Theotokos Gelar Dewi Arthemis dalam Gereja Rasuli NO: 07/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Oleh, Uskup Mar Nicholas H Toruan, CKC
Gereja Nasrani Indonesia (GNI) Keuskupan Nasrani Katolik Ortodoks Rasuli Kudus dan Satu
NO: 07/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Gereja tak bisa mengubah apa yang Alkitab ajarkan atau menambah ajaran Kitab Suci. Miriam adalah Pengandung Alaha (Alaha bersama kita = Imanuel) tapi Miriam adalah Bunda Mshikha (Kristotokos). Miriam adalah Tabernakel kedua, Hawa Baru dan Bunda Rohaniah bagi semua orang yang menerima Mshikha melalui Iman. Yesaya mengajarkan Perawan akan mengandung anak yang akan disebut Immanuel, yang artinya Alaha bersama kita. Nubuatan digenapi dalam Mshikha yang adalah Alaha Sejati dan Manusia Sejati. Miriam adalah Bunda dari Kemanusiaan-Nya tapi tidak Keilahian Qnume-Nya.
Pada abad ke-6 M, Mar Babai menuliskan Kitab Teshbokhta atau (Kidung Pujian) menjelaskan teologi Gereja Timur (the East), ia menulis: Dia adalah Mshikha Bar Alaha,
Disembah oleh semua orang dalam dua kodrat (kodrat Kemanusiaan dan Keilahian); Dalam Keilahian-Nya diperanakkan dari sang Bapa, Tanpa awal sebelum semua waktu;
Dalam Kemanusiaan-Nya dilahirkan dari Miriam,
Dalam kegenapan waktu, dalam satu tubuh dimanunggalkan; Tidak juga Keilahian-Nya adalah berasal dari kodrat ibu,
Maupun Kemanusiaan-Nya berasal dari kodrat sang Bapa;
Kodrat – kodrat dipertahankan dalam Qnumas (substansi) mereka masing-masing, Dalam satu Qnume dari satu Keputraan.
Dan seperti Keilahian (Alahotha) adalah tiga qnumas dalam satu Kyana.
Demikian pula Keputraan dari sang Anak adalah dalam dua Qnumas, satu pribadi. Begitulah Gereja Kudus ajarkan.
Mar Gregorius Nazianzus mengatakan: “Dia dilahirkan, tapi Dia sudah ada dalam keberadaan; ia dilahirkan dari seorang perempuan, tapi juga dari seorang Perawan. Page 2- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO: 07/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Bentuk awal luar adalah Manusia, bentuk kemudian tak terlihat adalah Ilahi. Dalam kodrat Manusia-Nya, dia tak punya ayah; dalam kodrat Keilahia-Nya, ia tak punya bunda.” …. Dalam Kemanusiaan-Nya, Ia tak punya bapa dan dalam Keilahian-Nya Ia tak punya Bunda.” Seorang perempuan adalah ibu hanya dari pada yang keluar dari dalam rahimnya. Qnume kedua dari Tlithayutha Terberkati tidak berasal usul dari dalam rahim Bunda Perawan. Dia adalah tanpa awal – selalu ada – dan tak punya ibu. Miriam sang Perawan melahirkan bagi sang Mshikha (ha-Mashiakh) dan maka kita dengan tepat menyebut Miriam Kristotokos (pemberi lahir dari Kemanusiaan ha-Mashiakh). Dalam pribadi dari Mshikha, Alaha adalah hadir bagi kita dalam inkarnasi-Nya sang Miltha sebagaimana diucapkan dari semua kekekalan sehingga kita dengan tepat menyebut Miriam Kemah kedua setelah Kemah Suci di Padang Gurun Sinai atau Bait Suci Salomo dimana Shekinah Ilahi bersemayam hadir dalam bentuk Energi Ilahi (Keluaran 40:34; 1 RajaRaja 8:10-13, dan 1 Makkabe 4:59). Kemudian Kehadiran Ilahi ini (shekinah) tidak lagi hadir dalam bentuk bangunan yang terbuat dari logam, batu, kayu tetapi dalam DAGING MANUSIA, yaitu melalui rahim Miriam sang Perawan sebagai Shekinta Ilahi. Shekinta ini dikatakan "bait untuk tempat tinggal atau bersemayam." (2 Makkabe 14:35). Rahim Miriam sebagai “Ruang Maha Kudus” (Qadosh ha-Qadoshim) selama 9 bulan lamanya diproteksi oleh Ruakh ha-Kodesh sehingga dalam Pengakuan Iman Rasuli dikatakan: PENGAKUAN IMAN RASULI Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi. Aku percaya kepada Yeshua Mhsikha, Anak-Nya yang tunggal Maran kita
Yang dikandung dari pada Roh Kudus (Who conceived of the Holy Spirit), Lahir dari anak dara Miriam …..
