DINAMIKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN ANAK JALANAN YANG MELARIKAN DIRI DARI PANTI ASUHAN (KASUS ANAl< JALANAN YANG MELARIKAN DIRI DARI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAl< DUREN SAWIT)
Disusun Oleh:
ITA PUSPITA DEWI NIM: 102070026003
Skripsi diajukan memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Saljana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H 12007 M
DINAMIKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN ANAK JAlANAN YANG MELARIKAN DIRI DARI PANTI ASUHAN (KASUS ANAK JALANAN YANG MELARIKAN DIRI DARI PANTIS'OSIAl ASUHAN ANAK DUREN SAWIT) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi Persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
Ita Puspita Dewi Nim :102070026003 Di bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
.---Drs. Sulistvono, M,Si NIP.
Yunita Faela Nisa, M.Psi.Psi. NIP:150 368748
FAKULTAS PSIKOlOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATUlLAH JAKARTA 1427 H 12006 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul " Dinamika Pengambilan Keputusan Anak Jalanan yang Melarikan Diri dari Panti Asuhan (Kasus Anak Jalanan yang Melarikan Diri dari PSAA Duren Sawit) telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal: 20 Februari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar sarjana psikologi. Jakarta, 20 Pebruari 2007 Sidang Munaqosyah rangkap Anggota
Sekretaris merangkap Anggota
Ora. Zahra n N NIP:150 238 773
Penguji II
Pembimbing I
Drs. Sulistvono.M.si NIP:
Pembimbing II
Yunita Faela Nisa,M.Psi. Psi. NIP:150 368 748
jlllafi itu teramat /?slya . %lijnfafi a/?sln semua yang tfimifilijnya :Niscaya... eng/?slu tirfak,a/?sln pemafi tak,ut cfengan 'l(ek,urangan
jIrtirrya: (Barang siapa yang 6erta{wa {epad"a jIffa!i, niscaya jIffa!i mem6ukg{an 6agilryajafan f?§{uar tfan mem6erinya nz/iJ tfari ara!i yang tida{tfisatlfJkg-sangkg. (])atz 6arang siapa 6ertawa{a{{epatfa jIffa!i niscaya jIffa!i a{an mencu{upRgn (f?§per{uan)nya. Sesunggu!inyajIffa!i tefa!i mengatfaRgn k§tentuan 6agi tiap-tiap sesuatu. (QJ.jIt-crafaq, ayat 2-3)
\ )'lyali,IGu ... 'KJ6esaran ftatimu mem6uattu tegarmefangkgfii fiUfup. (j)oamu yafl{j tiad"a ftenti sefa{u 1ttellgirifl{ji kgmutfaftan setiap fafllJkgliftu. 'l{etegaran serta teoioiftanmu memGuattu 6erani untuttetap maju. Semangatmu yang l1lef1{jafalii kgtetifwnJnu,mengajarttanttu tat pemafi putus asa. )'lyali, I6u . 'KJpersem6alimu sefa{u untu/(]nu, semoga)'lffali Se1lantiasa mefind"ufl{ji kgCum, semoga d"apat tu6uatkgn istana terirufali untutmu seperti kgu sefafu mem6uatkgn istalW-istaJW kg6afwgian di ftat:il(.u. )'ltu CBanlJ9a :Melljadi)'lnatmu :Mas...(Jil1SorCBafwry) Vntutmu yafl{j sefa{u mengingatkgntu akgn arti se6uali pengetaliuan. 'l{au mellytUfarttantu akgn wama-wami kgfiUfupan. Semoga)'lffali ntempertemukgn tita tfafam se6uali malilllJai terid"lioan:Nja. CBang (j)ed"e Sufai1ll£ln, 6ang )'llimadPauzi "matasili 6afl{jet tfalijagain ita sefama ini".CBnat ad"iftliJt Ismaif)'l6d"urraliman et Pazar:Maufana SIiUfiq, ((
ABSTRAKSI (A) Fakultas Psikologi (B) Pebruari 2007 (C) (D)
Ita Puspita Dewi Siman Dinamika Pengambilan Keputusan Anak Jalanan yang Melarikan Diri dari Panti Asuhan (E) Xiii + 93 halaman (F) Anakjalanan adalah anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah, berkeliaran di jalanan maupun di tempat-tempat urnurn lainnya (Depsos, 2004). Mereka rentan terhadap kejahatan, tindak kriminal, asusila, kecelakaan, serta terhambatnya perkembangan. Upaya pemerintah dan masyarakat adalah meminimalisir keberadaan mereka. Salah satunya dengan memasukan anak jalanan ke panti asuhan guna mendapatkan pelayanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengambilan keputusan anak jalanan yang melarikan diri dari panti asuhan. Meliputi tahapan pengambilan keputusan, strategi pengambilan keputusan serta faktor-faktor pengaruhi pengambilan keputusan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus serta menggunakan metode deskriftif. Adapun sampel penelitian ini adalah anak jalanan berusia 11-16 tahun dan pernah tinggal di PSAA Duren Sawit, dengan jumlah sampel sebanyak 4 anak jalanan. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi dan metode wawancara tidak terstruktur. Sedangkan instrumen penelitiannya menggunakan pedoman wawancara, lembar observasi, tape recorder dan alat tulis. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada tahapan pengambilan keputusan Subyek Indah dan Adit sarna-sarna melewati tahapan pengambilan keputusan secara keseluruhan, bahkan strategi pengambilan keputusan keduanya juga sarna-sarna cenderung menggunakan strategi combination strategi, karena keduanya samasarna berniat melarikan diri. Sedangkan kasus Kiki dan Doni pada tahapan pengambilan keputusan, keduanya tidak melalui tahapan surveying the alternative, karena pada awalnya keduanya tidak bemiat untuk melarikan diri tetapi dipengaruhi situasi. Strategi yang dipilih Kiki cenderung menggunakan escape strategi untuk menghindari ancaman temannya. Sedangkan Doni cenderung memilih wish strategiyang dapat
membawanya pada hasil yang diinginkan tanpa perhatikan resiko. Adapun faktor-faktor yang pengaruhi pengambilan keputusan mereka melarikan diri, Indah dan Kiki karena faktor kondisi panti asuhan seperti salah seorang pengasuh yang kurang membuatnya tidak betah karena dibeda-bedakan sebagai anak jalanan, meskipun faktor dominan Kiki melarikan diri adalah karena ancaman temannya. Sedangkan Adit karena teringat orang tuanya yang mana keberadaannya di panti selama sebulan tidak diketahui keluarga sehingga cukup mengganggu konsentrasinya di panti. Sedangkan kasus Doni karena tidak puas dengan pemberian materi yang sedikit sehingga ia lebih memilih jalanan yang memberinya uang lebih banyak. (G) Daftar Pustaka : 35 Buku, 4 Skripsi (1971-2005)
KATA PENGANTAR Alhamdulilah, penulis panjatl
DAFTAR lSI Halaman Judul Halaman Persetujuan Halaman Pengesahan Motto Abstraksi Kata Pengantar Daftar lsi Daftar Tabel BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah 1.2. Identifikasi Masalah 1.3. Pembatasan dan Perumusan masalah 1.3.1. Pembatasan masalah 1.3.2. Perumusan masalah lA. Tujuan dan manfaat penelitian 1.4.1. Tujuan Penelilian 1.4.2. Manfaat penelitian 1.5. Sistematika penulisan BAB 2
i ii iii iv vi viii ix
xii 1 4 5 5 5 6 6 6 7
KAJIAN P U S T A K A 9 2.1. Pengambilan keputusan 9 2.1.1 Pengertian Pengambilan keputuan 2.1.2 Tahapan Pengambilan Keputusan 12 2.1.3 Strategi Pengambilan Keputusan 14 2.1A Faktor-faktoryang mempengaruhi Pengambilan Keputusan 15 2.2. Anak Jalanan 16 2.2.1. Penger/ian Anak Jalanan 17 2.2.2. Latar belakang munculnya anakjalanan 19 2.2.3. Penanganan anak jalanan 23 2.3. Panti Asuhan 28 2.3.1. Definisi Panli Asuhan 28 2.3.2. Sistem Panti Asuhan 29 2.3.3. Profil Singkat Panli Sosial Asuhan Anak (PSAA) Duren Sawit 41
BAB3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis penelitian 3.1.1. Pendekatan penelitian 3.1.2. Metode penefitian 3.2. Pengambilan sampel 3.2.1. Tehnik pengambilan sampel 3.2.2. Subyek penefitian 3.3. Pengumpulan Data 3.3.1. Metode pengumpulan data 3.3.2. Instrumen penelitian 3.4. Prosedur penelitian 3.5. Tehnik anafisa Data
36 36 36 38 38 38 39 40 40 41 42 43
BAB4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA 4.1. Gambaran umum subyek penelitian 4.2. Analisis Kasus 4.2.1. Kasus Indah 4.2.1.1. Dinamika Pengambilan Keputusan 4.2.1.2. Tahapan Pengambilan Keputusan 4.2.1.3. Strategi Pengambilan Keputusan Faktor-faktor Pengaruhi Pengambilan 4.2.1.4. Keputusan 4.2.2. Kasus Kiki 4.2.2.1. Dinamika Pengambilan Keputusan 4.2.2.2. Tahapan Pengambilan !<eputusan 4.2.2.3. Strategi Pengambilan Keputusan 4.2.2.4. Faktor-faktor Pengaruhi Pengambilan Keputusan 4.2.3. Kasus Doni 4.2.3.1. Dinamika Pengambilan Keputusan 4.2.3.2. Tahapan Pengafnbilan Keputusan 4.2.3.3. Strategi Pengambilan Keputusan 4.2.3.4. Faktor-faktor Pengaruhi Pengambilan Keputusan 4.2.4. KasusAdit 4.2.4.1. Dinamika Pengambilan Keputusan 4.2.4.2. Tahapan Pengambilan Keputusan 4.2.4.3. Strategi Pengambilan Keputusan 4.2.4.4. Faktor-faktor Pengaruhi Pengambilan Keputusan 4.3. Analisis Antar Kasus
46 46 48 48 50 55 57 58 60 62 65 67 67 69 69 74 75 76 77 77 79 81 81 82
BAB 5
KESIMPUlAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.2. Diskusi 5.3. Saran
DAFTAR PUSTAKA lAMPIRAN-LAMPIRAN
86 86 88 90
DAFTAR TABEL TABEl
Halaman
1. Faktor pendorong dan fasilitas penarik anak hidup di jalanan
21
2. Tugas pokok PSAA
32
3. Gambaran umum subyek penelitian
47
4. Analisa antar kasus tahapan pengambilan keputusan
84
5. Analisa antar kasus strategi pengambilan keputusan
85
6. Analisa antar kasus faktor-faktor pengaruhi pengambilan keputusan
85
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Kita patut berbangga dengan kemajuan yang kita rasakan dewasa ini. Segala sesuatu dengan mudah kita peroleh. Kemajuan teknologi membuat segala sesuatunya menjadi lebih mudah, aman dan efisien. Namun, bagaimana dengan mereka yang hidup di jalanan? Kemajuan yang ada hanya mereka dengar dan Iihat tanpa mereka rasakan. Jangankan untuk menikmati fasilitas yang tersedia, untuk memenuhi kebutuhan fisiologis satu hari saja mereka harus berjuang keras dengan cara apapun yang menurut mereka dapat memenuhi tuntutan yang paling esensial, yaitu makan. Banyaknya mereka yang turun ke jalan (anak jalanan) disebabkan oleh berbagai faktor seperti kemiskinan, orang tua tidak bertanggung jawab, serta Iingkungan yang tidak kondusif. Hal tersebut tidak terlepas sebagai dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan menjadi pemicu bertambahnya kuantitas PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) di jalanan. Berbagai jenis PMKS antara lain anak jalanan, WTS, jompo, waria, gelandangan, pengemis, joki, three in one, asongan, residivis, calo, penjual koran, pengamen dan insan jalan lainnya yang perlu ditangani (Oak. Oisbintal, 2003). Namun, yang
2
paling serlus adalah masalah anak jalanan, .J<arena mereka adalah aset penerus bangsa.
Perkembangan pesat anak-anak jalanan di berbagai sudut jalan, selain memprihatinkan dari sudut kemanusiaan, juga melahirkan permasalahan baru yang cukup meresahkan, dimana keberadaanmerekadi jalanbegitu rentan dengan tindak kriminal, kejahatan serta rawan kecelakaan. PermasaJahannya, tingkatkemampuan penanganan tidak sebanding dengan besaran masalah yang cendei1,!l1g t€!I1}S m'ilryingkat s6C?ra kuantitatif. ,
Dampak krisis multidimensional yang hinggakinl belum dapat dipulihkan mengakibatkan keberadaan dan kehadiran insan jalanan bertambah menjadi deretan panjang sehingga sulit untuk dihapuskan. Sasaran awal adalah pengendalian untuk mengurangi bertambah dan penyebarannya.Sejauh ini telah banyak upaya yang dilakukaooleh .Pemerintah ,Daerah guna menanggylangi ma~alah k~jghteraan ~Q~ial. Me~ki tidak ~atupun Pemerintah Daerah mengaku bahwa dirinya dapat menyeJesaikanprobJem sosial perkotaan, khususnya penanganan PMKS yang salah satu jenisnya adalah anak jalanan. Oleh karena itu, pertu adanya ketiasama antar daerah yang-saling menguntungkanuntuk dapat menyelesaikan permasalahan antar daerah yang terkait. (Dok. Disbintal, 2003}
3.
Banyaknyapenertiban yang dilakukan trantib merupakan salah satu upaya meminimalisir l<eberadaan anal< jalanan. Mereka yang terl<ena penertiban, sementara dl tampung di Panti Sosial Kedoya, sebelum disalurkan ke pantipanti sosial sesuai dengan jenis dan tingkat masalahnya. Setelah itu diadakannya upaya social. Sebagai rangkaian kegiatan penanganan PMKS antaralain program rehabilitasi sosiat, penyantunan sosiat dan Bimlat Kemandirian (Dok.Disbintal, 2003).
Salah satu tempat pembinaan anak jalanan adalah Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) yang terletak di Duren Sawit. berfungsi sebag13i I.embaga Pelayanan Sosial Anak Jalanan, Lembaga Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan. Anak jalanan yang ditampung di panti ini mendapatkan pelayanan, pembinaan, pendidikan serta pelatihan dan pengembangan dirt. Namun, meskipun mereka telah difasilitasi, pada kenyataannya jumlah merekayang masuk ke panti sekitar 20 orang yang exist dan tetap tinggal hanya sekitar sepuluh persen dan bahkan hanya seorang saja (wwncr: Mei 2006). Hal ini dikarenakan banyaknya mereka yang melarikan diri kembali ke jalan.
Hal yang perJu dicermati tentang bagaimana pengambilan keputusan yang dipilih oleh anak jalanan yang melarikan diri dari panti. Meskipun secara subyektif penulis berpikir bahwa kehidupan di Panti lebih baik, aman dan layak dibandingkan di jalan, namun tidak demikian bagi mereka. Keputusan
4
yang di ambil oleh mereka yang tinggal di panti tentulah mengharapkan suatu kehidupan atau masa depan yang lebii:l baik. Namun pilii:lan seperti apa ya,ng membuat anak jalanan lebih memilih melarikan diri dari panti asuhan? Padahal fasilitas telah dlsediakan dan PSAA yang berada di Duren Sawit, Jakarta Timur ini merupakan panti cukup megah dan layak.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka Penulis tertarik untuk untuk melakukan penelitian tentang anak jalanan yang meninggalkan panti asuhan ini, §Ejhingga penulis membuatjudul penelitian- "Dinamika Pengambilan Keputusan Anak Jalanan yang Melarikan Diri dari Panti Asuhan", (kasus anak jalanan yangmelarikan diri dari Panti Soslal Asuhan Anak (PSAA) Duren Sawit)"'.
Mengacu pada latar belakang dl atas, ada beberapa masalah yang penulis kemukakan; 1.
Bag.aimana gambaran pengambilan keputusan anak jalanan yang ,. '.. ., .
melarikan diri dari panti asuhan? 2.
Siapa sala yang terlibat untuk penyelesaian masalah keselahteraan sosial anak jalanan ini?
5
3.
Bagaimana gambaran kehidupan anak jalanan, sehingga kebanyakan mereka merasa kerasan berada di jalanan?
1.3.
Pembatasan dan Perumusan masalah
1.3.1. Pembatasan masalah Adapun pokokpermasalahan dalampanelilian ini adalah; 1.
Pengambilan keputusan adalah proses pamikiran tentang suatu masalah atau problem untuk menjawab partanyaan apa yang harus di perbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan-pilihan pada suatu alternatif tertentu
2.
(Atmodi~o,
1987).
Anak jalanan yang diteliti adalah anak-anak yang berusia 11-16 tahun yang pernah tinggal di dalam Panli 80sial Asuhan Anak Putra Utama 5 Duren 8awit yang kemudian melarikan diri kembali ke jalan.
1.3.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka perumusan masalahnya adalah bagaimana gambaran pengambilan keputusan anak jalanan yang melarikan diri kembali ke jalan, meliputi; 1.
Bagaimana tahapan pengambilan keputusan anakjalanan yang melarikan diri dari panli asuhan?
6
2.
