Manajemen Konflik Dalam Gereja (Suatu tinjauan ekklesiologis terhadap model manajemen konflik dalam gereja menurut Hugh F. Halverstadt)
Oleh Merliza Akatastasia Makienggung 712007007
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S.Si-Teol
FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2012
”KAU SETIA” Baru kusadari sosok yang sangat berarti S’lalu menemaniku jalani hari-hari Sosok yang peduli, lihat dan obati luka di hati ini Tak pernah berhenti b’ri kasih dan menemani Allah, Kau setia dalam hidupku Tangan-Mu s’lalu terulur salurkan kasih Dalam sepanjang usiaku Kau selalu setia menemaniku Saat terlelap, saat terjaga Saat ku lemah, saat ku kuat Tak pernah tinggalkanku, genggam erat tanganku Hadapi hari-hariku yang berliku Tak pernah tinggalkanku,s’lalu menemaniku Kar’na Engkau Allahku Kau setia
MOTTO
Karena Tuhan dapat menggunakan segala sesuatu sebagai alat-Nya, maka Diapun dapat menggunakanku.
KATA PENGANTAR
Sebagai salah satu persyaratan untuk mengakhiri studi pada sebuah Perguruan Tinggi, skripsi menjadi tugas akhir yang menuntut perhatian khusus, keseriusan, ketekunan, serta pemahaman yang mendalam terhadap topik yang diangkat. Skripsi menjadi salah satu cara bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya selama berkuliah. Sehubungan itu, penulis telah memilih topik uraian skripsi terkait dengan manajemen konflik dalam gereja, khususnya melihat bagaimana melihat model konflik dalam gereja yang ditulis oleh Hugh F. Halverstadt. Penulis tertarik memilih topik ini karena dalam dunia yang semakin berkembang, gereja semakin rentan terhadap pertikaian bahkan perpecahan akibat konflik. Walau telah menyadari hal ini, tetapi kesadaran, minat dan keberanian anggota untuk turut serta dalam usaha manajemen konflik yang terjadi dalam gereja gereja masih sangat kurang. Tindakan manajemen konflik dipandang sebagai tugas dari para pejabat gerejawi, padahal realitanya, konflik melibatkan semua anggota gereja. Pentingnya gereja memiliki keterampilan memanajemen konflik inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengangkat topik ini. Dalam pengerjaan skripsi ini, penulis akui ada banyak hambatan baik internal maupun eksternal. Penulis sadar bahwa hambatan-hambatan tersebut dapat penulis lalui bukan karena kemampuan diri sendiri melainkan ada banyak pihak yang terus mendukung dan membantu meyelesaikannya. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini pertama-tama penulis ingin bersyukur kepada Yesus Kristus, TUHAN yang memberikan penulis kekuatan dan setia mendampingi penulis dalam menempuh perkuliahan di Fakultas Teologi universitas Satya Wacana.dari awal kuliah hingga akhir perkuliahan tepat pada waktunya. Penulis juga ingin menghaturkan v
terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu penulis selama menempuh pendidikan di UKSW ini: 1. Dosen Pembimbingku Pdt. Yusak B. Setyawan, MATS., Ph.D terima kasih untuk waktu, bimbingan, arahan, pengetahuan dan motivasi berupa penghermeneutikan pribadi yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah mengajarkan berbagai hal baru khususnya tentang bagaimana memberikan yang maksimal ketika mengerjakan segala hal. 2. Pdt.Daniel Nuhamara M.Th, Ed.D selaku wali studi dan penguji penulis. Terima kasih untuk waktu yang diluangkan baik sebagai wali studi selama penulis melakukan study di UKSW maupun sebagai penguji. Tuhan memberkati. 3. Para staf pengajar Fakultas Teologi UKSW yang telah menerima penulis menjadi bagian dari keluarga besar Fakultas Teologi UKSW, terima kasih untuk suasana kekeluargaan dan kehangatan serta berbagai ilmu pengetahuan yang diberikan sebagai bekal penulis dalam melakukan pelayanan di masa mendatang. Terima kasih untuk pdt. Dr. Retnowati, M.Si selaku dekan Fakultas Teologi Uksw. Staf pengajar Pdt. Jacob Daan Engel, M.Si, Dr. David Samiyono MTS, MSLS, Pdt. Tony Tampake, M.Si, Pdt. Prof. John Titaley, Th.D, Pdt. Hendrika Karinda-Wattimena, Mth, kak Caken Lattu, kak ika Lauterboo, dan kak Ien Ludji. Selain itu terima kasih juga untuk para karyawan ibu Budi, mas Eko dan mbak Lili untuk dukungan semangatnya. 4. Untuk orangtuaku papi Job MAKIENGGUNG dan mami Carla MAKIENGGUNGPAAYS yang selalu mendoakan, mendukung baik secara materi dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Terima kasih juga untuk kakak-kakakku Margreth A. makienggung, Adellina P. Makienggung dan untuk adikku Septherine B. Makienggung yang turut memberi perhatian serta doa selama pengerjaan skripsi ini. Terima kasih untuk cinta kasih yang selama ini diberikan vi
kepada penulis, penyelesaian skripsi ini belum dapat membalas cinta kasih yang penulis terima selama ini dari papi, mami, kakak-kakak dan ade’. Tidak lupa juga terima kasih untuk om Sealthiel Kahine, tante Lili dan ade Ezra yang juga turut mendukung dan memperhatikan penulis selama ini. 5. Tempat PPL : -
GPIB Tamansari salatiga, yang menerima penulis untuk melakukan PPL 1-4. Terima kasih untuk Pdt. Yani Elisa dan MJ serta warga jemaat yang mau memberi penulis kesempatan untuk berkarya dan melakukan pelayanan di gereja ini.
