Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
THE ROLE OF COMMUNICATION NETWORK IN DEVELOPING THE COHESIVENESS OF DRUG PLANT FARMER GROUP IN WEST JAVA PERAN JEJARING KOMUNIKASI DALAM MEMBANGUN KOHESIVITAS KELOMPOK TANI TANAMAN OBAT DI JAWA BARAT Oleh : Iriana Bakti, Centurion C. Priyatna, Evie Novianti, Heru Ryanto Budiana Fikom Universitas Padjadjaran Email :
[email protected] Abstract, This research entitled "Communication network role in developing a cohesive groups of medicinal plant farmer in West Java"; Focusing on the existence of group of medicinal plant farmer, committed to converge with other communities through interaction and collaboration in order to establish a communication network on medicinal plant farming management. Nevertheless the communication network has not yet exhibited the expected dynamic of the group. The activities occur are still limited to meeting among farmer's groups in disseminating a particular program and as a social function. The aims of this research are to explore (1) levels of communication network in dissemination of medicinal plants information. (2) The level of cohesiveness of groups involved in communication network. Method used in this research is descriptive, describing problems with qualitative and quantitative data to perceive deeper understanding. Results show that (1) Level of communication network among member of the group or with other groups is categorically high, as they frequently discuss, creates dialogue, and received information on medicinal plants problems. (2) Level of cohesiveness is also high, as most members of the farmer's group have same perception towards medicinal plants, enthusiasm in joining group's activities, willing to be given any task, and enjoying the cooperation among members of the groups or with other groups. Keywords : Communication Network, Cohesiveness, Medicinal Plant Abstrak, Penelitian ini berjudul "Peran jejaring komunikasi dalam membangun kohesivitas kelompok tani tanaman obat di Jawa Barat". Penelitian ini merujuk pada keberadaan kelompok tani tanaman obat yang memiliki komitmen untuk berjumpa dengan sesama komunitas lainnya melalui interaksi dan berkolaborasi sehingga terbangun jaringan komunikasi dalam pengelolaan tanam obat, namun jaringan komunikasi kurang menunjukkan kedinamisan kelompok, aktivitasnya lebih mengarah kepada sekedar upaya pertemuan kelompok tani untuk menjelaskan informasi tentang suatu program dan tempat menjalin tali silaturahmi. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui 1) Tingkat jejaring komunikasi dalam penyebarluasan informasi tanaman herbal. 2) Kohesivitas kelompok yang terlibat dalam jejaring komunikasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang menggambarkan masalah berdasarkan sifat data kuantitatif dan kualitatif, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah yang diteliti. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: 1) Anggota kelompok tani sering membicarakan, berdialog, dan menerima masukan tentang masalah tanaman obat dengan sesama anggota kelompok maupun dengan pihak lain, sehingga tingkat jejaring komunikasi dalam kelompok ini dikategorikan tinggi. 2) Sebagian besar anggota kelompok tani memiliki kesamaan pandangan tentang tanaman obat, senang mengikuti kegiatan kelompok, senang diberi tugas, dan sering bekerja sama baik dengan sesama anggota kelompok maupun dengan pihak lain. Dengan demikian, tingkat kohesivitas kelompok tani tanaman obat dikategorikan tinggi. Kata kunci: Jejaring komunikasi, Kohesivitas. (ditambahan minimal 1 Kata kunci lagi)
387 Peran Jejaring Komunikasi Tanaman Obat
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
A. PENDAHULUAN
pendapatan/meningkatkan
Indonesia merupakan salah satu negara
di
dunia
yang
memiliki
keanekaragaman
hayati
berupa
tanaman-tanaman
tertentu
yang
perekonomian keluarga. Kelompok
tani
tanaman
obat
menjadi ujung tombak bagi pelestarian tanaman
obat,
karena
mereka
bermanfaat bagi kesehatan. Tanaman
merupakan
obat
memiliki kepedulian terhadap aneka
tersebut
dilestarikan,
terus-menerus oleh
yang
pemerintah
ragam tanaman obat. Oleh karena itu
maupun oleh pihak-pihak tertentu yang
kelompok tani tanaman obat harus
berkepentingan
dinamis dan solid dalam menjalankan
pelestarian
baik
individu-individu
(industri).