Bagaimana slralegi pengambilan keputusan anak jalanan yang melarikan diri dari Panti Asuhan?
104. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. TUjuan Penelitian
P"Emelitian ini bertujuan untuk; 1. Memperoleh gambaran mengenai dinamika pengambilan kepulusan anak jalanan yang melarikan diri (kabur) dari Panti Asuhan. 2. Memperoleh gambNan tentang proses pengambilan keputusan anak
jalanan yang meninggalkan Panli Asuhan.
1.4.2. Manfaat Peneiitian
Penelilian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praklis. Manfaal teorilis dari penelilian ini diharapkan dapat
,
memberikan sumbangsih dan masukan dalam pengembangan psikologi sosial terutama penanganan terhadap anak jalanan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan rujukan dan pembanding untuk penelilian selanjulnya yang reievan. Sedangkan manfaat praklis, diharapkan penelilian ini dapal memberikan gambaran tentang anakjalanan yang melarikan dirt (kabur) dari panti, bagaimana mereka mengambil kepulusan unluk melarikan diri sehingga dapal memberi masukan bagi panli-panli atau rumah singgah
7
yang menampung anak jalanan dalam menyikapi mereka serta meminimalisir agar mereka tidak kembali ke jalan lagi dan tetap tinggal di panti asuhan guna mendapat kehidupan yang lebih layak.
1.5. Sistematika Penulisan Adapun garis besar dari sistematika penulisan skripsi ini adalah: Bab I
Pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, Identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan serta manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II
Kajian Pustaka. Berisi penjelasan tentang kajian pustaka. Menjelaskan
mengenai pengambilan keputusan, baik secara
definisi, tahapan pengambilan keputusan, strategl pengambllan keputusan, faktor-faktor yang pengaruhi pengambilan keputusan. Kemudian menjelaskan tentang anak jalanan, definisi anak jalanan, , latar belakang timbulnya anak jalanan, serta penanganannya. Terakhir menjelaskan tentang panti asuhan, meliputi tentang definisi panti asuhan, sistem panti asuhan serta profil mengenai panti asuhan yang menjadi tempat penelitian. Bab III Metodologi Penelitian: Membahas tentang.metode penelitian yang. terdiri atas empat sub besar. Pertama, berisi tentang jenis penelitian yang terdiri dari sub pendekatan penelitian dan metode penelitian.
8'
Kedua, Pengambilan sampet berisi dua sub, yaitu tentang tehnik
pengambilan sampel dan subyek penelitian. Ketiga, Pengumpulan data baik metode pengumpulan data maupun instrumen penelitian itu.sendiri. Terakhir berisi mengenai prosedur penelitian dan tehnik analisa data. Bab IV Presentasi dan Analisa Data. Menjelaskan tentang hasil
penelitian. Berisi gambaran umum subyek penelitian, Analisa kasus persubyek serta analisa antar kasus. Bab V
Kesimpulan, Diskusi dan Saran. Bab terakhir ini membahas
diskusi dan saran.
Sedangkan pedoman penulisan pada skripsi ini menggunakan pedoman penulisan APA (American Psychological Association) serta Pedoman Penyusunan dan Penulisan Skripsi Fakultas Psikotogi (2004).
BAB2
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengambilan Keputusan 2.1.1. Pengertian pengambilan keputusan
Siagian (1990, h. 83) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu hakekat masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, suatu penemuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Sedangkan keputusan itu sendiri adalah pengakhiran atau pemutusan dari pada suatu proses pemikiran tentang suatu masalah atau problem untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif tertentu (Atmodirjo, 1987).
Pengambilan keputusan adalah proses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi yang tidak pasti. Pengambilan keputusan terjadi dalam situasi yang meminta seseorang harus; a) membuat predikasi ke depan; b) memilih salah satu diantara dua pilihan atau lebih; c) membuat estimasi mengenai frekuensi kejadian berdasar bukti-bukti yang terbatas
10
(Suharnan, 2005). Keputusan- keputusan itu sendiri dapat di pahami melalui dua pendekatan pokok. Pertama, pendekatan normatif. Menitik beratkan pada apa-apa yang harus dilakukan oleh pengambilan keputusan sehingga diperoleh suatu keputusan yang rasional. Kedua, pendekatan deskriptif. Menekankan pada apa yang telah dilakukan orang yang membuat keputusan tanpa melihat apakah keputusan yang dihasilkan itu rasional atau tidak rasional (Glass dan Holyoak,
Hastja~o,
dalam suharnan, 2005). Dengan
demikian pendekatan normatif akan mengacu pada prinsip keputusan yang seharusnya dibuat menurut pikiran logis (ideal). Sementara itu, pendekatan deskriptif akan mengacu pada kenyataan-kenyataan keputusan yang telah dibuat oleh kebanyakan orang.
Beberapa ahli lainnya memberikan batasan mengenai pengambilan keputusan (decision making) dalam Jalaluddin Rakhmat (2005) diantaranya: a. pengambilan keputusan adalah sejenis pemecahan masalah yang menimbulkan beberapa alternatif pilihan, yang mengharuskan kita untuk memilih antara beberapa pilihan. b. Pengambilan keputusan adalah bagian dari pemecahan masalah. Seseorang dalam hal ini memilih alternatif tertentu pada tindakan yang mengharuskan untuk memilih.
11
c. Pengambilan keputusan adalah proses yang berkembang pada pemecahan masalah. Pengambilan keputusan dapat dilihat sebagai tindakan untuk memilih diantara alternatif pilihan masalah.
Dari batasan di atas dapat kita Iihat bahwa pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai cara seseorang dalam menentukan suatu pilihan dalam mengambil tindakan serta merupakan bagian dari pemecahan masalah. Hal ini senada dengan pernyataan Gilhooly (dalam Michael W, 2001, h. 331) menjelaskan: "There are clear similarities between decision making and problem solving. Decision making requires an element of problem solving, in that individuals are typically trying to make the best possible choice from a range of options". Keputusan yang diambil beraneka ragam. Tapi ada tanda-tanda umumnya (Marx, 1976); 1). Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual; 2). Keputusan selalu melibatkan pilihan dari beberapa alternatif; 3). (
Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.
12
2.1.2. Tahapan pengambilan Keputusan Sebelum seseorang sampai pada pengambilan keputusan biasanya akan melewati beberapa tahapan. Menurut Jannis & Mann (dalam Atwater: 1983) ada 5 tahap yang dilalui de:lam pengambilan keputusan secara umum yaitu: 1. Apraising the challenge (menilai masalah). Melibatkan kesadaran
tentang masalah sebagai tantangan, dan mengetahui resiko yang akan diambil jika tidak melakukan, mengenali masalah juga dimaksud agar tidak terjadi persepsi yang salah (oversimplikas/). 2. Surveying the altematives
Mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang alternatif yang mungkin dilakukan. Hal penting dalam tahapan ini adalah keterbukaan (fleksibilitas) dengan memperhatikan informasi-informasi tentang kemungkinan alternatif. 3. Weighing the alternatives
Pilihan-pilihan yang ada dievaluasi berdasarkan konsekuensi dan I kepraktisan, terutama kelebihan dan kekurangan dari setiap alternatif. Evalusi ini berguna untuk memilih alternatif terbaik. 4. Making a commitment
Adanya ketegangan karena mempertimbangkan alternatif yang hanya dapat diselesaikan dengan membuat dan memutuskan komitmen. Tahap ini tercapai suatu keputusan untuk memilih salah satu alternatif
13
yang ada, serta telah menetapkan komitmen untuk melaksanakan keputusan tersebut.
5. Adhering despite negative feedback. Setiap keputusan pasti ada resiko, namun terpenting tidak terlalu bereaksi berlebihan dengan kritik atau kekecewaan seperti mengganti sebuah keputusan sebelum mencoba atau tidak menerima kritikan.
Selain tahap di atas, Janis & Mann (dalam Nur Alia, 2004) mengemukakan tujuh kriteria untuk menguji efektivitas dari pengambilan keputusan. Diantaranya yaitu; 1. Secara menyeluruh melihat altematif tindakan yang mungkin di capai dan nilai-nilai yang mungkin dilakukan. 2. Menghubungkan seluruh tujuan yang akan didapat dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap pilihan 3. Secara hati-hati menimbang kerugian yang akan dihadapi, /
memperkirakan resiko yang belum pasti, baik konsekuensi positif maupun negatif. 4. Secara intensif mencari informasi baru yang relevan untuk evalusi lebih lanjut. 5. Membuka diri dan memperhitungkan informasi baru, walaupun informasi itu tidak mendukung pilihan yang disukai.
14
6. Menilai kembali konsekuensi positif dan negatif setiap pilihan termasuk pilihan yang semula tidak diterima, sebelum ambil keputusan akhir. 7. Membuat langkah-Iangkah tindakan dan rencana yang terperinci dengan mempertimbangkan kemungkinan tindakan yang antisipatif.
2.1.3. Strategi Pengambilan Keputusan Menurut Gelatt, Varen Horst, dan Carey (dalam Atwater: 1983) mengklasifikasikan strategi pengambilan ke putusan berdasarkan unsur resiko yang terlibat di dalamnya; 1. Wish Strategi. memilih altematif yang dapat membawa pada hasil
yang paling diinginkan tanpa memperhatikan resiko. 2. Escape Strategi, memilih altematifyang paling tinggi
kecenderungannya untuk dapat terhindar dari hasH yang buruk. 3. Safe Strategi. memilih altematif pilihan yang paling tinggi untuk
kecenderungannya mencapai keberhasilan. I
4.
Combination Strategi, memilih altematif pilihan yang tepat.
Mengkombinasikan kemungkinan untuk memproleh hasH yang paling diinginkan (high desearebility) dengan probabilitas peluang tertinggi (high probability).
Setiap individu memiliki kemampuan strategi pengambHan keputusan yang berbeda. Karena pengambilan keputusan yang digunakan ditentukan situasi,
15
kemampuan serta strategi yang berbeda. Meskipun klasifikasi strategi pengambilan keputusan tampak mudah namun dalam realita dan pelaksanaannya sangat unik, artinya bahwa setiap individu akan menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan individu itu sendiri.
2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan menurut Marx (1976) diantaranya adalah faktor personal, yang meliputi: 1. Kognisi, berupa kualitas dan kuantitas pengambilan yang dimiliki individu. 2. Motif, yakni bagaimana motivasi individu dalan merespon situasi yang dihadapi. 3. Sikap, sesuatu yang berhubungan dengan perasaan negatif dan positif individu terhadap situasi tertentu.
Faktor lain yang juga pengaruhi pengambilan keputusan individu dalam hadapi konflik (Davidoff, 1991) yaitu; 1. Kuatnya motivasi. Sila motivasi yang timbul dari sebuah pllihan
semakin kuat, maka akan semakin kuat pula dorongan untuk memlih hal tersebut, dibanding dengan pilihan yang timbul dari motivasi yang lemah.
16
2. Jarak, tempat, dan waktu. Individu akan cenderung mendekati atau menghindari salah satu pilihan sesuai dengan jauh atau dekatnya jarak, tempat dan waktu dari pilihan tersebut. 3. Pengharapan. Semakin besar harapan individu terhadap salah satu pilihan maka akan besar pula kemungkinan untuk memilih pilihan tersebut.
2.2.
Anak Jalanan
Salah satu permasalahan kesejahteraan sosial yang dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia adalah hadirnya masalah PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) yang cenderung terus meningkat. Berbagai jenis PMKS antara lain anak jalanan, WTS, Jompo, Waria, gelandangan, pengemis, joki, three in one, asongan, residivis, calo, penjual koran, pengamen, psikotik, dan insan jalanan lainnya yang perlu ditangani (Ook. Oisbintal, 2003).
Namun yang paling serius adalah masalah anakjalanan, dimana selain mereka rentan kecelakaan dan kejahatan mereka juga adalah penerus masa depan, suatu aset negeri yang harus diperhatikan dengan serius. Anak jaianan rata-rata berada pada usia sekolah. Mereka seharusnya mendapat pendidikan yang layak bukan berkeliaran di jalanan dengan resiko tinggi.
17
Banyaknya anak yang terjun menjadi anak jalanan sebenarnya tidak terlepas dari faktor lingkungan terhadap anak tersebut, serta banyaknya perlakuan yang salah dari orang tua. Informasi yang penulis peroleh dari hasil wawancara penulis terhadap beberapa anak jalanan yang masuk ke Panti Asuhan Duren Sawit bahwa banyak mereka yang melarikan diri ke jalan adalah karena mereka seringkali mengalami kekerasan fisik dari orang tua mereka sendiri, sehingga mereka mencari solusi dengan turun ke jalan yang sebenarnya malah menambah permasalahan baru baik untuk mereka sendiri dan Iingkungan yang mereka tempati.
2.2.1.
Pengertian anakjalanan
Departemen Sosial RI mengartikan anak jalanan sebagai anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah, berkeliaran di jalanan maupun di tempat-tempat umum lainnya (Dok. Disbintal, 2004). Mereka yang biasanya disebut sebagai anak jalanan 'sejati' adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan untuk beke~a dan bersosialisasi dengan orang lain (Blanc, et ai, Soedijar, Kusumanegara, Sanusi, dalam Irwanto 1999).
Usia anak jalanan cukup bervariasi. Menurut Sri Sanituti et.al (1999) mengatakan bahwa anak jalanan adalah anak-anak yang berusia di bawah
18
20 tahun. Sedangkan survei yang dilakukan oleh Sanusi (dalam Irwanto et.a/. 1999) di OKI Jakarta dan Surabaya terhadap 300 responden mengungkapkan bahwa 2.3 % atau sebagian keeil dari mereka berusia di bawah 6 tahun dan sebagian besar (Iebih dari 70 %) berusia 6-15 tahun. Mereka yang berusia 16-18 tahun 19 %-24% dari jumlah seluruh anakjalanan. Sedangkan Soedijar (1989) mengatakan bahwa anak jalanan adalah sebagaj anak yang berusia 7-15 tahun yang bekerja di jalan raya.
Ada beberapa konsep yang bisa menjelaskan tentang keadaan anak-anak jalanan atau anak yang rawan. Oiantaranya adalah konsep-konsep 'deprivation'yang diartikan sebagai anak yang mengalami kehilangan sesuatu yang didambakan atau dibutuhkan (deprived children). Konsep lain adalah disadvantage children yaitu anak yang dalam kedudukan kurang menguntungkan atau anak yang dirugikan. Ada juga konsep children at risk yaitu anak yang mengalami gangguan atau masalah dalam I
perkembangannya atau yang rawan mengalami ancaman baik secara psikologis, sosial maupun fisik (Utami Munandar, 1997)
Studi di Philipina dan Amerika Latin membagi istilah anak jalanan dalam 2 macam. Pertama, anak yang masih melakukan kontak secara rutin dengan orang tua disebut dengan istilah children on the street. Kedua, anak jalanan yang sudah putus hubungan dengan orang tua disebut dengan children off
19
the strett (Muslihah, 2002). Sedangkan kriteria anak jalanan menurut
Departemen Sosial (Setyoko, 1991) yaitu: 1. Anak yang hidup di jalanan, sudah putus sekolah dan tidak ada hubungan
dengan keluarga (Children off the street). 2. Anak yang bekerja di jalanan, sudah putus sekolah dan berhubungan tidak teratur dengan keluarga (children on the street). 3. Anak yang rentan menjadi anakjalanan, masih sekolah ataupun sudah putus sekolah serta masih berhubungan teratur dengan orang tua (Vulnerable to be street children).
Penulis dalam hal ini menggunakan subyek penelitian dengan kriteria children on the street, yaitu anak yang bekerja di jalanan, sudah putus sekolah namun
masih melakukan kontak dengan keluarga. Karena dengan masuknya kriteria anakjalanan ini ke panti mereka akan mendapatkan pendidikan (sekolah).
2.2.2. Latar belakang munculnya Anak Jalanan Kuantitas anak jalanan makin meningkat. Malah anak Jalanan di Indonesia selama krisis ekonomi meningkat hingga mencapai 400 % dibanding jumlah sebelum krisis. Saat ini jumlahnya mencapai 50.000 anak dan sebanyak 13.000 diantaranya terdapat di Jakarta, dari jumlah tersebut 42.000 anak diantaranya berusia 5-18 tahun (Justika S.B., 1999:33, Ikawati dkk, 2002:5).
20
Mengetahui latar belakang mengapa seorang anak bisa menjadi anak jalanan, ternyata sama sulitnya mengetahui latar belakang mengapa orang bisa menjadi penjahat atau wanita tuna susila. Berbagai alasan diutarakan namun pada dasarnya kesulitan ekonomilah selalu menjadi alasan utama. Justeru yang menjadi pertanyaan dalam hal ini adalah mengapa mereka yang juga mengalami kesulitan ekonomi tidak melakukan hal yang sama (Sri Sanituti et.al, 1999).
Seeara rinci, Sri Sanituti (1999) memaparkan dari hasil penelitiannya di Surabaya melalui wawaneara di lapangan, banwa faktor-faktor penunjang terjadinya anak jalanan adalah sebagai berikut
1. Fasilitas Ada empat kondisi yang mendorong atau memfasilitasi kecenderungan anak memilih hidup sebagai anak jalanan. Lingkungan keluarga. Artinya, bila anak,dibesarkan dalam
community street besar kemungkinan si anak akan mengikuti jejak orang tua untuk turun ke jalan. Kedua konflik keluarga. Adanya ketidak cocokan antara anak dan orang tua sering menimbulkan konflik. Hal ini juga karena si anak merasa ada yang kurang dalam keluarga, sehingga ia meneari pelampiasan di luar keluarga.