Sehingga pernyataan ini jelas ada ketidakmampuan kemanusiaan Miriam “Mengandung Keilahian” sebab dirinya adalah manusia, tetapi melahirkan adalah Miriam!
Dengan demikian, tidak bisa Miriam menerima gelar “Bunda Pelahir Alaha” (Theotokos) seperti yang diyakini sebagai Gereja Rasuli pengaruh budaya paganisme Yunani, masyarakat Yunani di Efesus yang dahulunya menyembah Dewi Arthemis dengan gelar “Theotokos.”
Page 3- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO: 07/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Setelah Yeshua dilahirkan Kemanusiaan-Nya lewat rahim Miriam, maka selanjutnya Shekinta (tempat bersemayam Keilahian) itu ada dalam diri Kemanusiaan Maran Yeshua. Seperti dikatakan: “…. karena Alaha mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.” (Yokhanan 3:34) Kemanusiaan Yeshua Mshikha adalah Shekinta Ilahi (ha-Maqom) sehingga Ia menyebut diri-Nya adalah sebagai Bait Suci itu melalui ucapan-Nya yang terkenal itu: “Rombak Bait Suci ini dalam Tiga Hari Aku akan membangunnya kembali”! Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Suci adalah diri-Nya sendiri. (Yokhanan 2:19-21; Wahyu 21:22). Dalam proses akhir dikatakan bahwa “Jemaat adalah Tubuh-Nya” (Efesus 1:23-24), Tubuh-Nya adalah Bait Suci-Nya atau Shekinta (Yunani, “skenosis”). Selanjutnya, Mshikha hadir dalam rahim dari sang Perawan Miriam adalah dahulunya Anak satu-satunya yang DIPERANAKKAN dari sang Bapa (Mazmur 2:7) saat Alaha merencanakan Penciptaan sebelum ada Ruang dan Waktu, Ia sang Miltha Pra-Ada dalam Ruang dan Waktu sehingga rahim dari sang Perawan tidak memberi makan minum atau ‘ibu’ Keilahian dari Mshikha tapi hanya Kemanusiaan-Nya. Mshikha adalah Alaha sejati dan Manusia sejati tapi Miriam adalah hanya Bunda Kemanusiaan Mshikha, bukan Keilahian-Nya sebagaimana dijelaskan Mar Babbai dalam Kidungan Teshbokhta. Kemanusiaan Mshikha berkembang dalam rahim Perawan Miriam tapi Keilahian-Nya tidak berasal darinya ataupun berkembang dalam rahim-Nya. Bayi Mshikha dalam rahim Miriam bertumbuh dalam usia, semakin besar dan anugerah di hadirat Alaha dan manusia (Lukas 5:52) sehingga jelas itu bukan Keilahian Mshikha tapi kemanusiaanNya. Mshikha telah mengosongkan diri-Nya sendiri dari hak istimewa (Filipi 2:6-7) dan menjadi manusia sama seperti kita dalam segala hal kecuali dosa. (Ibrani 2:17) Sekalipun Alaha sang Anak dalam tataran Keilahian-Nya tidak pernah bisa dilepaskan dari Kemanusiaan-Nya, sebab Dia sendiri yang menjelma menjadi Manusia tetapi Ia tidak menggunakan Keilahian-Nya dalam kondisi dan situasi apapun. Itulah sebabnya Ia selalu berdoa kepada Bapa-Nya dalam tataran Kemanusiaan-Nya, murni KemanusiaanNya menerima pertolongan dari Alaha. Misteri atau rahasia ini sulit sekali dicerna akal sehat kita dan berada diseberang ranah akal budi manusia pada umumnya “Bagaimana proses relasi antara Keilahian dan Kemanusiaan Maran Yeshua Mshikha. Kalaupun dirumuskan dalam Konsili Kalsedon bahwa Keilahian dan Kemanusiaan tidak bercampur tak bisa dipisahkan dan tidak saling menguasai satu sama lain dan tidak lebur tapi tidak bersatu tak berpisah adalah