 85.000 ribu rupiah perbuah.
Seith, kepala soa dianggap sebagai raja kecil
Jenis tanaman yang di sasi di Seith adalah
dalam masyarakat soa. Terkait dengan hal
pohon
masyarakat
10
Seith,
sehingga
aturan-aturan
dalam
adat
.Wawancara dengan Mahmud Tala (kepala soa hautuna) tanggal 30 juni 2013.
11
kelapa
dan
pala.
Perkembangan
.Wawancara dengan Usman Mahu (kepala soa nukuitu) tanggal 21 jul 2013.
74 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 69‐81
terakhir, pohon pisang juga mulai di-sasi.
Setelah pulang haji, beta sebagai kepala
Secara
soa yang pertama membuka kopor”.12
sederhana,
aturan
adat
tersebut
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mengajarkan bahwa di satu sisi masyarakat Negeri Seith dilatih untuk tidak gegabah
tradisi
dalam berbuat sesuatu. Sementara di sisi lain,
informan tersebut juga berlaku di seluruh soa
aturan adat itu mengajarakan masyarakat
di Negeri Seith.
oleh
tatacara
seperti
disebutkan
Terkait dengan tradisi haji, lebih lanjut
untuk selalu mentaati setiap aturan yang disepakati bersama ataupun diatur
dan
informan menuturkan:
pimpinan negeri (Bapa Raja). Karena masih
“katong di sini kalo ada orang pi haji,
kentalnya
kepercayaan
beta sebagai kepala soa memanggil
masyarakat terhadap hukum adat, maka bagi
kepala-kepala matarumah dari lima
yang melanggar, konsekuensi logisnya akan
matarumah (Lalihun, Mahana, Haupuri,
menimpa dirinya berupa sakit yang tak
Nalahelu dan Aihena) lalu pi ke kepala
kunjung sembuh, kecuali orang tersebut
tua adat, sampaikan beta pung hajat
disembuhkan melalui terapi daun sirih, kapur
bahwa katong pung orang di soa ini
dan pinang sebagai simbol.
tahun ini, ada pi ke haji. Setelah itu
pemahaman
dan
kepala tua adat pi ke kepala soa untuk
Hal lain yang menarik di lokasi penelitian ialah penghormatan kepada simbol-
bicarakan
bersama
kepala-kepala
simbol haji. Simbol haji menjadi penting
matarumah tadi, hari apa, jam berapa
dalam sudut pandang adat dan agama pada
dan bulan apa, katong semua kerja par
masa kini. Konteks tersebut lalu kemudian
(untuk) bantu katong pung saudara yang
menjadikan perlakuan adat dan agama bagi
mau ka (ke) haji”.13
masyarakat Negeri Seith sampai sekarang
Berdasarkan konsep-konsep tersebut,
masih mewarnai praktek budaya dalam sosial
bila dikaitkan dengan cara pandang Blummer,
keagamaan tersebut. Hal ini dikatakan oleh
maka ada tiga konsep dasar interaksionisme
kepala soa Lain:
simbolik
yang
bisa
digunakan
sebagai
“Kalo (kalau) ada orang di soa ini mau
pembanding sebagai berikut: (1) Manusia
pi (pergi) ke haji, sebagai kepala soa,
bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna
beta (saya) yang gunting pertama dia
yang
pung (punya) kain ihram, kemudian
Memperoleh
guru ngaji, lalu orang tuanya. Begitu
memunculkannya melalui proses interaksi
juga waktu meletakkan pakain ihram
dan yang lain di kopor haji, beta juga
12 Wawancara dengan Zainal Honlisa (kepala soa Layn) pada tanggal 18 Agustus 2013.
yang pertama kasi (kasih) masuk, kemudian guru ngaji, lalu orang tuanya.
dimiliki
sesuatu sesuatu
tersebut,
(2)
makna
dan
13
Wawancara dengan Zainal Honlisa (kepala soa Layn) pada tanggal 18 Agustus. 2013.
Legitimasi Saniri Negeri: Studi Antropologi Budaya atas Resistensi Terhadap Sistem Marga Kuasa di Negeri Seith |75
sosial,
dan
(3)
Makna
dipahami
dan
ini diakibatkan pesan-pesan politik yang
domodifikasi melalui proses interpretatif yang
diterima warga masyarakat melalui media
kehidupan hukum digunakan manusia ketika
cetak maupun elektronik (televisi) telah
berhadapan dengan sesuatu tersebut.14 Dari
melahirkan
penjelasan-penjelasan
keterbukaan dan demokrasi yang kebablasan.
tersebut,
penulis
jargon-jargon
reformasi,
melihatnya sebagai sebuah proses pewarisan
Bagian yang tak terelakan, bahwa
yang terjadi dalam sebuah sistem sosial
kemudian terjadi proses politik di negeri-
kemasyarakatan. Di mana proses pewarisan
negeri adat, sebenarnya bukan lahir dari
aturan adat melalui sistem nilai (sikap
sebuah proses demokrasi, melainkan proses
terhadap aturan), melahirkan sikap mentaati
dominasi.
dan menghargai dari masyarakat terhadap
dominasi (campur tangan) kekuasaan negeri
setiap peran dari perangkat lembaga ini,
di satu sisi masih dilakukan oleh elit politik
menjadi satu pandangan kuat dalam perilaku
(Bupati)
lokal masing-masing soa dari masyarakat adat
masyarakat negeri. Di sisi lain elit negeri
setempat.
(penguasa lokal; matarumah asli) masih
Perubahan
Sosial
Budaya
sebagai
Resistensi terhadap Saniri Negeri Sebagai masyarakat adat yang masih
Hal
ini
terhadap
dikarenakan
keseluruhan
proses
warga
merasa matarumah mereka sebagai pewaris leluhur pendiri negeri. Proses ini juga memanfaatkaan alat-alat kekuasaan negeri
kuat dalam memaknai, menghayati dan
untuk
mempraktekan nilai-nilai, aturan dan norma-
pemerintahan negeri, dan
norma adat dan agama dalam kehuidupan
masyarakat negeri agar tunduk dan taat
sosial budaya, tentunya Negeri Seith tidak
terhadap aturan-aturan yang dibuat oleh
terlepas dari kondisi dan stuasi dinamika
kekuasaan negeri. Seringkali alat kekuasaan
sosial dari waktu ke waktu, sebagai bagian
merupakan perpanjangan tangan dari birokrasi
perkembangan kehidupan, yang terjadi pada
di atasanya (baik Bupati maupun Camat) dan
masyarakat Negeri Seith. Dinamika tersebut
meneruskan pesan yang lebih sering berupa
terbentuk,
sebagai akibat dari sebuah
perintah
transformasi
yang
masyarakat negeri.
terjadi sebagai suatu
mengatur,
yang
diterapkan
Sementara
fenomena sosial. Di mana alam reformasi
melalui
pada
kebijakan
mempengaruhi
pada
sisi
warga
tertentu,
telah diterima dan diyakini menyediakan
kelihatannya ada perubahan dan pergeseran
proses-proses sosial politik ysng terbuka. Hal
bahwa
14
Geroge Ritzer at all. Modern Sociology Theory. diterjemahkan oleh Alimandan “Teori Sosiologi Modern”. Edisi Keenam, Cet. VII. Prenada Media Group. Jakarta, 2011, h. 118.
kemudian
matarumah
parentah
menjadi hak turunan dalam memimpin Negeri Seith, ternyata tidak dimutlakan, alih-alih ada sebagian mereka yang tidak memahami adat secara
76 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 69‐81
baik.
Walaupun
begitu,
dalam
pandangan keadatan, masyarakat Negeri Seith
biking bagitu (begitu). Di soa yang lain
masih tetap menjunjung tinggi keberadaan
juga baribut (melakukan keributan) dan
matarumah parentah. Hal ini kemudian dalam
bikin kaco macam katong di sini lae”.15
perkembangan
menjadi
dilematis
oleh
sebagian komunitas masyarakat Negeri Seith dalam
melihat
peran-peran
Hal yang sama penulis dapatkan informasi dari kepala soa Lain berikut ini.
sebagian
“Pernah terjadi di masyarakat Seith di
perangkat adat. Kondisi semacam ini dalam
sini, sekitar tahun 2003 dia pung bulan
perkembangan
beta su lupa. Sebenarnya ada sebagian
masyarakat,
tentunya
mempengaruhi cara pandang masyarakat.
masyarakat di sini, seng suka Bapa
Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya
dalam
masyarakat
adalah
sosial
ekonomi,
merubah
Raja. Beliau turun, habis naik kembali
tatanan
jadi pejabat. Beliau pikir karena dong
perubahan-perubahan
itu matarumah parentah, jadi dong bikin
pendidikan,
iko (ikut) dong pung mau sa. Di tahun
ketidakpuasan sekelompok orang (intelektual
itu jua (juga), setelah Bapa Raja
pengangguran,
(Mahfud
para
tingkat
aktivitas
oraganisasi
Nukuheheh)
meninggal,
maupun LSM) bahkan para politisi (caleg)
masyarakat sebagian di sini bakar
yang mencari kepentingan,
rumah raja, karena dong seng suka
dalam melihat
dengan antua (beliau)”.16
kondisi masyarakat yang tidak berkembang yang tentu kesemuanya melahirkan fenomena
Observasi
yang
penulis
lakukan
sosial dan perubahan ekologis yang terjadi di
mendapatkan bahwa keberadaan rumah Raja
Negeri Seith.
sudah
Fenomena tersebut, sebagaimana yang
tidak
dulu
lagi
(sudah
direnovasi) .
diungkapkan oleh ketua pemuda soa Lain berikut ini.
seperti
Ketika
penulis
mengkonfirmasi
masalah kewang-sasi bahwa apakah aturan
“Katong di sini ana-ana (anak-anak) su
kewang-sasi di Negeri Seith masih seperti
pintar, dong (mereka) biasa nonton tivi,
dulu. Kepala soa Nukuitu mengatakan:
ada demo-demo, orang saling bakalai
“Kalo dulu, kepala kewang, Bapa Raja
(berkelahi), lalu kalo ada yang seng
yang angkat. Tugasnya menjaga hutan,
(tidak) cocok deng (dengan) dong pung
jaga harta dan jaga batas negeri.
pikiran,
menyangkut
Kewang dulu kalo pung hasil dikasih
masalah raja, dong biking (membuat)
par Saniri, mesjid dan sisanya par kas
apalagi
itu
ribut, biking kaco (kacau). Yang biking
ribut, biking kaco itu orang-orang pintar
15 Wawancara dengan Ayuba Hatuina (kepala pemuda soa layn tanggal 21 Agustus 2013.
di kampung
ini lae (juga). Tapi
sebagian kecil sa (saja) yang biasa
16
Wawancara dengan Zainal Honlisa (kepala soa layn) tanggal 24 Agustus 2013.
Legitimasi Saniri Negeri: Studi Antropologi Budaya atas Resistensi Terhadap Sistem Marga Kuasa di Negeri Seith |77
negeri. Tapi kalo katong lia (lihat)
Provinsi Maluku No 32 tahun 2004 tentang
sekarang, kewang su seng ada atoran
penetapan kembali negeri sebagai kesatuan
(aturan) lae. Sapa (siapa) pung uang
masyarakat
banya’ (banyak), kalo dia menang
turunan Raja.
hukum
adat
mengenai
hak
lelang, dia dipanggil kewang, dan dia
Terlepas dari itu semua, menurut
pung hak mengatur sasi, biar dia itu
penulis baik Perda no. 32 tahun 2004 maupun
orang luar lae (lagi), yang penting dia
Perda
1
tahun
seng langsung bali (beli), tapi melalui
mengembalikan
posisi
orang kampung sini. Dan hasil menang
tercerai berai, terjadi anarkhi dalam bentuk
lelang tadi, dia harus kasih sadiki
kekerasan fisik maupun non fisik, akibat
(sedikit) lae par sasi (sanksi/denda) soa
kepentingan segelintir penguasa, kelompok,
dan masjid”.17
golongan kepada satu sistem kekuasaan
Bila dirunut ke belakang, fenomena
no.
2006,
bertujuan
masyarakat
yang
mutlak dengan dalih kearifan lokal (local
tersebut tidak bisa dilepas-pisahkan dari
wisdom) yang harus dihormati bersama.
keberadaan UUPD No 5 tahun 1979, yang
Analisis Liminalitas Masyarakat Adat
menempatkan negeri (istilah desa lama waktu
pada Negeri Seith
itu) berada di luar sistem adat dan hukum
Konsep
liminalitas
dalam
suatu
adat. Akibatnya masyarakat adat menganggap
masyarakat, keberadaannya menjadi sesuatu
pemerintahan desa bukan bagian dari sistem
yang
sosial
bagi
kekinian, masyarakat di satu sisi dihadapkan
masyarakat adat merupakan milik pemerintah
pada aturan-aturan adat yang harus ditaati dan
yang harus mereka terima dan patuhi, tetapi
dijunjung. Di sisi lain, dihadapkan dengan
tidak mereka miliki.
hal-hal yang bersifat hipermodernitas di mana
mereka.
Pemerintahan
desa
dilematis.
Dalam
perekembangan
Penulis melihat, sistem pemerintahan
kehidupan sosial berupa solidaritas, kini telah
desa yang dikembangkan oleh pemerintah
kehilangan kesatuannya dan tak lebih dari
pusat pada era reformasi dan otonomi daerah
sebuah arus perubahan yang tak henti-
saat ini, memberikan kesuburan kembali
hentinya. Di dalamnya aktor-aktor individu
sistem feodal lokal (Bapa Raja lebih loyal ke
maupun kolektif tidak lagi bertindak atas
atasannya, ketimbang rakyatnya) yang pernah
nama nilai-nilai dan norma-norma sosial akan
terjadi pada era tahun 1979 ke belakang.
tetapi strateginya masing-masing berperan di
Aturan otonomi daerah tersebut berkembang
dalam proses perubahan (kapitalis global).
seiring
Tentunya dengan berbagai persoalan yang
dengan
diberlakukannya
Perda
mendesak, mengubah cara pandang, cara 17
Wawancara dengan Muhamat Nur Nukuhali (kepala soa nukuitu) tanggal 21 juli 2013.
berpikir dan berperilaku sebagai problem
78 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 69‐81
sosial. Seiring dengan perubahan zaman, bagi
baru, yang sama sekali asing dan tidak
masyarakat Negeri Seith norma adat dan
dikenal oleh masyarakat adat.
agama masih menjadi pijakan tata nilai dalam
Dalam rangka membingkai kembali
norma kehidupan. Sepatutnya pikiran dasar
otonomi daerah (lokal), maka pemerintah
yang baik tersebut, tidak kemudian menjadi
daerah
sebuah
kembali
anomali
memecah
sosial
belah
yang
akhirnya
pihak-pihak
yang
(kabupaten)
perlu
eksistensi
mendudukan
masyarakat
adat.
Khususnya kelembagaan Saniri Negeri yang secara fungsional melahirkan serangkaian
berkepentingan . seorang
nilai, aturan dan norma, dimana masyarakat
pemimpin tidak memiliki kekuasaan apa-apa,
adat mendapat akses pada pengelolaan modal
karena kepemimpinannya tersebut adalah
sosial (relasi sosial dan solidaritas sosial
perwakilan rakyat. Terdapat hak-hak komunal
dalam rangka penguatan (order) baik sosial
yang
bila
ekonomi, sosial budaya mapun sosial politik.
sebagai
Arahnya tentu saja menuju masyarakat yang
konsep
otonom, yang mampu mengambil kebijakan
menurun, legitimasi penguasa berasal dari
di tingkat bawah dan tidak tergantung pada
Tuhan (nilai sakral), karenanya masyarakat
instrumen kebijakan di tingkat atas.
Dalam
dapat
konsep
menentang
menyalahgunakan pemimpin.
mendaki,
penguasa
kedudukannya
Sedangkan
dalam
tidak memiliki hak untuk melawan (resistensi)
Keberadaan Perda no. 1 (disorder)
dan tidak punya kekuasaan sedikitpun di
perlu dilihat kembali bahwa ketika aspek
hadapan raja. Oleh karena itu, prinsip
demokratisasi dan persamaan hak politik
menurun melihat kekuasaan didistribusikan
masyarakat, tidak demokratis dan sebaliknya
ke bawah melalui pejabat-pejabat resmi yang
cenderung diskriminatif, karena membedakan
bertanggung jawab kepada raja, bukan kepada
antara keturunan raja dan bukan keturunan
masyarakat yang
raja.
mereka pimpin. Apalagi
Fenomena
dalam suatu perubahan sosial, fase liminalitas tidak
bisa
diabaikan
begitu
saja
oleh
mengisyaratkan
ini
kemudian
bangkitnya
kembali
masyarakat dalam merumuskan konsep serta
feodalisme baru dalam pemerintahan lokal.
mengidentifikasi akan makna-makna simbol
Bagaimana jadinya bila di satu sisi badan
dalam rangka menginstitusionalisasi Saniri
Saniri Negeri lemah, maka akan terjadi
Negeri pada masyarakat Negeri Seith.
hubungan
yang
tidak
seimbang
yang
Sementara pemerintahan desa yang
memungkinkan kepala pemerintahan negeri
baru dalam melihat kemandirian politik
berlaku dan bertindak sewenang-wenang.
masyarakat adat terutama dalam memilih
Sementara di sisi lain, bagaimana bila seorang
pemimpin lokal telah dikebiri oleh sistem
raja
melecehkan
adat,
dengan
tidak
memahami benar aturan, nilai dan norma adat Legitimasi Saniri Negeri: Studi Antropologi Budaya atas Resistensi Terhadap Sistem Marga Kuasa di Negeri Seith |79
yang menjadi simbol berpijaknya suatu
terjadi di masyarakat Seith sebagai fenomena
tatanan masyarakat adat. Meskipun demikian,
sosial. Alam reformasi telah diterima dan
penulis berharap walaupun muncul dari
diyakini menyediakan proses-proses sosial
keturunan
cara
politik yang terbuka, menyebabkan pesan-
nilai-nilai
pesan politik melalui media cetak maupun
raja
perlakuannya
namun
bisa
dalam
mewadahi
elektronik telah melahirkan keterbukaan dan
demokratis.
demokrasi yang kebablasan. Bahwa kemudian proses
E. Kesimpulan
politik
di
negeri-negeri
adat,
oleh
sebenarnya bukan lahir dari dari sebuah
masyarakat Negeri Seith, keberadaan Saniri
proses demokrasi melainkan proses dominasi
Negeri masih tetap dijunjung tinggi dan
(campur tangan Camat dan Bupati). Di sisi
dihormati. Dalam rangka mengawasi dan
lain
memelihara roda pemerintahan negeri dan
mataruma parentah) masih merasa keberadaan
soa, keberadaan Saniri Negeri menjadi motor
mereka sebagai pewaris leluhur negeri, telah
penggerak dalam menata sistem struktur
mempengaruhi masyarakat negeri agar taat
sosial. Betapa tidak, nilai budaya yang
dan tunduk terhadap aturan-atuan yang dibuat
muncul dari Saniri Negeri sebagai bentuk
oleh kuasa negeri. Kondisi ini lalu kemudian
legitimasi melahirkan sebuah aturan dari nilai
memunculkan
resistensi
dan norma. Manifestasi kepatuhan masyarakat
Negeri
sebagian
terhadap pranata-pranata lokal lewat Saniri
melihat simbol tersebut sebagai perwujudan
Negeri menunjukkan bahwa cara berpikir dan
dari kuasa negeri.
Sebagai
lembaga
adat,
elit
lokal negeri
oleh
(penguasa lokal;
terhadap
Saniri
masyarakat
yang
berperilaku masyarakat masih menghargai adat. Setiap tatanan sosial berupa aturan, nilai
DAFTAR PUSTAKA
dan norma senantiasa dipatuhi. Walaupun begitu di satu sisi kedudukan sebagian perangkat
adat
belum
juga
Cooley, F.L. Altar and Throne in Central Maluccan Society. Diterjemahkan Tim
diadakan
Satya Karya. Yogyakarta: PN. Pustaka
pemilihan, sedangan di sisi lain ada gesekan-
Sinar Harapan.
gesekan sosial yang lahir dari kelompokkelompok masyarakat sebagai akibat dari
Denzin, Norman K., et.al. The Sage Hanbook
ketidakpuasan mereka terhadap kekuasaan turun
temurun
yang
diperlihatkan
oleh
perkembangannya,
Qualitative
Edition).
Researcah
(Third
Terjemah oleh Dariyatno,
Pedoman Penelitian Kualitatif. Cet. I.
perangkat-perangkat adat. Pada
of
dinamika
sosial yang terjadi pada Saniri Negeri, tidak bisa terlepas dari perubahan sosial yang 80 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 69‐81
Yogyakarta: PN. Pustaka Pelajar, 2011.
Kontjaraningrat.
“Masyarakat
Desa
di
Indonesia”, dalam Frank L. Cooley, Alang Sebuah Desa di Ambon. Cet. VI. Jakarta: Ekonomi UI, 1998. Nuraini,
Cut.
Pemukiman
Suku
Batak
Mandailing. Cet. I. Yogyakarta: PN. Gadjah Mada University Press, 2004. Putuhena, M. Saleh. Struktur Pemerintahan Kesultanan Ternate dan Agama Islam. Majalah-Ilmu-Ilmu Sastra Indonesia, Vol. VIII. No. 3, 1990. Ritzer, George. Modern Sociology Theory. Diterjemahkan oleh Alimandan, Teori Sosiologi Modern”. Edisi Keenam, Cet. VII. Jakarta: Prenada Media Group, 2011. Sutrisno, Mudji. Teori-Teori Kebudayaan. Cet. VIII Yogyakarta: PN. Kanisius, 2005.