21
merasa ada yang kurang dalam keluarga, sehingga ia mencari pelampiasan di luar keluarga. Ketiga dekat dengan keramaian atau fasilitas umum. Seperti terminal bis, kereta api, pusat perbelanjaan serta persimpangan jalan yang
ada lampu lalu Iintasnya. Keempat dekat dengan komunitas jalanan. Table I
Faktor pendorong dan fasllltas penarlk anak hldup dl jalanan
Kesulitan Ekonomi Keluarga Mendorong orang tun mempekeIjakan anal<
I Orang tun bagian dari komunitas jalanan
Konflik keluarga
I
Orang tua bagian dari komunitas jalanan !
2.
f--
Jalanan menyediakan fasilitas: Bisa mengbasilkan uang walau tanpa modal dan keahlian
Anak tidak betah di rumah fasilitas: Ja1anan memberi kebebasan dan penghasilan yang membuat anal< mampu hidup tanpa bertahan tergantung pada orang rna
Pengetahuan
Persepsi dan kontruksi sosial anak jalanan itu sendiri dalam memandang pekerjaan yang ditekuninya ikut mendorong anak memilih hidup di jalanan. Dalam hal ini ada tiga persepsi yang biasanya 'hidup' dan diyakini benar oleh anak jalanan itu sendiri.
22
1. Mereka tidak memiliki kemampuan mengenai pekerjaaan lain yang
dapat menghasilkan uang besar selain anak jalanan. 2. Munculnya anggapan dalam diri si anak maupun keluarga bahwa menjadi anak jalanan adalah hal yang wajar. 3. Adanya bUdaya masyarakat agraris dimana anak dalam keluarga mempunyai peranan membantu orang tua. Pada petani miskin, anakanak dipergunakan sebagai tenaga ke~a.
3. Kategori anak jalanan
Secara garis besar dapat dibedakan dua kategori anak jalanan. yaitu: Pertama, anak jalanan yang masih terikat. Mereka berada di jalanan karena keinginan mendapat rumah sendiri. Sering pulang sehingga ada keterikatan orang tua dan Iingkungan, beroperasi di sekitar atau dekat dengan rumahnya. Kedua, anak jalanan yang bebas. Biasanya banyak berasal dari keluarga atau komunitas jalanan. Sudah lama jadi anak j~lanan, sudah lepas dari keluarga, tidak terikat waktu dan tempat. Cenderung mengabaikan normanorma kemasyarakatan serta mudah terjerumus pada hal-hal yang negatif. Kedua kategori anak jalanan ini yang diteliti dalam skripsi ini.
4. Proses terjadinya anak jalanan
Ada lima tahapan pokok yang sederhana mengenai proses anak keluar dari
rumah kemudian sampai ke jalan.
23
1. Pengetahuan sampai adanya ketertarikan 2. Ketertarikan sampai keinginan. 3. Pelaksanaan. 4. Mulai memasuki kehidupan anak jalanan. 5.
Te~erumus
atau kembali pada kehidupan wajar.
2.2.3. Penanganan Anak Jalanan
Masa anak-anak merupakan masa yang terpenting bagi pertumbuhannya, karena pada masa ini anak mengalami sosialisasi dan proses pengembangan diri untuk menjadi dewasa yang akan berpengaruh besar terhadap pembentukan sikap hidup di masa yang akan datang. Apabila kebutuhan anak secara wajar tidak terpenuhi maka anak akan mengalami penelantaran, namun sebenarnya yang lebih penting adalah anak terhambat perkembangan kepribadiannya (Sumadi Suryabrata, 1982: 2, dalam Ikawati dkk, 2002).
Keterlantaran pada dasarnya dapat menimpa siapa saja, tetapi ketika keterlantaran itu menimpa kepada anak dan menyebabkan mereka berada di jalanan, maka upaya penyelamatan dan pembinaan harus mendapat perhatian yang serius, karena keberadaan anak di jalanan akan menyangkut keselamatan diri anak itu sendiri dan tertib ibukota.
24
Menurut Sanusi (1990) permasalahan anakjalanan terbagi dalam 2 hal. Pertama permasalahan yang dihadapi anak jalanan dan kedua permasalahan yang ditimbulkan anak jalanan. Adapun permasalahan yang dihadapi anak jalanan yaitu; 1. Berkelahi dengan anak jalanan lain.
2. Eksploitasi
ke~a.
3. Terlibat tindak kriminal
4. Kekerasan seksual 5. Rawan kecelakaan 6. Rawan obat terlarang
7. Razia I Kamtib
8. Perkembangan kejiawaan kurang baik 9. Rawan penyakit menular (HIV I AIDS)
Adapun permasalahan yang ditimbulkan anakjalanan; 1. Mengganggu ketertiban umum
2. Mengotori keindahan kota 3. Menebar kejahatan kriminalitas
Anak adalah sumber daya manusia di masa depan, oleh karena itu mereka perlu dibina dan dilindungi agar nantinya dapat menjadi orang dewasa yang sehat cerdas dan terampil sehingga didapatkan generasi penerus yang
25
handal. Hak-hak dasar anak yang terrnaktub di dalam Konvensi Hak Anak UU No.6: 1974 tentang kesejahteraan sosial dan UU No.4: 79 tentang kesejahteraan anak serta UU No. 23:2002 tentang perlindungan anak belum terealisir. Tentu saja implementasi Konvensi Hak Anak merupakan tanggung jawab semua pihak bukan hanya pemerintah atau orang tua. Oleh karena itu semua pihak harus memulai mencoba memenuhi hak-hak dasar anak yang meliputi antara lain hak terhadap kelangsunngan hidup anak, hak terhadap perlindungan anak, hak untuk tumbuh berkembang dan hak untuk berpartisipasi (Abdullah Syarwani, dalam Ikawati dkk :2002).
Hal tersebut senada dengan apa yang tertulis dalam Bab I ketentuan umum Pasal1 ;12 (UU RI, 2004) bahwa hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluaga, masyarakat, dan negara. Sedangkan mengenai Konvensi Hak Anak (UU RI, 2004) meliputi; -
Nondiskriminasi
-
Kepentingan yang terbaik bagi anak Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan Penghargaan terhadap pendapat anak.
Penanganan anak jalanan memang bukan suatu hal yang mudah, perlu adanya kerjasama dari semua pihak serta menyangkut aspek kehidupan.
27
program penyantunan rehabilitasi dan bimlat kemandirian PMKS. (Ook. Oisbintal, 2003). Setelah anak-anak jalanan berada di panti, maka mereka akan mendapatkan berbagai pelatihan, kehidupan layak serta pendidikan. Adapun salah satu program yang dilaksanakan PSAA (Panti Sosial Asuhan Anak) adalah mulai dart penjangkauan, identifikasi, seleksi dan penempatan, perawatan, pembinaan mental social dan keagamaan, serta pelatihan keterampilan.
Seberapa jauh upaya yang telah dilakukan di ataS terbukti efektif, sampai saat ini harus diakui masih merupakan tanda tanya besar. Meskipun berbagai operasi razia yang digelar terbukti mampu mengurangi jumlah anak jalanan secara sesaat, tetapi semua itu tidak mengurangi jumlah anak jalanan yang sebenarnya, karena setelah operasi selesai atau intensitasnya berkurang, biasanya mereka kembali ke jalan atau pindah ke tempat lain dengan status yang sama, tetap sebagai anak jalanan.
2.3.
Panti Asuhan
2.3.1. Definisi panti asuhan Panti asuhan adalah sebuah lembaga yang memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan soslal kepada anak terlantar serta melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti atau perwalian anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, serta soslal pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagl perkembangan kepribadiannya sesuai yang diharapkan, sebagai bagian dari generasi penerus eita-elta bangsa dan sebagai insan yang akan turut aktif dalam pembanggunaan nasional (Depsos, 1989).
Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, secara sederhana panti asuhan dldefinisikan sebagai tempat merawat anak yatlm, atau anak yatlm piatu, dan sebagalnya (Peter Salim, 1991)( Adapun pengertian panti asuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengertian menurut Departemen sosial.
29
Adapun lebih jelasnya panti asuhan juga memiliki fungsi sebagai berikut: a. Sebagai suatu lembaga sosial yang memiliki sasaran usaha pelayanan, program pelayanan dan jenis-jenis kegiatan pelayanan, tenaga pelaksana pelayanan serta sarana dan fasilitas pelayanan. b. Memberikan pelayanan pengganti (subtutive service). Dalam hal ini menggantikan fungsi keluarga, bilamana memang anak sudah tidak memiliki orang tua ataupun memiliki orang tua tetapi tidak atau belum mampu berfungsi sebagai satuan keluarga asuh yang wajar. Panti asuhan sebagai unsur pengganti di sini hanya bersifat sementara dimana memungkinkan adanya pemenuhan kebutuhan anak asuh dengan persyaratan tertentu. c. Pelayanan kesejahteraan sosia!. Panti berusaha menumbuh kembangkan keterampilan sosial dan keterampilan persiapan bekerja bagi anak asuh.
2.3.2. Sistem Panti Asuhan
Menurut Departemen Sosial RI (1989), sistem asuhan diklasifikasikan ke dalam; a. Sistem asuhan bentuk asrama. Dalam sistem ini anak asuh dikelompokkan dalam jumlah besar (15-20) dan mereka ditempatkan pada satu bangunan berbentuk asrama (wisma). Dalam asrama tersebut
terdiri satu atau beberapa petugas yang bertindak atau berperan sebagai
30
bapak atau ibu pengasuh. Kelemahan sistem ini adalah kurang intensit dan kurang meratanya pengawasan dan bimbingan kepada anak-anak sehingga dapat mengurangi pencapaian identitas kepribadian anak. Begitipula suasana kewajaran dalam panti asuhan sistem asrama sulit diciptakan. Adapun kelebihan dari sistem ini adalah asrama dapat menampung jumlah besar, stat atau keluarga asuh tidak banyak diperlukan, oleh karena itu pembiayaan relatit keeil (murah). Panti asuhan sebagai ,Iembaga yang berfungsi memberi pelayanan pengganti, senantiasa mengusahakan agar pelayanan yang diberi kepada anak asuh menyamai atau paling tidak mendekati suasana dalam keluarga, sehingga anak merasa tinggal dalam keluarganya sendiri. Oleh karena itu dikembangkanlah sistem asuhan dari bentuk asrama menjadi sistem keluarga asuh (sistem'cottage'), anak diharapkan menerima perhatian dan kasih sayang. b. Berbentuk 'cottage'. Dalam pelaksanaan sistem ini penempatan anak dalam satu wisma adalah dalam kelompok kecil antara 8-10 anak, dengan keluarga asuh sebagai orang tua pengganti. Penempatan diatur seperti halnya dalam keluarga. Sistem keluarga asuh akan lebih menjamin adanya kemiripan dengan kehidupan keluarga yang wajar, sehingga anak asuh memiliki banyak kesempatan mengembangkan identias kepribadiannya.
31
Dart hal di atas, terlihat jelas tidak hanya kebutuhan fisik saja seperti sandang, pangan, ataupun tempat tinggal, namun panti juga memberikan serta berusaha memenuhi kebutuhan psikologis mereka seperti perhatian dan kasih sayang.
Bahwa anak-anak yang tinggal di panti bukan saja anak yang kehilangan orang tua, tetapi juga anak terlantar karena sebab-sebab lainnya seperti keluarga retak, orang tua cerai, orang tua sakit ataupun hal-hal yang membuat terancam kehidupan mereka. Adapun panti yang diteliti dalam penelitian ini adalah panti sosial asuhan anak PU 5 Duren Sawit.
2.3.3. Profil singkat PSAA (Panti Soslal Asuhan Anak) Duren Sawit. Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 5 Duren Sawit Dinas Bina Mental Spiritual dan Kasejahteraan Sosial Propinsi DKI Jakarta terletak di JI. Swadaya Raya Kel. Duren Sawit, Kec. Duren Sayvit, Jakarta Timur. PSAA Duren Sawit dibangun tahun 2003 sebagai pengganti PSAA Putra Utama Cawang Jakarta Timur. Sedangkan PSAA Putra Utama Cawang untuk Pengembangan RSUD Budhi Asih Cawang. PSAA diresmikan oleh Gubemur Propinsi DKI Jakarta pada tanggal14 Januari 2004. (Dok. PSAA Duren Sawit 2004). Adapun daya tampung panti ini adalah 160 jiwa serta memiliki lahan seluas 7.025 m2 serta luas bangunan 2.462 m2..
32
Lembaga ini awalnya merupakan bagian dari usaha dan kewajiban pemerintah dalam memajukan pendidikan nasional serta menjamin anak terlantar agar mereka mendapatkan kesejahteraan. Kemudian menjadi alih fungsi tugas dari pembinaan anak terlantar menjadi pembinaan khusus anak jalanan. Panti Asuhan Anak ini, bergerak di bidang sosial yang mengutamakan pembinaan mental, spiritual dan kesejahteraan sosial bagi anak jalanan maupun anak terlantar yang disebabkan karena tidak mampu bersekolah atau dari korban keluarga retak (broken home), sampai mereka benar-benar mandiri dan tidak kembali ke jalan lagi. Adapun tugas pokok PSAA yang penulis kutip dari dokumentasi PSAA (2004) terlihat dalam table di bawah ini. Tabel2
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak terlantar khususnya anak jalanan
!
Penjangkauan ldentifikasi. seleksi dan penempatan Perawat3n / penampuinganl pengasramaan Assesment/ penglUlgkapan pemahaman masalah Pembinaan mental sosial dan keagamaan Pelatihan keterampilan Penyaluran Bina lanjut dan terminasi
Panti Asuhan Duren Sawit memiliki tempat yang cukup luas dengan bangunan yang cukup megah. Kebersihan di panti ini begitu terawat bersih dan disiplin. Karena memang selalu ada pembagian tugas bagi penghuni
33
panti ini. PSAA ini memiliki gedung utama yang menjadi sentral kegiatan. Serta memiliki dua buah asrama yang saling berhadapan, yaitu putra dan asrama putri yang kurang lebih jaraknya 5 meter dengan sistem kamar yang mampu menampung sekitar 15 orang, dan satu tingkat terdiri dari 4 kamar. Masing-masing asrama terdiri dari 3 tingkat, namun hanya dua tingkat saja yang ditempati sebagai tempat tidur atau istirahat karena tingkat pertama digunakan untuk kegiatan anak-anak. Tingkat pertama dari asrama putra adalah ruang keterampilan, ruang isolasi untuk anak-anak jalanan yang baru masuk panti ini, serta Mushala tempat dimana kegiatan seperti shalat jamaah, pengajian dan kegiatan lainnya diadakan. Sedangkan tingkat pertama asrama putri adalah ruang kesehatan, dapur umum serta ruang makan bersama penghuni panti.
Selain ruang utama dan asrama, di sini juga terdapat halaman luas dan sarana olahraga serta empat buah rumah dinas. Anak-anak jalanan yang masuk ke panti ini adalah dalam usia sekolah dengan bekal sampai jenjang SLTA. Namun, tidak semua anak di panti ini
'\ disekolahkan, ada pula yang kejar paket dan keterampilan saja dikarenakan tidak memenuhi standar, seperti kurangnya atau IQ di bawah standar. Artinya, dimana anak jalanan ini tidak begitu saja masuk sekolah namun
34
harus melewati rangkaian tes dan memenuhi persyaratan layak untuk disekalahkan. Anak-anak di panti mendapatkan makan sehari 3 kali dengan menu yang memenuhi standar empat sehat lima sempurna. Mereka selain itu juga mendapat uang jajan sehari sekitar seribu sampai dua ribu rupiah perhari.
Adapun tugas pakak PSAA ini adalah: 1. Bidang mental spritual a. Meliputi pembinaan mental spritual. b. Patensi SOM sasial keagamaan c. Lembaga Sasial Keagamaan d. Fasilitas sasial keagamaan 2.
Bidang kesejahteraan Sasial b. Pemberdayaan sasial masyarakat c. Penyantunan dan Rehabilitasi sasial penyandang cacat d. Resasialisasi tuna sasial e. Bantuan dan perlindungan sasial f.
Bimbingan Kesejahteraan sasial
35
Adapun tujuan pembinaan anak jalanan di PSAA PU 5 Duren Sawit ini meliputi; 1. Kesempatan pendidikan I sekolah
2. Pembinaan mental sosial-keagamaan 3. Keterampilan kerja untuk dapat hidup secara mandiri 4. Kesempatan dapat tumbuh berkembang secara wajar menuju tahapan kedewasaan sehingga anak tidak kembali ke jalan, menjadi insan mandiri. Anak-anak jalanan yang masuk ke panti ini adalah merupakan hasH jaringan razia yang dilakukan trantib. Setelah mereka masuk panti, mereka terlebih dahulu masuk ke tempat atau ruangan 'isolasi', dimana ruangan isolasi ini bertempat di lantai bawah depan ruang menonton (santai) anak panti. Tujuan mereka dimasukan ruang 'isolasi' ini adalah meminimalisir mereka untuk segera melarikan diri. Memang dalam tahapan 'isolasi' ini perlu namun kurang efektif. Karena semestinya mereka mendapatkan pengarahan serta I
materi ataupun hal-hal penting yang dapat menjelaskan mereka tentang pentingnya mereka berada di panti. Karena selama ini yang peneliti Iihat, mereka dimasukan isalasi dibiarkan saja di ruangan. Hanya waktu-waktu tertentu seperti makan dan mandi mereka di keluarkan.
