1.
Pengaruh Tepid Sponge terhadap Penurunan Suhu Tubuh dan Kenyamanan pada Anak yang Mengalami Demam
2.
Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Derajat Neuropati Diabetikum
3.
Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi Ibu Hamil dengan Status Gizi pada Ibu Hamil di BPM Wilayah Kerja Puskesmas Gisting Lampung Tahun 2015
4.
Gambaran Skala Nyeri Haid pada Usia Remaja
5.
Hubungan Berat Badan Lahir dengan Rupture Perineum Persalinan Normal Primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis
6.
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Kebersihan Tangan Petugas Kesehatan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2014
7.
Hubungan antara Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Discharge Planning di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk. II Dustira Cimahi
8.
Kualitas Hidup pada Pasien Tuberkulosis Paru Berdasarkan Aspek Kepatuhan Terhadap Pengobatan di Puskesmas Padasuka Kota Bandung
9.
Gambaran Tingkat Kecemasan Remaja Putri pada Saat Menstruasi di SMA Muhammadiyah 1 Kota Bandung
10.
Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Masyaraka Terhadap Pencegahan Penyakit Filariasis di RW 13 Kelurahan Dangdeur Wilayah Kerja Puskesmas Sukarahayu Kabupaten Subang
Tia Setiawati, Yeni Rustina, Kuntarti
Afrieani Deasy
Apri Sulistianingsih, Desi Ari Madi Yanti, Evi Agustina
Rahayu Savitri
Neli Sunarni
Lia Nugraha, Iyus Yosef
Kiki Rizki Octaviani, Dadang Darmawan
Suci Tuty Putri
Mulyanti
Upik Rahmi, Saeni
Volume 2 | Nomor 2 | Desember2015
DEWAN REDAKSI
JURNAL KEPERAWATAN ‘AISYIYAH (JKA) Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015 Pelindung: Ketua STIKes ‘Aisyiyah Bandung
Penanggung Jawab: Reyni Purnama Raya, SKM., M.Epid. Ketua: Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO.
Sekretaris/Setting/Layout: Aef Herosandiana, S.T., M.Kom. Bendahara: Riza Garini, A.Md.
Penyunting/Editor : Perla Yualita, S.Pd., M.Pd. Triana Dewi S, S.Kp., M.Kep
Pemasaran dan Sirkulasi : Nandang JN., S.Kp., M.Kep.,Ns., Sp.Kep., Kom.
Mitra Bestari : Dewi Irawati, MA., Ph.D. Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D. DR. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. Iyus Yusep, S.Kp., M.Si., MN. Irna Nursanti, M.Kep., Sp. Mat. Erna Rochmawati, SKp., MNSc., M.Med.Ed. PhD. Mohammad Afandi, S.Kep., Ns., MAN.
Alamat Redaksi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269 E-mail:
[email protected]
DAFTAR ISI
1.
Pengaruh Tepid Sponge terhadap Penurunan Suhu Tubuh dan Kenyamanan pada Anak yang Mengalami Demam
2.
Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Derajat Neuropati Diabetikum
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Tia Setiawati, Yeni Rustina, Kuntarti ..............................................................................................
1-9
Afrieani Deasy .........................................................................................................................................
11 - 16
Apri Sulistianingsih, Desi Ari Madi Yanti, Evi Agustina ............................................................
17 - 24
Rahayu Savitri ............................................................................................................................................
25 - 29
Neli Sunarni .................................................................................................................................................
31 - 40
Lia Nugraha, Iyus Yosef ...........................................................................................................................
41 - 47
Kiki Rizki Octaviani, Dadang Darmawan .......................................................................................
49 - 59
Suci Tuty Putri ............................................................................................................................................
61 - 67
Mulyanti .......................................................................................................................................................
69 - 77
Upik Rahmi, Saeni .....................................................................................................................................