tanaman
obat
Dalam tersebut,
akitivitasnya
untuk
mengelola
dan
pemerintah dan pihak-pihak terkait
melestarikan tanaman obat. Dinamika
lainnya
kelompok
sering
masyarakat
memanfaatkan
terutama
dalam
pembinaan/pendampingan rangka
hal dalam
membangun
kesadaran
masyarakat untuk turut melestarikan tanaman obat tersebut. Proses
kuatnya
tani
dapat
jaringan
dalamnya,
dilihat
dari
komunikasi
sedangkan
di
soliditasnya
dapat dilihat dari tingkat kohesivitas di antara pesertanya. Aktivitas
komunikasi
yang
pembinaan
kepada
dilakukan oleh kelompok tani hutan ini
tersebut
berupa
merupakan bentuk komitmen untuk
pembentukan kelompok tani tanaman
berjumpa dengan sesama komunitas
obat
lainnya
masyarakat
yang
bertujuan
meningkatkan dan
untuk
mengembangkan
melalui
berkolaborasi,
interaksi
sehingga
dan
terbangun
kemampuan petani dan keluarganya
jaringan komunikasi yang dinamis
dalam
obat,
dalam pengelolaan tanam obat. Namun
sehingga mereka dapat memanfaatkan
demikian, pada kenyataannya jaringan
tanaman obat tersebut tidak hanya
komunikasi
sebagai penunjang kesehatan keluarga,
kedinamisan kelompok, aktivitasnya
penghijauan lingkungan, tetapi juga
lebih mengarah kepada sekedar upaya
untuk
pertemuan
pengelolaan
tanaman
menambah
kurang
kelompok
388 Peran Jejaring Komunikasi Tanaman Obat
menunjukkan
tani
untuk
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
menjelaskan informasi tentang suatu
pertukaran informasi yang terjadi
program dan tempat menjalin tali
secara teratur antara dua orang atau
silaturahmi.
lebih". Sementara itu, menurut Farace
Berdasarkan paparan dalam latar belakang
masalah,
maka
(1977),(
tidak
ada
di
daftar
rumusan
pustaka)"jaringan komunikasi sebagai
masalahnya adalah sebagai berikut:
suatu pola yang teratur dari kontak
"Bagaimana jejaring komunikasi dapat
antara
membangun kohesivitas kelompok tani
diidentifikasi
tanaman obat di Jawa Barat". Adapun
informasi yang dialami seseorang di
tujuan penelitian yang akan dilakukan
dalam sistem sosialnya" (Berger dan
adalah menjelaskan bagaimana Tingkat
Chaffee.
1987:239).
Dengan
jejaring komunikasi dalam kelompok
demikian,
analisis
jaringan
tani tanaman obat dan bagaimana
komunikasi
Tingkat kohesivitas kelompok tani
Kincaid (1981) "merupakan metode
dalam pengelolaan tanaman obat.
penelitian
1. Pengertian jaringan komunikasi
struktur
Jaringan komunikasi merupakan rangkaian
hubungan
sistem,
person
yang
sebagai
menurut
untuk
dapat
pertukaran
Rogers
dan
mengidentifikasi
komunikasi
dalam
suatu
di mana data hubungan
yang
mengenai arus komunikasi dianalisis
para
dengan menggunakan beberapa tipe
peserta komunikasi. Dalam jaringan
hubungan interpersonal sebagai unit
komunikasi
analisis".
menggambarkan
interaksi
terjadi
proses
penyampaian pesan dari satu orang ke orang
lain.
Jaringan
komunikasi
Selanjutnya Rogers dan Kincaid menjelaskan
yang dapat dilakukan
menurut Rogers (1983)(tidak ada di
dalam analisis jaringan komunikasi,
daftar pustaka) "adalah suatu jaringan
yaitu:
yang terdiri atas individu-individu
1) mengidentifikasi
yang
sutau sistem;
saling
berhubungan,
yang
klik
dalam
dihubungkan oleh arus komunikasi
2) mengidentifikasi
yang terpola", sedangkan menurut
khusus seseorang dalam jaringan
Hanneman dan Mc Ever dalam
misalnya sebagai liaisons, bridges,
Djamali (1999)(tidak ada didaftar
dan isolated; dan
pustaka) "jaringan komunikasi adalah
3) mengukur berbagai indikator
389 Peran Jejaring Komunikasi Tanaman Obat
peranan
ISSN : 0852-1190
(indeks) seperti
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
struktur
komunikasi
keterhubungan
keterbukaan
klik,
kohesivitas tinggi dapat dilihat dari
Klik,
adanya keinginan untuk menetapkan
keintegrasian
tujuan dan cara mencapai tujuannya
klik, dan lain sebagainya.