Legitimasi Saniri Negeri: Studi Antropologi Budaya atas Resistensi Terhadap Sistem Marga Kuasa di Negeri Seith |81
MOTIVASI STAF MEMILIH PROFESI PARENTAH SYARA’ DALAM MENGELOLA MASJID AL-MUHIBBIN NEGERI MAMALA KECAMATAN LEIHITU Drs. Mahdi Malawat, M. Fil.I1 Alhatam Lestaluhu2 ABSTRACT Parentah Syara 'is the unit manager of the mosque which is based on local wisdom. This study deals with motivation Parentah Syara 'as manager of Al-Muhibbin Mamala Leihitu District State Central Maluku. In this case there are two motivations associated with the experience of the staff Parentah Syara, 'The first is because the motivation and motivation for a purpose why they served or worked as Parentah Syara'. This study is based on the perspective of social action, social construction, and phenomenology with research methodology in-depth interviews and participant observation in order to obtain the data in the field. By using the interpretive paradigm is subjective this study serve as the basic foundation for understanding Parentah Syara '. The method used is qualitative research methods with the subject of research is the staff who work as Parentah Syara 'Masjid Al-Muhibbin Mamala State. Results of interviews and observations of researchers regarding the motivation of the staff Parentah Syara ', researchers have developed a typology construction of meaning associated with childbirth experience motivation. The staff Parentah Syara 'as the subject is considered to have a cause and motive motive purpose of carrying out tasks in the management of the mosque. Subjects were less satisfied with the performance of those due to different understandings of the nature of Parentah Syara '. Keywords: Parentah Syara ', motivation, management, mosque.
individu lainnya.3 Secara sosiologis, masjid
A. Pendahuluan Sejak Nabi Muhammad SAW diutus untuk
menjalankan
masjid
telah
pergerakan
tugas
berfungsi
dakwah.
kerasulannya, sebagai
Masjid
merupakan sebuah produk dari agama Islam yang menjadi tempat ibadah umat Islam.
basis
Masjid bukan sekedar tempat sujud
merupakan
dan sarana penyucian diri dari hadas atau dosa
dengan
saja, namun juga memiliki fungsi sosial.
masyarakat Islam. Keberadaaannya dapat
Fungsinya adalah tempat proses pendidikan,
menjadi ciri bahwa di situ tinggal komunitas
terutama pendidikan keagamaan, pengajian
muslim. Masjid pada umumnya, terlepas dari
dan kegitan-kegiatan sosial lainnya. Selain itu
keragaman bentuk dan ukuran besar atau
masjid
kecilnya, menjadi kebutuhan mutlak bagi
pemerintahan, karena di sana dilangsungkan
umat Islam sebagai tempat untuk menemukan
berbagai musyawarah politik, latihan militer,
kembali nuansa religius sebagai simbol
dan administrasi negara. Lembaga-lembaga
institusi
keterikatan
sosial
yang
individual
inheren
muslim
sebagai
institusi
politik
dan
dengan
1
2
Firman Nugraha, 2010. Makalah: “Mesjid dan Perubahan Sosial”, http://firmannugraha.blogspot.com/2010/12/mesjid-dan-perubahansosial.html. Diakses pada tanggal 10 Mei 2014.
Mahdi Malawat adalah Dosen Jurusan KPI Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon. Mahasiswa Jurusan KPI Pada Fakultas Ushuluddin & Dakwah IAIN Ambon.
82 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 82‐99
3
pendidikan Islam bermula dari masjid.4
Kecamatan Leihitu, memiliki peranan yang
Sebagai institusi sosial keagamaan, masjid
sangat
harus dikelola oleh pengurus masjid (ta’mir).
menyampaikan
Kepengurusan pengelolaan segala keperluan
Negeri, misalnya pengumuman atau perintah
masjid diperlukan staf pegawai yang melayani
langsung kepada masyarakat, Raja sebagai
keperluan jamaah dan membersihkan serta
kepala pemerintahan sering kali dilakukan di
keperawatan masjid. Staf pelayanan masjid
masjid ketika selesai Shalat Jum’at. Sasing
sudah ada sejak masjid Madinah didirikan.
(sasi) hasil bumi berupa pala dan kelapa hasil
Hal lain yang penting untuk mengelola
keuntungannya adalah untuk masjid. Baileo
kegiatan masjid adalah adminstrasi dan
(semacam balai desa) terletak di depan
manajemen masjid secara rapi dan teratur.5
masjid. Atraksi tradisi pukul sapu biasa dilak-
Dengan demikian Masjid Nabawi bukan
sanakan di halaman masjid yaitu pada setiap
hanya dijadikan pusat ibadah ritual saja,
tanggal 7 Syawal. Pelataran masjid yang
malainkan sangat berguna untuk kepentingan
berukuran ± 50 m2 selain dijadikan tempat
dakwah dan sosial.
pagelaran atraksi pukul sapu, juga biasa
Di
Indonesia,
meski
masih
ada
beberapa masjid yang berfungsi sempit, sudah
penting
dan
strategis.
kebijakan
Untuk
pemerintahan
digunakan untuk kegiatan lain seperti upacara bendera, kampanye, dan lain sebagainya.
pula bermunculan masjid dengan aneka guna.
Peta
lokasi,
Masjid
al-Muhibbin
Terutama di kota-kota besar, perkembangan
dikelilingi
oleh
mata
rumah
model ini makin pesat. Sekadar misal, pada
keturunan)
yang
salah
seorang
bagian pertama edisi ini, bisa dibaca kiprah
keluarganya memiliki peran serta tanggung
Masjid Agung Al-Azhar Jakarta dan Masjid
jawab tugas di masjid. Tanggung jawab dan
Istiqamah Bandung. Keduanya sama-sama
tugas
6
yang
dibebankan
(keluarga anggota
kepada
mereka
berkembang jadi pusat pendidikan. Dalam
diwariskan secara turun temurun dalam
hal ini pengelola masjid sangat berperan
sebuah organisasi yang disebut Parentah
dalam maju atau mundurnya gerakan masjid.
Syara’7. Parentah Syara’ terdiri dari dua
Bagi masyarakat Mamala, Masjid al-
kelompok
yakni:
(1)
Tamulakau
yang
Muhibbin yang terletak di Negeri Mamala
dipimpin oleh Pisihena bertanggung jawab
pada sarana dan prasarana masjid, dan (2)
Abdul Aziz Dahlan et al., Ensiklopedi Hukum Islam. Jilid 6, Cet. 1; Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996, h. 1120.
Kasisi masjid, yang beranggotakan para
4
5
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam jilid 3, Cet. IV; Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, h. 178. 6
Badan wakaf Indonesia. http://bwi.or.id/index.php/ar/artikel/765-pengelolaanwakaf-produktif-ala-masjid, 19 Juni 2014.
penghulu
masjid,
dipimpin
oleh
Imam
bertugas mengurus pelaksanan ibadah rotin di 7
Parentah Syara’, merupakan lembaga pengelola masjid di Negeri Mamala Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah.
motivasi staf memilih profesi parentah syara’ dalam mengelola masjid al‐muhibbin negeri mamala… |83
masjid, seperti shalat lima waktu, shalat
namun tidak pandai mengaji, misalnya.8
mayat, shalat Ied, qurban, dan lain-lain.
Tidak semua Parentah Syara’ melaksanakan
Parentah Syara’ merupakan warisan
tugasnya sesuai dengan pola yang baku yang
budaya di Negeri Mamala yang terbentuk
telah diamanatkan oleh para leluhur di Negeri
untuk
Mamala.
memakmurkan
kemaslahatan
umat.
masjid
Kendatipun
dan
Namun
menurut
Syamsudin
zaman
Malawat, bahwa Parentah Syara’ yang ada
berubah namun hingga saat ini tatacara
sekarang tampaknya telah terjadi sedikit
pelaksanaan Parentah Syara’ tidak berubah.
kurang proporsional. Ada pejabat Parentah
Agar pelaksanaan Parentah Syara’ tersebut
Syara’ yang dari kondisi umur lebih tua
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan,
padahal bila dilihat dari sisi nasab ada yang
maka para personal yang terlibat dalam tugas
lebih pantas namun usianya lebih muda.
sebagai Parentah Syara’ harus dilakukan oleh
Selain itu ada juga yang bila dilihat dari sisi
orang-orang yang memenuhi kriteria seperti
nasab telah memenuhi kriteria, namun tidak
keturunan, berpengalaman dalam berbagai
diangkat karena dari sisi mental, pengetahuan,
kegiatan syariat (misalnya prosesi pengurusan
serta
jenazah dan pernikahan), mampu membaca
syarat, dan lain-lain.9
al-Qur’an, mukim, dan lain-lain.
keterampilannya,
tidak
memenuhi
Uraian tersebut peneliti menarik untuk
Tugas dan tanggung jawab Parentah
diteliti dalam sebuah judul: “Motivasi Staf
Syara’ dalam membina prikehidupan kaum
Memilih Profesi parentah syara’ dalam
muslimin di Negeri Mamala harus dipersiap-
Mengelola
kan dan direncakan. Persiapannya bukan
Mamala Kecamatan Leihitu Kab. Maluku
hanya orangnya saja, namun kesediaan yang
Tengah”. Judul tersebut dirumuskan pada
bersangkutan
sebuah
dalam
mengemban
tugas
Masjid
pertanyaan:
Al-Muhibbin
Bagaimana
Negeri
Motivasi
sebagai Parentah Syara’ juga harus dipertim-
Parentah Syara’ dalam mengelola Masjid al-
bangkan. Parentah Syara’ juga memahami
Muhibbin Negeri Mamala Kecamatan Leihitu
tugas dan fungsinya (Job description).
Kab. Maluku Tengah? Berdasarkan masalah
Pada kenyataannya, ada beberapa job
pokok tersebut, dapat diperinci dalam dua sub
dalam Parentah Syara’ yang masih kosong
masalah yaitu: (1) Apa penyebab yang
hingga saat ini. Menurut Imam Masjid al-
melatarbelakangi menjadi Parentah Syara’?
Muhibbin Mamala, hal itu terjadi karena ketidaktahuan masyarakat terhadap Parentah
Syara’, padahal banyak masyarakat yang
A. Wahab Malawat, “Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal 31 Juni 2014, pukul 17.00 s.d. 18.10 WIT.
memiliki nasab sebagai Parentah Syara’
8
9
Syamsudin Malawat, “Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal 25 Mei 2014, pukul 20.00 s.d. 21.10 WIT. 84 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 82‐99
dan (2) Apa tujuan Parentah Syara’ menglola
pengelola masjid dan identitas diri Parentah
Masjid Al-Muhibbin Mamala?
Syara’ tersebut menjadi relaitas objektif bagi Parentah Syara’ untuk masa sekarang, namun makna tersebut dapat berubah mengikuti
B. Kajian Teoretis Tindakan
Sosial.
Menurut
Max
dinamika sosial yang ada dalam masyarakat.
Weber, dunia ada, karena tindakan sosial.
Teori
Esensi
fenomenologi.
Manusia melakukan sesuatu karena adanya
Fenomenologi adalah: “…Phenomenology as
keinginan untuk mencapai apa yang diingin-
‘adescriptive theory of the essence of pure
kan sebagaimana dijelaskan Weber bahwa
transcendental experiences…which has its
tindakan sosial adalah “Action which takes
own
account of behavior of orther and is there by
diungkapkan oleh Edmund Husserl. Selain
oriented in its course. Social action, than is
itu, Schutz menjelaskan bahwa memahami
subjectively behavior which ini influenced by
tindakan sosial penafsiran.12 Untuk konsep
or oriented towards the behavior of others”.10
penafsiran diperlukan, yang dikaji oleh
Tindakan sosial dijadikan sebagai pijakan
peneliti yang berkaitan dengan pengalaman
dalam memahami fenomena suatu realitas
inilah
sosial dialami oleh Parentah Syara’ dalam
motivasi pengelolaan masjid. Keberadaan
mengkonstruksi dirinya terkait dengan profesi
Parentah
pengelola masjid sebagai sebuah identitas diri
pemaknaan yang dipengaruhi oleh interaksi
Parentah Syara’.
yang
justification.”11,
Syara’,
Parentah
Syara’
dimiliki
sebagaimana
terfokus
dipandang
Parentah
yang
Syara’
pada melalui bersifat
Teori Konstruksi Sosial. Menurut
personal dan subjektif. Profesi pengelola
Peter L. Berger dan Thomas Luckmann,
masjid dimaknai secara simbolis oleh para
konstruksi
Parentah Syara’ Makna atas simbol tadi tidak
sosial
terbentuknya
membahas
sosial. Adapun
realitas
salah
satu
muncul dengan sendirinya melainkan melalui
asumsi dari teori ini adalah mengenai realitas
proses
interaksi
yang dinyatakan terbentuk secara sosial.
berkesinambungan.
yang
panjang
dan
Apabila profesi pengelola masjid dan identitas diri Parentah Syara’ dikonstruksikan secara
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
sosial oleh masyarakat pada saat ini menjadi
Penelitian ini bertujuan untuk mema-
sesuatu yang bermakna, maka makna profesi
hami secara mendalam motivasi penyebab
10
Engkus Kuswarno, 2004. Dunia Simbolik Pengemis Kota Bandung (Studi tentang Konstruksi Sosial dan Manajemen Komunikasi Para Pengemis di Kota Bandu ng). Disertasi. Pascasarjana Universitas Pajajaran, h. 45.
11
Christopher McCann 1993, Four Phenomenological Philosophers: Husserl Heidegger, Sarte Merleau-Ponty. London Routledge, h.31. 12
Alfred Schutz, 1972, The Phenomenology of the Social World, London: Heinemann Educational Book, h. 98.
motivasi staf memilih profesi parentah syara’ dalam mengelola masjid al‐muhibbin negeri mamala… |85
yang melatarbelakangi menjadi para staf
sepuluh orang, seperti yang dikemukakan
Parentah Syara’, dan tujuan apa Parentah
oleh Creswell.13
mengelola
Syara’
Masjid
Negeri Mamala Kecamatan Leihitu
Al-Muhibbin sebagai
Mamala. Penelitian ini memberikan manfaat
lokasi
penelitian
dengan
pertimbangan informan sebagai Parentah
secara
Syara’ sebagai pelaku yang terlibat secara
akademis, diharapkan mampu mengetahui
langsung dalam kegiatan pengelolaan masjid
sebagai
akademis
dan
praktis.
bahan
Manfaat terhadap
proses
dengan objek yang diteliti adalah motif serta
al-Muhibbin
dalam
makna Parentah Syara’ sebagai sebuah
analisis
pengelolaan
Masjid
organisasi
Parentah
Syara’
guna
identitas
diri
di
Negeri
melaksanakan aktifitas keagamaan di Negeri
Pertimbangan
Mamala. Sementara manfaat praktis, hasil
pengelola masjid berdasarkan pengalaman
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
dan kesadaran mereka mengenai pemaknaan
referensi serta sebagai penelitian pendahulu
motivasi individu pengelola masjid sebagai
apabila akan dilakukan penelitian lanjutan
sebuah identitas Parentah Syara’. Alat
yang terkait dengan permasalahan Parentah Masjid
Syara’
al-Muhibbin
di
Negeri
pengumpulan
mereka
Mamala.
menerima
yang data
digunakan adalah
profesi
untuk
wawancara
mendalam, pengamatan berperan-serta, dan
Mamala.
studi pustaka dengan teknik analisis datanya melalui tiga alur kegiatan pengelolaan data
D. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigm
kualitatif yang dilakukan secara bersamaan,
sebagai
yakni reduksi data, penyajian data, dan
pijakan dasar untuk memahami Parentah
penarikan kesimpulan dan verifikasi terhadap
Syara’ metode penelitian kualitatif dengan
motivasi Parentah Syara’ memilih menjadi
subjek penelitian adalah para staf yang
pengelola masjid.
interpretative
bersifat
subjektif
Keabsahan
berprofesi sebagai pengelola Masjid Negeri
data
penelitian
yang
Mamala. Data Parentah Syara’ yang peneliti
digunakan adalah triangulasi dan verifikasi
peroleh sebanyak 18 (delapan belas) orang
data oleh pembaca naskah hasil penelitian
dan peneliti menentukan informan penelitian
melalui rehabilitasi data dapat dilakukan
dengan cara purposive. Melalui data itu
dengan menerapkan prosedur fielnote atau
diketahui ada beberapa staf Parentah Syara’
catatan
yang dapat dihubungi oleh peneliti. Dalam perspektif fenomenologi, menemukan jumlah informan penelitian cukup dengan jumlah
lapangan
digunakan
jika
tidak
13
John W. Creswell, 1988. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions. Thousand Oaks: CA. Sage Publication Inc., h. 111-112.
86 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 82‐99
mengganggu proses wawancara. Penelitian ini
landasan dalam bertindak.”16 Motif penting
dilakukan selama tiga puluh hari dari tanggal
dalam melihat diri staf Parentah Syara’,
01 September hingga 30 September 2014.
karena motif dapat melihat diri Parentah Syara’ dan tindakannya. Motif bukan elemen yang terpisah
E. Hasil Penelitian manusia
satu sama lain, motif sebagai elemen yang
dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan.
terintegrasi dalam sistem dan konsisten.
Max Weber mengatakan bahwa manusia
Untuk
melakukan sesuatu karena ia memutuskan
tindakan individu menurut Schutz bisa
untuk
dilihat
Setiap
tindakan
melakukan
agar
tercapai
yang
mendeskripsikan dari
dua
fase
keseluruhan yaitu
tindakan
diinginkannya. Setelah memilih sasarannya
“because of motive,” motif sebab yang
kemudian ia melakukan tindakan.14 Pada
merujuk pada masa lalu dan tindakan “in-
setiap tindakan individu, terdapat motif
order-to-motive,”
yang menjadi orientasi dari tindakannya.
merujuk
Menurut Max Weber, makna serta motif
digunakan
yang subjektif ini berhubungan langsung
individu memilih menjadi Parentah Syara’.
dengan dilakukan menjadi
tindakan
manusia.15
pada
motif masa
untuk
tujuan
yang
depan.17
Motif
mengetahui
alasan
Tindakan
Motif yang merujuk pada masa lalu dalam
yang
penelitian ini disebut sebagai motif sebab,
ini
sedangkan motif yang merujuk pada masa
staf
Parentah
Syara’
subjek
dalam
penelitian
berprofesi sebagai pengelola masjid Al-
depan disebut sebagai motif tujuan.
Muhibbin Negeri Mamala. Tindakan ini digerakan
oleh
motif
tertentu
yang
melatarbelakangi para staf Parentah Syara’ yang berprofesi sebagai pengelola masjid, sebagaimana
diungkapkan
oleh
Alfred
Motif Sebab Memilih Profesi Parentah Syara’ Ada beberapa motif sebab yang diungkapkan
subjek
dalam
mengambil
Schutz bahwa motif merupakan “konteks
keputusan menjadi Parentah Syara’ dalam
makna yang ada pada diri individu sebagai
mengelola masjid. Motif-motif orientasi yang dimiliki dilatarbelakangi oleh berbagai
14
Pip Jones, Introducing Social Theory, diterjemahkan oleh Achmad Fedyani Saifuddin dengan judul Pengantar Teori-teori Sosial (dari Teori Fungsionlisme hingga Post Modernisme), (Cet. I; Yayasan Pustaka Obor Indonesia: Jakarta, 2010), h. 114. 15
Deddy Mulyana, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Cet.V; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, h. 61.
aspek sebagaimana yang ditemukan di lapangan
yang
dikategorikan
sebagai
16 Alfred Schutz, 1972. The Phenomenological of the Social World. London: Heinemann Educational Book, h. 86. 17
Ibid., h. xvi.
motivasi staf memilih profesi parentah syara’ dalam mengelola masjid al‐muhibbin negeri mamala… |87
mandat,
turunan,
guru,
ikhlas,
dan
langsung oleh Modin sendiri. Kemudian
semangat.
mengurus mayat, mulai dari memandikan
Mandat. Mandat merupakan motif sebab bagi
hingga
Modin18 sebagai informan memilih profesi
beberapa tugas lainnya yang menjadi beban
menjadi staf Parentah Syara’. Motif ini
kerja Modin.
menguburkan.
Untuk
sangat kuat memengaruhi perubahan identitas
menjadi
Dan
masih
Parentah
ada
Syara’
informan, karena profesi sebagai Parentah
tidaklah mudah karena ada syarat-syarat
Syara’ dianggap telah banyak berjasa dalam
tertentu yang harus dipenuhi. Oleh karena itu
menginspirasi kehidupan informan sehingga
setiap orang yang diminta kesediaan untuk
wajar bila mereka kemudian harus menerima
menjadi Parentah Syara’ tidak serta merta
amanat sebagai pengelola masjid.
disanggupi.
Sebagai
contoh
pada
Motivasi memilih Parentah Syara’
pengangkatan Bua20 yang dijabat oleh M.
dikemukakan oleh Idris Mony dan M. Taher
Taher Kiang. Bua bertugas memegang kunci
Kiang yang tidak terlepas dari pengalaman
masjid pada waktu-waktu yang lalu sebelum
dan
dalam
zaman modern seperti sekarang ini. Dan tugas
kehidupannya sebagai individu yang selalu
yang diemban oleh Bua juga cukup berat
mereka sadari bahwa mereka terpilih menjadi
karena di samping harus memperhatikan
Parentah Syara’. Karena mereka dipandang
fasilitas masjid, juga harus mengganti modin
memiliki kemampuan untuk melaksanakan
apabila berhalangan. Pada awalnya Kiang
tugas-tugas sebagai Parentah Syara’. “Katong
tidak bersedia untuk diangkat sebagai Bua
mesti terima tugas ini, barang ini kan
karena Bua yang lama masih ada. Berbeda
kepercayaan par katong yang harus jaga
dengan parenta lainnya, untuk menjadi Bua
pengetahuan
dimiliki
19
bukan hanya tahu mengaji atau berdoa saja
Tugas lain yang biasa dilakukan
tapi juga harus terampil menggunakan benda-
Modin adalah menggendong kambing qurban
benda simbol adat yang biasa digunakan di
yang akan disembelih. Kambing digendong
mesjid, seperti tongkat dan bendera, juga
sambil berjalan mengelilingi masjid sebanyak
harus mampu khutbah dan adzan. Menjadi
empat putaran, yang selanjutnya disembelih
Bua tugasnya paling berat, ia dituntut harus
akang.”
18
Modin berasal dari kata Muadzzin (B. Arab) merupakan bagian dari penghulu (pengelola) masjid yang bertugas melaksanakan atau mengatur adzan pada shalat wajib lima waktu serta ritual lainnya, baik di lingkungan masjid maupun di masyarakat Negeri Mamala. 19
Idris Mony, “Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal 02 September 2014, pukul 21.00 s.d. 22.10 WIT.
20
Bua (biasa juga dipanggil Uka Bua) merupakan staf Parentah Syara’ yang bertanggung jawab dalam masalah sarana dan prasarana masjid. Bua juga berfungsi sebagai pengganti Modin apabila berhalangan atau tidak ada muadzzin ketika akan dilaksanakan shalat wajib 5 waktu. Bua sangat berperan besar dalam pengelolaan majid oleh karena itu ia biasa disebut pemegang kunci atau juru kunci masjid.