pembahasaan diluar batas akal budi untuk bisa memahami-Nya. Oleh karena itu, jika ada formulasi defenisi tentang kodrat-Nya antara Kemanusiaan dan Keilahian maka kita akan jatuh dalam pemahaman yang salah terhadap sesuatu yang misteri, sebab misteri itu tak terdefenisikan sama sekali. Page 4- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO: 07/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Mar Agustinus berkata: “Perihal Miriam, ia memenuhi kehendak sang Bapa, sementara itu secara fisik ia adalah hanya ibu sang Mshikha, secara rohaniah ia adalah saudari dan bunda bagi-Nya. Yeshua memiliki dua kodrat – satu tercipta dan satu kekal – dimanunggalkan dalam satu Pribadi (Kemanusiaan), diseberang pertanyaan. Kata “pribadi” disini disebutkan karena Ia menjelma menjadi Manusia tetapi jika kita berbicara Keilahian-Nya tidak tepat mengatakan Ia sebagai “Pribadi” tetapi Qnume yang satu Kyana (Blue Print Keilahian dengan sang Bapa dan sang Roh Kudus). Hanya satu dari dua kodrat berasal dari rahim Miriam juga tak diragukan adanya. Sementara Yeshua adalah jelas satu Pribadi dengan dua kodrat yang kita tahu bahwa Yeshua dalam Kemanusiaan-Nya adalah Putra Miriam dan Keilahian-Nya adalah Putra dari sang Bapa Surgawi. Sehingga kita berkata Dua Keputraan dalam satu Pribadi dan Manusia Yeshua sang Mshikha (Dia Terurapi) yang dilahirkan dari perempuan.
Yesaya 7:14 jelas menegaskan ini adalah seorang anak yang dilahirkan dari seorang perempuan dan ia akan belajar hal yang baik dan jahat. Alaha tidak perlu belajar perihal yang baik dan yang jahat. Pada Perayaan Kelahiran Mshikha kita merayakan kelahiran anak yang dibopong di pangkuan Miriam. Ini disebut Kelahiran bayi Yeshua, Mshikha (Dia yang terturapi dari Alaha) bukan kelahiran dari Alaha, sebab Alaha tidak melahirkan Anak dan begitupun Ruakh ha-Kodesh (Alaha sang Bunda), faktanya yang lahir itu adalah bayi Yeshua yang adalah sang Mshikha. Sang Bapa hanya memperanakkan sang Putra yang mengandung adalah Ruakh ha-Kodesh. Begitupun sang Bapa diperbapakan oleh sang Anak melalui sang Bunda (Ruakh ha-Kodesh), dan Ruakh ha-Kodesh diperbundakan oleh sang Anak dalam sang Bapa. Uskup Agung John Sebastian Marlow Ward (1885 – 1949) mengulas perihal Pengakuan Iman, pasal 1: “Kami percaya pada Alaha Ehad, Tak Berwujud dan Tak Dapat Dipahami, dari Dia dan dalam Dia, segala sesuatu asal usul keberadaan mereka, bahkan Waktu dan Ruang: Dia yang pada mulanya, mewujud langsung sebagai sang Tlithayutha dari Hakikat Ehad, yakni, Alaha sang Bapa, sang Bapa dari semua jiwa, Alaha sang Roh Kudus, sang Bunda dari semua jiwa dan Alaha sang Anak, sang Saudara Tertua dari semua jiwa, dalam Dia sebaliknya diciptakan semua Ciptaan menjadi ada, dari Dia terus-menerus turun mengalir aliran Percikan-percikan Ilahi yang masuk kedalam bendawi untuk mendapatkan pengalaman di dalamnya, agar mereka boleh pada akhirnya kembali untuk memperkaya Keilahian.” (Archbishop John Cuffe, History Our Church, pp.258)
