THE OYSTER ISLES Rahasia di Kepulauan Kerang
WN Setiyawan
THE OYSTER ISLES Rahasia di Kepulauan Kerang Oleh: WN Setiyawan Copyright © 2012 by WN Setiyawan Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Edisi e-Book : 2016 Edisi Paperback : 2017
Desain Sampul: WN Setiyawan
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
DAFTAR ISI 1. AWAL LIBURAN MUSIM PANAS ……… 4 2. DRAGON BOOSTER ……………………... 11 3. DI PONDOK ALBATROSS ……………….. 22 4. PENEMUAN DI LAGUNA …………….... 37 5. PARA PENDATANG BERSENJATA …... 49 6. PENGEJARAN ………………………….... 60 7. TERDAMPAR ………………………….… 70 8. VILLA QUEEN OYSTER ……………….… 78 9. MAXIMUS DESCARTES …………….... 103 10. SANG PEMILIK ………………………. 112 11. KISAH JESSICA ……………………… 123 12. PESAN PROFESOR ALISTAIR ……… 131 13. DUA SPEEDBOAT ……………………. 137 14. PENJEMPUTAN ………………………. 150 15. PARA SANDERA …………………….. 160 16. FORMULA DAN TEBUSAN ………… 170 17. PENEMBAKAN ………………………. 176 18. DI RUMAH PROFESOR ALISTAIR .. 183
kesamaan nama dan atau peristiwa adalah kebetulan belaka
3
1. AWAL LIBURAN MUSIM PANAS
Pagi itu suasana rumah keluarga Jack Foster tampak sibuk. Si Ayah, Jack Foster, sibuk memeriksa mesin mobil, apakah kondisinya cukup baik untuk dipakai bepergian. Sementara istrinya, Claire, tengah memasukkan bermacam-macam makanan kaleng ke dalam keranjang besar di atas meja dapur. Kedua anak mereka, Art, tiga belas tahun, dan Patsy, sembilan tahun, berada di kamar masing-masing, sedang memasukkan pakaian dan beberapa barang keperluan mereka ke dalam koper. Patsy keluar dari kamarnya, melangkah cepat menuju kamar kakak laki-lakinya, Art. “Aku sudah selesai mengepak barang-barangku!” seru Patsy, melongok ke dalam kamar kakaknya. “Hei, kau belum selesai juga ya. Kelihatannya ada yang masih ketinggalan?” Art tampak sedang merangkak mundur, keluar dari kolong tempat tidurnya. “Aku sedang mencari teropongku,” sahut Art sambil mengelap keringat di keningnya dengan punggung tangan. “Apa kau melihatnya, Patsy?” 4
“Sayang sekali tidak,” kata Patsy mengangkat bahu. “Oh, ayolah lekas dibereskan. Ayah dan ibu mungkin sudah menunggu kita. Aku akan turun ke dapur. Mungkin ibu masih memerlukan bantuanku.” ”Tanpa teropong itu aku tidak akan bisa menikmati liburan musim panas ini,” keluh Art putus asa. “Kapan terakhir kali kau memakainya? Barangkali ketinggalan di suatu tempat.” Art tampak nyengir sedikit. Kelihatannya ia teringat sesuatu. “Astaga! Mungkin aku meninggalkannya di loteng rumah. Tiga hari yang lalu aku dan Dexter memakainya bersama-sama di loteng. Coba kuperiksa. Kalau teropong itu sudah ketemu, berarti selesai sudah aku membereskan barang-barangku.” Art bergegas keluar kamar, menuju tangga ke loteng. Sedangkan Pasty segera turun ke dapur. “Hai, Nak! Sudah kau siapkan kopermu?” kata Bu Claire saat Patsy muncul di dapur. “Sudah, Bu,” sahut Patsy riang. “Ada yang masih bisa kubantu?” “Ya, Nak. Tolong ambilkan beberapa serbet makan di laci lemari. Lalu masukkan ke dalam keranjang di bagian paling atas. Ambil juga satu serbet yang besar, yang bermotif kotak-kotak merah, gunakan itu untuk menutup permukaan keranjang.