88 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 82‐99
serba bisa dan serba siap, ia sebagai pengganti
Beta pikir itu alamat sudah, tapi seng tau itu alamat apa.”.22
modin apabila tidak ada. Yang
harus
dilakukan
staf
Dan sekarang baru ia sadari peristiwa itu
Parentah Syara’ sebelum diangkat secara adat
merupakan isyarat bahwa kelak ia akan
adalah
menjadi
mempersiapkan
oleh
diri
memiliki
pengetahuan tentang tugasnya. Walaupun
modin
di
Masjid
al-Muhibbin
Mamala.
pada awalnya tidak menyanggupi terhadap
Sebagai amanat, tugas pelaksana pada
tugas tersebut, namun penunjukan terhadap
Parentah Syara’ cukup banyak dan kompleks,
tugas tersebut merupakan tantangan yang
salah satunya adalah Tepai23. Pada periode
harus dipenuhi. Untuk menjadi petugas pada
sekarang Tepai diberikan tugas tambahan
Parentah Syara’ tidaklah mudah karena
yakni melakukan pasawale24. Sebenarnya
memerlukan
yang bertugas melakukan pasawale adalah
pertimbangan
yang
cukup
Sumahu25, namun karena Sumahu tidak
matang bagi dirinya. “Sebelum Beta ditunjuk untuk menjadi Modin, Beta seng sanggup. Tapi karena dipaksa dan di bujuk terus, akhirnya Beta mangaku jua. Sebelum Beta ditetapkan sebagai calon Modin, Imam su kase inga Beta bahwa Beta akan diangkat menjadi Modin”.21 Setelah Jafar resmi ditunjuk sebagai Modin, ia tidak
langsung
melainkan
melaksanakan
melakukan
segala
tugas,
persiapan-
persiapan. Ia mempelajari segala hal yang terkait
dengan
tugasnya
sebagai
modin
kedepan. Ia juga menghafal do’a-do’a yang biasa dipakai pada waktu shalat Jum’at, talqin, qurban, dan lain-lain. Pada masa Modin Jafar masih remaja ada hal aneh yang menimpa dirinya. “Waktu Beta ada duduk baca-baca alQur’an di muka mimbar pada malammalam bulan puasa, tiba-tiba kain mimbar tutpu Beta pun muka, padahal jarak Beta deng mimbar cukup jauh, 21
Jafar Hatuala, “Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal 07 September 2014, pukul 21.00 s.d 21.10 WIT.
memiliki kemampuan untuk melakukannya maka tugas tersebut dilimpahkan kepada Tepai. Pasawale merupakan pekerjaan yang dilakukan pada saat menghubungi orang yang akan
diangkat
untuk
menjadi
penghulu
masjid, yang dilakukan tanpa sepengetahuan masyarakat dengan maksud untuk menjaga segala kemungkinan agar tugas tersebut terhambat atau bahkan gagal. Pada Hari Raya Iedul Fitri dan Iedul Adha atau acara lain yang melibatkan masjid salah satu bagian Pasawale juga dilakukan, yakni mengucapkan 22
Ibid.
23
Tepai merupakan staf Parentah Syara’ yang bertugas mencari calon penghulu masjid. Tugas lainnya adalah menangani kasus-kasus yang terjadi di masyarakat. 24
Pasawale adalah proses pengangkatan penghulu masjid atau staf Parentah Syara’, mulai dari pencarian hingga pengukuhan/pelantikan. 25
Sumahu adalah staf Parentah Syara’ yang bertugas menyertai Tepai dalam mencari calon penghulu masjid. Tugas lainnya adalah melakukan pengukuhan/pelantikan terhadap penghulu masjid terpilih.
motivasi staf memilih profesi parentah syara’ dalam mengelola masjid al‐muhibbin negeri mamala… |89
kata-kata tertentu sebagai pemberitahuan
masyarakat yang mengatur alur keturunan
tentang acara yang tengah berlangsung.
berasal dari pihak ayah. Dimana jika terjadi
Turunan. Terkecuali untuk Imam, salah satu
masalah maka yang bertanggungjawab adalah
syarat utama menjadi Parentah Syara’ harus
pihak
ada garis nasab (warisan). Taher Kiang dipilih
bukanlah harga mati, karena apabila dari garis
dan diangkat sebagai Bua karena selain usia
keturunan laki-laki tidak ditemukan orang
yang paling tua di antara ahli waris Bua, juga
yang memenuhi kriteria, maka dari garis
karena jabatan Bua kosong setelah Bua yang
keturunan perempuanpun menjadi alternatif
lama,
terakhir. Dalam hal ini Pisihena (Jabatan
yang
bernama
M.
Taib
Kiang
laki-laki.27
Namun
hal
tersebut
meninggal. Taher Kiang menjabat Bua telah
tertinggi
berjalan dua bulan lebih. Pengangkatannya
mengungkapkan:
dilakukan berdasarkan hasil musyawarah
Pisihena ini bukan dari keturunan pihal laki-
keluarga pewaris jabatan Bua. Setelah Taib
laki, tapi dari pihak perempuan. Barang yang
Kiang meninggal maka disepakati bahwa M.
dari pihak laki-laki su seng ada di Mamala
Tahir Kiang yang dianggap paling tua diminta
deng ada lae yang su meninggal”.28
kesediaannya untuk menjadi Bua. Untuk
Guru. Menjadi Parentah Syara’ memiliki
selanjutnya
tersebut
kesempatan melakukan amar ma’ruf nahi
disampaikan kepada Tamulukau (kelompok
munkar yang lebih legal. Salah satunya
Parentah Syara’ yang terdiri dari Pisihena,
adalah memberikan pencerahan kepada
Tepai, Sutela, dan Sumahu). Selanjutnya
masyarakat. Dalam pandangan A. Wahab
keempat staf tersebut mendatangi Tahir Kiang
Malawat (Imam), kurangnya pembinaan
dengan
dalam waktu yang cukup lama pada
hasil
membawa
musyawarah
informasi
tentang
dalam
Parentah “Sebenarnya
Syara’) Beta
jadi
penunjukannya sebagai Bua. Terkait dengan
masyarakat
hal
moral di kalangan anak muda. Terkait
tersebut,
Tahir
Kiang
mengatakan:
“Selama Bua lama masih hidup, maka apapun
dengan
alasannya Bua baru belong bisa diganti.
mengatakan:
hal
mengakibatkan tersebut,
Imam
dekadensi Wahab
“Ada tugas yang kasat mata tentang negeri. “Bagaimana katong ator akang ini negeri,”. Bagaimana negeri ini supaya aman, kalau di negeri ini ada najis berarti tugas katong for kase
Yang menjabat Bua bukan karena pintar mangaji sa, tapi dia juga harus tahu banyak masalah adat istiadat di masjid lae.”26 Proses pewarisan jabatan Parentah Syara’ kepada ahli warisnya dilakukan secara
patrilineal. Patrilineal adalah suatu adat
Mairda Sukma, http://chachanomarisu.blogspot.com/2012/11/pengertia n-patrilinel-matrilineal-dan.html, 23 September 2014.
26
M. Taher Kiang, “Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal 26 Agustus 2014, pukul 17.00 s.d. 18.15 WIT.
27
28
Abd. Rahim Malawat (Pisihena), “Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal, 20 September 2014, pukul 21.00 s.d. 22.10 WIT.
90 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 82‐99
bersi akang, barang kalo seng kase bersi akang nanti negeri ini akang kotor”.29 Seberat apapun tugas ini harus dilakukan
sekarang menurutnya sudah menyimpang
karena sudah menjadi kewajiban.
pada jajaran Parentah Syara’, khususnya di
dari
adat
istiadat.
Hal
itu
karena
kekurangfahamannya terhadap tatanan adat
Wahab
kalangan penghulu masjid. Oleh karena itu
mengungkapkan bahwa apabila hukum-
hendaknya para staf komitmen terhadap
hukum agama tidak berjalan berarti itu
aturan Parentah Syara’. Padahal yang
merupakan tantangan berat buat penghulu
mengatur sarana dan prasarana adalah
masjid. Imam jangan hanya berdiri di depan
parentah yang dipimpinnya, yaitu Pisihena.
Selanjutnya
makmum
saja
Imam
hukum-hukum
sementara
Kekurangfahaman Parentah Syara’
agama tidak tahu. Selain itu yang harus
terhadap tugasnya misalnya pada tugas
dimiliki oleh imam dan para penghulu adalah
Pasawale. Dalam kasus ini A. Rahim
kebersihan lahir batin.
Malawat (Pisihena) menuturkan:
Dalam
rangka
“Pada waktu Beta belum diangkat sebagai Pisihena, yang biasa melakukan pasawale itu Sumahu (petugas pasawale) yang dilimpahkan kepada Tepai. Sampai Beta dilantik ia juga masih melakukan pasawale-pasawale. Padahal yang mesti melakukan pasawale adalah tugas Pisihena. Itu berarti dorang seng tahu kerja. Tapi Beta kasi biar sa, itu seng jadi masalah.”31
pembinaan
umat/masyarakat juga pernah dilakukan pada beberapa waktu yang silam. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Samsuddin Malawat (Khatib): “Dulu waktu Beta pun Om hibahkan sebidang tanah for mushalla, setelah mushalla jadi, Beta deng Beta pun saudara satu ajar mangaji far beberapa orang. Tapi ternyata ada pihak-pihak tertentu yang mau lebe di atas katong. Daripada jadi masalah lebe bae mundur jua, yang penting katong su kase jalan for ada pengajian. Beta seng ada ambisi mo jadi guru di situ, yang penting pengajian deng shalat berjamaah. Dan Alhamdulillah sampe skarang su bajalan dengan bae”.30 Di sisi lain Pisihena menilai bahwa perangkat
Parentah
Syara’
yang
ada
29
A. Wahab Malawat, “Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal 31 Juni 2014, pukul 17.00 s.d. 18.10 WIT. 30
Syamsudin Malawat, “Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal 25 Mei 2014, pukul 20.00 s.d. 21.10 WIT.
Selanjutnya
menurut
Rahim
Malawat bahwa pimpinan tertinggi dalam Parentah Syara’ adalah Pisihena32. Oleh karena kalau Pisihena telah diangkat maka yang
berhak
mengangkat
dan
31
Abd. Rahim Malawat (Pisihena), “Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal, 20 September 2014, pukul 21.00 s.d. 22.10 WIT. 32
Pisihena berasal dari kata Pisi = uang dan Hena = kampung (negeri), dengan demikian Pisihena pemegang uang negeri atau bendahara masjid, namun fungsi sebanarnya bukan hanya sebagai bendahara keuangan masjid saja, karena masih banyak tanggung jawab yang menjadi beban Pisihena. Pisihena merupakan bagian dari Parentah Syara’ dengan jabatan tertinggi yakni sebagai kepala/ketua dari Parentah Syara’.
motivasi staf memilih profesi parentah syara’ dalam mengelola masjid al‐muhibbin negeri mamala… |91
melantik
Semangat. Tugas menjadi Parentah Syara’
(pasawale) adalah Pisihena, bukan yang
akan terasa berat apabila tidak dipersiapkan
lain.
secara
memberhentikan
serta
yang
matang.
Menjelang
aqil
baligh
Bekerja tanpa pamrih merupakan
Syamsuddin Malawat merasa belum begitu
motivasi tersendiri bagi Parentah Syara’.
mampu membaca al-Qur’an. Pada waktu itu
Mengelola masjid merupakan profesi suci guna
ia lebih mengutamakan sepak bola dari pada
memperoleh ridha Allah Swt., oleh karena itu
mengaji, sampai akhirnya mendapat teguran
para staf Parentah Syara’ tidak terbebani oleh
keras dari gurunya agar ia kembali mengaji.
keinginan untuk memperoleh imbalan. Jafar
“Dulu waktu Beta su sampai masa dewasa
Hatuala (Modin) menuturkan: “Beta kerja ini
masih belum begitu lancar baca al-Qur’an.
seng harap apa-apa selain beribadah karena
Tapi Beta terus-terus berusaha belajar, dan
Ikhlas.
Allah
Ta’ala.”33
Walaupun
Jafar
tidak
mendapat insentif sebagai modin tapi ia bisa
ketika
Beta
diminta
for
jadi
Khatib
Alhamdulillah Beta su siap.”34
memperoleh penghasilan dari bercocok tanam
Hal yang sama dilakukan oleh Tahir
di kebunnya. Dengan memanfaatkan waktu
Kiang (Bua). Walaupun fisiknya tengah
luang ketika istirahat dari tugasnya, ia
menderita
menggarap dan merawat tanaman coklat
melaksanakan shalat saja tampaknya sangat
pemebrian adiknya.
tersiksa.
sakit,
sehingga
Kendatipun
demikian
untuk shalat
Untuk mewujudkan amanah sebagai
berjamaah masih tetap ia lakukan. Bahkan
bagian dari Parentah Syara’, maka petugas
ketika ia baru dilantik sebagai Bua, ia sempat
dituntut memiliki semangat tinggi dalam
memukul jamaah yang melakukan keributan
melaksanakan pekerjaan yang diembannya
di dalam masjid. “Waktu shalat Tarawih Beta
secara cerdas, keras dan ikhlas. Sinergi antar
pukul orang-orang di masjid. Mo tua kah,
ketiganya
muda kah, kalo biking baribut di masjid
akan
menghasilkan
pelayanan
prima yang berdampak pada kepuasan dan
pica!”.35
kenyamanan bagi ummat/masyarakat. Dalam
menyanggupi untuk diangkat sebagai Bua
memaknai dan mengaplikasikan kerja yang
karena ia memiliki keinginan yang kuat untuk
cerdas, keras dan ikhlas tersebut, maka
membenahi masjid.
Selain
itu,
Taher
Kiang
Parentah Syara’ harus selalu melakukan
Sementara itu bagi Wahab Malawat
pekerjaan dengan sebaik mungkin sesuai
(Imam), walaupun ada pihak yang bersikap
kemampuan
yang
dimiliki
untuk
mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. 33
Jafar Hatuala, “Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal, 07 September 2014, pukul 21.00 s.d. 21.10 WIT.
34
Syamsudin Malawat, “Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal 25 Mei 2014, pukul 20.00 s.d. 21.10 WIT. 35
M. Taher Kiang, “Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal 26 Agustus 2014, pukul 17.00 s.d. 18.15 WIT.
92 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 82‐99
kurang
simpati
terhadap
kepemimpinan
Berdasarkan kategori-kategori motif
dirinya, tapi ia tidak pantang menyerah. Ia
sebab yang mendorong Parentah Syara’
mengungkapkan “Kalo Beta diangkat jadi
sebagai informan yang ada pada tabel tersebut
imam ini hanya for badiri di muka jadi imam
memperlihatkan bahwa motivasi memilih
shalat sa, lebe bae Beta jang jadi imam lae.
profesi sebagai Parentah Syara’ cukup
Masi banya masalah yang harus diselesaikan
bervariasi.
di kalangan masyarakat.”
36
Tabel Motif Sebab Menjadi Parentah Syara’ No .
1.
2.
3
4.
Informan
M. Taher Kiang (Bua)
Abd. Rahim Malawat (Pisihena )
A. Wahab Malawat
Jafar Hatuala
Aspek Motif Sebab Menjadi Parenta h Syara’
mandat
Turunan
Guru
ikhlas
Pernyataan-Pernyataan yang Bersifat Proposisional
dilatarbelakangi
Sumber: Hasil Pengumpulan Data, JuliSeptember 2014.
oleh
orientasi
dimiliki,
berbagai
aspek
pengalaman dan pengetahuan dimiliki serta situasi yang telah dialami dalam kehidupan oleh masing-masing staf Parentah Syara’. Semakin
Memilih profesi sebagai Parentah Syara’ telah disepakati oleh keluarga. Pemegang kunci masjid. Mengambil alih tugas Modin apabila tidak ada. Memfasilita si kebutuhan sarana dan prasarana masjid. Bersedia menjadi Parentah Syara’ karena merasa dirinya turunan Pisihena. Melantik Memimpin Banyak masalah moral masyarakat serta pemahaman yang masih dangkal. Pencerahan Pembinaan Bekerja dengan tanpa pamrih. Melakukan tugas sesuai jadwal Tidak mengenal lelah
Perbedaan
banyak
pengalaman
dan
pengetahuan mereka yang dipandang dari sudut tertentu maka semakin tinggi motivasi Parentah Syara’ memilih profesinya. Kecenderungan
yang
mendorong
informan untuk mengambil tindakan memilih pekerjaan Parentah Syara’ dapat dilihat dari motif yang mereka miliki. Motif merupakan konfigurasi atau konteks makna yang ada pada diri individu sebagai landasan dalam bertindak dan upayanya mendefinisikan diri dan lingkungan.37 Atau dengan kata lain, motif adalah faktor pendorong individu untuk bertindak atau berperilaku terhadap suatu objek. Dengan mengamati motif informan dapat diketahui kecenderungan mereka ketika memilih profesi Parentah Syara’. Motif informan memilih staf Parentah Syara’ cukup bervariasi. Peneliti membaginya menjadi empat motif sebab yang menjadi alasan
informan
memilih
menjadi
staf
Parentah Syara’ pada Masjid Al-Muhibbin
A. Wahab Malawat, “Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal 31 Juni 2014, pukul 17.00 s.d. 18.10 WIT.
Alfred Schutz, 1972, The Phenomenology of the Social World, London: Heinemann Educational Book, h. 86.
36
37
motivasi staf memilih profesi parentah syara’ dalam mengelola masjid al‐muhibbin negeri mamala… |93
Negeri Mamala. Pengkategorian ini merujuk
dari niat itulah para staf Parentah Syara’
pada identitas khusus yang disebut oleh
melakukan tugasnya sebagai pengelola masjid
Berger dan Luckmann sebagai typification
yang merupakan pusat kegiatan keagamaan di
untuk menjelaskan konstruksi sosial dari
Negeri Mamala. Dan setiap informan yang
sebuah
menjadi
peneliti tanya tentang tujuan melakukan tugas
motif-motif
sebagai Parentah Syara’, jawabannya adalah
tindakan 38
habitual.
yang
sudah
Berdasarkan
kategori
karena Allah. Hal itu karena apa yang mereka
motif sebab memilih staf Parentah Syara’
kerjakan merupakan kebajikan dan demi
adalah mandat, turunan, guru, dan ikhlas.
kepentingan umat/masyarakat.
tersebut,
peneliti
menemukan
Menjadi Parentah Syara’, sekalipun
Motif Tujuan Memilih Profesi Parentah
terkadang
Syara’ Selain
motif
sebab,
yang
menjadi
merepotkan beban
karena
tapi
tidak
akan
dilakukan
demi
teridentifikasi dari penelitian ini adalah motif
kebaikan. Dalam hal ini Idris Mony merasa
tujuan
yang
cukup nyaman menjabat sebagai modin.
bervariasi. Aneka motif yang didapat di
“Beta seng merasa keberatan deng Beta pun
lapangan
orientasi
tugas. Padahal setiap satu minggu satu kali
tujuan terdiri dari lima yakni kebaikan,
Beta mesti jaga lima waktu di mesjid. Beta
menata, regenerasi, kesetiaan, dan ibadah.
seng khawatir deng rejeki yang harus dicari,
Kebaikan. Setiap pekerjaan bernilai atau tidak
rejeki tetap datang tergantung katong pun
dengan
berbagai
dilatarbelakangi
motif oleh
bagi dirinya tergantung niat atau tujuan melakukan pekerjaan tersebut. Dalam sebuah hadis
disebutkan
bahwa
segala 39
perbuatan tergantung niatnya.
amal
Berangkat
38
Berger, Peter Ludwig and Thomas Luckmann. 1966. The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociology of Knowledge. (New York: Anchor Books), h. 70. 39
Hadis tentang niat adalah:
عن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب رضي ﷲ عنه قال , سمعت رسول ﷲ صلى ﷲ عليه وسلم يقول “ إنما األعمال بالنيات فمن كانت ھجرته إلى ﷲ ورسوله فھجرته إلى, وإنما لكل امرئ ما نوى ومن كانت ھجرته إلى دنيا يصيبھا و امرأة ينكحھا فھجرته, ﷲ ورسوله متفق عليه-” إلى ما ھاجر إليه أبو عبد ﷲ محمد بن إسماعيل بن إبراھيم ابن: رواه إماما المحدثين وأبو الحسين مسلم بن الحجاج ابن، المغيرة بن بردزبة الجعفي البخاري مسلم القشيري النيسابري ـ رضي ﷲ عنھما ـ في صحيحيھما اللذين ھما اصح الكتب المصنفة.
bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”. [Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi r.a. di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits.]. [Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi r.a. di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits.]. Syeikh Muhyiddin Aby Zakaria Yahya bin Syarif AnNawawy, Riyadhus Shalihin min Kalamin Sayyidil Mursalin, (Surabaya: Keluarga Ahmad bin Sa’id bin Nabhan, 676 :H.), h. 6.
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam 94 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 82‐99
niat.”40 Siapa yang menanam kebaikan dia
aktif kerja. Tapi Beta lia kalo kase tinggal
akan memperoleh kebaikan juga, itulah
keadaan seperti sekarang berarti Beta mesti
sunnatullah yang biasa terjadi.
terima akang jua.”41 Sebenarnya sebelum ia
Pengalaman
maupun
diangkat sebagai Pisihena sudah mengetahui
Parentah
kondisi Parentah Syara’ yang dinilainya telah
Syara’ selama melaksanakan profesinya.
banyak yang tidak sesuai dengan tatanan yang
Pengalaman pahit yang mereka alami datang
sebenarnya.
dari dalam maupun luar Parentah Syara’.
mempersoalkannya karena masih menghargai
Pengalaman pahit yang datang dari luar
pemahaman mereka tentang tugas kerja
dialami sendiri oleh Wahab Malawat (Imam)
Parentah Syara’. Namun kedepan ia akan
sebagaimana mengungkapan bahwa sampai
membenahi kembali agar nilai-nilai adat
saat ini ada satu orang anggota masyarakat
dalam Parentah Syara’ dapat dikembalikan
yang selalu sentimen terhadapnya karena
seperti sedia kala.
persoalan pribadinya. Tapi demi kebaikan ia
Regenerasi. Walaupun tidak sepenuhnya
selalu berusaha mengabaikannya.
dilaksanakan,
Menata. Tatanan adat istiadat yang telah
matarumah Parentah Syara’ tetap berusaha
diwariskan oleh para leluhur seharusnya
mewariskan
selalu dijaga dan dilestarikan oleh para
turunannya. Salah seorang pewaris dalam
generasinya. Adat istiadat dalam pengelolaan
jajaran Parentah Syara’, Jamaldin Lating
masjid di Negeri Mamala, yang terbentuk
(Soutela), mengatakan: “Cara-cara yang su
dalam Parentah Syara’ merupakan aturan
biasa katong lakukan harus katong jaga
bagi masyarakat Mamala. Namun akhir-akhir
akang, karna katong negeri ini negeri
ini rupa-rupanya aturan tersebut tidak berjalan
adat…”.42 Adat istiadat dalam pengelolaan
secara utuh. Hal ini terjadi karena berbagai
masjid di Negeri Mamala yang terbentuk
hal, mulai dari kesiapan generasi pewaris
dalam Parentah Syara’ harus dilestarikan.
yang tidak siap sampai dengan tidak adanya
Untuk
orang yang berhak terhadap jabatan dalam
ditanamkan sejak dini kepada para penerus
Parentah Syara’ dari Mamala.
keturunanya. Apabila hal itu tidak dilakukan
menyenangkan
selalu
Sudah barang merupakan
sesuatu
pahit dialami
tentu yang
hal tersebut harus
segera
itu,
Namun
ia
namun budaya
sense
tidak
anak
cucu
tersebut
of
terlalu
dari
kepada
belonging
harus
maka kelestarian kearifan lokal tersebut lambat laum akan mengalami degradasi.
dibenahi kembali. “Walaupun pada awalnya
Beta seng mo jadi Pisihena barang Beta masi
Abd. Rahim Malawat (Pisihena), “Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal 20 September 2014, pukul 21.00 s.d. 22.10 WIT.
40
Idris Mony, “Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal 02 September 2014, pukul 21.00 s.d. 22.10 WIT.