dengan baik. Hal itu bisa terwujud apabila
2. Pengertian Kohesivitas Kohesivitas merupakan salah satu
para
anggota
memiliki
komitmen yang tinggi
terhadap
faktor yang sangat penting dalam
tujuan kelompok dan keinginan
mempertahankan kebersamaan dan
untuk menyelesaikan tugas dengan
komitmen suatu kelompok untuk
sebaik-baiknya.
mencapai tujuan. Hal ini sesuai pernyataan Robbins (2002), bahwa: "Semakin kohesif suatu kelompok, para anggota semakin mengarah ke tujuan. Selanjutnya tingkat kohesivitas akan memiliki pengaruh terhadap komitmen terhadap organisasi tergantung dari seberapa jauh kesamaan tujuan kelompok dengan organisasi. Pada kelompok dengan kohesivitas tinggi yang disertai adanya penyesuaian yang tinggi dengan tujuan organisasi maka kelompok tersebut akan berorientasi pada hasil ke arah pencapaian tujuan". Kohesivitas sendiri menurut Johnson dan Johnson (Budiharto, 2004) didefinisikan saling anggota
sebaga "daya
ketertarikan
antar
kelompok
yang
anggota
kelompok
menyebabkan
tersebut berkeinginan untuk tetap tinggal dalam kelompok tersebut, dan juga daya tarik antar individu dengan
kelompok
atau
3. Metode Penelitian Penelitian
ini
metode diskriptif, di mana penelitian deskriptif melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu, Penelitian deskriptif
bertujuan
mengumpulkan
Ciri suatu kelompok memiliki
untuk:
informasi
(1)
aktual
secara rinci yang melukiskan gejala yang
ada,
(2)
mengidentifikasi
masalah atau memeriksa kondisi atau praktik-praktik yang berlaku, (3) membuat perbandingan atau evaluasi. (Rakhmat, 1985). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Angket
yang
kepada
dibagikan
sampel
kelompok
tani
yaitu tanaman
obat. 2. Observasi yang dilakukan terhadap yang
organisasinya".
menggunakan
obat.
390 Peran Jejaring Komunikasi Tanaman Obat
kelompok
tani
menanam tanaman
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
3. Wawancara
dengan
narasumber
yang
berkompeten
tentang
tanaman obat.
Prosesnya
diawali
dengan
menentukan wilayah pengembangan di Jawa Barat yang diperkirakan
4. Studi literatur yang sesuai dengan
didaftar pustaka)
masalah
yang
diteliti.
terdapat kelompok tani yang masih aktif
menanam
Berdasarkan
tanaman
obat.
penelusuran
dari
berbagai sumber dapat diketahui Teknik
analisis
data
yang
kelompok tani yang aktif menanam
digunakan adalah analisis deskriptif
tanaman
baik
wilayah pengembangan di Jawa
secara
kualitatif.
Menurut
(2004:169) adalah
kuantitatif
deskriptif
data dengan
mendeskripsikan
atau
terdapat
di
tiga
Barat, yaitu:
yang digunakan
untuk menganalisa cara
Sugiyono
Analisis
statistik
maupun
obat
Wilayah
I:
Bodekpunjur
(Bogor,
Depok,
Bekasi,
Puncak dan Cianjur).
Wilayah
IV
:
menggambarkan data yang telah
Ciayumajakuning (Cirebon,
terkumpul
Indramayu, Majalengka dan
tanpa
sebagaimana bermaksud
adanya membuat
kesimpulan yang berlaku untuk
Kuningan).
umum atau generalisasi.