BAB3 METODE PENEUTIAN
Setelah menggambarkan latar belakang permasalahan serta acuan teori-teori dalam penelitian ini, selanjutnya penulis akan menguraikan tentang metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Metodologi penelitian adalah tehnik atau cara dalam mengumpulkan fakta atau bukti (Poerwandari, 1998), dalam hal ini adalah perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan serta langkah-Iangkah apa yang harus ditempuh ul1tuk mencapai tujuan dan sasaran penelitian.
3.1. Jenis Penelitian 3.1.1
Pendekatan Penelitian.
Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mencari gambaran tentang dinamika pengambilan keputusan pada anak jalanan yang melarikan diri dari panti asuhan, maka pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dari kasus anak jalanan yang melarikan diri dari panti asuhan.
37
Pendekatan kualitatif ini dapat digunakan untuk memahami gejala tingkah laktJ manusia- menurut penghayatansangpelaku ataupun melalui sudut pandang subyek penelitian (Arikunto, 1995). Strauss (dalam Djunaidi, 1997) memberikan pengertian tentang penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menggunakan tehnik-tehnik ihformatika atau non statistik. Pada dasarnya ada 3 komponen pokok dalam penelitian kualitatif yaitu: 1. Adanya data sebagaimana yang telah disebutkan yakni bisa datang dari
berbagai sumber; interview dan observasi merupakan sumber-sumber yang paling umum (common sources). 2.
Komponen kedua adalah terdiri dari analisis atau prosedur-prosedur interpretasi yang berbeda guna memperoleh hasH penemuan atau teoriteori. Proses ihidihamaKan codihg, yang diilariasikan dalam latihan, pengalaman, dan tujuan penelitian.
3. Komponen ketiga adalah penulisan dan laporan-Iaporan verbal (Marshal & Rosman, dalam Sevilla1993).
Penulis dalam hal ini meneliti kasus anak jalanan yang melarikan diri, dengan mengetahui dari sudut pandang anak tersebut dibarengi dengan melihat situasi panti asuhan secara umum baik tempat maupun penghuni ataupun orang yang berada di panti tersebut.
3S"
3.1.2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. dimana metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran serta informasi tentang penelitian yang akan diteliti. Sevilla (1993) menjelaskan bahwa metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan -keadaan nyata sekarang. Gay mendefinisikan metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian (dalam Sevilla, 1993)
3.2 Pengambilan sampel 3:2~1.
Tehnik pengambilan Sampel
Penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan pendekatan purposif. sampel tidak diambil secara acak, tetapi justeru dipilih mengikuti kriteria tertentu (Poerwandari, 1998). Menurut Sarantakos (dalam Poerwandari. 1998) prosedur pengambilan sampel pada penelitian kualitatif umumnya menampilkan karakteristik: 1.
Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian.
2.
Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian
39
3.
Tidak diarahkan dalam keterwakilan (dalam artai jumlah I peristiwa aeak) melainkan pada kecocokan konteks.
3.2.2. Subyek penelitian Karena tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposif sampling, dimana sample diambil dengan eara meneari sampel yang representatif meliputi wilayah-wilayah atau kelompok yang diduga sebagai anggota sampel. Maka subyek dalam penelitian ini diambil berdasarl
Sedangkan jumlah subyek dalam penelitian kualitatif menurut Strauss tidak ada ketentuan bakunya (dalam Arikunto 1995). Teriebih apabila data yang diperoleh telah cukup memadai dan mendalam maka subyek boleh diambil dalam jumlah kecil. Merujuk pernyataan Poerwandari (1998) bahwa sampel yang digunakan dalam kualitatif tidak pada jumlah yang besar. Maka peneliti hanya membatasi subyek penelitian sebanyak 4 orang.
40
3.3 Pengumpulan Data 3.3.1. Metode pengumpulan data
Sebagaimana lazimnya penelitian-penelitian kualitatif lainnya, penelitian inipun menggunakan metode wawancara dan observasi serta penelusuran berbagai dokumen sebagai metode pengumpulan data. Senada dengan pernyataan Marshal & Rossman (dalam Sevilla, 1993) bahwa dalam penelitian kualitatif metode yang umum digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi. wawancara dan peninjauan berbagai dokumen yang relevan tentang subyek.
Ada dua tipe utama wawancara dalam disiplin i1mu sosial, pertama wawancara penelitian, dan wawancara evaluasi pribadi yang digunakan dalam penempatan kerja dan diagnosis klinik (Fox, dalam Sevilla, 1993). Adapun wawancara penelitian adalah suatu metode penelitian yang meliputi pengumpulan data melalui interaksi verbal secara langsung antara pewawancara dan responden. Tehniknya ada dua cara; 1). Wawancara tidak terstruktur dan 2). Wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur didefinisikan sebagai banyaknya arahan dan pembatasan yang ditentukan oleh situasi wawancara (Borg, dalam Sevilla: 1993). Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara tidak distandarlsasikan, lebih fleksibel dan terbuka. Sehingga pewawancara dapat memodifikasi, mengulangi, j
41
menguraikan pertanyaan yang ditanyakan dan mengikuti jawaban responden asal tidak tidak menyimpang dan tujuan wawancara (Sevilla, 1993)
Adapun wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Karena agar muncul umpan balik, sehil)gga memperoleh informasi yang lebih dan menyesuaikan dengan keadaan subyek penelitian. Sedangkan observasi digunakan sebagai metode penunjang dalam penelitian ini.
3.3.2. Instrumen penelitian
Setelah ditentukan metode pengumpulan data dalam penelitian ini, selanjutnya ditentukan pula instrumen pengumpulan data yang sesuai dengan metode yang telah ditetapkan. Instrumen yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah: Pedoman wawancara Digunakan untuk memfokuskan data yang akan diambil agar sesuai dengan tUjuan penelitian, juga sebagai alat bantu untuk mengkategonsasikan jawaban.
42
-
Catatan wawancara Berguna sebagai sarana untuk mancatat identitas pribadi subyek dan sebagai ringkasan wawancara.
-
Lembar observasi Pedoman untuk melakukan pengamatan terhadap gambaran fisik subyek, keadaan tempat wawancara, sikap, perilaku subyek selama wawancara.
-
Tape recorder Alat untuk merekam perkataan subyek saat wawancara berlangsung. Hal ini guna mempermudah penulis dalam melakukan wawancara agar tidak ada satu ucapanpun yang tertewatkan.
3.4. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah langkah-Iangkah ya~g harus dilalui dan dikerjakan datam suatu penelitian adalah: 1. Tahap persiapan Sebetum peneliti metakukan penelitian maka terlebih dahulu mempersiapkan instrumen yang akan digunakan yaitu pedoman wawancara, lembar observasi dan instrumen lainnya yang tetah disebutkan sebetumnya, kelak menunjang jatannya penelitian.
43
2. Setelah itu mencari informasi keberadaan subyek. Meminta kepada pihak panti tentang identitas subyek serta meminta izin kepada pihak panti untuk mengajak salah seorang anak panti yang sebelumnya juga aktif di jalanan. Hal ini adalah upaya agar penulis mudah mengetahui keberadaan subyek. 3. Kemudian mulai mendatangi subyek dengan mendatangi tempat- tempat yang biasa mereka kunjungi dalam melakukan aktifitas mereka. Seperti di daerah Sarinah, Monas, Gambir, Bulungan dan Blok M. Setelah menemukan mereka peneliti mulai melakukan rapport. Kemudian meminta izin atau kesediaan subyek untuk diwawancarai.
Tidak hanya itu saja, peneliti pun melakukan beberapa kali wawancara serta observasi guna mendapatkan data yang cukup akurat sehingga menemukan jawaban yang sesuai dalam penelitian ini.
3.5. Tehnik analisa data Tehnik analisa data dalam penelitian ini menggunakan bentuk analisa data Pattem-maething atau pencocokan pola. Yaitumembandingkan sebuah pola yang didapat secara empiris dengan pola altematif yang diramalkan untuk mencari validitas internal (yin, 2000). Langkah-Iangkah analisa selanjutnya; 1. Membaca data berulang-ulang untuk menemukan makna dari jawaban subjek.
44
2. Melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok permasalahan. 3. Mengelompokkan data dengan memberi kode-kode. 4. Melakukan interpretasi dengan analisa pencocoka pola, lalu hasil analisa dibandingkan dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini.
Matthew B. Miles & A. Michael Huberman (Syofia, 2003) ada tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan dalam proses analisis data, yaitu; 1. Reduksi data, suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu kemudian mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. 2. Penyajian data, yaitu sekumpulan data yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 3. Penarikan kesimpulan,
Adapun langkah-Iangkah analisa datanya adalah : 1. Data-data yang telah dikumpulkan dipindahkan ke dalam transkip verbatim. 2. Dibuat ringkasan dari setiap kasus dan dikumpulkan aspek-aspek penting yang relevan dengan penelitian untuk dianalisa.
45
3. Data yang dikumpulkan, dikelompokkan, dan diberi kode serta penjelasan singkat untuk mempermudah proses interpretasi sesuai dengan out line data. 4. Analisa terhadap masing-masing kasus. 5. Analisa dirangkum dan disimpulkan dari umum ke khusus.
BAB4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Subyek penelitian dalam hal ini berjumlah 4 orang anak, 3 orang laki-Iaki dan seorang anak perempuan. Keempat orang anak tersebut adalah anakjalanan yang memiliki aktifitas sama yaitu "mengamen" dan semuanya termasuk anak yang masih kontak dengan orang tuanya (children on the street).
Satu orang subyek perempuan bernama Indah, ia biasa mengamen di sekitar stasiun Kereta Api Gambir. Ketiga subyek laki-Iakinya adalah Kiki, Doni, dan Adit yang ketiganya biasa mengamen di daerah Bulungan-Blok MKebayoran, serta ketiganya adalah saling mengenal. Mereka rata-rata berumur 12-14 tahun. Dari ketiga subyek laki-Iaki, subyek yang bernama Kiki hampir setiap hari mengamen bersama ketiga adiknya di Bulungan dan selalu dipantau dan ditunggui ibunya.
Adapun mengenai nama keempat orang anak tersebut di atas adalah nama samaran. Hal ini sesuai dengan kode etik penelitian guna menjaga kerahasiaan serta nama baik subyek penelitian.
47
Adapun mengenai gambaran umum keempat anak jalanan yang melarikan diri dari Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Duren Sawit dapat di Iihat dengan jelas dalam tabel 4. Tabel4 Gambaran Umum Subyek Penelitian Nama Umur Asal Latar Belakang Keluarga
Indah 12 Tahun Jawa Dart Jawa ke kola mengadu nasib, banyak anak,peke~aan
fidak menetap AnakKe AktIfitas dl jalan Latar belakang turun ke lalan
Tempat biasa melakukan aktifrtas
3 dart 8 saudara Mengamen Dan kampung pindah ke kampung Rambutan kebanjiranpindah ke Mangga2kebakaranpindah ke Gambir ikul bapak jual nasi gorengdiusir satpamakhimya ke jalan naamen Stasiun Gambir
KlkI 13 Tahun Boaor Ekonomi rendah, Keluarga Broken home seluruh keluarga semua menge~akan aklifitas yana sama. 3 dart 7 Saudara Mengamendi kendaraan umum Karena orang tua dengan dalih membantu ekonomi keluarga.
Doni 12 Tahun Sunda Ekonomi lemah, Bapak pemulung dan ibu pengemis
Adit 14 Tahun Jakarta Ekonomllemah, bapak ke~anya fidak tentu.
3 dart 6 saudara Mengamen
4 dart 6 saudara Mengamen
Ungkungan keluarga, dorongan ingin membanlu ekonomi keluarga.
Berawal dart putus sekolah, kemudian diajak teman.
Bulungan-Blok M-Melawai
Bulungan- Blok MMelawai
, Blok M- Bulungan
49
Meski awalnya Indah malu dan takut, namun setelah peneliti memberi penjelasan tentang kerahasiaan hasil wawancara akhimya Indah mau diwawancarai. Namun ia member; persyaratan kepada peneliti yaitu peneliti harus ikut menemaninya ke KONI Tanah Abang untuk berenang. "Wah ka' untung ka keburu datang, saya kan lagi rencana mau berenang di KONt ka. Kakak ikut renang yuk, nanti saya mau deh diwawancara, ya' ka yahf', pintanya sambil membujukku.
Akhirnya wawancara pun berlangsung sekitar puku112.30 di kolam renang KONI Tanah Abang, itupun setelah kami berenang dan melakukan sedikit pengakraban dengan subyek dan keluarga subyek sebelumnya.
Indah adalah seorang anakjalanan berusia 12 tahun dengan rambut pirang sepundak dan memiliki paras yang cukup manis. la adalah anak ketiga dari delapan bersaudara. Adik-adiknya masih kecil-kecil dan terlihat sangat kumal karena sepertinya orang tuanya tidak mementingkan kebersihan dan I
memang sengaja seperti itu sampai mereka selesai mengamen nanti. Begitupun dengan tempat mereka tinggal sangat memprihatinkan karena semua aktifitas seperti makan, ngobrol, tidur dan berkumpul hanya beratapkan sebuah pohon setinggi 3 meter dan beralaskan sebuah karpet plastik yang juga terlihat kuma!. Begitu pula dengan tempat menaruh pakaian, mereka sangkutkan dengan gantungan pakaian di pohon yang mereka tempati itu. Begitupula dengan pakaian kotor yang juga dipisahkan dalam
50
sebuah plastik yang tempatnya mereka gantungkan pula pada ranting pohon. Meski tidak dipungkiri sesekali mereka berdandan rapi, itupun jika ingin pergi ke suatu tempat seperti jalan-jalan dan belanja yang merupakan suatu hiburan buat mereka.
4.2.1.1. Dlnamika Pengambilan Keputusan Keluarga Indah berasal dari Jawa, merantau ke kota karena ingin mendapatkan kehidupan lebih baik. Namun kenyataannya justeru berkata lain, malah menjadi pemicu ia mengamen. Padahal sebelumnya ia tidak terbayang harus mengalami hal sekarang ini. Keluarga Indah sudah beberapa kali pindah-pindah tempat karena mengalami beberapa musibah dan kejadian. Seperti penuturannya; "Awa/nya pertamanya.....ma/u ka, pertamanya.. kan pengen ke itu, apa namanya.... kan du/u rumah saya kan du/unya di Kampung, eh udah itu pertamanya.... Awa/nya... saya ke kampung Rambutan, eh udah kaya gitu kampung Rambutan kebanjiran, udah kebanjiran pindah ke Mangga Dua, eh Mangga Dua:kebakaran, akhirnya saya pindah kesini nungguin bapak saya jua/an nasi goreng terus diusirusir ke da/am sama satpam, akhirnya jadi gini deh ka. K'/o ga' gini mau makan dan mana?". Tutur Indah sambil malu-malu menceritakan keadaan keluarganya.
Sederetan panjang musibah yang dialami keluarga Indah tentu tidak begitu saja terjadi. Dengan modal nekat, tanpa ada kecukupan finansial, keterampilan serta pendidikan yang cukup, membuat mereka harus menyambung hidup seadanya. Hingga akhimya menimbulkan kesulitan baru
51
buat keluarga mereka sampai akhimya mereka terbuang ke jalan. Ketidakmampuan orang tua mengakibatkan anak pun tergadaikan kehidupannya. Kewajiban yang seharusnya orang tua jalankan, hak-hak anak yang seharusnya orang tua berikan tidak terealisasikan seutuhnya. Bahkan sebaliknya, anak yang memikirkan bagaimana membantu orang tua, bagaimana mereka jajan dan hal lain yang belum waktunya mereka kerjakan.
Adapun aktifitas yang biasa dilakukannya adalah mengamen dan memintaminta di stasiun Gambir, dari hasil mengamen itulah ia bisa memenuhi kebutuhannya selain ia peroleh dari orang tuanya. Penghasilan dari mengamenpun cukup besar, dimana ia bisa mengantongi uang sampai Rp.50.000 sehari bahkan bisa Rp.100.000 kalau sedang ramaL HasH mengamen itu pula secukupnya ia berikan kepada orang tuanya. Banyak hal yang Indah temui selama berada di jalanan, kebebasan serta I
pergaulan bebas, obat-obatan, seks bebas, sangat ia mengerti di usianya yang masih senja itu. Terkadang kalau ia suntuk ia suka sekali bersama teman-temanya ke diskotik. Seperti ceritanya: "Wah ka, kadang saya sarna temen di ajak main ke bar, diskotik, mainmain aja ka' di situ, kadang yah bantuin suruh orang beliin minuman, orangnya ganteng-ganteng tau ka, kaya-kaya lagL Temen saya Una cantik bangat ka' ditaksir sarna om disitu, dibeliin pakaian, perhiasan, ba.....ik banget, enak ka'. Saya pernah tuh ka waktu ga sengaja Iiat jablay lagi berbuat, ih ....toketnya gede banget keliatan. Yah kadang saya juga klo lagi suntuk suka ngerokok bareng temen-temen.·
52
Sungguh miris mendengar cerita Indah. Seusia Indah harusnya berada di sekolah, mendapatkan pendidikan yang layak, menerima haknya sebagai anak. Namun, hal yang seharusnya belum waktunya untuk ia ketahui bahkan dilakukan anak seusianya dengan mudah ia temui. Karena memang Iingkungan yang ia tempati sangat mendukung seorang anak melakukan pergaulan bebas. Apalagi Indah juga sudah beberapa kali berganti-ganti pacar, begitupun dengan yang namanya ciuman, buatnya suatu hal yang tidak asing. "Pacar saya banyak....e...ada doni, acung akil, tino, .... Pokoknya banyak deh ka', kadang saya asyik aja minta dijajanin. Enak kan ka'. Sayajuga pernah ciuman ".