41
42
Jamaldin Lating, “Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal 20 September 2014, pukul 10.00 s.d. 10.10 WIT.
motivasi staf memilih profesi parentah syara’ dalam mengelola masjid al‐muhibbin negeri mamala… |95
Lain dari yang diharapkan lain pula
tugas
maka
akan
kenyataan. Idealnya yang melanjutkan jabatan
kekurangharmonisan
Parentah Syara’ adalah berdasarkan garis
lainnya.
berakibat
antara
satu
dengan
keturunan secara langsung dari laki-laki,
Setidaknya hidden conflict akan terjadi
namun hal itu sulit dilakukan. Solusinya
apabila yang satu merasa terganggu oleh yang
adalah
lainnya akibat dari adanya “penyerobotan”
dengan
mengangkat
dari
garis
keturunan pihak perempuan atau yang terikat
pekerjaan.
Hal
tersebut
sesuai
dengan
oleh tali perkawinan. “Parenta yang diangkat
ungkapan dari A.R. Malawat (Pisihena): “Waktu ada pembentukan tim/panitia pembangunan mesjid Beta sangat mara. Barang yang pung tugas ator masalah masjid itu Beta. Yang angka deng kase barenti staf penghulu mesjid itu Beta. Tapi pas mo manyimpang masjid mala dong karja iko dong pung suka.”45
ini seng samua dari keturunan laki-laki, ada lae dari laki-laki yang bukan turunan Parenta, tapi dia pun bini ada keturunan Parenta. Lalu katong angka dia, karena dia katong anggap mampu.”43 Di situlah fleksibilitas pelaksanaan Parentah Syara’ yang lebih memperhatikan
Ungkapan Pisihena merupakan bentuk rasa
kemaslahatan
umat
kesetiaan terhadap tata aturan yang berlaku
memaksakan
keadaan.
daripada Dengan
harus demikian
proses regenerasi masih tetap berjalan.
melakukan tugas dalam jajaran Parentah
merupakan salah satu motif untuk para
Syara’?. Mereka rata-rata akan menjawab:
Parentah
Syara’
terhadap
Ibadah. Apabila ditanya, untuk apa anda Negeri
Kesetiaan.
Loyalitas
dalam Parentah Syara’.
dalam
melaksanakan
“Karena Allah, Lillahi Ta’ala”. Walaupun
tugasnya. “Kalo bukan katong mo sapa lae
mereka
yang urus masjid ini. Barang ini su jadi
misalnya
tanggung jawab katong. Keadaan apapun
menjabat sebagai Parentah Syara’ merupakan
yang namanya tanggung jawab, tetap sa
suatu nilai tambah. Idris Mony mengatakan:
harus dilaksanakan.”44 Dengan penuh rasa
“Biar katong ini seng ada penghasilan tetap,
tanggung jawab, para staf Parentah Syara’
atau seng sempat bakabong, tapi rejeki Allah
senantiasa melaksanakan tugasnya masing
yang ator, rejeki tetap datang.”46
tidak
menekuni
petani,
profesi
utama,
bagi
mereka
namun
sesuai dengan aturan yang berlaku. Apabila
Ibadah secara etimologi berasal dari
terjadi penyimpangan dalam melaksanakan
kata bahasa Arab yaitu “abida-ya’budu-
Abd. Rahim Malawat (Pisihena), “Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal 20 September 2014, pukul 21.00 s.d. 22.10 WIT.
Abd. Rahim Malawat (Pisihena), “Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal 20 September 2014, pukul 21.00 s.d. 22.10 WIT.
43
44
Idris Mony, “”Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal 02 September 2014, pukul 21.00 s.d. 21.10 WIT.
45
46
Idris Mony, “”Wawancara” di tempat kediaman, pada tanggal 02 September 2014, pukul 21.00 s.d. 21.10 WIT.
96 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 82‐99
‘abdan-‘ibaadatan” yang berarti taat, tunduk, patuh
dan
pengertian
merendahkan itu
diri.
mempunyai
Kesemua
makna
yang
Tabel 7 Motif Untuk Menjadi Parentah Syara’ No.
Informan
berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh dan
merendahkan
diri
dihadapan
yang
Aspek Motif Sebab Menjadi Parentah Syara’
disembah disebut “abid” (yang beribadah).47 Staf
Parentah
Syara’
melandaskan
pekerjaannya pada ketaatan, ketundukan, serta merendahkan diri karena mereka sadar bahwa pekerjaannya adalah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat melalui mandat yang telah
1.
Idris Mony (Modin)
Kebaikan
Abd. Rahim Malawat (Pisihena)
Menata
diberikan secara adat. Menurut Schutz bahwa motif bisa dilihat dari dua fase yaitu tindakan because motive, atau motif sebab yang merujuk pada masa lalu dan tindakan in-order-to-motive, atau motif tujuan yang merujuk pada masa depan. 48 Motif yang merujuk pada masa lalu dalam penelitian ini disebut sebagai motif sebab yaitu motif masa lalu yang menjadi
2.
stimulus bagi informan untuk melakukan suatu
tindakan,
sedangkan
motif
yang
merujuk pada masa depan disebut sebagai motif tujuan karena informan tertarik dan memiliki keinginan untuk meraihnya di masa 3
depan.
Jamaldin Lating (Soutela)
Regenerasi
Parentah
Syara’
karena
sudah
mejadi staf Parentah Syara’ karena pekerjaan maupun manusia. 47
A. Rahman Ritonga Zainuddin, FIQH IBADAH, (Jakarta: Gaya Media Pratama,1997), h. 1. 48
Schutz, 1972, h. xvi.
Niat yang ikhlas. Nyaman melakukan tugas. Mengabaik an tantangan. Membenahi kembali tatanan adat dalam Parentah Syara’. Memaha pemahama n Mengemba likan
Mewariskan budaya tersebut kepada turunannya.
Loyalitas terhadap Negeri.
menjadi panggilan jiwa. Mereka memilih tersebut sangat mulia, baik di hadapan Allah
Setiap pekerjaan bernilai atau tidak bagi dirinya tergantung tujuan melakukan pekerjaan.
Melestarika n Fleksibel
Motivasi informan memilih profesi sebagai
PernyataanPernyataan yang Bersifat Proposisional
4.
Abd. Somat Lessy (Tepai))
Kesetiaan
Selalu melaksana kan tugas Melakukan cara-cara yang sudah
motivasi staf memilih profesi parentah syara’ dalam mengelola masjid al‐muhibbin negeri mamala… |97
5
baku Sebagai nilai Fatima tambah Tomsio/Ma lawat Karena (Biang) Allah Ibadah A. Dijamin Muatalib oleh Allah Malawat (Marbot) Sumber: Hasil Pengumpulan Data, Juli-
September 2014
F. Kesimpulan Parentah Syara’ sebagai informan penelitian
telah
melakukan
aktifitas
pengelolaan masjid yang dialami cukup beragam. Beberapa temuan hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa motif yang melatarbelakangi Parentah Syara’ memilih profesi ini memiliki motif sebab dan tujuan mengelola masjid secara adat. Sebagian dari informan masih mengelola masjid tidak berdasarkan pola dan atau petunjuk adat yang berlaku. Informan Parentah
penelitian
memilih
dilatarbelakangi
Syara’
pengalaman yang dialami pada masa lalu sebagai mandat, turunan, guru, ikhlas, dan semangat.
Penelitian
ini
juga
mengungkapkan bahwa tujuan informan mengelola
masjid
sebagai
tindakan
kebaikan, menata, regenerasi, kesetiaan, dan ibadah. Dalam fenomenologi
penelitian telah
ini
teori
bermanfaat
dalam
memahami pengalaman masa lalu dan tujuan
informan
mengelola
masjid.
Penelitian ini telah membahas beberapa
kategori pengalaman hidup Parentah Syara’. Banyak aspek lain yang masih perlu dilakukan penelitian. Salah satunya adalah bagaimana
Parentah
Syara’
memaknai
profesi Parentah Syara’. Bagi diri informan berdasarkan
pengalaman
dan
pengetahuannya. DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an An-Nawawy, Syeikh Muhyiddin Aby Zakaria Yahya bin Syarif, Riyadhus Shalihin min Kalamin Sayyidil Mursalin, Surabaya: Keluarga Ahmad bin Sa’id bin Nabhan, 676. H. Ritonga Zainuddin, A. Rahman, FIQH IBADAH, Jakarta: Gaya Media Pratama,1997. Dahlan, Abdul Aziz et al., Ensiklopedi Hukum Islam Jilid 6, Cet. 1; Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996, Schutz, Alfred, 1972, The Phenomenology of the Social World, London: Heinemann Educational Book. Badan wakaf Indonesia. http://bwi.or.id/index.php/ar/artikel/76 5-pengelolaan-wakaf-produktif-alamasjid, 19 Juni 2014. Berger, Peter Ludwiq and Thomas Luckmann. 1966. The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociology of Knowledge. New York: Anchor Books. McCann, Christopher, 1993, Four Phenomenological Philosophers: Husserl Heidegger, Sarte MerleauPonty. London Routledge. Mulyana, Deddy, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Cet.V. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, Cet. IV, PT. Gramedia Pustaka Utama:Jakarta 2013. Kuswarno, Engkus, 2004. Dunia Simbolik Pengemis Kota Bandung (Studi
98 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 82‐99
tentang Konstruksi Sosial dan Manajemen Komunikasi Para Pengem is di Kota Bandung). Disertasi. Pascasarjana Universitas Pajajaran. Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam jilid 3, cet. 4, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997. Nugraha, Firman, 2010. Makalah: “Mesjid dan Perubahan Sosial”, http://firmannugraha.blogspot.com/2010/12/mesjid -dan-perubahan-sosial.html. Diakses pada tanggal 10 Mei 2014. W. Creswell, John, 1988. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions. Thousand Oaks: CA. Sage Publication Inc. Jones, Pip, Introducing Social Theory, diterjemahkan oleh Achmad Fedyani Saifuddin dengan judul Pengantar Teori-teori Sosial (dari Teori Fungsionlisme hingga Post Modernisme), Cet. I; Yayasan Pustaka Obor Indonesia: Jakarta, 2010. Mairda Sukma, http://chachanomarisu.blogspot.com/2 012/11/pengertian-patrilinelmatrilineal-dan.html, 23 September 2014.
motivasi staf memilih profesi parentah syara’ dalam mengelola masjid al‐muhibbin negeri mamala… |99
AROHA SEBAGAI SARANA SOLIDARITAS SOSIAL: STUDI TENTANG TRADISI KEAGAMAAN MASYARAKAT NEGERI HENA LIMA Oleh: M. Syafin Soulisa1 ABSTRACT
The religion believed by adherents are not limited in the form of an offering to God, but religion also has a strong sense of attachment solidarity for fellow adherents. Sense of community and solidarity that has always embodied by its followers in the form of rituals and religious ceremonies. This study aims to determine the implementation process Aroha ceremony tradition as a form of social solidarity implemented by the State society Hena Lima. In analyzing the data, the authors use qualitative methods, analytical techniques which use descriptive qualitative research that generates data in the form of words written or spoken of people and behaviors that can be observed, with the aim to describe the state of the research objectives according to what existence, as obtained in the study. Based on the results of research conducted on the social solidarity of State Hena Five embodied in the tradition of Aroha lumatau dati, overall it can be concluded that Aroha tradition has become a religious tradition for generations carried out by the State society Hena Five each coming month of Rabi al-Awwal or called by month Maulud. Implementation process by gathering all the clans Lumatau Dati in the bonds of solidarity among children and grandchildren lumatau dati. Keywords: Aroha, traditions, solidarity kemudian diasumsikan oleh manusia dengan
A. Pedahuluan dalam
sebuah dewa atau mahluk yang tidak tampak.2
kehidupan manusia adalah agama dapat juga
Emosi keagamaan itu mendorong orang
Salah
satu
unsur
universal
disebut dengan sistim religi dimana agama adalah bagian dari sistim religi ini. Hampir setiap umat manusia yang mendiami bumi ini mengenal keberadaan agama. Aguste Comte (1798-1857)
misalnya
merumuskan
teori
hukum tiga tahapnya, pada tahap awal
berperilaku serba religi Agama berkaitan erat dengan kepercayaan manusia
akan
kekuatan
supranatural.
Kepercayaan ini diwujudkan dalam berbagai bentuk, baik upacara, ritual, ibadah maupun aktifitas dan berbagai simbol. Tradisi upacara
tahap
keagamaan dalam kebudayaan masyarakat
Teologis. Dalam tahap teologis manusia
biasanya merupakan unsur kebudayaan yang
perkembangan
manusia
adalah
merasakan keberadaan sesuatu yang memiliki
paling
tampak
lahir.
Menurut
Roland
kekuatan yang melebihi kekuatan dirinya,
Robertson, agama berisikan ajaran-ajaran
namun
mengenai kebenaran tertinggi dan mutlak
wujudnya
bersifat
abstark
dan
1
Dosen jurusan Sosisologi Agama pada Fakultas Ushuluddin & Dakwah IAIN Ambon.
2
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial: Prespektif Klasik, Modern, Pos-Modern dan Poskolonial (Jakarta: Rajawali Pres, 2011),
100 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 100‐121
tentang tingkah laku manusia dan petunjuk-
penganut agama sesuai dengan ajaran yang
petunjuk untuk hidup selamat di dunia dan di
dianut, terkait batin dengan tuntutan ajaran
akhirat (setelah mati), yakni sebagai manusia
tersebut secara pribadi maupun kelompok.
yang bertakwa kepada Tuhannya, baradab dan
Ajaran
manusiawi yang berbeda dengan cara-cara
sehingga fungsi agama sebagai kontrol sosial
hidup hewan atau makhluk gaib yang jahat
baik secara pribadi maupun kelompok. Hal ini
3
dan berdosa.
Dalam agama-agama lokal
karena
agama
dimaknai
Pertama;
sebagai
agama
secara
norma
instansi
ajaran-ajaran agama tidak di lakukan atau
sebagai norma bagi pengikutnya, Kedua;
ditafsirkan dalam bentuk tertulis tetapi dalam
agama sebagai dogma berfungsi kritis dan
bentuk lisan dan terwujud dalam bentuk
bersifat propetis (kenabian).4
tradisi-tradisi atau upacara-upacara ritual keagamaan.
Emile
Durkheim
(1798-1857)
menyebutkan bahwa fungsi dan peran agama
Sistem tradisi upacara dalam suatu religi
sebagai solidaritas sosial bagi masyarakat,
keagamaan berwujud aktifitas dan tindakan
yakni pelaksanaan nilai-nilai agama dalam
manusia dalam melaksanakan kebaktiannya
bentuk tradisi upacara keagamaan masyarakat
dan pemujaannya terhadap Tuhan, dewa-
pendukungnya selalu merasa disatukan dalam
dewa, roh nenek moyang, atau mahluk halus
sistim kepercayaan mereka dalam bentuk
lain,
untuk
praktik-praktik kepercayaan yang berkaitan
berkomunikasi dengan Tuhan dan mahluk
dengan hal yang bersifat suci, praktik-praktik
gaib lainnya. Ritus atau upacara religi itu
yang
dan
dalam
usahannya
biasanya berlangsung secara berulang-ulang, baik setiap hari, setiap tahun, setiap musim atau mungkin terkadang saja dilaksanakan. Dalam keagamaan,
pelaksanaan
tradisi
biasanya
perseorangan kelompok
maupun yang
lebih
oleh
nilai
kontrol
Praktik-praktik
kepercayaan
tersebut
selalu diikutinya dengan penuh rasa khusyu,
secara
sehingga harus di laksanakan dengan penuh
dalam
bentuk
kehati-hatian dan kebijaksanaan, hal ini
besar,
dimana
mengingat banyaknya hal yang di anggap
merasa
tabuh serta penuh dengan pantangan yang
semangat
terdapat di dalam sistim tradisi upacara
dan
sosial,
dimana
3
kesemuannya terpaut satu sama lainnya.
dilakukan
mengawasinya. Menurut O’dea bahwa fungsi sebagai
dan 5
khidmat dan merasa sebagai sesuatu yang suci
keberagamaan, dan merasa bahwa ada yang
agama
komunitas
upacara
masyarakat pendukungnya selalu tersatukan
mempersatukan
Roland Robertson, Agama; Dalam Analisis dan Interprestasi Sosiologi (Jakarta: Rajawali, 1988), 1
tersebut.
Sistim upacara kegamaan secara
4
Thomas F O’dea, Sosiologi Agama Suatu Pengantar Awal, ( Jakarta: Rajawali, 1987), 52 5
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial: Prespektif Klasik, Moderen, Pos-Modern dan Poskolonial (Jakarta: Rajawali Pres, 2011), 169-170.
Aroha Sebagai Sarana Solidaritas Sosial: Studi Tentang Tradisi Keagamaan Masyarakat Negeri ... |101
khusus menurut ahli antropologi mengandung empat
aspek,
keagamaan
Aroha
yang
disenggelarakan
bulan
Rabiul
setiap
yakni
tempat
upacara
datangnya
dilakukan,
saat-saat
upacara
masyarakat Negeri Hena Lima dijalankan sebagai
upacara, serta orang-orang yang melakukan
keselamatan dan ketentraman hidup dan
6
merupakan suatu bentuk upacara keagamaan
Tradisi upacara Aroha Lumatau Dati pada
kebutuhan
bagi
keagamaan dijalankan, benda-benda dan alat
dan memimpi upacara.
pemenuhan
Awal,
akan
yang memiliki suatu kekuatan simbolis atau
masyarakat Hena Lima (Negeri Lima) adalah
tindakan
tradisi keagamaan yang dilaksanakan dalam
ekspresi
bentuk membangun hubungan solidaritas
hubungan vertikal dengan penghuni dunia
sesama marga Lumatau dati. Upacara ritual
gaib baik dengan Tuhan maupun leluhur
aroha ini di laksanakan sebagai bentuk
khususnya
penghormatan
Marga) mereka.
sebagai
wujud
dari
jiwa mereka dalam menjalin
dalam
komunitas
(Lumatau-
leluhur
mereka.
Dhavamony
bahwa
Penyelenggaraan upacara Aroha diyakini
penghormatan tersebut sebagai perumusan
memiliki kandungan nilai penting bagi kehi-
suatu kumpulan sikap, kepercayaan dan
dupan masyarakat Negeri Hena Lima sebagai
praktik yang berhubungan dengan pendewaan
pendukungnya, karena
terhadap orang-orang yang sudah meninggal
suatu nilai religiusitas yang dapat membawa
dalam suatu komunitas khususnya dalam
keselamatan hidup. Olehnya upacara Aroha
Menurut
kepada
sekaligus
Mariasusai
7
tersebut
hubungan kekeluargaan. Aroha
berasal dari kata “Roh/ruh”
masih
tetap
dianggap sebagai
dilaksanakan
oleh
masyarakat Negeri Hena Lima.
memiliki akar kata “arwah” yakni roh para
Olehnya dalam tulisan ini akan dilihat
leluhur atau nenek moyang. Dari arti kata
pada Bagaimana proses pelaksanaan Tradisi
arwah inilah terdapat waktu dan bulan tertentu
upacara Aroha pada masyarakat Negeri Hena
yang
untuk
Lima? dan Bagaimana pengaruh Aroha
mengenang para leluhur. Tradisi pelaksanaan
terhadap Solidaritas Sosial pada masyarakat
aroha dapat dikatakan bahwa tradisi ini sudah
Negeri Hena Lima?
dijadikan
sebagai
bulan
ada dalam masyarakat di nusantara sejak dahulu kala namun waktu dan tempat serta
B. Sejarah Singkat Masyarakat Negeri
proses pelaksanaan bagi tiap masyarakat
Hena Lima
memiliki ciri khas tersendiri.
Masyarakat Hena Lima (Negeri Lima)
merupakan salah satu negeri yang terletak di
6
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 377-378. 7
Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 79.
Kecamatan
Leihitu
Kabupaten
Maluku
Tengah. Dinamakan Negeri Hena Lima,
102 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 100‐121
karena terdapat lima negeri yaitu Hena Nau,
daerah pemukiman mereka, yang dalam
Hena Lale, Hena Helu, Ela Tua dan Hena
bahasa daerah disebut dengan nama “Isiahu”.
Ulisiahu yang di integrasikan menjadi satu
Dalam perkembangan dan atas ininsiatif
negeri besar. Semula kelima negeri tersebut
Kapitan Rakamau (Latu Ela) merasa tidak
terletak di peggunungan Hena Lima, setelah
puas
masuknya agama Islam kelima negeri tersebut
Ulisiahu,
turun ke tepi pantai dan membentuk satu
menurunkan
negeri besar dipimpin langsung oleh seorang
masyarakat Hena Nau di pesisir pantai.
8
raja atau kepala desa hingga sekarang.
dengan
kehidupan
sehingga mereka
dia
keluarga
Hena
berusaha
untuk
untuk
menemani
Ajakan tersebut disetujui, Maka mereka pun
Hena BiNau (Negeri Mawi) berasal dari
turun, dalam perjalanan turun terdapat sebuah
Kata “Bi” yang artinya tarik/hela dan “ Nau”
batu yang merintangi jalan yang mereka lalui
yang berarti mawi (meramal) yang kemudian
sehingga
disatukan menjadi “Binau” artinya tarik atau
memindahkan kesebelah jalan, peristiwa ini di
hela
ini
sebut “Talahatu” artinya Tebang Batu atau
dilaksanakan di suatu tempat khusus, maka
memindahkan batu. Mereka berhasil turun ke
dalam
tempat
pantai dan bergabung dengan penduduk Hena
yang
Nau. Peristiwa memindahkan batu tersebut
umunya di kenal dengan nama “Nuzum”.
(Talahatu) di abadikan menjadi marga asli
Dalam
adat
Hena Ulisiahu di samping Marga Tuny.hena
istiadat, maka nama ini dirubah menjadi Uli
Ulisiahu sendiri tidak terlalu berkembang
Nau dan pada akhirnya menjadi Nau hingga
dikarenakan tidak terlalu banayak marga atau
sekarang.
lumtau.
mawi.
Karena
bahasa
mawi/perintis
adat atau
pekerjaan
di
sebut
petunjuk
perkembangan
bahasa
jalan
dan
mereka
berusaha
untuk
Datuk atau moyang yang mula-mula
Hena Helu (Negeri Baru), negeri ini
menjadi pimpinan pada Hena Nau (kampong
letaknya kurang lebih 8 Km sebelah tenggara
mawi) adalah Kapitan Rakamau yang dikenal
Hena Lima (Negeri Lima). Letaknya sangat
dengan sebutan
strategis di atas pengunungan. Tempat ini
artinya
orang
Latu Ela yang
( Raja Besar)
memegang
jabatan
tertinggi. Hena Ulisiahu, Hena ini letaknya kurang
disebut Hena Helu yang artinya “Kampung Baru” karena mereka turun ke pantai belakangan.
