Tikus Belang “Hai Kidu!” Ya, tikus putih bermata merah delima itu tentunya memanggilku. Kidu, si tikus belang yang sudah terkenal sebagai penghayal akut di kerajaan Tikustopia ini. Para ibu-ibu bilang aku adalah tikus terseksi dengan warna bulu hitam putih, karna itulah aku di juluki tikus belang. Kata ayahku yang juga seorang koki terkenal di kerajaan ini, dulu ibuku sewaktu mengandungku, ia sangat suka memakan sup tomcat, mungkin karna 1
itulah aku terlahir sebagai satu-satunya spesies tikus terbelang di jagad kerajaan dapur Tikustopia. Aku ini bukan sembarang tikus yang kerap dijadikan mascot andalan para pejabat korupsi. Kurang ajar sekali mereka ini! Bangsaku adalah bangsa yang berilmu dan jujur, mana level kami melakukan kegiatan penggelapan uang atau kegiatan yang dengan mudah meraup uang rakyat tanpa sepengetahuan para rakyatnya sendiri. Manusia memang sangat mengenaskan. Aku ceritakan juga bahwa tikus-tikus Tikustopia adalah tikus yang cerdas. Kami selalu membaca Koran-koran yang dilempar begitu saja oleh om Adi (pemilik rumah) ke dalam almari yang kami singgahi. Tak jarang kami juga menemukan buku-buku sejarah yang membuat kami tahu seperti apa perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaannya dari tangan para penjajah. Tapi aneh, dari bacaan yang sangat ngeri itu kenapa malah sekarang warga pribumilah yang menjajah bangsa manusia ini. Mereka ini benar-benar tidak bisa berfikir logis,
hanya uang dan harta juga tahta saja yang mereka dengar. Bagaimana negara ini bisa maju? Mereka hanya bisa saling berebut, contohlah kami, kami selalu saling berbagi ketika ada makanan ataupun ilmu-ilmu yang tidak sengaja masuk kedalam almari. Aku jadi ingat betapa kejamnya manusia pada kaum kami yang tidak pernah mau mencoba mengganggu kehidupan mereka. Ketika kami tidak sengaja lewat di depan tivi atau hanya memperlihatkan ekor kami disamping kulkas, mereka langsung menerkam kami habis-habisan. Ayahku pernah bercerita tentang kakekku yang tewas karna ulah manusia. Saat itu kakekku bersi keras untuk numpang nonton tivi demi melihat penobatan SBY sebagai presiden Indonesia. Tapi apa! Baru saja kakek lewat di depan almari tivi, om Adi sudah menyuruh tom kurus kucing kesayangan mereka untuk mengejar kakek, karna kakek memang sudah tua dan larinya tidak segesit aku saat ini, maka ia berhasil di telan begitu saja oleh kucing busuk sialan itu! Aku sangat benci warna bulunya coklat putih dan matanya yang
hijau seperti bayam busuk, ia tak lebih dari sekedar kucing bodoh yang menertawai bayangannya sendiri dari kaca yang ada di depannya. “Ah! Tidak, kejadiannya tidak seperti itu.” “Tapi dengar-dengar ia berniat untuk bunuh diri.” Aku mendengar percakapan itu dari kumpulan tikus-tikus yang tengah berkumpul di istana. Ada yang aneh, sepertinya mereka tengah menceritakan kronologi tentang kematian seekor tikus. Hingga akhirnya Bisma anak buah Raja Brahma (Raja Tikustopia) mulai berpidato di atas mimbar. “Perhatian semua! Seperti yang sudah kita dengar bahwa salah satu putra mahkota kita tewas di tangan tom kurus. Pangeran Rowman , tikus putih bermata merah delima yang sangat di dambakan oleh tikus-tikus betina. Dan untuk lebih jelas lagi, bahwa Rowman tidak punya niat untuk bunuh diri, tapi menurut saksi mata ia sedang
menunjukkan keberaniannya sekaligus membuktikan cintanya pada seekor tikus betina yang tidak bisa kami sebutkan namanya. Karna itu ia menghadap tom kurus, tapi apa daya, pengeran yang bertubuh mungil dan imut-imut itu malah tertelan oleh tom kurus dengan sangat sadis. Karna itulah, mari kita hormati keberaniannya yang mengatas namakan cinta sejati. Mari menundukkan kepala sejenak utuk mengenang segala kebaikan Nya sekaligus mengantar doa kepadanya agar Yang Kuasa menerima dengan baik beliau di sisiNya.” Isak tangis para gadis-gadis tikus tak terbendung lagi. Ada yang hingga pinsan dan terus menyebut-nyebut nama si Rowman tikus malang itu. Apa? Tikus malang? Aku pikir dia adalah tikus terbodoh yang pernah menjadi pangeran muda di kerajaan ini. Mati karna cinta sejati, omong kosong. Pejantan idiot mana yang mau mati hanya karena cinta? Dia telah dibodohi oleh seekor betina yang menyuruhnya untuk memuja cinta. Lalu mau begitu saja mati dicincang tom kurus