Wilayah VI : Kab. dan Kota Sukabumi
Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok tani yang peduli
(tanda bullet diganti dengan atau dengan angka/abjad)
terhadap tanaman obat yang tersebar
Tahap
di beberapa kabupaten di Jawa
sampel acak
Barat,
dengan mengambil satu kabupaten
sedangkan
dipilih
sampel
yang
menggunakan
dalam
penelitian ini adalah teknik Cluster
Pertama
untuk setiap
melakukan
( random sample)
wilayah,
maka
dihasikan sampel sebagai berikut :
Sampling, yaitu proses pengambilan sampel tahapan (Eriyanto,
yang dilakukan melalui pengambilan
ada
I
:
Kabupaten
Bogor
sampel
2007:139).(tidak
Wilayah
Wilayah IV : Kabupaten
391 Peran Jejaring Komunikasi Tanaman Obat
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
Majalengka
Mekara. Di Wilayah Kabupaten
Wilayah VI : Kabupaten
Majalengka terpilih kelompok tani
Sukabumi
Melati
dan
Kelompok
Tani,
(tanda bullet diganti dengan -
Sedangkan di Kabupaten Sukabumi
atau dengan angka/abjad)
Kelompok Tani Kamuning.
Tahap Kedua adalah menemukan
B. HASIL
unit penelitian yaitu kelompok yang
terpilih Kelompok Tani Lindung Harapan
dan
Kelompok
Tani
DAN
PEMBAHASAN
peduli dengan tanaman obat, di mana di wilayah Kabupaten Bogor
PENELITIAN
Berdasarkan angket yang telah disebarkan kepada 114 responden, hasilnya
dapat
dijelaskan
sebagai
berikut:
Tabel 1. Intensitas Membicarakan Masalah Tanaman Obat Membicarakan Masalah Tanaman Obat
Frekuensi
%
Sering
64
56%
Jarang
45
40%
Tidak Pernah
5
4%
114
100%
Jumlah
Berdasarkan pada tabel di atas dari
bahwa para petani kelompok tanaman
jumlah data yang diperoleh, lebih dari
obat
setengah
komunikasi
responden
sering
dalam
melakukan
tindakan berupa
membicarakan masalah tanaman obat
membicaraka/membahas
dengan kelompok lain (55%) dan
permasalahan yang berkaitan dengan
(40%) menyatakan jarang sedangkan
pengelolaan
selebihnya menyatakan tidak pernah.
tinggi.
tanaman
setiap
obat
Dengan demikian, dapat dikatakan Tabel 2. Membicarakan Tanaman Obat dengan Kelompok Lain Membicarakan Tanaman Obat dengan Kelompok Lain
Frekuensi
%
Sering
71
62%
Jarang
15
13%
Tidak Pernah
28
25%
392 Peran Jejaring Komunikasi Tanaman Obat
cukup
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 Jumlah
114
Berdasarkan pada tabel di atas dari
100%
bahkan di antara
kelompok tani
jumlah data yang diperoleh, untuk
bergabung satu sama lain sehingga
petani
membentuk gabungan kelompok tani
yang
sering
membicarakan
masalah tanaman obat dengan pihak
(gapoktan).
luar kelompok sebesar 62%, sedangkan
Para anggota gapoktan tersebut
13% petani jarang dan sisanya 25%
satu sama lain sering berinteraksi dan
tidak pernah. Dengan demikian dapat
berkomunikasi
dikatakan bahwa para petani tanaman
kerjasama
obat intensitas membicarakan masalah
didalam satu kelompok dan dengan
tanaman obat dengan kelompok lain
kelompok
sangat tinggi. Hal ini bisa dipahami,
terjalin kerjasama dan kemitraan di
karena kelompok tani yang mengelola
antara mereka.
untuk
antar
lainnya,
menjalin
individu
sehingga
petani
dapat
tanaman obat lebih dari satu kelompok, Tabel 3 Kesempatan Berdialog Kesempatan Berdialog
Frekuensi
%
Sering
90
79%
Jarang
15
13%
Tidak Pernah
9
8%
114
100%
Jumlah
Berdasarkan pada tabel di atas dari
memanfaatkan kesempatan berdialog di
jumlah data yang diperoleh,pada saat
antara mereka sangat tinggi. Dialog
melakukan pembicaraan sebagian besar
yang dilakukan anggota kelompok tani
(79%)
tanaman obat merupakan komunikasi yang
sering
memanfaatkan
kesempatan kepada anggota lain untuk
mendalam
berdialog,
yang tinggi yang meliputi kemampuan
dan
sebesar
13%
menyatakan jarang sedangkan sisanya menyatakan tidak
pernah.