Artinya Alaha itu Yachid - ( י ָחִ ידAramaik: Kynana, artinya “Satu Cetak Biru’) adalah אֶ חָד -Echad dalam Keabadian dalam rangka Rencana Penciptaan. Kata “Ehad” mengandung Page 5- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO: 07/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Tiga Aspek/Qnume, yaitu Bapa, Bunda, dan Anak dalam Hakikat Alaha Satu Kudus dan Tak Terbagi. Amin. Itulah sebabnya, Ia tak dilahirkan melainkan diperanakkan sebab Keilahian-Nya keluar dari sang Bapa dan begitu juga sang Roh Kudus (Yokhanan 1:18; 15:26). Kemanusiaan-Nya jelas bukan Tuhan dan Alaha, melainkan Keilahian-Nya, tetapi Ketuhanan sang Mshikha diberikan oleh Alaha kepada Kemanusiaan Yeshua (Mattai 28:18; Markus 2:28). Dalam Kisah 10:38 kita diberitahu “Alaha mengurapi Yeshua Orang Nasrani dengan Ruakh ha-Kodesh dan dengan Daya Kuasa …” Pastinya Ruakh ha-Kodesh tidak diberikan kepada Qnume Kedua dari sang Tlithayutha Kudus dan Tak Terbagi sebab Ia adalah bagian dari sang Tlithayutha itu sendiri. Jadi Ruakh ha-Kodesh diberikan hanya kepada Manusia Mshikha Yeshua. Mar Ambrosius: “Jika kita mengakui asal usulnya dari sang Bapa, maka marilah kita juga mengakui kelahiran-Nya dari Miriam, sehingga iman kita utuh. Apa alasan untuk inkarnasi? Ini karena alasan ini: daging yang telah berdosa harus ditebus oleh daging yang sama.” Ini tepat seperti dikatakan Mar-Yah Alaha jiwa diganti jiwa. (Kejadian 9:6)
Agara Miriam disebut sebagai Theotokos (Bunda Alaha) maka ia harus menjadi Bunda dari Keilahian-Nya, maka ia harus juga Ilahi. Tapi faktanya, Miriam adalah manusia biasa seperti kita.
Apa alasan kuat sehingga lahir istilah Theotokos (Bunda Alaha) pada Miriam? Jawabannya: pertama, karena faktor dorongan masyarakat Yunani di wilayah Efesus bekas penyembah berhala menjadi Kristen pada tahun 431 saat Kaisar Romawi Theodosius II berkuasa. Mereka menuntut pada Para Uskup yang sedang mengadakan Konsili agar penyembahan kepada Dewi Arthemis dikembalikan, sehingga Para Uskup menetapkan Miriam sebagai sosok pengganti Dewi sesembahan orang Efesus dan melarang mereka menyebut Miriam sebagai “Dewi” tetapi dengan gelar Theotokos dalam kaitannya menafsirkan Keilahian Yeshua Mshikha yang kemudian diperkuat lagi dalam Konsili Kalsedon tahun 451 M. Kedua, kebiasaan mitologi Yunani, Romawi, Assyria, dan Mesir memiliki tradisi keyakinan mengangkat manusia menjadi dewa – dewi yang memiliki karakter seperti manusia. Dengan demikian Miriam dengan alasan argumentasi apapun tak bisa diterima sebagai Bunda Alaha (Theotokos) sebab Aspek Kedua dari sang Tlithayutha adalah Kekal dan Keberadaan Kudus yang tak punya awal dan akhir, Dia adalah Alef dan Taw, manusia Mshikha Yeshua yang menderita dan mati di kayu Salib sebagai Adam kedua bagi dosadosa dunia. Aspek Kedua dari Alahotha (Keilahian) tidak mati, tidak bisa mati atau tak bisa dimatikan. Ini adalah Manusia Yeshua – bukan Qnume Kedua dari Tlithayutha – yang dikatakan menurut 1 Timotius 2: 5-6 menjadi satu perantara antara Alaha dan Page 6- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO: 07/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
manusia. Dia yang adalah kekal, yang tak bisa mati dan tak akan bisa, dan tidak dilahirkan dari sang Perawan.