Kehidupan
mereka
di
lebih 2 Km di sebelah selatan Negeri Hena
pengunungan ini sering membawa akibat
Lima. Nama Hena Ulisiahu ini di ambil dari
buruk bagi Masyarakat Hena Nau dan Hena
nama sejenis umbi yang banyak tumbuh di
Ulisiahu, karena warga kedua Hena tersebut
sering di culik dan akhirnya di bunuh oleh
8
M. Syafin Soulisa, “Interaksi Sosial Dalam Budaya Gandong Pada Masyarakat Hena lima Dan Hena Hatu” Skripsi: STAIN Ambon 2006, 34
Masyarakat Hena Helu. Akibat dari sering
Aroha Sebagai Sarana Solidaritas Sosial: Studi Tentang Tradisi Keagamaan Masyarakat Negeri ... |103
terjadi pembunuhan itu. Orang-orang yang
Hena Lale (Negeri Lalat), negeri ini
berada di sekitar pengunungan, seperti Hena
terletak di daerah pengunungan Wasi Hena
Dali juga Hena Elatua yang masi terdiam di
Lale (hutan Negeri Lalat) kurang lebih 10 Km
daerah pengunungan
merasa resah maka
dari Negeri Hena Lima. Awal mula Hena ini
datanglah Kapitan Rakamau dari Hena Nau
didiami oleh satu keluarga Batih yang terdiri
bersama-sama dengan pimpinan kedua Hena
dari ayah ibu dan tiga orang anak. ketiga
untuk
dengan
Anak (kakak beradik) masing-masing “Tauqi”
Pimpinan Hena Helu agar mereka turun ke
(sulung) “Tauqa”(tengah) dan “Siti Ehuputy”
pesisir
(bungsuh).
mengadakan
pantai,
perundingan
kemudian
ditempatkan
Mereka adalah penduduk asli
disebelah barat Hena Nau dan diberi Nama
yang di sebut Alifuru, dimana kehidupanya
Hena Helu (Kampong baru). Hingga sekarang
masi
tetap di pertahankan sebagai Soa Hena Helu,
peradaban.
primitif
dan
belum
mempunyai
Sedangkan
Perkampungan mereka di sebut Hena Lale
Rumatau (Marga) asli penduduk Hena Helu
yang artinya negeri yang banyak Lalatnya.
adalah Marga Soumena Letehaha (Soumena
Dikatakan demikian karena kebiasaan yang
diatas ) Soumena Baelete, Hehalatu dan
dimiliki oleh mereka bahwa bilamana ada
Sopalau (Berlayar Jauh ).
orang asing yang datang menemui mereka,
sebagaimana
Soa
Lainnya.
Hena Elatua, negeri yang sebelum turun
mereka lantas datang mengerumuni orang
ke pantai, mereka menetap di bawa kaki
tersebut, sama halnya lalat mengurumuni
gunung Latua kurang lebih berjarak 9,5 km
suatu bangkai. Ketiga kakak beradik ini
sebela selatan Hena Lima. Gunung yang
setelah kedua orang tuanya meninggal mereka
berada pada perbatasan Negeri Hena Lima,
tidak betah hidup di pengunungan dan
Hatu dan Negeri Alang. Dari nama gunung
memilih unutk turun ke pantai
tersebut mereka menamakan negeri mereka
Dalam perkembangan selanjutnya maka
ketika berada di pantai dengan sebutan negeri
Hena-hena tersebut diubah kedudukannya
atau Soa Latua. Marga-marga atau lumatau
atau status di dalam badan pemerintahan desa
yang mendiami hena Latua yakni marga
dalam sistem pemerintahan adat Hena Lima
Latuapo, tunny, Hutuely, Hitaut, Sopaliu dan
(Negeri Lima) disebut”Soa” yang terdiri dari
Teunusun. Marga-marga tersebut masih ada
Soa Nau, Soa Ulisiahu, Soa Hena Helu,Soa
kecuali marga Sopaliu dan Teunusun telah
Hena Lale dan Soa Elatau, dimana setiap Soa
punah
ada
tersebut diangkat dan dipimpin oleh seorang
keturunannya. Adapun raja yang memerintah
Kepala Soa, dalam istilah masyarakat Hena
dikarenakan
sudah
tidak
pada saat itu adalah raja latuhukul (raja Gunung Alifuru) dari lumatau marga Latuapo. 104 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 100‐121
Lima yang disebut “Tamaela”, sedangkan raja
dari pengajian Quran, khotbah Jumat, sampai
atau kapala desa disebut “ Upu”. 9
pada
pengajian-pengajian
dan
kegiatan
Negeri Hena Lima secara geografis
keagamaan lainnya. Sementara kegiatan sosial
terletak di sebelah utara barat Pulau Ambon.
semisal rapat pertemuan para tokoh adat dan
Secara
masyarakat guna membahas persoalan yang
administarasi pemerintahan berada
di daerah Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah. Letak
Negeri Hena Lima
menyangkut dengan kebutuhan masyarakat.11 Masyarakat Negeri Hena Lima merupakan
tidak jauh dari ibu kota Provinsi Maluku,
masyarakat
Ambon, dengan jarak kurang lebih 56
memegang agama dan adat
kilometer, dengan daya tempuh tidak kurang
leluhur mereka. Hal ini akan terlihat jelas
dari dua jam perjalanan dengan kendaraan
perbedaannya
roda dua maupun roda empat. Sementara
masyarakat lain di luar Negeri Hena Lima,
jarak dari ibu kota Kabupaten Maluku
diduga karena adanya pengaruh kepercayaan
Tengah, Masohi kurang lebih 100 kilometer,
dari leluhur mereka. Oleh karena itu tulisan
sedangkan jarak dari pusat Kecamatan Leihitu
ini dikhususkan kepada sistem religiusitas
kurang lebih 18 kilometer.10
masyarakat
yang
bila
Hena
sangat
kuat
peninggalan
dibandingkan
Lima,
dalam
dan
dengan
pengaruh
Penduduk Hena Lima 100% beragama
kepercayaan masyarakat setempat kepada
Islam, karena tidak satu pun dari mereka yang
para leluhur (Upu Wosi) Negeri Hena Lima
menganut agama lain. Dari jumlah penduduk
hingga memunculkan “believes” dalam diri
yang mencapai 6000-an
jiwa ini terdapat
masyarakat Hena Lima terhadap adanya
empat buah masjid dan tiga buah mushalah
Mamolin (pantangan, pamali) terhadap segala
wanita, yakni Masjid At-Taqwa, Masjid
hal yang tidak diajarkan oleh leluhurnya.
Tailan, Masjid Baitul Aziz dan Masjid Nurul
Sebagai kajian teori, maka akan digunakan
Hidayah. Sementara mushalah wanita yakni
beberapa teori dari para tokoh sosiologi yang
mushalah Nurul Iman, Nurul Islam dan
berkenaan dengan masalah Agama dan Sistem
Mushalah Nurul Ihsan. Dari keempat masjid
kepercayaan.
dan ketiga mushalah tersebut, masjid At Taqwa dijadikan sebagai pusat kegiatan peribadatan
dan
kegiatan
sosial
C. Pengertian Agama dan Masyarakat
bagi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
masyarakat Hena Lima. Kegiatan ibadah
kata agama atau beragama menunjukan arti
masyarakat semisal pembinaan mental mulai
segenap kepercayaan kepada Tuhan atau dewa, serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-
9
Ibid., 37-40.
10
Badan Pusat Statistik (BPS), Maluku Tengah Dalam Anggka 2012, 18
kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan 11
Kantor Desa Negeri Lima Tahun 2012
Aroha Sebagai Sarana Solidaritas Sosial: Studi Tentang Tradisi Keagamaan Masyarakat Negeri ... |105
tersebut. Beragama; bermakna taat, parasaan
kemasyarakatan. Sebagai contoh setiap ajaran
agama atau kesalehan dalam beragama.12
agama
Sebagaimana ahli mengatakan bahwa
mengajarkan
terhadap sesama manusia. Ketiga; Hubungan
perkataan ”agama” berasal dari rangkaian ”a-
manusia
gama” yang berarti ”tidak kacau” yakni
lingkungannya.
13
tolong-menolong
dengan
makhluk
lainnya
atau
Di setiap ajaran agama
teratur atau berperaturan. Hal itu mengandung
diajarkan bahwa manusia selalu menjaga
pengertian bahwa agama adalah peraturan yang
keharmonisan antara makluk hidup dengan
mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau.
lingkungan sekitar supaya manusia dapat
Pegertian
Agama
di
atas
dapatlah
melanjutkan kehidupannya.
dipahami bahwa agama adalah suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal,
E. Fungsi
dan
Peran
Agama
bagi
artinya bahwa semua masyarakat mempunyai
Masyarakat
cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang
Secara sosiologis, fungsi agama bisa
memenuhi
syarat
untuk
disebut
agama
dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat
(relegi).
positif
atau
pengaruh
yang
menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang bersifat negatif atau pengaruh yang
D. Ruang Lingkup Agama Secara garis besar ruang lingkup agama
bersifat
destruktif
dan
memecah-belah
mencakup beberapa hal, Pertama; Menjalin
(disintegrative factor). Pembahasan tentang
hubungan
Tuhannya.
fungsi agama disini akan dibatasi pada dua
Hubungan tersebut yang dikenal dengan
hal yaitu agama sebagai faktor integratif dan
disebut
sekaligus disintegrative bagi masyarakat,
manusia
ibadah,
dengan
yakni
bertujuan
untuk
mendekatkan diri kepada Tuhannya. Kedua;
pengaruh yang bersifat integratif.
Hubungan manusia dengan manusia, yakni
Peranan sosial agama sebagai faktor
bahwa agama memiliki konsep-konsep dasar
integratif bagi masyarakat berarti peran
mengenai kekeluargaan dan kemasyarakatan.
agama dalam menciptakan suatu ikatan
Konsep gambaran
dasar
tersebut
tentang
memberikan
ajaran-ajaran
agama
bersama, beberapa
baik
diantara
masyarakat
anggota-anggota maupun
dalam
mengenai hubungan manusia dengan manusia
kewajiban-kewajiban sosial yang membantu
atau
mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan
disebut
pula
sebagai
ajaran
12
Departemen Pendididikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1998), 9 13
nilai-nilai
yang
mendasari
sistem-sistem
kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok
Nurckolish Madjid, ”Agama dan Politik Dalam Islam”, Jurnal Pemikiran Islam Paramdinah Volume I Nomor 1(Juli-Desember 1998), 51
106 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 100‐121
keagamaan
sehingga
agama menjamin adanya konsensus dalam
solidaritas adalah semua untuk masing-
masyarakat.
masing dan masing-masing untuk semua.15
Kemudian
Solidaritas sosial atau kesetiakawanan
fungsi disintegratif agama
adalah pemersatu, meskipun agama memiliki
sosial
peranan
yang
menunjukkan hubungan antarmanusia saja.
mempersatukan, mengikat, dan memelihara
Kesetiakawanan sosial merupakan hubungan
eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang
persahabatan dan berdasar atas kepentingan
sama agama juga dapat memainkan peranan
yang sama dari semua anggota. Solidaritas
sebagai kekuatan yang menceraiberaikan,
sosial
memecah-belah
solidaritas menunjukkan pada suatu keadaan
sebagai
eksistensi
kekuatan
bahkan
suatu
menghancurkan
masyarakat.
Hal
ini
merupakan
menurut
antarindividu
suatu
ahli
dan
yang
sosiologi
atau
bahwa
kelompok
didasarkan
agama
kelompok
kepercayaan yang dianut bersama, yang
seringkali
diperkuat
mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi
bersama.
pemeluknya
mengikat
sendiri
sehingga
pemeluk agama lain.14
oleh
perasaan
moral
yang
merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya dalam
atas
konsep
pengalaman
dan
emosional
Menurut Robbert M.Z Lawang, dasar dalam
pengertian solidaritas sosial adalah berpegang
masyarakat bisa difungsikan sebagai: Fungsi
pada semangat kesatuan, persahabatan, saling
Edukatif, Fungsi Penyelamatan, Fungsi Sosial
percaya yang muncul dari tanggung jawab
Control,
dan
Menurut
Ishomuddin;
Fungsi
Agama
Pemersatu
(Solidaritas),
kepentingan
anggota.
Fungsi Transformatif.
16
bersama
diantara para
Mengutip pendapat Durkheim,
Lawang mengatakan solidaritas sosial adalah keadaan
F. Agama sebagai Solidaritas Sosial
saling
percaya
antar
anggota
Solidaritas secara terminologi berasal dari
kelompok atau komunitas. Jika orang saling
bahasa Latin solidus atau “solid” kata ini
percaya mereka akan menjadi satu atau
sering dipakai sebagai bentuk integritas
menjadi
masyarakat
menghormati, menjadi saling bertanggung
melalui
kerjasama
dan
sahabat,
menjadi
saling
keterlibatan satu dengan yang lain. Bentuk dari
solidaritas
masyarakat
adalah
kekompakkan dan keterikatan dari bagian-
15
bagian yang ada. Dijelaskan bahwa dalam hukum Romawi ditemukan bahwa makna
Hammidah, “Kontribusi Kearifan Local Terhadap Solidaritas Masyarakat ( Studi Kasus Tradisi Ngarot Di Desa Lelea Indramayuh), UIN Jakarta; Skripsi 2011, 21 16
14
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 148- 150
Doyle Paul Johnson, Sociological Theory Classical Fouders and Contemporary Persfectives, terj. Robert M. Z. Lawang, Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Jakarta: Gramedia, 1986), 262
Aroha Sebagai Sarana Solidaritas Sosial: Studi Tentang Tradisi Keagamaan Masyarakat Negeri ... |107
jawab
untuk
saling
membantu
dalam
memenuhi kebutuhan antar sesama. 17
Solidaritas mekanik didasarkan pada suatu kesadaran kolektif bersama, yang menunjuk
Olehnya dapat dipahami bahwa solidaritas
pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan
sosial adalah suatu keadaan bersahabat atas
sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada
dasar adanya penegakkan rasa tanggung
pada warga masyarakat yang sama. Itu
jawab bersama dengan kepentingan bersama.
merupakan suatu solidaritas yang tergantung
Persatuan sebagai unsur solidaritas, dapat
pada individu-individu yang memiliki sifat-
mempersatukan berbagai perbedaan ke dalam
sifat yang sama dan menganut kepercayaan
satu ikatan dalam bentuk masyarakat. Secara
dan pola normatif yang sama pula. Karena itu
sederhana, fenomena solidaritas menunjuk
individualitas
pada suatu situasi keadaan hubungan antar
individualitas itu terus-menerus dilumpuhkan
individu atau kelompok yang didasarkan pada
oleh
perasaan moral dan kepercayaan yang dianut
konformitas.
bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.18
tekanan
tidak
yang
berkembang;
besar
sekali
untuk
Dalam melihat makna agama dalam membangun
solidaritas,
Durkheim
Durkheim membagi solidaritas menjadi
mengatakan bahwa agama merupakan suatu
dua yaitu solidaritas organik dan solidaritas
sistim kepercayaan yang disatukan oleh
mekanik. Durkheim menggunakan istilah
praktek-praktek yang berkaitan dengan hal-
solidaritas
untuk
hal yang bersifat suci, kepercayaan dan
keseluruhannya.
praktek praktek yang mempersatukan suatu
Solidaritas organik adalah solidaritas yang
komunitas moral yang disebut gereja, mereka
didasarkan
perbedaan-perbedaan,
terpaut satu sama lain.19 Menurut Henslin,
solidaritas ini muncul akibat timbulnya
terdapat tiga unsur sesuai definisi tesebut,
pembagian kerja yang makin besar, solidaritas
yakni pertama; Kepercayaan, bahwa hal-hal
ini didasarkan atas tingkat ketergantungan
tertentu bersifat sakral. Kedua; Praktek atau
yang sangat tinggi. Sedangkan yang dimaksud
ritual yang berpusat pada hal-hal yang bersifat
dengan solidaritas mekanik adalah bahwa
sakral. Ketiga; suatu komunitas moral yang
solidaritas
muncul dari kepercayaan dan pratek suatu
menganalisa
mekanik
dan
masyarakat
atas
ini
organik
didasarkan
pada
tingkat
homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentiment dan sebagainya.
kepercayaan.20 Durkheim berpendapat bahwa kesadaran kolektif
17 18
Ibid., 63
Taufik Abdullah & A. C. Van Der Leeden, Durkheim dan Pengantar Sosiologi Moralitas, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986),81-125
masyarakat
khususnya
pada
19
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial: Prespektif Klasik, Moderen, Pos-Modern dan Poskolonial (Jakarta: Rajawali Pres, 2011), 169-170 20
Ibid, 170
108 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 100‐121
kelompok-kelompok
dalam
masyarakat
Sebagaimana telah penulis sampaikan
dimana anggotanya selalu disatukan oleh satu
bahwa tradisi Aroha Lumatau Dati bagi
kepercayaan
solidaritas
masyarakat Negeri Hena Lima merupakan
mekanik yang dinyatakan dalam kelompok
budaya adat istiadat yang di laksanakan setiap
agama
primordial
tahun yakni pada tanggal 10 hingga 12 Rabiul
seperti
kesukuan,
Awal sebagai bentuk wujud syukur dan
komunitas
merupakan
kecintaan mereka kepada leluhur mereka
untuk solidaritas
dengan cara membacakan Kitab Barjanji
bersama.
dan
mekanik
sejumlah lainnya
kekerabatan
Dalam
dan
sumber-sumber
ikatan
penting
21
dalam menyatukan suatu kelompok social. W.
Robertson
Koentjaraningrat
Smith
menambah
dalam pengertian
tentang azaz-azas religi dan agama pada
dengan
harapan
semoga
hidup
mereka
khususnya arwah leluhur mendapat syafaat dari Rasulullah. Aroha
berasal dari kata “Roh/ruh”
bahwa
memiliki akar kata “arwah” yakni roh para
disamping sistem keyakinan dan doktrin,
leluhur atau nenek moyang. Dari arti kata
sistem
suatu
arwah inilah terdapat waktu dan bulan
perwujudan dari religi atau agama yang
tertentu yang dijadikan sebagai bulan untuk
memerlukan studi dan analisis yang khusus,
mengenang para leluhur. Tradisi pelaksanaan
dan dalam hal upacara keagamaan itu tetap
aroha dapat di katakan bahwa tradisi ini
ada tetapi memiliki latar belakang, keyakinan,
sudah ada dalam masyarakat di nusantara
maksud atau doktrin yang berubah. Gagasan
sejak dahulu kala namun waktu dan tempat
yang kedua bahwa upacara religi atau agama,
serta proses pelaksanaan bagi tiap masyarakat
yang biasanya dilaksanakan oleh banyak
memiliki ciri khas tersendiri.
umumnya.
Gagasan
upacara
juga
pertama
merupakan
warga masyarakat pemeluk religi atau agama
Bagi masyarakat muslim di Ambon-
yang bersangkutan bersama-sama mempunyai
Maluku, Aroha dilakukan setiap datangnya
fungsi
mengidentifikasi
bulan Rabiul Awal bulan kelahiran Nabi
solidaritas masyarakat. Sementara itu pada
Muhammad SAW. yang dikenal dengan bulan
gagasan ketiga menguraikan masalah upacara
Maulid. Dalam tradisi ini sejumlah ritus
bersaji.22
digelar menurut tradisi dan adat pada tiap
sosial
untuk
masing-masing daerah di Maluku. Ada yang G. Tradisi
Aroha
sebagai
Sarana
Solidaritas Masyarakat
melaksanakan
Aroha
dalam
bentuk
pengorbanan seekor ayam yang disimbolkan sebagai
Buroq
yang
dikendarai
oleh
21
Ibid, 186
22
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi 1.(Jakarta:Universitas Indonesia,1980), 67
Aroha Sebagai Sarana Solidaritas Sosial: Studi Tentang Tradisi Keagamaan Masyarakat Negeri ... |109
Rasulullah.23
Pada
masyarakat
Lasibata
Masyarakat muslim di Sumatera-Bangka
melaksanakan aroha dengan cara membaca
Belitung melaksanakan tradisi Aroha seperti
kitab suci alquran sebulan penuh pada bulan
halnya yang dilaksanakan oleh masyarakat di
Rabiul awal dan ada juga di lakukan dengan
Pulau Jawa, mereka menyebutnya tradisi
cara membaca kitab barjanji yang di iringi
Ruwahan atau sedekah ruah merupakan
dengan memamerkan benda-benda pusaka
upacara penyambutan terhadap kedatangan
24
buat anak cucu .
bulan suci Ramadhan. Ruwahan dilakukan
Tradisi Aroha bagi masyarakat muslim di
pada pertengahan bulan Sya'ban sehingga
Jawa disebut dengan tradisi Ruwahan yang
sering disebut dengan Nisfu Sya'ban. Pada
dilaksanakan setiap datangnya bulan Sya’ban,
bulan ini masyarakat biasanya melakukan
disebut dengan bulan Ruwah. Ruwahan
acara bersih kubur dan ziarah ke kuburan
diyakini merupakan bulan istimewa bagi umat
keluarga masing masing. Pada pekan pekan
Islam. Pada bulan inilah persiapan-persiapan
pertengahan
menjelang
baik
melaksanakan acara sedekah ruah dengan
persiapan jasmani maupun ruhani, fisik
menyiapkan makanan untuk dimakan secara
maupun spiritual. Disebut Ruwahan karena
bersama baik oleh keluarga maupun oleh
dilakukan di bulan Ruwah atau Sya’ban.
tetangga sekitarnya. Tradisi ini merupakan
Tradisi ini telah dilestarikan secara turun-
bentuk penghormatan terhadap arwah orang
temurun. Ruwahan memiliki rangkaian acara
yang
Ramadhan
dilakukan,
yang hampir sama dengan kenduri arwah atau tahlilan, yaitu dibuka dengan bacaan surat Yasin
secara
berjamaah,
sudah
bulan
Sya'ban
meninggal
warisan dari Hinduisme.
dan
masyarakat
merupakan
26
Tidak jelas benar kapan tradisi ruwahan
kemudian
ini mulai muncul. Akan tetapi hal demikian
dilanjutkan dengan bacaan kalimah thayyibah
dapat diduga merupakan perkembangan dari
atau tahlil, dan diakhiri dengan doa untuk
sebuah tradisi yang telah lama ada di hampir
para leluhur.25
semua wilayah atau daerah di Nusantara, yakni tradisi penghormatan kepada arwah
leluhur.
