The sensitivity of Gram-Positive and Negative Bacteria from Nasal Swabs of Allergic Rhinitis Persons against Amoxicillin and Ciprofloxacin Lilis Suryani1 , Wildan Saeful Haq2, Hengki Exsar Aritama2 1. Department of Microbiology, Faculty of Medicine and Health Science, Muhammadiyah University Yogyakarta. 2. Faculty of Medicine and Health Science, Muhammadiyah University Yogyakarta. e-mail:
[email protected]
Abstract Allergic rhinitis is a chronic inflammation of the nasal and sinus mucosa caused by various allergens. Allergic rhinitis is a risk factor for the occurrence of respiratory and ear infections. Management of respiratory tract infections often uses amoxicillin and ciprofloxacin. Colonization of various bacteria, such as: Staphylococcus, Streptococcus and Gram-negative bacteria, increase ther risk of respiratory infections in patients with allergic rhinitis. This study was conducted to determine the sensitivity pattern of Staphylococcus, Streptococcus and Gramnegative bacteria to amoxicillin and ciprofloxacin. This research was cross sectional design. The study was held at the Microbiology and Research Laboratory School of Medicine Muhammadiyah Yogyakarta University, on February-July 2011. Fourty two students school of medicine Muhammadiyah Yogyakarta University were involved, with the inclusion criteria suspect allergic rhinitis based on history. Volunteers who have a history of allergic rhinitis were taken nasal swabs. Sample was inoculated on the blood agar, to identify the Gram-positive and negative bacteria. The growth colonies was identified by Gram stain and catalase test. The Kirby Bauer method is done to determine
1
sensitivity of bacteria isolated from nasal swabs against amoxicillin and ciprofloxacin The results showed that Staphyloccous is susceptible to amoxicillin (62%) and ciprofloxacin (81%), All Streptococcus were sensitive against ciprofloxacin (100%). The proportion of Gramnegative bacteria susceptible to amoxicillin and ciprofloxacin are 77% and 72% respectively. Our data showed that the Staphylococcus and Gram-negative bacteria isolated from nasal swabs of allergic rhinitis patients are susceptible to amoxicillin and ciprofloxacin. However, Streptococcus was resistant against amoxicillin. Keywords: Gram bacteria, sensitivity, amoxicillin, ciprofloxacin Intisari Rinitis alergi merupakan inflamasi kronis mukosa saluran hidung dan sinus yang disebabkan oleh berbagai allergen. Rinitis alergi sering menjadi faktor risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan maupun infeksi pada telinga. Penatalaksanaan infeksi pada saluran pernapasan sering menggunakan antibiotik amoksisilin dan siprofloksasin. Kolonisasi berbagai kuman seperti Staphylococcus, Streptococcus dan gram negatif dapat meningkatkan infeksi saluran pernapasan pada penderita rhinitis alergi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pola kepekaan bakteri Staphylococcus, Streptococcus serta bakteri Gram negatif terhadap antibiotik amoksisilin dan siprofloksasin. Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Waktu penelitian bulan Februari-Juli 2011. Tempat penelitian di laboratorium Mikrobiologi dan Riset FKIK UMY. Subyek penelitian aadalah 42 mahasiswa prodi Kedokteran Umum FKIK UMYyang menderita rhinitis alergi. Sampel penelitian berupa usap hidung dari penderita rhinitis alergi. Sampel selanjutnya ditanam pada media agar darah, diinkubasi selama 24 jam, pada suhu 37°C. Koloni yang tumbuh dilakukan identifikasi dengan cara pewarnaan gram dan uji katalase. Kuman yang sudah diidentifikasi dilanjutkan dengan uji sensitivitas untuk menentukan pola kepekaannya terhadap antibiotika
2
amoksisilin dan siprofloksasin dengan metode Kirby Bauer. Dari uji sensitivitas bakteri Staphylococcus, Streptococcus dan Gram Negatif terhadap amoksisilin dan ciprofloksasin diperoleh hasil bahwa Staphyloccous masih peka terhadap amoksisilin (62%) dan ciprofloksasin (81%), kepekaan Streptococcus terhadap ciprofloksasin 100%, dan Gram negatif masih peka terhadap amoksisilin (77%) dan siprofloksasin (72%). Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa bakteri isolat usap hidung dari penderita rinitis alergi masih peka terhadap amoksisilin dan siprofloksasin. Streptococcus sudah resisten terhadap amoksisilin. Kata kunci: Staphylococcus, Streptococcus, amoksisilin, siprofloksasin, rinitis alergi