Istilah Theotokos diadopsi Gereja Rasuli lebih dominan karena faktor politik antara perebutan kedudukan menjadi Patriak Konstantinople antara Patriak Cyril dari Alexandria (Gereja Ortodoks Koptik) melawan Patriak Nestorius dari Konstantinople. Istilah Theotokos saat Konsili belum sidang dimulai istilah gelar itu telah diterima akibat hasutan Patriak Koptik Mesir, Cyril yang melakukan suap terhadap Kaisar Theodosius II, akhirnya Kaisar berpihak pada Cyril tidak pada Nestorius, akibatnya hasil Konsili sepenuhnya berbeda. Ini semuanya hanya permainan politik dan ego dan penyombongan diri dari Patriak Cyril dari Alexandria. Patriak Nestorius didakwa sesat tanpa memberikan kesempatan membela diri dalam sidang dengan fitnah menyangkal bahwa Mshikha tidak satu pribadi dengan dua kodrat. Konsili tidak berbicara perihal kemurnian Iman tapi ego dan ambisi politik dari Patriak Cyril yang menginginkan menjadi Patriak Konstantinople dan juga Patriak Alexandria. Gereja Roma dan Gereja Koptik - Alexandria bersekongkol dalam misi najis ini dan persekutuan kotor antara Gereja Roma Katolik dan Ortodoks Koptik-Alexandria berkembang lebih jauh lagi pada masa – masa berikutnya. Patriak Konstantinople keberatan menggunakan istilah Theotokos (Bunda Alaha) sebab Gereja Rasuli selalu menggunakan istilah Kristotokos (Bunda Mshikha). Perlu diingat bahwa Gelar THEOTOKOS (Bunda Alaha) 431 tahun sebelumnya tidak pernah dikenal, apa lagi dalam zaman Maran Yeshua dan Para Rasul. Gelar Theotokos adalah istilah “paganisme” yang diimpor masuk kedalam Gereja Rasuli. Hal ini bisa terjadi sejak perpisahan Kekeristenan Yahudi (Judeo-Christianity) dan Kekeristenan Yunani-Latin (Greco-Roman Christianity). Di wilayah Timur, Gereja Rasuli yang Satu Kudus Katolik Ortodoks berbasis Kekeristenan Yahudi sehingga istilah bagi Miriam sesuai dengan kitab suci: Miriam Terberkati (Lukas 1:48) ataupun Imat-Mshikha (Bunda Mshikha), ratusan tahun sebelum Konsili Efesus tahun 431 semua orang-orang percaya Yeshua tidak menyebut Miriam dengan gelar Theotokos!
Gelar Theotokos bagi Miriam yang dikaitkan dengan Keilahian Yeshua adalah salah satu produk penambahan Iman Rasuli dalam formulasi Teologi Pengganti (Replacement of Theology) yang tak dikenal zaman Para Rasul itu sendiri. Dogma ini bukan ajaran Mshikha ataupun ajaran dari Para Rasul melainkan pengembangan dan adopsi paganisme dalam kerangka budaya teologi Hellenisme – Yunani yang sangat kuat dalam penyembahan kepada dewa – dewi sejak zaman kuno.
Pada akhirnya, Gereja – gereja yang pro-Kaisar Romawi menjadi pemenang dan mengadopsi istilah Theotokos ini dan dengan sombongnya memberikan label “Nestorianisme” kepada Gereja Rasuli Assyria di Timur Jauh yang tetap mempertahankan Ajaran-ajaran Rasuli dengan murni dan konsekuen, pada hal tidak ada kaitan sama sekali antara Nestorius dengan Gereja Assyria Timur. Kedua belah Page 7- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO: 07/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
pihak tidak saling kenal, hanya karena Teologi Timur itu sama dengan Nestorius perihal gelar Miriam sebagai Kristotokos (Aramaik, “ImatMshikha”) sehingga mereka diberi label Nestorianisme.
Ini merupakan penyimpangan besar dalam ranah teologi Rasuli Semitik – Yudaisme (Kekristenan Yahudi) Awal dilakukan oleh Gereja – gereja Rasuli Arus Utama yang sudah MURTAD dari pengajaran Rasuli Awal. Gereja Roma Katolik dan Gereja – gereja Ortodoks Timur berkembang lebih dikarenakan faktor Kekuasaan Politik Gerejawi dan Duniawi, dan tidak kurang lebih begitulah adanya. Kalaupun ada lahir orang – orang suci didalamnya bukan karena faktor ajaran dan dogma Gereja tetapi lebih dititikberatkan faktor kesalehan individu itu sendiri. Bagaimana sikap dan pandangan Gereja Nasrani Indonesia yang Katolik Ortodoks Kudus Satu dan Rasuli?