Hal
demikian
sebenarnya
juga
23
Alifnur Angkotasan, “Tradisi Aroha di Pelaw Kecamatan Pulau Haruku: Suatu Tinjauan Aqidah Islam”, STAIN Ambon: Skripsi, 2005, 50
menjadi petunjuk bahwa sudah sejak lama masyarakat di nusantara telah mempercayai
24
Nya Wakan, “Makna Filosofis Dalam Pembacaan Kitab Barjanji Pada Tradisi Aroha di Desa Seith Kecamatan Leihitu” IAIN Ambon: Skripsi, 2008, 4
adanya kehidupan abadi setelah kehidupan di 26
25
Tradisi Ruwahan “Diuri-uri” di Bantul, http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,1id,18313-lang,id-c,wartat,Tradisi+Ruwahan+++8220+Diuri+uri++8221++di+B antul-.phpx di akses tanggal 14 Juni 2013
Dinasa Pariwisata Kabupaten Bangka Belitung, Tradisi Ruawah, dalam http://www.visitbangkabelitung.com/id/content/id/tradi si-ruwahan tanggal 14 juni 2013
110 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 100‐121
dunia. Artinya, arwah orang meninggal adalah
kewajiban anak dan cucu untuk senantiasa
abadi. Arwah di alam abadi inilah yang oleh
mendoakan arwah leluhurnya yang telah
masyarakat merasa perlu untuk dihormati dan
meninggal.
di muliakan. Pada intinya tradisi aroha atau
digarisbawahi dari proses ziarah kubur.
ruwahan
Banyak
hal
yang
pantas
mengacu
pada
pengertian
Pertama, Semua yang hidup pasti mati.
arwah
leluhur,
memohon
Semua yang kita cintai akan kita tinggalkan.
ampunan kepada Tuhan dan menuju kesucian
Kedua, bunga adalah simbol kasih sayang.
diri.
Dan kasih sayang tidak hanya diperuntukkan
mendoakan
Tradisi Aroh atau Ruwahan menurut
bagi yang hidup. Ketiga, belajar beramal
Yunani Prawiranegara berasal dari tradisi
(dengan memberi kepada orang - orang yang
Hindu-Buddha dimana pada zaman Majapahit
sudah membersihkan makam leluhur.
yang dikenal dengan upacara sraddha, sebuah
Perkembangan
selanjutnya
upacara ritual ketika Raja Hayam Wuruk
perebedaan
menghormati arwah para leluhurnya. Tradisi
pelaksanaan tradisi Aroha. Bagi sebagian
ini
umat
kemudian
dilestarikan
sebagian
Islam
pendapat
terdapat
tradisi
terkait
Aroha
tidak
dengan
perlu
masyarakat pedesaan yang masih menganut
dilakukan karena bertentangan dengan hadits
paham animisme dan dinamisme. Ketika
dan as sunnah. Aroha sering digolongkan
agama Islam datang ke Indonesia, tradisi
perbuatan syirik atau menyekutukan Tuhan.
menghormati arwah leluhur itu dikaitkan
Sementara menurut kelompok kedua yang
dengan datangnya bulan Rajab sehingga juga
beraliran kultural, aroha adalah kegiatan
dikenal dengan tradisi ruwahan.Kepercayaan
keagamaan yang sah-sah saja, asal tidak untuk
inilah yang di antaranya melahirkan tradisi
menyembah leluhur atau pekuburan. Sebagian
ziarah ke makam. Tradisi ruwahan dianggap
besar dari kelompok kedua ini mengaitkan
sebuah momentum untuk kontak dengan para
aroha dengan memperingati maulid Nabi
arwah lelulur dan mencari kekuatan batin.27
Muhammad Saw.
Di masa penyebaran agama Islam oleh
Terlepas dari perbedaan pendapat itu,
kemudian
penulis memandang perlu pelestarian tradisi
diadopsi menjadi upacara nyadran karena
Aroha sebagai kearifan lokal, karena tradisi
bertujuan untuk mendoakan orang tua di alam
Aroha sangat relevan dengan budaya Orang
baka.
Ambon-Maluku. Hal ini karena prosesi aroha
Wali
Songo,
Oleh
tradisi
sebab
tersebut
itu,
sudah
menjadi
27
Yunani Prawiranegara, Ruwahan: Tradisi Menjelang Ramadhan dalam http://nasional.kompas.com/read/2008/08/28/14350767 /function.simplexml-load-file di akses tanggal 17 06 2013
tidak hanya sekedar gotong royong (Masohi), Lebih dari itu, Aroha menjelma menjadi ajang silaturahmi,
wahana
solidaritas
sesama
masyarakat sebagai wujud perekat sosial
Aroha Sebagai Sarana Solidaritas Sosial: Studi Tentang Tradisi Keagamaan Masyarakat Negeri ... |111
diantara
mereka.
Olehnya
Aroha
dapat
dijadikan sebagai budaya bangsa yang perlu di tumbuh kembangkan dalam membangun
warisan yang diwariskan kepada mereka berupa dusun, hutan dan tanaman. Menurut H. Rasyid Soulisa bahwa mereka memilih
jati diri bangsa dan rasa kebangsaan.
ketiga
waktu
tersebut
karena
Aroha yang dilakukan oleh masyarakat
dianggap sangat afdal atau penuh berkah dan
Negeri Hena Lima adalah Aroha Lumatau
menganggapnya sebagai bentuk pemuliaan
Dati
akan
yakni
tradisi
keagamaan
yang
kedatangan
Baginda
Rasulullah
melibatkan dan dihadiri oleh semua anggota
Muhammad SAW. Namun terdapat sebagian
marga atau mata rumah dan berhubungan
masyarakat yang melaksanakan Aroha setelah
dengan harta warisan yang diwariskan secara
tanggal 12 Rabiul Awal namun menurutnya
bersama. Tadisi aroha bagi masyarakat
sudah tidak memiliki banyak berkah karena
Negeri Hena Lima,
berkah itu ada pada saat hari-hari menjelang
dalam kepercayaan
mereka adalah tradisi yang sudah ada sejak
kelahiran Nabi Muhammad SAW.
dahulu kala yakni sejak masuknya agama
Secara adat bagi masyarakat Negeri Hena
Islam ke Ambon. Bagi mereka tradisi Aroha
Lima, rumah tua (Luma Manwai) dan orang
tidak
tua yang dituakan oleh marga Lumatau
bisa
mengundang
ditinggalkan
karena
dapat
ancaman dari leluhur. Aroha
memiliki
kedudukan
istimewa
di
mata
harus dijaga dan dilestarikan oleh wali anar
komunitas lumatau marga sehingga segala
lumatau dati (generasi anak cucu marga).
aktifitas adat, rumah tua selalu menjadi
H. Mutalib Assel mengatakan bahwa
tempat perjumpaan seluruh komunitas marga,
tradisi aroha bagi orang Negeri Hena Lima
termasuk di dalamnya pelaksanaan Aroha
adalah tradisi yang sudah ada sejak dahulu
lumatau.
kala dan sudah turun temurun dilaksanakan,
Dipilihnya rumah tua karena mereka
untuk
terus
meyakini bahwa selain sedang ditempati oleh
yang
tidak
komunitas yang masih hidup, rumah tua juga
melaksanakannya tidak diperkenankan untuk
di sedang ditepati oleh para leluhur yang
memakan harta yang menjadi warisan dari
sudah
leluhur. Dapat dikatakan bahwa tradisi aroha
pelaksanaan Aroha di laksanakan leluhur juga
bagi masyarakat Negeri Hena Lima sangat
ikut dalam pelaksanaan tersebut.
bahkan
menjadi
dijalankan.
Anak
kewajban cucu
berhubungan dengan keberadaan para leluhur
meninggal
Pelaksanaan
dunia
Aroha
olehnya
pada
ketika
masyarakat
atau
Negeri Hena Lima dilakukan oleh masing-
lumatau dati. Lumatau dati karena aroha
masing Lumatau Dati menjelang datangnya
yang dilakukan berhubungan dengan harta
bulan Rabiul Awal atau Bulan Maulud.
mereka
khususnya
leluhur
marga
Pertama-tama dilakukan musyawarah pada 112 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 100‐121
tiap Lumatau Dati yang di lakasanakan di
Lima kedudukan perempuan secara adat
rumah tua marga Lumatau untuk menentukan
dalam tradisi aroha terbagi dua yakni Mahina
kapan di lakasnakan aroha dan siap saja yang
Ulu dan Mahina Kalu. Mahina Ulu yakni istri
akan di undang dalam proses aroha. Selain
dari
penentuan waktu dan banyaknya undangan
Mahina Kalu adalah saudara perempuan laki-
ditentukan juga bagi tiap keluarga lumatau
laki Lumatau Dati yang telah menikah
dati berapa biaya yang akan di sumbangkan
maupun yang belum menikah yang ikut dalam
untuk terlaksananya aroha. Dari hasil temuan
menyediakan makanan Aroha.
bahwa besar biaya pada tiap keluarga
laki-laki
Pelaksanaa
Lumatau
Aroha,
Dati,
sementara
terlihat
bahwa
Lumatau Dati tidak menentu tergantung
sebelum Modim (Penghulu Masjid yang
pemberian,
bertugas sebagai Muazin) mengumandankan
ada
yang
berkisar
sebesar
Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW.
RP.10.000,- hingga Rp.50.000,dengan
salah seorang dari tua adat Lumatau Dati
dengan
terlebih dahulu membagikan uang Duslamat
berbagai macam peralatan berupa kain hanbal
(doa selamat) yakni uang kepada jamaah dan
(karpet),
yang
tamu undangan. Uang Duslamat tersebut di
berukuran panjang yang dibentangkan di atas
peroleh dari hasil sumbangan warga lumatau
kain hanbal. Kain siratal ini memberikan
Dati dan pemberian anak cucu perempuan
makna bahwa apa yang diperbuat dalam
Lumtau Dati yang telah kawin dengan marga
prosesi aroha akan mendapat syafaat dari
atau lumatau dati lain atau anak cucu yang
rasul dan para leluhur di hari kiamat nanti.
tidak sempat untuk mengikuti Aroha.
Persiapan menghiasi
yang
di
ruangan
kain
lakukan
rumah
siratal
yakni
tua
kain
Kemudian disediakan beberapa gelas yang
Uang
yang
disumbangkan
itu,
bagi
telah di isi air putih mentah, kemenyian,
masyarakat Negeri Hena Lima menyebutnya
madapahan yakni tungku berukuran kecil
Maniang Heli (uang kemenyan atau harga
untuk
kemenyan).
pembakaran
kemenyan.
Ritual
Besaran
Uang
yang
pembakaran kemenyan ini jika dilihat sangat
disumbangkan tidak ditentukan besar kecil
akultural dengan tradisi Hindu-Budha, namun
hanya tergantung kerelaan dari masing-
hal ini telah mengalami akulturasi dengan
masing Wali Anar (anak cucu). Biasanya
disusupi seni budaya Islam.
besaran uang yang di berikan sebesar Rp.
Bagi
perempuan-perempun,
mereka
10.000,- hingga Rp. 50.000,-. Bagi anak cucu
berbagai
yang tidak memberikan Maniang Heli (harga
macam aneka menu makanan bagi tamu
kemenyan maka tidak akan di beri Tatolan
majelis dan wali anar (anak cucu) lumatau
(Makanan Aroha), Tatolan adalah bentuk
menyediakan
makanan
dengan
dati. Dalam adat masyarakat
Negeri Hena
Aroha Sebagai Sarana Solidaritas Sosial: Studi Tentang Tradisi Keagamaan Masyarakat Negeri ... |113
simbol dari harta dati atau harta pusaka
seorang dari penghulu masjid atau yang di
Lumatau Dati.
tuakan dari tua adat, sebelum di langsungnya
Pelaksanaan Aroha di mulai dengan
acara makan-makan. Doa yang di bacakan
mengumandankan sholawat oleh Modem
adalah
sambil membakar kemenyan
pengagungan kepada Allah dan Rasulullah
kemudian di
doa
yang
berisikan
mengharap
tentang
sambut dengan sholawat kepada Rasulullah
dengan
oleh semua jamaah majelis Aroha. Sambil
memberikan
membakar kemenyan modem atau salah
berlimpah ruah kepada mereka. Kemudian
seorang dari penghulu masjid yang ditunjuk
memohon
membacakan Hadrat Fatiha dengan niat
memperoleh ampunan dan mendapat tempat
ditujukan kepada seluruh para Arwah leluhur
yang mulia disisi Allah swt.
rahmat
kiranya
semoga dan
para
Allah
rezeki
leluhur
yang
mereka
Afandy
Setelah acara doa dan makan-makan maka
Uluputy,Tujuannya adalah agar arwah para
secara ritual acara Aroha telah selesai,
leluhur mendapat berkah disisi Allah dan
mandala atau anak cucu lumatau dati atau
mereka merasa masih selalu di beri makan
tentangga yang tidak duduk dalam majelis
oleh anak cucu (wali anar), selanjutnya bagi
Aroha di persilahkan untuk mengahantarkan
anak cucu merasa juga di sayangi oleh
tatolan khususnya tatolan kepunyaan lepe’a
leluhur.
(penghulu masjid) dan tua adat ke rumah
Lumatai
Dati.
Menurut
dan
masing-masing. Acara dilanjutkan dengan
pembacaan surat Alfatiha, salah seorang dari
pembagian Tatolan Maniang yakni makanan
penghulu masjid yang telah di tunjuk selaku
Aroha yang di bagikan kepada perempuan
pimpinan dalam upacara Aroha mengawali
lumatau
dengan pembacaan rawi-rawi barjanji yang
maniannya. Jumlah Tatolan yang di bagikan
dikuiti oleh jamaah yang lain secara bergiliran
sesuai dengan jumlah
sambil duduk dengan posisi bersilah. Jamaah
memberikan Maniang Heli. Artinya siapa
aroha wajib untuk membaca barjanji, bagi
yang memberi uang maniannya maka akan di
yang belum terlalu baik bacaannya cukup
berikan tatolan. Tatolan tersebut diantarkan
dengan
ke rumah masing oleh mandala.
Setelah
pembakaran
menciumnnya
kemenyan
kemudian
menyerahkannya kepada jamaah berikutnya,
dati
yang
memberikan
uang
anak cucu yang
Menurut H. Afandy Uluputy bahwa tradisi
ketika hal itu dilakukan maka bagi jamaah
Aroha
memiliki
tujuan
agar
membina
yang lain cukup memahaminya saja tanpa ada
hubungan di antar sesama anak cucu Lumatau
sangsi.
Dati, saling kenal mengenal, sehingga sesama
Setelah pembacaan barjanji, selanjutnya di
lumatau dati dapat mengetahui siapa saja
tutup dengan pembacaan doa oleh salah
yang termasuk dalam keluarga mereka. Tidak
114 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 100‐121
hanya sebatas itu tapi agar dapat mengetahui
Hal ini di laksanakan dengan tujuan agar
mana yang di panggil bapak, mana yang di
mereka selalu mengingat keluarga besar, asal
panggil anak. Aroha adalah salah satu cara
usul, mejalin silahturahmi dan hubungan
untuk
solidaritas sesama Lumatau Dati.
memupuk
toleransi,
hubungan,
solidaritas
kesatuan,
dalam
sebuah
perhimpunan keluarga besar lumatau dati.
Tradisi Aroha selain memberikan manfaat kepada masyarakat Negeri Hena Lima yakni
bagi
meningkatkan rasa syukur kepada Allah dan
masyarakat Negeri Hena Lima, Jika dilihat
rasa terimah kasih kepada para leluhur, Aroha
hanya dalam bentuk ritual syukuran Lumatau
juga berpengaruh terhadap berbagai bidang
Dati atas warisan leluhur yang diberikan
kehidupan masyarakat Negeri Hena Lima
kepada mereka selaku anak cucu. Selain itu
yakni pada Bidang Sosial, Ekonomi, Agama
Aroha memberikan makna rasa syukur kepada
dan Budaya.
Dalam
melaksanakan
Aroha,
Allah yang diekspresikan dengan pembacaan
Pertama dalam Bidang Sosial; Tradisi
sholawat kepada Rasulullah dengan harapan
Aroha memberikan pengaruh dengan semakin
Allah SWT. dapat melimpahkan rahmat dan
terjalin hubungan atau ikatan solidaritas sosial
rezki-Nya kepada mereka, dan selalu di
yang terjalin diantara sesama Lumatau Dati
sayangi oleh leluhur yang telah meninggalkan
dan warga masyarakat secara keseluruhan.
buat anak cucu harta tanaman, dusun, hutan dan lainnya sebagai bekal kebutuhan hidup.
Sebagai mahluk sosial dan merupakan sesuatu yang niscaya bahwa secara fitrah,
Dalam pelaksanaan Aroha juga di libatkan
manusia selalu membangun hubungan dengan
anak cucu generasi penerus, manfaatnya
yang lainnya, baik secara pribadi maupun
adalah sebagai bentuk regenerasi agar anak
dalam hidup berkelompok. Secara fitrah siapa
cucu
Aroha
pun dia tidak meginginkan untuk hidup
Lumatau Dati ini. Selain itu masyarakat
sendirian masih mengingikan uluran, kasih
Negeri Hena Lima meyakini
sayang, bantuan orang lain dan ingin di kenal
dapat
Aroha tidak
meneruskan
tradisi
bahwa jika
dilaksanakan akan mendapat
marabahaya dan amarah dari leluhurnya, dan
dan di hargai. Aroha
sebelum
dilaksanakan,
semua
tanaman yang menjadi warisan leluhur bisa
tokoh adat marga Lumatau Dati di undang
tidak memberikan hasil yang baik.
oleh orang yang dituakan dalam Lumatau
Tradisi Aroha ini selain dilakukan oleh
Dati
untuk
sama-sama
membicarakan
anak cucu yang berada di negeri, juga dapat di
pelaksanaan aroha dalam sebuah musyawarah
laksanakan oleh anak cucu yang berada negeri
anak cucu lumatau dati. Hal ini dilakukan
lain atau di perantauan yang merasa asli
agar
lumatau dati, atau seketurunan lumatau dati.
perasaan tidak enak dari anak cucu yang
meminimalisir
pertentangan
akibat
Aroha Sebagai Sarana Solidaritas Sosial: Studi Tentang Tradisi Keagamaan Masyarakat Negeri ... |115
lainnya jika mereka tidak di beritahu.
menjadi
Musyawarah
menghormati, menjadi saling bertanggung
di
lakukan
selain
untuk
sahabat,
untuk
saling
menjadi
saling
memutuskan kapan di laksanakan Aroha,
jawab
membantu
namun terpenting juga adalah sebagai bentuk
memenuhi kebutuhan antar sesama. 29
dalam
solidaritas sosial lumatau dalam menyatukan
Kedua, dalam Bidang Ekonomi, Aroha
semua pendapat, serta menghindari adanya
memberikan kontribusi bagi peningkatan
konflik akibat perbedaan pendapat yang pada
ekonomi warga, khususnya para pedagang.
akhirnya
Ketika datang
terjadi
gesekan
sosial
dalam
keluarga lumatau.
bulan
Aroha
masyarakat
berbondong-bondong untuk membeli bahan
Solidaritas sosial atau kesetiakawanan
makanan berupa beras, gula, terigu, minyak
sosial sendiri sebagaimana yang telah penulis
dan lainnya untuk persiapan pelaksanaan
jelaskan adalah merupakan suatu konsep yang
Aroha.
menunjukkan merupakan
hubungan hubungan
antar
manusia,
persahabatan
yang
Aroha selain berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat, mereka juga meyakini
berdasar atas kepentingan yang sama dari
dengan
semua anggota. Solidaritas
menunjukkan
berdampak pada hasil tanaman yakni tanaman
pada suatu keadaan antar individu dan atau
pala, cengkih, kelapa, sagu akan semakin
kelompok yang didasarkan perasaan moral
memberikan hasil yang baik.
dan kepercayaan yang dianut bersama, yang diperkuat
oleh
pengalaman
emosional
bersama.
di
laksanakannya
Aroha
akan
Ketiga dalam Bidang Agama; tradisi aroha memberikan pengaruh pada kehidupan kerukunana solidaritas, saling menyayangi
Robbert M.Z Lawang mengatakan bahwa
diantara sesama Ummat Islam di Negeri Hena
dasar pengertian solidaritas sosial tetap kita
Lima khususnya pada marga Lumatau Dati.
berpegang
yakni kesatuan, persahabatan,
Islam telah mengajarkan kepada ummatnya
saling percaya yang muncul dari tanggung
untuk saling menolong satu dengan yang
jawab dan kepentingan bersama diantara para
selama pertolongannya membawa manfaat
anggota.
28
Dalam
mengutip
pendapat
bagai kemaslahatan masyarakat banyak.
Durkheim, Lawang bahwa solidaritas sosial adalah keadaan saling percaya antar anggota kelompok atau komunitas. Jika orang saling percaya mereka akan menjadi satu atau 28
Doyle Paul Johnson, Sociological Theory Classical Fouders and Contemporary Persfectives, terj. Robert M. Z. Lawang, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, (Jakarta: Gramedia, 1986), 262
29
Ibid, 63
116 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 100‐121
ْ ُ َ َ َ َ َ ٰ َ ۡ َّ َ ّ ۡ َ َ ْ ُ َ َ َ َ ب وٱلقوىۖ و تعاونوا وتعاونوا ِ ِ ٱل
hal yang tidak bisa di pisahkan karena di
َ َّ َ َ ٱ ۡلثۡ ِم َوٱ ۡل ُع ۡد َوٰن َوٱ َّت ُقوا ْ ٱ َّ َ إ َّن ٱ ِۚ ِ ۖ ِ
َ ۡ ُ َ ٢ اب ق ِ ِشدِيد ٱلع
mana manusia itu hidup dan menetap dapat di pastikan manusia akan hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada di daerah yang di tinggalinya.
Manusia
sendiri
merupakan
makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain
dan
mengadakan
suatu
kebiasaan-
…Dan tolong-menolonglah kamu dalam
kebiasaan dengan komunitasnya yang terus
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
mereka kembangkan dan lestarikan secara
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
turun temurun sehingga kebiasaan-kebiasaan
dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
itu sudah menjadi suatu warisan dari generasi
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
sebelumnya dan akan terus berkembang
siksa-Nya. (QS. Al Maidah:2).
30
selama generasi-generasi selanjutnya tetap menjaga dan melestarikan kebudayaan.
Menurut O’dea, agama berfungsi sebagai
Setiap manusia memiliki kebudayaan
control sosial, dimana penganut agama sesuai
yang berbeda-beda itu di sebabkan mereka
dengan ajaran yang dianut, terkait batin
memiliki komunitas tersendiri di wilayahnya
dengan tuntutan ajaran tersebut secara pribadi
sehingga apabila kita amati manusia di
maupun kelompok. Ajaran agama di maknai
belahan
sebagai norma sehingga fungsi agama sebagai
kebudayaannya masing-masing tak terkecuali
control sosial baik secara pribadi maupun
di Ambon-Maluku yang memiliki banyak
kelompok. Hal ini karena Pertama; agama
keberagaman budaya. Perbedaan kebudayaan
secara
bagi
ini sangatlah wajar karena perbedaan yang
pengikutnya, Kedua; agama sebagai dogma
dimiliki seperti faktor Lingkungan, faktor
berfungsi
alam, manusia itu sendiri dan berbagai faktor
instansi
kritis
sebagai
dan
norma
bersifat
propetis
31
(kenabian).
Aroha sebagai bentuk budaya tersendiri buat
memiliki
khususnya
budaya tersebut. Manusia
Negeri
Hena
Lima
yang
masyarakat
dilahirkan dan di besarkan, tumbuh dan
Negeri Hena Lima. Hal ini dapat di pahami
dewasa di Negeri Hena Lima. Sudah barang
bahwa manusia dan kebudayaan adalah satu
tentu akan melihat Aroha sebagai sesuatu
yang sakral dan penting dalam hidup mereka.