-
Panti Wredha Pancasila, tempat penulis melakukan PPL 5, terimakasih untuk ibu Nur selaku kepala panti dan kepada seluruh pengasuh dan penghuni panti. Terimakasih atas waktu dan kasih sayang yang diberikan selama penulis menjalani PPL di sana.
-
GPIB Bukit zaitun Duri, terimakasih atas penerimaan dan pembelajaran yang boleh penulis rasakan selama penulis melakukan PPL 6. Terima kasih untuk ibu Pdt. Ike Mailuhu- Aer sekeluarga, kak Rini Panggabean dan bang Jasmin (Alex), kel. Bpk. Justin Manuhutu, seluruh majelis jemaat dan warga jemaat GPIB Bukit Zaitun Duri. Terimakasih untuk semua pengalaman yang sangat berharga yang diberikan selama penulis berada di sana.
6. Teman-teman Fakultas Teologi angkatan 2007, tetaplah menjadi peace in Rainbow. Perbedaan kalian memberi berbagai warna dalam hidupku. Terimakasih untuk semangat, kebersamaan, persaudaraan dan segala hal yang kalian bagikan selama kita menempuh studi bersama di Salatiga. Percayalah walau kita berpisah, tetapi kita tetap satu dalam doa pada-Nya. Lanjutkan perjuangan kita menebarkan pelangi walau di tempat yang berbeda. Buat teman-temanku yang masih berjuang, tetap semangat.
vii
Give the best for him. Serta untuk adik-adik angkatan 2008, 2009, 2010 dan 2011. Terimakasih untuk dukungannya, tetap berjuang ya.. 7. Buat teman-temanku yang selalu membantu dan memberi masukkan dalam menyelesaikan skripsi yaitu K’Tommy Wattimena dan Christ Ohoirat, terimakasih atas bimbingan bayangannya ya.. hehe. Untuk Mesakh Pamungkas dan Erry Halla, terimakasih bantuan teknologinya. Terimakasih untuk semuanya teman-teman.. 8. Rekan-rekan pelayanan Muger, PELKAT GP, PELKAT PT, dan PELKAT PA yang selalu lucu, kocak dan bersemangat. Terima kasih banyak untuk sesi curhat dan pelayanan bersama. Tuhan memberkati kalian 9. Teman-teman Paduan suara: PIR Choir, Cantate Domino, Immanuel dan temanteman KBM Compassion, terima kasih untuk semua dukungannya baik doa, semangat, keusilan dan persahabatannya. Tetap menjadi berkat bagi orang lain melalui talenta kalian. 10. Teman-teman VaNDEAFeLiCa, semangat untuk pelayanannya. Terimakasih untuk pelayanan dan persahabatan yang sudah kita jalani selama ini. Tetap semangat berkarya, karena Allah itu setia dan Ia adalah sang penyayang yang takkan pernah berhenti berkarya 11. Teman-teman kost Cungkup 51 A, terimakasih untuk doa dan dukungan serta rasa kekeluargaan yang diberikan selama penulis menjadi anggota C51A. Luph u girls… Untuk semua keluarga, teman, sahabat yang belum penulis cantumkan, penulis mendoakan kiranya Tuhan selalu memberkati dan memberi yang terbaik dalam kehidupan mereka.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii HALAMAN PENYATAAN …………………………………………………….. iv KATA PENGANTAR ..........................................................................…………..v DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah dan Batasan Masalah ....................................................... 5 1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 5 1.4 Manfaat Penulisan ………………………………………………….………… 5 1.5 Metodologi Penulisan ....................................................................................... 6 1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................................ 7 BAB 2 MODEL GEREJA SEBAGAI PERSEKUTUAN MURID-MURID 2.1 Pendahuluan ...................................................................................................... 8 2.2 Model ............................................................................................................... 9 2.3 Gereja ............................................................................................................... 9 2.4 Model Gereja Menurut Avery Dulles .............................................................. 11 2.5 Murid-Murid .................................................................................................... 13 2.5.1. Murid-Murid dan Konflik ......................................................... 15 2.6 Model Gereja Sebagai Persekutuan Murid-Murid .......................................... 17 2.7 Kesimpulan ...................................................................................................... 20 BAB 3 MANAJEMEN KONFLIK DALAM GEREJA MENURUT HUGH F. HALVERSTADT 3.1 Pendahuluan .................................................................................................... 23 3.2 Konflik ............................................................................................................ 23 3.3 Manajemen Konflik ........................................................................................ 27 3.4 Model manajemen konflik dalam gereja menurut Hugh F.