5
Aku akan memeriksa jendela-jendela. Barangkali ada yang belum dikunci.” “Oke, Bu,” kata Patsy, segera melaksanakan permintaan ibunya. “Oya, apakah kakakmu Arthur sudah selesai menyiapkan koper juga?’ tanya Bu Claire. “Kelihatannya sih sudah, Art tinggal mencari satu barang lagi, teropongnya. Dia lupa menaruhnya. Art sedang memeriksa loteng, mungkin benda itu ketinggalan di sana.” Saat itu terdengar suara klakson mobil tiga kali berturut-turut. “Nah, itu Ayah sudah siap dengan mobilnya,” kata Bu Claire. “Ayo Patsy, sudah kau masukkan semua serbet tadi? Bagus, mari kita gotong keranjang ini ke depan.” Bu Claire dan Patsy menggotong keranjang itu berdua. Sebenarnya keranjang berisi makanan kaleng itu tidak terlalu berat. Tetapi Bu Claire sedang mengajarkan kepada anak perempuannya bahwa mengerjakan suatu pekerjaan secara bersama-sama jauh lebih menyenangkan dibandingkan bila mengerjakannya sendirian. “Wah, koper Ayah dan Ibu sudah siap di sini,” kata Pasty ketika ayahnya, Pak Jack, membantu membukakan bagasi mobil. “Di mana Art?” tanya Pak Jack.
6
“Dia masih mencari teropongnya, Ayah,” sahut Patsy, “Oya, aku mau naik ke atas lagi mengambil koperku. Apakah Ayah dan Ibu masih memerlukan bantuan?” “Tidak, menjawab.
Patsy
Sayang,”
Bu
Claire
yang
“Baiklah kalau begitu, tunggu kami sebentar ya, koper Art juga masih di atas. Mana kunci rumahnya, biar aku yang mengunci pintu depan,” ujar Patsy. Pak Jack menyerahkan kunci rumah pada Patsy yang langsung berlari masuk kembali ke dalam rumah. Tidak sampai sepuluh menit kemudian, Art dan Patsy tampak menuruni telundakan teras di depan rumah sambil menjinjing koper masing-masing. Koper Art dan Patsy dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Patsy mengunci pintu depan dan menyerahkan kembali kunci rumah itu kepada ayahnya. “Bagaimana teropongmu, Art?” tanya Pak Jack. “Sudah ketemu, Ayah. Aku meninggalkannya di loteng rumah. Tiga hari yang lalu aku dan teman baruku, Dexter, habis menggunakannya untuk mengawasi rumah Pak Douglas tetangga kita.” “OH.. anak kurang ajar! Apa lagi yang kau lakukan itu? Itu kan tidak sopan, memata-matai orang!” ujar Pak Jack kaget.
7
Art tertawa-tawa. Ia tahu bahwa ayahnya hanya berpura-pura marah. Pak Jack, Bu Claire, Art dan Patsy lalu masuk ke dalam mobil. Pak Jack menghidupkannya, kemudian mobil mereka segera melaju di jalan raya. “Pak Douglas itu orangnya agak aneh, Ayah,” kata Art yang duduk di jok di belakang Pak Jack. “Coba bayangkan, dia mengusung pasir banyak sekali ke halaman belakang rumahnya.” “Mungkin Pak Douglas hendak membangun sesuatu,” kata Bu Claire. “Tetapi tidak ada bahan bangunan lainnya, Bu. Tidak ada batu bata, semen, ataupun kayu-kayu. Hanya ada pasir saja,” bantah Art. “Bahan bangunan yang lainnya pasti akan menyusul nanti,” kata Pak Jack. “Aku tidak yakin,” kata Art bersikeras. “Yang diusung Pak Douglas itu bukan pasir biasa. Warnanya agak putih. Menurut Dexter pasir itu sepertinya diambil dari pantai yang berpasir putih. Aku belum pernah melihat ada orang yang membuat bangunan menggunakan pasir pantai berwarna putih. Jadi mestinya pasir itu untuk hal yang lain. Kami ingin sekali tahu. Maka kami berdua terus-menerus mengawasinya.” “Ya ampun… Astaga, Art! Kenapa kau tidak memberitahuku!” protes Patsy tiba-tiba. “Aku jadi
8