79 - 84
Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi Ibu Hamil dengan Status Gizi pada Ibu Hamil di BPM Wilayah Kerja Puskesmas Gisting Lampung Tahun 2015 Gambaran Skala Nyeri Haid pada Usia Remaja
Hubungan Berat Badan Lahir dengan Rupture Perineum Persalinan Normal Primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Kebersihan Tangan Petugas Kesehatan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2014 Hubungan antara Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Discharge Planning di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk. II Dustira Cimahi
Kualitas Hidup pada Pasien Tuberkulosis Paru Berdasarkan Aspek Kepatuhan Terhadap Pengobatan di Puskesmas Padasuka Kota Bandung Gambaran Tingkat Kecemasan Remaja Putri pada Saat Menstruasi di SMA Muhammadiyah 1 Kota Bandung
10. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Masyaraka Terhadap Pencegahan Penyakit Filariasis di RW 13 Kelurahan Dangdeur Wilayah Kerja Puskesmas Sukarahayu Kabupaten Subang
JKA.2015;2(2): 1-9
ARTIKEL PENELITIAN
PENGARUH TEPID SPONGE TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH DAN KENYAMANAN PADA ANAK YANG MENGALAMI DEMAM
ABSTRAK
Tia Setiawati1, Yeni Rustina2, Kuntarti2
Demam menyebabkan rasa tidak nyaman pada anak. Salah satu penatalaksanaan demam adalah dengan pemberian antipiretik dan kompres. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian antipiretik disertai tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan anak. Desain yang digunakan adalah quasi experimental preposttest non equivalen control group. Jumlah sampel 50 responden dengan karakteristik umur rata-rata usia sekolah sebanyak 64%, 86% anak didampingi oleh orang tua, 58% anak dirawat di ruangan dengan alat pendingin ruangan. Suhu air hangat berkisar 30o-35oC. Pengukuran dilakukan dengan melihat penurunan suhu tubuh dan tingkat kenyamanan sebelum intervensi dan 60 menit setelah intervensi. Kesimpulan didapatkan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam penurunan suhu tubuh antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p=0.21), serta tidak ada perbedaan yang bermakna dalam tingkat rasa nyaman antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p=0.21) setelah 60 menit intervensi. Walaupun secara statistik tidak ada perbedaan bermakna, tetapi kelompok yang mendapat antipiretik disertai tepid sponge mengalami penurunan suhu yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang mendapat antipiretik saja. Implikasi keperawatan yang dapat direkomendasikan adalah pemberian antipiretik disertai tepid sponge dapat dijadikan intervensi untuk menurunkan demam dan meningkatkan rasa nyaman pada anak terutama pada anak usia sekolah. Implikasi penelitian diharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang pelaksanaan tepid sponge dengan jumlah sampel yang besar, pembatasan umur, dan variabel-variabel perancu lain seperti lingkungan eksternal guna mendapatkan bukti ilmiah dengan tepat terkait dengan perawatan yang atraumatic care pada anak yang menderita demam. Kata kunci: tepid sponge, demam, nyaman, anak. Abstract
Fever cause discomfort for children and anxiety for their parents. This study was conducted to find the effect of tepid sponge plus antipyretic administering to reduce body temperature and children comfort. Quasi experimental study with pre-posttest nonequivalent control groups design was selected. Samples were 50 children. Measurement was taken by looking at body temperature reducing and level of comfort before treatment; measurement was taken 30 minutes after first one. There was significant reducing body temperature and level of comfort before and after treatment (p=0.000, α=0.05). Conclusion said that there were not different significantly between intervention and control groups (p=0.05, α=0.05). However, tepid sponge plus antipyretic more effective than administering antipyretic only. Implication to nursing practice is that tepid sponge plus antipyretic can be recommended treatment to reduce body temperature and increase level of comfort mainly for school age children. Next research was suggested to increase sample size, strict on age, confounding variable as external environment to get stronger evident in associated with a traumatic care for children suffering fever. Keywords: tepid sponge, fever, comfortable, child. 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Bandung 2 Universitas Indonesia
PENDAHULUAN
Demam merupakan tanda klinis suatu
1
penyakit pada anak. Gangguan kesehatan ini sering dihadapi oleh tenaga kesehatan. Secara
2
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
tradisional, demam diartikan sebagai kenaikan suhu tubuh diatas normal. Orang tua banyak yang menganggap demam berbahaya bagi kesehatan anak karena dapat menyebabkan kejang dan kerusakan otak (Avner, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Winarno (2002) mencantumkan tingkat prevalensi demam di masyarakat Lombok sebanyak 24,8 %. Selama satu hari observasi di ruang rawat anak Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung, terdapat 13 anak menderita demam dari 15 anak yang sedang dirawat. Sampai saat ini, penulis belum menemukan angka kejadian demam secara nasional.
Pengobatan demam dilakukan dengan pemberian antipiretik, manajemen cairan, pemakaian pakaian yang tipis, dan tepid sponge. Acetaminophen, merupakan salah satu antipiretik yang sering digunakan, akan menurunkan demam setelah 2 jam pemberian (Plaisance & Mackowiak, 2000). Di India, suatu penelitian menunjukkan bahwa pemberian antipiretik yang disertai tindakan tepid sponge dapat menurunkan suhu lebih cepat dibandingkan dengan pemberian antipiretik saja (Thomas, et al., 2009).