30
Maluku,
manapun
lainnya yang menimbulkan Keberagaman
Keempat dalam Bidang Budaya, Tradisi
manusia
dunia
Departemen Agama RI, Alquran Terjemahan, (Bandung: Diponegoro, 2005), 106 31
dan
Thomas F. O’dea, Sosiologi Agama Suatu Pengantar Awal ( Jakarta: Rajawali, 1987), 52
Sejak masih kanak-kanak telah ditanamkan rasa cinta dan peduli akan keberadaan tradisi
Aroha Sebagai Sarana Solidaritas Sosial: Studi Tentang Tradisi Keagamaan Masyarakat Negeri ... |117
Aroha, dimana Aroha sendiri merupakan
adanya kecembururn sosial pada diri orang
warisan tradisi leluhur yang mesti di rawat
lain. Terkadang karena kebutuhan semakin
dan dipelihara. Bagi pemerintah terutama
banyak
Dinas Kebudayaan dapat menjadikan Aroha
kemampuan ekonomi dalam rumah tangga.
sebagai warisan kearifan local dan nasional,
Munculnya
sehingga dapat menjadi kebanggaan tersendiri
mementingkan
buat
banding dengan kepentingan orang banyak.
masyarakat
Maluku
khsusnya
kita
lalu
sikap
lupa
tentang
egoistik,
kepentingan
faktor
yakni
lebih
pribadi
di
Menurut ibu Dian, sebagai ipar dan
masyarakat Hena Lima.
menantu saya melihat masyarakat Negeri H. Dampak Aroha terhadap Solidaritas
Hena Lima sampai dengan hari ini masih kuat solidaritasnya. Dilihat dari sisi kebersamaan
Sosial Solidaritas
sosial menunjukkan pada
saling
membantu
baik
materi
maupun
suatu keadaan antar individu dan atau
dukungan moril, ketika akan dilaksanakannya
kelompok yang didasarkan perasaan moral
tradisi Aroha misalnya, mereka dengan suka
dan kepercayaan yang dianut bersama, yang
rela
diperkuat
emosional
kekurangan biaya dalam pelaksnaan Aroha.
bersama. Olehnya pemahaman umum tentang
Masyarakat Negeri Hena Lima jika di lihat
solidaraitas sosial adalah, saling bekerja sama,
masih terdapat sikap solidaritas sosial yang
saling membagi, dan peduli pada sesama.
tinggi walau sedikit yang memudar. Nampak
oleh
pengalaman
Solidaritas sosial dalam masyarakat
memberikan
uang
iuran
untuk
dari mereka adalah sikap solidaritas dalam
dapat di katakan sangat kuat, namun juga
adat tradisi Aroha,
Masohi Rumah, Keku
telah berkurang dan terkikis. Faktor yang
Anta’u, Ma’ano, Ambe Kayo. Menurut Rasyid Soulisa bahwa orang
paling berpengarauh terhadap memudarnya globalisasi,
Negeri Hena Lima masih memiliki adat saling
modernisasi yang di tandai dengan munculnya
baku bantu (saling menolong), seperti ketika
sikap
ada
sikap
solidaritas
adalah
individualistik,
matrealistik
dan
basudara
lain
(saudaranya)
yang
berhajatan maka dengan serta merta diberikan
bersikap kapitalis. Beberapa penyebab lunturnya solidaritas
pertolongan, hal ini karena masih kuatnya
pada masyarakat adalah karena semakin
hubungan
persaudaraan.
tingginya tingkat pendidikan di masyarakat
perempuan,
ibu-ibu
sehingga untuk
langsung membawa antarangnya (bagiannya)
memajukan
taraf hidup
mereka dapat mengelolanya secara sendirian tanpa butuh bantuan orang lain. Gaya hidup yang
berlebihan
sehingga
menimbulkan
tanpa
Bagi di
yang perintah
kepada keluarga yang berhajat. Hal dapat di pahami bahwa masyarakat pada tarap lokal tradisional masih kuat sikap
118 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 100‐121
solidaritas sosial jika di bandingkan dengan
masyarakat Negeri Hena Lima khususnya
masyarakat perkotaan multikultur. Olehnya
pada Lumatau Dati.
keberadaan
tradisi
Aroha
dengan
Dampak positif dari tradisi Aroha
memudarnya solidaraitas sosial akibat tingkat
adalah masyarakat Negeri Hena Lima masih
pendidikan masyarakat khususnya generasi
mengesampingkan
muda, sikap dan gaya hidup yang bersifat
mereka, masyarakat secara sosial-keagamaan
kapitalis,
bertanggungjawab dan memelihara tradisi
matrealistik
mementingkan
dan
kepentingan
egoistik
pribadi
dan
kepentingan
pribadi
Aroha sebagai warisan leluhur mereka.
kelompok dapat dikatakan tidak berlaku pada tradisi Aroha masyarakat Negeri Hena Lima yang setiap tahun tetap dilaksanakan.
I. PENUTUP Tulisan ini menunjukan bahwa tradisi
Aroha yang di laksanakan masyarakat
Aroha adalah bagian dari sistim keagamaan
Negeri Hena Lima dapat di katakan sebagai
masyarakat Negeri Hena Lima yang masih di
bentuk solidaritas mekanik yang di sampaikan
laksanakan. Tradisi Aroha bagi masyarakat
oleh Emiel Durkheim. Solidaritas mekanik
Negeri Hena Lima adalah tradisi Aroha
didasarkan pada suatu kesadaran kolektif
Lumatu Dati, merupakan tradisi keagamaan
bersama,
totalitas
yang telah ada sejak lama dan di laksanakan
sentimen-
setiap setahun sekali yakni setiap datangnya
sentimen bersama yang rata-rata ada pada
Bulan Rabiul Awal tanggal 10 hingga 12.
warga
Tradisi upacara Aroha di awali dengan
yang
menunjuk
kepercayaan-kepercayaan
masyarakat
pada dan
yang
sama
itu.
Itu
merupakan suatu solidaritas yang tergantung
pembacaan
pada individu-individu yang memiliki sifat-
Muhammad SAW. dan pembacaan Kitab
sifat yang sama dan menganut kepercayaan
Barjanji kemudian di akhiri dengan doa dan
dan pola normatif yang sama pula. Karena itu
makan bersama sebagai wujud dari hubungan
individulaitas
solidaritas sosial sesama lumatau dati.
tidak
berkembanag;
individualitas itu terus-menerus dilumpuhkan oleh
tekanan
sekali
selain
Rasulullah
memberikan
manfaat kepada masyarakat Negeri Hena
sehingga rasa kebersamaan,
Lima yakni meningkatkan rasa syukur kepada
saling berbagi, tolong menolong terus terjaga
Allah dan rasa terimah kasih kepada para
dan terpelihara dalam hidup dan kehidupan
leluhur, Aroha juga berpengaruh terhadap
32
besar
Aroha
kepada
untuk
konformitas.
yang
Tradisi
Sholawat
berbagai bidang kehidupan masyarakat Hena 32
Doyle Paul Johnson, Sociological Theory Classical Fouders and Contemporary Persfectives, terj. Robert M. Z. Lawang, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, (Jakarta: Gramedia, 1986), 182-183
Lima yakni pada bidang sosial, ekonomi, agama dan budaya.
Aroha Sebagai Sarana Solidaritas Sosial: Studi Tentang Tradisi Keagamaan Masyarakat Negeri ... |119
Bidang
Sosial;
Tradisi
Aroha
memberikan
pengaruh
dengan
semakin
DAFTAR PUSTAKA
terjalin hubungan atau ikatan solidaritas sosial yang terjalin diantara sesama Lumatau Dati dan warga masyarakat secara keseluruhan. Bidang Ekonomi, Aroha memberikan kontribusi bagi peningkatan ekonomi warga, khususnya para pedagang. Ketika datang bulan
Aroha
masyarakat
berbondong-
bondong untuk membeli bahan makanan berupa beras, gula, terigu, minyak dan lainnya untuk persiapan pelaksanaan Aroha. Bidang
Agama;
memberikan
pengaruh
tradisi pada
aroha kehidupan
kerukunana solidaritas, saling menyayangi diantara sesama Ummat Islam di Hena Lima khususnya pada marga Lumatau Dati. Islam telah mengajarkan kepada ummatnya untuk saling menolong satu dengan yang selama pertolongannya membawa manfaat bagai kemaslahatan masyarakat banyak. Bidang Budaya, Tradisi Aroha sebagai bentuk
budaya
tersendiri
buat
manusia
Maluku, khususnya masyarakat Negeri Hena Lima dan dapat dilestarikan sebgai bagain dari dari kearifana local dan nasional. Olehnya dipertahankan
Tradisi dan
Aroha dilestarikan
perlu oleh
masyarakat Negeri Hena Lima karena besar fungsinya sebagai wahana perekat hubungan solidaritas sosial masyarakat khususnya pada marga lumatau dati. Selain itu Aroha juga menjadi identitas tersendiri bagi masyarakat Ambon-Maluku khsusnya Negeri Hena Lima.
Abdullah,Taufik & A. C. Van Der Leeden, Durkheim dan Pengantar Sosiologi Moralitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986 Angkotasan, Alifnur, Tradisi Aroha di Pelaw Kecamatan Pulau Haruku: Suatu Tinjauan Aqidah Islam, STAIN Ambon: Skripsi, 2005 Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku Tengah Dalam Angka Tahun 2010 Dhavamony, Mariasusai, Fenomenologi Agama,Yogyakarta: Kanisius, 2010 Denzin, Norman K. & Yvonna S. Lincolin, Hanbook Of Qualitative Research, Yogyakarta: Puataka Pelajar, 2009 Dinas Pariwisata Kabupaten Bangka Belitung, Tradisi Ruawah, dalam http://www.visitbangkabelitung.co m/id/content/id/tradisi-ruwahan diakses tanggal 14 juni 2013 Departemen Agama RI, Terjemahan, Diponegoro, 2005
Alquran dan Bandung:
Data Demografi Kantor Desa Negeri Lima Tahun 2011 Giddens, Anthony, Kapitalisme dan teori Sosial Modern; Suatu Analisis Karya Tulis Marx, Durkheim dan Max Weber, Jakarta: UI, 2007 Hammidah, Kontribusi Kearifan Local Terhadap Solidaritas Masyarakat ( Studi Kasus Tradisi Ngarot Di Desa Lelea Indramayu), UIN Jakarta; Skripsi 2011) Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Jakarta: Erlangga, 2009 http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamics,detail-ids,1-id,18313-lang,idc,wartat, Tradisi+ Ruwahan +++ 8220 + Diuri + uri++8221++di+Bantul-.phpx, Tradisi Ruwahan “Diuri-uri” di
120 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 100‐121
Bantul di akses tanggal 14 Juni 2013 Johnson, Doyle Paul, Sociological Theory Classical Fouders and Contemporary Persfectives, terj. Robert M. Z. Lawang, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jakarta: Gramedia, 1986 Kahmad, Dadang Sosiologi Agama, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009 Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi1. Jakarta: Universitas Indonesia,1980 ---------------------, Pengantar Antropologi; Pokok-Pokok Etnografi II, Jakarta: Rineka Cipta, 2005 --------------------, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 2000 Martono,
Pattilouw, Djamaher, Pelaksanaan Aroha Pusaka: Tinjauan Aqidah Islam, STAIN Ambon: Skripsi, 1999 Prawiranegara, Yunani, Ruwahan: Tradisi Menjelang Ramadhan dalam http://nasional.kompas.com/read/20 08/08/28/14350767/function.simple xml-load-file di akses tanggal 17 06 2013 Panitia Pelantikan Raja Negeri Lima, Buku Panduan Acara Pelantikan Raja Negeri Hena Lima Tanggal 24 Agustus 2005 Wakan,
Nya, Makna Filosofis Dalam Pembacaan Kitab Barjanji Pada Tradisi Aroha di Desa Seith Kecamatan Leihitu, IAIN Ambon: Skripsi, 2008
Nanang, Sosiologi Perubahan Sosial: Prespektif Klasik, Moderen, Pos-Modern Dan Poskolonial, Jakarta: Rajawali Pres, 2011
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Refisi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005 Madjid, Nurckolish, Agama dan Politik Dalam Islam, Jurnal Pemikiran Islam Paramdinah Volume I Nomor 1-JuliDesember 1998 O’dea, Thomas F, Sosiologi Agama Suatu Pengantar Awal, Jakarta: Rajawali, 1987 Robertson, Ronald, Agama; Dalam Analisis Dan Interprestasi Sosiologi, Jakarta: Rajawali, 1988 Ritzer, George, Modern Sociological Theory, terj. Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana, 2008 Scharf, Betty R., Kajian Sosiologi Agama. Yokyakarta: Tiara Wacana, 1995 Soulisa, M. Syafin , Interaksi Sosial Dalam Budaya Gandong Pada Masyarakat Henalima Dan Hena Hatu, Skripsi: STAIN Ambon 2006 Aroha Sebagai Sarana Solidaritas Sosial: Studi Tentang Tradisi Keagamaan Masyarakat Negeri ... |121
TRADISI MANIAN (Studi Bentuk dan Dampak Tradisi Manian dalam Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Negeri Kailolo Kabupaten Maluku Tengah) Sanni Fitriyani Marasabessy,1
ABSTRACT Manian is a custom and tradition or belief to set basudara done on the birthday of the Prophet Muhammad to entertain families who have been separated a long time. This study deals with how society Kailolo State did Manian tradition in celebration of the birthday of the Prophet Muhammad, and their impact to the community what Kailolo State. This study is based on the perspective of structural functionalism and symbols with research methods in-depth interviews and participant observation to collect data in the field. Based on interviews and observations of researchers regarding the form and impact of these traditions, researchers produced several findings in the field. Manian tradition performed by the State society Kailolo an association basudara suda tradition existed since ancient times until now and have very many functions in various ways. This is proven by the friendship between communities that never severed. As for the celebration of tradition Manian, are generally the same except that there is a difference between Highways Marasabessy. Manian are celebrated by Marasabessy clan was divided into two, namely Manian Hala Totui or food bodies and Manian Flower Candle or flower luck. Keywords: Manian, Birth of the Prophet Muhammad, Islamic, tradition, culture.
A. Pendahuluan
suku bangsa dan sub-sub, karena itu memiliki
Secara geografis, luas keseluruhan
keanekaragaman budaya yang cukup kaya.
Provinsi Maluku adalah 581.376 km2, terdiri
Hal tersebut dapat dilihat pada begitu
dari luas lautan 527.191 km2 dan luas daratan
beragamnya bahasa atau dialek serta suku dan
2
54.185 km , hal ini berarti sekitar 90%
sub-suku di Maluku.Hasil penelitian Summer
wilayah Provinsi Maluku adalah lautan.
Institute of Linguistik (SIL) menyebutkan
Karena itu, sebagai daerah kepulauan.Maluku
bahwa bahasa Maluku kurang lebih terdiri
memiliki wilayah yang sangat luas jika dilihat
dari 117 buah bahasa.Adapun suku dan sub-
dari luas daratan dan lautan dari utara sampai
suku bangsa lebih dari 100 yang mendiami
ke selatan.Jumlah pulau di Maluku kurang
pulau-pulau kecil di kepulauan Maluku, yang
lebih 1.412 buah, dua buah diantaranya yang
terbentang dari utara sampai keselatan.3
besar adalah P. Seram dan P. Buru.2
Walaupun memiliki tingkat keragaman
Dari aspek budaya masyarakat Maluku
yang cukup besar seperti itu, tapi pada
memiliki kurang lebih lima puluh kelompok
dasarnya secara kultural akar kebudayaan
orang Maluku itu sama. Akar budaya orang
1
Alumni pada Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon. 2
Abidin Wakano,“Maluku dan Keindahan Sejarahnya, Harmoni Kehidupan Masyarakat Maluku Yang Berbasis Kearifan Lokal”, dalam Josep Antonius Ufi, Menggali Sejarah Dan Kearifan Lokal Maluku, (Maluku: Paramadina, 2012) hal. 1
Maluku ditemukan dalam kebudayaan orangorang Melanesia yang mendiami gugusan kepulauan yang terletak disebelah barat 3
Ibid, hal 1-2
122 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 122‐131
Samudra
Pasifik.
historis
Dari kondisi ini masyarakat Maluku
menunjukkan bahwa Melanesia adalah ras asli
dapat mengidentifikasi diri sebagai sebuah
dari
komunikasi social yang memiliki identitas
masyarakat
Realisme
awal
yang
mendiami
kepulauan Maluku.4 Sebagian
tersendiri
besar
dari
kebudayaan
dan
komunitas
berbeda
sosial
dari
lainnya
di
komunitasIndonesia.
Melanesia itu masih terlihat di Maluku
Kehadiran agama-agama dan budaya-budaya
Tengah. Sebagai mana pandangan kosmologi
dari luar Maluku telah membuka sebuah fase
orang Maluku, yaitu Siwa dan Lima, pada
sejarah
orang Melanesia juga memandang dunia
memengaruhi corak berbudaya masyarakat
dengan konsep Sociocosmic Dualism yang
Maluku.
terdiri atas Melanesia utara yang mendiami
kebudayaan
kepulauan Solomon dan Melanesia Selatan
mengalami sebuah fase terjadinya gesekan
yang mendiami New Colidonia dengan
dan
perbedaan budaya tertentu, terutama berupa
masyarakat Maluku akhirnya dihadapkan
mantifak atau wujud pemikiran.5
pada opsi-opsi budaya baru dalam mengatur
Hal yang menarik untuk di cermati dan ditelaah lebih dalam dan fokus persoalaan
tersendiri
Dari
yang
proses Maluku
akulturasi
budaya.
relative
sangat
perjumpaan
ini,
memasuki
dan
Konsekuensinya,
tata relasi social, sosialisasi dan interaksi masyarakat Maluku.6
ini adalah bahwa dalam proses perkembangan
Kemunculan opsi-opsi budaya lain
nila-nilai ini akhirnya mengalami penguatan
dimaksud tidak cukup dipahami an sich
dan melembaga ke dalam fakultas mentalitas
sebagai hasil dari proses akulturasi budaya
dalam bentuk sebuah kesadaran berbudaya
masyarakat Maluku dan budaya lainnya.
(cultural awarness) dan menjadi kekuatan
Akan tetapi, kemunculan opsi-opsi budaya
social
masyarakat
tersebut juga harus dipahami sebagai proses
Maluku untuk bertumbuh dan berkembang.
negosiasi ideologi, ekonomi, dan politik
Kesadaran budaya dan kekuatan social ini
antara masyarakat Maluku dengan para
jugalah
menjadi
pendatang atau” orang dagang.” Opsi-opsi
kekuatan sinergis dari dan bagi kehidupan
budaya tersebut sesungguhnya adalah sebuah
masyarakat
Maluku
kesadaran
akumulasi antara kebutuhan dan kepentingan
berbudaya
pada
praksisnya
dari pihak-pihak yang hendak melakukan
termanifestasi dalam bentuk cara berfikir,
perluasan wilayah kekuasaan, yaitu ideology,
bersikap dan bertindak mereka yang khas.
ekonomi, dan politik secara bersamaan.
(social
capital)
yang
bagi
bertransformasi
terhadap kerangka
Dalam konteks budaya Maluku kontribusi 4
Ibid, hal 2
5
Ibid, hal 3.
positif dan negative dengan mudah dan sangat 6
Ibid, hal. 15.
Tradisi Manian |123
jelas dapat diidentifikasi, mulai dari model
biasanya Manian diadakan berdasarkan marga
mengenakan pakaian sampai cara berbahasa.
atau fam. Di mana marga yang merayakan
Kailolo atau negeri Sahapory adalah
manian tidak diperbolehkan tahlil. Karena
sebuah negeri yang terletak dibagian utara
dari marga lainlah yang berhak mengikuti
pulau Haruku, Maluku Tengah yang terkenal
tahlil tersebut. Tujuannya adalah, agar setiap
dengan
orang dari marga lain bisa merasakan
sebutan
sebagai
Uli
Hatuhaha
(Persatuan batu di atas batu) atau Amarima
perayaan
Hatuhaha (Lima Negeri di atas batu) bersama
merayakannya.
dengan
Kabauw-
digunakanpun beraneka ragam. Tidak hanya
Hulaliu-
makanan, buah-buahan dan kue-kue pada
Rohomoni-Mandalise,
Samasuru,
Pelauw-Matasiri
dan
manian
dari
marga
yang
Atribut-atribut
Haturessy. Kailolo merupakan satu dari empat
umumnya,
buah negeri atau desa adat di pulau Haruku
diikutsertakan dan semua itu diletakkan pada
yang beragama Islam. Kailolo memiliki
sebuah
hubungan pela dengan negeri Amalessy atau
pintu.Tradisi manian pada masyarakat Kailolo
dikenal dengan nama negeri Tihulale di
suda ada sejak lama, jadi hal ini sudah
kecamatan Kairatu, Seram Bagian Barat dan
menjadi
memiliki
dilaksanakan dari para nenek moyang dan
hubungan
gandong
dengan
Rohomoni, Kabauw, Pelauw, dan Hulaliu.7 Di
Negeri
Kailolo
dengan bahasa Kailolo yaitu Manian atau Maningkamu (kumpul basudara), dimana acara peringatan
kelahiran Nabi Muhammad SAW atau dikenal dengan Maulid Nabi yang diadakan setiap
maulid yang pada umumnya dilakukan oleh Jika
suatu
yang
kewajiban
menyerupai
yang
harus
B. Tujuan dan Metode Penelitian Penelitian memahami
kebanyakan
peringatan maulid Nabi diadakan di Masjid, maka lain halnya dengan Manian yang diadakan di rumah-rumah Pusaka.