Latar belakang Rinitis alergi adalah suatu penyakit peradangan kronis hidung dengan kecenderungan peningkatan prevalensi di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Rinitis alergi menjadi masalah kesehatan global, yang mempengaruhi sekitar 10% - 25% populasi. Prevalensi rinitis alergi di negara maju lebih tinggi seperti di Inggris mencapai 29%, di Denmark sebesar 31,5%, dan di Amerika berkisar 33,6% (Baraniuk, 2000). Prevalensi di Indonesia belum diketahui secara pasti, namun data dari berbagai rumah sakit menunjukkan bahwa rinitis alergi memiliki frekuensi berkisar 10-26% (Sudarman, 2001). Rinitis alergi bukan merupakan penyakit yang fatal tetapi gejalanya dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang dan menurunkan kualitas hidup penderita, seperti menurunkan produktifitas kerja, waktu efektif kerja, dan prestasi sekolah (Baraniuk, 2000). Penyakit ini disebabkan oleh reaksi peradangan mukosa hidung yang diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE), setelah terjadi paparan alergen (reaksi hipersensitivitas tipe I Gell dan Comb). Gangguan pada hidung tersebut dapat berupa gejala gatal-gatal pada hidung yang dapat meluas ke
3
mata dan tenggorok, bersin-bersin, beringus, dan hidung tersumbat (Bousquet et al., 2001). Flora normal di saluran pernafasan meliputi bakteri Gram positif dan negatif, seperti Haemophilus, Streptococcus, Staphylococcus, Neisseria dan Cor ynebacterium. Khusus bakteri di hidung, Streptococcus dan Staphylococcus sering menimbulkan penyakit (Lenvinson, 2006). Kolonisasi Staphylococcus di saluran pernapasan atas dan saluran pencernaan meningkatkan faktor risiko terjadinya infeksi (Fauzi et al., 2010). Berbagai antibiotik yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan antara lain: ampisilin, kloramfenikol, amoksisilin, eritromisin dan siprofloksasin. Yang paling sering digunakan adalah ampisilin, amoksisilin dan siprofloksasin (Suryawati, 2008). Penanganan yang tidak tepat pada infeksi saluran pernafasan, akan memberikan hasil yang tidak optimal, dan meningkatkan biaya pengobatan. Selaian itu penggunaan antibiotik yang kurang tepat akan menimbulkan resistensi kuman tertentu di dalam rongga hidung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pola kepekaan bakteri Gram positif dan negatif isolat usap hidung pada penderita rinitis alergi terhadap antibiotik amoksisilin dan siprofloksasin. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam penatalaksanaan pemakaian antibiotik pada penderita rinitis alergi. Metode Subyek penelitian adalah 42 mahasiswa FKIK UMY yang mempunyai riwayat rinitis alergi. Responden yang memenuhi kriteria inklusi diminta mengisi lembar kesediaan untuk mengikuti penelitian (inform consent) dan dimintakan persetujuan komisi etik FKIK UMY. Responden yang memenuhi syarat diambil swab hidung menggunakan kapas lidi steril, selanjutnya dikultur pada media agar darah. Kultur diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam. Koloni yang tumbuh dilakukan pengecata Gram untuk menentukan sifat bakteri
4
Gram positif dan negatif. Bakteri yang sudah diidentifikasi selanjutnya dilakukan uji kepekaan terhadap amoksisilin dan siprofloksasin dengan metode Kirby bauer (Chugh et al., 2011). Hasil Hasil pemeriksaan pola kepekaan bakteri gram positif dan negatif terhadap antibiotika amoksisilin dan siprofloksasin dapat dilihat pada tabel 1. Dari 42 sampel yang diperiksa, berhasil diidentifikasi bakteri Staphylococcus dan Streptococcus serta bakteri Gram negatif Tabel 1 Pola Kepekaan Bakteri Isolat Hidung Pada Penderita Rinitis Alergi
Uji sensitivitas bakteri Staphylococcus, Streptococcus dan Gram Negatif terhadap amoksisilin dan siprofloksasin memperlihatkan bahwa Staphyloccous masih peka terhadap amoksisilin (62%) dan siprofloksasin (81%), Streptococcus peka terhadap siprofloksasin (100%), dan Gram negatif peka terhadap amoksisilin (77%) dan siprofloksasin (72%). Streptococcus sudah resisten terhadap amoksisilin. Pembahasan Data penelitian ini memperlihatkan bahwa Staphylococcus masih sensitif terhadap amoksisilin dan siprofloksasin. Sensitivitas Staphylococcus terhadp siprofloksasin lebih tinggi dibanding terhadap amoksisilin, demikian juga sensitivitas Streptococcus terhadap