Selama mengamen Indah sudah 3 kali tertangkap oleh Trantib, dua kali dimasukkan ke Panti Kedoya dan sekali dimasukan ke Panti Cipayung. Waktu masuk ke Panti Kedoya Indah langsung dikeluarkan karena masih terikat oleh kedua orang tuanya dengan memberikan uang tebusan ke pihak I
panti. Sedangkan di Panti Cipayung, Indah sempat tinggal selama beberapa hari dan akhirnya langsung di bawa ke Panti Duren Sawit.
Indah cUkup lama tinggal di panti yaitu sekitar 3 mingguan. Selama di Panti Indah sempat betah, apalagi menurutnya di panti ia akan disekolahkan. Ketika ditanya tentang kegiatan di panti seperti kebersihan menurutnya adalah hal yang wajar. Seperti penuturannya;
54
'Saya jadi ga' betah kak, Karena liap hari diome/in terus ka, cape, diomelin 'nih mah, ada anakja/anan mah kaya gin;' rese, anak sini mah anak rumahan semua kamu doang yang anakja/anan..... ', Tutur Indah menceritakan kejadian yang membuat ia tidak betah di Panti. •.. .yang bikin saya ga' betah satu diomelin, keduan kalinya ga' enak ka' anak-anaknya suka ngetjain saya, ce/ana saya diumpelin, terus dah gituch pada rese katanye gini ada yang umpelin baju saya si Nur kecil tuh ka, saya pengen /awan saya tuh anak baru, saya ga' nge/awan tapi anak ituh nge/unjak, tapi biarin saya diemin, saya di situ nangis me/u/u ka, pengen pu/ang, akhimya sampe saya pu/ang, tapi pas saya pu/ang saya kabur".
Hal wajar sebagai pengurus bersikap tegas kepada anak asuhnya, dan marah jika anak membuat kesalahan. Namun, sebagai peran orang tua pengganti setidaknya tetap menjaga perasaan anak dan membuat anak selalu merasa aman sehingga mereka kerasan tinggal di panti. Sebelumnya Indah bercerita bahwa ia cukup kerasan di panti, namun ketika sensitivitasnya timbul dan adanya diskriminasi buatnya akhimya menjadi balance sehingga timbul rasa tidak betah.
Terlihat faktor kognisi di sini cukup mempengaruhi untuk mengambil keputusan kabur. Secara kualitas ia lebih merasa aman dengan orang tua, begitupun secara kuantitas ia bisa mendapatkan keuangan lebih banyak meskipun dengan menghilangkan manfaat tinggal di panti jauh lebih besar. Berdasarkan cerita Indah terlihat jelas motif yang membuatnya ingin melarikan diri. Sehingga timbul sikap bagaimana ia melarikan diri.
55
4.2.1.2. Tahapan Pengambilan Keputusan Keputusan Indah untuk kabur sebenamya sudah cukup ia reneanakan, namun sesekali gagal. Ketidaksukaannya karena sering mendengar perkataan yang membanding-bandingkan antara anak jalanan dengan anak rumahan seperti yang telah penulis ceritakan di atas, membuat ia ingin keluar dari Panti. Selain itu juga ada beberapa faktor lain yang menjadi pemicu Indah tidak betah, yaitu;
"...yang bikin saya ga' betah satu diomelin, keduan kalinya ga' enak ka' anak-anaknya suka ngeJjain saya, celana saya diumpetin, terus dah gitueh pada rese katanye gini ada yang umpetin baju saya si Nur keeil tuh ka, saya pengen lawan, saya tuh anak baru, saya ga' ngelawan tapi anak ituh ngelunjak, tapi biarin saya diemin, saya di situ nangis melulu ka pengen pulang, akhirnya sampe saya pulang, tapi pas saya pulang saya kabur".
Tertihat di atas bagaimana Indah menilai itu sebagai masalah baginya, dimulai karena tidak sukanya dibanding-bandingkan, perilaku anak lama yang !
cUkup diskriminasi terhadap dirinya sehingga di situ ia tidak merasa nyaman jika terus tinggal dalam Iingkungan Panti. Pada tahapan dinamakan appraising the challenge (menilai masalah).
Pada tahap SUlVeying the alternatives dimana Indah mencoba meneari berbagai informasi dan altematif tentang tindakan yang akan dilakukannya untuk keluar dari panti. mengumpulkan informasi waktu-waktu rentan untuk
56
kabur, dan memikirkan cara untuk melarikan dirt. Indah telah beberapa kali mencoba untuk melartkan diri dari panti, namun sempat pula mengalami kegagalan. Mengenai bagaimana Indah kabur yaitu dengan mencoba beberapa cara seperti penuturannya: "Pertama kabur ketahuan sekali sama ka Pendi, trus pengen kabur terus ga'jadi-jadi, saya pernah berusaha manjat tembok ga' bisa ketinggian, ga'sampe'.
Pada tahap Weighing the alternative yaitu setelah mencoba-coba cara di atas dan ia tidak berhasil,akhimya suatu hari Ibunya menjenguknya ke panti, dan saat inilah ia manfaatkan untuk minta izin pulang. Sehingga ia memilih tahapan ini sebagai alternatif yang paling baik.
Awal Indah tidak dapat izin bahkan ibu kandungnya pun tidak memberinya izin, tapi ada salah seorang pengurus panti yang berbaik hati mengizinkannya pulang dengan syarat ia akan kembali lagi.
Pad~
tahap ini di sebut Making a
commitment Dengan membuat komitmen kembali ke panti yang merupakan
sebagai alasan agar ia keluar dari panti.
Setelah Indah pulang bersama ibunya ia tidak mau kembali lagi ke panti. padahal ibunya menyuruh ia untuk di panti saja, karena menurut ibunya enak tinggal di panti. Tapi karena ibunya takut kalau Indah menjadi lebih berani
57
dengan memaksanya ke panti akhimya ibunya membiarkan Indah tetap bersamanya di Gambir. "Payah de' disuruh balik lagi ga' mau, padahal enak. Abis anaknya susah katanya kalau maksa ke panti dia mau kabur lagi dan ga' balik ke keluarga. Ya udah daripada nanti dia kabur ga' pulang, saya lebih khawatir, mendingan di sini aja': Tutur Ibunya kenapa tidak blsa memaksa Indah untuk ke Panti. Pada tahap Adhering despite negative feedback Indah sudah membuat keputusan untuk tidak kembali ke panti meskipun ibunya menyuruhnya kembali. la sudah mempertimbangkannya selama kembali di Gambir melihat kondisi di situ asyik dan enak ia pun akhirnya memilih tidak kembali ke panti meskipun ia berkata kalau saja di panti pengasuhnya ga' galak trus dan tidak membeda-bedakan kemungkinan bertahan di panti yang la pilih. Seperti penuturannya: "kala ga' begitu bu ifahnya, saya sakit hati di gituan ka'jadi saya pengen di sini aja ketahuan nyampur ama anakjalanan". 4.2.1.3. Strategl Pengambilan Keputusan
Sejak Indah merasa sebal, sakit hati mendengar ia dibanding-bandlngkan sebagai anak jalanan, maka Indah memutuskan untuk kabur atau melarlkan diri dari panti. Berbagai cara ia coba tetapi tetap saja gagal karena usaha melarikan dirinya selalui gaga!. Hingga akhirnya kedatangan ibunya menjengguk ia manfaatkan untuk izin pulang, yang ternyata hanya sebagai alibi agar ia bisa keluar dari panti.
58
Strategi pengambilan keputusan yang diambil Indah berdasarkan klasitikasi unsur resiko dari Gellat dkk (Atwater, 1983) cenderung menggunakan Combination strategi, yaitu memilih alternatif yang paling tepat. Indah
mengkombinasikan kemungkinan untuk memperoleh hasil yang paling diinginkan dengan peluang terbesar. Karena sebelumnya Indah sudah mencoba beberapa kali untuk kabur, namun selalu gagal. Hingga akhimya ibunya datang ke panti menjenguk. Kesempatan izin pulang inilah ia gunakan untuk bisa pulang.
4.2.1.4. Faktor-faktoryang mempengaruhi pengambllan keputusan.
Berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan Indah untuk melarikan diri dari panti tidak terlepas dari beberapa hal. Secara kognisi, Indah menilai bahwa setelah ia mendapat izin dari pihak panti untuk ikut pulang bersama orang tuanya yang saat itu sedang menjenguknya, dan setelah sesampainya dirumah ia terpengaruh kembali dengan asyiknya mendapatkan uang dengan mudah dibandingkan ketika dipanti yang hanya mendapat uang jajan seribu rupiah perhari. Selain itu ia memang sudah mencoba-coba kabur dari panti karena ia merasa disbanding-bandingkan dengan anak lain.
Motif Indah melarikan sendiri ada beberapa hal. Pertama ketika ia merasa sakit hatl oleh salah seorang pengasuh di panti yang membandingkan antara
59
anak jalanan dengan anak lainnya yang tinggal di panti. Seperti penuturannya; "Saya jadi ga' betah kak, karena tiap han diomelin terus ka, cape. Diomelin ini mah ada anakjlanan mah kaya gini, rese, anak sini mah anak rumahan semua, kamu doing yang anakjalanan....." Tutur Indah kepada peneliti. Kedua pengaruh kognisinya bahwa di jalan ternyata jauh lebih mudah secara mater!. Hal ini dirasakan kembali oleh Indah ketika mendapat izin pulang ke rumah dan melihat lingkungannya seperti teman-teman Indah yang sedang mengamen. Apalagi saat itu, jikapun ia akan disekolahkan oleh pihak panti, namun menunggu tahun ajaran baru masih empat bulanan. Tentu membuat ia merasa jenuh dengan rutinitas di panti.
Berkaitan dengan sikap, meskipun Indah melihat kehidupan di panti enak, namun dengan adanya perlakuan negatif baginya serta kahidupan jalanan yang mendukung memilih indah mengambil keputusan untuk melarikan diri dar! panti asuhan dan berkecimpung kembali di jalanan.
60
4.2.2. Kasus Kiki identitas Subyek Nama
: Kiki
Alamat
:Parung panjang
Usia
: 13 Tahun
TTL
Pekerjaan
: Mengamen
Anak
: ke 3 dari 7 saudara
Menemui subyek yang satu ini sempat membuat penulis sendiri takut, dimana kedatangan penulis membuatnya tidak nyaman. Peneliti bertemu dengan Kiki yaitu pada hari Sabtu tanggal17 Juni 2006 pada puku115.00 menjelang senja tepatnya di daerah kolam renang Bulungan Jakarta Selatan. informasi mengenai tempat biasa melakukan aktifitasnya ini penulis ketahui dari salah seorang temannya yang kebetulan memilih tetap tinggal di panti yaitu Doni. Melalui Donilah penulis dapat menemukan Kiki. Cukup sulit pendekatan peneliti terhadap Kiki meskipun Kiki sudah kenai dengan peneliti sebelumnya di panti. Awalnya peneliti bersama Doni yang begitu setia menemani peneliti dari pagi berputar-putar di daerah kolam renang Bulungan mencari Kiki namun belum juga bertemu karena tempat aktifitas mengamen mereka yang selalu berganti dari mobil satu ke mobil lainnya. Kemudian peneliti
be~alan
ke lampu merah sebelah kanan dari Bulungan menghampiri anak-anak yang
61
sedang mengamen guna mendapat informasi keadaan Kiki, disitulah ada seorang adik Kiki yang juga sedang mengamen. Tidak lama beberapa menit setelah bertanya kepada adik Kiki Doni melihat kiki; Ka Ita itu kiki di seberang tuh, ..., Kiki.... Kiki.... " Doni memberitahukan peneliti sambil menunjuk-nunjukan tangannya ke tempat di mana Kiki berada seraya memanggil Kiki.
Saat itu peneliti cukup bergembira dan senang bisa menemukan Kiki, karena hari itu dari pagi petang tadi peneliti baru menemui subyek penelitian yang kedua. Namun yang hadir justeru kekahawatiran dimana peneliti melihat raut kiki seperti kaget melihat keberadaan peneliti dan kekhawatiran itu terbukti ternyata Kiki tidak menemui kami justeru malah menghilang di lalu lalang mobil. Ketakutan kiki adalah karena ia takut peneliiti membawanya kembalii ke panti, karena yang ia ketahui peneliti pernah tinggal di panti yang saat itu tenggah KKL (Kuliah Kerja Lapangan).
Akhirnya peneliti balik ke depan Kolam renang dan berinisiatif menunggu di sebuah taman sedangkan Doni mencari Kiki di sekitar tempat tersebut agar Doni bisa menjelaskan kedatangan peneliti menemui Kiki. Akhirnya Kiki pun kami temui setelah setengah jam melakukan pencarian keeil karena Kiki bersembunyi. Wawancara pun berlangsung di sebuah taman samping Kolam renang Bulungan setelah peneliti melakukan pendekatan dan membuat subyek merasa nyaman.
62
4.2.2.1. Dinamika Pengambilan Keputusan
Kiki adalah anak ke tiga di keluarganya, dia bersama empat orang adiknya yang masih eukup keeit mengamen di daerah Bulungan di dekat lampu merah perempatan jalan samping Bulungan serta pada Bus Metromini. Namun, seorang adiknya bemama Bule menghilang yang konon cerita orang ada yang mengambitnya untuk di asuh, bahkan ada pula kabar bahwa adiknya telah dijual. Adapun dengan Ibunya berprofesi sama sebagai pengamen dan juga Joki atau bahkan hanya duduk menunggui serta mengawasi anak-anaknya yang sedang menggamen di Bulungan. Kiki bersama keluarganya tinggal di daerah Parung Panjang di sebuah kontrakan, dimana sebelumnya ia juga pernah mengontrak di daerah Ciputat. serang dan lainnya. Mereka biasa datang ke tempat mengamen pada siang hari untuk mengamen dan kemudian pulang jika sudah larut malam sekitar pUkul 7 malam karena khawatir ketingalan kereta pula(1g. Terkadang ibunya datang belakangan ke Bulungan sambit membawa pakaian ganti anak-anaknya.
Kehidupan orang tua kiki tidak harmonis. Bapaknya adalah seorang laki-Iaki yang selalu berganti pasangan. Menurut penuturan ibunya kiki. bapaknya sudah main perempuan dari ia masih punya anak satu. Namun ibunya berusaha mempertahankan keutuhan keluarganya, karena perilaku bapaknya
63
tidak pemah berubah bahkan semakin menjadi, akhirnya ibunya tidak peduli. Seperti penuturan ibunya; "Bapaknya kiki sih udah kaga di rumah, orang gila cewe, udah main cewe sih dari anak masih satu ge' dah gila perempuan sampe sekarang. Dulu sih saya emang nahan-nahan trus, tapi sekarang sih anak udah pade gede bodo bangat ah". Cerita Ibunya sambil dengan nada sudah tidak mau tau kondisi suaminya itu. Kiki sempat mengenyam bangku sekolah dasar, namun hanya sampai kelas 5 SD karena ibunya tidak kuat membiayai sekolah. Adapun Kiki melakukan aktifitas di jalan adalah karena kemauannya sendiri dan tidak pernah disuruh siapapun karena memang kehidupan keluarganya yang tidak baik membuat ia sering berada di jalan. Seperti penuturan kiki, " Ke jalan? Ga' di suruh, ga'ikut-ikutan emang kemauan sendiri," Tutur Kiki kepada peneliti. Meskipun Kiki mengamen atas kemauannya sendiri, dari data yang penulis temui selama beberapa kali datang ke tempat Kiki dan keluarganya mengamen, tetap saja orang tuanya cukup berpengaruh besar agar Kiki mau mengamen.
Seperti kebanyakan anak jalanan lainnya Kiki berada di panti adalah merupakan hasil penertiban yang dilakukan pihak trantib. Sebenarnya kiki sudah sering tertangkap petugas trantib dan sudah beberapa kali pula keluar masuk panti. Seperti penuturannya
64
"udah sering ka', ada ka'....., masuk Plumpang aja saya udah 12 kali, terus masuk Duren Sawit dua kali. ". Penulis saat mewawancarai pendapat Kiki tentang bagaimana kehidupan kiki selama di panti banyak sekali jawaban ketidaktahuan yang ia lontarkan. Seperti subyek menyembunyikan suatu hal. Namun mengenai teman-teman di panti menurut Kiki cukup asyik. Seperti yang Kiki tuturkan,
"Pandangan panti ? ... " .ga' tau, temen-temen asyik-asyik ajah... ".