Totapally (2005) menjelaskan bahwa tepid sponge jika dilakukan dengan benar akan sangat efektif menurunkan demam dengan cepat. Akan tetapi, efek tepid sponge selain menurunkan suhu tubuh, juga menyebabkan vasokonstriksi pada awal prosedur. Vasokonstriksi ini menyebabkan anak merasa kedinginan bahkan sampai menggigil, terutama jika tidak dikombinasikan dengan antipiretik. Selain tidak nyaman, tepid sponge juga meningkatkan laju metabolisme dan konsumsi oksigen. Hal ini, tidak hanya fisik pasien yang mengalami gangguan, akan tetapi psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan pasien terganggu juga. Oleh karena itu, perawat perlu mempertimbangkan asuhan keperawatan yang komprehensif, meliputi fisik, sosiokultural, JKA | Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015
lingkungan, dan psikospiritual (Kolcaba, 2007). METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan disain Quasi Experimental dengan jenis rancangan PretestPosttest Non Equivalent Control Group Design. Kegiatan tepid sponge dilaksanakan selama 20 menit untuk setiap partisipan di kelompok intervensi. Pengukuran suhu tubuh (pre-test) sebelum diberikan antipiretik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan untuk memperoleh data dasar suhu tubuh. Kelompok intervensi diberikan obat antipiretik (parasetamol atau ibuprofen) dan tepid sponge. Tepid sponge
dilakukan segera setelah anak diberi minum obat antipiretik. Kegiatan evaluasi (post-test) pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan pada menit ke-60 setelah pemberian antipiretik untuk mengukur penurunan suhu dan tingkat kenyamanan. Hasil sebelum dan sesudah intervensi dibandingkan.
Instrumen untuk mengukur skala kenyamanan merupakan adaptasi dari comfort daisies Kolcaba (2000). Instrumen tersebut bergambar bunga daisi yang terdiri dari 4 ekspresi. Ekspresi bunga tersebut menunjukkan tingkat kenyamanan, yaitu ekspresi menangis (1) menunjukkan sangat tidak nyaman, wajah sedih (2) menunjukkan tidak nyaman, ekspresi senyum (3) menunjukkan nyaman, dan ekspresi tertawa (4) menunjukkan kondisi sangat nyaman. Daftar tilik tepid sponge diadaptasi dari tahap-tahap pelaksanaan tepid sponge yang direkomendasikan oleh Rosdahl dan Kowalski (2008). Daftar tilik disusun untuk persamaan persepsi antara peneliti dan asisten peneliti. HASIL PENELITIAN a. Umur
Pengaruh Tepid Sponge terhadap Penurunan Suhu Tubuh dan Kenyamanan pada Anak yang Mengalami Demam
Responden penelitian ini berumur antara 3 – 9 tahun dengan rata-rata umur anak 6 tahun. Selanjutnya pada keyakinan 95% estimasi umur anak berada pada rentang 5,1 – 6,8 tahun. Analisis lebih lanjut dapat diketahui bahwa nilai Kolmogorov Sminov 0,18 dengan bentuk kurva normal dan rasio perbandingan nilai skewnes dengan standar error adalah -0,29 sehingga distribusi umur anak pada penelitian ini adalah normal.
b. Dukungan sosial
Dukungan sosial didapatkan dari orang tua dan orang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi terdapat 80 % anak mendapat dukungan sosial dari orang tua. Dukungan sosial pada kelompok kontrol sebesar 92 % dari ibu.
c. Status ekonomi
Status ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelas perawatan yang dibagi dalam kelas VIP, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Fasilitas pelayanan perawatan untuk kelas VIP sampai kelas 2 adalah ruang perawatan memiliki alat pendingin, sedangkan kelas 3 tidak memiliki alat pendingin.
d. Antipiretik
Obat antipiretik dalam penelitian ini adalah parasetamol dan ibuprofen. Parasetamol merupakan antipiretik yang serng direkomendasikan untuk menurunkan demam. Kedua obat antipiretik ini termasuk dalam obat antipiretik nonsteroid. Demam akan turun setelah 30 menit pemberian obat antipiretik jenis ini.
e. Tepid sponge
Tepid sponge merupakan salah satu cara metoda fisik untuk menurunkan demam yang bersifat non farmakoterapi. Tehnik ini
3
dilakukan dengan melakukan kompres air hangat di seluruh badan anak. Suhu air untuk kompres antara 30o-35oC.