Tentu saja, karena dasar teologi Gereja Nasrani adalah Semitik tentu nuansa non-Semitik akan ditendang keluar dari pemikiran teologisnya sebab Semua Ajaran-ajaran Yeshua Mshikha bar Alaha dibangun di atas dasar Batu Penjuru Yeshua Orang Nasrani Yahudi, Nabi-nabi Yahudi dan Rasul-rasul Yahudi. Sehingga pola pikirnya adalah Yudaisme Alkitabiah dan menolak pemikiran akar budaya Kekristenan Greco-Roman. Dengan demikian istilah bagi Miriam hanya ada satu sesuai Wahyu Ruakh ha-Kodesh lewat ucapannya sendiri: “…Sesungguhnya, mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku Terberkati.” (Lukas 1:48). Kata “Terberkati” berakar dari Tradisi dan Teologi Torah Yudaisme dalam tiap ritus ibadahnya selalu mengucapkan “Brakoth”, yaitu “terberkati” ataupun “berbahagia”, dan ini saja gelar untuk Miriam Orang Yahudi yang melahirkan Kemanusiaan Maran Yeshua Mshikha bar Alaha (Ibrani: Adon-YAH Yahushuah ha-Mashiakh ben Alhym). Miriam adalah perempuan Yahudi, bukan mitologi dewi Yunani – Latin ataupun Mesir. Miriam adalah satu dari jajaran Orang Kudus (ha-Qadoshim). Miriam bukan Ratu Surga sebab “Ratu Surga” adalah Ruakh ha-Kodesh itu sendiri, Miriam bukan “Bunda Gereja” sebab Roh Kudus yang melahirkan Gereja dan semua orang percaya (Kisah 2), dan Miriam bukan Penebus bersama Putra sebab hanya Anak Alaha yang menjelma menjadi Anak Manusia untuk menebus dosa-dosa manusia dan Miriam tidak ikut mati disalibkan menjadi Anak Domba Alaha (Yokhanan 1:29). Gereja – gereja Besar ini telah murtad dari ajaran – ajaran rasuli digantikan dengan berbagai ajaran-ajaran adat istiadat manusia baik itu melalui Konsili ataupun tafsir Individual. Ini disebut teologi rabbinik Farisisme (Mattai 15:7-9) Keluarlah wahai engkau orang percaya Mshikha! (Mattai 16:6)
Page 8- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO: 07/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Kebaskanlah debu kakimu, jika dalam suatu gereja menyebut Miriam adalah Theotokos, Bunda Gereja, Ratu Surga, Penebus Bersama yeshua, Lahir Tanpa Noda, dan banyak lagi istilah pemujaan terhadap Miriam di mana manusia diangkat tinggi seperti dalam mitologi dewa – dewi Yunani – Latin dan Mesir. Jika Miriam memiliki gelar lain kecuali, “terberkati” pastilah Para Rasul menceritakannya kepada para pengganti Rasul dan Kitab Suci juga mencatatnya. Semua istilah muncul setelah beberapa ratus kemudian dari mereka yang telah terkontaminasi pemikiran paganisme.
Kita bisa memahami bahwa istilah ini muncul di kota Efesus oleh karena desakan masyarakat yang merindukan sosok Keilahian Bunda yang memang sejak zaman purba Keilahian itu awalnya dari garis Matriarkal, tetapi sejak Semitik berhasil mengalahkan Agama-agama yang berdasarkan garis matriarkhal maka mereka mulai kehilangan sosok “Bunda” ini, dan begitupun sejak Kekristenan Rasuli berkembang ke seluruh dunia, Kekristenan ini mengusung sosok garis Patriarkal dan mendepak garis Keilahian Matriarkal dalam ranah budaya Kekristenan Roma dan Yunani. Sebab bahasa Yunani menyebutkan kata Roh adalah πνεῦμα - Pneuma dalam istilah netral, sedangkan dalam bahasa Latin adalah Spiritus dalam jenis kelamin laki-laki. Sehingga sosok Kebundaan Ilahi tidak ditemukan dalam ranah budaya bahasa Yunani – Latin.