Usia kehidupan Kiki di panti asuhan memang tidak lama hanya sekitar dua mingguan yang mana waktu ini tidaklah cukup untuk mengetahui apa sebenarnya fungsi panti ini buat diri Kiki. Apalagi Kiki kabur dari panti adalah karena ajakan temannya yang mana ia akan diancam jika tidak ikut bersama temannya itu.
Selama di panti yang membuat Kiki tidak kerasan adalah dimana kiki pemah merasa kesal oleh salah seorang pengurus panti seperti penuturan Kiki
"kesel ka' ma bu Ipah pas ketok pake centong, saya kan cuma tanya Bu ini lauk pagi ya, eh malah ketok centong, udah makan aja masih untung bisa makan, padahal kan ga' mesti ngebentak ka. Selama di panti memang kiki cukup diam dan tidak terlalu banyak ulah, tetapi memang terrlihat ia cukup emosional jika tersinggung walau kadang hanya menahan kesal. Melihat cerita Kiki, memang sebaiknya sebagai pramuria
65
sosia! yang dipercaya untuk amanah yang cukup mulia setidaknya tidak berkata demikian. Masih banyak jawaban yang !ebih pantas dibandingkan jawaban seperti di atas. Karena pada dasarnya mereka bukan bingung memberi makan sehinggga berkata "masih untung bisa makan", mereka hanya di beri tugas untu melayani. Karena pada dasamya para pengasuh panti makan dari anak-anak, karena memang itu ada!ah hak anak-anak panti yang sudah diberikan dari pemerintah.
Faktor utama yang menyebabkan Kiki kabur dari panti asuhan adalah saat dimana salah seorang teman Kiki yang cukup lama tinggal di panti mengajak Kiki kabur. Awalnya Kiki tidak mau dan takut. Karena ia dipaksa dan diancam akhinya Kiki mau juga mengikuti ajakan temannya. «Saya diajak kabur ka sama Suradi, dia biJang 'ki kabur yuk kita jalanjalan' katanya ke saya, saya pertama ga' mau terus saya diancam, ya udah akhimya saya mau ka', .pas saya udah diajak ga' tau di daerah mana pas di kereta api saya ditinggal ka', saya ga tau jalan ke panti naik apa, akhimya saya naik aja kereta yang arah kebayoran, udah gituh saya langsung ke Blok M. 4.2.2.2. Tahapan Pengambilan Keputusan
Tahapan appraising the challenge (menilai masalah) pada kiki yaitu saat ia di ajak kabur, karena ia akan diancam jika menolak maka itu adalah masalah baginya, dengan ketakutan di ancam itulah Kiki akhirnya keluar dari Panti.
66
Pada tahap Surveying the alternatives sebenarnya Kiki tidak melewati tahapan ini. Karena memang sebelumnya Kiki tidak ada rencana kabur, ia cukup betah, apalagi ia pernah mendapat support untuk melanjutkan sekolah dari kakak yang saat itu sedang KKL.
Pada tahap Weighing alternatives, dimana Kiki mencari jalan yang mudah bagi dirinya. la memilih altenatif pulang karena banyak kendaraan yang menuju ke daerah tempat ia menjalankan aktifitasnya yaitu daerah Siok M tepatnya di Sulungan.
Begitupun dengan Making a commitment yang dibuat Kiki adalah di mana
ketika Kiki ditinggal di sebuah stasiun oleh Suradi teman yang mengajaknya kabur, Kiki tidak mengetahui jalan pulang, akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke tempat dia biasa mangkal di Sulungan. Karena baginya daerah Siok M banyak orang tahu dan banyak arah mobiitYang menuju ke sana.
Tahap Adhering despite negative feedback. Kiki tidak terlalu memikirkan resiko lain. Memang sebelumnya Kiki tidak ada pikiran untuk kabur dan tidak mau mau di ajak kabur. Namun, ketika ia di tinggal oleh temannya itu dengan begitu saja akhirnya ia memilih pulang ke tempat ia mengamen. Karena memang tidak terlalu sulit dan banyak orang tahu arah ke Siok M.
67
4.2.2.3. Strategi Pengambilan Keputusan Setelah Kiki di ancam ikut temannya denggan alasan minta ditemani jalanjalan yang pada akhimya ia ditingal begitu saja tanpa mengetahui arah kembali ke panti dan tidak semua orang mengerti Panti Sosial Asuhan Anak Duren Sawit, maka ia memilih kembali ke Blok M, tempat dimana ia biasa melakukan akifitas mengamennya.
Strategi pengambilan keputusan yang diambil Kiki berdasarkan klasifikasi unsur resiko dari Gellat dkk (Atwater, 1983) cenderung menggunakan Escape
strategi yaitu memilih alternatif yang paling tinggi kecenderungannya untuk terhindar dari hasil yang buruk. Karena Kiki berusaha menghindari ancaman Suradi untuk kabur. Begitupula alternatif ke tempat ia biasa melakukan aktifitas mengamen cenderung lebih mudah dibandngkan ia ke panti tidak mengetahui jalannya.
4.2.2.4. Faktor·faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan Keinginan untuk melarikan diri awalnya tidak terbesit di hati Kiki. Namun, saat Suradi temannya mengancam serta memaksa Kiki untuk kabur, Kikipun tidak memiliki keberanian untuk melawan. Maka, saat Kiki ditinggalkan begitu saja oleh Suradi di sebuah stasiun kereta api, Kiki kebingungan untuk kembali ke
68
panti. Maka saat itu hal tepat menurut Kiki adalah mengikuti kereta api yang dapat membawanya kembali ke Blok-M. seperti penuturan Kiki; "Saya di ajak kabur ka sama Suradi. Dia bilang 'Ki kabur yUk, kita jalan-jalan. Awalnya saya ga' mau, teros saya diancam. Va' udah akhimya saya mau ka', eh' pas saya udah diajak, ga' tau di daerah mana pas di stasiun kereta api saya ditinggal, saya ga tau jalan ke panti naik apa, nanya sama orang ga'ada yang tahu, akhimya saya naik kereta yang arah kebayoran, udah gituh saya langsung ke BlokM'.
Terlihat jelas motif yang mendasari Kiki melarikan diri dari panti. Ancaman temannya Suradi membuat ia ikut untuk kabur, diperkuat dengan tidak mengetahuinya Kiki jalan kembali ke panti. Selain hal tersebut, kekesalan Kiki terhadap seorang pengurus membuat Kiki juga tidak kerasan tinggal di panti. "Kesel ka' ma bu Ipah pas ketok pake centong. Saya kan Cuma Tanya Bu ini lauk tadi pagi ya, eh malak ketok centong sambil ngomong udah makan aja, masih untung bisa makan. Saya kaget ka, dan sebel dibentak-bental<'.
Cukup positif Kiki memandang panti, tempatnya bersih dan teman-teman pun cukup asyik buat Kiki. Namun, perilaku salah seorang pengurus panti membuat Kiki tidak kerasan di panti. Semestinya sebagai pengurus sudah seharusnya menjaga perasaan anak-anak panti agar mereka tetap kerasan berada di panti
69
4. 2. 3. Kasus Doni Identitas Subyek Nama
: Doni
Usia
: 12 Tahun
TTL
: Jakarta, .....1994
Alamat
:Pondok Ranji
Anak
: Ke 3 dari 6 saudara
Peneliti bertemu dengan Doni di depan kolam renang Bulungan pada pukul 6 sore. Karena keadaan menjelang Maghrib akhirnya penulis mengajaknya ke Pasar Raya Blok M dekat sebuah Mushala karena tempat itu cukup nyaman baik untuk peneliti maupun sUbyek. Saat itu Doni menggunakan kaos panjang abu-abu dan celana panjang levis biru yang tampak sangat kotor dan kusam seperti 3 hari tidak dicuci, rambutnya yang pirang karena akibat pikok rambut serta ditutupi topi hitam dan memakai sepatu merek NB.
4.2.3.1. Dinamika Pengambilan Keputusan Doni adalah anak ke tiga dari enam bersaudara, ia tinggal sebuah kontrakan di Pondok Ranji yang mana sebelumnya pernah tinggal di daerah Serpeng BSD dengan biaya Rp. 300.000 perbulannya. Namun, karena tidak ada duit untuk bayar kontrakan akhirnya menunggak sampai 4 bulan dan kemudian diusir sama sl Pemilik kontrakan tersebut. Bapak Doni berprofesi sebagai
70
pemulung, namun sebelumnya pernah berjualan rokok dan aqua hanya saja kurang laku, sedangkan ibunya adalah bekerja sebagai seorang pengemis. Seperti penuturannya; "Bapak saya pemulung ka', dulu pemah jualan rokok kaga laku, jualan aqua kaga laku, ya udah jadi pemulung", trus ibu saya minta-minta di lampu merah, dia juga sering ketanggkep, minta-minta dari mely belum lahir. Kadang di Palmerah BP. Kasihannya klo lagi kena trrantib, kadang sampai dua minggu ga' pulang karena ditahan, kasihan ka'".
Bapak Doni berasal dari Manado sedangkan ibunya dari sunda. Menurut cerita orang tuanya bapak Doni dulunya beragama kristen, yaitu masa ketika mereka masih pacaran dan kemudian menikah masuk Islam. Seperti ceritanya: "Asal bapak manado, saya pemah diceritain, dulu bapak katanya kristen agamanya, masuk Islam. Dulu kata masih pacaran pemah kristen, masuk Islam disunaf. Doni sebelumnya pemah bersekolah, namun hanya sampai kelas 4 SD saja, I
karena orang tuanya sudah tidak memiliki uang lagi, yang ada hanya untuk memikirkan bayar kontrakan saja. Masalah sekolahnya Doni menuturkan: "Saya pemah sekolah di Serpong dekat puskesmas sampe kelas empat SD. Kalau mau dah kelas lima ka'. Gara-garanya kaga mau pulang darijalanan, dua hari dijalanan, akhimya ga'sekolah bolos. Trus....pas saya pulang saya pengen sekolah lagi, saya ngomong sama ema saya, 'mak pengen sekolah lagi ma: kata emak saya; , udah ga' usah sekolah, emak udah kaga ada biayanya, buat bayar kontrakan', kata ema saya begitu. Bapak saya aja sampe jual tivi buat bayar kontrakan". Tutur Doni bercerita sambil terlihat murung meratapi nasibnya.
71
Terlihat dari cerita di atas. Sebenarnya Doni masih memiliki kemauan untuk bersekolah. Karena Iingkungan teman mengamennya serta diperkuat dengan ketidakmampuan finansial orang tuanya akhimya Doni berhenti sekolah.
Doni mulai mengamen semenjak belum masuk sekolah, diajak temannya bemama Unang, Usup dan akhirnya terbiasa. "Ngamen dari sebelum seko/ah di ajak Unang, yang tadi tuh ka' orangnya ada di belakang saya waktu di depan BUlungan, trus diajak Usup...eh lama-lama tau Blok M, Senen, Melawai, ......, orang tuanya sih ga' pemah nyuruh, tapi emang udah keturunan ka', saya sendiri yang mau abis bisa dapet duit, di rumah mah ka' ga' ngapangapain , saya kadang sering ga' pulang , tidur di jalanan bareng temen-temen sambi! gadang, ngamen, klo pulang ya kalau inget aja... ". Aktifitas mengamen sudah dilakukan sebelum Doni sekolah. Seiain memang diajak teman, memang kondisi keluarganya dan ekonomi orang tuanya membuat Doni harus membantu orang tuanya. Karena dart hasil mengamennya selalu ia sisihkan unttuk orang tuClc.
Selama di jalanan Doni juga pernah berkenalan dan mengkonsumsi Bir dan Narkotika. Seperti penuturan Doni kepada peneliti: " pemah saya ngobat ka' sama abang-abangan saya Ed/; kadang di kasih, kadang klo dia lagi ga' ada dult beli lima ribu dapet empat bijl. Kalo ngeboti hawanya galak, kalau saya sih bawaannya pengen cari duit...."
72
Kerentanan hal seperti cerita di ataslah yang perlu kita cermati dan hilangkan. Terlihat jelas kehidupan anak-anak yang tergadaikan di jalanan sungguh rentan dari berbagai hal. Tidak saja kecelakaan. kriminaliitas. kejahatan. kebodohan bahkan pergaulan bebaspun begitu sangat dekat dengan mereka.
Selama berada di jalan nasib Doni pun tidak kalah beda dengan yang lainnya, dimana ia juga pemah kena atau tertangkap trantib. Selama ini Doni menginformasikan kepada peneliti sudah tiga kali tertangkap. ..Selama di jalan saya udah pemah kena trantib 3 kali, sekali di Senin dua kali di Sarinah. Waktu ketangkep di Senen saya lagi ngamen di 77 mobil gede. Temen saya Triyono ketangkep, trus saya turun nyerahin diri aja, ga' enak sama yang ketanggkep, takut bales, masuk bareng ke Kedoya. Bawa duit hasil ngamen Rp. 35.000 buat beli gitar diambJ1 palkam (penguasa dalam ), biasa ka klo ada anak baru masuk. "kijang baru nih .. ... '; kalo ga' mau bersih-bersih dipukulin sama palkam situ dan harus nurutin kemauannya. .... ". trus waktu saya kena trantib di Sarinah pertama saya lagi t/duran di tangga, kedua lagi bergadang malam di Sabang, pagi tidur di bawahnya, di bawah tangga, trus ketangkep trant/b.. .... Terlihat dari kasus Doni di atas temyata permasalahan anak jalanan tidak saja berada di jalanan. namun tempat yang digunakan sebagai sarana untuk menyelesaikan permasalahan anak jalanan justeru banyak sekali permasalahan. Bukan menjadi rahasia umum bahwa di dalam penjara pun terdapat kejahatan yang luar biasa. Entah karena ketidaktahuan aparat atau memang pura-pura tidak tahu. Atau karena memang manajemennya yang kurang terealisasi.
73
Doni pun bercerita bagaimana ia sampai dan masuk ke panti Duren Sawit. "Waktu di Sarinah ketangkep saya sama teman saya bertiga. Mul, Aries kecil sama Aries Surabaya masuk Kedoya. Trus pas mau di pindahin ke panti Duren Sawit saya bertiga Mul dan Aries, tapi dia kabur lewat kerangkeng. Waktu di Kedoya tinggal satu bulan 2 harian, pas masuk Duren Sawit saya masuk ruang isolasi main sama temanteman di isolasi. Udah ada dua minggu dibebasin, kasih kamar, saya diajak kabur ga' mau. Kyanya enak di sini. Dapat sebulanan saya nyelengin di pak De' buat beli sepatu Rp. 10.000 pas bangat sama saya. Saya diajakjalan-jalan ke TMI/ sama pa Ustadz Pendi. Jalanjalan saya dapetjatah duit Rp. 10.000 yang lama dapet 20.000. pas ke Taman Mini saya kepikiran kabur, saya inget rumah, pikiran saya udah pengen kabur aja kya ada yang bisikin, kepikiran rumah aja. Saya lari ke gerbang Taman Mini, saya naik angkot 28 ke terminal Rambutan, naik mobil gede P. 17 ke Senen.....duit saya punya sepuluh ribu, jalanjalan dapet sepuluh ribu, udah jajan Rp. 8000 masih ada sisanya saya dari Senen pulang ke Pondok Ranji, abis itu saya ga' keluar semingguan saya di rumah. Sama ema di rumah saya bilang abis ketangkep, kata emak saya pantesan bapak luh nyari-nyari ga' ketemu..., sisa duit yang Rp. 12.000 saya kasih ke emak saya..". Terlihat di sini bahwa orang tua Doni tldak mengetahui keberadaan Doni. Meski awalnya Doni biasa-biasa saja di panti karena blasa di jalan, tetap saja sebagai seorang anak Doni akan kepikiran karena orang tuanya tidak mengetahui keberadaannya. Meskipun la biasa jarang pulang namun tidak sampai berminggu-minggu. Jelas bahwa perlu adanya komunikasi antara pihak panti, orang tua Qjka sl anak masih terikat) serta anak itu sendiri. Sehinggga tidak menimbl.!lkan kegamangan baik dari anak, orang tua ataupun pihak panti sendiri yang mungkin direpotkan atas kabumya anak asuh.
74
Selain hal di atas ada juga suatu penyebab yang membuat Doni sempat tidak betah selama berada di panti, seperti penuturan Doni berikut ini,
"Bikin ga' betah sih Romiyadi itu gituin saya, ditendangin, kalo makan dijailin ngasih garem, kan asin ga' enak, trus kalo minum aimya ditumpahin, makanya kesempatan bangat pas ke Taman Mini kabur, padahal saya waktu itu katanya mau disekolahin pas minggunya, eh saya kabur hari Seninnya, saya pengen balik lagi ga' tau jalannya.· Tutur Doni kemudian ia kembali bercerita lagi.... "Enak sih di panti bersih ga'jorok. Kalo makan ga' abis diomelin sama bu Ifah, kalo cuci piring ga' bersih diomelin, pagi-pagi suruh bersih-bersih, saya udah keringatan cape-cape nyapu ada yang ngerjain saya numpuk sampah lagi, ya udah saya kena omelan Pak De..... /"
4. 2. 3. 2. Tahapan pengambilan keputusan
Doni sebenarnya sudah ada rasa ketertarikannya terhadap Panti, namun karena orang tuanya belum mengetahui keberadaanya, menjadikan itu suatu masalah baginya, di tambah masalah lainnya ketika ia diperlakukan tidak baik bahkan semena-mena oleh salah seorang temannya yang dianggap paling 'jagoan'. Pada penilaian adanya masalal) ini disebut tahap apraising the challenge.