Dengan
demikian dapat dilihat bahwa intensitas
dengan tingkat dan kualitas
untuk mendengarkan dan juga saling berbagi
pandangan
satu
sama
lain,
sehingga di antara mereka terbangun suatu iklim komunikasi yang demokratis.
Tabel 4 Menolak Masukan
393 Peran Jejaring Komunikasi Tanaman Obat
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
Menolak Masukan
Frekuensi
%
Sering
1
1%
Jarang
11
9%
Tidak Pernah
102
90%
Jumlah
114
100%
Berdasarkan pada tabel di atas dari
menerima
berbagai
masukan.
jumlah data yang diperoleh, 90% petani
Keterbukaan ini sangat penting bagi
tidak pernah menolak masukan dari
petani, karena dengan keterbukaan petani
anggota lain saat berdialog, hanya 1%
dapat memberi dan menerima informasi
yang menyatakan sering, dan sisanya
yang
9%
menyatakan
demikian
dapat
mayoritas
dibutuhkan.
Dengan
kata
lain,
jarang.
Dengan
keterbukaan di antara petani tanaman obat
dilihat
bahwa
memungkinkan tersedianya akses terhadap
anggota
kelompok
merupakan orang yang terbuka untuk
informasi
yang
pemahaman
dapat
membangun
dan mampu berpartisipasi
aktif dalam pengelolaan tanaman obat.
Tabel 4.15 Dipilih Menjadi Pembicara Dipilih Menjadi Pembicara
Frekuensi
%
Sering
9
8%
Jarang
8
7%
Tidak Pernah
97
85%
Jumlah
114
100%
Berdasarkan pada tabel di atas dari jumlah
data
yang
diperoleh,ketika
obat tidak pernah menjadi pembicara. Hal
ini
dapat
dipahami,
karena
membahas tanaman obat, para petani
biasanya yang muncul jadi pembicara
juga terkadang sering diminta menjadi
adalah mereka yang memiliki posisi di
pembicara sebesar 7%, jarang (6%) dan
kelompoknya,
tidak pernah 85%, sedangkannyang
dianggap
sering ada 8%. Dengan demikian dapat
kapabilitas di bidangnya
atau
memiliki
dilihat bahwa mayoritas petani taman Tabel 6 Memiliki Banyak Relasi
394 Peran Jejaring Komunikasi Tanaman Obat
anggota
yang
kapasitas
dan
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 Memiliki Banyak Relasi
Frekuensi
%
Banyak
51
45%
Sedikit
56
49%
Tidak Ada
7
6%
114
100%
Jumlah
Berdasarkan pada tabel di atas dari jumlah
data
pembicaraan petani,
yang yang
45%
memiliki
diperoleh,dari dilakukan
menyatakan
relasi,
banyak
menjalani
aktivitasnya
dalam
pengelolaan tanaman obat. Relasi ini dibutuhkan
untuk
menumbuhkan
menyatakan
kemampuan organisasi kelompok tani,
jarang dan sebesar 6% menyatakan
dan mengembangkan kemitraan usaha
tidak
tani mereka.
memiliki
demikian
dapat
49%
para
mayoritas petani memiliki relasi ketika
relasi.
Dengan
dilihat
bahwa
Tabel 7 Menjadi penghubung Menjadi penghubung
Frekuensi
%
Sering
57
50%
Jarang
20
18%
Tidak Pernah
37
32%
Jumlah
114
100%
Berdasarkan pada tabel di atas dari
penghubung antar kelompok, dan pihak
jumlah data yang diperoleh. 50% petani
lainnya. Peranan sebagai penghubung
diminta menjadi penghubung dengan
biasanya
pihak lain, 18% menyatakan jarang,
kelompok (ketua dan jajarannya), namun
dan sisanya 32% menyatakan tidak
dalam organisasi kelompok tani ternyata
pernah sebagai penghubung dengan
peran sebagai penghubung biasa juga
pihak lain. Dengan demikian dapat dilihat bahwa mayoritas petani sering berperan menjadi penghubung, baik di dalam
kelompoknya
maupun
dialkukan
oleh
pengurus
dilakukan oleh anggotanya, yaitu berupa interaksi
dengan
sesama
anggota
kelompok, dengan kelompok lain, pihak
lain
yang
mendapatkan informasi.