f. Perbedaan suhu tubuh sebelum dan setelah dilakukan tepid sponge disertai pemberian antipiretik pada kelompok intervensi
Terdapat perbedaan suhu sebelum dan setelah intervensi (tepid sponge disertai pemberian antipiretik) pada pengukuran pertama (10 menit setelah selesai tepid sponge disertai pemberian antipiretik) dan pengukuran kedua (30 menit setelah pengukuran pertama) dengan p value 0,000. Terdapat perbedaan suhu setelah 10 menit selesai dilakukan tepid sponge dan 30 menit setelah pengukuran pertama , dengan p value 0,000.
g. Perbedaan suhu tubuh sebelum dan setelah diberikan antipiretik pada kelompok kontrol
Terdapat perbedaan suhu sebelum dan setelah pemberian antipiretik pada pengukuran pertama (30 menit setelah pemberian antipiretik) dan pengukuran kedua (60 menit setelah pemberian antipiretik) dengan pvalue 0,000. Terdapat perbedaan suhu setelah 30 menit setelah pemberian antipiretik dan pengukuran kedua (60 menit setelah pemberian antipiretik) dengan pvalue 0,000.
h. Perbedaan tingkat kenyamanan sebelum dan setelah tepid sponge disertai pemberian antipiretik pada kelompok intervensi
Terdapat perbedaan tingkat kenyamanan sebelum dan setelah tepid sponge disertai pemberian antipiretik dengan p value 0,000. Rata-rata nilai kenyamanan pada kelompok intervensi sebelum perlakuan sebesar 1,84 (tidak nyaman berdasarkan skala daisies) dengan standar deviasi 0,55. Rata- rata nilai kenyamanan kelompok intervensi setelah mendapat perlakuan adalah 2,84 (nyaman) JKA | Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015
4
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
dengan standar deviasi 0,55. Terdapat peningkatan satu tingkat rasa nyaman dari sebelum ke setelah tindakan. Peningkatan rasa nyaman pada penelitian ini dapat dipengaruhi oleh suhu air yang hangat (30o-35oC) dan suhu kamar yang cukup hangat (26o-28oC).
i. Perbedaan tingkat kenyamanan sebelum dan setelah pemberian antipiretik pada kelompok kontrol
Terdapat perbedaan tingkat kenyamanan sebelum dan setelah pemberian antipiretik dengan p value 0,000. Nilai rata-rata tingkat kenyamanan sebelum pemberian antipiretik pada kelompok kontrol adalah 1,8 (tidak nyaman) dengan standar deviasi 0,71. Nilai rata-rata tingkat kenyamanan setelah pemberian antipiretik pada kelompok kontrol sebesar 2,6 (nyaman) dengan standar deviasi 0,76.
j. Pengaruh tepid sponge disertai pemberian antipiretik terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan anak
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata selisih penurunan suhu tubuh pada kelompok intervensi, sebelum dan setelah tepid sponge disertai pemberian antipiretik adalah 0,97oC dengan standar deviasi 0,42oC. Rata-rata selisih penurunan suhu tubuh pada kelompok kontrol, sebelum dan setelah pemberian antipiretik adalah 0,83oC dengan standar deviasi 0,54oC. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam penurunan suhu tubuh sebelum dan setelah intervensi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0,29; α=0,05). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa rata-rata selisih suhu dua kelompok dalam kelompok intervensi sebesar 0,53oC dengan standar deviasi 0,39oC. Pada kelompok
JKA | Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015
kontrol, rata-rata selisih suhu dua kelompok dalam kelompok kontrol adalah 0,36oC dengan standar deviasi 0,31oC. Analisis hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan tidak ada perbedaan selisih ratarata penurunan suhu tubuh yang bermakna (p = 0,08; α=0,05). Berdasarkan nilai rata-rata selisih suhu dalam kelompok tersebut, maka kelompok intervensi memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Mengacu ke nilai tersebut, menunjukkan bahwa pemberian antipiretik disertai tepid sponge lebih efektif menurunkan demam dibandingkan dengan pemberian antipiretik saja. Nilai rata-rata tingkat kenyamanan sebelum tepid sponge disertai pemberian antipiretik pada kelompok intervensi adalah 1,84 (tidak nyaman) dengan standar deviasi 0,55. Nilai rata-rata tingkat kenyamanan sebelum pemberian antipiretik pada kelompok kontrol sebesar 1,8 (tidak nyaman) dengan standar deviasi 0,71. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam tingkat kenyamanan sebelum intervensi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0,82; α=0,05).