"Saya di situ padahal mau sekolah, tapi pikiran saya inget ke rumah aja, trus saya juga yang bikin ga' betah sih Romiyadi itu gituin saya, ditendangin, kalo makan dijailin ngasih garem, kan asin ga' enak, trus kalo minum aimya ditumpahin, makanya kesempatan bangat pas ke Taman Mini kabu". Pilihan melarikan diri saat jalan-jalan adalah kesempatan bangat buat Doni. Maka ia memilih kesempatan tersebut untuk melarikan diri. Pada tahap ini masuk dalam tahap Weighing the alternative.
75
Adapun tahap Making a commitment yaitu ketika ia memutuskan diri untuk melarikan diri pada saatjalan-jalan di Taman Mini. Meskipun saat itu ia merasa takut, tapi ia terus berusaha berlari mencari tempat naik angkol. "Saya kaya ada yang bisikin kabur, saya keingetan aja ke rumah, makanya pas itu saya lari aja, ga'tau kemana cari angkot, akhirnya saya sampe naik angkot 28 ke Kampung Rambutan....". Doni akhirnya mengambil keputusan untuk tetap melarikan diri saat jalanjalan meskipun sebenarnya ia ingin sekolah. Namun, karena pikirannya selalu inget ke rumah serta ditambah hal yang membuat ia tidak betah akhimya ia kembali juga ke rumahnya. Tahap ini masuk pada tahap Adhering despite negative feedback.
4.2.3.3. 5trategl pengambllan keputusan
Strategi pengambilan keputusan yang diambil Doni berdasarkan klasifikasi unsur resiko dari Gellat dkk (Atwater, 1983) cenderung menggunakan Wish Strategi, yaitu memilih alternatif yang dapat membawa pada hasil yang paling diinginkan tanpa memikirkan resiko. Acara jalan-jalan di Taman Mini ia gunakan sebagai alternatif untuk melarikan diri walau sebenamya ia tidak mengetahui pasti arah pulang, tetapi itu pilihan tepat baginya untuk kabur.
76
4.2.3.4. Faktor·faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
Doni memandang panti sosial Duren Sawit ini memang sangat positif. Seperli penuturannya: "Duren Swit mah ka' enak, bersih, makannya teratur di ruang makan, tempatnya bersih, luas, beda ama panti Kedoya mah, jorok. Dah gituh katanya mau disekolahin.
Namun, pikiran Doni terhadap orang tuanya yang belum mengetahui keberadaannya di panti, ia pun menjadi khawatir dan selalu teringat Apalagi perlakuan seorang penghuni panti yang agak senior memperlakukannya cukup kasar. Maka ketika ada momen jalan-jalan yang diadakan pihak panti di Taman Mini, saat itu pula pikiran terhadap orang tuanya cukup kuat. Sehingga ia memutuskan untuk memisahkan diri dari rombongan dan mencari jalan untuk bisa pulang.
Jelas motif Doni memutuskan kabur adalah karena perasaan tidak tenang
,
memikirkan orang tuanya. Dimana keberadaanDoni selama sebulan di panti tidak diketahui orang tuanya. Karena meskipun berada di jalanan dan jarang pulang, minimal seminggu sekali ia pasti pulang dan memberi uang untuk orang tuanya. Begitupula dengan perlakuan Romiyadi kakak senior di panti yang cukup semena-mena memperkuat Doni untuk kabur dari panti.
77
Kewas-wasannya terhadap orang tua, makakeberadaannya di panti pun cukup membuatnya tidak merasa nyaman. Diperkuat dengan sikap buruk dari Romiyadi, mengalahkan keinginannya untuk tetap eksis di panti.
4.2.4. Kasus Adit Identitas Subyek Nama
: Adit
Usia
: 14 Tahun
TTL
: Jakarta
Alamat
: Rumah Susun Senen
Anak
: Ke 4 dari 6 bersaudara.
Peneliti dapat mewawancarai Adit tepatnya di depan kolam renang Bulungan. Saat itu Adit memakai celana panjang jeans hitam, kaos lengan pendek yang juga berwama hitam dengan memakai topi hitam yang di penuhi dengan tiga I
buah gambar pin.
4.2.4.1. Dinamika Pengambilan Keputusan Adit adalah anak keempat dari enam bersaudara. Ibunya hanyalah seorang ibu rumah tanggga sedangkan pekerjaan bapaknya sendiri ia tidak terlalu tahu namun yang ia tahu bapaknya
beke~a
dan pulangnya tidak tentu,
kadang pulang dan kadang tidak pUlang. Orang tuanya tinggal di Rumah
79
Doni sudah beberapa kali tertangkap trantib, dan panti yang pemah disingggahinya adalah masuk panti Tanggerang, Serpong panti anak besar 15 tahun lebih. Plumpang, Kerangkeng, dan Duren Sawit. Adapun carita bagaimana ia masuk panti Duren Sawit seperti penuturan di bawah ini,
"Saya pindahan dari Kedoya, siang di bawa ke Duren Sawit. Masuk Isolasi 7 hari, setelah Itu dikeluarin bebas main. Ada semingggu. Pas hari Jum'at ada yang kabur temen saya Fauzi, Rian dan ade, itu pas orang lagi shalat Jum'atan. Waktu itu saya lagi ga' ikut shalat Jum'at. Terus saya kaburnya hari senin diajak temen si Yadi Bogar. Keluarganya dah meninggal. Kita kabur lewat yang ada bolongan. Klo saya sih panjat pake ban pas waktu dzuhurjam dua belasan. Pandangan Adit tentang panti sebagai berikut; Duren Sawit Bersih ga' kaya Plumpang, kotor, jorok makannya,isolasijuga ga pernah dbersiin. Klo dl Duren Sawit enak makannya di tempat makan, ga'di dalam kamar, naro piring engga' sembarangan, Petugasnya juga enak, sama temen-temen kala siang main, biasa cari Bunglon.....".
u ••• ••
4.2.4.2. Tahapan pengambllan keputusan
Persepsi Adit terhadap panti cukup baik dan berrsahabat. Hanya saja ia sangat merindukan keluarganya di rumah. Ditambah temennya bemama yadi ngajak ia kabu, akhimya karena tidak tahan ingin pulang dan tidak enak temannya mengajak kabur akhimya Adit ikut melarikan diri dari panti. Pada penilaian adanya masalah ini disebut tahap apraising the challenge. Dimana masalahnya adalah kama ia sangat rindu rumah dan tidak enak nolak temen ngajak kabuL
80
"saya kabur pengen Bangat pulang ka' inget terus ke rumah. Trus temen saya juga ngajakin kabur, abis hari minggu ga' dapet uang jajan " lagi Bagaimanapun memang seorang anak tidak terlepas dari orang tuanya. Seperti apapun sikap orang tua, tetap anak akan selalu merindukannya. Sebelumnya terlihat dari cerita Adit ia cUkup baik menilai panti, namun karena kangen keluarga ditambah ajakan temannya akhimya Apit memilih meninggalkan panti. Begitupun dengan permasalahan tidak dapat uang jajan di hari Minggu, menimbulkan bahwa jalanan bisa memberikan uang lebih banyak.
Pada tahapan SUlveying the alternative dimana keputusan keluar dart panti adalah sudah dipertimbangkan sebelumnya. Kama ia rindu bangat ingin pulang. Serta menjadi masalah mengenai keuangan dimana ia tidak peroleh uang jajan hari minggu.
Kama adanya masalah dari dirinya, maka ia memilih alternatif melarikan diri, dengan cara melompat tembok dengan bantuan ban bekas. Pada tahap ini masuk dalam tahap Weighing the alternative.
Adapun tahap Making a commitment yaitu ketika ia memutuskan diri untuk melarikan diri pada saat orang-orang sibuk mempersiapkan shalat Dzuhur
82
Motif adit melarikan diri jelas karena kebiasaan mendapat uang di jalan dengan mudah menarik dirinya keluar dari panti. Diperkuat dengan perasaan rindu terhadap orang tuanya.
Sikap Adit terhadap panti eukup positif. Sebenarnya ia sendiri merasa kerasan berada di panti. Hanya saja kualitas jalanan yang memberinya materi lebih, membuat Adit memutuskan keluar dari panti.
4. 3. Analisis Antar Kasus Melihat keempat kasus anakjalanan di atas memang eukup berdinamika. Banyak hal yang eukup menjadi perhatian untuk kita semua. Keempat orang anak tesebut adalah sama-sama berasal dari latar belakang yang secara finansial ekonomi kehidupan keluarga mereka eukup memprihatinkan, dibarengi dengan kurangnya bekal pendidikan serta keterampilan orang tua, sehinggga membuat masa keeil mereka yang seharusnya mendapatkan pendidikan serta masa bermain harus tergadaikan dengan memikirkan hidup mereka sendiri dan bahkan untuk orang tua mereka.
Gambaran pengambilan keputusan mereka eukup unik dan memprihatinkan. Faktor yang mempengaruhi keputusan mereka untuk melarikan diri eukup beragam. Keempatnya sama-sama berpikir untuk melarikan diri walau ada
83
dua anak (Doni & Kiki) awalnya tidak bemiat melankan din dan tidak merencanakan sebelumnya. Namun, keempatnya sama-sama berpikir untuk pulang ke rumah dan kembali ke jalanan. Meskipun mereka tidak memungkiri bahwa kehidupan di panti memang enak. Apalagi PSAA ini cukup bersih dan enak dibandingkan panti-panti yang sebelumnya mereka singgahi, jauh lebih "jahaf.
Mereka juga memiliki motif mengapa mereka ingin melarikan diri dari panti. Seperti kasus Indah dan Kiki yang merasa tidak kerasan tinggal di panti. Selain faktor keluarga, mereka juga merasakan perasaan diskriminasi dari salah seorang pengasuh di panti. Begitupun dengan kasus Doni dan Adit dimana perasaan nndu kepada keluarga. akibat khawatir orang tua mereka tidak mengetahui keberadaan mereka, akhimya mereka melankan din. Mereka sama-sama memiliki sikap ambivalensi antara perasaan positif dan negatif. Baik terhadap panti yang mereka tempati (PSAA) maupun kehidupan jalanan yang selama ini mereka jajaki.
Adapun mengenai tahapan pengambilan keputusan yang di lalui oleh keempatnya cukup sedikit berbeda. Subyek Indah dan Adit sama-sama melewati tahapan pengambilan keputusan yang dikemukakan Jannis dan Mann (dalam Atwater, 1983) bahkan strategi pengambilan keputusannya pun keduanya menggunakan Combination Strategi. Karena keduanya sama-sama
85
Tabel 5 Gambaran Anallsls anter Kasus Stralegi Pengambilan Kepulusan Anallsis antar kasus Strategi Pengambllan Keputusan
Indah Combination strateai
Kiki Escape strategi
Doni Wish strategi
Adil Combination strategi
Tabel 6 Gambaran Analisis anter Kasus Faklor-faklor pengaruhi Pengambilen Kepulusan Analisls anter kasus Kognlsl
Motif
Sikap
Indah -Saal izin pulang, terpengaruh kembali dengan kondisi lingkungan. -merasa sakil hali -Mudahnya meneari maleri di jalan -sakil hali, merasa didiskriminasikan sebagaianak jalanan -jenuh. Menunggu waklu sekolah
Kiki -ketidaklahuan Kikl kembali ke panti di tinggal temannya disualu slasiuncenderung memilihjalan vana ia kelahui -aneaman lemannya Suradi -kekesalannya dengan seorang pengurus karena benlakan
-menilal panli cukup baik, enak. -seeara kualilas jalanan dapaf memberinya maleri lebih
-panli memang enakdan berslh. - Memilih kabur meneari jalan aman hindari aneaman.
Doni -Kerinduan terhadap orangtua
Adil -Rindu orang lua -kemudahan mendapatkan maleri di jalan
-Perasaan tidak nyaman karena orang tuanya tidak mengelahui keberadaann ya salama sebulan
-Rindu orang tua -tidak mendapatkan uangjajan pada hari minggu
-
kelidakseme naan Romiyadi, seniomva. Memilih kabur karena ingalorang tua.
-panli memang enaknamun kecenderung an terhadap maleri membual Adil memilih unluk keluar dari oanti.
87
surveying the alternative, karena pada dasamya belum ada keinginan kabur dari panti. Seperti Kiki kama aneaman temannya dan Doni karena ada kesempatan saat jalan-jalan, itupun karena ia teringat keluarganya. 3. Strategi pengambilan keputusan yang dipilih oleh subyek bemama Indah dan Adit adalah combination strategi dimana mereka melarikan diri sebeluumnya telah mengkombinasikan beberapa eara serta meneari kesempatan atau peluang yang tepat untuk kabur. Begitu pula dengan subyek lainnya Doni dan Adit, strategi yang dipilih Doni Wish strategi dimana melarikan diri tanpa memikirkan resiko. Sedangkan Kiki cenderung memilih Escape strategi karena berusaha menghindari aneaman temannya jika tidak ikut kabur. 4. Faktor yang pengaruhi pengambilan keputusan subyek kabur yaitu; 1. Indah. Karena merasa didiskriminasikan sebagai anak jalanan. Serta terpengaruh dengan kondisi Iingkungannya Oalanan) karena mudahnya mendapatkan uang 2. Kiki. Karena aneaman temannya Suradi, serta ketidaktahuannya kembali ke panti karena ditinggal di sebuah stasiun oleh Suradi. Selain itu karena ada kekesalan dengan seorang pengurus. 3. Doni. Karena rindu kepada orang tuanya serta ingin mendapat materi lebih dijalanan. 4. Adit. Ketidaknyamanannya memikirkan orang tuanya karena tidak mengetahui keberadaannya di panti.
88
5. 2. Diskusi Pengambilan keputusan adalah proses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi yang tidak pasti. Pengambilan keputusan terjadi dalam situasi yang meminta seseorang harus; a) membuat predikasi ke depan; b) memilih salah satu diantara dua pilihan atau lebih; c) membuat estimasi mengenai frekuensi kejadian berdasar bukti-bukti yang terbatas (Suharnan: 2005). Adapun keputusan itu sendiri adalah pengakhiran atau pemutusan dari pada suatu proses pemikiran tentang suatu masalah atau problem untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu altematif tertentu (Atmodirjo: 1987).
Ketika seorang anak melakukan keputusan untuk meninggalkan ataU menjauh sesuatu hal, karena di situ si anak tidak mendapatkan hal yang ia !
cari, ataupun dia tidak merasa aman dengan keberadaannya. Ataupun karena adanya masalah baginya. Terlihatjelas dari kasus keempat anak di atas bahwa ada beberapa hal yang mereka nilai sebagai masalah (Apraising the challenge) sehingga memicu mereka untuk melarikan diri dari panti.
89
Anak tidak lepas dari orang tuanya, bagaimanapun sifat anak mereka tetap membutuhkan figur orang tua. Ketika anak tidak betah berada di rumah sehinga ia melakukan pelarian ke jalan. Di jalanan anak bukan mendapat solusi tetapi justeru menimbulkan masalah baru. Rawan kejahatan, rawan kriminalitas, rawan pelecehan seksual serta rawan dengan kecelakaan. Maka pemerintah melakukan berbagai kebijakan dalam upaya meminimalisir keberadaan mereka. Diantaranya dilakukanlah razia. anak-anak jalanan di masukan ke panti-panti. Namun, apa yang te~adi jika figur, sesuatu yang ia can tidak ia peroleh. yang ada merekapun akan pergi. Ketika di Panti-panti tersebutjusteru mereka menemukan kejahatan. diskriminasi yang tidakjauh berbedanya dengan apa yang mereka dapati di jalan. Seperti cerita keempat subyek dimana ketika di Kedoya ataupun panti Plumpaqg mereka mendapatkan kesemena-menaan dari orang yang merasa lebih kuat di panti tersebut. Ini juga yang perlu dicermati pemerhati sosial. terlalu fokus ke jalan namun, permasalahan justeru ada di dalam Iingkungan sosial sendiri. I Artinya, mereka tidak betah di panti karena memang mereka mendapat kekerasan yang sangat di panti tersebut.
Panti asuhan adalah sebuah lembaga yang memiliki tanggung jawab untuk membenkan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar serta memberikan pelayanan pengganti sehingga anak memperoleh kesempatan
90
memenuhi hak-haknya untuk tumbuh berkembang secara normal (Depsos, 1989). Sedangkan anak asuh adalah anak yang diasuh oleh seseorang atau lembaga untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan dan kesehatan, karena oaring tuanya atau salah satu orang tuanya tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar (UU RI, 2004).
Program panti memang sudah cukup baik, namun pelaksanannya tidak atau belum terealisasi dengan baik. Baik karena factor pengasuhnya sendiri yang kurang kompeten dalam bidangnya sehingga memicu terhabatnya perkembangan anak.