Dan
ini
bertujuan
untuk
bentuk Tradisi Manian dalam
perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW pada
masyarakat
Negeri
Kailolo
dan
menjelaskan dampak Tradisi Manian terhadap masyarakat Negeri Kailolo. Penelitian ini melibatkaan delapan
tahunnya. Acara ini berbeda dengan acara
Indonesia.
lebar
pokokpun
leluhur.
adat untuk merayakan Maulid Nabi atau
masyarakat
papan
bahan
biasanya,
masyarakat disana sering merayakan ritual
Manian ini merupakan
Sembilan
yang
informan, meliputi delapan informan yakni Raja
Negeri
Kailolo,
Sekretaris
Negeri
Kailolo, Tokoh Adat Rumah Tau, Tokoh Adat Negeri
Kailolo,
Tokoh
Agama
Negeri
Kailolo, dan Tokoh Pemuda Negeri Kailolo. Usia mereka berkisar tigapuluh enam hingga
7
http://id.wikipedia.org/wiki/Kailolo,_Haruku, _Maluku_Tengah, diakses pada tgl 12/12/2013.
tujuh
enam
melakukan
124 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 122‐131
tahun
pada
penelitian.
saat Dua
peneliti subjek
berpendidikan sarjana, lainnya berpendidikan sekolah lanjutan atas.
istilah struktural dan fungsionalisme tidak
Untuk memperoleh data penelitian, peneliti
telah
Di dalam fungsinalisme struktural,
melakukan
wawancara
perlu digunakan dalam gabungan, meskipun secara khas mereka digabungkan. Kita dapat
mendalam. Wawancara mudah dilakukan,
mempelajari
karena peneliti sendiri sebagai anak Negeri
tanpa memperhatikan fungsi-fungsi (atau
Kailolo. Peneliti mampu mengumpulkan data
konsekuensi-konsekuensi)
dari subjek dengan cara, seperti peneliti tatap
struktur lain. Demikian pula, kita dapat
muka dengan informan untuk memberikan
mengkaji
pengalamannya mengenai
manian
proses-proses sosial yang mungkin tidak
dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad
mengambil suatu bentuk struktural.Meskipun
SAW. Hasil wawancara dimudahkan dengan
fungsionalisme
peneliti menggunakan bahasa Lokal, akhirnya
berbagai bentuk.
tradisi
struktur-struktur
masyarakat
bagi
fungsi-fungsi
struktur-
suatu
struktural
varientas
mengambil
wawancara dilakukan dengan lancar dan
Selain itu, menggunakan perspektif
intim. Wawancara berlangsung di kediaman
simbol (Victor Turner) mengenai kajian kita
masing-masing informan.
memandang diri kita sendiri sebagai manusia
Penelitian ini
dilakukan selama tigapuluh hari dari tanggal
dan
sebagai
anggota
masyarakat
dan
05 Desember 2013 hingga 06 Januari 2014.
mengenai bagaimana istilah-istilah dasar ini digunakan oleh manusia untuk membangun
C. Perspektif Teoretis Teori
suatu mode kehidupan bagi diri mereka
Fungsionalisme
Struktural
merupakan kelanjutan dari teori-teori tentang fakta sosial yang terbangun dari pemikir teori sosial terdahulu.Sehingga, sebagai kelanjutan dari
konsepsi
kita
terhadap
pemikiran-
pemikiran sosiologis kontemporer, kiranya kita
perlu
mengetahui
bagaimana
sendiri. Prinsip-prinsip epistemologi dari antropologi
simbolik
secara
tergantung pada premis-premis ontologis. Asumsi-asumsi
dan
konsep-konsep
juga
diasosiasikan dengan antropologi penduduk simbolik.
teori
fungsionalisme struktural menjadi begitu
D. Hasil Penelitian
penting untuk dipertahankan sebagai konsep
Bentuk Tradisi Manian
yang mampu menjelaskan realita sosial secara 8
fungsional.
8
alamiah
Pip Jones, Pengantar Teori-teori Sosial dari Teori Fungsionalisme hingga Postmodernisme,(jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2009).
Tradisi
Manian
dalam
perayaan
Maulid Nabi Muhammad Saw di Negeri Kailolo sampai saat ini masih di lestarikan karena memiliki Fungsi yang sangat baik bagi masyarakat mempererat
setempat,
yakni
Silaturahim
dalam dan
hal
saling
Tradisi Manian |125
membagikan
Rizki
kepada
masyarakat
setempat (dari marga lain).
penjuru atau daerah lainnya, karena beliau adalah seorang Mubaligh atau penyiar Agama
Dalam adat orang Hatuhaha tradisi
Islam yang berasal dari Hadramaut atau
Manian hanya ada di Negeri Kailolo,
Negeri Arab, maka di adakannya Tradisi
sedangkan di Negeri Pelauw, Kabauw dan
Manian ini guna untuk terus mengingat
Rohmoni tidak ada, yang ada hanya tradisi
(Syeik Zainal Abidin) sebagai Wali Allah dan
Ar-ruh yang artinya Jiwa atau ruh. Tradisi
ajaran
Ar-ruh atau bahasa kasarnya Arroha ini di
sebarkannya sebagai ajaran kebaikan yang
laksanakan sama dengan pelaksanaan tradisi
berasal dari ajaran kakeknya Muhammad
Manian di Negeri Kailolo, yaitu acara Ritual
SAW, yaitu ajaran Habluminnallah atau
yang secar rutin di laksanakan setiap tahun
hubungan
pada acara Maulid Nabi Muhammad SAW,
Hablumminannas atau hubungan Manusia
banyak perbedaan dalam melaksanakan Ritual
dengan Manusia.10
Adat
ini,
tujuannya keselamatan
Tradisi
Ar-ruh
untuk
berbuat
jiwa
atau
Arroha
amal
mereka
Islam
yang
manusia
Waktu
da
ajarkan
dengan
atau
Tuhannya,
Pelaksanaan
Tradisi
bagi
Manian. Pelaksanaan tradisi Manian ini pada
sekaligus
saat datangnya bulan Rabiul Awal (Kelahiran
mendoakan umat Nabi Muhammad SAW.
Nabi
Sedangkan Tradisi Manian tujuannya untuk
tentukan oleh para tokoh Agama dan tokoh
Bersalawat kepada Nabi Muhammad SAW
adat dari berbagai marga yaitu mulai marga
dan mendoakan Nabi Muhammad SAW dan
Tuanany sebagi marga tuan tanah dan di ikuti
keturunannya serta menceritakan kepada anak
oleh marga lainnya yaitu marga Tuanaya,
cucu tentang sosok Syeik Zainal Abidin
Usemahu, Tuasamu, Tuaputty, Marasabessy,
sebagai penyebar Agama Islam di Hatuhaha
Ohorella,
yang mempunyai turunan di Negeri Kailolo
pelaksanaanya di masing-masingRumah tau
yaitu turunan Marasabessy, serta menjalin
atau Soa (Rumah Pusaka atau rumah adat)
Silahturahmi
Negeri
marga-marga yang terdapat di Negeri Kailolo,
Kailolo dan saling berbagi rezeki dalam hal
dan puncak dari acara manian ini berpusat di
panganan.9
rumah tau Masarabessy.11
sesama
Terbentuknya
masyarakat
Tradisi
Manian
ini
Muhammad
Tuatoy,
Pelaksanaan
SAW).
dan
Waktunya
Mahu.
tradisi
di
Tempat
Manianini
sudah lama sekali yaitu sejak Syeik Zainal
dimulaim oleh marga Tuanany, terlebih
Abidin harus meninggalkan istri dan anaknya
dahulu sebagai marga pertama di negeri
demi menyiarkan Agama Islam di berbagai
10
9
Wawancara Bapak Made Ali Ohorella, Senin 21 Oktober 2013
Wawancara Mukti Marasabessy, Selasa 21 Oktober 2013. 11
Wawancara A. Gani Tuanany, Jum’at, 22 November 2013.
126 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 122‐131
Kailolo, marga ini sering disebut marga tuan
Manian ini para imam masjid, para tokoh
tanah. Dimana aka nada perkumpulan yang
agama dan tokoh adat akan membacakan
diselenggarakan oleh Tetua Adat yang disebut
barazanji,
Tete Rumah Nainyi (orang tua yang duduk
dirumah adat yang melaksanakan manian.
shalawat,
tahlilan
dan
do’a
dirumah soa). Dengan Ruma Tauwi (laki-laki
Setelah acara manian yang telah di
yang sudah berkeluarga dari marga tersebut)
buka oleh marga Tuanany selanjutnya diikuti
untuk
oleh marga lainnya seperti marga Usemahu,
membicarakan
penetapan
tanggal
dimulaimya Tradisi Manian, dan selanjutnya
Tuanaya,
Tuaputty,
Tuasamu,
Ohorella,
akan diikuti oleh marga yang lainnya dengan
Tuatoi dan Mahu secara bergantian selama
cara yang sama.
sebulan lebih dengan tata pelkasanaannya telah
yang sama dengan marga Tuanany. Kecuali
akan
marga Masarabessy dengan pelaksanaannya
mengambil data tentang banyaknya Ruma
yang berbeda yang merupakan puncak dari
Tauwi yang akan melaksanakan Tradisi
acara Manian.
Jika disepakati,
penetapan maka
tanggalnya
Ruma
Tauwi
Manian diruma Soa atau Ruma Adat. Jika
Acara Manian ini sangat di tunggu-
Ruma Tauwi jumlahnya tidak mencukupi
tunggu atau dinanti-nantikan oleh masyarakat
maka akan di tambahkan dengan Upuana
Negeri Kailolo, mereka sangat berantusias
(laki-laki atau perempuan yang memiliki garis
melaksanakan acara ritual Manian ini, karena
keturuna dari marga yang bersangkutan
acara ini dapat mempertemukan anak cucu
misalnya nenek atau ibu) untuk bergabung
Negeri Kailolo dimanapun mereka berada
melaksanakan acara Manian di Ruma Soa.
selanjutnya acara inti yang selalu ditunggu Soa
masyarakat Negeri Kailolo yaitu tradisi
semuanya sama yaitu para Ruma Tauwi dan
Manian di Marga Marasabessy Soa Putiiman
Upuana akan membuat makanan kering atau
dan Marasabessy Soa Nurlembe. Karena di
kue-kue (Tamelan) yang telah ditentukan
acara ini semua masyarakat dilibatkan apada
jumlahnya sesuai dengan rezeki yang didapat
acara puncak tradisi Manian di marga Marga
pada tahun ini untuk dibawa kerumah adat
Marasabessy.
Acara
Manian
diberbagai
pada sore hari atau selesai ba’da asar, tamelan
Tradisi
Manian
Soa
Nurelembe
ini akan diberikan kepada tamu undangan
dengan acaranya yaitu Manian Hala Totuwi
yang menghadiri acara Manian. Para ruma
(disebut makanan jasad atau kasar) yaitu nasi
Tauwi akan mengundang seluruh laki-laki
yang telah dimasak
yang telah berkeluarga dari marga lain di
kelapa yang akan dibagi kepad amarga lain di
Negeri Kailolo untuk menghadiri acara
waktu pagi hari,
Manian diruma adat marganya. Dalam acara
pelaksanaan Ma Usa Usala (menghitamkan
menggunakan santan
setelah Hala Totuwi ada
Tradisi Manian |127
muka) antara anak cucu Nurlembe dan anak
atau kembang keindahan. Pada sore hari para
cucu dari marga lain di siang hari, artinya
rumah
bahwa hidup di alam kasar (jasad) butuh
tamelan kerumah soa putiiman selanjutnya
perjuanganyang dipenuhi dengan tantangan
imam masjid, tokoh agama dan pata tetua adat
dan cobaan, pendekatannya adalah agama
membacakan barazanji, salawat, tahlilan dan
sebagai pengejuk.
do’a keslematan di rumah Soa puti iman.
tauwi
akan
membawa
berbagai
Pada sore harinya seperti marga lain
Pada malam hari aka nada bunga lilin
Rumah Touwi membawa berbagai macam
(kembang keindahan) yang akan diarak-
kue-kue dari hasil rezeki mereka ke rumah
arakkan dari ujung negeri kerumah tau
soanya, dan para rumah Touwi dari marga
putiiman, diantaranya kembang disangkut
akan datang mebacakan barzanji, salawat,
sejumlah uang yang namanya do’a selamat
tahlilan dan do’a keselamatan setelah itu
(makan
mereka pulang membawa tamaelan yang
dihantarkan oleh marga lain. Setelah acara
disajikan rumah tauwi Soa Nurlembe. Simbol
rumah lili ada satu perjalanan yang disebut
yang di pergunakan dalam merayakan acara
teuna urui (masuknya semua teon) dari semua
ritual
Manian di Ruma Tau Marasabessy
marga dengan bentuk alambang atau symbol
Nurlembe ini yang biasa di sebut makanan
dari setiap rumah tauw yang man setiap yang
Jasad Kasar atau Manian Hala Totui, antara
masuk Dipalamai (disambut) oleh perahu
lain:
rusukwakan
ruh
halus
atau
(lambang
jasad)
teon
yang
putiiman).
Pada saat melaksanakan Maulid
Kemudian oleh mereka dipanggil satu persatu
telah di laksanakan acara ritual pemotongan
sesuai dengan Rumah Tauw yang terlebih
ayam
untuk
dulu dating dan menetap membentuk rumah
melanjutkan acara Dulang Keluarga atau
Tauw mereka di negeri Kailolo untuk naik
Aha’u Guru pada malam harinya. Ma usa
atau masuk ke dalam panggung dengan
usala atau dengan bahasa Kailolo biasanya
berbagai tari-tarian adat dari masing-masing
disebut Menghitamkan Muka. Pembacaan
marga dengan bentuk-bentuk lambang atau
Berzanji yang dilakukan oleh semua marga
symbol dan cerita tentang asal usul marganya
dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad
yang
Saw atau yang biasa di sebut Manian, Aha’u
Putiiman.Adapun arti atau symbol dalam
Gur atau prosesi dulang keluarga atau
merayakan
mencari tau lebih dalam keturunan dari marga
Marasabessy Putiiman ini yang biasa di sebut
tersebut.
Kembang Keindahan atau Bunga Lilin yang
jantan
Tradisi
dengan
manian
maksud
Soa
Putiiman
dengan acaranya yaitu Manian Bunga Lilin
pada
disambut
acara
dasarnya
marga
ritual
Manian
Marasabessy
Manian
ini
di
sering
menampilkan berbagai macam tari-tarian dari
128 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 122‐131
berbagai macam marga dengan lambangnya
marga
ini
adalah
Boki
Aruut
yang
masing-masing sesudah pembacaan Berzanji
menceritakan tentang moyang mereka yang
dan tahlil pada umumnya, antara lain:
berasal dari putrid kayangan.
Manian pada Ruma Tau Putiiman
Ruma Tau Samal atau Tuaputty
biasanya di sebut Manian Bunga Lilin
dengan lambang Teon burung camar. tarian
(Kembang Keindahan). Ruma Tau Kawa atau
marga Tuaputty ini bernama tarian burung
Tuanany dengan lambang Teon Ular atau
camar yang menceritakan tentang nenek
disebut tuan tanah. Tarian dari marga ini
moyang mereka yang berasal dari pulau Nusa
bernama
bercerita
Laut yang berlayar ke Negeri Kailolo karena
tentang asal usul mereka. Tarian yang
tidak mau memeluk agama Kristen. Karena
dibawakan
mereka
hal itu, moyang mereka terkenal akan
menggunakan pakaian berwarna hitam dan di
kepandaian ilmu agama dan berbudi luhur.
bagian pinggang diselipkan bunga-bunga
Teon marga Marasabessy. Marasabessy
gadihu, sementara ada satu orang laki-laki
yang merupakan Urui Ha’a atau Rangkaian
dewasa memegang seekor ular dan perang
empat unsur. Dalam hal ini terpecah menjadi
yang di selipkan pada mulut ular dan di atas
dua yakni antara Nurlembe dan Putiiman.
kepala seorang perempuan ada bumbungan
Kisah cerita ini tertuang jelas dalam prosesi
rumah.
Ritual acara inti dari perayaan Manian, maka
tarian
cakalele
oleh
anak
yang
cucu
Ruma Tau Parentah atau Tuanaya dengan
lambang
Kepemimpinan. dinamakan
Teon
Tarian
Tarian
Ua
dari
Tongkat marga
Huhui
dalam hal ini kedudukan Marasabessy sebagai marga yang dihormati dalam hal Agama, (1)
ini
Rumah Tau Nurlembe atau Marasabessy
yang
Nurlembe dengan lambang Teon Lahatale
menceritakan tentang moyang mereka yang
atau
bernama Upu Seipati yang mendapatkan
menceritaka tentang moyang mereka adalah
Tongkat Kepemimpinan atau Raja di Negeri
seorang yang menyebarkan Agama Islam di
Kailolo. Ruma Tau Pari atau Usemahu
Uli Hatuhaha, (2) Rumah Tau Putiiman atau
dengan lambang Teon Anjing. Tarian marga
Marasabessy Putiiman dengan lambang Teon
ini bernama Kapitan Naga Yarimau yang
Rusukwakan. Yang menceritakan tentang
menceritakan tentang nenek moyang mereka
Moyang
yang bernama Upu Ismail Akipai Pariasa
menyebarkan
yang telah menjadi seorang Kapitan Di Uli
Nusantara yang menggunakan sebuah kapal
Hatuhaha. Ruma Tau Soharur atau Tuasamu
yang bernama Rusukwakan (Kapal yang tak
dengan
Sebagai
tertandingi dalam hal berlayar). Tarian ini
seseorang yang berbudi luhur. Tarian dari
dimainkan untuk menyambut para penari-
lambang
Teon
Naga.
Mahkota
Kebesaran.
mereka
yang
Agama
Tarian
berlayar Islam
di
ini
untuk Timur
Tradisi Manian |129
penari dari marga lain yang masuk pada acara
besaran, karna suda merupakan tanggung
Manian Bunga Lilin di marga Marasabessy
jawab bersama bagi anak cucu Negeri Kailolo
Putiiman. Tarian ini menggambarkan para
yang harus di laksanakan setiap tahunnya.
anak
cucu
atau
keturunannya
untuk
Dampak
tradisi
manian
dalam
menaikinya karena dipercaya bahwa kapal
kehidupan dalam kehidupan masayarakat
Rusukwakan ini membawa Keselamatan.
negeri kailolo meliputi (1) Sebagai suatu
Marga Ohorella, Mahu dan Tuatoy
bentuk acara yang di laksanakan untuk saling
tidak mempunyai symbol karena merupakan
memebagi rezeki dalam hal makanan bagi
marga ini tidak memiliki Teon sehingga
sesame
mereka tidak mempunyai tarian adat. (1)
Sebagai bentuk dorongan atau motivasi bagi
Marga Ohorella merupakan marga pendatang
yang telah berkeluaraga untuk tetap berusaha
dari Negeri Tulehu, marga ini memiliki arti
dan bekerja mencari rezeki agar mampu
pengorbanan dimana setiap orang harus
melaksanakan
berlaku
demi
Sebagai suatu acara untuk mengumpulkan
kepentingan orang banyak, dan (2) Marga
anak cucu turun temurun tanpa memandang
Mahu merupakan marga pendatang dari Nusa
kehidupan social masyarakat Negeri Kailolo
Mahu (Jawa), yang dating ke Kailolo untuk
yang berbeda-beda.
bijaksana,
berkorban
masyarakat
negeri
tradisi
Kailolo,
maninan,
dan
(2)
(3)
menyebarkan Agama Islam, dan (3) Marga Tuatoy atau sering dikenal dengan sebutan
E. Kesimpulan Beberapa
marga Pikal yang berasal dari Pulau Seram yang berartikan totalitas. Tradisi manian di
temuan
lapangan
dapat
disimpulkan bahwa bentuk Tradisi Manian
rayakan oleh marga marasabessy putiiman.12
dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad
Dampak Perayaan Tradisi Manian Bagi
Saw pada umumnya sama, hanya saja Tradisi
Masyarakat Manian bagi masyarakat Negeri Kailolo adalah sebuah tradisi adat yang sudah dilakukan sejak dulu kala, dalam perayaan Manian tidak ada yang namanya unsur keterpaksaan, maka dari itu apabila ada ke sanggupan dari masing-masing orang maka Hukumnya Wajib untuk dilaksanakan baik secara sederhana maupun secara beasar-
Manian
yang
di
rayakan
12
Wawancara bapak Mukty Marasabessy, pada tanggal 18 Januari 2014
Marga
Marasabessy terbagi atas dua yakni Manian Hala Totui dan Manian Bunga Lilin. Manian Hala Totui atau Makanan Jasad sedangkan Bunga
Lilin
atau
Kembang
Keindahan.Manian hala totui di laksanakan oleh
Marsasabessy
Nurlembe
sedangkan
Manian bunga lilin di laksanakan oleh Marasabessy Putiiman. Dampak Manian
pada
untuk mempererat
Silaturahim antara warga Negeri Kailolo. Selain itu ada pula dampak sosial yakni saling
130 | DIALEKTIKA, Vol. 8, No. 1, Januari Desember 2014, hlm. 122‐131
peduli untuk berbagi antar warga. Prosesi adat Maulid Nabi Muhammad Saw atau Manian sejak dulu tetap ada dan di pertahankan oleh warga Negeri Kailolo, baik yang ada di Negeri Kailolo maupun yang berada di luar Negeri Kailolo. Hal ini di buktikan dengan setiap tahunnya di adakan prosesi Manian yang bertepatan dengan bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw yakni bulan Rabiul Awal yang dilaksanakan pada setiap Ruma Tau yang terdapat di Negeri Kailolo. Dari kesimpulan penelitian ini, maka peneliti sarankan beberapa hal, di antaranya: Bagi masyarakat Negeri Kailolo kebiasaan atau tradisi ini mestinya di pertahankan, mengingat sangat bermanfaat bagi masyarakat Negeri Kailolo dalam hal ini mempertahankan silaturahmi, dan mengingat tradisi manian memiliki keuntungan bagi masyarakat negeri kailolo serta sangat berimplikasi positif terhadap proses komunikasi, silaturahmi serta kerja sama maka sangat penting kearifan lokal ini selalu di lestarikan dan di kembangkan.
Koentjaraningrat, Manusia Dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Djambatan.2010. -------, Pengantar Ilmu Antropologi, Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta.2009. Mayor Polak, Sosiologi Suatu Pengantar. Cet. I; Balai Buku Ikhtiar, Jakarta 1966. Muhammad, Prof.Abdulkadir, Ilmu Sosial Budaya Dasar, Edisi Revisi, Bandung: Citra Adtya Bakti.2011 Raga Maran, Rafael, Manusia Dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: Rineka Cipta.2007 Ritzer, George, Teori Sosiologi, Edisi Kedelapan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012 Sutrisno, Mudji dan Hendar Putranto, Teoriteori Kebudayaan, Yogyakarta: Kanisius.2005 Watloly, DKK, Menggali Sejarah dan Kearifan Lokal Maluku, Maluku: Paramadina.2012 Wakano Abidin,“Maluku dan Keindahan Sejarahnya, Harmoni Kehidupan Masyarakat Maluku Yang Berbasis Kearifan Lokal”, dalam Josep Antonius Ufi, Menggali Sejarah Dan Kearifan Lokal Maluku. Maluku: Paramadina, 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Kailolo,_Haruku, _Maluku_Tengah, diakses pada tgl 12/12/2013 https://www.facebook.com/notes/muhammadkhanafi/dasar-hukum-pelaksanaanperingatan-maulid-nabi-muhammadsaw/213956468765344. Di akses pada 16 September 2013 pukul 22:08.
DAFTAR PUSTAKA Haw, Wijaya. Pemerintahan Desa Atau Marga; cet.III, Jakarta:PT.Raja Grafindo. 2003. Jones, Pip, Pengantar Teori-teori Sosial dari Teori Fungsionalisme hingga Postmodernisme, jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2009. Kaplan, David dan Robert A. Manners, Teori Budaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012. Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia.1985. Tradisi Manian |131
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AMBON FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH Jl. Dr. H. Tarmizi Taher Kebu n Cengkih Batu Merah atas Ambon 97128 Tlp. (0911) 344816-Fax. (0911) 344315