Nilai rata-rata tingkat kenyamanan setelah tepid sponge disertai pemberian antipiretik pada kelompok intervensi adalah 2,84 (nyaman) dengan standar deviasi 0,35. Nilai rata-rata tingkat kenyamanan setelah pemberian antipiretik pada kelompok kontrol sebesar 2,6 (nyaman) dengan standar deviasi 0,76. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam tingkat kenyamanan sebelum intervensi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0,21; α=0,05). Jika dilihat dari pvalue, tampak tidak adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dalam penurunan suhu tubuh dan tingkat kenyamanan.
Pengaruh Tepid Sponge terhadap Penurunan Suhu Tubuh dan Kenyamanan pada Anak yang Mengalami Demam
PEMBAHASAN Responden penelitian ini berumur antara 3 - 9 tahun dengan rata-rata umur anak 6 tahun. Selanjutnya pada keyakinan 95% estimasi umur anak berada pada rentang 5,1-6,8 tahun. Usia penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Thomas, et al. (2008). Dalam penelitian tersebut dilibatkan responden dari usia 6 bulan sampai 12 tahun. Pada penelitian-penelitian diatas mempunyai asumsi bahwa umur dimungkinkan dapat mempengaruhi penurunan suhu dan tingkat kenyamanan. Tujuan pembatasan umur ini untuk mengurangi bias penelitian yang disebabkan oleh karakteristik responden yang tidak sama.
Dukungan sosial didapatkan dari orang tua. Sebagian besar responden (86%) yang mengalami demam dan dirawat mendapat dukungan sosial dari orang tuanya. Hal ini sesuai dengan filosofi perawatan anak yang berpusat pada keluarga.
Hasil data yang didapatkan peneliti adalah 86% anak dirawat dan ditunggui ibunya selama dirawat di rumah sakit. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jalil, et al. (2007). Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa pendukung utama anak saat sakit adalah ibu. Pengetahuan dan kecemasan ibu mempengaruhi manajemen demam yang akan diterima oleh anak (Jalil, et al., 2007; Crocetti, Moghbeli, & Serwint, 2001). Status ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelas perawatan yang dibagi dalam kelas VIP, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Fasilitas pelayanan perawatan untuk kelas VIP sampai kelas 2 adalah ruang perawatan memiliki alat pendingin, sedangkan kelas 3 tidak memiliki alat pendingin. Lingkungan eksternal ini mempengaruhi proses konduksi, konveksi, dan evaporasi individu. Kondisi ini dapat mempercepat
5
atau memperlambat proses penurunan suhu (Guyton & Hall, 1997).
Obat antipiretik dalam penelitian ini adalah jenis antipiretik non steroid. Parasetamol merupakan antipiretik yang sering direkomendasikan untuk menurunkan demam (Thompson, H.J., Kirkness, C.J., & Mitchell, P.H., 2007; Meremikwu, M. & Oyo-Ita, A., 2009). Anak demam yang kemudian mendapat antipiretik, mengalami penurunan suhu ratarata sebesar 0,36oC pada 30 menit setelah pemberian antipiretik. Antipiretik bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin di hipotalamus anterior yang meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen. Hipotalamus merupakan termoregulator yang bertugas sebagai pusat pengaturan suhu. Jika produksi prostaglandin menurun maka akan merangsang penurunan suhu tubuh (Plaisance, 2000). Tepid sponge merupakan salah satu cara metoda fisik untuk menurunkan demam yang bersifat non farmakoterapi (Wang, D., Bukutu, C., Thompson, A., & Vohra, S., 2009). Tehnik ini dilakukan dengan melakukan kompres air hangat di seluruh badan anak. Suhu air untuk kompres antara 30o-35oC. Panas dari air kompres tersebut merangsang vasodilatasi sehingga mempercepat proses evaporasi dan konduksi, yang pada akhirnya dapat menurunkan suhu tubuh. Cara ini sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Alves, Almeida, dan Almeida (2008). Terdapat perbedaan suhu sebelum dan setelah intervensi (tepid sponge disertai pemberian antipiretik) pada 30 menit dan 60 menit setelah pemberian antipiretik. Penurunan ini terjadi di kedua kelompok responden. Akan tetapi, kelompok intervensi mengalami penurunan suhu yang lebih besar jika dibandingkan kelompok kontrol (p=0,000; α=0,05). Penelitian lain (Aksoylar, et al., 1997; JKA | Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015
6
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