kucing jelek, bau dan berkutu itu. Aku lebih baik menjadi dinasaurus dari pada harus melakukan kegiatan bodoh seperti pangeran malang itu. Ah, tikus-tikus ini terlalu banyak membaca Ramayana, dimana sinta dengan berani memasukkan diri dan beserta nyawanya kedalam kobaran api yang panas, dan Sinta mengatas namakan cinta yang suci dan sejati, karena itulah ia tidak bisa mati dan malah kembali ke bumi tanpa luka sedikitpun. Ini hanya dongeng, tidak realistis! Kalaupun nyata pastinya Sinta adalah sosok yang memiliki sihir tertentu sehingga tubuhnya kebal terhadap suhu panas. Mereka ini sama saja dengan penghayal dan lupa kenyataan. “Kidu, kamu harus menjadi koki kerajaan setelah ayah pension nanti.” “Tidak usah ayah, aku hanya ingin menjadi tentara di pasukan keamanan kerajaan.” “Tapi Kidu, menjadi tentara itu sangat berbahaya, nyawa adalah tawaranya. Lebih
baik kamu menjadi bagian kerajaan yang lebih aman saja.” “ Tapi ayah, aku ingin melindungi kerajan ini dari para manusia dan juga peliharan mereka yang bodoh dan bau. Aku juga ingin menyampaikan bahwa kita juga bisa melawan manusia jika kita bersatu nanti. Setela itu tidak akan ada korban yang seenaknya saja di bunuh oleh keluarga om Adi, ingat ayah kita lebih dulu tinggal di tempat ini, apakah manusia tidak bisa hidup berdampingan dengan makhluk lain? Apakah manusia memang tercipta sebusuk itu? Kita tidak pernah berniat untuk mengusik mereka bukan.” “Iya, ayah tahu, tapi kamu juga harus paham bahwa sampai kapanpun kita dan manusia tidak bisa saling bersama, mereka hanya akan menjerit ketika melihat kita, lalu memukul kita dengan tongkat baseball seperti yang mereka lakukan saat membunuh ibumu. Kita harus jaga jarak dengan mereka bukan malah hidup berdampingan dengan mereka.”
“Sampai kapan ayah, kitalah yang akan punah nantinya, bukan mereka!” Akupun meninggalkan ayah di dapurnya. Ia tidak menanggapi omonganku, diam menatap ekor yang kebetulan hanya berwarna hitam itu hilang dari ujung pintu dapur. Mungkin ia sedang menggerus rasa kecew a terhadap anak sepertiku. Tapi inilah apa yang aku pikirkan tentang kerajan yang harus bisa hidup aman dan damai tanpa ada manusia yang mengancam keberadaan kami. Apa yang bisa kulakukan, setelah perbedaan pendapat dengan ayah dan berdebat tak berujung di dapur atau ruang keluarga, aku hanya bisa kemari. Ke tempat yang kurasa sangat aman dari kejaran manusia. Di atap rumah. Dimana aku bisa memandangngi perkotaan yang sangat sibuk dengan kendaraan bermesinnya. Gedunggedung yang sudah pasti ada ribuan tikus yang bersemayam di loteng mereka. Pohonpohon yang terlihat hijau dari arahku memandang mereka, juga sawah yang menguning dan para petani sedang memanennya. Mungkin tikus sawah sedang
asik berpesta dengan hasil bumi itu. Ah, tidak juga, dari Koran yang ku baca para manusia meracuni tikus-tikus itu agar tidak memakan padi-padi yang mulai menjadi beras. Kasian mereka, selain berlindung dari kejaran ular mereka juga harus di basmi oleh manusia. Tapi itu juga salah mereka, mengapa mereka seenaknya saja mencuri tanaman yang susah payah di tanam manusia. Aku sudah bilang, aku ngin membuat tikus dan manusia saling hidup berdampingan tanpa ada yang merasa di rugikan. Hanya itu yang kupikirkan sekarang, dulu dan mungkin selamanya. “Kabar buruk! Semua rakyat Tikustopia berkumpul di istana sekarang juga!” Perintah Bisma. Mungkin akan ada berita kematian lagi, atau mungkin pihak manusia mengajak berdamai, ah yang ini hanya khayalanku saja. Pasti ini berita buruk untuk keselamatan para rakyat.
“Tenang semua.” Suara yang sangat berwibawa dari Raja Brahma yang sudah berdiri di atas mimbar. “Sudah, jangan panic, sang Raja akan menyampaikan sesuatu.” Kata Bisma. Kini para rakyat yang tadinya sibuk mengoceh tentang kepanikan mulai tenang dan menunggu sang Raja berbicara.