5
siprofloksasin. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Nwankwo dan Nasiru (2011) tentang pola kepekaan Staphylococcus terhadap siprofloksasin (78,9%). Hasil penelitian pola kepekaan bakteri gram negatif terhadap amoksisilin dan siprofloksasin hampir sama. Hasil penelitian laboratorium Mikrobiologi Klinik FK UI tahun 20012005, menyatakan bahwa bakteri gram negatif mengalami penurunan sensitivitasnya terhadap siprofloksasin. Demikian juga penelitian Nwankwo dan Nasiru (2011), hasilnya menunjukkan amoksisilin memiliki resistensi sebesar 69% dan siprofloksasin 31%. Sedangkan penelitian di RSUP Dr.Kariadi Semarang menunjukkan antibiotik amoksisilin, siprofloksasin, kloramfenikol dan tetrasiklin mempunyai tingkat resistensi sebesar 100%. Amoksisilin membunuh bakteri dengan menghambat sintesa peptidoglikan dinding sel bakteri. Obat terikat pada protein pengikat penisilin (PBPs). Amoksisilin menghambat reaksi transpeptidase bakteri (Jawetz et al., 2005). Siprofloksasin adalah antibiotik spektrum luas kelompok florokuinolon yang paling sering digunakan (Mohanasundaram dan Mohanasundaram, 2001; Chaundari et al., 2004). Mekanisme kerja siprofloksasin menghambat girase DNA (topoisomerase II) dan topoisomerase IV dalam sintesis DNA bakteri (Mathew, 2004; Mitchel and Cranswick, 2008). Penghambatan enzim yang terlibat dalam replikasi, dan rekombinasi DNA mengakibatkan pertumbuhan sel bakteri terhambat (Sarro & Sarro, 2001). Kesimpulan Staphylococcus dan bakteri gram negatif isolat hidung penderita riinitis alergi masih sensitif terhadap amoksisilin dan siprofloksasin. Streptococcus sensitif terhadap siprofloksasin dan resisten terhadap amoksisilin.
6
Daftar pustaka Baraniuk JN., 2000. Mechanisms of rhinitis. Immunol Allergy Clin North Am, 20: 245-264. Bousquet J., Cauwenberge V.P.and Khaltev P., 2001. Allergic rhinitis and its impact on asthma. J. Allergy Clin Immunol ; 108 : S148-S195. Chaudari, S., P.Suryawanshi, S. Ambardekar, M. Chinchwadkar and A. Kinare. 2004. Safety profile of ciprofloxacin used for neonatal septicemia. Indian Pediatrics. 41 : 1246 – 1251 Chugh,Y., kapoor,A., Anodita B., 2010. Antimicrobial sensitivity pattern of gram positif CSF isolates in children with septic meningitis in a Tertiary Care Hospital. http://findarticles.com/p/aticles/mi_7397/ is_2_6. Fauzi,N., Sawitri, Pohan,SS., 2010. Korelasi antara jumlah koloni Staphylococcus aureus dan IgE spesifik terhadap enterotoksin Staphylococcus aureus pada dermatitis atopik. FKU UNAIR/RSU Dr Soetomo; Surabaya. Jawetz, E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Brooks, J. S. Butel and L. N. Orston., 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Diterjemahkan oleh E. Nugroho & R.F. Maulany . Jakarta: Buku Kedokteran EGC. hal. 211215. Levinson,WMD,. 2006. Medical microbiology and Immunology. 9 thed. United Stated of America: The McGrawHill Companies. Mathew, J.L., 2004. Effect of maternal antibiotics on breast feeding infants. Postgrad Med J. 80 : 196-200. Mitchell, R. and Cranswick N., 2008. What Is The Evidence of Safety of Quinolone Use In Children?. International Child Health Review Collaboration. Mohanasundaram, J. and Mohanasundaram S., 2001. Effect of duration of treatment on ciprofloxacin induced arthropathy in young rats. Indian J Pharmacol. 33 : 100-103. Nwankwo,EO,. Nasiru,MS,. 2011. Antibiotic Sensitivity Patern on Staphylococcus aureus from Clinical Isolates in A Tertiary Health Institusion in Kano, Northwestern Nigeris. Pan African Med J. ISSN 1973-8688
7
Sarro, AD. and Sarro G.D., 2001. Adverse Reactions to Fluoroquinolones. An Overview on Mechanism Aspects. Curr Med Chemist. 8 : 371 – 384. Sudarman K. 2001. Pengelolaan penyakit rinitis alergi. Simposium Pengelolaan Penyakit Alergi Secara Rasional, Yogyakarta: 49-65. Suryawati,E.P., 2008. Gambaran Penggunaan Antibiotik Pada Anak Penderita Infksi Saluran Pernafasan Atas Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kab. Cilacap Periode Januari-Juni 2006. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
8