Tabel 8 Memiliki Kesamaan Pandangan
395 Peran Jejaring Komunikasi Tanaman Obat
terkait
dan untuk
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
Memiliki Kesamaan Pandangan
Frekuensi
%
114
100%
Tidak Tahu
0
0%
Tidak Setuju
0
0%
114
100%
Setuju
Jumlah
Berdasarkan pada tabel di atas dari
tanaman obat. Kesamaan pandangan ini
jumlah data yang diperoleh, semua
menunjukkan ciri kelompok tani, yaitu
petani memiliki kesamaan pandangan
mempunyai pandangan, kepentingan
dengan
yang
sesama
pentingnya
anggota
tentang
menanam/mengelola
sama
dalam
mengelolah
usahataninya.
Tabel 9 Senang Kegiatan Kelompok Tani Senang Kegiatan Kelompok Tani
Frekuensi
%
111
97%
Tidak Tahu
3
3%
Tidak Setuju
0
0%
114
100%
Setuju
Jumlah
Berdasarkan pada tabel di atas dari
kelompok
tani
dalam
tanaman
jumlah data yang diperoleh, 97% petani
pengelolaan
tertarik bergabung dengan kelompok
senang dalam kegiatan kelompok bisa juga
tani karena senang dengan kegiatan
disebabkan adanya kader tani yang
kelompok tani, sedangkan sisanya tidak
berdedikasi untuk menggerakkan para
tau. Dengan demikian dapat dilihat
petani dan kepemimpinannya diterima
bahwa, mayoritas responden merasa
oleh sesama petani lainnya, dan adanya
senang mengikuti kegiatan kelompok
kegiatan
tani. Perasaan senang ini menunjukkan
manfaatnya oleh sekurang-kurangnya
suasana batin yang dapat membangun
sebagian besar anggotanya.
yang
dapat
gairah, semangat, dan motivasi anggota
Tabel 10 Wadah Belajar Mengelola Tanaman
396 Peran Jejaring Komunikasi Tanaman Obat
obat.
melakukan Perasaan
dirasakan
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 Wadah Belajar Mengelola Tanaman
Frekuensi
%
113
99%
Tidak Tahu
1
1%
Tidak Setuju
0
0%
114
100%
Setuju
Jumlah
Berdasarkan pada tabel di atas dari
satu fungsinya sebagai wadah belajar
jumlah data yang diperoleh, 99% petani
bagi
bergabung
pengetahuan, keterampilan dan sikap
dengan
kelompok
tani
petani
guna
tumbuh
dan
meningkatkan
karena beranggapan bahwa kelompok
serta
tani menjadi wadah belajar mengelola
kemandirian
tanaman sedangkan sisanya tidak tau.
sehingga produktivitasnya meningkat,
Dengan demikian dapat dilihat bahwa
pendapatannya
kelompok tani telah menjalankan salah
kehidupan yang lebih sejahtera.
dalam
berkembangnya berusaha
bertambah
tani
serta
Tabel 11 Meningkatkan Wawasan Petani Meningkatkan Wawasan Petani
Frekuensi
%
112
98%
Tidak Tahu
2
2%
Tidak Setuju
0
0%
114
100%
Setuju
Jumlah
Berdasarkan pada tabel di atas dari
kelompok
tani
wawasannya
jumlah data yang diperoleh, terdapat
meningkat,
98%
bahwa
menerapkan inovasi (teknis, sosial dan
bergabung dalam kelompok tani karena
ekonomi), mampu memanfaatkan azas
membantu
skala ekonomi dan mampu menghadapi
petani
wawasan
beranggapan
dalam petani
meningkatkan
dalam
dirinya
akan mampu
mengelola
resiko usaha, sehingga memperoleh
tanaman obat. Dengan demikian dapat
tingkat pendapatan dan kesejahteraan
dilihat bahwa dengan bergabung dalam
yang layak.