Agbolosu, et al., 1997; Sharber, 1997; Bernath, Anderson, & Silagy, 2002; Thomas, et al., 2008; Carlton, kuipers-Chan, Coghlan, et al., 2001; Purssell, 2000; Axelrod, 2000) menunjukkan bahwa tindakan tepid sponge plus antipiretik lebih efektif menurunkan suhu tubuh dibandingkan pemberian antipiretik saja. Tepid sponge merangsang vasodilatasi, sehingga mempercepat proses evaporasi dan konduksi, dan antipiretik menghambat produksi prostaglandin, sehingga dapat menurunkan suhu tubuh (Alves, Almeida, dan Almeida (2008). Antipiretik berfungsi menghambat produksi prostaglandin, menyebabkan anak berkeringat dan vasodilatasi (Totapally, 2005). Antipiretik yang sering digunakan sebagai penurun panas adalah parasetamol (Thomas, et al. 2008), acetaminophen (Plaisance & Mackowiak, 2000; Tréluyer, et al. 2001), ibuprofen, naproxen, dipyron (Alves, de Almeida, & de Almeida, 2008) dan indomethacin. Ibuprofen merupakan antipiretik yang paling efektif menurunkan demam untuk anak usia 6 bulan lebih (Totapally, 2005). Fakta di lapangan, dari 50 anak, didapatkan 48 anak diberi parasetamol dan 2 anak mendapat ibuprofen. Terdapat perbedaan tingkat kenyamanan sebelum dan setelah intervensi di kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0,000; α=0,05). Pada 30 menit setelah intervensi, tingkat rasa nyaman kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian lain yang menjelaskan bahwa selama tepid sponge, terjadi penurunan suhu tubuh yang menginduksi vasokonstriksi periferal, yang merangsang respon menggigil, sehingga terjadi peningkatan produksi panas metabolic, yang pada akhirnya menyebabkan rasa tidak nyaman secara umum pada anak (Corrard, 2002; Carlton, et al., 2001). Penelitian lain (Meremikwu & Oyo-Ita, 2003; Corrard, 2002; Aksoylar, Aksit, & Caglayan, JKA | Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015
1997; Mahar, Allen, & Milligan, 1994; Sharber, 1997) menjelaskan bahwa anak mengalami rasa tidak nyaman selama tepid sponge. Pada anakanak usia muda yang mendapat tindakan tepid sponge, selama tepid sponge anak-anak cenderung menangis, dan rewel.
Berdasarkan nilai rata-rata selisih suhu dalam kelompok tersebut, maka kelompok intervensi memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Mengacu ke nilai tersebut, menunjukkan bahwa pemberian antipiretik disertai tepid sponge lebih efektif menurunkan demam dibandingkan dengan pemberian antipiretik saja. Hasil penelitian ini sesuai dengan Corrard, 2002; Carlton, et al., 2001; Meremikwu & Oyo-Ita, 2003; Aksoylar, Aksit, & Caglayan, 1997; Mahar, Allen, & Milligan, 1994; dan Sharber, 1997.
Jika dilihat dari uji statistik, tampak tidak adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dalam penurunan suhu tubuh dan tingkat kenyamanan. Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian terdahulu (Corrard, 2002; Carlton, et al., 2001; Meremikwu & Oyo-Ita, 2003; Aksoylar, Aksit, & Caglayan, 1997; Mahar, Allen, & Milligan, 1994; Sharber, 1997) yang menjelaskan bahwa pemberian antipiretik disertai tepid sponge lebih efektif menurunkan demam dan meningkatkan rasa nyaman pada anak dibandingkan dengan kelompok anak yang memperoleh antipiretik saja. Hasil penelitian ini, tidak jauh berbeda dengan hasil tinjauan sistematik yang dilakukan oleh Watts dan Robertson (2003). Tinjauan sistematik tersebut menganalisa 10 hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain. Hasil tinjauan penelitian tersebut menjelaskan bahwa tepid sponge memberikan sedikit keuntungan dalam menurunkan suhu tubuh dan peningkatan rasa nyaman jika dibandingkan dengan pemberian antipiretik saja. Tepid sponge direkomendasikan
Pengaruh Tepid Sponge terhadap Penurunan Suhu Tubuh dan Kenyamanan pada Anak yang Mengalami Demam
untuk kondisi klien yang mengalami demam tinggi dan memerlukan penurunan suhu sesegera mungkin untuk mencegah kerusakan sel-sel otak. Ditemukan bukti hasil penelitian yang terbatas, yang mendukung bahwa antipiretik dapat menurunkan angka kejadian kejang demam. Implikasi penelitian ini dalam asuhan keperawatan adalah pemberian antipiretik yang disertai tepid sponge dapat mempercepat penurunan suhu tubuh dan meningkatkan rasa nyaman pada anak usia sekolah dan pra sekolah dapat direkomendasikan sebagai cara menurunkan demam. Penelitian ini tidak menunjukkan cukup bukti bahwa tepid sponge mengakibatkan anak menggigil dan mengalami gangguan rasa nyaman. SIMPULAN
1. Terdapat perbedaan yang bermakna antara suhu tubuh sebelum dan setelah diberikan antipiretik disertai tepid sponge pada kelompok intervensi pada menit ke 10 setelah periode tepid sponge (menit ke-30 setelah pemberian antipiretik) dan pada menit ke 30 setelah pengukuran pertama (menit ke 60 setelah pemberian antipiretik). 2. Terdapat perbedaan yang bermakna antara suhu tubuh sebelum dan setelah diberikan antipiretik pada kelompok kontrol pada menit ke 30 setelah pemberian antipiretik dan pada menit ke 60 setelah pemberian antipiretik.
3. Terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat kenyamanan sebelum dan setelah diberikan antipiretik disertai tepid sponge pada kelompok intervensi pada menit ke 10 setelah periode tepid sponge (pada menit ke 30 setelah pemberian antipiretik). 4. Terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat kenyamanan sebelum dan setelah diberikan antipiretik pada kelompok
7
kontrol pada menit ke 30 setelah pemberian antipiretik.
5. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara suhu tubuh pada anak demam setelah periode tepid sponge pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Walaupun secara statistic tidak bermakna, tetapi kelompok intervensi mengalami penurunan suhu yang lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. 6. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat kenyamanan pada anak demam setelah periode tepid sponge pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Akan tetapi, kelompok intervensi mengalami peningkatan rasa nyaman yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol, walaupun secara statistic tidak bermakna. SARAN
1. Pemberian antipiretik yang selama ini dilakukan sebagai tindakan rutin menurunkan demam di RS Muhammadiyah dapat dipertahankan karena efektif menurunkan demam dan dapat meningkatkan rasa nyaman anak.
2. Tindakan tepid sponge sebagai penyerta dalam pemberian antipiretik dapat direkomendasikan oleh perawat atau dokter sebagai cara untuk menurunkan suhu tubuh dan meningkatkan rasa nyaman, terutama pada anak yang menyukai tindakan tersebut. 3. Di Indonesia, penggunaan skala nyaman Bunga Daisi dapat digunakan untuk anak usia sekolah. 4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi mahasiswa tentang manfaat tepid sponge, sehingga pada akhirnya dapat diaplikasikan dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan demam.
JKA | Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015
8
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
5. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pelaksanaan tepid sponge yang terkait dengan perawatan atraumatic care pada anak penderita demam.
6. Perlu penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar diiringi dengan pembatasan umur dan variabel-variabel perancu lain seperti lingkungan eksternal guna mendapatkan bukti ilmiah dengan tepat. 7. Perlu desiminasi hasil penelitian di lingkungan perawat rumah sakit sebagai salah satu cara meningkatkan kompetensi perawat dalam perawatan anak demam.
8. Perlu adanya MOU antara rumah sakit dan institusi pendidikan berupa penempatan tenaga pengajar di ruang perawatan anak sebagai salah satu bentuk manajemen untuk meningkatkan kualitas pelayanan terutama perawatan anak demam. DAFTAR PUSTAKA
Aksoylar, S., Aksit, S., Cağlayan, S., Yaprak, I., Bakiler, R., & Cetin, F. (1997). Evaluation of sponging and antipyretic medication to reduce body temperature in febrile children. Acta Paediatric Japan., 39(2), 215-217.
Alves, J.G.B., Almeida, N.D.C.M., & Almeida, C.D.C.M. (2008). Tepid sponge plus dipyrone versus dipyrone alone for reducing body temperature in febrile children. Sao Paulo Medical Journal., 126(2), 107-111.
Axelrod, P. (2000). External cooling in the management of fever. Clinical Infectious Disease, 31(5 suppl), 224-229. Avner, J.R. (2009). Acute fever. Pediatric in Review, 30(1), 5-13. JKA | Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015
Ball, J.W., & Bindler, R.C. (2003). Pediatric rd nursing: caring for children. 3 ed. New Jersey: Pearson Education Inc.
Corrard, F. (2002). Ways to reduce fever: new luke-warm water baths still indicated? Arch Pediatr, 9(3), 311-315.