Tidaklah demikian dengan bahasa Ibrani – Aramaik, kata “Roh” (Ibrani: ; ֫רוּ ַחRuach atau "Angin") dipahami dalam jenis kelamin femina (perempuan) sehingga kata Ruakh ha-Kodesh atau Rukha d’Kudsha adalah “Bunda Ilahi”, yaitu Roh Kudus. Kata Bunda Ilahi ini kita banyak ditemukan dalam naskah kitab Kisah Rasul Thomas: Dalam Kisah Rasul Thoma disebutkan bahwa Bunda Sorgawi diucapkan dengan lugas:
"Datanglah, Ya Engkau Nama Kudus dari Mshikha yang adalah di atas segala nama. Datanglah, Ya Engkau Yang Empunya Kuasa dari Tempat Maha Tinggi, dan sang Welas Asih yang sempurna. Datanglah, karunia dari sang Maha Tinggi.Datanglah, Bunda Welas Asih.Datanglah, persekutuan dari kepriaan. Datanglah, Ia (Perempuan) yang menyingkapkan rahasia-rahasia tersembunyi. Datanglah, Bunda.... Roh Kudus, dan bersihkanlah batiniah dan hati mereka, dan berilah mereka meterai tambahan, dalam nama sang Bapa dan Putra dan Roh Kudus." – Kisah Rasul Mar Thoma "Oh Juruselamat dari jiwa-jiwa kami! Sumber mata air yang manis dan tidak habishabisnya; air mancur yang tiada berhenti mengalir dan jernih dan tidak pernah kotor; pembela dan penolong dalam pertarungan hamba-hamba-Mu sendiri, halaulah dan buatlah gentar si musuh dari hadapan kami, pertarungan demi pertarungan dalam banyak pertempuran kami dan buatlah kami pemenang dalam semua pertarungan; Pemenang kami yang terkalahkan dan benar; panglima kudus dan pemenang kami: kemuliaan dan pemberian sukacita-Mu sendiri tidak pernah berlalu, dan di mana ada dukacita lenyaplah; gembala yang baik yang memberikan diri-Mu sendiri bagi dombadomba-Mu, dan mengusir serigala dan membebaskan domba-domba-Mu dan menuntun Page 9- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO: 07/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
mereka kedalam padang rumput yang hijau subur: kami memuliakan dan memuji Engkau dan Bapa-Mu yang tidak bisa dilihat dan Roh Kudus-Mu sang Bunda dari semua alam ciptaan." - Kisah Rasul Mar Thoma.
"Dan ia mulai berkata: Datanglah, Oh Welas Asih sempurna, Datanglah, persekutuan dari sang Laki-laki (jenis Maskulin), Datanglah, Perempuan (keperempuanan: Ruakh haKodesh) yang mengetahui rahasia-rahasia tentang Dia yang dipilih, Datanglah, Ia Perempuan (keperempuanan) yang ambil bagian dalam semua pertarungan pemenang yang mulia, Datanglah, kesenyapan yang menyingkapkan perkara-perkara besar dari seluruh kebesaran, Datanglah, Ia Perempuan yang mewujudkan perkara-perkara yang tersembunyi dan membuat perkara-perkara yang tidak terucapkan menjadi jelas, burung merpati kudus yang melahirkan kembar muda, Datanglah, Bunda Tersembunyi, Datanglah, Dia Perempuan (Ruakh ha’Kodesh) yang bermanifestasi dalam perbuatan-perbuatan-Nya dan memberikan sukacita dan perhentian bagi mereka yang bergabung pada-Nya: Datanglah dan berkomunikasilah dengan kami dalam Qurbana Qadisha ini yang kami rayakan dalam Nama-Mu dan dalam perjamuan kasih di mana kami berkumpul bersama karena panggilan-Mu. Dan setelah ucapan didaraskan Dia (kepriaan = imam) menandai dengan tanda Salib di atas roti, dan memecahmecahkan roti,dan mulai membagikannya. Dan pertama ia berikan kepada wanita, katanya: Ini bagimu akan menjadi pengampunan abadi dari pelanggaran dan dosa-dosa dan bagi kebangkitan kekal. Dan setelah kepada perempuan itu ia memberikan kepada semua yang lain juga yang telah menerima meterai dan berkata kepada mereka: Biarlah Qurbana Qadisha ini ada padamu bagi hidup dan perhentian, dan bukan untuk penghakiman dan pembalasan. Dan mereka berkata, Amin.” – Kisah Rasul Mar Thoma. "Dan ketika mereka dimikveh dan dijubahi, ia menata roti di meja dan memberkati roti itu, dan berkata: Roti kehidupan, ia yang memakannya masuk dalam kesucian: Roti mengisi jiwa-jiwa lapar dengan berkat: engkau adalah ia yang bersedia memberikan untuk menerima karunia pemberian, agar engkau boleh menjadi penghapusan dosadosa bagi kami, dan mereka yang memakanmu boleh menjadi abadi: kami memohon kepadamu sang nama dari sang Bunda, dari rahasia yang tidak terucapkan akan daya kuasa tersembunyi dan kuasa-kuasa yang kami namai rahasia sang nama yang tidak terucapkan, yakni yang tersembunyi dari semua: Kami memohon atas-Mu sang Nama Yeshua. Dan ia berkata: Biarlah kuasa-kuasa berkat turun, dan diteguhkan dalam roti ini, agar semua jiwa-jiwa yang ambil bagian makan roti ini dibasuh bersih dari dosadosa mereka. Dan ia memecahkan dan memberikan kepada Siphor dan istrinya dan anak perempuannya"- Kisah Rasul Mar Thoma. Sebagaimana kita lihat, Mar Thoma memohon, tidak hanya sang Bapa Sorgawi dan sang Anak, tetapi sang "Bunda Tersebunyi". Bunda Tersembunyi adalah Ruakh Ha-Kodesh (Roh Kudus). Tiga yang adalah Ehad. Di sinilah letak kesalahan terjadi, hanya karena faktor bahasa sehingga memberikan celah penafsiran yang salah. Seharusnya, kita tetap berkiblat pada ranah budaya Semitik Page 10- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO: 07/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
(Ibrani – Aramaik) di mana Teologi dan Ajaran-ajaran Gereja dibangun tidak pada budaya Non-Rasuli.