ingin melihatnya juga. Aku ingin tahu apa kira-kira yang sedang dilakukan oleh Pak Douglas itu.” “Patricia!” tegur Pak Jack. “Jangan ikut-ikutan Art! Kakakmu itu nakal sekali. Masih ingat kan apa yang dilakukannya ketika kita berlibut di Pertanian Miller?” Tampaknya Patsy masih ingat. Ia tampak mengernyitkan hidungnya. “Art mengendarai traktor besar milik Pak Miller hingga menabrak pagar kayu pembatas kandang domba,” kata Pak Jack. “Pagar kayu itu sampai roboh, bukan? Akibatnya ratusan domba yang ada di dalamnya berlarian keluar dan memasuki ladang jagung di sebelahnya. Sungguh kacau jadinya. Untunglah jagungnya sudah dipanen sehingga dombadomba itu hanya merusak sisa pohon jagungnya saja.” “Jangan suka bertindak ceroboh lagi, Arthur,” kata Bu Claire menasihati. “Ingat ya, buatlah supaya liburan musim panas kita ini berlangsung dengan tenang.” “Yah, baiklah, akan kucoba untuk mengingatnya,” jawab Art, tetapi nada suaranya terdengar asal-asalan. “Nah, Ayah, pertigaan jalan di depan tolong belok ke kanan, ya! Rumah Dexter nomor 43. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya. Terima kasih Ayah dan Ibu. Kalian sudah mengijinkan aku untuk mengajak Dexter berlibur bersama kita kali ini. Dia anak yang baik.” Pak Jack tertawa. 9
“Ya, aku yakin kalau Dexter, teman barumu itu, anak yang baik. Jadi kuminta kau jangan menularkan kenakalanmu kepadanya,” katanya sambil membelokkan setir ke kanan. Mobil melaju perlahan. Tak lama kemudian berhenti di depan rumah nomor 43. Pak Jack membunyikan klakson. Seorang anak laki-laki sebaya Art berlari keluar dari dalam rumah itu. Ia menggendong sebuah ransel besar. “Aku sudah siap, Paman!” seru Dexter pada Pak Jack. “Oke, Dexter. Masukkan ranselmu ke bagasi. Sudah pamitan pada orang tuamu kan? Nah, bagus, ayolah naik! Kau duduk bertiga bersama Art dan Patsy, ya,” kata Pak Jack menyambutnya. Kemudian mobil yang dikendarai mereka berlima memutar menuju ke jalan raya utama. Mereka hendak meneruskan perjalanan ke arah pantai. Papan petunjuk di jalan raya terbaca tulisan : “PANTAI 312 mil”. Jadi masih 312 mil lagi menuju ke pantai. Masih cukup jauh. Untungnya mereka tidak sedang terburuburu. Saat itu memang masih awal liburan musim panas.
10
2. DRAGON BOOSTER
“Astaganaga!
Ini sungguh-sungguh kejutan!” seru Art tampak kegirangan. Ayahnya memang telah mengatakan bahwa mereka semua akan berlibur ke The Oyster Isles, atau Kepulauan Kerang. The Oyster Isles berada di lautan, berjarak beberapa puluh mil dari pantai. Untuk mencapai Kepulauan Kerang itu umumnya digunakan speedboat. Akan tetapi Pak Jack baru saja memberikan kejutan untuk keluarganya dengan menyatakan bahwa mereka akan ke sana dengan menyewa sebuah helikopter! “Nah, coba tebak, siapa yang akan mengemudikan helikopter itu? Aku!” ujar Pak Jack sambil menepuk dadanya. “Wah, Ayah yang akan mengemudikannya?” kata Patsy terbelalak. “Ya, benar, aku!” ujar Pak Jack lagi. “Kau sedang bercanda Jack? Dari mana kau belajar mengemudikan helikopter?” tanya Bu Claire heran. “Sudah dua bulan ini aku belajar mengemudikan helikopter pada teman lamaku, Kapten Hans. Dia 11
memiliki usaha penyewaan helikopter. Aku merahasiakannya pada kalian semua karena aku ingin membuat kejutan. Nah, bukankah ini kejutan yang menyenangkan?” “Ya, ini memang kejutan!” kata Art setuju. “Dan sungguh menyenangkan. Aku juga ingin belajar mengemudikan helikopter seperti Ayah.” “Kau belum cukup umur, Nak. Umurmu kan baru tiga belas tahun. Kapten Hans tak akan membuatkan surat ijin untukmu,” kata Pak Jack. “Aku tak perlu surat ijin, Ayah. Aku hanya perlu belajar mengemudikan helikopter. Urusan surat ijin nanti saja kalau aku sudah dewasa. Yang penting aku sudah bisa.” “Dasar anak bandel!” kata Pak Jack sambil tertawa. Ia merasa bahwa akhir-akhir ini anak lelakinya itu tampaknya jauh lebih bandel. Tetapi Pak Jack menganggap kebandelannya itu masih wajar, seringkali malah lucu, meskipun kadang-kadang agak keterlaluan. Akhirnya mobil mereka tiba di pantai. Suasana di pantai ramai sekali. Banyak orang berjemur mandi sinar matahari. Payung-payung dan tenda-tenda kecil berwarna-warni bertebaran di sepanjang pantai yang landai dan berpasir putih. “Kita akan menuju ke Anjungan 12. Helikopterhelikopter sewaan ada di sana,” kata Pak Jack.
12