Carlton, G., et al. (2001). Management of the child with fever. Best Practice, 5(5), 1-6. Crocetti, M., Moghbeli, N., Serwint, J., (2001). Fever Phobia Revisited: have parental misconceptions about fever changed in 20 years? Pediatrics, 107 (6), 1241-1246. Dahlan, M.S. (2005). Besar sampel untuk penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Arkans. Dahlan, M.S. (2008). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Ed. 3. Jakarta: Penerbit Salemba.
Guyton, A.C., & Hall, J.E. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC. Hastono, S.P. (2007). Analisis data kesehatan. Jakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2009, http:// www.parenting.co.id/forum/forum_ detail.asp?catid=&id=1&topicid=4851, diperoleh 21 Juli, 2009).
Jalil, H.K.A.A., Jumah, N.A., & Al-Baghli, A.A. (2007). Mother’s knowledge, feras and selfmanagement of fever: a cross-sectional study from the capital governorate in Kuwait. Kuwait Medical Journal, 39(4), 349-354. Kolcaba, K., & Dimarco, M.A., (2005, http:// findarticles.com/p/articles/mi_mOFSZ/ is_3_31/ai_n17209526/?tag=content;vol 1, diunduh 15 Mei, 2009).
Pengaruh Tepid Sponge terhadap Penurunan Suhu Tubuh dan Kenyamanan pada Anak yang Mengalami Demam
9
Kolcaba, K., (2000, http://www.thecomfortline. com/posies.jpg, diunduh 19 Mei, 2009). Laupland, K.B. (2009). Fever in the critically ill medical patient. Critical Care Medical, 37(7), 273-278.
Sharber, J. (1997). The efficacy of tepid sponge bathing to reduce fever in young children. American Journal Emergency Medical, 15(2), 188-192.
Meremikwu, M. & Oyo-Ita, A. (2009). Paracetamol versus placebo or physical methods for treating fever in children. Nigeria: John Wiley & Sons, Ltd.
Thompson, H.J., Kirkness, C.J., & Mitchell, P.H. (2007). Intensive care unit management of fever following traumatic brain injury. Intensive Critical Care Nursing, 23(2), 9196.
Mahar, A.F., Allen, S.J., Milligan, P., Suthumnirund, S., Chotpitayasunondh, T., et al. (1994). Tepid sponge to reduce temperature in febrile children in a tropical climate. Clinical Pediatric (Philadelphia), 33(4), 227-231.
Thomas, S., Vijaykumar, C., Naik, R., Moses, P.D., & Antonisamy, B. (2009). Comparative effectiveness of tepis sponge and antipyretic drug versus only antipyretic drug in the management of fever among children: a randomized controlled trial. Indian Pediatrics, 46(2), 133-136.
Muscari, M.E. (2001). Advanced pediatric clinical assessment: skills and procedures. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Tommey, A.M., & Alligood, M.R. (2006). Nursing theorist and their work. St. Louise, Missouri: Mosby, Inc.
Muscari, M.E. (2005). Panduan belajar keperawatan pediatrik. Ed. 3. Jakarta: EGC. Plaisance, K.I., & Mackowiak, P.A. (2000). Antipyretic therapy: physiologic rational, diagnostic implication, and clinical consequences. Arch International Medical, 160, 449-456. Portney, L.G., & Watkins, M.P. (2000). Foundations of Clinical Research Applications to Practice. New Jersey: Prentice-Hall Health.
Purssell, E. (2000). Physical treatment of fever. Arch Dis Child, 82, 238-239. Rosdahl, C.B., & Kowalski, M.T. (2008). Textbook of Basic Nursing. Ed.9. Philadelphia: Wolters Kluwer Health – Lippincott Williams & Wilkins. Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2002). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Ed. 2. Jakarta: CV Sagung Seto.
Totapally, B.R. (2005). Fever, fever phobia and hyperthermia: what pediatricians need to know. International Pediatrics, 20(2), 95102.
Wang, D., Bukutu, C., Thompson, A., & Vohra., S. (2009). Complementary, holistic, and integrative medicine: fever. Pediatrics in Review, 30 (2), 75-78. Walsh, A.M. (2008). Fever Management for children. The Australian Journal of Pharmacy, 89 (pp), 66-69.
Watts, R., Robertson, J., & Thomas, G. (2003). Nursing management of fever in children: a systematic review. International Journal of Nursing Practice, 9(1), 1-8.
Winarno,W.(1998,http://digilib.itb.ac.id/gdl.ph p?mod=browse&op=read&id=jkpkbp pk-gdl-grey-1998-wien-138-tumbuhan, diunduh 27 Mei, 2009). JKA | Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015