Halverstadt ............................................................................................... 30 3.4.1 Langkah Pertama: Menjadi Pengelola Konflik ................... 32 3.4.2 Langkah kedua: Menilai Situasi Konflik ……………..….. 47 3.4.3 Langkah Ketiga: Mengelola Konflik .................................. 53 3.5 Kesimpulan .................................................................................................... 63 BAB 4 TINJAUAN EKKLESIOLOGIS TERHADAP MODEL HUGH F. HALVERSTADT 4.1 Pendahuluan .................................................................................................. 65 4.2 Gereja yang mendua hati ............................................................................... 65 4.3 Manajemen konflik dalam gereja mula-mula ................................................ 70 4.4 Tinjauan ekklesiologis terhadap model manajemen konflik dalam gereja milik Hugh F. Halverstadt ....................................................... 72 4.5 Refleksi ......................................................................................................... 74 4.6 Kesimpulan ................................................................................................... 75 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 77 5.2 Saran ............................................................................................................. 78 DAFTAR PUSTAKA
SARIPATI Hakekat gereja sebagai umat Allah tidak menjadikan gereja secara otomatis terhindar dari konfllik. Perlu disadari bahwa gereja terdiri dari kumpulan manusia yang masih terikat dengan jiwa kemanusiaannya dan terdiri dari berbagai karakter serta budaya yang berbeda. Keberagaman ini sering bergesek satu sama lain dan akhirnya menciptakan konflik. Tentu saja, konflik bukanlah hal yang baru bagi gereja. Catatan-catatan perjalanan perkembangan gereja menunjukkan bagaimana gereja sering terlibat konflik, baik itu yang bersifat interen maupun ekstern. Konflik-konflik ini yang kemudian memberikan warna yang berbeda bagi gereja-gereja masa sekarang. Tidak jarang sikap, paradigma bahkan teologi yang dianut oleh gereja dipengaruhi oleh konfik yang pernah mereka alami.Melihat besarnya pengaruh konflik dalam kehidupan gereja, maka sudah seharusnya warga gereja mulai memperhatikan pentingnya keterampilan manajemen konflik dalam gereja. Di Indonesia, animo warga gereja terhadap pembinaan manajemen gereja sangat sedikit. Hal ini disebabkan pikiran tradisional yang sduah melekat dalam pribadi gereja Indonesia tentang peranan pejabat gerejawi dalam manajemen konflik gereja. Konflik dalam gereja hanya menjadi tanggungjawab para pejabat gerejawi saja. Gereja lupa akan jati dirinya sebagai sebuah persekutuan yang berfungsi untuk saling menjaga dan menguatkan. Keutuhan persekutuan adalah tanggungjawab seluruh warga gereja. Gereja sering merasa cepat puas dengan keadaannya yang sekarang, tidak mau dikoreksi dan tidak ingin berubah saat menemukan kesalahan dalam dirinya, takut menghadapi konflik dan lebih memilih sikap cari aman dengan cara menghindari konflik dan sekali lagi melimpahkan tanggungjawab pengelolaan konflik pada pejabat gerejawi. Halverstadt menawarkan sebuah model manajemen konflik yang ditujukan kepada seluruh warga jemaat. Proses penerapannya menggunakan sistem pelatihan yang berulang-ulang dan membutuhkan kesabaran. Fokus Halverstadt terhadap pelatihan warga gereja sebagai pengelola konflik merupakan keistimewaan dari model yang ditawarkannya. Gereja yang mau belajar adalah kalimat yang mewakili model Halverstadt tersebut. Dalam disiplin ekklesiologi, terdapat beberapa model gereja yang sedang dikembangkan, salah satunya adalah model gereja sebagai persekutuan murid-murid. Nama model ini terinspirasi dari cara hidup murid-murid Yesus, baik ketika Yesus masih bersama mereka secara fisik maupun sesudah Yesus terangkat ke surga. Fokus dari Halverstadt secara sekilas nampak memiliki relasi dengan model gereja sebagai persekutuan murid-murid. Oleh sebab itu, untuk mengetahui kebenarannya, maka perlu dilakukan tinjauan ekklesiologis terhadap model Halverstadt dengan menggunakan perspektif model gereja sebagai persekutuan murid-murid.