Tabel 12 Terdapat Pembicaraan dan Pembagian Tugas Terdapat Pembicaraan dan Pembagian Tugas
Frekuensi
397 Peran Jejaring Komunikasi Tanaman Obat
%
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
Setuju
105
92%
Tidak Tahu
8
7%
Tidak Setuju
1
1%
114
100%
Jumlah
Berdasarkan pada tabel di atas dari
tanggung
jawab
sesama
anggota
jumlah data yang diperoleh, sebanyak
didasarkan atas kesepakatan bersama,
92%
petani
sehingga petani merasa haknya untuk
tani
menyatakan pendapat dihargai oleh
petani
bergabung karena
setuju
dengan dalam
bahwa kelompok
setiap
kegiatan
kelompoknya.
Dengan
adanya
pengolahan tanaman obat selalu ada
pembicaraan dan pembagian tugas
pembicaraan dan pembagian tugas
menunjukkan bahwa kelompok tani
yang dilakukan anggotanya. Dengan
meningkatkan
demikian
produktivitas
SDM,
meningkatkan
pembicaraan dan pembagian tugas
managerial
dan
kepemimpinan
merupakan faktor yang dapat diterima
kelompok.
dapat
dilihat
bahwa
kualitas
dan
oleh petani. Pembagian tugas dan Tabel 13 Pengolahan Tanaman Dikerjakan Bersama Pengolahan Tanaman Dikerjakan Bersama
Frekuensi
%
106
93%
Tidak Tahu
6
5%
Tidak Setuju
2
2%
114
100%
Setuju
Jumlah
Berdasarkan pada tabel di atas dari
tanaman
obat
didasarkan
jumlah data yang diperoleh, 93% petani
kerjasama
menyatakan pula setuju bahwa petani
menunjukkan bahwa kelompok tani
tertarik bergabung karena dalam setiap
telah menjalankan fungsinya sebagai
kegiatan pengolahan tanaman obat
tempat untuk memperkuat kerjasama
selalu
diantara
dikerjakan
bersama
sama.
yang
solid.
pada
sesama
petani
Hal
ini
dalam
Dengan demikian dapat dilihat bahwa
kelompok tani dan antar kelompok tani
kelompok
serta
tani
dalam
mengelola
dengan
pihak
398 Peran Jejaring Komunikasi Tanaman Obat
lain.
Melalui
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
kerjasama ini diharapkan usaha lainnya
tiga kategori di atas, maka tanggapan
akan lebih efisien serta lebih mampu
responden
menghadapi
Komunikasi dapat diuraikan dalam
ancaman,
tantangan,
hambatan dan gangguan.
bentuk
Setelah dikelompokkan ke dalam
terhadap
tabel
distribusi
Jaringan
frekuensi
sebagai berikut:
Tabel 14 Tingkat Kategori Jaringan Komunikasi (X2)
Kategori
Frekuensi (F)
Persentase (%)
Rendah
10
9%
Sedang
45
39%
Tinggi
59
52%
114
100,00
Jumlah
Berdasarkan pada tabel di atas dari
dikelompokkan ke dalam tiga kategori,
jumlah data yang diperoleh tentang
tingkat
Jaringan Komunikasi, persentase sub
dikategorikan tinggi, ini bisa dilihat
variabel berada dalam kategori tinggi.
dari tabel 15
Demikian
halnya
kohesivitasnya
pun
setelah
Tabel 15 Tingkat Kategori Kohesivitas Kelompok Tani (Y)
Kategori
Frekuensi (F)
Persentase (%)
Rendah
1
1%
Sedang
1
1%
Tinggi
112
98%
114
100,00
Jumlah
Berdasarkan pada tabel di atas dari
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah data yang diperoleh tentang
Kohesivitas Kelompok Tani sudah
Kohesivitas Kelompok Tani, persentase
cukup baik.