Juga harus kita ketahui bahwa Gelar – gelar bagi Miriam seperti: Theotokos - Mater Dei atau Yoldath Alloho, Konsepsi Immaculata, Ratu Sorga, Bunda Gereja, Bunda Maria lebih Terhormat dari Kherubim, Maria Penebus Bersama Yeshua, dan ada banyak lagi gelargelar pemujaan yang ditujukan pada dirinya dalam doktrin Mariologi Gereja. Semua ini adalah tradisi Gereja Kristen Ortodoks Timur dan tradisi Gereja Roma Katolik. Ini bukan Tradisi Rasuli tetapi tradisi lokal dan tradisi buatan sendiri dari Gereja Kekristenan basis Yunani – Latin (Greco-Roman Christianity).
Kita patut bersyukur kelompok Kekristenan Reformasi Protestan anti dan alergi terhadap ‘tradisi’ paganisme ini karena memang BUKAN Ajaran yang ortodoksi melainkan ajaran heterodoks yang dihidupi dan diyakini oleh banyak pengikut sehingga menjadi pembenaran (justifikasi) sekalipun itu salah. Mayoritas akan menolak ajaran Alkitabiah ini sebab mereka berpikir sudah berada dalam jalan yang benar. Sebaliknya, Reformasi Protestantisme melaju dengan begitu cepat sehingga ada sisi terlupakan bahwa Alkitab sudah mengatakan: “…Sesungguhnya, mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku Terberkati.” (Lukas 1:48)
Adakah Gereja-gereja Reformasi Protestan memberikan Salam Miriam? Tidak. Seharusnya jika mereka percaya Alkitab itu diilhami Roh Kudus dan memberikan katakata itu kepada Miriam, maka sewajarnya kita memberi Salam Miriam sebab dikatakan, SEGALA KETURUNAN MENYEBUT (memberi Salam) AKU TERBERKATI/BERBAHAGIA. Bagaimana mengucapkan Salam Miriam?
Shlom Lekh bthoolto Miriyam TUKHNUNTHA (Salam Miriam)
Aramaik:
(Mar Lukas 1:36, 48)
Shlom lekh bthoolto Mariam, maliath taibootho. Moran a'amekh, mbarakhto at bneshey, wambarakhoo feero dabkharsekh Yeshua, O qadeeshto Mariam, yoldath Msheekhoh, saloy hlofain hatoyeh, hosho wabsho'ath mawtan. +Amin Terjemahan:
Salam Miriyam, penuh rahmat, Maran sertamu. Terberkatilah engkau diantara wanita, dan terberkatilah buah rahimmu, Maran kita, Yeshua. Miriam Kudus, Bunda Mshikha, doakanlah kami orang berdosa ini, sekarang dan selalu, dan hingga waktu kami mati. +Amin. Page 11- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO: 07/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
UNTUK KALANGAN SENDIRI!!! Untuk memperbanyak MATERI PENGAJARAN GNI ini dipersilahkan untuk meminta izin tertulis:
[email protected] 0813.19190730 021.70403378 www.nasraniindonesia.org
Page 12- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015