5.3. Saran. Berdasarkan penelitian sebelumnya, seperti yang di lakukan Muslihah dalam penelitiannya mengenai Kecenderungan AgresifAnak Jalanan, Muh. Sabran meneliti tentang Perilaku Coping Anak Jalanan, Nini Fitriyani tentang Akulturasi anakjalanan serta beberapa penelitian tentang anakjalanan lainnya mendasarkan bahwa Iingkungan keluarga sangat berperan penting, terutama kedua orang tuanya dalam memberikan 'sesuatu' kepada anak. Baik memberikan makannya, pendidikannya, serta cara orang tua itu memberi teladan.
91
Berdasarkan tujuan dan manfaat dari peneliitian ini, serta hasil dari keseluruhan penelitian yang penulis lakukan ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan, baik saran metodologi ataupun saran praktisnya. Secara metodologi penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Banyak kesulitan yang penuliis temui, terutama masalah pencarian sUbyek. Ke depan penulis mengharapkan dalam mencari data tentang subyek apalagi anak jalanan tidak saja pribadi anak saja yang di teliti namun data dari orang tua serta Iinggkungan dimana ia tingal perlu di ketahui.
Adapun saran praktisnya ada beberapa pihak yang penulis tuju. 1. Untuk Orang Tua. Orang tua akan selalu memberikan yang terbaik
untuk anak-anaknya. Jangan karena alasan ekonomi anak harus tergadaikan masa kecilnya. Baik itu pendidiikan atau masa bermainnya. Karena masih banyak mereka yang tetap mampu pe~uangkan
hak-hak anaknya meskipun f'lkonomi mereka sangat
kekurangan. Allah itu maha Kaya, yakinlah bahwa kita sesungguhnya tidak penah kekurangan jika kita tidak merasa kekurangan. 2. Kepada Pihak Panti. -Ke depan diharapkan agar anak perempuan dan laki-Iaki dipisahkan dengan panti tersendiri. Karena mencegah lebih baik daripada mengobati. Artinya dengan mereka pacaran, intensitas bertemu tinggi tentu kita tidak mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi.
92
- Identifikasi usia sangat penting sekali. Jika tidak demikian setidaknya perkamar ada seseorang yang bisa diharapkan menjadi figur dan memberi pengertian tentang kehidupan yang lebih baik. o
Ketika anak jalanan memasuki masa isolasi, sebaiknya anak jalanan
tidak ditinggalkan begitu saja di dalam kamar isolasi. PerJu adanya pendampingan dari pihak panti untuk menjelaskan untuk apa seungguhnya keberadaan mereka di panti tersebut. •
Anak sangat membutuhkan sekali figur orang tua. Apalagi anak jalanan yang notabene kurang perhatian keluarga sehingga melakukan pelarian diri ke jalan. Oleh karena itu para pegawai yang bertugas di panti setidaknya bisa memposisikan diri mereka semestinya. Taruhlah rasa kebesaran pangkat anda untuk merangkul mereka sebagai bagian dari kita semua. Mereka anak-anak jalanan memang sudah begitu sering dengan yang namanya kekerasan, namun dalam sisi yang lain, ada sesuatu yang lain yang tidflk pemah mereka dapatkan yang sesungguhnya mereka cari, yaitu pemahaman akan sebuah kasih sayang.
3. Untuk Dinas Sosial. Kejahatan yang terjadi di Iingkungn sosial sendiri secepatnya mendapat tindakan yang bijak. Seperti penampungan panti Kedoya adanya Palkam (kepala keamanan) di dalam panti tersebut harus diperhatikan dan ditindak tegas.
93
4. Kepada panti-panti manapun yang menampung anak jalanan, karena sebagai pengganti peran orang tua, setidaknya menjaga kesensitivan perasaan anak yang di asuh, jangan sampai mereka merasa didiskriminasikan. 5. kepada Departemen yang mengurusi masalah sosial terutama penempatan pekerja sosial. Tempatkan pegawai sesuai dengan profesinya. Potensi-potensi pekerja sosial yang ada di dinas di tempatkan di panti sehingga sesuai dengan kebutuhan anak.
'fl.!
DAFTAR PUSTAKA
APA (American Psychological Asociation) Ciotation Style guide (2001) http: www.apastvle.org.fifthchanges.html. Arikunto, Suharsimi. (1995). Manajemen Penelitian. Cet 3. Jakarta: Rineka Cipta Atmosudirjo, Prajudi. (1971). Beberapa Pandangan Pengambilan Keputusan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Umum
Atwater, Eastwood. (1983). Psikology Of Adjusment 2 nd. Prentic Hall
Tentang
New Jersey:
Cahyatama. (1999). Dinamika Konflik dan Pengambilan Keputusan pada Mahasiswi Muslimah yang Membuka Jilbab. Depok: Fakultas Psikologi UI. Chaplin CP. (1997). Kamus Lengkap Psikologi Jakarta: Raja Grafindo Persada.
(terj. Kartinl Kartono).
Davidoff, Linda. L. (1991). Psikologi Suatu Pengantar. Jilid I. Jakarta: Erlangga Dak.
Depsos. (2004). Pedoman Penanganan Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus. Jakarta. Bina Pelayanan Soslal Anak. l
------.(2004). Undang-undang Republik Indonesia No:23 Tahun2002 tentang Perlindungan anak. Jakarta: Proyek Pimbinaan Hukum & Kepegawaian Bidang Kesejahteraan. -----------. (1998). Pedoman Penyelenggaraan Anak Jalanan Me/aM Rumah Singgah. Jakarta: Depsos RI. Dok. Disbintal, (2004). Data dan Informasi Sekitar Penanganan Anjal di DKI Jakarta. Dinas Bintal dan Kesehjateraan Sosial:Jaya Raya.
-----------. (2003). Kilas Balik Kegiatan Pembangunan Bintal dan Kesos Tahun 2002. Dinas Bintal dan Kesehjateraan Sosial:Jaya Raya
--------•••••, (2004). Mengenal Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 5 Duren Sawit (PSAA Duren Sawit) Jakarta Timur. Jakarta: Dinas Bina Mental Spritual dan KeSos . Eysenck, Michael W. (2001). Principles of cognitive psychology. _2nd ed. Taylor & Francis Group:Psychology press Fitriani, Nini. (2002). Akulturasi Anak Jalanan. Skripsi Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Ikawati, dkk. (2002). Profit Eksploitasi Anak di Wilayah Perkotaan ( pengkajian strategis pola pencegahan hitangnya masa perkembangan Anak. Yogyakarta: DepSos RI Irwanto, dkk. (1999). Anak yang membutuhkan perlindungan khusus di Indonesia: Analisis Situasi. Jakarta: PKPM. Janis dkk. (1979). Decision Making: a Psychological Analysis of Confict, Choice and Commitment. New York: The Free Press. Kartono, Kartini, (1990). Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju. Marx & Melvin. (1976). Introduction to Psychology; Problem, Procedures and Principles. New York: Macmillan Publishing., Inc. Muslihah. (2002). Pengaruh Lingkungan Sosial terhadap Kecenderungan Perilaku AggresifAnak Jalanan. Skripsi Fakultas Psikologi. Poerwandari, Kristi. (1998). Pendekatan Psikologi. Jakarta: Fak. Psikologi UI. Rahmat, Jalaludin. (1996). Rosdakarya. Cet. 10.
Kualitatif Dalam
Psikologi Komuitas.
Pendekatan
Bandung:PT.
Remaja
Sabran, M. (2003). Perilaku Copyng Kesepian yang Dialami Anak Jalanan. Skripsi Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Salim, Peter & Yenny Salim. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:Modem English Press Sanituti, Sri dkk.. (1999). Anak - Keadaan Sosia/. Surabaya: Air1angga University Press.
Sanusi, Makmur. (1996). Beberapa Penemuan Lapangan Survei anak Jalanan & Rencana Penanganannya di DKI Jakarta dan Surabaya. Jakarta: Depsos & UNDP. Setyoko, (1998). Kebijakan dan Strategi Pemerintah Penanganan Anak Jalanan. Jakarta:DepSos RI.
da/am
Upaya
Sevilla, dkk. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI- Press •
Soedijar, (1989). Profil Anak Jalanan di DKI Jakarta. Informatika.
Jakarta: Media
Strauss Anslem & Corbin Juliet (1997). Dasar-dasar Penelitian Kua/itatif; Prosedur; Tehnik dan teorl. Graunded, Penyadur Drs. H.M.! Djunaedi Ghony. Surabaya: PT. Bina IImu Syofia, (2003). Perllaku Copyng pada Nara Pidana (Studi Kasus pada Nara Pidana Wanita di LP. Wanita Tangerang). Skripsi Fakultas Psikologi. Tim Penyusun. (2004). Pedoman Penyusunan dan Penulisan Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi.
PEMF.RU~TAH PROPINSI DAERAti KHUSUS IBUKOTA ..JAKARTA
D1NAS BINA MENTAL SPIRITUAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL JI. Gunung Saharlll No.6 Jakarta Pusat
Telp. 3807896 • 3807881 FaX. 4253639
JAKARTA
-,================= Nomor Sital Lampiran Hal
r./3-::J. 54 I /-1.78.
19 Juni 2006
Biasa F"rmohonan izin penelitian Ylr.
Kepada Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakullas Psikologi Univ Islam Negeri Syarit Hiday<.luliah Jakarta di Jakarta
Sehubungan dengan sural Saudara nomor E.Psi/OT.01.7/718N/2006 langgal 18 M~i 2006
h
Islam Negeri Syarif Hiaayatullah Jakarta untuk penelitian yang diperlukan dalam rangka pOllulisan skripsi dengan judvl • Dinamika PengamlJllan Keputusan Anak Jalanan yang kabur dari Panti Asuhan • di Panli Sosial Asuhan Anak Putra Utamn 5 Duren Sawit a.n, it" Puspila Dew\. Pada prinsipnya kami tidak berkeberatan memberikan rekoffio3nJasi sebagai ,um~:lCmgan
unluk pengembangan i1mu dan pelayanan
so~ial.
Diminta setelah selesai melaksanakan keglatan \ersebut, Dinas Bina Mental Spirllual dan Kesejahteraan. Soslal Provinsl DKI Jakart'3 diberik"n hasillaporannya.
Alas perhatian
~audara.
dls3mpaikan terima kasih.
?'!Sl~~If.~I~NAS BINA MENTAL SPIRITUAL ..... SEJAHTERAAN SOSIAL 'r.7';';",;;,;,;;,:"T);i~ VINSI' DKI JAJS.ARTA,
-;
*11//_--'
.A. SJARIEF MUSTAFA NIP. 010165929
T':lmbusal:
1. Ka' PSAA Putra UlalOa 5 Dllren Sawit
2. Xa.Sub.Diras KAKLU
LEMBAR OBSERVASI Subyek Wawancara Ke
Tanggal Waktu rrempat .'1 ;
Catatan Lapangan .''\1. Keadaan temapat wawancara, suasana serta kondisi saat wawancara. 2. Gambaran fisisk subyek 3. Ringkasan awal dan akhir wawancara 4. Gangguan serta hambatan saat wawancara 5. Catatan khusus
/66
PEDOMAN WAWANCARA 1. Identitas Subyek Nama
TIL Alamat Pekerjaan Anak Ke Orang Tua Bapak Pekerjaan Ibu Pekerjaan 2. Kehidupan di jalanan - Ceritakan bagaimana pertama kali anda mulai melakukan aktifitas di jalan? - Aktifitas apa saja yang anda lakukan selama berada di jalanan? - Hal apa yang membuat anda merasa kerasan berada di jalanan? - Bagaimana sikap orang tua saat anda pertama kali ke jalan? - Apakah anda pernah bersekolah? - Selama di jalan apakah anda pernah berurusan dengan trantib? - Berapa kali anda berurusan dengan pihak aparat trantib, ceritakan? 3. Dinamika pengambilan keputusan - Ceritakan bagaimana anda bisa sampai ke panti asuhan Duren Sawit? - Pertama kali anda masuk ke panti, apa yang harus anda lakukan ? - Bagaimana perasaan anda setelah berada dipanti? - Bagaimana pendapat anda tentang panti, baik kawan ataupun pengasuh yang berada dipanti? ( Tahapan pengambilan keputusan? Apraising the challenge Ceritakan hal apa sajakah yang membuat anda ingin melarikan diri dari panti? - Apakah hal tersebut menurut anda adalah sebuah rnasalah? Surveying the alternative Bagaimana anda dapat melarikan diri dari panti, ceritakan? - Apakah anda sebelumnya pernah berniat untuk kabur? - Apakah anda sebelumnya pernah mencoba-pcoba untuk melarikan diri?
/D /
Weighing the alternative Cara apa yang membuat anda berhasil keluar dari panti? Bagaimana perasaan anda saat melakukannya? - Apakah menurut anda cara melarikan diri yang anda lakukan tersebut tidak membuat anda takut? Making a Commitment Kapan anda mulai membuat keputusan untuk kabur? - Apakah anda pernah mencoba bertahan untuk tetap berada dipanti? Hal apa yang membuat anda membulatkan anda ingin melarikan diri? Adhering despite negative feedback Setelah anda melarikan diri dan kembali ke jalan apakah anda merasa menyesal? - Apakah ada keinginan setelah melarikan diri untuk kembali ke panti? Bagaimana sikap keluarga setelah mengetahui anda melarikan diri?
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengambilan keputusan Kognisi Mengapa anda memilih untuk kabur? Hal apa yang membuat anda tidak memilih bertahan dipanti? - Apa yang ada dalam pikiran anda saat anda m~larikan diri? - Apakah saat melarikan diri anda tidak takut menyesal? Motif - Apa yang membuat anda tidak betah atau kerasan tinggal dipanti? - Apakah yang membuat anda kembali ke jalanan? Sikap Bagaimana sikap anda terhadap panti? Hal apa yang membuat anda tetap memilih melarikan diri? Bagaimana pandangan anda terhadap panti? Bagaimana pandangan anda terhadap Ii~gkungan jalanan? Strategi pengambilan keputusan Cara apa yang paling anda pilih untuk melarikan diri? - Apakah anda merasa nyaman dengan melakukan tindakan untuk melarikan diri dari panti?
/ [) L
LAPORAN VERBATIM WAWANCARA
Subyek di bnwah ini adalah salah satu an<1k jalallan yang memilih tetap berada dip",nli dari sekian anak jalanan yang masuk ke panli. Nama :Oon' Usia :15lahull
Tanggal Tempat
: 25 J uli 2006 :Pnati Asuhan Duren Sawit
1.C0dtakan bi1ga,mana saudara bisa berada dipanti Duren Sawit ini? "Saya masuJ~ ke panti dari Cipayung, /('10 ga' salah baru ketangkep di taro Cipayung lanJsung bawa ke sini. Ketangkep pas lagi tiduran di tange Sarinah, pagi kira-kira jam enam lagi tidur.pas ketangkep tranfib saya langsung di baw,). Waktu masuk Duren Sawit saya langsung di taro di ruang isolasi seminggu, barll kumpul anale 18ma".
2. Bagaimana I)andangan anda tEirhadap prmti? "Pertama kali ke paldi, enak, bersih, ga' kepikiran kabur. Temen-temen pengasuh juga onak, Cuma ya kadang suks jengkel ka' sama pengasuhnya yang galak, sukJ bentak-bentak".
3. Hal apa yang membuc.t anda bertahan dip8nti? "Karena ingin teru.')in sekolah sampe JuJus SMA. K'io lulus kan bisa kerja ka'. WaXtu mosuk panti lagi sekolah kelas 3 SMPN I Parung Panjang dah mau ujian. Sekolah silya ancur-ancumn pas saya ke jalan, temen-temen sekolah suka ngecengin saya lerus, mentang-mentang sorang susah diejek-ejek terus".
4. Hal apa yJlIg menyebabkan kamu berad~ di jalanan? "Awalnya saya jigjak t£m3n, kita (;8ri duit yuk kata temen saya, sar -:7au. Ya udah de/1 kite t(e Istiqlal, dapet ngamen sehari bisa tiga puluh sampe empat puluh nou. Keasyikan jadi ketl3rusan. Trus kenalan ama anak Djuanda Abung namanya, tidur di emperan, cari makannya di Harmoni Hayam Wuruk, jadi di Djuanda saya netep. Ga'iama kenai anak Sarinah, ikut, di Sarinah ketangkep". 5. 8erapa lama di jalan? "Satu tahun taM?, pas siwa kolas 2 SMP'.
6. Apakah orang tua sering datang saat anda dipanti? "Pertama saya kf< panti, bapak saya datang, dia juga ngamen di Blok M, trus ada temen saya yang kasih tahu bapak saya, langsung dia jenguk trus suruh sara ikut pulang. Tapi selya ga' meu pulang.".
7. Bagaimana perasaan anda saat ini? "Sekarang se/m/ah, seneng, h8lapal1 bisa sUksesjadi orang bener". 8. Hal apa yal'g membuat anda betah dipanti ini? "Gara-gara ada kakak argkat suka nr:1sehatin. Kalo ada masa/ah saya bisa ngob -0/ o'6n diu mau dengerin". 9. Saran aWJIJ:).i1(ilpan saudara terhadap panti bagaimana? "S.~~p.enaasuh lebi/lperhatikan nnak asuhnya, kyanya masih masa bodo, ~terus maling dan anak yeng pacarc.m segera ditindak tegas".