sub variabel berada dalam kategori
399 Peran Jejaring Komunikasi Tanaman Obat
ISSN : 0852-1190
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
Tabel 16 Tabulasi Silang Relasi Jaringan komunikasi Petani dengan Kohesivitas Kelompok Tani Kohesivitas Rendah f Jaringan Komunikasi
Sedang
Rendah
1
% 10.0%
Sedang
0 0 1
.0% .0% .9%
Tinggi Total
f
Tinggi
1
% 10.0%
0 0 1
.0% .0% .9%
f
Total
% 80.0%
f
8
10
% 100.0%
45 59 112
100.0% 100.0% 98.2%
45 59 114
100.0% 100.0% 100.0%
Berdasarkan tabel di atas, dapat
kelompok sendiri, maupun
dilihat bahwa dari 10 petani yang
dengan pihak luar (kelompok
jaringan komunikasi rendah, memiliki
lain dan dengan petugas dari
relasi kohesivitas yang rendah
dinas terkait), dan mereka
dan
sedang masing-masing sebesar 10%,
diberi
sedangkan untuk kohesivitas tinggi
berkomunikasi dengan pihak
sebesar 80%. Sementara dari 45 petani
lain.
yang
jaringan komunikasi
sedang,
kebebasan
2. Tingkat
untuk
kohesivitas
petani
seluruhnya memiliki relasi kohesivitas
tanaman obat dikategorikan
yang tinggi. Selanjutnya dari 28 petani
tinggi. Hal ini dapat dilihat
yang
dari
jaringan
komunikasi
tinggi,
semua
anggota
tani
memiliki
seluruhnya memiliki relasi kohesivitas
kelompok
yang tinggi
kesamaan pandangan tentang pentingnya
C. SIMPULAN
menanam
tanaman obat dengan pihak
Berdasarkan hasil penelitian dan
lain, sebagian besar merasa
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
senang mengikuti kegiatan
1. Tingkat jejaring komunikasi petani
tanaman
obat
kelompok
sebagai
wadah
belajar mengelola tanaman
dikategorikan tinggi. Hal ini
obat
dapat dilihat dari seringnya
wawasan
mereka
obat. Selain itu, para petani
membicarakan
untuk
meningkatkan
tentang
(berdialog) tentang masalah
tanaman
obat
tanaman obat baik dalam
menyatakan
dalam
400 Peran Jejaring Komunikasi Tanaman Obat
tanaman
juga setiap
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
kegiatan tanaman
pengelolaan obat
selalu
ada
pembicaraan dan pembagian tugas yang harus dilakukan oleh anggotanya, dan setiap kegiatan tanaman
pengelolaan obat
selalu
dikerjakan bersama-sama.
Devito, Joseph A., 1998. Komunikasi Antar Manusia. Kuliah Dasar. Edisi Kelima. Jakarta: Professional Book. Gonzales, Hernando., 1993. Beberapa Mitos Komunikasi Dan Pembangunan. Dalam. Jahi, A. (Penyunting), 1993. Komunikasi Massa Dan Pembangunan Pedesaan di Negara-negara Dunia Ketiga. Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.
SARAN
1. Dalam
diskusi
kelompok,
pengurus dan petugas dari dinas terkait perlu melatih keberanian anggota
kelompok
untuk
menjadi pembicara 2. Tingkat kohesivitas kelompok harus
dipertahankan
dengan
Knoke, David and James Kulkinskni, 1982. Network Analisis. London: Sage Publication. Rakhmat, Jalaluddin, 1985. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Rosdakarya. Robbins, S. 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Terjemahan. Jakarta: Erlangga
memberi motivasi anggotanya melalui
pelatihan
dan
kunjungan usaha tani. D. DAFTAR PUSTAKA
Berger, CR., Chafee SH., 1987. Hand Book of Communication Science. California: Sage Publication. Berlo, David K., 1960. The Process of Communication and Introduction to Theory and Practise, NewYork: Holt, Rinehart, and Winston Inc. Budiharto, Y & Koentjoro. 2004. Gaya Kepemimpinan, Kohesivitas Kelompok, dan Komitmen pada Partai Politik. Jurnal Psikologika, 17: 51-61.
Rogers, Everett M. and Lawrence D. Kincaid, 1981. Communication Network Toward A New Paradigm for Research. New York: The Free Press. Setyanto, A. E., 1993. Pengaruh Karakteristik Petani Dan Keterlibatannya Dalam Jaringan Komunikasi Dengan Adopsi Paket Teknologi Supra Insus Di Desa Pandeyan, kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Thesis Magister Sain. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Komunikasi Kuantitatif Kualitatif. Jakarta: Alfabeta.
401 Peran Jejaring Komunikasi Tanaman Obat